Anda di halaman 1dari 86

PERAN BHABINKAMTIBMAS POLSEK TINANGGEA DALAM

MENERTIBKAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL


PERSPEKTIF SOSIOLOGI HUKUM ISLAM

HASIL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Penyelesaian Studi


Pada Program Studi Hukum Tata Negara

Oleh:

DAHLIA
NIM: 17020103014

FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KENDARI
TAHUN 2024
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KENDARI
FAKULTAS SYARIAH
Jl. Sultan Qaimuddin No. 17 Kelurahan Baruga-Kota Kendari
Tlp. (0401) 393710, fax. (0401) 393710.
Website: http//iainkendari.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing Penulisan Hasill Penelitian Saudari Dahlia NIM: 17020103014,

Mahasiswa Program Studi Hukum Tata Negara, Fakultas Syariah IAIN Kendari,

Judul Skripsi “Peran Bhabinkamtibmas Polsek Tinanggea Dalam Menertibkan

Penjualan Minuman Beralkohol Perspektif Sosiologi Hukum Islam” setelah

dibaca dan dikoreksi, memandang bahwa Proposal tersebut telah memenuhi

syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke Ujian Seminar Hasil.

Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses lebih lanjut.

Kendari, 25 Maret 2024

Dosen Pembimbing,

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Rachmadani, S.SY.,MH. Syamsul Darlis, SH., MH


NIP.19940221201903017 NIP. 202001

i
KATA PENGANTAR

‫بسم هلل الرحمن الرحيم‬

Syukur Alhamdulillah merupakan kata yang paling patut saya ucapkan

karena atas limpahan rahmat karunia serta kasih dan sayang Allah

Subhanahuwataalah.Sehingga penulisan proposal yang berjudul “Peran

Bhabinkamtibmas Polsek Tinanggea Dalam Menertibkan Penjualan

Minuman Beralkohol Perspektif Sosiologi Hukum Islam” dapat dirampungkan

sesuai dengan deadline yang ditargetkan. Salawat dan salam semoga selalu

senantiasa mengalir kepangkuan baginda Rasulullah Muhamammad

Sallallahualaihiwasallam yang tanpa lelah telah memperjuangkan Islam sehingga

berkat kerja keras dan perjuangan beliau kita bisa menikmati indahnya Islam

hingga pada saat ini.

Rasa syukur yang sedalam-dalamnya bagi penulis yang telah mampu

menyelesaikan penulisan Hasil Penelitian ini. Penulis menyadari bahwa dalam

penulisan ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan

serta konstribusinya. Maka dengan kerendahan hati sepatutnyalah penulis

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya terutama

kepada:

1. Kepada kedua Orang Tua, bpk Dahlan dan ibu Nurhaedah keluarga penulis

yang senantiasa memberikan dukungan dan doa untuk kelancaran proses

penulisan Skripsi ini.

2. Dr. Husain Insawan, M.Ag sebagai Rektor IAIN Kendari yang telah

memberikan dukungan sarana dan fasilitas serta kebijakan yang mendukung

penyelesaian studi penulis.

ii
3. Dr. Kamaruddin, S.Ag., S.H., M.H. sebagai Dekan Fakultas Syariah yang

telah memberikan dukungan sarana dan kebijakan dalam studi penyelesaian

seluruh Mahasiswa Fakultas Syariah.

4. Finsa Adhi Pratama M.Ag sebagai Ketua Program Studi Hukum Tata Negara

yang selalu memberi dukungan dan dorongan serta motivasi kepada penulis.

5. Dosen pembimbing penulis, yaitu Rachmadani S.SY.MH.(pembimbing

pertama), Syamsul Darlis, SH., MH. (pembimbing kedua) yang telah

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan ini.

6. Kepada seluruh Dosen dan tenaga kependidikan Fakultas Syariah yang telah

melayani penulis dalam setiap urusan dengan sangat baik.

7. Seluruh sahabat seperjuangan penulis Mahasiswa Fakultas Syariah.

Khususnya Program Studi Hukum Tata Negara angkatan 2017 Serta teman-

teman seperjuangan mahasiswa fakultas syariah angkatan 2017 yang telah

memberikan dukungan moril dan doa kepada penulis.

Penulis berharap semoga setiap bantuan dan bimbingan dari semua pihak

yang telah disumbangakan dapat bernilai pahala di sisi Allah SWT.Ahirnya

penulis memohon ampunan kepada Allah SWT atas segala kekhilafan baik yang

di sengaja maupun yang tidak disengaja.

Kendari, 25 Maret 2024

Penulis

DAHLIA.
NIM. 17020103014

iii
ABSTRAK

DAHLIA, NIM: 17020103014 (2024). Program Studi Hukum Tata Negara/


Siyasah, Institut Agama Islam Negeri Kendari (Iain) Judul Skripsi: Peran
Bhabinkamtibmas Polsek Tinanggea Dalam Menertibkan Penjualan
Minuman Beralkohol Perspektif Sosiologi Hukum Islam. Dibimbing Oleh:
Rachmadani, S.SY.,MH. Dan Syamsul Darlis, SH., MH Selaku Pembimbing
Satu Dan Dua

Tujuan utama dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengtahui peranan
Bhabinkamtibmas Desa Akuni berdasarkan sudut pandang sosiologi hukum Islam
Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan, penelitian ini merupakan
penelitian empiris yang berorientasi pada data primer dan data sekunder. Dari
hasil penelitian yang dilakukan peneliti menilai bahwa sannya peran
Bhabinkamtibmas di Desa Akuni belum berjalan sebagaimana yang diharapkan
oleh undang-undang karena Bhabinkamtibmas hanya melakukan kunjungan
kepada masyarakat namun tidak menyelesaikan permasalahan yang ada di
lingkungan masyarakat mengenai minuman beralkohol yang dimana saat peneliti
melakukan penelitian masih ada dijumpai penjual minuman beralkohol secara
illegal dan penggunaan minuman beralkohol masih marak dilakukan di tempat
yang tidak semestinya. Sehingga inilah yang menyebabkan kondisi social
masyarakat mengalami perubahan yang sangat signifikan dan sangat rentan
terhadap keributan dan kegaduhan yang disebabkan oleh konsumen minuman
beralkohol dan minimal beralkohol ini sudah menjangkau generasi muda yang
seharusnya mereka harus focus pada pendidikan sehingga inilah yang menjadi
tugas penting dari Bhabinkamtibmas.

Kata kunci : Peran Bhabinkamtibmas, Sosiologi Hukum Islam

iv
ABSTRACT

DAHLIA, NIM: 17020103014 (2024). Program Studi Hukum Tata Negara/


Siyasah, Institut Agama Islam Negeri Kendari (Iain) Judul Skripsi: Peran
Bhabinkamtibmas Polsek Tinanggea Dalam Menertibkan Penjualan
Minuman Beralkohol Perspektif Sosiologi Hukum Islam. Dibimbing Oleh:
Rachmadani, S.SY.,MH. Dan Syamsul Darlis, SH., MH Selaku Pembimbing
Satu Dan Dua

The main aim of writing this thesis is to understand the role of the
bhabinkamtibmas of Akuni village based on the sociological perspective of
Islamic law in Tinanggea subdistrict, South Konawe district. This research is
empirical research oriented to primary and secondary data. From the results of
research conducted by researchers, the researcher assesses that the sannya role of
Bhabinkamtibmas in Akuni village has not been implemented as expected by law
because Bhabinkamtibmas only makes visits to the community but does not
resolve the problems that exist in the community regarding alcoholic drinks,
which when the researchers conducted the research were still often found. selling
alcoholic drinks illegally and the use of alcoholic drinks is still widespread in
inappropriate places. So this is what causes the social condition of society to
experience very significant changes and is very susceptible to commotion and
commotion caused by consumers of alcoholic drinks because at least alcohol has
reached the younger generation, they should focus on education, so this is an
important task of Bhabinkamtibm

Keywords: Role of Bhabinkamtibmas, Sociology of Islamic Law

v
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iv
ABSTRACT.............................................................................................................v
DAFTAR TABEL................................................................................................viii
DAFTAR BAGAN.................................................................................................ix
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Fokus Penelitian...........................................................................................7
1.3. Rumusan Masalah........................................................................................7
1.4. Manfaat Penelitian.......................................................................................7
1.5. Tujuan Penelitian.........................................................................................8
1.6. Definisi Operasional....................................................................................9
BAB II....................................................................................................................10
KAJIAN PUSTAKA..............................................................................................10
2.1. Kajian Relevan...........................................................................................10
2.2. Kerangka Teori...........................................................................................13
2.3. Kajian Teori................................................................................................13
BAB III..................................................................................................................27
METODE PENELITIAN.......................................................................................27
3.1. Jenis Penelitian..........................................................................................27
3.3.1. Data Primer...........................................................................................28
3.3.2. Data Sekunder.......................................................................................28
3.5.1. Reduksi Data.........................................................................................29
3.5.2. Penyajian Data......................................................................................30
3.5.3. Pengambilan Kesimpulan.....................................................................30
BAB IV..................................................................................................................33
PEMBAHASAN....................................................................................................33

vi
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..........................................................33
4.2. Peran Bhabinkamtibmas Dalam Menertibkan Penjualan Minuman
Beralkohol..................................................................................................37
4.3. Tinjauan Sosiologi Hukum Islam Terhadap Peredaran Minuman
Beralkohol..................................................................................................42
BAB V....................................................................................................................57
PENUTUP..............................................................................................................57
5.1. Kesimpulan................................................................................................57
5.2. Saran..........................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................i
LAMPIRAN...........................................................................................................iii
PEDOMAN WAWANCARA.................................................................................iii
DAFTAR INFORMAN.........................................................................................vii
PEDOMAN OBSERVASI........................................................................................x
DOKUMENTASI....................................................................................................xi

vii
DAFTAR TABEL

Table 4.1. Data Jumlah Penduduk ................................................................... 35


Table 4.2. Data Pendidikan .............................................................................. 36
Table 4.3. Data Pekerjaan ................................................................................ 36
Table 4.4. Jumlah temuan kasus pelanggaran miras ....................................... 46

viii
DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Teori................................................................................ 13

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan-perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekuansi

modernisasi dan industrialisasi telah mempengaruhi kehidupan manusia. Sebagai

individu, keluarga, masyarakat dan bangsa. Dalam masyarakat modern dan

industri yang bercorak sekuler, terdapat ketidak pastian fundamental di bidang

nilai, moral dan etika kehidupan oleh karena itu maka satu-satunya kepastian

dewasa ini dan terlebih lagi untuk masa datang adalah kehidupan individu. Tetapi

persoalan-persoalan tersebut dengan ketidak pastian, tidak semua orang mampu

untuk menyesuaikan diri (adaptasi) yang pada gilirannya remaja akan merugikan

diri sendiri dan juga merugikan orang lain dan salah satunya adalah

penyalahgunaan minuman keras. Mengkonsumsi minuman beralkohol secara

berlebihan sangatlah besar pengaruhnya terhadap tindakan pelaku yang mengarah

kepada beberapa keributan, seperti kebut-kebutan di jalan raya yang dapat

mengganggu lalu lintas, membuat keributan kekacauan, dan mengganggu

ketenangan masyarakat lainnya.

Penyalahgunaan minuman keras dengan mengkonsumsinya di luar batas

kewajaran, disamping akan menjadi masalah individu yang dapat merugikan diri

sendiri, selain itu yang lebih luas lagi dapat menjadi masalah bagi masyarakat.

Kebiasaan minum-minuman keras yang melebihi batas yang wajar dapat

menyebabkan sikap seseorang menjadi anti sosial dan cenderung merugikan

kepentingan orang lain. Belakangan ini banyak jatuh korban meninggal dunia

1
yang diakibatkan karena minuman keras oplosan yang selain dikonsumsi secara

berlebihan juga dicampur dengan zat-zat kimia yang mematikan yang seharusnya

tidak diperuntukkan untuk dikonsumsi manusia. Penyalahgunaan alkohol dapat

membawa pengaruh yang sedemikian rupa, menyebabkan yang bersangkutan

dapat berperilaku yang bertentangan dengan norma baik itu norma hukum

maupun norma sosial yang hidup didalam bmasyarakat.

Jika kita meninjau lebih jauh fenomena ramainya perdagangan minuman

beralkohol secara illegal dari sudut pandang Sosiologi Hukum Islam, maka kita

akan menemukan perintah Allah dalam salah satu ayat Al-Qur’an berikut ini :

‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنٓو ۟ا ِإَّنَم ا ٱْلَخ ْم ُر َو ٱْلَم ْيِس ُر َو ٱَأْلنَص اُب َو ٱَأْلْز َٰل ُم ِر ْج ٌس ِّم ْن َع َمِل ٱلَّش ْيَٰط ِن َفٱْج َتِنُبوُه‬
‫َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحوَن‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan anak panah
adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan
itu agar kamu mendapat keberuntungan (Q.S. Al-Maidah: 90)

Ayat Al-Qur’an diatas menyampaikan kepada ummat islam bahwa

sesungguhnya meminum khamar itu adalah salah satu perbuatan syaitan maka dari

itu allah menyuruh kita untuk menjauhinya. Tetapi ummat Islam justru malah

memperjual belikan untuk mendapatkan keuntungan dan menumbulkan banyak

kemudharatan dikalangan masyarakat.

Allah SWT, menjadikan umat manusia agar saling membutuhkan satu sama

yang lainnya, dalam hal tolong menolong, tukar- menukar dalam urusan

kepentingan hidupnya, baik dilakukan dengan cara jual beli, sewa menyewa,

bercocok tanam. Kegiatan jual beli dalam Islam sudah berjalan sangat lama,

dengan berbagai macam aturan dan juga dengan segala larangan dalam praktik

2
jual beli, mengenai segala macam hukum dan aturan sudah jelas diatur dalam Al-

Qur‟an dan Hadis.

Al-Qur‟an dan Hadis merupakan sumber utama dari hukum Islam yang

banyak memberikan contoh dalam bisnis yang sesuai dengan syariat Islam yang

tidak hanya mengatur penjual namun juga untuk mengantur pembeli dalam

melakukan transaksi jual beli. Pada era saat ini maraknya pelaku jual beli dalam

melakukan transaksi jual beli dengan tidak melihat bagaimana syariat Islam yang

telah ditetapkan, para oknum penjual memanfaatkan keadaan untuk menjual

berbagai macam barang dari yang baik sampai yang tidak baik. Gejala sosial

seperti saat ini memang sangat memprihatinkan dengan maraknya jual beli yang

dilakukan, Allah SWT telah menjelaskan bahwa Allah telah menghalalkan jual

beli dan mengharamkan segala jenis jual beli yang mengandung riba, dan jual beli

yang merugikan orang lain seperti, mencuri, menipu, merampok, korupsi, dan jual

beli dengan jalan lain yang tidak dibenarkan oleh Allah SWT.

Islam melarang jual beli jika jual beli itu sendiri melanggar aturan dasar jual

beli serta rukun dan syarat jual beli, mengenai objek jual beli dan barang yang

diperjual belikan haruslah barang yang suci dan yang memilki manfaat. Dimana

barang yang disebutkan bukanlah barang yang najis, barang haram.( Mardani,

2012: 102)

Seperti hal nya jual beli pada minuman beralkohol, minuman beralkohol

merupakan minuman yang mengandung alkohol yang membukkan yang dapat

membuat seseorang kehilangan kesadarannya jika dikonsumsi secara terus

menerus, tentunya juga sudah dilarang oleh agama Islam. Selain dapat

3
membatalkan ibadah seseorang, minuman keras ini juga haram untuk dikonsumsi

karena memiliki dampak yang sangat buruk bagi kesehatan, dimana minuman

keras ini dihasilkan dari sebuah proses fermentasi atau adanya penambahan zat

alkohol didalamnya dan apabila dikonsumsi dapat menyebabkan hilangnya

kesadaran.( Redaksi Liputan 6, Diakses pada 7 November 2023). pada era saat ini

para penjual melakukan transaksi minuman beralkohol dengan pembeli minuman

beralkohol, Walaupun secara syara‟ jual beli minuman beralkohol dilarang dan

diharamkan, tapi pada kenyataannya jual beli minuman beralkohol ini masih

dengan mudah terjadi dikalangan masyarakat dan dengan mudah untuk

mendapatkannya, Rasulullah SAW bersabda:

‫ َأَر َأْيَت‬، ‫ َفِقيَل َيا َر ُسوَل ِهَّللا‬. » ‫ِإَّن َهَّللا َو َر ُسوَلُه َح َّر َم َبْيَع اْلَخ ْم ِر َو اْلَم ْيَتِة َو اْلِخ ْنِز يِر َو اَألْص َناِم‬
، ‫ َفَقاَل « َال‬. ‫ َو َيْسَتْص ِبُح ِبَها الَّناُس‬، ‫ َو ُيْد َهُن ِبَها اْلُج ُلوُد‬، ‫ُش ُحوَم اْلَم ْيَتِة َفِإَّنَها ُيْط َلى ِبَها الُّس ُفُن‬
‫ ِإَّن َهَّللا‬، ‫ ُثَّم َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا – صلى هللا عليه وسلم – ِع ْنَد َذ ِلَك « َقاَتَل ُهَّللا اْلَيُهوَد‬. » ‫ُهَو َحَر اٌم‬
‫َلَّم ا َح َّر َم ُش ُحوَم َها َج َم ُلوُه ُثَّم َباُعوُه َفَأَك ُلوا َثَم َنُه‬
Artinya: Sesungguhnya, Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli khamar, bangkai,
babi, dan patung.” Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu
mengenai jual beli lemak bangkai, mengingat lemak bangkai itu dipakai untuk
menambal perahu, meminyaki kulit, dan dijadikan minyak untuk penerangan?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh! Jual beli lemak
bangkai itu haram.” Kemudian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Semoga Allah melaknat Yahudi. Sesungguhnya, tatkala Allah
mengharamkan lemak bangkai, mereka mencairkannya lalu menjual minyak
dari lemak bangkai tersebut, kemudian mereka memakan hasil penjualannya.”
(HR. Bukhari no. 2236 dan Muslim, no. 4132). (Al-Bukhari, shahih Al-Bukhari
(Ensiklopedi Hadits) Hadits No. 2236 pada Fathul Bari, 449).

Kutipan hadits diatas menunjukkan bahwa jual beli khamar atau minuman

keras dengan segala macam jenisnya sangat diharamkan. Begitu pula untuk

memproduksi dan mengkonsumsinya karena dapat merusak akal dan banyak

kerusakan yang terjadi didalamnya. Banyak penjelasan yang mengatur mengenai

4
pelarangan jual beli minuman keras disertai dengan hukum yang telah

mengaturnya namun kegiatan jual beli seperti ini masih bisa dijumpai dikalangan

masyarakat.

Penggunaan minuman keras di luar batas kewajaran banyak sekali terjadi

salah satunya di Desa Akuni, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan,

dimana masyarakatnya banyak yang menjadi peminat minuman keras oplosan.

Gejala ini dapat dilihat dengan banyaknya tempat-tempat yang menjual minuman

keras oplosan, di Desa Akuni sendiri terdapat 2 tempat penjualan minuman

beralkohol dimana 1 penujual tersebut tidak memiliki izin perdagangan minuman

beralkohol. Dengan banyaknya penjual minuman keras menyebabkan meluasnya

konsumen minuman keras dimana untuk mendapatkan minuman keras tersebut

menjadi hal yang sangat mudah/gampang sehingga menjangkau kalangan para

remaja. Seringkali kita lihat, terjadinya peningkatan angka kriminalitas yang

terjadi didalam masyarakat terutama tindak pidana umum/konvensional seperti

pencurian, pemerkosaan, perampokan, penodongan, penganiayaan, serta

pengrusakan fasilitas umum, yang dimana tidak sedikit pelakunya berada dibawah

pengaruh minuman keras. Hal tersebut itulah yang menguatkan adanya pernyataan

serta opini masyarakat bahwa minuman keras dapat memicu tindak kejahatan,

maka perlu untuk ditindak dengan upaya penanggulangan oleh aparat penegak

hukum yang dalam hal ini ialah aparat kepolisian.

Penegakan hukum sebagai salah satu pilar demokrasi dipengaruhi oleh

empat faktor:

5
1. hukum itu sendiri, dalam arti substansial dari peraturan perundang-

undangan maupun hukum formal untuk menegakkan hukum materiil.

2. Profesionalisme.

3. Sarana dan prasarana, dan

4. Persepsi masyarakat untuk hukum.

Bhabinkamtibmas sebagai salah satu perpanjangan tangan negara dalam hal

edukasi, pendampinagan penegakan hukum yang memiliki kedudukan dan

peranan sangat penting yaitu sebagai penjaga ketertiban umum dan sebagai

pengayom masyarakat yang menjalankan tugas dan fungsinya, Bhabinkamtibmas

dapat bersifat preventif maupun represif. Pada awalnya Bhabinkamtibmas lebih

menekankan pada aspek preventif yaitu melakukan upaya pencegahan agar tindak

kejahatan tidak terjadi dengan adanya dukungan aktif dari masyarakat.

Sosilogi Hukum Islam dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat

untuk lebih berhati-hati dalam melakukan jual beli, karena jual beli miras

merupakan fenomena dimasyarakat yang terbentuk karena kondisi sosial

masyarakat. Sosiologi hukum merupakan bagian dari yang disebut sosiologi jiwa

manusia yang menelaah penuh realitas sosial hukum, dimulai dari hal-hal nyata

dan observasi perwujudan lahiriah, dalam kebiasaan kolektif yang efektif.

Pemikiran sosiologi hukum berfokus pada keberlakuan empiric atau factual dari

hukum, sosiologi hukum tidak secara langsung diarahkan pada hukum sebagai

sistem konseptual, melainkan pada sebuah kenyataan hukum yang hadir sebagai

pemeran utama. Pada sosiologi hukum objek utamanya adalah masyarakat dan

kaidah hukum.

6
Penjelasan mengenai sosiologi hukum mencoba memperlakukan sistem

hukum dari sudut pandang ilmu sosial. permasalahan tersebut, terdapat sebuah

kegiatan jual beli Minuman Keras yang terdapat di Desa Akuni Kecamatan

Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan yang kemudian peneliti ingin mengetahui

tinjauan sosiologi hukum Islam terhadap Peran Bhabinkamtibmas Polsek

Tinanggea Dalam Menertibkan Penjualan Minuman Beralkohol. Maka peneliti

mengajukan penelitian berjudul" Peran Bhabinkamtibmas Polsek Tinanggea

Dalam Menertibkan Penjualan Minuman Beralkohol Perspektif Sosiologi

Hukum Islam.

1.2. Fokus Penelitian

Adapun fokus penelitian pada dari tulisan ini adalah :

1.2.1 Peran Bhabinkantibmas terhadap maraknya tempat penjualan

minuman beralkohol di Desa Akuni Kecamatan Tinanggea.

1.2.2 Tinjauan Sosiologi Hukum Islam Terhadap Peredaran Minuman

Beralkohol ?

1.3. Rumusan Masalah

1.3.1 Bagaimana peran Bhabinkamtibmas polsek Tinanggea dalam

menertibkan penjualan minuman beralkohol di Desa Akuni Kecamatan

Tinanggea ?

1.3.2 Tinjauan Sosiologi Hukum Islam Terhadap Peredaran Minuman

Beralkohol ?

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang akan dicapai pada penelitian ini adalah:

7
1.4.1. Manfaat Teoritis

Agar penelitian ini menghasilkan temuan baru sehingga dapat

memberikan sumbangan keilmuan dalam bidang hukum terutama pada

ranah Pemerintahan Daerah

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Penelitian ini memberikan analisis mengenai peran Bhabinkamtibmas

dan Peraturan Daerah Konawe Selatan. Sehingga dapat memberikan

kontribusi mengenai penyelesaian masalah penertiban penjualan

minuman beralkohol di Desa Akuni, Kecamatan Tinanggea

Kabupaten Konawe Selatan.

2. Bagi pemerintah Daerah, penelitian ini diharapkan memberikan

sumbangan keilmuan maupun menjadi bahan masukan terhadap

Pemerintah Daerah terkait retribusi izin tempat penjualan minuman

beralkohol bagi masyarakat.

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka yang menjadi tujuan

penelitian adalah sebagai berikut :

1.5.1 Menganalisis peran Polsek Melalui Bhabinkamtibmas menertibkan

penjualan minuman beralkohol di Desa Akuni Kecamatan Tinanggea.

1.5.2 Mengunggkap Perspektif Sosiologi Hukum Islam terhadap peran

Bhabinkamtibmas dalam menertibkan penjualan minuman beralkohol.

8
1.6. Definisi Operasional

1.6.1 Bhabinkamtibmas

Bhabinkamtibmas adalah pemolisian masyarakat atau pengeban

polmas di Desa\ Kelurahan untuk mendengarkan keluhan warga

masyarakat tentang permasalahan yang ada disekitar masyarakat.

1.6.2 Minuman Beralkohol

Minuman beralkohol adalah segala jenis minuman yang memabukkan,

sehingga dengan meminumnya membuat peminumnya menjadi hilang

kesadarannya.

1.6.3 Polsek

Polsek adalah pelaksana tugas wewenang polri yang berkedudukan di

tingkat Kecamatan .

1.6.4. Sosiologi Hukum Islam

Sosiologi Hukum Islam adalah ilmu sosial yang mempelajari

fenomena hukum dalam rangka menjelaskan praktik-praktik fiqih

yang mengatur hubungan antara fenomena sosial yang berbeda dalam

masyarakat muslim.

9
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Relevan

Ada beberapa penelitian yang membahas tentang objek yang bekaitan

dengan penelitian ini yang bisa dijadikan sebagai dasar untuk menghubungkan

penelitian yang akan saya lakukan dengan penelitian terdahulu yang telah

dilakukan oleh:

2.1.1 Anang ma’ruf Yang Berjudul“ Politik Hukum Pembentukan Perda

Kabupaten Konawe Selatan No 14 Tahun 2013 Tentang Retribusi Izin

Tempat Penjualan Minuman Beralkohol Perspektif Fiqih Siyasah”

perbedaan dari pada skripsi yang di tulis oleh saudara anang ma’ruf yakni

dari segi tempat, waktu danfolus penelitian yang dimana saudara anang

berfokus pada politik hukum terbitnya perda tersebutberdasarkan sudut

pandang fiqih siyasah, adapun yang menjadi persamaan dalam penulisan ini

yakni pembahasan mengenai perda nomor 14 tahun 2013 tentang Retribusi

Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol(anang ma’ruf, skripsi, iain

kendari, 2022).

2.1.2 Israti La Taa Dengan Judul “Sistem Pengaturan Izin Tempat Penjualan

Minuman Beralkohol“. saudari Israti La Taa merupakan penelitian normatif-

empiris. skripsi saudari Israti La Taa menjelaskan bahawa implementasi

perda kota kendari tentang retribusi izin tempat penjuaalan minuman

beralkohol yang diduga oleh saudari Israti La Taa bertentangan dengan

ketentuan peraturan daerahyakni dalam hal pelaksanaan pemeriksaan lokasi

10
yang sesuai dengan ketentuan peraturan daerah (Israti La Taa, skripsi,

Fakultas syariah, Institut Agama Islam Negeri Kendari, 2022).

2.1.3 Nur faridah “Analisis Saddu Al-Dzari’ah Terhadap Perda Kota Madiun No

8 Tahun 2017 Tentang Pengendalian Peredaran Minuman Beralkohol.

Skripsi ini berfokus pada dua aspek yakni pengendalian dan retribusi izin

tempat penjualan minuman beralkohol, Penelitian ini bertujuan Untuk

mengetahui perspektif Islam terhadap pemebrian izin penjualan minuman

beralkohol (Nur Faridah, skripsi,IAIN Ponorogo,2018).

2.1.4 Winarti Azari sarjono “Sosiologi Hukum Islam terhadap praktek jual beli

daging oplosan”. Skripsi saudari Winarti Azari sarjono berfokus pada

faktor-faktor yang mempengaruhi atau melatar belakangi terjadinya praktik

jual beli daging oplosan dan bagaimana pandangan sosiologi hukum islam

terhadap praktik jual beli tersebut. Adapun yang menjadi perbedaan dengan

penelitian yang di lakukan oleh saudari Winarti Azari sarjono yakni tempat

penelitian, waktu dan fokus penelitian dimana penulis berfokus pada peran

Bhabinkamtibmas polsek Tinanggea dalam menertibkan penjualan

minuman beralkohol dan perspektif Sosiologi Hukum Islam terhadap peran

Bhabinkantibnas dalam menertibkan penjualan minuman beralkohol.

(Winarti Azari sarjono, skripsi,IAIN Ponorogo,2023).

2.1.5 Rasmi Saputra dengan judul pelaksanaan tugas pokok Bhabinkamtibmas

berdasarkan pasal 27 Peraturan Kapolri Nomor 3 Tahun 2015 Dipolsek

Kecamatan Bunut Kabupaten Kelalawan". Skripsi Saudara Rasmi Saputra

Berfokus pada pelaksanaan tugas bhabinkamtibmas apakah sudah sesuai

11
dengan pasal 27 Peraturan Kapolri Nomor 3 Tahun 2015 dan faktor-faktor

yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan tugas bhabinkamtibmas

dimasyarakat. Adapun yang menjadi persamaan dari tulisan yang akan

penulis buat yakni dari objek yang dikaji namun yang perlu di tegaskan

dalam tulisan ini adalah tulisan ini bukan pengulangan dari tulisa saudara

Rasmin Saputra karena terdapat beberapa perbedaan diantaranya adalah

waktu, tempat dan juga fokus penelitian. (Rasmin Saputra, Skripsi, UIN

SUSKA Riau,2021)

Beberapa penelitian yang dikemukakan di atas, ada aspek-aspek yang memiliki

kesamaan dengan penelitian ini yaitu terletak pada bidang kajiannya yang

membahas tentang perda retribusi tempat minuman beralkohol, Namun persamaan

tersebut tidak menyangkut substansi yang diteliti karena jika dilihat dari rumusan

masalah, tempat, obyek, subyek maupun waktu, yang dilakukan dalam penelitian

ini berbeda. Karya tulis ini berkaitan langsung mengenai Peran Bhabinkamtibmas

Polsek Tinanggea Dalam Menertibkan Penjualan Minuman Beralkohol

Persepektif Sosiologi Hukum Islam, penulis menemukan perbedaan yang menjadi

pembeda dengan karya tulis ini dengan yang sudah pernah ada, yang terdiri dari

segi objek wilayah penelitan, penulis saat ini lebih terfokus pada Peran

Bhabinkatibmas Polsek Tinanggea Dalam Menertibkan Penjualan Minuman

Beralkohol Perspektif Sosiologi Hukum Islam. maka dapat ditegaskan bahwa

penelitian ini bukanlah pengulangan dari apa yang telah diteliti oleh peneliti

sebelumnya.

12
2.2. Kerangka Teori

Peran
Bhabinkamtibma
s
Penjual
Minuman
Beralkohol
Legal Ilegal

Konsumen Konsumen

Dampak Dampak

Perspektif
Sosiologi Hokum
Islam

Bagan 1.1 kerangka teori

2.3. Kajian Teori

2.3.1. Bhabinkamtibmas

Berdasarkan Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik

Indonesia No.Pol.KEP/8/II/2009 tentang perubahan buku petunjuk

lapangan Kapolri No.Pol. :BUJUKLAP/17/VII/1997 tentang sebutan

Babinkamtibmas (Bintara Pembina Kamtibmas) menjadi

Bhabinkamtibmas (Bhayangkara Pembina Kamtibmas) dari Tingkat

13
kepangkatan Brigadir sampai dengan Inspektur. Sedangkan menurut

Pasal 1 angka 4 Peraturan Kapolri Nomor 3 Tahun 2015 tentang

Pemolisian Masyarakat bahwa yang dimaksud dengan

Bhabinkamtibmas adalah pengemban Polmas di Desa/Kelurahan.

1. Fungsi Bhabinkamtibmas

Fungsi Bhabinkamtibmas (Pasal 26 Perkap No 3 Tahun 2015)

Bhabinkamtibmas memiliki fungsi sebagai berikut :

a. Melaksanakan kunjungan/sambang kepada masyarakat untuk :

mendengarkan keluhan warga masyarakat tentang permasalahan

Kamtibmas dan memberikan penjelasan serta penyelesaiannya,

memelihara hubungan silaturahmi/persaudaraan

b. Membimbing dan menyuluh di bidang hukum dan Kamtibmas

untuk meningkatkan kesadaran hukum dan Kamtibmas dengan

menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM)

c. Menyebarluaskan informasi tentang kebijakan pimpinan Polri

berkaitan dengan Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban

Masyarakat (Harkamtibmas)

d. Mendorong pelaksanaan siskamling dalam pengamanan

lingkungan dan kegiatan masyarakat

e. Memberikan pelayanan kepolisian kepada masyarakat yang

memerlukan

f. Menggerakkan kegiatan masyarakat yang bersifat positif

14
g. Mengkoordinasikan upaya pembinaan Kamtibmas dengan

perangkat Desa/Kelurahan dan pihak-pihak terkait lainnya

h. Melaksanakan konsultasi , mediasi, negosiasi, fasilitasi, motivasi

kepada masyarakat dalam Harkamtibmas dan pemecahan

masalah kejahatan dan social

2. Tugas Pokok Bhabinkamtibmas

Tugas Pokok Bhabinkamtibmas (Pasal 27 Perkap No 3 Tahun

2015) Tugas pokok Bhabinkamtibmas adalah melakuk an pembinaan

masyarakat , deteksi dini dan mediasi/ negosiasi agar tercipta kondisi

yang kondusif di Desa / Kelurahan. Dalam melaksanakan tugas

pokoknya tersebut, Bhabinkamtibmas melakukan kegiatan sebagai

berikut :

a. Kunjungan dari rumah ke rumah pada seluruh wilayah

penugasannya

b. Melakukan dan membantu pemecahan masalah

c. Melakukan pengaturan dan pengamanan kegiatan masyarakat

d. Menerima informasi tentang terjadinya tindak pidana

e. Memberikan perlindungan sementara kepada orang yang tersesat,

korban kejahatan dan pelanggaran

f. Ikut serta dalam memberikan bantuan kepada korban bencana

alam dan wabah penyakit

15
g. Memberikan bimbingan dan petunjuk kepada masyarakat atau

komunitas berkaitan dengan permasalahan Kamtibmas dan

Pelayanan Polri

3. Wewenang Bhabinkamtibmas

Wewenang Bhabinkamtibmas (Pasal 28 Perkap No 3 Tahun

2015). Dalam melaksanakan kegiatan Polmas, Bhabinkamtibmas

memiliki wewenang sebagai berikut :

a. Menyelesaikan perselisihan warga masyarakat atau komunitas

b. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sebagai tindak

lanjut kesepakatan FKPM dalam memelihara keamanan

lingkungan

c. Mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) dan melakukan

tindakan pertama di tempat kejadian perkara (TPTKP)

d. Mengawasi aliran kepercayaan dalam masyarakat yang dapat

menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan

kesatuan bangsa

2.3.2. Minuman Beralkohol

1. Pengertian Minuman Beralkohol

Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 Tentang

Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol, Minuman Beralkohol

adalah minuman yang mengandung etanol (C2HSOH) yang diproses dari

bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi

tanpa estilasi. Alkohol merupakan zat aktif dalam minuman keras, yang dapat

16
menekan syaraf pusat. Alkohol digolongkan dalam narkotika, psikotropika,

dan zak adiktif lainnya karena mempunyai sifat menenangkan dan

mempengaruhi fungsi tubuh maupun perilaku seseorang yang

mengkonsumsinya secara berlebihan, minuman beralkohol dapat

menimbulkan efek Gangguan Mental Organik yaitu gangguan dalam fungsi

berpikir, merasakan, dan berperilaku. Timbulnya reaksi langsung alkohol

pada sel-sel syaraf pusat karena sifat adiktif alkohol tersebut, orang yang

meminumnya lama kelamaan akan menambah takaran sampai pada dosis

keracunan atau mabuk (Bramanta et al., 2020: 123). Diundang-undang nomor

1 tahun 2023 tentang kitab undang-undang hukum pidana mengatur tentang

sanksi terhadap penjual minuman beralkohol, namun hal itu di anggap penulis

sedikit ambigu karena hukuman yang di berikan itu seakan-akan tidak

memberikan efek jerah kepada pelakunya yakni pedagang minuman

beralkohol. Ancaman pidana 1 tahun penjara bagi yang menjual minuman

kepada orang yang sedang mabuk, ketentuan itu dituangkan dalam pasal 424

KUHP. Pelaku juga diancam dengan denda kategori II setara 10 juta rupiah

sebagaimana diatur dalam pasal 79 KUHP yang berbunyi :

1. setiap orang yang menjual atau memberi minuman atau bahan yang
memabukkan kepada seseorang yang sedang dalam keadaan mabuk,
dipidanadengan pidana penjara paling lama 1 tahun atau pidana
denda paling banyak kategori II , demikian bunyi pasal 424 ayat 1
kemudian.
2. ancaman pidana bisa bertambah hingga dua tahun jikan orang
tersebut menjual atau memberi minuman atau bahan yang
memabukkan pada anak.
3. jika seseorang memaksa untuk meminum atau memakai bahan yang
memamukkan dengan kekerasan, maka akan dipidana selama tiga
tahun dan denda sebanyak 50 juta rupiah.

17
4. pidana bisa di perbrat hingga 5 tahun penjara dan denda Rp. 200 juta
jika tindakan itu mengakibatkan luka berat. Sedangkan jika perbuata
tersebut mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang dapat di pidana
dengan hukuman tujuh tahun penjara.( Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2023).

Perarutan Daerah Kabupaten Konaawe Selatan juga mengatur tentang

sanksi penjual minunam beralkohol yang tidak memiliki izin dengan dua jenis

sanksi yaitu sanksi pidana dan sanksi administrasi sebagaimana di jelaskan

dalam pasal 26 dan 28 perda nomor 14 tahun 2013 tentang Retribusi izin

Tepat Penjualan Minuman Beralkohol.

Penyalahgunaan minuman beralkohol membawa dampak yang tidak

baik bagi kesehatan fisik dan psikis seseorang. Menurut (Rori & Patria, 2016:

16-17) akibat dari penyalahgunaan zat adiktif bagi pengguna adalah sebagai

berikut:

a. Kepribadian rusak

b. Tingkah laku (bohong, manipulasi)

c. Pola pikir khas

d. Fisik (gemeteran, siang tidur, malam begadang).

2. Jenis Minuman Beralkohol


Jenis Minuman Beralkohol bermacam-macam dan juga bervariasi

yang dapat dikelompokkan menjadi tiga meliputi golongan A, golongan

B, dan golongan C. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2015

Pasal 1, Kadar minuman beralkohol tersebut dikatagorikan menjadi :

a. Minuman beralkohol golongan A adalah minuman beralkohol

dengan kadar C2H5OH 1 % (satu persen) sampai dengan 5 % (lima

persen).

18
b. Minuman beralkohol golongan B adalah minuman beralkohol

dengan kadar ethanol lebih dari 5 % (lima persen) sampai dengan 20

% (dua puluh persen).

3. Minuman beralkohol golongan C adalah minuman beralkohol

dengan kadar ethanol lebih dari 20 % (dua puluh persen) sampai

dengan 55 % (lima puluh lima persen) (Peraturan Daerah Nomor 1

Tahun 2015).

Berikut beberapa jenis minuman beralkohol yang digolongkan

berdasarkan golongannya :

a. Golongan A

Jenis minumann beralkohol yang termaksuk dalam golongan A

yaitu; shandy, minuman ringan beralkohol, bir, ale, bir hitam,

Anker, minuman beralkohol berkarbonasi, anggur brem Bali

(tribratanews.kepri.polri.go.id).

b. Golongan B

Jenis minuman beralkohol yang masuk ke dalam golongan B

yaitu; koktail anggur, Anggur Tonikum Konina, Anggur Buah/

fruit wine, Anggur Buah Apel, anggur sari buah pir, Anggur Buah,

Anggur Sari Sayuran, tuak, anggur ginseng dan Minuman

Beralkohol Beraroma Beras Kencur.

c. Golongan C

Jenis minuman yang termaksuk dalam minuman beralkohol

golongan C yaitu; wiski/ whiskies, rum, gin, Geneva, vodkaBrendi

19
buah/ Fruit Brandy, Sopi Manis, Arak, , Tequila, Aperitif (Hari,

2003: 107).

3. Dampak Minuman Beralkohol


Minuman beralkohol memiliki eksternalitas negatif apabila

dikonsumsi secara berlebihan dapat dapat mengganggu kesehatan

membuat perasaan seseorang menjadi mudah berubah, menjadi mudah

tersinggung, dan perhatian terhadap lingkungan menjadi terganggu.

konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dapat mengakibatkan

gangguan koordinasi saraf motorik serta dapat menimbulkan kerusakan

permanen pada jaringan otak. Orang yang mengalami gangguan kendali

koordinasi motorik dapat berbuat apa saja tanpa disadarinya sehingga

dapat memicu timbulnya berbagai tindak kriminal yang bisa mengganggu

ketertiban dan ketentraman masyarakat (Dwi Cahyo & Adhitama, 2018:

2). Untuk mengantisipasi dampak negatif tersebut, pemerintah membuat

kebijakan guna menekan konsumsi minuman beralkohol, baik melalui

mekanisme perizinan, hingga membebankan pajak atas produksi impor

minuman beralkohol dengan Tujuan utamanya mengendalikan konsumsi

minuman beralkohol di Indonesia.

4. Sanksi
Indonesia memiliki banyak adat istiadat yang masih mempergunakan

minuman keras tersebut sebagai keharusan dalam acaranya. Akan tetapi

Negara Indonesia hanya mengatur dalam kriteria kadar minuman keras yang

telah memenuhi izin dari pada pengedar atau penjual minuman keras.

Adapun aturan tersebut yaitu:

20
a. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 74 Tahun 2013 dalam pasal 3

ayat (1) tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol.

b. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 20/ M-Dag/ Per/

4/ 2014 sebagaimana telah diubah beberapa kali dengan Peraturan

Menteri Perdagangan Nomor 120 Tahun 2018.

c. Adapun aturan lainnya terdapat dalam pasal 300 dan 536 KUHP.

2.3.3. Sosiologi Hukum Islam

Hukum Islam sudah menjadi bahan kajian dari sisi pendekatan budaya,

sejarah, ekonomi, politik, psikologi dan berbagai perspektif lainnya sudah

semakin menjadi fenomena yang umum dalam kajian hukum Islam. Adanya

pandangan terhadap hukum Islam yang menyatu dengan masyarakat. Karena

pada dasarnya pandangan mengenai suatu problem keagamaan banyak

dipengaruhi oleh kepentingan, situasi, dan keadaan ditempat kita berada,

sehingga disitulah ilmu-ilmu sosial dapat diterapkan. sistem nilai

mempengaruhi masyarakat ataupun juga seperti apa pengaruh masyarakat

terhadap pemikiran agama.( M. Atho Mudzhar,2004 :16)

ketentuan-ketentuan yang hidup disuatu masyarakat yang bersifat

mengendalikan, mencegah, mengikat dan memaksa suatu perbuatan yang

terlarang sebagai akibat sanksi hukum di dalamnya. Hukum Islam adalah

aturan suci Tuhan yang mengatur dan mengikat kehidupan seluruh bagian dan

aspek kehidupan manusia(Sarwo E.,2022:23)

Sosiologi hukum Islam memadukan tiga istilah yang awalnya

digunakan secara terpisah: sosiologi, hukum, dan Islam. Istilah sosiologi

21
hukum sendiri merupakan terjemahan dari tiga frasa yang pada prinsipnya

berbeda yaitu: sociological jurisprudence, socio-legal studies dan sociology of

law(Taufan,2016:10). Sosiologi hukum Islam adalah ilmu sosial yang

mempelajari fenomena hukum dalam rangka menjelaskan praktik-praktik

fikih yang berbeda dalam masyarakat muslim sebagai makhluk yang

berpegang pada hukum Islam(Sarwo E.,2022:23).

Hukum Islam hukum Islam berusaha mengatur tingkah laku manusia

(umat Islam) sesuai dengan citra Islam. Sebagai norma, hukum Islam

memberikan legitimasi ataupun larangan-larangan tertentu dengan konteks

spiritual. Fungsi ini memberikan ciri spesifik hukum Islam dari sudut

sosiologi hukum. Sebab sebagai suatu hukum tidak terlepas dari pengaruh

sosial budaya yang hidup di sekelilingnya. Manifestasi dari proses adaptasi

pikiran-pikiran atau ide-ide manusia dan sistem lingkungan kultural

masyarakat berdasarkan kehendak Allah SWT. Hukum Islam memberikan

arti bahwa intervensi ide-ide dan ketetapan-ketetapan Tuhan tidak bisa

dihindari dalam pembentukannya. Disinilah uniknya hukum Islam dilihat dari

kacamata sosiologi hukum. Sosiologi hukum Islam (sociology of Islamic law)

adalah cabang ilmu yang mempelajari hukum Islam dalam konteks sosial,

cabang ilmu yang secara analisis dan empiris memeplajari pengaruh timbal

balik antara hukum Islam dengan gejala-gejal sosial lainnya

(Taufan’2016:10-11).

M. Atho’ Mudzhar(2012) menggunakan sosiologi sebagai sebuah

pendekatan dalam kajian hukum Islam. Sasaran utama dalam kajian sosiologi

22
hukum Islam ialah perilaku masyarakat atau interaksi sesama manusia, baik

sesama muslim maupun antara muslim dan non muslim. Menurutnya,

pendekatan sosiologi dalam hukum Islam dapat mengambil beberapa tema

yaitu:

1. Studi tentang pengaruh agama terhadap masyarakat atau lebih

tepatnya pengaruh agama terhadap perubahan masyarakat.

Perubahan sosial adalah perubahan pola-pola budaya, struktur social,

dan perilaku sosial dalam jangka waktu tertentu.

2. Studi tentang pengaruh sruktur dan perubahan masyarakat terhadap

pemahaman ajaran agama dan konsep keagamaan.

3. Studi tentang tingkat pengalaman beragama masyarakat. Studi Islam

dengan pendekatan penyebaran agama dan seberapa jauh agama itu

diamalkan oleh masyarakat.

4. Studi pola interaksi sosial masyarakat muslim. Studi Islam dengan

pendekatan sosiologi dapat mempelajari pola-pola perilaku

masyarakat muslim desa dan kota, pola hubungan antar agama dalam

suatu masyarakat.

5. Studi tentang gerakan masyarakat yang membawa paham yang dapat

melemahkan atau menunjang kehidupan beragama.

Hukum Islam tidak lagi dipandang sebagai entitas yang bebas dari

segala pengaruh lingkungan sosial. Terutama pendekatan sejarah sosial

terhadap hukum Islam yang semakin marak sejak dekade sembilan puluhan di

berbagai wilayah Muslim, hukum Islam tidak lagi dilihat secara hitam putih

23
saja, tentang doktrin-doktrin halal-haram belaka dengan mengesampingkan

pengaruh sosial dari masyarakat dimana hukum itu tumbuh dan berkembang.

Perubahan dan perkembangan hukum yang tumbuh dan bekembang di

masyarakat termasuk masyarakat Islam merupakan hal yang pasti terjadi.

Allah SWT sendiri berfirman :

‫َلٗه ُمَع ِّقٰب ٌت ِّم ْۢن َبْيِن َيَد ْيِه َو ِم ْن َخ ْلِفٖه َيْح َفُظْو َنٗه ِم ْن َاْم ِر ِهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا اَل ُيَغ ِّيُر َم ا ِبَقْو ٍم‬
‫َح ّٰت ى ُيَغ ِّيُرْو ا َم ا ِبَاْنُفِس ِهْۗم َو ِاَذ ٓا َاَر اَد ُهّٰللا ِبَقْو ٍم ُس ْۤو ًء ا َفاَل َم َر َّد َلٗه ۚ َو َم ا َلُهْم ِّم ْن ُد ْو ِنٖه‬
‫ِم ْن َّو اٍل‬
Artinya: Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya
bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas
perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan
suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu
kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada
pelindung bagi mereka selain Dia. (Q.S. Al- ra’ad [13] : 11).
(Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Dan
Terjemahannya Edisi Penyempurnaan 2019,)

Firman Allah SWT diatas menyampaikan kepada seluruh ummat

bahwasanya tidak ada yang mengubah suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri

yang memiliki keinginan untuk merubah keadaanya, entah itu menjadi hal

yang lebih baik ataupun kepada hal yang lebih buruk tergantung kepada

invividu masyarakatnya. Perubahan yang pastinya terjadi di masyarakat,

ternyata hukum islam dapat diberlakukan dimanapun pada setiap tempat,

zaman, situasi, kondisi, selama masih berkisar pada batas-batas kemaslahatan

dan manfaat.

Sebagai imbasnya, kajian sosio-legal terhadap hukum Islam sudah

semakin diterima oleh para pengkaji tradisi hukum ini, baik itu dari kalangan

Muslim maupun non-Muslim. Pendekatan sosiologis terhadap hukum Islam

24
semakin maju dan bisa menggantikan tren kajian hukum teologis pada

periode sebelumnya. Dimana pendekatan-pendekatan yang bersifat kajian

yang lebih sosiologis, antara teori hukum dengan latar sosial budaya sangat

disadari kepentingannya.

Pengaruh sosial terhadap berlakunya hukum dimasyarakat terutama

hukum Islam sesuai dengan perubahan yang terjadi pada sistem sosial dari

masyarakat mana yang mendukung sistem bersangkutan. Pengaruh budaya

dan perubahan sosial itu sangat jelas pengaruhnya terhadap pemikiran hukum

masyarakat. pengaruh budaya memiliki pengaruh sangat besar dalam

penerapan hukm Islam, yakni pada urf’(adat kebiasaan). Adat kebiasaan

dijadikan salah satu metode penetapan hukum Islam selama tidak berentangan

dengaan syariat Islam. Sebab tujuan hukum ialah untuk mewujudkan

ketertiban dan keadilan dalam masyarakat. Bilamana dalam suatu masyarakat

sudah memiliki norma hukum kebiasaan baik yang dijadikan pegangan serta

dapat mewujudkan keteriban dan keadilan sosial bagi masyarakatnya, maka

hukum itu dikukuhkan berlakunya oleh Islam. Sehingga Islam tidak hanya

membawa hukum baru yang mengatur hubungan sesama manusia dalam

kehidupan sosialnya, tetapi mengukuhkan hukum yang telah dianut dan

mengakuinya sebagai hokum selama itu tidak betentangan dengan prinsip-

prinsip hukum Islam. (Badri Khaeruman,2010:5).

Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa sosiologi hukum Islam

muncul dan berkembang pada era kekinian karena perspektif yang baru dari

pemahamannya terhadap hukum agama ini sebagai entitas hukum yang tidak

25
terpisah dengan sejarah social masyarakat Muslim itu sendiri. artinya,

pemahaman lama yang teologis dan tradisionalis terhadap hukum Islam

tidaklah lagi bisa dijadikan sebagai satu-satunya pegangan dalam mengkaji

hukum agama.

Tempelan istilah “Islam” dalam “hukum” itu tidak berarti bahwa

hukum Islam itu merupakan entitas yang sama sekali berbeda dengan hukum-

hukum lainnya. Perbedaannya hanya pada aspek teleologis nya, dimana faktor

sakral yang mewujud dalam berbagai teks suci berfungsi sebagai salah satu

sumber dalam kehidupan nyata umat Islam dalam usaha kita memahami

hukum agama ini.

26
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian ini sangat penting untuk menentukan arah dan

tujuan dari sebuah penelitian, penulisan penelitian ini menggunakan pendekatan

penelitian yuridis sosiologis. Pendekatan penelitian yuridis sosiologis adalah

sebuah penelitian hukum menggunakan data sekunder sebagai data awalnya, yang

kemudian dilanjutkan dengan data primer di lapangan atau di masyarakat, meneliti

efektivitas suatu peraturan dan mencari hubungan antara berbagai gejala atau

sebagai alat pengumpul datanya terdiri dari studi dokumen atau bahan pustaka

serta wawancara.( Amiruddin, 2012:34).

Penelitian yang digunakan yaitu penelitian lapangan yang dilakukan secara

langsung kepada responden dengan cara terjun langsung di lapangan. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk meneliti secara langsung tinjauan sosiologi hukum

Islam terhadap Peran Babinkamtibmas Polsek Tinanggea Dalam Menertibkan

Penjualan Minuman Beralkohol di Desa Akuni Kecamatan Tinanggea Kabupaten

Konawe Selatan.

3.2. Tempat Dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Akuni Kecamatan Tinanggea,

Kabupaten Konawe Selatan di Wilayah Sulawesi Tenggara.

27
3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan sejak proposal diseminarkan dan

disahkan sampai 3 bulan kedepan.

3.3. Data Dan Sumber Data

3.3.1. Data Primer

Data primer atau data yang di peroleh langsung dari sumbernya, baik

melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi maupun laporan dalam

bentuk tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti. Data ini di

dapatkan dari sumber pertama baik melalui individu ataupun

perseorangan, seperti kusioner data dari narasumber yang berhubungan

dengan objek permasalahan diangkat dalam penilitian. Data primer

dalam suatu penelitian di peroleh dari wawancara dan pengamatan.

(Johnny Ibrahim, dikutip dari sripsi Anang Ma’ruf, 2022: 29).

3.3.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang di peroleh dari dokumen-dokumen

resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil

penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, disertasi, peraturan

Perundang-Undangan. Data sekunder yakni data yang di peroleh dari

kepustakaan. Data sekunder merupakan data primer yang telah di olah

lebih lanjut dan di sajikan baik oleh pihak yang mengumpulkan data

primer atau pihak lainnya. Kegunaan data sekunder adalah untuk

mencari data awal atau informasi, mendapatkan landasan teori atau

28
landasan hukum, mendapatkan batasan, pengertian, dan arti suatu

istilah.(Burhan Ashshofa, dikutip dari sripsi Anang Ma’ruf, 2022: 29).

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini terbagi atas tiga metode yaitu,

metode penelitian kepustakaan dan metode penelitian lapangan seperti pengatan.

Teknik pengumpulan data dalam metode ini yaitu: pengamatan( obserfasi),

wawancara secara mendalam dan dokumentasi.

3.4.1 Observasi adalah pengamatan secara sistematis terhadap gejala-gejala yang

tampak pada objek penelitian.

3.4.2 Wawancara merupakan pengumpulan data dengan melakukan komunikasi

secara langsung agar memperoleh informasi atau mendukung data sumber

penilitian. didalam wawancara, peniliti terlebih dahulu melakukan

persiapan dengan membuat pertanyaan yang akan di pertanyakan kepada

narasumber secara langsung.

3.4.3 Dokumentasi berupa keterangan serta penjelasan dan sudah disimpan atau

didokumentasikan. Metode ini sangat diperlukan untuk melengkapi data-

data informasi yang diperlukan.

3.5. Prosedur Analisis Data

3.5.1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dalam jumlah yang sangat banyak perlu dicatat

secara teliti. Maka perlu untuk mencatat kesahihan atau keabsahan

dokumen dan kegiatan izin usaha pertambangan Semakin lama peneliti

29
ke lapangan maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan

rumit. Jadi, perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.

3.5.2. Penyajian Data

Setelah direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data.Penelitian deskriktif naratif, penyajian data dapat dilakukan

dalam bentuk tabel, uraian singkat, bagan dan hubungan antar

kategori.Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan yang paling

sering untuk menyajikan data dalam penyajian kualitatif adalah

dengan text yang bersifat naratif (Miles dan Huberman, Dikutip Dari

Sripsi Fandi Anugrah Pratama, 2021: 41).

3.5.3. Pengambilan Kesimpulan

Langkah ketiga adalah melakukan penarikan kesimpulan dan

verifikasi hasil penelitian.Kesimpulan ini masih bersifat sementara

dan bisa berubah apabila telah ditemukan bukti atau data yang

mendukung, pada tahap pengumpulan data berikutnya.Setelah penulis

menangkap maksud dari tiap pernyataan informan dan disusun secar

deskriptif, maka selanjutnya penulis memfokuskan pada upaya

penyelesaian izin usaha pertambangan. Kemudian penulis

menyimpulkan hasil penelitian yang telah dideskriptifkan sebelumnya.

Kesimpulan tersebut kemudian diverifikasi dengan pernyataan dari

informan lain dan teori-teori yang ada, sehingga kesimpulan yang

dihasilkan dianggap valid. Namun, apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid

30
dan konsisten saat penulis kembali kelapangan untuk mengumpulkan

data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan

yang kredibel dan dapat dianggap sebagai temuan penelitian yang

dapat dipercaya(Miles Huberman dikutip dari Sugiono 1992: 16).

3.6. Pemeriksaan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah

penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus

untuk menguji data yang diperoleh.Triangulasi merupakan salah satu pendekatan

yang dilakukan peneliti untuk menggali dan melakukan teknik pengolahan data

kualitatif.Teknik triangulasi bisa diibaratkan sebagai teknik pemeriksaan

keabsahan data dengan membandingkan hasil wawancara terhadap objek

penelitian.

3.6.1 Triangulasi Teknik dilakukan untuk mengetes keabsahan data yang

dilaksanakan dengan metode menguji data kepada sumber yang sama

dengan beberapa teknik yang bervariasi. Contohnya adalah data didapat

dengan wawancara yang selanjutnya diuji dengan dokumentasi,

observasi, dan kuesioner.

3.6.2 Triangulasi Sumber Data adalah menggali kebenaran informal tertentu

melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya selain

melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi

terlibat, dokumen tertulis, arsip, catatan resmi, catatan atau tulisan

pribadi, gambar maupun foto.

31
3.6.3 Triangulasi Waktu yang digunakan untuk menguji dan memastikan data

itu benar, maka peneliti melakukan proses pengumpulan data diwaktu

berbeda, kemudian menyimpulkan data yang dianggap benar adanya.

32
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Desa Akuni

Desa Akuni merupakan salah satu Desa dari 22 (Dua Puluh Dua Desa)

yang ada di Kecamata Tinanggea Kebupaten Konawe Selatan, nama Akuni di

ambil dari salah satu dusun di kelurahan Tinanggea. Desa Akuni merupakan

salah satu Desa pemekaran dari wilayah Kelurahan Tinanggea yang

definitifnya Desa tersebut pada awal tahun 2012.

4.1.2 Letak Geografis

Desa Akuni terletak kurang lebih 92, KM dari Ibu kota Kabupaten

Konawe Selatan dan Berkedudukan sebagai salah satu Desa pemekaran dari

wilayah Kelurahan Tinanggea, Desa Akuni sebagian besar dihuni suku

Bugis,Tolaki, dan suku lain yang telah lama tinggal dan menetap. Batas –

batas Desa Akuni yakni :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan : Kelurahan Tinanggea

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Lasuai

c. Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Bungin Permai

d. Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Kelurahan Tinanggea

Sedangkan luas wilayah Desa Akuni mencapai ± 180 Ha yang terdiri dari :

a. Lahan Pemukiman : 40 Ha

b. Lahan perkebunan/Pertanian : 59,20 Ha

c. Lahan Persawahan : 40Ha

33
d. Hutan mangrof : 20 Ha

e. Kawasan Perkantoran Desa : 0,80 Ha

f. Tambak : 20 Ha

4.1.3 Data Demografi Penduduk

4.1.3.1 Data Penduduk Desa Akuni

Data masyarakat, penulis hanya menitik beratkan pada satu komponen

yakni berdasarkan pada penggolongan umur dan jenis kelamin.

a. Jumlah Penduduk

Berdasarkan data penduduk 2023, jumlah keseluruhan penduduk

Desa Akuni berdasarkan data tiap dusun yang terbagi antara dusun satu

yang berjumlah 318 orang, dusun dua yang berjumlah 339 orang dan

dusun tiga yang berjumlah 283 dengan jumlah kartu keluarga sebanyak

940.

Hasil survei data sekunder PKD bila dibandingkan dengan data

administrasi desa, kemungkinan terjadi perbedaan yang disebabkan oleh

telah berpindahnya domisili sebahagian penduduk untuk mencari

pekerjaan di daerah lain dan juga adanya pendatang baru yang belum

teridentifikasi sebagai penduduk. Berdasarkan data sekunder yang

diperoleh dari hasil PKD seperti ditunjukkan pada tabel 4, nampak bahwa

dari total Kepala Keluarga di Desa Akuni masih tergolong persejahtera .

Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan penduduk berdasarkan usia dan

jenis kelamin di Desa Akuni bisa di perhatikan pada table dibawah ini:

34
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Dusun

JUMLAH JIWA KEPALA


NO DUSUN
L P TOTAL KELUARGA
1 Dusun I 185 133 318
2 Dusun II 174 154 339
3 Dusun III 183 165 283
JUMLAH 488 452 940 940
Sumber: Data PKD Desa Akuni November 2023

b. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk pada suatu wilayah dapat dijadikan

sebagai tolak ukur dalam menilai kualitas sumber daya manusia yang

tersedia di wilayah tersebut dimana dengan semakin banyaknya penduduk

yang berpendidikan tinggi maka dapat diduga bahwa kualitas sumber

daya manusia di wilayah tersebut tergolong baik, demikian juga

sebaliknya jika jumlah penduduk yang berpendidikan rendah adalah

tergolong besar maka kualitas sumber daya manusianya diduga akan

rendah.

Desa Akuni adalah bagian dari wilayah Kecamatan Tinanggea

yang memiliki penduduk dengan tingkat pendidikan tergolong menengah

kebawah, kondisi tersebut menggambarkan kualitas sumber daya manusia

yang dimiliki Desa Akuni tergolong kurang baik. Hal ini terlihat dari

besarnya jumlah penduduk Desa Akuni yang berpendidikan menengah

kebawah (SLTA, SLTP sederajat,SD). Untuk mengetahui lebih jelas

mengenai keadaan pendidikan penduduk Desa Akuni, dapat dilihat pada

table berikut

35
Tabel 4.2. Tingkat potensi Pendidikan Berdasarkan Tingkatan
No TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH (jiwa) Keterangan
1 Belum Sekolah 560
2 Tidak Tamat SD 179
3 Tamat TK 25
4 Tamat SD 80
5 Tamat SMP 46
6 Tamat SLTA 39
7 Tamat Perguruan Tinggi : 11
JUMLAH 980 Orang
Sumber: Data PKD Desa Akuni September 2023

c. Pekerjaan masyarakat Desa Akuni

Berdasarkan keadaan alam Desa Akuni sektor pertanian dan

perikanan adalah potensi yang diandalkan masyarakat sebagai pendobrak

perekonomian Setiap warga memiliki lahan perkebunan dan tambak yang

sangat luas sehingga ketika waktu panen tiba jumlah hasil panen juga

melimpah. Sumber penghasilan utama disana adalah bertani dan budidaya

ikan dengan yang paling dominan disana. Jenis pembibitan yang banyak

disana adalah kepiting, udang, dan berbagai jenis ikan air tawar.

Penduduk Desa Akuni juga memiliki penghasilan tambahan, nelayan

dengan cara yang digunakan masih menggunakan cara tradisional

Tabel 4.3. Pekerjaan Penduduk Desa Akuni


No Mata Pencaharian Laki-Laki Perempuan
1 Petani 80 Orang 20 Orang
2 PNS/TNI/Polri 2 Orang 2 orang
3 Pedagang 12 Orang 25 Orang
4 Buruh 15 Orang 15 Orang
5 Tukang Batu / Kayu 7 Orang 7 Orang
6 Swasta / Wiraswasta 1 Orang 1 Orang
7 Nelayan 91 Orang 91 Orang

36
Jenis mata pencaharian di Akuni menurut table diatas brdasarkan

data skunder yang di peroleh darihasil pengkajian keadaan Desa (PKD)

2021

4.2. Peran Bhabinkamtibmas Dalam Menertibkan Penjualan Minuman

Beralkohol

Manusia hidup bermasyarakat, hidup berdampingan dengan manusia

lainnya. Yang membutuhkan manusia lainnya, karena manusia adalah makhluk

sosial, tak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Oleh karena hidup berdampingan,

maka kedamaian dan ketertiban harus dipelihara, karena banyaknya kepentingan

setiap manusia, tidak jarang mereka saling berbenturan dan menimbulkan

permasalahan di dalam masyarakat. Supaya perdamaian dalam masyarakat tetap

terpelihara, maka oleh manusia sendiri, yang berkepentingan, dibuat petunjuk

hidup (petunjuk untuk mengatur kelakuan manusia). Supaya kedamaian dalam

masyarakat tetap ada, maka masyarakat sangat memerlukan petunjuk hidup itu.

Petunjuk hidup yang diperlukan oleh masyarakat berupa pedoman-pedoman

perilaku, mengenai bagaimana masyarakat bersikap atau berperilaku, bagaimana

setiap anggota masyarakat memperlakukan anggota masyarakat yang lain, dan

yang terpenting adalah setiap perbuatan anggota masyarakat yang merugikan dan

membahayakan masyarakat lainnya mempunyai konsekuensi dan mereka harus

mempertanggung jawabkan perbutannya tersebut. Kejahatan atau tindak pidana

yang terjadi di dalam masyarakat, akan mengganggu ketentraman dan ketertiban

masyarakat, salah satunya adalah tindak pidana minuman keras yang marak terjadi

37
di dalam masyarakat, dan menimbulkan banyak korban. Kasus minuman keras

yang terjadi akhir-akhir ini adalah konsumsi minuman keras oleh anak-anak yang

masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Penjualan minuman

keras di tempat umum merupakan illegal.Mudahnya untuk memperolah minuman

keras illegal tersebut membawa dampak yang sangat buruk, terutama bagi

generasi penerus bangsa.Rasa ingin tahu yang besar dan akhirnya mencoba-coba,

akhirnya dapat mempengaruhi perilaku anak-anak yang mengkonsumsi minuman

keras. Hasil wawancara dengan Bhabinkamtibmas Polsek Tinanggea mengatakan

bahwa

Ada beberapa penjual minuman keras di Kecamatan Tinanggea terkhusus di


Desa Akuni dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi atau tertutup untuk
mengelabuhi petugas pada saat melaksanakan razia lebih lanjut beliau
mengatakan dibeberapa kasus kami menemukan tempat penjualan tersebut
memiliki bekingan dari aparat dan juga pemiliknya bahkan aparat penegak
hukum juga, itulah yang terkadang menjadi penghambat kami melakukan
tidakan sambungnya saat di temui diruangannya. (Brigadir I NYOMAN
AGUS S. Bhabinkamtibmas Desa Akuni, 08 Desember 2023, wawncara
dengan penulis).

Hal berlawanan Justru disampaikan oleh kapolsek tinanggea IPTU AZIZ

DO ALI., SH., MM saat ditemui diruangannya beliau menyatakan bahwa :

Dalam hal pengendalian minuman beralkohol yang marak terjadi kami


selaku aparat kepolisian terkhusus kanit kabtibnas hanya memberikan
himbauan kepada masyarakat melalui tokoh-tokoh agama, masyarakat,
pemuda mengenai Efek mengkonsumsi minuman keras tersebut adapun
tindakan yang kami lakukan berupa pendekatan persuasive kepada ank-anak
muda yang gemar mengonsumsi minuman beralkohol kemudian kami
melakukan penertiban atau razia bagi penjual yang tidak memiliki izin
edar ,ketika kami temui hal tersebut maka kami melakukan penyitaan dan
upaya hukum sesuai dengan prosedur yang telah di tetapkan. (IPTU AZIZ
DO ALI., SH., MM, kapolsek tinanggea ,12 Maret 2024, wawancara dengan
penulis).

38
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bhabinkamtibmas dan kapolsek

Tinanggea peneliti mengambil kesimpulan bahwa penindakan terhadap pedagang

minum beralkohol illegal dilakukan secara tebang pilih karena di beberapa tempat

penjualan yang juga sama-sama tidak memili izin tapi tidak di tindak karena

sudah mendapatkan bocoran informasi bahwa akan dilakukan razia oleh petugas

sehingga para penjual minuman yang memiliki bekingan lebih berhati-hati

sedangkang yang lain tidak memiliki kesempatan untuk mengantisipasi. Disisi

lain pihak aparat juga tidak menertibkan para penggunannya sehingga masih

banyak masyarakat yang mengonsumsi minuman beralkohol ditempat-tempat

yang tidak semestinya, pengguna-pengguna seperti inilah yang sering

menimbulkan kegaduhan di tengah-tengah masyarakat hal ini sejalan dengan apa

yang disampaikan oleh kaPolsek Tinanggea saat di temui oleh penulis beliau

mengatakan bahwa:

Mengenai lonjakan kasus yang diakibatkan oleh minuman beralkohol


dalam bebera tahun belakangan ini pada tahun 2020 terjadi 40 kasus, 2021
terjadi 45 kasus, 2022 ada 42 kasus, 2023 terjadi 48 kasus dan di tahun
2024 alhamdulillah baru 1 kasus. (IPTU AZIZ DO ALI., SH., MM,
kapolsek tinanggea ,12 Maret 2024, wawancara dengan penulis).

Olehnya itu penulis berpandangan bahwa seharusnya pihak

Bhabinkamtibmas tidak hanya menertibkan para penjual saja melainkan dengan

para konsumennya karena pembuat kegaduhan dimasyarakat bukan para penjual

melainkan para konsumen minuman beralkohol tersebut, penjual dan konsumen

adalah dua sisi mata uang yang saling membutuhkan.

Pada pasal 492 KUHP disebutkan yang dikenakan bukan hanya kepada

mereka menjual tetapi kepada konsumenya juga, sebagai mana disebutkan dalam

39
pasal tersebut yakni kurungan selama enam hari dan denda bagi pelaku

penyalahgunaan minuman beralkohol, dengan adanya sanksi yang dianggap oleh

peneliti sangat ringan maka penyalahgunaan minuman beralkohol tidak akan

merasakan adanya efek jerah. Olehnya itu diharapkan adanya peraturan

perundang-undangan atau pasal yang mengarah pada sanksi yang berat hingga

menimbulakn efek jerah, secara normative sanksi minuman beralkohol atau

minuman keras seharusnya di pergunakan pasal 537, 538 dan 539 Hal demikian

juga digunakan dalam undang-undang kesehatan pasal 11 tentang pokok-pokok

kesehatan. Menurut penulis sebutan minuman beralkohol yang memiliki konotasi

lebih seram dan menakutkan karena pengaruhnya memang sangat mengerikan.

Ada dua hal yang perlu di perhatikan yakni:

1. Substansi dalam tidak semata-mata hanya menekan aspek akibat saja

tetapi kita perlu memberikan tekanan pada aspek filosofi, karena

minuman keras itu merusak dan merugikan baik secara individu maupun

kelompok.

2. Memperhatikan dalam konteks pelarangan minuman beralkohol yakni

memperhatikan aspirasi masyarakat.

Peran serta masyarakat untuk ikut berpartisipasi dengan turut serta "mengamati"

peredaran minuman keras. Hal tersebut adalah sekedar "melaporkan" kepada

pejabat yang berwenang jika menemukan atau mengetahui sesuatu yang

berhubungan dengan minuman keras. Peran serta masyarakat menghendaki agar

masyarkat berkoordinasi dengan aparat penegak hukum disebabkan karena

keterbatasan tingkat pengawasan yang dimiliki oleh pejabat yang berwenang.

40
Laporan masyarakat tersebut sebagai bentuk partisipatif dari adagium law is a

tool of social engineering. pelaku tindak pidana pelanggaran khususnya dalam

mengedarkan minuman keras, dikenakan pidana tambahan yaitu usahanya ditutup

dan barang buktinya disita untuk dimusnahkan." Ada dua hal yang perlu

diperhatikan dalam klausul pasal tersebut, yakni:

1. Pidana pelanggaran, dan

2. Usahanya ditutup dan barang buktinya disita untuk dimusnahkan.

Mengenai sanksi pidananya harus lebih berat dari sanksi "Usahanya ditutup

dan barang buktinya disita untuk dimusnahkan." Dalam hal ini, si produsen yakni

perusahaan yang membuat miras atau si pengoplos miras, harus masuk katagori

"tindak kejahatan" dengan sanksi yang lebih berat dan usahanya ditutup. Sebab

perusahaan yang memproduksi miras termasuk mengoplos itulah sebagai sumber

masalah menjadikan orang atau beberapa warga masyarakat mengalami

ketertarikan dan kecenderungan untuk meminum miras. Tidak berlebihan bila

dikatakan, perusahaan miraslah yang menjadi penyebab utama rusaknya moral

masyarakat, sehingga dapat mengancam ketertiban, ketenangan dan keamanan

masyarakat. Dan lebih dari itu dapat merendahkan martabat kemanusiaan dan

martabat bangsa. Dalam rangka yang disebut terakhir tadi, Peraturan Daerah

Tentang Larangan Atas Miras harus benar-benar menjadi sebuah instrumen

hukum yang mampu memberikan efek jera, disamping mampu membentengi

masyarakat luas dari pengaruh buruk dan jahat minuman keras. Sangat

41
diharapkan, bahwa Perda kita nanti mampu dan dapat mengejahwantakan law is a

tool of social engineering.

4.3. Tinjauan Sosiologi Hukum Islam Terhadap Peredaran Minuman

Beralkohol

Berbicara tentang minuman beralkohol merupakan masalah yang bersifat

dilematis. Minuman beralkohol menimbulkan masalah yang berkaitan dengan

kesehatan dan sosial. Pada bidang kesehatan, minuman beralkohol menyebabkan

turunnya produktivitas, kejiwaan yang terganggu serta meningkatkan biaya

perawatan dan pengobatan hingga menyebabkan keadaan keluarga menjadi tidak

harmonis.

Salah satu masalah pada era saat ini yaitu tempat penjualan minuman

beralkohol yang sering terjadi secara illegal, hingga pengendalian yakni

pengawasan yang dilakukan tidak hanya berfungsi sebagai upaya pencegahan

maupun penindakan dampak negatif terhadap masyarakat. Khususnya para remaja

sulit membedakan mana hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh

dilakukan. Karena pada masa remaja, mereka hanya mencari kesenangan dan

tidak memperhatikan apakah hal yang ia lakukan membawa manfaat atau tidak,

saat ini tingkat kenakalan remaja sudah merajalela, banyak anak di bawah umur

yang sudah mengenal yang namanya rokok, narkoba, minuman keras dan tindakan

kriminal lainnya yang awalnya hanya ingin mencoba, penasaran rasa minuman

keras agar dikatakan hits mengikuti tren masa kini.

42
Penyalahgunaan alkohol juga bisa diakibatkan karena rendahnya tingkat

pendidikan dan ekonomi masyarakat serta kurangnya peran orang tua dan tokoh

masyarakat sebagai kontrol sosial. Perilaku minum minuman beralkohol

merupakan penyebab utama terjadinya kemiskinan di suatu daerah, sehingga

daerah tersebut menjadi sulit untuk berkembang dan bersaing dengan daerah lain.

Masalah minuman beralkohol di Kabupaten Konawe Selatan yang diatur dalam

Peraturan Daerah Kabupaten Konawe Selatan Nomor 14 tahun 2013 tentang

Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol. Pada prakteknya

dilapangan, masih banyak peredaran penjualan minuman beralkohol secara illegal,

pengawasan yang dilakukan adalah sebagai upaya pencegahan maupun

penindakan terhadap terjadinya segala bentuk penyimpangan yang dapat

merugikan dan memberikan dampak negatif terhadap masyarakat. mengonsumsi

minuman beralkohol, tentu ada dampak yang ditimbulkan, baik secara fisik

maupun psikologis. Penyalahgunaan minuman beralkohol di kalangan masyarakat

khususnya remaja perlu diwaspadai, untuk menghindari dampak tersebut

pemerintah Kabupaten Konawe Selatan mengeluarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Konawe Selatan nomor 14 tahun 2013 tentang Retribusi Izin Tempat

Penjualan Minuman Beralkohol. Agar akses menuju minuman tersebut tidak

dengan mudah di dapat pada perbelanjaan umum misalnya swalayan besar mapun

kecil, penjual eceran maupun warung-warung gelap. Apabila hal ini terjadi dapat

berakibat fatal, yakni berakibat buruk bagi generasi penerus bangsa yang

disebabkan adanya perilaku negatif dari masyarakat itu sendiri khususnya para

remaja atau anak di bawah umur. Meskipun pengendalian baik pengawasan

43
maupun pengetatan perizinan sudah dilaksanakan, fakta dilapangan masih banyak

pedagang-pedagang nakal yang beredar. Warung-warung yang menjual miras

oplosan dan lain sebagainya tanpa ada perizinan.

Dampak mengkonsumsi minuman beralkohol Pada akhirnya menimbulkan

adanya pelanggaran-pelanggaran atau bahkan tindak pidana yang tentu

meresahkan masyarakat. Sebenarnya, dengan keberadaan Peraturan Daerah

Kabupaten Konawe Selatan nomor 14 tahun 2013 tentang Retribusi Izin Tempat

Penjualan Minuman Beralkohol sangatlah baik dalam menyelamatkan generasi

penerus bangsa dan menekan penyebarluasan minuman beralkohol yang menjadi

salah satu pemantik angka kriminalitas yang sangat tinggi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitin yang berlokasi di kabupaten

konawe selatan Desa Akuni Kecamatan Tinanggea diperoleh data sebagai

berikut: peredaran minuman keras di Kecamatan Tinanggea didominasi oleh

minuman ballo dan tuak selain itu ada juga minuman kemasan seperti Bir, anggur

merah topimiring, kereta, dan masih banyak lagi. Terdapat beberapa tempat

peredaran minuman keras di Kecamatan Tinanggea, yaitu:

1. Desa Roraya Kecamatan Tinanggea

2. Jl. Yosudarso Lingkungan III Kelurahan Tinanggea.

berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, minuman jenis ballo/tuak,

sebagian besar beredar dikecamatan tinanggea dan Di Desa Akuni. Tuak menurut

sebagian besar masyarakat merupakan minuman khas yang harus dilestarikan

karena bagian dari budaya yang berkembang dalam masyarakat sejak dahulu.

Tetapi peredaran miras sudah merupakan hal yang sampai saat ini meresahkan

44
sebagian besar masyarakat khususnya didaerah Desa Akuni. Hal ini disebabkan

oleh mereka yang mengkonsumsi minuman keras banyak ditemukan melakukan

berbagai tindak kejahatan, misalnya membunuh, mencuri dan lain sebagainya.

Apalagi ketika dalam sebuah desa atau daerah di Kecamatan Tinanggea

mengadakan acara resepsi pernikahan, disinilah selalu terjadi tindak kejahatan

yang awalnya disebabkan karena minuman keras. Lebih-lebih lagi, mereka yang

mengkonsumsi minuman keras didominasi oleh kalangan remaja dan dewasa.

Peredaran minuman keras di Kecamatan Tianggea yang setidaknya menjadi

penyebab beberapa tindak kekerasan, pembunuhan, pencurian. Apabila dilihat dari

berbagai tindak kejahatan yang terjadi akibat minuman keras, maka telah diatur

dalam Undang-Undang bahwa antara hukum positif dan hukum adat merupakan

dua hal yang tidak saling bertolak belakang melainkan merupakan satu kesatuan

yang saling melangkapi. Hukum positif memberikan ruang terhadap hukum adat

dalam menampakkan eksistensinya dimana ketika terjadi tindak kejahatan,

khususnya yang disebabkan oleh minuman keras maka dan masyarakat

menginginkan bahwa pelaku seharusnya tidak dihukum, maka disinilah hukum

adat menunjukan perannya yaitu hukum adat berperan dalam mengurangi

hukuman apabila dalam ketentuan adat setempat tindakan itu tidak dilarang tetapi

wajar-wajar saja namun dalam hukum positif, ketika terjadi tindak kejahatan,

maka pelaku secara hukum harus melalui beberapa proses dan ketika terbukti

maka pelaku mesti menerima sanksi yang tegas dari hukum. Hal ini oleh hukum,

hukum adat berperan dalam memberikan keringanan hukuman sehingga awalnya

misalkan pelaku tindak kejahatan dihukum selama + 20 tahun, maka dari

45
keseluruhan hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku akan dikurangi

sebagaimana ketantuan yang berlaku dan diatur oleh hukum. Tindak kejahatan

yang terjadi akibat dari minuman keras,

Table 4.4. Jumlah temuan kasus pelanggaran miras lima tahun terakhir

No Tahun Jumlah kasus


1. 2020 40
2. 2021 45
3. 2022 42
4. 2023 48
5. 2024 1

Selanjutnya, dari data tersebut di atas, pada diperhatikan maka dapatlah

katakana bahwa peredaran minuman keras menimbulkan dampak yang cukup

serius bagi kehidupan masyarakat. Pada tahun 2020 terdapat sampai 40 temuan

kasus kejahatan yang disebakan oleh minuman keras. Pada tahun 2021 terdapat 45

kasus, tetapi pada tahun 2022 terjadi penurunan kasus menjadi 42 dan kembali

meningkat ditahun 2023 menjadi 48 kasus. Hal ini mengindiasikan bahwa

peredaran minuman keras di Kecamatan Tinaggea khususnya ditahun 2023

meningkat. Oleh karena itu, peredaran minuman keras di Kecamatan Tinaggea

perlu diminimalisir oleh aparat keamanan dan terbukti pada tahun 2022 menurut

data yang diperoleh dari pihak kepolisian Kecamatan Tinaggea..

Selanjutnya, berdasarkan data yang diperoleh dari beberapa sumber, bahwa

Maraknya peredaran miras (minuman keras) di Kecamatan Tinaggea semakin

membawa kepada bertambahnya jumlah tindakan yang mengarah kepada bentuk

kriminal. Fakta membuktikan bahwa hampir seluruh tindakan kriminal yang

terjadi di Kecamatan Tinaggea penyebab utamanya adalah miras. Hal itu bisa

dilihat dari beberapa kasus yang terjadi bahwa sebelum melakukan tindak

46
kejahatan para pelaku terlebih dahulu telah menenggak miras walaupun tindakan

kejahatan yang dimaksud telah terencana maupun tidak terancana. Peredaran

minuman keras merupakan salah satu masalah yang cukup sulit dipecahkan dan

menciptakan berbagai dampak negatif, yaitu :

a. Bagi diri sendiri

1) Bila dikonsumsi secara berlebihan, minuman beralkohol dapat

menimbulkan gangguan mental, yaitu gangguan dala fungsi berfikir,

merasakan, dan berperilaku.

2) Efek setelah minuman dalam jumlah besar:

- Muntah

- Sakit kepala

- Rasa haus

- Rasa lelah

- Disorientasi

- Tekanan darah menurun

- Reflex melambat

3) Penggunaan jangka panjang:

- Kegelisahan

- Gemetar

- Halusinasi

- Kejang-kejang

47
b. Bagi masyarakat

Adapun dampak yang ditimbulkan bagi peredara dan komsumsi minuman

keras, tidak hanya mendatangkan dampak negative bagi diri sendiri , melainkan

bagi masyarakat pula, adapun dampak yang ditimbulkan maraknya peredaran dan

konsumsi minuman keras dalam masyarakat adalah:

1. Kecemasan dalam masyarakat akan timbulnya berbagai macam kejahatan.

2. Ketakutan dalam masyarakat terhadap mereka yang mengonsumsi

minuman keras.

3. Ketakutan masyarakat akan pergaulan anak mereka yang nantinya akan

bersentuhan dengan minuman keras.

Rusaknya sisi budaya masyarakat akibat dari minuman keras yang awalnya

budaya namun saaat ini berubah menjadi malam petaka yang akan

menghancurkan moral masyarakat.

c. Bagi pemerintah

Dampak negative peredaran minuman keras bagi pemerintah sendiri

adalah sebagai berikut:

1. Citra pemerintah yang tidak dapat menciptakan kesejahteraan dan

keamanan dalam masyarakat.

2. Pemerintah tidak akan dipercaya oleh masyarakat sebagai

pengayom melalui lembaga kepolisian.

Selanjutnya, interpretasi yang muncul bahwa hal ini merupakan pengaruh

budaya dan kondisi wilayah Kecamatan Tinaggea dimana Minuman keras jenis

Ballo atau Tuak merupakan hal yang lumrah di Kecamatan Tinaggea. Filterisasi

48
yang masih kurang dari hantaman budaya luar membuat sebagian pemuda

Kecamatan Tinaggea menjadi hilang kendali. Warga yang mayoritas Muslim

seharusnya menyambut malam takbiran dengan menggemakan takbir dan

menghidupkan malam dengan lafadz- lafadz kemenangan justru menyambut

lebaran dengan pesta miras dengan mengikuti gaya menyambut hari raya ala

western. Bahkan pesta miras menyambut hari fitrah berlanjut hingga malam-

malam berikutnya dan akhirnya yang ditimbulkan adalah pertikaian antar

kampung, di Kecamatan Tinaggea sangatlah tidak susah untuk bisa mendapatkan

Miras jenes apapun juga. Dari yang tradisional hingga dalam kemasan botol

dengan harga yang terjangkau. Bahkan untuk minuman tradisional jenes

Ballo’( Tuak) dengan uang Rp. 10.000 sudah cukup untuk membuat seseorang

hilang kendali alias mabuk. Ini dikarenakan kurangnya pengawasan dari pihak

yang terkait dalam hal ini pemerintah dan kepolisian yang hanya diam dan

terkesan membiarkan perdaran miras ini terjadi. Hal itu terlihat dari semakin

merebaknya “café” {sebutan untuk tempat minum minuman keras bagi warga

Tinanggea} di Kecamatan Tinaggea. Bahkan beberapa “café” yang ada di

Tinanggea telah di “beking” bahkan telah menjadi langganan tetap para oknum

pejabat mulai dari Kepala Desa, hingga pejabat- pejabat protokoler Kecamatan

Tinaggea

Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, ada factor yang

mempengaruhi peredaran minuman beralkohol secara illegal yaitu:

1. Peran Penegak Hukum

49
Peneliti menilai bahwa penegakan hukum terhadap peredaran

minuman keras bisa dikatakan sebatas kata-kata. Karena secara hukum jelas

bahwa minuman yang mengandung alkohol adalah salah satu barang yang

dilarang baik Negara maupun agama. Namun, peran aparat penegak hukum

sangat kurang dalam menindaki berbagai bentuk pelanggaran dan kejahatan

serta peredaran minuman beralkohol dan sebagaian kecil aparat penegak

hukum pun ikut terjun untuk meraup pundi-pundi penghasilan dari

penjualan minuman beralkohol.

2. Minuman keras merupakan salah satu dari mata pencaharian

masyarakat

Sebagai manusia hidup dan mempertahankan hidup adalah hal

merupakan suatu kewajiban, Namun mempertahankan hidup dengan

menjual minuman beralkohol sebagai penghasilan utama, merupakan hal

yang dilarang secara hukum baik itu hukum positif apalagi hukum Islam.

Hal Inilah yang terjadi di Kecamatan Tinanggea. Beberapa masyasrakat

berprofesi sebagai penjual atau pedagang minuman keras, bahkan

beberapa dari mereka adalah keluarga dari penegak hukum merupakan

pedagang minuman keras. Berdasankan hasil wawancara dengan sala-satu

masyarakat beliau mengatakan bahwa :

Dengan adanya minuman keras sering menimbukan keributan


bahkan sampai anak sekolah sering mengunakan minuman keras
kalau bisa dihentikan saja peredarannya terutama penjual yang
illegal. Disisi lain itu barang yang haram untuk agama kita alangkah
bagusnya itu dibasmi supaya anak2 jangan ikut mabuk mabuk yang
tadinya mau pergi solat akhirnya tidak jadi mi solat bahkan nasihat
orang tua pun ada yang sampai abaikan seandainya minuman itu
tidak ada mungkin hal seperti ini tidak akan terjadi seningga itu yang

50
membuat kita tidak menerima adanya penjual minuman.(ruslan,
tokoh masyarakat, 20 Februari 2024, wawancara dengan penulis)

Olehnya itu, berdasarkan analisa yang dilakukan oleh peneliti, perlu

adanya keserasian antara peraturan, pelaksana dan masyarakat sehingga

peredaran minuman keras sebagai sebab dari berbagai mecam kejahatan

dan pelanggaran dapat dinetralisir serta dukungan dari aparat penegak

hukum untuk lebih tegas dan aktif dalam menindaki peredaran minuman

keras yang terjadi di Desa Akuni. Selain itu kesadaran dan kepatuhan

masyarakat terhadap hukum dan aturan merupakan bentuk kesepahaman

terhadap dampak negative dari minuman keras.

3. Factor Kebijakan Pemerintah Daerah

Penerapan sistem otonomi daerah adalah salah satu moment penting

untuk membagun daerah, sehingga kesejahteraan dalam lingkup social,

ekonomi masyarakat semakin terjamin. pemerintah dalam rangka untuk

meningkatkan pembangunan, maka pemerintah perlu meggali sumber-

sumber pendapatan daerah, salah-satunya adalah pemasukkan anggaran

melalui investasi minuman beralkohol sudah menjadi rahasia umum bawa

pajak dari minuman beralkoh merupakan salah satu yang terbesar di

Negara ini. Dalam hal ini pemerintah Konawe Selatan mengesahkan Perda

Nomor 14 Tahun 2013 tentang retribusi izin tempat penjualan minuman

beralkohol agar bisa mengontrol peredarannya tapi jika melihat sekilas

bahwa dibentuknya perda tersebut pada dasarnya bertujuan untuk menekan

tingkat konsumsi minnuman keras. Namun, peredaran minuman keras

dalam realita, baik yang legal ataupun illegal tersebar luas didaerah

51
Kabupaten Konawe Selatan. Dengan demikian, secara yuridis, efektifitas

perda dalam menanggulangi peredaran miras di Kabupaten Konawe

Selatan kurang maksimal dalam proses penyelanggaraannya dalam

masyarakat. bahkan pihak kepolisianpun dalam hal ini Bhabinkamtibmas

mengeluhkan terkait hal ini.

Perlu kita ketahui bersama bahwa Hukum Islam tidak hanya mengatur

tentang perilaku yang sudah dilakukan manusia tetapi juga yang belum dilakukan

dan hal ini bukan berarti Hukum Islam cenderung menegaskan kebebasan

manusia melainkan memang tujuan Hukum Islam adalah untuk menciptakan

kemaslahatan dan menghindari kerusakan. Jika suatu perbuatan yang belum

dilakukan diduga akan menimbulkan kerusakan, maka semua hal yang mengarah

kepada perbuatan tersebut dilarang. Untuk menciptakan ketertiban, keamanan dan

kenyamanan masyarakat, pemerintah membuat sebuah peraturan yang disebut

dengan PERDA (Peraturan Daerah). Salah satunya mengenai retribusi izin tempat

penjualan minuman beralkohol guna mengendalikan peredaran minuman

beralkohol untuk melindungi moral, menjaga peredaran minuman beralkohol

dikalangan masyarakat dimana pada saat ini sudah sangat marak,dan masyarakat

sangat mudah mendapatkan minuman beralkohol. Maka dari itu, pemerintah

mengeluarkan Peraturan khusus untuk menjaga peredaran minuman beralkohol

agar tidak semakin marak dan tetap beredar dibawah pengendalian pemerintah.

Perubahan yang terjadi dikalangan masyakarat merupakan sebuah

perubahan sikap yang dipengaruhi karena adanya sebuah perubahan dari kaidah

hukum sosial maupun perbuhan dari prinsip sosiologi hukum itu sendiri.

52
Kehidupan bermasyarakat senantiasa tidak akan pernah lepas dari yang namanya

sebuah sosialisasi atau berinteraksi antar masyarakat yang saling membutuhkan

satu sama lainnya. Adanya sebuah perubahan sikap yang terjadi pada sebuah

kehidupan bermasyarakat tentang perubahan sikap dan sebagainya merupakan hal

wajar disaat kaidah sosial hukum serta prinsip sosiologi hukum mengalami

perubahan dalam tiap aturannya.( Satjipto Rahardjo, 2002:24.)

Berkaitan dengan judul skripsi ini, penulis menggunakan perspektif

sosiologi hukum Islam karena permasalahan praktik jual beli minuman keras

merupakan suatu bentuk fenomena sosial yang dipengaruhi oleh kondisi sosial

masyarakat. kaidah-kaidah hukum yang dibentuk karena adanya suatu gejala

sosial dapat menjadikan hukum itu sediri tertulis atau tidak tertulis. Hukum pada

dasarnya tidak bisa dilepaskan dari sebuah gejala sosial dan dinamikanya, yang

dimana semua tindakan yang dilakukan masyarakat mengandung unsur hukum

yang telah menjadi bagian dari sebuah sosiologi hukum. Secara ontologis,

sosiologi merupakan bagian dari sebuah ilmu pengetahuan yang didalamnya

mengakaji sebuah hakikat kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Sosiologi

secara epistemologis adalah ilmu pengetahuan yang dimana juga mengkaji sebuah

kehidupan dalam masyarakat yang dimana kaitannya dengan berbagai unsur yang

menjadi sebuah kebutuhan hidupnya, yakni dimana sebuah kebutuhan untuk

saling berinteraksi serta berasosiasi.( Beni Ahmad Saebani, 2007:17). Hal senada

juga disampaikan oleh sala-satu tokoh agama Desa Akuni beliau mengatakan

bahwa :

Sebenarnya menurut dalam agama haram hukumnya karena


mempengaruhi anak-anak bahkam merusak pergaulan dan tingkah laku

53
sehari-hari dari anak-anak dimasyarakat jadi kita ini sebagai tokoh agama
paling Cuma memberikan nasehat jangan mabuk-mabukan karena itu
mengganggu kenyamanan masyarakat lain,oleh karena itu buat orang tua
harus sering memantau anaknya jangan sampai terjerumus pada pergaulan
bebas.( bapak iskandar tokoh agama, 20 Februari 2024, wawancara dengan
penulis).

Zainuddin Ali (2006) dikutip dari Ramdini Wahyu membagi lingkup

sosiologi hukum menjadi beberapa hal yakni:

1. Sebuah proses pembentukan hukum di suatu lembaga legislatif;

2. Adanya sebuah proses penyelesain hukum di lembaga badan

hukum, yakni kepolisian kejaksaan, pengadilan;

3. Sebuah penetapan hukum oleh pengadilan;

4. Tingkah laku masyarakat dan aparat hukum.( Zainuddin Ali, 2006:

30.)

Studi Islam dengan pendekatan sosiologi, lebih luas dari konsep sosiologi

agama modern dan lebih dekat kepada konsep sosiologi agama klasik, yaitu

mempelajari hubungan timbal balik antara agama dan masyarakat. Penerapan

hukum Islam hukum Islam tidak saja berfungsi sebagai nilai-nilai normatif, ia

secara teoritis berkaitan dengan segenap aspek kehidupan, dan ia adalah salah satu

pranata sosial dalam Islam yang dapat memberikan legitimasi terhadap

perubahan-perubahan yang dikehendaki dalam penyelarasan antara ajaran Islam

dinamika sosial. Ketika studi Islam bersentuhan dengan realitas sosial, maka

bertambah pula ilmu-ilmu pendukung yang membantu. Sosiologi sangat penting

untuk dihadirkan dengan tujuan supaya dapat membaca perubahan sosial

masyarakat.(Fahmi A.2017: 83). M Atho’ Mudzhar menggunakan Sosiologi

sebagai sebuah pendekatan dalam kajian hukum Islam sasaran utama dalam kajian

54
Sosiologi hukum Islam adalah perilaku masyarakat atau interaksi sesama manusia,

baik secara Muslim, ataupun antara Muslim dan Non Muslim, di sekitar masalah-

masalah hukum Islam menurutnya, pendekatan, Sosiologi dalam hukum Islam.

Menurutnya, pendekatan sosiologi dalam hukum Islam dapat diambil berbagai

tema salah satunya mengenai Pengaruh hukum Islam terhadap masyarakat dan

perubahan masyarakat.

Hubungan timbal balik antara hukum Islam dan masyarakat dapat dilihat

pada orientasi masyarakat Muslim dalam menerapkan hukum Islam. Selain itu

bisa ditilik dari perubahan hukum Islam karena perubahan masyarakatnya, serta

perubahan masyarakat Muslim yang disebabkan oleh berlakunya peraturan baru

dalam hukum Islam.( M. Rasyid Ridha. 2020:298).

Dari pemaparan diatas, peneliti menganalisa antara konsep sosiologi hukum

Islam dan Peraturan Daerah. Sosiologi hukum Islam merupakan jalan menuju

kemafsadatan meskipun aslinya itu boleh. Bahwa lebih baik menghindari dari

pada terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Pada dasarnya membawa kepada

kemafsadatan berujung pada akibat (dampak) yang akan ditimbulkan, seperti

contoh meminum minuman yang memabukkan yang akan membawa kepada

kerusakan akal atau mabuk apa lagi konsumen dari minuman beralkohol sudah

marak dilakukan oleh para peseta didik yang seharusnya mereak fokus untuk

mempersiapan masa depan untuk dirinya dan sebagai generasi penerus bangsa.

Dengan adanya peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah, secara tidak

langsung memperbolehkan atau melegalkan minuman beralkohol. Pemahaman

masyarakat akan peraturan tersebut juga dapat mengakibatkan penyalahgunaan

55
peraturan daerah tersebut. Padahal Pemerintah mengeluarkan peraturan tersebut

dimaksudkan untuk menghindari perbuatan negatif yang diakibatkan oleh

pengaruh konsumsi minuman beralkohol.

Menurut Purwanto perilaku, tindakan atau perbuatan manusia yang

kelihatan atau tidak kelihatan didasari maupun tidak didasari termasuk

didalamnya cara berbicara, cara melakukan sesuatu dan bereaksi terhadap segala

sesuatu yang datangnya dari luar maupun dari dalam dirinya. Perilaku juga dapat

disebut sebagai tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kondisi.

( dikutip dari Dyan Arrum Rahmadani, Skripsi,: 2017)

56
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Seharusnya peraturan berfungsi sebagai penutup jalan menuju

kemudharatan terutama yang berkaitan dengan peredaran penjualan minuman

beralkohol, karena apabila diberi izin peredaran maupun produksi minuman

beralkohol dengan secara tidak langsung akankan memunculkan stigma

dimasyarakat bahwa penjualan minuman beralkohol adalah legall. Adanya

pemahaman tersebut muncul banyak kasus yang terjadi di mayarakat yang

berkaitan dengan penjualan minuman beralkohol oplosan yang banyak memankan

korban jiwa akibat dari mengonsumsi minuman tersebut yang berefek juga dengan

tugas dan fungsi Bhabinkamtibmas sebagai rolmodel kepolisian yang lebih dekat

dengan masyarakat. Sumber utama dari ketidak maksimalan tugas

Bhabinkamtibmas adalah perda nomor 14 tahun 2013, dengan hadirnya perda ini

tugas dan fungsi Bhabinkamtibmas jadi terbatasi dari ekspektasi seharusnya.

Factor penyebab peredaran minuman beralkohol

1. Factor social budaya

2. Factor aparat penegak hukum

3. Factor mata pencaharian masyarakat

4. Factor pemerintah

Peredaran minuman keras merupakan salah satu masalah yang cukup sulit

dipecahkan dan menciptakan berbagai dampak negatif, yaitu :

57
a. Bagi diri sendiri

1) Bila dikonsumsi secara berlebihan, minuman beralkohol dapat

menimbulkan gangguan mental, yaitu gangguan dalam fungsi berfikir,

merasakan, dan berperilaku.

2) Efek setelah minuman dalam jumlah besar:

-Muntah

- Sakit kepala

- Rasa haus

- Rasa lelah

- Disorientasi

- Tekanan darah menurun

- Reflex melambat

3) Penggunaan jangka panjang:

- Kegelisahan

- Gemetar

- Halusinasi

- Kejang-kejang

b. Bagi masyarakat

Adapun dampak yang ditimbulkan bagi peredara dan komsumsi minuman

keras, tidak hanya mendatangkan dampak negative bagi diri sendiri , melainkan

bagi masyarakat pula, adapun dampak yang ditimbulkan maraknya peredaran

dan konsumsi minuman keras dalam masyarakat adalah:

1. Kecemasan dalam masyarakat akan timbulnya berbagai macam kejahatan.

58
2. Ketakutan dalam masyarakat terhadap mereka yang mengonsumsi

minuman keras.

3. Ketakutan masyarakat akan pergaulan anak mereka yang nantinya akan

bersentuhan dengan minuman keras.

Rusaknya sisi budaya masyarakat akibat dari minuman keras yang awalnya

budaya namun saaat ini berubah menjadi malam petaka yang akan

menghancurkan moral masyarakat.

c. Bagi pemerintah

Dampak negative peredaran minuman keras bagi pemerintah itu sendiri

adalah sebagai berikut:

1. Citra pemerintah yang tidak dapat menciptakan kesejahteraan dan

keamanan dalam masyarakat.

2. Pemerintah tidak akan dipercaya oleh masyarakat sebagai pengayom

melalui lembaga kepolisian.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penulisan skripsi ini yaitu kontiribusi

minuman beralkohol tidak bisa kita pungkiri bahwa dan sudah menjadi rahasia

umum merupakan salah satu lingkaran setan yang memberi kontribusi positif

dalam pembangunan Negara, tetapi perlu kita sadari juga bahwa peredaran yang

gila-gilaan merupakan akar daripada banyaknya tidakan kejahatan dinegeri ini

yang secara sosiologis perlu kita kurangi sedikit demi sedikit untuk melahirkan

59
sebuah tata kehidupan yang aman dan damai dengan perasaan kekeluargaan yang

hangat dan penuh kasih sayang.

Sistem penegakkan hukum terhadap peredaran minuman beralkohol di

Kecamatan Tinanggea harus ada beberapa tindakan preventif yang dilakukan,

yaitu:

1. Mengadakan pembatasan memasukan minuman beralkohol di Kecamatan

Tinanggea.

2. Menertibkan tempat-tempat penjualan miuman beralkohol yang dianggap

rawan terhadap peredaran minuman beralkohol Yang bermerek atau yang

tradisional serta menertibkan konsumen untuk tidak minum disembarang

tempat.

3. Minuman beralkohol hanya dijual ditempat yang layak dan jauh dari

tempat ibadah dan sekolah atau tempat tertentu sehingga tidak bisa

dijangkau oleh remaja atau anak dibawah umur.

4. Pihak polisi melalui bhabinkamtibmas melakukan patroli secara continue

5. Melarang penjualan pada hari besar seperti bulan Ramadan, idhul fitri

selama kurang lebih satu bulan sebelum atau sesudah hari-hari keagamaan.

Sebagai masyarakat yang mayoritas penduduknya adalah muslim tidak boleh

menyudutkan penjual dan konsumen minuman berakohol karean untuk mengubah

perilaku buruk tidak dengan cara menjauhi tapi kita harus lebih dekat dengan

mereka untuk perlahan-lahan mengubah mereka dan peran serta orang tua yang

harus lebih intes dalam memantau anak-anaknya.

60
DAFTAR PUSTAKA

Assulthoni F.(2017). Perceraian Bawah Tangan dalam Prespektif Masyarakat Pamekasan.


Disertasi :Surabaya UIN Sunan Ampel.
Al-Bukhari, shahih Al-Bukhari (Ensiklopedi Hadits) Hadits No. 2236 pada Fathul
Bari, 449.
Amiruddin(2012), Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja
A. H. (2019). Sosiologi Hukum Islam. Pamekasan: Duta Media Publishing,
Grafindo Persada.
Badri Khaeruman (2010). Hukum Islam Dalam Perubahan Sosial Bandung: CV
Pustaka Setia,
Bramanta, I. N. S., Widiati, I. A. P., & Suryani, L. P. (2020). Pemberian Izin
Peredaran Minuman Beralkohol Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali
Nomor 1 Tahun 2020. Jurnal Preferensi Hukum, 1(1), 120–127.
B, M. Taufan. (2016).Sosiologi Hukum Islam: Kajian Empirik Komunitas
Sempalan. 1 ed. Yogyakarta: Desember, t.t.
Dwi Cahyo, R. P., & Adhitama, S. (2018). Tinjauan Atas Pengawasan Terhadap
Perizinan Pengusaha Tempat Penjualan Eceran Minuman Beralkohol.
Jurnal Perspektif Bea Dan Cukai, 2(2), 1–19.
Edy, S.(2022). Sumarta, Mardiyana. Sosiologi Hukum Islam: Antara Kajian
Metodologi, Teoritis & Praktis. Indramayu: CV. Adanu Abimata.
Hari, S. (2003). Narkotika Dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana.
Bandung:Mandar Maju.
Juniarso R. dan Achmad S. S. (2009), Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan
Pelayanan Publik, Bandung.
Kementrian Agama Republik Indonesia (2019). Al-Qur’an Dan Terjemahannya
Edisi Penyempurnaan, (Jakarta : Menteri Agama RI),
Mudzhar, M. Atho’. Studi Hukum Islam dengan Pendekatan Sosiologi. Semarang:
IAIN press, t.t.
M. Atho Mudzhar(2004) Pendekatan Studi Islam Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mardani(2012). Fiqh Ekonomi Syariah, Jakarta: Kencana.
Rasyid R.M. (2020) Sosiologis Hukum Islam: Analisis terhadap Pemikiran M.
Atho’Mudzhar, AlIhkam: Jurnal Hukum dan Pranata Sosial, Vol.7, No.2
Saebani B.A.(2007), Sosiologi Hukum Bandung: Pustaka Setia
Soerjono S. dan Sri M (1989) Jenis Jeni Penellitian Hukum empiris
Sugiono(2006).Metodologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D,
Bandung: CV Alvabeta.
Sujarwo(2001).Metodologi Penelitian Sosial,BandarLampung : CV. Mandar
Maju.
Sugiono (2006).Metodologi Penelitian Kualitatif, YogyakartaSyawqi,
,

i
Rahardjo S.(2002), Sosiologi Hukum Perkembangan, Metode, dan Pilihan
Masalah. Surakarta: Muhammadiyah University,

Skripsi
Anang ma’ruf Yang Berjudul “ Politik Hukum Pembentukan Perda Kabupaten
Konawe Selatan No 14 Tahun 2013 Tentang Retribusi Izin Tempat
Penjualan Minuman Beralkohol Perspektif Fiqih Siyasah”(anang
ma’ruf,skripsi,iain kendari,2022).
Dyan Arrum Rahmadani, Perilaku Pedagang di Pasar Tradisional Petepamus
Makassar dalam Perspektif Etika Bisnis Islam. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam, 2017.)
Israti La Taa, sistem pengaturan izin tempat penjualan minuman
beralkohol ,skripsi, Fakultas syariah, Institut Agama Islam Negeri
Kendari, 2022
Nur faridah dengan judul “Analisis Saddu Al-Dzari’ah Terhadap Perda Kota
Madiun No 8 Tahun 2017 Tentang Pengendalian Peredaran Minuman
Beralkohol skripsi,IAIN Ponorogo,2018.
Rasmi Saputra dengan judul pelaksanaan tugas pokok Bhabinkamtibmas
berdasarkan pasal 27 Peraturan Kapolri Nomor 3 Tahun 2015 Dipolsek
Kecamatan Bunut Kabupaten Kelalawan. Skripsi, UIN SUSKA
Riau,2021.
Winarti Azari sarjono dengan judul “sosiologi hukum islam terhadap praktek jual
beli daging oplosan skripsi,IAIN Ponorogo,2023.

Undang-undang
Perkap No 3 Tahun 2015
Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 Tentang Pengendalian dan Pengawasan
Minuman Beralkohol
PP No 5 tahun 2021).

Peraturan Menteri Perdagangan No. 20 Tahun 2014

Link
https://www.liputan6.com/hot/read/4394909/pengertian-minuman-keras-menurut-
islam-disertai-hukum-yang-mendasarinya?page=2
Redaksi Liputan 6, Pengertian Minuman Keras Menurut Islam Disertai Hukum
Yang Mendasarinya, Diakses pada 29 Oktober 2020 dari
tribratanews.kepri.polri.go.id diakset per tanggal 6 oktober 2023

ii
LAMPIRAN

PEDOMAN WAWANCARA

Wawancara yang digunakan peneliti yaitu wawancara terarah dengan

merencanakan pelaksanaan wawancara, menyusun daftar pertanyaan sebagai

berikut:

a. Kapolsek Tinanggea

i. Peran Polsek Tinanggea Dalam Menertibkan Penjualan Minuman

Beralkohol tanpa SIUP-MB Di Desa Akuni Kecamatan Tinanggea

ii. Bagaimana Dampak diterbitkannya Peraturan Daerah (PERDA)

Kabupaten Konawe Selatan Nomor 14 Tahun 2013 tentang

Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol terhadap

Polsek Tinanggea?

b. Bhabinkamtibmas

i. Bagaimana peran Bhbinkamtibmas terhadap maraknya tempat

penjualan minuman beralkohol di Desa Akuni Kecamatan

Tinanggea ?

ii. Peran Bhabinkamtibmas Polsek Tinanggea Dalam Menertibkan

Penjualan Minuman Beralkohol Di Desa Akuni Kecamatan

Tinanggea ?

iii. Bagaimana Dampak diterbitkannya Peraturan Daerah (PERDA)

Kabupaten Konawe Selatan Nomor 14 Tahun 2013 tentang

iii
Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol terhadap

tugas bapak sebagai bhabinkamtibmas?

iv. Factor- factor apa yang menghambat tugas bapak sebagai

Bhabinkamtibmas di Desa Akuni Kecamatan Tinanggea ?

c. Tokoh Masyarakat sebanyak 2 orang di Desa Akuni Kecamatan

Tinanggea.

i. Bagaimana respon masyarakat terhadap maraknya tempat

penjualan minuman beralkohol di Desa Akuni Kecamatan

Tinanggea ?

ii. Bagaimana peran tokoh masyarakat terhadap banyaknya konsumen

munuman beralkohol yang derada dibawah umur ?

d. Tokoh agama sebanyak 2 orang

i. Bagaimana peran tokoh agama terhadap maraknya tempat

penjualan minuman beralkohol di Desa Akuni Kecamatan

Tinanggea ?

ii. Bagaimana tanggapan bpk sebagai tokoh terhadap konsumen

minuman beralkohol di lingkungan Desa Akuni ?

e. Penjual Munuman Beralkohol

1. Sudah berapa lama bapak menjalakan usaha ini ?

a. 1 tahun b. 3 tahun

b. 2 tahun d. lebih dari 4 tahun

2. Apakah usaha bapak ini memiliki izin usaha peredaran minuman

bralkohol ?

iv
a. Ada

b. Tidak ada alasannya

3. Apakah bapak pernah mengurrus izin usaha ?

a. Iya pernah

b. Tidak pernah alasannya

4. Apakah bapak mengetahui perda retribusi tempat penjualan

minuman beralkohol?

a. Iya

b. Tidak

5. Bagaimana tanggapan bapak sebagai penjual terhadap konsumen

bapak yang membuat kegaduhan dimasyrakat ?

a. Tidak lagi menjual kepadanya

b. Tetap menjual kepadanya alasannya

6. Bagaimana prospek penjualan minuman beralkohol yang bapak

miliki

a. Bagus c. Kurang bangus

b. Cukup bagus d. Tidak bagus sama sekali

7. Apakah bapak pernah mendapatkan sanksi dari pemerntah daerah,

atau pihak kepolisian atas aktifitas jual beli yang bapak lakukan ?

a. Pernah kapan dan kenapa masih menjual ?

b. Tidak pernah

8. Apakah usaha anda terganggu dengan banyaknya penjual minuman

yang tidak memiliki izin ?

v
f. Dinas Perizinan Konawe Selatan

1. Bagaimana dampak diterbitkannya perda nomor 14 tahun 2013

terhadap peredaran minuman beralkohol ?

2. Bagimana peran atau langkah strategis pemerintah dalam

menertibkan tempat penjualan mi uman beralkohol

3. Apakah ada perubahan perilaku masyarakat setelah di

terbitkannya perda ? bisa di jelaskan ?

4. Bagaimana pihak pemerintah dalam hal ini dinas perizinan

mengetahui bahwa peredaran tempat penjual minuman

beralkohol sudah sejalan dengamn perintah perda ?

vi
DAFTAR INFORMAN

Informan 1

Nama : Bripka I Nyoman Agus Sumerta.

Nrp : 79070664

Tempat Tgl Lahir : Lapoa, 16 Juli 1979.

Pendidikan : Smu

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Jabatan : Bhabinkamtibmas Polsek Tinanggea

Status : Menikah

Agama : Hindu.

Lokasi Wawancara : Polsek Tinanggea

Tanggal Wawancara : 8 Desember 2023

Waktu Wawancara : 09:35- 10:40

Informan 2

Nama :Iptu Azis Do Ali, Sh Mm

Tempat Tanggal Lahir : Ternate 21 Nop 1980,

Pendidikan : Strata S2 ,

vii
Jenis Kelamin :Laki-Laki

Jabatan :Kapolsek Tinanggea

Status : Sdh Nikah

Agama : Islam

Lokasi Wawancara : Polsek Tinanggea

Tanggal Wawancara : 12 Maret 2024

Waktu Wawancara : 08:40 - 09:55

Informan 4

Nama : Ruslan

TTL : Tinanggea 13 Juni 1986

Pendidikan : SMA

Jenis Kelamin : Laki Laki

Jabatan : Toko Masyarakat

Status : Menikah

Agama : Islam

Lokasi Wawancara : Desa Akuni, Kecamatan Tinanggea

Tanggal Wawancara : 20 Februari 2024

viii
Waktu Wawancara : 15:30 - 16:40

Informan 5

Nama : Iskandar

TTL : Apala,10 Mei 1972

Pendidikan : SMA

Jenis Kelamin : Laki Laki

Jabatan : Toko Agama

Status : Menikah

Agama : Islam

Lokasi Wawancara : Desa Akuni, Kecamatan Tinanggea

Tanggal Wawancara : 20 Februari 2024

Waktu Wawancara : 16: 55 – 17: 50

ix
PEDOMAN OBSERVASI

Keterangan
No Aspek yang diamati
Sudah Belum

a. Kawasan yang berstatus izin usaha penjualan 


minuman beralkohol
b. Kawasan yang berstatus tidak memiliki izin usaha 
menjual minuman beralkohol
b. Kondisi masyarakat 

c. Dampak yang di timbulkan 

d. Keterlibatan pemerintah 

e. Respon stekholder 

x
DOKUMENTASI

Konsumen Minuman Beralkohol Peta Kecamatan Tinanggea

Kapolsek Tinanggea Tokoh Agama

Bhabinkamtibmas Tokoh Masyarakat

xi
Penjual Minuman Beralkohol Konsumen Minuman Beralkohol

Lokasi Penggunaan Miras Lokasi Penggunaan Miras

Polsek Tinanggea Bagan Struktur Polsek Tinanggea

xii
Dinas Perizinan Sturuktur Dinas Perizinan

xiii
Dokumen Izin

xiv
Surat izin penelitian

xv
Surat izin edar minuman beralkohol

xvi

Anda mungkin juga menyukai