Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS PERAN MAFINDO SEBAGAI MEDIA LITERASI


DALAM MENCEGAH INFORMASI HOAX
PEMILIHAN UMUM TAHUN 2024

Disusun Oleh :

SASKIA
NIM: F120029

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
SULAWESI TENGGARA
2024
ii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................ i
HALAMAN PENGASAHAN........................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................... 6
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian..................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI................................................................................ 8
2.1 Ruang lingkup komunikasi............................................................. 8
2.1.1 Definisi Komunikasi.............................................................. 8
2.1.2 Unsur Komunikasi................................................................. 9
2.1.3 Bentuk Komunikasi............................................................... 9
2.1.4 Tujuan Komunikasi............................................................... 11
2.1,5 Fungsi Komunikasi................................................................ 11
2.1.6 Konsep Literasi Media........................................................... 12
2.1.7 Hoax dan Misinformasi......................................................... 14
2.1.8 Mafindo.................................................................................. 15
2.1.9 Pemilihan Umum Tahun 2024............................................... 17
2.2 Kajian Teori.................................................................................... 19
2.2.1 Teori James W. Potter............................................................ 19
2.3 Penelitian yang Relevan................................................................. 21
2.4 Kerangka Pikir................................................................................ 22
METODOLOGI PENELITIAN.................................................................... 27
3.1. Jenis Penelitian.............................................................................. 27
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................ 27
3.3. Subjek Penelitian........................................................................... 27
3.4. Teknik Penentuan Informasi.......................................................... 27
3.5. Sumber dan Jenis Data................................................................... 27

iii
3.5.1. Sumber Data........................................................................ 27
3.5.2. Jenis Data............................................................................ 28
3.6. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 28
3.7. Teknik Analisi Data....................................................................... 29
3.8. Teknik Keabsahan Data................................................................. 30
3.9. Desaian operasional Penelitian...................................................... 33
3.10. Konseptualisasi............................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 36

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini masyarakat Indonesia berada pada era digital dan teknologi

informasi dan komunikasi berkembang pesat. Perkembangan ini telah membawa

perubahan signifikan terhadap kehidupan masyarakat, termasuk cara mereka

mengonsumsi informasi. Dengan mudahnya akses informasi di internet,

masyarakat kini dapat dengan cepat memperoleh informasi dari berbagai sumber.

Namun, kemudian ini juga membawa tantangan tersendiri, yaitu maraknnya

penyebaran informasi hoaks dan disnformasi. Pemahaman masyarakat,diperlukan

untuk mampu membedakan informasi yang dapat dipercaya atau tidak (Natalia,

2020).

Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO). MAFINDO berusaha

menyaring dan mengklarifikasi informasi yang meragukan kebenarannya. Sejak

diresmikan pada 19 November 2016, MAFINDO giat mengampanyekan perang

terhadap berita bohong atau hoaks dengan tujuan untuk menghentikan penyebaran

berita bohong. MAFINDO memiliki rekam jejak yang baik dalam upaya melawan

hoax diantaranya ialah MAFINDO menerima status pemeriksa fakta terverivikasi

dengan sertifikat IFCN (international fact checkin network) 20 oktober 2019

mafindo menjadi satu dari 87 organisasi pemeriksa fakta mitra IFCN (Saidah,

2020).

Berdasarkan data yang didapatkan dari Asosiasi Penyelenggara Jasa

Intenet Indonesia (2019), disebutkan bahwa pada tahun 2018 terdapat 171,17 juta

1
jiwa penduduk Indonesia yang menggunakan internet, angka ini merupakan

64,8% dari total populasi penduduk Indonesia yang berjumlah 264,16 juta orang.

Data ini menunjukkan bahwa internet sudah menjadi bagian hidup dari

mayoritas masyarakat Indonesia. Karena sudah menjadi bagian hidup, banyak

aktifitas yang awalnya tidak dilakukan dengan bantuan internet, menjadi aktifitas

yang dilakukan dengan internet. Salah satu contoh aktifitas tersebut adalah

membaca artikel untuk mendapatkan informasi. Jika sebelum ada internet

masyarakat memilih mendapatkan informasi dari membaca artikel dari surat

kabar, masyarakat yang telah mengenal internet lebih memilih untuk mengakses

internet guna mencari informasi yang dibutuhkan. Hal ini juga disebutkan oleh

data APJII (2018) yang menunjukkan bahwa 55,30% masyarakat mengakses

layanan artikel dalam menggunakan internet, hal ini berarti jumlahnya lebih dari

setengah pengguna internet. Keaktifan masyarakat dalam menggunakan internet

untuk mengakses layanan artikel, juga didukung oleh banyaknya penyaji berita

(media massa) tradisional yang mulai melakukan konvergensi. Tidak hanya itu,

banyak penyaji berita baru yang hanya menggunakan media berbasis daring

bermunculan. Menurut Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jabar Hilman

Hidayat (2019) pada website amsi.or.id, jumlah media siber di seluruh Indonesia

menurut Dewan Pers mencapai 42 ribu.

MAFINDO hadir sebagai gerakan sosial akibat adanya suatu kondisi yang

dianggap dapat merusak kesatuan bangsa, yaitu virus hoaks melalui situs

www.trunbackhoax.id atau aplikasi Hoax Buster Tools (Nugroho,2017). Gerakan

sosial ini merupakan upaya kolektif yang bertujuan untuk kepentingan bersama

2
atau mencapai tujuan bersama melalui media sosia. Fadjar Hari M adalah

koordinator dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) Semarang.

”MAFINDO adalah gerakan sosial yang berusaha untuk mengajak mencegah

hoaks yang tersebar di masyarakat pada umumnya agar tak mudah terprovokasi

terhadap adanya berita yang belum jelas kebenaranya di media” (Munif, 2020).

MAFINDO memiliki tujuan untuk meminimalisir persebaran berita hoaks

di media sosial yang mengancam kerukunan bermasyarakat hingga mematikan

karakter diri. Selain menyebarkan pemahaman anti hoaks MAFINDO juga

mengajak masyarakat untuk lebih cerdas dan bijak dalam menggunakan media

sosial serta bergotong royong untuk mencegah virus hoaks yang beredar di media

sosial yang mempunyai konten memprovokasi dan memengaruhi pengguna media

sosial demi kepentingan pembuat hoaks (maqruf ,2020). Penyebarluasan berita

hoaks, jika tidak segera ditangani, akan dapat menjadi bom waktu yang berbahaya

bagi kelangsungan dan ketenteraman masyarakat (Wijaya, et al. 2020).

Setiap aspek kehidupan selalu terdapat permasalahan. Permasalahan yang

paling sering menjadi pembahasan saat ini dan memiliki dampak yang besar

adalah hoaks. Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) melaporkan pada

Januari 2019 ditemukan 109 hoaks, dengan rincian 58 hoaks politik, 7 hoaks

kriminalitas, dan 19 bertema lain. Jumlah itu meningkat jika dibandingkan dengan

jumlah hoaks pada desember 2018, yakni 88 hoaks. (Sani 2019).

Literasi media adalah kemampuan masyarakat untuk memahami dan

menggunakan media secara kritis. Mafindo berperan penting dalam meningkatkan

literasi media masyarakat, khususnya dalam menghadapi penyebaran berita

3
hoaks." literasi media dipercaya sebagai solusi atas masalah hoaks. Jalan utama

untuk menanggulangi hoaks adalah dengan membangun kompetensi publik dalam

menghadapi banjir informasi. Usaha membangun kompetensi publik dilakukan

melalui literasi media. Tujuan literasi media adalah memberi kita kontrol yang

lebih besar atas interpretasi terhadap muatan pesan media yang merupakan hasil

dari suatu konstruksi kepentingan. Berkenaan dengan kepentingan untuk

pemberdayaan khalayak diperlukan juga media untuk membangun khalayak yang

berdaya tersebut (Juliswara 2019). Literasi media merupakan upaya untuk

mempelajari bagaimana masyarakat dapat menggunakan media dengan cerdas.

Literasi media juga dapat dikatakan mendidik masyarakat untuk memilih dan

menggunakan media secara bijak, namun tidak mengharuskan mereka untuk

berhenti menggunakan media. (Guntarto & Hendriyani, 2016: 3) Dalam literasi

media ini diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan informasi yang diperoleh

dari media massa dengan selektif dan bisa berpikir kritis tidak menelan mentah-

mentah semua informasi yang ia terima dari media.

Masyarakat sebagai konsumen informasi bisa dilihat masih belum bisa

membedakan mana informasi yang benar dan mana informasi yang palsu atau

hoax belaka (Krisanjaya, 2019). Selain strategi individu juga dibutuhkan bantuan

dari pihaklain, dengan adanya kelompok sosial yang berupaya memengaruhi

kesadaran publik berkaitan dengan isi media yang bermasalah dan untuk

membawa perubahan dalam industri media (Hermawan, 2017).

Melalui literasi media, masyarakat dapat lebih memahami bagaimana

menggunakan media untuk berbagi informasi. Literasi media terus berkembang

4
dan memiliki peran yang semakin besar dalam kehidupan modern. Literasi media

mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman tentang bagaimana

teks media dirancang untuk memberikan dampak pada masyarakat. Media tidak

hanya memberitakan peristiwa terkait keamanan namun juga mempunyai peluang

untuk memengaruhi rasa aman masyarakat dan persepsi mereka terhadap ancaman

isu tersebut (Klepka, 2019).

Sejak berdiri, MAFINDO telah aktif terlibat dalam berbagai inisiatif

literasi media, menyediakan informasi yang terverifikasi dan memberikan

ketrampilan yang diperlukan agar masyarakat dapat memilah-milah informasi

dengan bijaksana. Organisasi ini menjadi salah satu aktor utama dalam

membentuk kesadaran masyarakat terhadap bahaya informasi yang tidak akurat,

fitnah, dan disinformasi. pemahaman mendalam tentang kompleksitas literasi

media di era digital dan keberadaan MAFINDO sebagai salah satu upaya utama

untuk mengatasi masalah ini. Dengan memahami peran MAFINDO secara lebih

spesifik, penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi yang signifikan

pada pemahaman kita tentang bagaimana sebuah organisasi masyarakat dapat

menjadi agen efektif dalam meningkatkan literasi media di tingkat nasional.

Hoax semakin marak selama dan menjelang pemilu, terutama

menghadapi pemilu legislative dan pemilihan presiden tahun 2024, Hoaks

merupakan informasi atau berita bohong dari sumber yang tidak dapat dipercaya

dan tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, serta yang secara sengaja

dibuat oleh oknum tertentu dengan tujuan tertentu (Marsuki,2024). Hal ini tidak

5
terlepas dari penggunaan media online, khususnya media sosial, dalam kampanye

(Hakim, 2023).

Masyarakat anti fitnah indonesia (Mafindo) menemukan 2.330 hoaks

selama 2023 dengan hoaks politik sebanyak dengan 1.292, 645 di antaranya

adalah hoaks terkait Pemilu 2024. Jumlah hoaks politik tersebut dua kali lipat

lebih banyak dibandingkan hoaks sejenis pada musim Pemilu 2019 sebanyak 644.

Persentase hoaks politik pada 2023 sebanyak 55.5% yang ditemukan Mafindo,

selain menjadi yang tertinggi, juga memosisikan hoaks politik kembali

mendominasi topik hoaks pasca-2019. Pada masa pandemi (2020-2022), hoaks

politik sempat turun rata-rata di bawah 33%.

Masifnya hoaks politik berpotensi mengganggu demokrasi di Indonesia,

mengacaukan kejernihan informasi, dan dapat mengajak orang menolak hasil

pemilu. Karenanya, upaya komprehensif perlu dilakukan untuk mencegah dan

menangani hoaks untuk menjaga kedamaian Pemilu 2024 (Media indonesia,

2024).

Semua calon presiden dan calon wakil presiden menjadii sasaran utama

hoaks politik. Hoaks tentang mereka ada yang bernada positif (melebih-lebihkan

kandidat), sebagian bernada negatif (yang menyerang atau memfitnah kandidat).

Anies Baswedan menjadi kandidat yang paling banyak disebut dalam

narasi hoaks, sebanyak 206 bernada positif, dan 116 bernada negatif. Selanjutnya

Ganjar Pranowo (63 positif, 73 negatif), Gibran Rakabuming Raka (12 positif, 74

negatif), Prabowo Subianto (28 positif, 66 negatif), Moh. Mahfud MD (44 positif,

5 negatif), dan Muhaimin Iskandar (17 positif, 5 negatif) (Media Indonesia, 2024)

6
Septiaji menyebut topik hoaks yang paling banyak ditemukan adalah

dukungan/pengakuan kepada kandidat (33.1%), diikuti isu korupsi (12.8%) dan

penolakan terhadap kandidat (10.7%), dan karakter atau gaya hidup negatif

kandidat (7.3%). Sedangkan isu kecurangan pemilu sebesar 5% dan isu SARA

3.9%.

Menteri Kominfo Budi mengatakan, kementeriannya telah menjalin dan

memperkuat kerja sama dengan berbagai platform digital menjelang Pemilu 2024.

Budi menyebut, hal itu bertujuan agar ruang digital Indonesia bisa bebas dari

konten-konten yang berpotensi memecah-belah masyarakat, serta menjaga agar

media sosial berisi narasi pemilu damai. Ia pun mengimbau, jika ada informasi

pemilu yang kebenarannya tidak meyakinkan, masyarakat bisa melapor

ke platform digital terkait. Masyarakat juga bisa melaporkan hoaks ke

Kementerian Kominfo melalui kanal aduan konten.id, atau ke Bawaslu

melalui jarimuawasipemilu.bawaslu.go.id. (DataBoks,2023).

Dalam menghadapi pemilu tahun 2024, Pemahaman masyarakat terhadap

infomasi seputar penyelenggaraan pemilu tentunya sangat diharapkan guna

mengatasi berbagai informasi yang tidak akurat dalam menyikapi pemilu 2024.

Informasi yang tidak akurat atau informasi Hoax pastinya akan menciptakan

kondisi yang kurang kondusif di tengah-tengah masyarakat (Zharsyah,2023).

1.2 Rumusan Masaalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, berikut

adalah rumusan masalah dalam penelitian ini :

7
1.2.1 Bagaimana Analisis peran MAFINDO sebagai media literasi dalam

mencegah informasi hoax pemilihan umum Tahaun 2024?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui bagaimana Analisis peran MAFINDO sebagai media literasi

dalam mencegah informasi hoax pemilihan umum Tahaun 2024?

1.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Secara Teoritis

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan

referensi atau rujukan bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian Analisis

peran MAFINDO sebagai media literasi dalam mencegah informasi hoax

pemilihan umum Tahaun 2024.

2. Secara Praktis

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat di jadikan sebagai sarana

untuk menambah wawasan dan pembelajaran bagi penulis untuk mengamati.

Analisis peran MAFINDO sebagai media literasi dalam mencegah informasi hoax

pemilihan umum Tahaun 2024.

3. Secara Metodologis

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi acuan bagi

penelitian selanjutnya yang ingin mengembangkan penelitian mengenai. Analisis

8
peran MAFINDO sebagai media literasi dalam mencegah informasi hoax

pemilihan umum Tahun 2024.

9
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Ruang lingkup komunikasi

Membahas tentang sebuah keilmuan, sudah pasti kita akan menentukan

ruang lingkup dari keilmuan yang bisa tersebut, komunikasi merupakan suatu

bidang dari keilmuan besar yang bisa dikatakan cukup kompleks dalam

pemaparannya dari itu peneliti berusaha untuk mempermudah pemetaan ruang

lingkup komunikasi tersebut.

2.1.1. Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,

gagasan) dari suatu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya komunikasi

dilakukan secara lisan atau verbal yang dimengerti oleh kedua pihak. Komunikasi

berasal dari bahasa latin yakni communis yang berarti sama. Communico,

communication, atau communicare yang berarti membuat sama. Secara

sederhanan komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian

pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab itu, komunikasi bergantung

pada kemampuan kita untuk dapat memahamu suatu dengan yang lainnya.

Melaluai komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekolompok

orang dapat dipahami dari pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hannya akan

efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima

pesan tersebut “ komunikasi adalah proses pemindaian informasi, pengertian, dan

pemahaman dari seseorang, suatu tempat, atau sesuatu kepada sesuatu, tempat

10
atau orang lain”. Sehingga komunikasi memperoleh pengaruh dan mengalami

perubahan tingkah laku yang sesuai dengan komunikator (Sikula (2017). “

komunikasi adalah proses berbagi makna melalui prilaku verbal dan nonverbal

yang dilakukan oleh dua orang atau lebih” (Mulyana (2015). “ komunikasi

merupakan kegiatan dimana seseorang menyampaikan pesan melalui media

tertentu kepada orang lain dan sesudah menerima pesan kemudian memberikan

tanggapan kepada pangirim pesan” (Hardjana, 2016).

2.1.2. Unsur Komunikasi

Harlod D. Lasswell dalam (Wirnarso, 2016) menyatakan bahwa

komunikasi memiliki 5 unsur penting yang terkait dengan konsep komunikasi

yaitu :

a. Unsur who (siapa)

Who, dalam konteks ini dipahami sebagai sumber (informasi) atau sering

disebut sebagai komunikator, yaitu orang, baik secara individu mamupun

kelompok atau institusi yang menyampaikan atau memberikan informasi atau

pesan kepda pihak lain.

b. Unsur What (Apa yang Dikatakan Pesan)

unsur ini pada dasarnya merupakan pesan atau informasi yang

disampaikan oleh komunikator kepada komunikan.

c. Unsur Which Channel (Media/Saluran)

unsur ini berkaitan dengan media atau sarana yang digunakan dalam

proses komunikasi itu. Media ini berkaitan dengan seluruh alat (perangkat) yang

11
digunakan dalam membantu lancarnya proses komunikasi itu seperti surat kabar,

telepon, majalah, radio, televisi, dan internet.

d. Unsur To Whom (kepada siapa)

Unsur ini berkaitan dengan siapa yang menerima pesan atau informasi itu

siapah dalam konteks komunikasi sering disebut sebagai penerima atau

komunikan.

e. Unsur With What Effect (Akibat yang Terjadi)

Unsur ini pada dasarnya berkaitan dengan respon audiens atau khalayak

sebagai akibat dari pesan yang disampaikan oleh komunikator.

2.1.3. Bentuk Komunikasi

Bentuk-bentuk komunikasi Menurut Cangara, para pakar komunikasi

berbeda pendapat mengenai bentuk-bentuk komunikasi. Sebuah kelompok sarjana

komunikasi amerika membagi bentuk komunikasi menjadi menjadi lima macam

tipe yaitu komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), komunikasi

kelompok kecil (small group communication), komunikasi organisasi (oranisation

communication), komunikasi massa (msscomunication), dan komunikasi publik

(publiccommunication). (Samsinar, 2017).

Sedangkan menurut Effendy, bentuk-bentuk komunikasi dirangkum ke

dalam tiga jenis, yaitu komunikasi pribadi, komunikasi kelompok, dan

komunikasi massa. (Samsinar, 2017).

1. Komunikasi pribadi

Bentuk komunikasi yang pertama adalah komunikasi pribadi yang terdiri

dari dua jenis. Komunikasi pribadi yang pertama adalah komunikasi antarpribadi

12
(interpersonal communication) yang merupakan komunikasi yang berlangsung

lamah dalam diri seseorang. Orang yang bersangkutan berperan sebagai

komunikator maupun sebagai komunikan, yang mana ia berbicara pada dirinya

sendiri. Pada umumnya pola komunikasi dengan diri sendiri terjadi dengan diri

sendiri terjadi karena seseorang menginterpresentasikan sebuah objek diamatinya

dan memikirkannya kembali hingga terjadilah komunikasi dalam diri sendiri.

Sedangkan yang kedua adalah komunikasi antarpribadi (interpersonal

communication), yakni merupakan komunikasi yang berlangsung secara dialogis

anatara dua orang atau lebih.

2. Komunikasi kelompok

Bentuk komunikasi berikutnya adalah komunikasi kelompok yang

merupakan komunikasi tatap muka yang dilakukan tiga atau lebih individu guna

memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagai informasi,

pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat

menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.

3. Komunikasi massa

Komunikasi massa merupakan sebuah prosese penyampaian pesan

melalui saluran-saluran media massa seperti seurat kabar, radio, televisi, film yang

dipertujukan digedung-gedung bioskop. Maka dari itu dalam bentuk komunikasi

yang satu ini pesan yang disampaikan bersifat massal.

2.1.4. Tujuan komunikasi

Setiap individu yang berkomunikasi pasti memiliki tujuan, secara umum

tujuan komunikasi adalah lawan bicara agar mengerti dan memahami maksud

13
makna pesan yang akan disampaikan. Menurut Effendy (2015) ada empat

komunikasi, yaitu :

1. Mengubah sikap (to change the attitude), yaitu sikap individu atau kelompok

terhadap sesuatu menjadi berusaha atau informasi yan g mereka terima.

2. Mengubah pendapat atau opini (to change opinio), yaitu pendapat atau

kelompok terhadap sesuatu menjadi beerubah atau informasi yang mereka

terima

3. Mengubah perilaku (to change the bahavior), yaitu perilaku individu atau

sekelompok terhadap sesuatu menjadi berubah atas informasi yang terima.

4. Mengubah masyarakat (tu change the society), tingkan sosial individu atau

kelompok terhadap sesuatu menjadi berubah atas informasi yang mereka

terima.

2.1.5. Fungsi Komunikasi

Fungsi utama dari komunikasi adalah untuk menginformasikan sesuatu.

Menurut Lutfi Basi yang dikutip dalam e-book pengantar ilmu komunikasi oleh

Tia Melia M, berikut beberapa fungsi komunikasi (Yusuf, 2021) :

1. Menginformasikan (To Inform)

2. Komunikasi berfungsi untuk memberikan informasi kepada seseorang atau

publik mengenai ide/pikiran, peristiwa, hingga sesuatu yang disampaikan

orang lain.

3. Mendidik (To Educate)

14
Sebagai sarana pendidik, komunikasi menjadi penyampaian ide dan

pikiran kepada orang lain sehingga membuat orang lain mendapatkan

informasi serta ilmu pengetahuan.

4. Menghibur (To Entertain)

Komunikasi berfungsi untuk memberi hiburan atau menghibur orang lain.

5. Mempengaruhi (To Influence)

Komunikasi membuat pihak yang terlibat berusaha untuk saling

mempengaruhi jalan pikiran komunikasi atau hingga merubah tingkah laku

komunikasi sesuai dengan yang diharapkan.

2.1.6. Konsep Literasi Media

1. Pengertian Literasi Media

Literasi media adalah kemampuan untuk mengakses menganalisi,

mengepaluasi dan mengkomunikasikan informasi dalam berbagai bentuk media.

literasi media merupakan seperangkat perspektif yang digunakan secara aktif saat

mengakses media massa untuk menginterpresentasikan pesan yang dihadapi

(Kominfo,2018). Literasi media/media literacy terdiri dari dua kata, yakni literasi

dan media. Secara sederhana literasi dapat diartikan sebagai kemampuan

membaca dan menulis atau dengan kata lain melek media aksara sedangkan media

dapat diartikan sebagai suatu perantara baik dalam wujud benda, manusia,

peristiwa, maka literasi media dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mencari,

mempelajari, dan memanfaatkan berbagai sumber media dalam berbagai bentuk

(Baroro, 2016).

15
Potter dalam bukunya yang berjudul “Media Literacy” (2005:34)

mengatakan bahwa media Literacy adalah sebuah perspekif yang digunakan

secara aktif ketika individu mengakses media dengan tujuan untuk memaknai

pesan yang disampaikan oleh media. Tallim menyatakan bahwa media literacy

adalah kemampuan untuk menganalisis pesan media yang menerpanya, baik yang

bersifat informatif maupun yang menghibur (http://evisiriat.blog.

com/2008/09/17/media-literacy/).

Literasi media tidak hannya berupa media cetak saja tetapi ada berbagai

jenis literasi media yaitu :

a. Literasi Media Massa

Literasi ini sudah umum dan sering dijumpai di mana-mana, literasi ini

bisa dibilang fleksibel karena mudah disampaikan melalui berbagai macam

format.

b. Literasi Media Film

Literasi media ini mengunakan film sebagai media pendekatan ke

masyarakat dan biasnnya bersifat menghibur.

c. Literasi Media Radio

Selain film, radio juga menjadi salah satu media pendekatan melalui radio,

tetapi tidak hanya bersifat menghibur, juga bisa menyampaikan suatu informasi.

d. Literasi Video Game

Meskipun video game dianggap sekedar hiburan saja, tetapi keberadaan

video pada zaman moderen melalui dilirik karena video game bisa memengaruhi

suatu kalangan baik itu konteks positif mupun negatif.

16
2. Tujuan Literasi Media

Secara umum, Tornomoet, al., (2014) membagi tujuan literasi media

menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Melakukan perbaikan dan meningkatkan kehidupan para individu. Hal ini bisa

dilihat dari upaya literasi media untuk menghilangkan efek negatif yang

muncul dari tayangan-tayangan televisi bagi konsumennya.

b. Melakukan pengajaran literasi media, misalnya dalam skala kurikulum

pendidikan

c. Menjadikannya sebagai bagian dari aktivisme atau gerakan sosial.

Literasi media sebagai bagian aktivisme atau gerakan sosial, Anderson

(2015) mengarakannya pada pemikiran atau perilaku yang telah diberikan

simulasi isu-isu berkembang,kekerasan, materialisme, distorsi yang terjadi dalam

pemeritaan-pemberitaan di media massa, yang kemudian akan mendapat pengaruh

dari konten media, The National Leadership Canference an Media Literacy

mengatakan tujuan yang paling dasar dari literasi media adalah sikap otonomi

kritikal dalam hubungan dengan sama media, mulai dari tanggu jawab sosial,

apresiasi dan akspresi estetika, advokasi sosial, harga diri, hingga kompetensi

pengguna (Maghfiroh,2019).

2.1.7. Hoax dan Misinformasi

Hoax atau misinformasi dilatarbelakangi berbagai kepentingan, yang

melahirkan beragam bentuk, mulai dari misinformasi hingga disinformasi

(Wardle, 2017). Misinformasi yakni informasi yang memang tidak benar atau

akurat, namun orang yang menyebarkanya berkeyakinan bahwa informasi tersebut

17
sahih dan dapat dipercaya. Sejatinnya tidak ada tujuan buruk bagi mereka yang

menyebarkan konten misinformasi penyebaran informasi yang keliru tanpa unsur

kesengajaan, sedangkan dalam disinformasi, ada unsur kesengajaan untuk

membuat dan menyebarkan informasi yang diketahuinya tidak benar (Wardle,

2017).

Duta anti-hoaks, Komarudin Hidayat dalam Kominfo.go.id menyatakan

bahwa hoaks menimbulkan pembunuhan karakter, karena hoaks merupakan

manipulasi, kecurangan, yang dapat menjatuhkan orang lain. Hoaks secara

sederhana dimaknai sebagai berita bohong, Berita yang tidak sesuai dengan

kenyataan. Biasanya, berita tersebut tampil dengan kalimat bombastis, cenderung

dibesar-besarkan, Seolah mengandung informasi yang benar, padahal

kenyataannya tidak (Juliana, 2019). Hoaks dapat menimbulkan dampak yang

sangat merugikan, baik bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan.

Informasi palsu dapat menimbulkan kepanikan, ketidakpercayaan, dan bahkan

dapat memicu tindakan yang merugikan. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat

untuk selalu memeriksa kebenaran informasi sebelum membagikannya atau

mengambil tindakan berdasarkan informasi tersebut. Penyebaran berita hoax bisa

terjadi dan menyebar karena beberapa sebab, mulai dari yang sekedar humor dan

kesenangan belaka hingga masalah yang terkait dengan hukum, ekonomi,

kesehatan dan juga politik (Sangidin, 2021).

Informasi hoax atau berita palsu memiliki banyak makna dan paling erat

berhubungan dengan mis informasi yang dibuat secara sengaja untuk menipu para

pembaca. Hoax dapat diartikan sebagai tindakan mengaburkan informasi yang

18
sebenarnya, dengan cara membanjiri suatu media melalui pesan yang salah agar

bisa menutupi pesan yang benar Pesan yang disampaikan dapat berupa informasi

buruk, propaganda maupun sindiran (Izharsyah, 2023).

Menurut Silverman (2015), hoaks merupakan sebagai rangkaian informasi

yang memang sengaja disesatkan, tetapi “dijual” sebagai kebenaran. Menurut

Ireton, Posetti dan UNESCO, (2018) mendefiniskan Fake news sebagai berita

palsu yang mengandung informasi yang sengaja menyesatkan orang dan memiliki

agenda politik tertentu. Hoaks bukan sekadar misleading alias menyesatkan,

informasi dalam fake news juga tidak memiliki landasan faktual, tetapi disajikan

seolah-olah sebagai serangkaian fakta (Allcott, 2017).

Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax Septiaji Eko Nugroho (Yunita,

2017) menguraikan lima langkah sederhana yang bisa membantu dalam

mengidentifikasi mana berita hoaks dan mana berita asli :

1. Hati-hati dengan judul provokatif

Berita hoaks seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif,

misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa

diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan

persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoaks.

2. Cermati alamat situs

Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link,

cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum

terverifikasi sebagai institusi pers resmi, misalnya menggunakan domain blog,

maka informasinya bisa dibilang meragukan.

19
Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di

Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita. Dari jumlah tersebut, yang sudah

terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya terdapat setidaknya

puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang

mesti diwaspadai.

3. Periksa fakta

Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari

institusi resmi seperti KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat percaya apabila

informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.

Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber,

pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh. Hal lain yang perlu

diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini.

Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini

adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan

untuk bersifat subyektif.

4. Cek keaslian foto

Di era teknologi digital saat ini, bukan hanya konten berupa teks yang bisa

dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya

pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.

Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin

pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian

Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang

terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.

20
5. Ikut serta grup diskusi anti- hoaks

Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoaks,

misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group

Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.

Di grup-grup diskusi ini, netizen bisa ikut bertanya apakah suatu informasi

merupakan hoaks atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan

oleh orang lain. Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi

layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang.

2.1.8. Mafindo

MAFINDO merupakan singkatan dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia

yang berawal dari Forum di media sosial Facebook dari FAFHH (Forum Anti

Fitnah, Hasut, dan Hoax) yang dibuat oleh Harry Sufehmi pada tahun 2015, untuk

menanggapi munculnya berbagai macam hasutan, fitnah, hoaks serta ujaran

kebencian di media sosial. Pada tanggal 1 Desember 2016, Harry Sufehmi

bersama dengan Judith Lubis, Catharina Widyasrini, Aribowo Sasmito, Eko

Juniarto, Faisal Aditya dan Septiaji Eko mendirikan MAFINDO dan disahkan

melalui dokumen No. 1 Tanggal 19 November, 2016 oleh [SK (Surat Keputusan)

Pendirian Perkumpulan NOMOR AHU-0078919.AH.01.07.TAHUN 2016]

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Sejak diluncurkan 5 tahun lalu,

MAFINDO telah bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, bergerak

pada sebagai organisasi berbasis k omunitas. Jumlah relawan yang bergabung

dengan MAFINDO sebagai pemeriksa fakta terus meningkat dari berbagai kota di

seluruh Indonesia.

21
MAFINDO adalah organisasi yang bergerak pada bidang pemeriksaan

fakta dan telah menerima status pemeriksa fakta ter verifikasi oleh IFCN

(International Fact Checking Network) pada 20 Oktober 2019 dan telah menjadi

bagian dari 87 organisasi (70 organisasi aktif, 8 proses organisasi dengan

pembaruan status, dan 9 organisasi dengan status verifikasi kedaluwarsa)

pemeriksa fakta yang menjadi mitra IFCN. Selain itu, MAFINDO dipercaya oleh

Google dan Youtube sebagai trusted flagger untuk periksa fakta dan sebagai mitra

literasi digital oleh Google. MAFINDO juga telah dipercaya oleh Facebook

sebagai pemeriksa fakta pihak ketiga dan flagger. Telah bermitra dengan AMSI

(Asosiasi Media Siber Indonesia), MAFINDO membangun cekfakta.com.

MAFINDO juga telah menjadi mitra dengan banyak organisasi lain, TV, media,

dan organisasi profesi jurnalis, untuk kerja-kerja literasi digital. Pada akhir tahun

2020 MAFINDO dipercaya oleh Internews dan USAID agar membentuk sebuah

tim untuk melaksanakan program MEDIA (Media Empowerment for Democratic

Integrity and Accountability) yang Ini berfokus pada pengembangan ekosistem

siber yang aman dengan membangun kepercayaan antara media dan masyarakat

umum.

Secara umum MAFINDO bergerak untuk melawan disinformasi yang

beredar pada masyarakat. Menjadi bagian dari Divisi Periksa Fakta dalam

Program MEDIA salah satu tugasnya adalah untuk mengedukasi masyarakat

tentang literasi media berbentuk video atau media lainnya. Masih berada di dalam

Program MEDIA, Divisi Literasi Media juga bekerja sama dalam mengedukasi

22
dengan media utamanya adalah buku dimana di dalamnya terdapat konten seperti

infografis dan konten edukasi lainnya, mafindo juga memiliki visi & misi yaitu :

a. Visi Mafindo

Mewujudkan dunia media sosial Indonesia yang positif dan bersih dari

fitnah, hasut dan hoaks serta mewujudkan masyarakat yang aktif damai dan

sejahtera serta berpartisipasi aktif mengembangkan kemampuan publik untuk

berpikir kritis (Mafindo).

b. Misi Mfindo

1) Mendorong pemanfaatan media sosial secara positif, sehingga antar kelompok

masyarakat dari berbagai daerah bisa saling menginspirasi, menggugah,

berbagi, membangun, dan berempati.

2) Meningkatkan literasi media sehingga khalayak tidak mudah termakan oleh

hoaks dan tidak mudah untuk menyebar ulang berita di media sosial sebelum

memastikan bahwa informasi tersebut benar, sesuai dengan data dan fakta.

3) Berperan aktif dalam mencegah upaya memecah belah Negara Kesatuan

Republik Indonesia termasuk penyebaran isu SARA (suku agama ras dan antar

golongan).

4) Bekerja sama dengan pihak lain dalam upaya memerangi hoaks dan ujaran

kebencian.

5) Mengembangkan organisasi yang kuat, kredibel, dan akuntabel untuk

mencapai tujuannya.

23
6) Menjadi perkumpulan yang mengabdi tanpa pamrih mewujudkan dunia media

sosial dan kemasyarakatan yang positif dan bersih dari fitnah, hasut, dan hoaks

sehingga dapat meneguhkan stabilitas kebangsaan.

7) Menjadi perkumpulan relawan/masyarakat yang melakukan gerakan atas dasar

komunitas, kesukarelaan, independensi, netralitas, kemanusiaan, persaudaraan,

dan kesemestaan.

2.1.9. Pemilihan Umum 2024

Pemilihan Umum dilaksanakan dalam rangka mewujudkan kedaulatan

rakyat sekaligus penerapan prinsip-prinsip atau nilai-nilai demokrasi, perlu

dijalankan dengan kesiapan yang matang. Pelaksanaan pemilu membutuhkan

lembaga bersifat independen untuk mengawasi pemilu. Pelaksanaan pemilu tanpa

pengawasan yang kokoh berpotensi akan menimbulkan dampak negatif seperti

hilangnya hak pilih masyarakat, maraknya politik uang, kampanye hitam, dan

pemilu yang tidak sesuai aturan.1 Dalam UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang

Pemilihan Umum (selanjutnya disebut UU No.7/2017) setidaknya ada tiga

lembaga penyelenggara pemilu, yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan

Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), dan Dewan Kehormatan Penyelenggara

Pemilu (DKPP). Lembaga pengawas Pemilu adalah Bawaslu yang mengawasi

penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia.

Selain eksistensi Bawaslu sebagai pengawas, terdapat fungsi lain dari Bawaslu

yaitu menyusun dan memproduksi suatu peraturan, menjalankan praktik

pengawasan baik dalam bentuk pencegahan maupun penindaklanjutan, dan

kewenangan untuk melakukan tindakan penyelesaian sengketa.

24
Pemilihan umum (Pemilu) sebagai instrumen demokrasi merupakan

sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat,

anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk

memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta untuk pemilihan Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Gubernur, Bupati dan Walikota). Yang

dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam negara

kesatuan publik indonesia berdasarkan pancasila dan undang- undang dasar

negara repbuplik indonesia tahun 1945 (KPU, 2024).

Salah satu tahapan penyelenggaraan pemilu adalah kampanye. Kampanye

Pemilu didefinisikan sebagai kegiatan peserta Pemilu atau pihak lain yang

ditunjuk oleh Peserta Pemilu untuk meyakinkan pemilih dengan menawarkan visi,

misi,program, dan/atau citra diri peserta Pemilu.

Pemilihan umum merupakan mekanisme yang dirancang dalam proses

sirkurasi kepemimpinan politik untuk menghindari perilaku monarki yang bersifat

otoriter. Namun demikian, mekanisme pemilu hanya mungkin jika ia dipengaruhi

oreh prakondisi yang mungkin seperti modernitas dan kesejahteraan, budaya

politik dan struktur sosial masyarakat' Mengutip pendapat Rose dan Mossawir,

fungsi pemilu pada dasarnya untuk menentukan pemerintahan secara langsung

maupun tidak langsung, sebagai wahana umpan balik antara pemilik suara dan

pemerintah, barometer dukungan rakyat terhadap penguasa, sarana rekrutmen

politik, serta alat untuk mempertajam kepekaan pemerintah terhadap tuntutan

rakyat. Secara umum sistem pemilu dikenar dan dipraktikkan di banyak negara

antaralain sistem distrik dengan sejumlah variannya, sistem proposional dengan

25
variannya, sistem campuran dan sistem lain yang mengarami perkembangan

dewasa ini. Bagarmanapun sistem pemilu mengidap kerebihan dan keremah

annya,semua bergantung pada konteks dan prakondisi masyarakatyangakan

menerapkannya. Ia membutuhkan sejumlah prasyarat guna menciptakan pemilu

yang jujur dan adil (Ilham, 2015).

Untuk menjamin agar pemilu berjalan sesuai dengan ketentuan dan asas

pemilu, diperlukan suatu pengawalan terhadap jalannya setiap tahapan pemilu.

Dalam konteks pengawasan pemilu di Indonesia,. Adanya partisipasi masyarakat

dalam melakukan pengawasan pemilu ini adalah bentuk dari penggunaan hak

warga negara untuk mengawal hak pilihnya. Kemudian, kegiatan pemantauan ini

juga merupakan upaya kontrol dari publik untuk menjaga suara dan kedaulatan

rakyat di dalam penyelenggaraan negara (Suntara, 2022).

Pada 14 Februari 2024 dan 27 November 2024 akan dilaksanakan pemilu

secara serentak, dalam rangka pelaksanaan kegiatan pesta akbar demokrasi

tersebut, tentunya keterlibatan dan peran serta masyarakat sangat diperlukan

(Suntara, 2022).

2.2 Kajian Teori

2.2.1. Teori Literasi Media James W. Potter

Teori Literasi Media oleh James W. Potter (2004). James W. Potter adalah

orang yang memperkenalkan teori literasi media pada tahun 2004. Tujuan dari

prinsip teori literasi media adalah membantu khalayak atau pengguna media untuk

menganalisis pesan yang disampaikan oleh media massa, mempertimbangkan

tujuan komersial dan politik. di balik gambar atau pesan media, dan memeriksa

26
siapa yang bertanggung jawab atas pesan atau ide yang tersirat dalam pesan atau

gambar tersebut (Potter, 2004).

a. Struktur Pengetahuan Literasi media

Pengetahuan literasi media merupakan seperangkat cara pandang dimana

seseorang membuka diri terhadap media dan menafsirkan makna pesan yang

dibawakannya. Sehingga dapat dibangun cara pandang seseorang dari struktur

pengetahuannya. Struktur pengetahuan menjadi landasan seseorang dalam melihat

fenomena media yang memiliki banyak sisi yaitu organisasi media, konten media

dan pengaruhnya terhadap individu dan semakin banyak struktur pengetahuan

yang kita miliki maka semakin banyak pula fenomena media yang terlihat.

Semakin berkembangnya struktur pengetahuan yang dimiliki seseorang, maka

semakin banyak pula konteks yang dapat digunakan untuk membantu dan

memahami apa yang diperoleh melalui media. (Potter, 2013).

b. Locus Peribadi/Pengendalian Diri

Lokus pribadi adalah istilah yang mengacu pada pengaturan tugas

pemrosesan informasi. Ini juga merupakan bentuk dan makna konstruksi yang

bersangkutan. Lokus pribadi terdiri dari tujuan dan kendali. Tujuan membentuk

tugas pemrosesan informasi dengan menentukan apa yang akan diterima dan apa

yang akan diabaikan. Semakin jelas tujuan yang ditetapkan maka semakin mudah

proses informasi segera dilakukan. Padahal, semakin terorganisir pengendalian

informasi yang diperoleh, maka semakin cepat tujuan dapat tercapai. Namun

lokus yang lemah (Anda tidak mengetahui tujuan tertentu dan energi kontrol Anda

rendah), akan menyebabkan kegagalan dalam mengontrol media semakin terlihat,

27
yaitu memungkinkan media untuk mengeksplorasi Anda dan mengontrol

pemrosesan informasi secara tidak efektif. (Potter, 2013).

c. Alat Pemrosesan Informasi

Kemampuan dan keterampilan merupakan alat untuk melaksanakan

perencanaan atau alat pengolahan informasi. Kapabilitas merupakan alat untuk

membantu seseorang berinteraksi dengan media dan mengakses informasi dalam

pesan (Potter, 2013). Keterampilan yang dipelajari di awal kehidupan akan

digunakan secara otomatis. Kemampuan relatif dikotomis: seseorang dapat

melakukan sesuatu atau tidak. Misalnya seseorang mengetahui bagaimana

mengenali kata dan maknanya sesuai maknanya atau tidak. Memiliki kemampuan

tidak menjadikan seseorang melek media, namun kurangnya kemampuan tersebut

menghalangi seseorang untuk melek media karena kekurangan tersebut

menghalangi seseorang untuk mengakses informasi tertentu secara efektif. Di sisi

lain, keterampilan merupakan media yang dikembangkan seseorang melalui

latihan yang terus menerus. Keterampilan tertentu dapat dikembangkan dan

dipraktikkan. Keadaan ini membuat sebagian individu mempunyai kemampuan

yang kecil dan sebagian lagi mempunyai kemampuan yang besar. Tanpa latihan,

keterampilan akan berkurang seiring berjalannya waktu dan akhirnya menjadi

lemah. Sebaliknya, pelatihan yang terus-menerus akan membuat seseorang

menjadi lebih terampil dan fokus.

d. Aliran Kerja Pemprosesan informasi

Pemrosesan informasi mempunyai tiga tugas rinci, yaitu (1) penyaringan;

pemisahan informasi yang benar, (2) pencocokan makna yang berarti pencocokan

28
(3) konstruksi; sesuai dengan urutan pemrosesan informasi. Pengolahan informasi

yang diterima perlu disaring terlebih dahulu dan mengidentifikasi pesan-pesan

yang perlu dikeluarkan dan diabaikan. Setelah itu, makna pesan perlu dikonstruksi

dengan mengetahui makna setiap simbol dan definisi kata yang diungkapkan serta

informasi yang diterima berkaitan satu sama lain. (Potter, 2013). Singkatnya,

bagaimana pengguna dapat memproses pengetahuan yang diperoleh melalui

media perlu diidentifikasi. Jika konsumen memiliki kemampuan literasi yang baik

maka mereka tidak akan terkena dampak negatif dari media. Bahkan, individu

akan mampu menyaring dan membedakan informasi mana yang dapat dipercaya

atau tidak.

2.3 Penelitian yang relepan

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu

yang relevan, yaitu :

1. Andriyan Yuniantoko dan Longgina Novadona Bayo (2020), berjudul “

Gerakan Anti-Hoax : Studi Kusus Kemunculan Masyarakat Anti-Fitnah

Indonesia (Mafindo) dalam Menangani Informasi Palsu (Hoax) Pascah

Pemilihand Umum 2014 di indonesia” Kesimpulan dari penelitian ini adalah

sebagai gerakan sosial anti-hoaks, Mafindo telah sampai pada tahap

institusionalisasi gerakan. Pada tahap ini, Mafindo telah menjadi organisasi

dengan struktur organisasi profesional. Sementara secara umum jejaring

gerakan yang dibentuk oleh Mafindo berdasarkan kesamaan visi dalam

menghadapi hoaks. Perlawanan terhadap hoaks merupakan perlawanan tanpa

akhir.

29
2. Rintis Mulyaning Ati, Albertus Rhangga, Puti Anggraini, Hendra Eka

Syahputra, Imam Mawardi (2023) “Literasi Digital sebagai Upaya Kritis

Memerangi Berita Bohong: Studi terhadap Gerakan Masyarakat Antifitnah

Indonesia (MAFINDO) “ Peneliti ini dapat disimpulkan bahwa konsep

interaksi simbolik benar-benar terjadi dalam area pemanfaatan media sosial

sebagai literasi digital yang dilakukan MAFINDO pada kasus “berita hoaks

bendera merah putih pertama yang dikibarkan berasal dari kain seprei dan kain

penjual soto”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa MAFINDO dan

warganet bisa berpartisipasi dengan bertanya dan bahkan melakukan

klarifikasi terhadap informasi yang diterimanya di media sosial MAFINDO

sebagai bentuk literasi digital.

3. Riza Dwi Maqruf, (2020) “Bahaya Hoaks dam Urgensi Literasi Media: Studi

Pada Mafindo Solo Raya” Penulis menganggap penelitian ini, mempunyai

tingkat literasi media rendah, sehingga penelitian tentang literasi media ini

diharapkan mampu menambah pengetahuan literasi masyarakat. Riset ini

sejatinya melengkapi riset tentang hoaks dan literasi media yang pernah

dilakukan peneliti sebelumnya (Bakri, Zulhazmi, & Laksono, 2019; Juditha,

2018; Silalahi, Bestari, & Saputra, 2017; Tsaniyah & Juliana, 2019). Riset-

riset tersebut semakin menegaskan bahaya hoaks bagi keutuhan masyarakat

(Ali, 2017; Harbowo, 2019; Sudibyo, 2019).

2.4. Kerangka Berpikir

Kerangkah berpikir adalah alur berpikir peneliti yang menjadi landasan

berpikir untuk memperkuat fokus persihal yang melatar belakangi penelitian ini.

30
Penelitian kualitatif memerlukan landsan yang mendasar agar peneliti dapat

tearah.

Penelitian ini akan menganalisis peran Mafindo sebagai media literasi

dalam mencegah informasi hoax dalam pemilihan umum tahun 2024. Teori yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teori literasi media yang dicetus oleh James

W. Potter pada tahun 2004, dimana teori ini yang digunakan dalam penelitian ini

untuk menganalisis peran Mafindo dalam memerangi informasi hoax pemilihan

umum tahun 2024. Teori ini menyoroti pentingnya pemahaman yang mendalam

tentang media dan kemampuan kritis dalam mengevaluasi informasi yang

diperoleh dari media. Dengan menggunakan teori ini, penelitian akan

mengidentifikasi bagaimana Mafindo sebagai lembaga media literasi

berkontribusi dalam meningkatkan literasi media masyarakat. Teori ini akan

membantu dalam menganalisis sejauh mana Mafindo telah berhasil dalam

meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pengenalan dan penanggulangan

informasi hoax, serta dampaknya terhadap partisipasi publik dalam proses

pemilihan umum.

a.Strutur Pengetahuan Liteasi Media

Struktur pengetahuan literasi media adalah alat penting untuk membantu

individu memahami dan menavigasi lenskap media yang kompleks. Dengan

pengetahuan dan keterampilan yang tepat, individu dapat menjadi komsumen

media yang cerdas dan aktif, serta agen perubahan positif dalam masyarakat.

31
b. Locus Pribadi/Pengendalian Diri

Potter menjelaskan bahwa landasan literasi media yang pertama adalah

peningkatan lokus pribadi. Lokus pribadi sendiri adalah kesadaran diri akan

sebuah informasi, apakah baik untuk di terima dan disebarkan atau tidak. Hal ini

merupakan dasar sebelum seseorang belajar lebih banyak dengan ilmu

pengetahuan agar menimbulkan sikap kritis.

c. Alat pemprosesan informasi

Kemampuan dan keterampilan merupakan alat untuk melaksanakan

perencanaan atau alat pengolahan informasi. Kapabilitas merupakan alat untuk

membantu seseorang berinteraksi dengan media dan mengakses informasi dalam

pesan dan kemampuan untuk menyaring informasi, mengevaluasi kebenaran dan

keandalan sumber informasi, serta menginterpretasikan dan menggunakan

informasi dengan bijak. Dengan demikian, kapabilitas membantu individu dalam

mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang pesan yang mereka terima

melalui media, serta memungkinkan mereka untuk membuat keputusan yang lebih

informasi dan berpikir kritis.

d. . Aliran kerja pemprosesan informasi

Aliran kerja pemrosesan informasi merujuk pada serangkaian langkah atau

proses yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan

mengelola informasi. Pemrosesan informasi mempunyai tiga tugas rinci, yaitu (1)

penyaringan; pemisahan informasi yang benar, (2) pencocokan makna yang

berarti pencocokan (3) konstruksi; sesuai dengan urutan pemrosesan informasi.

Pengolahan informasi yang diterima perlu disaring terlebih dahulu dan

32
mengidentifikasi pesan-pesan yang perlu dikeluarkan dan diabaikan. Setelah itu,

makna pesan perlu dikonstruksi dengan mengetahui makna setiap simbol dan

definisi kata yang diungkapkan serta informasi yang diterima berkaitan satu sama

lain. (Potter, 2013).

Penelitian ini akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang

bagaimana Mafindo berperan dalam mencegah penyebaran informasi hoaks

pemilihan umum tahun 2024. Mafindo dalam mendidik masyarakat tentang

pengenalan dan penanggulangan berita palsu. Ini termasuk menilai tingkat

partisipasi masyarakat dalam program-program literasi media yang ditawarkan

oleh Mafindo serta perubahan perilaku yang mungkin terjadi sebagai hasil dari

upaya mereka. Hasilnya dapat menunjukkan keberhasilan Mafindo dalam

meningkatkan pemahaman masyarakat tentang literasi media dan penanggulangan

hoaks.

Berdasarkan peneliti yang akan diteliti yaitu analisis peran MAFINDO

dalam mencegah informasi hoax pemilihan umum tahun 2024, maka kerangka

pemikirannya dapat digambarkan sebagai berikut:

33
Analisi peran mafindo sebagai media literasi dalam
mencegah informasi hoax menjelang pemilihan
umum tahun 2024

Teori Literasi Media


oleh James W. Potter 2004

1. struktur pengetahuan media literasi


2. Locus pribadi/Pengendalian diri
3. Alat pemprosesan informasi
4. Aliran kerja pemprosesan informasi

Peran mefindo dalam literasi media dalam mencegah informasi


hoax pemilihan umum 2024

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


(Sumber : Saskia 2024)

34
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut sugiyono (2020)

motode penelitian kualitatif yang merupakan metode penelitian yang digunakan

untuk meneliti pada objek yang alamiah, dimana peneliti adalah istrumen kunci,

teknik pengumpulan data yang dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis

data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekanankan makna

dari pada generalisasi. alasan peneliti melakukan pendekatan kualitatif adalah

untuk menganalisis terkait analisis peran mafindo sebagai media literasi dalam

mencegah hoax pemilihan umum tahun 2024.

3.2. Tempat Dan Waktu Penelitian

Waktu penelitian di rencanakan selama 3 bulan, hal ini di lakukan sampai

peneliti memperoleh data yang di perlukan. lokasi yang di gunakan sebagai

tempat penelitian adalah kota kendari.

3.3. Subjek Penelitian

1. Subjek

Subjek yang di maksud dalam penelitian ini yang akan di teliti yaitu,

mahasiswa dan politik mafindo. Iforman yang di maksud dalam penelitian ini

adalah orang utama yang banyak mengetahui informasi atau data yang sedang di

teliti yang akan di mintai sebagai narasumber ialah mahasiswa dan politik

mafindo.

35
2. informan

Informan adalah orang-orang yang dipilih untuk diobservasi dan

diwawancari sesuai dengan peneliti untuk memberikan berbagai informasi yang

diperlukan selama proses penelitian. Informan dalam penelitian adalah mafindo

dalam media literasi media dalam mencegah infomasi hoax pemilihan umum

2024.

3.4. Teknik Penentuan Informan

Purposive sampling adalah teknik mengambil sampel data dengan

pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa

yang di harapkan. Sementara itu dalam prosedur sampling yang paling penting

adalah bagiaman menentukan informasi kunci (key informan) atau status sosial

tertentu yang syarat informasi. Memilih sampel, dalam hal ini informan kunci atau

situasi sosial lebih tatap dilakukan dengan sengaja atau bertujuan, yakni dengan

purposive sampling

3.5. Sumber Dan Jenis Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah berupah kata-kata, dan tindakan.

Menurut sujarweni (2014) mengungkapkan sumber data adalah subjek dari mana

asal data penelitian itu diperoleh. Jadi sumber data merupakan informasi yang

diperolah peneliti untuk menjawab pertannyaan dalam penelitian yaitu data primer

dan sekunder.

3.5.1. Sumber Data

1. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langusng

dari sumber data asli. Dan dapat berupa opini subyek orang secara individual

36
atau kelompok. Data primer ini dapat dikumpulkan dengan dua metode, yaitu:

metode wawancara dan metode observasi.

2. Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung

melalui media perantara. Pada umumnya, data sekunder diperoleh dari riset

perpustakaan yaitu dengan mengumpulkan, membaca dan memahami teori-

teori dari buku artikel, jurnal, majalah, atau data.

3.5.2. Jenis Data

Jenis data yang digunakan penelitih adalah data kualitatif, jenis data ini

mejelaskan dengan kata-kata yang diperoleh dari hasil informasi yang diteliti.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategi dalam

penelitian. Karena tujuan dalam penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan yang

akan memenuhi standar data yang diterapakan. Pengumpulan data dapat dilakukan

dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari

settingnya data dapat dilakukan pada setting ilmiah, dirumah dengan berbagai

responden, pada suatu seminar,diskusi, dijalan dan lain-lain. Bila dilihat dari

sumber primer dan sekunder. Sumber primer merupakan sumber data yang

langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain

atau lewat dokumen. (Abdussmad, 2021).

Untuk mengumpulkan data dilapangan dalam rangka menjawab fokus

penelitian menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

37
1. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam satu topik

tertentu. Di dalam wawancara ini terdapat dua metode wawancara yaitu terstruktur

dan wawancaara tidak terstruktur. Dalam penelitian menggunakan wawancara

terstruktur dimana peneliti harus membawa instrument wawancara sebagai

pedomannya (Sugiyono, 2020).

2. Observasi

Menurut Nasution dalam sugiyono (2020) observasi adalah kondisi

dimana dilakukannya pengamatan secara langsung oleh peneliti agar lebih mampu

memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial sehinnga dapat diperoleh

pandangan yang holisitik (menyeluruh).

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mencatat data-data yang telah. Metode dokumentasi merupakan salah

satu metode yang mudah dilakukan dibandingkan dengan metode-metode lainnya.

Data-data yang dikumpulkan dengan cara dokumentasi cenderung merupakan data

sekunder, sedangkan data-data yang digunakan teknik observasi dan wawancara

cenderung merupakan data primer atau data yang langsung didapatkan dari pihak

pertama. Dalam menggunakan metode dokumentasi, peneliti biasanya membuat

instrumen dokumen yang bersintasi berupa varibel-variabel yang telah ditentukan

agar nanti tinggal dibubuhkan tanda cek ditempat yang telah disesuaikan

(Hardani, 2020).

38
3.7. Teknik Analisis Data

Setelah dilakukannya wawancara dan pengujian terhadap data primer dan

sekunder maka, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan analisa dan

pembahasan dari hasil uji dan wawancara yang telah dilakukan.

Menurut Sugiyono (2020) analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Menurut Huberman dalam Sugiyono (2020) mengemukakan bahwa

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan 4 secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Adapun langkah-langkahnya, sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dengan observasi.

wawancara mendalam, dan dokumentasi atau gabungan ketiganya (triangulasi).

Pengumpulan data dilakukan berhari-hari, mungkin berbulan-bulan, sehingga data

yang diperoleh akan banyak. Pada tahap awal peneliti melakukan penjelajahan

secara umum terhadap situasi sosial/objek yang diteliti, semua yang dilihat dan

didengar direkam semua. Dengan demikian peneliti akan memperoleh data yang

sangat banyak dan sangat bervariasi.

39
2. Reduksi Data (Data Reduction)

Semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin

banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data

melalui reduksi data, Mereduksi data berarti merangkum, memilih dan memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk selanjutnya, dan mencarinya

bila diperlukan.

3. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menampilkan

data. Dalam penelitian kualitatif, data yang disajikan dalam bentuk teks yang

bersifat naratif.

4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing/ Verification)

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga diteliti

manjadi jelas.

3.8. Teknik Keabsahan Data

Menguji keabsahan suatu data pada penelitian kualitatif, maka diperlukan

teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan pada kriteria

tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan

(credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan

kepastian (confirmability). Macam-macam langkah memeriksa kredibilitas dalam

40
penelitian kualitatif, yaitu perpanjangan, pengamatan, peningkatan ketekunan,

diskusi dengan teman, triangulasi, analisis kasus negatif, dan member check.

Keenam cara menguji kredibilitas tersebut dalam penelitian ini peneliti memilih

menggunakan cara triangulasi dalam pengujian kredibilitas data.

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Oleh karena

itu terdapat triangulasi sumber, triangulasi untuk pengumpulan data dan waktu.

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara

mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber.

Maka dalam hal ini, dalam penelitian di mafindo dan masiswa Peneliti

menggunakan observasi dan wawancara. Untuk menguji kredibilitas data dari

hasil pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi tersebut

digunakanlah triangulasi. Triangulasi penelitian ini dengan cara membandingkan

dan mengecek derajat kepercayaan dan hasil observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

3.9. Desain Operasional Penelitian

Tabel 3.2. Desain Operasinal

Teknik
NO Unit Struktur kerangka data pengumpulan
data
1 Analisis peran Observasi
mafindo sebagai Wawncara
media literasi dalam Dokumentasi
mencegah hoax
pemilihan umum 2024
2 Struktur pengetahuan Bagaimana cara mafindo Wawancara
literasi media menjadikan media literasi Dokumentasi
dalam mencegah informasi

41
hoax
3 Pribadi/pengendalian Seperti apa pengendalian Wawancara
diri diri mafindo untuk dokumentasi
mencegah informasi hoax
4 Alat pemprosesaan Bagaimana proses mafindo Wawancara
dalam mengelolah Dokumentasi
informasi
5 Aliran kerja Bagaimana mafindo Wawancara
pemprosesan membedakan informasi Dokumentasi
informasi yang benar atau tidak

3.10. Konseptualisasi

1. Pengertian media literasi

Literasi media berasal dari bahasa inggris yaitu media literacy, terdiri dari

dua suku kata media berarti media tempat pertukapan pesan dan literacy berarti

melek, kemudian dikenal dalam istilah Literasi Media. Dalam hal ini literasi

media merujuk kemampuan khalayak yang melek terhadap media dan pesan

media massa dalam konteks komunikasi massa.

2. Mafindo

MAFINDO merupakan singkatan dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia

yang berawal dari Forum di media sosial Facebook dari FAFHH (Forum Anti

Fitnah, Hasut, dan Hoax) yang dibuat oleh Harry Sufehmi pada tahun 2015, untuk

menanggapi munculnya berbagai macam hasutan, fitnah, hoaks serta ujaran

kebencian di media sosial.

3. Hoax dan Misinformasi

Hoax merupakan informasi, kabar, berita yang palsu atau bohong. hoax

yaitu informasi yang dibuat-buat atau direkayasa untuk menutupi informasi yang

42
sebenarnya. Sedangkan Misinformasi adalah informasi yang keliru, tapi orang

yang menyebarkannya percaya bahwa itu benar.

4. Pemilihan umum

Pemilihan umum merupakan sarana demokrasi guna mewujudkan sistem

pemerintahan negara yang berkedaulatan rakyat. Pemerinta negara yang dibentuk

melalui pemilihan umum itu adalah yang berasal dari rakyat, dijalankan sesuai

dengan kehendak rakyat dan diabdikan untuk kesejahteraan rakyat.

43
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Simarmata, J., Iqbal, M., Hasibuan, M. S., Limbong, T., & Albra, W. (2019).
Hoaks dan Media Sosial: Saring Sebelum Sharing. Yayasan Kita Menulis.

Abdussamad, zuchri, 2021. Metode Penelitian Kualitatif. Makassar : cv


Syakirmedia Press

Dr. Muhadam Labolo Teguh Ilham, S.Stp, 2015, Partai Politik dan Sistem
Pemilihan di Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Effendi, 2015.Ilmu Komunikasi. Bandung : PT ramaja rodakarya.

Nugroho, Eko S, 2019 : Hoaks dan Media Sosial: Saring Sebelum Sharing.
Yayasan Kita Menulis

Hafied Cangara, 2007, Pengertian Ilmu Kounikasi, Jakarta : Raja Grafindo


Persada

Hardjana, Agus M. 2016. . Ilmu Komunikasi. Bandung : PT. Ramaja Rosdakrya.

Herdani,2020 Metode Penelitian & Kuantitatif. Mataram. Pustaka Ilmu.

Jemes Potter, 2021, Media Literacy, : SAGE Publications

Milyane, T. M., Darmaningrum, K., Natasari, N., Setiawan, G. A., Sembiring, D.,
Irwanto, I., ... & Putri, M. S. (2023). LITERASI MEDIA DIGITAL.

Mulyana, Deddy. 2015. Ilmu Komunikasi. Bandung : PT. Ramaja Rosdakrya.

Samsinar,2017. Ilmu Komunikasi Antar Manusia. Tanggerag Seletan.

Sugiyono, 2020. Metode penelitian kualitatif. Bandung : alfabeta.

Sujarweni,W.2014. Metode Penelitian : Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami.


Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Sukula, Andrew E. 2017. Komunikasi Bisinis. Surkarta Erlangga.

Wirnarso,Heru P. 2016. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta. Pretasi Pustaka

Yusuf,A.,&faruddin. M. 2021. Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta : cv.


Pustaka Ilmu Group

44
Potter, James. W. (2004). Theory of Media Literacy: a Cognitive Approach :
SAGE Publications

Jurnal & Skripsi

reton, C., Posetti, J. and UNESCO (2018) Journalism,”fake news”; et


disinformation : handbook for journalismeducation and training.

Allcott, Hunt & Gentzkow, Matthew. (2017). Social Media and Fake News in the
2016 Election. Journal of Economic Perspectives Vol 31, No. 2, Spring
2017.

Baroroh., S., dan Kurniawan., J., (2016). Literasi Media Digital Masasiswa
Universitas Muhammadiyah Bengkulu.

Hakim, L. dan Muslim, A. (2023) Sosialisasi Stop Hoax Dalam Mewujudkan


Pemilu 2024 yang Aman, Damai dan Bermartabat Berdemokrasi Dengan
Hati, Bukan Dengan Benci.

Hermawan, H. (2017). Literasi Media Kesadaran dan Analisis. Bandung:Penerbit


Calpulis.

Izharsyah, R.J. Anshori.,A. dan Rudianto. (2023) Dampak Literasi Politik dan
Pemilu 2024 Bagi Pemilih Pemula terhadap Pengendalian Informasi Hoax.

Klepka. (2019). Media Tidak Hanya Dapat Melaporkan Peristiwa Terkait


Keamanan tetapi juga Memiliki Kesempatan Untuk Mempengaruhi Rasa
Aman Masyaraka.

Krisanjaya. Dan Rahmawati,. A. (2019). Literasi Media Untuk Mengantsipsi


Berita Palsu (Hoax) di Media Sosial Bagi Masyarakat Pulau Tidung
Kepulauan Seribu.

Maqruf, D., R., (2020). Bahaya Hoaks dan Urgensi Iiterasi Media : Studi Pada
Mafindo Solo Raya.

Marsuki,. R. N, Martinihani., dan Umar,. J., M. (2024) Waspada Dunia Maya:


Strategi Mengidentifikasi dan Mengatasi Hoaks.

Munif, A. (2020). Peran Mafindo Masyarakat Anti Fitna Indonesia Semarang


Dalam Mencegah Penyebaran Hoaks Di Media Sosial Facebook.

Nadzir,I Sari Seftiani, S. dan Permana, Y.S.(2019).Hoax and Misinformation in


Indonesia:Insights from a Nationwide Survey. ISEAS – Yusof Ishak
Institute Analyse Current Events, (92): 1-12.

45
Nugroho, Septiaj, E. (2017) Upaya Masyarakat Anti Fitnah Indonesia
Mengembalikan Jatidiri Bangsa Dengan Gerakan Anti Hoax. PT. Mizan
Pustaka.

Saidah. A. (2020). Mcrowdsourcing Partipasi Publik Dalam Proses Menangkal


Berita Bohong.

Sani, A. F. (2019). Mafindo Sebut Kabar Hoaks Politik Meningkat di Januari.


Retrieved May 27, 2019.

Suntara, A., R., Winanda Kusuma, W., dan Permatasari, B. (2022). Peningkatan
Pengawasan Partisipatif Masyarakat Desa dalam Pelaksanaan Pemilu
Serentak Tahun 2024 melalui Penyuluhan Hukum.

Silverman, Craig. (2015). Journalism: A Tow/Knight Report. "Lies, Damn Lies,


and Viral Content". Columbia Journalism Review.

Sangidin, N., A. (2021). Pesan Dakwah Tentang Upaya Mengurangi Hoax


(Analisis Buku“Saring Sebelum Sharing” Karya Nadirsyah Hosen).

Wijaya, S. H., Pawito, P., Yudiningrum, F., Alkhajar, E. N., & Sulihyantoro, A.
(2020). Workshop Pendidikan Literasi Media Tentang Hoaks Di Ormas
Islam Perempuan Aisyiyah. Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian
Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR), 3,
753-765.

Yunita (2019) Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Wardle, C. (2017). Fake news . It’ s complicated. Medium,First Draft, hal. 1–6.

Internet

file:///C:/Users/Aspire%203%20Slim/Downloads/BAB%20III.%20Identifikasi
%20Data.pdf

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/11/29/hoaks-di-media-sosial-
meningkat-jelang-kampanye-pemilu-2024

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20190516191935-37-73041/survei-
pengguna-internet-di-ri-tembus-17117-juta-jiwa

https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/648446/mafindo-temukan-hoaks-
politik-meningkat-tajam-jelang-pemilu-2024

46

Anda mungkin juga menyukai