Anda di halaman 1dari 483

LAPORAN AKHIR SIKLUS XIII

ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY OF CARE (COC) PADA NY. S


DI PMB HALIMATUN SAKDIAH Amd. Keb
KOTA PADANG TAHUN 2022

Laporan Akhir Continuity of Care (CoC)


Diajukan ke Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas untuk Menyelesaikan Pelaksanaan Asuhan Continuity of Care

Oleh :
Roccy Aska Porta, S.Keb
No. BP: 2040322032

Pembimbing Akademik : Rafika Oktova, S.ST., M.Keb


Pembimbing Lapangan : Halimatun Sakdiah, Amd. Keb

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG 2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji hanyalah milik Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya serta shalawat yang selalu tercurahkan kepada Rasullullah SAW. Berkat Rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan akhir COC dengan judul
“Asuhan Kebidanan Continuity Of Care (Coc) pada Ny. S Di PMB Halimatun Sakdiah Amd.
Keb Kota Padang Tahun 2022”. Laporan akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan mata kuliah Continuity Of Care Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Proses penyusunan laporan ini tidak
lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. dr. Afriwardi, S.H., Sp.KO., M.A Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas yang telah memfasilitasi penulis dalam menjalani pendidikan di Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.
2. Ibu Rafika Oktova, S.ST, M.Keb Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sekaligus dosen pembimbing akademik
dan penguji yang telah memfasilitasi penulis, membimbing serta menguji penulis
dalam menyelesaikan laporan ini.
3. Ibu Erda Mutiara Halida, S.ST., M.Keb selaku Penguji yang telah menguji serta
membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
4. Ibu Halimatun Sakdiah, Amd.Keb selaku pembimbing lapangan yang telah
membantu dan memberi saran serta masukan dalam penyusunan laporan ini.
5. Ibu Dosen Program Studi Profesi Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
yang telah membantu dan memberi dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan laporan ini.
6. Kepada diri sendiri yang sudah bertahan dan berjuang sejauh ini. Maaf jika aku
memaksamu untuk selalu kuat dan baik-bak saja. Terimakasih untuk tidak pernah
menyerah pada cita-cita. Mari kita berjuang sedikit lagi.
7. Keluarga tercinta, Papa, Mama, Uda, Kakak, teman dan sahabat yang selalu
memberikan semangat yang tak henti dan doa yang tak terputus dalam pembuatan
laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan akhir ini masih banyak

iv

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan
hati penulis akan menerima kritikan dan saran yang membangun agar laporan akhir
ini menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga laporan ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua, khususnya penulis sendiri.

Padang, 10 Juli 2022

Penulis

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ....................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... ii
PERTANYAAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI................................................................. iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Tujuan..................................................................................................................... 3
1.3 Ruang Lingkup Penulisan ....................................................................................... 4
1.4 Manfaat .................................................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 6
2.1 Konsep Dasar Continuity Of Care .......................................................................... 6
2.2 Asuhan Prakonsepsi .............................................................................................. 7
2.3 Konsep Dasar Kehamilan ...................................................................................... 9
2.4 Konsep Dasar Persalinan ..................................................................................... 33
2.5 Konsep Dasar Nifas ............................................................................................. 50
2.6 Konsep Dasar Neonatus ...................................................................................... 65
2.7 Konsep Dasar Keluarga Berencana ..................................................................... 72
2.8 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan ....................................................................... 78
2.9 Evidance Based Kebidanan..................................................................................82
BAB III TINJAUAN KASUS ......................................................................................... 83
3.1 Klien 1 .................................................................................................................. 83
3.2 Klien 2 ................................................................................................................ 138
3.3 Klien 3 ................................................................................................................ 193
3.4 Klien 4 (klien pengganti INC Ny. M) ................................................................... 229
3.5 Klien 5 ................................................................................................................ 267
BAB IV ANALISIS KASUS ......................................................................................... 320
4.1 Asuhan Kehamilan ............................................................................................ 320
4.2 Asuhan Persalinan ............................................................................................. 332
4.3 Asuhan Nifas ..................................................................................................... 343

vi

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


4.4 Asuhan Bayi Baru Lahir ..................................................................................... 365
4.5 Asuhan Keluarga Berencana ............................................................................. 376
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 385
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 385
5.2 Saran .................................................................................................................. 385
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 387
LAMPIRAN DAN DOKUMENTASI ............................................................................ 393

vii

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asuhan berkesinambungan atau Continuity of Care merupakan pelayanan
asuhan kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada perempuan sepanjang masa
kehamilan, persalinan dan masa nifas yang berlaku untuk semua perempuan baik
dengan risiko ringgi maupun risiko rendah dalam setiap kondisi termasuk dalam bidang
obstetric. Pelayanan asuhan kesehatan yang dapat diberikan bidan berupa pelayanan
mandiri, kolaborasi ataupun rujukan. Pelayanan Kebidanan diarahkan untuk
mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan
sejahtera (Mortensen dkk, 2019).
Dampak yang akan timbul jika tidak dilakukan asuhan kebidanan
berkesinambungan adalah dapat meningkatkan resiko terjadinya komplikasi pada ibu
dan bayi yang tidak ditangani dengan cepat sehingga dapat menyebabkan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) meningkat. AKI dan AKB merupakan
salah satu dari lima fokus masalah yang ditetapkan oleh kementrian kesehatan dan
menjadi indikator derajat kesehatan di suatu negara (Kemenkes RI, 2020).
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2017 di dunia tercatat
810 ibu meninggal setiap hari atau 295.000 kematian dalam waktu 1 tahun. WHO
mencatat setiap hari ada sekitar 7.000 kematian bayi baru lahir atau sekitar 2,5 juta
anak meninggal pada bulan pertama kehidupannya. Mayoritas dari semua kematian
neonatal (75%) terjadi selama minggu pertama kehidupan dan sekitar 1 juta bayi baru
lahir meninggal dalam 24 jam pertama.
Menurut Ketua Komite Ilmiah International Conference on Indonesia Family
Planning and Reproductive Health (ICIFPRH), Meiwita Budhiharsana, AKI di Indonesia
hingga tahun 2019 masih tinggi, yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 24 per
1000 kelahiran hidup. Angka ini masih melampaui target yang di sajikan dalam
Sustainable Development Goals yaitu 70/100.000 kelahiran hidup. Angka kematian
neonatus di Indonesia juga terbilang masih diatas target Sustainable Development Goals
(SDGs) yaitu 12/1000 kelahiran hidup (Susiana, 2019).
AKI di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2019 adalah 124 per 100.000
kelahiran hidup dan AKB 129 kasus. Pada tahun yang sama, AKI di Kota Padang sendiri
mencapai 16 kasus per 100.000 kelahiran hidup yang terdiri dari 5 orang ibu hamil, 1

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


bersalin dan 10 ibu nifas. Angka Kematian neonatal sebanyak 79 orang, bayi 106, dan
anak balita 10 orang (Profil Kota Padang, 2019).
AKI dan AKB dapat disebabkan oleh beberapa komplikasi yang terjadi selama
hamil, bersalin, nifas dan komplikasi pada bbl. Komplikasi yang dapat timbul pada
kehamilan diantaranya meliputi anemia, perdarahan, hipertensi, preklamsi/eklamsi,
oedema pada wajah dan kaki, dan lain-lain. Komplikasi yang timbul pada persalinan
meliputi distosia, inersia uteri, perdarahan, prolap tali pusat, ketuban pecah dini (KPD)
dan lain-lain. Komplikasi yang mungkin timbul pada masa nifas meliputi, bendungan ASI,
mastitis, abses payudara, infeksi dan lain-lain. Komplikasi yang mungkin timbul pada
bayi baru lahir meliputi berat badan lahir rendah (BBLR), asfiksia, kelainan kongenital,
tetanus neonatorum, dan lain-lain (Perriman dkk, 2018)
Upaya pemerintah dalam menurunkan AKI adalah dengan melakukan
pelayanan kesehatan ibu hamil yang diwujudkan melalui pemberian pelayanan
antenatal, postnatal dan bbl. Pelayanan antenatal berupa kunjungan sekurang-
kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimal 1 kali pada
trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), minimal 1 kali pada trimester kedua
(usia kehamilan 12-24 minggu) dan minimal 2 kali pada trimester ke tiga (usia kehamilan
24 minggu-lahir). Pelayanan postnatal pertama dilakukan pada 2 jam setelah persalinan,
pelayanan kedua dalam rentang waktu 6 hari setelah persalinan, pelayanan ke tiga
dalam rentang waktu 2 minggu setelah persalinan dan pelayanan ke empat dalam
rentang waktu 6 minggu setelah persalinan. Pelayanan BBL merupakan pelayanan
sesuai standar yang diberikan tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus,
sedikitnya 3 (tiga) kali selama periode 0-28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan
maupun kunjungan rumah. Kunjungan Neonatal pertama dilakukan pada kurun waktu
6-48 jam setelah lahir, kunjungan Neonatal kedua dilakukan pada kurun waktu 3-7 hari
setelah lahir, kunjungan Neonatal ketiga pada kurun waktu 8-28 hari setelah lahir, baik
di fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah (Kemenkes RI, 2016).
Standar pendidikan bidan dari International Confederation of Midwifery (ICM),
menyatakan bahwa filosofi pendidikan bidan harus konsisten dengan filosofi asuhan
kebidanan yang bertujuan untuk menjamin proses alamiah reproduksi perempuan,
bidan memiliki posisi strategis untuk berperan dalam upaya penurunan AKI dan AKB.
Menurut Sandall (2017), dalam jurnal Midwife Led continuity models versus other
models of care childbearing women berpendapat bahwa hak setiap wanita hamil

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


mendapatkan asuhan mulai dari kehamilan, dilanjutkan persalinan dan bayi baru lahir,
kemudian berakhir di masa nifas dan Keluarga Berencana (KB).
World Health Organization telah merekomendasikan model midwifery
continuity of care atau asuhan kebidanan berkesinambungan dimana setiap bidan atau
setiap sekelompok bidan mendukung seorang perempuan melalui masa antenatal,
intrapartun dan postpartum. Bidan direkomendasikan untuk mendampingi seorang
perempuan untuk menjalankan continuity of care pada setiap perempuan dalam masa
reproduksinya untuk menjalankan program kebidanan (WHO, 2017). Asuhan
berkesinambungan yang dipimpin bidan ini menunjukkan sejumlah manfaat bagi
perempuan tanpa efek samping. Manfaat-manfaat ini termasuk pengurangan intervensi
persalinan, peningkatan kelahiran spontan untuk wanita dengan risiko rendah dan
peningkatan kepuasan bagi wanita (Gray, 2018).
Rekomendasi continuity of care ini berdasarkan bukti penelitian menggunakan
Cochrane review yang melibatkan 17.674 perempuan dengan 15 kali percobaan
penelitian. Setiap perempuan secara acak akan menerima ANC dengan menggunakan
metode continuity of care dan sebagian dengan menggunakan metode lain. Hasil
penelitian membuktikan bahwa continuity of care models dapat meningkatkan
persalinan pervaginam dan menurunkan angka persalinan dengan SC. Penerapan
metode continuity of care juga berhubungan dengan rendahnya persalinan dengan
intervensi dibandingkan dengan menggunakan metode lainnya (Rekomendasi COC
WHO 2016 dan 2019).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
program continuity of care di PMB Halimatun Sakdiah Kota Padang yang merupakan
salah satu tempat saya melaksanakan Pendidikan Profesi Bidan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan secara Continuity Of Care masa prakonsepsi,
hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan dalam bentuk SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu masa prakonsepsi secara Continuity
Of Care
2. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil secara Continuity Of Care
3

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


3. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin secara Continuity Of Care
4. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas secara Continuity Of Care
5. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi secara Continuity Of Care
6. Melaksanakan asuhan kebidanan Keluarga Berencana (KB) secara Continuity Of
Care

1.3 Ruang Lingkup Penulisan


1.3.1 Sasaran
Asuhan kebidanan berkelanjutan atau Continuity of Care (CoC) pada ibu masa
prakonsepsi, asuhan kehamilan, asuhan saat persalinan normal, asuhan kebidanan pada
masa nifas, asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, dan asuhan kebidanan pelayanan KB.
1.3.2 Tempat
Asuhan kebidanan berkelanjutan atau Continuity of Care (CoC) di PMB
Halimatun Sakdiah Amd. Keb Kota Padang.
1.3.3 Waktu
Asuhan kebidanan berkelanjutan atau Continuity of Care (CoC) dilaksanakan
bulan Februari sampai Juni 2022.

1.4 Manfaat
1.4.1.Manfaat bagi Penulis
Penulis diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
asuhan berkelanjutan dengan cara yang tepat dan benar.
1.4.2. Manfaat bagi Pasien
Menumbuhkan rasa peduli akan pentingnya kesehatan terhadap diri sendiri
maupun lingkungan keluarga dan dapat menambah informasi kepada ibu terkait
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana.
1.4.3.Manfaat bagi Masyarakat
Dapat memberikan informasi tentang adanya asuhan yang berkelanjutan
terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir dan keluarga
berencana di lingkungan sekitar masyarakat.
1.4.4.Manfaat bagi PMB
Dapat menjadi referensi untuk meningkatkan promosi kesehatan dalam
bidang kebidanan kepada ibu pada masa prakonsepsi, masa kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana sebagai upaya

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


preventif bagi ibu untuk mengurangi angka mordibitas dan mortalitas ibu.
1.4.5.Manfaat bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah informasi yang dijadikan sebagai bahan masukan bagi
akademik untuk pengembangan pembelajaran tentang penerapan asuhan
kebidanan dalam batas Continuity of Care, terhadap ibu masa prakonsepsi,
hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan pelayanan kontrasepsi dalam penelitian
selanjutnya.

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Continuity Of Care
2.1.1 Pengertian Continuity Of Care
Continuity of care merupakan hal yang mendasar dalam model praktikkebidanan
untuk memberikan asuhan yang holistik, membangun kemitraan yang berkelanjutan
untuk memberikan dukungan, dan membina hubungan saling percaya antara bidan
dengan klien (Mortensen dkk, 2019).
Menurut Reproductive, Maternal, Newborn, And Child Health (RMNCH).
“Continuity Of Care” meliputi pelayanan terpadu bagi ibu dan anak dari prakehamilan
hingga persalinan, periode postnatal dan masa kanak-kanak. Asuhan disediakan oleh
keluarga dan masyarakat melalui layanan rawat jalan, klinik, dan fasilitas kesehatan
lainnya (Mortensen dkk, 2019).
2.1.2 Dimensi Continuity Of Care
Menurut WHO dalam Astuti (2017), dimensi pertama dari continuity of care yaitu
dimulai saat kehamilan, pra kehamilan, selama kehamilan, persalinan, serta hari-hari
awal dan tahun kehidupan. Dimensi kedua dari Continuity of care yaitu tempat
pelayanan yang menghubungkan berbagai tingkat pelayanan mulai dari rumah,
masyarakat, dan sarana kesehatan. Dengan demikian bidan dapat memberikan asuhan
secaraberkesinambungan (Sandall, 2017).
2.1.3 Tujuan Continuity Of Care
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan
bayi.
3. Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan
pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


dapat tumbuh kembang secara optimal.
7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
(Sandall, 2017)
2.1.4 Manfaat Continuity Of Care
Continuity of care dapat diberikan melalui tim bidan yang berbagi beban kasus,
yang bertujuan untuk memastikan bahwa ibu menerima semua asuhannya dari satu
bidan atau tim praktiknya. bidan dapat bekerja sama secara multi disiplin dalam
melakukan konsultasi dan rujukan dengan tenaga kesehatan lainnya (Astuti, dkk,
2017).
2.1.5 Dampak Continuity Of Care
Dampak yang akan timbul jika tidak dilakukan asuhan kebidanan yang
berkesinambungan adalah dapat meningkatkan resiko terjadinya komplikasi pada ibu
yang tidak ditangani sehingga menyebabkan penanganan yang terlambat terhadap
komplikasi dan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Komplikasi yang dapat
timbul pada kehamilan diantaranya meliputi anemia, hipertensi, perdarahan, aborsi,
oedema apda wajah dan kaki, dan lain-lain. Komplikasi yang mungkin timbul pada
persalinan meliputi distosia, inersia uteri, presentasi bukan belakang kepala, prolap tali
pusat, ketuban pecah dini (KPD), dan lain-lain. Komplikasi yang mungkin timbul pada
masa nifas meliputi, bendungan ASI, dan lain-lain. Komplikasi yang mungkin timbul pada
bayi baru lahir meliputi berat badan lahir rendah (BBLR), asfiksia, kelainan kongenital,
tetanus neonatorum, danlain-lain (Astuti, dkk, 2017).
2.2 Asuhan Prakonsepsi
2.2.1 Pengertian Prakonsepsi
Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti sebelum dan
konsepsi berarti pertemuan sel ovum dengan sperma sehingga terjadi pembuahan. Jadi
prakonsepsi berarti sebelum terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum atau
pembuahan atau sebelum hamil. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga
bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu saat
ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Menurut Misse (2015)
asuhan prakonsepsi merupakan asuhan yang di berikan pada perempuan dengan sasaran
mempermudah wanita mencapai tingkat kesehatan optimal sebelum terjadi konsepsi
(Misse, 2015). Asuhan Prakonsepsi adalah rangkaian intervensi yang diperlukan untuk
mengidentifikasi dan memodifikasi biomedik, kebiasaan, dan raktor sosial pada wanita

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


dengan usia reproduksi (Tyden, 2016).
2.2.2 Tujuan Prakonsepsi
Tujuan asuhan prakonsepsi adalah memastikan bahwa ibu dan pasangannya
berada dalam status kesehatan fisik dan emosional yang optimal saat dimulainya
kehamilan. Tujuan lainnya adalah memberikan serangkaian pilihan yang mungkin tidak
tersedia saat kehamilan dikonfirmasikan kepada calon orang tua. Meskipun kehamilan
bagi beberapa pasangan mungkin tidak direncanakan, mayoritas pasangan yang memang
merencanakan kehamilan dapat memperoleh manfaat dari asuhan prakonsepsi, baik
bagi mereka yang hanya ingin memberikan yang terbaik bagi bayinya maupun sebagai
upaya mengurangi kondisi yang dapat membahayakan kehamilan (Tyden, 2016).
2.2.3 Manfaat Asuhan Masa Prakonsepsi
Manfaat adanya asuhan prakonsepsi adalah adanya kesiapan secara fisik dan
emosional yang optimal saat memasuki masa konsepsi. Melalui asuhan prakonsepsi, ibu
dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang dapat mendukung persiapan saat
prakonsepsi. Selain itu, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal apa saja yang
menghambat suksesnya proses konsepsi, sehingga ibu dan pasangan dapat melakukan
upaya yang maksimal agar bayi dapat lahir dengan sehat. Selain itu asuhan pra konsepsi
juga bermanfaat untuk :
1. Identifikasi keadaan penyakit
2. Penilaian keadaan psikologis
3. Kesiap siagaan keuangan dan tujuan hidup
4. Memberikan banyak informasi bagi perempuan dan pasangannya untuk
membantu membuat keputusan tentang persalinan yang akan di hadapinya.
2.2.4 Langkah-langkah Masa Prakonsepsi
1. Melakukan medical chek up sebelum terjadi konsepsi, sehingga tenaga
kesehatan dapat menilai keadaan kesehatan perempuan dan mengidentifikasi
faktor resikonya.
2. Pemeriksan laboratorium rutin. Pemeriksaan laboratorium rutin artinya
bahwa pemeriksaan ini dilakukan pada setiap wanita yang akan hamil antara
lain : pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, titer virus Rubella, hepatitis
B, pap smear, clamidia, HIV, dan GO.
3. Pemberian imunisasi sebelum konsepsi
4. Usahakan BB ideal karena underweight dan overweight merupakan penyebab

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


banyak masalah dalam kehamilan.
5. Identifikasi riwayat kesehatan keluarga (kesulitan dalam kehamilan,
persalinan, nifas maupun kecacatan)
6. Anjurkan untuk melakukan gaya hidup sehat sebelum terjadinya konsepsi olah
raga, hindari minum alcohol, merokok atau penggunaan obat-obat rerlarang/
hentikan bila ibu sudah terbiasa
7. Identifikasi masalah kesehatan (DM, epilepsy, hipertensi, dll),
berikanpenanganan dan observasi sebelum terjadi konsepsi.
8. Diet makanan bergizi seimbang. Jangan makan makanan setengah matang,
dan yang mengandung kotoran kucing karena dapat menyebabkan
toxoplasmosis yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin.
9. Membersihkan lingkungan dari bahan kimia The American Academy of
Pediatrics dan American College of Obstetricians dan Gynecologists
mengklasifikasikan komponen utama asuhan prakonsepsi menjadi empat
kategori: penilaian fisik, skrining risiko, vaksinasi, dan konseling. Sebagian
komponen asuhan prakonsepsi. Narges Farahi, MD, and Adam Zolotor, MD,
DrPH dalam Recommendations for Preconception Counseling and Care tahun
2013 menyatakan bahwa Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
mendefinisikan asuhan prakonsepsi sebagai seperangkat intervensi yang
bertujuan mengidentifikasi dan memodifikasi risiko biomedis, perilaku, dan
sosial untuk hasil kesehatan atau kehamilan wanita melalui pencegahan dan
manajemen. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa wanita itu sehat
sebelum konsepsi untuk mempromosikan kesehatan dan kesehatan anak-anak
masa depannya. Asuhan prakonsepsi merupakan bagian integral asuhan primer
bagi perempuan di tahun-tahun reproduksi mereka. Ini bukan kunjungan medis
tunggal, melainkan harus dimasukkan ke dalam setiap keputusan medis dan
rekomendasi pengobatan untuk wanita ini.
(Sandall, 2017).
2.3 Konsep Dasar Kehamilan
2.3.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan terbagi menjadi 3
trimester, di mana trimester satu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28
hingga ke-40). Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama
haid terakhir (Sandall, 2017).
2.3.2 Proses Kehamilan
1. Spermatozoa
Sperma bentuknya seperti kecebong, terdiri atas : Kepala yang
berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti (mukleus), leher yang
menghubungkan kepala dan bagian tengah dan ekor yang dapat bergetar
sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat. Panjang ekor kira-kira 10 x
bagian kepala. Secara embrional, spermatogonium berasal dari sel-sel primitif
tubulus testis. Setelah bayi laki-laki lahir, jumlah spermatogonium yang ada tidak
mengalami perubahan sampai akhir masa akil baliq. Pada masa pubertas,
dibawah pengaruh sel-sel interstisial leyding, sel- sel spermatogonium tadi mulai
aktif mengadakan mtosis dan terjadilah spermatogenesis. Urutan pertumbuhan
sperma (spermatogenesis):
a) Spermatogonium, membelah dua.
b) Spermatosit pertama, membelah dua.
c) Spermatosit kedua, membelah dua.
d) Spermatid, kemuadian tumbuh menjadi
e) Spermatozoon (sperma).
(Walyani, 2015:46).
2. Konsepsi
Pembuahan dalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel
telur dituba uterine. Hanya satu sperma yang dapat melintasi zona pelusida dan
masuk ke vitelus ovum. Setelah itu zona pelusida mengalami perubahan
sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma lain. Proses tersebut diikuti oleh
penyatuan ke dua pronuklei yang disebut zigot yang terdiri atas acuan genetic
dari wanita dan pria. Pembuahan mungkin akan menghasilkan:
• XX zigot menurunkan bayi perempuan atau
• XY zigot yang dihasilkan bayi laki-laki.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan zigot
selama 3 hari sampai stadium morula. Hasil konsepsi ini tetap digerakan kea rah

10

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


rongga rahim oleh:
a) Getaran rambut getar (silia).
b) Kontraksi tuba.
c) Hasil konsepsi tuba dalam kavum uteri pada tingkatblastula.
3. Nidasi atau implantasi
Nidasi adalah masukya atau terbentuknya hasil konsepsi ke dalam
endometrium. Blastula diselubungi oleh suatu simpai disebut trofoblas yang
mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai
rongga rahim jaringan endometrium berada dalam masa sekresi. Jaringan
endometrium ini banyak mengandung sel-sel desidua yaitu sel-sel besar yang
mengandung banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas.
Umumnya nidasi terjadi pada dinding depan atau belakang rahim (korpus) dekat
fundus uteri.
4. Plasenta dan mukosa rahim
Mukosa rahim pada wanita yang tidak hamil terdiri atas stratum
kompaktum dan stratum spongiosum. Desidua adalah mukosa rahim pada
kehamilan terdiri atas:
a) Desidua basalis: terletak diantara hasil konsepsi dan dinding rahim
tempat terjadinya plasentasi.
b) Desidua kapsularis: meliputi hasil konsepsi kearah rongga rahim,
lama kelamaan bersatu dengan desidua vera karena oblitersi.
c) Desidua vera (parietalis): meliputi lapisan dalam dinding rahim
lainnya.
(Fitriana. Y, 2018).
5. Perkembangan janin
a) Minggu 0 Perkembangan janin
Sperma membbuahi ovum yang kemudian membagidan masuk ke
dalam uterus menempel sekitar hari ke 11 (Walyani, 2015:48).
b) Minggu ke 4 Perkembangan janin
Dari diskus embrionik, bagian tubuh pertama muncul yang kemudian
akan menjadi tulang belakang, otak dan saraf tulang belakang, jantung, sirkulasi
darah dan saluran pencernaan terbentuk. Embrio kurang dari 0,64 cm (Walyani,
2015:48-49)

11

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


c) Minggu 8-10 Perkembangan janin
 Kepala kira-kira mempunyai ukuran sama dengantubuh.
 Leher lebih panjang sehingga dagu tidak menyentuhtubuh.
 Pusat-pusat penulungan / osifikasi muncul pada tulangrawan / kartilago.
 Terbentuk kelopak mata tetapi tetap menutup sampai minggu ke-25,
usus mengalami penonjolan kedalam funiculus umbilicus karena tidak
tersedia cukup ruang didalam perut.
 Insersi funiculus umbilicalis, sangat rendah pada abdomen. Apabila perut
ibu diraba terlalu keras maka fetus akan bergerak menjauh. (Handayani, S
2017).
d) Minggu 12 Perkembangan janin
 Panjang tuba kira-kira 9 cm dan berat 14 gram.
 Sirkulasi fetal telah berfungsi secara penuh.
 Traktus renalis mulai berfungsi.
 Terdapat rfleks menghisap dan menelan.
 Genetalia eksterna telah tampak dan dapat ditetapkan jenis kelaminnya.
(Handayani, S 2017).
 Sistem musculoskeletal sudah matang. Sistem saraf mulai melaksanakan
control. Pembuluh darah berkembang dengan cepat. Tangan janin dapat
menggenggam. Kaki menendang dengan aktif. Semua organ mulai
berkembang. Berat janin sekitar 0,2 kg. Denyut jantung janin dapat didengar
dengan Dopler. Pancreas memproduksi insulin (Walyani, 2015)
e) Minggu ke 16-20 Perkembangan janin
 Kecepatan pertumbuhan mulai berkurang
 Kepala sekarang tegak dan merupakan separuh panjang badan
 Gambaran wajah telah nyata, dengan telinga yang terletak pada tempatnya
yang normal
 Kelopak mata, alis mata dan kuku telah tumbuhdengan sempurna
 Tungkai empunyai roporsi relatif yang terhadap tubuh
 Skeleton terlihat pada pemerisaan sinar-x (walaupun sinar-x tidak
digunakan untuk keperluan diagnois)
 Kelenjar minyak telah aktif dan vernikx caseosa (zat seperti salep) akan
melapisi tubuh fetus/janin.
12

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


 Gerakan fetus dapat dirasakan oleh bu setelahkehamilan minggu ke-18
 Jantung ferus dapat didengar dengan stetoskop setelahminggu ke-20
(Handayani, S 2017)
f) Minggu 21 – 24 Perkembangan janin
 Kulit sangat berkeriput karena terdapat terlalu sedikit lemak subkutan.
 Lanugo lebih menjadi gelap dan verniks caseosa meningkat.
 Dari minggu ke-24 dan seterusnya, fetus akan menyepak dalam merespo
rangsangan (stimulasi) misalnya bising yang keas dari luar.
 Bayi tampak tenang apabila ibu mendengarkan music yang tenang dan
merdu.
 Semua organ telah tumbuh.
 Pemberian sakarin (gula) dalam cairan ketuban memperlihatkan adanya
kecepatan menelan dua kali lebih besar (Handayani, S 2017)
g) Minggu 24 – 28 Perkembangan janin
 Mata terbuka, alis dan bulu mata telah berkembangdengan baik.
 Rambut menutpi kepala.
 Lebih banyak deposit lemak subkutan yang menyebabkan kerutan kulit
berkurang.
 Testis mengalami penurunan abdomen ke dalam sekrotum pada minggu ke-
28
 Fetus lahir pada akhir masa ini mempunyai angka kematian atau mortalitas
yang tinggi karea gangguan pernafasan atau respirasi. (Handayani, S 2017)
h) Minggu 28 – 32 Perkembangan janin
 Mata mulai membuka dan menutup
 Janin dapat bernafas, menelan, dan mengatur suhu
 Simpanan lemak coklat berkembang dibawah kulit untuk persiapan
pemisahan bayi setelah lahir
 Bayi sudah tumbuh 38-43 cm.
 Mulai menyimpan zat besi, kalsium dan fosfor (Walyani, 2015).
i) Minggu 32 -36 Perkembangan janin
 Lanugo sebagian besar telah terlepas/ rontok tetapi kulit masih tertutup
oleh vernixcaseosa.

13

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


 Testis fetus laki-laki terdapat dalam skrotum padaminggu ke-36.
 Ovarium perempuan masih berada sekitar cavitaspelvic.
 Kuku jari tangan dan kaki mencapi ujung jari.
 Umbilicus sekarang terletak lebih di pusat abdomen.
j) Minggu ke 40 Perkembangan janin
 Panjang janin 28-34 cm.
 Berat Rahim 600 gram.
 Tinggi rahim diatas pusat.
 Kerangka berkembang cepat.
 Berkemangnya sistem pernafasan

Gambar 2.1
Proses Perkembangan Janin
2.3.3 Tanda-tanda Kehamilan
1. Tanda tidak pasti kehamilan
a) Amenorea
Pada wanita hamil terjadi konsepsi dan nidasi yang menyebabkan tidak
terjadi pembentukan Folikel de graff dan ovulasi . Hal ini menyebabkan
terjadinya amenorea pada seorang wanita yang sedang hamil. Dengan
mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT) dengan perhitungan Neagle
dapat ditentukan hari perkiraan lahir (HPL) yaitu dengan menambah tujuh
pada hari, mengurangi tiga pada bulan, dan menambah satu pada tahun.

14

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


b) Mual dan Muntah
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pengeluaran asam
lambung yang berlebihan. Mual dan Muntah pada pagi haridisebut morning
sickness. Dalam batas yang fisiologis keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual
dan muntah nafsu makan berkurang.
c) Ngidam
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang
demikian disebut ngidam.
d) Sinkope atau pingsan
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan
iskema susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkope atau pingsan.
Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu.
e) Payudara Tegang
Pengaruh hormon estrogen, progesteron, dan somatomamotrofin
menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara. Payudara
membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit
terutama pada hamil pertama.
f) Sering Miksi (Sering BAK)
Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh
dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini sudah menghilang.
g) Konstipasi atau Obstipasi
Pengaruh hormon progesteron dapat menghambat peristaltik usus,
menyebabkan kesulitan untuk buang air besar
h) Pigmentasi Kulit
Terdapat pigmentasi kulit disekitar pipi (cloasma gravidarum). Pada dinding
perut terdapat striae albican, striae livide dan linea nigra semakin
menghitam. Pada sekitar payudara terdapat hiperpigmintasi pada bagian
areola mammae, puting susu makin menonjol.
i) Epulis
Hipertrofi gusi yang disebut epuils, dapat terjadi saat kehamilan.
j) Varices
Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi

15

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai
bakat. Penampakan pembuluh darah terjadi pada sekitar genetalia, kaki,
betis, dan payudara. Penampakan pembuluh darah ini menghilang setelah
persalinan.
(Tyden, 2016).
2. Tanda kemungkinan hamil
a) Perut Membesar
b) Tanda Hegar yaitu perubahan pada rahim menjadi lebih panjang dan lunak
sehingga seolah-olah kedua jari dapat saling bersentuhan.
c) Tanda Chadwicks yaitu vagina dan vulva mengalami peningkatanpembuluh
darah sehingga makin tampak dan kebiru-biruan karena pengaruh
estrogen.
d) Tanda Piscaceks yaitu adanya pelunakan dan pembesaran pada unilateral
pada tempat implantasi (rahim).
e) Tanda Braxton Hicks yaitu adanya kontraksi pada rahim yang disebabkan
karena adanya rangsangan pada uterus.
f) Pemeriksaan test kehamilan positif
3. Tanda pasti hamil
a) Gerakan janin dalam rahim
b) Terlihat dan teraba gerakan janin, teraba bagian-bagian janin.
c) Denyut jantung janin didengar dengan stetoskop Laenec, alat
Kardiotografi, dan Doppler. Dilihat dengan ultrasonografi.
(Sandall, 2017)
2.3.4 Perubahan Fisik Ibu Hamil
1. Perubahan pada Sistem Reproduksi
a) Uterus
Ukuran uterus pada kehamilan cukup bulan: 30 x 25 x 20 cm dengan
kapasitas lebih dari 4000 cc, berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram
menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan (40 pekan). Bentuk dan konsistensi
uterus pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk rahim seperti buah
alpukat, pada kehamilan 4 bulan. Rahim berbentuk bulat, dan pada akhir
kehamilan seperti bujur telur. Pada minggu pertama, isthmus rahim
mengadakan hipertrofi dan bertambah panjang sehingga jika di raba terasa

16

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


lebih lunak disebut Tanda Hegar. Pada kehamilan 5 bulan, rahim teraba seperti
berisi cairan ketuban, dinding rahim terasa tipis, karena itu, bagian-bagian janin
dapat diraba melalui dinding perut dan dinding rahim. Posisi rahim dalam
kehamilan :
 Pada permulaan kehamilan dalam letak antefleksi atau retrofleksi,
 Pada 4 bulan kehamilan rahim tetap berada dalam rongga pelvis,
 Setelah itu mulai memasuki rongga perut yang dalam
pembesarannya dapat mencapai batas hati,
 Rahim yang hamil biasanya lebih mengisi rongga abdomen kanan
atau kiri.
b) Serviks
Serviks uteri, serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak
disebut Tanda Goodell. Kelenjar Endoservikal membesar dan mengeluarkan
banyak cairan mucus. Karena pertambahan dan pelebaran pembuluh darah,
warnanya menjadi livid, dan perubahan itudisebut Tanda Chadwick.
c) Indung Telur (ovarium)
Ovulasi terhenti, masih terdapat korpus lauteumgraviditas sampai
terbentuknya uri yang mengambil alih pengeluaran estrogen dan progresteron.
d) Vagina dan Vulva
Karena pengaruh estrogen, terjadi perubahan pada vagina dan vulva.
Akibat hipervaskularisasi, vagina dan vulva terlihat lebih merah atau kebiruan.
Warna livid pada vagina dan porsio serviksdisebut Tanda Chadwick.
e) Dinding Perut (Abdominal Wall)
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan
robeknya serabut elastic di bawah kulit sehingga timbul Striae Gravidarum. Jika
terjadi peregangan yang hebat, misalnya pada hidramnion dan kehamilan ganda,
dapat terjadi diasis rekti, bahkan hernia. Kulit perut pada linea alba bertambah
pigmentasinya dan disebut linea nigra.
2. Perubahan pada Organ dan Sistemnya
a) Sistem Sirkulasi Darah
Volume Darah, volume darah total dan volume darah plasma darah naik
pesat sejak akhir trimester pertama. Volume darah akan bertambah banyak,
kira-kira 25% dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu, di ikuti

17

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


pertambahan curah jantung (cardiac output), yang meningkat sebanyak ± 30%.
Akibat hemodilusi yang mulai jelas kelihatan pada kehamilan 4 bulan, ibu yang
menderita penyakit jantung dapat jatuh dalam keadaan DekompensasiCordis.
Jantung, pompa jantung mulai naik kira-kira 30% setelah kehamilan 3
bulan, dan menurun lagi pada minggu-minggu terakhir kehamilan.
Elektrokardiogram kadang kala memperlihatkan deviasi aksis ke kiri. Nadi dan
Tekanan Darah, tekanan darah arteri cenderung menurun, terutama selama
trimester kedua, kemudian akan naik lagi seperti pada prahamil. Tekanan vena
dalam batas-batas normal pada ekstreimitas atas dan bawah, cenderung naik,
nilai rata-rata 84 per menit. Protein Darah, jumlah protein (albumin) dan
gamaglobulin menurun dala triwulan pertama dan meningkat secara bertahap
pada akhir kehamilan.
b) Sistem Pernapasan
Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak dan pendek napas. Hal
itu disebabkan oleh usus yang tertekan ke arah diafragma akibat pembesaran
rahim. Kapasitas vital paru sedikit meningkat selama hamil. Seorang wanita
hamil selalu bernapas lebih dalam. Yang lebih menonjol adalah pernapasan
dada (Thoracic Breathing).
c) Saluran Pencernaan (Traktus Digestivus)
Salivasi meningkat dan pada trimester pertama, timbul keluhan mual
dan muntah. Tonus otot-otot saluran pencernaan melemah sehingga motolitas
dan makanan akan lebih lama berada dalam saluran makanan. Resorpsi
makanan baik, tetapi akan timbul obstipasi. Gejala muntah Emesis Gravidarum
sering terjadi pada pagi hari Morning Sickness.
d) Tulang dan Gigi
Persendian panggul akan terasa lebih longgar karena ligamen- ligamen
melunak, terjadi sedikit pelebaran pada ruang persendian. Apabila pemberian
makanan tidak dapat memenuhi kebutuhan kalsium janin, kalsium pada tulang-
tulang panjang ibu akan diambil untuk memenuhi kebutuhan tadi. Apabila
konsumsi kalsium cukup, gigi tidak akan kekurangan kalsium. Gingivitis
kehamilan adalah gangguan yang disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya
higieneyang buruk pada rongga mulut.
e) Kulit

18

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Pada daerah kulit tertentu, terjadi hiperpigentasi, yaitu pada:
 Muka : Disebut masker kehamilan Cloasma Gravidarum
 Payudara : Puting susu dan areola payudara.
 Perut : Linea nigra, striae
 Vulva
f) Kelenjar Endokrin
 Kelenjar Tiroid : Dapat membesar sedikit
 Kelenjar Hipofisis : Dapat membesar terutama lobus anterior.
 Kelenjar Adrenal : Tidak begitu terpengaruh
g) Metabolisme
Umumnya, kehamilan mempunyai efek pada metabolisme, karena itu
wanita hamil perlu mendapat makanan yang bergizi dalam kondisi sehat.
Tingkat metabolik basal (Basal Metabolic Rate, (BMR)) pada wanita hamil
meninggi hingga 15-25% terutama pada trimester akhir. Dibutuhkan
protein yang banyak untuk pertumbuhan fetus, alat kandungan,
payudara, dan badan ibu, serta untuk persiapan laktasi. Hidrat arang:
seorang wanita hamil sering merasa haus, nafsu makan kuat, sering
kencing, dan kadang kala dijumpai glukosuria yang meningkatkan kita
pada diabetes militus. Dalam kehamilan, pengaruh kelenjar endokrin agak
terasa seperti somatomamotropin, plasma insulin, dan hormon-hormon
17 ketosteroid untuk rekomendasi, harus diperhatikan sungguh- sungguh
hasil Glucose Tolerance Test (GTT) oral dan Glucose Tolerance Test (GTT)
intervena.
Metabolisme lemak juga terjadi kadar kolesterol meningkat
sampai 350 mg atau lebih per 100 cc. Hormon somatomatropin
mempunyai peranan dalam pembentukan lemak pada payudara. Deposit
lemak lainya terdapat di badan, perut, paha, dan lengan. Metabolisme
mineral:
 Kalsium : Dibutuhkan rata-rata 1,5 gram sehari sedangkan untuk
pembentukan tulang-tulang terutama dalam trimester terakhir
dibutuhkan 30-40 gram.

19

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


 Fosfor : Dibutuhkan rata-rata 2 gram per hari.
 Zat besi : Dibutuhkan tambahan zat besi kurang lebih 800 mg
atau 30-50 mg per hari.
 Air : Wanita hamil cenderung mengalami retensi air.
Berat badan wanita hamil akan naik sekitar 6,5 sampai 16,5 kg. Kenaikan
berat badan yang terlalu banyak ditemukan pada keracunan hamil (pre-eklamsi
dan eklamsi). Kenaikan berat badanwanita hamil disebabkan oleh:
 Janin, uri, air ketuban, uterus
 Payudara, kenaikan voluma darah, lemak, protein, dan retensi air.
Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi. Kalori yang
dibutuhkan untuk ini terutama diperoleh dari pembakaran zat arang. Khusunya
kehamilan lima bulan keatas. Namun bila dibutuhkan, dipakai lemak ibu untuk
mendapatkan kalori tambahan. Wanita hamil memerlukan makanan yang
bergizi dan harus mengandung banyak protein. Di Indonesia masih banyak
dijumpai penderita defisiensi zat besi dan vitamin B, oleh karena itu wanita
hamil harus diberikan fe dan robansia yang berisi mineral dan vitamin.
h) Mammae
Selama kehamilan, payudara bertambah besar, tegang, dan berat. Dapat
teraba nodule-noduli, akibat hipertrofi kelenjar alveoli, bayangan vena-vena lebih
membiru. Hiperpiegmentasi terjadi pada puting susu dan areola payudara. Kalau
diperas, keluar air susu jolongkolostrum yang berwarna kuning.
2.3.5 Perubahan Psikologis Ibu Hamil
1. Pada Kehamilan Trimester 1
Adaptasi yang harus dilakukan oleh ibu yaitu menerima kenyataan
bahwa dirinya sedang hamil. Tingkat penerimaan dari ibu hamil akan tercermin
dalam respon emosionalnya dan kesiapan atau penyambutan kehamilannya.
Berbagai respon emosional pada trimester 1 yang dapat muncul berupa
perasaan ambifalen, kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi dan
kesedihan.
Pada trimester 1 ini, akan muncul sejumlah ketidaknyamanan, misalnya
mual, kelelahan, perubahan nafsu makan, emosional, dan cepat marah.
Kemungkinan hal ini, mencerminkan konflik atau depresi yang dialami selain
pengingat akan kehamilanya. Pada kehamilan trimester 1, ekspresi seksual
20

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


bersifat individual. Selain faktor fisik, emosi, serta interaksi dan masalah
disfungsi seksual dapat berperan terhadap perbedaan perasaan yang muncul.
Umumnya, rasa keinginan seksual ibu akan menurun, jika ibu merasa mual, letih,
depresi, nyeri payudara, khawatir dan cemas.
2. Pada Kehamilan Trimester 2
Pada trimester 2 ini ibu akan merasa lebih baik dan sehat karena
terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan, misalnya mual dan letih.
Perubahan psikologis pada trimester kedua ini dapat dibagi menjadi 2 tahap,
yaitu sebelum adanya pergerakan janin yang dirasakan ibu (prequickening) dan
setelah adanya pergerakan janin yang dirasakan oleh ibu (postquickening).
3. Pada Kehamilan Trimester 3
Pada kehamilan trimester ketiga, ibu akan lebih nyata mempersiapkan
diri untuk menyambut kelahiran anaknya. Selama menjalani kehamilan
trimester ini, ibu dan suaminya sering kali berkomunikasi dengan janin yang
berada dalam kandunganya dengan cara mengelus perut dan berbicara
didepannya, walaupun yang dapat merasakan gerakan janin di dalam perut
hanyalah ibu hamil itu sendiri.
Pada trimester ketiga ini, libido cenderung menurun kembali yang
disebabkan munculnya kembali ketidaknyamanan fisiologis, serta bentuk dan
ukuran tubuh yang semakin membesar. Menjelang akhir trimester 3, umumnya
ibu hamil tidak sabar untuk menjalani persalinan dengan perasaan yang
bercampur antara sukacita dan rasa takut.
2.3.6 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil
1. Nutrisi yang adekuat
 Kalori, jumlah kalori yang diperlukan bagi ibu hamil untuk setiap
harinya adalah 2.500 kalori
 Protein, jumlah protein yang diperlukan oleh ibu hamil adalah 85gram
per hari.
 Kalsium, kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram per hari.
 Asam Folat, selain zat besi, sel-sel darah merah juga memerlukan asam
folat bagi pematangan sel. Jumlah asam folat yang dibutuhkan oleh ibu
hamil adalah 400 mikrogram per hari.
 Zat besi, untuk menjaga konsentrasi hemoglobin yang normal,
21

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


diperlukan asupan zat besi bagi ibu hamil dengan jumlah 30 mg/hari
terutama setelah trimester kedua. Bila tidak ditemukan anemia
pemberian zat besi per minggu cukup adekuat.
2. Perawatan payudara
Payudara perlu dipersiapkan sejak sebelum bayi lahir sehingga dapat
segera berfungsi dengan baik. Pengurutan payudara untuk mengeluarkan
sekresi dan membuka duktus dan sinus laktiferus, sebaiknya dilakukan secara
hati-hati dan benar karena pengurutan yang salah dapat menimbulkan kontraksi
pada rahim sehingga terjadi kondisi seperti pada uji kesejahteraan janin
menggunakan uterotonika.
Basuhan lembut setiap hari pada areola dan puting susu akan
dapat mengurangi retak dan lecet pada area tersebut. Untuk sekresi yang
mengering pada puting susu, lakukan pembersihan dengan menggunakan
campuran gliserin dan alkohol. Karena payudara menegang, sensitif, dan
menjadi lebih berat, maka sebaiknya gunakan penopang payudara yang sesuai
brassiere.
3. Perawatan gigi
Dibutuhkan dua kali pemeriksaan gigi selama kehamilan, yaitu pada
trimester pertama dan ketiga. Pada trimester pertama terkait dengan
hiperemesis dan ptialisme (produksi liur yang berlebihan) sehingga kebersihan
rongga mulut harus selalu terjaga. Sementara itu, pada trimester ketiga, terkait
dengan adanya kebutuhan kalsium untuk pertumbuhan janin sehingga perlu
diketahui apakah terdapat pengaruh yang merugikan pada gigi ibu hamil.
Dianjurkan untuk selalu menyikat gigi setelah makan karena ibu hamil sangat
rentan terhadap terjadinya carries dan gingivitis.
4. Kebersihan tubuh dan pakaian
Kebersihan tubuh harus terjaga selama kehamilan. Perubahan anatomik
pada perut, area genetalia / lipat paha, dan payudara menyebabkan lipatan-
lipatan kulit menjadi lebih lembab dan mudah terinvestasi oleh
mikroorganisme. Sebaiknya gunakan pancuran atau gayung pada saat mandi.
Gunakan pakaian yang longgar, bersih dan nyaman dan hindarkan sepatu hak
tinggi dan alas kaki yang keras serta korset penahan perut.
5. Olahraga

22

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil, secara fisik atau
mental, pada persalinan cepat, aman dan spontan. Jenis olah tubuh yang paling
sesuai untuk ibu hamil, disesuaikan dengan banyaknya perubahan fisik seperti
pada organ genital, perut kian membesar dan lain-lain. Dengan mengikuti senam
hamil secara teratur dan intesif, ibu hamil dapat menjaga kesehatan tubuh dan
janin yang dikandungnya secara optimal.
6. Istirahat
Dengan adanya perubahan fisik ibu hamil, salah satunya beban berat
pada perut sehingga terjadi perubahan sikap tubuh, tidak jarang ibu akan
mengalami kelelahan, oleh karena itu istirahat dan tidur sangat penting untuk
ibu hamil. Pada trimester akhir kehamilan sering diiringi dengan bertambahnya
ukuran janin, sehingga terkadang ibu kesulitan untuk menentukan posisi yang
paling baik dan nyaman untuk tidur. Posisi tidur yang nyaman dan dianjurkan
pada ibu hamil adalah miring ke kiri, kaki lurus, kaki kanan sedikit menekuk dan
ganjal dengan menggunakan bantal dan untuk mengurangi rasa nyeri pada
perut, ganjal dengan bantal pada perut bawah sebelah kiri.
7. Aktifitas
Senam hamil bertujuan mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga
dapat dimanfaatkan untuk berfungsi secara optimal dalam persalinan normal.
Senam hamil dimulai pada usia kehamilan sekitar 24-28 minggu. Beberapa
aktivitas yang dianggap sebagai senam hamil yaitu jalan-jalan saat hamil
terutama pagi hari(Manuaba, 2014). Jangan melakukan pekerjaan rumah tangga
yang berat dan hindarkan kerja fisik yang dapat menimbulkan kelelahan yang
berlebihan.
2.3.7 Tanda Bahaya Kehamilan
1. Perdarahan Vagina
Perdarahan pada kehamilan muda atau usia kehamilan dibawah 20
minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran. Sekitar 10-12% kehamilan akan
berakhir dengan keguguran yang pada umumnya (60- 80%) disebabkan oleh
kelainan kromosom yang ditemui pada spermatozoa ataupun ovum. Penyebab
yang sama dan menimbulkan gejala perdarahan pada kehamilan muda dan
ukuran pembesaran uterus yang diatas normal, pada umumnya disebabkan oleh
mola hidatidosa. Perdarahan pada kehamilan muda dengan uji kehamilan

23

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


yangtidak jelas, pembesaran uterus yang tidak sesuai (lebih kecil) dari usia
kehamilan, dan adanya massa biasanya disebabkan oleh kehamilan ektopik.
Perdarahan pada kehamilan lanjut atau diatas 20 minggu pada
umumnya disebabkan oleh plasenta previa. Perdarahan yang terjadi sangat
terkait dengan luas plasenta dan kondisi segmen bawah rahim yang menjadi
tempat implantasiplasenta tersebut. Pada plasenta yang tipis dan menutupi
sebagian jalan lahir, maka umumnya terjadi perdarahan bercak berulang dan
apabila segmen bawah rahim mulai terbentuk disertai dengan sedikit penurunan
bagian terbawah janin, maka perdarahan mulai meningkat hingga tingkatan
yang dapat membahayakankeselamatan ibu.
2. Pre-Eklamsia
Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan diatas 20 minggu
disertai dengan peningkatan tekanan darah diatas normal sering diasosiasikan
dengan pre-eklamsia. Data atau informasi awal terkait dengan tekanan darah
sebelum hamil akan sangat membantu petugas kesehatan untuk membedakan
hipertensi kronis (yang sudah ada sebelumnya) dengan pre-eklamsia. Gejala dan
tanda lain dari pre- eklamsia adalah sebagai berikut:
 Hiperrefleksia.
 Sakit kepala atau sefalgia yang tidak membaik dengan pengobatan
umum.
 Gangguan penglihatan seperti pandangan mata kabur, skotomata, silau
atau berkunang – kunang.
 Nyeri epigastrik.
 Oliguria (luaran kurang dari 500 ml/jam).
 Tekanan darah sistolik 20 – 30 mmHg dan diastolik 10 – 20 mmHg di
atas normal.
 Proteinuria (diatas positif 3)
 Edema menyeluruh.
3. Nyeri Hebat di Daerah Abdominopelvikum
Bila hal tersebut di atas terjadi pada kehamilan trimester kedua atau
ketiga dan disertai dengan riwayat dan tanda – dibawah ini, maka diagnosisnya
mengarah pada solusio plasenta, baik dari jenis yang disertai perdarahan
(revealed) maupun tersembunyi (concealed):
24

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


 Trauma abdomen.
 Preeklamsia.
 Tinggi fundus uteri lebih besar dari usia kehamilan (UK).
 Bagian – bagian janin sulit diraba.
 Uterus tegang dan nyeri.
 Janin mati dalam rahim.
Beberapa gejala dan tanda lain yang harus diwaspadai terkait dengan
gangguan serius selama kehamilan adalah sebagai berikut:
 Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan.
 Disuria.
 Menggigil atau demam.
 Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya.
 Uterus lebih besar atau lebih kecil dari Usia Kehamilan (UK) yang
sesungguhnya.
Menurut buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) (2015), tanda bahaya
kehamilan adalah sebagai berikut:
 Perdarahan pervaginam pada hamil mudah dan hamil tua.
 Sakit kepala yang hebat.
 Penglihatan kabur.
 Bengkak kaki, tangan dan wajah, atau sakit kepala disertai kejang.
 Keluar cairan pervaginam (Air ketuban keluar sebelum waktunya).
 Janin dirasakan kurang bergerak dibandingkan sebelumnya.
 Nyeri perut yang hebat
 Demam tinggi.
 Muntah terus dan tidak mau makan.
2.3.8 Keluhan Ringan Dan Penanganan Dalam Kehamilan
1. Mual
Mual dan muntah lazim terjadi dalam kehamilan, dengan sekitar 50%
wanita hamil mengalami mual ringan saat bangun tidur sampai mual di
sepanjang hari dengan sedikit muntah, selama pertengahan pertama kehamilan.
Bagi banyak wanita, gejala berkurang setelah minggu ke-12 sampaike-14
kehamilan, bersamaan dengan kemampuan plasenta mengambil alih dukungan

25

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


untuk perkembangan embrio. Alasan mual tidak di ketahui tetapi dikaitan
dengan peningkatan kadar Human Chorionic Gonadotropin (HCG), hipoglikemi,
peningkatan kebutuhan metabolic, efek progesteron pada sistem pencernaan.
Saran kepada wanita harus terdiri atas :
 Makan sesuatu sebelum bangun tidur
 Sediakan selalu makanan ringan di tempat tidur
 Bangun dari tempat tidur secara perlahan
 Makan dan minum sedikit tapi sering pada siang hari
 Beristirahat dipertengahan siang hari
 Makan biscuit tanpa rasa, sepotong kecil buah, roti panggang kering
atau yoghurt.
 Hindari alkohol, kafein dan makanan pedas atau berlemak
 Jahe dalam bentuk teh atau tablet untuk mengurangi mual
 Makan sedikit tapi sering sebelum tidur malam.
Kondisi mual muntah harus di konsultasikan jika:
 Wanita muntah > dari 4x sehari
 Saran di atas tidak mempan
 Wanita mengalami penurunan berat badan
 Wanita tidak mempertahankan konsumsi cairan
 Kemungkinan perlu di resepkan antiemetik
 Wanita mengalami dehidrasi. Masuk ke RS di anjurkan untuk pemberian
makan melalui intravena, koreksi ketidakseimbangan elektrolit, dan
rehidrasi.
2. Konstipasi
Konstipasi adalah gangguan minor yang lain pada kehamilan yang
menyerang sistem pencernaan. Wanita yang mengalami konstipasi sebelum
kehamilan dapat merasa bahwa kondisi ini menjadi lebih bermasalah saat
mereka hamil.
Konstipasi di sebabkan karena kerja progesteron, yang mengurangi
mortalitas sistem pencernaan (juga di kaitkan dengan mual di awal kehamilan).
Konstipasi juga di sebabkan oleh pergeseran usus akibat pertumbuhan uterus
atau akibat efek samping dari terapi fe peroral. Jika memungkinkan, yang terbaik
adalah meredakan konstipasi dengan cara alamiah sebelum memberikan
26

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


medikasi selama kehamilan, dan saran yang diberikan oleh bidan harus
merefleksikan hal berikut:
 Makan makanan yang mengandung serat tinggi, seperti roti gandum
utuh, sereal, dan buah prem.
 Minum ekstra cairan, jus buah, atau teh herbal. Cairan ini harus
berjumlah 2 liter/hari, dan jumlahnya lebih besar jika suhu sedang
panas.
 Makan makanan secara teratur
 Makan lima porsi buah dan sayur/hari
 Lakukan olahraga ringan, 20-30 menit, 3x/minggu
 Laksafatif ringan, seperti laktulosa 15 ml 2 x 1 dapat di resepkan jika
saran di atas tidak meredakan gejala.
3. Indigesti dan nyeri ulu hati
Selama kehamilan, 30-50% wanita mengalami indigesti atau nyeri ulu
hati. Ketidaknyamanan disebabkan oleh refluks asam dari lambung melalui
sfingter esophagus akibat efek relaksasi progesterone. Pada kehamilan lanjut,
uterus yang membesar menggeser lambung, meningkatkan tekanan intragastrik,
yang membuat refluks asam lebih cenderung terjadi saat ibu berbaring datar.
Saran mencakup :
 Makan beberapa makanan kecil dalam sehari
 Hindari kopi, alkohol, dan makanan pedas
 Jangan mengkombinasikan makanan padat dengan cairan, tetapi
minum cairan secara terpisah dari makanan
 Tidur dengan tambahan bahntal di malam hari untuk meninggikan
kepala dan dada hingga lebih tinggi dari lambung
 Minum antasida yang berbahan dasar kalium atau kalium- magnesium
untuk meredakan gejala
 Gunakan pakaian yang longgar sehingga tidak ada tekanan yangtidak
perlu di area abdomen.
4. Varises vena dan hemoroid
Varises vena di sebabkan oleh kelemahan katub di vena yang
mengembalikan darah ke jantung dari ekstremitas bawah sehingga varises vena
dapat terjadi di tungkai, vulva, atau rektum (hemoroid). Selama kehamilan,
27

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


ekstra volume darah yang bersirkulasi meningkatkan tekanan di dinding
pembuluh darah dan progesterone merelaksasi dinding pembuluh darah. Berat
dari uterus yang terus tumbuh menciptakan tekanan balik pada pembuluh
darah panggul dan tungkai. Konstipasi memperburuk hemoroid.
Tanda gejala:
 Tungkai terasa nyeri dan berat
 Sensasi seperti tertusuk di tungkai dan vulva
 Permukaan vena mengalami dilatasi di vulva atau tungkai
 Vulva dapat membengkak dan terasa sangat nyeri
 Ketidaknyamanan dan rasa gatal di sekitar anus
Saran :
 Hindari konstipasi dan mengejan di toilet
 Hindari berdiri untuk periode waktu yang lama
 Hindari pakaian yang ketat
 Jangan duduk dengan menyilangkan kaki
 Lakukan olahraga ringan, seperti jalan untuk membantu sirkulasi
Gunakan kompres es di daerah vulva untuk mengurangi pembengkakan
 Krim hemoroid dengan merk tertentu dapat di gunakan secara aman
dalam kehamilan
 Suplemen zat besi dapat menyebabkan konstipasi pada beberapa
wanita
5. Nyeri Punggung
Sampai dengan 90% wanita dapat mengalami nyeri punggung selama
kehamilan sehingga menempatkan nyeri punggung sebagai gangguan minor
yang paling sering terjadi pada kehamilan. Obesitas, riwayat masalah punggung,
dan paritas yang lebih besar meningkatkan kecenderungan terjadi nyeri
punggung.
 Selama kehamilan, ligament menjadi lebih lunak dalam pengaruh
relaksin dan meregang untuk mempersiapkan tubuh untukpersalinan.
 Hal tersebut terutama di fokuskan pada sendi panggul dan ligament
yang menjadi lebih fleksibel untuk mengakomodasi bayi saat pelahiran
 Efek dapat menempatkan ketegangan pada sendi panggul dan punggung
bawah, yang dapat menyebabkan nyeri punggung.
28

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


 Saat bayi tumbuh, lengkung di spina lumbalis dapat meningkat karena
abdomen di dorong ke depan dan ini juga dapat menyebabkan nyeri
punggung.
Saran berikut dapat diberikan kepada wanita untuk meredakan nyeri
punggung:
 Hindari mengangkat benda berat dan gunakan teknik mengangkat
barang yang baik, yaitu menekuk lutut dan mempertahankan punggung
tetap lurus saat mengangkat, atau mengambil sesuatu dari lantai.
Wanita harus hati-hati saat mengangkat anak yang berat.
 Berat benda yang berat harus di pegang di dekat tubuh
 Setiap permukaan kerja yang di gunakan harus cukup tinggi untuk
mencegah tubuh tidak bungkuk
 Saat membawa beban berat seperti barang belanjaan, berat badan
harus diseimbangkan dengan sama di kedua sisi tubuh.
 Ajari cara duduk dan berdiri dengan tulang belakang berada dalam posisi
netral sehingga postur tubuh dapat di pertahankan
 Kasur yang keras dapat memberikan topangan yang lebih baik selama
tidur, penggunaan papan dapat membuat kasur yang empuk menjadi
lebih menopang
 Istirahat sebanyak mungkin saat kehamilan mengalami kemajuan
Jika nyeri punggung sangat nyeri dan melelahkan, wanita dapat di rujuk ke
fisioterapi obstetrik untuk meminta saran tentang topangan lumbal dan latihan
fisik yang bermanfaat
6. Nyeri pinggang
Perubahan yang terjadi selama kehamilan sering kali menjadi keluhan
bagi ibu hamil diantaranya mual muntah pada awal kehamilan, konstipasi,
varises vena, gangguan berkemih, hemoroid, dan pembengkakan pada tungkai
dan kaki serta nyeri pinggang. Pada masa kehamilan seiring dengan
membesarnya uterus, maka pusat gravitasi akan berpindah kearah depan
sehingga ibu hamil harus menyesuaikan posisi berdirinya, dimana ibu hamil
harus bergantung dengan kekuatan otot, penambahan berat badan, sifat
relaksasi sendi, kelelahan serta postur sebelum hamil. Postur tubuh yang tidak
tepat akan memaksa peregangan tambahan dan kelelahan pada tubuh,
29

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


terutama pada bagian tulang belakang sehingga akan menyebabkan terjadinya
sakit atau nyeri pada bagian pinggang ibu hamil. merupakan salah satu problem
yang banyak dikeluhkan oleh para calon ibu. Berdasarkan penelitian 50% ibu
hamil sering mengeluhkan sakit punggang saat sedang menjalani proses
kehamilan. Sementara menurut Susanti & Putri (2019), nyeri pinggang selama
kehamilan adalah keluhan umum pada wanita hamil. Angkanya sekitar 50-70 %
dari wanita hamil bisa merasakannya. Nyeri pinggang ini bisa dirasakan di semua
tingkat usia kehamilan. Tetapi paling banyak dirasakan saat kehamilan tua
(trimester ketiga). Oleh karena itu, selain makan secara teratur, ibu hamil harus
cukup istirahat dan berolahraga sesuai dengan kebutuhannya. Salah satu
olahraga yang baik untuk ibu hamil adalah senam hamil. Senam hamil
merupakan terapi latihan gerak yang diberikan pada ibu hamil untuk
mempersiapkan dirinya baik fisik maupun mental dalam menghadapi persalinan.
Senam hamil sangat diperlukan oleh setiap ibu hamil, karena senam hamil
dapat membuat tubuh yang bugar dan sehat dan dapat membuat ibu hamil
tetap mampu menjalankan aktivitas sehari-hari sehingga stress akibat rasa
cemas menjelang persalinan akan dapat diminmalkan. Meskipun tubuh cukup
sehat dan dapat menyesuaikan diri dengan adanya perubahan- perubahan yang
terjadi tapi akan sangat membantu jika melakukan olahraga atau senam hamil.
Biasanya proses pemulihan setelah melahirkan pun akan lebih cepat
dibandingkan tubuh yang kondisinya kurang baik. Dengan berlatih senam hamil
secara teratur, tingkat kesadaran secara keseluruhan terhadap hakekat hidup
bertambah, kelelahan dan nyeri pinggang pun berkurang, dan ini akan membuat
semangat bertambah (Susanti & Putri, 2019)
7. Sering berkemih
Sebagian besar wanita mengalami sering berkemih di awal kehamilan.
Desakan untuk mengosongkan kandung kemih, bahkan dalam jumlah urine yang
sedikit, selama siang dan malam hari di sebabkan oleh tekanan dari uterus yang
membesar pada kandung kemih.
 Yakinkan wanita bahwa ini normal karena produksi urine di ginjal
meningkat selama hamil
 Gejala ini secara umum membaik pada minggu ke-14 saatpertumbuhan
uterus keluar dari panggul

30

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


 Sarankan mereka untuk tidak meminum cairan jumlah besar sebelum
tidur.
Tidak ada terapi yang di butuhkan untuk hanya mengatasi sering berkemih
tetapi jika berkemih menjadi nyeri, infeksi kemih harus di pastikan tidak terjadi.
Gejala dapat terjadi kembali selama 4 minggu terakhir kehamilan, saat bagian
presentasi janin memasuki pelvis dan menciptakan tekanan pada kandung
kemih sehingga mengurangi kapasitas keseluruhan.
8. Susah tidur
Sulit tidur dapat disebabkan oleh perubahan fisik yaitu pembesaran
uterus. Di samping itu sulit tidur dapat juga disebabkan perubahan psikologis
misalnya perasaan takut, gelisah atau khawatir karena menghadapi kelahiran.
Sering BAK dimalam hari dapat juga menjadi penyebab terjadinya gangguan
tidur pada ibu hamil. Akibat dari kurang baiknya kualitas tidur bisa berisiko
terhadap kehamilan dan saat proses melahirkan. Kebutuhan istirahat apabila
belum terpenuhi akan berpengaruh terhadap kesehatan janin. Ibu hamil
memerlukan sekitar delapan jam untuk tidur dimalam hari, selain itu tidur siang
juga dibutuhkan oleh ibu hamil. Ketika memasuki trimester III semakin banyak
keluhan-keluhan yang dirasakan ibu sehingga menggangu istirahat dan tidur
(Afni & Dwienda, 2019). Adapun peran bidan dalam membantu ibu mengurangi
keluhan sulit tidur yaitu dengan menyarankan untuk mencari posisi tidur yang
nyaman,mandi air hangat sebelum tidur,mendengarkan music klasik,minum
segelas air susu hangat atau ibu hamil juga bisa mengatasi sulit tidur dengan
olahraga (Afni & Dwienda, 2019).
2.3.9 Standar Pelayanan Kehamilan
Menurut Depkes RI (2015) Standar Pelayanan Minimal Asuhan Kehamilan
termasuk dalam "14T" meliputi:
1. Ukur Berat badan dan Tinggi Badan (T1). Dalam keadaan normal kenaikan berat
badan ibu dari sebelum hamil dihitung dari TM I sampai TM III yang berkisar
antara 9-13,9 kg dan kenaikan berat badan setiap minggu yang tergolong normal
adalah 0,4 - 0,5 kg tiap minggu mulai TM II. Pengukuran tinggi badan ibu hamil
dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering
berhubungan dengan keadaan rongga panggul.
2. Ukur Tekanan Darah (T2). Tekanan darah yang normal 110/80 - 140/90 mmHg,

31

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


bila melebihi 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya Preeklampsi.
3. Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3). Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik
Mc. Donald adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu dan
hasilnya bisa di bandingkan dengan hasil anamnesis hari pertama haid terakhir
(HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan. TFU yang normal harus sama
dengan UK dalam minggu yang dicantumkan dalam HPHT.
Tabel 2.1 Ukuran Tinggi Fundus Uteri sesuai Usia Kehamilan
Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU)
12 minggu 3 jari di atas simfisis
16 minggu Pertengahan pusat-simfisis
20 minggu 3 jari di bawah pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3 jari di atas pusat
32 minggu Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (Px)
36 minggu 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (Px)
40 minggu Pertengahan pusat- prosesus xiphoideus (Px)
Sumber: DepKes RI, 2015
4. Pemberian Tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)
5. Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) (T5) harus segera di berikan pada saat
seorang wanita hamil melakukan kunjungan yang pertama dan dilakukan pada
minggu ke-4.
Tabel 2.2 Jadwal Imunisasi TT
Antigen Interval Lama Perlindungan
(selang waktu minimal)
TT1 Pada kunjungan antenatal pertama -
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
TT5 1tahun setelah TT4 25 tahun/seumur hidup
Sumber: Syaifuddin, 2014.
6. Pemeriksaan Hb (T6). Pemeriksaan Hb pada Bumil harus dilakukan pada
kunjungan pertama dan minggu ke 28. Bila kadar Hb < 11 gr% Bumil dinyatakan
Anemia, maka harus diberi suplemen 60 mg Fe dan 0,5 mg AsamFolat hingga Hb
32

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


menjadi 11 gr% atau lebih.
7. Pemeriksaan VDRL (Veneral Disease Research Lab) (T7). Pemeriksaan dilakukan
pada saat Bumil datang pertama kali diambil spesimen darah vena kurang lebih
2 cc. Apabila hasil test positif maka dilakukan pengobatan dan rujukan.
8. Pemeriksaan Protein urine (T8). Dilakukan untuk mengetahui apakah pada urine
mengandung protein atau tidak untuk mendeteksi gejalaPreeklampsi.
9. Pemeriksaan Urine Reduksi (T9). Untuk Bumil dengan riwayat DM, bila hasil
positif maka perlu diikuti pemeriksaan gula darah untuk memastikan adanya
DM.
10. Perawatan Payudara (T10). Senam payudara atau perawatan payudara untuk
Bumil, dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dimulai pada usia kehamilan 6
Minggu.
11. Senam Hamil (T11)
12. Pemberian Obat Malaria (T12). Diberikan kepada Bumil pendatang dari daerah
malaria juga kepada bumil dengan gejala malaria.
13. Pemberian Kapsul Minyak Yodium (T13). Diberikan pada kasus gangguan akibat
kekurangan Yodium di daerah endemis yang dapat berefek buruk terhadap
Tumbuh kembang Manusia.
14. Temu wicara / Konseling (T14).
2.4 Konsep Dasar Persalinan
2.4.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan bantuan
atau tanpa bantuan (W. S. 2015). Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir
dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pelepasan dan pengeluaran plasenta serta selaput janin dari tubuh ibu.
Persalianan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah kehamilan 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Proses persalinan
dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan menyebabkan perubahan pada serviks
(membuka dan menipis) dan berakhirnya dengan lahirnya plasenta secara lengkap
(Ningsih, 2017). Persalinan adalah proses parasimpatis, Kondisi fisiologis yang perlu
istirahat, ketenteraman, Rasa nyaman, percaya diri, terutama harus ada rasa Aman (W.
S. 2015).

33

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


2.4.2 Tahapan Persalinan
1. KALA I (Pembukaan)
Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala I, jika sudah terjadi
pembukaan serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit
selama 40 detik. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan 0-10 cm (pembukaanlengkap). Proses ini terbagi menjadi dua fase,
yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7
jam) dimana serviks membuka dari 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering
terjadi selama fase aktif. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung
tidak begitu kuat sehingga parturient (ibu yang sedang bersalin) masih dapat
berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam
sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam, Berdasarkan Kurve Friedman,
diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm per jam dan pembukaan
multigravida 2 cm per jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu
pembukaan lengkap dapat diperkirakan. (Sutanto A, 2015)
2. KALA II (Pegeluaran Bayi)
Kala II adalah pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap sampai
bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan meneran akan
mendorong bayi hingga lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada
primigravida dan 1 jam pada multigravida. Diagnosis persalinan kala II
ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan
pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva dengan
diameter 5-6 cm,.
Gejala utama kala II adalah sebagai berikut:
 His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-100 detik.
 Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran
cairan secara mendadak.
 Ketuban pecah saat pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan
meneran karena tertekannya fleksus frankenhouser.
 Dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan mendorong kepala bayi sehingga
kepala bayi membuka pintu: Suboksiput bertindak sebagai hipomochlion,

34

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


berturut-turut lahir ubun- ubun besar, dahi, hidung, dan muka serta kepala
seluruhnya.
 Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala pada punggung.
 Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong
dengan jalan berikut:
 Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu,
kemudian ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan,
dan curam ke atas untukmelahirkan bahu belakang.
 Setelah kedua bahu bayi lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa
badan bayi.
 Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
 Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multi gravid 30 menit.
(Sutanto A, 2015).
3. KALA III (Pengeluaran Plasenta)
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit.
Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta pada lapisan
nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat
diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda uterus menjadi bundar,
uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim, tali
pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan, melahirkan plasenta dilakukan
dengan dorongan ringan secaracrede pada fundus uteri (Manuaba, 2014).
Ada 2 metode untuk pelepasan plasenta :
 Metode schulze
Pelepasan plasenta mulai dari pertengahan, sehingga plasenta lahir
diikuti oleh pengeluaran darah. Metode yang lebih umum terjadi, plasenta
terlepas dari suatu titik pusat dan merosot ke vagina melalui lubang dalam
kantung amnion, pembukaan fetal plasenta muncul pada vulva dengan selaput
ketuban yang mengikuti dibelakangseperti payung terbalik saat terkelupas dari
dinding uterus. Permukaan maternal plasenta tidak terlihat, dan bekuan darah
berada dalam kantong yang terbalik, kontraksi dan retraksi otot uterus yang
menimbulkan pemisahan plasenta juga menekan pembuluh darahdengan kuat
dan mengontrol perdarahan (Marmi, 2015).

35

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


 Metode Matthews Ducan
Pelepasan plasenta dari daerah tepi sehingga terjadi perdarahan dan
diikuti pelepasan plasenta. Pada metode ini kemungkinan terjadi bagian
selaput ketuban yang tertinggal lebih besar karena selaput ketuban tersebut
tidak terkelupas semua selengkap metode schultze. Metode ini adalah metode
yang berkaitan dengan plasenta letak rendah didalam uterus. Proses
pelepasan berlangsung lebih lama dan darah yang hilang sangat banyak karena
hanya ada sedikit serta oblik dibagianbawah segmen (Marmi, 2016).

Schultze Ducan
Gambar 2.2 Mekanisme Pelepasan Plasenta
Sumber : Devi W(2018). Pengeluaran dan pelepasan plasentaSchultze dan Ducan
Untuk mengetahui apakah plasenta telah lepas dari tempat
implantasinya, dipakai beberapa prasat menurut Marmi (2016) yaitu :
 Perasat Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat,
tangan kiri menekan daerah di atas simfisis. Bila tali pusat ini masuk
kembali dalam vagina berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.
Perasat ini hendaknya dilakukan secara hati-hati. Apabila hanya
sebagian lasenta terlepas, perdarahan banyak akan dapat terjadi.
 Perasat Strassman
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat,
36

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


tangan kiri mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa ada getaran
pada tali pusat yang diregangkan ini, berarti plasenta belum lepas dari
dinding uterus. Bila tidak terasa getaran, berarti plasenta telah lepas
dari dinding uterus.
 Perasat Klein
Wanita tersebut disuruh mengejan dan tali pusat tampak turun
ke bawah. Bila pengedanannya dihentikan dan tali pusat masuk
kembali kedalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding
uterus.
 Perasat Crede
Dengan cara memijat uterus seperti memeras jeruk agar
plasenta lepas dari dinding uterus hanya dapat dipergunakan bila
terpaksa misalnya perdarahan. Perasat ini dapat mengakibatkan
kecelakaan perdarahan postpartum. Pada orang yang gemuk, perasat
crede sukar atau tidak dapat dikerjakan.
4. KALA IV (Observasi)
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV
dilakukan observasi terhadap perdarahan pascapersalinan, paling sering terjadi
pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
 Tingkat kesadaran pasien
 Pemeriksaan tanda-tanda vital: Tekanan darah, nadi, danpernafasan.
 Kontraksi uterus.
 Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika
jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.
(Sutanto, A. 2015).
2.4.3 Faktor Penyebab Mulanya Persalinan
1. Estrogen
Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim serta memudahkan
penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin
ddan mekanis.
2. Progesteron
Berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot rahim, menghambat rangsangan
dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan mekanis, serta

37

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


menyebabkan otot rahim danotot polos relaksasi (Sutanto, A. 2015).
Adapun teori-teori tersebut diantarannya:
a) Teori Penurunan Hormon
Saat 1-2 minggu sebelum proses melahirkan dimulai, terjadi penurunan
kadar esterogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai
penenang otot-otol polos rahim, jika kadar progesteron turun akan
menyebabkan tegangnya pembuluh darah dan menimbulkan his
(Sutanto, A. 2015).
b) Teori Plasenta Menjadi Tua
Plasenta yang menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen
dan progesterone yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal
ini akan menimbulkan kontraksi rahim (Marmi, 2016).
c) Teori Distensi Rahim
 Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu.
 Setelah melewati batas tersebut, akhirnya terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat dimulai.
 Contohnya pada kehamilan gemeli, sering terjadi kontraksi karena
uterus teregang oleh ukuran janin ganda, sehingga kadang
kehamilan gemeli mengalami persalinan yang lebih dini (Sutanto,
A. 2015).
d) Teori Iritasi Mekanis
Di belakang serviks terletak ganglion servikalis (fleksus frankenhauser),
bila ganglion ini digeser dan ditekan (misalnya oleh kepala janin), maka
akan timbul kontraksi uterus (Sutanto, A. 2015).
e) Teori Oksitosin
 Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior
 Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga terjadi kontraksi
Braxton Hicks.
 Menurunya konsentrasi progesteron karena magangnya usia
kehamilan menyebabkan ok di fisik meningkatkan aktivitasnya
dalam merangsang otot rahim untuk berkontraksi, dan akhirnya
38

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


persalinan dimulai (Rihama, 2018)
f) Teori Hipotalamus-Pituitari Dan Glandula Suprenlis
 Grandula suprarenalis merupakan memicu terjadinya persalinan.
 Teori ini menunjukkan, pada kehamilan dengan bayi anensefalus
sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk nya
hipotalamus (Sutanto, A. 2015)
g) Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua disangka sebagai salah satu
sebab permulaan persalinan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan secara intravena menimbulkan
kontraksi miometrium pada setiap usia kehamilan. Hal ini juga disokong
dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban
maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan atau selama
proses persalinan (Sutanto, A. 2015). Prostaglandin dihasilkan oleh
lapisan dalam rahim diduga dapat menyebabkan kontraksi rahim.
Pemberian prostaglandin dari luar dapat merangsang kontraksi otot
rahim dan terjadi persalinan atau gugur kandung (Bobak, 2014).
h) Induksi Persalinan
Persalinan dapat juga di timbulkan dengan jalan sebagaiberikut.
 Gagang laminaria : dengan cara laminaria dimasukkan ke dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus
frankenhauser.
 Amniotomi : pemecahan ketuban
 Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetesan per infuse
(Sutanto, A. 2015).
2.4.4 Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
1. Power
Menurut Marmi (2016) power adalah kekuatan yang mendorong janin
keluar. Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah his,
kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan
kerja sama yang baik dan sempurna. Otot rahim terdiri dari 3 lapis, dengan
susunan berupa anyaman yang sempurna. Tediri atas lapisan otot longitudinal
dibagian luar, lapisan otot sirkular dibagian dalam, dan lapisan otot menyilang
39

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


diantara keduannya. Dengan susunan demikian, ketika otot rahim berkontraksi
maka pembuluh darah yang terbuka setelah plasenta lahir akan terjepit oleh
otot dan perdarahan dapat berhenti (Sandall, 2017).
 Kontraksi dinding rahim.
 Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
 Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.
Jenis His Palsu His Sejati
Perubahan
KarakteristikKontraksi Tidak teratur dan tidak Timbul secara teratur dan
semakin sering semakain sering,
(disebut kontraksi berlangsung selama 30-
Braxton Hicks). 70 detik.
Pengaruh gerakan tubuh. Jika ibu berjalan atau Meskipun posisi atau gerakan
beristirahat atau jika posisi ibu berubah, kontraksi tetap
tubuh ibu berubah, dirasakan
kontraksi akan menghilang
atau
berhenti.
KekuatanKontraksi Biasanya lemah dan tidak Kontraksinya semakin
semakin kuat (mungkin kuat.
menjadi kuat
lalu melemah).
Nyeri karenakontraksi Biasanya hanya Biasanya berawal di
dirasakan di tubuh punggung dan menjalar
bagian depan. ke depan.
Tabel 2.3 Perbedaan antara His palsu dan His sejati
Sumber : Marmi, 2016
2. Passage
Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya
terhadap jalan lahir yang relative kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk
panggul harus ditentukansebelum persalinan dimulai. Jalan lahir dibagi atas :
a) Bagian keras : Tulang-tulang panggul.
40

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


b) Bagian lunak : Uterus, otot dasar panggul dan perineum.
Ruang panggul (Pelvic Cavity) dibagi menjadi 2, yaitu:
a) Pelvis mayor (flase pelvic), diatas linea terminalis.
b) Pelvis minor (true pelvic), dibawah linea terminalis.
Bidang-bidang Panggul
Bidang hodge adalah bidang semua sebagai pedoman untuk menentukan
kemajuan persalinan, yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui
pemeriksaan dalam atau vaginal toucher (VT). Bidang hodge terbagi empat
antara lain sebagai berikut:
 Bidang Hodge I
Bidang setinggi pintu atas panggul (PAP) yang dibentuk oleh promontorium,
artikulasio sakro-illiaka, sayap sacrum, linea inominata, ramus superior os.
Pubis, tepi atas simpisis pubis.
 Bidang Hodge II
Bidang setinggi pinggir bawah simpisis pubis, berhimpit dengan PAP (Hodge
I).
 Bidang Hodge III
Bidang setinggi spina ischiadica berhimpit dengan PAP(Hodge I).
 Bidang Hodge IV
Bidang setinggi ujung koksigis berhimpit dengan PAP.
3. Pasanger
a) Janin
Hubungan janin dengan jalan lahir:
 Sikap : Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin satu sama lain.
Biasanya tubuh janin berbentuk lonjong (avoid) kira-kira sesuai
dengan kavum uterus.
 Letak (situs) : Menujukkan hubungan sumbu janin dengan sumbu
jalan lahir. Bila kedua sumbunya sejajar disebut letak memanjang,
bila tegak lurus satu sama lain disebut letak melintang.
 Presentasi dan bagian bawah : Presentasi menunjukkan bagian janin
yang berada dibagian terbawah jalan lahir.
 Posisi dan Penyebutnya : Posisi menujukan hubugan bagian janin
tertentu (Penyebut, umpamanya ubun- ubun kecil, dagu atau
41

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


sacrum) dengan bagian kiri, kanan, depan, lintang (lateral) dan
belakang dari jalan lahir.
b) Plasenta
Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai
penumpang yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat
proses persalinan pada persalinan normal. Dimana plasenta memiliki
peranan berupa tansport zat dari ibu ke janin, penghasil hormone yang
berguna selama kehamilan, serta sebagai barier. Melihat pentingnya
peranan dari plasenta maka bila terjadi kelaianan pada plasenta akan
menyebabkan kelaianan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan
(Marmi, 2015).
c) Air ketuban
Merupakan elemen penting dalam proses persalinan. Air ketuban dapat
dijadikan acuan dalam menentukan diagnose kesejahteraan janin.
4. Posisi
Ganti posisi secara teratur kala II persalianan karena dapat
mempercepat kemajuan persalinan. Bantu ibu memperoleh posisi yang paling
nyaman sesuai dengan keinginannya.
5. Penolong persalinan
Kehadiran penolong yang berkesinambungan (bila diinginkan ibu)
dengan memelihara kontak mata seperlunya, bantuan member rasa nyaman,
sentuhan pijatan dan dorongan verbal, pujian serta penjelasan mengenai apa
yang terjadi dan beri nernagai informasi.
6. Pendamping persalinan
Pendamping persalinan merupkan factor pendukung dalam lancarnya
persalinan. Dorong dukungan berkesinambungan, harus ada sesorang yang
menunggui setiap saat, memegang tangannya dan memberikan kenyamanan.
7. Psikologi ibu
Melibatkan psikologi ibu, emosi dan persiapan intelektual, pengalaman
bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan dariorang terdekat pada kehidupan
ibu.
2.4.5 Mekanisme Persalinan
1. Engagement

42

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Kepala masuk lewat PAP. Pada primi terjadi pada bulan terakhir kehamilan dan
multi terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke PAP dengan
fleksi ringan, sutura sagitalis melintang. Posisi sutura sagitalis terdiri dari 2
synklitismus (sutura sagitalis berada ditengah-tengah jalan lahir) sedangkan
asynklitismus (sutura sagitalis mendekati simfisis untuk posterior dan sutura
sagitalis mendekati promotorium untuk anterior) (Sandall, 2017).
2. Descent
Penurunan kepala janin tergantung dengan hubungan ukuran kepala dan
ukuran pelvis (Sandall, 2017).
3. Fleksi
Terjadi fleksi penuh atau sempurna sehingga sumbu panjang kepala sejajar
sumbu panggul. Fleksi kepala janin, dagu menempel ke toraks, sehingga posisi
siameter kepala berubah dari oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi
diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala) (Sandall, 2017).
4. Putaran paksi dalam
Selalu disertai turunnya kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke
bawah simpisis pubis) (Sandall, 2017).
5. Extensi
Puncak kepala berada di simfisis dan kontraksi serta mengejan medorong
kepala ekspulsi dan melewati introitus vagina (Sandall, 2017).
6. Putaran paksi luar
Putaran kepala keposisi pada saat engangement (Sandall, 2017).
7. Ekspulsi
Bahu depan di bawah simfisis menjadi hipomoklion kelahiran bahu belakang,
bahu depan menyusul lahir, diikuti seluruh baadan anak (Sandall, 2017).
2.4.6 Kebutuhan Dasar Selama Persalinan
Beberapa kebutuhan dasar ibu selama proses persalinan antara lain :
1. Kebutuhan fisiologis
a) Oksigen
b) Makan dan minum
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecukupan nutrisi ibu bersalin
berhubungan dengan kemajuan persalinan. Ibu bersalin yang memenuhi
kebutuhan nutrisinya akan melalui proses persalinan dengan baik dan

43

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


mengalami kemajuan persalinan yang baik. Pembatasan makan minum atau
puasa saat persalinan dapat menyebabkan dehidrasi dan asidosis,
kelelahan, bahkan meningkatkan persalinan tindakan dan kehilangan darah
intra partum. Kontraksi otot pada ibu bersalin cenderung berlangsung
cukup lama, hal ini dapat mengakibatkan kelelahan otot yang berujung
terhadap adanya peningkatan kadar keton. Sementara itu aktifitas uterus
akan berisiko menurun akibat dari terakumulasinya benda keton dan
meningkatnya kadar keton dalam urin yang melebihi ambang batas normal
dapat menurunkan aktifitas uterus. Upaya yang dilakukan untuk
mengurangi resiko terjadinya peningkatan kadar keton, ibu bersalin
disarankan untuk tidak membatasi makan minum. Selain itu bentuk
makanan akan mempengaruhi absorpsi nutrisi itu sendiri. Makanan atau
nutrisi dengan konsistensi cair yang mengandung kalori tinggi sangat tepat
diberikan kepada ibu bersalin karena makanan tersebut akan mudah
diabsorpsi sehingga akan lebih cepat meningkatkan stamina tubuh ibu dan
menambah kekuatan untuk mengedan (Hardianti & Resmana, 2018).
2. Istirahat
Istirahat sangat penting untuk pasien karena akan membuat rileks.
Diawal persalinan sebaiknya anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup sebagai
persiapan untuk menghadapi persalinan yang panjang. Posisi dikombinasikan
dengan aktivitas dalam ambulasi agar penurunan kepala janin dapat lebih
maksimal (Sandall, 2017).
3. Buang Air kecil (BAK)
Selama proses persalinan, pasien akan mengalami poliuri sehingga
penting untuk difasilitasi agar kebutuhan eliminasiterpenuhi (Tyden, 2016)
4. Buang Air Besar (BAB)
Pasien akan merasa sangat tidak nyaman ketika merasakan dorongan
untuk BAB. Dalam kondisi ini penting bagi keluarga serta bidan untuk
menunjukkan respons yang positif dalam hal kesiapan untuk memberikan
bantuan dan menyakinkan pasien bahwa ia tidak perlu merasa risih atau
sungkan untuk melakukannya (Tyden, 2016)
5. Posisi dan Ambulasi
Posisi yang baik untuk meneran adalah sesuai dengan keinginan dan

44

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


kenyamanan ibu. Tapi ada beberapa posisi baik yang bisa dilakukan yaitu :
pertama duduk atau setengah duduk, seringkali merupakan posisi yang paling
nyaman, disamping memudahkan penolong persalinan dalam memimpin
persalinan pada saat keluarnya kepala bayi, tapi dalam mengamati perineum,
kedua menungging atau posisi merangkak, baik dilakukan apabila dirasakan
kepala bayi tertahan di punggungnya. Posisi ini juga bermanfaat pada bayi yang
sulit berputar, ketiga jongkok atau berdiri, posisi ini membantu turunya kepala
bila persalinan berlangsung lambat atau bila tidak mampu mengejan, keempat
berbaring pada sisi kiri tubuh, posisi ini nyaman dan mampu mencegah
mengejan ketika pembukaan belum lengkap (Erlinawati & Parmin, 2021)
6. Akses intravena
Ada 2 tujuan pemasangan infus, yakni:
 Sebagai jalur obat, cairan atau darah untuk mempertahankan
keselamatan ketika terjadi kegawatdaruratan obstetric.
 Sebagai cara mempertahankan hidrasi maternal (Ningsih, 2017).
7. Dukungan psikologis
Ibu yang mendapat dukungan emoional akan lebih siap psikologisnya
karena disebabkan semakin tinggi dukungan dari orang sekitar terutama suami
maka akan semakin rendah kecemasan menjelang kelahiran yang dialami oleh
ibu hamil. Memberikan perhatian dan kasih sayang dapat mengurangi psikologis
ibu, bentuk perhatian seperti menemani pemeriksaan kehamilan dan terus
memberikan dukungan bahwa ibu dapat menjalani proses melahirkan dengan
lancar dapat membuat ibu senang dan tidak depresi (Wahyuni & Yuliana, 2020)
2.4.7 Tanda dan Gejala Persalinan
Menurut Mochtar (2018), tanda- tanda inpartu adalah:
1. Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.
keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari yang dirasakan oleh ibu
disebabkan oleh kontraksi persalinan. Menjelang persalinan, ibu hamil
akan mengalami kontraksi yang konsisten (teratur). Kontraksi terjadi pada
otot-otot rahim (myometrium) sebagai pengaruh dari meningkatnya
produksi hormon oksitosin menjelang persalinan. Kontraksi ini sebagai
suatu proses yang mendorong janin untuk keluar secara perlahan melalui
uterus bawah hingga akhirnya keluar atau lahir. Kontraksi yang dialami

45

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


terasa makin sering, makin lama waktunya, dan makin kuat terasa, diserta
mulas atau nyeri seperti kram perut. Perut ibu juga terasa kencang. Nyeri
yang dirasakan terjadi pada bagian atas atau bagian tengah perut atas atau
puncak kehamilan (fundus), pinggang dan panggul serta perut bagian
bawah.
2. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks. Keluar lendir bercampur darah yang
dialami oleh ibu merupakan salah satu tanda persalinan. Dengan
pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai
dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena
lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga
beberapa capillair darah terputus (Metti, 2016).
3. Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya.
4. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan
Menurut Affandi (2017), tanda dan gejala inpartu adalah sebagai berikut:
1. Penipisan dan pembukaan serviks.
2. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit).
3. Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina.
2.4.8 Lima Benang Merah Persalinan
1. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan klinik merupakan proses yang menentukan untuk
menyelesaikan masalah dan merencanakan asuhan yang diperlukan oleh pasien.
Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan aman, baik bagi pasien dan
keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan.
2. Asuhan Sayang Ibu dan sayang bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,kepercayaan
dan keinginan ibu. Beberapa prinsip-prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah
dengan mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan
kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu
diperhatikan dan diberi dukungan selama masa persalinan dan kelahiran bayi
serta mengetahui dengan baik mengenai proses persalinan dan asuhan yang
akan mereka terima, mereka akan mendapat rasa aman dan hasil yang lebih

46

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


baik (APN, 2017).

3. Pencegahan Infeksi
Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang
dan atau dari peralatan atau sarana kesehatan ke orang dapat dilakukan
dengan meletakkan penghalang diantara mikroorganisme dan individu.
Penghalang ini dapat berupa proses secara fisik, mekanik ataupun kimia yang
meliputi meliputi:
 Cuci tangan.
 Pakai sarung tangan.
 Penggunaan cairan antiseptic.
 Pemrosesan alat bekas (Dekontaminasi, desinfeksi, desinfeksi tingkat
tinggi, mencuci dan membilas, sterilisasi). (Sundall, 2017).
a) Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan yng dilakukan untuk memastikan bahwa
petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda (perlatan
medis, sarung tangan, meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan
cairan tubuh. Cara memastikannya adalah segera melakukan dekontaminasi
terhadap benda-benda tersebut setelah terpapar atau terkontaminasi
darah atau cairan tubuh.
b) Desinfeksi
Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua
mikroorganisme penyebab penyakit pada benda mati atau instrumen.
c) Desinfeksi tingkat tinggi (DTT)
Suatu proses yang menghilangkan mikroorganisme kecuali beberapa
endospora bakteri pada benda mati dengan merebus, mengkukus, atau
penggunaan desifektan kimia.
d) Mencuci dan membilas
Suatu proses yang secara fisik menghilangkan semua debu, kotoran, darah,
dan bagian tubuh lain yang tampak pada objek mati dan membuang
sejumlah besar mikroorganisme untuk mengurangi resiko bagi mereka yang
menyentuh kulit atau mengangi benda tersebut (proses ini terdiri dari
pencucian dengan sabun atau detergen dan air, pembilasan dengan air

47

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


bersih dan pengeringan secara seksama).

e) Sterilisasi
Adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit) termasuk endospora bakteri
pada benda-benda mati atau instrumen.
Prinsip-prinsip pencegahan infeksi :
a) Setiap orang harus dianggap dapat menularkan penyakit.
b) Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
c) Permukaan benda disekitar kita, peralatan atau benda- benda lainnya yang
akan dan telah bersentuh dengan permukaan kulit yang tak utuh, lecet
selaput mukosa atau darah harus dianggap terkontaminasi, sehingga harus
diproses secara benar.
d) Jika tidak diktahui apakah permukaan atau bend lainnya telah diproses
maka semua itu harus dianggap msih terkontaminasi.
e) Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi
hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan
pencegahan infeksi secara benar dan konsisten.
4. Pencatatan (Dokumentasi)
Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan bayinya. Jika
asuhan tidak dicatat, dapat dianggap bahwa hal tersebut tidak dilakukan.
Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik karena
memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus memperhatikan
asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Mengkaji
ulang catatan memungkinkan untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan
dan lebih efektif dalam merumusakan suatu diagnosis dan membuat rencanan
asuhan atau perawatan bagi ibu dan bayinya. (APN, 2017)
5. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau
fasilitas yang memiliki sarana yang lebih lengkap, diharapkan mampu
menyelamatkan jiwa lebih lengkap, diharapakan mampu menyelamatkan jiwa
para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar dari ibu akan menjalani
persalinan normal namun sekitar 10-15% diantaranya akan mengalami masalah

48

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


selama proses persalianan dan kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk ke fasilitas
kesehatan rujukan. Sangat sulit untuk menduga kapan penyulit akan terjadi
sehingga kesiapan untuk merujuk ibu dan bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan
secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi) syarat bagi
keberhasilan upaya penyelamatan. Setiap penolong persalinan harus
mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang mampu untuk menatalaksanakan kasus
gawatdarurat obstetric dan bayi baru lahir.
(APN, 2017).
Hal-hal yang penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu (BAKSOKUDA)
a) Bidan
Pastikan Bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh penolong
persalinan yang kompeten untuk melaksanakan gawat darurat obstetric
dan BBL untuk dibawa ke fasilitas rujukan.
b) Alat
Bawa perlengkapan dan alat-alat untuk asuhan persalinan, masa nifas,
dan BBL (tabung suntik, selang I.V, alat resusitasi, dll) bersama ibu ke
tempat rujukan. Perlengkpan dan bahan-bahan tersebut mungkin
diperlukan jika ibu melahirkan dalam perjalanan kefasilitas rujukan.
c) Keluarga
Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan bayi dan
mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan
tujuan rujuk ibu ke fasilitas rujukan tersebut.
d) Surat
Berikan surat keterangan rujukan ke tempat rujukan. Surat ini
memberikan identifikasi mengenai ibu dan BBL. Cantumkan alasan
rujukan dan uraikan hasil penyakit, asuhan atau obat-obatan yang
diterima ibu dan BBL.
e) Obat
Bawa obat-obat esensial pada saat mengantar ibu ke fasilitas rujukan.
f) Kendaraan
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam
kondisi yang nyaman.
g) Uang

49

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlahyang cukup untuk
membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan
lainnya selama ibu dan bayi difasilitas rujukan.
h) Darah
Persiapan darah baik dari anggota keluarga maupun kerabat sebagai
persiapan jika terjadi perdarhan. Dan doa sebagai kekuatan spiritual dan
harapan yang dapat membantu proses persalinan (Ningsih, 2017.
2.5 Konsep Dasar Nifas
2.5.1 Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-
alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung
selama 6 minggu atau 40 hari (Tyden, 2016).
Periode postpartum terdiri dari periode immediate postpartum, early
postpartum dan late postpartum. Immediate postpartum yaitu masa segera setelah
plasenta lahir sampai dengan dua puluh empat jam pertama. Periode early postpartum
mulai dari dua puluh empat jam sampai satu minggu dan periode late postpartum mulai
satu minggu pertama sampai lima minggu (Rihama, 2018).
2.5.2 Proses Masa Nifas
1. Pengecilan rahim atau involusi
Rahim adalah organ tubuh yang spesifik dan unik karena dapat mengecil
serta membesar dengan menambah atau mengurangi jumlah selnya. Bentuk
otot rahim mirip jala berlapis 3 dengan serat-seratnya,yang melintang kanan,
kiri dan transversal. Diantara otot-otot itu ada pembuluh darah yang mengalir
darah ke plasenta. Setelah plasenta lepas, otot rahim akan berkontraksi atau
mengerut, sehingga pembuluh darah terjepit dan pendarahan berhenti. Setelah
bayi lahir, umumnya berat rahim menjadi sekitar 1000 gram dan dapat diraba
kira-kira 2 jari dibawah umbilikus. Setelah 1 minggu beratnya sekitar 300gr
dan tidak dapat diraba lagi. Jadi, secara alamiah rahimm akan kembali mengecil
perlahan—lahan kebentunya semula. Setelah 6 minggu beratnya sudah sekitar
40-60 gr. Pada saat ini dianggap bahwa masa nifas sudah selesai. Namun
sebenarnya rahim akan kembali keposisi yang normal, tapi juga kondisitubuh ibu
secara keseluruhan.
2. Kekentalan darah (hemokonsentrasi) kembali normal

50

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Selama hamil darah ibu relatif encer, karea ccairan darah ibu banyak,
sementara sel darahnya berkurang. Bila dilakukan pemeriksaan kadar
Hemoglobin (Hb) akan tampak sedikit menurun dari angka normal sebesar 11-12
gr%. Jika hemoglobin terlalu rendah setelah melahirkan, sistem sirkulasi darah
ibu akan kembali seperti semula. Darah kembali mengental, dimana kadar
perbandingan sel darah dan cairan darah kembali normal. Umumnya hal ini
terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-15 pasca persalinan.
3. Proses laktasi dan menyusui
Proses ini timbul setelah plasenta atau ari-ari lepas. Plasenta
mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang
menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas hormon-hormon
plasenta itu tidak dihasilkan lagi, sehingga terjadi produksi ASI. ASI keluar 2-3
hari pasca melahirkan.Namun hal yang luar biasa adalah sebelumnya dipayudara
sudahterbentuk kolostrum yang sangat baik untuk bayi, karena mengandung zat
kaya gizi, dan anti bodi pembunuh kuman (Rihama, 2018).
2.5.3 Tahapan Masa Nifas
1. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena Antonia uteri.
Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi
uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.
2. Periode early postpartum (24 jam- 1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak deman, ib cukup
mendapat makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik (Saleha,
2009:5).
3. Periode late postpartum (1 minggu-3 minggu)
Pada priode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling KB (Novitasari, 2022). Masa nifas dibagi menjadi 3
tahap, yaitu puerperium dini, puerperium intermedial, dan remote puerperium.
Perhatikan penjelasan berikut:
4. Puerperium Dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu

51

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap bersih
dan boleh bekerja setelah 40 hari (Rahim, 2019).
5. Puerperium intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa pemulihan menyeluruh dari
organ-organ ggenetal, kira-kira antara 6-8 minggu (Novitasari, 2022).
6. Romote Puerperium
Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
semourna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan,
atau tahun (Novitasari, 2022).
2.5.4 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1. Involusi uterus
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses yakni
uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat dengan berat
sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat
kontraksi otot-otot polos uterus (Novitasari, 2022). Involusi uterus
melibatkan reorganisasi dan penanggalan desidua/ endometrium dan
pengelupasan lapisan pada tempat implantasi plasenta sebagai tanda
penurunan ukuran dan berat serta perubahan tempat uterus, warna, dan
jumlah lochia (Mochtar, 2018). Segera setelah kelahiran, uterus harus
berkontraksi secara baik dengan fundus sekitar 4 cm dibawah umbilikus
atau 12 cm diatas simfisis pubis. Dalam 2 minggu, uterus tidak lagi dapat
dipalpasi diatas simfisis. Involusi uterus dari luar dapat diamati dengan
memeriksa fundus uteri dengan cara sebagai berikut:
Involusi TFU Berat Diameter
uteri uterus uterus
(gram) (cm)
Plasenta Setinggi pusat 1000 12,5
lahir7 hari ½ pusat simpisis 500 7,5
14 hari Tidak teraba 350 5
6 minggu Normal 60 2,5
Tabel 2.1 Perubahan pada uterus selama masa nifas (Reni Heryani, 2015).

52

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Gambar 2. 1 Involusi Uteri
Sumber : Prawirohardjo, 2016.
Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses
involusi disebut dengan subinvolusi. Subinvolusi disebabkan oleh infeksi
dan tertinggalnya sisa plasenta/ perdarahan lanjut (postpartum
haemorrhage). Selain itu, beberapa faktor lain yang menyebabkan
kelambatan uetrus berinvolusi diantaranya: kandung kemih penuh, rektum
berisi, infeksi uterus, retensi hasil konsepsi, fibroid, hematoma ligamentum
latum uteri (Rihama, 2018).
2. Perubahan Ligamen
Ligamen-ligamen dan diagfragma pelvis serta fasia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan partus, serta jalan lahir, berangsur-angsur menciut
kembali seperti sediakala. Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca
melahirkan diantaranya: Ligamentum rotundum menjadi kendor yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi sehingga ligamen, fasia,
jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor (Rihama, 2018).
3. Perubahan Serviks
Segera setellah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor, terkulai
dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri
berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan
antara korpus dan serviks berbentuk seperti cincin (Rihama, 2018). Warna
serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena pembuluh darah.
Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi/ perlukaan kecil.
Oleh karena robekan kecil yang terjadi di daerah ostium eksternum selama
dilatasi, serviks serviks tidak dapat kembali seperti sebelum hamil.
(Rihama, 2018).

53

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


4. Lokia (Lochea)
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs
plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama
dengan sisa cairan. Pencampuran antara darah dan desidua inilah yang
dinamakan lokia (Rihama, 2018). Lochea mengandung darah dan sisa
jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Pemeriksaan lochea
meliputi perubahan warna dan bau kerana lochea memiliki ciri khas berbau
amis atau khas darah dan adanya bau busuk menandakan adanya infeksi.
Jumlah total pengeluaran seluruh periode lochea rata-rata 240 – 270 ml.
Lochea dibagi menjadi 4 tahapan yaitu:

Tabel 2.2 Pengeluaran lochea


Sumber : Reni Heryani, 2015. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui, Penerbit
Trans Info Media Jakarta
5. Perubahan Vulva, Vagina dan Perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap
selama 6-8 minggu postpartum. Penurunan hormon estrogen pada masa

54

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


postpartum berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae.
Rugae akan terlihat kembali pada sekitar minggu ke-4. Perineum setelah
persalinan, mengalami pengenduran karena teregang oleh tekanan kepala
bayi yang bergerak maju.Pulihnya tonus otot perineum terjadi sekitar 5-6
mingu postpartum.Latihan senam nifas baik untuk mempertahankan
elastisitas otot perineum dan organ-organ reproduksi lainnya. Luka
episiotomi akan sembuh dalam 7 hari postpartum. Bila teraji infeksi, luka
episiotomi akan terasa nyeri, panas, merah dan bengkak (Aprilianti, 2016).
6. Perubahan Sistem Pencernaan
Pasca melahirkan, kadar progesteron menurun, namun faal usus
memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal, sehingga hal ini akan
mempengaruhi pola nafsu makan ibu. Biasanya ibu akan mengalami
obstipasi (konstipasi) pasca persalinan. Hal ini disebabkan karena pada
waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan
kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan pada waktu persalinan
(dehidrasi), hemoroid, dan laserasi jalan lahir.
7. Perubahan Sistem Perkemihan
Terkadang ibu mengalami sulit buang air kecil karena tertekannya
spingter uretra oleh kepala janin dan spasme (kejang otot) oleh iritasi
muskulus spingter ani selama proses persalinan, atau karena edema
kandung kemih selama persalinan. Saat hamil, perubahan sistem hormonal
yaitu kadar steroid mengalami peningkatan. Namun setelah melahirkan
kadarnya menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal.
Umumnya urin banyak dikeluarkan dalam waktu 12-36 jam
pascapersalinan. Fungsi ginjal ini akan kembali normal selang waktu satu
bulan pascapersalinan.
8. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Pada saat postpartum sistem muskuloskeletal akan berangsur-
angsur pulih dan normal kembali. Ambulasi dini dilakukan segera
pascapersalinan, untuk membantu mencegah komplikasi dan
mempercepat involusi uteri (Rihama, 2018).
9. Perubahan Sistem Kardivaskuler
Cardiac Output meningkat selama persalinan dan berlanjut setelah

55

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


kala III saat besar volume darah dari uterus terjepit di dalam sirkulasi.
Namun mengalami penurunan setelah hari pertama masa nifas dan normal
kembali diakhir minggu ke-3. Penurunan ini terjadi karena darah lebih
banyak mengalir ke payudara untuk persiapan laktasi. Hal ini membuat
darah lebih mampu melakukan koagulasi dengan peningkatan viskositas
yang dapat meningkatkan risiko trombosis (Heryani, 2015).
2.5.5 Perubahan Psikologis Masa Nifas
Kelahiran anggota baru bagi suatu keluarga memerlukan penyesuaian
bagi ibu. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus
dijalani, perubahan tersebut berupa perubahan emosi dan sosial. Adaptasi
psikologis ini menjadi periode kerentanan pada ibu postpartum, karena periode
ini membutuhkan peran professional kesehatan dan keluarga. Tanggung jawab
ibu postpartum bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Menurut
Maryunani (2015), fase - fase yang dialami ibu nifas adalah sebagai berikut :
1. Fase Taking In (hari ke 1-2 setelah melahirkan)
 Periode ketergantungan atau fase dependens
 Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain
 Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya
 Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu melahirkan
 Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan
keadaan tubuh ke kondisi normal
 Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan
peningkatan nutrisi. Kurangnnya nafsu makan menandakan
proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal
2. Fase Taking On/Taking Hold (hari ke 2-4 setelah melahirkan)
 Periode antara ketergantungan dan ketidaktergantungan, atau
fase dependen – independen.
 Ibu memperhatikan kemamapuan menjadi orang tua dan
meningkatkan tanggung jawab akan bayinya
 Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh,
BAK, BAB dan daya tahan tubuh

56

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


 Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi
seperti menggendong, menyusui, memandikan dan mengagnti
popok
 Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan
pribadi
 Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa
tidak mampu membesarkan bayinya
3. Fase Letting Go
 Periode saling ketergantungan atau fase independen
 Terjadi setelah ibu pulang kerumah dan dipengaruhi oleh dukun
serta perhatian keluarga
 Ibu sudah mengambiil tanggung jawab dalam merawat bayi dan
memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu
dalam kebebasan dan hubungan social
 Depresi postpartum sering terjadi pada masa ini
2.5.6 Kebutuhan Dasar Masa Nifas
1. Asupan Nutrisi
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius,
karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan
sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu,
bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan. Ibu
yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut :
 Mengkonsumsi tambahan 500 kalri tiap hari
 Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral,
dan vitamin yang cukup
 Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
 Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya selama
40 hari pascapersalinan.
 Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI (Saleha, 2009:71).
Makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI diantaranya (1)
Sayuran hijau seperti bayam, brokoli, kale, daun katuk, sayur alfalfa, dan daun
jinten atau daun bangun-bangun. Selain sumber galaktagog, sayuran hijau juga
57

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


mengandung senyawa fitoestrogen yang serupa dengan hormon estrogen.
Senyawa ini baik untuk mendukung produksi ASI. (2) Gandum utuh dan oat,
gandum utuh dan oat memiliki kandungan serat yang tinggi yang dapat
meningkatkan produksi ASI. Oat juga kaya zat besi yang bermanfaat untuk
mencegah anemia, penyebab menurunnya produksi ASI yang umum terjadi pada
ibu postpartum. (3) Kacang-kacangan, seperti kacang merah, kacang almond,
dan kacang kenari. Kacang-kacangan mengandung serat yang baik untuk
kesehatan pencernaan dan juga mengandung protein, kalsium, dan zat besi yang
dapat menambah produksi ASI. (4) Biji-bijian yang dapat untuk meningkatkan
produksi ASI antara lain wijen, biji chia, dan biji rami atau flaxseed. Biji-bijian ini
mengandung senyawa fitoestrogen yang baik untuk meningkatkan produksi ASI.
(5) Ikan dan telur, ikan dan telur menjadi sumber protein yang baik untuk ibu
post partum. Karena protein dapat mempercepat penyembuhan luka lasearsi
perineum dan juga dapat meningkatkan jumlah produksi ASI (Subagio, 2019).
2. Ambulasi Dini (Early Ambulation)
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin
membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk
berjalan. Menurut penelitian, ambulasi dini tidak mempunyai pengaruh yang
buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi
penyembuhan luka episiotomy, dan tidak memperbesar kemungkinan
terjadinya prolaps uteri atau istirahat. Adapun keuntungan dari ambulasi dini,
antara lain :
 Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat.
 Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.
 Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu
mengenai cara merawat bayinya.
 Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (lebih ekonomis)
 Ambulasi awal dilakukan dengan melakukan gerakan dan jalan-jalan
ringan sambil bidan melakukan observasi perkembangan pasien dari
jam demi jam sampai hitungan hari. Kegiatan ini dilakukan secara
meningkat secara berangsur-angsur frekuensi dan intensitas aktivitasnya
sampai pasien dapat melakukannya sendiri tanpa pendampingan
sehingga tujuan memandirikan pasien dapat terpenuhi. (Sulistyawati,
58

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


2009:100)
3. Eliminasi : BAK dan BAB
a) BAK
Pengeluaran urine akan meningkat pada 24-48 jam pertama sampai hari
ke lima post partum karena volume darah ekstra yang dibutuhkan waktu
hamil tidak diperlukan lagi setelah persalinan. Ibu harus berkemih sepontan
dalam 6-8 jam post partum. Pada ibu yang tdak bisa berkemih motivasi ibu
untuk berkemih dengan membasahi bagian vagina atau melakukan
kateterisasi (Kumalasari, 2015:162).
b) BAB
Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang air besar
karena semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan semakin sulit
baginya untuk buang air besar secara lancer. Feses yang tertahan dalam usus
semakin lama akan mengeras karena cairan yang terkandung dalam feses
akan selalu terserap oleh usus. Bidan harus dapat meyakinkan pasien untuk
tidak takut buang air besar karena buang air besar tidak akan menambah
parah luka jalan lahir. Untuk meningkatkan volume feses, anjurkan pasien
untuk makan makanan yang berserat dan banyak minum air putih.
(Sulistyawati, 2009:101).
Konstipasi pada ibu dengan persalinan normal terjadi karena nyeri pada
perineum dan rasa takut jika ada tekanan pada anus ketika buang air besar
akan berpengaruh pada penyembuhan luka perineum. Konstipasi pada masa
nifas selain disebabkan oleh faktor metode persalinan, obat anastesi dan
pengaruh hormone juga dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi oleh ibu
rendah serat, tarak makanan, kurang mobilisasi dan faktor
psikologis.Keterlambatan penatalaksanaan pada ibu nifas dengan
keterlambatan buang air besar lebih dari 3 hari bisa menyebabkan keluhan
perut kembung, mual, pusing, nafsu makan menurun karena perut terasa
penuh, sesak nafas. Konstipasi ini juga menyebabkan komplikasi yaitu
hemorrhoid karena pengerasan feces, infeksi post partum dan kanker usus
karena penumpukan feces pada usus besar dan rectum (Syalfina dkk., 2019)
4. Kebersihan Diri
Pada ibu postpartum, srorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh

59

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi
Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk
tetap dijaga. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjga kebersihan
diri ibu postpartum adalah sebagai berikut.
 Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.
 Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamain dengan
sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan
daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang,
kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehati ibu untuk
membersihkan daerah vulva setiap kali selesai buang airkecil dan besar.
 Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik
dan dikeringkan di bawah mataharidan disetrika.
 Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
 jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah tersebut. (Saleha, 2009)
5. Istirahat dan Tidur
Hal yang biasa dilakukan pada ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan
istirahat dan tidur adalah berikut:
a) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
b) Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur sering atau beristirahat selagi bayi tidur.
c) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
 Mengurangi jumlah asi yang diproduksi.
 Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan.
 Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untukmerawat bayi dan
dirinya sendiri.
(Saifuddin, 2012).
6. Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah
60

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam
vagina tanpa nyeri. Banyak budaya dan agama yang melarang untuk melakukan
hubungan seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6
minggu setelah kelahiran. Keputusan bergantung pada pasangan yang
bersangkutan. (Sulistyawati, 2009:103).
7. Pemberian ASI
Menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayitelah disusukan.
a) Ajarkan cara menyusui yang benar.
b) Memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain(ASI Eksklusif).
c) Menyusui tanpa dijadwal, sesuka bayi (on demand).
d) Diluar menyusui jangan memberikan dot/empeng pada bayi, tapi berikan
ASI dengan ssendok.
e) Penyapihan terhadap meningkatkan frekuensi makanan dan menurunkan
frekuensi pemberian ASI.
(Suherni, 2009:118).
8. Latihan / Senam Nifas
Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh
wanita. Involusi ini sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan. Sebagai akibat
kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae
gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan sangat terganggu. Oleh
karena itu, mereka akan selalu berusaha untuk memulihkan danmengencangkan
keadaan dinding perut yang sudah tidak indah lagi. Cara untuk mengembalikan
bentuk tubuh menjadi indah dan langsing seperti semula adalah dengan
melakukan latihan dan senam nifas. Untuk itu beri penjelasan pada ibu tentang
beberapa hal berikut ini:
a) Diskusikan pentingnya otot-otot perut dan panggul agar kembali normal,
karena hal ini akan membuat ibu merasa lebih kuat dan ini juga menjadikan
otot perutnya menjadi kuat, sehingga mengurangi rasa sakit pada
punggung.
b) Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat
membantu.
c) Dengan tidur terlentang dan lengan di samping, tarik otot perut selagi
menarik nafas, tahan nafas dalam, angkat dagu ke dada, tahan mulai

61

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


hitungan 1 sampai 5. Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali. Untuk memperkuat
tonus otot jalan lahir dan dasar panggul lakukanlah latihan kegel.
d) Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot bokong dan pinggul,
tahan sampai 5 hitungan. Relaksasi otot dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
e) Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan.
f) Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke 6
setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali
(Saleha, 2009:76).
9. Perawatan payudara
Perawatan payudara merupakan suatu tindakan untuk merawat
payudara terutama pada masa nifas untuk memperlancar pengeluaran ASI.
Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan, tetapi
dilakukan setelah melahirkan. Perawatan yang dilakukan terhadap payudara
bertujuan melancarkan sirkulasi darah dan mencegah sumbatan saluran susu
sehingga memperlancar pengeluaran ASI. Cara merawat payudara adalah
Kompres puting susu dengan menggunakan kapas minyak selama 3-5 menit agar
epitel yang lepas tidak menumpuk, lalu bersihkan kerak-kerak pada puting susu,
bersihkan dan tariklah puting susu keluar terutama untuk puting susu ibu datar,
ketuk-ketuk sekeliling puting susu dengan ujung-ujung jari. Menyokong
payudara kiri dengan tangan kiri, lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari
tangan, mulai dari pangkal payudara dengan gerakan memutar berakhir pada
daerah puting (dilakukan 20-30 kali). Membuat gerakan memutar sambil
menekan dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu (dilakukan 20-30
kali) pada kedua payudara. Meletakkan kedua tangan di antara payudara,
mengurut dari tengah ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan
keduanya perlahan. Mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal
ke arah putting. Payudara dikompres dengan air hangat lalu dingin secara
bergantian kira-kira lima menit. Keringkan dengan handuk dan memakai BH
khusus yang dapat menopang dan menyanggga payudara (Kumalasari, 2021).
2.5.7 Kunjungan Masa Nifas
Menurut Kemenkes R.I (2020), pelayanan nifas yang dapat diberikan pada masa
nifas yaitu:

62

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


1. Kunjungan nifas pertama (KF 1) diberikan pada enam jam sampai dua hari
setelah persalinan. Asuhan yang diberikan berupa pemeriksaan tanda-tanda
vital, pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar
dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI Ekslusif enam bulan,
pemberian kapsul Vitamin A, minum tablet tambah darah setiap hari, pelayanan
KB pasca persalinan.
2. Kunjungan nifas kedua (KF 2) diberikan pada hari ke-3 sampai hari ke-7 setelah
persalinan. Pelayanan yang diberikan adalah pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan yang keluar dari
vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI Ekslusif enam bulan, minum
tablet tambah darah setiap hari, dari pelayanan KB pasca persalinan.
3. Kunjungan nifas lengkap (KF 3), pelayanan yang dilakukan hari ke-8 sampai ke-28
setelah persalinan. Asuhan pelayanan yang diberikan sama dengan asuhan pada
KF 2.
4. Kunjungan nifas keempat (KF 4)
Pelayanan yang dilakukan ke-29 sampai hari ke-42 setelah persalinan. Asuhan
pelayanan yang diberikan sama dengan asuhan pada KF 3 yaitu pemeriksaan
tanda-tanda vital, pemantauan jumlah darah yang keluar, pemeriksaan cairan
yang keluar dari vagina, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI Ekslusif enam
bulan, minum tablet tambah darah seriap hari, dan KB Persalinan.
Asuhan yang diberikan pada masa nifas menurut (Kemenkes R.I, 2013), yaitu:
a) Menanyakan kondisi ibu nifas secara umum.
b) Pengukuran tekanan darah, suhu tubuh, pernafasan, dan nadi.
c) Pemeriksaan lochea dan perdarahan.
d) Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda infeksi.
e) Pemeriksaan kontraksi rahim, tinggi fundus uteri, dan kandung kemih.
f) Pemeriksaan payudara anjuran pemberian ASI Ekslusif.
g) Pemberian kapsul Vitamin A.
h) Pelayanan kontrasepsi Pasca Persalinan dan Konseling
2.5.8 Komplikasi Masa Nifas
1. Infeksi Nifas
Infeksi masa nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genetalia, terjadi
sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 380C atau lebih selama dua

63

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


hari dalam sepuluh hari pertama pascapersalinan, dengan pengecualian 24 jam
pertama (Marliandiani, 2015:101).
2. Perdarahan pervaginam
Perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir.
Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorhagae) yang terjadi
pada 24 jam pertama. Sedangkan perdarahan postpartum sekunder (late
postpartum hemorrhagae) yang terjadi setelah 24 jam. Penyebab perdarahan
postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, laserasi
jalan lahir dan inversion uteri. Sedangkan penyebab perdarahan postpartum
sekunder adalah sub involusi, retensi sisa plasenta, infeksi nifas (Ambarwati,
2010:126).
3. Robekan jalan lahir
Robekan atau laserasi bisa disebabkan oleh robekan spontan atau
memang sengaja dilakukan episiotomy, robekan jalan lahir dapat terjadi di
tempat seperti robekan serviks, perlukaan pervagina, robekan perineum. Faktor
resiko robekan jalan lahir yaitu persalinan pervaginam dengan tindakan,
makrosomia janin, tidakan episiotomy. Gejala pada robekan jalan lahir adalah
darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir, uterus berkontraksi keras,
dan plasenta lengkap. Penyulit robekan jaalan lahir yaitu pucat, lemah dan
menggigil (Marliandiani, 2015:99).
4. Sub involusi uteri
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana
berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 gram 6 minggu
kemudian. Pada beberapa keadaan terjadi proses involusi rahim tidak berjalan
sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilan terlamabat. Keadaan
demikian disebut sub involusi uteri (Ambarwati, 2010:126).
5. Nekrosis hipofisis lobus anterior post partum
Sindroma Sheehan atau nekrosis lobus depan dari hipofisis karena syok
akibat perdarahan persalinan. Hipofisis ikut berinvolusi setelah persalinan karena
syok akibat perdarahan hebat pada hipofisis terjadilah nekrosis pada pars
anterior. Mungkin pula nekrosis ini terjadi karena pembekuan intravaskuler
menyebabkan trombosis pada sinusoid hipofisis. Gejala timbul agalaksia,
amenore, dan insufisiensi hormone pars anterior hipofisis (Ambarwati,

64

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


2010:128).
2.6 Konsep Dasar Neonatus
2.6.1 Pengertian Neonatus
Bayi Baru Lahir normal adalah bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan 37 – 42
minggu dengan berat lahir 2500 – 4000 gram (Runjati,2018). Bayi baru lahir adalah bayi
berusia satu jam yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya
2.500-4000 gram (Dewi, 2019).
2.6.2 Kebutuhan Dasar Neonatus
1. Kebutuhan Asih pada Neonatus
Asih merupakan kebutuhan emosional. Asih adalah kasih sayang dari
orang tua akan menciptakan ciptaan yang erat dan kepercayaan dasar untuk
menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik maupun mental. Asih bisa
disebut sebagai ikatan kasih sayang. “Bonding Attachment‟ pada neonatus
dapat dipenuhi dengan cara-cara yang diuraikan dengan cara berikut ini:
a) Pemberian ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan
selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain, termasuk air putih. ASI adalah makanan
terbaik bagi bayi baru lahir, baik bayi yang dilahirkan cukup bulan maupun
kurang bulan. Berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian ASI
memberikan banyak keuntungan fisiologis maupun emosional. World
Health Organization (WHO), American Academy of Pediatrics (AAP),
American Academy of Family Physicians (AAFP) dan Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian ASI ekslusif selama enam
bulan dan pemberian ASI dilanjutkan sampai dua tahun. Banyak penelitian
yang membuktikan bahwa Air Susu Ibu merupakan makanan terbaik dan
utama bagi bayi karena di dalam ASI terkandung antibodi yang diperlukan
bayi untuk melawan penyakit- penyakit yang menyerangnya. Pada
dasarnya ASI adalah imunisasi pertama karena ASI mengandung bergbagai
zat kekebalan antara lain immunoglobulin. Selain menguntungkan bayi,
pemberian ASI Eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu mengurangi
perdarahan pasca persalinan, mengurangi kehilangan darah pada saat haid
mempercepat pencapaian berat badan sebelum hamil, mengurangi risiko

65

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


kanker payudara, dan kanker rahim (Lindawati, 2019).
b) ASI on Demend
Pemberian ASI secara on demand adalah Pemberian ASI tidak
dijadwal sesuai keinginan bayi, dengan menggunakan kedua payudara
setiap menyusui secara bergantian, dan istirahat yang cukup. Menyusui
adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi, dimana bayi
memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI.
Menyusui merupakan proses alamiah yang keberhasilannya tidak
diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal namun membutuhkan
kesabaran, waktu, dan pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari
lingkungan keluarga terutama suami. Menyusui bukan hanya bermanfaat
untuk bayi akan tetapi juga memberikan keuntungan dan manfaat bagi ibu
terutama dengan menyusui bayi secara ekslusif. Begitu besar manfaat
pemberian ASI secara on demand pada bayi, sehingga dipandang perlu
untuk dilakukan oleh semua ibu yang melahirkan kepada bayinya. Hal ini
sangat ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan sikap seorang ibu dalam
membangun komitmen (Afriani, 2018).
c) Rawat gabung
Merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan
bayinya terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat
sentuhan badan antara ibu dan bayinya.
d) Kontak mata (Eye to Eye Contact)
Orang tua dan bayinya akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling
memandang. Kontak mata mempunyai efek yang sangat erat terhadap
perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai faktor yang
penting dalam hubungan manusia pada umumnya.
e) Suara (Voice)
Mendengar dan merespon suara antara orang tua dan bayinya sangat
penting. Orang tua menunggu tangisan bayinya mereka dengan tegang
suara tersebut membuat mereka yakin bahwa bayinya dalam keadaan
sehat.
f) Aroma/Odor ( Bau Badan)
Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk

66

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


mengenali aroma susu ibunya. Indera penciuman bayi sangat kuat, jika
seorang ibu dapat memberikan bayi ASI pada waktu tertentu.
g) Gaya bahasa ( Entraiment)
Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-
gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa mereka
menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki.
Entraiment terjadi pada saat anak mulai berbicara.
2. Kebutuhan Asuh pada Neonatus
Hal-hal yang dibahas dalam kebutuhan asuh pada neonatus antara lain:
a) Air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi sebagai anugrah
Tuhan yang Maha Esa. ASI merupakan nutrisi yang paling lengkap untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI mengandung zat gizi yang
sangat lengkap, antara lain karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral,
factor pertumbuhan, hormon, enzim dan kekebalan. Semua zat ini
terdapat secara proposional dan seimbang satu dengan lainnya pada ASI.
b) Mandi, untuk menjaga bayi selalu tetap bersih, hangat dan kering. Untuk
menjaga kebersihan tubuh bayi, tali pusat,dan memberikan kenyamanan
pada bayi.
c) Perawatan tali pusat
Perawatan tali pusat adalah tindakan perawatan yang bertujuan merawat
tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya
infeksi. Perawatan tali pusat yang tidak benar pada bayi akan mengalami
penyakit infeksi yang akan mengakibatkan kematian. Penyakit ini
disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus ke dalam tubuh
melalui tali pusat, baik dari alat yang tidak steril, pemakaian obat-obatan,
bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat
mengakibatkan infeksi. Perawatan tali pusat terbuka ialah perawatan tali
pusat yang tidak diberikan perlakuan apapun. Tali pusat dibiarkan terbuka,
tidak diberikan kasa kering maupun antiseptik lainnya. Pelepasan tali pusat
dengan bantuan udara. Perawatan terbuka akan membantu pengeringan
tali pusat lebih cepat karena pada tali pusat terdapat Jeli Wharton yang
banyak mengandung air yang jika terkena udara akan berubah strukturnya
dan secara fisiologis berubah fungsi menjadi padat dan mengeklem tali

67

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


pusat secara otomatis sehingga menyebabkan aliran darah pada
pembuluh darah didalam sisa tali pusat terhambat atau bahkan tidak
mengalir lagi yang membuat tali pusat kering dan layu yang kemudian sisa
tali pusat akan terlepas. Paparan udara menyebabkan penguapan pada
kandungan air dalam Jeli Wharton dan pembuluh darah, sehingga
kandungan air berkurang bahkan menghilang. Tali pusat mengalami
mumifikasi kemudian mengering dan mengalami perubahan morfologi
yang membuatnya cepat terlepas dari umbilikus bayi. Salah satu faktor
yang mempengaruhi cepatnya proses penyembuhan luka ialah oksigenasi
jaringan. Semakin baik oksigenasi yang terjadi maka proses penyembuhan
luka akan semakin cepat dan luka dengan cepat akan mengering. Kadar
oksigen dijaringan sangat penting untuk pembentukan sel-sel baru
penyembuh luka. Tali pusat pada perawatan terbuka dianjurkan untuk
tetap bersih dan kering. Selama tali pusat belum lepas, sebaiknya bayi
tidak dimandikan dengan cara dimasukkan ke dalam bak mandi, cukup
dilap saja untuk mencegah agar tali pusat tidak basah dan lembab (Reni
dkk., 2018)
d) Mengganti popok bayi
Lembab akibat popok yang sudah penuh dapat berbahaya bagi kulit bayi
dan membuat lebih mudah menjadi luka. Bila kulit bayi basah terlalu lama,
lapisan kulit mulai rusak. Bila kulit basah digosok, juga lebih mudah rusak.
Bila hal itu terjadi, maka dapat timbul Diaper Rash. Selanjutnya gesekan
antara lipatan kulit yang lembab membuat ruam menjadi lebih berat.
Menurut Permata dkk., (2020) sebaiknya segera mengganti popok setelah
bayi BAK/BAB, karena ruam popok dapat timbul karena popok yang basah.
Jika bayi menggunakan diapers/popok sekali pakai maka harus sering
dilihat, sehingga tidak membiarkan adanya genangan urine dan feses
dalam diapers. Sebaiknya mengganti diapers 3-4 jam sekali, kecuali apabila
bayi BAB, harus segera diganti. Cara mengganti popok bayi sebaiknya
mengguakan waslap dan kerigkan dengan yang lembut. Pemberian bedak
tabur pada daerah genitalia bayi seabiknya dihindari karena akan mudah
terjadinya iritasi dan infeksi. Menurut Ariani (2015), penggunaan bedak
tabur lansung pada organ genital atau tisu pembersih bersifat

68

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


karsinogenik (menyebabkan kanker) terhadap ovarium. Selain itu bedak
tabur juga mengandung asbes, yaitu bahan mineral penyebab kanker.
Menurut Permata dkk., (2020) jika bayi baru BAK, segera bersihkan dengan
menggunakan waslap dan dikeringkan dengan kain yang lembut. Bila perlu
olesi salep kulit di daerah lipatan paha dan pantat. Tidak perlu
menambahkan bedak pada daerah genetalia (Permata dkk., 2020)
3. Kebutuhan Asah
Asah merupakan stimulasi mental yang akan menjadi cikal bakal proses
pendidikan dimana bertujuan untuk mengembangkan mental, kecerdasan,
keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, moral, produktifitas dan lain-
lain.
a) Imunisasi pada neonatus, imunisasi berasal dari kata Imun, kebal atau
resistan. Imunisasi berarti pemberian kekebalan terhadap suatu penyakit
tertentu. Imunisasi adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh
kekebalan tubuh manusia terhadap penyakit tertentu. Proses imunisasi
ialah memasukan vaksin atau serum kedalam tubuh manusia, melalui oral
atau suntikan.
2.6.3 Keluhan ringan pada BBL
1. Sering menangis
Menurut Anurogo (2019) penyebab bayi menangis adalah (1) Kelaparan,
Sampai saat ini menangis karena lapar adalah penyebab yang biasa ditemui bila
bayi menangis secara periodik. Semakin muda usia bayi, semakin besar
kemungkinan bayi menangis karena lapar. Seorang bayi yang lapar mungkin
bisa menunggu ibunya untuk memberi makan tanpa harus menangis,
sementara bayi yang lain akan mulai berteriak dan menangis terus-menerus
dan baru berhenti ketika diberi makan. (2) teknik menyusui pada bayi yang
kurang benar, beberapa ibu tidak mengetahui kalau menyusui membutuhkan
sebuah teknik. Payudara ibu menghalangi hidung bayi akan membuat bayi
menangis. Selain itu, ibu-ibu yang belum berpengalaman tidak bisa
mengeluarkan udara yang tertelan anaknya setelah menyusui bayinya, yaitu
melakukan burping atau sendawa. Dengan tidak disendawakan akan membuat
bayi menangis, karena udara yang ada dalam perut bayi membuatnya merasa
tidak nyaman. (3) rasa tidak nyaman, beberapa penyebab yang menyebabkan

69

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


bayi kurang nyaman, misalnya popok kotor, ruam kulit, terganggu cuaca yang
terlalu dingin atau yang terlalu panas, atau perutnya kembung. Popok basah
atau kotor biasanya membuat bayi merasa tidak nyaman dan menyebabkan
bayi menangis. Penggunaan pakaian yang berlebihan ketika suhu bayi tinggi
dapat menyebabkan bayi menangis, penggunaan pakaian yang tipis juga dapat
menyebabkan bayi menangis. Hal lain yang dapat membuat bayi menangis
karena tidak nyaman yaitu ada sesuatu yang menusuk tubuh bayi. (4) bayi yang
banyak kebutuhan dan ingin ditemani, Beberapa bayi sering menangis
dibandingkan bayi lainnya, dan bayi perlu didekap dan digendong lebih sering.
Ibu yang selalu menggendong bayinya kemana-mana, dapat membuat bayi
tidak menangis dibandingkan dengan ibu yang senang meninggalkan bayinya,
atau ibu yang menidurkan bayi di tempat tidur terpisah. Anak kecil
membutuhkan kasih sayang dan teman. Bayi mengungkapkan kesepiannya
dengan cara menangis. Tangisan akan berhenti ketika bayi digendong,
terutama digendong oleh ibunya. Menggendong dan menyayangi bayi
secukupnya akan membuat bayi merasa lebih aman dan lebih independent di
tahun-tahun yang akan datang. Menggendong bayi ketika menangis tidak akan
membuatnya menjadi manja (Anurogo, 2019)
2. Bunyi nafas grok-grok
Frekuensi nafas normal pada bayi baru lahir normal adalah 30-60 kali/menit
tanpa adanya retraksi dada, tanpa adanya suara merintih pada fase ekspirasi.
Suara nafas bayi normal adalah vesikuler. Kadang ada suara grok saat bernafas
ini karena ada cairan amnion terperas keluar, selain amnion di saluran nafas
terdapat lendir yang tersisa di hidung bayi dan faktor anatomi fisiologis
pernafasan bayi yang belum berfungsi secara optimal. Lendir pada saluran
nafas berfungsi sebagai saringan untuk mencegah kuman dan debu masuk ke
paru. Lendir akan bertambah banyak bila ada infeksi atau alergi. Saat proses
inspirasi udara akan melewati rongga hidung yang terdapat lendir sehingga ada
bunyi grok-grok saat bayi bernafas. Suara napas grok-grok pada bayi baru lahir
tidak berbahaya, penghisapan pada lendir di hidung bayi dan posisi tidur
terlentang dapat mengurangai suara grok-grok pada bayi (IDAI, 2017).
3. Biang keringat
Biang keringat merupakan salah satu masalah kulit yang sering terjadi pada

70

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


bayi dan batita akibat dari blokade saluran kelenjar keringat, yaitu sekitar 15%.
Biang keringat banyak ditemukan pada kondisi cuaca yang panas, demam dan
bayi yang menggunakan pakaian berlebihan, yaitu pakaian yang terlalu tebal
atau berlapis maupun berbahan tidak menyerap keringat. Biang keringat yang
terjadi akibat adanya blokade saluran kelenjar keringat dipengaruhi juga oleh
kondisi kulit bayiyang belum berkembang sempurna dan produksi keringat atau
hidrasi masing- masing individu. Menurut penelitian sebelumnya di Desa
Sumberagung Kecamatan Sumberejo Kabupaten Bojonegoro udara yang panas
dapat menyebabkan bayi lebih mudah berkeringat, karena kurangnya
pengetahuan ibu tentang perawatan kulit pada anak maka banyak ibu yang
memberikan bedak yang tebal pada bayinya untuk mengurangi keringat tetapi
hal tersebut justru memicu terjadinya biangkeringat (Luvilla dkk., 2019).
2.6.4 Tanda Bahaya Neonatus
Tanda bahaya yang mungkin terjadi pada neonatus menurut Maryunani (2015),
antara lain :
1. Tidak mau minum/menyusu atau memuntahkan semua.
2. Riwayat kejang.
3. Bergerak hanya jika dirangsang/letergis.
4. Frekuensi napas ≤ 30x/menit dan ≥ 60x/menit.
5. Suhu tubuh ≤ 35,5oC dan ≥ 37,5oC.
6. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat.
7. Merintih.
8. Nanah banyak di mata.
9. Pusat kemerahan meluas ke dinding perut.
10. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat.
11. Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat.
12. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI.
13. BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram.
14. Kelainan kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.
2.6.5 Asuhan Neonatus
Pelayanan kesehatan yang diberikan pada bayi baru lahir dimulai segera setelah
bayi lahir sampai 28 hari, terdiri dari pelayanan saat lahir (0 – 6 jam) dan setelah lahir (6
jam-28 hari). Pelayanan pasca persalinan pada bayi baru lahir dimulai sejak usia 6 jam

71

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


sampai 28 hari. Pelayanan pasca persalinan pada bayi baru lahir meliputi: perawatan
neonatal esensial setelah lahir (6 jam–28 hari) yang merupakan pelayanan kesehatan
neonatal esensial; skrining bayi baru lahir; dan pemberian komunikasi, informasi dan
edukasi kepada ibu dan keluarganya (Kemenkes RI, 2019).
2.6.6 Ruang Lingkup Asuhan Neonatus
Ruang lingkup pelayanan bayi baru lahir menurut Kemenkes RI tahun 2019
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Perawatan neonatal esensial pada saat lahir:
a) Perawatan neonatus pada 30 detik pertama (0-30 detik)
b) Perawatan rutin neonatus pada 30 detik-90 menit
 Menjaga bayi tetap hangat
 Pemotongan dan perawatan tali pusat
 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
 Pemberian identitas
 Pencegahan perdarahan dengan injeksi vitamin K1
 Pencegahan infeksi mata dengan salep/tetes mata antibiotika
c) Perawatan rutin neonatus pada 90 menit-6 jam
 Pemeriksaan fisik
 Penentuan usia gestasi
 Pemberian imunisasi Hb 0
 Pemantauan BBL dalam periode 90 menit-6 jam
2. Perawatan neonatal esensial setelah lahir
a) Menjaga bayi tetap hangat
b) Pemeriksaan setelah lahir dengan menggunakan pendekatan Manajemen
Terpadu Bayi Muda (MTBM)
c) Pemberian ASI
d) Perawatan metode kangguru
e) Pemantauan pertumbuhan
f) Masalah yang paling sering dijumpai pada neonatus (Kemenkes RI, 2019)
2.7 Konsep Dasar Keluarga Berencana
2.7.1 Pengertian Keluarga Berencana
Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk
pengaturan kehamilan, dan merupakan hak setiap individu sebagai mahluk seksual.
72

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Penggunaan kontrasepsi pasca persalinan diberikan untuk menjarangkan jarak
kehamilan berikutnya setidaknya dalam 2 tahun jika seorang wanita masih
merencanakan memiliki anak. Jenis kontrasepsi yang digunakan sama seperti prioritas
pemilihan kontrasepsi pada masa interval. Prinsip utama penggunaan kontrasepsi pada
wanita pascasalin adalah kontrasepsi yaitu tidak mengganggu proses laktasi (Affandi,
2015). Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat
bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini dapat dilakukan dengan
menggunakan cara, alat atau obat –obatan. (Prawirohardjo, 2016)
2.7.2 Jenis Keluarga Berencana
Menurut BKKBN (2019), jenis-jenis alat kontrasepsi, yaitu:
1. Kondom/karet KB
a) Kondom adalah suatu karet tipis yang dipakai menutupi zakar sebelum
dimasukkan ke dalam vagina untuk mencegah terjadinya pembuahan.
b) Cara kerja kondom : mencegah spermatozoa bertemu dengan ovum/sel
telur pada waktu senggama karena sperma tertampung dalam kondom.
c) Keuntungan :
 Murah, mudah didapat.
 Mudah dipakai sendiri.
 Dapat mencegah penyakit kelamin.
 Efek samping hampir tidak ada.
d) Kerugian :
 Mengganggu kenyamanan bersenggama.
 Harus selalu ada persediaan.
 Dapat sobek bila tergesa-gesa.
 Efek lecet, karena kurang licin.
2. Pil KB
a) Pil KB atau oral contraceptives pill merupakan alat kontrasepsi hormonal
yang berupa obat dalam bentuk pil yang dimasukkan melalui mulut
(diminum), berisi hormon estrogen atau progesterone.
b) Cara kerja :
 Menekan ovulasi yang akan mencegah lepasnya sel telur dari
ovarium.

73

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


 Mengendalikan lender mulut rahim sehingga sel mani tidak dapat
masuk ke dalam rahim.
 Menipiskan lapisan endometrium.
c) Keuntungan :
 Menunda kehamilan pertama pada PUS muda.
 Mencegah anemia defisiensi zat besi.
d) Kerugian
 Dapat mengurangi ASI
 Harus disiplin
3. Suntik
a) KB suntik adalah suatu cara kontrasepsi yang diberikan melalui suntikkan.
b) Jenis yang tersedia antara lain : Depo provera 150 mg, Noristerat 200 mg,
dan Depo Progestin 150 mg.
c) Cara kerja :
 Mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita.
 Mengentalkan lender mulut rahim, sehingga sel mani tidak dapat
masuk dalam rahim.
 Menipiskan endometrium.
d) Keuntungan :
 Sangat efektif dengan kegegalan kurang dari 1%.
 Tidak mempengaruhi produksi ASI.
e) Kerugian :
 Gangguan haid.
 Pusing, mual kenaikan berat badan.
4. Implant
a) Implant adalah alat kontrasepsi yang ditanam di bawah kulit (susuk KB).
b) Jenis implant yang beredar di Indonesia antara lain : Norplant, implanon,
indoplan, sinoplan, dan jadena.
c) Kelebihan :
 Praktis, efektif.
 Tidak ada faktor lupa.
 Tidak menekan produksi ASI.
 Masa pakai jangka panjang 5 tahun.

74

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


d) Kekurangan :
 Harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang terlatih.
 Lebih mahal daripada KB yang pendek.
 Implant sering mengubah pola haid.
5. IUD
a) AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang
bentuknya bermacam-macam.
b) Cara kerja: dengan adanya alat ini, maka terjadinya perubahan pada
endometrium yang mengakibatkan kerusakan pada sperma yang masuk.
Tembaga pada AKDR akan menghalangi mobilitas atau pergerakan
sperma, mematikan hasil pembuahan
6. Vasektomi
Vasektomi adalah sterilisasi sukarela pada pria dengan cara memotong atau
mengikat kedua saluran mani (vas deferens) kiri dan kanan sehingga penyaluran
spermatozoa terputus.
7. Tubektomi
Tubektomi adalah sterilisasi atau kontrasepsi mantap (permanen) pada wanita
yang dilakukan dengan cara melakukan tindakan pada kedua saluran.
2.7.3 Penapisan Keluarga Berencana
Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode kontrasepsi
(misalnya pil KB, suntikan atau AKDR) adalah untuk menentukan apakah ada :

 Kehamilan

 Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus

 Masalah (misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi) yang juga


membutuhkan pengamatan dan pengolahan lebih lanjut.
Tabel 2.7 Daftar Titik Penapisan Klien Metode Nonoperatif
Metode Hormonal Ya Tidak
(Pil kombinasi, pil progestin, suntikan, implan)
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang
lalu atau lebih
Apakah anda menyusui dan kurang dari 6
minggu pascapersalinan

75

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Apakah mengalami perdarahan/perdarahan
bercak Antara haid setelah sanggama
Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata
Apakah pernah nyeri kepala hebat atau
gangguan visual
Apakah anda nyeri hebat pada betis, paha atau
dada, atau tungkai bengkak (edema)
Apakah pernah tekanan darah diatas 160
mmHg (sistolik) aau 90 mmHg (diastolic)
Apakah ada massa atau benjolan pada
payudara
Apakah anda sedang minum obat-obatan anti
kejang (epilepsy)
AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan progestin).
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang
lalu
Apakah klien (atau pasangan) mempunyai
pasangan seks lain.
Apakah pernah mengalami Infeksi Menular
Seksual (IMS)
Apakah pernah mengalami penyakit radang
panggul atau kehamilan ektopik
Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih
1-2 pembalut tiap 4jam)
Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari
8 hari)
Apakah pernah mengalami dismenore berat
yang membutuhkan analgetika dan/atau
istirahat baring
Apakah pernah mengalami
perdarahan/perdarahan bercak antara haid
atau setelah sanggama

76

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Apakah pernah mengalami gejala penyait
jantung valvular atau congenital
Sumber : Affandi, 2015
Jika semua keadaan diatas adalah “tidak” (negatif) dan tidak dicurigai adanya
kehamilan, maka dapat diteruskan dengan konseling metode khusus. Bila respon banyak
yang “ya” (positif), berarti klien perlu dievaluasi sebelum keputusan akhir dibuat.
2.7.4 Konseling Pra dan Pasca Penggunaan Kontrasepsi
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga
Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan melakukan konseling berarti
petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan
digunakan sesuai dengan pilihannya. Langkah-langkah konseling KB (SATU TUJU) :
1. SA : SApa dan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta terjamin
privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri. Tanyakan kepada
klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat
diperolehnya.
2. T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara
mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, tujuan,
kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya.
Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Berikan perhatian kepada klien
apa yang disampaikan klien sesuai dengan kata-kata, gerak isyarat dan caranya.
Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien kita dapat
membantunya.
3. U : Uraikan pada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi
yang paling mungkin. Bantu klien pada kontrasepsi yang paling dia inginkan, serta
jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada. Uraikan juga mengenai resiko
penularan HIV/AIDS dan pilihan metode ganda
4. TU : BanTUlah klien menentukan pilihannya. Doronglah klien untuk menunjukkan
keinginan dan mengajukan pertanyaan. Tanyakan juga apakah pasangannya akan
memberikan dukungan dengan pilihan tersebut. Yakinkan bahwa klien telah
membuat keputusan yang tepat.
5. J : Jelaskan secara lengkap bagaimana cara menggunakan kontrasepsi pilihannya.
Setelah klien memilih kontrasepsi pilihannya, jika diperlukan, perlihatkan

77

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


alat/obat kontrasepsinya. Cek pengetahuan klien tentang penggunaan kontrasepsi
pilihannya dan puji klienapabila dapat menjawab dengan benar.
6. U : Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan juga buatlah perjanjian
kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaanlanjutan atau permintaan
kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk kembali
apabila terjadi suatu masalah (Affandi, 2015).
Informed choice, menurut Affandi (2015):
1. Informed choice adalah suatu kondisi peserta/calon peserta KB yang memilih
kontrasepsi didasari oleh pengetahan yang cukup setelah mendapat
informasi yang lengkap melalui KIP.
2. Memberdayakan para klien untuk melakukan informed choice adalah kunci
yang baik menuju pelayanan KB yang berkualitas.
3. Bagi calon peserta KB baru, informed choice merupakan proses memahami
kontrasepsi yang akan dipakainya.
4. Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi dan
kegagalan tidak terkejut karena sudah mengerti tentang kontrasepsi yang
akan dipilihnya.
5. Bagi peserta KB tidak akan terpengaruh oleh rumor yang timbul dikalangan
masyarakat.
6. Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi akan
cepat berobat ketempat pelayanan.
7. Bagi peserta KB yang informed choice berarti akan terjaga kelangsungan
pemakaian kontrasepsinya (Affandi, 2015).
2.8 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
2.8.1 Manajemen Varney
Menurut Kemenkes RI (2007), standar praktek kebidanan dalam metode asuhan
kebidanan yang menggambarkan tentang Continuity of Care adalah:
1. Standar I : Metode Asuhan
Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan dengan
langkah: pengumpulan data dan analisis data, penegakan diagnosa perencanaan
pelaksanaan, evaluasi dandokumentasi.
Definisi operasional:
 Ada format manajemen asuhan kebidanan dalam catatan asuhan

78

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


kebidanan.
 Format manajemen asuhan kebidanan terdiri dari format pengumpulan
data, rencana asuhan, catatan implementasi, catatan perkembangan,
tindakan, evaluasi, kesimpulan dan tindak lanjuttindakan lain.
2. Standar II : Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan.
Definisi Operasional :
 Ada format pengumpulan data
 Pengumpulan data dilakukan secara sistematis, terfokus, yang meliputi
data:
a) Demografi identitas klien.
b) Riwayat penyakit terdahulu.
c) Riwayat kesehatan Reproduksi.
 Riwayat haid
 Riwayat bedah organ reproduksi.
 Riwayat kehamilan dan persalinan
 Pengaturan kesuburan.
 Faktor kongenital atau keturunan yang terkait.
d) Keadaan kesehatan saat ini termasuk kesehatan reproduksi.
e) Analisis data.
3. Standar III : Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah
dikumpulkan.
Definisi operasional :

 Diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan hasil analisa data.

 Diagnosa kebidanan dirumuskan secara sistematis.


4. Standar IV : Rencana Asuhan
Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan dari diagnosakebidanan.
Definisi operasional :
 Ada format rencana asuhan kebidanan.
 Format rencana asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa, berisi rencana

79

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


tindakan, evaluasi dan tindakan.
5. Standar V : Tindakan
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan diagnosa, rencana dan
perkembangan keadaan klien.
Definisi operasional :
 Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi.
 Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan juga
perkembangan klien.
 Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan
wewenang bidan atau hasil kolaborasi.
 Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan etika dan kode
etik kebidanan.
 Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang telah tersedia.
6. Standar VI : Partisipasi Klien
Klien dan keluarga dilibatkan dalam rangka peningkatan pemeliharaan dan
pemulihan kesehatan.
Definisi operasional :
 Klien atau keluarga mendapatkan informasi tentang :
 Status kesehatan saat ini.
 Rencana tindakan yang akan dilaksanakan.
 Peranan klien atau keluarga dalam tindakan kebidanan.
 Peranan petugas kesehatan dalam tindakan kebidanan.
 Sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan.
Klien dan keluarga dilibatkan dalam menentukan pilihan untuk mengambil
keputusan dalam asuhan.
Pasien dan keluarga diberdayakan dalam terlaksananya rencanaasuhan klien.
7. Standar VII : Pengawasan
Monitor/pengawasan klien dilaksanakan secara terus-menerus dengan tujuan
untuk mengetahui perkembangan klien.
Definisi operasional :
 Adanya format pengawasan klien.
 Pengawasan dilaksanakan secara terus-menerus dan sistematis untuk
mengetahui perkembangan klien.

80

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


 Pengawasan yang dilaksanakan di catat dan dievaluasi.
8. Standar VIII : Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus-menerus sesuai dengan tindakan
kebidanan dan rencana yang telah dirumuskan.
Definisi operasional :
 Evaluasi dilaksanakan pada tiap tahapan pelaksanaan asuhan sesuai
standar.
 Hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan.
9. Standar IX : Dokumentasi
Asuhan kebidanan di dokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi
asuhan kebidanan.
Definisi operasional :
 Dokumentasi dilaksanakan pada setiap tahapan asuhan kebidanan.
 Dokumentasi dilaksakana secara sistematis, tepat, dan jelas.
 Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanaan asuhan kebidanan.
2.8.2 Kompetensi Bidan
Menurut Kemenkes (2007), standar kompetensi bidan ada 9 yaitu:
1. Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dalam ilmu-ilmu
sosial, kesehatan masyarakat, dan etika yang membentukdasar dari asuhan yang
bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir, dan
keluarganya.
2. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang
tanggap terhadap budaya, dan memberikan pelayanan yang menyeluruh di
masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat,
perencanaan kehamilan, dan kesiapan untuk menjadi orang tua.
3. Bidan memberikan asuhan antenatal yang bermutu tinggi untuk
mengoptimalkan kesehatan ibu selama kehamilan yang meliputi deteksi dini,
pengobatan, dan rujukan.
4. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap tehadap budaya
setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman,
menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan
wanita dan bayi baru lahir.
5. Bidan dapat memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu

81

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


tinggi serta tanggap terhadap budaya setempat.
6. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi
baru lahir (BBL) sehat sampai usia 1 bulan.
7. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi dan
balita sehat.
8. Bidan memberikan asuhan yang brmutu tinggi dan komprehensif pada keluarga
dan kelompok.
9. Bidan mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ ibu dengan
ganguan sistem reproduksi.

2.9 Evidance Based dalam Kebidanan

2.9.1 Kehamilan
1. Susah BAB
Konstipasi terjadi akibat aktivitas ibu yang kurang, asupan cairan dan serat
yang rendah juga dapat menjadi faktor terjadinya konstipasi. Wanita yang
mengkonsumsi suplemen zat besi mengalami 3,5 kali lebih banyak konstipasi
dibandingkan yang tidak konsumsi zat besi, karena dalam zat besi mengandung
Cupri Sulfat dan Mangan Sulfat merupakan biokatalisator yang merangsang jaringan
pembentukan darah dalam tubuh yang menyebabkan peningkatan hormon
progesterone yang memperlambat proses pencernaan yang membuat kondisi fases
cenderung lebih keras dan lebih sulit keluar (Kartikasari & Payana, 2017)
2. Pencegahan Konstipasi
Cara mencegah konstipasi pada ibu hamil yaitu dengan mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung serat pada sayuran dan buah-buahan seperti,
wortel, kacang panjang, kembang kol, bayam, pepaya, pisang, atau apel. Selain itu,
ibu harus minum 8-10 gelas dalam sehari, serta menghindari minuman yang dapat
memperberat kerja sistem pencernaan seperti kopi atau teh, dan melakukan
olahraga ringan atau mengikuti senam hamil atau sekedar berjalan-jalan ringan
setiap harinya
3. Kebutuhan psikologis
Ibu yang mendapat dukungan emosional akan lebih siap psikologisnya
karena disebabkan semakin tinggi dukungan dari orang sekitar terutama suami maka
akan semakin rendah kecemasan menjelang kelahiran yang dialami oleh ibu hamil.

82

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Keadaan ini berhubungan dengan pelepasan hormon kortisol (hormon penyebab
stres) yang ditekan oleh hormon endorfin (hormon bahagia) ketikan ibu merasa
senang karena diberi dukungan oleh suami dan keluarga (Wahyuni & Yuliana, 2020).
4. Vaksin covid 19 untuk ibu hamil
Vaksin COVID-19 bermanfaat untuk memberi perlindungan agar tidak
tertular atau sakit berat akibat COVID-19 dengan cara menimbulkan atau
menstimulasi kekebalan spesifik dalam tubuh dengan pemberian vaksin. Vaksinasi
COVID-19 dosis lengkap dan sesuai jadwal yang dianjurkan serta penerapan perilaku
5M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau hand
sanitizer, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas) adalah
upaya perlindungan yang bisa dilakukan supaya terhindar dari penyakit COVID-19.
(Kemenkes RI, 2021). Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.01/I/2007/2021 tentang Vaksinasi
Covid-19 bagi Ibu Hamil dan Penyesuaian Skrining dalam Pelaksanaan Vaksinasi
Covid-19. Surat Edaran tersebut sesuai dengan rekomendasi Perkumpulan Obstetri
dan Ginekologi Indonesia (POGI).
5. Sering BAK dimalam hari
Pada waktu hamil, ginjal bekerja lebih berat dari biasanya, karena organ
tersebut harus menyaring volume darah lebih banyak dibanding sebelum hamil.
Proses penyaringan tersebut kemudian menghasilkan lebih banyak urine. Kemudian,
janin dan plasenta yang membesar juga memberikan tekanan pada kandung kemih,
sehingga menjadikan ibu hamil harus sering kekamar kecil untuk buang air kecil
(Damayanti, 2019). Minuman yang dapat meningkatkan aktivitas buang air kecil
seperti minuman yang mengandung alkohol, minuman bersoda atau dengan
kandungan tinggi gula dan minuman berkafein seperti kopi atau teh. Kandungan
dalam minuman tersebut bersifat mengiritasi kandung kemih dan membuat
seseorang lebih sering buang air kecil, sehingga akan lebih baik ibu mengurangi atau
menghindari minuman tersebut dan lebih banyak konsumsi air putih (Damayanti,
2019).
6. Susah tidur di malam hari
Sulit tidur dapat disebabkan oleh perubahan fisik yaitu pembesaran uterus.
Di samping itu sulit tidur dapat juga disebabkan perubahan psikologis misalnya
perasaan takut, gelisah atau khawatir karena menghadapi kelahiran. Sering BAK

83

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


dimalam hari dapat juga menjadi penyebab terjadinya gangguan tidur pada ibu
hamil (Afni & Dwienda, 2019). Adapun peran bidan dalam membantu ibu
mengurangi keluhan sulit tidur yaitu dengan menyarankan untuk mencari posisi
tidur yang nyaman,mandi air hangat sebelum tidur,mendengarkan music
klasik,minum segelas air susu hangat atau ibu hamil juga bisa mengatasi sulit tidur
dengan olahraga. Olahraga yang diperuntukkan bagi ibu hamil adalah olahraga yang
aman bagi kehamilannya (Afni & Dwienda, 2019).
7. Nyeri punggung
Selama kehamilan, relaksasi sendi di bagian sekitar panggul dan punggung
bawah ibu hamil kemungkinan terjadi akibat perubahan hormonal.Sejalan dengan
bertambahnya berat badan secara bertahap selama kehamilan dan redistribusi
pemusatan terdapat pengaruh hormonal pada struktur otot yang terjadi selama
kehamilan. Kedua faktor ini mengakibatkan adanya perubahan postur tubuh pada
ibu hamil Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan
semakin bertambahnya kehamilan. Menurut Handayani (2019), metode
pengontrolan nyeri secara non farmakologi sangat penting karena tidak
membahayakan, metode ini seperti (1) Ditraksi yaitu memfokuskan perhatian
pasien pada suatu selain pada nyeri merupakan mekanisme yang bertanggung
jawab pada teknik kognitif afektif lainnya. (2) Relaksasi, (3) Pemijatan/massag, (4)
Hypnosis, (5) Memberi rangsangan alternatif yang kuat, (6) Prenatal yoga (7) Senam
hamil (Handayani, 2022).
8. Nyeri pinggang
Pada masa kehamilan seiring dengan membesarnya uterus, maka pusat
gravitasi akan berpindah kearah depan sehingga ibu hamil harus menyesuaikan
posisi berdirinya, dimana ibu hamil harus bergantung dengan kekuatan otot,
penambahan berat badan, sifat relaksasi sendi, kelelahan serta postur sebelum
hamil. Postur tubuh yang tidak tepat akan memaksa peregangan tambahan dan
kelelahan pada tubuh, terutama pada bagian tulang belakang sehingga akan
menyebabkan terjadinya sakit atau nyeri pada bagian pinggang ibu hamil (Susanti &
Putri, 2019).

84

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


2.9.2 Persalinan
1. Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari
Keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari yang dirasakan oleh ibu
disebabkan oleh kontraksi persalinan. Keluar lendir bercampur darah yang dialami
oleh ibu merupakan salah satu tanda persalinan. Dengan pendataran dan
pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah.
Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian
bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus (Metti, 2016).
2. Manajemen rasa nyeri menjelang persalinan
Relaksasi merupakan metode efektif untuk menurunkan rasa nyeri yang
merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan. Salahsatu
cara untuk menurunkan rasa nyeri yaitu dengan cara teknik relaksasi pernafasan dan
masase lumbal. Pemijatan lumbal akan meningkatkan reseptor oksitosin yang
menyebabkan kualitas kontraksi uterus menjadi adekuat dan juga menyebabkan
sekresi opioid yang merangsang saraf parasimpatik dan penurunan kadar hormon
kortisol dan katekolamin sehingga dapat menghilangkan rasa nyeri (Puspitasari &
Ernawati, 2018).
3. Pemberian nutrisi menjelang persalinan
Pembatasan makan minum atau puasa saat persalinan dapat menyebabkan
dehidrasi dan asidosis, kelelahan, bahkan meningkatkan persalinan tindakan dan
kehilangan darah intra partum. Makanan atau nutrisi dengan konsistensi cair yang
mengandung kalori tinggi sangat tepat diberikan kepada ibu bersalin karena
makanan tersebut akan mudah diabsorpsi sehingga akan lebih cepat meningkatkan
stamina tubuh ibu dan menambah kekuatan untuk mengedan (Hardianti & Resmana,
2018).
4. Keluar lendir bercampur darah menjelang persalinan
Keluar lendir bercampur darah yang dialami oleh ibu merupakan salah satu
tanda persalinan. Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis
keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena
lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa
capillair darah terputus (Metti, 2016).

85

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


5. Penundaan jepit potong tali pusat bayi dan IMD
Jepit potong tali pusat pada bayi ditunda dari 2 sampai 3 menit setelah bayi
lahir karena dapat mencegah bayi dari anemia. IMD dilakukan untuk membentuk
bonding yang kuat antara ibu dan bayi, selain itu hormone oksitosin yang diproduksi
dalam tubuh ketika bayi menysusu dapat membantu rahim berkontraksi sehingga
bermanfaat untuk mengurangi resiko perdarahan setelah melahirkan dan
membantu ibu merasa tenang dan santai (Putri dkk., 2022).
2.9.3 Nifas
1. Perawatan luka perineum
Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi, meningkatkan
rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan. Perawatan luka perineum dapat
dilakukan dengan cara mencuci daerah genital dengan air dan sabun setiap kali
habis BAK/BAB yang dimulai dengan mencuci bagian depan (simpisis), baru
kemudian bagian anus sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu diberitahu cara mengganti
pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai terkontaminasi sama tangan. Pembalut
yang sudah kotor harus diganti paling sedikit 2 kali sehari. Ibu diberitahu tentang
jumlah, warna, dan bau lochea sehingga apabila ada kelainan dapat diketahui
secara dini. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan alat kelamin. Apabila ibu mempunyai luka episiotomi atau
laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka
(Novitasari, 2022).
2. Susah BAB
Gangguan kesehatan fisik pada masa post partum terjadi pada 6 bulan
pertama post partum dan keluhan yang muncul dalam 8 minggu post partum sering
tidak dilaporkan kepada petugas kesehatan karena dianggap suatu hal yang biasa.
Padahal keluhan fisik dan psikologis yang terjadi pada masa nifas merupakan hal
yang harus menjadi perhatian dan menjadi patologis apabila tidak dilakukan
penanganan yang tepat. Ketidaknyamanan fisik yang muncul pada masa nifas
diantaranya rasa sakit akibat trauma perineum atau luka persalinan sectio cesarean
(SC), sakit punggung, sembelit, wasir, Inkontinensia urin, inkontinensia fecal, dan
kelelahan. Ketidaknyamanan masa nifas yang sering dialami ibu salah satunya adalah
konstipasi. Konstipasi pada ibu dengan persalinan normal terjadi karena nyeri pada
perineum dan rasa takut jika ada tekanan pada anus ketika buang air besar akan

86

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


berpengaruh pada penyembuhan luka perineum. Konstipasi pada masa nifas selain
disebabkan oleh faktor metode persalinan, obat anastesi dan pengaruh hormone
juga dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi oleh ibu rendah serat, tarak
makanan, kurang mobilisasi dan faktor psikologis.Keterlambatan penatalaksanaan
pada ibu nifas dengan keterlambatan buang air besar lebih dari 3 hari bisa
menyebabkan keluhan perut kembung, mual, pusing, nafsu makan menurun karena
perut terasa penuh, sesak nafas. Konstipasi ini juga menyebabkan komplikasi yaitu
hemorrhoid karena pengerasan feces, infeksi post partum dan kanker usus karena
penumpukan feces pada usus besar dan rectum (Syalfina dkk., 2019).
3. Kebutuhan tidur ibu nifas
Ibu Menyusui memiliki pola istirahat kurang baik dalam jumlah jam tidur
maupun gangguan tidur. Secara teori, salah satu faktor yang mempengaruhi dari
pada produksi ASI adalah Pemenuhan Pola Istirahat Ibu. Istirahat merupakan
keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak
beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Pengeluaran
hormon prolactin yang berperan pada produksi ASI pada malam hari lebih tinggi dari
pada siang hari. Sedangkan pola tidur bayi yang belum teratur mengakibatkan ibu
memperoleh waktu singkat untuk istirahat Kurang istirahat pada ibu menyusui akan
mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu: mengurangi jumlah ASI yang
diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan meningkatkan perdarahan,
menyebabkan terjadinya depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri. Untuk meningkatkan produksi ASI diharapkan ibu menyusui mampu
melakukan atau memenuhi kebutuhannya pola istirahat sehingga mampu
memberikan ASI yang terbaik untuk anaknya atau bayi. Kekurangan pola istirahat
pada ibu menyusui harus dapat teratasi. Hal ini bisa diantisipasi dengan cara
mengikuti pola tidur bayi. Sebisa mungkin, ibu tidur saat bayi tertidur dan bangun
saat bayi bangun untuk disusui. Dengan mengikuti pola tidur bayi ini, setidaknya ibu
bisa terbantu untuk mendapatkan waktu istirahat yang lebih cukup (Aditama & Sari,
2019).
4. Mules setelah persalinan
Mules pada perut disebabkan karena kontraksi Rahim dan relaksasi yang
terus menerus dan biasanya akan berlangsung 2-4 hari. Cara mengatasinya yaitu

87

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


mengosongkan kandung kemih, jangan menahan BAK dan BAB karena dapat
menyebabkan kontraksi uterus tidak optimal (Khatimah & Saleh, 2022).
5. Nutrisi selama nifas
Nutrisi pada ibu nifas yaitu makanan yang harus dikonsumsi pada masa nifas
harus seimbang, bergizi dan cukup energi. Makanan yang dikonsumsi seharusnya
mengandung sumber tenaga (energi), sumber pembangun (protein), sumber
pengatur dan pelindung (mineral, vitamin, dan air). Kebutuhan gizi ibu nifas
terutama pada menyusui bila menyusui akan meningkat 25%. karena guna untuk
proses penyembuhan karena habis melahirkan dan untuk produksi ASI yang cukup
untuk menyehatkan bayi. makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan
aktivitas, metabolisme, cadangan makan dalam tubuh, proses produksi ASI, serta
sebagai ASI itu sendiri yang akan di konsumsi bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangan (Putri dkk., 2022).
6. Penyebab ASI sedikit diawal masa nifas
Secara teori salah satu faktor yang mempengaruhi dari pada produksi ASI
adalah pemenuhan pola istirahat Ibu. Pengeluaran hormon prolaktin yang
berperan pada produksi ASI pada malam hari lebih tinggi daripada siang hari.
Sedangkan pola tidur bayi yang belum teratur mengakibatkan ibu memperoleh
waktu singkat untuk istirahat. Ibu yang mengalami kecapekan atau kurang dalam
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidurnya akan mempengaruhi produksi ASI.
Kurang istirahat pada ibu menyusui akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal
yaitu: mengurangi jumlah ASI yang di produksi, memperlambat proses involusi
uterus dan meningkatkan perdarahan, menyebabkan terjadinya depresi dan
ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. Untuk meningkatkan
produksi ASI diharapkan ibu menyusui mampu melakukan atau memenuhi
kebutuhannya pola istirahat sehingga mampu memberikan ASI yang terbaik
untuk anaknya atau bayi. Kekurangan pola istirahat pada ibu menyusui harus
dapat teratasi. Hal ini bisa diantisipasi dengan cara mengikuti pola tidur bayi.
Sebisa mungkin, ibu tidur saat bayi tertidur dan bangun saat bayi bangun untuk
disusui. Dengan mengikuti pola tidur bayi ini, setidaknya ibu bisa terbantu untuk
mendapatkan waktu istirahat yang lebih cukup. Faktor yang kedua yaitu
makanan. Makanan yang dikonsumsi ibumenyusui sangat berpengaruh terhadap
produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan mengandung cukup gizi dan pola

88

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan lancar. Prinsipnya, olahan
makanan yang diberikan kepada ibu menyusui, harus cukup mengandung kalori
(energi) untuk dapat mengganti energi yang dikeluarkan maupun yang
dibutuhkan oleh ibu untuk menghasilkan air susu. Komposisi bahan makanan
yang terkandung dalam diet diusahan seimbang dan dapat memenuhi kebutuhan
nutrien untuk menjaga stamina dan berat badan ibu selama penyusuan. Ibu yang
sedang berada fase menyusui sebaiknya mengurangi mengonsumsi kopi dan teh,
karena dapat mengganggu penyerapan zat besi. Kalsium juga dapat
menghalangi penyerapan zat besi, waktu minum susu juga perlu diperhatikan.
Dianjurkan tidak minum susu atau sumber kalsium lain setelah mengonsumsi
makanan yang mengandung zat besi. Jarak waktu minimal antara intake
(pengonsumsian) zat besi dengan kalsium 1,5 sampai 2 jam. Faktor yang ketiga
yaitu frekuensi pemeberian ASI untuk bayi. Penelitian menunjukan bahwa Ibu
menyusui dengan frekuensi pemberian ASI yang kurang dapat mempengaruhi
produksi ASI ibu dalam menyusui bayinya. Ibu disarankan untuk menyusui bayi
setidaknya 8 kali sehari pada bulan-bulan pertama setelah melahirkan untuk
menjamin produksi dan pengeluaran ASI. Frekuensi menyusui ini berkaitan
dengan kemampuan stimulasi kedua hormon dalam kelenjar payudara, yakni
hormon prolaktin dan oksitosin. Menyusui on-demand merupakan cara terbaik
untuk menjaga produksi ASI tetap tinggi dan bayi tetap kenyang. Hal penting yang
perlu diperhatikan adalah bahwa sebaiknya ibu setiap kalinya menyusui dengan
durasi yang cukup lama dan tidak terlalu sebentar, sehingga bayi menerima
asupan foremilk dan hindmilk secara seimbang. ASI yang sedikit dapat
disebabkan posisi menyusui yang kurang tepat, saat menyusui seluruh puting dan
areola kurang tepat berada dalam mulut bayi sehingga isapan kurang optimal.
Faktor yang keempat adalah perawatan payudara. Perawatan payudara pada Ibu
menyusui harus dilakukan untuk mendapatkan produksi ASI yang baik sehingga
anak mendapatkan ASI yang optimal. Penelitian menunjukkan bahwa Ibu yang
kurang dalam melakukan perawatan payudara terutama pada langkah
pengurutan pertama dan pengurutan ketiga didapatkan mengalami masalah
dalamproduksi ASI. Selama proses menyusui, sudah seharusnya ibu melakukan
perawatan payudara agar tetap bersih dan terawat. Perawatan yang tepat
tentunya bisa merangsang payudara untuk memproduksi ASI lebih banyak.

89

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Melakukan perawatan payudara, hipofisis dipengaruhi untuk mengeluarkan
hormon prolaktin dan oksitosin. Kedua hormon inilah yang berperan besar dalam
produksi ASI. Selain itu, dengan perawatan payudara yang benar dan dilakukan
secara teratur, ibu akan terhindar dari berbagai masalah selama menyusui yang
dapat mengganggu kenyamanan. Misalnya, pembengkakan payudara, puting susu
yang lecet, dan sebagainya.
7. Makanan yang dapat memningkatkan produksi ASI
Produksi ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yakni perilaku
menyusui, psikologis ibu, fisiologis ibu, social cultural, nutrisi ibu. Salah satu faktor
yang mempengaruhi produksi ASI adalah fakor makanan dimana kebutuhan kalori
ibu post partum perhari harus terdiri dari 60-70 % karbohidrat, 20 % protein, dan 20
% persen lemak. Kalori ini didapatkan dari nutrisi ibu dalam sehari. Makanan yang
dapat meningkatkan produksi ASI diantaranya (1) Sayuran hijau seperti bayam,
brokoli, kale, daun katuk, sayur alfalfa, dan daun jinten atau daun bangun-bangun.
Selain sumber galaktagog, sayuran hijau juga mengandung senyawa fitoestrogen
yang serupa dengan hormon estrogen. Senyawa ini baik untuk mendukung produksi
ASI. (2) Gandum utuh dan oat, gandum utuh dan oat memiliki kandungan serat yang
tinggi yang dapat meningkatkan produksi ASI. Oat juga kaya zat besi yang
bermanfaat untuk mencegah anemia, penyebab menurunnya produksi ASI yang
umum terjadi pada ibu postpartum. (3) Kacang-kacangan, seperti kacang merah,
kacang almond, dan kacang kenari. Kacang-kacangan mengandung serat yang baik
untuk kesehatan pencernaan dan juga mengandung protein, kalsium, dan zat besi
yang dapat menambah produksi ASI. (4) Biji-bijian yang dapat untuk meningkatkan
produksi ASI antara lain wijen, biji chia, dan biji rami atau flaxseed. Biji-bijian ini
mengandung senyawa fitoestrogen yang baik untuk meningkatkan produksi ASI. (5)
Ikan dan telur, ikan dan telur menjadi sumber protein yang baik untuk ibu post
partum. Karena protein dapat mempercepat penyembuhan luka lasearsi perineum
dan juga dapat meningkatkan jumlah produksi ASI (Subagio, 2019).
8. Mobilisasi setelah persalinan
Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat
tidur dengan melatih bagian-bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau
belajar berjalan. Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin
membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas

90

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


mungkin berjalan. Sebagian besar wanita dapat melakukan ambulasi dini setelah
efek obat-obatan yang diberikan saat melahirkan telah hilang. Aktivitas tersebut
sangat berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih,
sirkulasi, dan paru-paru. Hal tersebut juga membantu mencegah pembetukan
bekuan (trombosis) pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari
ketergantungan peran sakit menjadi sehat dan tidak tergantung. Selain itu, ibu juga
membutuhkan penyembuhan tubuhnya dari persalinan mereka. Oleh karenanya,
ibu dianjurkan untuk melakukan aktivitas secara bertahap, memberikan jarak antara
aktivitas mereka, dan untuk istirahat sebelum mereka menjadi keletihan. Mobilisasi
yang dilakukan sangat bervariasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas atau
sembuhnya luka. Jika tidak ada kelainan, mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin,
yaitu dua jam setelah persalinan normal. Ini berguna untuk memperlancar sirkulasi
darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea) mobilisasi haruslah dilakukan
bertahap, yaitu dimulai dengan gerakan miring kekanan dan kekiri, lalu
menggerakkan kaki. selanjutnya ibu dapat mencoba untuk duduk ditepi tempat
tidur. Kemudian, ibu bias turun dari ranjang dan berdiri (Khatimah & Saleh, 2022).
9. ASI perah
ASI Perah (ASIP) adalah ASI yang diambil dengan cara diperah kemudian
disimpan dan nantinya diberikan pada bayi. Waktu terbaik untuk melakukannya
adalah pada saat payudara sedang penuh sementara tidak bisa menyusui. Cara
memerah ASI adalah cuci tangan sebelum memerah ASI. Sediakan mangkuk bersih
bermulut lebar dan letakkan mangkuk di dekat payudara. Letakkan ibu jari di batas
atas areola, sedangkan jari lain di batas bawah areola. Tekan kearah dada. Tekan
dengan sedikit mengurut kearah putting sampai ASI memencar keluar dan
tertampung di dalam mangkuk. Ubah posisi jari ke jam 3 dan 9, kemudian mulai lagi
memerah, selain posisi 6-12 dan 3-9, ada juga posisi pukul 2-8 dan 4-10. Jangan
sampai terasa sakit.Perah satu payudara selama 3-5 menit, kemudian beralih ke
payudara lainnya.Demikian seterusnya bergantian sampai payudara terasa kosong
(20-30menit). ASIP dapat disimpan pada suhu ruangan ≤ 25°C selama 6-8 jam.Kalau
suhu ruangan kurang dari 25°C maka ASIP tahan 2-4 jam.Wadah ASIP harus ditutup
dan di biarkan dingin. ASI dapat disimpan dalam insulated cooler bag dengan ice
pack tahan lama selama 24 jam. ASI dapat disimpan dalam lamari es atau kulkas
bersuhu 4°C sampai lima hari. ASI dapat disimpan dalam freezer dengan tipe berikut.

91

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Bagian freezer terlatak di dalam lemari es atau kulkas memiliki pintu yang berbeda (-
18°C) selama 3-6 bulan. Deep freezer yang jarang dibuka dan temperaturnya tetap
ideal (-20°C) selama 6-12 bulan. Namun, ada beberapa bukti yang menyatakan
letakan lemak dalam ASI dapat mengalami degradasi sehingga kualitas ASI menurun
(Kumalasari, 2021).
2.9.4 Bayi baru lahir
1. Suara bayi grok-grok
Frekuensi nafas normal pada bayi baru lahir normal adalah 30-60 kali/menit
tanpa adanya retraksi dada, tanpa adanya suara merintih pada fase ekspirasi. Suara
nafas bayi normal adalah vesikuler. Kadang ada suara grok saat bernafas ini karena
ada cairan amnion terperas keluar, selain amnion di saluran nafas terdapat lendir
yang tersisa di hidung bayi. Lendir pada saluran nafas berfungsi sebagai saringan
untuk mencegah kuman dan debu masuk ke paru. Lendir akan bertambah banyak
bila ada infeksi atau alergi. Saat proses inspirasi udara akan melewati rongga hidung
yang terdapat lendir sehingga ada bunyi grok-grok saat bayi bernafas. Suara napas
grok-grok pada bayi baru lahir tidak berbahaya, penghisapan pada lendir di hidung
bayi dapat mengurangai suara grok-grok pada bayi (IDAI, 207).
2. ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6
bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman
lain, termasuk air putih. ASI adalah makanan terbaik bagi bayi baru lahir, baik bayi
yang dilahirkan cukup bulan maupun kurang bulan. Berbagai hasil penelitian
menunjukan bahwa pemberian ASI memberikan banyak keuntungan fisiologis
maupun emosional. World Health Organization (WHO), American Academy of
Pediatrics (AAP), American Academy of Family Physicians (AAFP) dan Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian ASI ekslusif selama enam
bulan dan pemberian ASI dilanjutkan sampai dua tahun. Banyak penelitian yang
membuktikan bahwa Air Susu Ibu merupakan makanan terbaik dan utama bagi bayi
karena di dalam ASI terkandung antibodi yang diperlukan bayi untuk melawan
penyakit- penyakit yang menyerangnya. Pada dasarnya ASI adalah imunisasi
pertama karena ASI mengandung bergbagai zat kekebalan antara lain
immunoglobulin. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI Eksklusif juga
menguntungkan ibu, yaitu mengurangi perdarahan pasca persalinan, mengurangi

92

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


kehilangan darah pada saat haid mempercepat pencapaian berat badan sebelum
hamil, mengurangi risiko kanker payudara, dan kanker rahim (Lindawati, 2019).
3. ASI on demand
Pemberian ASI secara on demand adalah Pemberian ASI tidak dijadwal
sesuai keinginan bayi, dengan menggunakan kedua payudara setiap menyusui
secara bergantian, dan istirahat yang cukup. Menyusui adalah proses pemberian Air
Susu Ibu (ASI) kepada bayi, dimana bayi memiliki refleks menghisap untuk
mendapatkan dan menelan ASI. Menyusui merupakan proses alamiah yang
keberhasilannya tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal namun
membutuhkan kesabaran, waktu, dan pengetahuan tentang menyusui serta
dukungan dari lingkungan keluarga terutama suami. Menyusui bukan hanya
bermanfaat untuk bayi akan tetapi juga memberikan keuntungan dan manfaat bagi
ibu terutama dengan menyusui bayi secara ekslusif. Begitu besar manfaat
pemberian ASI secara on demand pada bayi, sehingga dipandang perlu untuk
dilakukan oleh semua ibu yang melahirkan kepada bayinya. Hal ini sangat ditentukan
oleh tingkat pengetahuan dan sikap seorang ibu dalam membangun komitmen
(Afriani, 2018).
4. Perawatn tali pusat terbuka
Perawatan tali pusat adalah tindakan perawatan yang bertujuan merawat
tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi.
Perawatan tali pusat yang tidak benar pada bayi akan mengalami penyakit infeksi
yang akan mengakibatkan kematian. Penyakit ini disebabkan karena masuknya
spora kuman tetanus ke dalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat yang tidak
steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali
pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi. Perawatan tali pusat terbuka ialah
perawatan tali pusat yang tidak diberikan perlakuan apapun. Tali pusat dibiarkan
terbuka, tidak diberikan kasa kering maupun antiseptik lainnya. Pelepasan tali pusat
dengan bantuan udara. Perawatan terbuka akan membantu pengeringan tali pusat
lebih cepat karena pada tali pusat terdapat Jeli Wharton yang banyak mengandung
air yang jika terkena udara akan berubah strukturnya dan secara fisiologis berubah
fungsi menjadi padat dan mengeklem tali pusat secara otomatis sehingga
menyebabkan aliran darah pada pembuluh darah didalam sisa tali pusat terhambat
atau bahkan tidak mengalir lagi yang membuat tali pusat kering dan layu yang

93

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


kemudian sisa tali pusat akan terlepas. Paparan udara menyebabkan penguapan
pada kandungan air dalam Jeli Wharton dan pembuluh darah, sehingga kandungan
air berkurang bahkan menghilang. Tali pusat mengalami mumifikasi kemudian
mengering dan mengalami perubahan morfologi yang membuatnya cepat terlepas
dari umbilikus bayi. Salah satu faktor yang mempengaruhi cepatnya proses
penyembuhan luka ialah oksigenasi jaringan. Semakin baik oksigenasi yang terjadi
maka proses penyembuhan luka akan semakin cepat dan luka dengan cepat akan
mengering. Kadar oksigen dijaringan sangat penting untuk pembentukan sel-sel baru
penyembuh luka. Tali pusat pada perawatan terbuka dianjurkan untuk tetap bersih
dan kering. Selama tali pusat belum lepas, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan
cara dimasukkan ke dalam bak mandi, cukup dilap saja untuk mencegah agar tali
pusat tidak basah dan lembab (Reni dkk., 2018).
5. Penyebab bayi sering menangis
Pengertian bayi menangis terus-menerus adalah ungkapan perasaan sedih
(kecewa, menyesal) dengan mencucurkan air mata serta mengeluarkan suara
(tersedu- sedu, menjerit-jerit) dari seseorang bayi yang belum lama lahir sampai 12
bulan. Bila bayi terus menerus mangis, perlu dicari penyebabnya, kemungkinan bayi
tersebut lapar, haus, teknik menyusu yang salah, ingin ditemani, tidak nyaman, gigi
tumbuh, lelah, bosan, kolik, atau kebiasaan, karakter, atau bayi tersebut sakit, dan
lain-lain. Menurut Anurogo (2019) penyebab bayi menangis adalah (1) Kelaparan,
Sampai saat ini menangis karena lapar adalah penyebab yang biasa ditemui bila bayi
menangis secara periodik. Semakin muda usia bayi, semakin besar kemungkinan
bayi menangis karena lapar. Seorang bayi yang lapar mungkin bisa menunggu ibunya
untuk memberi makan tanpa harus menangis, sementara bayi yang lain akan mulai
berteriak dan menangis terus-menerus dan baru berhenti ketika diberi makan. (2)
teknik menyusui pada bayi yang kurang benar, beberapa ibu tidak mengetahui kalau
menyusui membutuhkan sebuahteknik. Payudara ibu menghalangi hidung bayi akan
membuat bayi menangis. Selain itu, ibu-ibu yang belum berpengalaman tidak bisa
mengeluarkan udara yang tertelan anaknya setelah menyusui bayinya, yaitu
melakukan burping atau sendawa. Dengan tidak disendawakan akan membuat bayi
menangis, karena udara yang ada dalam perut bayi membuatnya merasa tidak
nyaman. (3) rasa tidak nyaman, beberapa penyebab yang menyebabkan bayi kurang
nyaman, misalnya popok kotor, ruam kulit, terganggu cuaca yang terlalu dingin atau

94

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


yang terlalu panas, atau perutnya kembung. Popok basah atau kotor biasanya
membuat bayi merasa tidak nyaman dan menyebabkan bayi menangis. Penggunaan
pakaian yang berlebihan ketika suhu bayi tinggi dapat menyebabkan bayi menangis,
penggunaan pakaian yang tipis juga dapat menyebabkan bayi menangis. Hal lain
yang dapat membuat bayi menangis karena tidak nyaman yaitu ada sesuatu yang
menusuk tubuh bayi. (4) bayi yang banyak kebutuhan dan ingin ditemani, Beberapa
bayi sering menangis dibandingkan bayi lainnya, dan bayi perlu didekap dan
digendong lebih sering. Ibu yang selalu menggendong bayinya kemana-mana, dapat
membuat bayi tidak menangis dibandingkan dengan ibu yang senang meninggalkan
bayinya, atau ibu yang menidurkan bayi di tempat tidur terpisah. Anak kecil
membutuhkan kasih sayang dan teman. Bayi mengungkapkan kesepiannya dengan
cara menangis. Tangisan akan berhenti ketika bayi digendong, terutama digendong
oleh ibunya. Menggendong dan menyayangi bayi secukupnya akan membuat bayi
merasa lebih aman dan lebih independent di tahun-tahun yang akan datang.
Menggendong bayi ketika menangis tidak akan membuatnya menjadi manja
(Anurogo, 2019)
6. Teknik menyusui
Teknik menyusui yang baik dan benar adalah apabila areola sedapatmungkin
semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan pada
ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk ini, maka sudah cukup bila rahang bayi
supaya menekan tempat penampungan air susu (sinus laktiferus) yang terletak
dipuncak areola di belakang puting susu. Teknik menyusui yang tidak benar dapat
mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga
mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu (Yuliatul &
Mudawamah, 2019).
7. Cara mengganti popok bayi
Lembab akibat popok yang sudah penuh dapat berbahaya bagi kulit bayi dan
membuat lebih mudah menjadi luka. Bila kulit bayi basah terlalu lama, lapisan kulit
mulai rusak. Bila kulitbasah digosok, juga lebih mudah rusak. Bila halitu terjadi, maka
dapat timbul Diaper Rash. Selanjutnya gesekan antara lipatan kulit yang lembab
membuat ruam menjadi lebih berat. Menurut Permata dkk., (2020) sebaiknya segera
mengganti popok setelah bayi BAK/BAB, karena ruam popok dapat timbul karena
popok yang basah. Jika bayi menggunakan diapers/popok sekali pakai maka harus

95

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


sering dilihat, sehingga tidak membiarkan adanya genangan urine dan feses dalam
diapers. Sebaiknya mengganti diapers 3-4 jam sekali, kecuali apabila bayi BAB, harus
segera diganti. Cara mengganti popok bayi sebaiknya mengguakan waslap dan
kerigkan dengan yang lembut. Pemberian bedak tabur pada daerah genitalia bayi
seabiknya dihindari karena akan mudah terjadinya iritasi dan infeksi. Menurut Ariani
(2015), penggunaan bedak tabur lansung pada organ genital atau tisu pembersih
bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) terhadap ovarium. Selain itu bedak
tabur juga mengandung asbes, yaitu bahan mineral penyebab kanker. Menurut
Permata dkk., (2020) jika bayi baru BAK, segera bersihkan dengan menggunakan
waslap dan dikeringkan dengan kain yang lembut. Bila perlu olesi salep kulit di
daerah lipatan paha dan pantat. Tidak perlu menambahkan bedak pada daerah
genetalia (Permata dkk., 2020).
8. Kejadian Cephalhematoma
Cephal hematoma adalah sebuah kondisi terjadinya perdarahan
subperiosteal di bagian tulang tengkorak yang berbatas tegas pada bagian tulang
saling sangkut dan tidak melewati sutura. Kondisi ini terjadi karena dilakukannya
tarikan dengan metode cunam atau vakum. Kondisi Cephalhematoma ini juga
dipengaruhi oleh kesukaran melahirkan yang dialami selama persalinan. Cephal
hematoma juga dapat diartikan sebagai kondisi pembengkakan di kepala karena
adanya pengumpulan dan penumpukan darah pada bagian subperiosteum. Risiko
terjadinya kondisi ini dapat ditemukan sekitar 0,5-2% perkelahiran hidup. Kondisi
cephal hematoma diakibatkan oleh berbagai macam faktor, diantaranya: (1) Adanya
tekanan pada jalan lahir yang berlangsung terlalu lama dan menekan pada kepala
pada saat persalinan. (2) Selaput tengkorak robek akibat molase yang terlalu kuat.
(3) Tindakan forsep atau vakum ekstraksi yang menyebabkan forsep. Patofisiologi
dari cephal hematoma dapat digolongkan menjadi beberapa bagian, yaitu: a.
Terjadinya perobekan dari pembuluh darah yang terdapat dan melewati tulang
kepala ke arah jaringan periosteum. Kondisi robeknya pembuluh darah ini
disebabkan oleh persalinan yang berlangsung terlalu lama. Kondisi ini dapat
diidentifikasikan bentuknya ketika terlihat adanya timbunan daerah di bagian
subperiosteal yang berwujud seperti benjolan. b. Timbulnya warna merah di bagian
kepala karena adanya penumpukan darah di daerah tersebut. Gejala dan tanda dari
kondisi cephal hemotoma ini dapat diidentifikasi menjadi beberapa jenis: a. Benjolan

96

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


dari cephal hematoma memiliki wujud menyerupai benjolan yang terdifus, memiliki
batas tegas dan tak melampaui sutura akibat periosteal tulang berakhir di sutura. b.
Terjadinya fluktuasi pada aspek perabaan terasa karena penimbunan darah secara
perlahan yang dialami oleh anak di bagian di rongga subperiosteal. c. Butuh waktu
sekitar 6-8 jam sampai benjolan yang timbul karena adanya penimbunan darah.
Benjolan ini akan membesar pada hari kedua dan seterusnya. d. Benjolan pada
umumnya timbul di bagian tulang parietal, namun dalam beberapa kasus, benjolan
ini juga dapat timbul di bagian tulang frontal dan akan hilang dalam beberapa
minggu. e. Benjolan dapat bersifat soliter atau multiple. Tatalaksana yang harus
diperhatikan kepada bayi yang mengalami kondisi cephal hematoma, yaitu: a.
Kondisi penatalaksana tidak memerlukan uji laboratorium yang spesifik. b. Ketika
mengalami kondisi ini, bayi dapat menempuh CT scan untuk melihat apakah
terdapat kelainan neurologis dan tulang patah atau fraktur pada tulang. c.
Memberlakukan pembatasan mortalitas seperti misalnya mengangkat anak terlalu
sering dengan tujuan pembekakan tidak meluas ke daerah kelapa yang lain. d.
Melakukan pengamatan terhadap kepala anak yang mengalami cephal hematoma
dan kondisi vital dari anak seperti intensitas bernapas, suhu tubuh, aliran darah dan
lain sebagainya secara periodik. e. Jika terjadi kenaikan suhu tubuh yang dialami
oleh anak, bidan orang tua dapat melakukan hal berikut ini : (1) Mengompres anak
dengan air anak (2) Memberikan antipiretik dan antibiotik kepada anak (3)
Memberikan cairan tertentu yang dibutuhkan oleh anak tersebut. f. Jika ternyata
anak menunjukan gejala anemia dan hypovolemia, maka lakukan transfusi untuk
mencukupi kebutuhan darah pada anak. g. Tidak dianjurkan untuk melakukan
aspirasi cephal hematoma karena meningkatkan resiko cedera (Baebudi, 2020).
9. Kejadian Caput succedeneum
Caput succedeneum merupakan penumpukan cairan serosanguineous,
subkutan dan ekstraperiosteal dengan batas yang tidak jelas.Kelainan ini biasanya
pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian mana yang bersangkutan. Pada
bagian tersebut terjadi edema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh
darah.Kelainan ini disebabkan oleh tekana bagian terbawah janin saat melawan
dilatasi serviks. Caput succedeneum menyebar melewati garis tengah dan sutura
serta berhubungan dengan moulding tulang kepala. Caput succedeneum biasanya
tidak menimbulkan komplikasi dan akan menghilang beberapa hari setelah kelahiran.

97

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Terapi hanya berupa observasi. Caput succedeneum terjadi karena adanya tekanan
yang kuat pada kepala saat memasuki jalan lahir, sehingga terjadi bendungan
sirkulasi perifer dan limfe yang disertai dengan pengeluaran cairan tubuh kecairan
ekstravaskular. Caput suksedaneum dapat terjadi pada partus lama dan vaccun
ekstraksi. Tanda klinis caput succedeneum adalah tampak benjolan caput berisi
cairan serum dan sering bercampur sedikit darah, benjolan secara klinis sering
ditemukan didaerah presentasi lahir, pada perabaan teraba benjolan lunak, berbatas
tidak tegas, tidak berfluktuasi tetapi bersifat edema tekan, udema dikepala, terasa
lembut dan lunak pada perabaan, udema melampaui tulang tengkorak, permukaan
pada kulit berwarna ungu atau kemerahan (Tisnilawati & Yusriani 2018).
10. Kejadian miliriasis
Biang keringat merupakan salah satu masalah kulit yang sering terjadi pada
bayi dan batita akibat dari blokade saluran kelenjar keringat, yaitu sekitar 15%. Biang
keringat banyak ditemukan pada kondisi cuaca yang panas, demam dan bayi yang
menggunakan pakaian berlebihan, yaitu pakaian yang terlalu tebal atau berlapis
maupun berbahan tidak menyerap keringat. Biang keringat yang terjadi akibat
adanya blokade saluran kelenjar keringatdipengaruhi juga oleh kondisi kulit bayiyang
belum berkembang sempurna dan produksi keringat atau hidrasi masing- masing
individu. Menurut penelitian sebelumnya di Desa Sumberagung Kecamatan
Sumberejo Kabupaten Bojonegoro udara yang panas dapat menyebabkan bayi lebih
mudah berkeringat, karena kurangnya pengetahuan ibu tentang perawatan kulit
pada anak maka banyak ibu yang memberikan bedak yang tebal pada bayinya untuk
mengurangi keringat tetapi hal tersebut justru memicu terjadinya biang keringat
(Luvilla dkk., 2019).
11. Kejadian ruam popok
Ruam popok (diaper rash, napkin dermatitis, nappy rash) atau diaper
dermatitis adalah kerusakan dan peradangan kulit pada daerah sekitar popok
(diaper). Penyebab ruam popok adalah meningkatnya hidrasi kulit, kontak dengan
iritan kulit (urin, feses, enzim dalam feses, garam empedu), gesekan mekanik (kulit
dengan kulit, popok dengan kulit), pH kulit, status gizi dan diet (komposisi fekal),
usia kehamilan, penggunaan terapi antibiotik, adanya diare dan kondisi medis
(Rustiyaningsih dkk., 2018). cara mencegah terjadinya ruam popok pada bayi baru
lahir adalah : (1)mengganti popok bayi setiap kali basah, setiap hari paling sedikit

98

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


2-3 jam agar kulit bayi tidak lembab, (2) membersihkan kulit dengan air
hangat setelah bayi BAB, menggunakan sabun kemudian membilas sampai bersih
lalu keringkan, (3) mengoleskan baby oil setelah bayi di mandikan pada daerah
bokong yang terdapat bintik-bintik merah (Rustiyaningsih, dkk. 2018).

99

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Klien 1
A. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Trimester III
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “S” G1P0A0H0 UK 33-34 MINGGU
KEADAAN UMUM IBU DAN JANIN BAIK DI PMB HALIMATUN SAKDIAH
TANGGAL 6 FEBRUARI 2022

I. DATA SUBYEKTIF
(Data subjektif didapat dari buku KIA dan hasil wawancara dengan klien melalui
kunjungan rumah pada tanggal 6 Februari 2022)
1.1 Identitas
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. A
Umur : 24 tahun Umur : 27 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor HP : 082391740xxx Nomor HP : 082256161xxx
Alamat : Jl. Bhakti 2, Dadok Tunggul Hitam, Padang
1.2 Kunjungan Saat ini :
a. Alasan kunjungan : Ibu ingin memeriksakan kehamilannya
b. Keluhan utama : Ibu mengatakan susah BAB
1.3 Riwayat perkawinan
a. Pada usia : 23 tahun
b. Status pernikahan : Sah
c. Umur suami : 26 tahun
d. Lama menikah : 1 tahun
1.4 Riwayat menstruasi
Menarche : 15 tahun Teratur/tidak : tidak teratur
Siklus : 31 hari Dismenorhoe : tidak ada
Banyaknya : 3-4x ganti pembalut Fluor albus : tidak ada
Lamanya : 7-8 hari Keluhan : tidak ada
Sifat darah : encer

100

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


1.5 Riwayat kesehatan (Skrining Dokter dalam buku KIA)
a. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita:
Jantung : tidak ada TBC : tidak ada epilepsi : tidak ada
DM : tidak ada Hepatitis : tidak ada HIV/AIDS : tidak ada
Asma : tidak ada Hipertensi : tidak ada IMS : tidak ada
b. Riwayat kesehatan dan penyakit keluarga:
Jantung : tidak ada TBC : tidak ada epilepsi : tidak ada
DM : tidak ada Hepatitis : tidak ada HIV/AIDS : tidak ada
Asma : tidak ada Hipertensi : tidak ada IMS : tidak ada
1.6 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan pertama ibu.
1.7 Riwayat kehamilam saat ini : G1P0A0H0
a. UK : 33-34 minggu
b. HPHT : 12-06-2021
c. HPL : 19-03-2022
d. Imunisasi TT : TT4
e. Obat yang pernah dikonsumsi selama hamil : tablet tambah darah, kalsium,
B12, vitamin C dan asam folat
f. Gerakan janin pertama kali : 18 minggu
Frekensi : 10-12 kali/hari
Terakhir dirasakan : 16.30 WIB
g. Keluhan saat ini : ibu susah BAB
1.8 Riwayat keturunan kembar : tidak ada
1.9 Riwayat pemeriksaan/ANC
a. Trimester 1
Frekuensi : 2x
Keluhan P1 : tidak ada
Keluhan P2 : mual dan muntah
Terapi obat : B6, asam folat, kalsium
b. Trimester 2
Frekuensi : 1x
Keluhan : nyeri pinggang
Terapi obat : B1, asam folat, tablet tambah darah, kalsium

101

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


c. Trimester 3
Frekuensi : 1x
Keluhan : susah BAB
Terapi obat : vitamin C, B12
1.10 Penyuluhan yang pernah didapat : persiapan persalinan
1.11 Riwayat kontrasepsi yang digunakan : tidak ada
1.12 Pola pemenuhan kebutuhan harian
a. Pola nutrisi makan dan minum
Sebelum hamil Setelah hamil
 Makan  Makan

- Frekuensi : 2-3x/hari - Frekuensi : 3-4x/hari

- Jenis : nasi, lauk, sayur - Jenis : roti, nasi, lauk, sayur


- Porsi : 1 piring dan buah
- Pantangan : tidak ada - Porsi : 1 piring
- Keluhan : tidak ada - Pantangan : tidak ada

 Minum - Keluhan : tidak ada


- Frekuensi : 6-7x/hari  Minum

- Jenis : air putih, teh, kopi dan jus - Frekuensi : 7-8x/hari


- Keluhan : tidak ada - Jenis : air putih, susu, teh, jus
- Keluhan : tidak ada

b. Pola eliminasi BAB dan BAK


Sebelum hamil Setelah hamil
 BAK  BAK

- frekuensi : 6-7x/hari - frekuensi : 6-7x/hari


- Warna : kuning jernih - Warna : kuning
- Keluhan : tidak ada - Keluhan : tidak ada
 BAB  BAB

- frekuensi : 1-2x/hari - frekuensi : 3-4x/minggu


- Warna : kecoklatan - Warna : kecoklatan
- Konsistensi : lembek - Konsistensi : keras
- Keluhann : tidak ada - Keluhan : konstipasi

c. Pola istirahat dan tidur


102

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Sebelum hamil Setelah hamil
 Siang hari : 1 jam  Siang hari : 1 jam
 Malam hari : 6-7 jam  Malam hari : 5-6 jam
d. Pola kebiasaan
Merokok : tidak ada obat-obatan : tidak ada
Inum alkohol : tidak ada jamu : tidak ada
e. Personal hygiene
 Mandi : 2x/hari
 Gosok gigi : 2x/hari
 Keramas : 3-4x/hari
 Membersihkan alat kelamin : setiap kali BAK dan BAB
 Mengganti pakain dalam : 2x/hari
 Jenis pakaian dalam yang digunakan : katun
 Keluhan : tidak ada
1.13 Respon klien dan keluarga terhadapa kehamilan : baik
1.14 Pengambilan keputusan : suami
1.15 Tradisi yang mempengaruhi kehamilan : tidak ada
1.16 Perencanaan lokasi persalinan : PMB
1.17 Kondisi spiritual : klien dan suami menjalankan ibadah
II. DATA OBJEKTIF
(Data subjektif didapat dari buku KIA dan hasil wawancara dengan klien melalui
kunjungan rumah pada tanggal 6 Februari 2022)
2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital:
TD : 110/70 mmHg Suhu : 36,8°C
Nadi : 80x/i RR : 20x/i
d. Pemeriksaan antropometri (data dari buku KIA)

BB sebelum hamil : 49 kg BB sekarang : 62 kg


TB : 148 cm LILA : 30 cm
2.2 Pemeriksaan Fisik

103

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


a. Inspeksi
Kepala : Simetris, bersih, rambut lurus warna hitam, tidak ada
ketombe
Wajah : Simetris, bersih, tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum
Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : Simetris, bersih dan normal
Telinga : Simetris, tidak ada serumen
Mulut : Bibir merah muda, tidak ada caries gigi
Ekstremitas : Simetris, jari lengkap, tidak pucat, tidak ada varises dan
tidak udem
b. Palpasi

Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan limfe

Abdomen :
Leopold I : Bagian fundus teraba bulat, keras dan tidak melenting
(bokong)
Leopold II Bagian dinding perut ibu sebelah kanan teraba bagian-
:
bagian kecil dan bulat (ekstremitas)
Bagian dinding perut ibu sebelah kiri teraba panjang
keras memapan (punggung)
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan
melenting (kepala), bagian terbawah janin bisa di
goyangkan
Leopold IV : Bagian terbawah Janin belum memasuki PAP
Mc.Donald : 28 cm
Djj : 142x/i
*data dari buku KIA pada TM 3
2.3 Pemeriksaan Khusus (data dari buku KIA pada TM 1)
 Golongan Darah :A  HbSAG : NR
 Hemoglobin : 14 gr/dL  HIV : NR
 Proteinuria :-  Maximum :NR
Sifilis
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa
Ny. “S” G1P0A0H0, usia kehamilan 33-34 minggu, tunggal, hidup, intrauterin,
104

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


letak kepala, punggung kiri, kesan jalan lahir baik, keadaan umum Ibu dan Janin
baik.
3.2 Masalah
Ibu merasa cemas dengan keluhan yang dirasakan saat ini
3.3 Diagnosa potensial
Tidak ada
3.4 Kebutuhan
Informasikan hasil pemeriksaan, penyebab keluhan, memberikan dukungan
psikologis, serta berikan KIE tentang persiapan persalinan
IV. PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan Ibu dan Janin dalam
keadaan baik serta seluruh hasil pemeriksaan dalam batas normal yaitu :
KU : baik Kesadaran : composmentis
TD : 110/70 mmHg Suhu : 36,8°C
Nadi : 80x/i RR : 20x/i
(E) : Ibu sudah menegetahui hasil pemeriksaan dan ibu merasa senang dengan
hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan penyebab susah BAB yang dirasakan oleh Ibu.
(E) : Ibu sudah mengetahui penyebab penyebab susah BAB
EBM : Konstipasi terjadi akibat aktivitas ibu yang kurang, asupan cairan dan
serat yang rendah juga dapat menjadi faktor terjadinya konstipasi. Wanita yang
mengkonsumsi suplemen zat besi mengalami 3,5 kali lebih banyak konstipasi
dibandingkan yang tidak konsumsi zat besi, karena dalam zat besi mengandung
Cupri Sulfat dan Mangan Sulfat merupakan biokatalisator yang merangsang
jaringan pembentukan darah dalam tubuh yang menyebabkan peningkatan
hormon progesterone yang memperlambat proses pencernaan yang membuat
kondisi fases cenderung lebih keras dan lebih sulit keluar (Kartikasari & Payana,
2017)
3. Memberikan KIE kepada ibu mengenai pencegahan konstipasi.
(E) : Ibu sudah mengetahui cara mencegah konstipasi
EBM : Cara mencegah konstipasi pada ibu hamil yaitu dengan mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung serat pada sayuran dan buah-buahan
seperti, wortel, kacang panjang, kembang kol, bayam, pepaya, pisang, atau apel.

105

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Selain itu, ibu harus minum 8-10 gelas dalam sehari, serta menghindari
minuman yang dapat memperberat kerja sistem pencernaan seperti kopi atau
teh, dan melakukan olahraga ringan atau mengikuti senam hamil atau sekedar
berjalan-jalan ringan setiap harinya.
4. Memberikan dukungan psikologis dan dorongan semangat kepada Ibu karena
waktu persalinan sudah semakin dekat
(E) : Ibu sudah tidak cemas dan merasa semangat karena waktu persalinan
sudah semakin dekat
EBM : Ibu yang mendapat dukungan emoional akan lebih siap psikologisnya
karena disebabkan semakin tinggi dukungan dari orang sekitar terutama suami
maka akan semakin rendah kecemasan menjelang kelahiran yang dialami oleh
ibu hamil (Wahyuni & Yuliana, 2020).
5. Menganjurkan Ibu dan Suami untuk vaksin Covid 19
(E) : Ibu dan Suami sudah vaksin Covid 19
EBM : Vaksin COVID-19 bermanfaat untuk memberi perlindungan agar tidak
tertular atau sakit berat akibat COVID-19 dengan cara menimbulkan atau
menstimulasi kekebalan spesifik dalam tubuh dengan pemberian vaksin.
Vaksinasi COVID-19 dosis lengkap dan sesuai jadwal yang dianjurkan serta
penerapan perilaku 5M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan
air mengalir atau hand sanitizer, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan
mengurangi mobilitas) adalah upaya perlindungan yang bisa dilakukan supaya
terhindar dari penyakit COVID-19. (Kemenkes RI, 2021). Pemerintah melalui
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran
Nomor HK.02.01/I/2007/2021 tentang Vaksinasi Covid-19 bagi Ibu Hamil dan
Penyesuaian Skrining dalam Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19. Surat Edaran
tersebut sesuai dengan rekomendasi Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia (POGI).

106

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


CATATAN PELAKSANAAN ASUHAN LANJUTAN

15 Februari 2022 SUBJEKTIF


Ibu mengeluhkan nyeri punggung
(ANC TM III)
1. Pola nutrisi :
 Frekuensi : makan 3-4x/hari, minum 7-8 gelas/hari
 Menu : nasi, sayur, lauk, buah, air putih, susu
dan jus buah
 Keluhan : tidak ada
2. Pola eliminasi :
 BAB : 1x/hari, konsistensi lembek tidak ada
keluhan
 BAK : 7-8x/hari, warna kuning jernih, tidak ada
keluhan
3. Pola istirahat dan tidur
 Tidur siang : 1 jam
 Tidur malam : 5-6 jam

OBJEKTIF
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda-tanda vital:
TD : 110/80 mmHg Suhu : 36,7°C
N : 82x/i RR : 20x/i
d) Pemeriksaan fisik
1. Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
2. Mulut : Bibir merah muda, tidak ada caries gigi
3. Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid
dan limfe
4. Ekstremitas : simetris, tidak ada udem, tidak varises
ASSESMENT
1. Diagnosa : Ny. “S” G1P0A0H0, usia kehamilan 35-36
minggu, tunggal, hidup, intrauterin, letak kepala,
punggung kiri, kesan jalan lahir baik, keadaan umum

107

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Ibu dan Janin baik.
2. Masalah : nyeri punggung
3. Diagnosa potensial : tidak ada
4. Masalah potensial : tidak ada
5. Kebutuhan :
 Beritahu ibu bahwa kondisinya saat ini
 Beri tahu ibu penyebab nyeri punggung
 Beri tahu ibu cara mengurangi nyeri punggung

PLANNING
1. Jelaskan pada ibu bahwa kondisinya saat ini normal
(E) : ibu sudah mengetahui kondisinya saat ini dan ibu
merasa senang dengan hasil pemeriksaan
2. Jelaskan kepada ibu mengenai penyebab nyeri
punggung yang dirasakan oleh ibu
(E) : ibu sudah mengetahui mengenai penyebab nyeri
punggung yang dirasakan
EBM : Selama kehamilan, relaksasi sendi di bagian
sekitar panggul dan punggung bawah ibu hamil
kemungkinan terjadi akibat perubahan
hormonal.Sejalan dengan bertambahnya berat badan
secara bertahap selama kehamilan dan redistribusi
pemusatan terdapat pengaruh hormonal pada
struktur otot yang terjadi selama kehamilan. Kedua
faktor ini mengakibatkan adanya perubahan postur
tubuh pada ibu hamil Perubahan sistem
muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan
semakin bertambahnya kehamilan.
(Purnamasari, 2019).
3. Berikan KIE cara mengatasi ketidaknyamanan yang
dialami ibu agar menjaga pola aktifitas dan pola
istirahat agar tidak memperparah kondisi nyeri
punggung yang dialami

108

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


(E) : ibu sudah mengetahui cara mengatasi keluhan
nyeri punggung
EBM : Menurut Handayani (2019), metode
pengontrolan nyeri secara non farmakologi sangat
penting karena tidak membahayakan, metode ini
seperti (1) Ditraksi yaitu memfokuskan perhatian
pasien pada suatu selain pada nyeri merupakan
mekanisme yang bertanggung jawab pada teknik
kognitif afektif lainnya. (2) Relaksasi, (3)
Pemijatan/massag, (4) Hypnosis, (5) Memberi
rangsangan alternatif yang kuat, (6) Prenatal yoga (7)
Senam hamil (Handayani, 2022).
4. Memberikan KIE kepada Ibu tentang persiapan
persalinan
(E) : Ibu sudah mengetahui persiapan untuk bersalin

EBM : Persiapam persalinan yang harus dipersiapkan


ibu adalah mengetahui tanggal perkiraan persalinan,
Suami dan keluarga mendampingi ibu hamil saat
bersalin, menyiapkan tabungan untuk biaya
persalinan,kendaraan jika sewaktu-waktu diperlukan,
merencanakan melahirkan ditolong oleh bidan atau
dokter di fasilitas pelayanan kesehatan, menyiapkan
orang yang bersedia menjadi donor darah jika
sewaktu-waktu diperlukan dengan golongan darah
yang sama dengan ibu hamil, perlengkapan ibu dan
bayi, membuat rencana pembuatan keputusan jika
terjadi kegawatdaruratan. Hal ini meliputi siapa
pembuat keputusan utama dalam keluarga dan siapa
yang akan membuat keputusan jika pembuat
keputusan utama tidak ada saat terjadi
kegawatdaruratan (Wahyuni & Yuliana, 2020).

109

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


B. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Persalinan
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.“S” INPARTU KALA I FASE AKTIF
DI PMB HALIMATUN SAKDIAH TANGGAL 9 MARET 2022

I. DATA SUBYEKTIF
1.1 Identitas
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. A
Umur : 24 tahun Umur : 27 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor HP : 082391740xxx Nomor HP : 082256161xxx
Alamat : Jl. Bhakti 2, Dadok Tunggul Hitam, Padang
1.2 Anamnesis
1. Alasan Ibu Berkunjung : Ibu merasakan nyeri pada perut bagian bawah
menjalar ke ari-ari disertai keluar lendir bercampur
darah dari kamaluan sejak pukul 01.00 WIB.
2. Riwayat Menstruasi
Menarche : 15 tahun Teratur/tidak : tidak teratur
Siklus : 31 hari Dismenorhoe : tidak ada
Banyaknya : 3-4x ganti pembalut Fluor albus : tidak ada
Lamanya : 7-7 hari Keluhan : tidak ada
Sifat darah : encer HPHT : 12-06-2021
HPL : 19–03-2022 UK : 38-39 minggu
3. Riwayat obstetri yang lalu
Ibu memgtakan ini adalah kehamilan pertama ibu
4. Riwayat kehamilan sekarang
a. Keluhan : Ibu merasakan nyeri pada perut bagian bawah menjalar ke ari-
ari disertai keluar lendir bercampur darah dari kamaluan sejak pukul 01.00
WIB
b. Pergerakan anak pertama kali (quickening) dirasakan pada usia kehamilan :
18 minggu
c. Apakah Ibu masih merasakan gerakan janinnya? Masih
110

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


d. Penyuluhan yang sudah didapat yaitu persiapan persalinan
e. Imunisasi TT : TT4
5. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita: (skrining Dokter dalam buku
KIA)
Jantung : tidak ada TBC : tidak ada
DM : tidak ada Hepatitis : tidak ada
Asma : tidak ada Hipertensi : tidak ada
6. Riwayat kesehatan dan penyakit keluarga: (skrining Dokter dalam buku KIA)
Jantung : tidak ada TBC : tidak ada
DM : tidak ada Hepatitis : tidak ada
Asma : tidak ada Hipertensi : tidak ada
Gemelli : tidak ada
7. Pola Aktivitas sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Saat Hamil :
Makan : 3-4x/hari (nasi,lauk,sayur dan buah)
Minum : 7-8 gelas/hari (air putih, susu dan jus buah)
Keluhan : tidak ada
Makan dan minum terakhir : 21.00 WIB
b. Pola Istirahat dan Tidur
Siang : 1 jam
Malam : 5-6 jam
Istirahat dan tidur terakhir :15.30 WIB
c. Pola Eliminasi
Saat hamil :

 BAK

frekuensi : 7-8x/hari Warna : kuning jernih


Keluhan : tidak ada

 BAB

frekuensi : 1x/hari Warna : kecoklatan


Konsistensi : lembek Keluhan : tidak ada
Eliminasi terakhir : 20.00 WIB
111

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


d. Pola Kebiasaan
Merokok : tidak ada Minum alkohol : tidak ada
Obat-obatan : tidak ada Konsumsi Jam : tidak ada
8. Riwayat Sosial Budaya
Perkawinan : 26 Februari 2021, lamanya 1 tahun 1 bulan
Kehamilan ini : direncanakan dan diterima
Tradisi yang mempengaruhi kehamilan : tidak ada
9. Status Spiritual : Ibu melaksanakan ibadah sesuai kepercayaan
II. DATA OBJEKTIF
2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital:
TD : 110/70 mmHg Suhu : 36,8C
Nadi : 84x/i RR : 22x/i
d. Pengukuran

BB sebelum hamil : 48 kg BB sekarang : 62 kg


TB : 148cm LILA : 30 cm
HPHT : 12-06-2021 HPL : 19-03-2022
2.2 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
Dada : Simetris, hiperpigmentasi pada aerola, papilla menonjol
Abdomen : Tidak ada bekas operasi, ada striae, ada linea nigrae
Genitalia : Terdapat pengeluaran lendir bercampur darah, tidak ada
udem, normal, tidak ada varises
Anus : Tidak ada haemoroid, normal
b. Palpasi
Dada : tidak ada teraba massa abnormal, kolostrum (+)
Abdomen :
Leopold I : Bagian fundus teraba bulat, keras dan tidak melenting (bokong)
Leopold II Bagian dinding perut ibu sebelah kanan teraba bagian-bagian
:
kecil dan bulat (ekstremitas)

112

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Bagian dinding perut ibu sebelah kiri teraba panjang keras
memapan (punggung)
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan melenting
(kepala), bagian terbawah janin sulit di goyangkan
Leopold IV : Bagian terbawah Janin sudah memasuki PAP dengan perlimaan
3/5
Mc.Donald : 27 cm
TBJ : 2480 gr
Genitalia : tidak ada varises atau pembengkakan pada kelenjar skene
dan bartholine
c. Auskultasi
DJJ :
 frekuensi : 158x/i  Irama : Teratur
 Intensitas : Kuat  Puntum : Kuadran III
d. Perkusi Maximum 
 Reflek patella kiri : positif
 Reflekpatella kanan : positif
2.3 Pemeriksaan Laboratorium (data dari buku KIA)
Golongan darah : A
2.4 Pemeriksaan Dalam
Tanggal 9 Maret 2022 Pukul : 02.00 WIB
a. Dinding vagina : tidak teraba massa
b. Elastisitas perineum : elastis
c. Pembukaan : 4 cm
d. Penipisan(effacement) : 50%
e. Ketuban : utuh
Warna air ketuban :-
Bagian yang menumbung :-
f. Presentasi : belakang kepala
g. Denominator UUK : kiri depan
h. Moulase :0
i. Bidang hodge :3

113

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa
Ny. “S” G1P0A0H0, usia kehamilan 38-39 minggu, tunggal, hidup, intrauterin,
letak kepala, punggung kiri, kesan jalan lahir baik, keadaan umum Ibu dan Janin
baik, inpartu kala 1 fase aktif.
3.2 Masalah
Ibu merasa cemas dengan keluhan yang dirasakan saat ini
3.3 Diagnosa potensial
Tidak ada
3.4 Kebutuhan
Informasikan hasil pemeriksaan, penyebab keluhan, memberikan dukungan
psikologis, kebutuhan nutrisi dan KIE tentang manajemen rasa nyeri.
IV. PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan Ibu dan Janin dalam
keadaan baik serta seluruh hasil pemeriksaan dalam batas normal yaitu :
KU : baik DJJ : 158x/i
TD : 110/70 mmHg Suhu : 36,8C
Nadi : 84x/i RR : 22x/i
(E) : Ibu sudah menegetahui hasil pemeriksaan dan ibu merasa senang dengan
hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan penyebab keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari dan keluar
lender bercampur darah yang dialami oleh Ibu.
(E) : Ibu sudah mengetahui penyebab keluhan yang dirasakan
EBM : keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari yang dirasakan oleh ibu
disebabkan oleh kontraksi persalinan. Keluar lendir bercampur darah yang
dialami oleh ibu merupakan salah satu tanda persalinan. Dengan pendataran
dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan sedikit
darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin
pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair darah
terputus (Metti, 2016).
3. Memberikan KIE kepada Ibu dan keluarga tentang manajemen rasa nyeri
menjelang persalinan.

114

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


(E) : Ibu dan keluarga sudah mengetahui cara memanajemen asa nyeri yaitu
dengan relaksasi pernafasan dan masase lumbal 5.
EBM : Relaksasi merupakan metode efektif untuk menurunkan rasa nyeri yang
merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan. Salah
satu cara untuk menurunkan rasa nyeri yaitu dengan cara teknik relaksasi
pernafasan dan masase lumbal. Pemijatan lumbal akan meningkatkan reseptor
oksitosin yang menyebabkan kualitas kontraksi uterus menjadi adekuat dan juga
menyebabkan sekresi opioid yang merangsang saraf parasimpatik dan
penurunan kadar hormon kortisol dan katekolamin sehingga dapat
menghilangkan rasa nyeri (Puspitasari & Ernawati, 2018).
4. Memberikan dukungan psikologis dan dorongan semangat kepada Ibu karena
waktu persalinan sudah semakin dekat
(E) : Ibu sudah tidak cemas dan merasa semangat karena waktu persalinan
sudah semakin dekat
EBM : Ibu yang mendapat dukungan emosional akan lebih siap psikologisnya
karena disebabkan semakin tinggi dukungan dari orang sekitar terutama suami
maka akan semakin rendah kecemasan menjelang kelahiran yang dialami oleh
ibu hamil. Memberikan perhatian dan kasih sayang dapat mengurangi psikologis
ibu, bentuk perhatian seperti menemani pemeriksaan kehamilan dan terus
memberikan dukungan bahwa ibu dapat menjalani proses melahirkan dengan
lancar dapat membuat ibu senang dan tidak depresi (Wahyuni & Yuliana, 2020)
5. Memenuhi kebutuhan nutrisi menjelang persalinan
(E) : kebutuhan nutrisi menjelang persalinan Ibu sudah terpenuhi
EBM : Pembatasan makan minum atau puasa saat persalinan dapat
menyebabkan dehidrasi dan asidosis, kelelahan, bahkan meningkatkan
persalinan tindakan dan kehilangan darah intra partum. Makanan atau nutrisi
dengan konsistensi cair yang mengandung kalori tinggi sangat tepat diberikan
kepada ibu bersalin karena makanan tersebut akan mudah diabsorpsi sehingga
akan lebih cepat meningkatkan stamina tubuh ibu dan menambah kekuatan
untuk mengedan (Hardianti & Resmana, 2018).

115

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


KALA II:
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bahwa keluar air-air dari kemaluan dan rasa nyeri yang ia rasakan
semakin kuat serta ada keinginan untuk meneran.
II. DATA OBJEKTIF
2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum :Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital:

TD : 120/90mmHg Suhu : 37oC


Nadi : 82x/i RR : 22x/i
2.2 Pemeriksaan Fisik
Abdomen : Kontraksi 5/10’/50”, penurunan 0/5, DJJ 154x/menit
Genitalia : Vulva membuka, tampak kepala bayi 6 cm dari vagina,
Perineum : Menonjol dan menipis
Anus : Membuka dan tidak ada hemoroid
Kandung kemih : Tidak teraba
*Terlihat tanda gejala kala II (dorongan ingin meneran, tekanan pada anus,
vulva membuka, perineum menonjol dan menipis)
2.3 Pemeriksaan Dalam
Tanggal : 9 Maret 2022 Pukul: 08.00 WIB
Dinding vagina : tidak teraba massa
Elastisitas perineum : elastis
Pembukaan : 10cm
Penipisan(effacement) : 100%
Ketuban : Jernih
apakah ada bagian janin yang menumbung: tidak ada
Presentasi : belakang kepala
Denominator UUK : kiri depan
Moulase :O
Bagian terendah di Hodge : IV
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa : Ny. S P1A0H1 UK 38-39 minggu, inpartu kala II normal
116

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


3.2 Masalah : Ibu cemas dengan nyeri yang semakin meningkat
3.3 Kebutuhan :
a. Informasi tentang keadaan Ny. S
b. Dukungan selama persalinan
IV. PLANNING
1. Informasikan kepada ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap, ketuban
sudah pecah dan keadaan janin serta ibu dalam keadaan baik
(E) : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memastikan partus set lengkap, APD, resusitasi set, oksitosin, metil ergometrin,
dan obat-obatan esnsial lainya, memakai APD, persiapan menolong persalinan
(E) : alat sudah lengkap dan penolong persalinan sudah siap
EBM : APD digunakan untuk melindungi petugas kesehatan dari risiko infeksius,
oksitosin dan metilergometrin digunakan untuk membantu kontraksi uterus ibu
sehingga dapat mencegah perdarahan pada ibu.
3. Memposisikan ibu dorsal recumbent dan mengajari ibu cara mengejan yang benar,
yaitu apabila ada kontraksi ibu silahkan menarik nafas panjang dari hidung, ditahan
kemudian mengejan, amat tidak boleh tertutup, menundukan kepala melihat ke
perut, dagu menempel pada dada, tidak boleh bersuara saat mengejan, kedua
tangan berada pada selengkangan paha dan ditarik kearah dada)
(E) : ibu sudah mendapatkan posisi yang nyaman dan bisa mengejan dengan benar
EBM : Posisi yang baik untuk meneran adalah sesuai dengan keinginan dan
kenyamanan ibu. Tapi ada beberapa posisi baik yang bisa dilakukan yaitu : duduk
atau setengah duduk, menungging atau posisi merangkak, jongkok atau berdiri dan
berbaring pada sisi kiri tubuh (Erlinawati & Parmin, 2021).
4. Meminta suami dan keluarga untuk memberi support, makan, minum saat tidak
ada kontraksi.
(E) : suami atau keluarga bersedia memberi support serta makan dan minum pada
ibu
EBM : Ibu yang mendapat dukungan emoional akan lebih siap psikologisnya karena
disebabkan semakin tinggi dukungan dari orang sekitar terutama suami maka akan
semakin ditekan hormone kortisol oleh serotonin sehingga ibu lebih rileks, tenang
dan terhibdar dari rasa cemas menjelang kelahiran (Wahyuni & Yuliana, 2020).

117

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


5. Lakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran, diantaranya yaitu bimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginan untuk meneran, berikan dukungan dan semangat atas usaha ibu
untuk meneran, anjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi dan anjurkan ibu
untuk minum di sela-sela kontaksi.
(E) : ibu sudah dipimpin untuk meneran yang benar
EBM : ibu dianjurkan untuk istirahat dan makan/minum disela-sela kontraksi agar
ibu tidak kehilangan tenaga saat mengedan .
6. Lakukan pertolongan kelahiran bayi yakni jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5-6cm, letakkan handuk bersih diatas perut ibu, meletakkan duk
persalinan yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu, setelah kepala bayi
membuka vulva dengan diameter 5-6cm, lakukan penahanan dengan melindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering,
kemudian letakkan tangan yang lain pada kepala bayi dan lakukan tekanan yang
lembut untuk mencegah terjadinya gerakan defleksi maksimal. Periksa adanya
lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jikahal itu terjadi, dan segera
lanjutkan proses kelahiran bayi.
(E) : pertolongan persalinan sudah dilakukan, bayi lahir spontan pukul 08.50 WIB
EBM : duk digunakan untuk meyambut kelahiran kepala bayi agar tetap bersih.
Penahanan perineum bertujuan untuk melindungi perineum dari laserasi. Periksa
tali pusat bertujuan memastikan tidak ada lilitan tali pusat karena lilitan tali pusat
bisa beresiko kematian pada janin.
7. Lakukan penilaian bayi baru lahir, dengan menilai bayi menangis kuat, bernafas
tanpa kesulitan, bayi bergerak aktif dan warna kulitnya kemerahan.
(E) : penilaian bayi baru lahir sudah dilakukan, Bayi lahir pukul 08.50 WIB, BB 2600
gram/PB 48 cm, Jenis kelamin laki-laki, Apgar score 8/9
EBM : penilaian skor APGAR dilakukan pada setiap bbl untuk memastikan bbl sehat
dan bugar, agar dapat hidup dan beradaptasi dengan lingkungan baru diluar rahim
ibu. Penilaian skor APGAR dilakukan dengan memeriksa warna kulit, denyut
jantung, refleks terhadap stimulus taktil, tonus otot, dan pernafasan.

118

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


KALA III:
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya dan perut bagian bawah masih
terasa mules
II. DATA OBJEKTIF
2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum :Baik
b. Kesadaran :Composmentis
c. Tanda-tanda vital:

TD : 110/80mmHg Suhu : 37oC


Nadi : 82x/i RR : 22x/i
2.2 Pemeriksaan Fisik
Abdomen : TFU teraba setinggi pusat, kontraksi keras, tidak ada
janin kedua,
Kandung kemih : tidak teraba
Genitalia : terdapat pengeluaran darah, warna merah kehitaman,
tali pusat bertambah panjang
*Tampak tanda perlepasan plasenta (semburan darah mendadak dan singkat,
perubahan tinggi dan bentuk uterus menjadi globuler dan tali pusat bertambah
panjang)
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa : Ny. S P1A0H1 inpartu kala III dengan keadaan normal
3.2 Masalah : Ibu cemas dengan keadaanya
3.3 Kebutuhan :
a. Informasi tentang keadaan Ny. S
b. Dukungan selama persalinan
IV. PLANNING
1. Informasi hasil pemeriksaan pada ibu bahwa tidak ada janin kedua dan akan
disuntikan oksitosin 10 IU (1 cc) pada paha kanan bagian luar untuk membantu
melahirkan plasenta.
(E) : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan oksitosin sudah disuntikan
EBM : oksitosin bertujuan untuk membantu kontraksi uterus, apabila kontraksi
uterus baik maka pengeluaran plasenta akan lebih mudah kecuali pada kasus
119

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


retensio plasenta.
2. Keringkan bayi dan jaga kehangatan bayi dengan cara membersihkan dan
keringkan bayi mulai dari muka, kepala, bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks caseosa. Jaga kehangatan bayi dengan
mengganti handuk yang basah dengan handuk kering.
(E) : bayi sudah dikeringkan dan dijaga kehangatannya
EBM : mengeringkan bayi bertujuan untuk mencegah bayi dari hipotermi dan
dibagian tangan bayi tidak dibersihkan dari verniks caseosa bertujuan untuk
membantu bayi dalam proses inisiasi menyusu dini. aroma verniks caseosa sama
seperti aromau puting susu ibu yang dapat mempermudah bayi mencari puting
susu ibu sehingga proses IMD berhasil.
3. Melakukan jepit potong tali pusat, memegang tali pusat sekitar 5 cm, mengklem
tali pusat kearah ibu 3 cm da kearah bayi 2 cm, menggunting dengan tangan kiri
melindungi perut bayi, kemudian mengikat tali pusat menggunakan benang tali
pusat, setelah itu bayi diletakan di perut ibu untuk IMD selam 1 jam
(E) : jepit potong tali pusat sudah dilakukan
EBM : jepit potong tali pusat pada bayi ditunda dari 2 sampai 3 menit setelah bayi
lahir karena dapat mencegah bayi dari anemia. IMD dilakukan untuk membentuk
bonding yang kuat antara ibu dan bayi, selain itu hormone oksitosin yang
diproduksi dalam tubuh ketika bayi menysusu dapat membantu rahim
berkontraksi sehingga bermanfaat untuk mengurangi resiko perdarahan setelah
melahirkan dan membantu ibu merasa tenang dan santai..
4. Lakukan manajemen aktif kala III. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak
5-10 cm dari vulva. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas
simfisis, sementara itu tangan lain meregangkan tali pusat. Setelah uterus
berkontraksi, regangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus kearah belakang atas (dorso cranial). Setelah plasenta
tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati, pegang
plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah jarum jam untuk
membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
(E) : sudah dilakukan manajemen aktif kala III dan plasenta lahir pukul 09.00 WIB
EBM : manajemen katif kala 3 mengupayakan kontraksi yang adekuat dari uterus
dan mempersingkat waktu kala 3, mengurangu jumalah kehilangan darah dan

120

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


menurunkan angka kejadian retensio plasenta.
5. Periksa kelengkapan plasenta yaitu bagian maternal dan bagian fetal plasenta
dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput
ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.
(E) : pengecekan plasenta sudah dilakukan dan plasenta lahir lengkap
EBM : periksa kelengkapan plasenta bertujuan untuk memastikan seluruh
kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap. Apabila terdapat sisa plasenta
dalam kavum uteri akan membuat kontraksi uterus tidak adekuat sehingga
menimbulkan perdarahan.
6. Periksa laserasi pada jalan lahir dan perineum.
(E) : Terdapat laserasi derajat 2 yaitu mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum.
EBM : periksa laserasi jalan lahir bertujuan untuk menlihat sumber perdarahan,
apabila dari laserasi jalan lahir maka dilakukan penjahitan dan apabila berasal dari
Rahim maka dilakukan eksplorasi Rahim dsb.
7. Menjahit luka perineum menggunakan benang cromic, menjahit dengan teknik
satu-satu (2 kali jahitan), dari bagian dalam hingga ke permukaan perineum dan
menjahit dengan anestesi dengan lidokain
(E) : menjahit luka perineum sudah dilakukan
EBM : penjahitan luka perineum bertujuan untuk menyatukan kembali jaringan
dan mencegah kehilangan darah yang banyak.
8. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
(E) : kontaksi rahim baik, TFU 2 jari di bawah pusat.
EBM : kontraksi uterus yang baik adalah ditandai dengan uterus yang keras dan
batas TFU jelas kemudian tidak ada pengeluaran darah yang mengalir deras dari
jalan lahir maupun dari rahim.

121

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


KALA IV:
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan masih merasa lelah dan mules karena selesai bersalin dan luka
jahitan terasa perih
II. DATA OBJEKTIF
2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital:

TD : 110/70mmHg Suhu : 37oC


Nadi : 80x/i RR : 20x/i
2.2 Pemeriksaan Fisik
Abdomen : TFU teraba 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus keras
Kandung kemih : tidak teraba
Genitalia : terdapat pengeluaran darah, lokhia warna merah
kehitaman, perdarahan dalam batas normal
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa : Ny. S inpartu Kala IV dengan keadaan normal
3.2 Masalah : Ibu merasa lelah dan perih pada luka jahitan
3.3 Kebutuhan :
a. Informasi tentang keadaan Ny. S
b. Kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu
IV. PLANNING
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu dan bayi dalam
keadaan baik
(E) : ibu dan keluarga sudah mengetahui keadaan ibu dan bayi dalam keadaan baik
2. Lanjutkan pemantauan tanda-tanda vital, kontraksi dan pencegahan perdarahan
pervagina, 15 menit pada jam pertama pascapersalinan, dan 30 menit pada jam
kedua pasca persalinan
(E) : sudah dilakukan pemantauan kala IV selama 2 jam
EBM : Observasi yang harus dilakukan pada kala IV adalah tekanan darah, nadi,
temperatur (suhu), tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih dan
perdarahan.
122

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Jam waktu TD N S TFU kontraksi Kandung Perdarahan
ke kemih
09.15 110/70 80 36.8 2 jr Baik dan Kosong ±15
1
bwh kuat
pst
09.30 110/70 80 2 jr Baik dan Kosong ±10
bwh kuat
pst
09.45 110/70 78 2 jr Baik dan Kosong ±10
bwh kuat
pst
10.00 110/70 80 2 jr Baik dan Kosong ±10
bwh kuat
pst
10.30 110/70 78 36.8 3 jr Baik dan Kosong ±10
2
bwh kuat
pst
11.00 110/70 80 3 jr Baik dan Kosong ±10
bwh kuat
pst

3. Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi,
yaitu, tangan ibu atau keluarga di letakkan pada perut bagian bawa ibu kemudian
mengusap (pijatan lembut) searah jarum jam selama 15 detik.
(E) : ibu dan keluarga sudah melakukan masase uterus dan kontraksi uterus baik
EBM : Manfaat masase uterus adalah merangsang uterus berkontraksi baik dan
kuat. Kontraksi uterus yang tidak kuat dan terus-menerus dapat menyebabkan
terjadinya atonia uteri, untuk membantu uterus berkontraksi, bisa dilakukan
dengan masase agar uterus tidak lembek dan mampu berkontraksi secara kuat
(Elisa dkk., 2018).
4. Membersihkan tubuh ibu dari sisa darah dan cairan ketuban dengan air dtt,
membantu ibu menggunakan pembalut dan stagen, memakai baju bersih.
(E) : ibu sudah merasa nyaman karena telah dibersihkan dan sudah menggunakan
pakaian bersih
123

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


EBM : upaya membersihkan ibu dari sisa darah dan cairan ketuban dengan air dtt
adalah untuk membuat ibu merasa bersih dan nyaman setelah proses melahirkan.
5. Bersihkan alat yang digunakan selama proses persalinan dengan menempatkan
semua peralatan bekas pakai kedalam larutan klorin 0.5% untuk didekontaminasi
(selama 10 menit). Cuci dan bilas setelah didekontaminasi.
(E) : dekontaminasi alat sudah dilakukan dan sampah telahdi buang pada
tempatnya.
EBM : Dekontaminasi adalah upaya untuk mengurangi dan menghilangkan
kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan dan ruangan
melalui disinfeksi dan sterilisasi.
6. Anjurkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu dengan
memberikan makanan dan air putih untuk memulihkan energi ibu setelah
persalinan.
(E) : Ibu sudah makan dan minum
EBM : Nutrisi pada ibu nifas yaitu makanan yang harus dikonsumsi harus seimbang,
bergizi dan cukup energi. Makanan yang dikonsumsi seharusnya mengandung
sumber tenaga (energi), sumber pembangun (protein), sumber pengatur dan
pelindung (mineral, vitamin, dan air) (Putri dkk., 2022).

124

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


C. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”S” POST PARTUM NORMAL 6 JAM
DI PMB HALIMATUN SAKDIAH TANGGAL 9 Maret 2022

I. DATA SUBJEKTIF
1.1 Identitas/Biodata
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. A
Umur : 24 tahun Umur : 27 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor HP : 082391740xxx Nomor HP : 082256161xxx
Alamat : Jl. Bhakti 2, Dadok Tunggul Hitam, Padang
1.2 Keluhan Utama
Ibu merasa mules dan nyeri pada jahitan luka
1.3 Riwayat menstruasi
Menarche : 15 tahun Teratur/tidak : tidak teratur
Siklus : 31 hari Dismenorhoe : tidak ada
Banyaknya : 3-4x ganti pembalut Fluor albus : tidak ada
Lamanya : 7-7 hari Keluhan : tidak ada
Sifat darah : encer
1.4 Riwayat imunisasi TT : TT4
1.5 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
N Kehamilan Persalinan Anak Nifas KB

Suami UK Peny Pe Jenis Tem Peny BB J Hid Ma Lama Perdar


o ke ulit no pat ulit /PB K up ti meny ahan
lo /u uusui
1 1 Aterm Tdk Bidan
ng Normal PMB Tdk 2600 LK H
mu - 1 Tdk Tidak
ada ada gr hari ada ada
r
/48
cm
1.6 Riwayat Persalinan Sekarang
a. Tanggal bersalin : 9 Maret 2022

125

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


b. Tempat persalinan : PMB
c. Jenis persalinan : Spontan
d. Penolong persalinan : Bidan
e. Lama persalinan
Kala I : 9 jam Kala III : 10 menit
Kala II : 50 menit Kala IV : 2 jam
f. Laserasi jalan lahir : ada
g. Episiotomi : ada
h. Penjahitan : ada dengan anestesi
i. Perdarahan : dalam batas normal
j. Penyulit/Komplikasi : tidak ada
k. Bayi
 JK : laki-laki
 BB/PB : 2600gr/48cm
 APGAR skor : 8/9
 Anus : (+)
 IMD : ada
 Rooming in : ada
 Masalah pada bayi : tidak ada
1.7 Riwayat kontrasepsi yang digunakan : tidak ada
1.8 Status HIV : Non Reaktif
1.9 Pola kebiasaan setelah melahirkan
a. Nutrisi
 Makan
Frekuensi : 3-4x/hari
Jenis : roti, nasi, lauk, sayur dan buah
 Minum
Frekuensi : 7-8x/hari
Jenis : air putih, teh dan jus buah
b. Eliminasi
 BAB
Frekuensi : 1x/hari
Warna : kecoklatan
126

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Bau : khas
Konsistensi : lembek
Keluhan : tidak ada
 BAK
Frekuensi : 7-8x/hari
Warna : kuning jernih
Bau : khas
Keluhan : tidak ada
c. Pola istirahat
Siang : 1 jam
Malam : 5-6 jam
d. Pola seksual : belum
e. Pola aktivitas
Mobilisasi : sudah
Senam nifas : belum
Menyusui : Ibu sudah menyusui bayinya secara on demand
f. Personal hygiene
Mandi : 2x/hari
Gosok gigi : 2x/hari
Keramas : 5-6x/minggu
Ganti baju : 2x/hari
Membersihkan alat kelamin : setiap ganti pebalut, BAK dan BAB
Mengganti pakaian dalam : 2x/hari
Mengganti pembalut nifas : 3-4x/hari
Keluhan : tidak ada
1.10 Pola kebiasaan
Merokok : tidak ada Obat-obatan : tidak ada
Minum alkohol : tidak ada Jamu : tidak ada
1.11 Riwayat psikososial dan budaya
a. Pengalaman tentang melahirkan : baik
b. Bounding attachment : ada
c. Perasaan ibu saat nifas : ibu merasa senang atas kehadiran bayinya
d. Cara menyusui : benar

127

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


e. Kemampuan merawat bayi : cukup baik
f. Hubungna dengan suami, bayi, anggota keluarga yang lain : baik
g. Perkawinan : satu kali
h. Masalah pada perkawinan : tidak ada
i. Dukungan keluarga : baik
j. Tradisi yang mempengaruhi nifas : tidak ada
1.12 Informasi yang sudah didapat
a. Pencegahan perdarahan masa nifas Sudah
b. Tanda-tanda bahaya pada masa nifas Sudah
c. Senam nifas
Sudah
d. Nutrisi pada masa nifas
Sudah
e. Personal Hygien masa nifas
Sudah
f. Perawatan payudara
Sudah
g. Perawatan bayi baru lahir
h. ASI Aksklusif Sudah

i. Teknik menyusui yang benar Sudah


j. Keluarga berencana Sudah
II. DATA OBJEKTIF
2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Sedang
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV
TD : 110/70 mmHg Nadi : 82x/i
Pernafasan : 18x/i Suhu : 37C
2.2 Pemeriksaan Antropometri
TB : 148 cm
BB : 57 kg
LiLA : 29 cm
2.3 Pemeriksaan Fisik
Kepala : Simetris, bersih, rambut lurus warna hitam, tidak ada
ketombe
Wajah : Simetris, bersih, tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum
Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih

128

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Hidung : Simetris, bersih dan normal
Telinga : Simetris, tidak ada serumen
Mulut : Bibir merah muda, tidak ada caries gigi
Dada : Simetris, hiperpigmentasi pada aerola, papilla menonjol,
ASI (+)
Abdomen : Tidak ada bekas operasi, ada striae, ada linea nigrae, TFU 2
jari dibawah pusat dan kontraksi uterus baik
Ekstremitas : Simetris, jari lengkap, tidak pucat, tidak ada varises dan
tidak udem
Genitalia : Tidak udem dan ada pengeluaran lochea rubra, normal
Perineum : Bekas luka jahitan bersih dan tidak ada tanda-tanda
infeksi
Anus : Tidak ada haemoroid, normal
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa : Ny. “S” post partum 6 jam dengan KU Ibu baik
3.2 Masalah : lelah dan nyeri pada bekas jahitan perineum
3.3 Kebutuhan : Jelaskan cara merawat luka jahitan perineum
3.4 Masalah potensial : Tidak ada
3.5 Identifikasi kebutuhan tindakan segera : Tidak ada
IV. PLANNING
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dalam keadaan baik dan
hasil pemeriksaan secara keseluruhan dalam batas normal yaitu :
TD : 110/70 mmHg Nadi : 82x/i
Pernafasan : 18x/i Suhu : 37C
TFU : 2 jari dibawah pusat kontraksi : baik
(E) : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan kepada ibu penyebab mules pada perut dan cara mengatasinya
(E) : ibu sudah mengetahui penyebab mules dan cara mengatasinya
EBM : mules pada perut disebabkan karena kontraksi Rahim dan relaksasi
yang terus menerus dan biasanya akan berlangsung 2-4 hari. Cara
mengatasinya yaitu mengosongkan kandung kemih, jangan menahan BAK
dan BAB karena dapat menyebabkan kontraksi uterus tidak optimal
(Khatimah & Saleh, 2022).

129

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


3. Jelaskan kepada ibu tentang kebutuhan mobilisasi dini setelah melahirkan
(E) : ibu sudah mengetahui kebutuhan mobilisasi setelah melahirkan
EBM : Mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu dua jam setelah
persalinan normal. Mobilisasi berguna untuk memperlancar sirkulasi darah
dan mengeluarkan cairan vagina (lochea) mobilisasi haruslah dilakukan
bertahap, yaitu dimulai dengan gerakan miring kekanan dan kekiri, lalu
menggerakkan kaki. selanjutnya ibu dapat mencoba untuk duduk ditepi
tempat tidur. Kemudian, ibu bias turun dari ranjang dan berdiri (Khatimah &
Saleh, 2022).
4. Jelaskan pada ibu cara merawat luka pada perienum yaitu dengan mencuci
tangan sebelum dan sesudah BAK/BAB, gunakan air hangat untuk
membersihkan area perineum terutama pada bekas luka menggunakan
handuk bersih dan kering atau tissu, gunakan pakaian dalam yang bersih dan
dapat menyerap keringat dan ganti pembalut secara teratur minimal 4 jam
sekali.
(E) : ibu sudah mengetahui cara merawat luka perineum
EBM : Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi,
meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan. Perawatan
luka perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah genital dengan
air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB yang dimulai dengan mencuci
bagian depan (simpisis), baru kemudian bagian anus sehingga tidak terjadi
infeksi. Ibu diberitahu cara mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan
sampai terkontaminasi sama tangan. Pembalut yang sudah kotor harus
diganti paling sedikit 2 kali sehari (Novitasari, 2022).
5. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup di saat bayinya tidur
(E) : ibu sudah mengetahui kebutuhan tidur selama nifas
EBM : Pengeluaran hormon prolactin yang berperan pada produksi ASI pada
malam hari lebih tinggi dari pada siang hari. Sedangkan pola tidur bayi yang
belum teratur mengakibatkan ibu memperoleh waktu singkat untuk istirahat
Kurang istirahat pada ibu menyusui akan mempengaruhi ibu dalam beberapa
hal yaitu: mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses
involusi uterus dan meningkatkan perdarahan, menyebabkan terjadinya

130

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
(Aditama & Sari, 2019).
6. Berikan penjelasan pada ibu cara menyusui yang benar
(E) : ibu sudah mengetahui teknik menyusui yang baik dan benar
EBM : Teknik menyusui yang baik dan benar adalah apabila areola sedapat
mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin
dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk ini, maka sudah
cukup bila rahang bayi supaya menekan tempat penampungan air susu
(sinus laktiferus) yang terletak dipuncak areola di belakang puting susu.
Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi enggan menyusu (Yuliatul & Mudawamah, 2019).
7. Berikan KIE kepada ibu tentang nutrisi ibu menyusui
(E) : ibu sudah mengetahui nutrisi selama nifas dan menyusui
EBM : Nutrisi pada ibu nifas yaitu makanan yang harus dikonsumsi pada
masa nifas harus seimbang, bergizi dan cukup energi. Makanan yang
dikonsumsi seharusnya mengandung sumber tenaga (energi), sumber
pembangun (protein), sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin,
dan air) (Putri dkk., 2022).

131

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


CATATAN PELAKSANAAN ASUHAN LANJUTAN

15 Maret 2022 SUBJEKTIF


Ibu mengeluhkan susah BAB
(KF II)
1. Pola nutrisi :
 Frekuensi : makan 3-4x/hari, minum 6-7 gelas/hari
 Menu : nasi, sayur, lauk, air putih dan teh
 Keluhan : tidak ada
2. Pola eliminasi :
 BAB : 3-4x/minggu, konsistensi keras warna
kecoklatan
 BAK : 7-8x/hari, warna kuning jernih
3. Pola istirahat :
 Tidur siang : 1 jam
 Tidur malam : 5 jam
4. Pola aktivitas :
Ibu mengatakan bahwa keluarga ikut membantu ibu
merawat bayinya
5. Data psikososial :
 Respon psikologi ibu : baik
 Bounding attachment : berhasil

OBJEKTIF
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda-tanda vital:
TD : 110/80 mmHg Suhu : 36,7°C
N : 82x/i RR : 20x/i
d) Pemeriksaan fisik
1. Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
2. Mulut : Bibir merah muda, tidak ada caries gigi
3. Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid
dan limfe
4. Ekstremitas : simetris, tidak ada udem, tidak varises

132

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


ASSESMENT
1. Diagnosa : Ny. S P1A0H1 postpartum hari ke 6 dengan
KU baik
2. Masalah : susah BAB
3. Diagnosa potensial : tidak ada
4. Masalah potensial : konstipasi
5. Kebutuhan :
 Beritahu ibu bahwa kondisinya saat ini
 Jelaskan penyebab keluhan ibu

PLANNING
1. Jelaskan pada ibu bahwa kondisinya saat ini normal
(E) : ibu sudah mengetahui kondisinya saat ini dan ibu
merasa senang dengan hasil pemeriksaan
2. Jelaskan penyebab konstipasi yang dialami ibu
(E) : Ibu sudah mengetahui penyebab konstipasi dan
cara mencegah konstipasi selama nifas
EBM : Konstipasi pada ibu dengan persalinan normal
terjadi karena nyeri pada perineum dan rasa takut jika
ada tekanan pada anus ketika buang air besar akan
berpengaruh pada penyembuhan luka perineum.
Konstipasi pada masa nifas selain disebabkan oleh
faktor metode persalinan, obat anastesi dan pengaruh
hormone juga dipengaruhi oleh makanan yang
dikonsumsi oleh ibu rendah serat, tarak makanan,
kurang mobilisasi dan faktor psikologis (Syalfina dkk.,
2019).
3. Jelaskan kepada ibu mengenai pecegahan konstipasi
pada masa nifas
(E) : ibu sudah mengetahui cara mencegah terjadinya
konstipasi selama nifas
EBM : Menurut Syalfina dkk., (2019) cara mengatasi
konstipasi pada ibu nifas adalah menganjurkan ibu

133

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


untuk mengkonsumsi air minum 8 liter/hari dan
menghindari minuman berkafein. Kemudian
menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan
yang tinggi serat seperti buah dan sayur untuk
memperlancar defekasi. Menurut Ardhiyanti, 2017
bahwa konstipasi pada ibu hamil dapat diatasi dengan
mengkonsumsi buah pepaya. Pepaya merupakan buah
yang kaya akan serat. Selain buah papaya, menurut
Indah dan Rohmania, 2017 pisang raja juga
berpengaruh dalam penanganan konstipasi. Pisang
raja selain termasuk buah berserat tinggi juga
mengandung antasida yang baik untuk penderita asam
lambung.
4. Jelaskan mengenai kebutuhan istirahat selama nifas
(E) : ibu sudah mengetahui kebutuhan istirahat selam
hamil
EBM : Kekurangan pola istirahat pada ibu menyusui
harus dapat teratasi. Hal ini bisa diantisipasi dengan
cara mengikuti pola tidur bayi. Sebisa mungkin, ibu
tidur saat bayi tertidur dan bangun saat bayi bangun
untuk disusui. Dengan mengikuti pola tidur bayi ini,
setidaknya ibu bisa terbantu untuk mendapatkan
waktu istirahat yang lebih cukup (Aditama & Sari,
2019).
5. Menjelaskan kepada Ibu mengenai frekuensi menyusui
dapat meningkatkan produksi ASI.
(E) : ibu sudah mengethaui frekuensi menyusui dapat
meningkatkan jumlah ASI
EBM : Salah satu usaha untuk memperbanyak ASI
adalah dengan menyusui anak secara teratur atau
secara on demand. Semakin sering anak menghisap
puting susu ibu, maka akan terjadi peningkatan
produksi ASI dan sebaliknya jika anak berhenti

134

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


menyusu maka terjadi penurunan ASI (Angriani dkk.,
2018).

20 Februari 2022 SUBJEKTIF


Ibu mengeluhkan ASI nya sedikit
(KF III)
1. Pola nutrisi :
 Frekuensi : makan 3-4x/hari, minum 8-9 gelas/hari
 Menu : nasi, sayur, lauk, buah, air putih dan jus
buah
 Keluhan : tidak ada
2. Pola eliminasi :
 BAB : 1x/hari, konsistensi lembek warna kecoklatan
 BAK : 8-9x/hari, warna kuning jernih
3. Pola istirahat dan tidur
 Tidur siang : 30 menit
 Tidur malam : 5 jam
4. Pola aktivitas :
Ibu mengatakan bahwa keluarga ikut membantu ibu
merawat bayinya
5. Data psikososial :
 Respon psikologi ibu : baik
 Bounding attachment : berhasil

OBJEKTIF
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda-tanda vital:
TD : 120/80 mmHg Suhu : 36,9°C
N : 80x/i RR : 20x/i
d) Pemeriksaan fisik
1. Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
2. Mulut : Bibir merah muda, tidak ada caries gigi
3. Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid
dan limfe

135

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


4. Ekstremitas : simetris, tidak ada udem, tidak varises

ASSESMENT
1. Diagnosa : Ny. ”S” P1A0H1 postpartum hari ke 11
dengan KU baik
2. Masalah : ASI sedikit
3. Diagnosa potensial : tidak ada
4. Masalah potensial : tidak ada
5. Kebutuhan :
 Beritahu ibu bahwa kondisinya saat ini
 Jelaskan penyebab keluhan yang dirasakan oleh ibu

PLANNING
1. Jelaskan pada ibu bahwa kondisinya saat ini normal
(E) : ibu sudah mengetahui kondisinya saat ini dan ibu
merasa senang dengan hasil pemeriksaan.
2. Jelaskan kepada ibu penyebab produksi ASI sedikt
(E) : ibu sudah mengetahui penyebab ASI sedikit
EBM : penyebab produksi ASI sedikit yaitu kurang
istirahat, kebutuhan gizi yang kurang dan pola
makan yang tidak teratur, frekuensi pemberian ASI
untuk bayi, perawatan payudara.
3. Jelaskan mengenai makanan yang dapat meningkatkan
produksi ASI seperti sayur-sayuran (daun katuk,
bayam, jantung pisang, wortel, bawang putih), buah-
buahan, ikan, biji-bijian dan kacang-kacangan
(E) : ibu sudah mengetahui mengenai makanan yang
dapat mempengaruhi produksi ASI
EBM : Makanan yang dapat meningkatkan produksi
ASI diantaranya (1) Sayuran hijau, selain sumber
galaktagog, sayuran hijau juga mengandung senyawa
fitoestrogen yang serupa dengan hormon estrogen.
Senyawa ini baik untuk mendukung produksi ASI. (2)
Gandum utuh dan oat, gandum utuh dan oat memiliki

136

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


kandungan serat yang tinggi yang dapat meningkatkan
produksi ASI. Oat juga kaya zat besi yang bermanfaat
untuk mencegah anemia, penyebab menurunnya
produksi ASI yang umum terjadi pada ibu postpartum.
(3) Kacang-kacangan mengandung serat yang baik
untuk kesehatan pencernaan dan juga mengandung
protein, kalsium, dan zat besi yang dapat menambah
produksi ASI. (4) Biji-bijian yang dapat untuk
meningkatkan produksi ASI antara lain wijen, biji chia,
dan biji rami atau flaxseed. Biji-bijian ini mengandung
senyawa fitoestrogen yang baik untuk meningkatkan
produksi ASI. (5) Ikan dan telur, ikan dan telur menjadi
sumber protein yang baik untuk ibu post partum.
Karena protein dapat mempercepat penyembuhan
luka lasearsi perineum dan juga dapat meningkatkan
jumlah produksi ASI (Subagio, 2019).
4. Jelaskan mengenai teknik menyusui yang benar
(E) : ibu sudah mengetahui teknik menyusui yang
benar
EBM : Teknik menyusui yang baik dan benar adalah
apabila areola sedapat mungkin semuanya masuk ke
dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin
dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar.
Untuk ini, maka sudah cukup bila rahang bayi supaya
menekan tempat penampungan air susu (sinus
laktiferus) yang terletak dipuncak areola di belakang
puting susu. Teknik menyusui yang tidak benar dapat
mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak
keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi enggan menyusu (Yuliatul &
Mudawamah, 2019).
5. Jelaskan cara merawat payudara selama nifas
(E): ibu sudah mengetahui cara merawat payudara

137

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


EBM : Perawatan yang dilakukan terhadap payudara
bertujuan melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
sumbatan saluran susu sehingga memperlancar
pengeluaran ASI (Kumalasari, 2021).

9 April 2022 SUBJEKTIF


Ibu khawatir pengeluaran nifasnya berwarna putih disertai
(KF IV)
lendir namun tidak berbau dan tidak gatal
1. Pola nutrisi :
 Frekuensi : makan 3-4x/hari, minum 10 gelas/hari
 Menu : nasi, sayur, lauk, buah , air putih
 Keluhan : tidak ada
2. Pola eliminasi :
 Tidur siang : 1 jam
 Tidur malam : 5-6 jam
3. Pola aktivitas :
Ibu mengatakan bahwa keluarga ikut membantu ibu
merawat bayinya
4. Data psikososial :
 Respon psikologi ibu : baik
 Bounding attachment : berhasil

OBJEKTIF
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda-tanda vital:
TD : 110/80 mmHg Suhu : 36,7°C
N : 82x/i RR : 20x/i
d) Pemeriksaan fisik
1. Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
2. Mulut : Bibir merah muda, tidak ada caries gigi
3. Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid
dan limfe
4. Ekstremitas : simetris, tidak ada udem, tidak varises

138

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


5. Genitalia : pengeluaran lochia alba dan luka perineum
sudah sembuh

ASSESMENT
1. Diagnosa : Ny. “S” P1A0H1 postpartum hari ke 31
dengan KU baik
2. Masalah : ibu cemas dengan pengeluaran nifas nya
3. Diagnosa potensial : tidak ada
4. Masalah potensial : tidak ada
5. Kebutuhan :
 Beritahu ibu bahwa kondisinya saat ini
 Jelaskan mengenai pengeluaran nifas/lokhia
 Jelaskan mengenai KB

PLANNING
1. Jelaskan pada ibu bahwa kondisinya saat ini normal dan
keluhan yang dialami ibu merupakan hal yang wajar
(E) : ibu sudah mengetahui kondisinya saat ini dalam
keadaan baik
2. Jelaskan kepada ibu mengenai pengeluaran nifas/lokhia
yang ibu alami saat ini
(E) : ibu sudah mengtahui mengenai pengeluaran nifas
yang sedang ia alami adalah normal.
EBM :
Perubahan lochea dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
No. Jenis Lochea Hari Warna Kandungan
Muncul
1. Lochea Hari ke 1-3 Merah Sel
rubra/merah postpartum desidua,
(kruenta) vernix
caseosa,
rambut
lanugo,
sisa
mekonium

139

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


dan darah.

2. Lochea Hari ke 3-5 Merah Darah dan


sanguinolenta postpartum kekuningan lendir
karena
pengaruh
plasma
darah
3. Lochea serosa Hari ke 5-9 Kekuningan Sedikit
postpartum atau darah
kecoklatan namun
banyak
serum,
leukosit
dan
robekan
laserasi
plasenta
4. Lochea alba Lebih dari Putih Leukosit,
hari ke-9 kekuningan selaput
dan pucat lendir
serviks dan
serabut
jaringan
yang mati.

3. Jelaskan kepada ibu mengenai jenis-jenis KB yang ada


(E) : ibu sudah mengetahui jenis-jenis KB namun belum
memutuskan untuk menggunakan KB jenis apa yang
akan digunakan.
EBM : Jenis KB alamiah atau KB tanpa Alat diantaranya
ada KB metode, metode suhu basal, metode lendir
serviks, metode Sim To Termal, metode simptothermal,
metode coitus interuptus dan Jenis KB non alami atau
KB yang menggunakan obat/alat yaitu IUD, implant, KB
suntik, Pil dan kondom.
(Priyanti & Syalfina, 2017)
140

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


D. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL NY. “S” USIA 6 JAM DENGAN KU BAIK
DI PMB HALIMATUN SAKDIAH TANGGAL 9 MARET 2022

I. DATA SUBJEKTIF
(Data subjektif didapat dari buku KIA dan klien)
1.1 Identitas/Biodata
a. Biodata Bayi
Nama Bayi : Bayi Ny. S
Umur : 1 hari
Tanggal / Jam Lahir : 9 Maret 2022/ 08.50 WIB
JenisKelamin : Laki-laki
Anak ke : Pertama
b. Biodata Orang Tua Bayi
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. A
Umur : 24 tahun Umur : 27 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor HP : 082391740xxx Nomor HP : 082256161xxx
Alamat : Jl. Bhakti 2, Dadok Tunggul Hitam, Padang
1.2 Alasan Kunjungan : Ibu mengatakan bayinya sering menangis
1.3 Riwayat Kesehatan yang pernah/sedang diderita Ibu dan Keluarga
Jantung : tidak ada TBC : tidak ada epilepsi : tidak ada
DM : tidak ada Hepatitis : tidak ada HIV/AIDS : tidak ada
Asma : tidak ada Hipertensi : tidak ada IMS : tidak ada
1.4 Pola Kebiasaan Ibu
Merokok : tidak ada Obat-obatan : tidak ada
Minum alkohol : tidak ada Jamu : tidak ada
1.5 Riwayat Persalinan sekarang
1. Tanggal bersalin : 9 Maret 2022
2. Tempat persalinan : PMB
3. Jenis persalinan : Pervaginam/nornal
141

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


4. Penolong persalinan : Bidan
5. Lama persalinan :
Kala I : 9 jam Kala III : 10 menit
Kala II : 50 menit Kala IV : 2 jam
6. Perdarahan : dalam batas normal
7. Ketuban : jernih
8. Plasenta : lahir lengkap
9. Tali pusat : normal
10. Penyulit/komplikasi : tidak ada
11. Bayi :
Jenis kelamin : laki-laki
APGAR Score : 8/9
Kondisi saat lahit : Menangis, bernafas spontan, gerakan aktif,
tonus otot baik dan warna kulit kemerahan
Rooming in : ada
IMD : ada
Bounding attachment : ada
Injeksi vit. K : ada
Salep mata : ada
Masalah pada bayi : tidak ada
1.6 Pola pemenuhan kebutuhan Bayi
1. Pola nutrisi
 Frekuensi : on demand
 Durasi : 1-2 jam
 Keluhan : tidak ada
2. Pola eliminasi
BAB
 Frekuensi : 1x/hari
 Warna : kehitaman
 Bau : khas
 Konsistensi : lembek
 Keluhan : tidak ada
BAK
142

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


 Frekuensi : 10-12x/hari
 Warna : kuning
 Bau :khas
 Keluhan : tidak ada
3. Pola istirahat
 Siang : 8 jam
 Malam : 8 jam
4. Personal hygiene : bayi mandi 2x/hari
1.7 Imunisasi
HB0
1.8 Data Psikososial
Ibu dan keluarga menerima dengan baik kehadiran bayi.
II. DATA OBJEKTIF
2.1 Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum :baik
2. Kesadaran :composmentis
3. Tanda-tanda vital
 Denyut jantung :130 kali permenit
 Pernafasan :46 kali permenit
0
 Suhu :36,7 C
2.2 Pemeriksaan antropometri
Lingkar kepala : 34 cm Lingkar perut : 32 cm
Lingkar dada : 32 cm Panjang Badan : 48 cm
Lingkar lengan : 9 cm Berat badan : 2600 gram
2.3 PemeriksaanFisik
Kepala : Normal, tidak ada hematoma/caput succedenum
Wajah : Bersih,tidak pucat, tidak ada bercak mongol, normal
Mata : Simetris, tidak ada strabismus, kelopak mata
terbentuk sempurna
Hidung : Simteris, lubang hidung 2, sekat hidung (+), tidak ada
pernafasan cuping hidung
Mulut : Tidak ada labioskizis/labiopalatoskizis

143

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Telinga : Simetris, daun telinga terbentuk sempurna, tidak ada
serumen
Leher : Tidak ada kelainan dan pembengkakan
Dada : Simetris, tidak ada kelainan, tidak ada retraksi, suara
napas normal
Abdomen : Simetris, tidak ada kelainan pada perut, tidak ada
perdarahan pada tali pusat, tali pusat belum lepas, tidak
ada kelainan
Ekstremitas : Simetris, jari lengkap, gerak aktif, tidak pucat dan tidak
sianosis
Genitalia : Testis normal, tidak ada kelainan kongenital
Anus : Lubang anus (+)
Punggung : Tidak ada kelainan seperti spinabifida
Kulit : Tidak ada bercak mongol dan warna kulit kemerahan,
normal
2.4 Pemeriksaan neurologis
Refleks glabellar : positif Refleks babinski : positif
Refleks sucking : positif Refleks moro : positif
Refleks rooting : positif Refleks tonick neck : positif
Refleks palmar grasp : positif Refleks ekstrusi : positif
III. ASSESMENT
1. Diagnosa :Bayi Baru Lahir Ny. “S” usia 6 jam dengan KU normal
2. Masalah : bayi sering menangis
3. Kebutuhan : beri KIE kepada ibu mengenai penyebab bayi menangis
IV. PLANNING
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bayinya dalam keadaan normal
(E) : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan ibu senang dengan hasil
pemeriksaan
2. Menjelaskan kepada ibu mengenai penyebab bayi sering menangis
(E) : ibu sudah mengetahui penyebab bayi sering menangis
EBM : Menurut Anurogo (2019) penyebab bayi menangis adalah kemungkinan
bayi tersebut lapar, haus, teknik menyusu yang salah, ingin ditemani, tidak

144

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


nyaman, gigi tumbuh, lelah, bosan, kolik, atau kebiasaan, karakter, atau bayi
tersebut sakit, dan lain-lain.
3. Menjelaskan kepada ibu tentang pemberian ASI on demand untuk bayi
(E) : ibu sudah mengetahui tentang pemberian ASI on demand
EBM : Pemberian ASI secara on demand adalah Pemberian ASI tidak dijadwal
sesuai keinginan bayi, dengan menggunakan kedua payudara setiap menyusui
secara bergantian, dan istirahat yang cukup (Afriani, 2018).
4. Menjelaskan kepada ibu mengenai teknik menyusui yang benar
(E) : ibu sudah menegtahui teknik menyusui yang benar
EBM : teknik menyusui yang benar dibutuhkan agar ibu dan bayi merasa nyaman
dan bayi merasa manfaat dari menyusui. Manfaat menyusui dengan benar
adalah putting susu tidak lecet, perlekatan menyusu pada bayi kuat, bayi
menjadi tenang dan tidak terjadi gumoh.
5. Berikan penjelasan pada ibu tentang ASI esklusif
(E) : ibu sudah memahami terkait ASI eksklusif
EBM : ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan
selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan
atau minuman lain, termasuk air putih. ASI adalah makanan terbaik bagi bayi
baru lahir, baik bayi yang dilahirkan cukup bulan maupun kurang bulan
(Lindawati, 2019).
6. Menjelaskan kepada ibu untuk waktu dan cara mengganti popok bayi yaitu
setiap 2 jam sekali atau setiap kali basah/BAB/BAK.
(E) : ibu sudah mngetahui waktu dan cara mengganti popok bayi
EBM : Menurut Permata dkk., (2020) sebaiknya mengganti diapers 3-4 jam
sekali, kecuali apabila bayi BAB, harus segera diganti. Cara mengganti popok bayi
sebaiknya mengguakan waslap dan kerigkan dengan yang lembut. Pemberian
bedak tabur pada daerah genitalia bayi seabiknya dihindari karena akan mudah
terjadinya iritasi dan infeksi (Permata dkk., 2020)

145

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


CATATAN PELAKSANAAN ASUHAN LANJUTAN

15 Maret 2022 SUBJEKTIF


1. Keluhan: ibu mengatakan tali pusat bayi belum lepas
(KN II)
dan masih basah
2. Nutrisi bayi
 Frekuensi : on demand
 Menu : hanya ASI
 Keluhan : tidak ada
3. Pola eliminasi
 BAK
Frekuensi : 12x/hari
Warna : kuning
Bau : khas
Keluhan : tidak ada
 BAB
Frekuensi : 5-6X/hari
Warna : hijau kecoklatan
Bau : khas
Konsistensi :lunak

Keluhan : tidak ada

OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV
 Denyut jantung : 142x/i
 Pernafasan : 48x/i
 Suhu : 36,9C
4. Pemeriksaan fisik
 Dada : simteris, tidak ada retraksi pada dinding
dada, normal
 Abdomen : Simetris, tidak ada kelainan pada

146

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


perut, tidak ada perdarahan pada tali pusat, tali
pusat belum lepas dan masih basah, tidak ada
tanda infeksi
 Warna kulit : kemerahan, turgor kulit baik
 Ekstremitas : gerakan aktif, tidak ada kelainan

ASSESMENT
1. Diagnosa : By. Ny. S usia 6 hari dengan KU baik
2. Masalah : tali pusat belum lepas dan masih basah
3. Diagnosa potensial : tidak ada
4. Masalah potensial : tidak ada
5. Kebutuhan :
a. Berikan ibu KIE perawatan tali pusat terbuka
b. Berikan ibu KIE tentang perawatan bayi sehari-hari

PLANNING
1. Jelaskan pada ibu bahwa kondisi bayinya saat ini
normal
(E) : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan ibu
merasa senang dengan kondisi aankanya saat ini
2. Jelaskan kepada ibu mengenai perawatan tali pusat
terbuka untuk mempercepat pelepasan tali pusat bayi
dan mencegah tali pusat bayi infeksi
(E) : ibu sudah mengetahui cara merawat tali pusat bayi
EBM : Perawatan tali pusat terbuka ialah perawatan tali
pusat yang tidak diberikan perlakuan apapun. Tali pusat
dibiarkan terbuka, tidak diberikan kasa kering maupun
antiseptik lainnya. Pelepasan tali pusat dengan bantuan
udara (Reni dkk., 2018)
3. Jelaskan mengenai perawatan bayi sehari-hari
(E) : ibu sudah mengetahui perawatan bayi sehari hari
EBM : Pengetahuan ibu diperlukan untuk merawat bayi
sehari-hari, misalnya seperti memandikan secara
teratur, mengganti popok atau baju pada saat yang

147

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


tepat, memilih bahan pakaian yang lembut, memilih
kosmetik berupa sabun mandi, sampo dan minyak
khusus bayi dipilih dengan tepat dan disesuaikan
dengan keadaan kulit bayi
4. Mengevaluasi kembali teknik menyusui ibu
(E) : teknik menyusui ibu sudah benar
5. Menjelaskan kembali kebutuhan ASI On Demand untuk
bayi
(E) : ibu mengatakan selalu memberikan ASI secara On
Demand untuk bayinya
6. Menjelaskan kembali kepada ibu mengenai waktu dan
cara mengganti popok bayi yaitu setiap 2 jam sekali
atau setiap kali basah/BAB/BAK
(E) : ibu mengatakan mengganti popok bayi setiap kali
basah/setiap 2 jam sekali

28 Maret 2022 SUBJEKTIF


1. Keluhan: Ibu mengatakan bunyi nafas bayinya grok-
(KN III)
grok
2. Nutrisi bayi
 Frekuensi : on demand
 Menu : hanya ASI
 Keluhan : tidak ada
3. Pola eliminasi
 BAK
Frekuensi : 12x/hari
Warna : kuning
Bau : khas
Keluhan : tidak ada
 BAB
Frekuensi : 4-5x/hari
Warna : kuning kecoklatan
Bau : khas

148

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Konsistensi :lembek

Keluhan : tidak ada

OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV
 Denyut jantung : 136x/i
 Pernafasan : 50x/i
 Suhu : 36,7C
4. Pemeriksaan fisik
 Hidung : Simteris, lubang hidung 2, sekat hidung (+),
tidak ada pernafasan cuping hidung, bunyi nafas
grok-grok
 Dada : simteris, tidak ada retraksi pada dinding
dada, normal
 Abdomen : tali pusat sudah lepas
 Warna kulit : kemerahan
 Ekstremitas : gerakan aktif

ASSESMENT
1. Diagnosa : By. Ny. S usia 19 hari dengan KU baik
2. Masalah : nafas bayi grok-grok
3. Diagnosa potensial : tidak ada
4. Masalah potensial : tidak ada
5. Kebutuhan :
a. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
b. Menjelaskan kepada ibu mengenai penyebab
nafas bayi grok-grok

PLANNING
1. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan
(E) : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan kepada ibu tentang penyebab bunyi nafas

149

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


bayi grok-grok
(E) : ibu sudah mengetahui penyebab bunyi nafas bayi
grok-grok
EBM : Suara napas grok-grok pada bayi baru lahir tidak
berbahaya. Napas grok-grok biasanya terjadi pada bayi
barusia 1-3 bulan yang disebabkan oleh fungsi anatomi
pernafasan yang belum optimal berfungsi. Ibu
disarankan untuk memperhatikan posisi tidur bayi yaitu
posisi terlentang. Selain mengurangi suara napas grok-
grok pada bayi, posisi tidur terlentang juga dapat
mengurangi resiko terjadinya SIDS (sudden infant
death syndrome) (IDAI, 207).
3. Mengevaluasi kembali teknik menyusui ibu
(E) : teknik menyusui ibu sudah benar
4. Menjelaskan kembali kebutuhan ASI On Demand untuk
bayi
(E) : ibu mengatakan selalu memberikan ASI secara On
Demand untuk bayinya
5. Menjelaskan kembali kepada ibu mengenai waktu dan
cara mengganti popok bayi yaitu setiap 2 jam sekali
atau setiap kali basah/BAB/BAK
(E) : ibu mengatakan mengganti popok bayi setiap kali
basah/setiap 2 jam sekali
6. Beritahu ibu jadwal kunjungan ulang dan jadwal
imunisasi BCG
(E) : ibu sudah mengetahui kunjungan ulang dan jadwal
imunisasi bayi yaitu tanggal 8 April 2022
EBM : Manfaat imunisasi BCG (Basil Calmette Guerin)
yaitu untuk mencegah bayi atau anak terserang dari
penyakit TBC yang berat, seperti: meningitis TBC dan
TBC milier. Vaksin (BCG) merupakan bagian dari
pemberian imunisasi dasar pada bayi sebanyak dosis
yang diberikan 0,05 Ml dan 0,1 Ml dosis diberikan pada

150

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


bayi 1-3 bulan (Rivanica & Hartina, 2020).
E. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “S” USIA 24 TAHUN AKSEPTOR
KB PASCA SALIN DI PMB HALIMATUN SAKDIAH TANGGAL 10 JUNI 2022

I. DATA OBJEKTIF
1.1 Identitias/Biodata
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. A
Umur : 24 tahun Umur : 27 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor HP : 082391740xxx Nomor HP : 082256161xxx
Alamat : Jl. Bhakti 2, Dadok Tunggul Hitam, Padang
1.2 AlasanBerkunjung
Ibu mengatakan ingin konsultasi KB yang aman untuk ibu yang sedang menyusui.
1.3 HPHT : 12-06-2021
1.4 Hamil/Diduga Hamil : tidak hamil
1.5 Jumlah GPA
Gravid :0
Persalinan :1
Abortus :0
Hidup :1
1.6 Menyusui : Bayi menyusui secara on demand
1.7 Umur Anak Terkecil : 3 bulan
1.8 Riwayat Penyakit Sebelumnya :
 Penyakit Kuning : tidak ada
 Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya : tidak ada
 Keputihan yang Lama : tidak ada
 Tumor
Payudara : tidak ada
Rahim : tidak ada

151

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Ovarium : tidak ada
 Sakit Kepala Hebat/Gangguan Visual : tidak ada
 Konsumsi Obat Anti Kejang : tidak ada
1.9 Alat kontrasepsi yang pernah digunakan : tidak ada
II. DATA SUBJEKTIF
(Data subjektif didapat dari buku KIA dan klien)
2.1 Keadaan umum : baik
2.2 Kesadaran : composmentis
2.3 BB : 57 kg
2.4 TB : 148 cm
2.5 Tanda-Tanda Vital:
TD : 110/80 mmHg P : 20x/i
N : 80x/I S :36,9C
2.6 Pemeriksaan Dalam (Khusus IUD Dan MOW)
Tanda-Tanda Radang :-
Tumor/Keganasan Ginekologi : -
2.7 Posisi Rahim
Retrofleksi :-
Antefleksi :-
2.8 Pemeriksaan Tambahan (Khusus MOP Dan MOW)
Diabetes :-
Kelainan PembekuanDarah :-
Radang Orchitis/Epididimitis :-
Tumor/Keganasan Ginekologi : -
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa : Ny “S” Usia 24 Tahun Akseptor KB Pascasalin
3.2 Masalah : tidak ada
3.3 Masalah Potensial : tidak ada
3.4 Identifikasi kebutuhan segera : konseling KB yang aman untuk ibu menyusui
IV. PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu secara umum
normal yaitu
TD : 110/80 mmHg P : 20x/i

152

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


N : 80x/I S :36,9C
(E) : ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Jelaskan mengenai macam-macam KB yang bisa digunakan oleh ibu
(E) : ibu sudah mengetahui macam-macam KB dan ibu memilih KB suntik 3 bulan
EBM : Jenis KB alamiah atau KB tanpa alat diantaranya ada KB metode kalender,
metode suhu basal, metode lendir serviks , metode Sim To Termal, metode
simptothermal, metode coitus interuptus dan jenis KB non alami atau KB yang
menggunakan obat/alat yaitu IUD, implant, KB suntik, Pil dan kondom (Priyanti
& Syalfina, 2017).
3. Menjelaskan pengertian, keuntungan, keterbatasan, efek samping dan
efektifitas KB suntik 3 bulan yang dipilih oleh Ibu
(E) : ibu sudah mengetahui pengertian, keuntungan, keterbatasan, efek samping
dan efektifitas KB.
EBM : KB suntik 3 bulan atau kontrasepsi suntik DMPA berisi hormon
progesteron saja dan tidak mengandung hormone esterogen. Dosis yang
diberikan 150 mg/ml depot medroksiprogesteron asetat yang disuntikkan secara
intramuscular (IM) setiap 12 minggu. Keuntungan KB suntik 3 bulan adalah
sangat efektif, mencegah kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada
hubungan suami istri, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak
serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak
mempengaruhi ASI, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan
oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai perimenopause, membantu
mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian
penyakit jinak payudara, dan mencegah beberapa penyakit radang panggul.
Keterbatasan KB suntik 3 bulan adalah sering ditemukan ganguan haid,
kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian, klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan,
kenaikan berat badan, tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi
menular seksual, hepatitis B dan virus HIV, dan pada penggunaan jangka panjang
dapat terjadi perubahan lipid serum. Efek samping KB suntik 3 bulan adalah
mengalami gangguan haid seperti amenore, spooting, menorarghia,
metrorarghia, penambahan berat badan, mual, kunang-kunang, sakit kepala.,
nervositas, penurunan libido dan vagina kering. Efektivitas KB suntik 3 bulan

153

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


adalah DMPA memiliki efektivitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per100
perempuan dalam satu tahun pemakaian (BKKBN, 2003). Kegagalan yang terjadi
pada umumnya dikarenakan oleh ketidakpatuhan akseptor untuk datang pada
jadwal yang telah ditetapkan atau teknik penyuntikan yang salah, injeksi harus
benar-benar intragluteal (Priyanti & Syalfina, 2017)
4. Menjelaskan kepada ibu mengenai kunjungna ulang KB pada tanggal 2 Agustus
2022
(E) : ibu sudah mengetahui kunjungna ulang KB 3 bulan lagi yaitu pada tanggal 2
Agustus 2022
EBM :

154

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


3.2 Klien 2
A. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Trimester III
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “I” G1P0A0H0 UK 37-38 MINGGU
KEADAAN UMUM IBU DAN JANIN BAIK DI PMB HALIMATUN SAKDIAH
TANGGAL 6 FEBRUARI 2022

I. DATASUBYEKTIF
(Data subjektif didapat dari buku KIA dan hasil wawancara dengan klien melalui
kunjungan rumah pada tanggal 6 Februari 2022)
1.1 Identitas
Nama Ibu : Ny. I Nama Suami : Tn. I
Umur : 30 tahun Umur : 31 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor HP : 081363483xxx Nomor HP : 085278314xxx
Alamat : Perumahan Graha Perdana Sakinnah A.10, Padang
1.2 Kunjungan Saat ini :
a. Alasan kunjungan : Ibu ingin memeriksakan kehamilannya
b. Keluhan utama : Ibu mengatakan sering BAK di malam hari
1.3 Riwayat perkawinan
a. Pada usia : 29 tahun
b. Status pernikahan : Sah
c. Umur suami : 30 tahun
d. Lama menikah : 1 tahun
1.4 Riwayat menstruasi
Menarche : 13 tahun Teratur/tidak : teratur
Siklus : 28 hari Dismenorhoe : tidak ada
Banyaknya : 3-4x ganti pembalut Fluor albus : tidak ada
Lamanya : 5-6 hari Keluhan : tidak ada

Sifat darah : encer


1.5 Riwayat kesehatan (Skrining Dokter dalam buku KIA)
a. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita:
155

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Jantung : tidak ada TBC : tidak ada epilepsi : tidak ada
DM : tidak ada Hepatitis : tidak ada HIV/AIDS : tidak ada
Asma : tidak ada Hipertensi : tidak ada IMS : tidak ada
b. Riwayat kesehatan dan penyakit keluarga:
Jantung : tidak ada TBC : tidak ada epilepsi : tidak ada
DM : tidak ada Hepatitis : tidak ada HIV/AIDS : tidak ada
Asma : tidak ada Hipertensi : tidak ada IMS : tidak ada
1.6 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan pertama ibu.
1.7 Riwayat kehamilam saat ini : G1P0A0H0
a. UK : 37-38 minggu
b. HPHT : 09-05-2021
c. HPL : 16-02-2022
d. Imunisasi TT : TT5
e. Obat yang pernah dikonsumsi selama hamil : tablet tambah darah, kalsium,
B12, vitamin C dan asam folat
f. Gerakan janin pertama kali : 18 minggu
Frekensi : 10-12 kali/hari
Terakhir dirasakan : 14.00 WIB
g. Keluhan saat ini : ibu sering BAK pada malam hari
1.8 Riwayat keturunan kembar : tidak ada
1.9 Riwayat pemeriksaan/ANC
a. Trimester 1
Frekuensi : 2x
Keluhan P1 : mual dan muntah
Keluhan P2 : tidak ada
Terapi obat : B6, asam folat, kalsium
b. Trimester 2
Frekuensi : 1x
Keluhan : tidak ada
Terapi obat : asam folat, tablet tambah darah, kalsium
c. Trimester 3
Frekuensi : 3x

156

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Keluhan : sering BAK di malam hari
Terapi obat : tablet tambah darah, vitamin c, b12
1.10 Penyuluhan yang pernah didapat : tanda bahaya dalam kehamilan dan persiapan
persalinan
1.11 Riwayat kontrasepsi yang digunakan : tidak ada
1.12 Pola pemenuhan kebutuhan harian
a. Pola nutrisi makan dan minum
Sebelum hamil Setelah hamil
 Makan  Makan

- Frekuensi : 2-3x/hari - Frekuensi : 3-4x/hari

- Jenis : nasi, lauk, sayur, buah - Jenis : roti, nasi, lauk, sayur,
- Porsi : 1 piring buah
- Pantangan : tidak ada - Porsi : 1 piring
- Keluhan : tidak ada - Pantangan : tidak ada

 Minum : - Keluhan : tidak ada


- Frekuensi : 7-8x/hari  Minum :

- Jenis : air putih, teh dan jus buah - Frekuensi : 9-10x/hari


- Keluhan : tidak ada - Jenis : air putih, susu, jus buah
- Keluhan : tidak ada

b. Pola eliminasi BAB dan BAK


Sebelum hamil Setelah hamil
 BAK  BAK

- frekuensi : 6-7x/hari - frekuensi : 9-10x/hari


- Warna : kuning - Warna : kuning jernih
- Keluhan : tidak ada - Keluhan : tidak ada
 BAB  BAB

- frekuensi : 1-2x/hari - frekuensi : 1-2x/hari


- Warna : kecoklatan - Warna : kecoklatan
- Konsistensi : lembek - Konsistensi : lembek
- Keluhann : tidak ada - Keluhan : tidak ada
c. Pola istirahat dan tidur
Sebelum hamil Setelah hamil

157

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


 Siang hari : 1 jam  Siang hari : 1-2 jam
 Malam hari : 6-7 jam  Malam hari : 5-6 jam
d. Pola kebiasaan
Merokok : tidak ada obat-obatan : tidak ada
Inum alkohol : tidak ada jamu : tidak ada
e. Personal hygiene
 Mandi : 2x/hari
 Gosok gigi : 2x/hari
 Keramas : 4x/hari
 Membersihkan alat kelamin : setiap kali Bak dan BAB
 Mengganti pakain dalam : 2x/hari
 Jenis pakaian dalam yang digunakan : katun
 Keluhan : tidak ada
1.13 Respon klien dan keluarga terhadapa kehamilan : baik
1.14 Pengambilan keputusan : suami
1.15 Tradisi yang mempengaruhi kehamilan : tidak ada
1.16 Perencanaan lokasi persalinan : PMB
1.17 Kondisi spiritual : klien dan suami menjalankan ibadah
II. DATAOBJEKTIF
(Data subjektif didapat dari buku KIA dan hasil wawancara dengan klien melalui
kunjungan rumah pada tanggal 6 Februari 2022)
2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital:
TD : 120/80 mmHg Suhu : 36,8°C
Nadi : 78x/i RR : 20x/i
d. Pemeriksaan antropometri
BB sebelum hamil : 51 kg BB sekarang : 63 kg
TB : 165 cm LILA : 29 cm
2.2 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi

158

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Kepala : Simetris, bersih, rambut lurus warna hitam, tidak ada
ketombe
Wajah : Simetris, bersih, tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum
Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : Simetris, bersih dan normal
Telinga : Simetris, tidak ada serumen
Mulut : Bibir merah muda, tidak ada caries gigi
Ekstremitas : Simetris, jari lengkap, tidak pucat, tidak ada varises dan
tidak udem
b. Palpasi
Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan limfe

Abdomen :
Leopold I : Bagian fundus teraba bulat, keras dan tidak melenting
(bokong)
Leopold II Bagian dinding perut ibu sebelah kanan teraba panjang
:
keras memapan (punggung)
Bagian dinding perut ibu sebelah kiri teraba bagian-bagian
kecil dan bulat (ekstremitas)
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan melenting
(kepala), bagian terbawah janin sulit di goyangkan
Leopold IV : Bagian terbawah Janin sudah memasuki PAP dengan
perlimaan 4/5
Mc.Donald : 29 cm
Djj : 138x/i
* data dari buku KIA pada TM 3
2.3 Pemeriksaan Khusus (data dari buku KIA pada TM 1)
 Golongan Darah :O  HbSAG : NR
 Hemoglobin :-  HIV : NR
 Proteinuria :Ku
-  Maximum :NR
Sifilis
III. ASSESMENT at
3.1 Diagnosa
Ny. “I” G1P0A0H0, usia kehamilan 37-38 minggu, tunggal, hidup, intrauterin,
letak kepala, punggung kanan, kesan jalan lahir baik, keadaan umum Ibu dan

159

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Janin baik.
3.2 Masalah
Ibu merasa cemas dengan keluhan yang dirasakan saat ini
3.3 Diagnosa potensial
Tidak ada
3.4 Kebutuhan
Informasikan hasil pemeriksaan, penyebab keluhan, memberikan dukungan
psikologis, serta berikan KIE tentang persiapan persalinan
IV. PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan Ibu dan Janin dalam
keadaan baik serta seluruh hasil pemeriksaan dalam batas normal yaitu :
KU : baik Kesadaran : composmentis
TD : 120/80 mmHg Suhu : 36,8°C
Nadi : 78x/i RR : 20x/i
(E) : Ibu sudah menegetahui hasil pemeriksaan dan ibu merasa senang dengan
hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan penyebab sering BAK di malam hari yang dirasakan oleh Ibu.
(E) : Ibu sudah mengetahui penyebab sering BAK di malam hari
EBM : Pada waktu hamil, ginjal bekerja lebih berat dari biasanya, karena organ
tersebut harus menyaring volume darah lebih banyak dibanding sebelum hamil.
Proses penyaringan tersebut kemudian menghasilkan lebih banyak urine.
Kemudian, janin dan plasenta yang membesar juga memberikan tekanan pada
kandung kemih, sehingga menjadikan ibu hamil harus sering kekamar kecil untuk
buang air kecil (Damayanti, 2019).
3. Memberitahukan kepada ibu untuk tetap minum dalam jumlah yang cukup yaitu
minimal 7-8 gelas/hari dan jangan menguranginya.
(E) : Ibu mengerti dan akan tetap minum dalam jumlah yang cukup
EBM : Dampak dari kurang minum adalah dehidrasi yang mengakibatkan ibu
hamil merasa pusing atau bahkan pingsan, detak jantung juga akan lebih cepat
dari biasanya dan ibu akan merasa mual hingga muntah. Kekurangan cairan juga
akan berdampak buruk kepada janin terutama menjelang waktu persalinan
dimana dapat mengakibatkan persalinan premature karena saat kontraksi rahim,
tubuh tidak cukup cairan (Damayanti, 2019).

160

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


4. Menjelaskan kepada ibu tentang beberapa minuman yang dapat meningkatkan
aktivitas buang air kecil.
(E) : Ibu mengerti dan akan mengurangi atau menghindari jenis minuman
tersebut
EBM : Minuman yang dapat meningkatkan aktivitas buang air kecil seperti
minuman yang mengandung alkohol, minuman bersoda atau dengan kandungan
tinggi gula dan minuman berkafein seperti kopi atau teh. Kandungan dalam
minuman tersebut bersifat mengiritasi kandung kemih dan membuat seseorang
lebih sering buang air kecil, sehingga akan lebih baik ibu mengurangi atau
menghindari minuman tersebut dan lebih banyak konsumsi air putih
(Damayanti, 2019).
5. Memberikan penkes tentang personal hygiene kepada ibu
(E) : ibu sudah mengetahui tentang personal hygiene
EBM : Sering buang air kecil akan menjadi masalah kesehatan jika ibu tidak
menjaga kebersihan organ genetalia seperti organ genetalia menjadi lecet, atau
organ genetalia akan terasa gatal dan panas karena organ genetalia tidak bersih
dan dibiarkan lembab. Untuk mengatasi keluhan tersebut, ibu harus
mengantisipasi dengan tindakan mencuci tangan sebelum dan sesudah buang
air kecil, mengeringkan bagian organ genetalia dengan handuk atau tisu bersih
sesudah buang air kecil, dan menggunakan celana dalam berbahan menyerap
seperti katun serta mengganti celana dalam jika celana dalam sudah dalam
keadaan yang lembab (Damayanti, 2019)
6. Memberikan dukungan psikologis dan dorongan semangat kepada Ibu karena
waktu persalinan sudah semakin dekat
(E) : Ibu sudah tidak cemas dan merasa semangat karena waktu persalinan
sudah semakin dekat
EBM : Memberikan perhatian dan kasih sayang dapat mengurangi psikologis ibu,
bentuk perhatian seperti menemani pemeriksaan kehamilan dan terus
memberikan dukungan bahwa ibu dapat menjalani proses melahirkan dengan
lancar dapat membuat ibu senang dan tidak depresi (Wahyuni & Yuliana, 2020)
7. Memberikan KIE kepada Ibu tentang persiapan persalinan
(E) : Ibu sudah mengetahui persiapan untuk bersalin

161

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


EBM : Persiapam persalinan yang harus dipersiapkan ibu adalah mengetahui
tanggal perkiraan persalinan, Suami dan keluarga mendampingi ibu hamil saat
bersalin, menyiapkan tabungan untuk biaya persalinan, kendaraan jika sewaktu-
waktu diperlukan, merencanakan melahirkan ditolong oleh bidan atau dokter di
fasilitas pelayanan kesehatan, menyiapkan orang yang bersedia menjadi donor
darah jika sewaktu-waktu diperlukan dengan golongan darah yang sama dengan
ibu hamil, perlengkapan ibu dan bayi, membuat rencana pembuatan keputusan
jika terjadi kegawatdaruratan. Hal ini meliputi siapa pembuat keputusan utama
dalam keluarga dan siapa yang akan membuat keputusan jika pembuat
keputusan utama tidak ada saat terjadi kegawatdaruratan (Wahyuni & Yuliana,
2020).

162

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


B. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Persalinan
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.“I” INPARTU KALA I FASE AKTIF
DI PMB HALIMATUN SAKDIAH TANGGAL 13 FEBRUARI 2022

I. DATA SUBYEKTIF
1.1 Identitas
Nama Ibu : Ny. I Nama Suami : Tn. I
Umur : 30 tahun Umur : 31 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor HP : 081363483xxx Nomor HP : 085278314xxx
Alamat : Perumahan Graha Perdana Sakinnah A.10, Padang
1.2 ANAMNESIS
1. Alasan Ibu Berkunjung : Ibu merasakan nyeri pada perut bagian bawah
hingga menjalar ke ari-ari sejak pukul 15.00 WIB,
taggal 12 Februari 2022.
2. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun Teratur/tidak : teratur
Siklus : 28 hari Dismenorhoe : tidak ada
Banyaknya : 3-4x ganti pembalut Fluor albus : tidak ada
Lamanya : 5-6 hari Keluhan : tidak ada
Sifat darah : encer HPHT : 09-05-2021
HPL : 16–02-2022 UK : 37-38 minggu
3. Riwayat obstetri yang lalu
Ibu memgtakan ini adalah kehamilan pertama ibu
4. Riwayat kehamilan sekarang
a. Keluhan : keluar lendir pada kemaluan ibu
b. Pergerakan anak pertama kali (quickening) dirasakan pada usia kehamilan :
18 minggu
c. Apakah Ibu masih merasakan gerakan janinnya? Masih
d. Penyuluhan yang sudah didapat yaitu persiapan persalinan
e. Imunisasi TT : TT5
163

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


5. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita: (skrining Dokter dalam buku
KIA)
Jantung : tidak ada TBC : tidak ada
DM : tidak ada Hepatitis : tidak ada
Asma : tidak ada Hipertensi : tidak ada
6. Riwayat kesehatan dan penyakit keluarga: (skrining Dokter dalam buku KIA)
Jantung : tidak ada TBC : tidak ada
DM : tidak ada Hepatitis : tidak ada
Asma : tidak ada Hipertensi : tidak ada
Gemelli : tidak ada
7. Pola Aktivitas sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Saat Hamil :
Makan : 3-4x/hari (nasi,lauk,sayur dan buah)
Minum : 9-10 gelas/hari (air putih dan jus buah)
Keluhan : tidak ada
Makan dan minum terakhir : 01.00 WIB
b. Pola Istirahat dan Tidur
Siang : 1 jam
Malam : 6-7 jam
Istirahat dan tidur terakhir :15.00 WIB
c. Pola Eliminasi
Saat hamil :

 BAK

frekuensi : 9-10x/hari Warna : kuning jernih


Keluhan : tidak ada

 BAB

frekuensi : 1-2x/hari Warna : kecoklatan

Konsistensi : lembek Keluhan : tidak ada


Eliminasi terakhir : 19.00 WIB

d. Pola Kebiasaan
Merokok : tidak ada Minum alkohol : tidak ada
164

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Obat-obatan : tidak ada Konsumsi Jam : tidak ada
8. Riwayat Sosial Budaya
Perkawinan : 5 Maret 2021, lamanya 11 bulan
Kehamilan ini : direncanakan dan diterima
Tradisi yang mempengaruhi kehamilan : tidak ada
9. Status Spiritual : Ibu melaksanakan ibadah sesuai kepercayaan
II. DATA OBJEKTIF
(Data subjektif didapat dari buku KIA dan klien)
2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital:
TD : 110/80 mmHg Suhu : 36,7C
Nadi : 80x/i RR : 20x/i
d. Pengukuran
BB sebelum hamil : 51 kg BB sekarang : 63 kg
TB : 165cm LILA : 29 cm
HPHT : 09-05-2021 HPL : 16-02-2022
2.2 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
Dada : Simetris, hiperpigmentasi pada aerola, papilla menonjol
Abdomen : Tidak ada bekas operasi, ada striae, ada linea nigrae
Genitalia : Terdapat pengeluaran lendir bercampur darah, tidak ada
udem, normal
Anus : Tidak ada haemoroid, normal
Punggung : Normal
b. Palpasi
Dada : tidak ada teraba massa abnormal, kolostrum (+)
Abdomen :
Leopold I : Bagian fundus teraba bulat, keras dan tidak melenting (bokong)
Leopold II Bagian dinding perut ibu sebelah kanan teraba panjang keras
:
memapan (punggung)

165

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Bagian dinding perut ibu sebelah kiri teraba bagian-bagian kecil
dan bulat (ekstremitas)
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan melenting
(kepala), bagian terbawah janin sulit di goyangkan
Leopold IV : Bagian terbawah Janin sudah memasuki PAP dengan perlimaan
3/5
Mc.Donald : 29 cm
TBJ : 2790 gr
Genitalia : tidak ada varises atau pembengkakan pada kelenjar skene
dan bartholine
c. Auskultasi
DJJ :
 frekuensi : 152x/i  Irama : Teratur
 Intensitas : Kuat  Puntum : Kuadran IV
d. Perkusi Maximum 
 Reflek patella kiri : positif
 Reflekpatella kanan : positif
2.3 Pemeriksaan Laboratorium (data dari buku KIA)
Golongan darah : O
2.4 Pemeriksaan Dalam
Tanggal 13 Februari 2022 Pukul : 02.30 WIB
a. Dinding vagina : tidak teraba massa
b. Elastisitas perineum : elastis
c. Pembukaan : 4 cm
d. Penipisan(effacement) : 50%
e. Ketuban : utuh
Warna air ketuban :-
Bagian yang menumbung :-
f. Presentasi : belakang kepala
g. Denominator UUK : kanan depan
h. Moulase :0
i. Bidang hodge :3

166

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa
Ny. “I” G1P0A0H0, usia kehamilan 37-38 minggu, tunggal, hidup, intrauterin,
letak kepala, punggung kanan, kesan jalan lahir baik, keadaan umum Ibu dan
Janin baik, inpartu kala 1 fase aktif.
3.2 Masalah
Ibu merasa cemas dengan keluhan yang dirasakan saat ini
3.3 Diagnosa potensial
Tidak ada
3.4 Kebutuhan
Informasikan hasil pemeriksaan, penyebab keluhan, memberikan dukungan
psikologis, kebutuhan nutrisi dan KIE tentang manajemen rasa nyeri.
IV. PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan Ibu dan Janin dalam
keadaan baik serta seluruh hasil pemeriksaan dalam batas normal
(E) : Ibu sudah menegetahui hasil pemeriksaan dan ibu merasa senang dengan
hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan penyebab keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari yang
dirasakan oleh Ibu.
(E) : Ibu sudah mengetahui penyebab nyeri pinggang yang dirasakan
EBM : keluhan yang dirasakan oleh ibu disebabkan oleh kontraksi persalinan.
Menjelang persalinan, ibu hamil akan mengalami kontraksi yang konsisten
(teratur) (Metti, 2016).
3. Memberikan dukungan psikologis dan dorongan semangat kepada Ibu karena
waktu persalinan sudah semakin dekat
(E) : Ibu sudah tidak cemas dan merasa semangat karena waktu persalinan
sudah semakin dekat
EBM : Ibu yang mendapat dukungan emoional akan lebih siap psikologisnya
karena disebabkan semakin tinggi dukungan dari orang sekitar terutama suami
maka akan semakin rendah kecemasan menjelang kelahiran yang dialami oleh
ibu hamil (Wahyuni & Yuliana, 2020)
4. Memenuhi kebutuhan nutrisi menjelang persalinan
(E) : kebutuhan nutrisi menjelang persalinan Ibu sudah terpenuhi

167

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


EBM : Makanan atau nutrisi dengan konsistensi cair yang mengandung kalori
tinggi sangat tepat diberikan kepada ibu bersalin karena makanan tersebut akan
mudah diabsorpsi sehingga akan lebih cepat meningkatkan stamina tubuh ibu
dan menambah kekuatan untuk mengedan (Hardianti & Resmana, 2018).
5. Memberikan KIE kepada Ibu dan keluarga tentang manajemen rasa nyeri
menjelang persalinan.
(E) : Ibu dan keluarga sudah mengetahui cara memanajemen asa nyeri yaitu
dengan relaksasi pernafasan dan masase lumbal 5.
EBM : Salah satu cara untuk menurunkan rasa nyeri yaitu dengan cara teknik
relaksasi pernafasan. Selain relaksasi pernafasan, masase lumbal juga dapat
mengurngi rasa nyeri persalinan. Pemijatan lumbal menyebabkan sekresi opioid
yang merangsang saraf parasimpatik dan penurunan kadar hormon kortisol dan
katekolamin sehingga dapat menghilangkan rasa nyeri (Puspitasari & Ernawati,
2018).

168

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


KALA II:
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bahwa rasa nyeri yang ia rasakan semakin kuat dan timbul
keinginan untuk meneran
II. DATA OBJEKTIF
2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum :Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital:
TD : 120/80mmHg Suhu : 37oC
Nadi : 86x/i RR : 24x/i
2.2 Pemeriksaan Fisik
Abdomen : Kontraksi 5/10’/45”, penurunan 0/5, DJJ 134x/menit
Genitalia : Vulva membuka, tampak kepala bayi 5 cm dari vagina,
Perineum : Menonjol dan menipis
Anus : Membuka dan tidak ada hemoroid
Kandung kemih : Tidak teraba
*Terlihat tanda gejala kala II (dorongan ingin meneran, tekanan pada anus,
vulva membuka, perineum menonjol dan menipis)
2.3 Pemeriksaan Dalam
Tanggal : 13 Februari 2022 Pukul: 07.30 WIB
Dinding vagina : tidak teraba massa
Elastisitas perineum : elastis
Pembukaan : 10cm
Penipisan(effacement) : 100%
Ketuban : Utuh
apakah ada bagian janin yang menumbung : tidak ada
Presentasi : belakang kepala
Denominator UUK : kanan depan
Moulase :O
Bagian terendah di Hodge : IV
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa : Ny. I P1A0H1 UK 37-38 minggu, inpartu kala II normal

169

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


3.2 Masalah : Ibu cemas dengan nyeri yang semakin meningkat
3.3 Kebutuhan :
a. Informasi tentang keadaan Ny. I
b. Dukungan selama persalinan
IV. PLANNING
1. Informasikan kepada ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin serta ibu dalam keadaan baik namun selaput ketuban belum pecah
maka dilakukan amniomtomi
(E) : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan ibu setuju untuk tindakan
amniomtomi
2. Memastikan partus set lengkap, APD, resusitasi set, oksitosin, metil ergometrin,
dan obat-obatan esnsial lainya, memakai APD, persiapan menolong persalinan
(E) : alat sudah lengkap dan penolong persalinan sudah siap
EBM : APD digunakan untuk melindungi petugas kesehatan dari risiko infeksius,
oksitosin dan metilergometrin digunakan untuk membantu kontraksi uterus ibu
sehingga dapat mencegah perdarahan pada ibu.
3. Bantu ibu memposisikan diri untuk persalinan sesuai kenyamanan ibu (bila ada
rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu keposisi setengah
duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)
(E) : ibu sudah mendapatkan posisi yang nyaman
EBM : Posisi yang baik untuk meneran adalah sesuai dengan keinginan dan
kenyamanan ibu. Tapi ada beberapa posisi baik yang bisa dilakukan yaitu : duduk
atau setengah duduk, menungging atau posisi merangkak, jongkok atau berdiri dan
berbaring pada sisi kiri tubuh (Erlinawati & Parmin, 2021).
4. Lakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran, diantaranya yaitu bimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginan untuk meneran, meminta suami ibu untuk memberikan dukungan dan
semangat atas usaha ibu untuk meneran, anjurkan ibu beristirahat diantara
kontraksi dan anjurkan ibu untuk minum di sela-sela kontaksi.
(E) : ibu sudah dipimpin untuk meneran yang benar
EBM : ibu dianjurkan untuk istirahat dan makan/minum disela-sela kontraksi agar
ibu tidak kehilangan tenaga saat mengedan.

170

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


5. Lakukan pertolongan kelahiran bayi yakni jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5-6cm, letakkan handuk bersih diatas perut ibu, meletakkan duk
persalinan yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu, setelah kepala bayi
membuka vulva dengan diameter 5-6cm, lakukan penahanan dengan melindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering,
kemudian letakkan tangan yang lain pada kepala bayi dan lakukan tekanan yang
lembut untuk mencegah terjadinya gerakan defleksi maksimal. Periksa adanya
lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jikahal itu terjadi, dan segera
lanjutkan proses kelahiran bayi.
(E) : sudah dilakukan pertolongan kelahiran bayi
EBM : duk digunakan untuk meyambut kelahiran kepala bayi agar tetap bersih.
Penahanan perineum bertujuan untuk melindungi perineum dari laserasi. Periksa
tali pusat bertujuan memastikan tidak ada lilitan tali pusat karena lilitan tali pusat
bisa beresiko kematian pada janin.
6. Lakukan penilaian bayi baru lahir, dengan menilai bayi menangis kuat, bernafas
tanpa kesulitan, bayi bergerak aktif dan warna kulitnya kemerahan.
(E) : sudah dilakukan penilaian bayi baru lahir, Bayi lahir pukul 08.25 WIB, BB 3200
gram / PB 48 cm, Jenis kelamin perempuan, Apgar score 8/9
EBM : penilaian skor APGAR dilakukan pada setiap bbl untuk memastikan bbl sehat
dan bugar, agar dapat hidup dan beradaptasi dengan lingkungan baru diluar rahim
ibu. Penilaian skor APGAR dilakukan dengan memeriksa warna kulit, denyut
jantung, refleks terhadap stimulus taktil, tonus otot, dan pernafasan.
7. Keringkan bayi dan jaga kehangatan bayi dengan cara membersihkan dan
keringkan bayi mulai dari muka, kepala, bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks caseosa. Klem dan potong tali pusat serta
letakkan bayi diatas perut ibu. Menyelimuti ibu dan bayi tutupi dengan kain bersih
dan kering.
(E) : bayi sudah dikeringkan dan dijaga kehangatannya
EBM : mengeringkan bayi bertujuan untuk mencegah bayi dari hipotermi dan
dibagian tangan bayi tidak dibersihkan dari verniks caseosa bertujuan untuk
membantu bayi dalam proses inisiasi menyusu dini. aroma verniks caseosa sama
seperti aromau puting susu ibu yang dapat mempermudah bayi mencari puting
susu ibu sehingga proses IMD berhasil.

171

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


KALA III:
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mules pada perut bagian bawah
II. DATA OBJEKTIF
2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum :Baik
b. Kesadaran :Composmentis
c. Tanda-tanda vital:
TD : 120/80mmHg Suhu : 37oC
Nadi : 82x/i RR : 22x/i
2.2 Pemeriksaan Fisik
Abdomen : TFU teraba setinggi pusat, kontraksi keras, tidak ada
janin kedua,
Kandung kemih : tidak teraba
Genitalia : terdapat pengeluaran darah, warna merah kehitaman,
tali pusat bertambah panjang
*Tampak tanda perlepasan plasenta (semburan darah mendadak dan singkat,
perubahan tinggi dan bentuk uterus menjadi globuler dan tali pusat bertambah
panjang)
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa : Ny. I P1A0H1 UK 37-38 minggu, inpartu kala III normal
3.2 Masalah : Ibu merasa cemas
3.3 Kebutuhan :
a. Informasi tentang keadaan Ny. I
b. Dukungan selama persalinan
IV. PLANNING
1. Informasi hasil pemeriksaan pada ibu yakni kondisi ibu dan bayi baik dan
selanjutnya dilakukan pengeluaran plasenta
(E) : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Lakukan manajemen aktif kala III yakni periksa kembali uterus untuk
memastikan tidak ada bayi kedua dan suntikan oksitosin. Pindahkan klem
pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva. Meletakkan satu tangan
diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis, sementara itu tangan lain

172

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


meregangkan tali pusat. Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat
kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-
atas (dorso cranial). Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan
melahirkan plasenta dengan hati-hati, pegang plasenta dengan kedua tangan
dan lakukan putaran searah jarum jam untuk membantu pengeluaran
plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban. Plasenta lahir pukul 08.35
WIB
(E) : sudah dilakukan manajemen aktif kala III
EBM : manajemen katif kala 3 mengupayakan kontraksi yang adekuat dari
uterus dan mempersingkat waktu kala 3, mengurangi jumalah kehilangan
darah dan menurunkan angka kejadian retensio plasenta.
3. Periksa kelengkapan plasenta yaitu bagian maternal dan bagian fetal
plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon
dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong
plastik yang tersedia.
(E) : pengecekan plasenta sudah dilakukan dan plasenta lahir lengkap
EBM : periksa kelengkapan plasenta bertujuan untuk memastikan seluruh
kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap. Apabila terdapat sisa
plasenta dalam kavum uteri akan membuat kontraksi uterus tidak adekuat
sehingga menimbulkan perdarahan.
4. Periksa laserasi pada jalan lahir dan perineum.
(E) : Terdapat laserasi derajat 2
EBM : periksa laserasi jalan lahir bertujuan untuk menlihat sumber
perdarahan, apabila dari laserasi jalan lahir maka dilakukan penjahitan dan
apabila berasal dari Rahim maka dilakukan eksplorasi Rahim dsb.
5. Menjahit luka perineum menggunakan benang cromic, menjahit dengan
teknik satu-satu (2 kali jahitan), dari bagian dalam hingga ke permukaan
perineum dan menjahit dengan anestesi dengan lidokain
(E) : menjahit luka perineum sudah dilakukan
EBM : penjahitan luka perineum bertujuan untuk menyatukan kembali
jaringan dan mencegah kehilangan darah yang banyak.
6. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.

173

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


(E) : kontaksi rahim baik, TFU 2 jari di bawah pusat.
EBM : kontraksi uterus yang baik adalah ditandai dengan uterus yang keras
dan batas TFU jelas kemudian tidak ada pengeluaran darah yang mengalir
deras dari jalan lahir maupun dari Rahim.

174

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


KALA IV:
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bahwa ia merasakan nyeri pada bekas jahitan
II. DATA OBJEKTIF
2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum :Baik
b. Kesadaran :Composmentis
c. Tanda-tanda vital:
TD : 110/80mmHg Suhu : 37oC
Nadi : 80x/i RR : 20x/i
2.2 Pemeriksaan Fisik
Abdomen : TFU teraba 2 jari dibawah pusat, teraba keras,
kontraksi baik
Kandung kemih : tidak teraba
Genitalia : terdapat pengeluaran darah, lokhia warna merah
kehitaman
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa : Ny. I inpartu Kala IV normal
3.2 Masalah : Ibu tidak nyaman dengan kondisinya
3.3 Kebutuhan :
a. Informasi tentang keadaan Ny. I
b. Kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu
IV. PLANNING
1. Informasikan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu dan bayi dalam keadaan baik
(E) : ibu dan keluarga sudah mengetahui keadaan ibu dan bayi dalam keadaan
baik
2. Lanjutkan pemantauan tanda-tanda vital, kontraksi dan pencegahan
perdarahan pervagina, 15 menit pada jam pertama pascapersalinan, dan 30
menit pada jam kedua pasca persalinan
(E) : sudah dilakukan pemantauan kala IV selama 2 jam
EBM : Observasi yang harus dilakukan pada kala IV adalah tekanan darah, nadi,
temperatur (suhu), tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih dan
perdarahan.

175

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Jam waktu TD N S TFU kontraksi Kandung Perdarahan
ke kemih
08.50 110/80 80 36.8 3 jr Baik dan Kosong ±10
1
bwh kuat
pst
09.05 110/70 78 3 jr Baik dan Kosong ±5
bwh kuat
pst
09.20 110/80 82 3 jr Baik dan Kosong ±5
bwh kuat
pst
09.35 110/80 80 3 jr Baik dan Kosong ±5
bwh kuat
pst
10.05 110/80 74 37 3 jr Baik dan Kosong ±5
2
bwh kuat
pst
10.35 110/80 80 3 jr Baik dan Kosong ±5
bwh kuat
pst

3. Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
(E) : ibu dan keluarga sudah melakukan masase uterus dan kontraksi uterus
baik
EBM : Manfaat masase uterus adalah merangsang uterus berkontraksi baik
dan kuat. Kontraksi uterus yang tidak kuat dan terus-menerus dapat
menyebabkan terjadinya atonia uteri, untuk membantu uterus berkontraksi,
bisa dilakukan dengan masase agar uterus tidak lembek dan mampu
berkontraksi secara kuat (Elisa dkk., 2018).
4. Bersihkan ibu dan alat yang digunakan selama proses persalinan dengan
menempatkan semua peralatan bekas pakai kedalam larutan klorin 0.5%
untuk didekontaminasi (selama 10 menit). Cuci dan bilas setelah
176

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


didekontaminasi.
(E) : ibu dan alat yang digunakan sudah dibersihkan kembali
EBM : upaya membersihkan ibu dari sisa darah dan cairan ketuban dengan air
dtt adalah untuk membuat ibu merasa bersih dan nyaman setelah proses
melahirkan dan dekontaminasi adalah upaya untuk mengurangi dan
menghilangkan kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan,
bahan dan ruangan melalui disinfeksi dan sterilisasi.
5. Anjurkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu dengan
memberikan makanan dan air putih untuk memulihkan energi ibu setelah
persalinan
(E) :Ibu sudah makan dan minum
EBM : Nutrisi pada ibu nifas yaitu makanan yang harus dikonsumsi harus
seimbang, bergizi dan cukup energi. Makanan yang dikonsumsi seharusnya
mengandung sumber tenaga (energi), sumber pembangun (protein), sumber
pengatur dan pelindung (mineral, vitamin, dan air) (Putri dkk., 2022).

177

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


C. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”I” POST PARTUM NORMAL 6 JAM
DI PMB HALIMATUN SAKDIAH TANGGAL 13 Februari 2022

I. DATASUBJEKTIF
1.1 Identitas/Biodata
Nama Ibu : Ny. I Nama Suami : Tn. I
Umur : 30 tahun Umur : 31 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor HP : 081363483xxx Nomor HP : 085278314xxx
Alamat : Perumahan Graha Perdana Sakinnah A.10, Padang
1.2 Keluhan Utama
Ibu masih merasakan nyeri pada bekas jahitan luka perineum
1.3 Riwayat menstruasi
Menarche : 13 tahun Teratur/tidak : teratur
Siklus : 28 hari Dismenorhoe : tidak ada
Banyaknya : 3-4x ganti pembalut Fluor albus : tidak ada
Lamanya : 5-6 hari Keluhan : tidak ada
Sifat darah : encer
1.4 Riwayat imunisasi TT : TT5
1.5 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
N Kehamilan Persalinan Anak Nifas KB

Suami U Peny Pe Jenis Tem Peny BB J Hid Ma Lama Perdar


o ke ulit no pat ulit /PB K up ti meny ahan
K lo /u uusui
1 1 Aterm Tdk Bidan
ng Normal PMB Tdk 3200 Pr H
mu - 1 Tdk Tidak
ada ada gr hari ada ada
/48 r
cm
1.6 Riwayat Persalinan Sekarang
a. Tanggal bersalin : 13 Februari 2022
b. Tempat persalinan : PMB
178

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


c. Jenis persalinan : Spontan
d. Penolong persalinan :
e. Lama persalinan
Kala I : 17 jam Kala III : 10 menit
Kala II : 55 menit Kala IV : 2 jam
f. Laserasi jalan lahir : ada
g. Episiotomi : ada
h. Penjahitan : ada dengan anestesi
i. Perdarahan : dalam batas normal
j. Penyulit/Komplikasi : tidak ada
k. Bayi
 JK : Perempuan
 BB/PB : 3200gr/48cm
 APGAR skor : 8/9
 Anus : (+)
 IMD : ada
 Rooming in : ada
 Masalah pada bayi : tidak ada
1.7 Riwayat kontrasepsi yang digunakan : tidak ada
1.8 Status HIV : Non Reaktif
1.9 Pola kebiasaan setelah melahirkan
a. Nutrisi
 Makan
Frekuensi : 3-4x/hari
Jenis : nasi, lauk, sayur dan buah
 Minum
Frekuensi : 10x/hari
Jenis : air putih, teh dan jus buah
b. Eliminasi
 BAB
Frekuensi : 1x/hari
Warna : kecoklatan
Bau : khas
179

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Konsistensi : lembek
Keluhan : tidak ada
 BAK
Frekuensi : 8-9x/hari
Warna : kuning jernih
Bau : khas
Keluhan : tidak ada
c. Pola istirahat
Siang : 30 menit
Malam : 5-6 jam
d. Pola seksual : belum
e. Pola aktivitas
Mobilisasi : sudah
Senam nifas : belum
Menyusui : Ibu sudah menyusui bayinya secara on demand
f. Personal hygiene
Mandi : 2x/hari
Gosok gigi : 2x/hari
Keramas : 3-4x/minggu
Ganti baju : 2x/hari
Membersihkan alat kelamin : setiap ganti pebalut, BAK dan BAB
Mengganti pakaian dalam : 2x/hari
Mengganti pembalut nifas : 3-4x/hari
Keluhan : tidak ada
1.10 Pola kebiasaan
Merokok : tidak ada Obat-obatan : tidak ada
Minum alkohol : tidak ada Jamu : tidak ada
1.11 Riwayat psikososial dan budaya
a. Pengalaman tentang melahirkan : baik
b. Bounding attachment : ada
c. Perasaan ibu saat nifas : ibu merasa senang atas kehadiran bayinya
d. Cara menyusui : benar
e. Kemampuan merawat bayi : cukup baik

180

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


f. Hubungna dengan suami, bayi, anggota keluarga yang lain : baik
g. Perkawinan : satu kali
h. Masalah pada perkawinan : tidak ada
i. Dukungan keluarga : baik
j. Tradisi yang mempengaruhi nifas : tidak ada
1.12 Informasi yang sudah didapat
a. Pencegahan perdarahan masa nifas Sudah
b. Tanda-tanda bahaya pada masa nifas Sudah
c. Senam nifas
Sudah
d. Nutrisi pada masa nifas
Sudah
e. Personal Hygien masa nifas
Sudah
f. Perawatan payudara
Sudah
g. Perawatan bayi baru lahir
h. ASI Aksklusif Sudah

i. Teknik menyusui yang benar Sudah


j. Keluarga berencana Sudah
II. DATA OBJEKTIF
(Data subjektif didapat dengan pemeriksaan secara langsung pada klien)
1.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Sedang
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV
TD : 110/70 mmHg Nadi : 80x/i
Pernafasan : 20x/i Suhu : 37C
1.2 Pemeriksaan Antropometri
TB : 165 cm
BB : 57 kg
LiLA : 28 cm
1.3 Pemeriksaan Fisik
Kepala : Simetris, bersih, rambut lurus warna hitam, tidak ada
ketombe
Wajah : Simetris, bersih, tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum
Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih

181

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Hidung : Simetris, bersih dan normal
Telinga : Simetris, tidak ada serumen
Mulut : Bibir merah muda, tidak ada caries gigi
Dada : Simetris, hiperpigmentasi pada aerola, papilla menonjol,
ASI (+)
Abdomen : Tidak ada bekas operasi, ada striae, ada linea nigrae, TFU 3
jari dibawah pusat dan kontraksi uterus baik
Ekstremitas : Simetris, jari lengkap, tidak pucat, tidak ada varises dan
tidak udem
Genitalia : Tidak udem dan Pengeluaran lochea rubra, normal
Perineum : Bekas luka jahitan bersih dan tidak ada tanda-tanda
infeksi
Anus : Tidak ada haemoroid, normal
1.4 Pemeriksaan Penunjang
HB :-
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa : Ny. “I” post partum 6 jam dengan KU Ibu baik
3.2 Masalah : Nyeri pada bekas jahitan perineum
3.3 Kebutuhan : Jelaskan cara merawat luka jahitan perineum
3.4 Masalah potensial : Tidak ada
3.5 Identifikasi kebutuhan tindakan segera : Tidak ada
IV. PLANNING
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dalam keadaan baik dan
hasil pemeriksaan secara keseluruhan dalam batas normal yaitu :
TD : 110/70 mmHg Nadi : 80x/i
Pernafasan : 20x/i Suhu : 37C
TFU : 3 jari dibawah pusat Kontraksi : baik
(E) : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Jelaskan pada ibu cara merawat luka pada perienum yaitu dengan mencuci
tangan sebelum dan sesudah BAK/BAB, gunakan air hangat untuk
membersihkan area perineum terutama pada bekas luka menggunakan
handuk bersih dan kering atau dengan tissu, gunakan pakaian dalam yang

182

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


bersih dan dapat menyerap keringat dan ganti pembalut secara teratur
minimal 3-4 jam sekali.
(E) : ibu sudah mengetahui cara merawat luka perineum
EBM : Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi,
meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan (Novitasari,
2022)
3. Jelaskan kepada ibu tentang kebutuhan mobilisasi dini setelah melahirkan
(E) : ibu sudah mengetahui kebutuhan mobilisasi setelah melahirkan
EBM : Mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu dua jam setelah
persalinan normal. Mobilisasi berguna untuk memperlancar sirkulasi darah
dan mengeluarkan cairan vagina (lochea) mobilisasi haruslah dilakukan
bertahap, yaitu dimulai dengan gerakan miring kekanan dan kekiri, lalu
menggerakkan kaki. selanjutnya ibu dapat mencoba untuk duduk ditepi
tempat tidur. Kemudian, ibu bias turun dari ranjang dan berdiri (Khatimah &
Saleh, 2022).
4. Berikan penjelasan pada ibu cara menyusui yang benar
(E) : ibu sudah mengetahui teknik menyusui yang baik dan benar
EBM : Teknik menyusui yang baik dan benar adalah apabila areola sedapat
mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin
dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk ini, maka sudah
cukup bila rahang bayi supaya menekan tempat penampungan air susu
(sinus laktiferus) yang terletak dipuncak areola di belakang puting susu.
Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi enggan menyusu (Yuliatul & Mudawamah, 2019).
5. Berikan KIE kepada ibu tentang nutrisi ibu menyusui
(E) : ibu sudah mengetahui nutrisi selama nifas dan menyusui
EBM : Nutrisi pada ibu nifas yaitu makanan yang harus dikonsumsi pada
masa nifas harus seimbang, bergizi dan cukup energi. Makanan yang
dikonsumsi seharusnya mengandung sumber tenaga (energi), sumber
pembangun (protein), sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin,
dan air) (Putri dkk., 2022).

183

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


CATATAN PELAKSANAAN ASUHAN LANJUTAN

19 Februari 2022 SUBJEKTIF


Ibu mengeluhkan ASI belum banyak keluar
(KF II)
1. Pola nutrisi :
 Frekuensi : makan 3-4x/hari, minum 7-8
gelas/hari
 Menu : nasi, sayur, lauk, buah, air putih dan jus
buah
 Keluhan : tidak ada
2. Pola eliminasi :
 BAB : 1-2x/hari, konsistensi lembek tidak ada
keluhan
 BAK : 8-9x/hari, warna kuning jernih, tidak ada
keluhan
3. Pola istirahat dan tidur
 Tidur siang : 30 menit
 Tidur malam : 5 jam
4. Pola aktivitas :
Ibu mengatakan bahwa keluarga ikut membantu ibu
merawat bayinya
5. Data psikososial :
 Respon psikologi ibu : baik
 Bounding attachment : berhasil

OBJEKTIF
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda-tanda vital:
TD : 120/70 mmHg Suhu : 36,6°C
N : 80x/i RR : 21x/i
d) Pemeriksaan fisik
1. Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
2. Mulut : Bibir merah muda, tidak ada caries gigi

184

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


3. Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid
dan limfe
4. Ekstremitas : simetris, tidak ada udem, tidak varises

ASSESMENT
1. Diagnosa : Ny. I P1A0H1 postpartum hari ke 6 dengan
KU baik
2. Masalah : ASI sedikit
3. Diagnosa potensial : tidak ada
4. Masalah potensial : tidak ada
5. Kebutuhan :
 Beritahu ibu bahwa kondisinya saat ini
 Jelaskan mengenai makanan yang dapat
meningkatkan produksi ASI

PLANNING
1. Jelaskan pada ibu bahwa kondisinya saat ini normal
(E) : ibu sudah mengetahui kondisinya saat ini dan ibu
merasa senang dengan hasil pemeriksaan
2. Jelaskan mengenai makanan yang dapat
meningkatkan produksi ASI seperti sayur-sayuran
(daun katuk, bayam, jantung pisang, wortel, bawang
putih), buah-buahan, ikan, biji-bijian dan kacang-
kacangan
(E) : ibu sudah mengetahui mengenai makanan yang
dapat mempengaruhi produksi ASI
EBM : Makanan yang dapat meningkatkan produksi
ASI diantaranya (1) Sayuran hijau, selain sumber
galaktagog, sayuran hijau juga mengandung senyawa
fitoestrogen yang serupa dengan hormon estrogen.
Senyawa ini baik untuk mendukung produksi ASI. (2)
Gandum utuh dan oat, gandum utuh dan oat
memiliki kandungan serat yang tinggi yang dapat
meningkatkan produksi ASI. Oat juga kaya zat besi

185

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


yang bermanfaat untuk mencegah anemia, penyebab
menurunnya produksi ASI yang umum terjadi pada
ibu postpartum. (3) Kacang-kacangan mengandung
serat yang baik untuk kesehatan pencernaan dan juga
mengandung protein, kalsium, dan zat besi yang
dapat menambah produksi ASI. (4) Biji-bijian yang
dapat untuk meningkatkan produksi ASI antara lain
wijen, biji chia, dan biji rami atau flaxseed. Biji-bijian
ini mengandung senyawa fitoestrogen yang baik
untuk meningkatkan produksi ASI. (5) Ikan dan telur,
ikan dan telur menjadi sumber protein yang baik
untuk ibu post partum. Karena protein dapat
mempercepat penyembuhan luka lasearsi perineum
dan juga dapat meningkatkan jumlah produksi ASI
(Subagio, 2019).
3. Jelaskan mengenai kebutuhan istirahat selama nifas
(E) : ibu sudah mengetahui kebutuhan istirahat selam
hamil
EBM : Kekurangan pola istirahat pada ibu menyusui
harus dapat teratasi. Hal ini bisa diantisipasi dengan
cara mengikuti pola tidur bayi. Sebisa mungkin, ibu
tidur saat bayi tertidur dan bangun saat bayi bangun
untuk disusui. Dengan mengikuti pola tidur bayi ini,
setidaknya ibu bisa terbantu untuk mendapatkan
waktu istirahat yang lebih cukup (Aditama & Sari,
2019).
4. Menjelaskan kepada Ibu mengenai frekuensi
menyusui dapat meningkatkan produksi ASI.
(E) : ibu sudah mengethaui frekuensi menyusui dapat
meningkatkan jumlah ASI
EBM : Salah satu usaha untuk memperbanyak ASI
adalah dengan menyusui anak secara teratur atau
secara on demand. Semakin sering anak menghisap

186

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


puting susu ibu, maka akan terjadi peningkatan
produksi ASI dan sebaliknya jika anak berhenti
menyusu maka terjadi penurunan ASI (Angriani dkk.,
2018).

20 Februari 2022 SUBJEKTIF


Ibu mengeluhkan puting susu lecet sebelah kanan
(KF III)
1. Pola nutrisi :
 Frekuensi : makan 3-4x/hari, minum 8-9 gelas/hari
 Menu : nasi, sayur, lauk, buah, air putih dan jus
buah
 Keluhan : tidak ada
2. Pola eliminasi :
 BAB : 1-2x/hari, konsistensi lembek tidak ada
keluhan
 BAK : 8-9x/hari, warna kuning jernih, tidak ada
keluhan
3. Pola istirahat dan tidur
 Tidur siang : 30 menit-1 jam
 Tidur malam : 6 jam
4. Pola aktivitas :
Ibu mengatakan bahwa keluarga ikut membantu ibu
merawat bayinya
5. Data psikososial :
 Respon psikologi ibu : baik
 Bounding attachment : berhasil
OBJEKTIF
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda-tanda vital:
TD : 110/90 mmHg Suhu : 36,7°C
N : 80x/i RR : 20x/i
d) Pemeriksaan fisik

187

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


1. Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
2. Mulut : Bibir merah muda, tidak ada caries gigi
3. Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid
dan limfe
4. Ekstremitas : simetris, tidak ada udem, tidak varises
5. Payudara : simetris, puting lecet sebelah kanan, ASI
(+), tidak ada tanda infeksi

ASSESMENT
1. Diagnosa : Ny. I P1A0H1 postpartum hari ke 8 dengan
KU baik
2. Masalah : puting lecet sebelah kanan
3. Diagnosa potensial : bendungan ASI
4. Masalah potensial : tidak ada
5. Kebutuhan :
 Beritahu ibu bahwa kondisinya saat ini
 Jelaskan mengenai teknik menyusui yang benar

PLANNING
1. Jelaskan pada ibu bahwa kondisinya saat ini normal
(E) : ibu sudah mengetahui kondisinya saat ini dan ibu
merasa senang dengan hasil pemeriksaan.
2. Jelaskan kepada ibu penyebab puting lecet yaitu
teknik menyusui yang tidak benar
(E) : ibu sudah mengetahui penyebab puting susu
lecet
EBM : penyebab putting lecet adalah teknik menyusui
yang tidak benar, dan juga disebabkan oleh
perawatan payudara yang sangat jarang dilakukan
oleh ibu.
3. Jelaskan mengenai teknik menyusui yang benar
(E) : ibu sudah mengetahui teknik menyusui yang
benar
EBM : Teknik menyusui yang baik dan benar adalah

188

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


apabila areola sedapat mungkin semuanya masuk ke
dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin
dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar.
Untuk ini, maka sudah cukup bila rahang bayi supaya
menekan tempat penampungan air susu (sinus
laktiferus) yang terletak dipuncak areola di belakang
puting susu. Teknik menyusui yang tidak benar dapat
mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak
keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi enggan menyusu (Yuliatul &
Mudawamah, 2019).
4. Jelaskan cara merawat payudara selama nifas
(E): ibu sudah mengetahui cara merawat payudara
EBM : Cara merawat payudara adalah Kompres
puting susu dengan menggunakan kapas minyak
selama 3-5 menit agar epitel yang lepas tidak
menumpuk, lalu bersihkan kerak-kerak pada puting
susu, bersihkan dan tariklah puting susu keluar
terutama untuk puting susu ibu datar, ketuk-ketuk
sekeliling puting susu dengan ujung-ujung jari.
Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, lakukan
gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan, mulai
dari pangkal payudara dengan gerakan memutar
berakhir pada daerah puting (dilakukan 20-30 kali).
Membuat gerakan memutar sambil menekan dari
pangkal payudara dan berakhir pada puting susu
(dilakukan 20-30 kali) pada kedua payudara.
Meletakkan kedua tangan di antara payudara,
mengurut dari tengah ke atas sambil mengangkat
kedua payudara dan lepaskan keduanya perlahan.
Mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah
pangkal ke arah putting. Payudara dikompres dengan
air hangat lalu dingin secara bergantian kira-kira lima

189

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


menit. Keringkan dengan handuk dan memakai BH
khusus yang dapat menopang dan menyanggga
payudara (Kumalasari, 2021).

22 Maret 2022 SUBJEKTIF


Ibu mengatakan pengeluaran nifas sudah selesai dan ibu
(KF IV)
ingin mengetahui tentang KB alami
1. Pola nutrisi :
 Frekuensi : makan 3-4x/hari, minum 10 gelas/hari
 Menu : nasi, sayur, lauk, buah , air putih
 Keluhan : tidak ada
2. Pola eliminasi :
 BAB : 1-2x/hari, konsistensi lembek tidak ada
keluhan
 BAK : 8-9x/hari, warna kuning jernih, tidak ada
keluhan
3. Pola istirahat dan tidur
 Tidur siang : 1 jam
 Tidur malam : 6 jam
4. Pola aktivitas :
Ibu mengatakan bahwa keluarga ikut membantu ibu
merawat bayinya
5. Data psikososial :
 Respon psikologi ibu : baik
 Bounding attachment : berhasil

OBJEKTIF
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda-tanda vital:
TD : 120/90 mmHg Suhu : 36,8°C
N : 82x/i RR : 22x/i
d) Pemeriksaan fisik
1. Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih

190

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


2. Mulut : Bibir merah muda, tidak ada caries gigi
3. Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid
dan limfe
Ekstremitas : simetris, tidak ada udem, tidak varises

ASSESMENT
1. Diagnosa : Ny. I P1A0H1 postpartum hari ke 38 dengan
KU baik
2. Masalah : tidak ada
3. Diagnosa potensial : tidak ada
4. Masalah potensial : tidak ada
5. Kebutuhan :
 Beritahu ibu bahwa kondisinya saat ini
 Jelaskan kepada ibu mengenai KB

PLANNING
1. Jelaskan pada ibu bahwa kondisinya saat ini normal
(E) : ibu sudah mengetahui kondisinya saat ini dalam
keadaan baik
2. Jelaskan kepada ibu mengenai macam-macam KB alami
(E) : ibu sudah mengetahui macam-macam KB alami
EBM : Jenis KB alamiah atau KB tanpa Alat diantaranya
ada KB metode, metode suhu basal, metode lendir
serviks, metode Sim To Termal, metode
simptothermal (Priyanti & Syalfina, 2017)
3. Menjelaskan pengertian, manfaat, keuntungan,
keterbatasan dan efektifitas KB yang dipilih oleh Ibu
(E) : ibu sudah mengetahui pengertian, manfaat,
keuntungan, keterbatasan dan efektifitas KB yang
dipilih.
EBM : Metode kalender atau pantang berkala adalah
cara atau metode kontrasepsi sederhana yang
dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak
melakukan senggama atau hubungan seksual pada

191

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


masa subur atau ovulasi.
Metode kalender atau pantang berkala dapat
bermanfaat sebagai kontrasepsi (sebagai alat
pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan)
maupun konsepsi (dapat digunakan oleh para
pasangan untuk mengharapkan bayi dengan
melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi
untuk meningkatkan kesempatan bisa hamil). Metode
kalender atau pantang berkala mempunyai
keuntungan yaitu lebih sederhana, dapat digunakan
oleh setiap wanita yang sehat, tidak membutuhkan alat
atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya, tidak
mengganggu pada saat berhubungan seksual,
kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender
dapat menghindari resiko kesehatan yang
berhubungan dengan kontrasepsi, tidak memerlukan
biaya, dan tidak memerlukan tempat pelayanan
kontrasepsi. Sebagai metode sederhana dan alami,
metode kalender atau pantang berkala ini juga
memiliki keterbatasan, antara lain : (1) Memerlukan
kerjasama yang baik antara suami istri, (2) Harus ada
motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya,
(3) Pasangan suami istri tidak dapat melakukan
hubungan seksual setiap saat, (4) Pasangan suami istri
harus tahu masa subur dan masa tidak subur, (5) Harus
mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus,
(6) Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi
penghambat), (7) Lebih efektif bila dikombinasikan
dengan metode kontrasepsi lain. Metode kalender
akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan
benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini,
pasangan suami istri harus mengetahui masa subur.
Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh

192

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali
siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih
efektif bila digunakan bersama dengan metode
kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson
dkk di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali
lipat bila dikombinasikan dengan metode
simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode
kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun.
(Priyanti & Syalfina, 2017)
4. Menjelaskan penerapan KB metode kalender kepada
ibu
(E) : ibu sudah mengetahui penerapan KB metode
kalender
EBM : Perhitungan masa subur ini akan efektif bila
siklus menstruasinya normal yaitu 21-35 hari.
Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi
dilakukan minimal enam kali siklus berturut-turut.
Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat
data yang telah dicatat.
a) Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari
ke-1 dan masa subur adalah hari ke-12 hingga hari
ke- 16 dalam siklus haid. Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9
Maret. Tanggal 9 Maret ini dihitung sebagai hari ke-
1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan
hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Maret. Jadi masa
subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga tanggal
24 Maret. Sehingga pada masa ini merupakan masa
pantang untuk melakukan senggama. Apabila ingin
melakukan hubungan seksual harus menggunakan
kontrasepsi.
b) Bila haid tidak teratur

193

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid
dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari
pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang
selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini
menentukan hari terakhir masa subur.
Rumus:
Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek –
18
Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang –
11
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus
terpendek 25 hari dan siklus terpanjang 30 hari
(mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).
Langkah 1: 25 – 18 = 7
Langkah 2: 30 – 11 = 19
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai
hari ke-19. Sehingga masa ini, suami istri tidak boleh
melakukan senggama. Apabila ingin melakukan
senggama harus menggunakan kontrasepsi.
(Priyanti & Syalfina, 2017)

194

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


D. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL NY. “I” USIA 6 JAM DENGAN KU BAIK
DI PMB HALIMATUN SAKDIAH TANGGAL 13 FEBRUARI 2022

I. DATA SUBJEKTIF
(Data subjektif didapat dari buku KIA dan klien)
1.1 Identitas/Biodata
a. Biodata Bayi
Nama Bayi : Bayi Ny. I
Umur : 1 hari
Tanggal / Jam Lahir : 13 Februari 2022/ 08.25 WIB
JenisKelamin : Perempuan
Anak ke : Pertama
b. Biodata Orang Tua Bayi
Nama Ibu : Ny. I Nama Suami : Tn. I
Umur : 30 tahun Umur : 31 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor HP : 081363483xxx Nomor HP : 085278314xxx
Alamat : Perumahan Graha Perdana Sakinnah A.10, Padang
1.2 Alasan Kunjungan : Ibu mengatakan bunyi nafas bayinya grok-grok
1.3 Riwayat Kesehatan yang pernah/sedang diderita Ibu dan Keluarga
Jantung : tidak ada TBC : tidak ada epilepsi : tidak ada
DM : tidak ada Hepatitis : tidak ada HIV/AIDS : tidak ada
Asma : tidak ada Hipertensi : tidak ada IMS : tidak ada
1.4 Pola Kebiasaan Ibu
Merokok : tidak ada Obat-obatan : tidak ada
Minum alkohol : tidak ada Jamu : tidak ada
1.5 Riwayat Persalinan sekarang
1. Tanggal bersalin : 13 Februari 2022
2. Tempat persalinan : PMB
3. Jenis persalinan : Pervaginam/nornal
195

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


4. Penolong persalinan : Bidan
5. Lama persalinan :
Kala I : 17 jam Kala III : 10 menit
Kala II : 55 menit Kala IV : 2 jam
6. Perdarahan : dalam batas normal
7. Ketuban : jernih
8. Plasenta : lahir lengkap
9. Tali pusat : normal
10. Penyulit/komplikasi : tidak ada
11. Bayi :
Jenis kelamin : Perempuan
APGAR Score : 8/9
Kondisi saat lahit : Menangis, bernafas spontan, gerakan aktif,
tonus otot baik dan warna kulit kemerahan
Rooming in : ada
IMD : ada
Bounding attachment : ada
Injeksi vit. K : ada
Salep mata : ada
Masalah pada bayi : tidak ada
1.6 Pola pemenuhan kebutuhan Bayi
1. Pola nutrisi
 Frekuensi : setiap 2 jam sekali
 Durasi : on demand
 Keluhan : tidak ada
2. Pola eliminasi
BAB
 Frekuensi : 1x/hari
 Warna : kehitaman
 Bau : khas
 Konsistensi : lembek
 Keluhan : tidak ada
BAK
196

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


 Frekuensi : 10-12x/hari
 Warna : kuning
 Bau :khas
 Keluhan : tidak ada
3. Pola istirahat
 Siang : 8 jam
 Malam : 8 jam
4. Personal hygiene : bayi mandi 2x/hari
1.7 Imunisasi
HB0
1.8 Data Psikososial
Ibu dan keluarga senang dengan kehadiran bayi.
II. DATA OBJEKTIF
2.1 Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum :baik
2. Kesadaran :composmentis
3. Tanda-tanda vital
 Denyut jantung :128 kali permenit
 Pernafasan :48 kali permenit
0
 Suhu :36,7 C
2.2 Pemeriksaan antropometri
Lingkar kepala : 35 cm Lingkar perut : 34 cm
Lingkar dada : 34 cm Panjang Badan : 48 cm
Lingkar lengan : 9 cm Berat badan : 3200 gram
2.3 PemeriksaanFisik
Kepala : Normal, tidak ada hematoma/caput succedenum
Wajah : Bersih,tidak pucat, tidak ada bercak mongol, normal
Mata : Simetris, tidak ada strabismus, kelopak mata
terbentuk sempurna
Hidung : Simteris, lubang hidung 2, sekat hidung (+), tidak ada
pernafasan cuping hidung, terdapat lendir pada hidung
bayi

197

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Mulut : Tidak ada labioskizis/labiopalatoskizis
Telinga : Simetris, daun telinga terbentuk sempurna, tidak ada
serumen
Leher : Tidak ada kelainan dan pembengkakan
Dada : Simetris, tidak ada kelainan, tidak ada retraksi, suara
napas grok-grok
Abdomen : Bulat, bergerak selaras dengan dada, tali pusat belum
lepas, tidak ada kelainan
Ekstremitas : Simetris, jari lengkap, gerak aktif, tidak pucat dan tidak
sianosis
Genitalia : Labia mayora menutupi labia minora, terdapat lendir
putih
Anus : Lubang anus (+)
Punggung : Tidak ada kelainan seperti spinabifida
Kulit : Tidak ada bercak mongol dan warna kulit kemerahan,
normal
2.4 Pemeriksaan neurologis
Refleks glabellar : positif Refleks babinski : positif
Refleks sucking : positif Refleks moro : positif
Refleks rooting : positif Refleks tonick neck : positif
Refleks palmar grasp : positif Refleks ekstrusi : positif
III. ASSESMENT
1. Diagnosa :Bayi Baru Lahir Ny. I usia 6 jam KU normal
2. Masalah : nafas bayi grok-grok
3. Kebutuhan : hisap lendir pada hidung bayi
IV. PLANNING
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bayinya dalam keadaan normal
(E) : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan ibu senang dengan hasil
pemeriksaan
2. Menjelaskan kepada ibu tentang penyebab bunyi nafas bayi grok-grok
(E) : ibu sudah mengetahui penyebab bunyi nafas bayi grok-grok
EBM : suara grok saat bernafas terjadi karena ada cairan amnion terperas
keluar, selain amnion di saluran nafas terdapat lendir yang tersisa di hidung bayi.

198

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Saat proses inspirasi udara akan melewati rongga hidung yang terdapat lendir
sehingga ada bunyi grok-grok saat bayi bernafas. Suara napas grok-grok pada
bayi baru lahir tidak berbahaya, penghisapan pada lendir di hidung bayi dapat
mengurangai suara grok-grok pada bayi (IDAI, 2017).
3. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan penghisapan lendir pada hidung bayi
untuk mengurangi suara nafas grok-grok pada bayinya
(E) : Ibu menyetujui untuk penghisapan lendir pada hidung bayinya
EBM : Suara napas grok-grok pada bayi baru lahir tidak berbahaya, penghisapan
pada lendir di hidung bayi dapat mengurangai suara grok-grok pada bayi (IDAI,
2017).
4. Menjelaskan kepada ibu tentang pemberian ASI on demand untuk bayi
(E) : ibu sudah mengetahui tentang pemberian ASI on demand
EBM : Pemberian ASI secara on demand adalah Pemberian ASI tidak dijadwal
sesuai keinginan bayi, dengan menggunakan kedua payudara setiap menyusui
secara bergantian, dan istirahat yang cukup (Afriani, 2018).
5. Berikan penjelasan pada ibu tentang ASI esklusif
(E) : ibu sudah memahami terkait ASI eksklusif
EBM : ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan
selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan
atau minuman lain, termasuk air putih (Lindawati, 2019).
6. Mejelaskan kepada ibu perawatan tali pusat terbuka untuk mempercapat
pelepasan tali pusat dan mencegah infeksi.
(E) : Ibu sudah mengetahui tentang perawatan tali pusat terbuka
EBM : Perawatan tali pusat terbuka ialah perawatan tali pusat yang tidak
diberikan perlakuan apapun. Tali pusat dibiarkan terbuka, tidak diberikan kasa
kering maupun antiseptik lainnya. Pelepasan tali pusat dengan bantuan udara
(Reni dkk., 2018).

199

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


CATATAN PELAKSANAAN ASUHAN LANJUTAN

20 Februari 2022 SUBJEKTIF


1. Keluhan: ibu mengatakan ada biang keringat di leher
(KN II)
bayi
2. Nutrisi bayi
 Frekuensi : on demand
 Menu : hanya ASI
 Keluhan : tidak ada
3. Pola eliminasi
 BAK
Frekuensi : 12x/hari
Warna : kuning
Bau : khas
Keluhan : tidak ada
 BAB
Frekuensi : 5-6X/hari
Warna : hijau kecoklatan
Bau : khas
Konsistensi :lembek

Keluhan : tidak ada

OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV
 Denyut jantung : 130x/i
 Pernafasan : 46x/i
 Suhu : 36,8C
4. Pemeriksaan fisik
 Leher : terdapat biang keringat
 Dada : simteris, tidak ada retraksi pada dinding
dada, normal

200

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


 Warna kulit : kemerahan
 Ekstremitas : gerakan aktif

ASSESMENT
1. Diagnosa : By. Ny. I usia 7 hari dengan KU baik
2. Masalah : terdapat biang keringat di leher bayi
3. Diagnosa potensial : tidak ada
4. Masalah potensial : tidak ada
5. Kebutuhan :
a. Berikan ibu KIE perawatan bayi sehari-hari
b. Berikan ibu KIE tentang cara mencegah
miliaria/biang keringat pada bayi

PLANNING
1. Jelaskan pada ibu bahwa kondisi bayinya saat ini
normal
(E) : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan ibu
merasa senang dengan kondisi aankanya saat ini
2. Jelaskan kepada ibu penyebab biang keringat yang
dialami bayi
(E) : ibu sudah mengetahui penyebab biang keringat
EBM : Biang keringat banyak ditemukan pada kondisi
cuaca yang panas, demam dan bayi yang menggunakan
pakaian berlebihan, yaitu pakaian yang terlalu tebal
atau berlapis maupun berbahan tidak menyerap
keringat. Biang keringat yang terjadi akibat adanya
blokade saluran kelenjar keringat dipengaruhi juga oleh
kondisi kulit bayi yang belum berkembang sempurna
dan produksi keringat atau hidrasi masing- masing
individu (Luvilla dkk., 2019).
3. Berikan KIE tentang cara mencegah biang keringat pada
bayi
(E) : ibu sudah mengetahui cara mencegah biang
keringat pada bayi

201

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


EBM : Menurut Mumpuni (2016), pencegahan pada
bayi dengan Milliariasis adalah memandikan bayinya 2
kali sehari menggunakan air dingin dan sabun cair,
membasuh bayi dengan handuk basah lalu keringkan
dengan kain yang lembut dan bersih jika bayi
berkeringat, jangan berikan bedak ketika berkeringat
karena akan dapat menutupi pori-pori kulit bayi
sehingga terjadi penumpukan kuman yang dapat
memperburuk miliariasis, menghindari menggunakan
pakaian tebal.
4. Jelaskan mengenai perawatan bayi sehari-hari
(E) : ibu sudah mengetahui perawatan bayi sehari hari
EBM : Pengetahuan ibu diperlukan untuk merawat bayi
sehari-hari, misalnya seperti memandikan secara
teratur, mengganti popok atau baju pada saat yang
tepat, memilih bahan pakaian yang lembut, memilih
kosmetik berupa sabun mandi, sampo dan minyak
khusus bayi dipilih dengan tepat dan disesuaikan
dengan keadaan kulit bayi
5. Menjelaskan kepada ibu untuk waktu dan cara
mengganti popok bayi yaitu setiap 2 jam sekali atau
setiap kali basah/BAB/BAK.
(E) : ibu sudah mngetahui waktu dan cara mengganti
popok bayi
EBM : Menurut Permata dkk., (2020) sebaiknya
mengganti diapers 3-4 jam sekali, kecuali apabila bayi
BAB, harus segera diganti. Cara mengganti popok bayi
sebaiknya mengguakan waslap dan kerigkan dengan
yang lembut. Pemberian bedak tabur pada daerah
genitalia bayi seabiknya dihindari karena akan mudah
terjadinya iritasi dan infeksi (Permata dkk., 2020).

202

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


6 Maret 2022 SUBJEKTIF
1. Keluhan: ibu mengatakan biang keringat di badan dan
(KN III)
ekstremitas yang tidak kunjung sembuh dan berisi
nanah
2. Nutrisi bayi
 Frekuensi : on demand
 Menu : hanya ASI
 Keluhan : tidak ada
3. Pola eliminasi
 BAK
Frekuensi : 12x/hari
Warna : kuning
Bau : khas
Keluhan : tidak ada
 BAB
Frekuensi : 4-5x/hari
Warna : kuning kecoklatan
Bau : khas
Konsistensi :lembek

Keluhan : tidak ada

OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV
 Denyut jantung : 126x/i
 Pernafasan : 48x/i
 Suhu : 36,8C
4. Pemeriksaan fisik
 Dada : simteris, tidak ada retraksi pada dinding
dada, normal
 Abdomen : terdapat biang keringat berisi nanah

203

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


 Warna kulit : kemerahan
 Ekstremitas : gerakan aktif dan terdapat miliaria

ASSESMENT
1. Diagnosa : By. Ny. I usia 19 hari dengan KU baik
2. Masalah : terdapat miliaria di badan dan di ekstremitas
3. Diagnosa potensial : miliaria pustulosa
4. Masalah potensial : tidak ada
5. Kebutuhan :
a. Menjelaskan kepada ibu tentang biang keringat
b. Konsultasi ke dokter

PLANNING
1. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan
(E) : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Jelaskan kembali kepada ibu mengenai miliariasis
(E) : ibu sudah mengetahui tentang miliariasis/biang
keringat
EBM : Biang keringat banyak ditemukan pada kondisi
cuaca yang panas, demam dan bayi yang menggunakan
pakaian berlebihan, yaitu pakaian yang terlalu tebal
atau berlapis maupun berbahan tidak menyerap
keringat. Biang keringat yang terjadi akibat adanya
blokade saluran kelenjar keringat dipengaruhi juga oleh
kondisi kulit bayi yang belum berkembang sempurna
dan produksi keringat atau hidrasi masing- masing
individu (Luvilla dkk., 2019).
3. Menganjurkan Ibu untuk berkonsultasi ke Dokter
(E) : ibu menyetujui untuk membawa bayinya
konsultasi ke Dokter
4. Mengevaluasi kembali teknik menyusui ibu
(E) : teknik menyusui ibu sudah benar
5. Menjelaskan kembali kebutuhan ASI On Demand untuk
bayi

204

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


(E) : ibu mengatakan selalu memberikan ASI secara On
Demand untuk bayinya
6. Beritahu ibu jadwal kunjungan ulang dan jadwal
imunisasi BCG
(E) : ibu sudah mengetahui kunjungan ulang dan jadwal
imunisasi bayi yaitu tanggal 12 Maret 2022
EBM : Manfaat imunisasi BCG (Basil Calmette Guerin)
yaitu untuk mencegah bayi atau anak terserang dari
penyakit TBC yang berat, seperti: meningitis TBC dan
TBC milier. Vaksin (BCG) merupakan bagian dari
pemberian imunisasi dasar pada bayi sebanyak dosis
yang diberikan 0,05 Ml dan 0,1 Ml dosis diberikan pada
bayi 1-3 bulan (Rivanica & Hartina, 2020).

205

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


E. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “I” USIA 30 TAHUN AKSEPTOR
KB ALAMIAH DI PMB HALIMATUN TANGGAL 26 JUNI 2022

I. DATA OBJEKTIF
1.1 Identitias/Biodata
Nama Ibu : Ny. I Nama Suami : Tn. I
Umur : 30 tahun Umur : 31 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor HP : 081363483xxx Nomor HP : 085278314xxx
Alamat : Perumahan Graha Perdana Sakinnah A.10, Padang
1.2 AlasanBerkunjung
Ibu mengatakan ingin berkonsultasi terkait penggunaan kontrasepsi yang
alamiah .
1.3 HPHT : 09-05-2021
1.4 Hamil/Diduga Hamil : tidak hamil
1.5 Jumlah GPA
Gravid :0
Persalinan :1
Abortus :0
Hidup :1
1.6 Menyusui : Bayi menyusui secara on demand
1.7 Umur Anak Terkecil : 4 bulan
1.8 Riwayat Penyakit Sebelumnya :
 Penyakit Kuning : tidak ada
 Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya : tidak ada
 Keputihan yang Lama : tidak ada
 Tumor
Payudara : tidak ada
Rahim : tidak ada

206

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Ovarium : tidak ada
 Sakit Kepala Hebat/Gangguan Visual : tidak ada
 Konsumsi Obat Anti Kejang : tidak ada
1.9 Alat kontrasepsi yang pernah digunakan : tidak ada
II. DATA SUBJEKTIF
(Data subjektif didapat dari buku KIA dan klien)
2.1 Keadaan umum : baik
2.2 Kesadaran : composmentis
2.3 BB : 58 kg
2.4 TB : 165 cm
2.5 Tanda-Tanda Vital:
TD : 110/70 mmHg P : 20x/i
N : 82x/I S :36,9’C
2.6 Pemeriksaan Dalam (Khusus IUD Dan MOW)
Tanda-Tanda Radang :-
Tumor/Keganasan Ginekologi : -
2.7 Posisi Rahim
Retrofleksi :-
Antefleksi :-
2.8 Pemeriksaan Tambahan (Khusus MOP Dan MOW)
Diabetes :-
Kelainan PembekuanDarah :-
Radang Orchitis/Epididimitis :-
Tumor/Keganasan Ginekologi : -
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa : Ny “I” Usia 30 Tahun Akseptor KB alamiah
3.2 Masalah : tidak ada
3.3 Masalah Potensial : tidak ada
3.4 Identifikasi kebutuhan segera : konseling KB alamiah
IV. PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu secara umum normal yaitu :
TD : 110/70 mmHg P : 20x/i
N : 82x/i S :36,9’C

207

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


(E) : ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Jelaskan mengenai macam-macam KB alami yang bisa digunakan oleh ibu
(E) : ibu sudah mengetahui macam-macam KB alami dan ibu memilih KB metode
kalender
EBM : Jenis KB alamiah atau KB tanpa alat diantaranya ada KB metode kalender,
metode suhu basal, metode lendir serviks , metode Sim To Termal, metode
simptothermal, metode coitus interuptus
(Priyanti & Syalfina, 2017)
3. Menjelaskan pengertian, manfaat, keuntungan, keterbatasan dan efektifitas KB
yang dipilih oleh Ibu
(E) : ibu sudah mengetahui pengertian, manfaat, keuntungan, keterbatasan dan
efektifitas KB metode kalender.
EBM : Metode kalender atau pantang berkala adalah cara atau metode
kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak
melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi.
Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi
(sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan) maupun
konsepsi (dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi
dengan melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk
meningkatkan kesempatan bisa hamil). Metode kalender atau pantang berkala
mempunyai keuntungan yaitu lebih sederhana, dapat digunakan oleh setiap
wanita yang sehat, tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam
penerapannya, tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual, kontrasepsi
dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko kesehatan
yang berhubungan dengan kontrasepsi, tidak memerlukan biaya, dan tidak
memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang berkala ini
juga memiliki keterbatasan, antara lain : (1) Memerlukan kerjasama yang baik
antara suami istri, (2) Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam
menjalankannya, (3) Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan
seksual setiap saat, (4) Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa
tidak subur, (5) Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus, (6)
Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat), (7) Lebih efektif bila

208

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar.
Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus
mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh
karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain
itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan metode
kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dkk di Sidney, metode
kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metode
simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per
100 wanita per tahun (Priyanti & Syalfina, 2017).
4. Menjelaskan penerapan KB metode kalender kepada ibu
(E) : ibu sudah mengetahui penerapan KB metode kalender
EBM : Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal
yaitu 21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi
dilakukan minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode
masa subur dengan melihat data yang telah dicatat.
a) Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur
adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret
ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret
dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Maret.
Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga tanggal 24 Maret.
Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan
senggama. Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus menggunakan
kontrasepsi.
b) Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini
menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6
siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
Rumus:
Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18

209

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan
siklus terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).
Langkah 1: 25 – 18 = 7
Langkah 2: 30 – 11 = 19
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga masa ini,
suami istri tidak boleh melakukan senggama. Apabila ingin melakukan senggama
harus menggunakan kontrasepsi (Priyanti & Syalfina, 2017).
5. Menganjurkan ibu untuk memakai perlindungan tambahan yaitu kondom untuk
meningkatkan efektivitas KB metode kalender
(E) : ibu sudah mengetahui perlindungan tambahan yaitu kondom

210

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


3.3 Klien 3
A. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Trimester III
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “M” G4P3A0H3 USIA KEHAMILAN 36 MINGGU,
KEADAAN UMUM IBU DAN JANIN BAIK DI PMB HALIMATUN SAKDIAH
TANGGAL 6 FEBRUARI 2022

I. DATA SUBYEKTIF
(Data subjektif didapat dari buku KIA dan hasil wawancara dengan klien melalui
kunjungan rumah pada tanggal 6 Februari 2022)
1.1 Identitas
Nama Ibu : Ny. M Nama Suami : Tn. M
Umur : 35 tahun Umur : 38 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Nomor HP : 085264703xxx Nomor HP :-
Alamat : Perumahan bunga mas tahap 3 blok N 18, Padang
1.2 Kunjungan Saat ini :
a. Alasan kunjungan : Ibu ingin memeriksakan kehamilannya
b. Keluhan utama : Ibu mengatakan susah tidur di malam hari
1.3 Riwayat perkawinan
a. Pada usia : 19 tahun
b. Status pernikahan : Sah
c. Umur suami : 22 tahun
d. Lama menikah : 16 tahun
1.4 Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun Teratur/tidak : teratur
Siklus : 30 hari Dismenorhoe : tidak ada
Banyaknya : 3-4x ganti pembalut Fluor albus : tidak ada
Lamanya : 5-6 hari Keluhan : tidak ada
Sifat darah : encer
1.5 Riwayat kesehatan (Skrining Dokter dalam buku KIA)
a. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita:
211

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Jantung : tidak ada TBC : tidak ada epilepsi : tidak ada
DM : tidak ada Hepatitis : tidak ada HIV/AIDS : tidak ada
Asma : tidak ada Hipertensi : tidak ada IMS : tidak ada
b. Riwayat kesehatan dan penyakit keluarga:
Jantung : tidak ada TBC : tidak ada epilepsi : tidak ada
DM : tidak ada Hepatitis : tidak ada HIV/AIDS : tidak ada
Asma : tidak ada Hipertensi : tidak ada IMS : tidak ada
1.6 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No Kehamilan Persalinan Anak Nifas K

Sua UK Penyu Pe Jenis Temp Peny BB/PB JK Hi Mat Lama Perdara


mi lit no at ulit du i menys han B

ke lo p/ ui
1 2007 Aterm- ng N
Bidan Pmb - 3300/49 P Hu - 1,5 th Normal Suntik
2 2009 Aterm- Bidan N Pmb - 2900/49 P Hm - 1.5 th Normal Suntik
3 2017 Aterm- Bidan N Pmb - 3400/49 P Hur - 1.5 th Normal Suntik
4 Ini I
1.7 Riwayat kehamilam saat ini : G4P3A0H3
a. UK : 36 minggu
b. HPHT : 26-05-2021
c. HPL : 04-03-2022
d. Imunisasi TT: TT3
e. Obat yang pernah dikonsumsi selama hamil : B6, tablet tambah darah,
kalsium, B12, vitamin C dan asam folat
f. Gerakan janin pertama kali : 19 minggu
Frekensi : 10-12 kali/hari
Terakhir dirasakan : 15.00 WIB
g. Keluhan saat ini : ibu mengeluhkan susah tidur dimalam hari
1.8 Riwayat keturunan kembar : tidak ada
1.9 Riwayat pemeriksaan/ANC
d. Trimester 1
Frekuensi : 2x
Kleuhan P1 : mual dan muntah
Keluhan P2 : tidak ada
212

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Terapi obat : tablet tambah darah, asam folat, kalsium
e. Trimester 2
Frekuensi : 1x
Keluhan : nafsu makan menurun
Terapi obat : tablet tambah darah, B12, asam folat, dan kalsium
f. Trimester 3
Frekuensi : 2x
Keluhan : tidak ada
Terapi obat : vitamin C, B12 dan tablet tambah darah
1.10 Penyuluhan yang pernah didapat : persiapan persalinan
1.11 Riwayat kontrasepsi yang digunakan : tidak ada
1.12 Pola pemenuhan kebutuhan harian
f. Pola nutrisi makan dan minum
Sebelum hamil Setelah hamil
 Makan  Makan

- Frekuensi : 2-3x/hari - Frekuensi : 3x/hari

- Jenis : nasi, lauk, sayur - Jenis : nasi, lauk, sayur dan buah
- Porsi : 1 piring - Porsi : 1 piring
- Pantangan : tidak ada - Pantangan : tidak ada

- Keluhan : tidak ada - Keluhan : tidak ada


 Minum :  Minum :

- Frekuensi : 7-8x/hari - Frekuensi : 8-9x/hari

- Jenis : air putih, teh, - Jenis : air putih, susu, teh


- Keluhan : tidak ada - Keluhan : tidak ada

g. Pola eliminasi BAB dan BAK


Sebelum hamil Setelah hamil
 BAK  BAK

- frekuensi : 6-7x/hari - frekuensi : 7-8x/hari


- Warna : kuning jernih - Warna : kuning
- Keluhan : tidak ada - Keluhan : tidak ada
 BAB  BAB

- frekuensi : 1-2x/hari - frekuensi : 1-2x/hari

213

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


- Warna : kecoklatan - Warna : kecoklatan
- Konsistensi : lembek - Konsistensi : lembek
- Keluhann : tidak ada - Keluhan : tidak ada
h. Pola istirahat dan tidur
Sebelum hamil Setelah hamil
 Siang hari : 1 jam  Siang hari : 30 jam
 Malam hari : 6-7 jam  Malam hari : 4-5 jam
i. Pola kebiasaan
Merokok : tidak ada obat-obatan : tidak ada
Inum alkohol : tidak ada jamu : tidak ada
j. Personal hygiene
 Mandi : 2x/hari
 Gosok gigi : 2x/hari
 Keramas : 3x/hari
 Membersihkan alat kelamin : setiap kali BAK dan BAB
 Mengganti pakain dalam : 2x/hari
 Jenis pakaian dalam yang digunakan : katun
 Keluhan : tidak ada
1.13 Respon klien dan keluarga terhadapa kehamilan : baik
1.14 Pengambilan keputusan : suami
1.15 Tradisi yang mempengaruhi kehamilan : tidak ada
1.16 Perencanaan lokasi persalinan : PMB
1.17 Kondisi spiritual : klien dan suami menjalankan ibadah
II. DATA OBJEKTIF
(Data subjektif didapat dari buku KIA dan hasil wawancara dengan klien melalui
kunjungan rumah pada tanggal 6 Februari 2022)
2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital:
TD : 100/80 mmHg Suhu : 36,6°C
Nadi : 80x/i RR : 20x/i

214

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


d. Pemeriksaan antropometri (data dari buku KIA)

BB sebelum hamil : 45 kg BB sekarang : 56 kg


TB : 148 cm LILA : 25 cm
2.2 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Simetris, bersih, rambut lurus warna hitam, tidak ada
ketombe
Wajah : Simetris, bersih, tidak pucat, ada cloasma gravidarum
Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : Simetris, bersih dan normal
Telinga : Simetris, tidak ada serumen
Mulut : Bibir merah muda, tidak ada caries gigi
Ekstremitas : Simetris, jari lengkap, tidak ada varises, tidak pucat, dan
tidak udem
b. Palpasi

Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan limfe

Abdomen :
Leopold I : Bagian fundus teraba bulat, keras dan tidak melenting
(bokong)
Leopold II Bagian dinding perut ibu sebelah kanan teraba panjang
:
keras memapan (punggung)
Bagian dinding perut ibu sebelah kiri teraba bagian-
bagian kecil dan bulat (ekstremitas)
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan
melenting (kepala), bagian terbawah janin bisa di
goyangkan
Leopold IV : Bagian terbawah Janin belum memasuki PAP
Mc.Donald : 29 cm
Djj : 132x/i

*data dari buku KIA pada TM 3


2.3 Pemeriksaan Khusus (data dari buku KIA pada TM 1)
 Golongan Darah : AB  HbSAG : NR

215

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


 Hemoglobin : 11.0 gr/dL  HIV : NR
 Proteinuria :-  Maximum : NR
Sifilis

III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa
Ny. “M” G4P3A0H3, usia kehamilan 36 minggu, tunggal, hidup, intrauterin, letak
kepala, punggung kanan, kesan jalan lahir baik, keadaan umum Ibu dan Janin
baik.
3.2 Masalah
Ibu merasa cemas dengan keluhan yang dirasakan saat ini
3.3 Diagnosa potensial
Tidak ada
3.4 Kebutuhan
Informasikan hasil pemeriksaan, penyebab keluhan, memberikan dukungan
psikologis, serta berikan KIE tentang persiapan persalinan
IV. PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan Ibu dan Janin dalam
keadaan baik serta seluruh hasil pemeriksaan dalam batas normal yaitu :
TD : 100/80 mmHg Suhu : 36,6°C
Nadi : 80x/i RR : 20x/i
(E) : Ibu sudah menegetahui hasil pemeriksaan dan ibu merasa senang dengan
hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan penyebab susah tidur dimalam hari.
(E) : Ibu sudah mengetahui penyebab susah tidur dimalam hari
EBM : Sulit tidur dapat disebabkan oleh perubahan fisik yaitu pembesaran
uterus. Di samping itu sulit tidur dapat juga disebabkan perubahan psikologis
misalnya perasaan takut, gelisah atau khawatir karena menghadapi kelahiran.
Sering BAK dimalam hari dapat juga menjadi penyebab terjadinya gangguan
tidur pada ibu hamil (Afni & Dwienda, 2019).
3. Memberikan KIE kepada ibu mengenai cara mengatasi susah tidur di malam hari
(E) : ibu sudah mengetahui cara mengatasi susah tidur dimalam hari
EBM : Adapun peran bidan dalam membantu ibu mengurangi keluhan sulit tidur
yaitu dengan menyarankan untuk mencari posisi tidur yang nyaman,mandi air
hangat sebelum tidur,mendengarkan music klasik,minum segelas air susu hangat

216

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


atau ibu hamil juga bisa mengatasi sulit tidur dengan olahraga. Olahraga yang
diperuntukkan bagi ibu hamil adalah olahraga yang aman bagi kehamilannya
(Afni & Dwienda, 2019).
4. Memberikan KIE kepada ibu mengenai persiapan persalinan.
(E) : Ibu sudah mengetahui persiapan untu persalinan
EBM : Persiapam persalinan yang harus dipersiapkan ibu adalah mengetahui
tanggal perkiraan persalinan, Suami dan keluarga mendampingi ibu hamil saat
bersalin, menyiapkan tabungan untuk biaya persalinan, kendaraan jika sewaktu-
waktu diperlukan, merencanakan melahirkan ditolong oleh bidan atau dokter di
fasilitas pelayanan kesehatan, menyiapkan orang yang bersedia menjadi donor
darah jika sewaktu-waktu diperlukan dengan golongan darah yang sama dengan
ibu hamil, perlengkapan ibu dan bayi, membuat rencana pembuatan keputusan
jika terjadi kegawatdaruratan. Hal ini meliputi siapa pembuat keputusan utama
dalam keluarga dan siapa yang akan membuat keputusan jika pembuat
keputusan utama tidak ada saat terjadi kegawatdaruratan (Wahyuni & Yuliana,
2020).
5. Memberikan dukungan psikologis dan dorongan semangat kepada Ibu karena
waktu persalinan sudah semakin dekat
(E) : Ibu sudah tidak cemas dan merasa semangat karena waktu persalinan
sudah semakin dekat
EBM : Memberikan perhatian dan kasih sayang dapat mengurangi psikologis ibu,
bentuk perhatian seperti menemani pemeriksaan kehamilan dan terus
memberikan dukungan bahwa ibu dapat menjalani proses melahirkan dengan
lancar dapat membuat ibu senang dan tidak depresi (Wahyuni & Yuliana, 2020)
6. Menganjurkan Ibu dan Suami untuk vaksin Covid 19
(E) : Ibu dan Suami sudah vaksin Covid 19
EBM : Vaksin COVID-19 bermanfaat untuk memberi perlindungan agar tidak
tertular atau sakit berat akibat COVID-19 dengan cara menimbulkan atau
menstimulasi kekebalan spesifik dalam tubuh dengan pemberian vaksin.
Vaksinasi COVID-19 dosis lengkap dan sesuai jadwal yang dianjurkan serta
penerapan perilaku 5M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan
air mengalir atau hand sanitizer, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan
mengurangi mobilitas) adalah upaya perlindungan yang bisa dilakukan supaya

217

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


terhindar dari penyakit COVID-19. (Kemenkes RI, 2021). Pemerintah melalui
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran
Nomor HK.02.01/I/2007/2021 tentang Vaksinasi Covid-19 bagi Ibu Hamil dan
Penyesuaian Skrining dalam Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19. Surat Edaran
tersebut sesuai dengan rekomendasi Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia (POGI).

218

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


CATATAN PELAKSANAAN ASUHAN LANJUTAN

15 Februari 2022 SUBJEKTIF


Ibu mengeluhkan nyeri pinggang
(ANC TM III)
1. Pola nutrisi :
 Frekuensi : makan 3-4x/hari, minum 8-9 gelas/hari
 Menu : nasi, sayur, lauk, buah, air putih, susu dan
jus buah
 Keluhan : tidak ada
2. Pola eliminasi :
 BAB : 1-2x/hari, konsistensi lembek tidak ada
keluhan
 BAK : 8-9x/hari, warna kuning jernih, tidak ada
keluhan
3. Pola istirahat dan tidur
 Tidur siang : 30 menit
 Tidur malam : 5-6 jam

OBJEKTIF
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda-tanda vital:
TD : 120/70 mmHg Suhu : 36,7°C
N : 80x/i RR : 20x/i
d) Pemeriksaan fisik
1. Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
2. Mulut : Bibir merah muda, tidak ada caries gigi
3. Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid
dan limfe
4. Ekstremitas : simetris, tidak ada udem, tidak varises
ASSESMENT
1. Diagnosa : Ny. “M” G4P3A0H3, usia kehamilan 37-38
minggu, tunggal, hidup, intrauterin, letak kepala,
punggung kanan, kesan jalan lahir baik, keadaan

219

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


umum Ibu dan Janin baik.
2. Masalah : nyeri pinggang
3. Diagnosa potensial : tidak ada
4. Masalah potensial : tidak ada
5. Kebutuhan :
 Beritahu ibu bahwa kondisinya saat ini
 Beri tahu ibu penyebab nyeri pinggang
 Beri tahu ibu cara mengurangi nyeri pinggang
PLANNING
1. Jelaskan pada ibu bahwa kondisinya saat ini normal
(E) : ibu sudah mengetahui kondisinya saat ini dan ibu
merasa senang dengan hasil pemeriksaan
2. Jelaskan kepada ibu mengenai penyebab nyeri
pinggang yang dirasakan oleh ibu
(E) : ibu sudah mengetahui mengenai penyebab nyeri
pinggang yang dirasakan
EBM : Pada masa kehamilan seiring dengan
membesarnya uterus, maka pusat gravitasi akan
berpindah kearah depan sehingga ibu hamil harus
menyesuaikan posisi berdirinya, dimana ibu hamil
harus bergantung dengan kekuatan otot,
penambahan berat badan, sifat relaksasi sendi,
kelelahan serta postur sebelum hamil. Postur tubuh
yang tidak tepat akan memaksa peregangan
tambahan dan kelelahan pada tubuh, terutama pada
bagian tulang belakang sehingga akan menyebabkan
terjadinya sakit atau nyeri pada bagian pinggang ibu
hamil (Susanti & Putri, 2019)
3. Berikan KIE cara mengatasi ketidaknyamanan yang
dialami ibu agar menjaga pola aktifitas dan pola
istirahat agar tidak memperparah kondisi nyeri
pinggung yang dialami
(E) : ibu sudah mengetahui cara mengatasi keluhan

220

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


nyeri pinggang
EBM : Menurut Handayani (2019), metode
pengontrolan nyeri secara non farmakologi sangat
penting karena tidak membahayakan, metode ini
seperti (1) Ditraksi yaitu memfokuskan perhatian
pasien pada suatu selain pada nyeri merupakan
mekanisme yang bertanggung jawab pada teknik
kognitif afektif lainnya. (2) Relaksasi, (3)
Pemijatan/massag, (4) Hypnosis, (5) Memberi
rangsangan alternatif yang kuat, (6) Prenatal yoga (7)
Senam hamil (Handayani, 2022).
4. Memberikan KIE kepada Ibu tentang persiapan
persalinan
(E) : Ibu sudah mengetahui persiapan untuk bersalin
EBM : Persiapam persalinan yang harus dipersiapkan
ibu adalah mengetahui tanggal perkiraan persalinan,
Suami dan keluarga mendampingi ibu hamil saat
bersalin, menyiapkan tabungan untuk biaya
persalinan, kendaraan jika sewaktu-waktu
diperlukan, merencanakan melahirkan ditolong oleh
bidan atau dokter di fasilitas pelayanan kesehatan,
menyiapkan orang yang bersedia menjadi donor
darah jika sewaktu-waktu diperlukan dengan
golongan darah yang sama dengan ibu hamil,
perlengkapan ibu dan bayi, membuat rencana
pembuatan keputusan jika terjadi kegawatdaruratan.
Hal ini meliputi siapa pembuat keputusan utama
dalam keluarga dan siapa yang akan membuat
keputusan jika pembuat keputusan utama tidak ada
saat terjadi kegawatdaruratan (Wahyuni & Yuliana,
2020).

221

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


222

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


B. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”M” POST PARTUM NORMAL HARI KE 5
DI PMB HALIMATUN SAKDIAH TANGGAL 11 MARET 2022

I. DATASUBJEKTIF
(Data subjektif didapat dari buku KIA dan kunjungan langsung ke rumah klien)
1.1 Identitas/Biodata
Nama Ibu : Ny. M Nama Suami : Tn. M
Umur : 35 tahun Umur : 38 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Nomor HP : 085264703xxx Nomor HP :-
Alamat : Perumahan bunga mas tahap 3 blok N 18, Padang
1.2 Keluhan Utama : ibu mengatakan nyeri pada luka SC
1.3 Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun Teratur/tidak : teratur
Siklus : 30 hari Dismenorhoe : tidak ada
Banyaknya : 3-4x ganti pembalut Fluor albus : tidak ada
Lamanya : 5-6 hari Keluhan : tidak ada
Sifat darah : encer
1.4 Riwayat imunisasi TT : TT3
1.5 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No Kehamilan Persalinan Anak Nifas K

Sua UK Penyu Pe Jenis Temp Peny BB/PB JK Hi Mat Lama Perdara


mi lit no at ulit du i menys han B

ke lo p/ ui
1 2007 Aterm- ng N
Bidan Pmb - 3300/49 P Hu - 1,5 th Normal Suntik
2 2009 Aterm- Bidan N Pmb - 2900/49 P Hm - 1.5 th Normal Suntik
3 2017 Aterm- Bidan N Pmb - 3400/49 P Hur - 1.5 th Normal Suntik
4 2022 Aterm- dr SC RS - 3000/48 P H - 5 hari Normal steril
1.6 Riwayat Persalinan Sekarang

223

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


a. Tanggal bersalin : 6 Maret 2022
b. Tempat persalinan : RS
c. Jenis persalinan : SC
d. Penolong persalinan :
e. Lama persalinan
Kala I : 15 jam Kala III : 3 menit
Kala II : 10 menit Kala IV : 2 jam
f. Perdarahan : dalam batas normal
g. Penyulit/Komplikasi : fase laten memanjang
h. Bayi
 JK : perempuan
 BB/PB : 3000 gr/48 cm
 APGAR skor : 7/8
 Anus : (+)
 IMD :-
 Rooming in : ada
 Masalah pada bayi : tidak ada
1.7 Riwayat kontrasepsi yang digunakan : suntik
1.8 Status HIV : Non Reaktif
1.9 Pola kebiasaan setelah melahirkan
a. Nutrisi
 Makan
Frekuensi : 3-4x/hari
Jenis : nasi, lauk, sayur dan buah
 Minum
Frekuensi : 8-9x/hari
Jenis : air putih dan teh dan jus buah
b. Eliminasi
 BAB
Frekuensi : 1-2x/hari
Warna : kecoklatan
Bau : khas
Konsistensi : lembek
224

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Keluhan : tidak ada
 BAK
Frekuensi : 8-9x/hari
Warna : kuning jernih
Bau : khas
Keluhan : tidak ada
c. Pola istirahat
Siang : 30 menit
Malam : 5-6 jam
d. Pola seksual : belum
e. Pola aktivitas
Mobilisasi : sudah
Senam nifas : belum
Menyusui : Ibu sudah menyusui bayinya secara on demand
f. Personal hygiene
Mandi : 2x/hari
Gosok gigi : 2x/hari
Keramas : 4x/minggu
Ganti baju : 2x/hari
Membersihkan alat kelamin : setiap ganti pebalut, BAK dan BAB
Mengganti pakaian dalam : 2-3x/hari
Mengganti pembalut nifas : 3-4x/hari
Keluhan : tidak ada
1.10 Pola kebiasaan
Merokok : tidak ada Obat-obatan : tidak ada
Minum alkohol : tidak ada Jamu : tidak ada
1.11 Riwayat psikososial dan budaya
a. Pengalaman tentang melahirkan : baik
b. Bounding attachment : ada
c. Perasaan ibu saat nifas : ibu merasa senang atas kehadiran bayinya
d. Cara menyusui : benar
e. Kemampuan merawat bayi : cukup baik
f. Hubungna dengan suami, bayi, anggota keluarga yang lain : baik

225

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


g. Perkawinan : satu kali
h. Masalah pada perkawinan : tidak ada
i. Dukungan keluarga : baik
j. Tradisi yang mempengaruhi nifas : tidak ada
1.12 Informasi yang sudah didapat
a. Pencegahan perdarahan masa nifas Sudah
b. Tanda-tanda bahaya pada masa nifas Sudah
c. Senam nifas
Sudah
d. Nutrisi pada masa nifas
Sudah
e. Personal Hygien masa nifas
Sudah
f. Perawatan payudara
Sudah
g. Perawatan bayi baru lahir
h. ASI Aksklusif Sudah

i. Teknik menyusui yang benar Sudah


j. Keluarga berencana Sudah
II. DATA OBJEKTIF
(Data subjektif didapat dengan pemeriksaan secara langsung pada klien)
1.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Sedang
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV
TD : 110/70 mmHg Nadi : 80x/i
Pernafasan : 20x/i Suhu : 36.7C
1.2 Pemeriksaan Antropometri
TB : 148 cm
BB : 50 kg
LiLA : 25 cm
1.3 Pemeriksaan Fisik
Kepala : Simetris, bersih, rambut lurus warna hitam, tidak ada
ketombe
Wajah : Simetris, bersih, tidak pucat, ada cloasma gravidarum
Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : Simetris, bersih dan normal

226

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Telinga : Simetris, tidak ada serumen
Mulut : Bibir merah muda, tidak ada caries gigi
Ekstremitas : Simetris, jari lengkap, tidak pucat, tidak ada varises dan
tidak udem
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa : Ny. “M” post partum hari ke 5 dengan KU Ibu baik
3.2 Masalah : nyeri pada luka SC
3.3 Kebutuhan : Jelaskan cara merawat luka SC
3.4 Masalah potensial : Tidak ada
3.5 Identifikasi kebutuhan tindakan segera : Tidak ada
IV. PLANNING
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dalam keadaan baik dan
hasil pemeriksaan secara keseluruhan dalam batas normal yaitu :
TD : 110/70 mmHg Nadi : 80x/i
Pernafasan : 20x/i Suhu : 36.7C

(E) : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan


2. Jelaskan kepada ibu penyebeb nyeri luka SC dan cara mengatasinya
(E) : ibu sudah mengetahui penyebeb luka SC dan cara mengtasinya
EBM : Pembedahan SC merupakan tindakan insisi pada dinding abdomen
yang menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan
saraf-saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran
bahan-bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin,
histamin, ion kalium, bradikinin, prostaglandin,dan substansi P yang
mengakibatkan adanya respon nyeri (Ratnawati & Kharisma, 2019).
3. Jelaskan kepada ibu tentang kebutuhan mobilisasi dini setelah melahirkan
(E) : ibu sudah mengetahui kebutuhan mobilisasi setelah melahirkan
EBM : Mobilisasi aktif akan mempercepat penyembuhan luka operasi, luka
sembuh akan membuat ibu nyaman menyusui dan memungkinkan untuk
merawat bayinya secara mandiri (Ratnawati & Kharisma, 2019). Mobilisasi
dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur
dengan melatih bagian-bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau
belajar berjalan (Khatimah & Saleh, 2022).
4. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup di saat bayinya tidur
227

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


(E) : ibu sudah mengetahui kebutuhan tidur selama nifas
EBM : Kekurangan pola istirahat pada ibu menyusui harus dapat teratasi. Hal
ini bisa diantisipasi dengan cara mengikuti pola tidur bayi. Sebisa mungkin,
ibu tidur saat bayi tertidur dan bangun saat bayi bangun untuk disusui.
Dengan mengikuti pola tidur bayi ini, setidaknya ibu bisa terbantu untuk
mendapatkan waktu istirahat yang lebih cukup (Aditama & Sari, 2019).
5. Berikan penjelasan pada ibu cara menyusui yang benar
(E) : ibu sudah mengetahui teknik menyusui yang baik dan benar
EBM : Teknik menyusui yang baik dan benar adalah apabila areola sedapat
mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin
dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk ini, maka sudah
cukup bila rahang bayi supaya menekan tempat penampungan air susu
(sinus laktiferus) yang terletak dipuncak areola di belakang puting susu.
Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi enggan menyusu (Yuliatul & Mudawamah, 2019).
6. Berikan KIE kepada ibu tentang nutrisi ibu menyusui
(E) : ibu sudah mengetahui nutrisi selama nifas dan menyusui
EBM : Nutrisi pada ibu nifas yaitu makanan yang harus dikonsumsi pada
masa nifas harus seimbang, bergizi dan cukup energi. Makanan yang
dikonsumsi seharusnya mengandung sumber tenaga (energi), sumber
pembangun (protein), sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin,
dan air) (Putri dkk., 2022)
7. Ingatkan ibu untuk kontrol ulang luka SC pada tanggal 14 April 2022
(E) : ibu sudah mengetahui jadwal kontrol ulang yaitu tanggal 14 april 2022

228

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


CATATAN PELAKSANAAN ASUHAN LANJUTAN

15 Maret 2022 SUBJEKTIF


Ibu mengeluhkan BAB keras
(KF II)
1. Pola nutrisi :
 Frekuensi : makan 3x/hari, minum 6-7 gelas/hari
 Menu : nasi, sayur, lauk, buah, air putih dan teh
 Keluhan : tidak ada
2. Pola eliminasi :
 BAB : 1x/hari, konsistensi keras warna kecoklatan
 BAK : 7-8x/hari, warna kuning jernih
3. Pola istirahat :
 Tidur siang : 1 jam
 Tidur malam : 5 jam
4. Pola aktivitas :
Ibu mengatakan bahwa keluarga ikut membantu ibu
merawat bayinya
5. Data psikososial :
 Respon psikologi ibu : baik
 Bounding attachment : berhasil
OBJEKTIF
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda-tanda vital:
TD : 120/80 mmHg Suhu : 36,8°C
N : 80x/i RR : 22x/i
d) Pemeriksaan fisik
1. Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
2. Mulut : Bibir merah muda, tidak ada caries gigi
3. Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid
dan limfe
4. Ekstremitas : simetris, tidak ada udem, tidak varises
ASSESMENT

229

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


1. Diagnosa : Ny. M P1A0H1 postpartum hari ke 9
dengan KU baik
2. Masalah : BAB keras
3. Diagnosa potensial : konstipasi
4. Masalah potensial : tidak ada
5. Kebutuhan :
 Beritahu ibu bahwa kondisinya saat ini
 Jelaskan penyebab keluhan ibu
PLANNING
1. Jelaskan pada ibu bahwa kondisinya saat ini normal
(E) : ibu sudah mengetahui kondisinya saat ini dan ibu
merasa senang dengan hasil pemeriksaan
2. Jelaskan kepada ibu penyebab BAB keras
(E) : ibu sudah mnegetahui penyebab keluhan ibu
EBM : Konstipasi lebih sering terjadi pada ibu dengan
persalinan SC disebabkan oleh pengaruh pemberian
anastesi pada ibu sehingga mengganggu motilitas
saluran pencernaan serta penurunan kadar hormone
progesterone menyebabkan melemahnya gerakan
peristaltik usus, penundaan pengosongan usus bagian
bawah dan terlambatnya rangsangan untuk buang air
besar pada ibu nifas sehingga feces mengeras
(konstipasi) (Syalfina dkk., 2019).
3. Jelaskan kepada ibu mengenai cara mencegah BAB
keras/konstipasi
(E) : ibu sudah mengetahui cara mencegah BAB keras
EBM : Menurut Syalfina dkk., (2019) cara mengatasi
konstipasi pada ibu nifas adalah menganjurkan ibu
untuk mengkonsumsi air minum 8 liter/hari dan
menghindari minuman berkafein. Kemudian
menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan
yang tinggi serat seperti buah dan sayur untuk
memperlancar defekasi. Menurut Ardhiyanti, (2017)

230

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


bahwa konstipasi pada ibu hamil dapat diatasi
dengan mengkonsumsi buah pepaya dan pisang raja
(Syalfina dkk., 2019)

6 April 2022 SUBJEKTIF


Ibu mengeluhkan ASI nya sedikit
(KF III)
1. Pola nutrisi :
 Frekuensi : makan 3x/hari, minum 7-8 gelas/hari
 Menu : nasi, sayur, lauk, air putih dan teh
 Keluhan : tidak ada
2. Pola eliminasi :
 BAB : 1x/hari, konsistensi lembek warna
kecoklatan
 BAK : 8-9x/hari, warna kuning
3. Pola istirahat :
 Tidur siang : 30 menit
 Tidur malam : 5-6 jam
4. Pola aktivitas :
Ibu mengatakan bahwa keluarga ikut membantu ibu
merawat bayinya
5. Data psikososial :
 Respon psikologi ibu : baik
 Bounding attachment : berhasil

OBJEKTIF
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda-tanda vital:
TD : 110/80 mmHg Suhu : 36,7°C
N : 82x/i RR : 20x/i
d) Pemeriksaan fisik
1. Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
2. Mulut : Bibir merah muda, tidak ada caries gigi
3. Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid

231

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


dan limfe

Ekstremitas : simetris, tidak ada udem, tidak varises


ASSESMENT
1. Diagnosa : Ny. M P1A0H1 postpartum hari ke 30
dengan KU baik
2. Masalah : ASI sedikit
3. Diagnosa potensial : tidak ada
4. Masalah potensial : tidak ada
5. Kebutuhan :
 Beritahu ibu bahwa kondisinya saat ini
 Jelaskan penyebab keluhan ibu
 Jelaskan makanan yang dapat mengatasi
meningkatkan produksi ASI
PLANNING
1. Jelaskan pada ibu bahwa kondisinya saat ini normal
(E) : ibu sudah mengetahui kondisinya saat ini dan ibu
merasa senang dengan hasil pemeriksaan.
2. Jelaskan kepada ibu penyebab keluhan yang
dirasakan oleh ibu
(E) : ibu sudah mengetahui penyebab keluhan yang
dirasakan
EBM : penyebab produksi ASI sedikit yaitu kurang
istirahat, kebutuhan gizi yang kurang dan pola
makan yang tidak teratur, frekuensi pemberian ASI
untuk bayi, perawatan payudara.
3. Jelaskan kenutuhan istirahat dan tidur selama nifas
(E) : ibu sudah mengetahui kebutuhan istirahat dan
tidur selama nifas
EBM : Kekurangan pola istirahat pada ibu menyusui
harus dapat teratasi. Hal ini bisa diantisipasi dengan
cara mengikuti pola tidur bayi. Sebisa mungkin, ibu
tidur saat bayi tertidur dan bangun saat bayi bangun

232

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


untuk disusui. Dengan mengikuti pola tidur bayi ini,
setidaknya ibu bisa terbantu untuk mendapatkan
waktu istirahat yang lebih cukup (Aditama & Sari,
2019).
4. Jelaskan mengenai makanan yang dapat
meningkatkan produksi ASI seperti sayur-sayuran
(daun katuk, bayam, jantung pisang, wortel, bawang
putih), buah-buahan, ikan, biji-bijian dan kacang-
kacangan
(E) : ibu sudah mengetahui mengenai makanan yang
dapat mempengaruhi produksi ASI
EBM : Makanan yang dapat meningkatkan produksi
ASI diantaranya (1) Sayuran hijau, selain sumber
galaktagog, sayuran hijau juga mengandung senyawa
fitoestrogen yang serupa dengan hormon estrogen.
Senyawa ini baik untuk mendukung produksi ASI. (2)
Gandum utuh dan oat, gandum utuh dan oat
memiliki kandungan serat yang tinggi yang dapat
meningkatkan produksi ASI. Oat juga kaya zat besi
yang bermanfaat untuk mencegah anemia, penyebab
menurunnya produksi ASI yang umum terjadi pada
ibu postpartum. (3) Kacang-kacangan mengandung
serat yang baik untuk kesehatan pencernaan dan juga
mengandung protein, kalsium, dan zat besi yang
dapat menambah produksi ASI. (4) Biji-bijian yang
dapat untuk meningkatkan produksi ASI antara lain
wijen, biji chia, dan biji rami atau flaxseed. Biji-bijian
ini mengandung senyawa fitoestrogen yang baik
untuk meningkatkan produksi ASI. (5) Ikan dan telur,
ikan dan telur menjadi sumber protein yang baik
untuk ibu post partum. Karena protein dapat
mempercepat penyembuhan luka lasearsi perineum
dan juga dapat meningkatkan jumlah produksi ASI

233

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


(Subagio, 2019).
5. Jelaskan mengenai teknik menyusui yang benar
(E) : ibu sudah mengetahui teknik menyusui yang
benar
EBM : Teknik menyusui yang baik dan benar adalah
apabila areola sedapat mungkin semuanya masuk ke
dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin
dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar.
Untuk ini, maka sudah cukup bila rahang bayi supaya
menekan tempat penampungan air susu (sinus
laktiferus) yang terletak dipuncak areola di belakang
puting susu. Teknik menyusui yang tidak benar dapat
mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak
keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi enggan menyusu (Yuliatul &
Mudawamah, 2019).
6. Jelaskan cara merawat payudara selama nifas
(E): ibu sudah mengetahui cara merawat payudara
EBM : Perawatan yang dilakukan terhadap payudara
bertujuan melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
sumbatan saluran susu sehingga memperlancar
pengeluaran ASI (Kumalasari, 2021).

234

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


C. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL NY. “M” USIA 1 HARI DENGAN KU BAIK
DI RS PERMATA BUNDA PADANG, TANGGAL 7 MARET 2022

I. DATA SUBJEKTIF
1.1 Identitas/Biodata
a. Biodata Bayi
Nama Bayi : Bayi Ny. M
Umur : 1 hari
Tanggal / Jam Lahir : 6 Maret 2022/ 16.30 WIB
JenisKelamin : Perempuan
Anak ke : Empat
b. Biodata Orang Tua Bayi
Nama Ibu : Ny. M Nama Suami : Tn. M
Umur : 35 tahun Umur : 38 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Nomor HP : 085264703xxx Nomor HP :-
Alamat : Perumahan bunga mas tahap 3 blok N 18, Padang
1.2 Alasan Kunjungan : Ibu mengatakan bayinya sering menangis
1.3 Riwayat Persalinan sekarang
1. Tanggal bersalin : 6 Maret 2022
2. Tempat persalinan : RS
3. Jenis persalinan : SC
4. Penolong persalinan : Dokter
5. Perdarahan : dalam batas normal
6. Ketuban : jernih
7. Plasenta : lahir lengkap
8. Tali pusat : normal
9. Penyulit/komplikasi : tidak ada
10. Bayi :
Jenis kelamin : Perempuan
235

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


APGAR Score : 7/8
Kondisi saat lahit : Menangis merintih , bernafas spontan, gerakan
aktif, otot baik dan warna kulit kemerahan
Rooming in : ada
IMD : tidak ada
Bounding attachment : ada
Injeksi vit. K : ada
Salep mata : ada
Masalah pada bayi : tidak ada
1.4 Pola pemenuhan kebutuhan Bayi
1. Pola nutrisi
 Frekuensi : on demand
 Durasi : 1-2 jam
 Keluhan : tidak ada
2. Pola eliminasi
BAB
 Frekuensi : 1x/hari
 Warna : kehitaman
 Bau : khas
 Konsistensi : lembek
 Keluhan : tidak ada
BAK
 Frekuensi : 10-12x/hari
 Warna : kuning
 Bau : khas
 Keluhan : tidak ada
3. Pola istirahat
 Siang : 7 jam
 Malam : 8 jam
4. Personal hygiene : bayi mandi 2x/hari
1.5 Imunisasi
Belum ada
1.6 Data Psikososial
236

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Ibu dan keluarga menerima dengan baik kehadiran bayi.
II. DATA OBJEKTIF
2.1 Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
2.2 Pemeriksaan antropometri
Lingkar kepala : 35 cm Lingkar perut : 34 cm
Panjang Badan : 48 cm Berat badan : 3000 gram
2.3 PemeriksaanFisik
Kepala : Normal, tidak ada caput succedenum/tidak ada cephal
hematoma
Wajah : Bersih,tidak pucat, tidak ada bercak mongol, normal
Mata : Simetris, tidak ada strabismus, kelopak mata
terbentuk sempurna
Hidung : Simteris, lubang hidung 2, sekat hidung (+), tidak ada
pernafasan cuping hidung
Mulut : Tidak ada labioskizis/labiopalatoskizis
Telinga : Simetris, daun telinga terbentuk sempurna, tidak ada
serumen
Leher : Tidak ada kelainan dan pembengkakan
Ekstremitas : Simetris, jari lengkap, gerak aktif, tidak pucat dan tidak
sianosis
Anus : Lubang anus (+)
Punggung : Tidak ada kelainan seperti spinabifida
Kulit : Tidak ada bercak mongol dan warna kulit kemerahan,
normal
2.4 Pemeriksaan neurologis
Refleks sucking : positif Refleks moro : positif
Refleks rooting : positif Refleks ekstrusi : positif
III. ASSESMENT
1. Diagnosa : Bayi Baru Lahir Ny. M usia 1 hari KU normal
2. Masalah : bayi sering menangis
3. Kebutuhan : beri KIE kepada ibu mengenai penyebab bayi sering menangis

237

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


IV. PLANNING
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bayinya dalam keadaan normal
(E) : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan ibu senang dengan hasil
pemeriksaan
2. Menjelaskan kepada ibu mengenai penyebab bayi sering menangis
(E) : ibu sudah mengetahui penyebab bayi sering menangis
EBM : Menurut Anurogo (2019) penyebab bayi menangis adalah kemungkinan
bayi tersebut lapar, haus, teknik menyusu yang salah, ingin ditemani, tidak
nyaman, gigi tumbuh, lelah, bosan, kolik, atau kebiasaan, karakter, atau bayi
tersebut sakit, dan lain-lain.
3. Menjelaskan kepada ibu mengenai teknik menyusui yang benar
(E) : ibu sudah mengetahui teknik menyusui yang benar
EBM : Teknik menyusui yang baik dan benar adalah apabila areola sedapat
mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin
dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk ini, maka sudah cukup
bila rahang bayi supaya menekan tempat penampungan air susu (sinus
laktiferus) yang terletak dipuncak areola di belakang puting susu. Teknik
menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI
tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi
enggan menyusu (Yuliatul & Mudawamah, 2019).
4. Menjelaskan kepada ibu tentang pemberian ASI on demand untuk bayi
(E) : ibu sudah mengetahui tentang pemberian ASI on demand
EBM : Pemberian ASI secara on demand adalah Pemberian ASI tidak dijadwal
sesuai keinginan bayi, dengan menggunakan kedua payudara setiap menyusui
secara bergantian, dan istirahat yang cukup (Afriani, 2018).
5. Berikan penjelasan pada ibu tentang ASI esklusif
(E) : ibu sudah memahami terkait ASI eksklusif
EBM : ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan
selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan
atau minuman lain, termasuk air putih. ASI adalah makanan terbaik bagi bayi
baru lahir, baik bayi yang dilahirkan cukup bulan maupun kurang bulan
(Lindawati, 2019).

238

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


6. Menjelaskan kepada ibu untuk waktu dan cara mengganti popok bayi yaitu
setiap 2 jam sekali atau setiap kali basah/BAB/BAK.
(E) : ibu sudah mngetahui waktu dan cara mengganti popok bayi
EBM : Menurut Permata dkk., (2020) sebaiknya mengganti diapers 3-4 jam
sekali, kecuali apabila bayi BAB, harus segera diganti. Cara mengganti popok bayi
sebaiknya mengguakan waslap dan kerigkan dengan yang lembut. Pemberian
bedak tabur pada daerah genitalia bayi seabiknya dihindari karena akan mudah
terjadinya iritasi dan infeksi (Permata dkk., 2020).

239

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


CATATAN PELAKSANAAN ASUHAN LANJUTAN

11 Maret 2022 SUBJEKTIF


1. Keluhan: ibu mengatakan ada biang keringat dileher
(KN II)
bayi
2. Nutrisi bayi
 Frekuensi : on demand
 Menu : hanya ASI
 Keluhan : tidak ada
3. Pola eliminasi
 BAK
Frekuensi : 13x/hari
Warna : kuning
Bau : khas
Keluhan : tidak ada
 BAB
Frekuensi : 3-4X/hari
Warna : hijau kecoklatan
Bau : khas
Konsistensi :lunak

Keluhan : tidak ada

OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. Pemeriksaan fisik
 Leher : kemerahan dan ada biang keringat
 Abdomen : Bulat, bergerak selaras dengan dada,
tali pusat belum lepas, normal
 Ekstremitas : gerakan aktif
ASSESMENT
1. Diagnosa : By. Ny. M usia 5 hari dengan KU baik
2. Masalah : ada biang keringat di leher bayi

240

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


3. Diagnosa potensial : miliariasis
4. Masalah potensial : tidak ada
5. Kebutuhan :
a. Berikan ibu KIE mengenai biang keringat
b. Berikan ibu KIE tentang perawatan bayi sehari-
hari
PLANNING
1. Jelaskan pada ibu bahwa kondisi bayinya saat ini
normal
(E) : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan ibu
merasa senang dengan kondisi aankanya saat ini
2. Jelaskan kepada ibu mengenai biang keringat dan cara
mencegahnya
(E) : ibu sudah mengetahui cara mencegah biang
keringat
EBM : Biang keringat banyak ditemukan pada kondisi
cuaca yang panas, demam dan bayi yang menggunakan
pakaian berlebihan, yaitu pakaian yang terlalu tebal
atau berlapis maupun berbahan tidak menyerap
keringat. Biang keringat yang terjadi akibat adanya
blokade saluran kelenjar keringat dipengaruhi juga oleh
kondisi kulit bayi yang belum berkembang sempurna
dan produksi keringat atau hidrasi masing- masing
individu. Menurut Mumpuni (2016), pencegahan pada
bayi dengan Milliariasis adalah memandikan bayinya 2
kali sehari menggunakan air dingin dan sabun cair,
membasuh bayi dengan handuk basah lalu keringkan
dengan kain yang lembut dan bersih jika bayi
berkeringat, jangan berikan bedak ketika berkeringat
karena akan dapat menutupi pori-pori kulit bayi
sehingga terjadi penumpukan kuman yang dapat
memperburuk miliariasis, menghindari menggunakan
pakaian tebal.

241

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


3. Jelaskan mengenai perawatan bayi sehari-hari
(E) : ibu sudah mengetahui perawatan bayi sehari hari
EBM : Pengetahuan ibu diperlukan untuk merawat bayi
sehari-hari, misalnya seperti memandikan secara
teratur, mengganti popok atau baju pada saat yang
tepat, memilih bahan pakaian yang lembut, memilih
kosmetik berupa sabun mandi, sampo dan minyak
khusus bayi dipilih dengan tepat dan disesuaikan
dengan keadaan kulit bayi.
4. Mengevaluasi kembali teknik menyusui ibu
(E) : teknik menyusui ibu sudah benar
5. Menjelaskan kembali kebutuhan ASI On Demand untuk
bayi
(E) : ibu mengatakan selalu memberikan ASI secara On
Demand untuk bayinya
6. Menjelaskan kembali kepada ibu mengenai waktu dan
cara mengganti popok bayi yaitu setiap 2 jam sekali
atau setiap kali basah/BAB/BAK
(E) : ibu mengatakan mengganti popok bayi setiap kali
basah/setiap 2 jam sekali

15 Maret 2022 SUBJEKTIF


1. Keluhan: Ibu mengatakan ada ruam popok di sekitar
(KN III)
selangkangan bayi
*Kunjungan langsung
2. Nutrisi bayi
ke rumah klien
 Frekuensi : on demand
 Menu : hanya ASI
 Keluhan : tidak ada
3. Pola eliminasi
 BAK
Frekuensi : 12x/hari
Warna : kuning
Bau : khas

242

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Keluhan : tidak ada
 BAB
Frekuensi : 4-5x/hari
Warna : kuning kecoklatan
Bau : khas
Konsistensi :lembek
Keluhan : tidak ada

OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV
 Denyut jantung : 136x/i
 Pernafasan : 48x/i
 Suhu : 36,8C
4. Pemeriksaan fisik
 Hidung : Simteris, lubang hidung 2, sekat hidung (+),
tidak ada pernafasan cuping hidung,
 Dada : simteris, tidak ada retraksi pada dinding
dada, normal
 Abdomen : tali pusat sudah lepas
 Warna kulit : kemerahan
 Ekstremitas : gerakan aktif dan terdapat ruam
popok diselangkangan bayi

ASSESMENT
1. Diagnosa : By. Ny. T usia 9 hari dengan KU baik
2. Masalah : bayi mengalami ruam popok
3. Diagnosa potensial : tidak ada
4. Masalah potensial : tidak ada
5. Kebutuhan :
a. Menjelaskan kepada ibu mengenai penyebab
ruam popok
b. Memberikan KIE kepada ibu mengenai cara

243

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


mencegah ruam popok pada bayi

PLANNING
1. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan
(E) : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan kepada ibu tentang penyebab ruam popok
(E) : ibu sudah mengetahui mengenai penyebab ruam
popok
EBM : Ruam popok (diaper rash, napkin dermatitis,
nappy rash) atau diaper dermatitis adalah kerusakan
dan peradangan kulit pada daerah sekitar popok
(diaper). Penyebab ruam popok adalah meningkatnya
hidrasi kulit, kontak dengan iritan kulit (urin, feses,
enzim dalam feses, garam empedu), gesekan mekanik
(kulit dengan kulit, popok dengan kulit), pH kulit, status
gizi dan diet (komposisi fekal), usia kehamilan,
penggunaan terapi antibiotik, adanya diare dan kondisi
medis (Rustiyaningsih dkk., 2018)
3. Memberikan KIE kepada ibu mengenai cara mencegah
ruam popok pada bayi
(E) : ibu sudah mengetahui cara mencegah ruam popok
pada bayi
EBM : cara mencegah terjadinya ruam popok pada bayi
baru lahir adalah : (1)mengganti popok bayi setiap kali
basah, setiap hari paling sedikit 2-3 jam agar kulit bayi
tidak lembab, (2) membersihkan kulit dengan air
hangat setelah bayi BAB, menggunakan sabun
kemudian membilas sampai bersih lalu keringkan, (3)
mengoleskan baby oil setelah bayi di mandikan pada
daerah bokong yang terdapat bintik-bintik merah
(Rustiyaningsih, dkk. 2018).
4. Menganjurkan ibu untuk periksa bayinya ke dokter jika
tidak kunjung sembuh

244

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


(E) : ibu menyetujui untuk membawa bayinya ke dokter
jika ruam popok tidak kunjung sembuh
5. Mengevaluasi kembali teknik menyusui ibu
(E) : teknik menyusui ibu sudah benar
6. Menjelaskan kembali kebutuhan ASI On Demand untuk
bayi
(E) : ibu mengatakan selalu memberikan ASI secara On
Demand untuk bayinya
7. Menjelaskan kembali kepada ibu mengenai waktu dan
cara mengganti popok bayi yaitu setiap 2 jam sekali
atau setiap kali basah/BAB/BAK
(E) : ibu mengatakan mengganti popok bayi setiap kali
basah/setiap 2 jam sekali
8. Beritahu ibu jadwal kunjungan ulang dan jadwal
imunisasi BCG
(E) : ibu sudah mengetahui kunjungan ulang dan jadwal
imunisasi bayi yaitu tanggal 5 April 2022
EBM : Manfaat imunisasi BCG (Basil Calmette Guerin)
yaitu untuk mencegah bayi atau anak terserang dari
penyakit TBC yang berat, seperti: meningitis TBC dan
TBC milier. Vaksin (BCG) merupakan bagian dari
pemberian imunisasi dasar pada bayi sebanyak dosis
yang diberikan 0,05 Ml dan 0,1 Ml dosis diberikan pada
bayi 1-3 bulan (Rivanica & Hartina, 2020).

245

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


D. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “M” USIA 35 TAHUN AKSEPTOR KB
DI PMB HALIMATUN SAKDIAH TANGGAL 6 MARET 2022

I. DATA OBJEKTIF
1.1 Identitias/Biodata
Nama Ibu : Ny. M Nama Suami : Tn. M
Umur : 35 tahun Umur : 38 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Nomor HP : 085264703xxx Nomor HP :-
Alamat : Perumahan bunga mas tahap 3 blok N 18, Padang
1.2 AlasanBerkunjung
Ibu mengatakan tidak ingin mempunyai anak lagi dan ibu ingin menggunakan KB
steril
1.3 HPHT : 26-05-2021
1.4 Hamil/Diduga Hamil : tidak hamil
1.5 Jumlah GPA
Gravid :0
Persalinan :4
Abortus :0
Hidup :4
1.6 Menyusui : Bayi menyusui secara on demand
1.7 Umur Anak Terkecil : baru lahir
1.8 Riwayat Penyakit Sebelumnya :
 Penyakit Kuning : tidak ada
 Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya : tidak ada
 Keputihan yang Lama : tidak ada
 Tumor
Payudara : tidak ada
Rahim : tidak ada
Ovarium : tidak ada
246

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


 Sakit Kepala Hebat/Gangguan Visual : tidak ada
 Konsumsi Obat Anti Kejang : tidak ada
1.9 Alat kontrasepsi yang pernah digunakan : tidak ada
II. DATA SUBJEKTIF
2.1 Keadaan umum : baik
2.2 Kesadaran : composmentis
2.3 BB : 50 kg
2.4 TB : 148 cm
2.5 Tanda-Tanda Vital : dalam batas normal
2.6 Pemeriksaan Dalam (Khusus IUD Dan MOW)
Tanda-Tanda Radang : tidak ada
Tumor/Keganasan Ginekologi : tidak ada
2.7 Posisi Rahim
Retrofleksi : tidak ada
Antefleksi : ada
2.8 Pemeriksaan Tambahan (Khusus MOP Dan MOW)
Diabetes : tidak ada
Kelainan Pembekuan Darah : tidak ada
Radang Orchitis/Epididimitis : tidak ada
Tumor/Keganasan Ginekologi : tidak ada
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa : Ny “M” Usia 35 Tahun Akseptor KB steril (tubektomi)
3.2 Masalah : tidak ada
3.3 Masalah Potensial : tidak ada
3.4 Identifikasi kebutuhan segera : konseling KB steril
IV. PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
(E) : ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Jelaskan kepada ibu mengenai KB steril (tubektomi)
(E) : ibu sudah mengetahui tentang KB steril (tubektomi)
EBM : Kontrasepsi steril merupakan metode kontrasepsi dengan melakukan
pembedahan,pengguna akan diberikan bius lokal atau obat anti nyeri ketika
dilakukan tindakan. Tindakan Kontrasepsi steril memiliki efektfitas yang tinggi

247

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


sehingga tidak mudah dikembalikan ke kondisi semula ketika menginginkan
memiliki keturunan. Kontrasepsi steril pada wanita dinamakan tubektomi.
Tubektomi adalah metode kontrasepsi mantap dengan mengikat atau
memotong saluran telur. Tindakan ini dilakukan pada kedua saluran telur.
Metode ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang memang tidak ingin memiliki
anak lagi.Cara kerjanya dengan terikatnya saluran telur menyebabkan sel telur
tidak dapat melewati saluran sel telur dengan demikian sel telur tidak bisa
bertemu dengan sperma sehingga tidak terjadi kehamilan. Indeks efektivitas
sterilisasi adalah 0,5-1. Hanya ada satu kehamilan yang tidak diinginkan per
1000-2000 wanita yang telah ditubektomi. Kelebihan dari tubektomi adalah
tidak mempengaruhi libido seksual, tidak mempengaruhi produksi ASI, dan tidak
ada efek samping hormonal ataupun efek sampingjangka panjang. Sedangkan
kelemahannya yaitu terdapat luka bekas operasi yang terkadang terasa nyeri,
infeksi mungkin saja terjadi, dan kesuburan sulit kembali (Utami, & Trimuryani,
2020).
3. Menjelaskan kepada ibu tentang perawatan luka post SC
(E) : ibu sudah mengetahui tentang perawatan luka post sc
EBM : Perawatan luka post sectio caesarea yaitu rutin mengganti perban bila
basah, lembab atau terasa tidak nyaman. Ibu tidak disarankan untuk beraktivitas
berat dan mengangkat benda berat selama 2 minggu. Bekas luka pasca SC yang
lembab dan kotor akan menjadi sarang bakteri yang dapat menimbulkan infeksi
pada ibu (Rahmi dkk., 2019).
4. Menjelaskan kepada ibu untuk kontrol luka jahitan post SC satu minggu lagi
(E) : ibu sudah mengetahui jadwal untuk kontrol luka post sc yaitu tanggal 14
Maret 2022

248

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


3.4 Klien 4 (klien pengganti INC Ny. M)
A. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Trimester III
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “R” G1P0A0H0 UK 40-41 MINGGU
KEADAAN UMUM IBU DAN JANIN BAIK DI PMB HALIMATUN SAKDIAH
TANGGAL 24 APRIL 2022

I. DATA SUBYEKTIF
(Data subjektif didapat dari buku KIA dan hasil wawancara dengan klien pada tanggal
25 April 2022)
1.1 Identitas
Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn. N
Umur : 31 tahun Umur : 33 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor HP : 083184402xxx Nomor HP :-
Alamat : jl. Dakota no. 24 tunggul hitam, Padang
1.2 Kunjungan Saat ini :
a. Alasan kunjungan : Ibu ingin memeriksakan kehamilannya
b. Keluhan utama : Ibu mengatakan nyeri pinggang dan perut
sering tegang
1.3 Riwayat perkawinan
a. Pada usia : 18 tahun
b. Status pernikahan : Sah
c. Umur suami : 20 tahun
d. Lama menikah : 13 tahun
1.4 Riwayat menstruasi
Menarche : 13 tahun Teratur/tidak : teratur
Siklus : 28 hari Dismenorhoe : ada
Banyaknya : 3-4x ganti pembalut Fluor albus : tidak ada
Lamanya : 5-6 hari Keluhan : tidak ada
Sifat darah : encer
1.5 Riwayat kesehatan (Skrining Dokter dalam buku KIA)
249

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


a. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita:
Jantung : tidak ada TBC : tidak ada epilepsi : tidak ada
DM : tidak ada Hepatitis : tidak ada HIV/AIDS : tidak ada
Asma : tidak ada Hipertensi : tidak ada IMS : tidak ada
b. Riwayat kesehatan dan penyakit keluarga:
Jantung : tidak ada TBC : tidak ada epilepsi : tidak ada
DM : tidak ada Hepatitis : tidak ada HIV/AIDS : tidak ada
Asma : tidak ada Hipertensi : tidak ada IMS : tidak ada
1.6 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No Kehamilan Persalinan Anak Nifas K

Sua UK Penyu Pe Jenis Temp Peny BB/PB JK Hi Mat Lama Perdara


mi lit no at ulit du i menys han B

ke lo p/ ui
1 2010 Aterm- ng N
Bidan Pmb - 3000/49 P Hu - 1,5 th Normal Suntik
2 2014 Aterm- Bidan N Pmb - 3200/48 P Hm - 1.5 th Normal Suntik
3 2017 Aterm- Bidan N Pmb - 3300/49 P Hur - 1.5 th Normal Suntik
4 Ini
1.7 Riwayat kehamilam saat ini : G4P3A0H3
a. UK : 40-41 minggu
b. HPHT : 14-07-2021
c. HPL : 21-04-2022
d. Imunisasi TT : TT3
e. Obat yang pernah dikonsumsi selama hamil : B6, tablet tambah darah,
kalsium, B12, vitamin C dan asam folat
f. Gerakan janin pertama kali : 18 minggu
Frekensi : 10-12 kali/hari
Terakhir dirasakan : 20.30 WIB
g. Keluhan saat ini : ibu mengeluhkan nyeri pinggang dan perut sering
tegang
1.8 Riwayat keturunan kembar : tidak ada
1.9 Riwayat pemeriksaan/ANC
a. Trimester 1
Frekuensi : 1x
250

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Keluhan : tidak ada
Terapi obat : tablet tambah darah, asam folat, kalsium
b. Trimester 2
Frekuensi : 1x
Keluhan : susah tidur
Terapi obat : B12, asam folat, dan kalsium
c. Trimester 3
Frekuensi : 3x
Keluhan : nyeri pinggang
Terapi obat : B1, kalsium dan tablet tambah darah
1.10 Penyuluhan yang pernah didapat : persiapan persalinan
1.11 Riwayat kontrasepsi yang digunakan : tidak ada
1.12 Pola pemenuhan kebutuhan harian
a. Pola nutrisi makan dan minum
Sebelum hamil Setelah hamil
 Makan  Makan

- Frekuensi : 3x/hari - Frekuensi : 3-4x/hari

- Jenis : nasi, lauk, sayur dan buah - Jenis : roti, nasi, lauk, sayur
- Porsi : 1 piring dan buah
- Pantangan : tidak ada - Porsi : 1 piring
- Keluhan : tidak ada - Pantangan : tidak ada

 Minum : - Keluhan : tidak ada


- Frekuensi : 7-8x/hari  Minum :

- Jenis : air putih, teh, dan kopi - Frekuensi : 7-8x/hari

- Keluhan : tidak ada - Jenis : air putih, susu, jus buah


- Keluhan : tidak ada

b. Pola eliminasi BAB dan BAK


Sebelum hamil Setelah hamil
 BAK  BAK

- frekuensi : 6-7x/hari - frekuensi : 7-8x/hari


- Warna : kuning - Warna : kuning jernih
- Keluhan : tidak ada - Keluhan : tidak ada

251

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


 BAB  BAB

- frekuensi : 1-2x/hari - frekuensi : 1x/hari


- Warna : kecoklatan - Warna : kecoklatan
- Konsistensi : lembek - Konsistensi : lembek
- Keluhann : tidak ada - Keluhan : tidak ada
c. Pola istirahat dan tidur
Sebelum hamil Setelah hamil
 Siang hari : 1 jam  Siang hari : 30 menit
 Malam hari : 6-7 jam  Malam hari : 5-6 jam
d. Pola kebiasaan
Merokok : tidak ada obat-obatan : tidak ada
Inum alkohol : tidak ada jamu : tidak ada
e. Personal hygiene
 Mandi : 2x/hari
 Gosok gigi : 2x/hari
 Keramas : 5-6x/hari
 Membersihkan alat kelamin : setiap kali BAK dan BAB
 Mengganti pakain dalam : 2x/hari
 Jenis pakaian dalam yang digunakan : katun
 Keluhan : tidak ada
1.13 Respon klien dan keluarga terhadapa kehamilan : baik
1.14 Pengambilan keputusan : suami
1.15 Tradisi yang mempengaruhi kehamilan : tidak ada
1.16 Perencanaan lokasi persalinan : PMB
1.17 Kondisi spiritual : klien dan suami menjalankan ibadah
II. DATA OBJEKTIF
(Data subjektif didapat dari buku KIA dan hasil wawancara dengan klien pada tanggal
25 April 2022)
2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital:

252

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


TD : 120/90 mmHg Suhu : 36,7°C
Nadi : 80x/i RR : 20x/i
d. Pemeriksaan antropometri
BB sebelum hamil : 50 kg BB sekarang : 69 kg
TB : 150 cm LILA : 31 cm
2.2 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Simetris, bersih, rambut lurus warna hitam, tidak ada
ketombe
Wajah : Simetris, bersih, tidak pucat, ada cloasma gravidarum
Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : Simetris, bersih dan normal
Telinga : Simetris, tidak ada serumen
Mulut : Bibir merah muda, tidak ada caries gigi
Dada : Simetris, hiperpigmentasi pada aerola, papilla menonjol
Abdomen : Tidak ada bekas operasi, ada striae, ada linea nigrae
Ekstremitas : Simetris, jari lengkap, tidak pucat, tidak ada varises dan
tidak udem
Genitalia : Tidak terdapat pengeluaran lendir bercampur darah, tidak
ada udem, normal
Anus : Tidak ada haemoroid, normal
b. Palpasi
Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan limfe
Dada : tidak ada teraba massa abnormal, kolostrum (+)
Abdomen :
Leopold I : Bagian fundus teraba bulat, keras dan tidak melenting (bokong)
Leopold II : Bagian dinding perut ibu sebelah kanan teraba bagian-bagian
kecil dan bulat (ekstremitas)
Bagian dinding perut ibu sebelah kiri teraba panjang keras
memapan (punggung)
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan melenting
(kepala), bagian terbawah janin sulit di goyangkan
Leopold IV : Bagian terbawah Janin sudah memasuki PAP

253

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Mc.Donald : 30 cm
TBJ : 2945 gr
Genitalia : Tidak ada pebengkakan pada kelenjar skene dan bartholin
serta tidak ada varises pada vagina
c. Auskultasi
DJJ :
 frekuensi : 143x/i  Irama : Teratur
 Intensitas : Kuat  Puntum : Kuadran III
2.3 Pemeriksaan Khusus (data dari buku KIA pada TM 1)
Maximum

 Golongan Darah :B  HbSAG : NR
 Hemoglobin :-  HIV : NR
 Proteinuria :-  Maximum : NR
Sifilis

III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa
Ny. “R” G4P3A0H3, usia kehamilan 40-41 minggu, tunggal, hidup, intrauterin,
letak kepala, punggung kiri, kesan jalan lahir baik, keadaan umum Ibu dan Janin
baik.
3.2 Masalah
Ibu merasa cemas dengan keluhan yang dirasakan saat ini
3.3 Diagnosa potensial
Tidak ada
3.4 Kebutuhan
Informasikan hasil pemeriksaan, penyebab keluhan, memberikan dukungan
psikologis, serta berikan KIE tentang persiapan persalinan
IV. PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan Ibu dan Janin dalam
keadaan baik serta seluruh hasil pemeriksaan dalam batas normal yaitu :
KU : baik DJJ : 143x/i
TD : 120/90 mmHg Suhu : 36,7°C
Nadi : 80x/i R : 20x/i
(E) : Ibu sudah menegetahui hasil pemeriksaan dan ibu merasa senang dengan
hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan penyebab nyeri pinggang dan perut tegang.
(E) : Ibu sudah mengetahui penyebab nyeri pinggang dan perut tegang
254

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


EBM : Pada masa kehamilan seiring dengan membesarnya uterus, maka pusat
gravitasi akan berpindah kearah depan sehingga ibu hamil harus menyesuaikan
posisi berdirinya, dimana ibu hamil harus bergantung dengan kekuatan otot,
penambahan berat badan, sifat relaksasi sendi, kelelahan serta postur sebelum
hamil. Postur tubuh yang tidak tepat akan memaksa peregangan tambahan dan
kelelahan pada tubuh, terutama pada bagian tulang belakang sehingga akan
menyebabkan terjadinya sakit atau nyeri pada bagian pinggang ibu hamil
(Susanti & Putri, 2019).
3. Memberikan KIE kepada ibu mengenai persiapan persalinan.
(E) : Ibu sudah mengetahui persiapan untuk persalinan
EBM : Persiapam persalinan yang harus dipersiapkan ibu adalah mengetahui
tanggal perkiraan persalinan, Suami dan keluarga mendampingi ibu hamil saat
bersalin, menyiapkan tabungan untuk biaya persalinan, kendaraan jika sewaktu-
waktu diperlukan, merencanakan melahirkan ditolong oleh bidan atau dokter di
fasilitas pelayanan kesehatan, menyiapkan orang yang bersedia menjadi donor
darah jika sewaktu-waktu diperlukan dengan golongan darah yang sama dengan
ibu hamil, perlengkapan ibu dan bayi, membuat rencana pembuatan keputusan
jika terjadi kegawatdaruratan. Hal ini meliputi siapa pembuat keputusan utama
dalam keluarga dan siapa yang akan membuat keputusan jika pembuat
keputusan utama tidak ada saat terjadi kegawatdaruratan (Wahyuni & Yuliana,
2020).
4. Memberikan dukungan psikologis dan dorongan semangat kepada Ibu karena
waktu persalinan sudah semakin dekat
(E) : Ibu sudah tidak cemas dan merasa semangat karena waktu persalinan
sudah semakin dekat
EBM : Ibu yang mendapat dukungan emoional akan lebih siap psikologisnya
karena disebabkan semakin tinggi dukungan dari orang sekitar terutama suami
maka akan semakin rendah kecemasan menjelang kelahiran yang dialami oleh
ibu hamil (Wahyuni & Yuliana, 2020).

255

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


B. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Persalinan
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.“R” INPARTU KALA I FASE AKTIF
DI PMB HALIMATUN SAKDIAH TANGGAL 25 APRIL 2022

I. DATA SUBYEKTIF
1.1 Identitas
Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn. N
Umur : 31 tahun Umur : 33 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor HP : 083184402xxx Nomor HP :-
Alamat : jl. Dakota no. 24 tunggul hitam, Padang
1.2 Anamnesis
1. Alasan Ibu Berkunjung : Ibu merasakan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari
disertai keluar lendir bercampur darah dari kamaluan
sejak pukul 05.00 WIB.
2. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun Teratur/tidak : teratur
Siklus : 28 hari Dismenorhoe : ada
Banyaknya : 3-4x ganti pembalut Fluor albus : tidak ada
Lamanya : 5-6 hari Keluhan : tidak ada
Sifat darah : encer HPHT : 14-07-2021
HPL : 21-04-2022 UK : 40-41 minggu
3. Riwayat obstetri yang lalu
No Kehamilan Persalinan Anak Nifas K

Sua UK Penyu Pe Jenis Temp Peny BB/PB JK Hi Mat Lama Perdara


B
mi lit no at ulit du i menys han
ke lo p/ ui
ng u
1 2010 Aterm - Bidan N Pmb - 3000/49 P H
m - 1,5 th Normal Suntik
2 2014 Aterm - Bidan N Pmb - 3200/48 P ur
H - 1.5 th Normal Suntik
3 2017 Aterm - Bidan N Pmb - 3300/49 P H - 1.5 th Normal Suntik

256

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


4 Ini I
4. Riwayat kehamilan sekarang
a. Keluhan: Ibu merasakan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari disertai
keluar lendir bercampur darah dari kamaluan sejak pukul 07.00 WIB
b. Pergerakan anak pertama kali (quickening) dirasakan pada usia
kehamilan : 18 minggu
c. Apakah Ibu masih merasakan gerakan janinnya? Masih
d. Penyuluhan yang sudah didapat yaitu persiapan persalinan
e. Imunisasi TT : TT3
5. Pola Aktivitas sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Saat Hamil :
Makan : 3-4x/hari (roti, nasi,lauk,sayur dan buah)
Minum : 8-9 gelas/hari (air putih, susu dan jus buah)
Keluhan : tidak ada
Makan dan minum terakhir : 09.00 WIB
b. Pola Istirahat dan Tidur
Siang : 1 jam
Malam : 5-6 jam
Istirahat dan tidur terakhir : 05.30 WIB
c. Pola Eliminasi
Saat hamil
 BAK
frekuensi : 7-8x/hari Warna : kuning jernih
Keluhan : tidak ada
 BAB
frekuensi : 1-2x/hari Warna : kecoklatan
Konsistensi : lembek Keluhan : tidak ada
Eliminasi terakhir : 06.00 WIB
6. Riwayat Sosial Budaya
Perkawinan : 31 Agustus 2009, lamanya 13 tahun
Kehamilan ini : direncanakan dan diterima
Tradisi yang mempengaruhi kehamilan : tidak ada
257

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


7. Status Spiritual : Ibu melaksanakan ibadah sesuai kepercayaan
II. DATA OBJEKTIF
2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital:
TD : 130/80 mmHg Suhu : 36,7C
Nadi : 82x/i RR : 20x/i
d. Pengukuran
BB sebelum hamil : 50 kg BB sekarang : 69 kg
TB : 150 cm LILA : 31 cm
HPHT : 14-07-2021 HPL : 21-04-2022
2.2 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
Dada : Simetris, hiperpigmentasi pada aerola, papilla menonjol
Abdomen : Tidak ada bekas operasi, ada striae, ada linea nigrae
Ekstremitas : Simetris, jari lengkap, tidak pucat, tidak ada varises dan
tidak udem
Genitalia : Ada terdapat pengeluaran lendir bercampur darah, tidak ada
udem, normal
Anus : Tidak ada haemoroid, normal
b. Palpasi
Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan limfe
Dada : tidak ada teraba massa abnormal, kolostrum (+)
Abdomen :
Leopold I : Bagian fundus teraba bulat, keras dan tidak melenting (bokong)
Leopold II : Bagian dinding perut ibu sebelah kanan teraba bagian-bagian
kecil dan bulat (ekstremitas)
Bagian dinding perut ibu sebelah kiri teraba panjang keras
memapan (punggung)
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan melenting
(kepala), bagian terbawah janin sulit di goyangkan

258

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Leopold IV : Bagian terbawah Janin sudah memasuki PAP dengan perlimaan
3/5
Mc.Donald : 30 cm
TBJ : 2945 gr
Genitalia : tidak ada varises atau pembengkakan pada kelenjar skene
dan bartholin
c. Auskultasi
DJJ :
 frekuensi : 147x/i  Irama : Teratur
 Intensitas : Kuat  Puntum : Kuadran III
2.3 Pemeriksaan Dalam Maximum

Tanggal 25 April 2022 Pukul : 08.00 WIB
a. Dinding vagina : tidak teraba massa
b. Elastisitas perineum : elastis
c. Pembukaan : 6 cm
d. Penipisan(effacement) : 50%
e. Ketuban : utuh
Warna air ketuban :-
Bagian yang menumbung :-
f. Presentasi : belakang kepala
g. Denominator UUK : kanan depan
h. Moulase :0
i. Bidang hodge :3
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa
Ny. “R” G4P3A0H3, usia kehamilan 40-41 minggu, tunggal, hidup, intrauterin,
letak kepala, punggung kiri, kesan jalan lahir baik, keadaan umum Ibu dan Janin
baik, inpartu kala 1 fase aktif.
3.2 Masalah
Ibu merasa cemas dengan keluhan yang dirasakan saat ini
3.3 Diagnosa potensial
Tidak ada
3.4 Kebutuhan

259

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Informasikan hasil pemeriksaan, penyebab keluhan, memberikan dukungan
psikologis, kebutuhan nutrisi dan KIE tentang manajemen rasa nyeri.
IV. PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan Ibu dan Janin dalam
keadaan baik serta seluruh hasil pemeriksaan dalam batas normal yaitu :
TD : 130/80 mmHg DJJ : 143x/i
Nadi : 82x/i RR : 20x/i

(E) : Ibu sudah menegetahui hasil pemeriksaan dan ibu merasa senang dengan
hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan penyebab keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari dan keluar
lender bercampur darah yang dialami oleh Ibu.
(E) : Ibu sudah mengetahui penyebab keluhan yang dirasakan
EBM : keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari yang dirasakan oleh ibu
disebabkan oleh kontraksi persalinan. Menjelang persalinan, ibu hamil akan
mengalami kontraksi yang konsisten (teratur). Keluar lendir bercampur darah
yang dialami oleh ibu merupakan salah satu tanda persalinan. Dengan
pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan
sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput
janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair darah
terputus (Metti, 2016).
3. Memberikan KIE kepada Ibu dan keluarga tentang manajemen rasa nyeri
menjelang persalinan.
(E) : Ibu dan keluarga sudah mengetahui cara memanajemen asa nyeri yaitu
dengan relaksasi pernafasan dan masase lumbal 5.
EBM : Salah satu cara untuk menurunkan rasa nyeri yaitu dengan cara teknik
relaksasi pernafasan. Selain relaksasi pernafasan, masase lumbal juga dapat
mengurngi rasa nyeri persalinan. Pemijatan lumbal menyebabkan sekresi opioid
yang merangsang saraf parasimpatik dan penurunan kadar hormon kortisol dan
katekolamin sehingga dapat menghilangkan rasa nyeri (Puspitasari & Ernawati,
2018).
4. Memberikan dukungan psikologis dan dorongan semangat kepada Ibu karena
waktu persalinan sudah semakin dekat

260

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


(E) : Ibu sudah tidak cemas dan merasa semangat karena waktu persalinan
sudah semakin dekat
EBM : Memberikan perhatian dan kasih sayang dapat mengurangi psikologis ibu,
bentuk perhatian seperti menemani pemeriksaan kehamilan dan terus
memberikan dukungan bahwa ibu dapat menjalani proses melahirkan dengan
lancar dapat membuat ibu senang dan tidak depresi. Ibu yang akan bersalin
dengan vaginismus sangat membutuhkan dukungan psikologis. Suami, keluarga
beserta tenaga kesehatan harus turut memberikan dukungan kepada ibu agar
ibu marasa percaya diri dan menumbuhkan semangat yang tinggi untuk
menghadapi persalinan normal. Ibu hamil dengan vaginismus memiliki tingkat
percaya diri yang kurang, ibu cemas dan takut untuk menghadapi persalinan.
(Wahyuni & Yuliana, 2020).
5. Memenuhi kebutuhan nutrisi menjelang persalinan
(E) : kebutuhan nutrisi menjelang persalinan Ibu sudah terpenuhi
EBM : Makanan atau nutrisi dengan konsistensi cair yang mengandung kalori
tinggi sangat tepat diberikan kepada ibu bersalin karena makanan tersebut akan
mudah diabsorpsi sehingga akan lebih cepat meningkatkan stamina tubuh ibu
dan menambah kekuatan untuk mengedan (Hardianti & Resmana, 2018).

261

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


KALA II:
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bahwa keluar air-air dari kemaluan dan rasa nyeri yang ia rasakan
semakin kuat serta ada keinginan untuk meneran
II. DATA OBJEKTIF
2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum :Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital:

TD : 130/70mmHg Suhu : 36.8oC


Nadi : 82x/i RR : 22x/i
2.2 Pemeriksaan Fisik
Abdomen : Kontraksi 5/10’/45”, penurunan 0/5, DJJ 140x/menit
Genitalia : Vulva membuka, tampak kepala bayi 7 cm dari vagina,
Perineum : Menonjol dan menipis
Anus : Membuka dan tidak ada hemoroid
Kandung kemih : Tidak teraba
*Terlihat tanda gejala kala II (dorongan ingin meneran, tekanan pada anus,
vulva membuka, perineum menonjol dan menipis)
2.3 Pemeriksaan Dalam
Tanggal : 25 April 2022 Pukul: 11.15 WIB
Dinding vagina : tidak teraba massa
Elastisitas perineum : elastis
Pembukaan : 10cm
Penipisan(effacement) : 100%
Ketuban : Jernih
apakah ada bagian janin yang menumbung: tidak ada
Presentasi : belakang kepala
Denominator UUK : kiri depan
Moulase :O
Bagian terendah di Hodge : IV
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa : Ny. R P4A0H4 inpartu kala II normal
262

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


3.2 Masalah : Ibu cemas dengan nyeri yang semakin meningkat
3.3 Kebutuhan :
a. Informasi tentang keadaan Ny. R
b. Dukungan selama persalinan
IV. PLANNING
1. Informasikan kepada ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap, ketuban
sudah pecah dan keadaan janin serta ibu dalam keadaan baik
(E) : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memastikan partus set lengkap, APD, resusitasi set, oksitosin, metil ergometrin,
dan obat-obatan esnsial lainya, memakai APD, persiapan menolong persalinan
(E) : alat sudah lengkap dan penolong persalinan sudah siap
EBM : APD digunakan untuk melindungi petugas kesehatan dari risiko infeksius,
oksitosin dan metilergometrin digunakan untuk membantu kontraksi uterus ibu
sehingga dapat mencegah perdarahan pada ibu.
3. Memposisikan ibu dorsal recumbent dan mengajari ibu cara mengejan yang benar,
yaitu apabila ada kontraksi ibu silahkan menarik nafas panjang dari hidung, ditahan
kemudian mengejan, amat tidak boleh tertutup, menundukan kepala melihat ke
perut, dagu menempel pada dada, tidak boleh bersuara saat mengejan, kedua
tangan berada pada selengkangan paha dan ditarik kearah dada)
(E) : ibu sudah mendapatkan posisi yang nyaman dan bisa mengejan dengan benar
EBM : Posisi yang baik untuk meneran adalah sesuai dengan keinginan dan
kenyamanan ibu. Tapi ada beberapa posisi baik yang bisa dilakukan yaitu : duduk
atau setengah duduk, menungging atau posisi merangkak, jongkok atau berdiri dan
berbaring pada sisi kiri tubuh (Erlinawati & Parmin, 2021).
4. Meminta suami dan keluarga untuk memberi support, makan, minum saat tidak
ada kontraksi.
(E) : suami atau keluarga bersedia memberi support serta makan dan minum pada
ibu
EBM : Ibu yang mendapat dukungan emoional akan lebih siap psikologisnya karena
disebabkan semakin tinggi dukungan dari orang sekitar terutama suami maka akan
semakin ditekan hormone kortisol oleh serotonin sehingga ibu lebih rileks, tenang
dan terhibdar dari rasa cemas menjelang kelahiran (Wahyuni & Yuliana, 2020).

263

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


5. Lakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran, diantaranya yaitu bimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginan untuk meneran, berikan dukungan dan semangat atas usaha ibu
untuk meneran, anjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi dan anjurkan ibu
untuk minum di sela-sela kontaksi.
(E) : ibu sudah dipimpin untuk meneran yang benar
EBM : ibu dianjurkan untuk istirahat dan makan/minum disela-sela kontraksi agar
ibu tidak kehilangan tenaga saat mengedan.
6. Lakukan pertolongan kelahiran bayi yakni jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5-6cm, letakkan handuk bersih diatas perut ibu, meletakkan duk
persalinan yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu, setelah kepala bayi
membuka vulva dengan diameter 5-6cm, lakukan penahanan dengan melindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering,
kemudian letakkan tangan yang lain pada kepala bayi dan lakukan tekanan yang
lembut untuk mencegah terjadinya gerakan defleksi maksimal. Periksa adanya
lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jikahal itu terjadi, dan segera
lanjutkan proses kelahiran bayi.
(E) : pertolongan persalinan sudah dilakukan, bayi lahir spontan pukul 11.30 WIB
EBM : duk digunakan untuk meyambut kelahiran kepala bayi agar tetap bersih.
Penahanan perineum bertujuan untuk melindungi perineum dari laserasi. Periksa
tali pusat bertujuan memastikan tidak ada lilitan tali pusat karena lilitan tali pusat
bisa beresiko kematian pada janin.
7. Lakukan penilaian bayi baru lahir, dengan menilai bayi menangis kuat, bernafas
tanpa kesulitan, bayi bergerak aktif dan warna kulitnya kemerahan.
(E) : penilaian bayi baru lahir sudah dilakukan, Bayi lahir pukul 11.30 WIB, BB 3000
gram / PB 50 cm, Jenis kelamin Perempuan, Apgar score 8/9
EBM : penilaian skor APGAR dilakukan pada setiap bbl untuk memastikan bbl sehat
dan bugar, agar dapat hidup dan beradaptasi dengan lingkungan baru diluar rahim
ibu. Penilaian skor APGAR dilakukan dengan memeriksa warna kulit, denyut
jantung, refleks terhadap stimulus taktil, tonus otot, dan pernafasan.

264

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


KALA III :
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya dan perut bagian bawah masih
terasa mules
II. DATA OBJEKTIF
2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital:

TD : 130/70mmHg Suhu : 36.7oC


Nadi : 80x/i RR : 20x/i
2.2 Pemeriksaan Fisik
Abdomen : TFU teraba setinggi pusat, teraba keras, kontraksi ada,
kandung kemih tidak teraba
Kandung kemih : tidak teraba
Genitalia : terdapat pengeluaran darah, warna merah kehitaman
*Tampak tanda perlepasan plasenta (semburan darah mendadak dan singkat,
perubahan tinggi dan bentuk uterus menjadi globuler dan tali pusat bertambah
panjang)
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa : Ny. R P4A0H4 inpartu kala III normal
3.2 Masalah : Ibu cemas
3.3 Kebutuhan :
c. Informasi tentang keadaan Ny. R
d. Dukungan selama persalinan
IV. PLANNING
1. Informasi hasil pemeriksaan pada ibu bahwa tidak ada janin kedua dan akan
disuntikan oksitosin 10 IU (1 cc) pada paha kanan bagian luar untuk membantu
melahirkan plasenta.
(E) : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan oksitosin sudah disuntikan
EBM : oksitosin bertujuan untuk membantu kontraksi uterus, apabila kontraksi
uterus baik maka pengeluaran plasenta akan lebih mudah kecuali pada kasus
retensio plasenta.
265

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


2. Keringkan bayi dan jaga kehangatan bayi dengan cara membersihkan dan
keringkan bayi mulai dari muka, kepala, bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks caseosa. Jaga kehangatan bayi dengan
mengganti handuk yang basah dengan handuk kering.
(E) : bayi sudah dikeringkan dan dijaga kehangatannya
EBM : mengeringkan bayi bertujuan untuk mencegah bayi dari hipotermi dan
dibagian tangan bayi tidak dibersihkan dari verniks caseosa bertujuan untuk
membantu bayi dalam proses inisiasi menyusu dini. aroma verniks caseosa
sama seperti aromau puting susu ibu yang dapat mempermudah bayi mencari
puting susu ibu sehingga proses IMD berhasil.
3. Melakukan jepit potong tali pusat, memegang tali pusat sekitar 5 cm,
mengklem tali pusat kearah ibu 3 cm da kearah bayi 2 cm, menggunting dengan
tangan kiri melindungi perut bayi, kemudian mengikat tali pusat menggunakan
benang tali pusat, setelah itu bayi diletakan di perut ibu untuk IMD selam 1 jam
(E) : jepit potong tali pusat sudah dilakukan
EBM : jepit potong tali pusat pada bayi ditunda dari 2 sampai 3 menit setelah
bayi lahir karena dapat mencegah bayi dari anemia. IMD dilakukan untuk
membentuk bonding yang kuat antara ibu dan bayi, selain itu hormone
oksitosin yang diproduksi dalam tubuh ketika bayi menysusu dapat membantu
rahim berkontraksi sehingga bermanfaat untuk mengurangi resiko perdarahan
setelah melahirkan dan membantu ibu merasa tenang dan santai.
4. Lakukan manajemen aktif kala III. Pindahkan klem pada tali pusat hingga
berjarak 5-10 cm dari vulva. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut
ibu, ditepi atas simfisis, sementara itu tangan lain meregangkan tali pusat.
Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus kearah belakang atas (dorso cranial). Setelah
plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati,
pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah jarum
jam untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput
ketuban.
(E) : sudah dilakukan manajemen aktif kala III dan plasenta lahir pukul 11.40 WIB
EBM : manajemen katif kala 3 mengupayakan kontraksi yang adekuat dari
uterus dan mempersingkat waktu kala 3, mengurangu jumalah kehilangan

266

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


darah dan menurunkan angka kejadian retensio plasenta.
5. Periksa kelengkapan plasenta yaitu bagian maternal dan bagian fetal
plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan
selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik
yang tersedia.
(E) : pengecekan plasenta sudah dilakukan dan plasenta lahir lengkap
EBM : periksa kelengkapan plasenta bertujuan untuk memastikan seluruh
kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap. Apabila terdapat sisa
plasenta dalam kavum uteri akan membuat kontraksi uterus tidak adekuat
sehingga menimbulkan perdarahan.
6. Periksa laserasi pada jalan lahir dan perineum.
(E) : Terdapat laserasi derajat 1 yaitu mukosa vagina,
EBM : periksa laserasi jalan lahir bertujuan untuk menlihat sumber perdarahan,
apabila dari laserasi jalan lahir maka dilakukan penjahitan dan apabila berasal
dari Rahim maka dilakukan eksplorasi Rahim dsb.
7. Menjahit luka perineum menggunakan benang cromic, menjahit dengan teknik
satu-satu (2 kali jahitan), dari bagian dalam hingga ke permukaan perineum dan
menjahit dengan anestesi dengan lidokain
(E) : menjahit luka perineum sudah dilakukan
EBM : penjahitan luka perineum bertujuan untuk menyatukan kembali jaringan
dan mencegah kehilangan darah yang banyak.
8. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
(E) : kontaksi rahim baik, TFU 2 jari di bawah pusat.
EBM : kontraksi uterus yang baik adalah ditandai dengan uterus yang keras dan
batas TFU jelas kemudian tidak ada pengeluaran darah yang mengalir deras dari
jalan lahir maupun dari rahim.

267

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


KALA IV:
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan masih merasa lelah dan mules karena selesai bersalin dan luka
jahitan terasa perih
II. DATA OBJEKTIF
2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum :Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital:

TD : 120/70mmHg Suhu : 36.7oC


Nadi : 82x/i RR : 20x/i
2.2 Pemeriksaan Fisik
Abdomen : TFU teraba 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus keras
Kandung kemih : tidak teraba
Genitalia : terdapat pengeluaran darah, lokhia warna merah
kehitaman, perdarahan dalam batas normal
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa : Ny. R inpartu Kala IV normal
3.2 Masalah : Ibu tidak nyaman dengan kondisinya
3.3 Kebutuhan :
a. Informasi tentang keadaan Ny. R
b. Kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu
IV. PLANNING
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu dan bayi dalam
keadaan baik
(E) : ibu dan keluarga sudah mengetahui keadaan ibu dan bayi dalam keadaan baik
2. Lanjutkan pemantauan tanda-tanda vital, kontraksi dan pencegahan perdarahan
pervagina, 15 menit pada jam pertama pascapersalinan, dan 30 menit pada jam
kedua pasca persalinan
(E) : sudah dilakukan pemantauan kala IV selama 2 jam
EBM : Observasi yang harus dilakukan pada kala IV adalah tekanan darah, nadi,
temperatur (suhu), tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih dan
perdarahan.
268

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Jam waktu TD N S TFU kontraksi Kandung Perdarahan
ke kemih
11.55 130/70 80 36.8 2 jr Baik dan Kosong ±10
1
bwh kuat
pst
12.10 110/80 82 2 jr Baik dan Kosong ±10
bwh kuat
pst
12.25 120/70 78 2 jr Baik dan Kosong ±5
bwh kuat
pst
12.40 110/70 80 3 jr Baik dan Kosong ±5
bwh kuat
pst
13.10 120/70 80 36.7 3 jr Baik dan Kosong ±5
2
bwh kuat
pst
13.40 110/70 80 3 jr Baik dan Kosong ±5
bwh kuat
pst

3. Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi,
yaitu, tangan ibu atau keluarga di letakkan pada perut bagian bawa ibu kemudian
mengusap (pijatan lembut) searah jarum jam selama 15 detik.
(E) : ibu dan keluarga sudah melakukan masase uterus dan kontraksi uterus baik
EBM : Manfaat masase uterus adalah merangsang uterus berkontraksi baik dan
kuat. Kontraksi uterus yang tidak kuat dan terus-menerus dapat menyebabkan
terjadinya atonia uteri, untuk membantu uterus berkontraksi, bisa dilakukan
dengan masase agar uterus tidak lembek dan mampu berkontraksi secara kuat
(Elisa dkk., 2018).
4. Membersihkan tubuh ibu dari sisa darah dan cairan ketuban dengan air dtt,
membantu ibu menggunakan pembalut dan stagen, memakai baju bersih.
(E) : ibu sudah merasa nyaman karena telah dibersihkan dan sudah menggunakan
pakaian bersih
269

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


EBM : upaya membersihkan ibu dari sisa darah dan cairan ketuban dengan air dtt
adalah untuk membuat ibu merasa bersih dan nyaman setelah proses melahirkan.
5. Bersihkan alat yang digunakan selama proses persalinan dengan menempatkan
semua peralatan bekas pakai kedalam larutan klorin 0.5% untuk didekontaminasi
(selama 10 menit). Cuci dan bilas setelah didekontaminasi.
(E) : dekontaminasi alat sudah dilakukan dan sampah telahdi buang pada
tempatnya.
EBM : Dekontaminasi adalah upaya untuk mengurangi dan menghilangkan
kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan dan ruangan
melalui disinfeksi dan sterilisasi.
6. Anjurkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu dengan
memberikan makanan dan air putih untuk memulihkan energi ibu setelah
persalinan.
(E) :Ibu sudah makan dan minum
EBM : Nutrisi pada ibu nifas yaitu makanan yang harus dikonsumsi harus seimbang,
bergizi dan cukup energi. Makanan yang dikonsumsi seharusnya mengandung
sumber tenaga (energi), sumber pembangun (protein), sumber pengatur dan
pelindung (mineral, vitamin, dan air) (Putri dkk., 2022).

270

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


C. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”R” POST PARTUM NORMAL 6 JAM
DI PMB HALIMATUN SAKDIAH TANGGAL 25 APRIL 2022

I. DATASUBJEKTIF
1.1 Identitas/Biodata
Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn. N
Umur : 31 tahun Umur : 33 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor HP : 083184402xxx Nomor HP :-
Alamat : jl. Dakota no. 24 tunggul hitam, Padang
1.2 Keluhan Utama : ibu merasa lelah dan masih merasakan nyeri pada bekas
jahitan luka perineum
1.3 Riwayat menstruasi
Menarche : 13 tahun Teratur/tidak : teratur
Siklus : 28 hari Dismenorhoe : ada
Banyaknya : 3-4x ganti pembalut Fluor albus : tidak ada
Lamanya : 5-6 hari Keluhan : tidak ada
Sifat darah : encer
1.4 Riwayat imunisasi TT : TT3
1.5 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No Kehamilan Persalinan Anak Nifas K

Sua UK Penyu Pe Jenis Temp Peny BB/PB JK Hi Mat Lama Perdara


B
mi lit no at ulit du i menys han
ke lo p/ ui
ng u
1 2010 Aterm- Bidan N Pmb - 3000/49 P Hm - 1,5 th Normal Suntik
2 2014 Aterm- Bidan N Pmb - 3200/48 P Hur - 1.5 th Normal Suntik
3 2017 Aterm- Bidan N Pmb - 3300/49 P H - 1.5 th Normal Suntik
4 2022 Aterm- Bidan N Pmb - 3000/50 P H - 1 hari Normal IUD
1.6 Riwayat Persalinan Sekarang

271

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


a. Tanggal bersalin : 25 April 2022
b. Tempat persalinan : PMB
c. Jenis persalinan : Spontan
d. Penolong persalinan :
e. Lama persalinan
Kala I : 6 jam Kala III : 10 menit
Kala II : 15 menit Kala IV : 2 jam
f. Laserasi jalan lahir : ada
g. Episiotomi : tidak ada
h. Penjahitan : ada dengan anestesi
i. Perdarahan : dalam batas normal
j. Penyulit/Komplikasi : tidak ada
k. Bayi
 JK : Perempuan
 BB/PB : 3000 gr/50 cm
 APGAR skor : 8/9
 Anus : (+)
 IMD : ada
 Rooming in : ada
 Masalah pada bayi : tidak ada
1.7 Riwayat kontrasepsi yang digunakan : tidak ada
1.8 Status HIV : Non Reaktif

1.9 Pola kebiasaan setelah melahirkan


a. Nutrisi
 Makan
Frekuensi : 3-4x/hari
Jenis : nasi, lauk, sayur dan buah
 Minum
Frekuensi : 8-9x/hari
Jenis : air putih dan jus buah
b. Eliminasi
 BAB
272

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Frekuensi : 1x/hari
Warna : kecoklatan
Bau : khas
Konsistensi : lembek
Keluhan : tidak ada
 BAK
Frekuensi : 7-8x/hari
Warna : kuning jernih
Bau : khas
Keluhan : tidak ada
c. Pola istirahat
Siang : 30 menit
Malam : 5-6 jam
d. Pola seksual : belum
e. Pola aktivitas
Mobilisasi : sudah
Senam nifas : belum
Menyusui : Ibu sudah menyusui bayinya secara on demand
f. Personal hygiene
Mandi : 2x/hari
Gosok gigi : 2x/hari
Keramas : 5-6x/minggu
Ganti baju : 2x/hari
Membersihkan alat kelamin : setiap ganti pebalut, BAK dan BAB
Mengganti pakaian dalam : 2-3x/hari
Mengganti pembalut nifas : 3-4x/hari
Keluhan : tidak ada
1.10 Pola kebiasaan
Merokok : tidak ada Obat-obatan : tidak ada
Minum alkohol : tidak ada Jamu : tidak ada
1.11 Riwayat psikososial dan budaya
a. Pengalaman tentang melahirkan : baik
b. Bounding attachment : ada

273

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


c. Perasaan ibu saat nifas : ibu merasa senang atas kehadiran bayinya
d. Cara menyusui : benar
e. Kemampuan merawat bayi : cukup baik
f. Hubungna dengan suami, bayi, anggota keluarga yang lain : baik
g. Perkawinan : satu kali
h. Masalah pada perkawinan : tidak ada
i. Dukungan keluarga : baik
j. Tradisi yang mempengaruhi nifas : tidak ada
1.12 Informasi yang sudah didapat
a. Pencegahan perdarahan masa nifas Sudah
b. Tanda-tanda bahaya pada masa nifas Sudah
c. Senam nifas Sudah
d. Nutrisi pada masa nifas Sudah
e. Personal Hygien masa nifas Sudah
f. Perawatan payudara Sudah
g. Perawatan bayi baru lahir Sudah
h. ASI Eksklusif Sudah
i. Teknik menyusui yang benar Sudah
j. Keluarga berencana
II. DATA OBJEKTIF
(Data subjektif didapat dengan pemeriksaan secara langsung pada klien)
2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Sedang
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV
TD : 110/70 mmHg Nadi : 82x/i
Pernafasan : 20x/i Suhu : 36.7C
2.2 Pemeriksaan Antropometri
TB : 150 cm
BB : 64 kg
2.3 Pemeriksaan Fisik
Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
Dada : Simetris, hiperpigmentasi pada aerola, papilla menonjol,

274

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


ASI (+)
Abdomen : Tidak ada bekas operasi, ada striae, ada linea nigrae, TFU 2
jari dibawah pusat dan kontraksi uterus baik
Ekstremitas : Simetris, jari lengkap, tidak pucat, tidak ada varises dan
tidak udem
Genitalia : Tidak udem dan Pengeluaran lochea rubra, normal
Perineum : Bekas luka jahitan bersih dan tidak ada tanda-tanda
infeksi
Anus : Tidak ada haemoroid, normal
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa : Ny. “R” post partum hari ke 1 dengan KU Ibu baik
3.2 Masalah : lelah dan nyeri pada bekas jahitan perineum
3.3 Kebutuhan : Jelaskan cara merawat luka jahitan perineum
3.4 Masalah potensial : Tidak ada
3.5 Identifikasi kebutuhan tindakan segera : Tidak ada
IV. PLANNING
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dalam keadaan baik dan
hasil pemeriksaan secara keseluruhan dalam batas normal
(E) : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Jelaskan kepada ibu penyebeb nyeri luka perineum
(E) : ibu sudah mengetahui penyebeb luka perineum
EBM : Nyeri perineum sebagai manifestasi dari luka bekas penjahitan yang
dirasakan pasien akibat ruptur perineum pada kala pengeluaran. Robekan
perineum terjadi pada hampir semua persalinan dan perlu tindakan
penjahitan. Dari jahitan perineum tadi pasti menimbulkan rasa nyeri
(Susilawati, 2019).
3. Jelaskan kepada ibu tentang kebutuhan mobilisasi dini setelah melahirkan
(E) : ibu sudah mengetahui kebutuhan mobilisasi setelah melahirkan
EBM : Mobilisasi berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan
mengeluarkan cairan vagina (lochea) mobilisasi haruslah dilakukan bertahap,
yaitu dimulai dengan gerakan miring kekanan dan kekiri, lalu menggerakkan
kaki. selanjutnya ibu dapat mencoba untuk duduk ditepi tempat tidur.
Kemudian, ibu bias turun dari ranjang dan berdiri (Khatimah & Saleh, 2022).

275

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


4. Jelaskan kenutuhan istirahat dan tidur selama nifas
(E) : ibu sudah mengetahui kebutuhan istirahat dan tidur selama nifas
EBM : Kekurangan pola istirahat pada ibu menyusui harus dapat teratasi. Hal
ini bisa diantisipasi dengan cara mengikuti pola tidur bayi. Sebisa mungkin,
ibu tidur saat bayi tertidur dan bangun saat bayi bangun untuk disusui.
Dengan mengikuti pola tidur bayi ini, setidaknya ibu bisa terbantu untuk
mendapatkan waktu istirahat yang lebih cukup (Aditama & Sari, 2019).
5. Jelaskan mengenai teknik menyusui yang benar
(E) : ibu sudah mengetahui teknik menyusui yang benar
EBM : Teknik menyusui yang baik dan benar adalah apabila areola sedapat
mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin
dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk ini, maka sudah
cukup bila rahang bayi supaya menekan tempat penampungan air susu
(sinus laktiferus) yang terletak dipuncak areola di belakang puting susu.
Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi enggan menyusu (Yuliatul & Mudawamah, 2019).
6. Jelaskan pada ibu cara merawat luka pada perienum yaitu dengan mencuci
tangan sebelum dan sesudah BAK/BAB, gunakan air hangat untuk
membersihkan area perineum terutama pada bekas luka menggunakan
handuk bersih dan kering atau tissu, gunakan pakaian dalam yang bersih dan
dapat menyerap keringat dan ganti pembalut secara teratur minimal 4 jam
sekali.
(E) : ibu sudah mengetahui cara merawat luka perineum
EBM : Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi,
meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan. Perawatan
luka perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci daerah genital dengan
air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB yang dimulai dengan mencuci
bagian depan (simpisis), baru kemudian bagian anus sehingga tidak terjadi
infeksi. Ibu diberitahu cara mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan
sampai terkontaminasi sama tangan. Pembalut yang sudah kotor harus
diganti paling sedikit 2 kali sehari (Novitasari, 2022).
7. Jelaskan cara merawat payudara selama nifas

276

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


(E): ibu sudah mengetahui cara merawat payudara
EBM : Perawatan payudara merupakan suatu tindakan untuk merawat
payudara terutama pada masa nifas untuk memperlancar pengeluaran ASI.
Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan, tetapi
dilakukan setelah melahirkan. Perawatan yang dilakukan terhadap payudara
bertujuan melancarkan sirkulasi darah dan mencegah sumbatan saluran susu
sehingga memperlancar pengeluaran ASI (Kumalasari, 2021)

277

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


D. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL NY. “R” USIA 1 HARI DENGAN KU BAIK
DI PMB HALIMATUN SAKDIAH TANGGAL 25 APRIL 2022

I. DATA SUBJEKTIF
1.1 Identitas/Biodata
a. Biodata Bayi
Nama Bayi : Bayi Ny. R
Umur : 1 hari
Tanggal / Jam Lahir : 25 April 2022/ 11.40 WIB
JenisKelamin : perempuan
Anak ke : empat
b. Biodata Orang Tua Bayi
Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn. N
Umur : 31 tahun Umur : 33 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor HP : 083184402xxx Nomor HP :-
Alamat : jl. Dakota no. 24 tunggul hitam, Padang
1.2 Alasan Kunjungan : Ibu khawatir dengan benjolan yang ada di kepala bayi
1.3 Riwayat Persalinan sekarang
1. Tanggal bersalin : 25 April 2022
2. Tempat persalinan : PMB
3. Jenis persalinan : Pervaginam/nornal
4. Penolong persalinan : Bidan
5. Lama persalinan :
Kala I : 8 jam Kala III : 10 menit
Kala II : 40 menit Kala IV : 2 jam
6. Perdarahan : dalam batas normal
7. Ketuban : jernih
8. Plasenta : lahir lengkap
9. Tali pusat : normal
278

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


10. Penyulit/komplikasi : tidak ada
11. Bayi :
Jenis kelamin : Perempuan
APGAR Score : 8/9
Kondisi saat lahit : Menangis kuat , bernafas spontan, gerakan
aktif, otot baik dan warna kulit kemerahan
Rooming in : ada
IMD : ada
Bounding attachment : ada
Injeksi vit. K : ada
Salep mata : ada
Masalah pada bayi : terdapat caput succedenum
1.4 Pola pemenuhan kebutuhan Bayi
1. Pola nutrisi
 Frekuensi : on demand
 Durasi : 1-2 jam
 Keluhan : tidak ada
2. Pola eliminasi
BAB
 Frekuensi : 1x/hari
 Warna : kehitaman
 Bau : khas
 Konsistensi : lembek
 Keluhan : tidak ada
BAK
 Frekuensi : 10-12x/hari
 Warna : kuning
 Bau :khas
 Keluhan : tidak ada
3. Pola istirahat
 Siang : 8 jam
 Malam : 8 jam
4. Personal hygiene : bayi mandi 2x/hari
279

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


1.5 Imunisasi
HB0
1.6 Data Psikososial
Ibu dan keluarga menerima dengan baik kehadiran bayi.
II. DATA OBJEKTIF
2.1 Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda-tanda vital
 Denyut jantung : 130 kali permenit
 Pernafasan : 48 kali permenit
 Suhu : 36,7C
2.2 Pemeriksaan antropometri
Lingkar kepala : 35 cm Lingkar perut : 34 cm
Lingkar dada : 34 cm Panjang Badan : 50 cm
Lingkar lengan : 10 cm Berat badan : 3000 gram
2.3 PemeriksaanFisik
Kepala : Normal, ada caput succedenum
Wajah : Bersih,tidak pucat, tidak ada bercak mongol, normal
Mata : Simetris, tidak ada strabismus, kelopak mata
terbentuk sempurna
Hidung : Simteris, lubang hidung 2, sekat hidung (+), tidak ada
pernafasan cuping hidung
Mulut : Tidak ada labioskizis/labiopalatoskizis
Telinga : Simetris, daun telinga terbentuk sempurna, tidak ada
serumen
Leher : Tidak ada kelainan dan pembengkakan
Dada : Simetris, tidak ada kelainan, tidak ada retraksi, suara
napas normal
Abdomen : Bulat, bergerak selaras dengan dada, tali pusat belum
lepas, tidak ada kelainan
Ekstremitas : Simetris, jari lengkap, gerak aktif, tidak pucat dan tidak
sianosis

280

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Genitalia : Labia mayora meutupi labia minora, tidak ada kelainan
kongenital
Anus : Lubang anus (+)
Punggung : Tidak ada kelainan seperti spinabifida
Kulit : Tidak ada bercak mongol dan warna kulit kemerahan,
normal
2.4 Pemeriksaan neurologis
Refleks babinski : positif Refleks sucking : positif
Refleks moro : positif Refleks rooting : positif
III. ASSESMENT
1. Diagnosa : Bayi Baru Lahir Ny. R usia 1 hari KU normal dengan caput
succedenum
2. Masalah : bayi sering menangis
3. Kebutuhan : beri KIE kepada ibu mengenai caput seccedenum dan penyebab
bayi sering nangis
IV. PLANNING
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bayinya dalam keadaan normal
(E) : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan ibu senang dengan hasil
pemeriksaan
2. Menjelaskan kepada ibu mengenai caput succedenum yang merupakan hal
normal dan tidak berbahaya. caput succedenum akan menghilang dengan
sendirinya selam 3-4 hari tanpa pengobatan.
(E) : ibu sudah mengetahui mengenai caput succedenum
EBM : Caput succedeneum merupakan penumpukan cairan serosanguineous,
subkutan dan ekstraperiosteal dengan batas yang tidak jelas. Caput
succedeneum menyebar melewati garis tengah dan sutura serta berhubungan
dengan moulding tulang kepala. Caput succedeneum biasanya tidak
menimbulkan komplikasi dan akan menghilang beberapa hari setelah kelahiran
(Tisnilawati & Yusriani 2018).
3. Menjelaskan kepada ibu mengenai penyebab bayi sering menangis
(E) : ibu sudah mengetahui penyebab bayi sering menangis
EBM : Menurut Anurogo (2019) penyebab bayi menangis adalah kemungkinan
bayi tersebut lapar, haus, teknik menyusu yang salah, ingin ditemani, tidak

281

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


nyaman, gigi tumbuh, lelah, bosan, kolik, atau kebiasaan, karakter, atau bayi
tersebut sakit, dan lain-lain.
4. Menjelaskan kepada ibu mengenai teknik menyusui yang benar
(E) : ibu sudah mengetahui teknik menyusui yang benar
EBM : Teknik menyusui yang baik dan benar adalah apabila areola sedapat
mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin
dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk ini, maka sudah cukup
bila rahang bayi supaya menekan tempat penampungan air susu (sinus
laktiferus) yang terletak dipuncak areola di belakang puting susu. Teknik
menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI
tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi
enggan menyusu (Yuliatul & Mudawamah, 2019).
5. Menjelaskan kepada ibu tentang pemberian ASI on demand untuk bayi
(E) : ibu sudah mengetahui tentang pemberian ASI on demand
EBM : Pemberian ASI secara on demand adalah Pemberian ASI tidak dijadwal
sesuai keinginan bayi, dengan menggunakan kedua payudara setiap menyusui
secara bergantian, dan istirahat yang cukup (Afriani, 2018).
6. Berikan penjelasan pada ibu tentang ASI esklusif
(E) : ibu sudah memahami terkait ASI eksklusif
EBM : ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan
selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan
atau minuman lain, termasuk air putih. ASI adalah makanan terbaik bagi bayi
baru lahir, baik bayi yang dilahirkan cukup bulan maupun kurang bulan
(Lindawati, 2019).
7. Menjelaskan kepada ibu untuk waktu dan cara mengganti popok bayi yaitu
setiap 2 jam sekali atau setiap kali basah/BAB/BAK.
(E) : ibu sudah mngetahui waktu dan cara mengganti popok bayi
EBM : Menurut Permata dkk., (2020) sebaiknya mengganti diapers 3-4 jam
sekali, kecuali apabila bayi BAB, harus segera diganti. Cara mengganti popok bayi
sebaiknya mengguakan waslap dan kerigkan dengan yang lembut. Pemberian
bedak tabur pada daerah genitalia bayi seabiknya dihindari karena akan mudah
terjadinya iritasi dan infeksi (Permata dkk., 2020).

282

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


8. Beritahu ibu jadwal kunjungan ulang dan menganjurkan pada ibu untuk segera
periksa apabila ada keluhan pada bayinya
(E) : ibu sudah mengetahui jadwal kunjungan ulang bayi jika terdapat keluhan

283

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


E. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “R” USIA 31 TAHUN AKSEPTOR
KB PASCA SALIN DI KOTA PADANG TANGGAL 25 APRIL 2022

I. DATA OBJEKTIF
1.1 Identitias/Biodata
Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn. N
Umur : 31 tahun Umur : 33 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor HP : 083184402xxx Nomor HP :-
Alamat : jl. Dakota no. 24 tunggul hitam, Padang
1.2 AlasanBerkunjung
Ibu mengatakan ingin berkonsultasi terkait penggunaan kontrasepsi pasca
melahirkan jangka panjang.
1.3 HPHT : 14-07-2021
1.4 Hamil/Diduga Hamil : tidak hamil
1.5 Jumlah GPA
Gravid :0
Persalinan :4
Abortus :0
Hidup :4
1.6 Menyusui : Bayi menyusui secara on demand
1.7 Umur Anak Terkecil : 1 hari
1.8 Riwayat Penyakit Sebelumnya :
 Penyakit Kuning : tidak ada
 Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya : tidak ada
 Keputihan yang Lama : tidak ada
 Tumor
Payudara : tidak ada
Rahim : tidak ada

284

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Ovarium : tidak ada
 Sakit Kepala Hebat/Gangguan Visual : tidak ada
 Konsumsi Obat Anti Kejang : tidak ada
1.9 Alat kontrasepsi yang pernah digunakan : tidak ada
II. DATA SUBJEKTIF
(Data subjektif didapat dari buku KIA dan klien)
2.1 Keadaan umum : baik
2.2 Kesadaran : composmentis
2.3 BB : 64 kg
2.4 TB : 150 cm
2.5 Tanda-Tanda Vital:
TD : 120/70 mmHg P : 22x/i
N : 80x/I S :36,6C
2.6 Pemeriksaan Dalam (Khusus IUD Dan MOW)
Tanda-Tanda Radang : tidak ada
Tumor/Keganasan Ginekologi : tidak ada
2.7 Posisi Rahim
Retrofleksi : tidak ada
Antefleksi : ada
2.8 Pemeriksaan Tambahan (Khusus MOP Dan MOW)
Diabetes : tidak ada
Kelainan Pembekuan Darah : tidak ada
Radang Orchitis/Epididimitis : tidak ada
Tumor/Keganasan Ginekologi : tidak ada
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa : Ny “R” Usia 31 Tahun Akseptor KB Pascasalin
3.2 Masalah : tidak ada
3.3 Masalah Potensial : tidak ada
3.4 Identifikasi kebutuhan segera : konseling KB jangka panjang
IV. PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
(E) : ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Jelaskan mengenai macam-macam KB jangka panjang yang bisa digunakan oleh

285

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


ibu
(E) : ibu sudah mengetahui macam-macam KB jangka panjang dan ibu memilih
KB IUD
EBM : Jenis alat kontrasepsi jangka panjang ada 3 yaitu, IUD, Implan dan
metode operasi/kontrasepsi mantap (Veronica dkk., 2019).
3. Menjelaskan pengertian, manfaat, keuntungan, keterbatasan dan efektifitas KB
yang dipilih oleh Ibu
(E) : ibu sudah mengetahui pengertian, cara kerja, efetivitas, kelebihan dan
kekurangan KB IUD.
EBM : IUD merupakan alat kontrasepsi yang berukuran kecil , terbuat dari plastik
yang lentur dengan lengan dari tembaga dan benang membentuk seperti huruf
T. Cara kerja IUD yaitu AKDR meninggikan getaran saluran telur sehingga waktu
blastokista sampai ke rahim, endometrium belum siap menerima nidasi dan
menimbulkan reaksi mikro infeksi sehingga terjadi penumpukan sel darah putih
yang melarutkan blastokista, dan lilitan logam menyebabkan reaksi anti
fertilitas. Efektivitas AKDR yaitu 99%. Angka kegagalannya sekitar 0,6-0,8
kehamilan per 100 perempuan dalam tahun pertama. Kelebihan IUD adalah
paling efektif, aman, fleksibel dan dapat dicabut ketika di inginkan, tidak
mengganggu produksi ASI, tidak memiliki efek samping hormonal, dapat
dipasang segera setelah melahirkan dan keguguran, mencegah kehamilan dalam
jangka waktu hingga 10 tahun, dapat digunakan untuk wanita yang belum
pernah hamil sebelumnya. Kelemahan IUD adalah, perubahan siklus haid,
memperbanyak darah saat menstruasi dan dapat menimbulkan kram ketika
awal pemakaian, tidak mencegah IMS (Veronica dkk., 2019)
4. Menjelaskan kepada ibu mengenai kunjungan ulang bila ada keluhan setelah
pemasangan KB IUD
(E) : ibu menerima saran Bidan untuk kunjungan ulang bila ada keluhan

286

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


3.5 Klien 5
A. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Trimester III
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “T” G1P0A0H0 UK 37-38 MINGGU
KEADAAN UMUM IBU DAN JANIN BAIK DENGAN VAGINISMUS
DI KOTA PADANGTANGGAL 8 MARET 2022

I. DATA SUBYEKTIF
(Data subjektif didapat dari buku KIA dan hasil wawancara dengan klien melalui
kunjungan rumah pada tanggal 8 Maret 2022)
1.1 Identitas
Nama Ibu : Ny. T Nama Suami : Tn. A
Umur : 29 tahun Umur : 29 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Asisten Dosen Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor HP : 085375056xxx Nomor HP :-
Alamat : Gg. Taqwa, Dadok Tunggul Hitam, Padang
1.2 Kunjungan Saat ini :
a. Alasan kunjungan : Ibu ingin memeriksakan kehamilannya
b. Keluhan utama : Ibu mengatakan nyeri pinggang dan perut
sering tegang
1.3 Riwayat perkawinan
a. Pada usia : 28 tahun
b. Status pernikahan : Sah
c. Umur suami : 28 tahun
d. Lama menikah : 1 tahun
1.4 Riwayat menstruasi
Menarche : 14 tahun Teratur/tidak : teratur
Siklus : 28 hari Dismenorhoe : tidak ada
Banyaknya : 3-4x ganti pembalut Fluor albus : tidak ada
Lamanya : 6-7 hari Keluhan : tidak ada
Sifat darah : encer
1.5 Riwayat kesehatan (Skrining Dokter dalam buku KIA)

287

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


a. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita:
Jantung : tidak ada TBC : tidak ada epilepsi : tidak ada
DM : tidak ada Hepatitis : tidak ada HIV/AIDS : tidak ada
Asma : tidak ada Hipertensi : tidak ada IMS : tidak ada
b. Riwayat kesehatan dan penyakit keluarga:
Jantung : tidak ada TBC : tidak ada epilepsi : tidak ada
DM : tidak ada Hepatitis : tidak ada HIV/AIDS : tidak ada
Asma : tidak ada Hipertensi : tidak ada IMS : tidak ada
1.6 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan pertama ibu.
1.7 Riwayat kehamilam saat ini : G1P0A0H0
a. UK : 37-38 minggu
b. HPHT : 17-06-2021
c. HPL : 24-03-2022
d. Imunisasi TT : TT5
e. Obat yang pernah dikonsumsi selama hamil : B6, tablet tambah darah,
kalsium, B12, vitamin C dan asam folat
f. Gerakan janin pertama kali : 20 minggu
Frekensi : 10-12 kali/hari
Terakhir dirasakan : 20.00 WIB
g. Keluhan saat ini : ibu mengeluhkan nyeri pinggang dan perut sering
tegang
1.8 Riwayat keturunan kembar : tidak ada
1.9 Riwayat pemeriksaan/ANC
a. Trimester 1
Frekuensi : 2x
Keluhan P1 : mual dan muntah
Keluhan P2 : tidak ada
Terapi obat : B6, asam folat, kalsium
b. Trimester 2
Frekuensi : 1x
Keluhan : susah BAB
Terapi obat : B1, asam folat, vitamin C dan kalsium

288

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


c. Trimester 3
Frekuensi : 2x
Keluhan : nyeri pinggang
Terapi obat : vitamin C, B12 dan tablet tambah darah
1.10 Penyuluhan yang pernah didapat : persiapan persalinan
1.11 Riwayat kontrasepsi yang digunakan : tidak ada
1.12 Pola pemenuhan kebutuhan harian
a. Pola nutrisi makan dan minum
Sebelum hamil Setelah hamil
 Makan  Makan

- Frekuensi : 2-3x/hari - Frekuensi : 3x/hari

- Jenis : nasi, lauk, sayur - Jenis : roti, nasi, lauk, sayur dan
- Porsi : 1 piring buah
- Pantangan : tidak ada - Porsi : 1/2 piring
- Keluhan : tidak ada - Pantangan : tidak ada

 Minum : - Keluhan : tidak ada


- Frekuensi : 7-8x/hari  Minum :

- Jenis : air putih, teh, dan jus - Frekuensi : 8-9x/hari

- Keluhan : tidak ada - Jenis : air putih, susu, jus buah


- Keluhan : tidak ada

b. Pola eliminasi BAB dan BAK


Sebelum hamil Setelah hamil
 BAK  BAK

- frekuensi : 6-7x/hari - frekuensi : 7-8x/hari


- Warna : kuning - Warna : kuning jernih
- Keluhan : tidak ada - Keluhan : tidak ada
 BAB  BAB

- frekuensi : 1-2x/hari - frekuensi : 1x/hari


- Warna : kecoklatan - Warna : kecoklatan
- Konsistensi : lembek - Konsistensi : lembek
- Keluhann : tidak ada - Keluhan : tidak ada
c. Pola istirahat dan tidur

289

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Sebelum hamil Setelah hamil
 Siang hari : 1 jam  Siang hari : 1-2 jam
 Malam hari : 6-7 jam  Malam hari : 5-6 jam
d. Pola kebiasaan
Merokok : tidak ada obat-obatan : tidak ada
Inum alkohol : tidak ada jamu : tidak ada
e. Personal hygiene
 Mandi : 2x/hari
 Gosok gigi : 2x/hari
 Keramas : 3-4x/hari
 Membersihkan alat kelamin : setiap kali BAK dan BAB
 Mengganti pakain dalam : 2x/hari
 Jenis pakaian dalam yang digunakan : katun
 Keluhan : tidak ada
1.13 Respon klien dan keluarga terhadapa kehamilan : baik
1.14 Pengambilan keputusan : suami
1.15 Tradisi yang mempengaruhi kehamilan : tidak ada
1.16 Perencanaan lokasi persalinan : PMB
1.17 Kondisi spiritual : klien dan suami menjalankan ibadah
II. DATA OBJEKTIF
2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital:
TD : 110/80 mmHg Suhu : 36,9°C
Nadi : 82x/i RR : 18x/i
d. Pemeriksaan antropometri
BB sebelum hamil : 41 kg BB sekarang : 51 kg
TB : 152 cm LILA : 23 cm
IMT : 17.74
2.2 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi

290

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Kepala : Simetris, bersih, rambut lurus warna hitam, tidak ada
ketombe
Wajah : Simetris, bersih, tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum
Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : Simetris, bersih dan normal
Telinga : Simetris, tidak ada serumen
Mulut : Bibir merah muda, tidak ada caries gigi
Ekstremitas : Simetris, jari lengkap, tidak pucat, tidak ada varises dan
tidak udem
b. Palpasi
Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan limfe
Abdomen :
Leopold I : Bagian fundus teraba bulat, keras dan tidak melenting
(bokong)
Leopold II : Bagian dinding perut ibu sebelah kanan teraba panjang
keras memapan (punggung)
Bagian dinding perut ibu sebelah kiri teraba bagian-
bagian kecil dan bulat (ekstremitas)
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan
melenting (kepala), bagian terbawah janin sulit di
goyangkan
Leopold IV : Bagian terbawah Janin sudah memasuki PAP
Mc.Donald : 23 cm
Djj : 153x/i
* data dari buku KIA pada TM 3
2.3 Pemeriksaan Khusus (data dari buku KIA pada TM 1)
 Golongan Darah :B  HbSAG : NR
 Hemoglobin : 14 gr/dL  HIV : NR
 Proteinuria :-  Maximum :NR
Sifilis
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa
Ny. “T” G1P0A0H0, usia kehamilan 37-38 minggu, tunggal, hidup, intrauterin,
letak kepala, punggung kanan, kesan jalan lahir baik, keadaan umum Ibu dan

291

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Janin baik.
3.2 Masalah
Ibu merasa cemas dengan keluhan yang dirasakan saat ini
3.3 Diagnosa potensial
Tidak ada
3.4 Kebutuhan
Informasikan hasil pemeriksaan, penyebab keluhan, memberikan dukungan
psikologis, serta berikan KIE tentang persiapan persalinan
IV. PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan Ibu dan Janin dalam
keadaan baik serta seluruh hasil pemeriksaan dalam batas normal yaitu :
TD : 110/80 mmHg DJJ : 153x/i
Nadi : 82x/i RR : 18x/i
(E) : Ibu sudah menegetahui hasil pemeriksaan dan ibu merasa senang dengan
hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan penyebab nyeri pinggang dan perut tegang.
(E) : Ibu sudah mengetahui penyebab nyeri pinggang dan perut tegang
EBM : Pada masa kehamilan seiring dengan membesarnya uterus, maka pusat
gravitasi akan berpindah kearah depan sehingga ibu hamil harus menyesuaikan
posisi berdirinya, dimana ibu hamil harus bergantung dengan kekuatan otot,
penambahan berat badan, sifat relaksasi sendi, kelelahan serta postur sebelum
hamil. Postur tubuh yang tidak tepat akan memaksa peregangan tambahan dan
kelelahan pada tubuh, terutama pada bagian tulang belakang sehingga akan
menyebabkan terjadinya sakit atau nyeri pada bagian pinggang ibu hamil.
(Susanti & Putri, 2019)
3. Menjelaskan kepada ibu mengenai ibu hamil dengan vaginismus bisa melahirkan
secara pervaginam/ normal.
(E) : ibu sudah mengetahui tentang ibu hamil dengan vaginismus bisa
melahirkan normal/pervaginam dan ibu juga mengatakan bahwa dokter Sp.OG
menyarankan untuk pervaginam karena tidak ada faktor risiko yang dapat
meningkatkan mortalitas dan morbiditas pada ibu.
EBM : Dalam penelitian ini, 5 dari 17 pasien vaginismus mampu melakukan
persalinan pervaginam sehingga menurunkan angka ibu hamil dengan persalinan

292

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


SC. Operasi SC elektif persalinan dalam penelitian ini sebanyak 7 dari 12 pasien
yang disertai dengan komplikasi seperti makrosomia, CDP, KPD, dan persalinan
sungsang (Eserdag et all,. 2021).
4. Memberikan KIE kepada ibu mengenai persiapan persalinan.
(E) : Ibu sudah mengetahui persiapan untu persalinan
EBM : Persiapam persalinan yang harus dipersiapkan ibu adalah mengetahui
tanggal perkiraan persalinan, Suami dan keluarga mendampingi ibu hamil saat
bersalin, menyiapkan tabungan untuk biaya persalinan, kendaraan jika sewaktu-
waktu diperlukan, merencanakan melahirkan ditolong oleh bidan atau dokter di
fasilitas pelayanan kesehatan, menyiapkan orang yang bersedia menjadi donor
darah jika sewaktu-waktu diperlukan dengan golongan darah yang sama dengan
ibu hamil, perlengkapan ibu dan bayi, membuat rencana pembuatan keputusan
jika terjadi kegawatdaruratan. Hal ini meliputi siapa pembuat keputusan utama
dalam keluarga dan siapa yang akan membuat keputusan jika pembuat
keputusan utama tidak ada saat terjadi kegawatdaruratan (Wahyuni & Yuliana,
2020).
5. Memberikan dukungan psikologis dan dorongan semangat kepada Ibu karena
waktu persalinan sudah semakin dekat
(E) : Ibu sudah tidak cemas dan merasa semangat karena waktu persalinan
sudah semakin dekat
EBM : Menurut penelitian Eserdag (2021), wanita hamil dengan vaginismus
memiliki kecemasan untuk menghadapi persalinan, namun hal tersebut dapat
diringankan dengan dukungan emosional dan psikologis dari orang terdekat ibu.
Wanita hamil dengan vaginismus yang memiliki kebiasaan sering berolah raga
dan melakukan aktivitas fisik ringan akan membantu ibu dalam keadaan relaks
dan siap untuk menghadapi persalinan. Hal ini berkaitan dengan hormon
endorphine yang dilepas saat melakukan olahraga/aktivitas ringan menjelang
persalinan (Eserdag, 20210).

293

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


B. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Persalinan
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.“T” INPARTU KALA I FASE AKTIF
DI PMB HALIMATUN SAKDIAH TANGGAL 9 MARET 2022

I. DATA SUBYEKTIF
1.1 Identitas
Nama Ibu : Ny. T Nama Suami : Tn. A
Umur : 29 tahun Umur : 29 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Asisten Dosen Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor HP : 085375056XXX Nomor HP :-
Alamat : Gg. Taqwa, Dadok Tunggul Hitam, Padang
1.2 Anamnesis
1. Alasan Ibu Berkunjung : Ibu merasakan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari
disertai keluar lendir bercampur darah dari kamaluan
sejak pukul 02.00 WIB.
2. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun Teratur/tidak : teratur
Siklus : 28 hari Dismenorhoe : tidak ada
Banyaknya : 3-4x ganti pembalut Fluor albus : tidak ada
Lamanya : 6-7 hari Keluhan : tidak ada
Sifat darah : encer HPHT : 17-06-2021
HPL : 24-03-2022 UK : 37-38 minggu
3. Riwayat obstetri yang lalu
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan pertama ibu.
4. Riwayat kehamilan sekarang
a. Keluhan : Ibu merasakan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari disertai
keluar lendir bercampur darah dari kamaluan sejak pukul 02.00 WIB
b. Pergerakan anak pertama kali (quickening) dirasakan pada usia kehamilan
: 20 minggu
c. Apakah Ibu masih merasakan gerakan janinnya? Masih
d. Penyuluhan yang sudah didapat yaitu persiapan persalinan
294

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


e. Imunisasi TT : TT5
5. Pola Aktivitas sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Saat Hamil :
Makan : 3x/hari (roti, nasi,lauk,sayur dan buah)
Minum : 8-9 gelas/hari (air putih, susu dan jus buah)
Keluhan : tidak ada
Makan dan minum terakhir : 22.00 WIB
b. Pola Istirahat dan Tidur
Siang : 1 jam
Malam : 5-6 jam
Istirahat dan tidur terakhir :14.30 WIB
c. Pola Eliminasi
Saat hamil :
 BAK
frekuensi : 7-8x/hari Warna : kuning jernih
Keluhan : tidak ada
 BAB
frekuensi : 1x/hari Warna : kecoklatan
Konsistensi : lembek Keluhan : tidak ada
Eliminasi terakhir : 20.00 WIB
d. Pola Kebiasaan
Merokok : tidak ada Minum alkohol : tidak ada
Obat-obatan : tidak ada Konsumsi Jam : tidak ada
6. Riwayat Sosial Budaya
Perkawinan : 11 Maret 2021, lamanya 1 tahun
Kehamilan ini : direncanakan dan diterima
Tradisi yang mempengaruhi kehamilan : tidak ada
7. Status Spiritual : Ibu melaksanakan ibadah sesuai kepercayaan
II. DATA OBJEKTIF
2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis

295

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


c. Tanda-tanda vital:
TD : 110/90 mmHg Suhu : 36,7C
Nadi : 82x/i RR : 20x/i
d. Pengukuran
BB sebelum hamil : 41 kg BB sekarang : 51 kg
TB : 152cm LILA : 23 cm
HPHT : 17-06-2021 HPL : 24-03-2022
2.2 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
Dada : Simetris, hiperpigmentasi pada aerola, papilla menonjol
Abdomen : Tidak ada bekas operasi, ada striae, ada linea nigrae
Genitalia : Terdapat pengeluaran lendir bercampur darah, tidak ada
udem, normal
Anus : Tidak ada haemoroid, normal
b. Palpasi
Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan limfe
Dada : tidak ada teraba massa abnormal, kolostrum (+)
Abdomen :
Leopold I : Bagian fundus teraba bulat, keras dan tidak melenting (bokong)
Leopold II : Bagian dinding perut ibu sebelah kanan teraba panjang keras
memapan (punggung)
Bagian dinding perut ibu sebelah kiri teraba bagian-bagian kecil
dan bulat (ekstremitas)
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras dan melenting
(kepala), bagian terbawah janin sulit di goyangkan
Leopold IV : Bagian terbawah Janin sudah memasuki PAP dengan perlimaan
3/5
Mc.Donald : 23 cm
TBJ : 1860 gr
Genitalia : tidak ada varises atau pembengkakan pada kelenjar skene
dan bartholin, vaginusmus (+)
c. Auskultasi

296

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


DJJ :
 frekuensi : 144x/i  Irama : Teratur
 Intensitas : Kuat  Puntum : Kuadran IV
2.3 Pemeriksaan Dalam Maximum 
Tanggal 9 Maret 2022 Pukul : 04.30 WIB
a. Dinding vagina : tidak teraba massa
b. Elastisitas perineum : elastis
c. Pembukaan : 4 cm
d. Penipisan(effacement) : 50%
e. Ketuban : utuh
Warna air ketuban :-
Bagian yang menumbung :-
f. Presentasi : belakang kepala
g. Denominator UUK : kanan depan
h. Moulase :0
i. Bidang hodge :3
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa
Ny. “T” G1P0A0H0, usia kehamilan 37-38 minggu, tunggal, hidup, intrauterin,
letak kepala, punggung kanan, kesan jalan lahir baik, keadaan umum Ibu dan
Janin baik, inpartu kala 1 fase aktif.
3.2 Masalah
Ibu merasa cemas dengan keluhan yang dirasakan saat ini
3.3 Diagnosa potensial
Tidak ada
3.4 Kebutuhan
Informasikan hasil pemeriksaan, penyebab keluhan, memberikan dukungan
psikologis, kebutuhan nutrisi dan KIE tentang manajemen rasa nyeri.
IV. PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan Ibu dan Janin dalam
keadaan baik serta seluruh hasil pemeriksaan dalam batas normal yaitu :
TD : 110/90 mmHg Suhu : 36,7C
Nadi : 82x/i RR : 20x/i

297

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


DJJ : 144x/i
(E) : Ibu sudah menegetahui hasil pemeriksaan dan ibu merasa senang dengan
hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan penyebab keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari dan keluar
lender bercampur darah yang dialami oleh Ibu.
(E) : Ibu sudah mengetahui penyebab keluhan yang dirasakan
EBM : keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari yang dirasakan oleh ibu
disebabkan oleh kontraksi persalinan. Menjelang persalinan, ibu hamil akan
mengalami kontraksi yang konsisten (teratur). Keluar lendir bercampur darah
yang dialami oleh ibu merupakan salah satu tanda persalinan. Dengan
pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan
sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput
janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair darah
terputus (Metti, 2016).
3. Memberikan KIE kepada Ibu dan keluarga tentang manajemen rasa nyeri
menjelang persalinan.
(E) : Ibu dan keluarga sudah mengetahui cara memanajemen asa nyeri yaitu
dengan relaksasi pernafasan dan masase lumbal 5.
EBM : Salah satu cara untuk menurunkan rasa nyeri yaitu dengan cara teknik
relaksasi pernafasan. Selain relaksasi pernafasan, masase lumbal juga dapat
mengurngi rasa nyeri persalinan. Pemijatan lumbal akan menyebabkan sekresi
opioid yang merangsang saraf parasimpatik dan penurunan kadar hormon
kortisol dan katekolamin sehingga dapat menghilangkan rasa nyeri (Puspitasari
& Ernawati, 2018).
4. Memberikan dukungan psikologis dan dorongan semangat kepada Ibu karena
waktu persalinan sudah semakin dekat
(E) : Ibu sudah tidak cemas dan merasa semangat karena waktu persalinan
sudah semakin dekat
EBM : Ibu hamil dengan vaginismus memiliki tingkat percaya diri yang kurang,
ibu cemas dan takut untuk menghadapi persalinan. Menurut penelitian Eserdag
(2021), wanita hamil dengan vaginismus memiliki kecemasan untuk menghadapi
persalinan, namun hal tersebut dapat diringankan dengan dukungan emosional
dan psikologis dari orang terdekat ibu (Eserdag, 20210).

298

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


5. Memenuhi kebutuhan nutrisi menjelang persalinan
(E) : kebutuhan nutrisi menjelang persalinan Ibu sudah terpenuhi
EBM : Makanan atau nutrisi dengan konsistensi cair yang mengandung kalori
tinggi sangat tepat diberikan kepada ibu bersalin karena makanan tersebut akan
mudah diabsorpsi sehingga akan lebih cepat meningkatkan stamina tubuh ibu
dan menambah kekuatan untuk mengedan (Hardianti & Resmana, 2018).

299

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


KALA II :
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bahwa rasa nyeri yang ia rasakan semakin kuat dan timbul
keinginan untuk meneran
II. DATA OBJEKTIF
2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum :Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital:

TD : 120/70mmHg Suhu : 36.8oC


Nadi : 83x/i RR : 26x/i
2.2 Pemeriksaan Fisik
Abdomen : Kontraksi 5/10’/55”, penurunan 1/5, DJJ 152x/menit
Kandung kemih : tidak teraba
*Terlihat tanda gejala kala II (dorongan ingin meneran, tekanan pada anus,
vulva membuka,perineum menonjol)
2.3 Pemeriksaan Dalam
Tanggal : 9 Maret 2022 Pukul: 10.30 WIB
Dinding vagina : tidak teraba massa
Elastisitas perineum : elastis
Pembukaan : 10cm
Penipisan(effacement) : 100%
Ketuban : Jernih
apakah ada bagian janin yang menumbung: tidak ada
Presentasi : belakang kepala
Denominator UUK : kiri depan
Moulase :O
Bagian terendah di Hodge : IV
III. ASSESMENT
3.4 Diagnosa : Ny. T P1A0H1 UK 37-38 minggu, inpartu kala II normal
3.5 Masalah : Ibu cemas dengan nyeri yang semakin meningkat
3.6 Kebutuhan :
a. Informasi tentang keadaan Ny. T
300

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


b. Dukungan selama persalinan
IV. PLANNING
1. Informasikan kepada ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap,
ketuban sudah pecah dan keadaan janin serta ibu dalam keadaan baik.
(E) : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
EBM : Bidan melakukan pemeriksaan dalam dengan satu jari. Bidan meraba
penipisan pada mulut Rahim dan bidan memastikan pembukaan lengkap saat
telah tampak kepala bayi 4-5 cm dari vulva.
2. Memastikan partus set lengkap, APD, resusitasi set, oksitosin, metil ergometrin,
dan obat-obatan esnsial lainya, memakai APD, persiapan menolong persalinan
(E) : alat sudah lengkap dan penolong persalinan sudah siap
EBM : APD digunakan untuk melindungi petugas kesehatan dari risiko infeksius,
oksitosin dan metilergometrin digunakan untuk membantu kontraksi uterus ibu
sehingga dapat mencegah perdarahan pada ibu.
3. Memposisikan ibu dorsal recumbent dan mengajari ibu cara mengejan yang
benar, yaitu apabila ada kontraksi ibu silahkan menarik nafas panjang dari
hidung, ditahan kemudian mengejan, amat tidak boleh tertutup, menundukan
kepala melihat ke perut, dagu menempel pada dada, tidak boleh bersuara saat
mengejan, kedua tangan berada pada selengkangan paha dan ditarik kearah
dada)
(E) : ibu sudah mendapatkan posisi yang nyaman dan bisa mengejan dengan
benar
EBM : Posisi yang baik untuk meneran adalah sesuai dengan keinginan dan
kenyamanan ibu. Tapi ada beberapa posisi baik yang bisa dilakukan yaitu :
duduk atau setengah duduk, menungging atau posisi merangkak, jongkok atau
berdiri dan berbaring pada sisi kiri tubuh (Erlinawati & Parmin, 2021).
4. Meminta suami dan keluarga untuk memberi support, makan, minum saat
tidak ada kontraksi.
(E) : suami atau keluarga bersedia memberi support serta makan dan minum
pada ibu
EBM : Ibu mendapatkan dukungan dari suami dan orang tua. Suami dan orang
tua ibu diperbolehkan masuk ke ruangan persalinan untuk memberikan

301

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


dukungan psikologis kepada ibu sehingga ibu lebih semangat untuk mengedan
dan merasa lebih tenang dalam menghadapi persalinan.
5. Lakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran, diantaranya yaitu bimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginan untuk meneran, berikan dukungan dan semangat atas usaha ibu
untuk meneran, anjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi dan anjurkan ibu
untuk minum di sela-sela kontaksi.
(E) : ibu sudah dipimpin untuk meneran yang benar
EBM : ibu dianjurkan untuk istirahat dan makan/minum disela-sela kontraksi
agar ibu tidak kehilangan tenaga saat mengedan.
6. Lakukan pertolongan kelahiran bayi yakni jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5-6cm, letakkan handuk bersih diatas perut ibu, meletakkan
duk persalinan yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu, setelah kepala bayi
membuka vulva dengan diameter 5-6cm, lakukan penahanan dengan
melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering, kemudian letakkan tangan yang lain pada kepala bayi dan lakukan
tekanan yang lembut untuk mencegah terjadinya gerakan defleksi maksimal.
Periksa adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jikahal itu
terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
(E) : pertolongan persalinan sudah dilakukan, bayi lahir spontan pukul 11.10 WIB
EBM : duk digunakan untuk meyambut kelahiran kepala bayi agar tetap bersih.
Penahanan perineum bertujuan untuk melindungi perineum dari laserasi.
Periksa tali pusat bertujuan memastikan tidak ada lilitan tali pusat karena lilitan
tali pusat bisa beresiko kematian pada janin.
7. Lakukan penilaian bayi baru lahir, dengan menilai bayi menangis kuat, bernafas
tanpa kesulitan, bayi bergerak aktif dan warna kulitnya kemerahan.
(E) : penilaian bayi baru lahir sudah dilakukan, Bayi lahir pukul 11.10 WIB, BB
2400 gram / PB 45 cm, Jenis kelamin laki-laki, Apgar score 7/8
EBM : penilaian skor APGAR dilakukan pada setiap bbl untuk memastikan bbl
sehat dan bugar, agar dapat hidup dan beradaptasi dengan lingkungan baru
diluar rahim ibu. Penilaian skor APGAR dilakukan dengan memeriksa warna kulit,
denyut jantung, refleks terhadap stimulus taktil, tonus otot, dan pernafasan.

302

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


KALA III:
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan nyeri pada perut bagian bawah
II. DATA OBJEKTIF
2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum :Baik
b. Kesadaran :Composmentis
c. Tanda-tanda vital:

TD : 130/80mmHg Suhu : 36.7oC


Nadi : 83x/i RR : 20x/i
2.2 Pemeriksaan Fisik
Abdomen : TFU teraba setinggi pusat, teraba keras, kontraksi ada,
kandung kemih tidak teraba
Kandung kemih : tidak teraba
Genitalia : terdapat pengeluaran darah, warna merah kehitaman
*Tampak tanda perlepasan plasenta (semburan darah mendadak dan singkat,
perubahan tinggi dan bentuk uterus menjadi globuler dan tali pusat bertambah
panjang)
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa : Ny. T P1A0H1 inpartu kala III normal
3.2 Masalah : Ibu cemas dengan nyeri yang semakin meningkat
3.3 Kebutuhan :
a. Informasi tentang keadaan Ny. T
b. Dukungan selama persalinan
IV. PLANNING
1. Informasi hasil pemeriksaan pada ibu bahwa tidak ada janin kedua dan akan
disuntikan oksitosin 10 IU (1 cc) pada paha kanan bagian luar untuk membantu
melahirkan plasenta.
(E) : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan oksitosin sudah disuntikan
EBM : oksitosin bertujuan untuk membantu kontraksi uterus, apabila kontraksi
uterus baik maka pengeluaran plasenta akan lebih mudah kecuali pada kasus
retensio plasenta.
2. Keringkan bayi dan jaga kehangatan bayi dengan cara membersihkan dan
303

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


keringkan bayi mulai dari muka, kepala, bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks caseosa. Jaga kehangatan bayi dengan
mengganti handuk yang basah dengan handuk kering.
(E) : bayi sudah dikeringkan dan dijaga kehangatannya
EBM : mengeringkan bayi bertujuan untuk mencegah bayi dari hipotermi dan
dibagian tangan bayi tidak dibersihkan dari verniks caseosa bertujuan untuk
membantu bayi dalam proses inisiasi menyusu dini. aroma verniks caseosa
sama seperti aromau puting susu ibu yang dapat mempermudah bayi mencari
puting susu ibu sehingga proses IMD berhasil.
3. Melakukan jepit potong tali pusat, memegang tali pusat sekitar 5 cm,
mengklem tali pusat kearah ibu 3 cm da kearah bayi 2 cm, menggunting dengan
tangan kiri melindungi perut bayi, kemudian mengikat tali pusat menggunakan
benang tali pusat, setelah itu bayi diletakan di perut ibu untuk IMD selam 1 jam
(E) : jepit potong tali pusat sudah dilakukan
EBM : jepit potong tali pusat pada bayi ditunda dari 2 sampai 3 menit setelah
bayi lahir karena dapat mencegah bayi dari anemia. IMD dilakukan untuk
membentuk bonding yang kuat antara ibu dan bayi, selain itu hormone
oksitosin yang diproduksi dalam tubuh ketika bayi menysusu dapat membantu
rahim berkontraksi sehingga bermanfaat untuk mengurangi resiko perdarahan
setelah melahirkan dan membantu ibu merasa tenang dan santai.
4. Lakukan manajemen aktif kala III. Pindahkan klem pada tali pusat hingga
berjarak 5-10 cm dari vulva. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut
ibu, ditepi atas simfisis, sementara itu tangan lain meregangkan tali pusat.
Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus kearah belakang atas (dorso cranial). Setelah
plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati,
pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah jarum
jam untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput
ketuban.
(E) : sudah dilakukan manajemen aktif kala III dan plasenta lahir pukul 11.20 WIB
EBM : manajemen katif kala 3 mengupayakan kontraksi yang adekuat dari
uterus dan mempersingkat waktu kala 3, mengurangu jumalah kehilangan
darah dan menurunkan angka kejadian retensio plasenta.

304

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


5. Periksa kelengkapan plasenta yaitu bagian maternal dan bagian fetal
plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan
selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik
yang tersedia.
(E) : pengecekan plasenta sudah dilakukan dan plasenta lahir lengkap
EBM : periksa kelengkapan plasenta bertujuan untuk memastikan seluruh
kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap. Apabila terdapat sisa
plasenta dalam kavum uteri akan membuat kontraksi uterus tidak adekuat
sehingga menimbulkan perdarahan.
6. Periksa laserasi pada jalan lahir dan perineum.
(E) : Terdapat laserasi derajat 2 yaitu mukosa vagina, kulit dan jaringan
perineum.
EBM : periksa laserasi jalan lahir bertujuan untuk menlihat sumber perdarahan,
apabila dari laserasi jalan lahir maka dilakukan penjahitan dan apabila berasal
dari Rahim maka dilakukan eksplorasi Rahim dsb.
7. Menjahit luka perineum menggunakan benang cromic, menjahit dengan teknik
satu-satu (2 kali jahitan), dari bagian dalam hingga ke permukaan perineum dan
menjahit dengan anestesi dengan lidokain
(E) : menjahit luka perineum sudah dilakukan
EBM : penjahitan luka perineum bertujuan untuk menyatukan kembali jaringan
dan mencegah kehilangan darah yang banyak.
8. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
(E) : kontaksi rahim baik, TFU 2 jari di bawah pusat.
EBM : kontraksi uterus yang baik adalah ditandai dengan uterus yang keras dan
batas TFU jelas kemudian tidak ada pengeluaran darah yang mengalir deras dari
jalan lahir maupun dari rahim.

305

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


KALA IV:
I. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan bahwa ia merasakan nyeri pada bekas jahitan
II. DATA OBJEKTIF
2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum :Baik
b. Kesadaran :Composmentis
c. Tanda-tanda vital:

TD : 120/70mmHg Suhu : 36.7oC


Nadi : 80x/i RR : 22x/i
2.2 Pemeriksaan Fisik
Abdomen : TFU teraba 1 jari dibawah pusat, teraba keras,
kontraksi baik
Kandung kemih : tidak teraba
Genitalia : terdapat pengeluaran darah, lokhia warna merah
kehitaman
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa : Ny. T inpartu Kala IV normal
3.2 Masalah : Ibu tidak nyaman dengan kondisinya
3.3 Kebutuhan :
a. Informasi tentang keadaan Ny. T
b. Kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu
IV. PLANNING
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu dan bayi dalam
keadaan baik
(E) : ibu dan keluarga sudah mengetahui keadaan ibu dan bayi dalam keadaan
baik
2. Lanjutkan pemantauan tanda-tanda vital, kontraksi dan pencegahan
perdarahan pervagina, 15 menit pada jam pertama pascapersalinan, dan 30
menit pada jam kedua pasca persalinan
(E) : sudah dilakukan pemantauan kala IV selama 2 jam
EBM : Observasi yang harus dilakukan pada kala IV adalah tekanan darah, nadi,
temperatur (suhu), tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih dan
306

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


perdarahan.
Jam waktu TD N S TFU kontraksi Kandung Perdarahan
ke kemih
11.35 110/70 80 36.7 2 jr Baik dan Kosong ±10
1
bwh kuat
pst
11.50 110/80 78 2 jr Baik dan Kosong ±10
bwh kuat
pst
12.05 110/70 80 2 jr Baik dan Kosong ±10
bwh kuat
pst
12.20 110/70 78 2 jr Baik dan Kosong ±10
bwh kuat
pst
12.50 110/70 78 36.8 3 jr Baik dan Kosong ±10
2
bwh kuat
pst
13.20 110/70 80 3 jr Baik dan Kosong ±10
bwh kuat
pst

3. Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi,
yaitu, tangan ibu atau keluarga di letakkan pada perut bagian bawa ibu
kemudian mengusap (pijatan lembut) searah jarum jam selama 15 detik.
(E) : ibu dan keluarga sudah melakukan masase uterus dan kontraksi uterus baik
EBM : Manfaat masase uterus adalah merangsang uterus berkontraksi baik dan
kuat. Kontraksi uterus yang tidak kuat dan terus-menerus dapat menyebabkan
terjadinya atonia uteri, untuk membantu uterus berkontraksi, bisa dilakukan
dengan masase agar uterus tidak lembek dan mampu berkontraksi secara kuat
(Elisa dkk., 2018).
4. Membersihkan tubuh ibu dari sisa darah dan cairan ketuban dengan air dtt,
membantu ibu menggunakan pembalut dan stagen, memakai baju bersih.
(E) : ibu sudah merasa nyaman karena telah dibersihkan dan sudah
307

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


menggunakan pakaian bersih
EBM : upaya membersihkan ibu dari sisa darah dan cairan ketuban dengan air
dtt adalah untuk membuat ibu merasa bersih dan nyaman setelah proses
melahirkan.
5. Bersihkan alat yang digunakan selama proses persalinan dengan menempatkan
semua peralatan bekas pakai kedalam larutan klorin 0.5% untuk
didekontaminasi (selama 10 menit). Cuci dan bilas setelah didekontaminasi.
(E) : dekontaminasi alat sudah dilakukan dan sampah telahdi buang pada
tempatnya.
EBM : Dekontaminasi adalah upaya untuk mengurangi dan menghilangkan
kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan dan ruangan
melalui disinfeksi dan sterilisasi.
6. Anjurkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu dengan
memberikan makanan dan air putih untuk memulihkan energi ibu setelah
persalinan.
(E) :Ibu sudah makan dan minum
EBM : Nutrisi pada ibu nifas yaitu makanan yang harus dikonsumsi harus
seimbang, bergizi dan cukup energi. Makanan yang dikonsumsi seharusnya
mengandung sumber tenaga (energi), sumber pembangun (protein), sumber
pengatur dan pelindung (mineral, vitamin, dan air) (Putri dkk., 2022).

308

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


C. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.”T” POST PARTUM NORMAL 6 JAM
DI PMB HALIMATUN SAKDIAH TANGGAL 9 MARET 2022

I. DATASUBJEKTIF
1.1 Identitas/Biodata
Nama Ibu : Ny. T Nama Suami : Tn. A
Umur : 29 tahun Umur : 29 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Asisten Dosen Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor HP : 085375056xxx Nomor HP :-
Alamat : Gg. Taqwa, Dadok Tunggul Hitam, Padang
1.2 Keluhan Utama : ibu merasa lelah dan masih merasakan nyeri pada bekas
jahitan luka perineum
1.3 Riwayat menstruasi
Menarche : 14 tahun Teratur/tidak : teratur
Siklus : 28 hari Dismenorhoe : tidak ada
Banyaknya : 3-4x ganti pembalut Fluor albus : tidak ada
Lamanya : 6-7 hari Keluhan : tidak ada
Sifat darah : encer
1.4 Riwayat imunisasi TT : TT5
1.5 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
N Kehamilan Persalinan Anak Nifas KB

Suami U Peny Pe Jenis Tem Peny BB J Hid Ma Lama Perdar


o ke ulit no pat ulit /PB K up ti meny ahan
K lo /u uusui
1 1 Ater m Tdk Bidan
ng Normal PMB Tdk 2400 LK H
mu - 1 Tdk Tidak
ada ada gr hari ada ada
r
/45
cm
1.6 Riwayat Persalinan Sekarang
a. Tanggal bersalin : 9 Maret 2022

309

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


b. Tempat persalinan : PMB
c. Jenis persalinan : Spontan
d. Penolong persalinan :
e. Lama persalinan
Kala I : 13 jam Kala III : 10 menit
Kala II : 40 menit Kala IV : 2 jam
f. Laserasi jalan lahir : ada
g. Episiotomi : ada
h. Penjahitan : ada dengan anestesi
i. Perdarahan : dalam batas normal
j. Penyulit/Komplikasi : tidak ada
k. Bayi
 JK : laki-laki
 BB/PB : 2400 gr/45 cm
 APGAR skor : 7/8
 Anus : (+)
 IMD : ada
 Rooming in : ada
 Masalah pada bayi : cephal hematoma
1.7 Riwayat kontrasepsi yang digunakan : tidak ada
1.8 Pola kebiasaan setelah melahirkan
a. Nutrisi
 Makan
Frekuensi : 3-4x/hari
Jenis : nasi, lauk, sayur dan buah
 Minum
Frekuensi : 8-9x/hari
Jenis : air putih dan jus buah
b. Eliminasi
 BAB
Frekuensi : 1x/hari
Warna : kecoklatan
Bau : khas
310

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Konsistensi : lembek
Keluhan : tidak ada
 BAK
Frekuensi : 8-9x/hari
Warna : kuning jernih
Bau : khas
Keluhan : tidak ada
c. Pola istirahat
Siang : 30 menit
Malam : 5 jam
d. Pola seksual : belum
e. Pola aktivitas
Mobilisasi : sudah
Senam nifas : belum
Menyusui : Ibu sudah menyusui bayinya secara on demand
f. Personal hygiene
Mandi : 2x/hari
Gosok gigi : 2x/hari
Keramas : 6x/minggu
Ganti baju : 2x/hari
Membersihkan alat kelamin : setiap ganti pebalut, BAK dan BAB
Mengganti pakaian dalam : 2-3x/hari
Mengganti pembalut nifas : 3-4x/hari
Keluhan : tidak ada
1.9 Pola kebiasaan
Merokok : tidak ada Obat-obatan : tidak ada
Minum alkohol : tidak ada Jamu : tidak ada
1.10 Riwayat psikososial dan budaya
a. Pengalaman tentang melahirkan : baik
b. Bounding attachment : ada
c. Perasaan ibu saat nifas : ibu merasa senang atas kehadiran bayinya
d. Cara menyusui : benar
e. Kemampuan merawat bayi : cukup baik

311

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


f. Hubungna dengan suami, bayi, anggota keluarga yang lain : baik
g. Perkawinan : satu kali
h. Masalah pada perkawinan : tidak ada
i. Dukungan keluarga : baik
j. Tradisi yang mempengaruhi nifas : tidak ada
1.11 Informasi yang sudah didapat
a. Pencegahan perdarahan masa nifas Sudah
b. Tanda-tanda bahaya pada masa nifas Sudah
c. Senam nifas
Sudah
d. Nutrisi pada masa nifas
Sudah
e. Personal Hygien masa nifas
Sudah
f. Perawatan payudara
Sudah
g. Perawatan bayi baru lahir
h. ASI Eksklusif Sudah

i. Teknik menyusui yang benar Sudah


j. Keluarga berencana Sudah

II. DATA OBJEKTIF

(Data subjektif didapat dengan pemeriksaan secara langsung pada klien)


2.1 Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Sedang
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV
TD : 120/70 mmHg Nadi : 80x/i
Pernafasan : 22x/i Suhu : 36.7C
2.2 Pemeriksaan Antropometri
TB : 152 cm
BB : 46 kg
LiLA : 23 cm
2.3 Pemeriksaan Fisik
Wajah : Simetris, bersih, tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum
Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih

312

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Mulut : Bibir merah muda, tidak ada caries gigi
Dada : Simetris, hiperpigmentasi pada aerola, papilla menonjol,
ASI (+)
Abdomen : Tidak ada bekas operasi, ada striae, ada linea nigrae, TFU 2
jari dibawah pusat dan kontraksi uterus baik
Ekstremitas : Simetris, jari lengkap, tidak pucat, tidak ada varises dan
tidak udem
Genitalia : Tidak udem dan Pengeluaran lochea rubra, normal
Perineum : Bekas luka jahitan bersih dan tidak ada tanda-tanda
infeksi
Anus : Tidak ada haemoroid, normal
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa : Ny. “T” post partum hari ke 1 dengan KU Ibu baik
3.2 Masalah : lelah dan nyeri pada bekas jahitan perineum
3.3 Kebutuhan : Jelaskan cara merawat luka jahitan perineum
3.4 Masalah potensial : Tidak ada
3.5 Identifikasi kebutuhan tindakan segera : Tidak ada
IV. PLANNING
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dalam keadaan baik dan
hasil pemeriksaan secara keseluruhan dalam batas normal
(E) : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Jelaskan kepada ibu penyebeb nyeri luka perineum
(E) : ibu sudah mengetahui penyebeb luka perineum
EBM : Nyeri perineum sebagai manifestasi dari luka bekas penjahitan yang
dirasakan pasien akibat ruptur perineum pada kala pengeluaran. Robekan
perineum perlu tindakan penjahitan. Dari jahitan perineum tadi pasti
menimbulkan rasa nyeri (Susilawati, 2019).
3. Jelaskan kepada ibu tentang kebutuhan mobilisasi dini setelah melahirkan
(E) : ibu sudah mengetahui kebutuhan mobilisasi setelah melahirkan
EBM : Mobilisasi dini berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan
mengeluarkan cairan vagina (lochea) mobilisasi haruslah dilakukan bertahap,
yaitu dimulai dengan gerakan miring kekanan dan kekiri, lalu menggerakkan

313

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


kaki. selanjutnya ibu dapat mencoba untuk duduk ditepi tempat tidur.
Kemudian, ibu bias turun dari ranjang dan berdiri (Khatimah & Saleh, 2022).
4. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup di saat bayinya tidur
(E) : ibu sudah mengetahui kebutuhan tidur selama nifas
EBM : Kekurangan pola istirahat pada ibu menyusui harus dapat teratasi. Hal
ini bisa diantisipasi dengan cara mengikuti pola tidur bayi. Sebisa mungkin,
ibu tidur saat bayi tertidur dan bangun saat bayi bangun untuk disusui.
Dengan mengikuti pola tidur bayi ini, setidaknya ibu bisa terbantu untuk
mendapatkan waktu istirahat yang lebih cukup (Aditama & Sari, 2019).
5. Berikan penjelasan pada ibu cara menyusui yang benar
(E) : ibu sudah mengetahui teknik menyusui yang baik dan benar
EBM : Teknik menyusui yang baik dan benar adalah apabila areola sedapat
mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin
dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk ini, maka sudah
cukup bila rahang bayi supaya menekan tempat penampungan air susu
(sinus laktiferus) yang terletak dipuncak areola di belakang puting susu.
Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi enggan menyusu (Yuliatul & Mudawamah, 2019).
6. Berikan KIE kepada ibu tentang nutrisi ibu menyusui
(E) : ibu sudah mengetahui nutrisi selama nifas dan menyusui
EBM : Nutrisi pada ibu nifas yaitu makanan yang harus dikonsumsi pada
masa nifas harus seimbang, bergizi dan cukup energi. Makanan yang
dikonsumsi seharusnya mengandung sumber tenaga (energi), sumber
pembangun (protein), sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin,
dan air) (Putri dkk., 2022).

314

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


CATATAN PELAKSANAAN ASUHAN LANJUTAN

15 Maret 2022 SUBJEKTIF


Ibu mengeluhkan nyeri dan basah pada luka perineum dan
(KF II)
ibu menggunakan air rendaman daun sirih untuk cebok
1. Pola nutrisi :
 Frekuensi : makan 3x/hari, minum 7-8 gelas/hari
 Menu : nasi, sayur, lauk, buah, air putih dan teh
 Keluhan : tidak ada
2. Pola eliminasi :
 BAB : 1x/hari, konsistensi keras warna kecoklatan
 BAK : 7-8x/hari, warna kuning jernih
3. Pola istirahat :
 Tidur siang : 1 jam
 Tidur malam : 5 jam
4. Pola aktivitas :
Ibu mengatakan bahwa keluarga ikut membantu ibu
merawat bayinya
5. Data psikososial :
 Respon psikologi ibu : baik
 Bounding attachment : berhasil
 Soaial budaya yang mempengaruhi nifas :
penggunaan air rabusan daun sirih untuk
mempercepat penyembuhan luka perineum

OBJEKTIF
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda-tanda vital:
TD : 110/80 mmHg Suhu : 36,7°C
N : 82x/i RR : 20x/i
d) Pemeriksaan fisik
1. Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
2. Mulut : Bibir merah muda, tidak ada caries gigi

315

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


3. Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid
dan limfe
4. Ekstremitas : simetris, tidak ada udem, tidak varises
5. Luka perineum : basah, ada pus dan terdapat tanda-
tanda infeksi seperti kemerahan, bengkak dan ibu
merasa perih dan kesakitan
ASSESMENT
1. Diagnosa : Ny. T P1A0H1 postpartum hari ke 6
dengan KU baik
2. Masalah : infeksi pada luka perineum
3. Diagnosa potensial : sepsis puerperalis
4. Masalah potensial : tidak ada
5. Kebutuhan :
 Beritahu ibu bahwa kondisinya saat ini
 Jelaskan penyebab keluhan ibu
 Jelaskan kepada ibu mnegenai rendaman air daun
dalam proses penyembuhan luka perineum
 Menjelaskan kepada ibu cara merawat luka
perineum
 Anjurkan ibu untuk periksa ke dokter
PLANNING
1. Jelaskan pada ibu bahwa kondisinya saat ini normal
(E) : ibu sudah mengetahui kondisinya saat ini dan ibu
merasa senang dengan hasil pemeriksaan
2. Jelaskan kepada ibu penyebab infeksi luka perineum
(E) : ibu sudah mnegetahui penyebab infeksi luka
perienum
EBM : Infeksi nifas adalah semua peradangan yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam
alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas.
Infeksi nifas dapat disebabkan oleh kuman seperti
Streptococcus Haemolyticus Aerobik, Staphylococcus
Aureus, Eschericia Coli dan Clostridium Welchii (Ratih,
316

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


2020).
3. Jelaskan kepada ibu mengenai rendaman air daun
sirih yang dapat menginfeksi luka perineum
(E) : ibu sudah mengetahui mengenai rendaman air
daun sirih
EBM : Dari beberapa penelitian air rendaman daun
sirih terbukti dapat mempercepat penyembuhan luka
perineum namun dalam penggunaanya harus
berhati-hati. Kuman dapat masuk kedalam air
rendaman daun sirih yang dapat menyebabkan
infeksi pada luka perineum ketika diberikan.
Rendaman air daun sirih bersifat antiseptic sehingga
dapat mempercepat penyembuhan luka perineum.
Antiseptik yang terkandung dalam daun sirih dapat
membunuh bakteri normal yang ada disekitar vagina
dan perineum. Bakteri normal ini berguna untuk
mencegah/melawan bakteri jahat yang akan masuk
ke dalam vagina yang dapat meyebabkan infeksi.
Sampai saat ini belum ada penelitian mengenai dosis
pemakaian randaman daun sirih yang aman untuk
penyembuhan luka perineum. Daun sirih
kemungkinan besar dapat membunuh bakteri normal
yang ada di sekitar vagina dan perineum sehingga
bakteri jahat dapat masuk salah satunya ke luka
perineum. Ketika bakteri jahat masuk kedalam
perlukaan maka terjadilah proses peradangan.
Peradangan ini ditandai dengan luka yang basah dan
pus, warna kemerahan, bengkak, perih/panas dan
disertai dengan demam (Ratih, 2020).
4. Jelaskan pada ibu cara merawat luka pada perienum
yaitu dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah
BAK/BAB, gunakan air hangat untuk membersihkan
area perineum terutama pada bekas luka

317

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


menggunakan handuk bersih dan kering atau tissu,
gunakan pakaian dalam yang bersih dan dapat
menyerap keringat dan ganti pembalut secara teratur
minimal 3-4 jam sekali.
(E) : ibu sudah mengetahui cara merawat luka
perineum
EBM : Perawatan luka perineum bertujuan untuk
mencegah infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan
mempercepat penyembuhan (Novitasari, 2022)
5. Anjurkan ibu untuk periksa ke dokter
(E) : ibu sudah merencanakan kunjungan ke dokter
yaitu tanggal 16 Maret 2022

26 Maret 2022 SUBJEKTIF


Ibu mengeluhkan susah BAB
(KF III)
1. Pola nutrisi :
 Frekuensi : makan 3x/hari, minum 6-7 gelas/hari
 Menu : nasi, sayur, lauk, air putih dan teh
 Keluhan : tidak ada
2. Pola eliminasi :
 BAB : 3x/minggu, konsistensi keras warna
kecoklatan
 BAK : 8-9x/hari, warna kuning
3. Pola istirahat :
 Tidur siang : 1 jam
 Tidur malam : 5-6 jam
4. Pola aktivitas :
Ibu mengatakan bahwa keluarga ikut membantu ibu
merawat bayinya
5. Data psikososial :
 Respon psikologi ibu : baik
 Bounding attachment : berhasil

OBJEKTIF

318

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda-tanda vital:
TD : 120/90 mmHg Suhu : 36,6°C
N : 80x/i RR : 20x/i
d) Pemeriksaan fisik
1. Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
2. Mulut : Bibir merah muda, tidak ada caries gigi
3. Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid
dan limfe
Ekstremitas : simetris, tidak ada udem, tidak varises
ASSESMENT
1. Diagnosa : Ny. T P1A0H1 postpartum hari ke 17
dengan KU baik
2. Masalah : susah BAB
3. Diagnosa potensial : tidak ada
4. Masalah potensial : konstipasi
5. Kebutuhan :
 Beritahu ibu bahwa kondisinya saat ini
 Jelaskan penyebab keluhan ibu
 Jelaskan makanan yang dapat mengatasi
konstipasi selama nifas
PLANNING
1. Jelaskan pada ibu bahwa kondisinya saat ini normal
(E) : ibu sudah mengetahui kondisinya saat ini dan ibu
merasa senang dengan hasil pemeriksaan
2. Jelaskan penyebab konstipasi yang dialami ibu
(E) : Ibu sudah mengetahui penyebab konstipasi dan
cara mencegah konstipasi selama nifas
EBM : Konstipasi pada masa nifas selain disebabkan
oleh faktor metode persalinan, obat anastesi dan
pengaruh hormone juga dipengaruhi oleh makanan
yang dikonsumsi oleh ibu rendah serat, tarak

319

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


makanan, kurang mobilisasi dan faktor psikologis
(Syalfina dkk., 2019).
3. Jelaskan kepada ibu mengenai pecegahan konstipasi
pada masa nifas
(E) : ibu sudah mengetahui cara mencegah terjadinya
konstipasi selama nifas
EBM : Menurut Syalfina dkk., (2019) cara mengatasi
konstipasi pada ibu nifas adalah menganjurkan ibu
untuk mengkonsumsi air minum 8 liter/hari dan
menghindari minuman berkafein. Kemudian
menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan
yang tinggi serat seperti buah dan sayur untuk
memperlancar defekasi. Menurut Ardhiyanti, (2017)
bahwa konstipasi pada ibu hamil dapat diatasi
dengan mengkonsumsi buah pepayadan Pisang raja.

22 April 2022 SUBJEKTIF


Ibu mengeluhkan ASI nya sedikit
(KF IV)
1. Pola nutrisi :
 Frekuensi : makan 3-4x/hari, minum 7-8 gelas/hari
 Menu : nasi, sayur, lauk, air putih dan jus buah
 Keluhan : tidak ada
2. Pola eliminasi :
 BAB : 1x/hari, konsistensi lembek warna
kecoklatan
 BAK : 8-9x/hari, warna kuning jernih
3. Pola istirahat dan tidur
 Tidur siang : 30 menit
 Tidur malam : 5 jam
4. Pola aktivitas :
Ibu mengatakan bahwa suami dan keluarga ikut
membantu ibu merawat bayinya
5. Data psikososial :

320

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


 Respon psikologi ibu : baik
 Bounding attachment : berhasil

OBJEKTIF
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) Tanda-tanda vital:
TD : 120/80 mmHg Suhu : 36,8°C
N : 81x/i RR : 20x/i
d) Pemeriksaan fisik
1. Mata : Simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih
2. Mulut : Bibir merah muda, tidak ada caries gigi
3. Leher : tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid
dan limfe
4. Ekstremitas : simetris, tidak ada udem, tidak varises
ASSESMENT
1. Diagnosa : Ny. T P1A0H1 postpartum hari ke 31
dengan KU baik
2. Masalah : ibu kurang istirahat dan ASI sedikit
3. Diagnosa potensial : tidak ada
4. Masalah potensial : tidak ada
5. Kebutuhan :
 Beritahu ibu bahwa kondisinya saat ini
 Jelaskan penyebab keluhan yang dirasakan oleh
ibu
 Jelaska kebutuhan istirahat selama nifas
PLANNING
1. Jelaskan pada ibu bahwa kondisinya saat ini normal
(E) : ibu sudah mengetahui kondisinya saat ini dan ibu
merasa senang dengan hasil pemeriksaan.
2. Jelaskan kepada ibu penyebab keluhan yang
dirasakan oleh ibu
(E) : ibu sudah mengetahui penyebab keluhan yang

321

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


dirasakan
EBM : penyebab produksi ASI sedikit yaitu kurang
istirahat, kebutuhan gizi yang kurang dan pola
makan yang tidak teratur, frekuensi pemberian ASI
untuk bayi, perawatan payudara.
3. Jelaskan kenutuhan istirahat dan tidur selama nifas
(E) : ibu sudah mengetahui kebutuhan istirahat dan
tidur selama nifas
EBM : Kekurangan pola istirahat pada ibu menyusui
harus dapat teratasi. Hal ini bisa diantisipasi dengan
cara mengikuti pola tidur bayi. Sebisa mungkin, ibu
tidur saat bayi tertidur dan bangun saat bayi bangun
untuk disusui. Dengan mengikuti pola tidur bayi ini,
setidaknya ibu bisa terbantu untuk mendapatkan
waktu istirahat yang lebih cukup (Aditama & Sari,
2019).
4. Jelaskan mengenai makanan yang dapat
meningkatkan produksi ASI seperti sayur-sayuran
(daun katuk, bayam, jantung pisang, wortel, bawang
putih), buah-buahan, ikan, biji-bijian dan kacang-
kacangan
(E) : ibu sudah mengetahui mengenai makanan yang
dapat mempengaruhi produksi ASI
EBM : Makanan yang dapat meningkatkan produksi
ASI diantaranya (1) Sayuran hijau, selain sumber
galaktagog, sayuran hijau juga mengandung senyawa
fitoestrogen yang serupa dengan hormon estrogen.
Senyawa ini baik untuk mendukung produksi ASI. (2)
Gandum utuh dan oat, gandum utuh dan oat
memiliki kandungan serat yang tinggi yang dapat
meningkatkan produksi ASI. Oat juga kaya zat besi
yang bermanfaat untuk mencegah anemia, penyebab
menurunnya produksi ASI yang umum terjadi pada

322

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


ibu postpartum. (3) Kacang-kacangan mengandung
serat yang baik untuk kesehatan pencernaan dan juga
mengandung protein, kalsium, dan zat besi yang
dapat menambah produksi ASI. (4) Biji-bijian yang
dapat untuk meningkatkan produksi ASI antara lain
wijen, biji chia, dan biji rami atau flaxseed. Biji-bijian
ini mengandung senyawa fitoestrogen yang baik
untuk meningkatkan produksi ASI. (5) Ikan dan telur,
ikan dan telur menjadi sumber protein yang baik
untuk ibu post partum. Karena protein dapat
mempercepat penyembuhan luka lasearsi perineum
dan juga dapat meningkatkan jumlah produksi ASI
(Subagio, 2019).
5. Jelaskan mengenai teknik menyusui yang benar
(E) : ibu sudah mengetahui teknik menyusui yang
benar
EBM : Teknik menyusui yang baik dan benar adalah
apabila areola sedapat mungkin semuanya masuk ke
dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin
dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar.
Teknik menyusui yang tidak benar dapat
mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak
keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi enggan menyusu (Yuliatul &
Mudawamah, 2019).
6. Jelaskan cara merawat payudara selama nifas
(E): ibu sudah mengetahui cara merawat payudara
EBM : Perawatan yang dilakukan terhadap payudara
bertujuan melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
sumbatan saluran susu sehingga memperlancar
pengeluaran ASI (Kumalasari, 2021).

323

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


D. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL NY. “T” USIA 1 HARI DENGAN KU BAIK
DI PMB HALIMATUN SAKDIAH TANGGAL 9 MARET 2022

I. DATA SUBJEKTIF
1.1 Identitas/Biodata
a. Biodata Bayi
Nama Bayi : Bayi Ny. T
Umur : 1 hari
Tanggal / Jam Lahir : 9 Maret 2022/ 11.10 WIB
JenisKelamin : Laki-laki
Anak ke : Pertama
b. Biodata Orang Tua Bayi
Nama Ibu : Ny. T Nama Suami : Tn. A
Umur : 29 tahun Umur : 29 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Asisten Dosen Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor HP : 085375056xxx Nomor HP :-
Alamat : Gg. Taqwa, Dadok Tunggul Hitam, Padang
1.2 Alasan Kunjungan : Ibu khawatir dengan benjolan yang ada di kepala bayi
1.3 Pola Kebiasaan Ibu
Merokok : tidak ada Obat-obatan : tidak ada
Minum alkohol : tidak ada Jamu : tidak ada
1.4 Riwayat Persalinan sekarang
1. Tanggal bersalin : 9 Maret 2022
2. Tempat persalinan : PMB
3. Jenis persalinan : Pervaginam/nornal
4. Penolong persalinan : Bidan
5. Lama persalinan :
Kala I : 13 jam Kala III : 10 menit
Kala II : 40 menit Kala IV : 2 jam
6. Perdarahan : dalam batas normal
324

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


7. Ketuban : jernih
8. Plasenta : lahir lengkap
9. Tali pusat : normal
10. Penyulit/komplikasi : tidak ada
11. Bayi :
Jenis kelamin : Laki-laki
APGAR Score : 7/8
Kondisi saat lahit : Menangis merintih , bernafas spontan, gerakan
aktif, otot baik dan warna kulit kemerahan
Rooming in : ada
IMD : ada
Bounding attachment : ada
Injeksi vit. K : ada
Salep mata : ada
Masalah pada bayi : tidak ada
1.5 Pola pemenuhan kebutuhan Bayi
1. Pola nutrisi
 Frekuensi : on demand
 Durasi : 1-2 jam
 Keluhan : tidak ada
2. Pola eliminasi
BAB
 Frekuensi : 1x/hari
 Warna : kehitaman
 Bau : khas
 Konsistensi : lembek
 Keluhan : tidak ada
BAK
 Frekuensi : 10-12x/hari
 Warna : kuning
 Bau :khas
 Keluhan : tidak ada
3. Pola istirahat
325

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


 Siang : 7 jam
 Malam : 8 jam
4. Personal hygiene : bayi mandi 2x/hari
1.6 Imunisasi
HB0
1.7 Data Psikososial
Ibu dan keluarga menerima dengan baik kehadiran bayi.
II. DATA OBJEKTIF
2.1 Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. Tanda-tanda vital
 Denyut jantung :138 kali permenit
 Pernafasan :45 kali permenit
 Suhu :36,6C
2.2 Pemeriksaan antropometri
Lingkar kepala : 32 cm Lingkar perut : 30 cm
Lingkar dada : 30 cm Panjang Badan : 45 cm
Lingkar lengan : 8 cm Berat badan : 2400 gram
2.3 PemeriksaanFisik
Kepala : Normal, ada cephal hematoma
Wajah : Bersih,tidak pucat, tidak ada bercak mongol, normal
Mata : Simetris, tidak ada strabismus, kelopak mata
terbentuk sempurna
Hidung : Simteris, lubang hidung 2, sekat hidung (+), tidak ada
pernafasan cuping hidung
Mulut : Tidak ada labioskizis/labiopalatoskizis
Telinga : Simetris, daun telinga terbentuk sempurna, tidak ada
serumen
Leher : Tidak ada kelainan dan pembengkakan
Dada : Simetris, tidak ada kelainan, tidak ada retraksi, suara
napas normal
Abdomen : Bulat, bergerak selaras dengan dada, tali pusat belum
326

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


lepas, tidak ada kelainan
Ekstremitas : Simetris, jari lengkap, gerak aktif, tidak pucat dan tidak
sianosis
Genitalia : Testis normal, tidak ada kelainan kongenital
Anus : Lubang anus (+)
Punggung : Tidak ada kelainan seperti spinabifida
Kulit : Tidak ada bercak mongol dan warna kulit kemerahan,
normal
2.4 Pemeriksaan neurologis
Refleks sucking : positif Refleks moro : positif
Refleks rooting : positif Refleks tonick neck : positif
III. ASSESMENT
1. Diagnosa : Bayi Baru Lahir Ny. T usia 1 hari KU normal dengan cephal
hematoma
2. Masalah : bayi sering menangis
3. Kebutuhan : beri KIE kepada ibu mengenai cephal hematoma dan penyebab bayi
sering nangis
IV. PLANNING
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan bayinya dalam keadaan normal
(E) : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan ibu senang dengan hasil
pemeriksaan
2. Menjelaskan kepada ibu mengenai cephal hematoma yang merupakan hal
normal dan tidak berbahaya
(E) : ibu sudah mengetahui mengenai cephal hematoma
EBM : Kondisi Cephalhematoma ini juga dipengaruhi oleh kesukaran melahirkan
yang dialami selama persalinan. Cephal hematoma juga dapat diartikan sebagai
kondisi pembengkakan di kepala karena adanya pengumpulan dan penumpukan
darah pada bagian subperiosteum. Cephalhematoma dapat sembuh dengan
sendirinya saat bayi berusia 3-6 bulan (Baebudi, 2020).
3. Menjelaskan kepada ibu mengenai penyebab bayi sering menangis
(E) : ibu sudah mengetahui penyebab bayi sering menangis
EBM : Menurut Anurogo (2019) penyebab bayi menangis adalah kemungkinan
bayi tersebut lapar, haus, teknik menyusu yang salah, ingin ditemani, tidak

327

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


nyaman, gigi tumbuh, lelah, bosan, kolik, atau kebiasaan, karakter, atau bayi
tersebut sakit, dan lain-lain.
4. Menjelaskan kepada ibu mengenai teknik menyusui yang benar
(E) : ibu sudah mengetahui teknik menyusui yang benar
EBM : Teknik menyusui yang baik dan benar adalah apabila areola sedapat
mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin
dilakukan pada ibu yang kalang payudaranya besar. Untuk ini, maka sudah cukup
bila rahang bayi supaya menekan tempat penampungan air susu (sinus
laktiferus) yang terletak dipuncak areola di belakang puting susu. Teknik
menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI
tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi
enggan menyusu (Yuliatul & Mudawamah, 2019).
5. Menjelaskan kepada ibu tentang pemberian ASI on demand untuk bayi
(E) : ibu sudah mengetahui tentang pemberian ASI on demand
EBM : Pemberian ASI secara on demand adalah Pemberian ASI tidak dijadwal
sesuai keinginan bayi, dengan menggunakan kedua payudara setiap menyusui
secara bergantian, dan istirahat yang cukup (Afriani, 2018).
6. Berikan penjelasan pada ibu tentang ASI esklusif
(E) : ibu sudah memahami terkait ASI eksklusif
EBM : ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan
selama 6 bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan
atau minuman lain, termasuk air putih. ASI adalah makanan terbaik bagi bayi
baru lahir, baik bayi yang dilahirkan cukup bulan maupun kurang bulan
(Lindawati, 2019).
7. Menjelaskan kepada ibu untuk waktu dan cara mengganti popok bayi yaitu
setiap 2 jam sekali atau setiap kali basah/BAB/BAK.
(E) : ibu sudah mngetahui waktu dan cara mengganti popok bayi
EBM : Menurut Permata dkk., (2020) sebaiknya mengganti diapers 3-4 jam
sekali, kecuali apabila bayi BAB, harus segera diganti. Cara mengganti popok bayi
sebaiknya mengguakan waslap dan kerigkan dengan yang lembut. Pemberian
bedak tabur pada daerah genitalia bayi seabiknya dihindari karena akan mudah
terjadinya iritasi dan infeksi (Permata dkk., 2020).

328

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


CATATAN PELAKSANAAN ASUHAN LANJUTAN
15 Maret 2022 SUBJEKTIF
(KN II) 1. Keluhan: ibu mengatakan ada biang keringat di badan
dan leher bayi
2. Nutrisi bayi
 Frekuensi : on demand
 Menu : hanya ASI
 Keluhan : tidak ada
3. Pola eliminasi
 BAK
Frekuensi : 13x/hari
Warna : kuning
Bau : khas
Keluhan : tidak ada
 BAB
Frekuensi : 4-5X/hari
Warna : hijau kecoklatan
Bau : khas
Konsistensi :lunak
Keluhan : tidak ada
OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV
 Denyut jantung : 138x/i
 Pernafasan : 45x/i
 Suhu : 36,8C
4. Pemeriksaan fisik
 Dada : simteris, tidak ada retraksi pada dinding
dada, normal
 Abdomen : Bulat, bergerak selaras dengan dada,
tali pusat sudah lepas, normal

329

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


 Warna kulit : kemerahan dan ada biang
keringat/miliariasis
 Ekstremitas : gerakan aktif
ASSESMENT
1. Diagnosa : By. Ny. T usia 6 hari dengan KU baik
2. Masalah : ada biang keringat di leher dan bada bayi
3. Diagnosa potensial : biang keringat
4. Masalah potensial : tidak ada
5. Kebutuhan :
a. Berikan ibu KIE mengenai biang keringat
b. Berikan ibu KIE tentang perawatan bayi sehari-
hari
PLANNING
1. Jelaskan pada ibu bahwa kondisi bayinya saat ini
normal
(E) : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan ibu
merasa senang dengan kondisi aankanya saat ini
2. Jelaskan kepada ibu mengenai biang keringat dan cara
mencegahnya
(E) : ibu sudah mengetahui cara mencegah miliariasis
EBM : Biang keringat banyak ditemukan pada kondisi
cuaca yang panas, demam dan bayi yang menggunakan
pakaian berlebihan, yaitu pakaian yang terlalu tebal
atau berlapis maupun berbahan tidak menyerap
keringat. Biang keringat yang terjadi akibat adanya
blokade saluran kelenjar keringat dipengaruhi juga oleh
kondisi kulit bayi yang belum berkembang sempurna
dan produksi keringat atau hidrasi masing- masing
individu. Menurut Mumpuni (2016), pencegahan pada
bayi dengan Milliariasis adalah memandikan bayinya 2
kali sehari menggunakan air dingin dan sabun cair,
membasuh bayi dengan handuk basah lalu keringkan
dengan kain yang lembut dan bersih jika bayi

330

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


berkeringat, jangan berikan bedak ketika berkeringat
karena akan dapat menutupi pori-pori kulit bayi
sehingga terjadi penumpukan kuman yang dapat
memperburuk miliariasis, menghindari menggunakan
pakaian tebal.
3. Jelaskan mengenai perawatan bayi sehari-hari
(E) : ibu sudah mengetahui perawatan bayi sehari hari
EBM : Pengetahuan ibu diperlukan untuk merawat bayi
sehari-hari, misalnya seperti memandikan secara
teratur, mengganti popok atau baju pada saat yang
tepat, memilih bahan pakaian yang lembut, memilih
kosmetik berupa sabun mandi, sampo dan minyak
khusus bayi dipilih dengan tepat dan disesuaikan
dengan keadaan kulit bayi.
4. Mengevaluasi kembali teknik menyusui ibu
(E) : teknik menyusui ibu sudah benar
5. Menjelaskan kembali kebutuhan ASI On Demand untuk
bayi
(E) : ibu mengatakan selalu memberikan ASI secara On
Demand untuk bayinya
6. Menjelaskan kembali kepada ibu mengenai waktu dan
cara mengganti popok bayi yaitu setiap 2 jam sekali
atau setiap kali basah/BAB/BAK
(E) : ibu mengatakan mengganti popok bayi setiap kali
basah/setiap 2 jam sekali
26 Maret 2022 SUBJEKTIF
(KN III) 1. Keluhan: Ibu mengatakan benjolan dikepala bayi makin
membesar
2. Nutrisi bayi
 Frekuensi : on demand
 Menu : hanya ASI
 Keluhan : tidak ada
3. Pola eliminasi
331

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


 BAK
Frekuensi : 12x/hari
Warna : kuning
Bau : khas
Keluhan : tidak ada
 BAB
Frekuensi : 4-5x/hari
Warna : kuning kecoklatan
Bau : khas
Konsistensi :lembek
Keluhan : tidak ada
OBJEKTIF
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV
Denyut jantung : 133x/i
Pernafasan : 46x/i
Suhu : 36,7C
4. Pemeriksaan fisik
 Hidung : Simteris, lubang hidung 2, sekat hidung (+),
tidak ada pernafasan cuping hidung,
 Dada : simteris, tidak ada retraksi pada dinding
dada, normal
 Abdomen : tali pusat sudah lepas
 Warna kulit : kemerahan
 Ekstremitas : gerakan aktif dan terdapat miliaria
ASSESMENT
1. Diagnosa : By. Ny. T usia 17 hari dengan KU baik
2. Masalah : cephal hematoma membesar
3. Diagnosa potensial : tidak ada
4. Masalah potensial : tidak ada
5. Kebutuhan :

332

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


a. Menjelaskan kepada ibu mengenai cephal
hematoma
b. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke
dokter untuk melakukan pemeriksaan lanjut
PLANNING
1. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan
(E) : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan kembali kepada ibu tentang cephal
hematoma
(E) : ibu sudah mengetahui mengenai cephal hematoma
EBM : Kondisi ini terjadi karena dilakukannya tarikan
dengan metode cunam atau vakum. Kondisi
Cephalhematoma ini juga dipengaruhi oleh kesukaran
melahirkan yang dialami selama persalinan. Cephal
hematoma juga dapat diartikan sebagai kondisi
pembengkakan di kepala karena adanya pengumpulan
dan penumpukan darah pada bagian subperiosteum.
cephal hematoma dapat sembuh dengan sendirinya
saat bayi berusia 3-6 bulan (Baebudi, 2020).
3. Menganjurkan ibu untuk periksa bayinya ke dokter
(E) : ibu menyetujui untuk membawa bayinya ke dokter
4. Beritahu ibu jadwal kunjungan ulang dan jadwal
imunisasi BCG
(E) : ibu sudah mengetahui kunjungan ulang dan jadwal
imunisasi bayi yaitu tanggal 8 April 2022
EBM : Manfaat imunisasi BCG (Basil Calmette Guerin)
yaitu untuk mencegah bayi atau anak terserang dari
penyakit TBC yang berat, seperti: meningitis TBC dan
TBC milier. Vaksin (BCG) merupakan bagian dari
pemberian imunisasi dasar pada bayi sebanyak dosis
yang diberikan 0,05 Ml dan 0,1 Ml dosis diberikan pada
bayi 1-3 bulan (Rivanica & Hartina, 2020).
5. Mengevaluasi kembali teknik menyusui ibu

333

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


(E) : teknik menyusui ibu sudah benar
6. Menjelaskan kembali kebutuhan ASI On Demand untuk
bayi
(E) : ibu mengatakan selalu memberikan ASI secara On
Demand untuk bayinya
7. Menjelaskan kembali kepada ibu mengenai waktu dan
cara mengganti popok bayi yaitu setiap 2 jam sekali
atau setiap kali basah/BAB/BAK
(E) : ibu mengatakan mengganti popok bayi setiap kali
basah/setiap 2 jam sekali

334

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


E. Dokumentasi SOAP Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “T” USIA 29 TAHUN AKSEPTOR KB ALAMIAH
DI KOTA PADANG TANGGAL 26 JUNI 2022

I. DATA OBJEKTIF
1.1 Identitias/Biodata
Nama Ibu : Ny. T Nama Suami : Tn. A
Umur : 29 tahun Umur : 29 tahun
Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : Asisten Dosen Pekerjaan : Wiraswasta
Nomor HP : 085375056xxx Nomor HP :-
Alamat : Gg. Taqwa, Dadok Tunggul Hitam, Padang
1.2 AlasanBerkunjung
Ibu mengatakan ingin berkonsultasi terkait penggunaan kontrasepsi yang
alamiah.
1.3 HPHT : 17-06-2021
1.4 Hamil/Diduga Hamil : tidak hamil
1.5 Jumlah GPA
Gravid :0
Persalinan :1
Abortus :0
Hidup :1
1.6 Menyusui : Bayi menyusui secara on demand
1.7 Umur Anak Terkecil : 4 bulan
1.8 Riwayat Penyakit Sebelumnya :
 Penyakit Kuning : tidak ada
 Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya : tidak ada
 Keputihan yang Lama : tidak ada
 Tumor
Payudara : tidak ada
Rahim : tidak ada

335

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Ovarium : tidak ada
 Sakit Kepala Hebat/Gangguan Visual : tidak ada
 Konsumsi Obat Anti Kejang : tidak ada
1.9 Alat kontrasepsi yang pernah digunakan : tidak ada
II. DATA SUBJEKTIF
(Data subjektif didapat dari buku KIA dan klien)
2.1 Keadaan umum : baik
2.2 Kesadaran : composmentis
2.3 BB : 46 kg
2.4 TB : 152 cm
2.5 Pemeriksaan Dalam (Khusus IUD Dan MOW)
Tanda-Tanda Radang :-
Tumor/Keganasan Ginekologi : -
2.6 Posisi Rahim
Retrofleksi :-
Antefleksi :-
2.7 Pemeriksaan Tambahan (Khusus MOP Dan MOW)
Diabetes :-
Kelainan PembekuanDarah :-
Radang Orchitis/Epididimitis :-
Tumor/Keganasan Ginekologi : -
III. ASSESMENT
3.1 Diagnosa : Ny “T” Usia 29 Tahun Akseptor KB Alamiah
3.2 Masalah : tidak ada
3.3 Masalah Potensial : tidak ada
3.4 Identifikasi kebutuhan segera : konseling KB alamiah
IV. PLANNING
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
(E) : ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Jelaskan mengenai macam-macam KB alami yang bisa digunakan oleh ibu
(E) : ibu sudah mengetahui macam-macam KB alami dan ibu memilih KB metode
kalender
EBM : Jenis KB alamiah atau KB tanpa alat diantaranya ada KB metode kalender,

336

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


metode suhu basal, metode lendir serviks , metode Sim To Termal, metode
simptothermal, metode coitus interuptus (Priyanti & Syalfina, 2017).
3. Menjelaskan pengertian, manfaat, keuntungan, keterbatasan dan efektifitas KB
yang dipilih oleh Ibu
(E) : ibu sudah mengetahui pengertian, manfaat, keuntungan, keterbatasan dan
efektifitas KB metode kalender.
EBM : Metode kalender atau pantang berkala adalah cara atau metode
kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak
melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi.
Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi
(sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan) maupun
konsepsi (dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi
dengan melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk
meningkatkan kesempatan bisa hamil). Metode kalender atau pantang berkala
mempunyai keuntungan yaitu lebih sederhana, dapat digunakan oleh setiap
wanita yang sehat, tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam
penerapannya, tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual, kontrasepsi
dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko kesehatan
yang berhubungan dengan kontrasepsi, tidak memerlukan biaya, dan tidak
memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi. Sebagai metode sederhana dan
alami, metode kalender atau pantang berkala ini juga memiliki keterbatasan,
antara lain : (1) Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri, (2) Harus
ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya, (3) Pasangan suami
istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat, (4) Pasangan suami
istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur, (5) Harus mengamati sikus
menstruasi minimal enam kali siklus, (6) Siklus menstruasi yang tidak teratur
(menjadi penghambat), (7) Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode
kontrasepsi lain. Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik
dan benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri
harus mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah
sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus
menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama
dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dkk di

337

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan
metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah
14 per 100 wanita per tahun (Priyanti & Syalfina, 2017).
4. Menjelaskan penerapan KB metode kalender kepada ibu
(E) : ibu sudah mengetahui penerapan KB metode kalender
EBM : Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal
yaitu 21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi
dilakukan minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode
masa subur dengan melihat data yang telah dicatat.
a) Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur
adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret
ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret
dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Maret.
Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga tanggal 24 Maret.
Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan
senggama. Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus menggunakan
kontrasepsi.
b) Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini
menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6
siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
Rumus:
Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18
Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan
siklus terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).
Langkah 1: 25 – 18 = 7
Langkah 2: 30 – 11 = 19
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga masa ini,

338

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


suami istri tidak boleh melakukan senggama. Apabila ingin melakukan senggama
harus menggunakan kontrasepsi (Priyanti & Syalfina, 2017).
5. Menganjurkan ibu untuk memakai perlindungan tambahan yaitu kondom untuk
meningkatkan efektivitas KB metode kalender
(E) : ibu sudah mengetahui perlindungan tambahan yaitu kondom

339

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


BAB IV
ANALISIS KASUS

Pada BAB 4 ini akan dijelaskan tentang asuhan kebidanan berkelanjutan


(Continuity of Care) yang telah penulis lakukan kepada Ny. “S”, Ny. “I”, Ny. “M”, Ny. “R”
dan Ny. “T” sejak kehamilan trimester III, persalinan, nifas, bayi baru lahir, sampai
dengan pelayanan KB. Asuhan berkesinambungan adalah strategi kesehatan efektif yang
memungkinkan perempuan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan tentang
kesehatan mereka dan perawatan kesehatan mereka selama siklus hidupnya (Bohren,
2017). Model CoC ini telah diterapkan diberbagai negara di dunia, salah satunya Italia.
Berdasarkan penelitian dari Alba., dkk pada tahun 2019 memaparkan bahwa dengan
model berkesinambungan merupakan metode asuhan yang efektif dan andal. Ini
dihubungkan dengan kriteria kualitas, keamanan, dengan kebutuhan wanita tidak hanya
selama kehamilan tetapi juga selama fase postpartum.
Menurut Bohren (2017), tujuan umum dilakukan asuhan kehamilan yang
berkesinambungan adalah untuk memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi secara berkesinambungan demi mencegah
ketidak normalan dan komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan ataupun
setelah kehamilan. Continuity of care dapat diberikan melalui tim bidan yang berbagi
beban kasus, yang bertujuan untuk memastikan bahwa ibu menerima semua asuhannya
dari satu bidan atau tim praktiknya. bidan dapat bekerja sama secara multi disiplin dalam
melakukan konsultasi dan rujukan dengan tenaga kesehatan lainnya (Astuti, dkk, 2017).
Berdasarkan hasil asuhan yang penulis lakukan kepada Ny. “S”, Ny. “I”, Ny. “M”, Ny. “R”
dan Ny. “T” sejak masa kehamilan sampai dengan pelayanan KB diperoleh hasil sebagai
berikut :
4.1 Asuhan Kehamilan
1. Klien 1
Penulis melakukan asuhan kebidanan berkesinambungan pada masa kehamilan
setelah mengantongi izin dari dosen pembimbing akdemik yaitu Ibu Rafika Oktova S.ST,.
M.Keb dan preseptor lapangan yaitu Ibu Halimatun Sakdiah Amd. Keb yang biasa
dipanggil Ibu Atun. Praktek Bidan Mandiri ibu Atun beralamat di Perumahan Bunga Mas
Tahap 2, Blok AC No. 18, Dadok Tunggul Hitam, Koto Tangah, Padang. Penulis melakukan
asuhan kebidanan selama masa kehamilan trimester 3 pada Ny. S G1P0A0H0 (24 tahun).

340

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Penulis melakukan asuhan kebidanan selama kehamilan trimester ketiga pada Ny. S
melalui kunjungan rumah sebanyak 2 kali. Pertama, penulis melakukan kunjungan rumah
pada tanggal 6 Februari 2022 dan kunjungan kedua pada tanggal 15 Februari 2022.
Sebelum memulai memberikan asuhan, penulis terlebih dahulu meminta
persetujuan klien untuk menjadi klien Coc dengan menandatangani lembar persetujuan
klien CoC yang ditanda tangani klien dan diberi materai 10.000. Setelah klien setuju,
penulis memulai asuhan dengan menganamnesis klien. Data subjektif yang penulis
dapatkan adalah Ny. S berusia 24 tahun, hamil anak pertama dan belum pernah
keguguran (G1P0H0A0). Ny. S seorang ibu rumah tangga yang beralamat di di jl. Bhakti 2,
Dadok Tunggul Hitam, Padang. Ny. S tinggal bersama suaminya Tn. A yang berusia 27
tahun dan bekerja sebagai wiraswasta. Ny. S menikah pertama kali pada usia 23 tahun,
yaitu pada tanggal 26 Februari 2021. Ny. S dan keluarga mengaku tidak memiliki riwayat
penyakit menahun/sistemik/menular. Ny. S mengatakan hari pertama haid terkahirnya
(HPHT) pada tanggal 12 Juni 2021 dan usia kehamilan Ny. S sekarang adalah 33-34
minggu.
Keluhan yang dirasakan ibu saat ini (trimester 3) adalah Ny. S mengeluhkan susah
buang air besar. Pembesaran uterus menimbulkan sejumlah ketidaknyamanan normal
pada kehamilan salah satunya konstipasi. Adapun dampak konstipasi yaitu dapat
meningkatkan rasa tidak nyaman pada ibu hamil akibat gangguan dalam proses eliminasi.
Selain itu, konstipasi dapat memicu terjadinya haemoroid yang berisiko pecahnya
pembuluh darah vena pada daerah anus. Konstipasi pada wanita hamil umumnya
merupakan konstipasi fungsional. Ada beberapa faktor wanita hamil mengalami
konstipasi yakni: faktor hormonal, perubahan diet, pertumbuhan janin dan aktifitas fisik
(Kartikasari & Payana, 2017).
Cara mencegah konstipasi pada ibu hamil yaitu dengan mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung serat pada sayuran dan buah-buahan seperti, wortel, kacang
panjang, kembang kol, bayam, pepaya, pisang, atau apel. Selain itu, ibu harus minum 8-
10 gelas dalam sehari, serta menghindari minuman yang dapat memperberat kerja
sistem pencernaan seperti kopi atau teh, dan melakukan olahraga ringan atau mengikuti
senam hamil atau sekedar berjalan-jalan ringan setiap harinya. Menurut asumsi peneliti
rata-rata penderita konstipasi akan teratasi jika menjaga asupan nutrisinya seperti
sayuran hijau, buah yang banyak mengandung serat dan minum air putih sebanyak 8-10
gelas perhari.

341

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Pada kehamilan trimester pertama Ny. S mengeluhkan mual dan muntah. Mual
muntah biasanya terjadi pada awal kehamilan trimester 1 dan terjadi pada pagi hari yang
desebut juga dengan morning sickness. Mual dan muntah merupakan interaksi yang
kompleks dari pengaruh endokrin, pencernaan, faktor festibular, penciuman, genetik,
psikologi. Pola makan yang buruk sebelum maupun pada minggu-minggu awal
kehamilan, kurang tidur atau kurang istirahat dan stres dapat memperberat rasa mual
dan muntah. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa mual meskipun
tidak dapat dihilangkan sama sekali, adalah dengan mengkonsumsi makanan seimbang,
cukup bergerak dan cukup istirahat (Utaminingtyas & Pebrianthy, 2020).
Keluhan Ny. S pada kehamilan trimester kedua adalah nyeri pinggang. Peningkatan
distensi abdomen yang membuat panggul miring ke depan, penurunan tonus otot perut,
dan peningkatan beban berat badan pada akhir kehamilan membutuhkan penyesuaian
ulang atau realignment kurvatura spinalis. Pusat gravitasi wanita bergeser ke depan.
Kurva lumbosakrum normal harus semakin melengkung dan di daerah servikodorsal
harus terbentuk kurvatura sehingga terjadi fleksi anterior kepala berlebihan untuk
mempertahankan keseimbangan. Payudara yang besar dan posisi bahu yang bungkuk
saat berdiri akan semakin membuat kurva punggung dan lumbar menonjol. Pergerakan
menjadi lebih sulit, gaya berjalan ibu hamil yang bergoyang. Struktur ligamentum dan
otot tulang belakang bagian tengah dan bawahmendapat tekanan berat. Perubahan ini
dan perubahan lain terkait menimbulkan rasa tidak nyaman pada muskuloskeletal.
Peningkatan hormon progesteron dan relaxin menyebabkan pengenduran jaringan ikat
dan otot. Sehingga Symphisis Pubis danarticulasio cocsigeal melunak dan bergeser. Hal
ini lah yang menyebabkan munculnya nyeri pinggang pada masa kehamilan (Anggasari
& Mardiyanti, 2021).
Data objektif yang didaptakan dari Ny. S adalah keadaan umum baik, kesadaran
composmentis. TTV dalam batas normal, BB : 62 kg, TB 148 cm, LiLA : 30 cm. Pada
pemeriksaan fisik Ny. S didapatkan hasil dalam keadaan normal. Pemeriksaan leopold 1
teraba bulat keras dan tidak melenting (bokong). Leopold 2, sebelah kanan terba bagian-
bagian kecil dan bulat (ekstremitas) dan bagian kiri teraba panjang keras dan memapan.
Leopold 3 teraba bulat keras, melenting dan bagian terbawah janin belum memasuki
pintu atas panggul (PAP). Denyut jantung janin terdengar 142x/i, intensitas kuat, irama
teratur dan punctum maximum di kuadran IV. Dari buku KIA ibu didapatkan hasil
pemeriksaan laboratorium seperti tripple eliminasi (HIV, IMS dan hepatitis B) pada Ny. S

342

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


yaitu non reaktif, HB : 14 gr/dL dan golongan darah ibu A. Dari data subjektif dan objektif
diatas didapatkan diagnosa kebidananya adalah Ny. “S” G1P0A0H0, usia kehamilan 33-34
minggu, tunggal, hidup, intrauterin, letak kepala, punggung kiri, kesan jalan lahir baik,
keadaan umum Ibu dan Janin baik.
Asuhan yang diberikan saat kunjungan pertama ini adalah, menjelaskan penyebab
susah BAB pada ibu, cara mengatasi susah BAB pada ibu, dan memberikan dukungan
psikologis. Ibu yang mendapat dukungan emoional akan lebih siap psikologisnya karena
disebabkan semakin tinggi dukungan dari orang sekitar terutama suami maka akan
semakin rendah kecemasan menjelang kelahiran yang dialami oleh ibu hamil.
Memberikan perhatian dan kasih sayang dapat mengurangi psikologis ibu, bentuk
perhatian seperti menemani pemeriksaan kehamilan dan terus memberikan dukungan
bahwa ibu dapat menjalani proses melahirkan dengan lancar dapat membuat ibu senang
dan tidak depresi (Wahyuni & Yuliana, 2020). Ibu dan suami juga dianjurkan untuk vaksin
covid 19. Vaksin COVID-19 bermanfaat untuk memberi perlindungan agar tidak tertular
atau sakit berat akibat COVID-19 dengan cara menimbulkan atau menstimulasi
kekebalan spesifik dalam tubuh dengan pemberian vaksin. Pemerintah melalui
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor
HK.02.01/I/2007/2021 tentang Vaksinasi Covid-19 bagi Ibu Hamil dan Penyesuaian
Skrining dalam Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19. Surat Edaran tersebut sesuai dengan
rekomendasi Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI).
Penulis melakukan kunjungan kedua pada tanggal 15 Februari 2022. Seperti biasa,
sebelum melakukan asuhan penulis meminta izin klien untuk melakukan asuhan. Setelah
mendapat persetujuan, penulis langsung menganamnesis klien. Data subjektif yang
didapatkan adalah Ny. S mengeluhkan nyeri punggung. Pada pemeriksaan objektif
didapatkan KU ibu baik, kesadaran composmentis, TTV dalam batas normal, pemeriksaan
fisik didapatkan TFU 28 cm dan bagian terbawah janin belum memasuki pintu atas
panggul. Dari data subjektif dan objektif diatas disimpukan bahwa Ny. “S” G1P0A0H0,
usia kehamilan 35-36 minggu, tunggal, hidup, intrauterin, letak kepala, punggung kiri,
kesan jalan lahir baik, keadaan umum Ibu dan Janin baik. Asuhan yang diberikan kepada
Ny. S adalah menjelaskan mengenai penyebab nyeri punggung, cara mengatasi
ketidaknyamanan tersebut, dan memberikan KIE tentang persiapan persalinan.
Nyeri punggung biasanya memuncak pada usia gestasi 36 minggu dan akan
menurun kemudian. Selama kehamilan, relaksasi sendi di bagian sekitar panggul dan

343

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


punggung bawah ibu hamil kemungkinan terjadi akibat perubahan hormonal. Sejalan
dengan bertambahnya berat badan secara bertahap selama kehamilan dan redistribusi
pemusatan terdapat pengaruh hormonal pada struktur otot yang terjadi selama
kehamilan. Kedua faktor ini mengakibatkan adanya perubahan postur tubuh pada ibu
hamil yang dapat mengakibatkan nyeri pada punggung (Purnamasari, 2019).
Menurut Handayani (2022), metode pengontrolan nyeri secara non farmakologi
sangat penting karena tidak membahayakan, metode ini seperti (1) Ditraksi yaitu
memfokuskan perhatian pasien pada suatu selain pada nyeri merupakan mekanisme
yang bertanggung jawab pada teknik kognitif afektif lainnya. (2) Relaksasi, yaitu seluruh
sistem saraf, organ tubuh dan panca indra dapat beristirahat, untuk melepaskan
ketegangan yang ada dan pada dasarnya tetap sadar, salah satunya dengan control
pernafasan. (3) Pemijatan/massag. Massage menstimulasi reseptor tidak nyeri. Massage
membuat ibu hamil lebih nyaman karena meberikan relaksasi otot. (4) Hypnosis, efek
untuk menurunkan nyeri akut dan kronis teknik ini mungkin membantu pereda nyeri
trauma dalam periode sulit. (5) Memberi rangsangan alternatif yang kuat,
penanganannya berupa kompres hangat dan kompres dingin. (6) Prenatal yoga. Tujuan
prenatal yoga adalah mempersiapkan ibu hamil secara fisik, mental, dan spiritual untuk
menghadapi proses persalinan. (7) Senam hamil, senam hamil dapat memberikan
manfaat untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik ibu hamil,
memperlancar peredaran darah, mengurangi keluhan kram atau pegalpegal, dan
mempersiapkan pernafasan, aktivitas otot dan panggul untuk menghadapi proses
persalinan (Handayani, 2022).
Persiapam persalinan yang harus dipersiapkan ibu adalah mengetahui tanggal
perkiraan persalinan, Suami dan keluarga mendampingi ibu hamil saat bersalin,
menyiapkan tabungan untuk biaya persalinan,kendaraan jika sewaktu-waktu diperlukan,
merencanakan melahirkan ditolong oleh bidan atau dokter di fasilitas pelayanan
kesehatan, menyiapkan orang yang bersedia menjadi donor darah jika sewaktu-waktu
diperlukan dengan golongan darah yang sama dengan ibu hamil, perlengkapan ibu dan
bayi, membuat rencana pembuatan keputusan jika terjadi kegawatdaruratan. Hal ini
meliputi siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga dan siapa yang akan membuat
keputusan jika pembuat keputusan utama tidak ada saat terjadi kegawatdaruratan
(Wahyuni & Yuliana, 2020).
2. Klien 2

344

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Pada tanggal 6 februari 2022 penulis melakukan kunjungan rumah asuhan pada
masa kehamilan kepada Ny. I (30 tahun) G1P0A0H0 usia kehamilan 37-38 minggu. Pada
data subjektif dan objektif didapatkan bahwa Ny. I dalam keadaan baik. Pada saat ini Ny.
I mengeluhkan sering BAK di malam hari. Pada waktu hamil, ginjal bekerja lebih berat
dari biasanya, karena organ tersebut harus menyaring volume darah lebih banyak
dibanding sebelum hamil. Proses penyaringan tersebut kemudian menghasilkan lebih
banyak urine. Kemudian, janin dan plasenta yang membesar juga memberikan tekanan
pada kandung kemih, sehingga menjadikan ibu hamil harus sering kekamar kecil untuk
buang air kecil (Damayanti, 2019). Namun demikian penulis memberikan saran asuhan
kepada Ny. I untuk tidak mengurangi jumlah minum dalam sehari. Dampak dari kurang
minum adalah dehidrasi yang mengakibatkan ibu hamil merasa pusing atau bahkan
pingsan, detak jantung juga akan lebih cepat dari biasanya dan ibu akan merasa mual
hingga muntah. Kekurangan cairan juga akan berdampak buruk kepada janin terutama
menjelang waktu persalinan dimana dapat mengakibatkan persalinan premature karena
saat kontraksi rahim, tubuh tidak cukup cairan (Damayanti, 2019).
Penulis juga memberikan konseling terkait minuman yang dapat meningkatkan
aktivitas buang air kecil yaitu minuman yang mengandung alkohol, minuman bersoda
atau dengan kandungan tinggi gula dan minuman berkafein seperti kopi atau teh.
Kandungan dalam minuman tersebut bersifat mengiritasi kandung kemih dan membuat
seseorang lebih sering buang air kecil, sehingga akan lebih baik ibu mengurangi atau
menghindari minuman tersebut dan lebih banyak konsumsi air putih (Damayanti, 2019).
Kemudian penulis memberikan konseling terkait personal hygiene. Sering buang air kecil
akan menjadi masalah kesehatan jika ibu tidak menjaga kebersihan organ genetalia
seperti organ genetalia menjadi lecet, atau organ genetalia akan terasa gatal dan panas
karena organ genetalia tidak bersih dan dibiarkan lembab. Untuk mengatasi keluhan
tersebut, ibu harus mengantisipasi dengan tindakan mencuci tangan sebelum dan
sesudah buang air kecil, mengeringkan bagian organ genetalia dengan handuk atau tisu
bersih sesudah buang air kecil, dan menggunakan celana dalam berbahan menyerap
seperti katun serta mengganti celana dalam jika celana dalam sudah dalam keadaan yang
lembab (Damayanti, 2019)
3. Klien 3
Pada tanggal 6 Februari 2022 penulis mulai melakukan asuhan Coc pada Ny. M. Dari
data subjektif dan objektif didapatkan hasil bahwan Ny. M dalam keadaan baik dan

345

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


sehat. Keluhan yang dirasakan saat ini adalah susah tidur dimalam hari dan pada
kunjungan kedua pada tanggal 15 Februari 2022 Ny. M mengeluhkan nyeri pinggang.
Kedua keluhan yang dirasakan oleh Ny. M merupakan keluhan yang sering terjadi pada
ibu hamil trimester ke tiga. Ibu hamil pada trimester III merasakan ketidaknyamanan
yang lebih banyak karena semakin dekat dengan waktu melahirkan. Ibu hamil harus
dipersiapkan untuk beradaptasi terhadap ketidaknyamanan yang dirasakan dan perlu
juga menghindari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kehamilan supaya kehamilan
berjalan lancar dan dapat melahirkan dengan sehat baik ibu maupun bayinya. Sering kita
temui ibu hamil trimester III datang ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan berbagai
keluhan seperti malam hari kaki kram, sering BAK, sulit tidur, oedema, sakit pinggang
dan masih banyak keluhan yang lain. Sulit tidur pada ibu hamil ini biasanya dapat terjadi
mulai pada pertengahan masa kehamilan sampai akhir kehamilan. Sulit tidur dapat
disebabkan oleh perubahan fisik yaitu pembesaran uterus. Di samping itu sulit tidur
dapat juga disebabkan perubahan psikologis misalnya perasaan takut, gelisah atau
khawatir karena menghadapi kelahiran. Sering BAK dimalam hari dapat juga menjadi
penyebab terjadinya gangguan tidur pada ibu hamil. Akibat dari kurang baiknya kualitas
tidur bisa berisiko terhadap kehamilan dan saat proses melahirkan. Kebutuhan istirahat
apabila belum terpenuhi akan berpengaruh terhadap kesehatan janin. Ibu hamil
memerlukan sekitar delapan jam untuk tidur dimalam hari, selain itu tidur siang juga
dibutuhkan oleh ibu hamil. Ketika memasuki trimester III semakin banyak keluhan-
keluhan yang dirasakan ibu sehingga menggangu istirahat dan tidur. Menurut penelitian
terbaru yang dilakukan oleh National Sleep Foundation menyatakan bahwa lebih dari
79% wanita hamil mengalami gangguan dalam tidurnya. Sering lelah dan gangguan tidur
adalah salah satu keluhan yang paling sering disampaikan oleh ibu hamil. Rata-rata 60%
dari ibu hamil merasakan sering lelah pada akhir semester dan lebih dari 75%
mengeluhkan gangguan pola tidur (Afni & Dwienda, 2019).
Peran bidan dalam membantu ibu mengurangi keluhan sulit tidur yaitu dengan
menyarankan untuk mencari posisi tidur yang nyaman,mandi air hangat sebelum
tidur,mendengarkan music klasik,minum segelas air susu hangat atau ibu hamil juga bisa
mengatasi sulit tidur dengan olahraga. Olahraga yang diperuntukkan bagi ibu hamil
adalah olahraga yang aman bagi kehamilannya. Jenis olahraga yang paling sesuai untuk
ibu hamil adalah senam hamil. Senam hamil merupakan suatu bentuk olahraga atau
latihan yang terstruktur. Senam hamil sebagai salah satu alternatif dan pelayanan

346

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


prenatal yang dapat memutuskan siklus kecemasan dan meningkatkan rasa nyaman ibu
hamil ketika tidur ataupun untuk mengurangi keluhan-keluhan ibu hamil yang
mengakibatkan penurunan durasi tidur ibu hamil. Dari hasil penelitian lain yang
dilakukan oleh (Rahayu & Hastuti, 2019) menyimpulkan bahwa senam hamil
berpengaruh dalam mengatasi masalah gangguan tidur yakni dengan meningkatkan
kualitas tidur pada ibu hamil trimester III atau menjelang persalinan. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa senam hamil sangat membantu mengatasi gangguan tidur
ibu selama kehamilan melalui gerakan-gerakan dan latihan pernafasan dalam senam
hamil. Salah satu manfaat senam hamil diantaranya yakni untuk meningkatkan durasi
tidur ibu hamil. Bila ibu hamil melakukan latihan tersebut dengan rutin dan benar akan
terasa efek relaksasi pada ibu hamil yang berguna untuk mengatasi kecemasan dan
ketegangan (Afni & Dwienda, 2019).
Keluhan nyeri punggung yang dirasakan oleh ibu dapat disebakan oleh seiring
dengan membesarnya uterus, maka pusat gravitasi akan berpindah kearah depan
sehingga ibu hamil harus menyesuaikan posisi berdirinya, dimana ibu hamil harus
bergantung dengan kekuatan otot, penambahan berat badan, sifat relaksasi sendi,
kelelahan serta postur sebelum hamil. Postur tubuh yang tidak tepat akan memaksa
peregangan tambahan dan kelelahan pada tubuh, terutama pada bagian tulang
belakang sehingga akan menyebabkan terjadinya sakit atau nyeri pada bagian pinggang
ibu hamil. merupakan salah satu problem yang banyak dikeluhkan oleh para calon ibu.
Berdasarkan penelitian 50% ibu hamil sering mengeluhkan sakit punggang saat sedang
menjalani proses kehamilan. Sementara menurut Susanti & Putri (2019), nyeri pinggang
selama kehamilan adalah keluhan umum pada wanita hamil. Angkanya sekitar 50-70 %
dari wanita hamil bisa merasakannya. Nyeri pinggang ini bisa dirasakan di semua tingkat
usia kehamilan. Tetapi paling banyak dirasakan saat kehamilan tua (trimester ketiga).
Oleh karena itu, selain makan secara teratur, ibu hamil harus cukup istirahat dan
berolahraga sesuai dengan kebutuhannya. Salah satu olahraga yang baik untuk ibu
hamil adalah senam hamil. Senam hamil merupakan terapi latihan gerak yang diberikan
pada ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya baik fisik maupun mental dalam
menghadapi persalinan. Senam hamil sangat diperlukan oleh setiap ibu hamil, karena
senam hamil dapat membuat tubuh yang bugar dan sehat dan dapat membuat ibu
hamil tetap mampu menjalankan aktivitas sehari-hari sehingga stress akibat rasa cemas
menjelang persalinan akan dapat diminmalkan. Meskipun tubuh cukup sehat dan dapat

347

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


menyesuaikan diri dengan adanya perubahan- perubahan yang terjadi tapi akan sangat
membantu jika melakukan olahraga atau senam hamil. Biasanya proses pemulihan
setelah melahirkan pun akan lebih cepat dibandingkan tubuh yang kondisinya kurang
baik. Dengan berlatih senam hamil secara teratur, tingkat kesadaran secara keseluruhan
terhadap hakekat hidup bertambah, kelelahan dan nyeri pinggang pun berkurang, dan
ini akan membuat semangat bertambah (Susanti & Putri, 2019).
Menurut Handayani (2019), metode pengontrolan nyeri secara nonfarmakologi
sangat penting karena tidak membahayakan, metode ini seperti (1) Ditraksi yaitu
memfokuskan perhatian pasien pada suatu selain pada nyeri merupakan mekanisme
yang bertanggung jawab pada teknik kognitif afektif lainnya. (2) Relaksasi, yaitu seluruh
sistem saraf, organ tubuh dan panca indra dapat beristirahat, untuk melepaskan
ketegangan yang ada dan pada dasarnya tetap sadar, salah satunya dengan control
pernafasan. (3) Pemijatan/massag, adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum,
sering dipusatkan pada daerah pinggang dan bahu. Massage menstimulasi reseptor
tidak nyeri. Massage membuat ibu hamil lebih nyaman karena meberikan relaksasi otot.
(4) Hypnosis, efek untuk menurunkan nyeri akut dan kronis teknik ini mungkin
membantu pereda nyeri trauma dalam periode sulit. (5) Memberi rangsangan alternatif
yang kuat, penanganannya berupa kompres hangat dan kompres dingin. (6) Prenatal
yoga adalah salah satu modifikasi hatha yoga yang disesuaikan dengan kondisi ibu hamil.
Tujuan prenatal yoga adalah mempersiapkan ibu hamil secara fisik, mental, dan spiritual
untuk menghadapi proses persalinan. Gerakan peregangan otot dalam prenatal yoga
dapat meminimalisasi bahkan menghilangkan ketidaknyamanan yang seringkali
dirasakan selama masa kehamilan seperti hearth burn, nyeri di pinggul, atau tulang
rusuk, kram di kaki atau sakit kepala. (7) Senam hamil, senam hamil dapat memberikan
manfaat untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik ibu hamil,
memperlancar peredaran darah, mengurangi keluhan kram atau pegalpegal, dan
mempersiapkan pernafasan, aktivitas otot dan panggul untuk menghadapi proses
persalinan (Handayani, 2022).
4. Klien 4
Pada tanggal 25 April 2022, penulis melakukan asuhan CoC kepada Ny. R di PMB
Halimatun Sakdiah. Ny. R datang bersama suaminya pukul 07.30. keluhan yang ia
rasakan adalah perut yang sering tegang dan nyeri pada pinggang. Perubahan yang
terjadi selama kehamilan sering kali menjadi keluhan bagi ibu hamil diantaranya mual

348

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


muntah pada awal kehamilan, konstipasi, varises vena, gangguan berkemih, hemoroid,
dan pembengkakan pada tungkai dan kaki serta nyeri pinggang. Pada masa kehamilan
seiring denganmembesarnya uterus, maka pusat gravitasi akan berpindah kearah depan
sehingga ibu hamil harus menyesuaikan posisi berdirinya, dimana ibu hamil harus
bergantung dengan kekuatan otot, penambahan berat badan, sifat relaksasi sendi,
kelelahan serta postur sebelum hamil. Postur tubuh yang tidak tepat akan memaksa
peregangan tambahan dan kelelahan pada tubuh, terutama pada bagian tulang
belakang sehingga akan menyebabkan terjadinya sakit atau nyeri pada bagian pinggang
ibu hamil. merupakan salah satu problem yang banyak dikeluhkan oleh para calon ibu.
Berdasarkan penelitian 50% ibu hamil sering mengeluhkan sakit punggang saat sedang
menjalani proses kehamilan.
Sementara menurut Susanti & Putri (2019), nyeri pinggang selama kehamilan adalah
keluhan umum pada wanita hamil. Angkanya sekitar 50-70 % dari wanita hamil bisa
merasakannya. Nyeri pinggang ini bisa dirasakan di semua tingkat usia kehamilan. Tetapi
paling banyak dirasakan saat kehamilan tua (trimester ketiga). Oleh karena itu, selain
makan secara teratur, ibu hamil harus cukup istirahat dan berolahraga sesuai dengan
kebutuhannya. Salah satu olahraga yang baik untuk ibu hamil adalah senam hamil.
Senam hamil merupakan terapi latihan gerak yang diberikan pada ibu hamil untuk
mempersiapkan dirinya baik fisik maupun mental dalam menghadapi persalinan. Senam
hamil sangat diperlukan oleh setiap ibu hamil, karena senam hamil dapat membuat
tubuh yang bugar dan sehat dan dapat membuat ibu hamil tetap mampu menjalankan
aktivitas sehari-hari sehingga stress akibat rasa cemas menjelang persalinan akan dapat
diminmalkan.Meskipun tubuh cukup sehat dan dapat menyesuaikan diri dengan adanya
perubahan- perubahan yang terjadi tapi akan sangat membantu jika melakukan olahraga
atau senam hamil. Biasanya proses pemulihan setelah melahirkan pun akan lebih cepat
dibandingkan tubuh yang kondisinya kurang baik. Dengan berlatih senam hamil secara
teratur, tingkat kesadaran secara keseluruhan terhadap hakekat hidup bertambah,
kelelahan dan nyeri pinggang pun berkurang, dan ini akan membuat semangat
bertambah (Susanti & Putri, 2019).
5. Klien 5
Pada tanggal 8 Maret 2022, penulis memberikan asuhan CoC selama kehamilan
pada Ny. T (29 tahun) G1P0A0H0 usia kehamilan 37-38 minggu. Dari data subjektif dan
objektif didapatkan hasil Ny. T dalam keadaan baik. Saat ini, Ny. T mengeluhkan nyeri

349

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


pinggang dan perut terasa sering tegang. Ny. T juga mengataan bahwa ia di diagnosis
mengalami vaginismus oleh dokter. Dokter mengatakan bahwa Ny. T bisa melahirkan
dengan normal. Pada ibu dengan vaginismus dapat melahairkan secara normal dengan
syarat tidak ada komplikasi penyerta dan ibu dalam keadaan sehat. Vaginismus adalah
rasa sakit yang dirasakan oleh wanita saat bersenggama. Hal ini merupakan reaksi
vagina yang menyempit pada waktu senggama.Pada kondisi ini, wanita mengalami
spasme involunter dari otot pubococcygeus. Otot tersebut menjadi kencang dalam
mengantisipasi nyeri fisik ataupun emosional.Spasme vagina mungkin juga diikuti oleh
spasme dari otot ediktor dari paha.Alasan terjadinya vaginismus bervariasi seperti
pengalaman traumatis masa lalu, atau tumbuh dengan pesan negatif mengenai seks
yang berakibat adanya ketakutan atau hilangnya kontrol diri. Mayoritas ciri – ciri wanita
yang menderita vaginismus adalah merasakan nyeri pada vulva, kesulitan yang terus -
menerus dan berulang – ulang ketika melakukan penetrasi vagina selama hubungan
seksual disertai dengan rasa takut dan cemas. Selama upaya melakukan penetrasi, tubuh
mengantisipasi masuknya penis ke dalam vagina dengan mengencangkan otot – otot
dasar panggul sehingga secara spontan paha menyempit dan pantat terangkat.
Penyebab terjadinya vaginismus adalah respon emosional terhadap pengalaman seksual
awal yang negatif, penganiayaan seksual, pemeriksaan vagina yang menimbulkan nyeri,
masalah ereksi pada pasangan, tabu agama, nyeri yang dihubungkan dengan masalah
fisik (vagina pendek, hymen imperforata, tumor, nyeri kambuhan pada vulva, atau
cedera genetalia), serta rasa takut, misalnya rasa takut terkena infeksi menular seksual,
kehamilan, orientasi seksual, kanker dan HIV. Vaginismus menyebabkan penderita
mengalami distress dan kesulitan menjalin hubungan interpersonal. Istri yang menderita
vaginismus akan merasa malu, rendah diri, frustasi, apatis, labil, merasa bersalah dan
berdosa karena tidak bisa melaksanakan kewajibannya memenuhi batin suami dan
kehilangan kepercayaan diri. Dampak dari vaginismus dapat menyebabkan infertilitas
dan dapat mempengaruhi persepsi wanita tentang kewanitaanya. Persepsi ini
menyiratkan kemampuan wanita untuk hamil dan mengandung anak. Vaginismus dapat
menyebabkan pasangan kehilangan keinginan untuk berhubungan seksual.
Menurut penelitian Eserdag et all., 2021, Wanita hamil dengan vaginismus
cenderung memilih persalinan SC 39%, induksi persalinan 37% dan forcep 9%. Wanita
hamil dengan vaginismus bisa melahirkan normal/pervaginam dengan syarat tidak ada
faktor risiko seperti CPD, makrosomia, IUFD, IUGR, persalinan sungsang, persalinan

350

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


premature. Dalam penelitian ini, 5 dari 17 pasien vaginismus mampu melakukan
persalinan pervaginam sehingga menurunkan angka ibu hamil dengan persalinan SC.
Operasi SC elektif persalinan dalam penelitian ini sebanyak 7 dari 12 pasien yang disertai
dengan komplikasi seperti makrosomia, CDP, KPD, dan persalinan sungsang (Eserdag et
all,. 2021).
Keluhan yang ibu rasakan saat ini merupakan keluhan yang sering dialami oleh ibu
trimester ke tiga. Perubahan yang terjadi selama kehamilan sering kali menjadi keluhan
bagi ibu hamil diantaranya mual muntah pada awal kehamilan, konstipasi, varises vena,
gangguan berkemih, hemoroid, dan pembengkakan pada tungkai dan kaki serta nyeri
pinggang. Pada masa kehamilan seiring dengan membesarnya uterus, maka pusat
gravitasi akan berpindah kearah depan sehingga ibu hamil harus menyesuaikan posisi
berdirinya, dimana ibu hamil harus bergantung dengan kekuatan otot, penambahan
berat badan, sifat relaksasi sendi, kelelahan serta postur sebelum hamil. Postur tubuh
yang tidak tepat akan memaksa peregangan tambahan dan kelelahan pada tubuh,
terutama pada bagian tulang belakang sehingga akan menyebabkan terjadinya sakit
atau nyeri pada bagian pinggang ibu hamil. merupakan salah satu problem yang banyak
dikeluhkan oleh para calon ibu. Berdasarkan penelitian 50% ibu hamil sering
mengeluhkan sakit punggang saat sedang menjalani proses kehamilan. Sementara
menurut Susanti & Putri (2019), nyeri pinggang selama kehamilan adalah keluhan umum
pada wanita hamil. Angkanya sekitar 50-70 % dari wanita hamil bisa merasakannya.
Nyeri pinggang ini bisa dirasakan di semua tingkat usia kehamilan. Tetapi paling banyak
dirasakan saat kehamilan tua (trimester ketiga). Oleh karena itu, selain makan secara
teratur, ibu hamil harus cukup istirahat dan berolahraga sesuai dengan kebutuhannya.
Salah satu olahraga yang baik untuk ibu hamil adalah senam hamil. Senam hamil
merupakan terapi latihan gerak yang diberikan pada ibu hamil untuk mempersiapkan
dirinya baik fisik maupun mental dalam menghadapi persalinan. Senam hamil sangat
diperlukan oleh setiap ibu hamil, karena senam hamil dapat membuat tubuh yang
bugar dan sehat dan dapat membuat ibu hamil tetap mampu menjalankan aktivitas
sehari-hari sehingga stress akibat rasa cemas menjelang persalinan akan dapat
diminmalkan.Meskipun tubuh cukup sehat dan dapat menyesuaikan diri dengan adanya
perubahan- perubahan yang terjadi tapi akan sangat membantu jika melakukan olahraga
atau senam hamil. Biasanya proses pemulihan setelah melahirkan pun akan lebih cepat
dibandingkan tubuh yang kondisinya kurang baik. Dengan berlatih senam hamil secara

351

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


teratur, tingkat kesadaran secara keseluruhan terhadap hakekat hidup bertambah,
kelelahan dan nyeri pinggang pun berkurang, dan ini akan membuat semangat
bertambah (Susanti & Putri, 2019).

4.2 Asuhan Persalinan


1. Klien 1
Pada tanggal 9 maret 2022 pukul 01.45 WIB Ny. S dan suami datang ke PMB dengan
keluhan nyeri pada perut bagian bawah menjalar ke ari-ari disertai keluar lendir
brcampur darah sejak pukul 01.00 WIB. Pada pemeriksaan umum didapatkan hasil TTV
dalam batas normal. Pemeriksaan leopold (abdomen) didapatkan punggung kiri dan
bagian terbawah bulat keras dan melenting, bagian terbawah sudah memasuki PAP
dengan perlimaan 3/5, DJJ : 158x/i. Pada genitalia terdapat pengeluaran lendir
bercampur darah. Bidan melakukan pemeriksaan dalam dengan hasil VT 4 cm, ketuban
(+), penipisan 50%, dinding vagina tidak teraba massa abnormal, moulase 0, presentasi
kepala dengan dominator UUK yaitu kiri depan. Bagian terendah janin sudah memasuki
bidang hodge 3. Dari data subjektif dan objektif diatas didapatkan diagnosa kebidanan
yaitu Ny. “S” G1P0A0H0, usia kehamilan 38-39 minggu, tunggal, hidup, intrauterin, letak
kepala, punggung kiri, kesan jalan lahir baik, keadaan umum Ibu dan Janin baik, inpartu
kala 1 fase aktif.
Keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari yang dirasakan oleh ibu disebabkan oleh
kontraksi persalinan. Menjelang persalinan, ibu hamil akan mengalami kontraksi yang
konsisten (teratur). Kontraksi terjadi pada otot-otot rahim (myometrium) sebagai
pengaruh dari meningkatnya produksi hormon oksitosin menjelang persalinan. Kontraksi
yang dialami terasa makin sering, makin lama waktunya, dan makin kuat terasa, diserta
mulas atau nyeri seperti kram perut. Keluar lendir bercampur darah yang dialami oleh
ibu merupakan salah satu tanda persalinan. Dengan pendataran dan pembukaan, lendir
dari canalis cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini
disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim
hingga beberapa capillair darah terputus (Metti, 2016).
Salah satu cara untuk menurunkan rasa nyeri yaitu dengan cara teknik relaksasi
pernafasan. Dalam teknik relaksasi pernafasan ini akan membantu ibu bersalin
mendapatkan oksigen yang cukup. Oksigen tersebut akan berguna untuk ibu
mempercepat proses persalinan sehingga tidak akan terjadi persalinan lama (Nurhayati,
2019). Selain relaksasi pernafasan, masase lumbal juga dapat mengurngi rasa nyeri
352

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


persalinan. Pemijatan lumbal akan menyebabkan sekresi opioid yang merangsang saraf
parasimpatik dan penurunan kadar hormon kortisol dan katekolamin sehingga dapat
menghilangkan rasa nyeri (Puspitasari & Ernawati, 2018).
Selama kala 1 fase aktif, penulis dan keluarga selalu mendampingi ibu. Penulis
meminta keluarga untuk memberikan dukungan psikologis kepada ibu agar ibu merasa
tenang dan semangat. Ibu yang mendapat dukungan emosional akan lebih siap
psikologisnya karena disebabkan semakin tinggi dukungan dari orang sekitar terutama
suami maka akan semakin rendah kecemasan menjelang kelahiran yang dialami oleh ibu
hamil. Memberikan perhatian dan kasih sayang dapat mengurangi psikologis ibu, bentuk
perhatian seperti menemani pemeriksaan kehamilan dan terus memberikan dukungan
bahwa ibu dapat menjalani proses melahirkan dengan lancar dapat membuat ibu senang
dan tidak depresi (Wahyuni & Yuliana, 2020).
Penulis juga meminta keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu
selama kala 1. Kebutuhan nutrisi menjelang persalinan sangat penting. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kecukupan nutrisi ibu bersalin berhubungan dengan kemajuan
persalinan. Ibu bersalin yang memenuhi kebutuhan nutrisinya akan melalui proses
persalinan dengan baik dan mengalami kemajuan persalinan yang baik. Pembatasan
makan minum atau puasa saat persalinan dapat menyebabkan dehidrasi dan asidosis,
kelelahan, bahkan meningkatkan persalinan tindakan dan kehilangan darah intra partum.
Makanan atau nutrisi dengan konsistensi cair yang mengandung kalori tinggi sangat
tepat diberikan kepada ibu bersalin karena makanan tersebut akan mudah diabsorpsi
sehingga akan lebih cepat meningkatkan stamina tubuh ibu dan menambah kekuatan
untuk mengedan (Hardianti & Resmana, 2018).
Pada pukul 08.00 WIB, ibu mengatakan bahwa keluar air-air dari kemaluan dan rasa
nyeri yang dirasakan semakin kuat serta ada keinganan untuk meneran. Penulis dan
Bidan membawa ibu ke ruangan persalinan dan melakukan pemeriksaan fisik. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda gejala kala 2 yaitu vulva dan spingter ani
membuka, perineum menonjol dan tipis, anus membuka dan ada keinginan untuk
meneran. Bidan melakukan pemeriksaan dalam dengan hasil pembukaan lengkap,
selaput ketuban sudah pecah, warna air ketuban jernih, penipisan 100%. Bidan dan
penulis bersiap untuk melakukan pertolongan persalinan. Persiapan pertolongan
persalinan kala 2 yaitu memastikan partus set lengkap, APD, resusitasi set, oksitosin,
metil ergometrin, dan obat-obatan esnsial lainya, memakai APD. Punulis memposisikan

353

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


ibu dorsal recumbent dan mengajari ibu cara mengejan yang benar, yaitu apabila ada
kontraksi ibu silahkan menarik nafas panjang dari hidung, ditahan kemudian mengejan,
amat tidak boleh tertutup, menundukan kepala melihat ke perut, dagu menempel pada
dada, tidak boleh bersuara saat mengejan, kedua tangan berada pada selengkangan
paha dan ditarik kearah dada.
Posisi yang baik untuk meneran adalah sesuai dengan keinginan dan kenyamanan
ibu. Tapi ada beberapa posisi baik yang bisa dilakukan yaitu : pertama duduk atau
setengah duduk, seringkali merupakan posisi yang paling nyaman, disamping
memudahkan penolong persalinan dalam memimpin persalinan pada saat keluarnya
kepala bayi, tapi dalam mengamati perineum, kedua menungging atau posisi merangkak,
baik dilakukan apabila dirasakan kepala bayi tertahan di punggungnya. Posisi ini juga
bermanfaat pada bayi yang sulit berputar, ketiga jongkok atau berdiri, posisi ini
membantu turunya kepala bila persalinan berlangsung lambat atau bila tidak mampu
mengejan, keempat berbaring pada sisi kiri tubuh, posisi ini nyaman dan mampu
mencegah mengejan ketika pembukaan belum lengkap (Erlinawati & Parmin, 2021).
Selama kala 2 penulis meminta suami ibu agar selalu memberikan support kepada
ibu karena keterlibatan suami dalam mendampingi istri bersalin dapat membuat istri
merasa lebih nyaman, tenang, suami dapat memberikan pengertian pada istrinya
sehingga mereka tidak panic, emosional dan stress selama persalinan (Lestari P et al,
2019). Penulis juga meminta untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu agar ibu
tidak kehilangan tenaga selama mengedan. Jika ibu kurang minum dapat menyebabkan
terjadinya dehidrasi sehingga akan menyebabkan kontraksi tidak teratur dan kurang
efektif (Yulizawati, 2019). Bidan dan penulis melakukan pertolongan persalinan sesuai
dengan 58 langkah APN tahun 2017. Bayi lahir pukul 08.50 WIB, BB 2600 gram/PB 48 cm,
Jenis kelamin laki-laki, Apgar score 8/9.
Kala 3 berlangsung selama 10 menit, asuhan manajemen aktif kala 3 dilakukan
sesuai dengan prosedur APN 2017. pelepasan plasenta segera setelah bayi lahir, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit, jika lebih maka harus di beri penanganan lebih
atau dirujuk. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan
tanda-tanda Uterus menjadi bundar, uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas
segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, serta terjadi pendarahan
(Mutmainnah, 2017). Pada Ny. S terjadi pengeluaran plasenta pukul 09.00 dengan
selaput utuh dan kotiledon lengkap. Panjang tali pusat lebih kurang 50 cm. Dalam

354

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


keadaan normal, plasenta akan terlepas dalam waktu 10 menit setelah bayi lahir.
Lepasnya plasenta secara sculhze, biasanya tidak ada pendarahan sebelum plasenta lahir
dan banyak mengeluarkan darah setelah plasenta lahir, sedangkan cara Duncan yaitu
plasenta lepas dari pinggir, biasanya darah mengalir keluar antara selaput ketuban
(Mutmainnah, 2017).
Kala IV persalinan ibu dimulai dari pukul 09.00-11.00 WIB. Menurut Widiastini
(2018) kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta sampai dua jam setelah proses
persalinan. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV adalah tekanan darah, nadi,
temperatur (suhu), tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan.
Setelah itu, melakukan steril alat-alat partus, membuang sampah-sampah bekas pakai,
membersihkan ibu, memberikan rasa nyaman pada ibu, melakukan dekontaminasi pada
alat-alat seperti mencelupkan kedalam larutan clorine 0,5%, kemudian mencuci dengan
air mengalir, mencatat semua tindakan dalam patograf.
Setelah plasenta lahir dilakukan evaluasi terhadap laserasi pada jalan lahir ibu,
terdapat laserasi derajat 2 yang mengenai mukosa vagina dan kulit perineum, Bidan dan
penulis lansung melakukan penjahitan pada robekan perineum ibu. Robekan perineum
terjadi selama persalinan pervaginam spontan atau dengan tindakan, dan biasanya lebih
luas pada persalinan selanjutnya (Kettle, C, 2018). Menurut Pangastuti (2019) penjahitan
dilakukan untuk mendekatkan jaringan-jaringan agar terjadi proses penyembuhan.
Teknik penjahitan ada berbagai macam yaitu jahitan satu-satu, jelujur, dan subkutis.
Setelah itu ibu dibersihkan, dan anjurkan keluarga agar memenuhi nutrisi ibu, serta
ingatkan ibu untuk tidak menahan BAK. Kala IV dimaksudkan untuk observasi karena
pendarahan post partum paling sering terjadi pada satu jam pertama. Observasi
dilakukan tiap 15 menit pada satu jam pertama dan 30 menit pada jam kedua.
Pemantauannya meliputi tekanan darah, suhu, nadi, TFU, kontraksi, Kandung kemih, dan
perdarahan. Kala IV merupakan kala pengawasan dan berlangsung selama 2 jam
(Mutmainnah, 2017).
2. Klien 2
Pada tanggal 13 Februari 2022, Ny. I datang ke PMB Halimatun Sakdiah pukul 02.00
WIB dengan keluhan nyeri perut bagian bawah dan menjalar ke ari-ari sejak pukul 15.00
pada tanggal 12 Februari 2022. Pada jam 02.30 bidan melakukan pemeriksaan dalam
dan didapatkan hasil bahwa pembukaan 4 cm, penipisan 50%, ketuban utuh presentasi
kepala dengan denominator uuk kanan depan dan bagian terendah di hodge 3. Dari data

355

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


subjektif dan objektid didapatkan hasil bahwa Ny. I ibu inpartu kala 1 fase aktif.
Asuhan yang diberikan selama ibu inpartu kala 1 adalah memberikan penjelasan
mengenai keluhan yang dirasakan oleh ibu. keluhan yang dirasakan oleh ibu disebabkan
oleh kontraksi persalinan. Menjelang persalinan, ibu hamil akan mengalami kontraksi
yang konsisten (teratur). Kontraksi terjadi pada otot-otot rahim (myometrium) sebagai
pengaruh dari meningkatnya produksi hormon oksitosin menjelang persalinan. Kontraksi
ini sebagai suatu proses yang mendorong janin untuk keluar secara perlahan melalui
uterus bawah hingga akhirnya keluar atau lahir. Kontraksi yang dialami terasa makin
sering, makin lama waktunya, dan makin kuat terasa, diserta mulas atau nyeri seperti
kram perut. Perut ibu juga terasa kencang. Nyeri yang dirasakan terjadi pada bagian atas
atau bagian tengah perut atas atau puncak kehamilan (fundus), pinggang dan panggul
serta perut bagian bawah (Metti, 2016).
Kemudian penulis juga meberikan konseling mengenai kebutuhan nutrisi menjelang
persalinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecukupan nutrisi ibu bersalin
berhubungan dengan kemajuan persalinan. Ibu bersalin yang memenuhi kebutuhan
nutrisinya akan melalui proses persalinan dengan baik dan mengalami kemajuan
persalinan yang baik. Pembatasan makan minum atau puasa saat persalinan dapat
menyebabkan dehidrasi dan asidosis, kelelahan, bahkan meningkatkan persalinan
tindakan dan kehilangan darah intra partum. Kontraksi otot pada ibu bersalin cenderung
berlangsung cukup lama, hal ini dapat mengakibatkan kelelahan otot yang berujung
terhadap adanya peningkatan kadar keton. Sementara itu aktifitas uterus akan berisiko
menurun akibat dari terakumulasinya benda keton dan meningkatnya kadar keton
dalam urin yang melebihi ambang batas normal dapat menurunkan aktifitas uterus.
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya peningkatan kadar keton, ibu
bersalin disarankan untuk tidak membatasi makan minum. Selain itu bentuk makanan
akan mempengaruhi absorpsi nutrisi itu sendiri. Makanan atau nutrisi dengan
konsistensi cair yang mengandung kalori tinggi sangat tepat diberikan kepada ibu
bersalin karena makanan tersebut akan mudah diabsorpsi sehingga akan lebih cepat
meningkatkan stamina tubuh ibu dan menambah kekuatan untuk mengedan (Hardianti
& Resmana, 2018).
Keluhan nyeri pada Ny. I semakin meningkat, penulis memberikan kinseling
mengenai teknik menajemen rasa nyeri yaitu relaksasi pernafasan dan pijit lumbal 5.
Relaksasi merupakan metode efektif untuk menurunkan rasa nyeri yang merupakan

356

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan. Salah satu cara untuk
menurunkan rasa nyeri yaitu dengan cara teknik relaksasi pernafasan. Teknik relaksasi
adalah teknik yang dapat menurunkan ketegangan yang dialami ibu bersalin maupun
bayinya dan lebih efektif dilakukan sejak masa kehamilan. Dalam teknik relaksasi
pernafasan ini akan membantu ibu bersalin mendapatkan oksigen yang cukup. Oksigen
tersebut akan berguna untuk ibu mempercepat proses persalinan sehingga tidak akan
terjadi persalinan lama. Cara melakukan teknik relaksasi pernafasan yaitu menganjurkan
pasien untuk menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara,
menghembuskanya secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan
punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga didapat
rasa nyaman, tenang, dan rileks. Teknik relaksasi pernafasan juga dapat meningkatkan
konsentrasi sehingga mempermudah mengatur pernafasan. Jika pernafasan dapat
diatur maka oksigen dalam darah akan meningkat sehingga memberikan rasa tenang,
mengurangi detak jantung, dan tekanan darah sehingga nyeri akan turun (Nurhayati,
2019). Selain relaksasi pernafasan, masase lumbal juga dapat mengurngi rasa nyeri
persalinan. Pemijatan lumbal akan meningkatkan reseptor oksitosin yang menyebabkan
kualitas kontraksi uterus menjadi adekuat yang berdampak pada percepatan persalinan.
Selain itu teknik tersebut menyebabkan sekresi opioid yang merangsang saraf
parasimpatik dan penurunan kadar hormon kortisol dan katekolamin sehingga dapat
menghilangkan rasa nyeri (Puspitasari & Ernawati, 2018).
Pada pukul 07.30 WIB bidan melakukan pemeriksaan dalam kembali, dan
didapatkan hasil bahwa pembukaan lengkap, penipisan 100% namun ketuban belum
pecah maka akan dilakukan amniomtomi agar persalinan segera berlangsung. Pada
inpartu kala 2 hingga 4, penulis memberikan asuhan persalinan normal berdasarkan 58
langkah APN tahun 2017. Bayi lahir sponran pukul 08.25 WIB, jenis kelamin perempuan,
A/S 8/9, BB 3200 gram, PB 48 cm dan anus (+). Proses persalinan pada Ny. I berlangsung
dengan lancar tanpa ada komplikasi seperti perdarahan.
3. Klien 3
Pada tanggal 6 Maret 2022, Ny. M datang bersama suami ke PMB Halimatun
Sakdiah pukul 03.30 WIB dengan keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari sejak pukul
01.00 WIB. Bidan melakukan pemeriksaan dalam dengan hasil pembukaan ibu 2 cm,
penipisan 30%, presentasi kepala dengan denominator uuk kanan depan. Bidan
melakukan kembali pemeriksaan pukul 08.00 WIB dengan hasil pembukaan ibu masih 2

357

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


cm dengan his 2/10’/30”, lalu pukul 13.00 WIB pembukaan juga masih 2 cm dengan his
/10’/40”. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa Ny. “M” G1P0A0H0, usia kehamilan
35-36 minggu, tunggal, hidup, intrauterin, letak kepala, punggung kiri, kesan jalan lahir
baik, keadaan umum Ibu dan Janin baik dengan fase laten memanjang.
Persalinan dengan kala 1 memanjang adalah persalinan yang fase latennya
berlangsung lebih dari 8 jam dan pada fase aktif laju pembukaanya tidak adekuat atau
bervariasi kurang dari 1 cm setiap jam selama sekurang-kurangnya 2 jam setelah
kemajuan persalinan, kurang dari 1,2 cm per jam pada primigravida, lebih dari 12 jam
sejak pembukaan 4 cm sampai pembukaan lengkap (rata-rata 0,5 cm per jam). Insiden
ini terjadi pada 5 persen persalinan dan pada primigravida insidenya dua kali lebih besar
dari pada multigravida. Fase laten memanjang adalah fase yang lebih panjang dari 12
jam dengan pembukaan serviks kurang dari 1,2 cm per jam. Faktor- faktor yang
mempengaruhi terjadinya kala I lama meliputi kelainan letak janin seperti letak
sungsang, letak lintang, presentasi muka, dahi dan puncak kepala, kelainan panggul
seperti pelvis terlalu kecil dan CPD (cephalopelvic disproportion), kelainan his seperti
inersia uteri, incoordinate uteri action. Kelainan- kelainan tersebut sangat lambat,
akibatnya kala I menjadi lam. Berdasarkan dari kasus ibu, kemungkinan penyebab fase
laten memanjang adalah inersia uteri. Inersia uteri adalah salah satu kelainan tenaga
(kelainan his) karena memanjangnya fase laten atau fase aktif atau kedua-duanya dari
kala pembukaan. Inersia uteri pada ibu bersalin dapat disebabkan oleh beberapa factor
antara lain faktor umum seperti umur, paritas, anemia, ketidaktepatan penggunaan
analgetik, pengaruh hormonal karena kekurangan prostaglandin atau oksitosin,
perasaan tegang dan emosional. Kelainan his berupa his hipotonik (kontraksi uterus
lebih singkat, lemah dan jarang dari biasanya), his hipertonik (kontraksi uterus yang
berlangsung cepat, kuat dan lama) dan his yang tidak terkoordinasi (his yang bersifat
berubah-ubah tidak terdapat sinkronisasi antara kontraksi di setiap bagian uterus yaitu
di fundus, corpus dan istmus uteri). Menurut Wike, ada hubungan signifikan inersia uteri
dengan persalinan lama. Timbulnya his adalah indikasi mulainya persalinan, apabila his
yang timbul sifatnya lemah, pendek, dan jarang maka akan mempengaruhi turunnya
kepala dan pembukaan serviks atau yang sering disebut dengan inkoordinasi kontraksi
otot rahim, dimana keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim ini dapat menyebabkan
sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan dan penurunan
janin dari dalam rahim, pada akhirnya ibu akan mengalami persalinan lama karena tidak

358

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


adanya kemajuan dalam persalinan (Farahdiba & Taxri, 2019).
Setelah menjelaskan terkait keadaan ibu, Bidan dan penulis melakukan informed
consent terkait rujukan yang akan dilakukan ke Rumah Sakit terdekat dan
mempersiapkan rujukan ibu. Menurut JNPK-KR 2017 Pada waktu terjadi penyulit,
seringkali tidak cukup waktu untuk membuat rencana rujukan dan ketidak-siapan ini
dapat membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya. Rujukan tepat waktu
merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam mendukung keselamatan ibu dan bayi
baru lahir. Singkatan BAKSOKU dapat digunakan untuk mengingat hal-hal penting dalam
mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi. Arti dari BAKSOKU yaitu:
B (bidan): Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir di dampingi oleh penolong
persalinan yang kompeten untuk menatalaksana gawat darurat obstetri dan bayi baru
lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan
A (alat): Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas,
dan bayi baru lahir (tabung suntik, selang IV, alat resusitasi, dll) bersama ibu ke tempat
rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu
melahirkan dalam perjalanan ke fasilitas rujukan.
K (keluarga): Beritahu ibu dan keluarga mengenai terakhir ibu dan/atau bayi dan
mengapa ibu dan/atau bayi perlu di rujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan tujuan
merujuk ibu ke fasilitas rujukan tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus
menemani ibu dan/atau bayi baru lahir hingga ke fasilitas rujukan.
S (surat): Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi
mengenai ibu dan/atau bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil
pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan/atau bayi baru lahir.
Sertakan juga partograf yang dipakai untuk membuat keputusan klinik.
O (obat): Bawa obat-obat esensial pada saat mengantar ibu ke fasilitas rujukan. Obat-
obat tersebut mungkin akan diperlukan selama diperjalanan.
K (kendaraan): Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu
dalam kondisi cukup nyaman.
U (uang): Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang
diperlukan selama ibu dan atau bayi baru lahir tinggal di fasilitas rujukan.
(Mardliyanab& Ainiyah, 2019).
4. Klien 4

359

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Pada tanggal 25 April 2022, Ny. R dan suami datang ke PMB Halimatun Sakdiah
dengan keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari disertai dengan keluarnya lendir
bercampur darah sejak pukul 07.00 WIB. Keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari
yang dirasakan oleh ibu disebabkan oleh kontraksi persalinan. Menjelang persalinan, ibu
hamil akan mengalami kontraksi yang konsisten (teratur). Kontraksi terjadi pada otot-
otot rahim (myometrium) sebagai pengaruh dari meningkatnya produksi hormon
oksitosin menjelang persalinan. Kontraksi ini sebagai suatu proses yang mendorong
janin untuk keluar secara perlahan melalui uterus bawah hingga akhirnya keluar atau
lahir. Kontraksi yang dialami terasa makin sering, makin lama waktunya, dan makin kuat
terasa, diserta mulas atau nyeri seperti kram perut. Perut ibu juga terasa kencang. Nyeri
yang dirasakan terjadi pada bagian atas atau bagian tengah perut atas atau puncak
kehamilan (fundus), pinggang dan panggul serta perut bagian bawah. Keluar lendir
bercampur darah yang dialami oleh ibu merupakan salah satu tanda persalinan. Dengan
pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan sedikit
darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada
bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus (Metti,
2016).
Pada pukul 11.00 WIB bidan melakukan pemeriksaan dalam dengan hasil
pembukaan 10 cm, penipisan 100% ketuban sudah pecah dan ibu siap untuk dipimpin
pertolongan persalinan karena ibu sudah ada dorongan yang kuat untuk mengedan dan
terdapat tanda gejala kala 2. Proses persalinan ibu ditolong berdasarkan 58 langkah APN
tahun 2017. Bayi lahir spontan pukul 11.10 WIB, BB 3000 gram / PB 50 cm, Jenis kelamin
Perempuan, Apgar score 8/9 dan anus (+).
Proses persalinan ibu berlangsung lancar. Selam persalinan penulis memberikan
konseling terkait posisi yang disarankan saat bersalin. Posisi yang baik untuk meneran
adalah sesuai dengan keinginan dan kenyamanan ibu. Tapi ada beberapa posisi baik
yang bisa dilakukan yaitu : pertama duduk atau setengah duduk, seringkali merupakan
posisi yang paling nyaman, disamping memudahkan penolong persalinan dalam
memimpin persalinan pada saat keluarnya kepala bayi, tapi dalam mengamati
perineum, kedua menungging atau posisi merangkak, baik dilakukan apabila dirasakan
kepala bayi tertahan di punggungnya. Posisi ini juga bermanfaat pada bayi yang sulit
berputar, ketiga jongkok atau berdiri, posisi ini membantu turunya kepala bila
persalinan berlangsung lambat atau bila tidak mampu mengejan, keempat berbaring

360

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


pada sisi kiri tubuh, posisi ini nyaman dan mampu mencegah mengejan ketika
pembukaan belum lengkap (Erlinawati & Parmin, 2021).
Selain memberikan konseling posisi meneran, penulis juga meberikan konseling
terkait kebutuhan hidrasi dan nutrisi ibu saat nifas. Nutrisi pada ibu nifas yaitu makanan
yang harus dikonsumsi pada masa nifas harus seimbang, bergizi dan cukup energi.
Makanan yang dikonsumsi seharusnya mengandung sumber tenaga (energi), sumber
pembangun (protein), sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin, dan air).
Kebutuhan gizi ibu nifas terutama pada menyusui bila menyusui akan meningkat 25%.
karena guna untuk proses penyembuhan karena habis melahirkan dan untuk produksi
ASI yang cukup untuk menyehatkan bayi. makanan yang dikonsumsi berguna untuk
melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan makan dalam tubuh, proses produksi ASI,
serta sebagai ASI itu sendiri yang akan di konsumsi bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangan (Putri dkk., 2022).
5. Klien 5
Pada tanggal 9 Maret 2022, Ny. T datang bersama keluarga ke PMB Halimatun
Sakdiah dengan keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari disertai keluar lendir
bercampur darah dari kamaluan sejak pukul 02.00 WIB. Bidan melakukan pemeriksaan
dalam pukul 10.30 WIB dengan hasil oembukaan 10 cm, ketuban sudah pecah, penipisan
100%, presentasi kepala dengan denominator uuk kiri depan. Dari data subjektif dan
objektif didapatkan hasil bahwa Ny. T P1A0H1 UK 37-38 minggu, inpartu kala II normal
dengan vaginismus.
Selama proses persalinan, ibu bersalin dengan vaginismus lebih membutuhkan
dukungan psikologis. Menurut penelitian, Ibu yang akan bersalin dengan vaginismus
sangat membutuhkan dukungan psikologis. Suami, keluarga beserta tenaga kesehatan
harus turut memberikan dukungan kepada ibu agar ibu marasa percaya diri dan
menumbuhkan semangat yang tinggi untuk menghadapi persalinan normal. Ibu hamil
dengan vaginismus memiliki tingkat percaya diri yang kurang, ibu cemas dan takut untuk
menghadapi persalinan. (Wahyuni & Yuliana, 2020). Menurut penelitian Eserdag (2021),
wanita hamil dengan vaginismus memiliki kecemasan untuk menghadapi persalinan,
namun hal tersebut dapat diringankan dengan dukungan emosional dan psikologis dari
orang terdekat ibu. Wanita hamil dengan vaginismus yang memiliki kebiasaan sering
berolah raga dan melakukan aktivitas fisik ringan akan membantu ibu dalam keadaan
relaks dan siap untuk menghadapi persalinan. Hal ini berkaitan dengan hormon

361

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


endorphine yang dilepas saat melakukan olahraga/aktivitas ringan menjelang persalinan
(Eserdag, 20210).
Selain kebutuhan psikologis ibu juga diberikan nutrisi selama proses persalinan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecukupan nutrisi ibu bersalin berhubungan
dengan kemajuan persalinan. Ibu bersalin yang memenuhi kebutuhan nutrisinya akan
melalui proses persalinan dengan baik dan mengalami kemajuan persalinan yang baik.
Pembatasan makan minum atau puasa saat persalinan dapat menyebabkan dehidrasi
dan asidosis, kelelahan, bahkan meningkatkan persalinan tindakan dan kehilangan darah
intra partum. Kontraksi otot pada ibu bersalin cenderung berlangsung cukup lama, hal
ini dapat mengakibatkan kelelahan otot yang berujung terhadap adanya peningkatan
kadar keton. Sementara itu aktifitas uterus akan berisiko menurun akibat dari
terakumulasinya benda keton dan meningkatnya kadar keton dalam urin yang melebihi
ambang batas normal dapat menurunkan aktifitas uterus. Upaya yang dilakukan untuk
mengurangi resiko terjadinya peningkatan kadar keton, ibu bersalin disarankan untuk
tidak membatasi makan minum. Selain itu bentuk makanan akan mempengaruhi
absorpsi nutrisi itu sendiri. Makanan atau nutrisi dengan konsistensi cair yang
mengandung kalori tinggi sangat tepat diberikan kepada ibu bersalin karena makanan
tersebut akan mudah diabsorpsi sehingga akan lebih cepat meningkatkan stamina tubuh
ibu dan menambah kekuatan untuk mengedan (Hardianti & Resmana, 2018).
Proses persalinan pada Ny. T dilakukan berdasarkan 58 langkah APN tahun 2017.
Proses persalinan berlangsung lancar. Bayi lahir spontan pukul 11.10 WIB, BB 2400 gram
/ PB 45 cm, Jenis kelamin laki-laki, Apgar score 7/8, anus (+). Pada kala IV penulis
memberikan asuhan kepada keluarga yaitu mengajarkan ibu dan keluarga cara
melakukan masase uterus dan menilai kontraksi, yaitu, tangan ibu atau keluarga di
letakkan pada perut bagian bawa ibu kemudian mengusap (pijatan lembut) searah
jarum jam selama 15 detik. Proses involusi uterus disebabkan oleh sebagian kontraksi
uterus dan mengecilnya ukuran masing-masing sel miometrium dan sebagian oleh
proses autolysis, yaitu sebagian material protein dinding uterus dipecah menjadi
komponen yang lebih sederhana yang kemudian diabsorbsi. Untuk membantu
mempercepat proses involusi uterus salah satunya dapat dilakukan dengan masase
uterus. Manfaat masase uterus adalah merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.
Kontraksi uterus yang tidak kuat dan terus-menerus dapat menyebabkan terjadinya
atonia uteri, untuk membantu uterus berkontraksi, bisa dilakukan dengan masase agar

362

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


uterus tidak lembek dan mampu berkontraksi secara kuat. Dengan terus berkontraksi,
rahim menutup pembuluh darah yang terbuka pada daerah plasenta. Penutupan ini
mencegah perdarahan yang hebat dan mempercepat pelepasan lapisan rahim ekstra
yang terbentuk selama kehamilan (Elisa dkk., 2018).
4.3 Asuhan Nifas
1. Klien 1
Asuhan nifas pada Ny. S dilakukan sebanyak 4x oleh penulis, yaitu kunjungan pada
6-48 jam, 2-8 hari, 9-28 hari dan 29-42 hari. Kunjungan nifas berpengaruh positif pada
kesehatan ibu dan kualitas hubungan ibu dengan bayi serta juga dapat mencegah
terjadinya komplikasi (Milani HS et al, 2017). Pada kunjungan nifas hari pertama ibu
mengeluhkan mules dan nyeri pada luka jahitan perineum. Mules pada perut yang
dirasakan oleh ibu disebabkan karena kontraksi Rahim dan relaksasi yang terus menerus
dan biasanya akan berlangsung 2-4 hari. Cara mengatasinya yaitu mengosongkan
kandung kemih, jangan menahan BAK dan BAB karena dapat menyebabkan kontraksi
uterus tidak optimal (Khatimah & Saleh, 2022). Nyeri pada luka perineum setelah
melahirkan merupaka suatu hal yang normal. Nyeri ini terjadi karena adanya
peregangan/perlukaan saat proses melahirkan.
Penulis memberikan KIE tentang kebutuhan mobilisasi dini kepada ibu agar proses
pemulihan dan penyembuhan luka perineum ibu setelah melahirkan berlangsung cepat.
Penulis juga memberikan KIE cara merawat luka perineum yang bertujuan untuk
pencegahan infeksi selama nifas/spsis puerperalis.
Salah satu cara untuk mempercepat proses penyembuhan luka perineum adalah
melakukan mobilisasi dini. Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini
mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian-bagian tubuh untuk melakukan
peregangan atau belajar berjalan. Mobilisasi dini berguna untuk memperlancar sirkulasi
darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea) mobilisasi haruslah dilakukan bertahap,
yaitu dimulai dengan gerakan miring kekanan dan kekiri, lalu menggerakkan kaki.
selanjutnya ibu dapat mencoba untuk duduk ditepi tempat tidur. Kemudian, ibu bias
turun dari ranjang dan berdiri (Khatimah & Saleh, 2022).
Pada kunjungan nifas ke 2, ibu mengeluhkan susah BAB/konstipasi. Konstipasi pada
ibu dengan persalinan normal terjadi karena nyeri pada perineum dan rasa takut jika ada
tekanan pada anus ketika buang air besar akan berpengaruh pada penyembuhan luka
perineum. Konstipasi pada masa nifas selain disebabkan oleh faktor metode persalinan,

363

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


obat anastesi dan pengaruh hormone juga dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi
oleh ibu rendah serat, tarak makanan, kurang mobilisasi dan faktor psikologis (Syalfina
dkk., 2019). Menurut Syalfina dkk., (2019) cara mengatasi konstipasi pada ibu nifas
adalah menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi air minum 8 liter/hari dan menghindari
minuman berkafein. Kemudian menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
tinggi serat seperti buah dan sayur untuk memperlancar defekasi. Menurut Ardhiyanti,
2017 bahwa konstipasi pada ibu hamil dapat diatasi dengan mengkonsumsi buah pepaya
dan pisang raja.
Padang tanggal 20 Maret 2022, penulis melakukan asuhan nifas ke 3. Ny. S
mengatakan ASI nya sedikit dan ia takut kebutuhan ASI untuk bayinya tidak terpenuhi
dan gagal memberikan ASI eksklusif. Dari data subjektif dan objektif didapatkan ibu
kurang dalam beristirahat dan tidur. Secara teori salah satu faktor yang mempengaruhi
dari pada produksi ASI adalah pemenuhan pola istirahat Ibu. Kurang istirahat pada
ibu menyusui akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu: mengurangi jumlah
ASI yang di produksi, memperlambat proses involusi uterus dan meningkatkan
perdarahan, menyebabkan terjadinya depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri. Kekurangan pola istirahat pada ibu menyusui harus dapat
teratasi. Hal ini bisa diantisipasi dengan cara mengikuti pola tidur bayi. Sebisa
mungkin, ibu tidur saat bayi tertidur dan bangun saat bayi bangun untuk disusui.
Dengan mengikuti pola tidur bayi ini, setidaknya ibu bisa terbantu untuk
mendapatkan waktuistirahat yang lebih cukup.
Faktor yang kedua yaitu makanan. Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui
harus cukup mengandung kalori (energi) untuk dapat mengganti energi yang
dikeluarkan maupun yang dibutuhkan oleh ibu untuk menghasilkan air susu. Makanan
yang dapat meningkatkan produksi ASI diantaranya (1) Sayuran hijau seperti bayam,
brokoli, kale, daun katuk, sayur alfalfa, dan daun jinten atau daun bangun-bangun. Selain
sumber galaktagog, sayuran hijau juga mengandung senyawa fitoestrogen yang serupa
dengan hormon estrogen. Senyawa ini baik untuk mendukung produksi ASI. (2) Gandum
utuh dan oat, gandum utuh dan oat memiliki kandungan serat yang tinggi yang dapat
meningkatkan produksi ASI. Oat juga kaya zat besi yang bermanfaat untuk mencegah
anemia, penyebab menurunnya produksi ASI yang umum terjadi pada ibu postpartum.
(3) Kacang-kacangan, seperti kacang merah, kacang almond, dan kacang kenari. Kacang-
kacangan mengandung serat yang baik untuk kesehatan pencernaan dan juga

364

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


mengandung protein, kalsium, dan zat besi yang dapat menambah produksi ASI. (4) Biji-
bijian yang dapat untuk meningkatkan produksi ASI antara lain wijen, biji chia, dan biji
rami atau flaxseed. Biji-bijian ini mengandung senyawa fitoestrogen yang baik untuk
meningkatkan produksi ASI. (5) Ikan dan telur, ikan dan telur menjadi sumber protein
yang baik untuk ibu post partum. Karena protein dapat mempercepat penyembuhan luka
lasearsi perineum dan juga dapat meningkatkan jumlah produksi ASI (Subagio, 2019).
Faktor yang ketiga yaitu frekuensi pemeberian ASI untuk bayi. Penelitian
menunjukan bahwa Ibu menyusui dengan frekuensi pemberian ASI yang kurang
dapat mempengaruhi produksi ASI ibu dalam menyusui bayinya. Ibu disarankanuntuk
menyusui bayi setidaknya 8 kali sehari pada bulan-bulan pertama setelah melahirkan
untuk menjamin produksi dan pengeluaran ASI. Frekuensi menyusui ini berkaitan
dengan kemampuan stimulasi kedua hormon dalam kelenjar payudara, yakni
hormon prolaktin dan oksitosin. Menyusui on-demand merupakan cara terbaik untuk
menjaga produksi ASI tetaptinggi dan bayi tetap kenyang.
Faktor yang keempat adalah perawatan payudara. Perawatan payudara pada
Ibu menyusui harus dilakukan untuk mendapatkan produksi ASI yang baik sehingga
anak mendapatkan ASI yang optimal. Penelitian menunjukkan bahwa Ibu yang
kurang dalam melakukan perawatan payudara terutama pada langkah pengurutan
pertama dan pengurutan ketiga didapatkan mengalami masalah dalamproduksi ASI.
Selama proses menyusui, sudah seharusnya ibu melakukan perawatan payudara agar
tetap bersih dan terawat. Perawatan yang tepat tentunya bisa merangsang payudara
untuk memproduksi ASI lebih banyak. Melakukan perawatan payudara, hipofisis
dipengaruhi untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin. Kedua hormon
inilah yang berperan besar dalam produksi ASI.
Kunjungan nifas ke empat dilakukan pada tanggal 9 April 2022. Ibu
mengkhawatirkan pengeluaran nifasnya yang berwarna putih berlendir, tidak berbau dan
tidak gatal. Dari pemeriksaan fisik (genitalia) didapatkan pengeluaran lokhia ibu berupa
lokhia alba. Lochea adalah pengeluaran cairan dari uterus yang merupakan campuran
dari desiduda dan darah. Lochea mempunyai bau amis dan volumenya berbeda pada
setiap wanita. Selama masa nifas lochea mengalami perubahan warna dan volume yang
dipengaruhi oleh proses involusi uterus. Perubahan lochea dibagi menjadi 4 macam,
yaitu lochea rubra, sanguinolenta, serosa dan alba. Lochea rubra berlansung dari hari 1-3
postpartum dan warna darah merah dengan kandungan sel desidua, vernix caseosa,

365

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


rambut lanugo, sisa mekonium dan darah. Lochea sanguinolenta berlangsung dari hari 3-
5 postpartum dan berwarna merah kekuningan dengan kandungan arah dan lendir
karena pengaruh plasma darah. Lochea saresa berlangsung dari hari 5-9 postpartum dan
warna kekuningan atau kecoklatan dengan kandungan sedikit darah namun banyak
serum, leukosit dan robekan laserasi plasenta. Lohea alba berlangsung dari hari 9- selesai
postpartum berwarna putih kekuningan dan pucat dengan kandungan Leukosit, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
2. Klien 2
Penulis melakukan kunjungan nifas kepada Ny. I sebanyak 4 kali. Asuhan KF pertama
pada 6 jam pertama postpartum, ibu mengeluhkan nyeri bekas luka jahitan perineum.
Nyeri yan dirasakan ibu merupakan respon normal dari proses penjahitan perineum
yang baru saja dilakukan. Penulis memberikan asuhan berupa cara merawat luka
perineum. Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi, meningkatkan
rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan. Perawatan luka perineum dapat
dilakukan dengan cara mencuci daerah genital dengan air dan sabun setiap kali habis
BAK/BAB yang dimulai dengan mencuci bagian depan (simpisis), baru kemudian bagian
anus sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu diberitahu cara mengganti pembalut yaitu
bagian dalam jangan sampai terkontaminasi sama tangan. Pembalut yang sudah kotor
harus diganti paling sedikit 2 kali sehari. Ibu diberitahu tentang jumlah, warna, dan
bau lochea sehingga apabila ada kelainan dapat diketahui secara dini. Sarankan ibu
untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan alat
kelamin. Apabila ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah luka (Novitasari, 2022).
Selain cara merawat luka jahitan, penulis juga memberikan asuhan cara
mempercepat penyembuhan pasca persalinan yaitu dengan melakukan mobilisasi dini.
Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur dengan
melatih bagian-bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau belajar berjalan.
Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita
keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan. Sebagian
besar wanita dapat melakukan ambulasi dini setelah efek obat-obatan yang diberikan
saat melahirkan telah hilang. Aktivitas tersebut sangat berguna bagi semua sistem
tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi, dan paru-paru. Hal tersebut juga
membantu mencegah pembetukan bekuan (trombosis) pada pembuluh tungkai dan

366

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat dan tidak
tergantung. Selain itu, ibu juga membutuhkan penyembuhan tubuhnya dari persalinan
mereka. Oleh karenanya, ibu dianjurkan untuk melakukan aktivitas secara bertahap,
memberikan jarak antara aktivitas mereka, dan untuk istirahat sebelum mereka menjadi
keletihan. Mobilisasi yang dilakukan sangat bervariasi tergantung pada komplikasi
persalinan, nifas atau sembuhnya luka. Jika tidak ada kelainan, mobilisasi dapat
dilakukan sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalinan normal. Ini berguna untuk
memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea) mobilisasi
haruslah dilakukan bertahap, yaitu dimulai dengan gerakan miring kekanan dan kekiri,
lalu menggerakkan kaki. selanjutnya ibu dapat mencoba untuk duduk ditepi tempat
tidur. Kemudian, ibu bias turun dari ranjang dan berdiri (Khatimah & Saleh, 2022).
Pada kunjungan KF kedua pada tanggal 19 Februari 2022, ibu mengeluhkan ASI
belum banyak keluar. Dari data subjektif didapatkan bahwa ibu kekurangan istirahat dan
data objektif dalam batas normal. Ibu Menyusui memiliki pola istirahat kurang baik
dalam jumlah jam tidur maupun gangguan tidur. Secara teori, salah satu faktor yang
mempengaruhi dari pada produksi ASI adalah Pemenuhan Pola Istirahat Ibu. Istirahat
merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam
keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan.
Pengeluaran hormon prolactin yang berperan pada produksi ASI pada malam hari lebih
tinggi dari pada siang hari. Sedangkan pola tidur bayi yang belum teratur mengakibatkan
ibu memperoleh waktu singkat untuk istirahat Kurang istirahat pada ibu menyusui akan
mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu: mengurangi jumlah ASI yang diproduksi,
memperlambat proses involusi uterus dan meningkatkan perdarahan, menyebabkan
terjadinya depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. Untuk
meningkatkan produksi ASI diharapkan ibu menyusui mampu melakukan atau
memenuhi kebutuhannya pola istirahat sehingga mampu memberikan ASI yang terbaik
untuk anaknya atau bayi. Kekurangan pola istirahat pada ibu menyusui harus dapat
teratasi. Hal ini bisa diantisipasi dengan cara mengikuti pola tidur bayi. Sebisa mungkin,
ibu tidur saat bayi tertidur dan bangun saat bayi bangun untuk disusui. Dengan
mengikuti pola tidur bayi ini, setidaknya ibu bisa terbantu untuk mendapatkan waktu
istirahat yang lebih cukup (Aditama & Sari, 2019).
Penulis memberikan asuhan mengenai makanan yang dapat meningkatkan produksi
ASI ibu. Makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI diantaranya (1) Sayuran hijau

367

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


seperti bayam, brokoli, kale, daun katuk, sayur alfalfa, dan daun jinten atau daun
bangun-bangun. Selain sumber galaktagog, sayuran hijau juga mengandung senyawa
fitoestrogen yang serupa dengan hormon estrogen. Senyawa ini baik untuk mendukung
produksi ASI. (2) Gandum utuh dan oat, gandum utuh dan oat memiliki kandungan serat
yang tinggi yang dapat meningkatkan produksi ASI. Oat juga kaya zat besi yang
bermanfaat untuk mencegah anemia, penyebab menurunnya produksi ASI yang umum
terjadi pada ibu postpartum. (3) Kacang-kacangan, seperti kacang merah, kacang
almond, dan kacang kenari. Kacang-kacangan mengandung serat yang baik untuk
kesehatan pencernaan dan juga mengandung protein, kalsium, dan zat besi yang dapat
menambah produksi ASI. (4) Biji-bijian yang dapat untuk meningkatkan produksi ASI
antara lain wijen, biji chia, dan biji rami atau flaxseed. Biji-bijian ini mengandung
senyawa fitoestrogen yang baik untuk meningkatkan produksi ASI. (5) Ikan dan telur,
ikan dan telur menjadi sumber protein yang baik untuk ibu post partum. Karena protein
dapat mempercepat penyembuhan luka lasearsi perineum dan juga dapat
meningkatkan jumlah produksi ASI (Subagio, 2019).
Selain makanan, frekuensi menyusui juga dapat mempengaruhi produksi ASI. Salah
satu usaha untuk memperbanyak ASI adalah dengan menyusui anak secara teratur.
Semakin sering anak menghisap puting susu ibu, maka akan terjadi peningkatan
produksi ASI dan sebaliknya jika anak berhenti menyusu maka terjadi penurunan ASI.
Saat bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua reflek yang akan menyebabkan ASI
keluar pada saat yang tepat pula, yaitu reflek pembentukan/produksi ASI atau reflek
prolaktin yang dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks pengaliran/pelepasan ASI
(let down reflex). Bila bayi mengisap puting payudara, maka akan diproduksisuatu
hormon yang disebut prolaktin, yang mengatur sel dalam alveoli agar memproduksi air
susu. Air susu tersebut dikumpulkan ke dalam saluran air susu. Kedua, reflek
mengeluarkan (let down reflex). Isapan bayi juga akan merangsang produksi hormon lain
yaitu oksitosin, yang membuat sel otot disekitar alveoli berkontraksi, sehingga air susu
didorong menuju puting payudara. Jadi semakin bayi mengisap, maka semakin banyak
air susu yang dihasilkan (Angriani dkk., 2018).
Pada KF ketiga tanggal 20 Februari 2022, ibu mengeluhkan putting susu lecet
sebelah kanan. Data subjektif dan objektif ibu dalam batas normal. Salah satu penyebab
putting susu lecet adalah teknik menyusui yang tidak benar dan perawatan payudara
yang kurang. Teknik menyusui yang benar adalah :

368

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


a) Cuci tangan yang bersih dengan menggunakan sabun, perah sedikit ASI kemudian
oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai.
b) Posisi ibu harus nyaman, biasanya duduk tegak di tempat tidur/kursi, ibu harus
merasarileks.
c) Lengan ibu menopang kepala bayi,leher dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh
berada dalam garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu, hidung
bayi di depan putting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut
bayi menghadap perut ibu. Kepalanya harus sejajar dengan tubuhnya, tidak
melengkung ke belakang/menyamping, telinga, bahu, dan panggul bayi berada
dalam satu garis lurus.
d) Ibu mendekatkan bayi ketubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan mengamati
bayi yang siap menyusu: membuka mulut, bergerak mencari dan menoleh. Bayi
harus berada dekat dengan payudara ibu dan ibu tidak harus mencondongkan
badan dan bayi tidak merenggangkan lehernya untuk mencapai putting susu ibu.
e) Ibu menyentuhkan putting susunya ke bibir bayi, menunggu hingga mulut bayi
terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke putting susu ibu hingga bibir
bayi dapat menangkap putting susu tersebut. Ibu memegang payudara dengan satu
tangan dengan cara meletakkan empat jari di bawah payudara dan ibu jari di atas
payudara. Ibu jari dan telunjuk harus membentukhuru “C”.
f) Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi. Dagu rapat
ke payudara ibu dan hidungnya menyentuh bagian atas payudara.
g) Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi,
jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus, hadapkan
bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan putting susu ibu,
dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi ke putting susunya dan
menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
h) Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan putting dari mulut bayi
dengan cara memasukkan jari kelingking ibu di antara mulutdan payudara.
i) Menyendawakan bayi dengan menyenderkan bayi dipundak atau menelungkupkan
bayi melintang kemudian menepuk-nepuk punggung bayi
Penulis juga memberikan asuhan mengenai cara merawat payudara selama
menyusui. Perawatan payudara merupakan suatu tindakan untuk merawat payudara
terutama pada masa nifas untuk memperlancar pengeluaran ASI. Perawatan payudara

369

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan, tetapi dilakukan setelah melahirkan.
Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan melancarkan sirkulasi darah
dan mencegah sumbatan saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI. Cara
merawat payudara adalah Kompres puting susu dengan menggunakan kapas minyak
selama 3-5 menit agar epitel yang lepas tidak menumpuk, lalu bersihkan kerak-kerak
pada puting susu, bersihkan dan tariklah puting susu keluar terutama untuk puting susu
ibu datar, ketuk-ketuk sekeliling puting susu dengan ujung-ujung jari. Menyokong
payudara kiri dengan tangan kiri, lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari
tangan, mulai dari pangkal payudara dengan gerakan memutar berakhir pada daerah
puting (dilakukan 20-30 kali). Membuat gerakan memutar sambil menekan dari pangkal
payudara dan berakhir pada puting susu (dilakukan 20-30 kali) pada kedua payudara.
Meletakkan kedua tangan di antara payudara, mengurut dari tengah ke atas sambil
mengangkat kedua payudara dan lepaskan keduanya perlahan. Mengurut payudara
dengan sisi kelingking dari arah pangkal ke arah putting. Payudara dikompres dengan
air hangat lalu dingin secara bergantian kira-kira lima menit. Keringkan dengan handuk
dan memakai BH khusus yang dapat menopang dan menyanggga payudara (Kumalasari,
2021).
Kunjungan KF ke empat pada tanggal 22 Maret 2022, ibu mengatakan susah selesai
nifas dan ingin berkonsultasi menegenai KB yang bisa ibu gunakan. Ibu mengiinginkan
KB alami karena suami tidak menginginkan KB berupa alat ataupun obat-obatan. Jenis
KB alamiah atau KB tanpa alat diantaranya ada KB metode kalender (Metode kalender
atau pantang berkala adalah cara atau metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan
oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual
pada masa subur atau ovulasi), metode suhu basal (Suhu tubuh basal adalah suhu
terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur).
Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan
sebelum melakukan aktivitas lainnya. Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui
kapan terjadinya masa subur/ovulasi). Metode lendir serviks (Metode mukosa serviks
atau metode ovulasi merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) dengan
cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan
perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari ovulasi). Metode Sim To Termal
(Metode simptothermal merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang
mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi wanita. Metode simptothermal

370

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


mengkombinasikan metode suhu basal tubuh dan mukosa serviks. Tetapi ada teori lain
yang menyatakan bahwa metode ini mengamati tiga indikator kesuburan yaitu
perubahan suhu basal tubuh, perubahan mukosa/lendir serviks, dan perhitungan masa
subur melalui metode kalender). Metode coitus interuptus (Coitus interuptus atau
senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional/alamiah, dimana
pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi).
Setelah memberikan penjelasan mengenai macam-macam KB alami, ibu memilih KB
dengan metode kalender. Metode kalender atau pantang berkala adalah cara atau
metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak
melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi.
Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi
(sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan) maupun konsepsi
(dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan melakukan
hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa
hamil). Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan yaitu lebih
sederhana, dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat, tidak membutuhkan alat
atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya, tidak mengganggu pada saat
berhubungan seksual, kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat
menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi, tidak
memerlukan biaya, dan tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang berkala ini
juga memiliki keterbatasan, antara lain : (1) Memerlukan kerjasama yang baik antara
suami istri, (2) Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya, (3)
Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat, (4)
Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur, (5) Harus mengamati
sikus menstruasi minimal enam kali siklus, (6) Siklus menstruasi yang tidak teratur
(menjadi penghambat), (7) Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode
kontrasepsi lain. Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan
benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus
mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena
itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini
juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain.
Berdasarkan penelitian dr. Johnson dkk di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali

371

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


lipat bila dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan
metode kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun (Priyanti & Syalfina, 2017).
Penerapan KB metode kalender ini adalah dengan cara mengetahui masa ovulasi
atau masa subur ibu. Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya
normal yaitu 21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi
dilakukan minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur
dengan melihat data yang telah dicatat.
a) Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah
hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid. Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini
dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke
16 jatuh pada tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret
hingga tanggal 24 Maret. Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk
melakukan senggama. Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus
menggunakan kontrasepsi.
b) Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini
menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid
dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
Rumus:
Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18
Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan siklus
terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).
Langkah 1: 25 – 18 = 7
Langkah 2: 30 – 11 = 19
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga masa ini,
suami istri tidak boleh melakukan senggama. Apabila ingin melakukan senggama
harus menggunakan kontrasepsi.
(Priyanti & Syalfina, 2017).

372

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


3. Klien 3
Persalinan Ny. M dilakukan secara SC dikarenakan kala 1 fase laten memanjang dan
ada faktor resiko penyerta lainnya seperti usia ibu dan paritas. Asuhan KF pada Ny. M
dilakukan sebanyak 3 kali. Kunjungan pertama dilakukan saat hari ke 5 postpartum pada
tanggal 11 Maret 2022, ibu mengeluhkan nyeri pada bekas luka operasi. Bedah sectio
caesarea (SC) merupakan tindakan pembedahan gunamelahirkanjanin lewat insisi pada
dinding abdomen, sehingga janin dilahirkan melalui dinding perut dan dinding rahim
agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat. Nyeri yang dirasakan ibu post partum
berasal dari luka yang terdapat di perut. Nyeri sangat tidak meneyenangkan dan
merupakan sensasi yang sangat personal yang tidakdapat dibagi dengan orang lain. Rasa
nyeri yang masih terasa 2-3 hari setelah SC umumnya membuat ibu enggan
menggerakkan badannya, hal inilah yang menyebabkan mobilisasi dini ibu kurang baik.
Kebanyakan ibu post SC tidak melakukan mobilisasi dini dengan alasan nyeri pada luka
jahitan. Pembedahan SC merupakan tindakan insisi pada dinding abdomen yang
menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf di
sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran bahan-bahan yang dapat
menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin,
prostaglandin,dan substansi P yang mengakibatkan adanya respon nyeri. Nyeri juga
dapat disebabkan oleh stimulus mekanik seperti pembengkakan jaringan yang menekan
pada reseptor nyeri. Ketika ibu mengalami nyeri ibu akan takut untuk melakukan
mobilisasi dini. Tingginya kepercayaan orang terhadap budaya jika sering bergerak
setelah melahirkan maka benang jahitannya akan putus dan akan lebih sakit jika
melakukan mobilisasi dini, sehingga ibu takut untuk melakukan mobilisasi dini
(Ratnawati & Kharisma, 2019).
Pada KF kedua tanggal 15 Maret 2022, ibu mengeluhkan BAB keras. Data subjektif
dan objektid dalam batas normal. Ketidaknyamanan fisik yang muncul pada masa nifas
diantaranya rasa sakit akibat trauma perineum atau luka persalinan sectio cesarean (SC),
sakit punggung, sembelit, wasir, Inkontinensia urin, inkontinensia fecal, dan kelelahan.
Ketidaknyamanan masa nifas yang sering dialami ibu salah satunya adalah konstipasi.
Konstipasi lebih sering terjadi pada ibu dengan persalinan SC disebabkan oleh pengaruh
pemberian anastesi pada ibu sehingga mengganggu motilitas saluran pencernaan serta
penurunan kadar hormone progesterone menyebabkan melemahnya gerakan peristaltik
usus, penundaan pengosongan usus bagian bawah dan terlambatnya rangsangan untuk

373

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


buang air besar pada ibu nifas sehingga feces mengeras (konstipasi) (Syalfina dkk.,
2019).
Menurut Syalfina dkk., (2019) cara mengatasi konstipasi pada ibu nifas adalah
menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi air minum 8 liter/hari dan menghindari
minuman berkafein. Ibu dengan keluhan konstipasi sebaiknya minum 8 liter/hari karena
sebagian besar bagian dari usus akan penuh dengan air yang akan mendorong feces
keluar serta feces akan dapat dikeluarkan apabila komposisi lebih banyak terdiri dari
makan dalam keadaan normal sebaiknya minum 8-10 gelas/hari. Kemudian
menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti buah dan
sayur untuk memperlancar defekasi. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
Kusumaningrum, 2015 bahwa makanan ibu nifas dengan komposisi serat yang tinggi
berhubungan dengan kejadian konstipasi. Menurut Ardhiyanti, (2017) bahwa konstipasi
pada ibu hamil dapat diatasi dengan mengkonsumsi buah pepaya. Pepaya merupakan
buah yang kaya akan serat. Buah pepaya mengandung papain dapat meningkatkan
massa air pada feces dan alkaloid yang melancarkan defekasi. Selain buah papaya,
menurut Indah dan Rohmania, 2017 pisang raja juga berpengaruh dalam penanganan
konstipasi. Pisang raja selain termasuk buah berserat tinggi juga mengandung antasida
yang baik untuk penderita asam lambung. Vitamin B6 yang terdapat pada pisang raja
juga efektif untuk mengurangi gejala diare. Menu makan ibu nifas harus terdiri dari
makanan yang mengandung protein, kalsium, vitamin, zat besi, dan serat. Kandungan
makanan tersebut membantu tubuh nifas dalam proses eksresi zat yang tidak
diperlukan oleh tubuh dan memperlancar pengeluaran Air Susu Ibu (Syalfina dkk.,
2019).
Kunjungan KF ketiga tanggal 6 April 2022, ibu mengeluhkan ASI nya sedikit. Data
subjektif didapatkan ibu kekurangan istirahat dimana ibu hanya tidur selama5-6 jam dan
beristirahat disiang hari 30 menit. Data objektif ibu dalam batas normal. Secara teori
salah satu faktor yang mempengaruhi dari pada produksi ASI adalah pemenuhan
pola istirahat Ibu. Pengeluaran hormon prolaktin yang berperan pada produksi ASI
pada malam hari lebih tinggi daripada siang hari. Sedangkan pola tidur bayi yang
belum teratur mengakibatkan ibu memperoleh waktu singkat untuk istirahat. Ibu
yang mengalami kecapekan atau kurang dalam pemenuhan kebutuhan istirahat dan
tidurnya akan mempengaruhi produksi ASI. Kurang istirahat pada ibu menyusui
akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu: mengurangi jumlah ASI yang di

374

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


produksi, memperlambat proses involusi uterus dan meningkatkan perdarahan,
menyebabkan terjadinya depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri. Untuk meningkatkan produksi ASI diharapkan ibu menyusui mampu
melakukan atau memenuhi kebutuhannya pola istirahat sehingga mampu
memberikan ASI yang terbaik untuk anaknya atau bayi. Kekurangan pola istirahat
pada ibu menyusui harus dapat teratasi. Hal ini bisa diantisipasi dengan cara
mengikuti pola tidur bayi. Sebisa mungkin, ibu tidur saat bayi tertidur dan bangun
saat bayi bangun untuk disusui. Dengan mengikuti pola tidur bayi ini, setidaknya ibu
bisa terbantu untuk mendapatkan waktu istirahat yang lebih cukup (Aditama & Sari,
2019).
Faktor yang kedua yaitu makanan. Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui
sangat berpengaruh terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan
mengandung cukup gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan
berjalan lancar. Prinsipnya, olahan makanan yang diberikan kepada ibu menyusui,
harus cukup mengandung kalori (energi) untuk dapat mengganti energi yang
dikeluarkan maupun yang dibutuhkan oleh ibu untuk menghasilkan air susu.
Komposisi bahan makanan yang terkandung dalam diet diusahan seimbang dan
dapat memenuhi kebutuhan nutrien untuk menjaga stamina dan berat badan ibu
selama penyusuan. Ibu yang sedang berada fase menyusui sebaiknya mengurangi
mengonsumsi kopi dan teh, karena dapat mengganggu penyerapan zat besi.
Kalsium juga dapat menghalangi penyerapan zat besi, waktu minum susu juga perlu
diperhatikan. Dianjurkan tidak minum susu atau sumber kalsium lain setelah
mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi. Jarak waktu minimal antara
intake (pengonsumsian) zat besi dengan kalsium 1,5 sampai 2 jam (Aditama & Sari,
2019).
Faktor yang ketiga yaitu frekuensi pemeberian ASI untuk bayi. Penelitian
menunjukan bahwa Ibu menyusui dengan frekuensi pemberian ASI yang kurang
dapat mempengaruhi produksi ASI ibu dalam menyusui bayinya. Ibu disarankan
untuk menyusui bayi setidaknya 8 kali sehari pada bulan-bulan pertama setelah
melahirkan untuk menjamin produksi dan pengeluaran ASI. Frekuensi menyusui ini
berkaitan dengan kemampuan stimulasi kedua hormon dalam kelenjar payudara,
yakni hormon prolaktin dan oksitosin. Menyusui on-demand merupakan cara terbaik
untuk menjaga produksi ASI tetap tinggi dan bayi tetap kenyang. Hal penting yang

375

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


perlu diperhatikan adalah bahwa sebaiknya ibu setiap kalinya menyusui dengan
durasi yang cukup lama dan tidak terlalu sebentar, sehingga bayi menerima asupan
foremilk dan hindmilk secara seimbang. ASI yang sedikit dapat disebabkan posisi
menyusui yang kurang tepat, saat menyusui seluruh puting dan areola kurang tepat
berada dalam mulut bayi sehingga isapan kurang optimal (Aditama & Sari, 2019).
Faktor yang keempat adalah perawatan payudara. Perawatan payudara pada
Ibu menyusui harus dilakukan untuk mendapatkan produksi ASI yang baik sehingga
anak mendapatkan ASI yang optimal. Penelitian menunjukkan bahwa Ibu yang
kurang dalam melakukan perawatan payudara terutama pada langkah pengurutan
pertama dan pengurutan ketiga didapatkan mengalami masalah dalamproduksi ASI.
Selama proses menyusui, sudah seharusnya ibu melakukan perawatan payudara
agar tetap bersih dan terawat. Perawatan yang tepat tentunya bisa merangsang
payudara untuk memproduksi ASI lebih banyak. Melakukan perawatan payudara,
hipofisis dipengaruhi untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin. Kedua
hormon inilah yang berperan besar dalam produksi ASI. Selain itu, dengan perawatan
payudara yang benar dan dilakukan secara teratur, ibu akan terhindar dari berbagai
masalah selama menyusui yang dapat mengganggu kenyamanan. Misalnya,
pembengkakan payudara, puting susu yang lecet, dan sebagainya (Aditama & Sari,
2019).
4. Klien 4
Asuhan nifas pada Ny. R dilakukan sebanyak satu kali yaitu pada 6 jam post partum
pada tanggal 25 April 2022. Ny. R mengeluhkan nyeri pada bekas luka jahitan perineum.
Data subjektif dan objektif dalam batas normal. Nyeri perineum merupakan nyeri yang
diakibatkan oleh robekan yang terjadi pada perineum, vagina, serviks, atau uterus dapat
terjadi secara spontan maupun akibat tindakan manipulatif pada pertolongan
persalinan. Nyeri perineum sebagai manifestasi dari luka bekas penjahitan yang
dirasakan pasien akibat ruptur perineum pada kala pengeluaran. Robekan perineum
terjadi pada hampir semua persalinan pervaginam baik itu robekan yang disengaja
dengan episiotomi maupun robekan secara spontan akibat dari persalinan, robekan
perineum ada yang perlu tindakan penjahitan ada yang tidak perlu. Dari jahitan
perineum tadi pasti menimbulkan rasa nyeri (Susilawati, 2019).
Penulis menyarankan ibu untuk melakkan mobilisasi dini guna untuk mempercepat
pemulihan ibu pasca melahirkan. Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan

376

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


sedini mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian-bagian tubuh untuk melakukan
peregangan atau belajar berjalan. Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas
mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya
selekas mungkin berjalan. Sebagian besar wanita dapat melakukan ambulasi dini setelah
efek obat-obatan yang diberikan saat melahirkan telah hilang. Aktivitas tersebut sangat
berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi, dan
paru-paru. Hal tersebut juga membantu mencegah pembetukan bekuan (trombosis)
pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit
menjadi sehat dan tidak tergantung. Selain itu, ibu juga membutuhkan penyembuhan
tubuhnya dari persalinan mereka. Oleh karenanya, ibu dianjurkan untuk melakukan
aktivitas secara bertahap, memberikan jarak antara aktivitas mereka, dan untuk istirahat
sebelum mereka menjadi keletihan. Mobilisasi yang dilakukan sangat bervariasi
tergantung pada komplikasi persalinan, nifas atau sembuhnya luka. Jika tidak ada
kelainan, mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalinan
normal. Ini berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan
vagina (lochea) mobilisasi haruslah dilakukan bertahap, yaitu dimulai dengan gerakan
miring kekanan dan kekiri, lalu menggerakkan kaki. selanjutnya ibu dapat mencoba
untuk duduk ditepi tempat tidur. Kemudian, ibu bias turun dari ranjang dan berdiri
(Khatimah & Saleh, 2022).
Penulis juga memberikan KIE mengenai cara meraat payudara selam ibu menyusui.
Perawatan payudara merupakan suatu tindakan untuk merawat payudara terutama
pada masa nifas untuk memperlancar pengeluaran ASI. Perawatan payudara tidak hanya
dilakukan sebelum melahirkan, tetapi dilakukan setelah melahirkan. Perawatan yang
dilakukan terhadap payudara bertujuan melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
sumbatan saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI. Cara merawat
payudara adalah Kompres puting susu dengan menggunakan kapas minyak selama 3-5
menit agar epitel yang lepas tidak menumpuk, lalu bersihkan kerak-kerak pada puting
susu, bersihkan dan tariklah puting susu keluar terutama untuk puting susu ibu datar,
ketuk-ketuk sekeliling puting susu dengan ujung-ujung jari. Menyokong payudara kiri
dengan tangan kiri, lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan, mulai dari
pangkal payudara dengan gerakan memutar berakhir pada daerah puting (dilakukan 20-
30 kali). Membuat gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan
berakhir pada puting susu (dilakukan 20-30 kali) pada kedua payudara. Meletakkan

377

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


kedua tangan di antara payudara, mengurut dari tengah ke atas sambil mengangkat
kedua payudara dan lepaskan keduanya perlahan. Mengurut payudara dengan sisi
kelingking dari arah pangkal ke arah putting. Payudara dikompres dengan air hangat lalu
dingin secara bergantian kira-kira lima menit. Keringkan dengan handuk dan memakai
BH khusus yang dapat menopang dan menyanggga payudara (Kumalasari, 2021).
5. Klien 5
Asuhan nifas pada Ny. T dilakkan sebanyak 4 kali. Ny. T adalah ibu post partum
dengan vaginismus. Pada kunjungan pertama 6 jam post partum ibu mengeluhkan nyeri
pada bekas jahitan perineum. Data subjektif dan objektif dalam batas normal. Nyeri
perineum merupakan nyeri yang diakibatkan oleh robekan yang terjadi pada perineum,
vagina, serviks, atau uterus dapat terjadi secara spontan maupun akibat tindakan
manipulatif pada pertolongan persalinan. Nyeri perineum sebagai manifestasi dari luka
bekas penjahitan yang dirasakan pasien akibat ruptur perineum pada kala pengeluaran.
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pervaginam baik itu robekan
yang disengaja dengan episiotomi maupun robekan secara spontan akibat dari
persalinan, robekan perineum ada yang perlu tindakan penjahitan ada yang tidak perlu.
Dari jahitan perineum tadi pasti menimbulkan rasa nyeri (Susilawati, 2019).
Pemulihan pasca melahirkan dapat berjalan cepat dengan melakukan mobilisasi
dini. Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur
dengan melatih bagian-bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau belajar
berjalan. Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan.
Sebagian besar wanita dapat melakukan ambulasi dini setelah efek obat-obatan yang
diberikan saat melahirkan telah hilang. Aktivitas tersebut sangat berguna bagi semua
sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi, dan paru-paru. Hal
tersebut juga membantu mencegah pembetukan bekuan (trombosis) pada pembuluh
tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat
dan tidak tergantung. Selain itu, ibu juga membutuhkan penyembuhan tubuhnya dari
persalinan mereka. Oleh karenanya, ibu dianjurkan untuk melakukan aktivitas secara
bertahap, memberikan jarak antara aktivitas mereka, dan untuk istirahat sebelum
mereka menjadi keletihan. Mobilisasi yang dilakukan sangat bervariasi tergantung pada
komplikasi persalinan, nifas atau sembuhnya luka. Jika tidak ada kelainan, mobilisasi
dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalinan normal. Ini berguna

378

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea) mobilisasi
haruslah dilakukan bertahap, yaitu dimulai dengan gerakan miring kekanan dan kekiri,
lalu menggerakkan kaki. selanjutnya ibu dapat mencoba untuk duduk ditepi tempat
tidur. Kemudian, ibu bias turun dari ranjang dan berdiri (Khatimah & Saleh, 2022).
Masalah yang tersering dalam post partum adalah puting susu nyeri/lecet, sekitar
57% dari ibu yang post partum dilaporkan pernah menderita kelecetan pada putingnya.
Kebanyakan Puting nyeri atau lecet disebabkan oleh kesalahan dalam teknik post
partum yaitu bayi tidak menyusu sampai kekalang payudara. Sering kali kegagalan post
partum disebabkan karena kesalahan memposisikan dan melekatkan bayi. Teknik
menyusui yang baik dan benar adalah apabila areola sedapat mungkin semuanya masuk
ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan pada ibu yang kalang
payudaranya besar. Untuk ini, maka sudah cukup bila rahang bayi supaya menekan
tempat penampungan air susu (sinus laktiferus) yang terletak dipuncak areola di
belakang puting susu. Teknik salah, yaitu apabila bayi menghisap pada puting saja,
karena bayi hanya dapat menghisap susu sedikit dan pihak ibu akan timbul lecet-lecet
pada puting susu. Pada sebagian ibu yang tidak paham bagaimana teknik menyusui yang
benar dapat menjadi masalah dalam menyusui. Adapun masalah dalam menyusui
adalah putting susu lecet, payudara bengkak, abses payudara (mastitis). Teknik
menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak
keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan
menyusu (Yuliatul & Mudawamah, 2019).
Kunjungan nifas kedua pada tanggal 15 Maret 2022, ibu mengeluhkan nyeri dan
basah pada luka perineum dan ibu menggunakan air rendaman daun sirih untuk cebok.
Dari data objektif didapatkan luka perineum ibu basah, terdapat pus, kemerahan,
bengkak dan ibu merasa perih pada daerah luka. Dari data tersebut ditarik kesimpulan
bahwa ibu mengalami infeksi nifas. Infeksi nifas adalah semua peradangan yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu
persalinan dan nifas. Infeksi nifas dapat disebabkan oleh kuman seperti Streptococcus
Haemolyticus Aerobik, Staphylococcus Aureus, Eschericia Coli dan Clostridium Welchii.
Setelah persalinan, terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin
meningkatnya pembentukan urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi
penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi
peningkatan suhu badan sekitar 0,5 derajat celcius yang bukan merupakan keadaan

379

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


yang patologis atau menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan
merupakan tempat masuknya kuman ke dalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi
pada kala nifas. Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genetalia
pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan
melebihi 38 derajat celcius tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama
dua hari. Infeksi akut ditandai dengan demam, sakit di daerah infeksi, berwarna
kemerahan, fungsi organ tersebut terganggu. Gambaran klinis infeksi nifas dapat
berbentuk: (a) Infeksi local, pembengkakan luka episiotomi, terjadi penanahan,
perubahan warna kulit, pengeluaran lochea bercampur nanah, mobilitasi terbatas
karena nyeri, temperature badan dapat meningkat. (b) Infeksi umum,tampak sakit dan
lemah, temperature meningkat, tekanan darah menurun dan nadi meningkat,
pernafasan dapat meningkat dan terasa sesak, kesadaran gelisah sampai menurun dan
koma, terjadi gangguan involusi uterus, lochea berbau dan bernanah serta kotor.
Dari beberapa penelitian air rendaman daun sirih terbukti dapat mempercepat
penyembuhan luka perineum namun dalam penggunaanya harus berhati-hati. Kuman
dapat masuk kedalam air rendaman daun sirih yang dapat menyebabkan infeksi pada
luka perineum ketika diberikan. Rendaman air daun sirih bersifat antiseptic sehingga
dapat mempercepat penyembuhan luka perineum. Ibu nifas yang secara rutin pada
pagi, siang dan sore menggunakan air rebusan daun sirih untuk cebok dapat
mempercepat penyembuhan luka perineum karena daun sirih mempunyai sifat
antiseptic. Hasil penelitian Yuliaswati (2018) di Puskesmas Kota Depok Jawa Barat yang
menunjukkan bahwa terbukti penggunaan sirih dapat mempercepat penyembuhan luka
perimium. Juga sejalan dengan hasil penelitian Mariati (2018) di Bidan Praktik Mandiri
Kecamatan Baros Sukabumi menunjukkan daun sirih lebih efektif dibandingkan dengan
iodine dalam perawatan luka perineum pada masa pospartum. Juga penelitian
Christiana (2017) air rebusan daun sirih efektif terhadap kecepatan penyembuhan luka
perineum pada ibu nifas. Antiseptik yang terkandung dalam daun sirih dapat membunuh
bakteri normal yang ada disekitar vagina dan perineum. Bakteri normal ini berguna
untuk mencegah/melawan bakteri jahat yang akan masuk ke dalam vagina yang dapat
meyebabkan infeksi. Sampai saat ini belum ada penelitian mengenai dosis pemakaian
randaman daun sirih yang aman untuk penyembuhan luka perineum. Daun sirih
kemungkinan besar dapat membunuh bakteri normal yang ada di sekitar vagina dan
perineum sehingga bakteri jahat dapat masuk salah satunya ke luka perineum. Ketika

380

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


bakteri jahat masuk kedalam perlukaan maka terjadilah proses peradangan. Peradangan
ini ditandai dengan luka yang basah dan pus, warna kemerahan, bengkak, perih/panas
dan disertai dengan demam (Ratih, 2020).
Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi, meningkatkan rasa
nyaman dan mempercepat penyembuhan. Perawatan luka perineum dapat dilakukan
dengan cara mencuci daerah genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB
yang dimulai dengan mencuci bagian depan (simpisis), baru kemudian bagian anus
sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu diberitahu cara mengganti pembalut yaitu bagian
dalam jangan sampai terkontaminasi sama tangan. Pembalut yang sudah kotor harus
diganti paling sedikit 2 kali sehari. Ibu diberitahu tentang jumlah, warna, dan bau
lochea sehingga apabila ada kelainan dapat diketahui secara dini. Sarankan ibu untuk
mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan alat
kelamin. Apabila ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah luka (Novitasari, 2022).
Asuhan kunjungan nifas ke tiga dilakukan pada tanggal 26 Maret 2022, ibu
mengeluhkan susah BAB. Data subektif dan objektif dalam batas normal. Gangguan
kesehatan fisik pada masa post partum terjadi pada 6 bulan pertama post partum dan
keluhan yang muncul dalam 8 minggu post partum sering tidak dilaporkan kepada
petugas kesehatan karena dianggap suatu hal yang biasa. Padahal keluhan fisik dan
psikologis yang terjadi pada masa nifas merupakan hal yang harus menjadi perhatian
dan menjadi patologis apabila tidak dilakukan penanganan yang tepat.
Ketidaknyamanan fisik yang muncul pada masa nifas diantaranya rasa sakit akibat
trauma perineum atau luka persalinan sectio cesarean (SC), sakit punggung, sembelit,
wasir, Inkontinensia urin, inkontinensia fecal, dan kelelahan. Ketidaknyamanan masa
nifas yang sering dialami ibu salah satunya adalah konstipasi. Konstipasi pada ibu
dengan persalinan normal terjadi karena nyeri pada perineum dan rasa takut jika ada
tekanan pada anus ketika buang air besar akan berpengaruh pada penyembuhan luka
perineum. Konstipasi pada masa nifas selain disebabkan oleh faktor metode persalinan,
obat anastesi dan pengaruh hormone juga dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi
oleh ibu rendah serat, tarak makanan, kurang mobilisasi dan faktor
psikologis.Keterlambatan penatalaksanaan pada ibu nifas dengan keterlambatan buang
air besar lebih dari 3 hari bisa menyebabkan keluhan perut kembung, mual, pusing,
nafsu makan menurun karena perut terasa penuh, sesak nafas. Konstipasi ini juga

381

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


menyebabkan komplikasi yaituhemorrhoid karena pengerasan feces, infeksi post partum
dan kanker usus karena penumpukan feces pada usus besar dan rectum (Syalfina dkk.,
2019).
Menurut Syalfina dkk., (2019) cara mengatasi konstipasi pada ibu nifas adalah
menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi air minum 8 liter/hari dan menghindari
minuman berkafein. Ibu dengan keluhan konstipasi sebaiknya minum 8 liter/hari karena
sebagian besar bagian dari usus akan penuh dengan air yang akan mendorong feces
keluar serta feces akan dapat dikeluarkan apabila komposisi lebih banyak terdiri dari
makan dalam keadaan normal sebaiknya minum 8-10 gelas/hari. Kemudian
menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti buah dan
sayur untuk memperlancar defekasi. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
Kusumaningrum, 2015 bahwa makanan ibu nifas dengan komposisi serat yang tinggi
berhubungan dengan kejadian konstipasi. Menurut Ardhiyanti, (2017) bahwa konstipasi
pada ibu hamil dapat diatasi dengan mengkonsumsi buah pepaya. Pepaya merupakan
buah yang kaya akan serat. Buah pepaya mengandung papain dapat meningkatkan
massa air pada feces dan alkaloid yang melancarkan defekasi. Selain buah papaya,
menurut Indah dan Rohmania, 2017 pisang raja juga berpengaruh dalam penanganan
konstipasi. Pisang raja selain termasuk buah berserat tinggi juga mengandung antasida
yang baik untuk penderita asam lambung. Vitamin B6 yang terdapat pada pisang raja
juga efektif untuk mengurangi gejala diare. Menu makan ibu nifas harus terdiri dari
makanan yang mengandung protein, kalsium, vitamin, zat besi, dan serat. Kandungan
makanan tersebut membantu tubuh nifas dalam proses eksresi zat yang tidak
diperlukan oleh tubuh dan memperlancar pengeluaran Air Susu Ibu (Syalfina dkk.,
2019).
Asuhan nifas pada kunjungan keempat pada tanggal 22 April 2022, ibu mengeluhkan
ASI nya sedikit. Data subjektif dan objektif ibu dalam batas normal. Secara teori salah
satu faktor yang mempengaruhi dari pada produksi ASI adalah pemenuhan pola
istirahat Ibu. Pengeluaran hormon prolaktin yang berperan pada produksi ASI pada
malam hari lebih tinggi daripada siang hari. Sedangkan pola tidur bayi yang belum
teratur mengakibatkan ibu memperoleh waktu singkat untuk istirahat. Ibu yang
mengalami kecapekan atau kurang dalam pemenuhan kebutuhan istirahat dan
tidurnya akan mempengaruhi produksi ASI. Kurang istirahat pada ibu menyusui
akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu: mengurangi jumlah ASI yang di

382

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


produksi, memperlambat proses involusi uterus dan meningkatkan perdarahan,
menyebabkan terjadinya depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri. Untuk meningkatkan produksi ASI diharapkan ibu menyusui mampu
melakukan atau memenuhi kebutuhannya pola istirahat sehingga mampu
memberikan ASI yang terbaik untuk anaknya atau bayi. Kekurangan pola istirahat
pada ibu menyusui harus dapat teratasi. Hal ini bisa diantisipasi dengan cara
mengikuti pola tidur bayi. Sebisa mungkin, ibu tidur saat bayi tertidur dan bangun
saat bayi bangun untuk disusui. Dengan mengikuti pola tidur bayi ini, setidaknya ibu
bisa terbantu untuk mendapatkan waktuistirahat yang lebih cukup.
Faktor yang kedua yaitu makanan. Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui
sangat berpengaruh terhadap produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan
mengandung cukup gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI akan
berjalan lancar. Prinsipnya, olahan makanan yang diberikan kepada ibu menyusui,
harus cukup mengandung kalori (energi) untuk dapat mengganti energi yang
dikeluarkan maupun yang dibutuhkan oleh ibu untuk menghasilkan air susu.
Komposisi bahan makanan yang terkandung dalam diet diusahan seimbang dan
dapat memenuhi kebutuhan nutrien untuk menjaga stamina dan berat badan ibu
selama penyusuan. Ibu yang sedang berada fase menyusui sebaiknya mengurangi
mengonsumsi kopi dan teh, karena dapat mengganggu penyerapan zat besi.
Kalsium juga dapat menghalangi penyerapan zat besi, waktu minum susu juga perlu
diperhatikan. Dianjurkan tidak minum susu atau sumber kalsium lain setelah
mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi. Jarak waktu minimal antara
intake (pengonsumsian) zat besi dengan kalsium 1,5 sampai 2 jam.
Faktor yang ketiga yaitu frekuensi pemeberian ASI untuk bayi. Penelitian
menunjukan bahwa Ibu menyusui dengan frekuensi pemberian ASI yang kurang
dapat mempengaruhi produksi ASI ibu dalam menyusui bayinya. Ibu disarankan
untuk menyusui bayi setidaknya 8 kali sehari pada bulan-bulan pertama setelah
melahirkan untuk menjamin produksi dan pengeluaran ASI. Frekuensi menyusui ini
berkaitan dengan kemampuan stimulasi kedua hormon dalam kelenjar payudara,
yakni hormon prolaktin dan oksitosin. Menyusui on-demand merupakan cara terbaik
untuk menjaga produksi ASI tetap tinggi dan bayi tetap kenyang. Hal penting yang
perlu diperhatikan adalah bahwa sebaiknya ibu setiap kalinya menyusui dengan
durasi yang cukup lama dan tidak terlalu sebentar, sehingga bayi menerima asupan

383

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


foremilk dan hindmilk secara seimbang. ASI yang sedikit dapat disebabkan posisi
menyusui yang kurang tepat, saat menyusui seluruh puting dan areola kurang tepat
berada dalam mulut bayi sehingga isapan kurang optimal.
Faktor yang keempat adalah perawatan payudara. Perawatan payudara pada
Ibu menyusui harus dilakukan untuk mendapatkan produksi ASI yang baik sehingga
anak mendapatkan ASI yang optimal. Penelitian menunjukkan bahwa Ibu yang
kurang dalam melakukan perawatan payudara terutama pada langkah pengurutan
pertama dan pengurutan ketiga didapatkan mengalami masalah dalamproduksi ASI.
Selama proses menyusui, sudah seharusnya ibu melakukan perawatan payudara
agar tetap bersih dan terawat. Perawatan yang tepat tentunya bisa merangsang
payudara untuk memproduksi ASI lebih banyak. Melakukan perawatan payudara,
hipofisis dipengaruhi untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin. Kedua
hormon inilah yang berperan besar dalam produksi ASI. Selain itu, dengan perawatan
payudara yang benar dan dilakukan secara teratur, ibu akan terhindar dari berbagai
masalah selama menyusui yang dapat mengganggu kenyamanan. Misalnya,
pembengkakanpayudara, puting susu yang lecet, dan sebagainya.
Perawatan payudara merupakan suatu tindakan untuk merawat payudara terutama
pada masa nifas untuk memperlancar pengeluaran ASI. Perawatan payudara tidak hanya
dilakukan sebelum melahirkan, tetapi dilakukan setelah melahirkan. Perawatan yang
dilakukan terhadap payudara bertujuan melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
sumbatan saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI. Cara merawat
payudara adalah Kompres puting susu dengan menggunakan kapas minyak selama 3-5
menit agar epitel yang lepas tidak menumpuk, lalu bersihkan kerak-kerak pada puting
susu, bersihkan dan tariklah puting susu keluar terutama untuk puting susu ibu datar,
ketuk-ketuk sekeliling puting susu dengan ujung-ujung jari. Menyokong payudara kiri
dengan tangan kiri, lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan, mulai dari
pangkal payudara dengan gerakan memutar berakhir pada daerah puting (dilakukan 20-
30 kali). Membuat gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan
berakhir pada puting susu (dilakukan 20-30 kali) pada kedua payudara. Meletakkan
kedua tangan di antara payudara, mengurut dari tengah ke atas sambil mengangkat
kedua payudara dan lepaskan keduanya perlahan. Mengurut payudara dengan sisi
kelingking dari arah pangkal ke arah putting. Payudara dikompres dengan air hangat lalu
dingin secara bergantian kira-kira lima menit. Keringkan dengan handuk dan memakai

384

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


BH khusus yang dapat menopang dan menyanggga payudara (Kumalasari, 2021).
4.4 Asuhan Bayi Baru Lahir
1. Klien 1
Asuhan bayi baru lahir pada By. Ny. S dilakukan sebanyak 3x yaitu kunjungan pada 6-
7 jam, 6 hari, 2 minggu. By. Ny. S lahir pada tanggal 9 Maret 2022 pukul 08.50 WIB, jenis
kelamin laki-laki, BB : 2600 gram, PB : 48 cm, LK : 34 cm, LD : 32 cm, LP : 32 cm dan LL : 9
cm. Pada pemeriksaan fisik By. Ny. S tidak ditemukan kelainan dan semua dalam keadaan
normal .Pemeriksaan neurologis By. Ny. S juga normal seperti refleks glabellar, refleks
sucking, refleks rooting, refleks palmar grasp, refleks babinski, refleks moro, refleks
tonick neck dan refleks ekstrusi.
Pada kunjungan pertama neonatus yaitu saat umur bayi 1 hari, ibu mengatakan
bayinya sering menangis. Menurut Anurogo (2019) penyebab bayi menangis adalah (1)
Kelaparan, Sampai saat ini menangis karena lapar adalah penyebab yang biasa ditemui
bila bayi menangis secara periodik. Semakin muda usia bayi, semakin besar kemungkinan
bayi menangis karena lapar. (2) teknik menyusui pada bayi yang kurang benar, beberapa
ibu tidak mengetahui kalau menyusui membutuhkan sebuah teknik. Payudara ibu
menghalangi hidung bayi akan membuat bayi menangis. Selain itu, ibu-ibu yang belum
berpengalaman tidak bisa mengeluarkan udara yang tertelan anaknya setelah menyusui
bayinya, yaitu melakukan burping atau sendawa. Dengan tidak disendawakan akan
membuat bayi menangis, karena udara yang ada dalam perut bayi membuatnya merasa
tidak nyaman. (3) rasa tidak nyaman, beberapa penyebab yang menyebabkan bayi
kurang nyaman, misalnya popok kotor, ruam kulit, terganggu cuaca yang terlalu dingin
atau yang terlalu panas, atau perutnya kembung. (4) bayi yang banyak kebutuhan dan
ingin ditemani, Beberapa bayi sering menangis dibandingkan bayi lainnya, dan bayi
perlu didekap dan digendong lebih sering. Ibu yang selalu menggendong bayinya
kemana-mana, dapat membuat bayi tidak menangis dibandingkan dengan ibu yang
senang meninggalkan bayinya, atau ibu yang menidurkan bayi di tempat tidur terpisah
(Anurogo, 2019).
Kunjungan ke dua neonatus dilakukan pada tanggal 15 Maret 2022 yaitu saat bayi
berumur 6 hari. Ibu mengatakan tali pusat bayi beum lepas dan masih basah. Penulis
memberikan asuhan perawatan tali usat terbuka untuk mempercepat pelepasan tali
pusat. Perawatan tali pusat terbuka ialah perawatan tali pusat yang tidak diberikan
perlakuan apapun. Tali pusat dibiarkan terbuka, tidak diberikan kasa kering maupun

385

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


antiseptik lainnya. Pelepasan tali pusat dengan bantuan udara. Perawatan terbuka akan
membantu pengeringan tali pusat lebih cepat karena pada tali pusat terdapat Jeli
Wharton yang banyak mengandung air yang jika terkena udara akan berubah strukturnya
dan secara fisiologis berubah fungsi menjadi padat dan mengeklem tali pusat secara
otomatis sehingga menyebabkan aliran darah pada pembuluh darah didalam sisa tali
pusat terhambat atau bahkan tidak mengalir lagi yang membuat tali pusat kering dan
layu yang kemudian sisa tali pusat akan terlepas. Paparan udara menyebabkan
penguapan pada kandungan air dalam Jeli Wharton dan pembuluh darah, sehingga
kandungan air berkurang bahkan menghilang. Tali pusat mengalami mumifikasi
kemudian mengering dan mengalami perubahan morfologi yang membuatnya cepat
terlepas dari umbilikus bayi. Salah satu faktor yang mempengaruhi cepatnya proses
penyembuhan luka ialah oksigenasi jaringan. Semakin baik oksigenasi yang terjadi maka
proses penyembuhan luka akan semakin cepat dan luka dengan cepat akan mengering.
Kadar oksigen dijaringan sangat penting untuk pembentukan sel-sel baru penyembuh
luka. Tali pusat pada perawatan terbuka dianjurkan untuk tetap bersih dan kering.
Selama tali pusat belum lepas, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dimasukkan
ke dalam bak mandi, cukup dilap saja untuk mencegah agar tali pusat tidak basah dan
lembab (Reni dkk., 2018).
Pada kunjungan neonatus ke tiga yang dilakukan pada tanggal 28 Maret 2022, ibu
mengatakan kepada penulis bahwa nafas bayinya seperti grok-grok. Saat ini bayi berusia
19 hari dan frekuensi nafas bayi normal. Suara nafas bayi yang grok-grok dapat
disebabkan oleh fungsi anatomi pernafasan bayi belum bekerja secara optimal.
Denganbertambahnya usia bayi, bunyi nafas grok-grok ini akan dapat menghilang dengan
sendirinya. Suara napas grok-grok pada bayi baru lahir hingga usia 3 bulan tidak
berbahaya. Cara mengurangi nafas grok-grok pada bayi adalah dengan cara posisi tidur
terlentang. Selain mengurangi bunyi nafas grok-grok, tidur terlentang juga bisa
menurunkan faktor resiko SIDS (sudden infant death syndrome) (IDAI, 2017).
2. Klien 2
Asuhan bayi baru lahir pada By. Ny. I dilakukan sebanyak 3x yaitu kunjungan pada 6-
7 jam, 6 hari, 2 minggu. By. Ny. I lahir pada tanggal 13 Februari 2022 pukul 08.25 WIB,
jenis kelamin Perempuan, BB : 3200 gram, PB : 48 cm, LK : 34 cm, LD : 34 cm, LP : 34 cm
dan LL : 9 cm. Pada pemeriksaan fisik By. Ny. I tidak ditemukan kelainan dan semua
dalam keadaan normal .Pemeriksaan neurologis By. Ny. I juga normal seperti refleks

386

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


glabellar, refleks sucking, refleks rooting, refleks palmar grasp, refleks babinski, refleks
moro, refleks tonick neck dan refleks ekstrusi.
Pada kunjungan neonatus pertama yang dilakukan pada tanggal 13 Februari 2022,
ibu mengatakan kepada penulis bahwa nafas bayinya seperti grok-grok. Saat ini bayi
berusia 1 hari dan frekuensi nafas bayi normal. Suara nafas bayi yang grok-grok dapat
disebabkan oleh fungsi anatomi pernafasan bayi belum bekerja secara optimal dan juga
ada cairan amnion terperas keluar serta lendir yang masih tersisa di hidung bayi. Dengan
bertambahnya usia bayi, bunyi nafas grok-grok ini akan dapat menghilang dengan
sendirinya. Suara napas grok-grok pada bayi baru lahir tidak berbahaya, penghisapan
pada lendir di hidung bayi dapat mengurangai suara grok-grok pada bayi. Cara lain untuk
mengurangi nafas grok-grok pada bayi adalah dengan cara posisi tidur terlentang. Selain
mengurangi bunyi nafas grok-grok, tidur terlentang juga bisa menurunkan faktor resiko
SIDS (sudden infant death syndrome) (IDAI, 2017).
Kunjungan Neonatus kedua dilakukan pada tanggal 20 Februari 2022, ibu
mengatakan ada biang keringat di leher bayi. Data subjektif dan objektif bayi dalam
keadaan normal. Biang keringat merupakan salah satu masalah kulit yang sering terjadi
pada bayi dan batita akibat dari blokade saluran kelenjar keringat, yaitu sekitar 15%.
Biang keringat banyak ditemukan pada kondisi cuaca yang panas, demam dan bayi yang
menggunakan pakaian berlebihan, yaitu pakaian yang terlalu tebal atau berlapis
maupun berbahan tidak menyerap keringat. Biang keringat yang terjadi akibat adanya
blokade saluran kelenjar keringat dipengaruhi juga oleh kondisi kulit bayi yang belum
berkembang sempurna dan produksi keringat atau hidrasi masing- masing individu.
Menurut penelitian sebelumnya di Desa Sumberagung Kecamatan Sumberejo
Kabupaten Bojonegoro udara yang panas dapat menyebabkan bayi lebih mudah
berkeringat, karena kurangnya pengetahuan ibu tentang perawatan kulit pada anak
maka banyak ibu yang memberikan bedak yang tebal pada bayinya untuk mengurangi
keringat tetapi hal tersebut justru memicu terjadinya biangkeringat (Luvilla dkk., 2019).
Menurut Mumpuni (2016), pencegahan pada bayi dengan Milliariasis adalah
memandikan bayinya 2 kali sehari menggunakan air dingin dan sabun cair, membasuh
bayi dengan handuk basah lalu keringkan dengan kain yang lembut dan bersih jika bayi
berkeringat, jangan berikan bedak ketika berkeringat karena akan dapat menutupi pori-
pori kulit bayi sehingga terjadi penumpukan kuman yang dapat memperburuk
miliariasis, menghindari menggunakan pakaian tebal.

387

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Pada kunjungan ke tiga tanggal 6 Maret 2022, ibu mengatakan biang keringat di
badan dan ekstremitas yang tidak kunjung sembuh dan berisi nanah. Tatalaksana biang
keringat apabila tidak ditangani segera akan berdampak pada keparahan biang keringat
yang dapat berisi nanah. Penulis dan bidan menyarankan ibu agar berkonsultasi ke
Dokter untuk tatalaksana lanjutan pada bayi Ny. I. pada kunjungan ke tiga ini penulis
juga mengingatkan ibu untuk kunjungna ulang pada tanggal 12 Maret untuk melakukan
imunisasi BCG dan Polio pada bayi. Manfaat imunisasi BCG (Basil Calmette Guerin) yaitu
untuk mencegah bayi atau anak terserang dari penyakit TBC yang berat, seperti:
meningitis TBC dan TBC milier. Ini dikarenakan bayi atau anak masih rentan terinfeksi
Mycobacterium Tuberculosis penyebab penyakit TBC, akibat adanya kontak dengan
penderita TBC yang ada di sekitarnya, seperti: orang tua, keluarga, pengasuh, dan lain
sebagainya. Vaksin (BCG) merupakan bagian dari pemberian imunisasi dasar pada bayi
sebanyak dosis yang diberikan 0,05 Ml dan 0,1 Ml dosis diberikan pada bayi 1-3 bulan
(Rivanica & Hartina, 2020).
3. Klien 3
Asuhan bayi baru lahir pada By. Ny. M dilakukan sebanyak 3x yaitu kunjungan pada
6-7 jam, 6 hari, 2 minggu. By. Ny. M lahir pada tanggal 6 Maret 2022, jenis kelamin
Perempuan, BB : 3000 gram, PB : 48 cm, LK : 35 cm, LD : 34 cm, LP : 34 cm dan LL : 10
cm. Pada pemeriksaan fisik By. Ny. M tidak ditemukan kelainan dan semua dalam
keadaan normal. Pemeriksaan neurologis By. Ny. M juga normal seperti refleks glabellar,
refleks sucking, refleks rooting, refleks palmar grasp, refleks babinski, refleks moro,
refleks tonick neck dan refleks ekstrusi.
Pada kunjungan pertama pada tanggal 6 Maret 2022, ibu mengatakan bayinya
sering menangis dan ibu merasa cemas dengan keadaan bayi nya. Penulis memberikan
konseling kepada ibu terkait penyebab bayi menangis. Pengertian bayi menangis terus-
menerus adalah ungkapan perasaan sedih (kecewa, menyesal) dengan mencucurkan air
mata serta mengeluarkan suara (tersedu- sedu, menjerit-jerit) dari seseorang bayi yang
belum lama lahir sampai 12 bulan. Bila bayi terus menerus mangis, perlu dicari
penyebabnya, kemungkinan bayi tersebut lapar, haus, teknik menyusu yang salah, ingin
ditemani, tidak nyaman, gigi tumbuh, lelah, bosan, kolik, atau kebiasaan, karakter, atau
bayi tersebut sakit, dan lain-lain. Menurut Anurogo (2019) penyebab bayi menangis
adalah (1) Kelaparan, Sampai saat ini menangis karenalapar adalah penyebab yang biasa
ditemui bila bayi menangis secara periodik. Semakin muda usia bayi, semakin besar

388

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


kemungkinan bayi menangis karena lapar. Seorang bayi yang lapar mungkin bisa
menunggu ibunya untuk memberi makan tanpa harus menangis, sementara bayi yang
lain akan mulai berteriak dan menangis terus-menerus dan baru berhenti ketika diberi
makan. (2) teknik menyusui pada bayi yang kurang benar, beberapa ibu tidak
mengetahui kalau menyusui membutuhkan sebuah teknik. Payudara ibu menghalangi
hidung bayi akan membuat bayi menangis. Selain itu, ibu-ibu yang belum
berpengalaman tidak bisa mengeluarkan udara yang tertelan anaknya setelah menyusui
bayinya, yaitu melakukan burping atau sendawa. Dengan tidak disendawakan akan
membuat bayi menangis, karena udara yang ada dalam perut bayi membuatnya merasa
tidak nyaman. (3) rasa tidak nyaman, beberapa penyebab yang menyebabkan bayi
kurang nyaman, misalnya popok kotor, ruam kulit, terganggu cuaca yang terlalu dingin
atau yang terlalu panas, atau perutnya kembung. Popok basah atau kotor biasanya
membuat bayi merasa tidak nyaman dan menyebabkan bayi menangis. Penggunaan
pakaian yang berlebihan ketika suhu bayi tinggi dapat menyebabkan bayi menangis,
penggunaan pakaian yang tipis juga dapat menyebabkan bayi menangis. Hal lain yang
dapat membuat bayi menangis karena tidak nyaman yaitu ada sesuatu yang menusuk
tubuh bayi. (4) bayi yang banyak kebutuhan dan ingin ditemani, Beberapa bayi sering
menangis dibandingkan bayi lainnya, dan bayi perlu didekap dan digendong lebih sering.
Ibu yang selalu menggendong bayinya kemana-mana, dapat membuat bayi tidak
menangis dibandingkan dengan ibu yang senang meninggalkan bayinya, atau ibu yang
menidurkan bayi di tempat tidur terpisah. Anak kecil membutuhkan kasih sayang dan
teman. Bayi mengungkapkan kesepiannya dengan cara menangis. Tangisan akan
berhenti ketika bayi digendong, terutama digendong oleh ibunya. Menggendong dan
menyayangi bayi secukupnya akan membuat bayi merasa lebih aman dan lebih
independent di tahun-tahun yang akan datang. Menggendong bayi ketika menangis
tidak akan membuatnya menjadi manja (Anurogo, 2019).
Kunjungan neonatus kedua dilakukan pada tanggal 11 Maret 2022, ibu mengatakan
ada biang keringat dibagian leher bayi. Biang keringat merupakan salah satu masalah
kulit yang sering terjadi pada bayi dan batita akibat dari blokade saluran kelenjar
keringat, yaitu sekitar 15%. Biang keringat banyak ditemukan pada kondisi cuaca yang
panas, demam dan bayi yang menggunakan pakaian berlebihan, yaitu pakaian yang
terlalu tebal atau berlapis maupun berbahan tidak menyerap keringat. Biang keringat
yang terjadi akibat adanya blokade saluran kelenjar keringat dipengaruhi juga oleh

389

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


kondisi kulit bayi yang belum berkembang sempurna dan produksi keringat atau hidrasi
masing- masing individu. Menurut penelitian sebelumnya di Desa Sumberagung
Kecamatan Sumberejo Kabupaten Bojonegoro udara yang panas dapat menyebabkan
bayi lebih mudah berkeringat, karena kurangnya pengetahuan ibu tentang perawatan
kulit pada anak maka banyak ibu yang memberikan bedak yang tebal pada bayinya
untuk mengurangi keringat tetapi hal tersebut justru memicu terjadinya biang keringat
(Luvilla dkk., 2019).
Menurut Mumpuni (2016), pencegahan pada bayi dengan Milliariasis adalah
memandikan bayinya 2 kali sehari menggunakan air dingin dan sabun cair, membasuh
bayi dengan handuk basah lalu keringkan dengan kain yang lembut dan bersih jika bayi
berkeringat, jangan berikan bedak ketika berkeringat karena akan dapat menutupi pori-
pori kulit bayi sehingga terjadi penumpukan kuman yang dapat memperburuk
miliariasis, menghindari menggunakan pakaian tebal.
Kunjungan neonatus ketiga, ibu mengeluhkan ada ruam popok di sekitar
selangkangan bayi. Ruam popok (diaper rash, napkin dermatitis, nappy rash) atau
diaper dermatitis adalah kerusakan dan peradangan kulit pada daerah sekitar popok
(diaper). Laporan mengenai insidensi dan umur terjadinya serangan sangat bervariasi,
berhubungan dengan perbedaan penggunaan diaper, toilet training, kebersihan, dan usia
anak. Prevalensi ruam popok pada bayi berkisar antara 7–35% dan dapat terjadi pada
awal usia satu minggu. Insiden meningkat tiga kali lipat pada kejadian diare. Di Indonesia
laporan mengenai angka kejadian ruam popok khususnya pada bayi baru lahir yang
akurat belum tersedia. Terdapat banyak faktor yang berisiko terhadap kejadian ruam
popok. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah meningkatnya hidrasi kulit, kontak
dengan iritan kulit (urin, feses, enzim dalam feses, garam empedu), gesekanmekanik (kulit
dengan kulit, popok dengan kulit), pH kulit, status gizi dan diet (komposisi fekal), usia
kehamilan, penggunaan terapi antibiotik, adanya diare dan kondisi medis. Ruam popok
sering membuat bayi tidak nyaman. Rasa gatal, perih, risih dan kadang terasa sakit
menyebabkan bayi gelisah dan rewel. Pengetahuan tentang faktor-faktor risiko ruam
popok diperlukan untuk dapat meminimalkan atau menangani masalah ruam popok.
Dalam penelitian menunjukkan bahwa mikroorganisme utama yang berhubungan
dengan kasus ruam popok yang parah adalah Candida albicans. Penelitian ini
memberikan informasi bahwa terdapat korelasi positif antara keparahan klinis diaper
dermatitis dengan adanya tingkat Candida albicans pada popok, mulut, dan anus bayi.

390

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Adanya pustula satelit merupakankarakteristik ruam popok Candida, dan memungkinkan
ruam popok karena jamur ini bisa dibedakan dengan jenis ruam popok lain. Pemeriksaan
KOH (Potassium Hydroxide) dan kultur sensitifitas adalah pemeriksaan laboratorium
yang dapat dilakukan untuk memastikan diagnosa ruam popok Candida. Sumber utama
infeksi Candida adalah flora normal dalam tubuh pada pasien dengan sistem imun
menurun. Dapat juga berasal dari luar tubuh, contohnya pada bayi baru lahir mendapat
Candida dari vagina ibunya (pada waktu lahir atau masa hamil) atau daristaf rumah sakit,
dimana angka terbawanya sampai 58%. Transmisi Candida antara staf rumah sakit
dengan pasien, pasien dengan pasien biasanya muncul pada unit khusus misalnya unit
neonatus. Hal ini dapat terjadi karena adanya salah satu faktor predisposisi endogen yaitu
umur (bayi lebih mudah terkena infeksi nosokomial karena status imunnya belum
sempurna)( Rustiyaningsih dkk., 2018).
Cara mencegah terjadinya ruam popok pada bayi baru lahir adalah : (1)mengganti
popok bayi setiap kali basah, setiap hari paling sedikit 2-3 jam agar kulit bayi tidak
lembab, (2) membersihkan kulit dengan air hangat setelah bayi BAB, menggunakan
sabun kemudian membilas sampai bersih lalu keringkan, (3) mengoleskan baby oil
setelah bayi di mandikan pada daerah bokong yang terdapat bintik-bintik merah.
Penelitian yang dilakukan oleh Rustiyaningsih, dkk. (2018) menunjukkan bahwa
penggantian popok lebih dari atau sama dengan 6 kali/hari terbukti secara signifikan
menurunkan kejadian ruam popok dari padayang diganti kurang dari frekuensi tersebut.
Pernyataan yang sama disampaikan oleh Humphrey, Bergman, & Au (2016) bahwa
popok harus diganti setiap basah atau kotor, atau setidaknya 3-4 jam dan lebih sering
pada neonatus. Penelitian yang dilakukan oleh Adalat, Wall, & Goodyear (2017) juga
menunjukkan hasil yang sama bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian
ruam popok dengan frekuensi penggantian popok antara kelompok yang diganti setiap
3-4 jam sekali dengan kelompok yang diganti kurang dari itu. Teori dari Adalat, Wall, &
Goodyear (2017) menyatakan bahwa baby oil bisa berfungsi sebagai penghalang
(barrier). Penghalang ini dapat meminimalkan kehilangan air transepidermal
dan menurunkan permeabilitas terhadap iritan dengan membentuk lapisan lipid di atas
permukaan kulit. Penghalang ini juga meminimalkan gesekan pada kulit. Tisu basah
diyakini berkontribusi terhadap kejadian ruam popok Adalat, Wall, & Goodyear (2017).
Pembersihan sederhana dengan air hangat dan kain yang lembut cenderung mengurangi
iritasi kulit dari pada menggunakan tisu sekali pakai. Kedua pernyataan tersebut sesuai

391

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


dengan hasil penelitian ini bahwa semua bayi baru lahir sudah menggunakan aquabides
+ kapas/kasa untuk membersihkan area pemakaian popok, dan bukan tisu basah (tisu
sekali pakai). Rustiyaningsih (2018) menjelaskan bahwa reaksi alergi adalah salah satu
penyebab dari ruam popok.
4. Klien 4
Asuhan bayi baru lahir pada By. Ny. R dilakukan sebanyak 1x yaitu kunjungan pada
6-7 jam. By. Ny. R lahir pada tanggal 25 April 2022, jenis kelamin Perempuan, BB : 3000
gram, PB : 50 cm, LK : 35 cm, LD : 34 cm, LP : 34 cm dan LL : 10 cm. Pada pemeriksaan
fisik By. Ny. R tidak ditemukan kelainan dan semua dalam keadaan normal. Pemeriksaan
neurologis By. Ny. R juga normal seperti refleks glabellar, refleks sucking, refleks rooting,
refleks palmar grasp, refleks babinski, refleks moro, refleks tonick neck dan refleks
ekstrusi.
Pada kunjungan neontus hari pertama ini ibu mengeluhkan ada benjolan pada
kepala bayi dan ibu merasa cemas dengan keadaan bayinya. Benjola dikepala
merupakan caput succedenum. Caput succedeneum merupakan penumpukan cairan
serosanguineous, subkutan dan ekstraperiosteal dengan batas yang tidak jelas.Kelainan
ini biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian mana yang
bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi edema sebagai akibat pengeluaran serum
dari pembuluh darah.Kelainan ini disebabkan oleh tekana bagian terbawah janin saat
melawan dilatasi serviks. Caput succedeneum menyebar melewati garis tengah dan
sutura serta berhubungan dengan moulding tulang kepala. Caput succedeneum
biasanya tidak menimbulkan komplikasi dan akan menghilang beberapa hari setelah
kelahiran. Terapi hanya berupa observasi. Caput succedeneum terjadi karena adanya
tekanan yang kuat pada kepala saat memasuki jalan lahir, sehingga terjadi bendungan
sirkulasi perifer dan limfe yang disertai dengan pengeluaran cairan tubuh kecairan
ekstravaskular. Caput suksedaneum dapat terjadi pada partus lama dan vaccun
ekstraksi. Tanda klinis caput succedeneum adalah tampak benjolan caput berisi cairan
serum dan sering bercampur sedikit darah, benjolan secara klinis sering ditemukan
didaerah presentasi lahir, pada perabaan teraba benjolan lunak, berbatas tidak tegas,
tidak berfluktuasi tetapi bersifat edema tekan, udema dikepala, terasa lembut dan lunak
pada perabaan, udema melampaui tulang tengkorak, permukaan pada kulit berwarna
ungu atau kemerahan (Tisnilawati & Yusriani 2018).
Penulis memberikan konseling mengenai pemberian ASI on demand untuk bayi Ny.

392

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


R. Pemberian ASI secara on demand adalah Pemberian ASI tidak dijadwal sesuai
keinginan bayi, dengan menggunakan kedua payudara setiap menyusui secara
bergantian, dan istirahat yang cukup. Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu
(ASI) kepada bayi, dimana bayi memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan dan
menelan ASI. Menyusui merupakan proses alamiah yang keberhasilannya tidak
diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal namun membutuhkan kesabaran,
waktu, dan pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari lingkungan keluarga
terutama suami. Menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi akan tetapi juga
memberikan keuntungan dan manfaat bagi ibu terutama dengan menyusui bayi secara
ekslusif. Begitu besar manfaat pemberian ASI secara on demand pada bayi, sehingga
dipandang perlu untuk dilakukan oleh semua ibu yang melahirkan kepada bayinya. Hal
ini sangat ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan sikap seorang ibu dalam
membangun komitmen (Afriani, 2018).
Selian ASI on demend, penulis juga meberikan konseling mengenai pentingnya ASI
eksklusif. ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6
bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain,
termasuk air putih. ASI adalah makanan terbaik bagi bayi baru lahir, baik bayi yang
dilahirkan cukup bulan maupun kurang bulan. Berbagai hasil penelitian menunjukan
bahwa pemberian ASI memberikan banyak keuntungan fisiologis maupun emosional.
World Health Organization (WHO), American Academy of Pediatrics (AAP), American
Academy of Family Physicians (AAFP) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
merekomendasikan pemberian ASI ekslusif selama enam bulan dan pemberian ASI
dilanjutkan sampai dua tahun. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa Air Susu Ibu
merupakan makanan terbaik dan utama bagi bayi karena di dalam ASI terkandung
antibodi yang diperlukan bayi untuk melawan penyakit- penyakit yang menyerangnya.
Pada dasarnya ASI adalah imunisasi pertama karena ASI mengandung bergbagai zat
kekebalan antara lain immunoglobulin. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI
Eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu mengurangi perdarahan pasca persalinan,
mengurangi kehilangan darah pada saat haid mempercepat pencapaian berat badan
sebelum hamil, mengurangi risiko kanker payudara, dan kanker rahim (Lindawati, 2019).
5. Klien 5
Asuhan bayi baru lahir pada By. Ny. T dilakukan sebanyak 3x yaitu kunjungan pada
6-7 jam, 6 hari, 2 minggu. By. Ny. T lahir pada tanggal 9 Maret 2022, jenis kelamin laki-

393

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


laki, BB : 2400 gram, PB : 45 cm, LK : 32 cm, LD : 30 cm, LP : 30 cm dan LL : 8 cm. Pada
pemeriksaan fisik By. Ny. T tidak ditemukan kelainan dan semua dalam keadaan normal.
Pemeriksaan neurologis By. Ny. T juga normal seperti refleks glabellar, refleks sucking,
refleks rooting, refleks palmar grasp, refleks babinski, refleks moro, refleks tonick neck
dan refleks ekstrusi.
Pada kunjungan neonatus hari pertama ibu mengeluhkan ada terdapat benjolan di
kepala bayi, dan Bidan memberikan penjelasan mengenai keadaan bayi. Benjolan yang
ada dikepala bayi merupakan Cephal hematoma. Cephal hematoma adalah sebuah
kondisi terjadinya perdarahan subperiosteal di bagian tulang tengkorak yang berbatas
tegas pada bagian tulang saling sangkut dan tidak melewati sutura. Kondisi ini terjadi
karena dilakukannya tarikan dengan metode cunam atau vakum. Kondisi
Cephalhematoma ini juga dipengaruhi oleh kesukaran melahirkan yang dialami selama
persalinan. Cephal hematoma juga dapat diartikan sebagai kondisi pembengkakan di
kepala karena adanya pengumpulan dan penumpukan darah pada bagian
subperiosteum. Risiko terjadinya kondisi ini dapat ditemukan sekitar 0,5-2% perkelahiran
hidup. Kondisi cephal hematoma diakibatkan oleh berbagai macam faktor, diantaranya:
(1) Adanya tekanan pada jalan lahir yang berlangsung terlalu lama dan menekan pada
kepala pada saat persalinan. (2) Selaput tengkorak robek akibat molase yang terlalu kuat.
(3) Tindakan forsep atau vakum ekstraksi yang menyebabkan forsep. Patofisiologi dari
cephal hematoma dapat digolongkan menjadi beberapa bagian, yaitu: a. Terjadinya
perobekan dari pembuluh darah yang terdapat dan melewati tulang kepala ke arah
jaringan periosteum. Kondisi robeknya pembuluh darah ini disebabkan oleh persalinan
yang berlangsung terlalu lama. Kondisi ini dapat diidentifikasikan bentuknya ketika
terlihat adanya timbunan daerah di bagian subperiosteal yang berwujud seperti
benjolan. b. Timbulnya warna merah di bagian kepala karena adanya penumpukan darah
di daerah tersebut.
Gejala dan tanda dari kondisi cephal hemotoma ini dapat diidentifikasi menjadi
beberapa jenis: a. Benjolan dari cephal hematoma memiliki wujud menyerupai benjolan
yang terdifus, memiliki batas tegas dan tak melampaui sutura akibat periosteal tulang
berakhir di sutura. b. Terjadinya fluktuasi pada aspek perabaan terasa karena
penimbunan darah secara perlahan yang dialami oleh anak di bagian di rongga
subperiosteal. c. Butuh waktu sekitar 6-8 jam sampai benjolan yang timbul karena
adanya penimbunan darah. Benjolan ini akan membesar pada hari kedua dan

394

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


seterusnya. d. Benjolan pada umumnya timbul di bagian tulang parietal, namun dalam
beberapa kasus, benjolan ini juga dapat timbul di bagian tulang frontal dan akan hilang
dalam beberapa minggu. e. Benjolan dapat bersifat soliter atau multiple. Tatalaksana
yang harus diperhatikan kepada bayi yang mengalami kondisi cephal hematoma, yaitu: a.
Kondisi penatalaksana tidak memerlukan uji laboratorium yang spesifik. b. Ketika
mengalami kondisi ini, bayi dapat menempuh CT scan untuk melihat apakah terdapat
kelainan neurologis dan tulang patah atau fraktur pada tulang. c. Memberlakukan
pembatasan mortalitas seperti misalnya mengangkat anak terlalu sering dengan tujuan
pembekakan tidak meluas ke daerah kelapa yang lain. d. Melakukan pengamatan
terhadap kepala anak yang mengalami cephal hematoma dan kondisi vital dari anak
seperti intensitas bernapas, suhu tubuh, aliran darah dan lain sebagainya secara periodik.
e. Jika terjadi kenaikan suhu tubuh yang dialami oleh anak, bidan orang tua dapat
melakukan hal berikut ini : (1) Mengompres anak dengan air anak (2) Memberikan
antipiretik dan antibiotik kepada anak (3) Memberikan cairan tertentu yang dibutuhkan
oleh anak tersebut. f. Jika ternyata anak menunjukan gejala anemia dan hypovolemia,
maka lakukan transfusi untuk mencukupi kebutuhan darah pada anak. g. Tidak
dianjurkan untuk melakukan aspirasi cephal hematoma karena meningkatkan resiko
cedera (Baebudi, 2020).
Kunjungan neonatus kedua dilakukan pada tanggal 15 Maret 2022, ibu mengatakan
ada biang keringat dileher bayi. Biang keringat merupakan salah satu masalah kulit yang
sering terjadi pada bayi dan batita akibat dari blokade saluran kelenjar keringat, yaitu
sekitar 15%. Biang keringat banyak ditemukan pada kondisi cuaca yang panas, demam
dan bayi yang menggunakan pakaian berlebihan, yaitu pakaian yang terlalu tebal atau
berlapis maupun berbahan tidak menyerap keringat. Biang keringat yang terjadi akibat
adanya blokade saluran kelenjar keringat dipengaruhi juga oleh kondisi kulit bayi yang
belum berkembang sempurna dan produksi keringat atau hidrasi masing- masing
individu. Menurut penelitian sebelumnya di Desa Sumberagung Kecamatan Sumberejo
Kabupaten Bojonegoro udara yang panas dapat menyebabkan bayi lebih mudah
berkeringat, karena kurangnya pengetahuan ibu tentang perawatan kulitpada anak maka
banyak ibu yang memberikan bedak yang tebal pada bayinya untuk mengurangi keringat
tetapi hal tersebut justru memicu terjadinya biangkeringat (Luvilla dkk., 2019).
Menurut Mumpuni (2016), pencegahan pada bayi dengan Milliariasis adalah
memandikan bayinya 2 kali sehari menggunakan air dingin dan sabun cair, membasuh

395

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


bayi dengan handuk basah lalu keringkan dengan kain yang lembut dan bersih jika bayi
berkeringat, jangan berikan bedak ketika berkeringat karena akan dapat menutupi pori-
pori kulit bayi sehingga terjadi penumpukan kuman yang dapat memperburuk miliariasis,
menghindari menggunakan pakaian tebal.
Kunjungan neonatus ketiga dilakukan pada tanggal 26 Maret 2022, ibu mengatakan
bahwa benjolan dikepala bayi bertambah besar. Setelah melakukan pemeriksaan, Bidan
menyarankan Ibu untuk konsultasi dengan Dokter dan ibu menyetujui saran Bidan. Pada
kunjungan ketiga ini penulis meberikan konseling mengenai kunjungan ulang untuk
imunisasi BCG pada tanggal 8 April 2022. Manfaat imunisasi BCG (Basil Calmette Guerin)
yaitu untuk mencegah bayi atau anak terserang dari penyakit TBC yang berat, seperti:
meningitis TBC dan TBC milier. Ini dikarenakan bayi atau anak masih rentan terinfeksi
Mycobacterium Tuberculosis penyebab penyakit TBC, akibat adanya kontak dengan
penderita TBC yang ada di sekitarnya, seperti: orang tua, keluarga, pengasuh, dan lain
sebagainya. Vaksin (BCG) merupakan bagian dari pemberian imunisasi dasar pada bayi
sebanyak dosis yang diberikan 0,05 Ml dan 0,1 Ml dosis diberikan pada bayi 1-3 bulan
(Rivanica & Hartina, 2020).
4.5 Asuhan Keluarga Berencana
1. Klien 1
Pelaksanaan asuhan keluarga berencana pada Ny. S pada kunjungan terakhir masa
nifas, yaitu konseling alat kontrasepsi pada masa nifas, menurut Kemenkes (2018)
metode kontrasepsi postpartum, yaitu KB alamiah, KB pil, KB suntik, AKDR, AKBK,
kondom dan kontrasepsi mantap. Asuhan KB pada Ny. S diberikan pada tanggal 10 Juni
2022. Setelah diberikan KIE terkait jenis-jenis kontrasepsi KB yang ada pada tanggal 9
Juni 2022, Ny. S dan suami memutuskan untuk memilih KB suntik 3 bulan.
KB suntik 3 bulan atau kontrasepsi suntik DMPA berisi hormon progesteron saja dan
tidak mengandung hormone esterogen. Dosis yang diberikan 150 mg/ml depot
medroksiprogesteron asetat yang disuntikkan secara intramuscular (IM) setiap 12
minggu. Keuntungan KB suntik 3 bulan adalah sangat efektif, mencegah kehamilan
jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak mengandung
estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan
pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, klien tidak perlu menyimpan obat suntik,
dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai perimenopause,
membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan

396

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


kejadian penyakit jinak payudara, dan mencegah beberapa penyakit radang panggul.
Keterbatasan KB suntik 3 bulan adalah sering ditemukan ganguan haid, kemungkinan
terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian, klien sangat
bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan, kenaikan berat badan, tidak
menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B dan
virus HIV, dan pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi perubahan lipid serum.
Efek samping KB suntik 3 bulan adalah mengalami gangguan haid seperti amenore,
spooting, menorarghia, metrorarghia, penambahan berat badan, mual, kunang-kunang,
sakit kepala, nervositas, penurunan libido dan vagina kering. Efektivitas KB suntik 3 bulan
adalah DMPA memiliki efektivitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan
dalam satu tahun pemakaian. Kegagalan yang terjadi pada umumnya dikarenakan oleh
ketidakpatuhan akseptor untuk datang pada jadwal yang telah ditetapkan atau teknik
penyuntikan yang salah, injeksi harus benar-benar intragluteal (Priyanti & Syalfina, 2017).
2. Klien 2
Asuhan kebidanan pada Ny. I usia 30 tahun akseptor KB pasca salin dilakukan pada
tanggal 26 Juni 2022. Data subjektif dan objektif ibu dalam batas normal. Ibu
mengatakan ingin menggunakan KB alamiah. Penulis meberikan konseling terkait jenis
KB baik alamiah yang dapat digunakan olegh ibu. Jenis KB alamiah atau KB tanpa Alat
diantaranya ada KB metode kalender (Metode kalender atau pantang berkala adalah
cara atau metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri
dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur atau
ovulasi), metode suhu basal (Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh
tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal
dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas
lainnya. Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa
subur/ovulasi). Metode lendir serviks (Metode mukosa serviks atau metode ovulasi
merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa
subur dari siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada
vulva menjelang hari-hari ovulasi). Metode Sim To Termal (Metode simptothermal
merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang mengidentifikasi masa
subur dari siklus menstruasi wanita. Metode simptothermal mengkombinasikan metode
suhu basal tubuh dan mukosa serviks. Tetapi ada teori lain yang menyatakan bahwa
metode ini mengamati tiga indikator kesuburan yaitu perubahan suhu basal tubuh,

397

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


perubahan mukosa/lendir serviks, dan perhitungan masa subur melalui metode
kalender). Metode coitus interuptus (Coitus interuptus atau senggama terputus adalah
metode keluarga berencana tradisional/alamiah, dimana pria mengeluarkan alat
kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi) (Priyanti & Syalfina, 2017).
Setelah diberikan konseling mengenai jeni KB alamiah yang bisa digunakan oleh ibu,
ibu memilih KB metode kalender. Metode kalender atau pantang berkala adalah cara
atau metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan
tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi.
Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi (sebagai
alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan) maupun konsepsi (dapat
digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan melakukan hubungan
seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa hamil). Metode
kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan yaitu lebih sederhana, dapat
digunakan oleh setiap wanita yang sehat, tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan
khusus dalam penerapannya, tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual,
kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko
kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi, tidak memerlukan biaya, dan tidak
memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang berkala ini
juga memiliki keterbatasan, antara lain : (1) Memerlukan kerjasama yang baik antara
suami istri, (2) Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya, (3)
Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat, (4) Pasangan
suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur, (5) Harus mengamati sikus
menstruasi minimal enam kali siklus, (6) Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi
penghambat), (7) Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum
menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur.
Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan
pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih
efektif bila digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian
dr. Johnson dkk di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila
dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode
kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun (Priyanti & Syalfina, 2017).

398

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-
35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam
kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data
yang telah dicatat.
c) Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur
adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret
ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret
dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Maret.
Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga tanggal 24 Maret.
Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan
senggama. Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus menggunakan
kontrasepsi.
d) Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini
menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6
siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
Rumus:
Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18
Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan
siklus terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).
Langkah 1: 25 – 18 = 7
Langkah 2: 30 – 11 = 19
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga masa ini,
suami istri tidak boleh melakukan senggama. Apabila ingin melakukan senggama harus
menggunakan kontrasepsi (Priyanti & Syalfina, 2017).
3. Klien 3
Asuhan kebidanan pada keluarga berencana Ny. M dilakukan pada tanggal 6 Maret
2022. KB yang digunakan ibu adalah metode KB operasi atau yang dikenal dengan

399

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Metode Operasi Wanita/tubektomi/kontrasepsi steril. Kontrasepsi steril merupakan
metode kontrasepsi dengan melakukan pembedahan,pengguna akan diberikan bius
lokal atau obat anti nyeri ketika dilakukan tindakan. Tindakan Kontrasepsi steril memiliki
efektfitas yang tinggi sehingga tidak mudah dikembalikan ke kondisi semula ketika
menginginkan memiliki keturunan. Kontrasepsi steril pada wanita dinamakan
tubektomi. Tubektomi adalah metode kontrasepsi mantap dengan mengikat atau
memotong saluran telur. Tindakan ini dilakukan pada kedua saluran telur. Metode ini
hanya diperuntukkan bagi mereka yang memang tidak ingin memiliki anak lagi.
Cara kerjanya dengan terikatnya saluran telur menyebabkan sel telur tidak dapat
melewati saluran sel telur dengan demikian sel telur tidak bisa bertemu dengan sperma
sehingga tidak terjadi kehamilan. Indeks efektivitas sterilisasi adalah 0,5-1. Hanya ada
satu kehamilan yang tidak diinginkan per 1000-2000 wanita yang telah ditubektomi.
Kelebihan dari tubektomi adalah tidak mempengaruhi libido seksual, tidak
mempengaruhi produksi ASI, dan tidak ada efek samping hormonal ataupun efek
sampingjangka panjang. Sedangkan kelemahannya yaitu terdapat luka bekas operasi
yang terkadang terasa nyeri, infeksi mungkin saja terjadi, dan kesuburan sulit kembali
(Utami, & Trimuryani, 2020).
Penulis juga memberikan asuhan cara merawat luka post SC. Perawatan luka post
sectio caesarea yaitu rutin mengganti perban bila basah, lembab atau terasa tidak
nyaman. Ibu tidak disarankan untuk beraktivitas berat dan mengangkat benda berat
selama 2 minggu. Menggangkat benda berat akang membuat otot abdomen berkontaksi
dan meregang yang dapa membuat jahitan bekas luka terputus. Jahitan luka yang
terputus akan membuat resiko infeksi pada ibu dan proses penyembuhan pun akan
memakan waktu yang cukup lama. Menjaga luka agar tetap bersih. Bekas luka pasca SC
yang lembab dan kotor akan menjadi sarang bakteri yang dapat menimbulkan infeksi
pada ibu. Ibu harus menghindari berendam di bak mandi atau berenag sampai luka
benar-benar sembuh. Berenang/ berendaam akan membuat luka menjadi basah dan
lembab (Rahmi dkk., 2019).
4. Klien 4
Asuhan kebidanan pada keluarga berencana Ny. R usia 31 tahun diberikan pada
tanggal 25 April 2022. Ibu memutuskan untuk menggunakan KB jangka panjang IUD.
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MJKP) menurut Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) adalah alat kontrsepsi yang digunakan untuk menunda,

400

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


menjarangkan kehamilan bahkan mengontrol kesuburan dengan menurunkan kesuburan
yang di gunakan dalam jangka panjang. Kontrasepsi Jangka panjang merupakan metode
kontrasepsi yang digunakan dalam jangka panjang dengan efektivitas dan tingkat
kelangsngan pemakaian tinggi dengan angka kegagalan yang rendah. Alat kontrasepsi
jangka panjang berdasarkan waktu penggunaan adalah alat kontrasepsi yang digunakan
secara terus menerus selama minimal 3 tahun seperti penggunaan Implant/ susuk/Alat
Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) kurang dari waktu penggunaan tersebut dapat dikatakan
alat kontrasepsi jangka pendek. Jenis alat kontrasepsi jangka panjang ada 3 yaitu, IUD,
Implan dan metode operasi/kontrasepsi mantap.
lentur dengan lengan dari tembaga dan benang membentuk seperti huruf T. Cara
kerja IUD yaitu AKDR meninggikan getaran saluran telur sehingga waktu blastokista
sampai ke rahim, endometrium belum siap menerima nidasi dan menimbulkan reaksi
mikro infeksi sehingga terjadi penumpukan sel darah putih yang melarutkan blastokista,
dan lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas. Efektivitas AKDR yaitu 99%. Angka
kegagalannya sekitar 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam tahun pertama.
Kelebihan IUD adalah paling efektif, aman, fleksibel dan dapat dicabut ketika di inginkan,
tidak mengganggu produksi ASI, tidak memiliki efek samping hormonal, dapat dipasang
segera setelah melahirkan dan keguguran, mencegah kehamilan dalam jangka waktu
hingga 10 tahun, dapat digunakan untuk wanita yang belum pernah hamil sebelumnya.
Kelemahan IUD adalah, perubahan siklus haid, memperbanyak darah saat menstruasi
dan dapat menimbulkan kram ketika awal pemakaian, tidak mencegah IMS (Veronica
dkk., 2019)
Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) adalah alat kontrasepsi yang lunak yang
dimasukkan dibawah kulit dengan kapsul yang tidak dapat hancur didalam tubuh. AKBK
dapat terlihat dibawah kulit namun tidak meninggalkan bekas ketika dicabut jika
dilakukan dengan prosedur yang benar, terdapat tindakan operatif sederhana, dalam
AKBK mengandung hormon Progestin tanpa hormon Estrogen. AKBK memiliki efektifitas
mencegah kehamilan hingga 5 tahun, dapat dihentikan penggunaannya setiap saat,
dengan efek samping timbul flek dan siklus menstruasi yang menjadi tidak teratur. AKBK
tidak dapat digunakan untuk ibu menyusui kurang dari 6 bulan, ibu yang sedang
gangguan kesehatan serius, dapat mengganggu kehamilan sehingga dibutuhkan
kepastian tidak sedang hamil.
Kontrasepsi mantap merupakan metode kontrasepsi dengan melakukan

401

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


pembedahan,pengguna akan diberikan bius lokal atau obat anti nyeri ketika dilakukan
tindakan. Tindakan Kontrasepsi Mantap memiliki efektfitas yang tinggi sehingga tidak
mudah dikembalikan ke kondisi semula ketika menginginkan memiliki keturunan.
Kontrasepsi Mantap pada wanita akan dipotong lalu disumbat pada saluran tuba falopi
yang menghubungkan indung telur setelah dilakukan tindakan dan wanita yang
melakukan Metode Kontrasepsi Mantap masih tetap dapat menstruasi normal karena
tidak terdapat tindakan pada rahim, sedangkan pada pria akan dilakukan sayatan kecil
dan penyumbatan saluran benih sperma (Vasektomi) namun tidak mengganggu ereksi,
setelah tindakan vasektomi pada pria tidak segera efektif sehingga harus menggunakan
kondom terlebih dahulu minimal lebih dari 20 kali enjakulasi jika akan melakukan
hubungan seks . Segala tindakan Konstrasepsi mantap harus dilakukan oleh ahli di rumah
sakit (Veronica dkk., 2019).
5. Klien 5
Asuhan kebidanan pada Ny. T usia 29 tahun akseptor KB pasca salin dilakukan pada
tanggal 26 Juni 2022. Data subjektif dan objektif ibu dalam batas normal. Ibu
mengatakan ingin menggunakan KB alamiah. Penulis meberikan konseling terkait jenis
KB baik alamiah yang dapat digunakan olegh ibu. Jenis KB alamiah atau KB tanpa Alat
diantaranya ada KB metode kalender (Metode kalender atau pantang berkala adalah
cara atau metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri
dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur atau
ovulasi), metode suhu basal (Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh
tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal
dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas
lainnya. Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa
subur/ovulasi). Metode lendir serviks (Metode mukosa serviks atau metode ovulasi
merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa
subur dari siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada
vulva menjelang hari-hari ovulasi). Metode Sim To Termal (Metode simptothermal
merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang mengidentifikasi masa
subur dari siklus menstruasi wanita. Metode simptothermal mengkombinasikan metode
suhu basal tubuh dan mukosa serviks. Tetapi ada teori lain yang menyatakan bahwa
metode ini mengamati tiga indikator kesuburan yaitu perubahan suhu basal tubuh,
perubahan mukosa/lendir serviks, dan perhitungan masa subur melalui metode

402

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


kalender). Metode coitus interuptus (Coitus interuptus atau senggama terputus adalah
metode keluarga berencana tradisional/alamiah, dimana pria mengeluarkan alat
kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi) (Priyanti & Syalfina, 2017).
Setelah diberikan konseling mengenai jeni KB alamiah yang bisa digunakan oleh ibu,
ibu memilih KB metode kalender. Metode kalender atau pantang berkala adalah cara
atau metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan
tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi.
Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi (sebagai
alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan) maupun konsepsi (dapat
digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan melakukan hubungan
seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan kesempatan bisa hamil). Metode
kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan yaitu lebih sederhana, dapat
digunakan oleh setiap wanita yang sehat, tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan
khusus dalam penerapannya, tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual,
kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko
kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi, tidak memerlukan biaya, dan tidak
memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang berkala ini
juga memiliki keterbatasan, antara lain : (1) Memerlukan kerjasama yang baik antara
suami istri, (2) Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya, (3)
Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat, (4) Pasangan
suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur, (5) Harus mengamati sikus
menstruasi minimal enam kali siklus, (6) Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi
penghambat), (7) Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum
menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur.
Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan
pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih
efektif bila digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian
dr. Johnson dkk di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila
dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode
kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun (Priyanti & Syalfina, 2017).
Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-

403

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam
kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data
yang telah dicatat.
a) Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur
adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret
ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret
dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Maret.
Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga tanggal 24 Maret.
Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan
senggama. Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus menggunakan
kontrasepsi.
b) Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini
menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6
siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
Rumus:
Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18
Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan
siklus terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).
Langkah 1: 25 – 18 = 7
Langkah 2: 30 – 11 = 19
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga masa ini,
suami istri tidak boleh melakukan senggama. Apabila ingin melakukan senggama harus
menggunakan kontrasepsi (Priyanti & Syalfina, 2017).

404

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan selama 5 bulan kepada Ny. S dengan menggunakan
asuhan secara Continuity of Care, yaitu asuhan yang berkesinambungan dari masa
kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir, hingga pelayanan keluarga berencana. Maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Pelaksanaan asuhan kehamilan COC pada Ny. S dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dan keluhan yang dialami oleh pasien. Ny. S. Selama kehamilan Ny. S
mengeluhkan mual dan muntah di trimester pertama, nyeri pinggang di
trimester kedua, dan susah BAB di trimester ketiga dan dapat disimpulkan
keluhan yang dialami oleh Ny. S tidak membahayakan kehamilan dan normal
terjadi di kehamilan, sehingga kehamilan Ny.S adalah kehamilan fisiologis
2. Asuhan persalinan pada Ny. S diberikan langsung di PMB dan asuhan yang
diberikan adalah asuhan persalinan fisiologis karena pada persalinan Ny. S dapat
berjalan lancar dan tidak terdapat tanda-tanda kegawatdaruratan
3. Pelaksanaan CoC selama asuhan kebidanan pada masa nifas Ny. S telah
dilakukan dari pengkajian sampai pendokumentasian. Disimpulkan bahwa masa
nifas Ny. S merupakan masa nifas yang fisiologis dan keluhan Ny.S dapat diatasi.
4. Pelaksanaan CoC selama asuhan kebidanan pada bayi baru lahir By. Ny. S telah
dilakukan dari pengkajian sampai pendokumentasian. Disimpulkan bahwa By.
Ny. S merupakan bayi baru lahir yang normal
5. Pelaksanaan CoC selama asuhan kebidanan pada pelayanan Keluarga Berencana
Ny. S telah dilakukan dari pengkajian sampai pendokumentasian. Ny. S dan
suami memutuskan menggunakan KB suntik 3 bulan.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil pelaksanaan CoC asuhan kebidanan pada Ny. S didapatkan
saran sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penulis
terkait pemberian asuhan Continuity of Care sehingga penulis dapat
menerapkan ilmu yang telah didapatkan.

405

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


2. Bagi Klien
Diharapkan kepada klien agar dapat mawas diri terkait kondisi
kesehatannya yang menunjang proses kehamilan sehingga bidan dapat
berupaya mencegah dan mendeteksi dini segala jenis ketidaknormalan yang
mungkin terjadi.
3. Bagi Bidan
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas asuhan yang diberikan
sesuaidengan standard yang telah ditetapkan mulai dari kehamilan,
persalinan,nifas, hingga pelayanan kontrasepsi.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk dapat mengembangkan
pendidikan kebidanan khususnya mengenai asuhan kebidanan
berkelanjutan/Continuity of Care (CoC) selama kehamilan, persalinan, nifas, bayi
baru lahir dan pelayanan Keluarga Berencana (KB).

406

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Vs., & Sari, Di. (2019). Tiga Faktor Utama Yang Mempengaruhi Produksi Asi
Pada Ibu Menyusui. Jurnal Stikes. Vol. 7, No.2
Afni, R., & Dwienda, O. (2019). Efektifitas Senam Hamil Terhadap Kualitas Tidur Pada Ibu
Hamil Trimester Iii Di Klinik Pratama Arrabih Pekanbaru. Prosiding Hang Tuah
Pekanbaru, 11-16.
Afriani, A. (2018). Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Dengan Pemberian Asi Secara
On Demand Di Rsb. Restu Makassar. Media Kesehatan Politeknik Kesehatan
Makassar, 13(2), 14-18.
Agustin Dwi Syalfina, Sari Priyanti, & Nafisatul Maula. (2019). Asuhan Kebidanan Pada
Ibu Nifas Dengan Konstipasi Dan Faktor Yang Melatarbelakangi Care Midwifery Of
In Post Partum Mothers With Constipation And Background Factor. Medica
Majapahit (Jurnal Ilmiah Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit),
11(1).
American College of Obstetricians and Gynecologist. (2017). Update on Imunization and
Pregnancy Diphtheria, and Pertussis Vaccination. ACOG Committee Opinion
Number 718.
Anatea D.M., Mekonnen, H. & Dachew, A. (2018).Determinants And Perceptions Of The
Utilization Of Tetanus Toxoid Immunization Among Reproductive-Age Women In
Dukem Town, Eastern Ethiopia: A Community-Based Cross-Sectional Study. BMC
Int Health Hum Right,1,27.
Andriani H, Kuo HW. Adverse effects of parental smoking during pregnancy in urban and
rural areas. BMC Pregnancy Childbirth. 2014;14(1):1–15.
Anggasari, Y., & Mardiyanti, I. (2021). Pengaruh Antara Keteraturan Prenatal Gentle
Yoga Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pinggang Pada Ibu Hamil Trimester Iii.
Midwifery
Angriani, R., Sudaryati, E., Lubis, Z. (2018). Hubungan Frekuensi Menyusui Dengan
Elancaran Produksi Asi Ibu Post Partum Di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan
Selatan Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh Tahun 2017. Jurnal Muara Sains,
Teknologi, Kedokteran, Dan Ilmu Kesehatan. Vol. 2, No. 1
Anurogo, D. (2019). Manajemen Menangis Pada Bayi. Cermin Dunia Kedokteran, 46(1),
8-13.
Astuti & Sulistyorini, D. 2017. Asuhan Kebidanan Kehamilan.Yogyakarta: Nuha Medika.

407

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Baebudi, Ay,. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Trauma Lahir
Pada Bayi Di Rs Ibu Dan Anak Sitti Khadijah 1 Makassar. Skripsi.Universitas
Muhammadiyah Makassar
Brown, B. (2018). Perspectives on sexual and reproductive health. Journal. 33(4), pg.185
Claire Jones, Crystal chan, Farine. 2019. Sex in pregnancy
Damayanti, Ika Putri. (2019). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan
Ketidaknyamanan Sering Bak. Ensiklopedia Of Journal. Vol. 1 No. 4, Hal : 185-190
Elisa, E., Royani, L. D., & Adi, W. S. (2018). Pengaruh Masase Fundus Uteri Dengan
Pendidikan Kesehatan (Video Masase Fundus Uteri) Terhadap Penurunan Tinggi
Fundus Uteri Ibu Postpartum Di Rsud Pandan Arang Boyolali. Jurnal Ilmu
Keperawatan Maternitas, 1(2), 15–23. Https://Doi.Org/10.32584/Jikm.V1i2.145.
Eserdağ, S., & Akalın, E. E. (2021). Evaluation Of Characteristics And Clinical Outcomes Of
Vaginismus Treatment During Pregnancy. Southern Clinics Of Istanbul Eurasia,
32(2).
Farahdiba, I., & Taxri, R. (2019). Hubungan Paritas Dan Umur Ibu Terhadap Kejadian
Inersia Uteri Pada Ibu Bersalin Di Rsia Sitti Khadijah 1 Makassar Tahun 2019. Jurnal
Kesehatan Delima Pelamonia, 3(2), 96-102.
Fitriana. Y. & Nurwiandani. W. 2018. Asuhan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Fowler, J., Mahdi, H., & BW Jack. (2019). Pregnancy and Labor.
Fuehrer, L., Buckler, E., Bowman, E., Gregory, T., & McDaniel, J. (2018). Promoting
preconception health in primary care. Journal of the American Academy of
Physician Assistants, 28(8), 27–32.
Gray, D. J. P., Sidaway-Lee, K., White, E., Thorne, A., & Evans, P. H. (2018). Continuity of
care with doctors - A matter of life and death? A systematic review of continuity
of care and mortality. BMJ Open, 8(6), 1–12.
Gunkeyede, S. A., Daniel, A., & Ogundoyin, O. (2017).Paediatric Otogenic Tetanus: An
Evidence Of Poor Immunization In Nigeria. Pan African Medical Journal, 1, 177
Handayani, K. T. (2022). Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Ibu Hamil Trimester Iii Di
Wilayah Kerja Puskesmas Seririt I Tahun 2022 (Doctoral Dissertation, Poltekkes
Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan 2022).
Handayani, S. 2017. Buku Ajar Pelayanan Kesehatan Keluarga Berencana.
Yogyakarta:Pustak Rihama.
Hardianti, Dn., & Resmana, R. (2018). Kemajuan Persalinan Berhubungan Dengan

408

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Asupan Nutrisi. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan. Vol. 6. No. 3 Hal : 23-238
Hartinah, D., Karyati, S., & Rokhani, S. (2019). Hubungan Pola Aktivitas Fisik Dengan
Konstipasi Pada Ibu Hamil Trimester Iii Di Puskesmas Gribig Kecamatan Gebog
Kabupaten Kudus Tahun 2017. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 10(2),
350-357.
Jeffers, H., & Baker, M. (2016). Continuity of care: Still important in modern-day general
practice. British Journal of General Practice, 66(649), 396–397
JNPK-KR. 2017. Asuhan persalinan normal & Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: JHPIEGO
Corporation
Kemenkes RI. 2020. 5 Fokus Masalah Kesehatan Tahun 2020. Jakarta: Kemenkes RI
Khatimah, H., & Saleh, S. N. H. (2022). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Batua Kota Makassar.
Promotif: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 12(1), 95-101.
Kumalasari, M. L. F. (2021). Manajemen Asi Perah. Manajemen Laktasi Berbasis Evidence
Terkini, Sebatik
Lindawati, R. (2019). Relationship Between Knowledge, Education And Family Support
With Exclusive Breastfeeding. Faletehan Health Journal, 6(1), 30-36.
Https://Doi.Org/10.33746/Fhj.V6i1.25
Mardliyana, N. E., & Ainiyah, N. H. (2019). Peran Bidan Dalam Pengembangan Manual
Rujukan Kia Pada Ibu Hamil Risiko Tinggi Di Kabupaten Bantul (Analisis Kejadian
Kehamilan Risiko Tinggi). Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 10(1), 59-63.
Marmi dan Rahardjo, K. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Marmi. 2015. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Puerpurium Care”. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Metti, D. (2016). Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Tentang Tanda-Tanda Persalinan
Di Wilayah Lampung Utara. Jurnal Keperawatan. Vol. Ii. No. 2, Hal : 228-232
Mortensen, B., Lieng, M., Diep, L. M., Lukasse, M., Atieh, K., & Fosse, E. (2019).
Improving Maternal and Neonatal Health by a Midwife-led Continuity Model of
Care – An Observational Study in One Governmental Hospital in Palestine.
EClinicalMedicine, 10, 84–91
Ningsih, Dewi Andariya. 2017. Continuity of Care Kebidanan. Jurnal Kebidanan. Vol.
IV, No. 2 (67-77).

409

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Novitasari, Rista. (2022). Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Dengan Perawatan Luka
Perineum Di Pmb Aan Dyah Tahun 202/2021. Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu. Vol.
13. No. 1
Nurhayati, Yati. (2019). Pengaruh Teknik Relaksasi Pernafasan Terhadap Nyeri Persalinan
Pada Kala 1 Fase Aktif. Jurnal Keperawatan Dan Kebidanan. Vol. Xi. No. 1, Hal : 47-
51.
Perriman, N., Davis, D. L., & Ferguson, S. (2018). What women value in the midwifery
continuity of care model: A systematic review with meta-synthesis. Journal of
Midwifery, 62, 220–229
Purnamasari, K. D. (2019). Nyeri Punggung Bawah Pada Ibu Hamil Trimester Ii Dan Iii.
Journal Of Midwifery And Public Health, 1(1), 9-15.
Puspitasari, L., & ., E. (2018). Manfaat Penguatan Otot Abdomen Dan Pemijatan Lumbal
Terhadap Percepatan Proses Persalinan Kala I. Jurnal Kebidanan, 10(01), 17-27.
Https://Doi.Org/10.35872/Jurkeb.V10i01.295
Putri, S. E., Ramie, A., & Maria, I. (2022). Pengetahuan Tentang Pemenuhan Nutrisi Pada
Masa Nifas Berdasarkan Sosial Budaya Ibu. Join: Journal Of Intan Nursing, 1(1), 15-
22.
Rahim, W. A., Rompas, S., & Kallo, V. D. (2019). Hubungan Antara Pengetahuan
Perawatan Luka Pasca Bedah Sectio Caesarea (Sc) Dengan Tingkat Kemandirian
Pasien Di Ruang Instalasi Rawat Inap Kebidanan Dan Kandungan Rumah Sakit
Bhayangkara Manado. Jurnal Keperawatan, 7(1).
Ratih, R. H. (2020). Pengetahuan Dan Sikap Ibu Nifas Tentang Perawatan Luka Perineum.
Jurnal Kesmas Asclepius, 2(1), 34-43.
Ratnawati, M., & Kharisma, A. D. (2019). Hubungan Tingkat Nyeri Luka Operasi Dengan
Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Sectio Caesarea Di Pavilyun Melati Rsud Jombang.
Jurnal Ilmiah Kebidanan (Scientific Journal Of Midwifery), 5(1), 66-73.
Reni, D. P., Nur, F. T., Cahyanto, E. B., & Nugraheni, A. (2018). Perbedaan Perawatan Tali
Pusat Terbuka Dan Kasa Kering Dengan Lama Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru
Lahir. Placentum: Jurnal Ilmiah Kesehatan Dan Aplikasinya, 6(2), 7-13.
Ricchi, A., Rossi, F., Borgognoni, P., Bassi, M. C., Artioli, G., Foa, C., & Neri, I. (2019). The
midwifery-led care model: A continuity of care model in the birth path. Acta
Biomedica, 90(3), 41–52
Rihama. . 2018. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka

410

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Rustiyaningsih, A., Rustina, Y., & Nuraini, T. (2018). Faktor Yang Berhubungan Dengan
Ruam Popok Pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(Jppni), 3(2), 58-67.
Sandall, J. (2017). The contribution of continuity of midwifery care to high quality
maternity care. Royal College of Midwives, 16
Subagio, Su. (2019). Peningkatan Kecukupan Produksi Asi Pada Ibu Postpartum
Menggunakan Rebusan Daun Ubi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kesesi I Pekalongan.
Jurnal Kebidanan. Vol. 8. No. 2, Hal : 137-142
Susanti, N. Y., & Putri, N. K. (2019). Pengembangan Senam Hamil Dan Pengaruhnya
Terhadap Pengurangan Keluhan Nyeri Pinggang Pada Ibu Hamil Trimester Iii.
Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan, 6(1), 45-49.
Susiana, S. 2019. Info Singkat Angka Kematian Ibu: Faktor Penyebab dan Upaya
Penanganan.Puslit BKD. 11(24)
Susilawati, E., & Ilda, W. R. (2019). Efektifitas Kompres Hangat Dan Kompres Dingin
Terhadap Intensitas Nyeri Luka Perineum Pada Ibu Post Partum Di Bpm Siti
Julaeha Pekanbaru. Jomis (Journal Of Midwifery Science), 3(1), 7-14.
Sutanto, A. V & Fitriani, Y. 2015. Asuhan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press
Syafrudin, Karningsi, dan Mardiana, 2017. Penyuluhan KIA (Kesehatan Ibu Dan Anak )
Jakarta:Trans Info Media.
Tisnilawati, T., & Yusriani, E. (2018). Gambaran Faktor Kejadian Bayi Baru Lahir Dengan
Caput Succedaneum Di Rsud Dr. Pirngadi Medan Periode 2018. Jurnal Kebidanan
Flora, 11(2).
Tyden, Tanja. (2016). Why Is Preconception Health and Care Important. NCBI. Ups J Med
Sci.
Utami, I., & Trimuryani, E. (2020). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan
Kontrasepsi Tubektomi Wanita Usia Subur. Jurnal Keperawatan Silampari, 3(2),
717-726.
Utaminingtyas, F., & Pebrianthy, L. (2020). Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I
Tentang Emesis Gravidarum. Bali Health Published Journal, 2(1), 37-43.
Veronica, S. Y., Safitri, R., & Rohani, S. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemakaian Kb Iud Pada Wanita Usia Subur. Wellness And Healthy Magazine, 1(2),
223-230.

411

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Walyani. S. 2015. Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta: Nuha Medika.
Widiastini, L. P. (2018). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dan Bayi Baru
Lahir. In In Media.
Wulan, C., & Fitria, W. A. (2018). Hubungan Mengkonsumsi Tablet Fe Dengan Kejadian
Konstipasi Pada Ibu Hamil Di Desa Bandar Kecamatan Bandar Kabupaten Pacitan.
Jurnal Delima Harapan, 5(2), 46-50.
Yuliana A., & Wahyuni T. (2020). Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Tentang Persiapan
Persalinan Di Desa Wonorejo Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Jurnal
Ilmial Rekam Medis Dan Informatika Kesehatan. Vol. 10 No. 2, Hal : 34-43
Yuliatul, R., Kiswati, H., Mudawamah, S. (2019). Hubungan Teknik Menyusui Dengan
Terjadinya Lecet Puting Susu Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pembantu Desa Tamansari Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember. Jurnal
Kesehatan Dr. Soebandi. Vol. 3 No. 2 Halaman 158-161

412

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


LAMPIRAN DAN DOKUMENTASI
A. Klien 1

413

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


414

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


415

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


416

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


417

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


418

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


B. Klien 2

419

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


420

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


421

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


422

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


423

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


424

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


C. Klien 3

425

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


426

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


D. Klien 4

427

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


428

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


429

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


430

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


E. Klien 5

431

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


432

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


433

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


434

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


LAPORAN REFLEKSI KASUS
Asuhan Kebidanan Continuity Of Care (Coc) Pada Ny. S
Di PMB Halimatun Sakdiah Amd. Keb Kota Padang
Tahun 2022

1. Description
Siklus XIII adalah Continuity Of Care (CoC). Continuity Of Care merupakan asuhan
kebidanan berkesinambungan yang dimulai dari masa prakonsepsi, masa kehamilan,
masa persalinan, masa nifas, bayi baru lahir, sampai dengan asuhan keluarga berencana.
Penulis dibimbing oleh Preseptor Akademik yaitu Ibu Rafika Oktova S.ST,. M.Keb dan
preseptor lapangan yaitu Ibu Halimatun Sakdiah Amd. Keb yang biasa dipanggil Ibu Atun.
Penulis mengambil 5 orang klien CoC di PMB Halimatun Sakdiah Amd. Keb yang
beralamat di Perumahan Bunga Mas Tahap 2, Blok AC No. 18, Dadok Tunggul Hitam,
Koto Tangah, Padang. Penulis melakukan asuhan CoC kepada klien Ny. S dari tanggal 6
Februari hingga 10 Juni 2022.
Pada siklus ini kompetensi yang harus dicapai sebanyak 6 kompetensi yaitu pada
masa (1) Pra konsepsi : melakukan perencanaan kehamilan sehat, skrining masalah dan
gangguan kesehatan sebelum hamil, melakukan KIE pada pasangan tentang Kesehatan
reproduksi, kehidupan berkeluarga sehat, dukungan psikososial pada ibu yang
kehilangan anak, memberikan imunisasi TT pada pasangan pranikah, memberikan
pendidikan kesehatan terkait fertilitas (kurva suhu basal dan/pemeriksaan mucus serviks
dan /tes fern dan/ uji pasca coitus dan/ LH tes), melakukan Skrining HIV (PMT-CT),
menyiapkan sediaan pemeriksaan papsmears, bacterial vaginosis, chlamydia, melakukan
skrining kanker serviks dengan teknik IVA, melakukan deteksi dini dan kolaborasi
interprofesional dan melakukan dokumentasi pada asuhan kebidanan prakonsepsi.
(2) Masa Kehamilan : melakukan anamnesis pada ibu hamil, melakukan
pemeriksaan fisik pada ibu hamil, melakukan pemeriksaan laboratorium Hb, melakukan
pemeriksaan laboratorium protein urine, melakukan pemeriksaan laboratorium glukosa
urine, melakukan skrining HIV (PMT-CT), melakukan KIE, manajemen antenatal class,
memfasilitasi ibu dan keluarga dalam menyusun birth plan, mendokumentasikan asuhan
kebidanan pada masa hamil.
(3) Masa Persalinan : melakukan anamnesis pada ibu bersalin, menilai kesiapan
ibu dan pendamping menghadapi persalinan, melakukan pemeriksaan fisik pada ibu

435

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


bersalin, mendiagnosis ibu Inpartu, menilai kemajuan persalinan (Kala I, II, III),
melakukan asuhan kebidanan dan dukungan psikologi pada ibu bersalin, melakukan
pertolongan persalinan normal sesuai langkah APN, melakukan amniotomi sesuai
indikasi, melakukan episiotomi sesuai indikasi, memfasilitasi bounding attachment,
attunement dan IMD pada bayi baru lahir, mampu mendokumentasikan asuhan
kebidanan pada persalinan.
(4) Masa Nifas : melakukan anamnesa pada ibu nifas, melakukan pengkajian fisik
dan psikologis pada ibu nifas, melakukan kunjungan ibu nifas (home care), KIE dan
mendokumentasikan asuhan kebidanan pada masa nifas.
(5) Bayi Bayi Lahir : melakukan pemeriksaan antropometri (LK, BB, PB, LD, LILA,
dll), melakukan pemeriksaan fisik (head to toe), melakukan pemeriksaaan refleks pada
bayi/ neonatus, melakukan deteksi dini tanda bahaya bayi, melakukan edukasi
perawatan bayi baru lahir pada ibu, keluarga dan masyarakat, memfasilitasi ibu,
keluarga dan masyarakat untuk stimulasi tumbuh kembang bayi, melakukan edukasi
pada ibu, keluarga dan masyarakat tentang pemenuhan hak-hak bayi/ neonatus dan
mendokumentasikan asuhan kebidanan pada neonatus.
(6) Keluarga Berencana : melakukan konseling KB, memberikan asuhan
kontrasepsi kondom pria dan wanita, memberikan asuhan kontrasepsi pil, memberikan
asuhan kontrasepsi suntik, memberikan asuhan kontrasepsi AKBK dan memberikan
asuhan kontrasepsi.
2. Feeling
Penulis sangat senang melakukan asuhan berkesinambungan pada Ny. S. Selama
memberikan asuhan, Ny. S selalu bersedia dan aktif bertanya tentang kehamilan hingga
tentang KB yang membuat Penulis semakin semangat memberikan asuhan dan belajar
lagi dalam memberikan asuhan kepada klien yang baik dan benar. Penulis memberikan
asuhan untuk Ny. S berdasarkan evidence based midwifery sehingga asuhan yang
diberikan sesuai dengan ilmu ter update yang ada di Kebidanan.
Ny. S cukup terbuka kepada Penulis mengenai keluhan-keluhan yang ia rasakan
sedari kehamilan TM III sampai dengan KB sehingga memberikan kemudahan untuk
penulis menganamnesis data-data yang perlu di dokumentasikan. Ny. S bebas untuk
bertanya mengenai seputar kehamilan, persalinan, nifas, BBL dan KB melalui via chat,
telepon maupun kunjungan rumah kepada Penulis.
Penulis bersyukur kepada Allah SWT karena selalu diberikan kemudahan dalam

436

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


menyelesaikan siklus XIII ini dan penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ny. S,
Ny. I, Ny. T, Ny. M dan Ny. R. yang bersedia untuk menjadi klien CoC selama 5 bulan,
memberi dukungan dan menyemangati Penulis saat melakukan asuhan. Penulis juga
bersyukur diberi preseptor akademik dan preseptor lapangan yang selalu membimbing,
mengarahkan dan menyemangati Penulis selama memberikan asuhan kepada klien.
Selama menjalankan siklus XIII ini, Penulis banyak mendapatkan ilmu
pengetahuan yang baru, pengalaman yang berharga dan tak terlupakan. Semoga dengan
bekal ilmu dan pengalaman ini dapat menghantarkan Penulis menjadi Bidan yang
profesional, baik, ramah dan sukses dikemudian hari, Aamiin ya Allah.
3. Evaluation
Asuhan kebidanan berkesinambungan pada Ny. S sudah dilakukan berdasarkan
panduan siklus XIII. Asuhan yang diberikan kepada Ny. S dilakukan sejak hingga keluarga
berencana. Asuhan selama kehamilan, Penulis melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik
pemeriksaan Hb, melakukan KIE seputar kehamilan, memfasilitasi Ny. S dan keluarga
dalam menyusun birth plan, mendokumentasikan asuhan kebidanan pada masa hamil.
Penulis melakukan asuhan selama kehamilan pada Ny. S dari tanggal 6 Februari sampai 8
Maret 2022.
Pada masa Persalinan, Penulis melakukan anamnesis pada Ny. S, menilai kesiapan
Ny. S dan pendamping menghadapi persalinan, melakukan pemeriksaan fisik,
mendiagnosis ibu Inpartu, menilai kemajuan persalinan (Kala I, II, III), melakukan asuhan
kebidanan dan dukungan psikologi pada Ny. S, melakukan pertolongan persalinan
normal sesuai langkah APN, melakukan episiotomi sesuai indikasi, memfasilitasi
bounding attachment dan IMD pada bayi baru lahir, dan juga mendokumentasikan
asuhan kebidanan pada persalinan. Penulis melakukan asuhan selama persalinan pada
Ny. S pada tanggal 9 Maret 2022. Selama persalinan, Penulis dibimbing oleh preseptor
lapangan yaitu ibu Atun. Penulis diajarkan dan dibimbing untuk melakukan pertolongan
persalinan sesuai dengan 58 langkah APN.
Pada masa Nifas, Penulis melakukan anamnesa pada Ny. S, melakukan pengkajian
fisik dan psikologis pada Ny. S, melakukan kunjungan ibu nifas (home care), memberikan
KIE seputar nifas dan mendokumentasikan asuhan kebidanan pada masa nifas. Penulis
melakukan asuhan selama nifas pada Ny. S dari tanggal 9 Maret sampai 22 April 2022.
Selama melakukan asuhan nifas pada Ny. S, semua keluhan yang dirasakan ibu masih
dalam batas normal dan wajar.

437

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Asuhan pada Bayi Bayi Lahir Ny. S, Penulis melakukan pemeriksaan antropometri
(LK, BB, PB, LD, LILA, dll), melakukan pemeriksaan fisik (head to toe), melakukan
pemeriksaaan refleks pada bayi/neonatus, melakukan deteksi dini tanda bahaya bayi,
melakukan edukasi perawatan bayi baru lahir pada Ny. S dan keluarga, memfasilitasi Ny.
S dan keluarga untuk stimulasi tumbuh kembang bayi, melakukan edukasi pada ibu dan
keluarga tentang pemenuhan hak-hak bayi/neonatus dan mendokumentasikan asuhan
kebidanan pada neonatus. Penulis melakukan asuhan pada bbl Ny. S dari tanggal 9
Maret sampai 6 April 2022.
Asuhan pada Keluarga Berencana, Penulis melakukan konseling KB, memberikan
asuhan kontrasepsi kondom pria dan wanita, memberikan asuhan kontrasepsi pil,
memberikan asuhan kontrasepsi suntik, memberikan asuhan kontrasepsi AKBK dan
memberikan asuhan kontrasepsi. Penulis melakukan asuhan keluarga berencana pada
Ny. S dari tanggal 9 Maret sampai 10 Juni 2022. Selama kurang lebih 3 bulan melakukan
asuhan kb, akhirnya pada tanggal 9 Juni 2022 Ny. S dan suami memutuskan untuk
menggunakan KB suntik 3 bulan. Lalu, Penulis memberikan KB suntik 3 bulan pada
tanggal 10 Juni 2022 di PMB Halimatun Sakdiah Amd. Keb dengan dibawah bimbingan
bu Atun yang digantikan oleh asisten bidan ibu Atun yaitu kak Dinny Wahyuni Putri
karena bu Atun sedang melaksanakan Ibadah Haji ke Tanah Suci.
4. Analysis
4.1 Asuhan Kehamilan
Penulis melakukan asuhan kebidanan berkesinambungan pada masa kehamilan
setelah mengantongi izin dari dosen pembimbing akdemik yaitu Ibu Rafika Oktova S.ST,.
M.Keb dan preseptor lapangan yaitu Ibu Halimatun Sakdiah Amd. Keb yang biasa
dipanggil Ibu Atun. Praktek Bidan Mandiri ibu Atun beralamat di Perumahan Bunga Mas
Tahap 2, Blok AC No. 18, Dadok Tunggul Hitam, Koto Tangah, Padang. Penulis melakukan
asuhan kebidanan selama masa kehamilan trimester 3 pada Ny. S G1P0A0H0 (24 tahun).
Penulis melakukan asuhan kebidanan selama kehamilan trimester ketiga pada Ny. S
melalui kunjungan rumah sebanyak 2 kali. Pertama, penulis melakukan kunjungan rumah
pada tanggal 6 Februari 2022 dan kunjungan kedua pada tanggal 15 Februari 2022.
Sebelum memulai memberikan asuhan, penulis terlebih dahulu meminta
persetujuan klien untuk menjadi klien Coc dengan menandatangani lembar persetujuan
klien CoC yang ditanda tangani klien dan diberi materai 10.000. Setelah klien setuju,
penulis memulai asuhan dengan menganamnesis klien. Data subjektif yang penulis

438

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


dapatkan adalah Ny. S berusia 24 tahun, hamil anak pertama dan belum pernah
keguguran (G1P0H0A0). Ny. S seorang ibu rumah tangga yang beralamat di di jl. Bhakti 2,
Dadok Tunggul Hitam, Padang. Ny. S tinggal bersama suaminya Tn. A yang berusia 27
tahun dan bekerja sebagai wiraswasta. Ny. S menikah pertama kali pada usia 23 tahun,
yaitu pada tanggal 26 Februari 2021. Ny. S dan keluarga mengaku tidak memiliki riwayat
penyakit menahun/sistemik/menular. Ny. S mengatakan hari pertama haid terkahirnya
(HPHT) pada tanggal 12 Juni 2021 dan usia kehamilan Ny. S sekarang adalah 33-34
minggu.
Keluhan yang dirasakan ibu saat ini (trimester 3) adalah Ny. S mengeluhkan susah
buang air besar. Perubahan hormone akibat kehamilan atau pola hidup dapat memicu
timbulnya gangguan ini. Awalnya sembelit hanya menyebabkan ketidaknyamanan
selama buang air besar dan perut menjadi sakit atau kembung, tetapi jika ini berlangsung
lama akan mengganggu metabolisme tubuh dan menimbulkan gangguan tubuh lainnya.
Pembesaran uterus menimbulkan sejumlah ketidaknyamanan normal pada kehamilan
salah satunya konstipasi. Adapun dampak konstipasi yaitu dapat meningkatkan rasa tidak
nyaman pada ibu hamil akibat gangguan dalam proses eliminasi. Selain itu, konstipasi
dapat memicu terjadinya haemoroid yang berisiko pecahnya pembuluh darah vena pada
daerah anus. Konstipasi pada wanita hamil umumnya merupakan konstipasi fungsional.
Ada beberapa faktor wanita hamil mengalami konstipasi yakni: faktor hormonal,
perubahan diet, pertumbuhan janin dan aktifitas fisik. Riwayat posisi saat defekasi juga
menjadi risiko untuk timbulnya konstipasi. Selain itu, konstipasi terjadi akibat aktivitas
ibu yang kurang, asupan cairan dan serat yang rendah juga dapat menjadi faktor
terjadinya konstipasi. Wanita yang mengkonsumsi suplemen zat besi mengalami 3,5 kali
lebih banyak konstipasi dibandingkan yang tidak konsumsi zat besi, sedangkan wanita
yang mendapat penanganan konstipasi dimasa lalu mengalami 3 kali lipat risiko
konstipasi selama kehamilan karena dalam zat besi mengandung Cupri Sulfat dan
Mangan Sulfat merupakan biokatalisator yang merangsang jaringan pembentukan darah
dalam tubuh yang menyebabkan peningkatan hormon progesterone yang
memperlambat proses pencernaan yang membuat kondisi fases cenderung lebih keras
dan lebih sulit keluar (Kartikasari & Payana, 2017).
Cara mencegah konstipasi pada ibu hamil yaitu dengan mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung serat pada sayuran dan buah-buahan seperti, wortel, kacang
panjang, kembang kol, bayam, pepaya, pisang, atau apel. Selain itu, ibu harus minum 8-

439

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


10 gelas dalam sehari, serta menghindari minuman yang dapat memperberat kerja
sistem pencernaan seperti kopi atau teh, dan melakukan olahraga ringan atau mengikuti
senam hamil atau sekedar berjalan-jalan ringan setiap harinya. Hal ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Wulan (2018) yang mengutarakan ibu hamil sebaiknya
mengkonsumsi makanan mengandung serat, minum air putih paling sedikit 8-10 gelas
dalam sehari serta menghindari minuman yang dapat memperberat kerja sistem
pencernaan seperti teh atau kopi, melakukan olahraga ringan secara rutin atau sekedar
berjalan-jalan ringan setiap harinya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Hartinah dkk,
2019) bahwa adanya hubungan yang signifikan antara asupan cairan dengan terjadinya
konstipasi pada ibu hamil, adanya hubungan yang signifikan antara asupan makanan
dengan terjadinya konstipasi pada ibu hamil dan adanya hubungan yang signifikan antara
olahraga dengan terjadinya konstipasi pada ibu hamil. Menurut asumsi peneliti rata-rata
penderita konstipasi akan teratasi jika menjaga asupan nutrisinya seperti sayuran hijau,
buah yang banyak mengandung serat dan minum air putih sebanyak 8-10 gelas perhari.
Pada kehamilan trimester pertama Ny. S mengeluhkan mual dan muntah. Mual
muntah biasanya terjadi pada awal kehamilan trimester 1 dan terjadi pada pagi hari yang
desebut juga dengan morning sickness. Mual dan muntah merupakan interaksi yang
kompleks dari pengaruh endokrin, pencernaan, faktor festibular, penciuman, genetik,
psikologi. Pola makan yang buruk sebelum maupun pada minggu-minggu awal
kehamilan, kurang tidur atau kurang istirahat dan stres dapat memperberat rasa mual
dan muntah. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa mual meskipun
tidak dapat dihilangkan sama sekali, adalah dengan mengkonsumsi makanan seimbang,
cukup bergerak dan cukup istirahat (Utaminingtyas & Pebrianthy, 2020).
Keluhan Ny. S pada kehamilan trimester kedua adalah nyeri pinggang. Peningkatan
distensi abdomen yang membuat panggul miring ke depan, penurunan tonus otot perut,
dan peningkatan beban berat badan pada akhir kehamilan membutuhkan penyesuaian
ulang atau realignment kurvatura spinalis. Pusat gravitasi wanita bergeser ke depan.
Kurva lumbosakrum normal harus semakin melengkung dan di daerah servikodorsal
harus terbentuk kurvatura sehingga terjadi fleksi anterior kepala berlebihan untuk
mempertahankan keseimbangan. Payudara yang besar dan posisi bahu yang bungkuk
saat berdiri akan semakin membuat kurva punggung dan lumbar menonjol. Pergerakan
menjadi lebih sulit, gaya berjalan ibu hamil yang bergoyang. Struktur ligamentum dan
otot tulang belakang bagian tengah dan bawahmendapat tekanan berat. Perubahan ini

440

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


dan perubahan lain terkait menimbulkan rasa tidak nyaman pada muskuloskeletal.
Peningkatan hormon progesteron dan relaxin menyebabkan pengenduran jaringan ikat
dan otot. Sehingga Symphisis Pubis danarticulasio cocsigeal melunak dan bergeser. Hal
ini lah yang menyebabkan munculnya nyeri pinggang pada masa kehamilan (Anggasari
& Mardiyanti, 2021).
Data objektif yang didaptakan dari Ny. S adalah keadaan umum baik, kesadaran
composmentis. TTV dalam batas normal, BB : 62 kg, TB 148 cm, LiLA : 30 cm. Pada
pemeriksaan fisik Ny. S didapatkan hasil dalam keadaan normal. Pemeriksaan leopold 1
teraba bulat keras dan tidak melenting (bokong). Leopold 2, sebelah kanan terba bagian-
bagian kecil dan bulat (ekstremitas) dan bagian kiri teraba panjang keras dan memapan.
Leopold 3 teraba bulat keras, melenting dan bagian terbawah janin belum memasuki
pintu atas panggul (PAP). Denyut jantung janin terdengar 142x/i, intensitas kuat, irama
teratur dan punctum maximum di kuadran IV. Dari buku KIA ibu didapatkan hasil
pemeriksaan laboratorium seperti tripple eliminasi (HIV, IMS dan hepatitis B) pada Ny. S
yaitu non reaktif, HB : 14 gr/dL dan golongan darah ibu A. Dari data subjektif dan objektif
diatas didapatkan diagnosa kebidananya adalah Ny. “S” G1P0A0H0, usia kehamilan 33-34
minggu, tunggal, hidup, intrauterin, letak kepala, punggung kiri, kesan jalan lahir baik,
keadaan umum Ibu dan Janin baik.
Asuhan yang diberikan saat kunjungan pertama ini adalah, menjelaskan penyebab
susah BAB pada ibu, cara mengatasi susah BAB pada ibu, dan memberikan dukungan
psikologis. Ibu yang mendapat dukungan emoional akan lebih siap psikologisnya karena
disebabkan semakin tinggi dukungan dari orang sekitar terutama suami maka akan
semakin rendah kecemasan menjelang kelahiran yang dialami oleh ibu hamil.
Memberikan perhatian dan kasih sayang dapat mengurangi psikologis ibu, bentuk
perhatian seperti menemani pemeriksaan kehamilan dan terus memberikan dukungan
bahwa ibu dapat menjalani proses melahirkan dengan lancar dapat membuat ibu senang
dan tidak depresi (Wahyuni & Yuliana, 2020). Ibu dan suami juga dianjurkan untuk vaksin
covid 19. Vaksin COVID-19 bermanfaat untuk memberi perlindungan agar tidak tertular
atau sakit berat akibat COVID-19 dengan cara menimbulkan atau menstimulasi
kekebalan spesifik dalam tubuh dengan pemberian vaksin. Vaksinasi COVID-19 dosis
lengkap dan sesuai jadwal yang dianjurkan serta penerapan perilaku 5M (memakai
masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer, menjaga
jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas) adalah upaya perlindungan yang

441

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


bisa dilakukan supaya terhindar dari penyakit COVID-19. (Kemenkes RI, 2021).
Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan Surat
Edaran Nomor HK.02.01/I/2007/2021 tentang Vaksinasi Covid-19 bagi Ibu Hamil dan
Penyesuaian Skrining dalam Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19. Surat Edaran tersebut
sesuai dengan rekomendasi Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI).
Penulis melakukan kunjungan kedua pada tanggal 15 Februari 2022. Seperti biasa,
sebelum melakukan asuhan penulis meminta izin klien untuk melakukan asuhan. Setelah
mendapat persetujuan, penulis langsung menganamnesis klien. Data subjektif yang
didapatkan adalah Ny. S mengeluhkan nyeri punggung. Pada pemeriksaan objektif
didapatkan KU ibu baik, kesadaran composmentis, TTV dalam batas normal, pemeriksaan
fisik didapatkan TFU 28 cm dan bagian terbawah janin belum memasuki pintu atas
panggul. Dari data subjektif dan objektif diatas disimpukan bahwa Ny. “S” G1P0A0H0,
usia kehamilan 35-36 minggu, tunggal, hidup, intrauterin, letak kepala, punggung kiri,
kesan jalan lahir baik, keadaan umum Ibu dan Janin baik. Asuhan yang diberikan kepada
Ny. S adalah menjelaskan mengenai penyebab nyeri punggung, cara mengatasi
ketidaknyamanan tersebut, dan memberikan KIE tentang persiapan persalinan.
Nyeri punggung biasanya memuncak pada usia gestasi 36 minggu dan akan
menurun kemudian. Biasanya secara substansial membaik 3 bulan pasca persalinan.
Nyeri punggung yang terus-menerus dapat terjadi pada wanita dengan nyeri pinggang
belakang dan panggul belakang, nyeri punggung pada awal kehamilan, kelemahan otot
ekstensor belakang, individu yang lebih tua, dan orang- orang yang memiliki
ketidakpuasan kerja. Sepanjang kehamilan, wanita mengalami perubahan fisiologis yang
disebabkan oleh kebutuhan anatomis dan fungsional. Perubahan higienis
mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan biasanya menimbulkan rasa sakit, termasuk
sakit punggung bawah. Berdasarkan penelitian yang kami lakukan didapatkan bahwa
dari sejumlah 30 orang responden sebagian besar (73,33%) mengalami nyeri sedang,
sedangkan yang mengalami nyeri ringan dan berat 10% dan 16,67%. Nyeri punggung
bawah adalah penyebab paling sering kecacatan jangka panjang di seluruh dunia dengan
prevalensi sebanyak 6 dari 10 orang ibu hamil di dunia mengalami nyeri punggung
bawah selamakehamilannya. Selama kehamilan, relaksasi sendi di bagian sekitar panggul
dan punggung bawah ibu hamil kemungkinan terjadi akibat perubahan hormonal.Sejalan
dengan bertambahnya berat badan secara bertahap selama kehamilan dan redistribusi
pemusatan terdapat pengaruh hormonal pada struktur otot yang terjadi selama

442

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


kehamilan. Kedua faktor ini mengakibatkan adanya perubahan postur tubuh pada ibu
hamil Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan semakin
bertambahnya kehamilan.
Adaptasi muskuloskeletal ini mencakup: peningkatan berat badan, bergesernya
pusat berat tubuh akibat pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Semakin besar
kemungkinan instabilitas sendi sakroiliaka dan peningkatan lordosis lumbal, yang
menyebabkan rasa sakit. Hal ini mengindikasikan adanya kecenderungan bagi otot untuk
memendek jika otot abdomen meregang sehingga dapat menyebabkan
ketidakseimbangan otot disekitar panggul dan punggung bawah, dantegangan tambahan
dapat dirasakan di atas ligamen tersebut. Akibatnya nyeri punggung yang biasanya
berasal dari sakroiliaka atau lumbar, dan dapat menjadi gangguan punggung jangka
panjang jika keseimbangan otot dan stabilitas pelvis tidak dipulihkan setelah melahirkan
dan postpartum. Diperkirakan bahwa sekitar 50% wanita hamil mengeluhkan beberapa
jenis nyeri punggung di beberapa titik kehamilan atau selama periode postpartum
(Purnamasari, 2019).
Menurut Handayani (2019), metode pengontrolan nyeri secara non farmakologi
sangat penting karena tidak membahayakan, metode ini seperti (1) Ditraksi yaitu
memfokuskan perhatian pasien pada suatu selain pada nyeri merupakan mekanisme
yang bertanggung jawab pada teknik kognitif afektif lainnya. (2) Relaksasi, yaitu seluruh
sistem saraf, organ tubuh dan panca indra dapat beristirahat, untuk melepaskan
ketegangan yang ada dan pada dasarnya tetap sadar, salah satunya dengan control
pernafasan. (3) Pemijatan/massag, adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering
dipusatkan pada daerah pinggang dan bahu. Massage menstimulasi reseptor tidak nyeri.
Massage membuat ibu hamil lebih nyaman karena meberikan relaksasi otot. (4)
Hypnosis, efek untuk menurunkan nyeri akut dan kronis teknik ini mungkin membantu
pereda nyeri trauma dalam periode sulit. (5) Memberi rangsangan alternatif yang kuat,
penanganannya berupa kompres hangat dan kompres dingin. (6) Prenatal yoga adalah
salah satu modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi ibu hamil. Tujuan prenatal yoga
adalah mempersiapkan ibu hamil secara fisik, mental, dan spiritual untuk menghadapi
proses persalinan. Gerakan peregangan otot dalam prenatal yoga dapat meminimalisasi
bahkan menghilangkan ketidaknyamanan yang seringkali dirasakan selama masa
kehamilan seperti hearthburn, nyeri di pinggul, atau tulang rusuk, kram di kaki atau sakit
kepala. (7) Senam hamil, senam hamil dapat memberikan manfaat untuk

443

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik ibu hamil, memperlancar peredaran
darah, mengurangi keluhan kram atau pegalpegal, dan mempersiapkan pernafasan,
aktivitas otot dan panggul untuk menghadapi proses persalinan (Handayani, 2022).
Persiapam persalinan yang harus dipersiapkan ibu adalah mengetahui tanggal
perkiraan persalinan, Suami dan keluarga mendampingi ibu hamil saat bersalin,
menyiapkan tabungan untuk biaya persalinan,kendaraan jika sewaktu-waktu diperlukan,
merencanakan melahirkan ditolong oleh bidan atau dokter di fasilitas pelayanan
kesehatan, menyiapkan orang yang bersedia menjadi donor darah jika sewaktu-waktu
diperlukan dengan golongan darah yang sama dengan ibu hamil, perlengkapan ibu dan
bayi, membuat rencana pembuatan keputusan jika terjadi kegawatdaruratan. Hal ini
meliputi siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga dan siapa yang akan membuat
keputusan jika pembuat keputusan utama tidak ada saat terjadi kegawatdaruratan
(Wahyuni & Yuliana, 2020).
4.2 Asuhan Persalinan
Pada tanggal 9 maret 2022 pukul 01.45 WIB Ny. S dan suami datang ke PMB dengan
keluhan nyeri pada perut bagian bawah menjalar ke ari-ari disertai keluar lendir
brcampur darah sejak pukul 01.00 WIB. Pada pemeriksaan umum didapatkan hasil TTV
dalam batas normal. Pemeriksaan leopold (abdomen) didapatkan punggung kiri dan
bagian terbawah bulat keras dan melenting, bagian terbawah sudah memasuki PAP
dengan perlimaan 3/5, DJJ : 158x/i. Pada genitalia terdapat pengeluaran lendir
bercampur darah. Bidan melakukan pemeriksaan dalam dengan hasil VT 4 cm, ketuban
(+), penipisan 50%, dinding vagina tidak teraba massa abnormal, moulase 0, presentasi
kepala dengan dominator UUK yaitu kiri depan. Bagian terendah janin sudah memasuki
bidang hodge 3. Dari data subjektif dan objektif diatas didapatkan diagnosa kebidanan
yaitu Ny. “S” G1P0A0H0, usia kehamilan 38-39 minggu, tunggal, hidup, intrauterin, letak
kepala, punggung kiri, kesan jalan lahir baik, keadaan umum Ibu dan Janin baik, inpartu
kala 1 fase aktif.
keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari yang dirasakan oleh ibu disebabkan oleh
kontraksi persalinan. Menjelang persalinan, ibu hamil akan mengalami kontraksi yang
konsisten (teratur). Kontraksi terjadi pada otot-otot rahim (myometrium) sebagai
pengaruh dari meningkatnya produksi hormon oksitosin menjelang persalinan. Kontraksi
ini sebagai suatu proses yang mendorong janin untuk keluar secara perlahan melalui
uterus bawah hingga akhirnya keluar atau lahir. Kontraksi yang dialami terasa makin

444

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


sering, makin lama waktunya, dan makin kuat terasa, diserta mulas atau nyeri seperti
kram perut. Perut ibu juga terasa kencang. Nyeri yang dirasakan terjadi pada bagian atas
atau bagian tengah perut atas atau puncak kehamilan (fundus), pinggang dan panggul
serta perut bagian bawah. Keluar lendir bercampur darah yang dialami oleh ibu
merupakan salah satu tanda persalinan. Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari
canalis cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini
disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim
hingga beberapa capillair darah terputus (Metti, 2016).
Salah satu cara untuk menurunkan rasa nyeri yaitu dengan cara teknik relaksasi
pernafasan. Teknik relaksasi adalah teknik yang dapat menurunkan ketegangan yang
dialami ibu bersalin maupun bayinya dan lebih efektif dilakukan sejak masa kehamilan.
Dalam teknik relaksasi pernafasan ini akan membantu ibu bersalin mendapatkan oksigen
yang cukup. Oksigen tersebut akan berguna untuk ibu mempercepat proses persalinan
sehingga tidak akan terjadi persalinan lama. Cara melakukan teknik relaksasi pernafasan
yaitu menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan
udara, menghembuskanya secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut,
dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga
didapat rasa nyaman, tenang, dan rileks. Teknik relaksasi pernafasan juga dapat
meningkatkan konsentrasi sehingga mempermudah mengatur pernafasan. Jika
pernafasan dapat diatur maka oksigen dalam darah akan meningkat sehingga
memberikan rasa tenang, mengurangi detak jantung, dan tekanan darah sehingga nyeri
akan turun (Nurhayati, 2019). Selain relaksasi pernafasan, masase lumbal juga dapat
mengurngi rasa nyeri persalinan. Pemijatan lumbal akan meningkatkan reseptor
oksitosin yang menyebabkan kualitas kontraksi uterus menjadi adekuat yang berdampak
pada percepatan persalinan. Selain itu teknik tersebut menyebabkan sekresi opioid yang
merangsang saraf parasimpatik dan penurunan kadar hormon kortisol dan katekolamin
sehingga dapat menghilangkan rasa nyeri (Puspitasari & Ernawati, 2018).
Selama kala 1 fase aktif, penulis dan keluarga selalu mendampingi ibu. Penulis
meminta keluarga untuk memberikan dukungan psikologis kepada ibu agar ibu merasa
tenang dan semangat. Ibu yang mendapat dukungan emoional akan lebih siap
psikologisnya karena disebabkan semakin tinggi dukungan dari orang sekitar terutama
suami maka akan semakin rendah kecemasan menjelang kelahiran yang dialami oleh ibu
hamil. Memberikan perhatian dan kasih sayang dapat mengurangi psikologis ibu, bentuk

445

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


perhatian seperti menemani pemeriksaan kehamilan dan terus memberikan dukungan
bahwa ibu dapat menjalani proses melahirkan dengan lancar dapat membuat ibu senang
dan tidak depresi (Wahyuni & Yuliana, 2020).
Penulis juga meminta keluarga untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu
selama kala 1. Kebutuhan nutrisi menjelang persalinan sangat penting. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kecukupan nutrisi ibu bersalin berhubungan dengan kemajuan
persalinan. Ibu bersalin yang memenuhi kebutuhan nutrisinya akan melalui proses
persalinan dengan baik dan mengalami kemajuan persalinan yang baik. Pembatasan
makan minum atau puasa saat persalinan dapat menyebabkan dehidrasi dan asidosis,
kelelahan, bahkan meningkatkan persalinan tindakan dan kehilangan darah intra partum.
Kontraksi otot pada ibu bersalin cenderung berlangsung cukup lama, hal ini dapat
mengakibatkan kelelahan otot yang berujung terhadap adanya peningkatan kadar keton.
Sementara itu aktifitas uterus akan berisiko menurun akibat dari terakumulasinya benda
keton dan meningkatnya kadar keton dalam urin yang melebihi ambang batas normal
dapat menurunkan aktifitas uterus. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi resiko
terjadinya peningkatan kadar keton, ibu bersalin disarankan untuk tidak membatasi
makan minum. Selain itu bentuk makanan akan mempengaruhi absorpsi nutrisi itu
sendiri. Makanan atau nutrisi dengan konsistensi cair yang mengandung kalori tinggi
sangat tepat diberikan kepada ibu bersalin karena makanan tersebut akan mudah
diabsorpsi sehingga akan lebih cepat meningkatkan stamina tubuh ibu dan menambah
kekuatan untuk mengedan (Hardianti & Resmana, 2018).
Pada pukul 08.00 WIB, ibu mengatakan bahwa keluar air-air dari kemaluan dan rasa
nyeri yang dirasakan semakin kuat serta ada keinganan untuk meneran. Penulis dan
Bidan membawa ibu ke ruangan persalinan dan melakukan pemeriksaan fisik. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda gejala kala 2 yaitu vulva dan spingter ani
membuka, perineum menonjol dan tipis, anus membuka dan ada keinginan untuk
meneran. Bidan melakukan pemeriksaan dalam dengan hasil pembukaan lengkap,
selaput ketuban sudah pecah, warna air ketuban jernih, penipisan 100%. Bidan dan
penulis bersiap untuk melakukan pertolongan persalinan. Persiapan pertolongan
persalinan kala 2 yaitu memastikan partus set lengkap, APD, resusitasi set, oksitosin,
metil ergometrin, dan obat-obatan esnsial lainya, memakai APD. Punulis memposisikan
ibu dorsal recumbent dan mengajari ibu cara mengejan yang benar, yaitu apabila ada
kontraksi ibu silahkan menarik nafas panjang dari hidung, ditahan kemudian mengejan,

446

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


amat tidak boleh tertutup, menundukan kepala melihat ke perut, dagu menempel pada
dada, tidak boleh bersuara saat mengejan, kedua tangan berada pada selengkangan
paha dan ditarik kearah dada.
Posisi yang baik untuk meneran adalah sesuai dengan keinginan dan kenyamanan
ibu. Tapi ada beberapa posisi baik yang bisa dilakukan yaitu : pertama duduk atau
setengah duduk, seringkali merupakan posisi yang paling nyaman, disamping
memudahkan penolong persalinan dalam memimpin persalinan pada saat keluarnya
kepala bayi, tapi dalam mengamati perineum, kedua menungging atau posisi merangkak,
baik dilakukan apabila dirasakan kepala bayi tertahan di punggungnya. Posisi ini juga
bermanfaat pada bayi yang sulit berputar, ketiga jongkok atau berdiri, posisi ini
membantu turunya kepala bila persalinan berlangsung lambat atau bila tidak mampu
mengejan, keempat berbaring pada sisi kiri tubuh, posisi ini nyaman dan mampu
mencegah mengejan ketika pembukaan belum lengkap (Erlinawati & Parmin, 2021).
Selama kala 2 penulis meminta suami ibu agar selalu memberikan support kepada
ibu karena keterlibatan suami dalam mendampingi istri bersalin dapat membuat istri
merasa lebih nyaman, tenang, suami dapat memberikan pengertian pada istrinya
sehingga mereka tidak panic, emosional dan stress selama persalinan (Lestari P et al,
2019). Penulis juga meminta untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan hidrasi ibu agar ibu
tidak kehilangan tenaga selama mengedan. Jika ibu kurang minum dapat menyebabkan
terjadinya dehidrasi sehingga akan menyebabkan kontraksi tidak teratur dan kurang
efektif (Yulizawati, 2019). Bidan dan penulis melakukan pertolongan persalinan sesuai
dengan 58 langkah APN tahun 2017. Bayi lahir pukul 08.50 WIB, BB 2600 gram/PB 48 cm,
Jenis kelamin laki-laki, Apgar score 8/9.
Kala 3 berlangsung selama 10 menit, asuhan manajemen aktif kala 3 dilakukan
sesuai dengan prosedur APN 2017. pelepasan plasenta segera setelah bayi lahir, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit, jika lebih maka harus di beri penanganan lebih
atau dirujuk. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan
tanda-tanda Uterus menjadi bundar, uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas
segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, serta terjadi pendarahan
(Mutmainnah, 2017). Pada Ny. S terjadi pengeluaran plasenta pukul 09.00 dengan
selaput utuh dan kotiledon lengkap. Panjang tali pusat lebih kurang 50 cm. Dalam
keadaan normal, plasenta akan terlepas dalam waktu 10 menit setelah bayi lahir.
Lepasnya plasenta secara sculhze, biasanya tidak ada pendarahan sebelum plasenta lahir

447

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


dan banyak mengeluarkan darah setelah plasenta lahir, sedangkan cara Duncan yaitu
plasenta lepas dari pinggir, biasanya darah mengalir keluar antara selaput ketuban
(Mutmainnah, 2017).
Kala IV persalinan ibu dimulai dari pukul 09.00-11.00 WIB. Menurut Widiastini
(2018) kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta sampai dua jam setelah proses
persalinan. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV adalah tekanan darah, nadi,
temperatur (suhu), tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan.
Setelah itu, melakukan steril alat-alat partus, membuang sampah-sampah bekas pakai,
membersihkan ibu, memberikan rasa nyaman pada ibu, melakukan dekontaminasi pada
alat-alat seperti mencelupkan kedalam larutan clorine 0,5%, kemudian mencuci dengan
air mengalir, mencatat semua tindakan dalam patograf.
Setelah plasenta lahir dilakukan evaluasi terhadap laserasi pada jalan lahir ibu,
terdapat laserasi derajat 2 yang mengenai mukosa vagina dan kulit perineum, Bidan dan
penulis lansung melakukan penjahitan pada robekan perineum ibu. Robekan perineum
terjadi selama persalinan pervaginam spontan atau dengan tindakan, dan biasanya lebih
luas pada persalinan selanjutnya. Faktor risiko terkait juga termasuk peningkatan ukuran
janin, cara persalinan, dan malpresentasi dan malposisi janin. Faktor ibu lain yang dapat
meningkatkan tingkat trauma adalah etnisitas (wanita kulit putih mungkin berisiko lebih
besar daripada wanita kulit hitam), usia yang lebih tua, sintesis kolagen yang abnormal,
dan keadaan gizi yang buruk (Kettle, C, 2018). Menurut Pangastuti (2019) penjahitan
dilakukan untuk mendekatkan jaringan-jaringan agar terjadi proses penyembuhan.
Teknik penjahitan ada berbagai macam yaitu jahitan satu-satu, jelujur, dan subkutis.
Setelah itu ibu dibersihkan, dan anjurkan keluarga agar memenuhi nutrisi ibu, serta
ingatkan ibu untuk tidak menahan BAK. Kala IV dimaksudkan untuk observasi karena
pendarahan post partum paling sering terjadi pada satu jam pertama. Observasi
dilakukan tiap 15 menit pada satu jam pertama dan 30 menit pada jam kedua.
Pemantauannya meliputi tekanan darah, suhu, nadi, TFU, kontraksi, Kandung kemih, dan
perdarahan. Kala IV merupakan kala pengawasan dan berlangsung selama 2 jam
(Mutmainnah, 2017).
4.3 Asuhan Nifas
Asuhan nifas pada Ny. S dilakukan sebanyak 4x oleh penulis, yaitu kunjungan pada
6-48 jam, 2-8 hari, 9-28 hari dan 29-42 hari. Kunjungan nifas berpengaruh positif pada
kesehatan ibu dan kualitas hubungan ibu dengan bayi serta juga dapat mencegah

448

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


terjadinya komplikasi (Milani HS et al, 2017). Pada kunjungan nifas hari pertama ibu
mengeluhkan mules dan nyeri pada luka jahitan perineum. Mules pada perut yang
dirasakan oleh ibu disebabkan karena kontraksi Rahim dan relaksasi yang terus menerus
dan biasanya akan berlangsung 2-4 hari. Cara mengatasinya yaitu mengosongkan
kandung kemih, jangan menahan BAK dan BAB karena dapat menyebabkan kontraksi
uterus tidak optimal (Khatimah & Saleh, 2022). Nyeri pada luka perineum setelah
melahirkan merupaka suatu hal yang normal. Nyeri ini terjadi karena adanya
peregangan/perlukaan saat proses melahirkan.
Penulis memberikan KIE tentang kebutuhan mobilisasi dini kepada ibu agar proses
pemulihan dan penyembuhan luka perineum ibu setelah melahirkan berlangsung capat.
Penulis juga memberikan KIE cara merawat luka perineum yang bertujuan untuk
pencegahan infeksi selama nifas/spsis puerperalis.
Salah satu cara untuk mempercepat proses penyembuhan luka perineum adalah
melakukan mobilisasi dini. Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini
mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian-bagian tubuh untuk melakukan
peregangan atau belajar berjalan. Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas
mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya
selekas mungkin berjalan. Sebagian besar wanita dapat melakukan ambulasi dini setelah
efek obat-obatan yang diberikan saat melahirkan telah hilang. Aktivitas tersebut sangat
berguna bagi semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi, dan
paru-paru. Hal tersebut juga membantu mencegah pembetukan bekuan (trombosis)
pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit
menjadi sehat dan tidak tergantung. Selain itu, ibu juga membutuhkan penyembuhan
tubuhnya dari persalinan mereka. Oleh karenanya, ibu dianjurkan untuk melakukan
aktivitas secara bertahap, memberikan jarak antara aktivitas mereka, dan untuk istirahat
sebelum mereka menjadi keletihan. Mobilisasi yang dilakukan sangat bervariasi
tergantung pada komplikasi persalinan, nifas atau sembuhnya luka. Jika tidak ada
kelainan, mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu dua jam setelah persalinan
normal. Ini berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina
(lochea) mobilisasi haruslah dilakukan bertahap, yaitu dimulai dengan gerakan miring
kekanan dan kekiri, lalu menggerakkan kaki. selanjutnya ibu dapat mencoba untuk duduk
ditepi tempat tidur. Kemudian, ibu bias turun dari ranjang dan berdiri (Khatimah & Saleh,
2022).

449

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Pada kunjungan nifas ke 2, ibu mengeluhkan susah BAB/konstipasi. Konstipasi pada
ibu dengan persalinan normal terjadi karena nyeri pada perineum dan rasa takut jika ada
tekanan pada anus ketika buang air besar akan berpengaruh pada penyembuhan luka
perineum. Konstipasi pada masa nifas selain disebabkan oleh faktor metode persalinan,
obat anastesi dan pengaruh hormone juga dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi
oleh ibu rendah serat, tarak makanan, kurang mobilisasi dan faktor
psikologis.Keterlambatan penatalaksanaan pada ibu nifas dengan keterlambatan buang
air besar lebih dari 3 hari bisa menyebabkan keluhan perut kembung, mual, pusing, nafsu
makan menurun karena perut terasa penuh, sesak nafas. Konstipasi ini juga
menyebabkan komplikasi yaituhemorrhoid karena pengerasan feces, infeksi post partum
dan kanker usus karena penumpukan feces pada usus besar dan rectum (Syalfina dkk.,
2019). Menurut Syalfina dkk., (2019) cara mengatasi konstipasi pada ibu nifas adalah
menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi air minum 8 liter/hari dan menghindari
minuman berkafein. Ibu dengan keluhan konstipasi sebaiknya minum 8 liter/hari karena
sebagian besar bagian dari usus akan penuh dengan air yang akan mendorong feces
keluar serta feces akan dapat dikeluarkan apabila komposisi lebih banyak terdiri dari
makan dalam keadaan normal sebaiknya minum 8-10 gelas/hari. Kemudian
menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti buah dan
sayur untuk memperlancar defekasi. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
Kusumaningrum, 2015 bahwa makanan ibu nifas dengan komposisi serat yang tinggi
berhubungan dengan kejadian konstipasi. Menurut Ardhiyanti, 2017 bahwa konstipasi
pada ibu hamil dapat diatasi dengan mengkonsumsi buah pepaya. Pepaya merupakan
buah yang kaya akan serat. Buah pepaya mengandung papain dapat meningkatkan
massa air pada feces dan alkaloid yang melancarkan defekasi. Selain buah papaya,
menurut Indah dan Rohmania, 2017 pisang raja juga berpengaruh dalam penanganan
konstipasi. Pisang raja selain termasuk buah berserat tinggi juga mengandung antasida
yang baik untuk penderita asam lambung. Vitamin B6 yang terdapat pada pisang raja
juga efektif untuk mengurangi gejala diare. Menu makan ibu nifas harus terdiri dari
makanan yang mengandung protein, kalsium, vitamin, zat besi, dan serat. Kandungan
makanan tersebut membantu tubuh nifas dalam proses eksresi zat yang tidak diperlukan
oleh tubuh dan memperlancar pengeluaran Air Susu Ibu.
Padang tanggal 20 Maret 2022, penulis melakukan asuhan nifas ke 3. Ny. S
mengatakan ASI nya sedikit dan ia takut kebutuhan ASI untuk bayinya tidak terpenuhi

450

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


dan gagal memberikan ASI eksklusif. Dari data subjektif dan objektif didapatkan ibu
kurang dalam beristirahat dan tidur. Secara teori salah satu faktor yang mempengaruhi
dari pada produksi ASI adalah pemenuhan pola istirahat Ibu. Pengeluaran hormon
prolaktin yang berperan pada produksi ASI pada malam hari lebih tinggi daripada
siang hari. Sedangkan pola tidur bayi yang belum teratur mengakibatkan ibu
memperoleh waktu singkat untuk istirahat. Ibu yang mengalami kecapekan atau
kurang dalam pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidurnya akan mempengaruhi
produksi ASI. Kurang istirahat pada ibu menyusui akan mempengaruhi ibu dalam
beberapa hal yaitu: mengurangi jumlah ASI yang di produksi, memperlambat proses
involusi uterus dan meningkatkan perdarahan, menyebabkan terjadinya depresi dan
ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. Untuk meningkatkan
produksi ASI diharapkan ibu menyusui mampu melakukan atau memenuhi
kebutuhannya pola istirahat sehingga mampu memberikan ASI yang terbaik untuk
anaknya atau bayi. Kekurangan pola istirahat pada ibu menyusui harus dapat
teratasi. Hal ini bisa diantisipasi dengan cara mengikuti pola tidur bayi. Sebisa
mungkin, ibu tidur saat bayi tertidur dan bangun saat bayi bangun untuk disusui.
Dengan mengikuti pola tidur bayi ini, setidaknya ibu bisa terbantu untuk
mendapatkan waktu istirahat yang lebih cukup. Faktor yang kedua yaitu makanan.
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap produksi ASI.
Apabila makanan yang ibu makan mengandung cukup gizi dan pola makan yang
teratur, maka produksi ASI akan berjalan lancar. Prinsipnya, olahan makanan yang
diberikan kepada ibu menyusui, harus cukup mengandung kalori (energi) untuk
dapat mengganti energi yang dikeluarkan maupun yang dibutuhkan oleh ibu untuk
menghasilkan air susu. Komposisi bahan makanan yang terkandung dalam diet
diusahan seimbang dan dapat memenuhi kebutuhan nutrien untuk menjaga stamina
dan berat badan ibu selama penyusuan. Ibu yang sedang berada fase menyusui
sebaiknya mengurangi mengonsumsi kopi dan teh, karena dapat mengganggu
penyerapan zat besi. Kalsium juga dapat menghalangi penyerapan zat besi, waktu
minum susu juga perlu diperhatikan. Dianjurkan tidak minum susu atau sumber
kalsium lain setelah mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi. Jarak waktu
minimal antara intake (pengonsumsian) zat besi dengan kalsium 1,5 sampai 2 jam.
Faktor yang ketiga yaitu frekuensi pemeberian ASI untuk bayi. Penelitian
menunjukan bahwa Ibu menyusui dengan frekuensi pemberian ASI yang kurang

451

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


dapat mempengaruhi produksi ASI ibu dalam menyusui bayinya. Ibu disarankanuntuk
menyusui bayi setidaknya 8 kali sehari pada bulan-bulan pertama setelah melahirkan
untuk menjamin produksi dan pengeluaran ASI. Frekuensi menyusui ini berkaitan
dengan kemampuan stimulasi kedua hormon dalam kelenjar payudara, yakni
hormon prolaktin dan oksitosin. Menyusui on-demand merupakan cara terbaik untuk
menjaga produksi ASI tetap tinggi dan bayi tetap kenyang. Hal penting yang perlu
diperhatikan adalah bahwa sebaiknya ibu setiap kalinya menyusui dengan durasi
yang cukup lama dan tidak terlalu sebentar, sehingga bayi menerima asupan foremilk
dan hindmilk secara seimbang. ASI yang sedikit dapat disebabkan posisi menyusui
yang kurang tepat, saat menyusui seluruh puting dan areola kurang tepat berada
dalam mulut bayi sehingga isapan kurang optimal. Faktor yang keempat adalah
perawatan payudara. Perawatan payudara pada Ibu menyusui harus dilakukan untuk
mendapatkan produksi ASI yang baik sehingga anak mendapatkan ASI yang optimal.
Penelitian menunjukkan bahwa Ibu yang kurang dalam melakukan perawatan
payudara terutama pada langkah pengurutan pertama dan pengurutan ketiga
didapatkan mengalami masalah dalamproduksi ASI. Selama proses menyusui, sudah
seharusnya ibu melakukan perawatan payudara agar tetap bersih dan terawat.
Perawatan yang tepat tentunya bisa merangsang payudara untuk memproduksi ASI
lebih banyak. Melakukan perawatan payudara, hipofisis dipengaruhi untuk
mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin. Kedua hormon inilah yang berperan
besar dalam produksi ASI. Selain itu, dengan perawatan payudara yang benar dan
dilakukan secara teratur, ibu akan terhindar dari berbagai masalah selama menyusui
yang dapat mengganggukenyamanan. Misalnya, pembengkakanpayudara, puting susu
yang lecet, dan sebagainya.
Selain pola istirahat, faktor yang mempengaruhi produksi ASI lainnya adalah fakor
makanan dimana kebutuhan kalori ibu post partum perhari harus terdiri dari 60-70 %
karbohidrat, 20 % protein, dan 20 % persen lemak. Kalori ini didapatkan dari nutrisi ibu
dalam sehari. Makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI diantaranya (1) Sayuran
hijau seperti bayam, brokoli, kale, daun katuk, sayur alfalfa, dan daun jinten atau daun
bangun-bangun. Selain sumber galaktagog, sayuran hijau juga mengandung senyawa
fitoestrogen yang serupa dengan hormon estrogen. Senyawa ini baik untuk mendukung
produksi ASI. (2) Gandum utuh dan oat, gandum utuh dan oat memiliki kandungan serat
yang tinggi yang dapat meningkatkan produksi ASI. Oat juga kaya zat besi yang

452

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


bermanfaat untuk mencegah anemia, penyebab menurunnya produksi ASI yang umum
terjadi pada ibu postpartum. (3) Kacang-kacangan, seperti kacang merah, kacang
almond, dan kacang kenari. Kacang-kacangan mengandung serat yang baik untuk
kesehatan pencernaan dan juga mengandung protein, kalsium, dan zat besi yang dapat
menambah produksi ASI. (4) Biji-bijian yang dapat untuk meningkatkan produksi ASI
antara lain wijen, biji chia, dan biji rami atau flaxseed. Biji-bijian ini mengandung senyawa
fitoestrogen yang baik untuk meningkatkan produksi ASI. (5) Ikan dan telur, ikan dan
telur menjadi sumber protein yang baik untuk ibu post partum. Karena protein dapat
mempercepat penyembuhan luka lasearsi perineum dan juga dapat meningkatkan
jumlah produksi ASI (Subagio, 2019).
Kunjungan nifas ke empat dilakukan pada tanggal 9 April 2022. Ibu
mengkhawatirkan pengeluaran nifasnya yang berwarna putih berlendir, tidak berbau dan
tidak gatal. Dari pemeriksaan fisik (genitalia) didapatkan pengeluaran lokhia ibu berupa
lokhia alba. Lochea adalah pengeluaran cairan dari uterus yang merupakan campuran
dari desiduda dan darah. Desidua dan cairan yang keluar terjadi karena adanya involusi
uterus, maka lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi
nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Lochea mempunyai
reaksi basal/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada
kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau amis dan volumenya
berbeda pada setiap wanita. Selama masa nifas lochea mengalami perubahan warna dan
volume yang dipengaruhi oleh proses involusi uterus. Perubahan lochea dibagi menjadi 4
macam, yaitu lochea rubra, sanguinolenta, serosa dan alba. Lochea rubra berlansung dari
hari 1-3 postpartum dan warna darah merah dengan kandungan sel desidua, vernix
caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan darah. Lochea sanguinolenta berlangsung
dari hari 3-5 postpartum dan berwarna merah kekuningan dengan kandungan arah dan
lendir karena pengaruh plasma darah. Lochea saresa berlangsung dari hari 5-9
postpartum dan warna kekuningan atau kecoklatan dengan kandungan sedikit darah
namun banyak serum, leukosit dan robekan laserasi plasenta. Lohea alba berlangsung
dari hari 9- selesai postpartum berwarna putih kekuningan dan pucat dengan kandungan
Leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
4.4 Asuhan Bayi Baru Lahir
Asuhan bayi baru lahir pada By. Ny. S dilakukan sebanyak 3x yaitu kunjungan pada 6-
7 jam, 6 hari, 2 minggu. By. Ny. S lahir pada tanggal 9 Maret 2022 pukul 08.50 WIB, jenis

453

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


kelamin laki-laki, BB : 2600 gram, PB : 48 cm, LK : 34 cm, LD : 32 cm, LP : 32 cm dan LL : 9
cm. Pada pemeriksaan fisik By. Ny. S tidak ditemukan kelainan dan semua dalam keadaan
normal .Pemeriksaan neurologis By. Ny. S juga normal seperti refleks glabellar, refleks
sucking, refleks rooting, refleks palmar grasp, refleks babinski, refleks moro, refleks
tonick neck dan refleks ekstrusi.
Pada kunjungan pertama neonatus yaitu saat umur bayi 1 hari, ibu mengatakan
bayinya sering menangis. Pengertian bayi menangis terus-menerus adalah ungkapan
perasaan sedih (kecewa, menyesal) dengan mencucurkan air mata serta mengeluarkan
suara (tersedu-sedu, menjerit-jerit) dari seseorang bayi yang belum lama lahir sampai 12
bulan. Bila bayi terus menerus mangis, perlu dicari penyebabnya, kemungkinan bayi
tersebut lapar, haus, teknik menyusu yang salah, ingin ditemani, tidak nyaman, gigi
tumbuh, lelah, bosan, kolik, atau kebiasaan, karakter, atau bayi tersebut sakit, dan lain-
lain. Menurut Anurogo (2019) penyebab bayi menangis adalah (1) Kelaparan, Sampai
saat ini menangis karena lapar adalah penyebab yang biasa ditemui bila bayi menangis
secara periodik. Semakin muda usia bayi, semakin besar kemungkinan bayi menangis
karena lapar. Seorang bayi yang lapar mungkin bisa menunggu ibunya untuk memberi
makan tanpa harus menangis, sementara bayi yang lain akan mulai berteriak dan
menangis terus-menerus dan baru berhenti ketika diberi makan. (2) teknik menyusui
pada bayi yang kurang benar, beberapa ibu tidak mengetahui kalau menyusui
membutuhkan sebuahteknik. Payudara ibu menghalangi hidung bayi akan membuat bayi
menangis. Selain itu, ibu-ibu yang belum berpengalaman tidak bisa mengeluarkan udara
yang tertelan anaknya setelah menyusui bayinya, yaitu melakukan burping atau
sendawa. Dengan tidak disendawakan akan membuat bayi menangis, karena udara yang
ada dalam perut bayi membuatnya merasa tidak nyaman. (3) rasa tidak nyaman,
beberapa penyebab yang menyebabkan bayi kurang nyaman, misalnya popok kotor,
ruam kulit, terganggu cuaca yang terlalu dingin atau yang terlalu panas, atau perutnya
kembung. Popok basah atau kotor biasanya membuat bayi merasa tidak nyaman dan
menyebabkan bayi menangis. Penggunaan pakaian yang berlebihan ketika suhu bayi
tinggi dapat menyebabkan bayi menangis, penggunaan pakaian yang tipis juga dapat
menyebabkan bayi menangis. Hal lain yang dapat membuat bayi menangis karena tidak
nyaman yaitu ada sesuatu yang menusuk tubuh bayi. (4) bayi yang banyak kebutuhan
dan ingin ditemani, Beberapa bayi sering menangis dibandingkan bayi lainnya, dan bayi
perlu didekap dan digendong lebih sering. Ibu yang selalu menggendong bayinya

454

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


kemana-mana, dapat membuat bayi tidak menangis dibandingkan dengan ibu yang
senang meninggalkan bayinya, atau ibu yang menidurkan bayi di tempat tidur terpisah.
Anak kecil membutuhkan kasih sayang dan teman. Bayi mengungkapkan kesepiannya
dengan cara menangis. Tangisan akan berhenti ketika bayi digendong, terutama
digendong oleh ibunya. Menggendong dan menyayangi bayi secukupnya akan membuat
bayi merasa lebih aman dan lebih independent di tahun-tahun yang akan datang.
Menggendong bayi ketika menangis tidak akan membuatnya menjadi manja (Anurogo,
2019).
Kunjungan ke dua neonatus dilakukan pada tanggal 15 Maret 2022 yaitu saat bayi
berumur 6 hari. Ibu mengatakan tali pusat bayi beum lepas dan masih basah. Penulis
memberikan asuhan perawatan tali usat terbuka untuk mempercepat pelepasan tali
pusat. Perawatan tali pusat terbuka ialah perawatan tali pusat yang tidak diberikan
perlakuan apapun. Tali pusat dibiarkan terbuka, tidak diberikan kasa kering maupun
antiseptik lainnya. Pelepasan tali pusat dengan bantuan udara. Perawatan terbuka akan
membantu pengeringan tali pusat lebih cepat karena pada tali pusat terdapat Jeli
Wharton yang banyak mengandung air yang jika terkena udara akan berubah strukturnya
dan secara fisiologis berubah fungsi menjadi padat dan mengeklem tali pusat secara
otomatis sehingga menyebabkan aliran darah pada pembuluh darah didalam sisa tali
pusat terhambat atau bahkan tidak mengalir lagi yang membuat tali pusat kering dan
layu yang kemudian sisa tali pusat akan terlepas. Paparan udara menyebabkan
penguapan pada kandungan air dalam Jeli Wharton dan pembuluh darah, sehingga
kandungan air berkurang bahkan menghilang. Tali pusat mengalami mumifikasi
kemudian mengering dan mengalami perubahan morfologi yang membuatnya cepat
terlepas dari umbilikus bayi. Salah satu faktor yang mempengaruhi cepatnya proses
penyembuhan luka ialah oksigenasi jaringan. Semakin baik oksigenasi yang terjadi maka
proses penyembuhan luka akan semakin cepat dan luka dengan cepat akan mengering.
Kadar oksigen dijaringan sangat penting untuk pembentukan sel-sel baru penyembuh
luka. Tali pusat pada perawatan terbuka dianjurkan untuk tetap bersih dan kering.
Selama tali pusat belum lepas, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dimasukkan
ke dalam bak mandi, cukup dilap saja untuk mencegah agar tali pusat tidak basah dan
lembab (Reni dkk., 2018).
Pada kunjungan neonatus ke tiga yang dilakukan pada tanggal 28 Maret 2022, ibu
mengatakan kepada penulis bahwa nafas bayinya seperti grok-grok. Saat ini bayi berusia

455

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


19 hari dan frekuensi nafas bayi normal. Frekuensi nafas normal pada bayi baru lahir
normal adalah 30-60 kali/menit tanpa adanya retraksi dada, tanpa adanya suara merintih
pada fase ekspirasi. Suara nafas bayi normal adalah vesikuler. Kadang ada suara grok saat
bernafas ini karena ada cairan amnion terperas keluar, selain amnion di saluran nafas
terdapat lendir yang tersisa di hidung bayi. Lendir pada saluran nafas berfungsi sebagai
saringan untuk mencegah kuman dan debu masuk ke paru. Lendir akan bertambah
banyak bila ada infeksi atau alergi. Saat proses inspirasi udara akan melewati rongga
hidung yang terdapat lendir sehingga ada bunyi grok-grok saat bayi bernafas. Suara
napas grok-grok pada bayi baru lahir tidak berbahaya, penghisapan pada lendir di hidung
bayi dapat mengurangai suara grok-grok pada bayi (IDAI, 207).
4.5 Asuhan Keluarga Berencana
Pelaksanaan asuhan keluarga berencana pada Ny. S pada kunjungan terakhir masa
nifas, yaitu konseling alat kontrasepsi pada masa nifas, menurut Kemenkes (2018)
metodekontrasepsi postpartum, yaitu MAL, kontrasepsi progestin, AKDR, AKBK, kondom,
KB alamiah, kontrasepsi mantap. Asuhan KB pada Ny. S diberikan pada tanggal 10 Juni
2022. Setelah diberikan KIE terkait alat kontrasepsi KB yang dianjurkan dapat digunakan
MAL, KB suntik, implan, AKDR. Asuhan KIE yang diberikan adalah berupa menjelaskan
berbagai jenis metode KB dan menganjurkan ibu agar tetap menyusui bayi eksklusif
hingga 6 bulan (MAL). Ibu perlu menggunakan kontrasepsi untuk menghidari jarak anak
agar tidak terlalu dekat (BKKBN, 2015). Setelah diberikan KIE, Ny.S mengatakan memilih
suntik kb suntik 3 bulan sebagai alat kontrasepsinnya.
KB suntik 3 bulan atau kontrasepsi suntik DMPA berisi hormon progesteron
saja dan tidak mengandung hormone esterogen. Dosis yang diberikan 150 mg/ml
depot medroksiprogesteron asetat yang disuntikkan secara intramuscular (IM) setiap
12 minggu. Keuntungan KB suntik 3 bulan adalah sangat efektif, mencegah kehamilan
jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak mengandung
estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan
pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, klien tidak perlu menyimpan obat suntik,
dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai perimenopause,
membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan
kejadian penyakit jinak payudara, dan mencegah beberapa penyakit radang panggul.
Keterbatasan KB suntik 3 bulan adalah sering ditemukan ganguan haid, kemungkinan
terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian, klien sangat

456

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan, kenaikan berat badan, tidak
menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B dan
virus HIV, dan pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi perubahan lipid serum.
Efek samping KB suntik 3 bulan adalah mengalami gangguan haid seperti amenore,
spooting, menorarghia, metrorarghia, penambahan berat badan, mual, kunang-
kunang, sakit kepala., nervositas, penurunan libido dan vagina kering. Efektivitas KB
suntik 3 bulan adalah DMPA memiliki efektivitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan
per100 perempuan dalam satu tahun pemakaian (BKKBN, 2003). Kegagalan yang
terjadi pada umumnya dikarenakan oleh ketidakpatuhan akseptor untuk datang pada
jadwal yang telah ditetapkan atau teknik penyuntikan yang salah, injeksi harus benar-
benar intragluteal (Priyanti & Syalfina, 2017).
5. Conclusion
Setelah melakukan asuhan selama 5 bulan kepada Ny. S dengan menggunakan
asuhan secara Continuity of Care, yaitu asuhan yang berkesinambungan dari masa
kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir, hingga pelayanan keluarga berencana. Maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Pelaksanaan asuhan kehamilan COC pada Ny. S dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dan keluhan yang dialami oleh pasien. Ny. S. Selama kehamilan Ny. S
mengeluhkan mual dan muntah di trimester pertama, nyeri pinggang di
trimester kedua, dan susah BAB di trimester ketiga dan dapat disimpulkan
keluhan yang dialami oleh Ny. S tidak membahayakan kehamilan dan normal
terjadi di kehamilan, sehingga kehamilan Ny.S adalah kehamilan fisiologis
2. Asuhan persalinan pada Ny. S diberikan langsung di PMB dan asuhan yang
diberikan adalah asuhan persalinan fisiologis karena pada persalinan Ny. S dapat
berjalan lancar dan tidak terdapat tanda-tanda kegawatdaruratan
3. Pelaksanaan CoC selama asuhan kebidanan pada masa nifas Ny. S telah
dilakukan dari pengkajian sampai pendokumentasian. Disimpulkan bahwa masa
nifas Ny. S merupakan masa nifas yang fisiologis dan keluhan Ny.S dapat diatasi.
4. Pelaksanaan CoC selama asuhan kebidanan pada bayi baru lahir By. Ny. S telah
dilakukan dari pengkajian sampai pendokumentasian. Disimpulkan bahwa By.
Ny. S merupakan bayi baru lahir yang normal
5. Pelaksanaan CoC selama asuhan kebidanan pada pelayanan Keluarga Berencana
Ny. S telah dilakukan dari pengkajian sampai pendokumentasian. Ny. S dan

457

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


suami memutuskan menggunakan KB suntik 3 bulan.
6. Action Plan
Asuhan kebidanan berkesinambungan dapat diberikan melalui tim bidan yang
berbagi beban kasus, yang bertujuan untuk memastikan bahwa ibu menerima semua
asuhannya dari satu bidan atau tim praktiknya. Bidan dapat bekerja sama secara multi
disiplin dalam melakukan konsultasi dan rujukan dengan tenaga kesehatan lainnya.
Dampak yang akan timbul jika tidak dilakukan asuhan kebidanan yang
berkesinambungan adalah dapat meningkatkan resiko terjadinya komplikasi pada ibu
yang tidak ditangani sehingga menyebabkan penanganan yang terlambat terhadap
komplikasi dan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas. Komplikasi yang dapat
timbul pada kehamilan diantaranya meliputi anemia, hipertensi, perdarahan, aborsi,
oedema apda wajah dan kaki, dan lain-lain. Komplikasi yang mungkin timbul pada
persalinan meliputi distosia, inersia uteri, presentasi bukan belakang kepala, prolap tali
pusat, ketuban pecah dini (KPD), dan lain-lain. Komplikasi yang mungkin timbul pada
masa nifas meliputi, bendungan ASI, dan lain-lain. Komplikasi yang mungkin timbul pada
bayi baru lahir meliputi berat badan lahir rendah (BBLR), asfiksia, kelainan kongenital,
tetanus neonatorum, danlain-lain.

458

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Daftar Pustaka
Afni, R., & Dwienda, O. (2019). Efektifitas Senam Hamil Terhadap Kualitas Tidur Pada Ibu
Hamil Trimester Iii Di Klinik Pratama Arrabih Pekanbaru. Prosiding Hang Tuah
Pekanbaru, 11-16.
Anggasari, Y., & Mardiyanti, I. (2021). Pengaruh Antara Keteraturan Prenatal Gentle
Yoga Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pinggang Pada Ibu Hamil Trimester Iii.
Midwifery
Anurogo, D. (2019). Manajemen Menangis Pada Bayi. Cermin Dunia Kedokteran, 46(1),
8-13.
Fowler, J., Mahdi, H., & BW Jack. (2019). Pregnancy and Labor.
Gray, D. J. P., Sidaway-Lee, K., White, E., Thorne, A., & Evans, P. H. (2018). Continuity of
care with doctors - A matter of life and death? A systematic review of continuity
of care and mortality. BMJ Open, 8(6), 1–12.
Handayani, K. T. (2022). Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Ibu Hamil Trimester Iii Di
Wilayah Kerja Puskesmas Seririt I Tahun 2022 (Doctoral Dissertation, Poltekkes
Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan 2022).
Hardianti, Dn., & Resmana, R. (2018). Kemajuan Persalinan Berhubungan Dengan
Asupan Nutrisi. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan. Vol. 6. No. 3 Hal : 23-238
Hartinah, D., Karyati, S., & Rokhani, S. (2019). Hubungan Pola Aktivitas Fisik Dengan
Konstipasi Pada Ibu Hamil Trimester Iii Di Puskesmas Gribig Kecamatan Gebog
Kabupaten Kudus Tahun 2017. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 10(2),
350-357.
Jeffers, H., & Baker, M. (2016). Continuity of care: Still important in modern-day general
practice. British Journal of General Practice, 66(649), 396–397
JNPK-KR. 2017. Asuhan persalinan normal & Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: JHPIEGO
Corporation
Kemenkes RI. 2020. 5 Fokus Masalah Kesehatan Tahun 2020. Jakarta: Kemenkes RI
Khatimah, H., & Saleh, S. N. H. (2022). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Batua Kota
Makassar. Promotif: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 12(1), 95-101.
Lindawati, R. (2019). Relationship Between Knowledge, Education And Family Support
With Exclusive Breastfeeding. Faletehan Health Journal, 6(1), 30-36.
Https://Doi.Org/10.33746/Fhj.V6i1.25

459

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Metti, D. (2016). Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Tentang Tanda-Tanda Persalinan
Di Wilayah Lampung Utara. Jurnal Keperawatan. Vol. Ii. No. 2, Hal : 228-232
Mortensen, B., Lieng, M., Diep, L. M., Lukasse, M., Atieh, K., & Fosse, E. (2019).
Improving Maternal and Neonatal Health by a Midwife-led Continuity Model of
Care – An Observational Study in One Governmental Hospital in Palestine.
EClinicalMedicine, 10, 84–91
Nurhayati, Yati. (2019). Pengaruh Teknik Relaksasi Pernafasan Terhadap Nyeri Persalinan
Pada Kala 1 Fase Aktif. Jurnal Keperawatan Dan Kebidanan. Vol. Xi. No. 1, Hal :
47-51.
Perriman, N., Davis, D. L., & Ferguson, S. (2018). What women value in the midwifery
continuity of care model: A systematic review with meta-synthesis. Journal of
Midwifery, 62, 220–229
Purnamasari, K. D. (2019). Nyeri Punggung Bawah Pada Ibu Hamil Trimester Ii Dan Iii.
Journal Of Midwifery And Public Health, 1(1), 9-15.
Puspitasari, L., & ., E. (2018). Manfaat Penguatan Otot Abdomen Dan Pemijatan Lumbal
Terhadap Percepatan Proses Persalinan Kala I. Jurnal Kebidanan, 10(01), 17-27.
Https://Doi.Org/10.35872/Jurkeb.V10i01.295
Reni, D. P., Nur, F. T., Cahyanto, E. B., & Nugraheni, A. (2018). Perbedaan Perawatan Tali
Pusat Terbuka Dan Kasa Kering Dengan Lama Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi
Baru Lahir. Placentum: Jurnal Ilmiah Kesehatan Dan Aplikasinya, 6(2), 7-13.
Ricchi, A., Rossi, F., Borgognoni, P., Bassi, M. C., Artioli, G., Foa, C., & Neri, I. (2019). The
midwifery-led care model: A continuity of care model in the birth path. Acta
Biomedica, 90(3), 41–52
Sandall, J. (2017). The contribution of continuity of midwifery care to high quality
maternity care. Royal College of Midwives, 16
Subagio, Su. (2019). Peningkatan Kecukupan Produksi Asi Pada Ibu Postpartum
Menggunakan Rebusan Daun Ubi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kesesi I
Pekalongan. Jurnal Kebidanan. Vol. 8. No. 2, Hal : 137-142
Utaminingtyas, F., & Pebrianthy, L. (2020). Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I
Tentang Emesis Gravidarum. Bali Health Published Journal, 2(1), 37-43.
Widiastini, L. P. (2018). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dan Bayi Baru
Lahir. In In Media.
Wahyuni T., &. Yuliana A (2020). Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Tentang Persiapan

460

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


Persalinan Di Desa Wonorejo Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.
Jurnal Ilmial Rekam Medis Dan Informatika Kesehatan. Vol. 10 No. 2, Hal : 34-43

461

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


462

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


463

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


464

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


465

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


466

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


467

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


468

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


469

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


470

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


471

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


472

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


473

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


474

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND


475

Prodi Pendidikan Profesi Bidan FK UNAND

Anda mungkin juga menyukai