Anda di halaman 1dari 107

PENERAPAN DISTRAKSI MENONTON TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT NYERI PADA PASIEN CONGESTIF HEART FAILURE (CHF)


DI RUANGAN ICCU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Menyelesaikan


Pendidikan Profesi Ners Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

Disusun Oleh :

RAHMAWATI DIU
NIM : 711490121088

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

ii
CURRICULUM VITAE

1. Data Umum

a. Nama Lengkap :

b. Tempat/Tanggal Lahir :

c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Agama : Islam

e. Status Perkawinan : Belum Kawin

f. Alamat Lengkap :

g. Nomor Telepon Rumah/HP :

h. Alamat e-mail : @gmail.com

2. Riwayat Pendidikan

a. Sekolah Dasar :

b. Sekolah Menengah Pertama :

c. Sekolah Menengah Atas :

d. Diploma IV :

Manado, Juni 2022


Penulis,

Pratiwi Octaviani Nalole

iii
LEMBAR PERNYATAAN

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas

segala berkah dan karunia-Nya serta kemudahan sehingga penulis bisa

menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) dengan judul “Efektivitas

Penerapan Pijat Kaki Terhadap Penurunan Foot Edema Pada Pasien Congestif

Heart Failure (CHF) di Ruangan Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) RSUP Prof.

Dr. R. D. Kandou Manado”.

Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini disusun sebagai salah satu

persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Profesi Ners Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado.

Dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) penulis

menyampaikan rasa syukur dan penghargaan sebesar-besarnya serta ucapan

terimakasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua, Ibunda tercinta Sri Ratmy

Pagari,S.Pd dan Ayahanda tercinta Hais Nalole yang sangat penulis sayangi yang

telah memberikan bantuan baik materi maupun spiritual serta tidak henti-hentinya

mendoakan keberhasilan penulis.

Dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini tidak mungkin

terwujud tanpa bantuan dari pihak lain, terimakasih yang tak terhingga kepada

yang terhormat:

1. Dra. Elisabeth Natalia Barung, M.Kes. Apt, selaku direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Manado.

2. Jon W. Tangka, M.Kep. Ns, Sp.KMB, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado.

v
3. Semuel Tambuwun, SKM, M.Kes, selaku Sekretaris Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

4. Sisfiani D. Sarimin, M.Kep, Ns, Sp.Kep.An, selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Profesi Ners Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Manado.

5. Yanni Karundeng, SKM M.Kes, selaku Pembimbing Akademik Jurusan

Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado.

6. Yourisna Pasambo, S.Kep.Ns, M.Kes selaku Pembimbing I yang telah

banyak memberikan masukan, arahan, kritik dan saran serta motivasi yang

sangat berguna demi perbaikan dan penyempurnaan Karya Ilmiah Akhir Ners

ini.

7. Esther Novilian Tamunu, M.Kep. Ns selaku Pembimbing II yang telah

banyak memberikan masukan, arahan, kritik dan saran serta motivasi yang

sangat berguna demi perbaikan dan penyempurnaan Karya Ilmiah Akhir Ners

ini.

8. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Manado yang telah memberikan ilmu, bimbingan serta motivasi

selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Kedua orang tua penulis, Mama tercinta Sri Ratmy Pagari,S.Pd dan Papa

tercinta Hais Nalole yang sangat penulis sayangi serta saudara tercinta Kaka

Tika, Tiara & Fajrin yang telah memberikan bantuan baik materi maupun

spiritual serta tidak henti-hentinya mendoakan keberhasilan penulis.

vi
10. Papa Tercinta, Hais Nalole Karya Ilmiah Akhir Ners ini penulis

persembahkan kepada Papa. Semoga Karya Ilmiah ini bisa membantu dan

menjaga Papa tetap sehat. Semoga sehat selalu Papaku tersayang.

11. Rekan-rekan seperjuangan Ners Angkatan ke-III Thirdgens Jurusan

Keperawatan Program Studi Ners Lanjutan Politeknik Kesehatan Kemenkes

Manado, khususnya Kelas Ners B Alama35 Gorontalo atas kebersamaan dan

dukungan yang diberikan.

12. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan banyak bantuan dan dukungan selama ini.

Penulis menyadari sepenuhnya penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini

masih ada kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik atau saran

dari pembaca yang sifatnya membangun guna penyempurnaan Karya Ilmiah

Akhir Ners ini.

Semoga Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat bermanfaat dan memberikan

wawasan bagi pembaca khususnya dalam bidang Keperawatan dan penelitian

selanjutnya.

Manado, Juni 2022

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN: Penguji, Pembimbing & Ketua Jurusan.... ii
CURRICULUM VITAE............................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN........................................................................ iv
KATA PENGANTAR................................................................................ v
DAFTAR ISI............................................................................................... viii
ABSTRAK.................................................................................................. x
ABSTRACK............................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian........................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Penyakit (Congestive Heart Failure)................................... 7
B. Konsep Nyeri ................................................................................ 10
C. Teori Asuhan Keperawatan CHF................................................... 25
D. Teori Keperawatan Joyce Travelbee.............................................. 30
E. Aplikasi Teori Keperawatan pada Asuhan Keperawatan.............. 31
F. Aplikasi Evidance Based Nursing................................................. 32
G. Standar Operasional Prosedur (SOP) Audio Visual...................... 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian........................................................................... 37
B. Penetapan Sampel.......................................................................... 37
C. Lokasi & Waktu Pelaksanaan ....................................................... 37
D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data......................................... 37

viii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL ........................................................................................... 39
1. Asuhan Keperawatan ................................................................ 39
2. Penerapan Evidence Based Nursing (EBN) ............................. 85
B. PEMBAHASAN............................................................................ 86
BAB V PENUTUP
A Kesimpulan............................................................................... 89
B Saran.......................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 91
LAMPIRAN ............................................................................................... 93

ix
ABSTRAK

Politeknik Kesehatan Manado


Program Studi Profesi Ners
Jurusan Keperawatan
KIAN, Juni 2022

PENERAPAN DISTRAKSI MENONTON TERHADAP PENURUNAN


TINGKAT NYERI PADA PASIEN CONGESTIF HEART FAILURE (CHF)
DI RUANGAN ICCU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

Rahmawati Diu, S.Tr.Kep. Ns. Ellen Pesak, S.Kep, M.Kep. Esrom Kanine,
M.Kep, Ns, Sp.Kep.J
Gagal jantung kongestif merupakan ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah sehingga kebutuhan metabolism jaringan, oksigen, dan nutrisi
tidak terpenuhi. Selain dengan pemberian obat-obatan atau tindakan kolabatif
dengan dokter untuk menghilangkan nyeri, sebagai perawat harus membantu
mengurangi nyeri dengan memberikan tindakan keperawatan secara umum.
Distraksi menonton merupakan tindakan pengalihan pasien ke hal lain yang dapat
menurunkan waspadaan terhadap nyeri dan dapat memberikan toleransi terhadap
nyeri (Prasetyo ,2010 dalam Achmad Djamil, dkk, 2019).
Desain karya ilmiah yang digunakan adalah metode deskriptif dengan
pendekatan case study pada kasus Congestif Heart Failure (CHF) di ruangan
ICCU RSUP. Prof. Dr.R.D. Kandou Manado. Sampel yang digunakan dalam
karya ilmiah ini adalah 4 kasus CHF yang dibuat dalam Asuhan Keperawatan.
Hasil evaluasi akhir yang dilakukan oleh peneliti pada keempat pasien
menunjukkan bahwa disimpulkan bahwa tindakan keperawatan distraksi
menonton dapat menurunkan tinkat nyeri pada pasien dengan ganguan sistem
kardiovaskuler yaitu diagnosa Congestive Heart Failure

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Congestif Heart Failure (CHF), Distraksi


Menonton.

x
ABSTRACT

Health Polytechnic of Manado


NERS Study Program
Departemen of Nursing
KIAN, June 2022

APPLICATION OF WATCHING DISTRACTION TOWARDS


REDUCING PAIN LEVEL IN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
PATIENTS IN ICCU ROOM, PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

Rahmawati Diu, S.Tr.Kep. Ns. Ellen Pesak, S.Kep, M.Kep. Esrom Kanine,
M.Kep, Ns, Sp.Kep.J

Congestive heart failure is the inability of the heart to pump blood so that
the metabolic needs of tissues, oxygen, and nutrients are not met. In addition to
giving drugs or collaborative action with doctors to relieve pain, nurses must help
reduce pain by providing general nursing actions. Watching distraction is an act of
diverting the patient to other things that can reduce awareness of pain and can
provide tolerance for pain (Prasetyo, 2010 in Achmad Djamil, et al, 2019).
The design of the scientific paper used is a descriptive method with a
case study approach in cases of Congestive Heart Failure (CHF) in the ICCU
room of the RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. The sample used in this
scientific work is 4 cases of CHF made in Nursing Care.
The results of the final evaluation carried out by researchers on the four
patients showed that it was concluded that watching distraction nursing actions
could reduce pain levels in patients with cardiovascular system disorders, namely
the diagnosis of Congestive Heart Failure.

Keywords: Nursing Care, Congestive Heart Failure (CHF), Distraction.


.

xi
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal jantung kongestif merupakan ketidakmampuan jantung untuk

memompa darah sehingga kebutuhan metabolism jaringan, oksigen, dan nutrisi

tidak terpenuhi. Angka kejadian gagal jantung dapat dilihat dari usia,

bertambahnya usia seseorang akan mengakibatkan penurunan fungsi jantung dan

menjadi faktorutama pada penyakit dan penyakit kronis termasuk gagal jantung

(Pangestu dan Nusadewiarti, 2020).

Penyakit jantung merupakan penyakit yang setiap tahunnya terjadi

peningkatan, bahkan angka kejadian didunia setiap tahunnya jumlah penderita

jantung melebihi 20 juta jiwa dan menjadi pembunuh nomor satu. Menurut World

Health Organization(WHO) terdapat 17,5 juta orang meninggal karena penyakit

jantung. Dengan nilai presentasi 31% terjadi kematian didunia. Di Negara amerika

serikat terdapat 550.000 kasus per tahunnya, dan di negara yang lainnya terdapat

kasus 400.000 sampai dengan 700.000 dalam satu bulan (WHO, 2016).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, angka

kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari tahun ke

tahun. Setidaknya, 15 dari 1000 orang, atau sekitar 2.784.064 individu di

Indonesia menderita penyakit jantung (Perhimpunan Dokter Spesialis

Kardiovaskular Indonesia, 2019).

.
Selain dengan pemberian obat-obatan atau tindakan kolaboratif dengan

dokter untuk menghilangkan nyeri, sebagai perawat harus membantu mengurangi

nyeri dengan memberikan tindakan keperawatan secara umum yaitu mengkaji

sifat, intensitas, lokasi, durasi, factor pencetus dan penghilang nyeri, mengkaji

tanda non verbal dari nyeri, memberikan pilihan tindakan rasa nyaman,

menciptakan lingkungan yang tenang, dan bimbingan spiritual (Achmad Djamil,

dkk, 2019).

Dengan mengatasi nyeri yaitu menggunakan management nyeri,

management nyeri merupakan bagian dari Pain Relief .management nyeri tersebut

mempunyai 2 cara yaitu terapi farmakologi dan non farmakologi dimana terapi

farmakologi terdapat terapi diuretic dan vasodilator, sedangkan terapi non

farmakologi merupakan salah satu intervensi keperawatan secara mandiri untuk

mengunrangi nyeri yang di rasakan pasien seperti terapi relaksasi, Massage,

kompres, terapi music, murottal, distraksi, danguide imagenery (Ismoyowati, dkk,

2021).

Distraksi menonton merupakan tindakan pengalihan pasien ke hal lain yang

dapat menurunkan waspadaan terhadap nyeri dan dapat memberikan toleransi

terhadap nyeri. Stimulus rangsangan yang menyenangkan dari luar juga dapat

merangsang sekresi Endhorphin, sehingga stimulus rangsangan nyeri pasien dapat

berkurang. Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi

aktif individu (Prasetyo ,2010 dalam Achmad Djamil, dkk, 2019).

Sebagai perawat profesional dalam melakukan tatalaksana manajemen nyeri

dapat menggunakan pendekatan teori lingkaran keperawatan Lidya E. Hall yang

2
terdiri dari elemen care (peduli), core, dan cure. Dengan care (peduli), perawat

akan menyiapkan kebutuhan pasien untuk mengurangi rasa nyeri. Nyeri

merupakan perasaan tidak nyaman sehingga untuk dapat mengetahuinya, seorang

perawat harus bisa membuat pasien menceritakan keluhan nyerinya tersebut, yang

dalam teori Lidya E. Hall disebut core (inti). Setelah care dan cure, dengan

mengguakan ilmu pengetahuan keperawatan, seorang perawat tentu dapat

melakukan intervensi keperawatan untuk mengurangi nyeri tersebut yang salah

satunya denga menggunakan metode distraksi menonton.

Berdasarkan Study Penelitian dari ruangan Intensif Cardiac Care Unit

(ICCU) RSUP Prof. DR. R. D Kandou Manado pada 6 bulan terakhir yaitu bulan

juli sampai desember 2022 didapatkan pasien dengan terdiagnosa Congestife

Heart Failure (CHF) 20 pasien, Dari 20 pasien diantaranya 12 pasien mengeluh

nyeri dada berat menjalar kebelakang hingga menimbulkan sesak nafas dan 8

orang pasien lainnya mengeluh nyeri dada ringan tetapi tidak sampai

menimbulkan sesak nafas yang lama. Keluhan tersebut dilihat juga dari

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti EKG dan Hasil

Laboratorium.

Hasil wawancara dengan Perawat di Ruangan ICCU RSUP Prof. DR. R. D

Kandou Manado dapat disimpulkan bahwa ruangan tersebut membutuhkan

observasi yang ketat, dikarenakan pasien yang masuk diruangan adalah Pasien

yang sangat membutuhkan pertolongan cepat dan darurat, didapatkan dari buku

inventaris alat dan bahan di ruangan ICCU untuk ketersediaan alat sangat cukup

memadai untuk standar ruangan intensif.

3
Hasil Observasi Peneliti pasien yang terdapat di ruangan ICCU RSUP Prof.

DR. R. D Kandou Manado yaitu pasien yang mendapatkan pelayanan total care,

yaitu segala kebutuhan Pasien mulai dari memandikan, oral hygine, pemberian

makananan, pemberian obat, dan kebutuhan untuk membersikan kotoran pasien

semuanya di lakukan oleh perawat yang ada di ruangan.

Menurut hasil penelitian (I Made Mertajaya, 2018), Intervensi keperawatan

dengan Tehnik Distraksi Menonton yang diberikan pada anak usia toodler terbukti

dapat menurunkan skala nyeri pada saat dilakukan tindakan pengambilan darah

intravena.

Berdasarkan Latar belakang diatas penulis tertarik untuk menerapkan lebih

lanjut Asuhan Keperawatan Pada Pasien Congestif Heart Failure (CHF)

menggunakan aplikasi Lidya E. Hell dengan penerapan ebn Penerapan Distraksi

Menonton Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri dikaitkan dengan panduan Standart

Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), Standart Luaran Keperawatan

Indonesia (SLKI), dan Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dari

DPP PPNI di Ruang ICCU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Penerapan Distraksi Menonton Menurut aplikasi Lidya E. Hall

Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pada Pasien Congestif Heart Failure (CHF)

Di Ruangan ICCU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan Umum:

Mengetahui Tindakan Penerapan Distraksi Menonton terhadap Penurunan

4
Tingkat Nyeri Pada Pasien Congestif Heart Failure (CHF) di Ruangan ICCU

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

Tujuan Khusus:

1. Mengetahui Tingkat Penurunan Nyeri dengan Mengalihkan Pasien Congestif

Heart Failure (CHF) pada Tindakan Distraksi Menonton di Ruangan ICCU

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

2. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien Congestif Heart Failure

(CHF) dengan teori Lidya E. Hell dengan penerapan Evidance Based Nursing

pengaruh Distraksi Menonton terhadap penurunan tingkat nyeri sesuai dengan

panduan Standart Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) di ruang ICCU

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

3. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Congestif Heart Failure

(CHF) dengan teori Lidya E. Hell dengan penerapan Evidance Based Nursing

pengaruh distraksi Menonton terhadap penurunan tingkat nyeri sesuai dengan

panduan Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) di ruang ICCU

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

4. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Congestif Heart Failure (CHF)

dengan teori Lidya E. hell dengan penerapan Evidance Based Nursing

pengaruh distraksi menonton terhadap penurunan tingkat nyeri di ruang ICCU

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

D. Manfaat Penulisan

1. Untuk menambah wawasan dan pengalaman yang nyata dan sebagai sarana

5
pembelajaran serta meningkatkan daya pikir peneliti dalam

mengimplementasikan teori yang berhubungan dengan teori Lidya E. Hell

Pada pasien Jantung yang Mengalami Nyeri Ruang ICCU RSUP. PROF. Dr.

R.D Kandou Manado.

2. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan acuan untuk penulis selanjutnya

dan sebagai bahan Pustaka dalam Pengaplikasian teori keperawatan pada

pasien Congestif Heart Failure (CHF) di Ruangan ICCU RSUP Prof. Dr. R.

D. Kandou Manado.

6
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Penyakit (Congestive Heart Failure)

1. Definisi Gagal Jantung

Gagal jantung, sering disebut juga gagal jantung kongestif, adalah

ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk

memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung

kongestif paling sering digunakan kalau terjadi gagal jantung jantung sisi kiri

dan sisi kanan (Brunner & Syddarth, 2017). Gagal jantung adalah suatu

keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak

mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan

(Arif Mansjoer, 2016). Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan

jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrien dikarenakan adanya kelainan

fungsi jantung yang berakibat jantung gagal memompadarah untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme jaringan (Smeltzer & Bare, 2016).

2. Etiologi

Etiologi gagal jantung kongestif (CHF) menurut Brunner & Suddarth,

2015 sebagai berikut:

a. Kelainan pada otot jantung

b. Aterosklerosis coroner

c. Hipertensi sistemik

d. Penyakit jantung lain

e. Faktor sistemik
3. Manifestasi Klinis

Gejala Congestive Heart Failure (CHF) menurut NHFA, 2016 sebagai

berikut:

a. Sesak nafas saat beraktifitas muncul pada sebagian besar pasien, awalnya

sesak dengan aktifitas berat, tetapi kemudian berkembang pada tingkat

berjalan dan akhirnya saat istirahat.

b. Ortopnea, pasien menopang diri dengan sejumlah bantal untuk tidur. Hal

ini menunjukkan bahwa gejala lebih cenderung disebabkan oleh

Congestive Heart Failure (CHF), tetapi terjadi pada tahap berikutnya.

c. Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND) juga menunjukkan bahwa gejala

lebih cenderung disebabkan oleh Congestive Heart Failure (CHF), tetapi

sebagian besar pasien dengan (CHF) tidak memiliki PND

d. Batuk kering dapat terjadi, terutama pada malam hari. Pasien mendapatkan

kesalahan terapi untuk asma, bronkitis atau batuk yang diinduksi ACEi

e. Kelelahan dan kelemahan mungkin jelas terlihat, tetapi umum pada

kondisi yang lain 6. Pusing atau palpitasi dapat menginduksi aritmia

4. Patofisiologi

Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan

kemampuan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih

rendah dari normal. Dapat dijelaskan dengan persamaan Co= HR x SV di 8

mana curah jantung (Co: Cardiac output) adalah fungsi frekuensi jantung (HR:

Heart Rate) x Volume sekuncup (SV: Stroke Volume) Frekuensi jantung

adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah jantung berkurang. Sistem

8
saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan

perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus

menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.

Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap

kontraksi, yang tergantung pada 3 faktor, yaitu: (1) Preload (yaitu sinonim

dengan hukum starling pada jantung yang menyatakan bahwa jumlah darah

yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan

oleh panjangnya regangan serabut jantung), (2) Kontraktilita (mengacu pada

perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan

dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium), (3) Afterload

(mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk

memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan

arteriole) Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang

terjadi baik pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua

ventrikel berkurang akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat

meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir diastolik di dalam kedua

ruang jantung akan meningkat.

Hal ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium pada akhir

diastolik dan memyebabkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini

berlangsung lama, maka akan terjadi 9 dilatasi ventrikel. Cardiac output pada

saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi peningkatan tekanan

diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan kedua atrium,

sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sistemik. Akhirnya tekanan kapiler akan

9
meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru

atau edema sistemik

Penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan

tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa

sistem saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan

memacu kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena yang

meningkatkan volume darah sentral yang meningkatkan preload. Salah satu

efek penting penurunan cardiac output adalah penurunab aliran darah ginjal

dan penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan menimbulkan retensi

sodium dan cairan. Sistem rennin-angiotensin-aldosteron juga akan teraktivasi,

menimbulkan peningkatan resistensi vaskulr perifer selanjutnya dan

peningkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium dan cairan,

Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin

dalam sirkulasi, dan juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi

cairan. Pada gagal jantung terjadi peningkatan paptida natriuretik atrial akibat

peningkatan tekanan atrium, yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi

terhadap efek natriuretik dan vasodilator.

B. Konsep Nyeri
1. Pengertian Nyeri

Nyeri adalah sesuatu yang menyakitkan tubuh yang diungkapkan

secara subjektif oleh individu yang mengalaminya. Nyeri dianggap nyata

meskipun tidak ada penyebab fisik atau sumber yang dapat diidentiftkasi.

Meskipun beberapa sensasi nyeri dihubungkan dengan status mental atau

10
status psikologis, pasien secara nyata merasakan sensasi nyeri dalam

banyak hal dan tidak hanya membayangkannya saja. Kebanyakan sensasi

nyeri adalah akibat dari stimulasi fisik dan mental atau stimuli emosional

(Potter & Perry, 2010).

Nyeri pengambilan darah vena merupakan nyeri yang diakibatkan

oleh tindakan invasif. Nyeri akibat tindakan invasif ini dapat

menyebabkan rasa nyeri pada anak yang jika tidak segera ditangani dapat

menimbulkan ketakutan, kegelisahan, menangis dan anak menjadi stress

berlebihan. Akibat suntikan inilah yang dapat menimbulkan nyeri dan

berkembang menjadi trauma terutama pada anak karena dapat

menyebabkan nyeri akut (Prasetyawati, 2012).

Beberapa studi nyeri pada anak yang selalu menjadi keluhan utama

saat pengambilan darah vena didapatkan bahwa nyeri yang dikeluhkan

oleh anak selalu diabaikan sehingga penanganan yang diberikan tidak

adekuat (Sekriptini, 2013).

2. Fisiologis Nyeri

Perjalanan nyeri termasuk suatu rangkaian proses neurofisiologis

kompleks yang disebut sebagai nosiseptif (nociception) yang

merefleksikan empat proses komponen yang nyata yaitu transduksi,

transmisi, modulasi dan persepsi, dimana terjadinya stimuli yang kuat

diperifer sampai dirasakannya nyeri di susunan saraf pusat (cortex cerebri)

(Uman et al., 2007; Breivik et al., 2008; Daniela et al., 2010). Rangkaian

proses perjalanan yang menyertai antara kerusakan jaringan sampai

11
dirasakan nyeri adalah suatu proses elektofisiologi. Menurut Latief (2001)

dan Daniela et al., (2010) ada 4 proses yang mengikuti suatu proses

nosisepsi yaitu:

a. Proses Transduksi

Proses dimana stimulus noksius diubah ke impuls elektrikal

pada ujung saraf. Suatu stimuli kuat (noxion stimuli) seperti tekanan

fisik kimia, suhu dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan

diterima ujung-ujung saraf perifer (nerve ending) atau organ-organ

tubuh (reseptor meisneri, merkel, corpusculum paccini, golgi mazoni).

Kerusakan jaringan karena trauma baik trauma pembedahan atau

trauma lainnya menyebabkan sintesa prostaglandin, dimana

prostaglandin inilah yang akan menyebabkan sensitisasi dari reseptor-

reseptor nosiseptif dan dikeluarkannya zat-zat mediator nyeri seperti

histamin, serotonin yang akan menimbulkan sensasi nyeri. Keadaan

ini dikenal sebagai sensitisasi perifer (Breivik et al., 2008; Daniela et

al., 2010).

b. Proses Transmisi

Proses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan proses

transduksi melalui serabut A-delta dan serabut C dari perifer ke medulla

spinalis, dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan

ke thalamus oleh tractus spinothalamicus dan sebagian ke traktus

spinoretikularis. Traktus spinoretikularis terutama membawa rangsangan

dari organ-organ yang lebih dalam dan viseral serta berhubungan dengan

12
nyeri yang lebih ditekan dan melibatkan emosi. Selain itu juga serabut-

serabut saraf disini mempunyai sinaps interneuron dengan saraf-saraf

berdiameter besar dan bermielin. Selanjutnya impuls disalurkan ke thalamus

dan somatosensoris di cortex cerebri dan dirasakan sebagai persepsi nyeri

(Uman et al., 2007; Daniela et al., 2010).

c. Proses Modulasi

Proses modulasi merupakan perubahan transmisi nyeri yang

terjadi pada susunan saraf pusat (medulla spinalis dan otak). Proses

terjadinya interaksi antara sistem analgesik endogen yang dihasilkan

oleh tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior

medulla spinalis merupakan proses ascenden yang dikontrol oleh otak.

Analgesik endogen (enkefalin, endorphin, serotonin, noradrenalin)

dapat menekan impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis.

Kornu posterior sebagai pintu dapat terbuka dan tertutup untuk

menyalurkan impuls nyeri untuk analgesik endogen tersebut. Inilah

yang menyebabkan persepsi nyeri sangat subjektif pada setiap orang

(Uman et al., 2007; Breivik et al., 2008; Daniela et al., 2010).

d. Persepsi

Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses

tranduksi, transmisi dan modulasi yang pada akhirnya akan

menghasilkan suatu proses subjektif yang dikenal sebagai persepsi

nyeri, yang diperkirakan terjadi pada thalamus dengan korteks sebagai

diskriminasi dari.

13
14
3. Klasifikasi Nyeri

a. Nyeri berdasarkan Lokasi

1) Nyeri Nosiseptif

Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yangdiakibatkan oleh

aktifitas atau sensivitas nosiseptor perifer yang merupakan resptor

khusus yang mengantarkan stimulus naxious (Andarmoyo, 2013).

Nyeri Nosiseptif dibagi menjadi:

a) Nyeri Somatik:

Berasal dari tulang, sendi, otot, kulit, atau jaringan

penghubung. Biasanya kualitas nyeri ini ditunjukkan dari nyeri

yang dirasakan atau denyutan yang terokalisasi dengan baik

(Potter & Perry, 2010).

b) Nyeri visceral:

Nyeri viseral merupakan nyeri yang terjadi di dalam organ

tubuh manusia, seperti di dalam abdomen, lambung dan

jantung. Nyeri viseral biasanya juga disertai dengan mual dan

muntah pada seseorang (Farmer, 2014).

2) Nyeri Alih

Nyeri alih merupakannyeri yang tidak hanya berfokus pada satu

tempat, akan tetapi nyeri dapat terasa pada bagian tubuh yang terpisah.

Salah satu contohnya adalah ketika seseorang mengalami penyakit

jantung dan merasakan nyeri di dada, maka nyeri akan menjalar

kebagian leher, punggung dan lengan kiri (Potter & Perry, 2010).

15
3) Nyeri Superfisial

Nyeri superfisial merupakan nyeri yang berada pada lapisan kulit

yang disebabkan oleh bahan kimia atau benda tajam, sehingga

seseorang merasa seperti terbakar pada bagian kulit tersebut (Avila et

al, 2017).

4) Nyeri Idiopatik

Nyeri Idiopatik adalah nyeri kronis dari ketiadaan penyebab

fisik atau psikologis yang dapat diidentifikasi atau nyeri yang

dirasakan sebagai berlebihnya tingkat kondisik patologis suatu organ.

Contoh dari nyeri idiopatik adalah sindrom nyeri local kompleks

(Complekx Regional Pain Syndrome/CRPS) (Potter & Perry, 2010).

5) Nyeri Neuropatik

Nyeri neuropatik mengarah pada disfungsi di luar sel saraf.

Nyeri neuropatik terasa seperti terbakar kesemutan dan hipersensitif

terhadap sentuhan atau dingin. Nyeri spesifik terdiri atas beberapa

macam, antara lain nyeri somatik, nyeri yang umumnya bersumber

dari kulit dan jaringan di bawah kulit (superficial) pada otot dan

tulang. Macam lainnya adalah nyeri menjalar (referred pain) yaitu

nyeri yang dirasakan di bagian tubuh yang jauh letaknya dari jaringan

yang menyebabkan rasa nyeri, biasanya dari cidera organ visceral.

Sedangkan nyeri visceral adalah nyeri yang berasal dari

bermacammacam organ viscera dalam abdomen dan dada (Potter &

Perry, 2010).

16
17
b. Nyeri Berdasarkan Durasi

1) Nyeri akut

Nyeri akut adalah suatu nyeri yang bersifat terlokalisir dan

biasanya terjadi secara tiba-tiba. Umumnya berkaitan dengan cedera

fisik. Nyeri terasa tajam seperti ditusuk, disayat, dicubit, dan

polaserangan jelas. Nyeri ini merupakan peringatan adanya potensial

kerusakan jaringan yang membutuhkan reaksi tubuh yang diperintah

oleh otak dan merupakan respon syaraf simaptis. Nyeri akut berdurasi

singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan menghilang tanpa pengobatan

setelah area yang rusak pulih kembali (Prasetyo, 2010).

2) Nyeri kronis

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap

sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu

penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan

dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis dapat tidak

mempunyai awitan (onset) yang ditetapkan dengan tetap dan sering sulit

untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon

terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Meski nyeri

akut dapat menjadi sinyal yang sangat penting bahwa sesuatu tidak

berjalan sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi masalah

dengan sendirinya (Muttaqin, 2011).

18
3) Nyeri Kronis Tak Teratur (Episodik)

Nyeri yang sesekali terjadi dalam jangka waktu tertentu disebut

nyeri episodik. Nyeri berlangsung selama beberapa jam, hari, atau

minggu. Sebagai contoh, sakit sebelah/migraine dan nyeri yang

berhubungan dengan penyakit talasemia (Gruener & Land, 2006 dalam

Potter & Perry, 2010).

4) Nyeri Akibat Kanker

Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ)

melaporkan bahwa hampir 90% klien dapat mengontrol nyeri dalam arti

yang sederhana. Beberapa klien dengan penyakit kanker mengalami

nyeri akut atau kronis. Nyeri tersebut terkadang bersift nosiseptif

dan/atau neuropatik. Nyeri kanker biaanya disebabkan oleh

berkembangnya tumor dan berhubungan dengan proses patologis,

prosedur invasif, toksin-toksin dari pengobatan, infeksi, dan

keterbatasan secara fisik. Klien merasakan nyeri di lokasi tepat

dimana tumor berada atau lokasi yang berada jauh dari tumor, yang

mengidentifikasikan adanya nyeri. Hampir 70-90% klien dengan kanker

stadium lanjut mengalami nyeri. Enam puluh persen dari mereka

melaporkan adanya nyeri tingkat sedang hingga berat (Potter & Perry,

2010).

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Nyeri merupakan hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi

pengalaman seseorang terhadap nyeri. Faktor-faktor ini dapat meningkatkan

19
atau menurunkan persepsi nyeri pasien, toleransi terhadap nyeri dan

mempengaruhi reaksi terhadap nyeri (Le Mone & Burke, 2008; Czarnecki et

al., 2011). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi reaksi nyeri tersebut

antara lain:

a. Usia

Usia dalam hal ini merupakan variabel yang penting yang

mempengaruhi nyeri terutama pada anak-anak (Potter & Perry, 2005).

Perbedaan tingkat perkembangan yang ditemukan antara kelompok umur ini

dapat mempengaruhi bagaimana anak bereaksi terhadap nyeri (Daniela et

al., 2010).

Penelitian Kenneth et al., (2006) menjelaskan bahwa perkembangan

usia anak mempengaruhi makna nyeri dan ekspresi yang dimunculkan. Usia

bayi memberikan respon nyeri dengan menangis dan lebih mudah

ditenangkan kembali dengan dipeluk oleh orang tuanya, usia prasekolah

memiliki sifat egosentris dalam pemikirannya dan percaya bahwa semua

kejadian dan sensasi berasal dari dunia internal mereka. Anak prasekolah

memiliki sedikit pemahaman tentang sebab nyeri yang dirasakan, seringkali

terjadi kesalahpahaman arti dan penyebab sakit. Usia prasekolah

membutuhkan penjelasan yang berulang kali dan diyakinkan bahwa

prosedur dan pengalaman yang menyakitkan bukan merupakan hukuman

untuk perilaku buruk. Respon nyeri pada anak usia sekolah sering berupa

penolakan dengan menggerakan daerah yang menyakitkan. Anak usia

sekolah memberikan respon fisik berupa tangan mengepal, gigi terkatup,

20
dan dahi berkerut. Secara bertahap, anak usia sekolah mampu berfikir lebih

logis dan wajar, dapat di ajak kerja sama dan cenderung berorientasi

menjadi sebuah prestasi bagi dirinya. Usia remaja mampu berpikir abstrak

dan memiliki pemahaman tentang hubungan sebab akibat. Bagaimana

proses sosialisasi remaja mempengaruhi pengalaman nyeri tetap memahami

dalam konsep nyeri, peran kelompok sangat berpengaruh. Anak remaja

kadang menyangkal rasa sakit di hadapan keluarga atau teman sebaya.

b. Jenis Kelamin

Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam

berespon terhadap nyeri. Toleransi terhadap nyeri dipengaruhi faktor- faktor

biokimia dan merupakan hal yang unik pada individu tanpa memperhatikan

jenis kelamin (Potter & Perry, 2005). Karakteristik jenis kelamin dan

hubungannya dengan sifat keterpaparan dan tingkat kerentanan memegang

peranan tersendiri. Anak-anak belajar bahwa terdapat perbedaan antara laki-

laki dan perempuan dalam mengekspresikan nyeri dimana anak perempuan

boleh pulang ke rumah sambil menangis ketika lututnya terluka, sedangkan

anak laki-laki diberitahu untuk berani dan tidak menangis (Taylor et al.,

2008).

Beberapa penelitian menjelaskan perbedaan antara anak laki- laki dan

perempuan tidak terlalu berpengaruh terhadap respon nyeri, dalam penelian

tersebut lebih menjelaskan perbedaan jenis kelamin hanya karena

sensitivitas, pengalaman ekspresi, dan kondisi situasional yang

mempengaruhi dan bagaimana anak menanggapi nyeri (Mathew, 2003).

21
Penelitian Logan et al., (2004) dan Loeser et al., (2008) pada usia remaja

menjelaskan adanya perbedaan respon nyeri antara anak remaja laki-laki

dan perempuan dimana hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa anak

perempuan memiliki skor intensitas nyeri tinggi, tetapi penelitian tersebut

tidak menunjukkan perbedaan jenis kelamin dalam penggunaan obat pereda

nyeri sejenis opioid setelah tindakan operasi.

c. Pengalaman Nyeri Sebelumnya

Pengalaman sebelumnya berpengaruh terhadap persepsi seseorang

tentang nyeri. Pengalarnan individu dengan nyeri yang dialami, makin takut

individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan diakibatkan

oleh nyeri tersebut. Umumnya, orang yang sering mengalami nyeri dalam

hidupnya, cenderung mengantisipasi terjadinya nyeri yang lebih hebat

(Schmitz et al, 2012).

Penelitian Noel et al., (2012), meneliti pengaruh pengalaman anak-

anak untuk stimulus nyeri baru pada pengalaman nyeri berikutnya.

Penelitian melibatkan 110 anak yang sehat (60 anak laki- laki, 50

perempuan) berusia 8 sampai 12 tahun, dengan kriteria anak yang

mempunyai pengalaman operasi dan pernah dilakukan venipuncture,

pengalaman nyeri minimal 1 tahun yang lalu, kemudian dilakukan

wawancara pengalaman nyeri yang pernah dialami, dan diobservasi ekspresi

wajah yang muncul pada anak yang dilakukan wawancara. Hasil

menunjukkan pengalaman nyeri sebelumnya pada anak-anak berhubungan

dengan rasa takut dari waktu ke waktu dan mempengaruhi pengalaman

22
nyeri yang baru.

23
d. Lingkungan dan Dukungan Orang Terdekat

Lingkungan dan kehadiran dukungan keluarga juga dapat

mempengaruhi nyeri seseorang. Banyak orang yang merasa lingkungan

pelayanan kesehatan yang asing, khususnya cahaya, kebisingan, aktivitas

yang sama di ruang perawatan intensif, dapat menambah nyeri yang

dirasakan (Craig et al., 2006). Penelitian Ozcetin, et al. (2011). Melakukan

penelitian pada 135 anak dengan rentang usia 3-6 tahun akan dilakukan

tindakan venipuncture di klinik rawat jalan anak. Penelitian dilakukan

secara acak menjadi dua kelompok, kelompok pertama kelompok yang

didampingi oleh orang tua, dan kelompok kedua hanya didampingi oleh

anggota staf rumah sakit. Penilaian skor nyeri menggunakan Wong-Baker

FACES. Hasil penelitian diperoleh usia rata-rata kasus dengan didampingi

orang tua mereka adalah usia 4,19 sampai dengan 1,23 tahun. Usia rata-rata

kasus dengan didampingi petugas rumah sakit adalah 4,36 sampai dengan

1,41 tahun. Selama prosedur venipuncture dilakukan pengukuran tanda

vital; frekuensi pernafasan dan denyut jantung. Selama prosedur

venipuncture rata-rata nyeri anak pada kelompok 2 diperoleh Wong-Baker

skor lebih tinggi 3 kali dari pada kelompok 1, secara statistik signifikan

(p<0,05). Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa kehadiran orangtua

memiliki pengaruh efek yang positif pada toleransi sakit anak.

5. Efek Yang Ditimbulkan Oleh Nyeri

Efek nyeri pada setiap individu hampir sama baik pada dewasa ataupun

pada anak-anak, efek yang ditimbulkan oleh nyeri terdiri dari :

24
a. Tanda dan gejala fisik

Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada pasien yang berupaya

untuk tidak mengeluh atau mengakui ketidaknyamanan. Sangat penting

untuk mengkaji tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik termasuk

mengobservasi keterlibatan saraf otonom. Respon fisiologis nyeri akut

meliputi perubahan denyut jantung, tekanan darah, dan ftekuensi

pernapasan yang meningkat.

b. Efek perilaku

Pasien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah dan

gerakan tubuh yang khas dan berespon secara vokal serta mengalami

kerusakan dalam interaksi sosial. Pasien seringkali meringis,

mengernyitkan dahi, menggigit bibir, gelisah, imobilisasi, mengalami

ketegangan otot, melakukan gerakan melindungi bagian tubuh sampai

dengan menghinndari percakapan, menghindari kontak sosial dan hanya

fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri.

c. Pengaruh Pada Aktivitas Sehari-hari

Pasien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu

berpartisipasi dalam aktivitas rutin, seperti mengalami kesulitan dalam

melakukan tindakan higiene normal dan dapat menganggu aktivitas social.

6. Pengkajian Nyeri

Menurut Twycross, Dowden & Bruce (2009) , alat pengkajian nyeri

dapat dibagi menjadi beberapa, yaitu:

25
a. Skala nyeri wajah

Skala peringkat dapat berkisar antara 0 pada satu titik ekstim dan 10

pada titik ekstrim lainnya. Skala nyeri dinilai berdasarkan ekspresi anak.

Angka 0 diartikan sebagai perasaan tidak nyeri. Angka 1 sampai 3

diartikan sebagai nyeri ringan. Lebih dari Angka 3 sampai 7 diartikan

sebagai nyeri sedang. Lebih besar dari angka 7 sampai 9 diartikan nyeri

yang berat dan lebih dari angka 9 sampai 10 diartikan nyeri yang sangat

hebat (Supartini, 2002).

Gambar 2.6, Skala nyeri wajah

b. Verbal Rating Scale (VRS)

Skala ini menggunakan angka-angka 0 sampai 10 untuk

menggambarkan tingkat nyeri. Dua ujung ekstrem juga digunakan pada

skala ini, sama seperti pada VAS atau skala reda nyeri. Skala verbal

menggunakan kata-kata dan bukan garis atau angka untuk

menggambarkan tingkat nyeri. Skala yang digunakan dapat berupa tidak

ada nyeri, sedang, parah. Hilang/atau redanya nyeri dapat dinyatakan

sebagai sama sekali tidak hilang, sedikit berkurang, cukup berkurang,

baik/atau nyeri hilang sama sekali. Karena skala ini membatasi pilihan

kata pasien, skala ini tidak dapat membedakan berbagai tipe nyeri.

26
Gambar 2.7 Verbal Rating Scale (VRS )

c. Skala Analogi Visual (VAS)

Skala analogi visual sangat berguna dalam mengkaji intensitas nyeri.

Skala tersebut adalah berbentuk garishorizontal sepanjang 10 cm, dan

ujungnya mengindikasikan nyeri yang berat. Pasien diminta untuk

menunjuk titik pada garis yang menunjukkan letak nyeri terjadi di

sepanjang rentang tersebut. ujung kiri biasanya menunjukkan “tidak

ada” atau “tidak nyeri”, sedangkan ujung kanan biasanya menandakan

“berat” atau nyeri yang paling buruk. Untuk menilai hasil, sebuah

penggaris diletakkan sepanjang garis dan jarak yang dibuat pasien pada

garis dari “tidak ada nyeri “ diukur dan ditulis dalam sentimeter.

Gambar 2.8 Skala Analogi Visual (VAS): Nursalam (2008)

c. Skala FLACC

FLACC digunakan untuk menilai reaksi perilaku terhadap rasa nyeri

untuk bayi dan anak-anak dengan rentang umur 2 bulan sampai 7 tahun.

Skala ini digunakan kepada yang tidak dapat mengekspresikan rasa nyeri

mereka sendiri dan dengan klien yang tidak bisa mengomunikasikan

27
nyerinya secara verbal. Skala FLACC mengakses lima bidang perilaku

(ekspresi wajah anak, posisi kaki, aktivitas, menangis, dan konsolabilitas)

dengan skor mulai dari 0 hingga 2 untuk setiap kategori. Skor 1-3 kategori

nyrti ringan, skor 4-6 dikategorikan nyeri sedang, skor 7-10 dikategorikan

nyeri berat (Gedam et al, 2013).

C. Teori Asuhan Keperawatan CHF

Asuhan Keperawatn CHF menurut (Muttaqin, 2012)

1. Pengkajian

a. Identitas klien

1) Nama

2) Usia

3) Alamat

4) Jenis kelamin

5) Agama

6) Status

b. Riwayat keperawatan sekarang

Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dengan melakukan

serangkaian pertanyaan tentang kronologis keluhan utama. Pengkajian yang

di dapat dengan adanya gejala – gejala kongesti vaskular pulmonal adalah

dispnea, ortopnea, dipsnea nokturnal paroksimal, batuk, dan edema

pulmonal akut. Pada pengkajian dispnea (di karakteristikan oleh

pernapasan cepat, dangkal, dan sensasi sulit dalam mendapatkan udara

yang cukup dan menekan klien) apakah menggagu aktivitas lainnya seperti

28
keluhan tentang insomnia, gelisah, atau kelemahan yang disebabkan oleh

dispnea (Muttaqin, 2012).

c. Riwayat Personal dan Keluarga

Riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan karena mendukung

dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada

khas infark miokardium, hipertensi, DM, dan hiperlipidemia. Tanyakan

mengenai obat obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu yang

masih relevan. Obat – obat ini meliputi obat diuretik, nitrat, penghambat

beta, serta oabat oabat anti hipertensi. Catat adanya efek samping yang

terjadi di masa lalu, dan tanyakan adanya alergi obat, tanyakan reaksi alergi

apa yang timbul. Sering kali klien mengacaukan suatu alergi dengan efek

samping obat (Muttaqin, 2012).

d. Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan

Menanyakan situasi tempat berkerja dan lingkungannya. Kebiasaan

sosial : menanyakan kebiasaan dalam pola hidup, misalnya minum alkohol,

atau obat tertentu.

Kebiasaan merokok : menanyakan tentang kebiasaan merokok, sudah

berapa lama, berapa batang sehari, dan jenis rokok. (Muttaqin, 2012).

e. Pengkajian Psikososial

Kemungkinan hasil pemeriksaan psikososial yang tampak pada klien

yaitu: Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenisasi

jaringan, stres akibat kesakitan bernapas, dan pengetahuan bahwa jantung

tidak berfungsi dengan baik. Penurunan lebih lanjut dari curah jantung

29
dapat disertai insomnia atau kebingungan. Terdapat perubahan integritas

ego didapatkan klien menyangkal, takut mati, perasaan ajal sudah dekat,

marah pada penyakit yang perlu, khawatir dengan keluarga, kerja, dan

keuangan. Tanda : menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata,

gelisah, marah, prilaku menyerang, fokus pada diri sendiri. Interaksi sosial :

stress karena keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi, kesulitan

koping dengan stresor yang ada.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri Akut

1) No. Diagnosa : D.0077

2) Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan, jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak

atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung

kurang dari 3 bulan (SDKI, 2016).

3) Kategori : Psikologis

4) Sub Kategori : Nyeri Dan Kenyamanan

b. Intoleran Aktivitas.

1) No. Diagnosa : D.0056

2) Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas

sehari-hari.

3) Kategori : Fisiologis

4) Sub Kategori : Aktivitas Dan Istrahat.

30
3. Rencana Keperawatan
SDKI SLKI SIKI
Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
D.0077 asuhan keperawatan Observasi
Definisi: 3x24 jam diharapkan 1. Identifikasi Skala
Pengalaman sensorik integritas kulit Nyeri.
atau emosional yang meningkat dengan Terapeutik
berkaitan dengan kriteria hasil: 1. Berikan teknik
kerusakan, jaringan 1. Menarik diri (5) nonfarmakologis untuk
aktual atau fungsional, 2. Perasaan Depresi mengurangi rasa nyeri
dengan onset mendadak (tertekan) (5) (mis. TENS, hypnosis,
atau lambat dan 3. Berfokus Pada akupresur, terapi
berintensitas ringan Diri Sendiri (5) music, biofeedback ,
hingga berat yang 4. Proses Pikir (5) terapi pijat,
berlangsung kurang dari 5. Ketengangan Otot aromaterapi, imajinasi
3 bulan. (5) terbimbing, kompres
6. Dioforesis (5) hangat/dingin, terapi
7. Anoreksia (5) bermain).
2. kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
3. Fasilitasi istrahat tidur.
Intoleran Aktivitas Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
D.0056 asuhan keperawatan Observasi
Definisi: 3x24 jam diharapkan 1. Monitor tanda
Ketidakcukupan energy tingkat infeksi kelelahan fisik.
untuk melakukan menurun dengan Terapeutik
aktivitas sehari-hari. kriteria hasil: 1. Berikan Aktivitas
1. Saturasi Oksigen Distraksi yang

31
(5) menyenangkan.
2. Perasaan Lemah 2. Fasilitasi duduk di
(5) tempat tidur, jika tidak
3. Aritmia Saat dapat berpindah atau
Aktivitas (5) berjalan.
4. Tekanan Darah (5)
5. FrekuensiNapas
(5)
6. EKG Iskemia (5)
Sumber: SDKI, SLKI & SIKI 2016

D. Teori Keperawatan Lidya E. Hell

1. Biografi

Lidya E. Hall dilahirkan pada tanggal 21 September 1906 di kota

newyork dan wafat pada tanggal 27 Februari 1969.

Tiga teori lingkaran keperawatan E. Hall :

a. Lingkaran kepedulian (care)

Perawat yang professional akan menyiapkan berbagai kebutuhan pasien.

Ketika kepedulian (care) berfungsi, maka perawat mengimplementasikan

pengetahuan alami biologi yang mendasari kuatnya ilmu keperawatan.

Suasana yang nyaman pada diri pasien seharusnya diciptakan perawat,

hingga pasien dapat menganggap perawat dapat menghibur dan

menghadirkan rasa nyaman.

32
b. Lingkaran inti (core)

Perawat dapat membantu pasien untuk mengungkapkan perasaan atau

penyakit yang dialaminya pada pelaksanaan hubungannya. Intinnya dalam

hal ini bahwa perawat harus mempunyai kepedulian dalam upaya

penyembuhan pasiennya. Perawat yang professional dengan

mempergunakan tehnik berhubungan atau strategi berhadapan langsung

dengan pasien yang berguna untuk melihat stasus kesehatan pada masa

sekarang dan masa yang akan datang.

c. Lingkaran keperawatan (cure)

Kepedulian perawat terhadap pasienya yang didasarkan pada ilmu

pengetahuan dan cara pengobatan penyakit, sehingga tidak hanya peduli,

berhadapan langsung dengan pasien, tetapi juga acara merawat pasiennya.

Perawat yang professional ialah perawat yang mampu membantu pasien agar

sembuh dengan cepat sehingga dapat membuat ringan beban dari keluarga.

E. Aplikasi Teori Keperawatan pada Asuhan Keperawatan

Teori keperawatan Lidya E. Hall terdapat area yang membatasi

penerapan dan cara perawat melakukan kepedulian pada pasien berupa:

a. Langkah suatu penyakit

b. Dalam proses penyembuhannya, pasien memerlukan perhatian yang lebih dari

perawat.

c. Masalah terkait umur

33
d. Faktor pembatasan adalah sebuah uraian bagaimana cara membantu seseorang

kearah yang lebih mengerti perihal kesehatan. Keluarga juga berada dalam

lingkaran perawatan (care, core, cure).

Akhirnya, Teori Hall hanya diperuntukkan pada individu atau seseorang yang

sedang sakit. Ini tidak akan menunjukkan bahwa keperawatan berkaitan

langsung dengan kondisi kesehatan individu, keluarga dan masyarakat serta

menghilangkan konsep tentang kesehatan dan pelayanan kesehatan untuk

pencegahan suatu penyakit. Seorang pasien terbentuk oleh bagian-bagian yang

salih tumpeng-tindih, yakni: manusia (inti), status patologis dan pengobatan

(penyembuhan) dan tubuh perawatan. Perawat berposisi sebagai pemberi

perawatan (Care Giver).

F. Aplikasi Evidance Based Nursing

1. Judul Penelitian

“Distraksi menonton efektif menurunkan nyeri ringan pasien Congestive

Heart Failure (CHF)”

2. Penulis

Djamil, dkk.

3. Analisis PICOS

a. P (Problem, Populasi, Patient)

Pasien dengan gagal jantung membutuhkan penatalaksanaan baik

farmakologis maupun non farmakologis dengan tujuan memperbaiki

perburukan kondisi, penyebab, perbaikan hemodinamik, menghilangkan

kongesti paru dan perbaikan oksigenasi jaringan. Gagal jantung akut yang

34
berat merupakan kondisi emergensi yang memerlukan penatalaksanaan

yang tepat termasuk mengetahui penyebab, perbaikan hemodinamik, obat-

obatan yang digunakan seperti nitrat, angiotensin converting enzyme

inhibitor (ACEI), anti aritmia, diuretika, dan inotropik. Penatalaksanaan

keperawatan yang dilakukan seperti pemberian oksigenasi,

mempertahankan keseimbangan cairan, memperbaiki aktivitas istirahat,

berikan nutrisi yang adekuat, manajemen asupan natrium dan memperbaiki

eliminasi urine dan mengurangi rasa cemas.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien Di ruang tulip

Rumah Sakit Umum dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Responden

dalam penelitian ini sebanyak 60 pasien.

b. I (Intervention)

Penelitian menggunakan desain quasi eksperimental yaitu dengan

memberikan perlakuan kepada kelompok kasus berupa terapi

komplementer teknik distraksi menonton dan kelompok kontrol diberikan

teknik relaksasi nafas dalam. Populasi penelitian yaitu pasien CHF di ruang

Tulip Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hi. Abdul Moeloek sejumlah 60

responden. Sampel menggunakan tehnik Concecutuve sampling dimana

pengambilan data dilakukan terlebih dahulu pada kelompok kasus sampai

dengan besar sampel yang diinginkan tercapai, selanjutnya pengumpulan

data pada kelompok kontrol. Adapun kriteria insklusi penelitian yaitu

pasien CHF dengan nyeri ringan sampai sedang (skala nyeri 1-6).

35
c. (Comparasion)
Comparasion EBN
Peneliti Judul Metode Hasil Source

Djamil, dkk Distraksi quasy Telihat dari 30 Jurnal


2019 menonton efektif experimen responden pada Kesehatan
menurunkan nyeri t Pretest- kelompok sebelum
ringan pasien posttes dilakukan tindakan
Congestive Heart control distraksi menonton
Failure (CHF) group pada pasien CHF
design rata rata nilai skala
5, sedangkan
sesudah intervensi
distraksi menonton
didapatkan skala
nyeri 3.
Pada kelompok
kontrol dengan
dilakukan tidakan
secara bersama
yaitu tindakan
distrkasi menonton
dan tindakan tehnik
relasaksasi napas
dalam dengan hasil
sebelum dilakukan
tindakan distraksi
menonton dan
relaksasi napas
dalam rata rata nila
nyeri skala 5,
setelah dilakukan
intervensi distraksi
menonton dan
tehnik relaksasi
napas dalam rata
rata nilai nyeri 3.

36
d. O (Outcome)

Dari hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30

responden pada kelompok sesudah tindakan distraksi menonton pasien

CHF didapatkan ratarata nilai nyeri 3,57 dengan standar deviasi 0,976 nilai

nyeri minimal 2 dan nilai nyeri maksimal 5. Sedangkan untuk kelompok

relaksasi di peroleh data dari 30 responden pada kelompok sesudah

tindakan relaksasi pada pasien CHF didapatkan nilai rata-rata nyeri 3,57

dengan standar deviasi 0,787 nilai nyeri minimal 3.

e. S (Study Design)

Penelitian ini mengunakan rancangan Quasy Eksperiment dengan

desain Pre test – Post tes control group. Dari 60 responden peneliti

melakuan tindakan distraksi menonton dilihat dari sebelum dilakukan

tindakan dan sesudah dilakukan tindakan. Pada saat sebelum dilakukan

tindakan distraksi menonton peneliti menilai hasil tingkat nyeri dari

responden, kemudian mendokumentasikan hasil yang didaptkan dari

responden. Setelah itu peneliti melakuan tindakan keperawatn non

farmakologi yaitu distraksi menonton kepada responden dan mengukur atau

menilai tingkat nyeri kemudian mendokumentasikan hasil dari responden.

37
G. Standar Operasional Prosedur (SOP) Audio Visual
a. Standar Operasional Prosedur (SOP) Audio Visual Menurut (Widarto, 2017):
SOP DISTRAKSI AUDIO VISUAL

PENGERTIAN Suatu metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara


mengalihkan perhatian klien pada hal-hal yang lain
sehingga klien akan lupa terhadap nyeri yang di alami
TUJUAN 1. Mengurangi nyeri
2. Mengurangi rasa cemas
3. Menjadikan hati tentram
INDIKASI 1. Ketika mengalami nyeri
2. Ketika merasa cemas dan gelisah
KONTRA 1. Klien dengan tidak sadar
INDIKASI 2. Klien dengan tidak bisa melihat (buta)
3. Klien dengan tidak bisa mendengar (tuli)
 Distraksi audio visual
JENIS-JENIS - menonton tv
DISTRAKSI - menonton video
- menonton pertandingan
- imajinasi terbimbing

 Distraksi auditori
- Humor
- Mendengarkan musik

 Distraksi taktil
- Bernafas perlahan dan berirama
- Masasse
- Memegang mainan

38
 Distraksi intelektual
- Hobby ( menulis cerita )
TAHAP PRA 1. Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien
INTERAKSI 2. Siapkan alat-alat, pastikan yang akan di gunakan
lengkap
3. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
4. Cuci tangan
TAHAP 1. Berikan salam dan perkenalkan diri
ORIENTASI 2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan
kepada klien dan keluarga
TAHAP KERJA 1. Berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya
sebelum kegiatan di lakukan
2. Menanyakan keluhan utama pasien
3. Jaga privasi klien, memulai kegiatan dengan cara
yang baik
4. Bantu klien untuk memilih posisi yang nyaman
5. Menyalakan tv
6. Dekatkan dvd / dapat dengan menggunakan
flasdisk
7. Pilih file distraksi audio visual yang akan di
berikan kepada klien
8. Putar file terapi audio visual
9. Pastikan volume sesuai dan tidak terlalu keras
TAHAP Evaluasi Tingkat Nyeri
EVALUASI

39
40

BAB III
METODE

A. DESAIN PENELITIAN

Desain KIAN ini menggunakan metode Deskriptif analitik yaitu untuk

mendapatkan Penerapan distraksi menonton terhadap penurunan tingkat nyeri

pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) Di ruangan ICCU RSUP Prof. Dr.

R. D. Kandou Manado. Penelitian yang bersifat Deskriptif merupakan penelitian

yang bertujuan untuk menjelaskan, memberi suatu nama, situasi atau fenomena

dalam menemukan ide baru serta gambaran secermat mungkin mengenai suatu

individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu (Nursalam, 2016).

B. PENETAPAN SAMPEL

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Nursalam, 2016). Sampel

dalam KIAN ini 4 orang.

C. LOKASI DAN WAKTU

Lokasi penelitian yaitu di Ruang ICCU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari 2022.

D. METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel dengan Total Sampling.

Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan populasi (Sugiyono, 2011).


Menurut Hidayat (2014) tehnik pengumpulan data yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data atau kesimpulan fakta yang dikumpulkan

secara langsung pada saat berlangsungnya penelitian. Data primer dalam

penelitian ini adalah data yang diambil dari subyek peneliti yang diukur

dengan lembar observasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang ada di rekam medis pasien, literatur

yang relevan dan sumber lain yang mendukung penelitian ini.

41
42

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Identitas

Tabel 4.1
Identitas Pasien
Pengkajian Responden
Identitas Pasien
Nama Tn. M.U.P Tn S.D Ny E.B Tn. H.T
Umur 61 tahun 53 tahun 85 tahun 55 Tahun
Jenis
Laki-laki Laki-Laki Perempuan Laki-laki
Kelamin
Agama Kristen Kristen Kristen Kristen
Pendidikan SMP SMA SD SMA
Pekerjaan Swasta Wiraswasta IRT Swasta
Suku Bangsa Minahasa Minahasa Minahasa Minahasa
Status
Menikah Menikah Janda Menikah
Perkawinan
Sulawesi Sulawesi Sulawesi Sulawesi
Alamat Utara, Kota Utara, Utara, Utara,
Manado Manado Manado Manado
Congestive Congestive Congestive
Congestive
Diagnosa heart heart heart
heart failure
Medis failure failure failure
(CHF)
(CHF) (CHF) (CHF)
Identitas Penanggung Jawab
Nama Ny. AS Ny. Y.P Tn. AP Ny. I.D
Umur 58 tahun 51 tahun 32 tahun 47 tahun
Jenis
Perempuan Perempuan Laki-Laki Perempuan
Kelamin
Agama Kristen Kristen Kristen Kristen
Pendidikan SMA SMA Sarjana SMA
Pekerjaan IRT IRT Swasta IRT
Sulawesi Sulawesi Sulawesi Sulawesi
Alamat Utara, Kota utara, utara, utara,
Manado Manado Manado Manado
Hubungan dg Istri Istri Anak Istri
klien
Sumber : Data Primer, 2022

2) Pengkajian Primer

Tabel 4.2
Pengkajian Primer
Pengkajian Responden
Primer Tn. M.U.P Tn S.D Ny E.B Tn. H.T
Terpasang Terpasang Terpasang Terpasang
A NRM NRM NRM NRM
10lpm 10lpm 10lpm 10lpm
Terpasang Terpasang Terpasang Terpasang
NRM NRM NRM NRM
B
10lpm, RR 10lpm, RR 10lpm, RR 10lpm, RR
24x/m. 26x/m 24x/m 25x/m
TD: TD: TD: 160/80 TD: 150/90
160/100 170/100 mmHg, N: m mHg, N:
C mmHG, mmHg, N: 110x/m, 120x/m,
nadi: 118x/m, akral hangat akral hangat
112x/m akral hangat
Kesadaran: Kesadaran : Kesadaran : Kesadaran :
D Compos Compos Compos Compos
mentis mentis mentis mentis
Sumber : Data Primer, 2022

3) Riwayat Kesehatan

Tabel 4.3
Riwayat Kesehatan
Riwayat Responden
Kesehatan Tn. M.U.P Tn S.D Ny E.B Tn. H.T
Keluhan Nyeri dada Nyeri dada Nyeri dada Nyeri dada
Utama sebelah kiri sebelah kiri sebelah kiri sebelah kiri
Riwayat Klien Klien Klien Klien
Keluhan masuk masuk masuk masuk
Utama rumah sakit rumah sakit rumah sakit rumah sakit
dengan dengan dengan dengan
keluhan keluhan keluhan keluhan
nyeri dada nyeri dada nyeri dada nyeri dada
sebelah kiri, kiri kiri kiri, nyeri
nyeri dirasakan menjalar dirasakan
dirasakan menjalar kebelakang, seperti
seperti sampai ke nyeri ditusuk
terbakar, leher, klien dirasakan tusuk, nyeri
klien mengeluh seperti di rasakan

43
mengatakan nyeri ditumbuk, hilang
nyeri dirasakan klien timbung,
dirasakan seperti mengeluh klien
setiap 5 ditusuk nyeri hilang mengeluh
menit, skala tusuk, klien timbul, nyeri setiap
nyeri 7 (0- mengeluh klien 15 meit,
10), wajah durasi nyeri mengelu skala nyeri
klien terus nyeri 6 (0-10),
tampak menerus, dirasakan klien
meringis, skala nyeri setiap 10 tampak
klien 6 (0-10), menit, skala sesak
mengatakan klien nyeri 7 (0-
sesak napas, tampak 10), klien
klien sesak napas juha
tampak mengeluh
sesak sesak napas
Pasien
merupakan - - -
-
pasien
rujukan dari
Faktor Hipertensi Hipertensi -
Hipertensi
pencetus
Lamanya
4 hari 1 Minggu 1 Minggu 2 hari
keluhan
Mendadak / Mendadak Mendadak Mendadak Mendadak
Bertahap
Faktor yang Saat Saat klien Saat klien Saat klien
memperberat beraktivitas beraktivitas beraktivitas beraktivitas
Sumber : Data Primer, 2022

4) Riwayat Kesehatan LalTabel 4.4

Riwayat Kesehatan Lalu


Riwayat Responden
Kesehatan
Tn. M.U.P Tn S.D Ny E.B Tn. H.T
Lalu
- -
- - -
Alergi - - - -
Kebiasaan - - - -
Obat-obatan
yang sering - - - -
digunakan
Sumber : Data Primer, 2022

44
Genogram

a) Genogram Tn. M.U.P

Gambar 4.1
Genogram Tn. M.U.P

Laki-laki Meninggal
Perempuan
Klien

b) Genogram Tn S.D

Gambar 4.2
Genogram TnS.D

45
c) Genogram Ny E.B

Gambar 4.3
Genogram Ny E.B

d) Genogram Tn. H.T

Gambar 4.4
Genogram Tn. H.T

46
Sumber: Data Primer, 2022

5) Aktivitas dan latihan (ADL)

Tabel 4.5
Aktivitas dan latihan (ADL)
Aktivitas Responden
dan latihan
Tn. M.U.P Tn S.D Ny E.B Tn. H.T
(ADL)
Pola Nutrisi
Berat badan 65 kg 55 kg 75 kg 60 kg
Tinggi 169 cm 163 cm 170 cm 163 cm
badan
5 kali sehari 5 kali sehari 5 kali sehari 5 kali sehari
Frekuensi (jam 06.00, (jam 06.00, (jam 06.00, (jam 06.00,
makan 10.00,14.00, 10.00,14.00, 10.00,14.00, 10.00,14.00,
18.00,22.00) 18.00,22.00) 18.00,22.00) 18.00,22.00)
Jenis Susu dan air Susu dan air Susu dan air Susu dan air
makanan putih putih putih putih
Tidak Tidak Tidak Tidak
mengalami mengalami mengalami mengalami
Berat badan penurunan penurunan penurunan penurunan
6 bulan dan dan dan dan
terakhir kenaikan kenaikan kenaikan kenaikan
berat badan berat badan berat badan berat badan
yang berarti yang berarti yang berarti yang berarti
Pola
Buang air besar
Eliminasi:
Frekuensi 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali
Tidak Tidak Tidak Tidak
Waktu
menentu menentu menentu menentu
Warna Kuning Kuning Kuning Kuning
Konsistensi Lembek Lembek Lembek Lembek
Kesulitan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Pola
Elimi Buang air kecil
nasi::
Klien Klien Klien Klien
terpasang terpasang terpasang terpasang
Kateter Kateter Kateter Kateter
Frekuensi
Urine. Jam Urine. Jam Urine. Jam Urine. Jam
14.00 = 250 14.00 = 50 14.00 = 500 14.00 =
cc. cc. cc. 1500 cc.
Warna Kuning Kuning Kuning Kuning
Pola tidur dan istirahat

47
Klien tidur
Klien Klien Klien
siang hanya
istrahat tidur istrahat tidur istirahat
Lama tidur 2 jam, klien
hanya di 6-8 jam / tidur 6-7
tidur malam
malam hari hari jam/ hari
5 jam
6 jam
Pola aktivitas dan latihan
Klien Klien
Kegiatan Klien hanya Klien
bekerja bekerja
dalam ibu rumah bekerja
sebagai sebagai
pekerjaan tangga swasta
Petani Penambang
Bersama Bersama Bersama Bersama
Kegiatan di
keluarga keluarga keluarga keluarga
waktu luang
dirumah dirumah dirumah dirumah
Pola Bekerja
Jenis
Swasta Swasta IRT Swasta
Pekerjaan
Lama
18 tahun 5 tahun - 4 tahun
Bekerja
Sumber : Data Primer, 2022

6) Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.6
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaa Responden
n Fisik Tn. M.U.P Tn S.D Ny E.B Tn. H.T
Kepala
Kepala
Kepala Kepala
tampak
Kepala tampak tampak
simetris,
Inspeksi tampak simetris, simetris,
tidak ada
simetris tidak ada tidak ada
benjolan,.
benjolan benjolan
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
lesi tidak lesi tidak lesi tidak lesi tidak
Palpasi
ada nyeri ada nyeri ada nyeri ada nyeri
tekan tekan tekan tekan
Mata
Fungsi
Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji
Penglihatan
Palpebra Tertutup Tertutup Tertutup Tertutup
Ukuran
4 5 5 4
pupil

48
Reaksi
Isokor Isokor Isokor Isokor
cahaya
Tidak Tidak
Konjungtiva Anemis Anemis
anemis Anemis
Tampak Tampak Tampak Tampak
Sklera
putih putih putih putih
Telinga
Fungsi
Pendengara Baik Baik Baik Baik
n
Fungsi
keseimbang Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji
an
Hidung dan sinus
Terp Terp
Terpansang Terpansang ansa ansa
Inspeksi
NGT NGT ng ng
NGT NGT
Pembengka
kan - - - -

Mulut dan tenggorokan


Mulut Mulut Mulut Mulut
Inspeksi bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak
ada lesi ada lesi ada lesi. ada lesi
Keadaan
Bersih Bersih Bersih Bersih
gigi
Keadaan
Tampak Tampak Tampak Tampak
membran
kering kering kering kering
mukosa
Thoraks
Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
dada dada dada dada
tampak tampak tampak tampak
Inspeksi simetris, simetris, simetris, simetris,
kempang kembang kembang kembang
kempis dada kempis dada kempis dada kempis dada
normal normal normal normal
Tidak teraba Tidak teraba Tidak teraba Tidak teraba
Palpasi adanya adanya adanya adanya
massa massa massa massa
Terdengar Terdengar Terdengar Terdengar
Perkusi Paru
redup redup sonor sonor
Perkusi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Jantung pembengka pembengka pembengka pembengka

49
kan jantung kan jantung kan jantung kan jantung
Auskultasi
Vasikuler Vasikuler Vasikuler Vasikuler
Paru
Frekwensi
112x/m 118x/m 110x/m 120x/m
nadi
Sa O2 98% 99% 98-99% 100%
160/8
Tekanan 160/100 170/100 150/90
0mm
darah mmHg mmHg mmHg
Hg
Suhu tubuh 36,2°C 36,7°C 37,1°C 37,5°C
Bibir / kuku Bibir / kuku Bibir / kuku Bibir / kuku
Sianosis tampak tampak tampak tampak
pucat pucat pucat pucat
Turgor Baik Baik Baik Baik
Punggung
Punggung Punggung
Punggung Punggung
Nampak Nampak
Inspeksi Nampak Nampak
kemerahan kemerahan
lembab lembab
dan lembab dan lembab
Abdomen
Tampak Tampak Tampak Tampak
Inspeksi
simetris, simetris simetris simetris
Bising usus Bising usus Bising usus Bising usus
Auskultasi
(+) (+) (+) (+)
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Palpasi
nyeri tekan. nyeri tekan. nyeri tekan. nyeri tekan.
Tidak Tidak Tidak Tidak
tampak ada tampak ada tampak ada tampak ada
Perkusi
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
hepar hepar hepar hepar
Jenis diet TPTK TPTK TPTK TPTK
Pengeluaran
- - - -
NGT
Ekstremitas
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Inspeksi
edema edema edema edema
Akral Hangat Dingin Hangat Dingin
Kekuatan 4 4 4 4 3 3 4 4
Otot 4 4 4 4 3 3 3 3
Sumber : Data Primer, 2022

50
7) Pemeriksaan Penunjang

Hasil Laboratorium

Tabel 4.8
Hasil Laboratorium
Hasil
Parameter
Tn. M.U.P Tn S.D Ny E.B Tn. H.T
HB 10,1 gr/dl 11,2 gr/dl 11,8 gr/dl 12
SaO2 100% 94% 100% 100%
Leukosit 7,8/ul 8,1 /ul 7,2 /ul 9,1 /ul
GDS 121 g/dl 115 g/dl 138 gr/dl 110 g/dl
Sumber : Medical Record RSUP Prof Dr R. D. Kandou Manado, 2022

8) Terapi

Tabel 4.9
Terapi
Hasil
Terapi
Tn. M.U.P Tn S.D Ny E.B Tn. H.T
1. CPG 1x1 1. Vit C 1. Vit C 1. Vit C
2. B Com z 200mg/8 200mg / 8 200mg / 8
1x1 jam jam jam
3. Candesarta 2. Vit 2. Vit 2. Vit
n 1x8mg B1B6B12 B1B6B12 1 B1B6B12
4. ISDN 1 tab/8 tab / 8 jam 1 tab / 8
Oral
3x5mg jam 3. CPG 1x1 jam
3. CPG 1x1 4. Candesarta 3. Amlodipin
4. Amlodipi n 1x8 mg 1x5mg
n 1x10mg 5. ISDN 4. CPG 1x1
5. ISDN 3x5mg 5. ISDN
3x5mg 3x5mg
1. IVFD Nacl 1. IVFD 1. IVFD Nacl
0,9% 20 Nacl 0,9 1. Ranitidin 0,9% 20
tpm 2. Ranitidin 50 mg/ 12 tpm
Parentera 2. Omeprazol 50 jam 2. Omeprazol
l e 1x40mg mg/12jam 2. NaCL e 1x40 mg
0,9%/ 8j
jam via
Infus Pump
Sumber : Medical Record RSUP Prof Dr R. D. Kandou Manado, 2022

51
b. Pengkajian Keperawatan Teori Human to Human Travelbee

1) Personal/Orang

Tabel 4.10
Pengkajian Personal
Responden
Personal
Tn. M.U.P Tn S.D Ny E.B Tn. H.T
Interaksi/
- Nonverbal Nonverbal -
Komunikasi
Peran Tn. Peran Tn. Peran Ny Peran Tn. H.T
M.U.P S.D dalam E.B adalah dalam keluarga
dalam keluarga ibu adalah sebagai
keluarga adalah Kepala
Peran adalah Kepala keluarga.
sebagai keluarga
Kepala
Keluarga
dan Ayah
Stress Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji
Mekanisme Mekanisme Mekanisme Mekanisme
koping koping koping koping adaptif
Koping adaptif pada adaptif pada adaptif pada pada Istri dan
istri dan Istri dan Suami dan anak klien
anak klien anak klien anak klien
Sumber : Data Primer, 2022

2) Kesehatan

Tabel 4.11
Pengkajian Kesehatan
Responden
Kesehatan
Tn. M.U.P Tn S.D Ny E.B Tn. H.T
Status Fisik Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji
Status
Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji
Emosional
Status
Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji
Spiritual
Sumber : Data Primer, 2022

52
3) Lingkungan
Tabel 4.12
Pengkajian Lingkungan
Responden
Lingkungan
Tn. M.U.P Tn S.D Ny E.B Tn. H.T
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tidak ada jam
Keramaian jam besuk di jam besuk di jam besuk
besuk di
Pengunjung ruangan ruangan di ruangan
ruangan ICCU
ICCU ICCU ICCU
Klien Klien
Klien berada Klien berada
Suhu berada berada
diruangan diruangan ber-
Ruangan diruangan diruangan
ber-AC AC
ber-AC ber-AC
Ruangan Ruangan Ruangan
Ruangan
tertutup. tertutup. tertutup.
Ventilasi tertutup. Tidak
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Udara ada ventilasi
ventilasi ventilasi ventilasi
udara.
udara. udara. udara.
Terdapat Terdapat
Terdapat
sekat antar sekat antar
sekat antar
tempat tidur, tempat Terdapat sekat
tempat tidur,
Sekat tidur, Sekat antar tempat
Sekat
pembatas pembatas tidur, Sekat
pembatas
Sekat antar klien antar klien pembatas antar
antar klien
Ruangan berupa berupa klien berupa
berupa
kelambu kelambu kelambu untuk
kelambu
untuk untuk menjaga
untuk
menjaga menjaga privasi klien.
menjaga
privasi privasi
privasi klien.
klien. klien.
Sumber : Data Primer, 2022

53
c. Analisis Data

Tabel 4.13
Analisis Data
RESPONDEN DATA ETIOLOGI MASALAH
DS: Pencederaan Fisik Nyeri
- Klien mengeluh nyeri dada Akut
kiri
- Klien mengeluh nyeri seperti
terbakar
- Klien mengatakan nyeri
dirasakan setiap 5 menit
DO:
- Vital sign
TD: 160/100mmhg
SB: 36
N: 112x/m
R: 24x/m
- Klien tampak meringis
- Skala Nyeri 7 (0-10)
DS: Kecemasan Gangguan
Tn. M.U.P - Klien mengeluh sesak pola napas
napas tidak
- Klien mengeluh sesak efektif
pada saat beraktivitas
lebih

DO:
- R: 24x/m
- Klien tampak sesak

DS: - kelemahan; Intoleran


DO: ketidakseimbangan aktivitas
- ADL dibantutotal suplai O2 dengan
kebutuhan
DS: Kecemasan Nyeri akut
Tn S.D - Klien mengeluh nyeri dada
kiri menjalar sampai ke
leher,
- Klien mengeluh nyeri
seperti ditusuk tusuk
- Klien mengeluh durasi
nyeri terus menerus
DO:
- Vital Sign
TD: 170/100 mmHg

54
SB:
N:118x/m
R:24x/m
- Klien tampak meringis
- Skala nyeri 6 (0-10)
DS: Pola napas
- Klien mengeluh sesak tidak efektif
napas
- Klien mengeluh sesak
pada saat beraktivitas
lebih
DO:
- R: 26x/m
- Klien tampak sesak
DS: Pencederaan Fisik Nyeri Akut
- Klien mengeluh nyeri dada
kiri menjalar kebelakang
- Klien mengeluh nyeri
dirasakan seperti ditumbuk
- Klien mengeluh nyeri
hilang timbul
- Klien mengeluh nyeri setiap
10 menit
DO:
- Vital Sign
Ny E.B
TD: 160/80 mmHg
SB:
N:110x/m
R:26x/m
- Klien tampak meringis
- Skala nyeri 7 (0-10)
DS: Kecemasan Pola napas
- Klien mengeluh sesak tidak efektif
napas
- Klien mengeluh sesak
pada saat beraktivitas
lebih

DO:
- R: 24x/m
- Klien tampak sesak
DS: Pencederaan fisik Nyeri Akut
Tn. H.T - Klien mengeluh nyeri dada
kiri
- Klien mengelu nyeri
dirasakan seperti ditusuk

55
tusuk
- Klien mengeluh nyeri
dirasakan hilang timbul
- Klien mengeluh nyeri setiap
15 menit

DO:
- Vital Sign
TD: 150/90
SB:
N:120x/m
R:24x/m
- Klien tampak meringis
- Skala nyeri 6 (0-10)
DS: Kecemasan Polan napas
- Klien mengeluh sesak tidak efektif
napas
- Klien mengeluh sesak
pada saat beraktivitas
lebih

DO:
- R: 25x/m
- Klien tampak sesak

Sumber : Data Primer, 2022

d. Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.14
Diagnosa Keperawatan
RESPONDEN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tn. M.U.P 1. Nyeri akut
2. Gangguan pola napas tidak efektif
3. Intoleranaktivitas
1. Nyeri akut
Tn S.D
2. Pola napas tidak efektif
1. Nyeri akut
Ny E.B
2. Pola napas tidak efektif
1. Nyeri akut
Tn. H.T
2. Pola napas tidak efektif
Sumber : Data Primer, 2022

56
e. Rencana Keperawatan

Tabel 4.15
Rencana KeperawatanTn. M.U.P
Standar Diagnosa Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Keperawatan (SLKI) (SLKI)
Indonesia (SDKI)
(D. 0077) Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
selama 3x24 jam maka tautan nyeri meningkat Observasi
dengan kriteria hasil: - Identifikasi factor pencetus dan pereda nyeri
1. Melaporkan nyeri terkontrol meningkat - Monitor kualitas nyeri
2. Kemampuan mengenali onset nyeri - Monitor lokasi dan penyebaran nyeri
meningkat - Monitor intensitas nyeri dengan
3. Kemampuan menggunakan teknik menggunakan skala
nonfarmakologis meningkat - Monitor durasi dan frekuensi nyeri
4. Keluhan nyeri penggunaan analgesik Teraupetik
menurun - Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk
5. Meringis menurun mengurangi rasa nyeri
6. Frekuensi nadi membaik Edukasi
7. Pola nafas membaik - Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara
8.Tekanan darah membaik tepat

57
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat analgetik
Pola napas tidak Pola napas L.01004 Majamenen Jalan Napas (I.01011)
efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 Observasi
D.0005 jam diharapkan Pola napas membaik dengan 1. Monitor pola napas (frekwensi, kedalaman,
kriteria hasil: usaha napas)
1. Ventilasi semenit (5) 2. Monitor bunyi napas tambahan, mis
2. Kapasitas vital (5) gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering.
3. Tekanan ekspirasi (5) 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
4. Tekanan Inspirasi (5) Terapeutik
5. Frekwensi napas (5) 1. Posisikan semi fowler atau fowler
6. Kedalaman napas (5) 2. Berikan oksigen, jika perlu
3. Pertahankan kepatenan jalan napas degan
head-tilt, chin-lift, jaw thrust jika curiga
trauma servikal
4. Berikan minum hangat
5. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
6. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
7. Lakukan hiperoksigenasi sebelum

58
penghisapan endotrakeal
8. Keluarkan sumbatan benda padat dengan
konsep forsep McGill
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi
2. Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspertoran, mukolitik, jika perlu
Intoleransi Aktivitas. Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 Manajemen Energi
D.0056 jam diharapkan toleransi aktivitas meningkat Observasi
dengan kriteria hasil: 1. Monitor kelelahan fisik dan emosional.
1. Kemudahan dalam melakukan aktivitas Terapeutik
sehari-hari (5) 1. Lakukan latihan gerak pasif dan/atau aktif
2. Kekuatan tubuh bagian bawah (5)
Sumber : Data Primer, 2022

Tabel 4.15

59
Rencana Keperawatan Tn S.D
Standar Diagnosa
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
(SLKI)
Indonesia (SDKI)
(D. 0077) Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Nyeri
3x24 jam maka tautan nyeri meningkat dengan Observasi
kriteria hasil: - Identifikasi factor pencetus dan pereda nyeri
1. Melaporkan nyeri terkontrol meningkat - Monitor kualitas nyeri
2. Kemampuan mengenali onset nyeri - Monitor lokasi dan penyebaran nyeri
meningkat - Monitor intensitas nyeri dengan
3. Kemampuan menggunakan teknik menggunakan skala
nonfarmakologis meningkat - Monitor durasi dan frekuensi nyeri
4. Keluhan nyeri penggunaan analgesik
menurun Teraupetik
5. Meringis menurun - Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk
6. Frekuensi nadi membaik mengurangi rasa nyeri
7. Pola nafas membaik - Fasilitasi istirahat dan tidur
8.Tekanan darah membaik Edukasi
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Kolaborasi

60
- Kolaborasi pemberian obat analgetik

Pola napas tidak Pola napas L.01004 Majamenen Jalan Napas (I.01011)
efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 Observasi
D.0005 jam diharapkan Pola napas membaik dengan 1. Monitor pola napas (frekwensi, kedalaman,
kriteria hasil: usaha napas)
1. Ventilasi semenit (5) 2. Monitor bunyi napas tambahan, mis
2. Kapasitas vital (5) gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering.
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
3. Tekanan ekspirasi (5) Terapeutik
4. Tekanan Inspirasi (5) 1. Posisikan semi fowler atau fowler
5. Frekwensi napas (5) 2. Berikan oksigen, jika perlu
6. Kedalaman napas (5) 3. Pertahankan kepatenan jalan napas degan
head-tilt, chin-lift, jaw thrust jika curiga
trauma servikal
4. Berikan minum hangat
5. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
6. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15

61
detik
7. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
8. Keluarkan sumbatan benda padat dengan
konsep forsep McGill
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi
2.Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspertoran, mukolitik, jika perlu

Sumber : Data Primer, 2022

62
Tabel 4.15
Rencana Keperawatan Ny E.B
Standar Diagnosa Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Keperawatan (SLKI)
Indonesia (SDKI)
(D. 0077) Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Nyeri
3x24 jam maka tautan nyeri meningkat dengan Observasi
kriteria hasil: - Identifikasi factor pencetus dan pereda nyeri
1. Melaporkan nyeri terkontrol meningkat - Monitor kualitas nyeri
2. Kemampuan mengenali onset nyeri meningkat - Monitor lokasi dan penyebaran nyeri
3. Kemampuan menggunakan teknik - Monitor intensitas nyeri dengan
nonfarmakologis meningkat menggunakan skala
4. Keluhan nyeri penggunaan analgesik menurun - Monitor durasi dan frekuensi nyeri
5. Meringis menurun
6. Frekuensi nadi membaik Teraupetik
7. Pola nafas membaik - Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk
8.Tekanan darah membaik mengurangi rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur

63
Edukasi
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat analgetik
Pola napas tidak Pola napas L.01004 Majamenen Jalan Napas (I.01011)
efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam Observasi
D.0005 diharapkan Pola napas membaik dengan kriteria 1. Monitor pola napas (frekwensi, kedalaman,
Definisi: hasil: usaha napas)
1. Ventilasi semenit (5) 2. Monitor bunyi napas tambahan, mis
2. Kapasitas vital (5) gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering.
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
3. Tekanan ekspirasi (5) Terapeutik
4. Tekanan Inspirasi (5) 1. Posisikan semi fowler atau fowler
5. Frekwensi napas (5) 2. Berikan oksigen, jika perlu
7. Kedalaman napas (5) 3. Pertahankan kepatenan jalan napas degan
head-tilt, chin-lift, jaw thrust jika curiga
trauma servikal

64
4. Berikan minum hangat
5. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
6. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
7. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
8. Keluarkan sumbatan benda padat dengan
konsep forsep McGill
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi
2.Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspertoran, mukolitik, jika perlu
Sumber : Data Primer, 2022

65
Tabel 4.15
Rencana Keperawatan Tn. H.T
Standar Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SLKI)
Diagnosa
Keperawatan
Indonesia
(SDKI)
(D. 0077) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 Manajemen Nyeri
Nyeri akut jam maka tautan nyeri meningkat dengan kriteria hasil: Observasi
1. Melaporkan nyeri terkontrol meningkat - Identifikasi factor pencetus dan pereda nyeri
2. Kemampuan mengenali onset nyeri meningkat - Monitor kualitas nyeri
3. Kemampuan menggunakan teknik nonfarmakologis - Monitor lokasi dan penyebaran nyeri
meningkat - Monitor intensitas nyeri dengan menggunakan
4. Keluhan nyeri penggunaan analgesik menurun skala
5. Meringis menurun - Monitor durasi dan frekuensi nyeri
6. Frekuensi nadi membaik Teraupetik
7. Pola nafas membaik - Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk
8.Tekanan darah membaik mengurangi rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur

66
Edukasi
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat analgetik
Pola Napas Pola napas L.01004 Majamenen Jalan Napas (I.01011)
tidak efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam Observasi
D.0005 diharapkan Pola napas membaik dengan kriteria hasil: 1. Monitor pola napas (frekwensi, kedalaman,
1. Ventilasi semenit (5) usaha napas)
2. Kapasitas vital (5) 2. Monitor bunyi napas tambahan, mis gurgling,
mengi, wheezing, ronkhi kering.
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
3. Tekanan ekspirasi (5) Terapeutik
4. Tekanan Inspirasi (5) 1. Posisikan semi fowler atau fowler
5. Frekwensi napas (5) 2. Berikan oksigen, jika perlu
6. Kedalaman napas (5) 3. Pertahankan kepatenan jalan napas degan head-
tilt, chin-lift, jaw thrust jika curiga trauma
servikal
4. Berikan minum hangat
5. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

67
6. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
7. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
8. Keluarkan sumbatan benda padat dengan konsep
forsep McGill
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2.Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspertoran, mukolitik, jika perlu

Sumber : Data Primer, 2022

68
f. Intervensi dan Evaluasi Keperawatan

Tabel 4.16
Intervensi dan Evaluasi Keperawatan
Tn. M.U.P
Hari/Tanggal Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
Taru hari Nyeri akut 1. Mengidentifikasi factor pencetus dan S:
dengan pereda nyeri - Klien mengeluh nyeri dada kiri
tanggal Hasil : - Klien mengeluh nyeri seperti terbakar
implementasi - Klien mengeluh nyeri dada kiri - Klien mengeluh nyeri dirasakan setiap
evaluasi hari k 2. Memonitor kualitas nyeri 5 menit
barapa Hasil :
- Klien mengeluh nyeri seperti O :
Hari Pertama terbakar - Vital Sign
3. Monitor lokasi dan penyebaran nyeri TD: 160/100 mmHg
Hasil : SB: 36
- Klien mengeluh nyeri dada kiri N: 112x/m
4. Memonitor intensitas nyeri dengan menggunakan
R: 24x/m
skala
Hasil : - Klien tampak meringis
- Skala nyeri 7 (0-10) - Skala nyeri 7 (0-10)
5. Monitor durasi dan frekuensi nyeri
Hasil : A: Masalah nyeri akut belum tertasi
- Klien mengeluh nyeri dirasakan setiap 5 menit

69
- Klien tampak meringis P: Lanjutkan intervensi
6. mengajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Hasil :
dilakukan tehnik distraksi
menonton klien mengeluh nyeri
berkurang
7. Mengkolaborasi pemberian obat analgetik
Hasil :
- Klien di berikan resep obat ISDN
1x1 oral untuk menghilangkan
nyeri dada
Pola napas 1. Memonitor pola napas (frekwensi, S:
tidak efektif kedalaman, usaha napas) - Klien mengeluh sesak napas
Hasil: - Klien mengeluh sesak napas saat
- Klien mengeluh sesak napas beraktivitas
- Klien mengeluh sesak saat
beraktivitas O:
- Klien tampak sesak - Klien tampak sesak
- RR : 24x/m - RR: 24x/
-
A: Masalah pola napas tidak efektif

70
2. Memposisikan semi fowler atau fowler belum teratasi
Hasil : P: Lanjutkan intervensi
- Klien dilakukan posisi semi fowler
3. Memberikan oksigen, jika perlu
Hasil :
- Klien diberikan oksigen Via NRM
10-12 l/m
Intoleran 1. Memonitor kelelahan fisik dan S: -
aktivitas emosional.
Hasil : O:
- ADL dibantu total - ADL dibantu total
2. Melakukan latihan gerak pasif dan/atau
aktif A: Masalah intoleran aktivitas belum
Hasil : teratasi
- ADL dibantu total
P: Lanjutkan Intervensi

71
Hari/Tanggal Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
Taru hari Nyeri 1. Mengidentifikasi factor pencetus dan S:
dengan akut pereda nyeri - Klien mengeluh nyeri dada kiri
tanggal Hasil : berkurang
implementasi - Klien mengeluh nyeri dada kiri - Klien mengeluh nyeri seperti terbakar
evaluasi hari berkurang - Klien mengeluh nyeri dirasakan setiap 2
pertama 2. Memonitor kualitas nyeri menit
Hasil :
Hari K2 - Klien mengeluh nyeri seperti terbakar O :
3. Monitor lokasi dan penyebaran nyeri - Vital Sign
Hasil : TD: 160/100 mmHg
- Klien mengeluh nyeri dada kiri SB: 36
berkurang N: 112x/m
4. Memonitor intensitas nyeri dengan menggunakanR: 24x/m
skala
Hasil : - Klien tampak meringis
- Skala nyeri 5 (0-10) - Skala nyeri 5 (0-10)
5. Monitor durasi dan frekuensi nyeri
Hasil : A: Masalah nyeri akut teratasi sebagian
- Klien mengeluh nyeri dirasakan setiap 2 menit
- Klien masih tampak meringis P: Pertahankan intervensi
6. mengajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Hasil :
- Klien dilakukan dilakukan tehnik

72
distraksi menonton klien mengeluh
nyeri berkurang
7. Mengkolaborasi pemberian obat analgetik
Hasil :
- Klien di berikan resep obat ISDN
1x1 oral untuk menghilangkan
nyeri dada
Pola 4. Memonitor pola napas (frekwensi, S:
napas kedalaman, usaha napas) - Klien mengeluh sesak napas berkurang
tidak Hasil: - Klien mengeluh sesak napas saat
efektif - Klien mengeluh sesak napas beraktivitas
berkurang
- Klien mengeluh sesak berkurang saat O:
beraktivitas - Klien tidak sesak
- Klien tidak sesak - RR: 22x/
- RR : 22x/m
5. Memposisikan semi fowler atau fowler A: Masalah pola napas teratasi
Hasil : P: Pertahankan intervensi
- Klien dilakukan posisi semi fowler
6. Memberikan oksigen, jika perlu
Hasil :
- Klien diberikan oksigen Via NRM
10-12 l/m
Intoleran 1. Memonitor kelelahan fisik dan S: -
aktivitas emosional.

73
Hasil : O:
- ADL dibantu total - ADL dibantu total
2. Melakukan latihan gerak pasif dan/atau
aktif A: Masalah intoleran aktivitas belum
Hasil : teratasi
- ADL dibantu total
P: Lanjutkan Intervensi

74
Tabel 4.17
Intervensi dan Evaluasi Keperawatan
Tn. S.D
Hari/Tanggal Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
Taru hari Nyeri akut 1. Mengidentifikasi factor pencetus dan pereda S:
dengan - Klien mengeluh nyeri dada kiri
nyeri
tanggal menjalar sampai ke leher
implementasi Hasil : - Klien mengeluh nyeri seperti
evaluasi hari k ditusuk tusuk
- Klien mengeluh nyeri dada kiri menjalar
barapa - Klien mengeluh durasi nyeri
sampai ke leher dirasakan terus menerus
Hari Pertama
2. Memonitor kualitas nyeri
O:
Hasil : - Vital Sign
TD: 170/100 mmHg
- Klien mengeluh nyeri seperti di tusuk tusuk
SB: 36
3. Monitor lokasi dan penyebaran nyeri N: 118x/m
R: 26x/m
Hasil :
- Klien tampak meringis
- Klien mengeluh nyeri dada kiri menjalar - Skala nyeri 6 (0-10)
sampai ke leher
A: Masalah nyeri akut belum
4. Memonitor intensitas nyeri dengan menggunakan skala
tertasi
Hasil :
P: Lanjutkan intervensi
- Skala nyeri 6 (0-10)
5. Monitor durasi dan frekuensi nyeri
Hasil :

75
- Klien mengeluh durasi nyeri terus menerus
- Klien tampak meringis
6. mengajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Hasil :
Dilakukan tehnik distraksi menonton klien
mengeluh nyeri berkurang
7. Mengkolaborasi pemberian obat analgetik
Hasil :
- Klien di berikan resep obat ISDN 1x1 oral
untuk menghilangkan nyeri dada
Pola napas 7. Memonitor pola napas (frekwensi, kedalaman, S:
tidak efektif - Klien mengeluh sesak napas
usaha napas)
- Klien mengeluh sesak napas
Hasil: saat beraktivitas ditempat tidur
- Klien mengeluh sesak napas
O:
- Klien mengeluh sesak saat beraktivitas di - Klien tampak sesak
- RR: 26x/
tempat tidur
- Klien tampak sesak
A: Masalah pola napas tidak
- RR : 26x/m
efektif belum teratasi
8. Memposisikan semi fowler atau fowler P: Lanjutkan intervensi

76
Hasil :
- Klien dilakukan posisi semi fowler
9. Memberikan oksigen, jika perlu
Hasil :
- Klien diberikan oksigen Via NRM 10-12 l/m
Hari/Tanggal Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
Taru hari Nyeri akut 1. Mengidentifikasi factor pencetus dan pereda S:
dengan - Klien mengeluh nyeri dada kiri
nyeri
tanggal menjalar sampai ke leher
implementasi Hasil : berkurang
evaluasi hari k - Klien mengeluh nyeri seperti
- Klien mengeluh nyeri dada kiri menjalar
barapa ditusuk tusuk berkurang
sampai ke leher berkurang - Klien mengeluh durasi nyeri
Hari k2 setiap 30 menit
2. Memonitor kualitas nyeri
Hasil :
- Klien mengeluh nyeri seperti di tusuk tusuk
berkurang O:
- Vital Sign
3. Monitor lokasi dan penyebaran nyeri berkurang
TD: 170/100 mmHg
Hasil : SB: 36
N: 118x/m
- Klien mengeluh nyeri dada kiri menjalar
R: 22x/m
sampai ke leher berkurang - Klien tidak tampak meringis
- Skala nyeri 4 (0-10)
4. Memonitor intensitas nyeri dengan menggunakan skala
A: Masalah nyeri akut teratasi

77
Hasil : sebagian
- Skala nyeri 4 (0-10)
P: Pertahankan intervensi
5. Monitor durasi dan frekuensi nyeri
Hasil :
- Klien mengeluh durasi nyeri setiap 30 menit
- Klien tampak tidak meringis
6. mengajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Hasil :
Dilakukan tehnik distraksi menonton klien
mengeluh nyeri berkurang
7. Mengkolaborasi pemberian obat analgetik
Hasil :
- Klien di berikan resep obat ISDN 1x1 oral
untuk menghilangkan nyeri dada
Pola napas 1. Memonitor pola napas (frekwensi, kedalaman, S:
tidak efektif - Klien mengeluh sesak napas
usaha napas)
berkurang
Hasil: - Klien mengeluh sesak napas
saat beraktivitas ditempat tidur
- Klien mengeluh sesak napas berkurang
berkurang
- Klien mengeluh sesak saat beraktivitas di

78
tempat tidur berkurang O:
- Klien tidak tampak sesak
- Klien tampak tidak sesak
- RR: 22x/
- RR : 22x/m
A: Masalah pola napas tidak
2. Memposisikan semi fowler atau fowler
teratasi
Hasil : P: Pertahankan intervensi
- Klien dilakukan posisi semi fowler
3. Memberikan oksigen, jika perlu
Hasil :
- Klien diberikan oksigen Via NRM 10-12 l/m

79
Tabel 4.18
Intervensi dan Evaluasi Keperawatan
Ny. E.B
Hari/Tanggal Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
Taru hari Nyeri akut 1. Mengidentifikasi factor pencetus dan pereda nyeri S:
dengan Hasil : - Klien mengeluh nyeri
tanggal - Klien mengeluh nyeri dada kiri menjalar sampai ke dada kiri menjalar
implementasi belakang sampai ke belakang
evaluasi hari k 2. Memonitor kualitas nyeri - Klien mengeluh nyeri
barapa Hasil : seperti ditumbuk
- Klien mengeluh nyeri seperti ditumbuk - Klien mengeluh
Hari Pertama 3. Monitor lokasi dan penyebaran nyeri durasi nyeri setiap 10
Hasil : menit
- Klien mengeluh nyeri dada kiri menjalar sampai ke
belekang O:
4. Memonitor intensitas nyeri dengan menggunakan skala - Vital Sign
Hasil : TD: 160/80 mmHg
- Skala nyeri 7 (0-10) SB: 36
5. Monitor durasi dan frekuensi nyeri N: 110x/m
Hasil : R: 24x/m
- Klien mengeluh durasi nyeri setiap 10 menit - Klien tampak
- Klien tampak meringis meringis
6. mengajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi - Skala nyeri 7 (0-10)
rasa nyeri
Hasil : A: Masalah nyeri akut
Dilakukan tehnik distraksi menonton klien mengeluh belum tertasi

80
nyeri berkurang
7. Mengkolaborasi pemberian obat analgetik P: Lanjutkan intervensi
Hasil :
- Klien di berikan resep obat ISDN 1x1 oral untuk
menghilangkan nyeri dada
Pola napas 1. Memonitor pola napas (frekwensi, kedalaman, usaha S:
tidak efektif napas) - Klien mengeluh sesak
Hasil: napas
- Klien mengeluh sesak napas - Klien mengeluh sesak
- Klien mengeluh sesak saat beraktivitas lebih napas saat beraktivitas
- Klien tampak sesak lebih
- RR : 24x/m
2. Memposisikan semi fowler atau fowler O:
Hasil : - Klien tampak sesak
- Klien dilakukan posisi semi fowler - RR: 24x/
3. Memberikan oksigen, jika perlu
Hasil :
- Klien diberikan oksigen Via NRM 10-12 l/m A: Masalah pola napas
tidak efektif belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi

81
Hari/Tanggal Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
Taru hari Nyeri akut 1. Mengidentifikasi factor pencetus dan pereda nyeri S:
dengan Hasil : - Klien mengeluh nyeri
tanggal dada kiri menjalar
- Klien mengeluh nyeri dada kiri menjalar sampai ke
implementasi sampai ke leher
evaluasi hari k belakang berkurang berkurang
barapa 2. Memonitor kualitas nyeri - Klien mengeluh nyeri
seperti ditusuk tusuk
Hasil :
Hari k2 berkurang
- Klien mengeluh nyeri seperti di tumbuk berkurang - Klien mengeluh
3. Monitor lokasi dan penyebaran nyeri berkurang durasi nyeri setiap 30
Hasil : menit
- Klien mengeluh nyeri dada kiri menjalar sampai ke
belakang berkurang
4. Memonitor intensitas nyeri dengan menggunakan skala
O:
Hasil : - Vital Sign
- Skala nyeri 3 (0-10) TD: 160/80 mmHg
5. Monitor durasi dan frekuensi nyeri SB: 36
N: 110x/m
Hasil :
R: 20x/m
- Klien mengeluh durasi nyeri tidak ad - Klien tidak tampak
- Klien tampak tidak meringis meringis
6. mengajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi - Skala nyeri 3 (0-10)

rasa nyeri A: Masalah nyeri akut


Hasil : teratasi
Dilakukan tehnik distraksi menonton klien mengeluh
nyeri berkurang

82
7. Mengkolaborasi pemberian obat analgetik P: Pertahankan
Hasil : intervensi
- Klien di berikan resep obat ISDN 1x1 oral untuk
menghilangkan nyeri dada
Pola napas 8. Memonitor pola napas (frekwensi, kedalaman, usaha S:
tidak efektif napas) - Klien mengeluh sesak
napas berkurang
Hasil: - Klien mengeluh sesak
- Klien mengeluh sesak napas berkurang napas saat beraktivitas
- Klien mengeluh sesak saat beraktivitas lebih ditempat tidur
berkurang
berkurang
- Klien tampak tidak sesak O:
- RR : 20x/m - Klien tidak tampak
9. Memposisikan semi fowler atau fowler sesak
- RR: 20x/
Hasil :
- Klien dilakukan posisi semi fowler A: Masalah pola napas
10. Memberikan oksigen, jika perlu teratasi
P: Pertahankan
Hasil : intervensi
- Klien diberikan oksigen Via NRM 10-12 l/m

83
Tabel 4.19
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Tn. H.T
Hari/Tanggal Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
Taru hari Nyeri akut 1. Mengidentifikasi factor pencetus dan pereda nyeri S:
dengan Hasil : - Klien mengeluh nyeri
tanggal - Klien mengeluh nyeri dada kiri dada kiri
implementasi 2. Memonitor kualitas nyeri - Klien mengeluh nyeri
evaluasi hari k Hasil : seperti ditusuk tusk
barapa - Klien mengeluh nyeri seperti ditusuk tusuk - Klien mengeluh nyeri
3. Monitor lokasi dan penyebaran nyeri setiap 10 menit
Hari Pertama Hasil : - Klein mengeluh nyeri
- Klien mengeluh nyeri dada kiri hilang timbul
- Klien mengeluh nyeri hilang timbul
4. Memonitor intensitas nyeri dengan menggunakan skala O:
Hasil : - Vital Sign
- Skala nyeri 6 (0-10) TD: 150/90 mmHg
5. Monitor durasi dan frekuensi nyeri SB: 36
Hasil : N: 120x/m
- Klien mengeluh nyeri setiap 15 menit R: 25x/m
- Klien tampak meringis - Klien tampak
6. mengajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi meringis
rasa nyeri - Skala nyeri 6 (0-10)
Hasil :
Dilakukan tehnik distraksi menonton klien mengeluh A: Masalah nyeri akut
nyeri berkurang belum tertasi

84
7. Mengkolaborasi pemberian obat analgetik
Hasil : P: Lanjutkan intervensi
- Klien di berikan resep obat ISDN 1x1 oral untuk
menghilangkan nyeri dada
Pola napas 4. Memonitor pola napas (frekwensi, kedalaman, usaha S:
tidak efektif napas) - Klien mengeluh sesak
Hasil: napas
- Klien mengeluh sesak napas - Klien mengeluh sesak
- Klien mengeluh sesak saat beraktivitas lebih napas saat beraktivitas
- Klien tampak sesak lebih
- RR : 25x/m
5. Memposisikan semi fowler atau fowler O:
Hasil : - Klien tampak sesak
- Klien dilakukan posisi semi fowler - RR: 25x/
6. Memberikan oksigen, jika perlu
Hasil :
- Klien diberikan oksigen Via NRM 10-12 l/m A: Masalah pola napas
tidak efektif belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi

85
Hari/Tanggal Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
Taru hari Nyeri akut 1. Mengidentifikasi factor pencetus dan pereda nyeri
S:
dengan - Klien mengeluh nyeri
Hasil :
tanggal dada kiri berkurang
implementasi - Klien mengeluh nyeri dada kiri berkurang - Klien mengeluh nyeri
evaluasi hari k seperti ditusuk tusuk
2. Memonitor kualitas nyeri
barapa berkurang
Hasil : - Klien mengeluh nyeri
Hari k2 setiap 20 menit
- Klien mengeluh nyeri seperti di tusuk tusuk
- Klien mengeluh nyeri
berkurang hilang timbul
3. Monitor lokasi dan penyebaran nyeri
O:
Hasil : - Vital Sign
TD: 150/90 mmHg
- Klien mengeluh nyeri dada kiri berkurang
SB: 36
- Klien mengeluh nyeri hilang timbul N: 110x/m
R: 22x/m
4. Memonitor intensitas nyeri dengan menggunakan skala
- Klien tidak tampak
Hasil : meringis
- Skala nyeri 4 (0-10)
- Skala nyeri 4 (0-10)
5. Monitor durasi dan frekuensi nyeri A: Masalah nyeri akut
teratasi sebagian
Hasil :
- Klien mengeluh nyeri setiap 20 menit P: Pertahankan
intervensi
- Klien tampak tidak meringis
6. mengajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi

86
rasa nyeri
Hasil :
Dilakukan tehnik distraksi menonton klien mengeluh
nyeri berkurang
7. Mengkolaborasi pemberian obat analgetik
Hasil :
- Klien di berikan resep obat ISDN 1x1 oral untuk
menghilangkan nyeri dada
Pola napas 1. Memonitor pola napas (frekwensi, kedalaman, usaha S:
tidak efektif napas) - Klien mengeluh sesak
napas berkurang
Hasil: - Klien mengeluh sesak
- Klien mengeluh sesak napas berkurang napas saat beraktivitas
- Klien mengeluh sesak saat beraktivitas lebih ditempat tidur
berkurang
berkurang
- Klien tampak tidak sesak O:
- RR : 22x/m - Klien tidak tampak
2. Memposisikan semi fowler atau fowler sesak
- RR: 22x/
Hasil :
- Klien dilakukan posisi semi fowler A: Masalah pola napas
3. Memberikan oksigen, jika perlu teratasi sebagian
P: Pertahankan
Hasil : intervensi
- Klien diberikan oksigen Via NRM 10-12 l/m

87
2. Penerapan Evidance Based Nursing (EBN)

Analisa Penerapan EBN di Pelayanan Kesehatan.

Analisa literatur mengenai intervensi keperawatan yaitu Distraksi

Menonton terhadappasien CHF merupakan hal yang perlu dilakukan oleh

perawat.Kerja samadari tim medis lainnya sangat diperlukan dalam

melakukan intervensi distraksi menonton sehingga intervensi yang

dilakukan terlaksana dengan baik. Strategi yang tepat dalam memanfaatkan

peluang dalam penerapan Ebn dengan melakukan analisis swot yaitu

sebagaiberikut:

1. Strength(kekuatan)

Ruangan (Cardio Vaskular Care Unit) CVCU Rsud Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado memiliki fasilitas yang cukup memadai untuk

melakukan tindakan keperawatan distraksi menonton. Pihak ruangan

CVCU juga mendukung studi kasus Asuhan keperawatan yang

dilakukan peneliti. pihak rumah sakit mengigatkan hal ini sangat baik

dilaksanakan karena untuk, melakukan proses peningkatan asuhan

keprawatan dan dapat menjadi bahan masukan yang baik untuk rumah

sakit.

2. Weakness(Kelemahan)

Ketersedian alat untuk dilakukan tindakan keperawatan distraksi menonton

yaitu dengan menggunakan televisi atau telepon seluler yang tersedia,

dengan alat telivisi sudah terdapat diruangan CVCU tetapi sangat jauh

dengan bed pasien.

88
3. Opportunity(Peluang)

Dengan adanya mahasiwa profesi ners poltekkes kemenkes manado yang

sedang melakukan praktek peminatan diruangan CVCU diharapkan

menjadi agen baru dalam melakukan intervensi keperawatan distraksi

menonton terhadap pasien yang mengalami gagal jantung atau CHF.

Khususnya keperawatan Gawat darurat.

4. Thearths(Ancaman)

Ruangan Rawat (Cardio Vaskular Care Unit) CVCU merupakan ruangan

yang membutuhkan pengawasan yang ketat. untuk membantu memulihkan

kondisi pasien dan banyak alat medis yang terhubung dengan pasien.

Dengan adanya peningkatan kasus CHF daritahun ketahun maka sangat

perlu diperlukan penanganan secara cepat dantepat. Hal yang sangat

mengancam apabila perawat tidak secara tepat dan cepat dalam menangani

pasien CHF dapat meningkatkan resiko kegagalan serta kematian karena

lambat dalam menangani kasus tersebut.

B. PEMBAHASAN

Setelah dilakukan tindakan keperawatan distraksi menonton terdapat

perubahan penurunan skala tingkat nyeri dari keempat tersebut, rata-rata dari

keempat pasien dengan kategori tingkat nyeri berat sedang berubah menjadi

skala tingkat nyeri ringan. Hal ini dibuktikan oleh beberapa penelitian yaitu

Bersarkan penelitian (Sarfika, 2017) menunjukkan hasil adanya pengaruh

tehnik distraksi menonton kartun animasi terhadap skala nyeri anak saat

pemansangan infus terjadi penurunan yang signifikan yaitu dengan

89
menggunakan wong baker face.

Berdasarkan hasil penelitian basuki (2014) menyatakan bahwa dengan

relaksasi napas dalam dan distraksi menonton dapat menurunkan nyeri pada

pasien CHF dengan menggunakan Numeric Rating Scale, di dapatkan dari

sampel 30 pasien. Dengan jumlah 15 pasien masuk kategori skala nyeri berat

terjadi penurunan menjadi kategori sedang, dan dengan jumlah pasien 15 yang

masuk kategori skala nyeri sedang menjadi kategori skala nyeri ringan.

Menurut (Indriani Defri, 2017) tehnik distraksi merupakan strategi

pengalihan nyeri yang memfokuskan perhatian klien ke stimulus yang lain dari

pada terhadap rasa nyeri dan emosi negative.

Menurut (Timby, 2018) distraksi secara visual merupakan tehnik

pengalihan perhatian dengan memanfaatkan indra penglihatan. Sebagai

contohnya menikmati pemandangan, menonton televisi, menonton film humor,

dan juga membaca buku.

Menurut (Yanti, Winda, 2015) tujuan dari distraksi menonton ialah metode

yang digunakan untuk membantu pasien mengurangi rasa nyeri, mengurasi rasa

cemas, dan menjadikan hati menjadi tentram.

Hasil intervensi dari keempat pasien klien berbanding lurus dengan teori

Lidya E. Hall yang mengakatan bahwa tiga lingakaran keperawatan yaitu

pertama lingkaran kepedulian (Care) yakni perawat yang professional akan

menyiapkan kebutuhan pasien, yang kedua lingkaran inti (Core), perawat harus

mempunyai kepedulian dalam upaya penyembuhan pasien, dan yang ketiga

yakni lingkaran keperawatan (Cure) yaitu Kepedulian perawat terhadap

90
pasiennya yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan cara pengobatan

penyakit, sehingga tidak hanya perduli dan berhadapan langsung dengan pasien

tetapi juga cara merawat pasiennya (Buku Falsafah dan teori keperawatan dalam

intefrasi keilmuan 2021).

91
92

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pengkajian yang dilakukan pada pasien CHF (Congestive Heart Failure) di

ICCU RSUP Prof Dr. R.D Kandou Manado yaitu Tn. M.U.P, Tn. S.D, Ny.

E.B dan Tn. H.T dengan Lidya E. Hell didapatkan rata-rata usia klien yaitu 80

tahun kebawah (lansia), dengan keluhan utama yaitu nyeri pada bagian dada

kiri.

2. Diagnosa keperawatan utama yang diambil pada pasien CHF (Congestive

Heart Failure) di ICCU RSUP Prof Dr. R.D Kandou Manado yaitu Tn.

M.U.P, Tn. S.D, Ny. E.B dan Tn. H.T dengan teori Lidya E. Hall sesuai

panduan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), adalah nyeri akut.

3. Intervensi keperawatan pada pasien CHF (Congestive Heart Failure) di ICCU

RSUP Prof Dr. R.D Kandou Manado yaitu Tn. M.U.P, Tn. S.D, Ny. E.B dan

Tn. H.T dengan teori Lidya E. Hall dan disesuaikan dengan panduan Standar

Intervnsi Keperawatan Indonesia (SLKI), adalah berikan teknik

nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (Distraksi menonton).

4. Implementasi keperawatan pada pasien CHF (Congestive Heart Faiure) di

ICCU RSUP Prof Dr. R.D Kandou Manado yaitu Tn. M.U.P, Tn. S.D, Ny.

E.B dan Ny. H.T dengan teori Lidya E. Hell sesuai panduan Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (SIKI), telah diberikan teknik nonfarmakologis

(Distraksi Menonton) untuk mengurangi rasa nyeri dada yang dirasakan

pasien.
5. Evaluasi keperawatan pada pasien CHF (Congestive Heart Failure) di ICCU

RSUP Prof Dr. R.D Kandou Manado yaitu Tn. M.U.P, Tn. S.D, Ny. E.B dan

Tn. H.T dengan teori Lidya E.Hell didapatkan rata-rata implementasi yang

dilakukan yaitu selama 2 hari dengan kriteria hasil yang dicapai pada masing-

masing klien tingkat nyeri menurun pada hari kedua.

B. SARAN

1. Bagi Rumah sakit

Sebagai bahan masukan untuk pengembagan ilmu keperawatan dan

sebagai pertimbagan untuk waktu yang akan dating dan sebagai tambahan

informasi kepustakaan dalam ilmu keperawatan

2. Bagi institusi pendidikan

Hasil penulisan laporan studi kasus ini dapat digunakan bagi peserta

didik serta sebagai bahan bacaan bagi mahasiwa keperawatan

3. Bagi pasien dan keluarga

Hasil penulisan laporan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman responden tentang penyakit Congestive Heart Failure.

4. Bagi Mahasiswa

Hasil penulisan laporan studi kasus ini dapat menambah wawasan

peserta ujian akhir program studi ners keperawatan pada pasien dengan

diagnosa medis Congestive Heart Failure sehingga dapat mengaplikasikan

ilmu yang diperoleh dibangku kuliah dan pengalaman nyata dalam

melaksanakan praktek nyata.

93
94

DAFTAR PUSTAKA

Al - Halabi, M., N., Bshara, N., & Alnerabieah , Z. (2018). Effectiveness Of


Audio Visual Distraction Using Virtual Reality Eyegalsses Versus Tablet
Device In Child Behavioral Management During Inferior Alveolar Nerve
Blok. Journal Anaesth, Paint And Intensive Care, vol 22(1).
Djamil, A. (2019). Distraksi Menonton Efektif Menurunkan Nyeri Ringan Pasien
Congestive Heart Failure (CHF). Jurnal Kesehatan, 460 volume 10(3).

Indriani, D. (2017). Skripsi : Terapi Perilaku Distraksi Menonton Film Humor


Terhadap Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur Di RSUD Kota
Madiun. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun.

Ismoyowati , T., Teku , I., & Banik , J. C. (2021). Jurnal : Manajemen Nyeri
Untuk Congestive Heart Failure. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara
Forikes, Volume 12, Nomor 1.

Mertajaya, I., M. (2018). Analisis Intervensi Tehnik Distraksi Menonton Kartun


Edukasi Terhadap Skala Nyeri Pada Anak Usia Toodler Saat Pengambilan
Darah Intra Vena Di Ruang Cempaka Anak Rumah Sakit Pelni Jakarta.
Jurnal JKFT - Universitas Muhammadiyah Tanggerang, Volume 3.

Puspitasari. (2019). Asuhan Keperawatan pada Pasien Gagal Jantung Kongestive


dengan Nyeri Akut di Ruangan Agate Bawah RSUD Dr. Slamet Garut.
Prodi Keperawatan Stikes Bhakti Kencana.

Rahmadani, F. N. (2020). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gagal Jantung


Kongestif (CHF) yang dirawat di Rumah Sakit. Prodi DIII Poltekkes
Samarinda.

Risnah., & Irwan, M. (2021). Falsafah Dan Teori Keperawatan Dalam Integrasi
Keilmuan. Alauddin University Press, Cetakan 1.

Safitri, F. A. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien Congestive Hearth Failure


(CHF)dengan Ketidakefektifan Pola Nafas di RSU Soekarno Tasikmalaya.
Prodi DIII Keperawatan Stikes bakti Kencana Bandung.

Suciarti, R. (2019). Analisis Praktek Klinik Keperawatan Pemberian Tehnik


Distraksi Audio Visual Terhadap Penuruna Nyeri Pada Anak Yang
Mendapatkan Tindakan Invasif Pengambilan Darah Vena Dengan DHF
(Dengue Hemorage Fever). Progrm Studi Ners Stikes Perintis Padang .

Suciarti, R. (2019). SOP Distraksi Audio Visual. Jurnal Keperawatan dan


Kesehatan, Progrm Studi Ners Stikes Perintis Padang.
Wandini, R. (2020). Pembeberian Tehnik Distraksi Menonton Kartun Animasi
Untuk Menurunkan Tingkat Nyeri Prosedur Invasif Pada Anak. Holistik
Jurnal Kesehatan, volume 14(3).

Widakdo, D. E (2017). Skripsi : Pengaruh Tehnik Distraksi Visual Film Kartun


Terhadap Ansietas Anak Pre Operasi Sirkumsisi Di Tempat Praktek
Mandiri Perawat Js Ngawi. Prodi Sarjana Keperawatan Stikes Bhakti
Husada Mulia Maidun.

Youanda, K. M. (2021). Jurnal : Penerapan Tehnik Distraksi Menonton Kartun


Animasi Untuk Mengatasi Masalah Keperawatan Nyeri Saat Di Lakukan
Pemasangan Infus Pada Anak Prasekolah (3-5 Tahun) . Jurnal Cendekia
Muda, Volume 1, Nomor 2.

95
Lampiran 1

LEMBAR OBSERVASI
SKALA NUMERIK RATING SCALE

NAMA RESPONDEN :
UMUR :
TANGGAL LAHIR :
ALAMAT :
JENIS KELAMIN :

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri
Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat

Keterangan :

0 : TIdak N

1-3 : Nyeri Ringan

4-6 : Nyeri Sedang

7 - 10 : Nyeri Berat

96

Anda mungkin juga menyukai