Anda di halaman 1dari 136

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

K
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS
KOTA KENDARI

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Pendidikan Program Studi Diploma III Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

OLEH:

WINDRA APRILIYA
NIM. P00324021078

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KENDARI
PRODI D-III KEBIDANAN
2024
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Laporan Tugas Akhir telah disetujui untuk dipertahankan di


depan Tim Penguji Proposal Laporan Tugas Akhir Program Studi D-III
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari

Diajukan Oleh:

WINDRA APRILIYA
NIM. P00324021078

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Kartini, S.Si.T., M.Kes Hasmia Naningsi, SST., M.Keb


NIP. 198004202001122002 NIP. 197407191992122001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan

Arsulfa, S.Si, T., M.Keb


NIP. 197401011992122001

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Laporan Tugas Akhir telah dipertahankan di depan


Tim Penguji Laporan Tugas Akhir Program Studi D-III Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Pada tanggal ...... februari 2024

Diajukan Oleh:

WINDRA APRILIYA
NIM. P00324021078

Mengesahkan

Tim Penguji

Ketua Penguji : Sultina Sarita, SKM, M.Kes .........................

Anggota Penguji I : DR. Kartini, S.Si.T., M,Kes .........................

Anggota Penguji II : Hasmia Naningsi, SST., M.Keb .........................

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan

Arsulfa, S.Si.T., M.Keb


NIP. 197401011992122001

iii
RIWAYAT HIDUP

Foto

4X6

A. Identitas Penulis
1. Nama : Windra Apriliya
2. NIM : P00324021078
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. TTL : Sambahule, 24 April 2003
5. Agama : Islam
6. Suku : Tolaki
7. Nama Orang Tua
a. Ayah :
b. Ibu :
8. Alamat : Desa Sambahule, Kecamatan Baito,
Kabupaten Konawe Selatan
B. Riwayat Pendidikan
1. Tahun 2009-2015 : SD Negeri 1 Baito
2. Tahun 2015-2018 : SMP Negeri 10 Konawe Selatan
3. Tahun 2018-2021 : SMA Negeri 4 Konawe Selatan
4. Tahun 2020-Sekarang : D-III Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Kendari

iv
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat

limpahan Rahmat-Nyalah, telah memberikan Kesehatan dan kekuatan

sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penilitian ini dengan judul

“Asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. “K” di wilayah Kerja UPTD

Puskesmas perumnas Kota Kendari Tahun 2024’’. Proposal Laporan

Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat kelulusan di Prodi D-III

Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari,Jurusan Kebidanan,Politeknik

Kesehatan Kemenkes Kendari

Penyusunan Proposal Penilitian ini tidak terlepas dari berbagai

kendala namun berkat doa dan dorongan dari berbagai pihak, baik moral

maupun material sehingga sedikit demi sedikit kendala tersebut dapat

diatasi dengan baik.

Bersama ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan

terima kasih dengan hati yang tulus kepada :

1. Bapak Teguh Faturrahman, SKM.,MPPM, selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Kendari

2. Ibu Arsulfa, S.Si.T, M.Keb, selaku ketua Jurusan Kebidanan Politeknik

Kesehatan Kemenkes Kendari

3. Ketua penguji Sultina Sarita, SKM., M.Kes yang telah meluangkan

waktunya untuk menguji dan memberikan arahan kepada penulis

hingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik

v
4. Ibu DR. Kartini, S.Si.T,M.Kes dan Ibu Hasmia Naningsi,SST, M.Keb

selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan

waktunya untuk membimbing, dan memberikan motivasi dan masukan

bagi penulis yang sangat dibutuhkan dalam penyusunan Proposal

Laporan Tugas Akhir ini.

5. Kepada seluruh dosen dan staff Politeknik Kesehatan Kendari jurusan

kebidanan yang membantu penulis dalam menempuh Pendidikan

6. Pihak puskesmas kandai yang telah memberi izin kepada penulis untuk

melakukan praktik kebidanan komprehensif.

7. Terimakasih kepada Ny., keluarga dan semua pihak yang terlibat dan

berpartisipasi dalam pelaksanaan asuhan kebidanan komprehensif ini.

8. Yang teristimewa Kedua orang tua tercinta, yang tiada hentinya selalu

memberikan kasih sayang,do’a,dukungan dan motivasi dengan penuh

keikhlasan yang tak terhingga kepada penulis.

7. Rekan-rekan seangkatan dan seperjuangan DIIl Kebidanan

terkhususnya kelas 3B Angkatan 2021, penulis ucapkan terimakasih

atas dukungan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa Proposal Laporan Tugas Akhir ini masih

jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat diharapkan penulis demi perbaikan yang akan

datang.

Akhir kata, penulis berharap Proposal Laporan Tugas Akhir ini

dapat bermanfaat bagi pembaca.

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii
DAFTAR RIWAYAT ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1


A. Latar Belakang .............................................................. 1
B. Ruang Lingkup Asuhan ................................................. 4
C. Tujuan Penulisan ........................................................... 4
1. Tujuan Umum ........................................................... 4
2. Tujuan Khusus .......................................................... 5
D. Manfaat Penulisan ......................................................... 5
1. Manfaat Teoritis ........................................................ 5
2. Manfaat Praktis ......................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 7


A. Konsep Dasar ................................................................ 7
1. Kehamilan ................................................................. 7
2. Persalinan ................................................................. 36
3. Nifas ......................................................................... 80
4. Bayi Baru Lahir ......................................................... 95
B. Manajemen Asuhan Kebidanan 7 Langkah Varney ...... 117
1. Pengkajian ................................................................ 117
2. Interpretasi data ........................................................ 117
3. Identifikasi Diagnosis dan Masalah Potensial ........... 117
4. Tindakan Segera atau Kolaborasi ............................ 117
5. Rencana Asuhan Kebidanan .................................... 118
6. Implementasi ............................................................ 118
7. Evaluasi .................................................................... 118
C. Pendokumentasian SOAP ............................................. 118

BAB III METODE PENULISAN LAPORAN .................................... 121


A. Jenis Laporan ................................................................ 121
B. Asuhan Kebidanan ........................................................ 121

vii
C. Subjek Laporan Kasus .................................................. 122
D. Instrumen Laporan Kasus .............................................. 122
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................ 122
F. Trianggulasi Data .......................................................... 123

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 125


LAMPIRAN........................................................................................... 130

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut (WHO, 2021) Angka Kematian Ibu (AKI) di seluruh

dunia menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2020 menjadi

295.000 kematian dengan penyebab kematian ibu adalah tekanan

darah tinggi selama kehamilan (pre-eklampsiaa dan eklampsia),

pendarahan, infeksi postpartum, dan aborsi yang tidak aman


(Sukmawati dkk., 2023)
.

Menurut Ketua Komite Ilmiah International Conference on

Indonesia Family Planning and Reproductive Health (ICIFPRH), hingga

tahun 2019 Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia masih tetap tinggi,

yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup. Padahal, target AKI Indonesia

pada tahun 2015 adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup. Tingginya

AKI merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi Indonesia

sehingga menjadi salah satu komitmen prioritas nasional, yaitu

mengurangi kematian ibu saat hamil dan melahirkan


(Podungge, 2020)
.

Sementara Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB), angka kematian bayi (AKB) di Indonesia pada 2019 lalu adalah

21,12. Angka ini menurun dari catatan pada 2018 ketika angka

kematian bayi di Indonesia masih mencapai 21,86 atau pada 2017

yang mencapai 22,62. Faktanya, grafik angka kematian bayi di

1
2

Indonesia memang memperlihatkan penurunan setiap tahun. Sebagai

gambaran, pada 1952 lalu angka kematian bayi di Indonesia mencapai


(Harismi, 2023)
192,66 dan pada 1991 masih sekitar 61,94 .

Adapun angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate) adalah

jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan dan

pasca persalinan per 100.000 kelahiran hidup pada masa tertentu.

Angka itu menjadi pengukuran risiko kematian wanita yang berkaitan


(Shabur dkk., 2021)
dengan peristiwa kehamilan .

Sedangkan Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah

meninggalnya bayi yang berusia di bawah 1 tahun per 1.000 kelahiran

yang terjadi dalam kurun satu tahun. Angka ini kerap digunakan

sebagai acuan untuk menilai baik-buruknya kondisi ekonomi, sosial,


(Harismi, 2023)
maupun lingkungan di suatu negara .

Khususnya di Sulawesi Tenggara sendiri Jumlah kematian Ibu

di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam rentang tahun 2018- 2020

cenderung tetap, kenaikan signifikan terjadi pada Tahun 2022 dengan

jumlah 117 (naik 92%) dan kemudian kembali turun pada tahun 2022
(Dinkes Sultra, 2023)
menjadi 82 kasus .

Penyebab kematian langsung kematian ibu adalah gangguan

hipertensi dalam kehamilan (33,1%), pendarahan obstetrik (27,03%),

komplikasi nonobstetrik (15,7%), komplikasi obstetrik lainnya (12,04%),

infeksi yang berkaitan dengan kehamilan (6,06%), dan penyebab lain

(4,81%) (SRS 2016). Penyebab kematian ibu ini menunjukkan bahwa


3

kematian maternal dapat dicegah apabila cakupan pelayanan dibarengi

dengan mutu pelayanan yang baik. Kejadian kematian ibu sebanyak

77% ditemukan di rumah sakit, 15,6% di rumah, 4,1% di perjalanan

menuju RS/fasilitas kesehatan, dan 2,5% di fasilitas pelayanan

kesehatan lainnya
(Direktorat Kesehatan Keluarga Kemenkes RI, 2020)
.

Sehingga perlu perhatian khusus untuk dapat meminimalisirnya

tingginya jumlah AKI dan AKB diatas, yang dimana hal tersebut

merupakan pekerjaan yang mesti untuk dikerjakan oleh seluruh pihak

baik pemerintah maupun masyarakat itu sendiri utamanya oleh yang

berprofesi sebagai bidan.

Bidan sendiri merujuk pada Kepmenkes RI No. 320 Tahun 2020

Tentang Standar Profesi Bidan adalah seorang perempuan yang telah

menyelesaikan program pendidikan kebidanan baik di dalam negeri

maupun di luar negeri yang diakui secara sah oleh Pemerintah Pusat

dan telah memenuhi persyaratan untuk melakukan praktik


(Kemenkes RI, 2020)
Kebidanan .

Kemudian tugas dan wewenang bidan itu sendiri salah satunya

adalah melaksanakan Asuhan Kebidanan Komprehensif. Asuhan

kebidanan komprehensif sendiri adalah suatu pemeriksaan yang

dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium

sederhana dan konseling yang mencakup empat kegiatan pemeriksaan

berkesinambungan diantaranya adalah asuhan kebidanan kehamilan


4

(antenatal care), asuhan kebidanan persalinan (intranatal care),

asuhan kebidanan masa nifas (postnatal care), dan asuhan bayi baru
(Atoriq, 2021)
lahir (neonatal care) .

Berdasarkan latar belakang diatas, sebagai calon bidan/penulis

tertarik untuk melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu

hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir, dengan menggunakan

pendekatan manajemen Asuhan Varney dan pendokumentasian

SOAP.

B. Ruang Lingkup Asuhan

Ruang lingkup laporan ini adalah asuhan Kebidanan yang

diberikan pada Ny. “W” diberikan secara komprehensif meliputi asuhan

kebidanan kehamilan trimester III, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

dengan menggunakan pendekatan manajemen Asuhan Varney dan

pendokumentasian SOAP.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada

Ny. ”K” di UPTD puskesmas perumnas kota kendari dengan

pendekatan Manajemen Asuhan kebidanan 7 langkah Varney dan

pendokumentasian SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan asuhan kehamilan trimester III pada Ny. K di

wilayah kerja UPTD Puskesmas perumnas Kota Kendari dengan


5

menerapkan prinsip Manajemen Asuhan Varney dan

pendokumentasian SOAP.

b. Memberikan asuhan persalinan pada Ny. K di wilayah kerja

UPTD Puskesmas perumnas Kota Kendari dengan menerapkan

prinsip Manajemen Asuhan Varney dan pendokumentasian

SOAP.

c. Memberikan asuhan nifas pada Ny. K di wilayah kerja UPTD

Puskesmas perumnas Kota Kendari dengan menerapkan prinsip

Manajemen Asuhan Varney dan pendokumentasian SOAP.

d. Memberikan asuhan pada bayi baru lahir Ny. K di wilayah kerja

UPTD Puskesmas perumnas Kota Kendari dengan menerapkan

prinsip Manajemen Asuhan Varney dan pendokumentasian

SOAP.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Untuk perkembangan ilmu dan penerapan pelayanan kebidanan

secara komprehensif pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dan

bayi baru lahir.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Profesi Bidan

Laporan ini dapat menjadi masukan bagi profesi bidan dalam

upaya memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada


6

ibu dan meningkatkan khazanah ilmu pengetahuan dalam

kebidanan

b. Bagi Lahan Praktik (Puskesmas perumnas)

Dijadikan sebagai bahan acuan untuk dapat mempertahankan

asuhan kebidanan secara komprehensif dan dapat memberikan

bimbingan kepada mahasiswa tentang cara memberikan asuhan

yang berkualitas.

c. Bagi Klien

Klien mendapatkan asuhan kebidanan mulai dari kehamilan

sampai dengan bayi baru lahir dan merencanakan persalinannya

dipelayanan kesehatan.

d. Bagi Institusi

Sebagai sumber pustaka bagi institusi dan dapat memberikan

masukkan terhadap kurikulum pembelajaran khususnya

mengenai penerapan asuhan kebidanan komprehensif, terhadap

ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Menurut (Mardiana et al.,2022) kehamilan adalah suatu

mata rantai yang berkesinambungan dimulai dari ovulasi

(pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel telur) dan

spermatozoa (sperma) sehingga terjadilah pembuahan dan

pertumbuhan zigot kemudian bernidasi (penanaman) pada

uterus dan pembentukan plasenta dan tahap akhir adalah

tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm


(Fitra Rosa, 2023)
.

Menurut Federasi Obstettri Ginekologi Internasional,

kehamilan merupakan proses penyatuan dari spermatozoa dan

ovum melalu nidasi atau implantasi (Chaurullisa & Kurmalasari,

2022). Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,

kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu

atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah bertemunya sel telur

dan sperma di dalam atau diluar Rahim dan berakhir dengan

keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir


(Fitra Rosa, 2023)
.

7
8
`

Menurut (Ningsih, 2018) Kehamilan dimulai dari konsepsi

sampai lahirnya janin, lamanya adalah 280 hari (40 minggu atau

9 bulan 7 hari) dihitung mulai dari hari pertama haid terakhir


(Fitra Rosa, 2023)
(HPHT) .

Kondisi kesehatan calon ibu pada masa awal kehamilan

akan mempengaruhi tingkat keberhasilan kehamilan serta

kondisi status kesehatan calon bayi yang masih didalam rahim

maupun yang sudah lahir, sehingga disarankan agar calon ibu

dapat menjaga perilaku hidup sehat dan menghindari faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi kondisi calon ibu pada masa

kehamilan (Johnson et al., 2016).

Keseluruhan proses dari pembuahan hingga kelahiran

memakan waktu 40 minggu atau sekitar sembilan bulan menurut

kalender internasional, dihitung dari awal periode menstruasi

terakhir sampai melahirkan. Periode kehamilan terbagi menjadi 3

semester atau dikenal dengan istilah trimester, yaitu:

1) Trimester I/ pertama (TM1) yaitu masa awal kehamilan yang

berlangsung sejak minggu 1 hingga minggu ke 13.

2) Trimester II/ kedua (TM2) yaitu periode tengah/ kedua

kehamilan yang berlangsung sejak minggu ke 14 hingga

minggu ke 27.

3) Trimester III/ ketiga (TM3) yaitu periode akhir kehamilan yang

berlangsung mulai dari minggu ke 28 hingga saat kelahiran


9
`

atau pada minggu ke 40 atau 41 (Salsabila dkk., 2019) .

b. Perubahan Fisiologis Masa Kehamilan

Perubahan yang terjadi pada ibu hamil terkadang sulit

untuk diprediksi karena perubahan yang terjadi selama

kehamilan akan memiliki gejala yang berbeda-beda setiap ibu

hamil sesuai dengan pemahaman tentang perubahan yang

terjadi selama menjalani masa kehamilannya, yang akan

mengakibatkan kesalahan dalam menyikapi perubahan tersebut.

Berikut akan dijelaskan lebih rinci mengenai perubahan dan

adaptasi fisiologis yang terjadi selama kehamilan


(Salsabila dkk., 2019)
.

1) Organ Reproduksi

Organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi

untuk reproduksi manusia (Harnani, 2015).

a) Serviks

Perubahan terjadi pada serviks akibat pengaruh

hormone estrogen yang meningkat menyebabkan massa

dan kandungan air meningkat. Adanya peningkatan

vaskularisasi, edema, hyperplasia dan hipertrofi kelenjar

serviks menyebabkan serviks menjadi lunak (tanda

Goodell), dan serviks berwarna kebiruan (tanda

Chadwick).
10
`

b) Uterus

Selama kehamilan, dinding dan otot uterus menjadi

kuat dan elastis. Perubahan juga terjadi pada uterus yang

semakin bertambah besar seiring dengan bertambahnya

usia kehamilan. Hal ini dapat dilihat dan diraba dari luar

melalui pemeriksaan Palpasi Leopold.

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Berdasarkan Usia Kehamilan

Usia Kehamilan Ukuran Uterus


12 minggu 3 jari di atas symphisis
16 minggu Pertengahan symphisis-pusat
20 minggu 3 jari di bawah pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3 jari di atas pusat
32 minggu Pertengahan prosesus xypoideus-
pusat
36 minggu Setinggi prosesus xypoideus
40 minggu 2 jari di bawah prosesus
Xypoideus

c) Ovarium

Selama kehamilan ovulasi terhenti, ovarium yang

mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan

fungsinya sampai plasenta terbentuk sempurna. Pasca

plasenta terbentuk, korpus luteum gravidarum mengecil

dan korpus luteum mengeluarkan hormone estrogen dan

progesterone.

2) Payudara

Pada kehamilan, terdapat perubahan pada payudara.

Pada kehamilan trimester III, perubahan ini semakin tampak,


11
`

prolactin semakin banyak diproduksi. Payudara semakin

besar dan berat karena produksi air susu sudah semakin

banyak untuk persiapan masa laktasi. Bahkan terkadang

kolostrum mulai merembes keluar dari payudara di akhir

kehamilan menjelang persalinan.

3) Sistem Endokrin

Kelenjar endokrin adalah sekelompok susunan sel

yang mempunyai susunan mikroskopis yang sederhana.

Sementara itu, system endokrin dalam kaitannya dengan

system saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh.

Kedua system ini bersama-sama bekerja untuk

mempertahankan homeostasis (keseimbangan) tubuh dan

memiliki fungsi yang saling berhubungan satu sama lain,

namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu.

4) Sistem Kekebalan (Imun)

Fungsi system imun dalam tubuh pada dasarnya

terdiri dari 3 fungsi utama yaitu fungsi pertahanan,

keseimbangan dan fungsi pemantauan. HCG juga diketahui

dapat menurunkan respons imun wanita hamil. Perubahan ini

dapat menjadi salah satu penyebab peningkatan faktor risiko

infeksi pada wanita hamil. Sedangkan imunologi tubuh janin

sebagian besar diperoleh dari ibu pada sekitar usia 16


12
`

minggu kehamilan dan terus meningkat ketika kehamilan

bertambah tua.

5) Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan mengalami perubahan yang cukup

banyak selama kehamilan. Pada bulan pertama kehamilan,

terdapat perasaan yang tidak enak, mual dan muntah yang

diakibatkan karena kadar estrogen yang meningkat dan

produksi HCG. Sementara itu, akibat peningkatan produksi

hormone progesterone, menyebabkan tonus otot-otot traktus.

6) Sistem Perkemihan

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih

(urinary bledder) digestivus menurun dan relaksasi otot polos

pada usus, sehingga morbilitas seluruh traktus digestivusi

juga kurang. Makanan lebih lama berada di lambung dan

lebih lama berada dalam usus. Hal ini akan berdampak pada

ibu mengalami konstipasi (sulit BAB).tertekan oleh uterus

yang mulai membesar sehingga terjadi polyuria. Keadaan ini

hilang dengan tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar

dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, bila kepala janin

mulai turun ke pintu atas panggul keluhan sering kencing

akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan

kembali. Selain itu juga terjadi hemodilusi menyebabkan

metabolisme air menjadi lancar.


13
`

7) Sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler disebut juga system peredaran

darah atau system sirkulasi adalah suatu system organ yang

memilki fungsi memindahkan zat dan nutrisi dari dan ke sel

serta melakukan sebagian fungsi homeostatis berupa

stabilisasi suhu dan pH tubuh. Saat terjadi kehamilan,

sirkulasi darah ibu akan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke

plasenta dan uterus yang semakin membesar pula. Kondisi

ini membuat pembuluh darah mengalami hipertropi

(membesar) dan melebar secara fisiologis.

8) Sistem Integument

Saat terjadi kehamilan, terjadi perubahan pada system

integumen yang sebagian besar akibat dari adanya

perubahan hormonal dan mekanisme peregangan pada kulit.

Sebagian ibu hamil mengalami pigmentasi yang disebabkan

oleh peningkatan hormon estrogen, progesterone dan

melaocyte-stimulating hormone (MSH). Hiperpigmentasi ini

menyebabkan antara lain pada area wajah, perut, payudara

khususnya areola dan papilla mamae.

c. Ketidaknyamanan Selama Kehamilan

1) Trimester I

a) Mual muntah

Dapat dikurangi/dicegah dengan cara melakukan


14
`

beberapa hal, pada pagi hari sebelum bangun dari tempat

tidur, makan biskuit atau crackers dan minum segelas air.

Ibu hamil juga harus menghindari makan pedas dan

berbau tajam. Ibu hamil dianjurkan untuk makan sedikit

tapi sering, cara ini dapat mempertahankan kadar gula

darah.

b) Sering BAK

Sering BAK dapat dikurangi/dicegah dengan cara

mengupayakan untuk tidak menahan BAK, kosongkan

kandung kencing pada saat terasa ingin BAK. Perbanyak

minum pada pagi dan siang hari untuk menjaga

keseimbangan hidrasi.

c) Pica (Ngidam)

Pica atau ngidam sering terjadi pada ibu hamil trimester I

tetapi bisa juga dialami oleh ibu hamil sampai akhir


(Simorangkir, 2022)
kehamilan .

2) Trimester II

a) Edema

Dapat dikurangi/dicegah dengan cara hindari pakaian

ketat, hindari duduk/berdiri dalam jangka waktu lama,

istirahat dan naikan tungkai selama 20 menit berulang-

ulang, berbaring atau duduk dengan kaki ditingkatkan,

hindari berbaring terlentang dan hindari kaos yang ketat.


15
`

b) Gusi Berdarah

Dapat dikurangi/dicegah dengan cara minum suplemen

vitamin C, berkumur dengan air hangat, air garam, jaga

kebersihan gigi dan periksa ke dokter gigi secara teratur.

c) Haemoroid

Dapat dikurangi/dicegah dengan cara hindari hal yang

menyebabkan konstipasi, jangan duduk lama di toilet,

lakukan senam kegel secara teratur dan duduk pada bak

yang diisi air hangat selama 15-20 menit sebanyak 3-4x

sehari.

d) Keputihan

Dapat dikurangi/dicegah dengan cara harus rajin

membersihkan alat kelamin dan mengeringkan setiap

sehabis BAB atau BAK, cebok dilakukan dari arah depan

ke belakang, bila celana dalam kedaan basah segera

diganti, pakai celana dalam yang terbuat dari katun

sehingga menyerap keringat dan membuat sirkulasi udara

yang baik.

e) Konstipasi (Sembelit)

Dapat dikurangi/diringankan dengan cara olahraga secara

teratur, meningkatkan asupan cairan minimal 8 gelas

sehari, minum cairan panas atau sangat dingin pada saat

perut kosong, makan sayur segar.


16
`

f) Sakit Punggung

Dapat dikurangi/dicegah dengan cara jangan memakai

sapatu atau sandal hak tinggi, mempertahankan postur

yang baik, hindari sikap membungkuk tekuk saat


(Suarni dkk., 2023)
mengangkat barang .

3) Trimester III

a) Sering BAK

Frekwensi berkemih pada trimester ketiga sering

dialami pada kehamilan primi karena bagian presentasi

akan menurun masuk ke dalam panggul dan menimbulkan

tekanan langsung pada kandung kemih, sehingga

merangsang keinginan untuk berkemih.

Cara mengatasinya dengan menjelaskan mengapa

hal tersebut bisa terjadi dan menyarankan untuk

mengurangi asupan cairan mnjelang tidur sehingga tidak

mengganggu kenyamanan tidur malam (Palifiana &

Wulandari, 2018).

b) Nyeri Punggung

Nyeri punggung bawah tepatnya pada lumbosakral

yang diakibatkan terjadinya pergeseran pusat gravitasi

dengan postur tubuh ibu hamil, yang semakin berat seiring

membesarnya uterus. Pengaruh sikap tubuh lordosis,

membungkuk berlebihan, jalan tanpa istirahat,


17
`

mengangkat beban berat terutama dalam kondisi


(Sari dkk., 2022)
lelah .

d. Diagnosa Kehamilan

1) Tanda Tidak Pasti

a) Amenorea (Berhentinya Menstruasi)

Konsepsi atau nidasi menyebabkan tidak terjadinya

pembentukan folikel de graaf dan ovulasi sehingga

menstruasi tidak terjadi. Lamanya amenorea dapat

diinformasikan dengan memastikan hari pertama haid

terakhir (HPHT), dan digunakan untuk memperkirakan

usia kehamilan dan taksiran persalinan.

b) Mual (Nausea) Dan Muntah (Emesis)

Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran

asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual

muntah yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut

morning sicknes. Dalam batas tertentu hal ini masih

fisiologis.

c) Ngidam (Menginginkan Makanan Tertentu)

Wanita hamil seringb menginginkan makanan tertentu,

keinginan yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering

terjadi pada bulanan pertama. Makanan dibutuhkan

seluruh anggota badan makhluk hidup. Fungsi makanan

pada manusia tidak hanya untuk memberikan rasa


18
`

kenyang, namun juga berfungsi dalam menjaga kesehatan

tubuh melalui manfaat zat- zat gizi yang terkandung

didalamnya. Untuk mencapai kesehatan tubuh yang

optimal, perlu memperhatikan kualitas komposisi makanan

yang sesuai dengan kebutuhan individual (Putri, D.E,

2018).

d) Sering Miksi

Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih

cepat terasa penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi

yang sering, terjadi pada triwulan pertama akibat desakan

uterus ke kandung kemih. Pada triwulan ke dua umumnya

keluhan ini akan berkurang karena uterus yang membesar

keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan gejala

bisa timbul karna janin mulai masuk ke rongga panggul

dan menekan kembali ke kandung kemih.

e) Konstipasi Atau Obstipasi

Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus

(tonus otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB


(Theodoridis & Kraemer, 2023)
.

2) Tanda Kemungkinan (Probabillity Sign)

a) Pembesaran Perut

Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada

bulan ke empat kehamilan.


19
`

b) Tanda Hegar

Adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthimus uteri.

c) Tanda Goodle

Adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak hamil

serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita

hamil melunak seperti bibir.

d) Tanda Chadwick

Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan

mukosa vagina termasuk juga portio dan serviks.

e) Tanda Piscaseck

Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris.

Terjadi karena ovum berimplementasi pada daerah

dengan kornu, sehingga daerah tersebut berkembang

lebih dulu.

f) Kontraksi Braxton Hicks

Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat

meningkatnya actomysin didalam otot uterus. Kontraksi ini

tidak bermitrik sporadic, tidak nyeri, biasanya timbul pada

usia kehamilan 8 minggu, tetapi baru dapat diamati dari

pemeriksaan abdominal pada trimester ketiga. Kontraksi

ini akan terus meningkat frekuensinya, lamanya, dan

kekuatannya sampai mendekati persalinan.


20
`

g) Pemeriksaan Tes Biologis Kehamilan (Planotest)

Positif

Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya human

chorionic gonadotropin (HCG) yang diproduksi oleh

sinsiotropoblastik sel selama kehamilan. Hormon direkresi

ini peredaran darah ibu (pada plasma darah), dan

dieksresi pada urin ibu. Hormon ini dapat mulai dideteksi

pada 26 hari setelah konsepsi dan meningkat dengan

cepat pada hari ke 30-60. Tingkat tertinggi pada hari 60-

70 usia gestasi, kemudian menurun pada hari ke 100-130.

3) Tanda Pasti (Positive Sign)

a) Gerakan Janin Dalam Rahim

Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh

pemeriksa. Gerakan janin dapat dirasakan pada usia

kehamilan sekitar 20 minggu.

b) Denyut Jantung Janin

Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan

menggunakan alat fetal electrocardiograf (misalnya

dopler). Dengan stethoscope laenac, DJJ baru dapat

didengar pada usia kehamilan 18-20 minggu.

c) Bagian-Bagian Janin

Bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian kecil

janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada


21
`

usia kehamilan lebih tua (trimester terakhir). Bagian janin

ini dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan USG.

d) Teraba Ballottement

Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin

bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh

tangan pemeriksa. Hal ini harus ada pada pemeriksaan

kehamilan karena perabaan bagian seperti bentuk janin

saja tidak cukup karena dapat saja merupakan myoma

uteri.

e) Tanda Bahaya Kehamilan

Menurut (Palupi et al., 2012) tanda bahaya kehamilan

merupakan tanda yang harus diwaspadai karena adanya

kemungkinan bahaya yang dapat terjadi selama masa

kehamilan, apabila tidak terdeteksi bisa menyebabkan


(Fitra Rosa, 2023)
kematian ibu .

e. Tanda Bahaya Kehamilan

Trimester I (0-12 minggu)

1) Perdarahan pervaginam

Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari

22 minggu. Pada masa kehamilan muda, perdarahan

pervaginam yang berhubungan dengan kehamilan dapat

berupa abortus, kehamilan mola, kehamilan ektopik

terganggu (KET).
22
`

2) Abortus

Menurut (Fatimah & Nuryaningsih, 2018) abortus merupakan

hasil konsepsi yang keluar terjadi saat usia kehamilan kurang

dari 20 minggu serta berat janin kurang dari 500 graam.

Secara umum ada lebih dari satu penyebab antara lain: faktor

genetik, autoimun, kelainan anatomi/ kelainan kongenital

uterus, infeksi, hematologik, defek fase luteal, serta


(Fitra Rosa, 2023)
lingkungan hormonal .

3) Abortus imminens

Menurut (Saifuddin et al., 2016) abortus tingkat permulaan

dan merupakan ancaman terjadinya abortus, ditandai

perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil

konsepsi masih baik dalam kandungan. Diagnosis abortus

iminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan

pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu.

Penderita mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan

sama sekali kecuali perdarahan pervaginam


(Fitra Rosa, 2023)
.

4) Abortus insipiens

Menurut (Saifuddin et al., 2016) abortus yang sedang

mengancam yang ditandai dengan serviks telah mendatar

dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi

masih dalam karum uteri dan daiam proses pengeluaran.


23
`

Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering,

dan kuat, perdarahannya bertambah sesuai dengan

pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan. Besar uterus

masih sesuai dengan umur kehamilan dengan tes urin


(Fitra Rosa, 2023)
kehamilan masih positif .

5) Abortus inkompletus

Batasan ini juga masih terpancang pada umur kehamilan

kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam

uterus di mana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis

masih terbuka dan teraba jaringan dalam kamm uteri atau

menonjol pada ostium uteri eksternum. Perdarahan biasanya

masih terjadi jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit

bergantung pada jaringan yang tersisa.

6) Abortus komplet

Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, osteum uteri telah

menutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan

sedikit. Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan.

7) Missed abortion

Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan

apa pun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak

seperti yang diharapkan. Bila kehamilan di atas 14 minggu

sampai 20 minggu penderita justeru merasakan rahimnya


24
`

semakin mengecil.

8) Abortus habitualis

Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali

atau lebih berturur-rurur. Penderita abonus habitualis pada

umumnya tidak sulit untuk menjadi hamil kembali, tetapi

kehamilannya berakhir dengan keguguran/abortus secara

berturut-turut. Bishop melaporkan kejadian abortus habitualis

sekitar 0,41% dari seluruh kehamilan.

9) Mola Hidatidosa

Mola hidatidosa adaiah suatu kehamilan yang berkembang

tidak waiar di mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh

vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi

hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah

dikenal yaitu berupa geiembung-gelembung putih, tembus

pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari

beberapa milimeter sampai 1. atau 2 cm.

10) Kehamilan ektopik terganggung (KET)

Kehamilan ektopik ialah suatu kehamiian yang pertumbuhan

sel telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding

endometrium kawm uteri. Lebih dart 95 % kehamilan ektopik

berada di saluran telur (tuba Fallopii).

11) Sakit kepala yang hebat Sakit

Kepala yang menunjukkan suatu masalah serius dalam


25
`

kehamilan adalah sakit kepala yang hebat, menetap dan

tidak hilang dengan beristirahat. Terkadang sakit kepala yang

hebat menyebabkan penglihatan kabur. Hal ini merupakan

gejala dari preeklamsia dan jika tidak diatasi akan

menyebabkan kejang, stroke, dan koagulopati.

12) Penglihatan kabur

Penglihatan kabur atau terbayang dapat disebabkan oleh

sakit kepala yang hebat, sehingga terjadi oedema pada otak

dan meningkatkan resistensi otak yang mempengaruhi

sistem saraf pusat.

13) Nyeri perut yang hebat

Nyeri perut pada kehamilan 22 minggu atau kurang. Hal ini

mungkin gejala utama pada kehamilan ektopik atau abortus.

14) Pengeluaran lendir vagina

Beberapa keputihan adalah normal. Namun dalam beberapa

kasus, keputihan diduga akibat tanda-tanda infeksi atau

penyakit menular seksual.

Kehamilan Trismester II (13-27 minggu)

1) Gerakan bayi berkurang

Menurut (Wenas et al., 2014) gerakan janin tidak ada atau

kurang (minimal 3 kali dalam 1 jam). Ibu mulai merasakan

gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-6. Jika bayi tidak

bergerak seperti biasa dinamakan IUFD (Intra Uterine Fetal


26
`

Death). IUFD adalah tidak adanya tanda-tanda kehidupan

janin didalam kandungan. Beberapa ibu dapat merasakan

gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan


(Fitra Rosa, 2023)
melemah .

2) Perdarahan hebat

Perdarahan masif atau hebat pada kehamilan muda.

3) Bengkak pada wajah, kaki dan tangan

Menurut (Palupi et al., 2012) bengkak atau oedema adalah

penimbunan cairan yang berlebih dalam jaringan tubuh. Ibu

hamil akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang

akan hilang setelah istirahat. Bengkak bisa menunjukan

adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan,

tidak hilang setelah istirahat dan diikuti dangan keluhan fisik

yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda anemi, gagal


(Fitra Rosa, 2023)
jantung atau per- eklampsia .

Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III (28-40 minggu)

1) Pengeluaran cairan pervaginaan

Menurut (Wenas et al., 2014) yang dimaksud cairan di sini

adalah air ketuban. Ketuban yang pecah pada kehamilan

aterm dan disertai dengan munculnya tanda-tanda persalinan

adalah normal. Pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-

tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum dimulainya

tanda-tanda persalinan ini disebut ketuban pecah dini.


27
`

Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara

dunia luar dan ruangan dalam rahim sehingga memudahkan


(Fitra Rosa, 2023)
terjadinya infeksi .

2) Kejang

Menurut SDKI (2012) dalam (Saifuddin et al., 2016)

penyebab kematian ibu karena eklampsi (24%). Pada

umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya

keadaan dan terjadinya gejala-gejala sakit kepala, mual, nyeri

ulu hati sehingga muntah. Bila semakin berat, penglihatan

semakin kabur, kesadaran menurun kemudian kejang.

Kejang dalam kehamilan dapat merupakan gejala dari


(Fitra Rosa, 2023)
eklampsia .

f. Standar Pelayanan Pada Masa Kehamilan

Dalam upaya menurunkan angka kematian ibu tersebut,

pemerintah melakukan berbagai strategi salah satunya dengan

strategi Safe Motherhood. Safe Motherhood mempunyai 4 pilar

dalam menunjang penurunan angka kematian tersebut yakni

pelayanan keluarga berencana, pemeriksaan kehamilan,

persalinan bersih dan aman serta ketersediaan PONEK/PONED.

Pemeriksaan kehamilan yang berkualitas dan komprehensif

serta terpadu dengan program lainnya sebagai pilar awal dalam

langkah penurunan angka kematian ibu dan bayi (Kemenkes,

2020). Standar kuantitas apabila pemeriksaan kehamilan


28
`

dilakukan minimal 6 kali selama kehamilan dengan ketentuan

satu kali pada trimester pertama, dua kali pada trimester kedua,

dan tiga kali pada trimester ketiga.

Standar pelayanan antenatal terdiri dari 7T, meningkat

menjadi 10T, dan yang paling lengkap adalah 14T dengan

penambahan asuhan khusus untuk daerah dengan endemik

malaria dan gondok. Standar antenatal care 14T menurut

(kemenkes RI), adalah sebagai berikut:

1) Tinggi Badan Dan Berat Badan

Tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila

hasil pengukuran < 145 cm karena mempunyai resiko

memiliki panggul sempit. Tinggi badan diukur saat pertama

kali ibu datang melakukan kunjungan, sementara berat badan

ditimbang setiap ibu datang atau berkunjung untuk

mengetahui kenaikan BB dan penurunan BB.

Penambahan berat pada kehamilan harus di pantau

dengan baik, hal ini menjadi salah satu indikator keadaan

kehamilan. Penambahan berat badan selama kehamilan

ditentukan dengan menggunakan rumus Indeks Massa

Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI). Dimana IMT

dihitung dengan menggunakan rumus:

Rumus : BB sebelum hamil dibagi TB (m)²

IMT dapat diintepretasikan dalam kategori sebagai berikut :


29
`

a) <19,8 : Berat kurang atau rendah

b) 2) 19,8 – 26,0 : Normal

c) 26,0 – 29 : Berat lebih atau tinggi

d) >29 : Obesitas

Kenaikan berat badan yang direkomendasikan Committee of

Natonal Academy of Science:

a) Untuk ibu dengan BB dibawah berat badan seharusnya

kenaikan yang dianjurkan yaitu 12,5-18 kg.

b) Untuk ibu dengan BB normal kenaikan yang dianjurkan

yaitu 11,5-16 kg.

c) Untuk ibu dengan BB berlebih kenaikan yang dianjurkan

yaitu 7-11,5 kg.

2) Tekanan Darah

Diukur setiap kali ibu datang atau berkunjung, deteksi

tekanan darah yang cenderung naik diwaspadai gejala

hipertensi dan preeklamsi. Apabila turun dibawah normal

pikirkan kearah anemia.Tekanan darah normal berkisar

systole/diastole: 110/80 hingga 120/80 mmHg.

3) Tentukan satus nilai gizi

Menentukan status nilai gizi ibu hamil di lakukan dengan cara

mengukur lingkar lengan atas ibu hamil (LILA). Bila kurang

dari 23,5 cm menunjukkan kurang energi kronis (KEK) dan

beresiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).


30
`

4) Tinggi Puncak Rahim (Fundus Uteri)

Tujuan pemeriksaan TFU menggunakan tehnik Mc. Donald

adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan minggu

dan hasilnya bisa dibandingkan dengan hasil anamnesis hari

pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai

dirasakan. TFU yang normal harus sama dengan UK dalam

minggu yang dicantumkan dalam HPHT. Pengukuran usia

kehamilan menggunakan metode tinggi fundus uteri dengan

teknik Mc. Donald biasanya dilakukan pada saat usia

kehamilan mencapai 22 minggu.

Mengetahui tafsiran berat janin (TBJ) pada asuhan

kehamilan merupakan salah satu hal penting yang dapat

menentukan asuhan kehamilan hingga hingga persalinan

ibu. Penggunaan ukuran tinggi fundus uteri (TFU) sebagai

cara menghitung TBJ ada dua rumus diantarannya : rumus

johnsontoshack adalah rumus merupakan formula TBJ yang

umum di gunakan di Indonesia. Rumus risanto adalah rumus

TBJ buatan peneliti Indonesia yang di klaim lebih sesuai

untuk untuk populasi ibu di Indonesia namun belum banyak

digunakan. Rumus TBJ yang umum digunakan hingga saat

ini adalah Rumus Johnson-Toshack yang didefinisikan

sebagai BB (Berat Badan Bayi) = (TFU – N) x 155. BB dalam

satuan gram dan nilai N sebesar 11, 12, atau 13 disesuaikan


31
`

dengan penurunan kepala bayi 4. Pada tahun 2014 seorang

dokter kebidanan asal Indonesia bernama Risanto

Siswosudarmo menciptakan sebuah rumus TBJ yang

dinamakan Rumus Risanto. Rumus Risanto dijelaskan

sebagai BBL = (125 x TFU) – 880 , BBL (berat bayi lahir)


(Puspita dkk., 2019)
dalam gram dan 880 sebagai konstanta .

3) Tetanus Toxoid (TT)

Vaksinasi dengan Toksoid Tetanus (TT), dianjurkan untuk

dapat menurunkan angka kematian bayi karena infeksi

tetanus. Vaksinasi toksoid tetanus dilakukan dua kali selama

hamil. Immunisasi TT sebaiknya diberikan pada ibu hamil

dengan umur kehamilan antara tiga bulan sampai satu bulan

sebelum melahirkan dengan jarak minimal empat minggu,

dengan dosis 0,5 cc dan disuntikkan secara IM.

Tabel 2.2 Jadwal Imunisasi TT

Imunisasi Interval Lama %


perlindungan Perlindungan
TT 1 Pada kunjungan - -
pertama (sedini
mungkin pada
kehamilan).
TT 2 4 minggu setelah 3 Tahun 80 %
TT 1
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 Tahun 95 %

TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 Tahun 99 %

TT 5 1 tahun setelah 25 Tahun – 99 %


TT 4 Seumur hidup
Sumber : (Kemenkes RI, 2018).
32
`

4) Tablet Tambah Darah (Tablet Fe)

Pemberian tablet tambah darah dimulai dengan memberikan

satu tablet sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang

minimal 90 tablet selama kehamilan untuk memenuhi

kebutuhan volume darah pada ibu hamil, karena masa

kehamilan kebutuhan meningkat seiring dengan

pertumbuhan janin. Tablet fe sebaiknya tidak diminum

bersama teh atau kopi. Tetapi lebih di anjurkan dengan yang

mengandung Vitamin C, untuk membantu penyerapan

dengan baik.

5) Tes PMS

Penyakit menular seksual adalah infeksi yang

ditularkan melalui hubungan seksual. Akan beresiko tinggi

apabila dilakukan dengan berganti-ganti pasangan. Baik laki-

laki maupun perempuan bisa beresiko tertular penyakit

kelamin.

Perempuan beresiko lebih besar tertular karena

bentuk alat reproduksinya lebih rentan terhadap PMS.

Beberapa jenis penyakit menular seksual, yaitu Gonorrea

(GO), Sifilis (Raja Singa), Trikonomiasis, Ulkus Mole

(chancroid), Klamida, Kutil kelamin, Herpes, HIV/AIDS,

Trikomoniasis, Pelvic Inflamatory Disease (PID).

6) Pemeriksaan Haemoglobin (Hb)


33
`

Guna mengetahui apakah ibu kekurangan darah

(Anemia). WHO telah memberikan patokan berapa kadar Hb

normal pada ibu hamil, sekaligus memberikan batasan

kategori untuk anemia ringan dan berat selama kehamilan:

a) Normal: Hb > 11 gr/dl

b) Anemia Ringan: Hb 8-11 gr/dl

c) Anemia Berat: Hb < 8 gr/dl

7) Pemeriksaan Protein Urine

Pemeriksaan protein pada urine ibu hamil dapat

dilakukan pada trimester kedua dan pada trimester ketiga.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya

proteinuria pada ibu hamil. Jika terdapat proteinuria pada

urine ibu hamil maka dapat disimpulkan bahwa ibu hamil

memiliki salah satu indikator terjadinya preeklamsi, indikator

lainnya adalah hipertensi dan edema di wajah dan tangan.

8) Pemeriksaan Reduksi urine atas Indikasi

Pemeriksaan urine reduksi dilakukan pada ibu hamil

dengan indikasi penyakit diabetes melitus atau yang memiliki

riwayat penyakit diabetes melitus dalam keluarga.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya glukosa

dalam urine ibu hamil sebagai indikasi ibu hamil mengalami

diabetes melitus.

9) Perawatan Payudara
34
`

Perawatan payudara pada ibu hamil adalah sangat

penting guna memperlancar proses menyusui. Perawatan

payudara meliputi senam payudara ataupun pijat payudara

Perawatan payudara dapat dilakukan sebanyak dua kali

sehari, dimulai pada kehamilan trimester kedua.

10) Senam Hamil

Senam hamil merupakan kegiatan yang sangat

bermanfaat yang dapat dilakukan oleh ibu hamil. Senam ibu

hamil dapat membantu ibu hamil dalam proses persalinan

dan dapat mempercepat pemulihan setelah melahirkan.

Gerakan yang dianjurkan pada ibu hamil seperti senam ibu

hamil, prenatal yoga, dan senam hamil maryam.

11) Pemberian Terapi Kapsul Yodium

Diberikan terapi tersebut untuk mengantisipasi

terjadinya kekurangan yodium dan mengurangi terjadinya

kekerdilan pada bayi kelak.

12) Pemberian Terapi Anti Malaria Untuk Daerah Endemis

Malaria

Diberikan kepada ibu hamil pendatang dari daerah

malaria juga kepada ibu hamil dengan gejala malaria yakni

panas tinggi disertai menggigil dan hasil apusan darah yang

positif. Dampak atau akibat penyakit tersebut kepada ibu

hamil yakni kehamilan muda dapat terjadi abortus, partus


35
`

prematurus juga anemia.

13) Pelaksanaan Temu Wicara

Konseling adalah suatu bentuk wawancara (tatap

muka) untuk menolong orang lain memperoleh pengertian

yang lebih baik mengenai dirinya dalam usahanya untuk

memahami dan mengatasi permasalahan yang sedang

dihadapinya. Pemberian komunikasi interpersonal dan

konseling yang diberikan menyeluruh, termasuk KB pasca

persalinan.

14) Tatalaksana /Penanganan Khusus

Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal dan hasil

pemeriksaan laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan

pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar dan

kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak

dapat ditangani di rujuk sesuai dengan sistem rujukan


(Pelayanan dkk., 2023)
.

g. Pemeriksaan Fisik Masa Kehamilan

Pemeriksaan fisik bertujuan untuk mendeteksi komplikasi-

komplikasi kehamilan. Pemeriksaan fisik ini, yaitu:

a) Pemeriksaan Umum: tinggi badan, berat badan, tanda tanda

vital (tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi).

b) Kepala Dan Leher: edema di wajah, ikterus pada mata, bibir

pucat, leher meliputi pembengkakan saluran limfe atau


36
`

pembengkakan kelenjar tiroid.

c) Payudara: ukuran, simetris, putting payudara,

menonjol/masuk, keluarnya kolostrum atau cairan lain,

retraksi, massa, nodul axilla.

d) Abdomen: luka bekas operasi, tinggi fundus uteri (jika >12

minggu), letak, presentasi, posisi dan penurunan kepala

(kalau >36 minggu), mendengar denyut jantung janin (denyut

jantung janin) (bila kehamilan lebih dari 18 minggu).

e) Tangan Dan Kaki: edema di jari tangan, kaku jari pucat,

varices vena, reflek.

f) Genitalia Luar (Externa): varices, pendarahan, luka, cairan

yang keluar, kelenjar bartholini: bengkak (massa), cairan

yang keluar.

g) Genitalia Dalam (Interna): serviks meliputi cairan, yang

keluar, luka (lessi), kelunakan, posisi, mobilisasi, tertutup

atau membuka: vagina meliputi cairan yang keluar luka,

darah, ukuran adneksa, bentuk, posisi, mobilitas, kelunakan,


(Alza dkk., 2022)
masa (pada trimester pertama)

h. Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan

Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke nidan

atau dokter sedini mungkin setelah merasa dirinya hamil untuk


(Mahmud dkk., 2023)
mendapatkan pelayanan/asuhan .
37
`

Menurut Kemkes (2020) Pelayanan Antenatal Care (ANC)

pada kehamilan normal minimal 6x dengan rincian 2x di

Trimester 1, 1x di Trimester 2, dan 3x di Trimester 3. Minimal 2x

diperiksa oleh dokter saat kunjungan 1 di Trimester 1 dan saat


(Yani dkk., 2024)
kunjungan ke 5 di Trimester 3 .

2. Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pembentukan bayi, plasenta

dan selaput ketuban dari rahim dengan kehamilan lengkap, yaitu

setelah 37 minggu tanpa komplikasi dalam persalinan.

Persalinan dan kelahiran normal artinya proses pengeluaran

janin terjadi di kehamilan relatif bulan, lahir tanpa adanya

komplikasi baik pada ibu maupun janin. Macam-macam

persalinan menurut usia kehamilan dan berat yang dilahirkan:

1) Abortus

Pengeluaran buah kehamilan sebelum usia kehamilan 20

minggu atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gr.

2) Partus Immaturus

Pengeluaran buah kehamilan antara 20 minggu dan 27

minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 gram dan

999 gram.

3) Partus Prematurus

Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 35


38
`

minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 gram dan

2499 gram.

4) Partus Maturus atau Aterm

Pengeluaran buah kehamilan antara 36 minggu dan 40

minggu atau bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih.

5) Partus Postmaturus atau Serotinus

Pengeluaran buah kemahilan setelah kehamilan 42 minggu


(Erniawati dkk., 2021)

b. Jenis-jenis Persalinan

Menurut mochtar dalam Nurhayati, 2019 jenis persalinan

dapat dikelompokkan ke dalam 4 cara, yaitu:

1) Persalinan Spontan

Persalinan spontan adalah proses persalinan lewat vagina

yang berlangsung tanpa menggunakan alat maupun obat

tertentu, baik itu induksi, vakum, atau metode lainnya.

2) Persalinan Normal

Persalinan normal adalah proses kelahiran janin pada

kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin

letak memanjang presentasi belakang kepala yang disusul

dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran

ini dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tindakan

pertolongan buatan dan tanpa komplikasi.


39
`

3) Persalinan Anjuran (Induksi)

Persalinan anjuran adalah persalinan yang baru dapat

berlangsung setelah permulaannya dianjurkan dengan suatu

perbuatan atau tindakan, misalnya dengan pemecahan

ketuban atau diberi suntikan oksitosin. Persalinan anjuran

bertujuan untuk merangsang otot rahim berkontraksi,

sehingga persalinan berlangsung serta membuktikan ketidak

seimbangan antara kepala janin dengan jalan lahir.

4) Persalinan Tindakan

Persalinan tindakan adalah persalinan yang tidak dapat

berjalan normal secara spontan atau tidak berjalan sendiri,

karena terdapat indikasi adanya penyulit persalinan sehingga

persalinan dilakukan dengan memberikan tindakan dengan

alat bantu. Persalinan tindakan terbagi menjadi:

a) Persalinan tindakan pervaginam

Apabila persalinan spontan tidak dapat diharapkan dan

kondisi bayi baik, maka persalinan tindakan pervaginam

dapat dipilih menggunakan bantuan alat forcep atau

vakum.

b) Persalinan tindakan perabdominal

Sectio Caesaria (SC) merupakan alternatif terakhir untuk

menyelamatkan nyawa ibu dan bayi, terutama bagi ibu

dengan ukuran panggul yang sempit yang dikenal dengan


40
`

istilah Cephalopelvic Disproportion (CPD). Walaupun

termasuk kedalam salah satu operasi besar yang memiliki

banyak keuntungan, sectio caesaria (SC) mempunyai

beberapa resiko tersendiri. Adapun resiko tersebut, seperti

efek dari obat anestesi, kerusakan pembuluh darah, bekas

luka irisan pada rongga uterus yang tidak menutup

sempurna, serta gangguan kandung kemih atau lainnya.

(Nurhayati, 2019).

c. Tanda dan Gejala Persalinan

Tanda dan gejala persalinan menurut Walyani &

Purwoastuti, 2019 adalah sebagai berikut:

1) Adanya kontraksi rahim

Biasanya, tanda pertama ibu hamil akan melahirkan

adalah mengejangnya rahim, atau kontraksi. Kontraksi ini

berirama, teratur dan tidak disengaja, biasanya untuk

memperbesar mulut sebelum melahirkan dan meningkatkan

aliran darah di plasenta. Setiap kontraksi uterus memiliki tiga

fase yaitu:

a) Increment: Ketika intensitas terbentuk.

b) Acme: Puncak atau maximum.

c) Decrement: Ketika otot relaksasi.

Kontraksi yang sebenarnya akan muncul dan

menghilang secara teratur seiring dengan peningkatan


41
`

intensitas.

Durasi kontraksi uterus sangat bervariasi, tergantung

pada kala persalinan wanita hamil tersebut. Kontraksi

persalinan aktif berlangsung selama 45-90 detik, dengan

durasi rata-rata 60 detik. Pada persalinan awal, kontraksi

mungkin hanya berlangsung 15-20 detik. Frekuensi kontraksi

ditentukan dengan mengukur waktu dari permulaan satu

kontraksi ke permulaan kontraksi selanjutnya.

2) Keluarnya lendir bercampur darah

Lendir disekresi sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir

servik pada awal adanya kehamilan. Lendir awalnya

menyumbat leher rahim, sumbatan yang tebal pada mulut

rahim terlepas, sehingga menyebabkan keluarnya lendir yang

berwarna kemerahan, bercampur darah, dan terdorong

keluar oleh kontraksi yang membuka mulut rahim yang

menandakan bahwa mulut rahim menjadi lunak dan

membuka. Lendir inilah yang dimaksud sebagai bloody slim.

Blood slim paling sering terlihat sebagai rabas lendir

bercampur darah yang lengket dan harus dibedakan dengan

cermat dari perdarahan murni. Saat melihat rabas, wanita

sering kali berpikir bahwa ia melihat tanda persalinan. Bercak

darah tersebut biasanya akan terjadi beberapa hari sebelum

kelahiran tiba, tetapi tidak perlu khawatir dan tidak perlu


42
`

terburu-buru ke rumah sakit, tunggu sampai rasa sakit di

perut atau bagian belakang dan dibarengi oleh kontraksi yang

teratur. Jika keluar pendarahan hebat, dan banyak seperti

menstruasi segera ke rumah sakit.

3) Keluarnya air-air (ketuban)

Proses penting menjelang persalinan adalah

pecahnya air ketuban. Selama sembilan bulan masa gestasi

bayi aman melayang dalam cairan amnion. Perpindahan

yang besar ini disebabkan oleh pecahnya cairan ketuban

akibat kontraksi yang lebih sering.

4) Pembukaan serviks

Penipisan mendahului dilatasi servik, pertama aktivitas

uterus mulai menipis, setelah penipisan kemudian aktivitas

uterus menghasilkan dilatasi servik yang cepat. Leher rahim

membuka sebagai respon terhadap kontraksi yang

berkembang. Gejala ini tidak dirasakan oleh pasien tetapi

dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam. Petugas akan

melakukan pemeriksaan leher rahim atau serviks. Servik

menjadi matang selama periode yang berbeda sebelum

persalinan, dan kematangan servik mengindikasikan bahwa

serviks siap untuk melahirkan.

d. Etiologi Terjadinya Persalinan

Secara pasti, penyebab mulainya persalinan tidak


43
`

diketahui, namun beberapa teori yang dikemukakan para ahli

dapat dijadikan dasar sebagai berikut :

1) Teori Estrogen

Selama kehamilan, hormone estrogen mengalami

peningkatan terutama pada trimester terakhir yang

mengakibakan peningkatan peregangan dan rangsangan.

2) Teori Progesteron

Pada 1 hingga 2 minggu sebelum persalinan, terjadi

penurunan sintesis progesteron yang menyebabkan

dominannya aksi rangsang estrogen. Progesteron bekerja

merileksasi otot-otot polos pada rahim. Penurunan

progesterone akan menyebabkan konstraksi pembuluh darah

sehingga timbul his bila kadar progesterone menurun.

3) Teori Prostaglandin

Prostaglandin dianggap dapat memicu persalinan,

semakin tua umur kehamilan maka konsentrasi prostaglandin

makin meningkat sehingga dapat menimbulkan kontraksi otot

rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan.

4) Teori Oksitosin

Oksitosin adalah stimulator kontraksi uterus yang kuat.

Adanya perubahan keseimbangan estrogen dan

progesterone menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan

kelenjar hipofise posterior dapat menimbilkan kontraksi/ his


44
`

palsu (Braxton Hicks) (Oktarina, 2015)

e. Pembagian Proses Persalinan

Persalinan terbagi menjadi 4 tahap, yaitu :

1) Kala I

Kala satu persalinan diawali semenjak terbentuknya kontraksi

uterus serta pembukaan serviks sampai menggapai

pembukaan lengkap (10 cm). Pada persalinan kala 1

kontraksi uterus berlangsung tidak begitu kuat, sehingga ibu

masih bisa berjalan-jalan. Persalinan pada kala 1 terbagi

menjadi 2 fase yaitu:

a) Fase Laten

Fase laten persalinan diawali sejak dini kontraksi yang

menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara

sedikit demi sedikit, pembukaan serviks kurang 4 cm,

biasanya berlangsung sepanjang 8 jam.

b) Fase Aktif

Dalam fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi

uterus biasanya bertambah (kontraksi adekuat/ mencukupi

bila terjalin 3 kali ataupun lebih. Dalam kala 10 menit dan

berlangsung sepanjang 40 detik ataupun lebih). Pada fase

ini pembukaan serviks sudah mencapai 4 hingga 10 cm.

Berdasarkan kurva friedman diperhitungkan pembukaan

primigravida 1 cm per jam dan pembukaan multigravida 2


45
`

cm perjam. Terbagi 3 sub fase yaitu Fase Akselerasi

berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi 4cm, Fase

Dilatasi Maksimal berlangsung selama 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm, Fase

Diselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam

waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap


(Halman et al., 2022).

2) Kala II

Kala ini disebut juga kala pengeluaran, diawali dari

pembukaan lengkap (10 cm) hingga bayi lahir. Proses ini

berlangsung sepanjang 2 jam pada primigravida serta 1 jam

pada multigravida. Pada kala 2 his menjadi lebih kuat dan

cepat, kurang lebih 2-3 menit sekali.

a) Tanda Dan Gejala Kala II :

(1) Ibu ingin meneran

(2) Perineum menonjol

(3) Vulva vagina dan spihincter anus membuka

(4) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat

(5) His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali

(6) Pembukaan lengkap (10 cm)

(7) Pada primigravida belangsung rata-rata 1,5 jam dan

multipara rata-rata 0,5jam

(8) Pemantauan (Nurlinda, 2020) .


46
`

b) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan

antara lain:

(1) Passenger

Menurut (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004)

Malpresentasi atau malformasi janin dapat

mempengaruhi persalinan normal (Taber, 1994). Pada

faktor passenger, terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi yakni ukuran kepala janin, presentasi,

letak, sikap dan posisi janin. Karena plasenta juga

harus melalui jalan lahir, maka ia dianggap sebagai

penumpang yang menyertai janin


(Yulizawati dkk., 2019)
.

(2) Passage away

Menurut (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004) jalan

lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang

padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang

luar vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya

lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang

keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan

dalam proses persalinan. Janin harus berhasil

menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif


(Yulizawati dkk., 2019)
kaku .
47
`

(3) Power

Menurut (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004) His

adalah salah satu kekuatan pada ibu yang

menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin

ke bawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah

cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke

dalam rongga panggul (Wiknjosastro dkk, 2005). Ibu

melakukan kontraksi involunter dan volunteer secara


(Yulizawati dkk., 2019)
bersamaan .

(4) Position

Menurut (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004) Posisi

ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi

persalinan. Posisi tegak memberi sejumlah

keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih

hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaki

sirkulasi. Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan,


(Yulizawati dkk., 2019)
duduk dan jongkok .

(5) Psychologic Respons

Menurut (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004) Proses

persalinan adalah saat yang menegangkan dan

mencemaskan bagi wanita dan keluarganya. Rasa

takut, tegang dan cemas mungkin mengakibatkan

proses kelahiran berlangsung lambat. Pada


48
`

kebanyakan wanita, persalinan dimulai saat terjadi

kontraksi uterus pertama dan dilanjutkan dengan kerja

keras selama jam-jam dilatasi dan melahirkan

kemudian berakhir ketika wanita dan keluarganya

memulai proses ikatan dengan bayi. Perawatan

ditujukan untuk mendukung wanita dan keluarganya

dalam melalui proses persalinan supaya dicapai hasil

yang optimal bagi semua yang terlibat. Wanita yang

bersalin biasanya akan mengutarakan berbagai

kekhawatiran jika ditanya, tetapi mereka jarang

dengan spontan menceritakannya


(Yulizawati dkk., 2019)
.

3) Kala III

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan

berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban,

berlangsung tidak lebih dari 30 menit, disebut dengan kala uri

atau kala pengeluaran plasenta. Peregangan Tali Pusat

Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian oksitoksin untuk

kontraksi uterus dan mengurangi perdarahan. Tanda

pelepasan plasenta :

a) Perubahan ukuran dan bentuk uterus.

b) Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas

karena plasenta.
49
`

c) C) Sudah terlepas dari segmen bawah rahim tali pusat

memanjang.

d) Semburan darah tiba-tiba.

4) Kala IV

Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua

jam setelah itu, paling kritis karena proses perdarahan yang

berlangsung, masa 1 jam setelah plasenta lahir, pemantauan

15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30

menit pada jam kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu

tidak stabil, perlu dipantau lebih sering, observasi intensif

karena perdarahan yang terjadi pada masa ini. Observasi

yang harus dilakukan pada Kala IV adalah:

a) Tingkat Kesadaran Ibu

Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, dan

pernapasan.

b) Kontraksi Uterus

c) Terjadinya Perdarahan

Perdarahan dikatakan masih wajar bila jumlahnya tidak


(Purwaningrum, 2017)
lebih dari 500 cc .
50
`

5) Partograf

Gambar 2.1 Lembar Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau

kemajuan persalinan, asuhan, pengenalan penyulit dan

informasi untuk membuat keputusan klinik. Kegunaan dari

partograf:

a) Mengamati dan mencatat informasi kemajuan berjalan

normal dan mendeteksi dini persalinan lama sehingga

bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan

persalinan lama.

b) Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan

mendeteksi dini persalinan lama sehingga bidan dapat

membuat deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan


51
`

lama.

c) Jika digunakan secara cepat dan konsisten, maka

partograf akan membantu penolong persalinan untuk:

(1) Mencatat kemajuan persalinan.

(2) Mencatat kondisi ibu dan janinnya.

(3) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan

dan kelahiran.

(4) Menggunakan informasi yang tercatat untuk

secara dini mengindentifikasi adanya penyulit.

Menggunakan informasi yang ada untuk membuat

keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.

Patograf dalam proses persalinan harus digunakan

untuk:

a) Untuk semua ibu fase aktif kala I persalinan sebagai

elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus

digunakan, baik tanpa apapun adanya penyulit. Partograf

akan membantu penolong persalinan dalam memantau,

mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik

persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit.

b) Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat (rumah,

puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit dan lain-lain).

c) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang

memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan


52
`

kelahiran.

Halaman Depan patograf Halaman depan partograf

mencantumkan bahwa observasi yang dimulai pada fase aktif

persalinan, dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat

hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan,

termasuk :

a) Informasi

(1) Nama, umur.

(2) Gravida, Para, Abortus.

(3) Nomor catatan medik/nomor puskesmas.

(4) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika dirumah :

tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat

ibu).

b) Waktu pecahnya selaput ketuban

c) Kondisi janin

(1) denyut jantung janin

(2) warna dan adanya air ketuban

(3) penyusupan (molase ) kepala janin

d) Kemajuan persalinan

(1) Pembukaan serviks

(2) Penurunan baikgian terbaawah janin atau presentasi

(3) Garis waspada dan garis bertindak

e) Janin dan waktu


53
`

(1) Waktu di mulai fase aktif persalinan

(2) Waktu actual saat pemeriksaan atau persalinan

f) Kontraksi uterus

g) Frekuensi

h) Obat-obatan dan cairan yang di berikan

(1) Oksytosin

(2) Obat obatan lain dan cairan I.V yang diberikan

i) Kondisi ibu

(1) Nadi, tekanan darah adan temperature tubuh

(2) Urine (volum, aseton atau protein)

j) Asuhan pengamatan dan keputusan klinik (di catat dalam

kolom tersedia di sisi patograf atau dicatat kemajuan

persalinan.

Persalinan selama fase aktif persalinan

a) Informasi tentang ibu

Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada

saat memulai asuhan persalinan waktu kedatangan

(tertulis sebagai jam pada partograf dan perhatikan

kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan).

Catat waktu terjadinya pecah ketuban.

b) Keselamatan dan kenyamanan janin

(1) Denyut jantung janin

Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan


54
`

pada bagian pemeriksaan fisik, nilai dan catat denyut

jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika

ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada

bagian ini, menunjukan waktu 30 menit. Skala angka

disebelah kolom paling kiri menunjukan DJJ. Catat

DJJ dengan memberikan tanda titik pada garis yang

sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ.

Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik yang

lainnya dengan garis yang terputus. Kisaran normal

DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal angka

180 dan 100. Tetapi, penolong sudah harus waspada

bila DJJ dibawah 120 atau diatas 160.

(2) Warna dan adnya air ketuban

Nilai air ketuban setiap kali dilakukan

pemeriksaan dalam, dan nilai warna air ketuban jika

selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam

kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ. Gunakan

lambing-lambang berikut ini :

U : Ketuban utuh (belum pecah).

J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.

M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur

mekonium

D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur


55
`

darah.

K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban

(kering) Mekonium dalam cairan ketuban tidak

selalu menunjukan adanya gawat janin. Jika

mekonium, pantau DJJ secara seksama

untukmengenali tanda-tanda gawat janin selama

proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat

janin (denyut jantung janin < 100 atau >180 kali

permenit), ibu segera dirujuk ke fasilitas

kesehatan yang sesuai. Tetapi jika terdapat

meconium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang

memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetric dan

bayi baru lahir.

(3) Molase

Penyusupan adalah indikator penting seberapa

jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan

bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling

menyusup atau tumpang tindih, menunjukan

kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul

(CPD).

Ketidakmampuan akomodasi akan benar-benar

terjadi jika tulang kepala saling menyusup tidak dapat

dipisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi tulang


56
`

panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi

janin dan kemajuan persalinan. Lakukan tindakan

pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan

tanda-tanda disproporsi tulang ke fasilitas kesehatan

yang memadai. Setiap kali melakukan pemeriksaan

dalam, nilai penyusup kepala janin. Catat temuan di

kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan

lambing- lambang berikut ini:

0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura-sutura

dengan mudah dapat dipalapasi

1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling

bersentuhan

2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpung tindih,

tapi masih dapat dipisahkan

3 : Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan

tidak dapat dipisahkan (Puspitasari & Triestuti,

2018).

c) Kemajuan Persalinan

(1) Pembukaan serviks

Dengan menggunakan metode yang dijelaskan

dibagian pemeriksaan fisik, nilai dan catat pembukaa

serviks setiap 4 jam (lebih sering jika ada tanda-tanda

penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan,


57
`

catat pada partograf hasil temuan dari setiap

pemeriksaan.

Tanda ‘X’ harus ditulis di garis waktu yang

sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Beri

tanda untuk temuan-temuan dari pemeriksaan dalam

yang dilakukan pertamakali selama fase aktif

persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda ‘X’ dari

setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).

(2) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin

Dengan menggunakan metode yang dijelaskan

di bagian pemeriksaan fisik, nilai dan catat pembukaan

serviks (setiap 4 jam) lebih sering dilakukan jika ada

tanda-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian

terbawah atau presentasi janin. Pada persalinan

normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya

diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau

presentasi janin.

Tapi kadang kala, turunnya bagian

terbawah/presentasi janin baru terjadi setelah

pembukaan serviks sebesar 7 cm. Kata-kata “turunnya

kepala” dan garis tidak terputus dari 0 – 5 tertera disisi

yang sama dengan angka pembukaan serviks.

Berikan tanda “O” pada garis waktu yang sesuai.


58
`

Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tulis

tanda “O” dinomer 4, hubungkan tanda “O” dari setiap

pembukaan dengan garis tidak terputus.

(3) Garis waspada dan garis bertindak

Garis waspada dimulai pada pembukaan

serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana

pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju

pembukaan 1 cm/jam. Pencatatan selama fase aktif

persalinan harus dimulai di garis waspada jika

pembukaan serviks mengarah ke arah sebelah kanan

garis waspada (pembukaan < 1 cm/jam), maka harus

dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya fase aktif

yang memanjang, macet, dan lain- lain).

Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi

yang diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke

fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau

puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan

kegawat daruratan obstetric. Garis bertindak tertera

sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak

atau 4 jalur kesisi kanan.

Jika pembukaan serviks berada disebelah

kanan garis bertindak, maka tindakan untuk

menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus


59
`

tiba ditempat tujukan sebelum garis bertindak

terlampaui.

(4) Jam dan Waktu

(a) Waktu Mulanya Fase Aktif Persalinan

Dibagian bawah partograf (pembukaan

servik dan penurunan) tertera kotak-kotak yang

diberi angka 1 – 16. Setiap kotak menyatakan

waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif

persalinan.

(b) Waktu Actual Saat Pemeriksaan Dilakukan

Dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya

fase aktif. Tertera kotak-kotak untuk mencatat

waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap

kotak menyatakan 1 jam penuh dan berkaitan

dengan 2 kotak waktu 30 menit pada lajur kotak di

atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. Saat ibu

masuk dalam fase aktif persalinan catatkan

pembukaan servik digaris wapada kemudian

catatkan waktu aktual pemeriksaan ini dikotak

waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika

pemeriksaan dalam menunjukan ibu mengalami

pembukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda

X digaris waspada yang sesuai dengan angka 6


60
`

yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat

waktu yang sesuai pada kotak waktu di bawahnya

(kotak ketiga dari kiri).

(5) Kontraksi uterus Persalinan yang normal disertai his

yang normal. Pada persalinan normal, makin lanjut

persalinan berlangsung his akan makin lama, makin

sering dan semakin sakit.

(a) Pengamatan his dilakukan setiap jam dalam fase

laten, dan setiap setengah jam dalam fase aktif.

Yang harus diamati adalah:

(b) Mencatat his pada patograf Dibawah garis waktu,

ada 5 kotak kosong melintang sepanjang partograf,

yang pada sisi kirinya tertulis “his/10 menit”. Satu

kotak menggambarkan satu his. Kalau ada 2 his

dalam 10 menit, ada 2 kotak yang diarsir. Ada 3

cara mengarsir:

< 20 detik : berupa titik-titik.

20 -40detik : garis miring/arsiran.

> 40 detik : dihitamkan penuh.

(6) Otot -otot dan cairan yang diberikan

(a) Oksitosin Jika tetesan (drip) oksitosin sudah

dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah

unit oksitosin yang diberikan per volume cairan


61
`

intravena dan dalam satuan tetesan per menit.

(b) Obat- obatan lain dan cairan intravena

a. Catat semua pemberian obat-obatan tambahan

dan atau cairan intravena dalam kotak yang sesuai

dengan kolom waktunya.

d) Kesehatan dan Kenyamanan Ibu

(1) Nadi, tekanan darah, dan temperatur tubuh Angka di

sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi

dan tekanan darah ibu.

(a) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase

aktif persalinan. (Lebih sering jika dicurigai adanya

penyulit). Beri tanda titik pada kolom yang sesuai

(.).

(b) Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam

selama fase aktif persalinan (lebih sering jika

dianggap akan ada penyulit). Beri tanda panah

pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.

(c) Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering

jika meningkat, atau dianggap ada infeksi) setiap 2

jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang

sesuai.

(2) Volume urin, protein, aseton

Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu


62
`

sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika

memungkinkan setiap ibu berkemih, lakukan

pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin.

f. Mekanisme Persalinan Normal

1) Engagement

Engagement pada primigravida terjadi pada bulan

terakhir kehamilan sedangkan pada multigravida dapat terjadi

pada awal persalinan. engagement adalah peristiwa ketika

diameter biparetal (Jarak antara dua paretal) melewati pintu

atas panggul dengan sutura sagitalis melintang atau oblik di

dalam jalan lahir dan sedikit fleksi. Masuknya kepala akan

mengalami ksulitan bila saat masuk ke dalam panggu dengan

sutura sgaitalis dalam antero posterior. Jika kepala masuk

kedalam pintu atas panggul dengan sutura sagitalis

melintang di jalan lahir, tulang parietal kanan dan kiri sama

tinggi, maka keadaan ini disebut sinklitismus.

Kepala pada saat melewati pintu atas panggul dapat

juga dalam keadaan dimana sutura sgaitalis lebih dekat ke

promontorium atau ke simfisis maka hal ini disebut

asinklitismus.

2) Penurunan kepala

a) Dimulai sebelum persalinan/inpartu. Penurunan kepala

terjadi bersamaan dengan mekanisme lainnya.


63
`

b) Kekuatan yang mendukung yaitu:

(1) Tekanan cairan amnion

(2) Tekanan langsung fundus ada bokong

(3) Kontraksi otot-otot abdomen

(4) Ekstensi dan pelurusan badan janin atau tulang

belakang janin.

3) Fleksi

a) Gerakan fleksi di sebabkan karena janin terus didorong

maju tetapi kepala janin terlambat oleh serviks, dinding

panggul atau dasar panggul

b) Kepala janin, dengan adanya fleksi maka diameter

oksipito frontalis 12 cm berubah menjadi suboksipito

bregmatika 9 cm

c) Posisi dagu bergeser kearah dada janin

d) Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas

teraba daripada ubun-ubun besar.

4) Rotasi dalam (putaran paksi dalam)

a) Rotasi dalam atau putar paksi dalam adalah pemutaran

bagian terendah janin dari posisi sebelumnya kearah

depan sampai dibawah simpisis. Bila presentasi belakang

kepala dimana bagian terendah janin adalah ubun-ubun

kecil maka ubun-ubun kecil memutar ke depan sampai

berada di bawah simpisis.Gerakan ini adalah upaya


64
`

kepala janin untuk menyesuaikan dengan bentuk jalan

lahir yaitu bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul.

Rotasi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala.

Rotasi ini terjadi setelah kepala melewati Hodge III

(setinggi spina) atau setelah didasar panggul. Pada

pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil mengarah ke jam 12

b) Sebab-sebab adanya putar paksi dalam yaitu:

(1) Bagian terendah kepala adalah bagian belakang

kepala pada letak fleksi

(2) Bagian belakang kepala mencari tahanan yang paling

sedikit yang disebelah depan yaitu hiatus genitalis.

5) Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di

dasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala.

Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu

bawah panggul mengarah ke depan atas, sehingga kepala

harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Pada kepala

bekerja dua kekuatan, yang satu mendesak nya ke bawah

dan satunya disebabkan tahanan dasar panggul yang

menolaknya ke atas. Setelah suboksiput tertahan pada

pinggir bawah symphysis akan maju karena kekuatan

tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan suboksiput,

maka lahirlah berturut- turut pada pinggir atas perineum


65
`

ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu

dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat

pemutaran disebut hypomochlion.

6) Rotasi luar (putaran paksi luar)

Terjadinya gerakan rotasi luar atau putar paksi luar

dipengaruhi oleh faktor-faktor panggul, sama seperti pada

rotasi dalam.

a) Merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil ke arah

punggung janin, bagian belakang kepala berhadapan

dengan tuber iskhiadikum kanan atau kiri, sedangkan

muka janin menghadap salah satu paha ibu. Bila ubun-

ubun kecil pada mulanya disebelah kiri maka ubun-ubun

kecil akan berputar kearah kiri, bila pada mulanya ubun-

ubun kecil disebelah kanan maka ubun-ubun kecil

berputar ke kanan.

b) Gerakan rotasi luar atau putar paksi luar ini menjadikan

diameter biakromial janain searah dengan diameter

anteroposterior pintu bawah panggul, dimana satu bahu di

anterior di belakang simpisis dan bahu yang satunya di

bagian posterior dibelakang perineum.

c) Sutura sagitalis kembali melintang.

7) Ekspulsi

Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi


66
`

sebagai hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang.

Kemudian setelah kedua bahu lahir disusul lahirlah trochanter

depan dan belakang sampai lahir janin seluruhnya. Gerakan

kelahiran bahu depan, bahu belakang dan seluruhnya


(Yulizawati dkk., 2019)
.

g. Asuhan Persalinan Normal

Asuahan persalinan normal harus diberikan sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan agar terciptanya

pelayanan asuhan yang tepat, cepat, dan benar, sehingga tidak

ada komplikasi yang terjadi baik pada saat persalinan maupun

pasca persalinan (Iskandar & Sofia, 2019). Pentingnya dilakukan

asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai

selama persalinan, dengan upaya mencapai pertolongan

persalinan yang bersih, aman, dan sehat dengan sangat

memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi, menjaga

kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang

tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang dilakukan

dengan lengkap dengan intervensi yang seminimal mungkin

agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga

pada tingkat yang optimal.

Tujuan Asuhan Persalinan Normal adalah megupayakan

kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang

tinggibagi ibu dan bayinya. Perilaku bidan dalam memberikan


67
`

asuhan kepada pasien merupakan hal yang sangat penting

karena dalam melakukan pelayanan bukan hanya asuhan yang

sesuai dengan standar praktik kebidanan yang harus

diperhatikan namun juga berkaitan dengan kebutuhan pasien

dan keamanan pasien. Terdapat 60 langkah asuhan persalinan

normal, diantaranya yaitu :

1) Melihat Tanda Dan Gejala Persalinan Kala II

2) Mengenali tanda dan gejala persalinan kala dua

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran,

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada

rectum dan vagina,

c) Perineum menonjol,

d) Vulva vagina dan sfingter ani membuka.

3) Menyiapkan Pertolongan Persalinan

a) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan

esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10

unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai

didalam partus set.

b) Mengenakan baju penutup atau celemek plastic yang

bersih.

c) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku,

mencuci kedua tangan dengan handuk satu kali

pakai/pribadi yang bersih.


68
`

d) Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua

pemeriksaan dalam.

e) Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik

(dengan memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi

atau steril) dan meletakan kembali dipartus set/wadah

desinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi

tabung suntik.

4) Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin

a) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan

hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan

kapas atau kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi

tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau anus

terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya

dengan seksama dengan cara menyeka dari depan

kebelakang. Membuang kapas atau kasa yang

terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti

sarung tangan jika terkontaminasi (meletakan kedua

sarung tangan tersebut dengan benar didalam larutan

terkontaminasi).

b) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan

pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan

servik sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah,

sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan


69
`

amniotomy.

c) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara

mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan

yang kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan kemudian

melepaskannya dalam keadaan terbalik serta

merendamnya didalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit. Lalu mencuci tangan.

d) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi

berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas

normal (120-160x/menit). Mengambil tindakan yang

sesuai jika DJJ tidak normal. Mendokumentasikan hasil

pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil penilaian serta

asuhan lainnya pada patograf


(Kumalasari & Rusella, 2022)

5) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses

meneran

a) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik. Memberitahu ibu berada dalam posisi yang

nyaman sesuai keinginannya.

(1) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk

meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan

kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman

persalinan aktif dan dokumentasikan semua temuan-


70
`

temuan.

(2) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana

mereka dapat mendukung dan memeberi semangat

kepada ibu saat ibu mulai meneran.

(a) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi

ibu untuk meneran.

(b) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai

dorongan yang kuat untuk meneran.

(c) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu

mempunyai keinginan untuk meneran.

(d) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu

untuk meneran.

(e) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman

sesuai dengan pilihannya.

(f) Menganjukan ibu untuk beristirahat diantara

kontraksi.

(g) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan

memberi semangat pada ibu.

(h) Menilai DJJ setiap kontraksi selesai.

(i) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum

akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2jam)

meneran untuk primipara atau 60 menit (1 jam)

untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak


71
`

mempunyai keinginan untuk meneran.

b) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau

mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin

meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai

meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan

beristirahat diantara kontraksi.

6) Persiapan Untuk Melahirkan Bayi

a) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter

b) 4-5 cm, letakan handuk bersih diatas perut ibu untuk

mengeringkan bayi.

c) Meletakan kain yang bersih yang dilipat 1/3

bagian,dibawah bokong ibu.

d) Membuka partus set.

e) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua

tangan.

7) Pertolongan Untuk Melahirkan Bayi Lahirnya Kepala

a) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6cm,

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain

tadi, letakan tangan yang lain dikepala bayi dan lakukan

tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala

bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan.

Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau

bernapas cepat saat kepala lahir. Dengan lembut


72
`

menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau

kasa yang bersih.

b) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil Tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi, kemudian meneruskan segera

proses kelahiran bayi

(1) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,

lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

(2) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, maka klem

di dua tempat dan memotongnya.

c) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi

luar secara spontan.

8) Lahirnya Bahu

Setelah kepala melakukan putaran paksi luar,

tempatkan kedua tangan dimasing-masing sisi muka bayi.

Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya.

Dengan lembut menariknya kearah bawah dan kearah luar

hingga bahu anterior muncul dibawah arcus pubis dan

kemudian dengan lembut menarik kearah atas dan kearah

luar untuk melahirkan bayi posterior.

9) Lahirnya Badan dan Tungkai

a) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan

mulai kepala bayi yang berada dibagian bawah kearah

perineum, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke


73
`

tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan

bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian

bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.

Menggunakan tangan anterior untuk mengendalikan siku

dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

b) Setelah tubuh dari tangan lahir, menelusurkan tangan

yang ada di atas (anterior) dari punggung kearah kaki bayi

dengan hati-hati membantu kelahiran kaki


(Muliani dkk., 2021)
.

h. Asuhan Bayi Baru Lahir

1) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), bila bayi

mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.

2) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan

kering, menutup bagian kepala, membiarkan tali pusat

terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil

tindakan yang sesuai.

3) Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi

yang lahir dan bukan kehamilan ganda.

4) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik.

5) Dalam waktu 1 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan

oksitosin 10unit I.M digluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu
74
`

bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

6) Setelah bayi 2 menit lahir. Menjepit tali pusat menggunakan

klem kira-kira 5 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada

tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang klem

kedua 2 cm dari klem pertama.

7) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi

dari gunting dan memotong tali pusat diantara dua klem

tersebut. Ikat tali pusat menggunakan benang DTT/steril.

Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah

8) yang telah disediakan (Nuryana dkk., 2023) .

9) Kemudian meletakan bayi diatas perut ibu dengan posisi

kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya, biarkan kontak

kulit ibu dengan bayi dan menganjurkan ibu untuk memeluk

bayinya dengan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya. Lakukan paling sedikit 1 jam


(Nukami & Fitria, 2022)
.

i. Manajemen Aktif Kala III

1) Memindahkan klem pada tali pusat hingga jarak 5-10 cm dari

vulva.

2) Meletakan satu tangan diatas kain yang ada diperut ibu, tepat

diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk

melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.

Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.


75
`

3) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan kearah bawah pada tali dengan lembut.

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah

uterus dengan cara menekan uterus keatas dan belakang

(dorsokranial) dengan hal-hal untuk membantu mencegah

terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-

40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu

hingga kontraksi berikutnya mulai. Jika uterus tidak

berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota

4) keluarga untuk melakukan rangsangan putting susu.

j. Mengeluarkan Plasenta

1) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus

kea rah dorsal ternyata di ikuti dengan pergesaran tali pusat

kea rah distal maka lanjutkan dorongan kea rah cranial

hingga plasenta dapat dilahirkan.

a) Ibu tidak boleh meneran tapi tali pusat hanya ditegangkan

b) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plaseenta.

c) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penanganan

tali pusat selama 15 menit :

(1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.

(2) Menilai kandung kemih dan dilakukan katerisasi

kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptic


76
`

jika perlu.

(3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

(4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit

berikutnya.

(5) Jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak

kelahiran bayi atau perdarahan maka segera lakukan

tindakan plasenta manual.

2) Jika plasenta terlihat diintoitus vagina, melanjutkan

3) kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.

Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati

memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan

lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

k. Rangsangan Taktil (Masase) Uterus

Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

mesase uterus, melakukan telapak tangan difundus dan

melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontraksi.

l. Menilai Perdarahan

1) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin dan selaput ketuban lengkap dan utuh.

Meletakan plasenta didalam kantung plastik atau tempat

khusus.

2) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum


77
`

dan segera menjahit laserasi yang mengalami pendarahan

aktif.

m. Asuhan Pasca Persalinan

1) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan

kelarutan klorin 0,5% membilas kedua tangan yang masih

bersarung tangan tersebut dengan air desinfeksi tingkat tinggi

dan mengeringkan dengan kain yang bersih dan kering.

2) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi

dengan baik.

n. Evaluasi

1) Pastikan kandung kemih kosong.

2) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilai kontraksi.

3) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

4) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum baik.

5) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas


(Widiastutik, 2020)
dengan baik

o. Kebersihan dan Keamanan

1) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi selama 10 menit. Mencuci dan

membilas peralatan setelah dekontaminasi.

2) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam

tempat sampah yang sesuai.


78
`

3) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi

tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan

darah. Membatu ibu memakai pakaian yang bersih dan

kering.

4) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan

ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman

dan makanan yang di inginkan.

5) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan

dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

6) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin

0,5%, membalikan bagian dalam keluar dan merendamnya

dalam larutan klorin 0,5% selama 10menit.

7) Mencuci tangan dengan sabun.

8) Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan

pemeriksaan fisik bayi.

9) Dalam satu jam pertama, beri salep mata, Vit K 1 mg IM di

paha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik bayi baru lahir

setiap 15 menit.

10) Setelah satu jam pemberian Vit K berikan suntikan imunisasi

Hepatitis B di paha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di

dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan.

11) Lepaskan sarung tangan dengan keadaan terbalik dan

rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.


79
`

12) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

13) Melengkapi partograph. (Susiloningtiyas & Purwanti, 2018) .

3. Nifas

a. Pengertian Nifas

Masa nifas yaitu masa seusai kelahiran plasenta lalu

berakhir saat alat kandung menjadi normal kembali sebelum

hamil yang terjadi dalam waktu 40 hari atau 6 minggu, seluruh

sistem tubuh ibu nifas mengalami perubahan diantaranya


(Widayati et al., 2022).
produksi ASI menjadi meningkat

Masa nifas (puerpurium) dimulai sejak plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu.

b. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 4 kali

bidan harus melakukan kunjungan, dilakukan untuk menilai

keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah,

mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

1) KF 1 (6 jam - 2 hari setelah persalinan)

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri;

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan;

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana cara mencegah perdarahan masa

nifas karena atonia uteri;


80
`

d) Pemberian ASI awal;

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir;

f) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah

hipotermia;

g) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus

tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam

pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi

dalam keadaan sehat.

2) KF 2 (3 - 7 hari setelah persalinan)

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus

berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada

perdarahan abnormal;

b) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan

istirahat;

c) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit;

d) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan

merawat bayi sehari-hari.

e) Memberikan konseling mengenai perawatan luka

perineum.

3) KF 3 (8 - 28 hari setelah persalinan)

a) Memastikan ibu istirahat yang cukup;


81
`

b) Memastikan ibu tidak da keluhan saat menyusui atau

adanya pembengkakan pada payudara ibu;

c) Memeriksa luka perineum dan lochea.

4) KF 4 (29 - 42 hari setelah persalinan)

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia

atau bayi alami.

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

Kebijakan pemerintah membuat kunjungan pada masa

nifas minimal empat kali kunjungan, sehingga terjalin interaksi

antara ibu nifas dengan tenaga kesehatan. Program masa nifas

bertujuan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi, selain itu

mencegah terhadap kemungkinan adanya gangguan kesehatan

ibu nifas dan bayinya mendeteksi secara dini adanya komplikasi

atau masalah yang terjadi pada masa nifas serta menangani

komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu


(Dwijayanti dkk., 2023)
kesehatan ibu nifas maupun bayinya

c. Kebutuhan Masa Nifas

Jumlah kalori yang seorang ibu yang berada dalam masa

nifas akan membutuhkan beberapa menurut (Walyani & endang,

2020) hal yaitu :

1) Nutrisi dan cairan

Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi

seimbang, serta protein dan karbohidrat yang cukup. Seperti


82
`

mengonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari (ibu harus

mengonsumsi 3 sampai4 porsi setiap hariJ maupun

meminum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurannya ibu

harus minum setiap kali menyusui). Selain itu, ibu juga harus

meminum pil (zat besi) untuk menambah zat besi, setidaknya

selama 40 hari pascabersalin, kemudian minum kapsul

vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A

kepada bayinya melalui ASI miliknya. Meminum amoxsilin

untuk antibiotic , dan parasetamol untuk meredakan rasa

nyeri setaleh postpartum. Selain untuk mempertahankan

tubuh terhadap infeksi, mencegah konstipasi, dan mulainya

proses pemberian eksklusif, mengonsumsi nutrisi dan cairan

juga bermanfaat untuk:

a) Tidak memberikan kontra indikasi pemberian nutrisi

setelah persalinan

b) Memberikan nutrisi yang lengkap dengan tambahan kalori

dari sebelum hamil (200-500 kal)

c) Mempercepat pemulihan kesehatan dan kekuatan

d) Meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI

e) Mencegah terjadinya infeksi

2) Ambulasi

Ambulasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan

segera pada pasien pascaoperasi dimulai dari bangun dan


83
`

duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai

berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien.

Ambulasi adalah aktivitas berjalan.Ambulasi dini merupakan

tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca

operasi dimulai dari duduk sampai pasien turun dari tempat

tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat, sesuai dengan

kondisi pasien. Beberapa tujuan ambulasi dini, antara lain:

a) Menurunkan insiden komplikasi immobilisasi pasca-

operasi.

b) Mengurangi komplikasi respirasi dan sirkulasi.

c) Mempercepat pemulihan peristaltik usus dan kemung-

kinan distensi abdomen.

d) Mempercepat proses pemulihan pasien pascaoperasi.

e) Mengurangi tekanan pada kulit atau dekubitus.

f) Penurunan intensitas nyeri.

g) Frekuensi nadi dan suhu tubuh kembali normal.

3) Eliminasi

Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan.

Proses pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi organ

eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra. Pada

prosesnya, ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk

urine. Ureter mengalihkan urine ke bladder, dan dalam

bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu


84
`

yang kemudian dikeluarkan melalui uretra.

Kebanyakan pasien dapat melakukan proses buang

air kecil secara spontan dalam 8 jam setelah melahirkan,

selama kehamilan terjadi peningkatan ekstraseluler 50%.

Sedangkan untuk buang air besar, biasanya tertunda selama

2 sampai 3 hari setelah melahirkan karena enema

prapersalinan, diet cairan, obat-obatan analgesik selama

persalinan, dan perineum yang sakit.

4) Kebersihan diri atau perineum

Kebersihan diri ibu dapat membantu mengurangi

sumber infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada

ibu.

Untuk menjaga kebersihan diri, anjurkan untuk mandi

secara teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian

maupun alas tempat tidur, serta menjaga lingkungan tempat

ibu tinggal tetap bersih.

Tujuan dilakukannya perawatan perineum yaitu untuk

mencegah terjadinya infeksi, meningkatkan rasa nyaman,

dan mempercepat penyembuhan. Tindakan yang bisa

dilakukan yaitu dengan cara mencuci daerah genitalia

dengan air dan sabun setelah buang air kecil/besar.

Pembalut hendaknya diganti secara teratur, minimal 2 kali

sehari.
85
`

5) Istirahat

Masa nifas sangat erat kaitannya dengan gangguan

pola tidur yang dialami ibu, terutama segera setelah

melahirkan. Proses persalinan yang lama dan melelahkan

dapat membuat ibu frustasi bahkan depresi apabila

kebutuhan istirahatnya tidak terpenuhi.

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup. Istirahat

tidur yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari

dan 1 jam pada siang hari.Ibu membutuhkan istirahat dan

tidur yang cukup, terlebih untuk ibu yang menyusui. Segala

macam tindakan rutin di rumah sakit hendaknya jangan

menganggu waktu istirahat dan tidur ibu. Pada ibu nifas,

kurang istirahat akan mengakibatkan:

a) Berkurangnya Produksi ASI

b) Memperlambat proses involusi uterus dan meingkatkan

perdarahan

c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk mera-

wat bayi dan dirinya sendiri.

6) Seksual

Seksualitas ibu dipengaruhi oleh derajat rupture

perineum dan penurunan hormon steroid setelah persalinan.

Biasanya, keinginan seksual ibu akan menurun karena kadar

hormone yang rendah, adaptasi peran baru, keletihan atau


86
`

kurang istirahat dan tidur. Biasanya, penggunaan kontrasepsi

(ovulasi terjadi pada kurang lebih 6 minggu) diperlukan

karena kembalinya masa subur yang tidak dapat diprediksi.

Setelah selesai masa nifas 40 hari, ibu sudah

diperbolehkan melakukan hubungan seksual kembali. Bagi

ibu yang baru melahirkan, ia diperbolehkan melakukan

hubungan seksual kembali setelah 6 minggu setelah masa

persalinan. Batasan tersebut didasarkan atas pemikiran

semua luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomi, dan

luka bekas section cesarean yang telah sembuh dengan baik.

Hormon prolaktin yang dihasilan tidak akan membuat ibu

kehilangan gairah seksual. (febrianti, 2021)

d. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

Perubahan fisiologi yang terjadi pada masa nifas meliputi:

perubahan uterus, lokhea, perubahan pada serviks, perubahan

pada vulva dan vagina, perineum, perubahan pada sistem

pencernaan, perubahan sistem perkemihan, perubahan sistem

muskuloskeletal/otot, perubahan sistem endokrin, perubahan

tanda–tanda vital, perubahan sistem hematologi (Wardani,

2018).

1) Sistem Reproduksi

a) Uterus

Setelah plasenta lahir normalnya uterus menjadi


87
`

keras karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Fundus

uteri 3 jari dibawah pusat selama 2 hari berikutnya

besarnya tidak seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari

ini uterus mengecil dengan cepat, sehingga pada hari ke

10 tidak teraba lagi dari luar, dan sampai dengan 6

minggu tercapai lagi ukurannya yang normal kembali.

Tabel 2.3 TFU dan Berat Uterus masa Involusi

Involusi TFU Berat Uterus


Bayi lahir Sepusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di bawah simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Sumber : (Kemenkes RI, 2016).

b) Lochea (Lokhea)

Pada tahap awal masa nifas akan keluar cairan

dari vagina yang dinamakan lokhea. Lokhea adalah secret

yang berasal dari luka dalam rahim terutama bekas

implantasi placenta. Warna dan sifat lokhea berubah

seperti secret luka berubah menurut tingkat penyembuhan

luka.

Tabel 2.4 Lochea


Lochea Waktu Warna Ciri
Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari sel desidua,
kehitaman verniks
caseosa, rambut
lanugo, sisa meconium
dan sisa darah, terkadang
berbentuk
stolsel.
88
`

Sanguinol 3-7 hari Merah Sisa darah bercampur


enta kekuningan lender.
Serosa 8-14 Kuning Lebih sedikit darah dan
hari kecokelata lebih banyak serum, juga
n terdiri dari
leukosit dan robekan
laserasi plasenta.
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit,
selaput lender serviks
dan serabut mati.

c) Vagina

Luka pada vagina dapat terjadi selama proses

persalinan seperti ruptur spontan yang disebabkan oleh

proses persalinan itu sendiri seperti, kesalahan dalam

mengejan, perineum kaku, ataupun bayi yang terlalu

besar pada persalinan normal. Perlukaan vagina juga

dapat terjadi karena episiotomi karena indikasi tertentu.

d) Proses Laktasi atau Pengeluaran ASI

Kondisi payudara pada 2 hari pertama nifas sama

dengan masa kehamilan. Pada hari ke 3 post partum

payudara menjadi besar keras dan nyeri. Ini menandai

permulaan sekresi ASI dan keluarlah cairan putih

kekuningan yang kaya akan imun untuk bayi yang disebut

dengan kolostrum.
89
`

Gambar 2.2 Struktur Payudara

Sumber : (Alodkter, 2021)

2) Sistem Perkemihan

Pada sistem perkemihan tidak banyak terjadi

perubahan. Namun pada sistem ini dapat terjadi perubahan

apabila terjadi trauma akibat kehamilan dan persalinan yaitu

mukosa menjadi edema dan hiperemik.

3) Sistem Muskuloskeletal

Setelah persalinan dinding perut longgar karena

diregang begitu lama, tetapi biasanya pulih dalam 6 minggu.

4) Perubahan Tanda-Tanda Vital

a) Suhu

Dalam 24 jam post partum suhu akan naik sekitar

37,5°C-38°C yang merupakan pengaruh dari proses

persalinan dimana ibu kehilangan banyak cairan dan

kelelahan. Peningkatan suhu bisa juga disebabkan karena

infeksi pada endometrium, mastitis, infeksi tractus


90
`

urogenitalis.

b) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-100 kali

per menit. Pasca melahirkan, denyut nadi dapat menjadi

bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi

100 kali per menit, harus waspada kemungkinan infeksi

atau perdarahan postpartum.

c) Tekanan Darah

Tekanan darah normal manusia adalah sistolik

antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg.

Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca

melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan.

Sedangkan tekanan darah tinggi pada postpartum

merupakan tanda terjadinya preeklamsia postpartum.

Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.

d) Pernafasan

Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa

adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu postpartum

umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini

dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam

kondisi istirahat. Bila pernafasan pada masa postpartum

menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.


91
`

5) Perubahan Sistem Hematologi

Selama persalinan ibu mengalami kehilangan darah.

Secara fisiologis kehilangan darah masih dikatakan normal

jika ≤ 500 ml. Total volume darah kembali normal dalam

waktu 3 minggu post partum. Jumlah sel darah putih akan

meningkat terutama pada kondisi persalinan lama berkisar

25.000-30.000. Semua ini dipengaruhi oleh status gizi dan

hidrasi dari ibu

(Elyasari, Afrianty Iis, Langgupa widianti Lisda, Maulida Fajria Luluk, W

e. Perubahan Psikologis Pada Masa Nifas

Dalam proses adaptasi psikologi dalam masa nifas,

menurut (Reva Rubin) seorang ibu akan mengalami beberapa

fase, diantaranya :

1) Fase Taking In

Fase taking in adalah periode ketergantungan dimana

pada saat tersebut, fokus perhatian ibu akan tertuju pada

bayinya sendiri. Rubin menetapkan periode selama beberapa

hari ini sebagai fase menerima dimana seorang ibu juga

membutuhkan perlindungan serta perawatan yang bisa

menyebabkan gangguan mood dalam psikologi. Dalam

penjelasannya, Rubin mengatakan jika fase tersebut akan


92
`

berlangsung antara 2 hingga 3 hari.

2) Fase Taking Hold

Fase taking hold berlangsung antara 3-10 hari setelah

melahirkan. Dalam fase ini, kebutuhan akan perawatan dan

juga rasa diterima dari orang lain akan muncul secara

bergantian, serta keinginan agar bisa melakukan semuanya

secara mandiri setelah sebelumnya juga mengalami

perubahan sifat yang terjadi pada ibu hamil. Ibu merasa

khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab

dalam perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif

sehingga mudah tersinggung.

3) Fase Letting Go

Fase letting go merupakan fase menerima tanggung

jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari

setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri

dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan

perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan

peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan

dirinya dan bayinya.

f. Tanda Bahaya Masa Nifas

Tanda bahaya masa nifas untuk mengidentifikasi adanya

komplikasi yang apabila tidak terdeteksi dan tidak segera

mendapat penanganan dapat menyebabkan kematian ibu.


93
`

Tanda-tanda bahaya yang dapat terjadi seperti demam, nyeri,

perdarahan banyak, pusing, sakit kepala mendadak, perubahan

visual dan nyeri pada ulu hati (Pemeriksaan tinggi fundus uteri

(TFU).Pemeriksaan lokhia dan cairan Islami & Aisyaroh, 2023).

g. Pemeriksaan Fisik Masa Nifas

Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan

meliputi:

1) Pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas,

dan suhu).

2) pervaginam lainnya.

3) Pemeriksaan ektremitas dilakukan dengan menilai tanda

human (untuk mendeteksi adanya tromboplebitis), edema

tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan

fisik lain (Apriyani, 2022).

4) Pemeriksaan payudara dan menganjurkan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi.

5) Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)

kesehatan ibu nifas, dan bayi, termasuk keluarga berencana.

6) Keluarga berencana pasca persalinan (Putri, 2021).

4. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir adalah bayi yang baru saja dilahirkan dari

dalam uterus hingga usia 28 hari pertama. Istilah lain yang


94
`

sering digunakan adalah neonatus. Neonatus normal lahir

dengan berat badan 2500 gram hingga 4000 gram, panjang

badan 48-53 cm dan lingkar kepala 33-35 cm. Neonatus

diklasifikasikan menjadi :

1) Neonatus dini usia 0 sampai 7 hari

2) Neonatus lanjut > 7 hari sampai 28 hari

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi

dikarenakan paparan mikroorganisme selama proses persalinan

oleh sebab itu sangat penting penolong melakukan upaya

pencegahan infeksi dalam pertolongan persalinan dan

penanganan bayi baru lahir.

b. Penanganan Bayi Baru Lahir

Dalam lakukan penatalaksanaan bayi baru lahir, pastikan

mencuci tangan dengan menggunakan sabun sebelum dan

sesudah memegang bayi. Penolong mennggunakan sarung

tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum

dimandikan. Pastikan alat-alat yang digunkan dalam perawatan

bayi baru lahir terutama klem, gunting, alat resusitasi, benang

tali pusat dan kasa dalam keadaan steril atau Desinfeksi Tingkat

Tinggi (DTT). Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain

yang digunakan bayi dalam keadaan bersih, kering dan hangat.

Begitu pula dengan timbangan, alat pengukur panjang badan,

pita ukur, termometer, stetoscope dan alat yang bersentuhan


95
`

dengan bayi harus sudah dalam keadaan bersih dan hangat.

c. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal

Bayi baru lahir normal memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram.

2) Panjang badan bayi 48-53 cm.

3) Lingkar dada bayi 32-34 cm.

4) Lingkar kepala bayi 33-35 cm.

5) Bunyi jantung normal bayi yaitu 120-160 kali/menit.

6) Pernapasan normal bayi sekitar 40-60 kali/menit.

7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan

cukup terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.

8) Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik.

9) Kuku telah agak panjang dan lemas.

10) Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki)

11) Labia mayora telah menutupi labia minora (pada bayi

perempuan).

12) Refleks isap, menelan, dan morro telah terbentuk.

13) Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24

jam pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam


(Octaviani Chairunnisa & Widya Juliarti, 2022)
kehijauan dan lengket

d. Adaptasi Bayi Baru Lahir

Periode adaptasi pada bayi biasanya berlangsung selama

satu bulan atau lebih setelah kelahiran pada beberapa sistem


96
`

tubuhnya. Berikut ini beberapa bentuk adaptasi fisiologi bayi

baru lahir:

1) Sistem Metabolisme Karbohidrat

Pada jam pertama kehidupan bayi memperoleh energi

dari perubahan karbohidrat dan saat hari kedua energi

diperoleh dari metabolisme lemak. Setelah mendapatkan

asupan susu sampai dengan hari ke enam energi diperoleh

dari lemak sebanyak 60% dan karbohidrat 40%.

2) Perubahan Suhu Tubuh (Termoregulasi)

Bayi baru lahir rentan terjadi stress dingin (hipotermi)

dikarenakan belum dapat mengatur suhu tubuh. Ada empat

kemungkinan bayi dapat kehilangan suhu tubuhnya yaitu


(Febriati dkk., 2022)
dengan cara :

a) Konduksi

Bayi kehilangan panas dikarenakan bersentuhan

langsung dengan benda dengan suhu lebih dingin. Proses

ini dikarenankan perpindahan panas tubuh ke objek lain.

Contoh kasus seorang bidan memeriksa jantung bayi

dengan menggunakan stetoscope yang dingin, memeriksa

panjang badan bayi dengan alat ukur dingin, meja

pemeriksaan bayi tanpa alas.

b) Konveksi

Panas tubuh bayi bisa hilang karena hembusan


97
`

udara sekitar yang bergerak. Sebagai contoh bayi yang

ditempatkan di dekat jendela, atau terkena kipas angin.

c) Radiasi

Proses kehilangan panas tubuh bayi yang

disebakan karena lingkungan dingin. Misalkan meletakkan

bayi dalam ruangan AC tanpa penghangat (radiant

warner), membiarkan bayi telanjang, atau bayi diletakkan

dekat dengan benda-benda yang suhunya dingin.

Contohnya seperti tembok atau box bayi besi tapa alas di

sekelilingnya.

d) Evaporasi

Kehilangan panas tubuh bayi oleh karena

penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi

atau bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tidak segera

dikeringkan.

Gambar 2.3 Mekanisme Kehilangan Panas BBL

Sumber : (Marmi & Rahardjo, 2017).

Bayi yang kedinginan akan mengalami hipoglikemi,

hipoksia dan asidosis. Pencegahan kehilangan panas


98
`

menjadi prioritas utama dan bidan wajib meminimalkan

kehilangan panas pada bayi baru lahir. Pemberian ASI

sedini mungkin sangat membantu dalam memenuhi

glukosa yang dibutuhkan oleh bayi baru lahir. Selain itu

bayi akan menggunakan glikogen.

Bayi yang sehat akan memiliki simpanan glikogen

yang cukup. Oleh sebab itu bayi harus selalu dijaga agar

tetap hangat setelah persalinan. Suhu bayi Normal 36°C -

37°C.

3) Sistem Pernafasan

Saat janin didalam uterus mendapatkan oksigen dari

pertukaran gas melalui plasenta, setelah bayi lahir pertukaran

gas harus melalui paru-paru bayi. Frekuensi pernafasan bayi

Normal adalah 40 - 60 Kali Permenit. Ada dua faktor utama

yang dapat merangsang pernapasan pertama bayi baru lahir,

yaitu bayi mengalami hipoksia pada saat akhir persalinan

yang merangsang pusat pernapasan di otak dan faktor kedua

adalah tekanan dalam dada saat persalinan melalui

pengempisan paru, merangsang masuknya udara ke dalam

paru secara mekanik.

4) Sistem Renal

Bayi tidak dapat memekatkan urinnya sebagai respon

terhadap asupan cairan. Urin pertama dikeluarkan saat lahir,


99
`

atau dalam waktu 24 jam pertama dan setelahnya dengan

frekuensi yang semakin sering seiring dengan peningkatan

asupan cairan.

5) Sistem Gastrointestinal

Kemampuan bayi cukup bulan menerima dan menelan

makanan terbatas, hubungan esofagus bawah dan lambung

belum sempurna sehingga mudah gumoh terutama bayi baru

lahir dan bayi muda. Kapasitas lambung memiliki kapasitas

15-30 cc. Waktu pengosongan lambung normalnya 2-3 jam.

Mekonium yang berada pada usus besar sejak 16

minggu kehamilan akan keluar dalam 24 jam pertama dan

dikeluarkan seluruhnya pada 48- 72 jam. Usus bayi masih

belum matang sehingga tidak mampu melindungi diri dari zat

berbahaya, kolon bayi baru lahir kurang efisien

dalammempertahankan air dibanding dewasa sehingga

bahaya diare menjadi hal serius pada bayi baru lahir.

6) Sistem Hepar

Fungsi hepar bayi antara lain sebagai penyimpan zat

besi, metabolisme karbohidrat, konjugasi bilirubin dan

koagulasi. Karena hepar belum matur untuk membentuk

glukosa sehingga rentan terjadi hipoglikemi pada bayi baru

lahir. Neonatus telah memiliki kapasitas fungsional untuk

merubah bilirubin, namun sebagian besar bayi ada yang


100
`

mengalami hiperbilirubinemia fisiologis.

7) Sistem Imun

Sistem imunitas bayi baru lahir belum matang. Sistem

imunitas yang matang menyebabkan kekebalan alami dan

buatan. Tugas utama bayi dan anak-anak awal yaitu

membentuk kekebalan. Bayi baru lahir sangat rentan

terhadap infeksi. Pencegahan yang dapat dilakukan seperti

melakukan persalinan yang aman dan bersih, menyusui

dengan ASI secara dini, dan pengenalan serta pengobatan

sejak dini infeksi menjadi sangat penting


(Penelitian dkk., 2023)
.

8) Sistem Integumen

Secara fisiologi kulit bayi baru lahir dilindungi oleh

vernicks caseosa yang bersatu dengan epidermis dan

memegang peranan penting sebagai lapisan pelindung.

Beberapa bayi baru lahir dilapisi verniks caseosa yang

sangat tebal, namun ada juga yang hanya dilapisi verniks

caseosa yang tipis pada tubuhnya. Verniks caseosa akan

menghilang dalam waktu 2 hingga 3 hari.

9) Sistem Reproduksi

Pada bayi laki-laki testis turun ke skrotum dan uretra

meatus diujung penis, dan prepusium melekat pada kelenjar.

Sedangkan pada bayi perempuan labia mayora menutupi


101
`

labia minora, himen dan klitoris dapat tampak besar dan

folikel primodial yang berisi ovum primitif telah ada.

10) Sistem Fisiologis Bayi Baru Lahir

Beberapa reflek secara fisiologis muncul dengan

sendirinya dan akan menghilang pada saat usia tertentu.

a) Rooting dan Sucking

Rooting reflek pada bayi baru lahir adalah bayi

akan menolehkan kepala ke arah stimulus, membuka

mulut, dan mulai mengisap bila pipi, bibir, atau sudut

mulut bayi disentuh dengan jari atau puting. Kondisi

patologi terjadi jika respons yang lemah atau tidak ada

respons terjadi pada prematuritas, penurunan atau cedera

neurologis, atau depresi sistem saraf pusat (SSP).

b) Swallowing

Secara fisiologis, proses menelan pada bayi baru

lahir berkoordinasi dengan mengisap bila cairan ditaruh di

belakang lidah. Kondisi patologi terjadi jika bayi muntah,

batuk, atau regurgitasi cairan dapat teriadi.

c) Moro

Suatu respon tiba tiba pada bayi baru lahir yang

terjadi akibat suara atau gerakan yang mengejutkan.

Kondisi patologi terjadi jika tidak terdapat respon dari bayi.

d) Melangkah atau Stapping


102
`

Secara fisiologis, bayi akan melakukan reflek

stapping yaitu berusaha untuk merangkak ke depan

dengan kedua tangan dan kaki bila diletakkan telungkup

pada permukaan datar. Kondisi patologi terjadi jika

terdapat respons asimetris yang dapat terlihat pada bayi

dengan cedera system saraf pust (SSP) dan gangguan

neurologis.

e) Tonic Neck

Saat kepala bayi digerakkan kesamping, lengan

pada sisi tersebut akan lurus dan lengan yang berlawanan

akan menekuk (kadang-kadang pergerakan akan sangat

halus atau lemah).

f) Glabellar

Bayi akan berkedip bila dilakukan 4 atau 5 ketukan

pertama pada batang hidung saat mata terbuka. Reflek

abnormal jika terus berkedip dan gagal untuk berkedip

menandakan kemungkinan gangguan neurologis.

g) Palmar dan Plantar Grasp

Jari bayi akan melekuk di sekeliling benda dan

menggenggamnya seketika bila jari diletakkan di tangan

bayi. Sedangkan pada Plantar Grasp jari bayi akan

melekuk di sekeliling benda seketika bila jari diletakkan di

telapak kaki bayi. Respon yang berkurang pada


103
`

prematuritas. Respon abnormal jika tidak ada respons

yang terjadi pada bayi dengan gangguan defisit neurologis

yang berat.

h) Babinski

Jari-jari kaki bayi akan hiperekstensi dan terpisah

seperti kipas dari dorsofleksi ibu jari kaki bila satu sisi kaki

digosok dari tumit ke atas melintasi bantalan kaki. Respon

abnormal jika tidak ada respons yang terjadi. Hal ini

tampak pada bayi dengan gangguan defisit SSP


(Raufaindah dkk., 2022)
.

e. Perawatan Tali Pusat

Cara perawatan tali pusat agar tidak terjadi peningkatan

infeksi, yaitu dengan membiarkan luka tali pusat terbuka dan

membersihkan luka hanya dengan air besih. Tidak

membubuhkan apa pun pada daerah sekitar tali pusat karena

dapat mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan karena

meningkatnya kelembapan (akibat oleh bahan tersebut) badan

bayi sehingga menciptakan kondisi penyerapan yang

mendukung tumbuhnya bakteri. Penting untuk diberitahukan

kepada ibu, agar ideal tidak membubuhkan apa pun ke tali pusat

dan tali pusat terbuka agar tetap kering.

f. Penilaian Bayi Untuk Tanda-tanda Kegawatan

Penilaian awal bayi baru lahir adalah penilaian selintas


104
`

yang dilakukan oleh bidan sebagai penolong persalinan untuk

menentukan kondisi awal bayi. Penilaian ini akan memutuskan

apakah bayi memerlukan resusitasi atau tidak. Evaluasi

(penilaian awal) yang dilakukan saat bayi baru lahir antara lain

sebagai berikut:

1) Sebelum Lahir

a) Memastikan bayi lahir cukup bulan

b) Memastikan air ketuban jernih tidak bercampur meconium

2) Segera Setelah Lahir

Saat bayi lahir diletakkan diatas perut ibu, penolong

pun menilai dengan segera. Apakah tonus otot bayi baik atau

bergerak aktif?

Untuk bayi baru lahir cukup bulan dengan air ketuban

jernih, bayi lahir langsung menangis atau bernafas spontan,

serta gerakan bayi aktif maka dilakukan manajemen BBL

normal.

Gambar 2.4 Manajemen Bayi Baru Lahir

Sumber : (Dinkes Bunten Barat, 2023).


105
`

Manajemen bayi baru lahir dapat dimulai dari sebelum

lahir yaitu memastikan bayi cukup bulan dan air ketuban

jernih. Dilanjutkan dengan penilaian segera setelah lahir yaitu

pastikan bayi menangis atau bernafas spontan, tonus otot

baik dan gerakan aktif. Jika masuk pada kriteria tersebut

dapat dipastikan bayi baru lahir dalam keadaan normal.

Asuhan yang perlu diberikan pada bayi baru lahir normal

antara lain adalah:

a) Jaga bayi tetap hangat.

b) Hisap lendir dari mulut dan hidung (jika perlu).

c) Mengeringkan bayi.

d) Pemantauan tanda bahaya.

e) Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun

kira-kira 2 menit setelah bayi lahir.

f) Lakukan Inisiasi Menyusu Dini.

g) Beri suntikan Vitamin K1 mg intramuscular, dipaha kiri

anterolateral setelah Inisiasi Menyusu Dini.

h) Beri salep antibiotik pada kedua mata.

i) Pemeriksaan Fisik.

j) Beri imunisasi Hepatitis B 0,5ml intramuscular, dipaha

kanan anterolatral, kira-kira 1-2 jam setelah pemberian

vitamin K1.
106
`

3) Apgar Score

APGAR score adalah penilaian pada bayi baru lahir

yang dapat menggambarkan kondisi bayi baru lahir dalam

beberapa menit pertama. Penilaian dilakukan pada 1 menit

pertama dan menit ke 5 kehidupan. Jika hasil score penilaian

kurang dari 7 maka BBL perlu dilakukan resusitasi. Berikut

tabel penilaian APGAR score.

Tabel 2.5 Kriteria Penilaian Apgar Score

APGAR SCORE
0 1 2
A: Biru pucat atau Badan merah Seluruh tubuh
Appearance (WarnaColor muda, ekstremitasmerah muda
kulit) biru
P: Tidak ada <100 kali /menit >100 kali /menit
Pulse Heart rate
(Denyut jantung)
G: Tidak ada Menyeringai, lemah Batuk, bersin,
Grimace Refleks respon atau menangis
Irritablility (Reflek)
A: Lemah atau Hanya bagian Gerakan aktif bayi
Activity Muscle tone lumpuh ekstremitas
(Tonus otot) fleksi
R: Tidak ada Lemah/ lambat,Baik, bayi
Respiration (Pernafasan) tidak teratur menangis
spontan
Sumber : (Greer, M. L, 2014).

Nilai apgar digunakan untuk menilai kemajuan kondisi

bayi baru lahir pada saat 1 menit dan 5 menit setelah

kelahiran dan erat hubungannya dengan beratnya asfiksia.

Penilaian Apgar score terus dilakukan setiap 5 menit sekali

sampai keadaan bayi normal atau samapi 20 menit pertama

kehidupan. Interpretasi Apgar Score adalah sebagai berikut:

a) Skor 7-10 = vigorous baby yaitu bayi dalam kondisi baik


107
`

(sehat) dan tidak memerlukan tindakan resusitasi.

b) Skor 4-6 = asphyxia mild-moderate yaitu bayi mengalami

keadaan aspiksia sedang, dan perlu dilakukan tindakan

resusitasi. Pada keadaan ini tonus otot bayi mungkin

tampak kurang baik atau baik, terjadi sianosis, reflek

iritabilitas tiak ada.

c) Skor 0-3 = yaitu bayi dalam keadaan aspiksia berat.

Kondisi ini dapat disertai dengan henti jantung dimana

bunyi jantung fetus tidak terdengar. Keadaan ini


(Sejak dkk., 2023)
memerlukan resusitasi segera .

g. Inisiasi Menyusui Dini

Inisiasi Menyusu Dini merupakan pemberian Air Susu Ibu

(ASI) kepada bayi baru lahir dalam 30 menit sampai satu jam

pertama setelah bayi lahir, dimana bayi diletakkan di dada ibu

dan membiarkan bayi sampai menemukan puting susu ibunya.

Manfaat Inisiasi Menyusu Dini, bayi dan ibu menjadi lebih

tenang, tidak stres, pernafasan dan detak jantung lebih stabil,

dikarenakan oleh kontak antara kulit ibu dan bayi. Melalui Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) bayi dapat segera mungkin mendapatkan

kolostrum yang terdapat didalam ASI (Rohani Siregar, 2022).

Salah satu keuntungan IMD yaitu dapat merangsang produksi

oksitosin dan prolaktin sehingga meningkatkan produksi ASI.

Selain itu bisa meningkatkan keberhasilan menyusui secara


108
`

eksklusif dan meningkatkan lamanya menyusui bayi, serta

memperkuat refleks mengisap bayi dalam satu jam pertama

(Rohani Siregar, 2023). Masalah yang menjadi penghambat

pelaksanaan IMD tidak dilakukan karena kurangnya konseling

oleh tenaga kesehatan terhadap praktik IMD


(Lestari Nurul Aulia dkk., 2022)
.

h. Tanda-tanda Bahaya Pada Bayi

1) Bayi mengalami kesulitan bernapas dan bernapas <40 & >60

kali per menit.

2) Suhu tubuh <36,5 C dan > 37,5 C

3) Kulit bayi kering, kebiruan, pucat, atau memar, terutama

selama 24 jam pertama.

4) Mengisap lemah selama menyusui, lekas marah, sering

muntah dan kantuk yang berlebihan.

5) Tali pusat bayi merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk

dan berdarah.

6) Terdapat isyarat peradangan semacam temperatur badan

bertambah, kemerahan, bengkak, bau tidak nikmat,

keputihan, sesak napas serta mata balita terinfeksi.

7) Tidak buang air besar dalam 3 hari, tidak buang air besar

dalam 2 jam, tinja encer ataupun encer kerap bercorak hijau

tua, berdahak, ataupun berdarah.

8) Menggigil, risau, lemas, mengantuk, kejang, tidak dapat


109
`

tenang, menangis terus menerus.

9) Bayi berwarna kuning pada satu minggu pertama kehidupan

merupakan hal yang normal, dan akan menghilang saat 14

hari kehidupan. Jika 14 hari bayi masih berwarna kuning,

maka sudah memasukki ikterus fisiologis, dimana

memerlukannya pengecekkan laboratorium untuk

mendeteksi kadar bilirubin pada bayi.

10) Ikterus adalah warna kuning yang dapat terlihat pada sklera,

selaput lender, kulit atau organ lain akibat penumpukan

bilirubin. Bila kadar bilirubin darah melebihi 2 mg%, maka

ikterus akan terlihat, namun pada neonatus ikterus masih

belum terlihat meskipun kadar bilirubin darah sudah

melampaui 5 mg%. Ikterus terjadi karena peninggian kadar

bilirubin indirek (unconjugated) dan atau kadar bilirubin direk

(conjugated).

11) Ikterus diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi yaitu

sebagai berikut :

a) Ikterus Fisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari ke

dua dan hari ke tiga yang tidak mempunyai dasar

patologik, kadarnya tidak melewati kadar yang

membahayakan atau yang mempunyai potensi menjadi

kern ikterus dan tidak menyebabkan suatu morbiditas

pada bayi. Ikterus fisiologis ini juga dapat dikarenakan


110
`

organ hati bayi belum matang atau disebabkan kadar

penguraian sel darah merah yang cepat.

b) Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar

patologi atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang

disebut hiperbilirubinemia. Ikterus yang kemungkinan

menjadi patologik atau dapat dianggap sebagai

hiperbilirubinemia adalah :

(1) Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran

(2) Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih

(3) setiap 24 jam

(4) Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada

neonatus kurang bulan dan 12,5 mg% pada neonatus

cukup bulan

(5) Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas

darah, defisiensi enzim C6PD dan sepsis)

(6) Ikterus yang disebabkan oleh bayi baru lahir kurang

dari 200 gram yang disebbakan karena usia ibu

dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun dan kehamilan

pada remaja, masa gestasi kurang dari 35 minggu,

asfiksia, hipoksia, syndrome gangguan pernapasan,

infeksi, hipoglikemia, hiperkopnia, hiperosmolitas.

c) Kern ikterus adalah sindrom neurologik akibat dari

akumulasi bilirubin indirek di ganglia basalis dan nuklei di


111
`

batang otak. Faktor yang terkait dengan terjadinya

sindrom ini adalah kompleks yaitu termasuk adanya

interaksi antara besaran kadar bilirubin indirek,

pengikatan albumin, kadar bilirubin bebas, pasase

melewati sawar darah-otak, dna su septibilitas neuron


(Lidia Sari & Ningsih, 2022)
terhadap injuri .

i. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir

Pemeriksaan dilakukan secara head to toe. Pada

pemeriksaan fisik ini hal yang perlu diperhatikan adalah menjaga

bayi agar tidak mengalami hipotermi dan tidak mengalami

trauma karena tindakan yang dilakukan. Serta melakukan

informant consent apabila bayi telah dirawat gabungkan dengan

ibunya. Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi :

1) Kepala

Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura, molase, caput

succadeneum, cephal haematoma, hidrosefalus, rambut

meliputi: jumlah, warna dan adanya lanugo pada bahu dan

punggung.

2) Muka

Ukuran, bentuk, posisi, kesimetrisan letak di hubungkan

dengan mata dan kepala.

3) Mata

Ukuran, bentuk, posisi, (strabismus, pelebaran epichantus)


112
`

dan kesimetrisan, kekeruhan kornea, katarak kongenital,

trauma, keluar nanah, bengkak pada kelopak mata,

perdarahan subkonjungtiva.

4) Telinga

Bentuk, posisi, kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata.

5) Hidung

Bentuk dan lebar hidung, pola pernapasan dan kebersihan.

6) Mulut

Bentuk simetris atau tidak, mukosa mulut kering basah, lidah,

palatum, bercak putih pada gusi, refleks mengisap adakah

labio palatoskisis, trush sianosis.

7) Leher

Bentuk simetris atau tidak, adakah pembengkakan dan

benjolan, kelainan tiroid, hemangioma, tanda abnormalitas,

kromosom dan lain-lain.

8) Klavikula dan lengan

Adakah fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari.

9) Dada

Bentuk dan kelainan, bentuk dada, putting susu, gangguan

pernafasan, auskultasi bunyi jantung dan pernafasan.

10) Abdomen

Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis,

perdarahan tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan,


113
`

distensi, omfalokel, bentuk simetris atau tidak.

11) Genitalia

Kelamin laki-laki: panjang penis, testis sudah turun berada

dalam skrotum, orifisium uretra di ujung penis. Kelamin

perempuan: labia mayora dan labia minora, klitoris, orifisium

uretra, orifisium vagina.

12) Tungkai dan kaki

Gerakan, bentuk simetris/tidak, jumlah jari, kekuatan otot.

13) Anus

Berlubang/tidak, posisi, sfingter ani, megacolon.

14) Punggung

Bayi tengkurap, raba kurvatura, kolumna vertebralis,

skoliosis, pembengkakan.

15) Pemeriksaan kulit

Verniks caseosa, lanugo, warna, oedema, bercak hitam dan

tanda lahir.

16) Refleks

Berkedip, babinski, moro, tunick neck, graps, menghisap,

rooting.

17) Antropometri

Berat badan, panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada,


(Anggraini dkk., 2022)
lingkar perut .

j. Jadwal Imunisasi
114
`

Pemberian imunisasi merupakan tindakan pencegahan

agar tubuh tidak terjangkit penyakit infeksi tertentu seperti

tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan

tuberkulosis atau seandainya terkenapun, tidak memberikan

akibat yang fatal bagi tubuh. Penyakit infeksi atau menular dapat

dicegah dengan imunisasi (Tanimidjaja et al., 2019).

Imunisasi dasar diberikan pada bayi sebelum berusia 1

(satu) tahun. Jenis imunisasi dasar terdiri atas Bacillus Calmette

Guerin (BCG), Diphtheria Pertusis Tetanus Hepatitis B (DPT-HB)

atau Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus

Influenza type B (DPT-HB-Hib), Hepatitis B pada bayi baru lahir;

Polio & IPV, Campak, dan PCV. Jenis imunisasi yang diberikan

untuk bayi 0-9 bulan, yaitu:

1) Hepatitis B yaitu untuk mencegah Hepatitis B (kerusakan

hati), diberikan saat bayi usia 0 – 7 hari dengan dosis 0,5 ml

pada paha kanan bayi secara IM.

2) BCG yaitu untuk mencegah penyakit TB/Tuberkulosis (sakit

paru-paru) diberikan pada usia 0 – 1 bulan dengan dosis 0,05

ml pada lengan kanan atas secara IC.

3) Polio yaitu untuk mencegah penyakit polio (lumpuh layuh

pada tungkai kaki dan lengan tangan) diberikan secara oral

sebanyak 4 kali yaitu ketika usia bayi 1, 2, 3, dan 4 dengan

dosis 0,1 ml atau 2 tetes. IPV diberikan saat usia bayi 5


115
`

bulan, disuntikkan secara IM atau SC dilengan atau paha

dengan dosis 0,5 ml.

4) DPT-HB-Hib yaitu untuk mencagah penyakit Difteri, Pertusis,

batuk rejan, dan Tetanus. Dosis 1-3 diberikan ketika anak

berusia 2, 3, dan 4 atau 2, 4, dan 6 bulan sebanyak 0,5 ml

secara IM pada paha atas bagian depan.

5) Campak mencegah terjadinya penyakit campak yang

menimbulkan ruam kemerahan pada bagian leher muka

hingga menyebar keseluruh tubuh anak. Diberikan saat bayi

berusia 9- 11 bulan dengan dosis 0,5 ml disuntikkan pada

lengan kiri atas secara SC.

6) PCV adalah salah satu upaya guna mencegah penyebaran

pneumonia pada anak-anak. Diberikan dalam 3 kali tindakan

atau dosis, saat anak berusia 2 , 3, dan 12 bulan dengan

dosis pemberian 0,5 ml pada paha kiri secara IM


(Vika Vitaloka Pramansah, 2022)

Tabel 2.6 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar

Umur Jenis Interval Minimal


0 – 7 hari Hepatitis B0 -
1 bulan BCG, Polio1 -
2 bulan DPT-HB-Hib1, PCV1, Polio2 1 bulan
3 bulan DPT-HB-Hib2, PCV2, Polio3 1 bulan
4 bulan DPT-HB-Hib3, Polio4 1 bulan
5 bulan IPV 1 bulan
9 bulan Campak -
12 bulan PCV3 -
Sumber : (Kemenkes, 2017).
k. Asuhan Kebidanan 7 Langkah Varney
116
`

Manajemen Kebidanan merupakan alur pikir bagi seorang

bidan yg memberikan arah/kerangka kerja dalam menangani

kasus yang menjadi tanggungjawabnya. Sebagai pendekatan

yang digunakan bidan dalam menerapkan pemecahan masalah

secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis

dan pelaksanaan.

Adapun 7 langkah Varney Dokumentasi Asuhan

Kebidanan pada Neonatus adalah:

1) Pengkajian

Melakukan pengkajian data dnegan mengumpulkan semua

data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan bayi baru

lahir.

2) Interpretasi Data

Melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis,

masalah dan kebutuhan bayi berdasarkan data yang telah

dikumpulkan pada langkah.

3) Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial.

Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang

mungkin akan terjadi berdasarkan Diagnosis atau masalah

yang sudah diidentifikasi.

4) Identifikasi segera atau Kolaborasi

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter dan atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau


117
`

ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai

kondisi bayi.

5) Rencana Asuhan Kebidanan

Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh yang rasional

sesuai dengan temuan pada langkah sebelumnya.

6) Implementasi

Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara

efektif dan aman.

7) Evaluasi

Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah dierikan,

mengulangi kembali proses manajemen degan benar

terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksananakan

tetapi belum efektif.

l. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Pendokumentasian merupakan sebuah pencatatan

otentik yang kebenarannya dapat dibuktikan. Dalam dunia

kebidanan, pendokumentasian merupakan sebuah rangkaian

pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan yang dibuat

berdasarkan kenyataan atau tindakan yang dilakukan, yang

disampaikan secara lengkap dan tepat. Pendokumentasian

merupakan hal yang penting, karena catatan asuhan yang

diberikan kepada pasien dapat bermanfaat sebagai panduan

dalam menuntut tanggung jawab maupun penggugatan dari


118
`

pasien ketika muncul permasalahan yang terkait dengan asuhan

kebidanan yang diberikan (Surtinah.dkk, 2019).

1) Metode Pendokumentasian Kebidanan

Metode Pendokumentasian yang digunakan dalam

asuhan kebidanan adalah SOAP.

a) Subjektif

Data subjektif ini berhubungan dengan masalah

dari sudut pandang klien. Ekspresi klien mengenai

kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai

kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan

langsung dengan diagnosis. Data subjektif ini nantinya

akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.

b) Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil

pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium, dan tes

diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk

mendukung assesmen.

c) Analisa

Menggunakan pendokumentasian hasil data

analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam

suatu identifikasi.

(1) Diagnosa/masalah

(2) Masalah Potensial


119
`

(3) Tindakan Segera

2) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh

perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan

seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara

komprehensif; penyuluhan, dukungan, kolaborasi,

evaluasi/follow up dan rujukan. Tujuan penatalaksanaan

untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal

mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya (Wildan,


(Enggar dkk., 2022)
2019) .
BAB III

METODE PENULISAN LAPORAN

A. Jenis Laporan Kasus

Laporan ini menggunakan pendekatan Kualitatif. Penelitian

kualitatif merupakan suatu strategi inquiri yang menekankan pencarian

makna, pengertian, konsep, karakteristik, gejala, simbol maupun

deskripsi tentang suatu fenomena; fokus dan multimetoda, bersifat

alami dan holistik; mengutamakan kualitas, menggunakan beberapa

cara, serta disajikan secara naratif. Dari sisi lain dan secara sederhana

dapat dikatakan bahwa tujuan penelitian kualitatif adalah untuk

menemukan jawaban terhadap suatu fenomena atau pertanyaan

melalui aplikasi prosedur ilmiah secara sistematis dengan

menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian memaparkan asuhan kebidanan komprehensif

dimulai sejak kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir dengan

menerapkan manajemen asuhan kebidanan 7 langkah Varney pada

setiap asuhan dan pendokumentasian SOAP.

B. Lokasi Dan Waktu

Asuhan kebidanan komprehensif akan di lakukan diwilayah

kerja BLUD UPTD Puskesmas Perumnas Kota Kendari Provinsi

Sulawesi Tenggara.

120
121
`

C. Subjek Laporan Kasus

Subjek yang digunakan dalam studi laporan kasus dengan

manajemen asuhan kebidanan ini adalah ini adalah Ny. ”kiu” umur 28

tahun, GPA, dengan usia kehamilan 28 minggu .... yang kesehariannya

sebagai ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di jalan gunung jati

kota kendari yang kemudian akan dilakukan asuhan kebidanan sejak

kehamilan trimester III, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.

D. Instrumen laporan kasus

Instrumen penelitian berupa format pengkajian ibu hamil, ibu

bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir yang telah disediakan oleh

Institusi Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan,instrument

lain adalah buku KIA, buku catatan/register yang ada di Puskesmas

kandai dan partograf.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penyusunan studi ini menggunakan data primer dan data

sekunder:

1. Data Primer

Data primer menurut adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data. Data primer diambil dari:

a. Wawancara

Wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan

atau peneliti secara lisan dari seseorang respon dan atau


122
`

sasaran peneliti atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan

orang tersebut (face to face). Wawancara pada kasus ini

dilakukan pada pasien, keluarga, tenaga kesehatan dengan

menggunakan format asuhan kebidanan pada ibu hamil.

b. Observasi

Observasi adalah Teknik pengumpulan data dengan cara

mengamati subyek dan melakukan berbagai macam

pemeriksaan yang berhubungan dengan kasus yang akan

diambil. Observasi dapat berupa pemeriksaan umum,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pelaksanaan

observasi dilakukan dengan melakukan pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan laboratorium kepada ibu serta melihat

perkembangan asuhan yang telah diberikan dengan

menggunakan format asuhan kebidanan pada ibu hamil.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang

lain atau lewat dokumen. Dalam pengambilan kasus ini

menggunakan dokumentasi dari buku register di Puskesmas

kandai.

F. Trianggulasi Data

1. Trianggulasi sumber, mengecek keabsahan data Ny. “k” dari

pencatatan/register yang terdapat di di Puskesmas kandai, buku


123
`

KIA Ny. “k” informasi bidan yang bertugas di Puskesmas kandai

termasuk anggota keluarga (suami atau ibu).

2. Trianggulasi pengamat dilakukan dengan mengecek keabsahan

data Ny. “k” dengan melaporkan semua hasil pemeriksaan yang

telah dilakukan kepada bidan di Puskesmas Poasia sehingga

informasi yang dikumpulkan jelas dan terpercaya.


124
`

DAFTAR PUSTAKA

Alza, N., Kautzar, A., Diarfah, A. D., Andryani, Z. Y., & Firdayanti. (2022).
Physical Examination of Pregnant Women in Biji Nangka Village, Sinjai
Borong Subdistrict, Sinjai Regency. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(2),
56–63.

Anggraini, D., Taviyanda, D., & Wahyuningsih, A. (2022). Gambaran


Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan:
Literature Review. Jurnal Penelitian Keperawatan, 8(1), 9–16.
https://doi.org/10.32660/jpk.v8i1.591

Atoriq, R. (2021, Agustus 3). ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF.


DIWARTA NEWS.

Direktorat Kesehatan Keluarga Kemenkes RI. (2020). RENCANA AKSI


KEGIATAN DIREKTORAT KESEHATAN KELUARGA TAHUN 2020 -
2024.

Dwijayanti, N., Mumtazah Ainawati, S., & Sari Maya, P. (2023). Gambaran
tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan luka perineum di rb
amanda gamping sleman. Jurnal Kesehatan Tambusai, 4(2), 1500–1509.

Elyasari, Afrianty Iis, Langgupa widianti Lisda, Maulida Fajria Luluk, Wardani
Kusuma Endah, S Dyah Anggraini, Bahar Nuraisyah, Sianipar Kandace,
Purnamasari Desy, M. M. (2023). Masa Nifas Dalam Berbagai Perspektif.

Enggar, Maineny, A., & Veronica, A. (2022). Dokumentasi Asuhan Kebidanan.


2, 1–23.

Erniawati, Jusni, Darmayaningsih, S., Asriany, & Kamaruddin, M. (2021).


Pengaruh Paritas Dan Antenatal Terhadap Persalinan Preterm Di Rsud
H. a. Sulthan Dg Radja Bulukumba. Medika Alkhairaat : Jurnal Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan, 3(1), 11–15.
https://doi.org/10.31970/ma.v3i1.67

Febriati, L. D., Zakiyah, Z., & Ratnaningsih, E. (2022). Hubungan Pendidikan


dan Pekerjaan terhadap Adaptasi Perubahan Psikologi pada Ibu Nifas.
Universitas Respati Yogyakarta, 4(1), 287–294.

Fitra Rosa, R. (2023). TANDA BAHAYA PADA MASA KEHAMILAN. Program


Studi D-III Kebidanan, Jurusan Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Riau
125
`

Halman, D. P., Umar, S., & Limbong, T. (2022). Perbedaan Tingkat


Kecemasan Primigravida dan Multigravida Trimester III dalam
Menghadapi Persalinan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11,
513–521. https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i2.822

Harismi, A. (2023, April 12). Angka Kematian Bayi di Indonesia Menurun.


SehatQ.

Kemenkes RI. (2020). KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/320/2020 TENTANG
STANDAR PROFESI BIDAN. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, Hal.8.

Kumalasari, I., & Rusella, Z. (2022). Risiko Kejadian Asfiksia Neonatorum


Pada Persalinan Kala Ii Memanjang, Air Ketuban Bercampur Mekonium
Dan Usia Ibu. Jurnal Keperawatan Suaka Insan (Jksi), 7(2), 91–97.
https://doi.org/10.51143/jksi.v7i2.325

Lestari Nurul Aulia, D., Dwi Anjani, A., & Utami, R. (2022). Pemeriksaan Fisik
Ibu dan Bayi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Saptabakti, 4.

Lidia Sari, N., & Ningsih, D. A. (2022). Penyuluhan Tanda Bahaya Kehamilan
Pada Kelas Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Karang. Jurnal
Abdimas Indonesia, 2(1), 80–86. https://doi.org/10.53769/jai.v2i1.187

Mahmud, N., Ernawati, & Ratna. (2023). HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN


SIKAP IBU HAMIL DENGAN EFEKTIVITAS KUNJUNGAN ANC PADA
MASA PANDEMI COVID-19 DI PUSKESMAS TAMALANREA.

Muliani, R., Radatullah, M., & Noviyanti Putri, R. (2021). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tegal Binangun Kota Palembang 2021. Jurnal Kesehatan
Terapan, 9(1), 29–33.

Nukami, J. W., & Fitria, P. (2022). Jurnal Persada Husada Indonesia Asuhan
Keperawatan pada Bayi Baru Lahir dengan Resiko Tinggi Terjadi Infeksi
Tali Pusat di RSUD Budhi Asih Nursing Care to Newborns with High Risk
of Cord Infection at RSUD Budhi Asih Abstrak Pendahuluan Metode.
9(34), 36–47.

Nurlinda, S. (2020). Persiapan Perawatan Persalinan Ibu Primipara Dan


Multipara. Jurnal Keperawatan Klinis, 4(IBU PRIMIPARA DAN
MULTIPARA), 1.
126
`

Nuryana, H., Magfirah, Mutiah, C., & Harahap, L. K. S. (2023). Asuhan


Kebidanan Persalinan Normal pada Ibu R di BPM Mrdiah Kota Langsa.
Jurnal Kesehatan Almuslim, IX(1), 13–19.

Octaviani Chairunnisa, R., & Widya Juliarti. (2022). Asuhan Kebidanan Pada
Bayi Baru Lahir Normal di PMB Hasna Dewi Pekanbaru Tahun 2021.
Jurnal Kebidanan Terkini (Current Midwifery Journal), 2(1), 23–28.
https://doi.org/10.25311/jkt/vol2.iss1.559

Oktarina, M. (2015). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir.

Pelayanan, S., Pada, M., Hamil, I. B. U., Diana, M., & Pabidang, S. (2023).
Volume 13 Nomor 1 Mei 2023 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN PENCAPAIAN DI KABUPATEN
KETAPANGPROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2022 Nama Asal
Institusi : STIKES Guna Bangsa Yogyakarta Email korespondensi :
margaretadiana36@gmail.com Jurnal Kebi. 13.

Penelitian, J., Studi, P., Profesi, P., Kesehatan, F. I., & Ibrahimy, U. (2023).
Pendampingan Pembuatan Aromaterapi Untuk Penurunan Tingkat
Kecemasan Pada Ibu Nifas Ahsana : 1(3), 93–99.
https://doi.org/10.59395/ahsana.v1i3.325

Podungge, Y. (2020). ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF


COMPREHENSIVE MIDWIFERY CARE. Jambura Health and Sport
Journal, 2(2).

PROFIL KESEHATAN SULAWESI TENGGARA TAHUN 2022 (2023).

Purwaningrum, E. D. (2017). Faktor Risiko Kejadian Abortus Spontan.

Puspita, A. L., Arifiandi, M. D., & Wardani, D. S. (2019). Perbandingan Rumus


Johnson-Toshack Dan Rumus Risanto Dalam Menentukan Taksiran
Berat Janin (TBJ) di Praktek Bidan Delima Yeni Malang. Journal Of
Issues In Midwifery, 3(2), 48–55.
https://doi.org/10.21776/ub.JOIM.2019.003.02.5

Raufaindah, E., Muzayyana, Sulistyawati, E., Hasnita, Y., Sari, N. A. M. E.,


Citrawati, N. K., Patemah, Maryam, Meiriza, W., Wulandari, I. S., Badi’ah,
A., Oviana, A., Rahayu, S., & Mayasari, D. (2022). Instrumen
pengumpulan data ketiga dalam penelitian ini adalah observasi. Secara
umum, prosedur berikut digunakan untuk menyusun instrumen observasi.
Dalam Media Sains Indonesia.
127
`

Salsabila, D. S., Kebidanan, J., & Riau, P. K. (2019). Perubahan fisik dan
psikologis pada masa kehamilan. 1–7.

Sari, K. E., Renny Andhikatias, Y., & Eka Widyastutik, D. (2022). Hubungan
Ketidaknyamanan Dalam Kehamilan Dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil
Trimester III Di Pmb Nila Resti Anindya Kecamatan Sambirejo Kabupaten
Sragen. Doctoral dissertation, Universitas Kusuma Husada Surakarta, 1–
11.

Sejak, A., Di, D., Sukamanah, S. D. N., Sukamanah, D., Tanara, K., & Serang,
K. (2023). Jurnal Pengabdian Masyarakat. 1(November), 58–69.

Shabur, A., Kartika, D., Conainthata, G., Thirafi, N., & Cinta, D. (2021, Juli 28).
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN ANGKA KEMATIAN IBU?
Mayantara Media Group.

Simorangkir, A. R. (2022). Gambaran Sikap Ibu Hamil Tentang


Ketidaknyamanan Pada Masa Kehamilan. Midwifery Health Journal, 7(2),
5325–5332.

Suarni, S., Asmara, K., Hutahaean, H., Sofiyanti, I., & Waluyo, U. N. (2023).
Prenatal Yoga sebagai Upaya Mengurangi Ketidaknyamanan pada Ibu
Hamil Trimester II dan III Awal. 2(1), 97–104.

Sukmawati, R., Andari, I. D., & Harnawati, R. A. (2023). Asuhan Kebidanan


Komprehensif Pada Ny. F Dengan Faktor Resiko Umur 36 Tahun Dan
Jarak Kehamilan 11 Tahun (Studi Kasus terhadap Ny. F di Puskesmas
Jatibogor Kabupaten Tegal). Jurnal Ilmiah Dan Karya Mahasiswa .

Susiloningtiyas, I., & Purwanti, Y. (2018). Staf Pengajar Prodi D III Kebidanan
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Semarang
dan Staf Pengajar Akademi Kebidanan Siti Khodijah Sepanjang, Sidoarjo,
Jawa Timur. 1–10.

Theodoridis, T., & Kraemer, J. (2023). diagnosa kehamilan. 01, 1(12), 50.

Vika Vitaloka Pramansah. (2022). Sistem Informasi Pengingat Jadwal


Imunisasi Pada Anak Usia Dini Menggunakan Metode Scrum Berbasis
Android Di Bidan Hana Suroyyah, Am.Keb. Jurnal Informatika dan
Teknologi Komputer ( J-ICOM), 3(1), 56–66. https://doi.org/10.33059/j-
icom.v3i1.4948

Widayati, T., Ariestanti, Y., & Sulistyowati, Y. (2022). Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Kunjungan Masa Nifas Pada Ibu Yang Memiliki Bayi Usia
128
`

2-12 Bulan di Klinik Utama “AR” Jakarta Tahun 2021. Jurnal Bidang Ilmu
Kesehatan, 12(2), 138–154. https://doi.org/10.52643/jbik.v12i2.2254

Widiastutik, S. (2020). Hubungan Manajemen Aktif Kala Iii Dengan Kejadian


Perdarahan Post Partum Primer Di Pbm Umi Surabaya. J-HESTECH
(Journal Of Health Educational Science And Technology), 3(1), 35.
https://doi.org/10.25139/htc.v3i1.2383

Yani, A., Suhartati, S., & Rizali, M. (2024). Pemanfaatan Buku Kia Oleh Ibu
Hamil Dalam Upaya Pencegahan Komplikasi Kehamilan Di Puskesmas
Murung Pudak. Jurnal Anestesi: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran,
2. https://doi.org/https://doi.org/10.59680/anestesi.v2i1.771

Yulizawati, Insani, A. A., Sinta, L. El, & Andriani, F. (2019). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan pada Persalinan. www.indomediapustaka.com

Anda mungkin juga menyukai