Anda di halaman 1dari 73

PERINGATAN !!!

Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan


referensi

2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila


Anda mengutip dari Dokumen ini

3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan


pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan
karya ilmiah

4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah

Selamat membaca !!!

Wassalamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

UPT PERPUSTAKAAN UNISBA


PERAN ANGGOTA BINTARA POLRI PEMBINA
KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT DALAM
MENANGANI TINDAK PIDANA YANG TERJADI DI
WILAYAH POLISI SEKTOR KOTA BABAKAN CIPARAY
BANDUNG DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Islam Bandung

Oleh : Erfan Aliana

NPM : 10040002065

Program Kekhususan : Hukum Pidana

Dibawah Bimbingan :

Chepi Ali Firman Z., S.H.,M.H

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG


FAKULTAS HUKUM
2007
Bandung, Agustus 2007

Disetujui untuk diajukan ke Muka Sidang

Panitia Ujian Sarjana Hukum

Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung

Pembimbing

Chepi Ali Firman Z., S.H.,M.H

Diketahui oleh :

Dekan

Fakultas Hukum

Universitas Islam Bandung

M. Husni Syam, S.H, LLM

i
Motto

Artinya :
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
(Q.S. Al-Araaf : 56)

ii
ABSTRAK

Masalah ketertiban masyarakat sangatlah kompleks dan tidak pernah


berhenti, malahan cenderung terus meningkat seirama dengan pembangunan dan
perubahan-perubahan sosial. Cara kerja Babinkamtibmas tidak dibatasi oleh
waktu, oleh karena itu seorang anggota Babinkamtibmas sering keluar malam
untuk melakukan pengontrolan ke pos-pos kamling, objek vital dan mencari
informasi seputar keamanan dilingkungan itu sendiri, guna menciptakan situasi
yang kondusif pada masyarakat.
Berdasarkan permasalahan diatas, perumusan masalah yang penulis buat
adalah mengenai peran anggota Babinkamtibmas dalam menangani tindak pidana
di wilayah Polisi Sektor Kota Babakan Ciparay Bandung dan upaya
Babinkamtibmas dalam menurunkan tingkat gangguan Kamtibmas di wilayah
polisi sektor kota babakan ciparay bandung.
Metode penelitian yang penulis lakukan adalah yuridis normatif yaitu
suatu penelitian yang menekankan pada ilmu hukum dan melakukan iventarisasi
hukum positif yang berkaitan dengan efektivitas peraturan perundang-undangan
dibidang hukum. Spesifikasi Penelitian yang digunakan adalah deskriftif analisis,
yaitu menggambarkan dan menganilisis terhadap permasalahan berdasarkan
peraturan perundang-undangan dibidang hukum pidana. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan penelitian kepustakaan dan pendapat dari para tokoh terkait
guna mendapatkan landasan teoritis berupa peraturan perundang-undangan yang
berlaku, pendapat atau tulisan para ahli atau pihak yang berwenang, serta
memperoleh informasi secara formal, sehingga hasil skripsi ini selesai dengan
hasil yang memuaskan. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah
metode analisis normatif kualitif. Normatif berarti bahwa penelitian bertitik tolak
dari peraturan-peraturan yang ada sebagai hukum positif. Sedangkan kualitatif
yaitu merupakan analisis data tanpa mempergunakan rumus dan angka.
Babinkamtibmas adalah elemen terpenting yang ada dalam institusi
kepolisian dalam menciptakan situasi dan kondisi masyarakat yang tertib dan
aman karena dalam tugasnya Babinkamtibmas berhadapan langsung dengan
masyarakat. Ketertiban dan keamanan suatu lingkungan masyarakat dapat tercipta
apabila Babinkamtibmas dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik
sehingga kejahatan yang merupakan penyakit masyarakat dapat dieliminir atau
bahkan ditiadakan.
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa peran Babinkamtibmas sangat panting bagi kelancaran tugas kepolisian
karena Babinkamtibmas merupakan orang terdepan dalam instansi Kepolisian
yang langsung terjun ke masyarakat dan dalam penugasannya diperlukan kondisi
yang baik demi kelancaran tugas sehari-hari, sedangkan upaya yang dilakukan
oleh Babinkamtibmas adalah melakukan pengontrolan dan penyuluhan kepada
tokoh-tokoh masyarakat, tokoh pemuda, ormas, LSM mengenai pentingnya
kesadaran hukum dan jangan sampai terjerumus kedalam Narkoba. Melakukan
pelatihan terhadap anggota linmas dalam hal penanganan tindak pidana,
penjagaan siskamling dan patroli ke rumah-rumah penduduk.

iii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. karena atas berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul:

PERAN ANGGOTA BINTARA POLRI KEAMANAN DAN KETERTIBAN

MASYARAKAT DALAM MENANGANI TINDAK PIDANA YANG TERJADI

DI WILAYAH POLISI SEKTOR KOTA BABAKAN CIPARAY BANDUNG

DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO 2 TAHUN 2002

TENTANG KEPOLISIAN

Penulisan skripsi ini dimaksudkan guna memenuhi salah satu tugas akhir

yang merupakan syarat akademis yang dibebankan kepada penulis untuk

menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung, serta untuk

memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang Hukum Pidana.

Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penyusunan skripsi ini masih

terdapat kekurangan mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki

penulis. Oleh karena itu penulis sangat berterima kasih dan menghargai atas saran

serta kritik dari semua pihak yang ditujukan untuk melakukan koreksi atau kritik

yang bersifat membangun.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, secara khusus penulis menyampaikan

rasa terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada Ibunda

R.D.Maryana dan Ayahanda Drs.Sukanda tercinta yang senantiasa memberikan

kasih sayang, perhatian dan doa restu, serta pengorbanan baik moriil maupun

iv
materiil yang begitu tulus ikhlas kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya, dan

terima kasih, terutama kepada yang terhormat Bapak Chepi Ali Firman, Z,

S.H,M.H yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk

memberikan bimbingan, pengarahan dan petunjuk-petunjuk sejak awal hingga

akhir penulisan skripsi ini, sehingga akhirnya penulis dapat meyelesaikan skripsi

ini.

Selain itu sudah sepantasnya pada kesempatan ini pula penulis

menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada

yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. E. Saefullah, S.H., LL.M., selaku Rektor Universitas

Islam Bandung.

2. Bapak Husni Syam, S.H., LL.M., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Islam Bandung.

3. Ibu Lina Jamilah, S.H., M.H., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum

Universitas Islam Bandung.

4. Ibu Dini Dewi Heniarti, S.H., M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Islam Bandung

5. Bapak Chepi Ali Firman, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung

6. Ibu Ayi Suprihati, S.H., selaku Sekretaris Bagian Hukum Pidana Fakultas

Hukum Universitas Islam Bandung.

v
7. Bapak Arinto Nurcahyo, Drs.,M.HUM Selaku Bagian Kemahasiswaan

8. Ibu, Hj.Harumiati, S.H., M.H., selaku Dosen Wali penulis.

9. Bapak Dr.Dey Ravena, S.H, M.H selaku Dosen Fakultas Hukum

10. Bapak H.Andang Furqon, S.H, M.H selaku Dosen Fakultas Hukum

11. Bapak H.Tjutju.S , S.H, M.H selaku Dosen Fakultas Hukum

12. Segenap Dosen dan Staf Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Islam

Bandung.

13. Kakak Laqni Mardiani, Amd. dan Adik Nurul Faujiah Mardiani yang

tercinta yang telah memberikan motivasi agar penulis senantiasa dapat

berkarya dan berprestasi serta bantuan, dorongan, doa dan semangatnya

Terima Kasih atas Semuanya

14. Keluarga tercinta keluarga besar H.Idi Sutardi (Alm) Hj.Maryana, , Bapak

Drs.Atang Sahiri dan Ibu Pupu Maryana Bapak H.Gumilar, RE dan Ibu

Hj.Dewi, Bapak Dudin dan Ibu Wiwin Maryana, dan Keluarga Besar Nenek

di Gg.H.Safari Bandung. terima kasih atas bantuan, dorongan, doa dan

semangatnya,

15. Saudaraku-saudaraku tercinta A.Asep, A.Epi, H.Yayan, Erma, Amitha,

Iyang, Wendy, Neng Lina, Widi, Yunik, Novi , dan adikku tersayang Zenzay

yang telah memberikan motivasi agar penulis senantiasa dapat berkarya serta

berprestasi.

16. Sahabat-sahabatku anak-anak Pupan : A.BB, Cule, Boaf, Iwok Sadeuli, Haji,

A.lfin, Kopa, Weah, Awong, Om Nanank, Cep Kacank, Cuxex AU, Suker,

Ule, Tigip, Iim, Parson, Salas, Agah, Remod, Radizh, Ozla, Opik, Dani,

vi
Bohim, Iman, Gaban, Tuweuw, Bongsor, Iron, Emed, Ucox, Aif, terima

kasih atas motivasinya

17. Teman-teman Kuliah Di Fakultas Hukum Unisba Angkatan 2002 khusunya

anak BTB BOX: Wahyu K, SH, (Yg telah banyak membantu dalam

pembuatan skripsi ini. Nuhun Bos..). Gyn-Gyn, SH, Fawaz SH, Umank, SH,

Elva, SH, Ogah ,SH, R-Z, SH, BL ,SH, Idoy, SH, Sohib, SH, Reza Omeng,

SH, Aul, SH, Azis ,SH, Cungek, SH, Niky, SH, Dimas, SH, Chiwok, SH,

Ferdi Toge, SH, Sheblu, SH, Juhaeri, SH, Arin, SH, Wiky, SH, Moko, SH,

Iyan Gendon SH, Guruh SH, Dudy SH, Odonk SH, Angga Dlep, SH, Jali

SH, Aris SH, Alex SH, Tile SH, Mang Eza SH,

18. Teman-Teman yg ada di Pangkalan TNI AU Lanud Sulaeman, Lanud Husein

Sastranegara terima kasih atas motivasi dan semangatnya! Ambon Mass..

19. Teman-teman Di Polres Bandung Barat, Polres Bandung Tengah, Polsek

Babakan Ciparay, Polsek Bojongloa Kaler terima kasih atas motivasi dan

doronganya senantiasa dapat berkarya serta berprestasi. Ambon Pati Mass..

20. Keluarga Besar Olahraga Tarung Derajat.! Aku Ramah Bukan Berarti Takut

Aku Tunduk Bukan Berarti Takluk , Dan Pelatih Saya di Satlat Unisba

Damar Mukti Nalar, SH, terima kasih telah meluangkan waktu untuk melatih

saya dan memberikan semangat juga motivasinya. Juga pada Kawan-kawan

Petarung Lainnya. Nafas Pertarungan Kami Adalah Persaudaraan dan Kasih

Sayang. Salam Persaudaraan BOX!

21. Teman-teman Saya di Motor Bike Modification Bandung (M2B). Salam

Bykers!!

vii
22. Buat Bobotoh Persib Se Jawa Barat!! Bagimu Persib Jiwa Raga Kami

Hidup Persib Maung Bandung !

Bandung, Agustus 2007

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......... i

MOTTO........................................ ii

ABSTRAK.................................... iii

KATA PENGANTAR................. iv

DAFTAR ISI ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.... ............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah.. ............................................................ 5

C. Tujuan Penelitian... ............................................................. 6

D. Kegunaan Penelitian.. ............................................................ 6

E. Kerangka Pemikiran.. ............................................................. 7

F. Metode Penelitian.. ............................................................. 10

G. Sistematika Penulisan ............................................................. 12

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA DAN

BABINKAMTIBMAS BERDASARKAN BUKU JUKLAP NO.

17/VII/1997 DAN BUKU PANDUAN BABINKAMTIBMAS

A. Tindak Pidana

1. Pengertian Tindak Pidana................................. ... 14

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana............................. ... 16

3. Jenis-Jenis Tindak Pidana................................. ... 21

4. Subjek Tindak Pidana....................................... ... 26

B. Pengertian, Tugas Pokok, Fungsi Peran, Kegiatan

ix
Babinkamtibmas..................................................... ... 28

C. Dasar-dasar Kebijaksanaan Penugasan

1. Undang-Undang dan Peraturan Perundang-

undangan........................................................... ... 34

2. Keputusan-Keputusan Kapolri.......................... ... 34

D. Macam-Macam Gangguan Kamtibmas.................. ... 35

E. Cara Bertindak Dalam Menghadapi Gangguan

Kamtibmas.............................................................. ... 40

BAB III STRUKTUR ORGANISASI DAN TUGAS BABINKAMTIBMAS

DIPOLSEKTA BABAKAN CIPARAY

A. Susunan Organisasi Kepolisian Sektor Kota Babakan

Ciparay............................................................................ .. 41

B. Kedudukan Babinkamtibmas Di Polsekta Babakan

Ciparay............................................................................ .. 42

C. Pelaksanaan Tugas Babinkamtibmas Di Polsekta

Babakan Ciparay............................................................. .. 42

BAB IV ANALISIS PERAN ANGGOTA BINTARA POLRI PEMBINA

KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT DALAM

MENANGANI TINDAK PIDANA YANG TERJADI DI

WILAYAH POLSEKTA BABAKAN CIPARAY

DIHUBUNGKAN DENGAN UU NO. 2 TAHUN 2002 TENTANG

KEPOLISIAN

x
A. Peran Anggota Babinkamtibmas Dalam Menangani

Tindak Pidana Di Wilayah Polsekta Babakan Ciparay...... 49

B. Upaya Babinkamtibmas Dalam Menurunkan Tingkat

Gangguan Kamtibmas Di Wilayah Polsekta Babakan

Ciparay............................................................................... 53

BAB V PENUTUP

A. Simpulan.. 57

B. Saran .. 58

DAFTAR PUSTAKA

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan merupakan salah satu syarat yang diperlukan oleh suatu

bangsa untuk mengembangkan dirinya dalam mencapai tujuan nasionalnya,

karena hanya dengan membangun suatu bangsa akan dapat meningkatkan

keamanan, kemakmuran, kesejahteraan rakyat serta kekuatan bangsa dalam

berbagai bidang yang ada giliranya dapat menunjukkan eksistensi dalam

percaturan sosial ekonomi dan politik global.

Perkembangan zaman telah mendorong masyarakat lebih cenderung

berani dalam melakukan segala tindakan tanpa memperdulikan akibat yang akan

dialaminya. Untuk itu peran Babinkamtibmas sebagai ujung tombak/orang

terdepan dalam tubuh Kepolisian sangat diperlukan oleh masyarakat demi

terciptanya keamanan dan ketertiban dalam masyarakat.

Berdasarkan Undang-undang No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Pasal

(1) ayat (1), yang dimaksud dengan kepolisian adalah :

Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan

lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan yang dimaksud dengan Babinkamtibmas adalah bintara polri

yang disiapkan dan ditugaskan sebagai pembina kamtibmas di desa atau

kelurahan tertentu.

1
Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. 1

Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah 2 :

a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

b. menegakkan hukum; dan

c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Sedangkan tugas pokok Babinkamtibmas membimbing masyarakat bagi

terciptanya kondisi yang menguntungkan, upaya penertiban hukum, upaya

perlindungan dan pelayanan masyarakat di desa dan kelurahan menciptakan


3
ketertiban dan keamanan masyarakat . Hal ini sesuai dengan peran

Babinkamtibmas yaitu sebagai pembimbing masyarakat bagi terwujudnya

kesadaran hukum, kesadaran tentang pentingnya kamtibmas dan partisipasi

masyarakat dalam pembinaan kamtibmas di desa/kelurahan, Sehingga

Babinkamtibmas dapat mengeliminir kejahatan-kejahatan yang biasa dilakukan

oleh masyarakat seperti pencurian dan penganiayaan

Keamanan dan ketertiban masyarakat, adalah situasi, sarana dan atau

tujuan yang menggambarkan adanya rasa bebas dari gangguan dan ancaman fisik

maupun fisikis, adanya rasa kepastian, rasa bebas dari kekhawatiran, keragu-

1
UU No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Pasal (2)
2
Ibid.
3
Buku Petunjuk Lapangan No. POL :Bujuklap/17/VII/1997 Tentang Bintara Polri Pembina
Kamtibmas Di Desa/Kelurahan

2
raguan dan ketakutan, adanya rasa dilindungi dari segala macam, bahaya, adanya

rasa damai dan tentram bagi masyarakat 4 .

Sistem kerja Babinkamtibmas adalah mengutamakan sistem kekerabatan

atau kekeluargaan, sehingga dalam tugasnya sehari-hari anggota Babinkamtibmas

sangat diharapkan untuk dapat singgah disuatu tempat pada saat dia melakukan

suatu pengontrolan. Tindakan anggota Babinkamtibmas selalu mengutamakan

tindakan preventif dan persuasif, musyawarah terlebih dahulu dan apabila masalah

tersebut tidak dapat diselesaikan, maka dilanjutkan dengan membuat laporan dari

pihak korban.

Kompleksitas masalah kamtibmas cenderung untuk terus meningkat

seiring dengan dinamika kehidupan masyarakat, sedangkan pada sisi yang lain

situasi kamtibmas yang aman dan dinamis justru merupakan suatu kebutuhan

mutlak agar dapat menjamin terlaksananya berbagai kegiatan masyarakat dalam

rangka memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini, mendorong polisi untuk selalu

berurusan dengan segala tingkatan masyarakat karena kehadiran dan keberadaan

Babinkamtibmas di tingkat desa/ kelurahan yang memiliki sikap dan kemampuan

yang handal merupakan tuntutan sekaligus harapan masyarakat atas peran Polri

sebagai pelindung, pengayom, pelayan dan penegak hukum ditengah-tengah

masyarakat. 5

Sebagaimana diketahui bahwa hukum bertujuan untuk melindungi dan

mengatur tata tertib serta sebagai pedoman prikelakuan manusia dalam pergaulan

4
Ibid.
5
Tugas, Fungsi, Peran dan Kegiatan Babinkamtibmas di Desa dan Kelurahan.Gadik
Babinkamtibmas Polda Jabar, 2003. hal 1.

3
hidup di masyarakat, baik secara individu maupun secara kolektifitas yang

dialaminya memuat perlindungan terhadap hak asasi manusia.

Mochtar Kusumaatmadja berpendapat bahwa Indonesia adalah Negara

yang berdasarkan atas hukum bukan kekuasaan, sejalan dengan itu maka hak asasi

manusia telah dijunjung tinggi dan mendapat perhatian serta pengayoman dari

Negara 6 . Hal ini lebih jelas dalam Undang-undang Dasar 1945 dalam

penjelasanya dengan dikatakan bahwa Negara Republik Indonesia berdasarkan

hukum, disini mengandung konsekuensi bahwa setiap lembaga Negara

pemerintahan dan seluruh lapisan masyarakat Indonesia harus tunduk pada hukum

yang berlaku.

Hukum yang baik dan benar adalah hukum yang menghormati hak asasi

manusia, karena didalamnya pengertian hukum mengandung unsur hak,

kewajiban dan tanggung jawab seluruh warga Negara. 7 . Apabila dalam rangka

pembangunan nasional, pemerintah saat sekarang sedang giat-giatnya

menggalakan pembangunan dibidang hukum yang diantaranya menitik beratkan

pada penegakan hukum.

Subekti mengatakan, bahwa hukum tidak saja mencarikan keseimbangan

antara berbagai kepentingan yang bertentangan satu sama lain, untuk

mendapatkan keadilan hukum tetapi hukum juga harus mendapatkan

6
Mochtar Kusumaatmadja, Pembinaan Hukum Dalam Rangka Pembangunan Nasional. Bina
Cipta, Bandung, 1976. Hal 22
7
A. Manshur Effendi, Tempat Hak-Hak Asasi Manusia Dalam Hukum Internasional/Nasional,
Alumni, Bandung, 1980. Hal 18.

4
keseimbangan lain antara tuntutan keadilan tersebut dengan tuntutan ketertiban

atau kepastian hukum 8 .

Sesuai dengan hakekat ancaman kamtibmas, maka masalah ketertiban

masyarakat sangatlah kompleks dan tidak pernah berhenti, malahan cenderung

untuk terus meningkat seirama dengan pembangunan dan perubahan-perubahan

sosial ditengah-tengah masyarakat dengan sikap dan kemampuan yang handal

menjadi kebutuhan mutlak masyarakat 9 .

Cara kerja Babinkamtibmas tidak dibatasi oleh waktu oleh karena itu

seorang anggota Babinkamtibmas sering keluar malam untuk melakukan

pengontrolan ke pos-pos kamling, objek vital dan mencari informasi seputar

keamanan dilingkungan itu sendiri, guna menciptakan situasi yang kondusif pada

masyarakat.

Berdasarkan kenyataan inilah penulis terdorong untuk menuangkannya


kedalam bentuk skripsi yang berjudul PERAN ANGGOTA BINTARA POLRI
PEMBINA KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT DALAM
MENANGANI TINDAK PIDANA YANG TERJADI DIWILAYAH POLISI
SEKTOR KOTA BABAKAN CIPARAY BANDUNG DIHUBUNGKAN
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG
KEPOLISIAN

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang

akan dibahas dalam tulisan ini, yaitu:

1. Bagaimana peran anggota Babinkamtibmas dalam menangani Tindak Pidana

diwilayah polisi sektor kota babakan ciparay bandung ?

8
Subekti, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Imdomesia, P.N. Balai Pustaka, Jakarta. 1979.
Hal 39.
9
Buku Petunjuk Lapangan, No.Pol : Bujuklap/17/VII/1997,Hal 1.

5
2. Bagaimana upaya Babinkamtibmas dalam menurunkan tingkat gangguan

Kamtibmas diwilayah polisi sektor kota babakan ciparay bandung?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan memahami peran yang dilakukan oleh anggota

Babinkamtibmas dalam menangani Tindak Pidana diwilayah polisi sektor kota

babakan ciparay bandung.

2. Untuk mengetahui upaya Babinkamtibmas dalam menurunkan tingkat

gangguan Kamtibmas diwilayah polisi sektor kota babakan ciparay bandung.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Secara Teoritis :

Diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi sumbang saran dan dapat

memberikan ilmu pengetahuan serta menambah wawasan umumnya bagi

pembaca dan khususnya bagi penulis dibidang hukum,khususnya hukum

pidana

b. Secara Praktis :

Untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama dibangku

kuliah didalam bentuk praktek yang nyata dilapangan dan diharapkan

dapat berguna dalam pemecahan masalah demi penegakan hukum pidana

6
di Indonesia serta dapat memberi masukan bagi kalangan praktisi hukum

dan khalayak umum.

E. Kerangka Pemikiran

Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan

lembaga polisi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan

Peraturan Kepolisian adalah segala peraturan yang dikeluarkan oleh Kepolisian

Republik Indonesia dalam rangka memelihara ketertiban dan menjamin keamanan

umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Masalah pokok dalam penegakan hukum terletak pada faktor-faktor yang

akan mempengaruhinya. Faktor tersebut mempunyai arti netral, sehingga dampak

positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor sebagai berikut:

1. Faktor hukumnya sendiri, yakni pada undang-undang

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang menerapkan dan

melaksanakan hukum.

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau

diterapkan.

5. Faktor kebudayaan , yakni sebagian hasil karya, cipta, dan karsa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Kelima faktor diatas saling berkaitan erat karena merupakan esensi dari

penegakan hukum dan merupakan tolak ukur efektifitas penegak hukum

7
Kamtibmas (Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) adalah suatu kondisi

dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses

pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai

oleh terjaminya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya

ketentraman yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan

potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan

menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan

lainnya yang dapat meresahkan masyarakat.

Keamanan dalam negri adalah suatu keadaan yang ditandai dengan

terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegak hukum, serta

terselanggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

Babinkamtibmas adalah Bintara Polri Pembina Keamanan dan Ketertiban

Masyarakat yang ditugaskan oleh Kapolsek untuk membina didesa/kelurahan dan

untuk menerima segala pengaduan dan diharapkan dapat memecahkan segala

permasalahan yang terjadi di masyarakat.

Desa adalah suatu wilayah yang ditempatkan oleh sejumlah penduduk

sebagai kesatuan masyarakat, termasuk didalamnya kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai organisasi pemerintah terendah langsung dibawah camat dan

berhak menyelanggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan kelurahan adalah wilayah yang

ditempati sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pemerintahan langsung

dibawah Camat yang tidak berhak menyelanggarakan rumah tangganya sendiri.

8
Desa terbagi dalam beberapa tipe yaitu

a. Desa Binaan yaitu suatu desa/kelurahan dalam wilayah hukum Polsekta yang

dinilai memerlukan lebih sungguh-sungguh dan perlu mendapatkan prioritas

utama dalam pembinaannya secara kontinyu dan berlanjut karena tingkat

kerawanan Kamtibmas tinggi serta aktivitas Kesamaptaan masyarakat dalam

penyelenggaraan Kamtibmas swakarsa rendah.

b. Desa sentuhan yaitu suatu desa/kelurahan dalam wilayah hukum Polsekta

yang dinilai tingkat kerawanan Kamtibmasnya sedang serta aktivitas

Kesamaptaan masyarakatanya didalam penyelenggaraanya Siskamtibmas

swakarsa telah nampak dan memerlukan pembinaan secara berkala.

c. Desa Pantauan adalah desa/kelurahan dalam wilayah hukum Polsekta yang

dinilai tingkat kerawanan Kamtibmasnya rendah serta aktivitas Kesamaptaan

masyarakatnya didalam penyelenggaraan Siskamtibmas swakarsa dinamis

namun masih perlu dilakukan pemantauan/pembinaan secara temporer.

Segala penindakan dilapangan, anggota Babinkamtibmas harus

berpedoman pada buku panduan Babinkamtibmas dan buku petunjuk Pelaksanaan

Tugas Babinkamtibmas (Bujuklap/17/VII/1997)

UU Kepolisian No 2 thn 2002, merupakan pedoman pelaksanaan Tugas

Polri, disamping itu anggota Polri pun memakai KUHP untuk menjerat tersangka

agar dalam penjatuhan sanksi sesuai dengan tindak pidana yang dilakukanya.

Dari uraian diatas, penulis akan membahas mengenai peran Anggota

Babinkamtibmas Dalam menangani Tindak Pidana yang terjadi diwilayah

Polsekta Babakan Ciparay menurut UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian

9
F. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan satu unsur mutlak dalam suatu penelitian

dan perkembangan ilmu pengetahuan, demikian pula dalam penulisan skripsi.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan beberapa metode penelitian,

antara lain sebagai berikut :

1. Metode Penelitian

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

normatif adalah suatu penelitian yang menekankan pada ilmu hukum dan

melakukan iventarisasi hukum positif yang berkaitan dengan efektifitas peraturan

perundang-undangan dibidang hukum. 10

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang digunakan adalah deskriftif analisis, yaitu

menggambarkan dan menganilisis terhadap permasalahan berdasarkan peraturan

perundang-undangan dibidang hukum pidana.

3. Sumber Data

a. Bahan Hukum Primer

Yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, misalnya UU No. 2 tahun 2002

Tentang Kepolisian, KUHAP dan KUHP.

b. Bahan Hukum Sekunder

Yaitu bahan-bahan yang erat hubunganya dengan bahan-bahan hukum

primer yang dapat menunjang penulisan skripsi ini dapat membantu

menganalisis dan mendalami bahan hukum primer, misalnya tulisan para

10
Roni Hari Tijo,Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri,Ghalia Indonesia, 1988, Hlm 32.

10
sarjana dan hasil karya para ilmuwan yang berbentuk makalah atau karya

tulis.

c. Bahan Hukum Tersier

Yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder, misalnya majalah, Koran dan media

media lainya.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan penelitian keperpustakaan

dan pendapat dari para tokoh terkait guna mendapatkan landasan teoritis berupa

peraturan perundang-undangan yang berlaku, pendapat atau tulisan para ahli atau

pihak yang berwenang, serta memperoleh informasi secara formal, sehingga hasil

skripsi ini selesai dengan hasil yang memuaskan. 11

5. Metode Analisis

Metode analisis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

dengan metode analisis normatif kualitif. Normatif berarti bahwa penelitian

bertitik tolak dari peraturan-peraturan yang ada sebagai hukum positif.

Sedangkan kualitatif yaitu merupakan analisis data tanpa mempergunakan rumus

dan angka.

11
Winarno Surachmad, Pengantar Ilmu Dasar Metode Dan Teknik, Tarsito, Bandung, 1999, Hlm
32.

11
G. Sitematika Penulisan

Penulisan skripsi ini disusun dalam lima bab dan tiap-tiap bab dikaji dalam

beberapa sub bab yang dapat mempermudah dalam penulisannya.

Adapun gambaran umum untuk setiap bab sebagai berikut :

BAB 1 : Bab ini merupakan pendahuluan yang memberikan gambaran umum

mengenai latar belakang masalah identifikasi masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode

penelitian dan diakhiri dengan sistematika penulisan.

BAB II : Bab ini penulis membahas mengenai tinjauan umum mengenai

Tindak Pidana dan mengenai Babinkamtibmas berdasarkan juklap

No. 17/VII/1997 dan Buku Panduan Babinkamtibmas, Serta

membahas mengenai Tindak Pidana secara umum, Pengertian

Tindak Pidana, unsur-unsur tindak pidana dan jenis-jenis tindak

pidana. Membahas fungsi tugas, kegiatan Babinkamtibmas, Dasar-

dasar kebijaksanaan penugasan yang berisikan Undang-undang dan

peraturan perundang-undangan dan keputusan-keputusan Kapolri,

Kemudian dibahas pula mengenai macam-macam gangguan

kamtibmas serta cara bertindak dalam menghadapi gangguan

Kamtibmas.

BAB III : Bab ini membahas mengenai struktur organisasi Babinkamtibmas

diwilayah polsekta Babakan Ciaparay, Kedudukan Babinkamtibmas

di Polsekta Babakan Ciparay, Pelaksanaan tugas Babinkamtibmas di

12
Polsekta Babakan Ciparay serta Langkah Operasional penugasan

anggota Babinkamtibmas.

BAB IV : Bab ini membahas analisis peran anggota bintara polri pembina

keamanan dan ketertiban masyarakat dalam menangani tindak pidana

yang terjadi di wilayah Polsekta babakan ciparay menurut UU No. 2

Tahun 2002 Tentang Kepolisian mengenai peran anggota

babinkamtibmas dalam menangani tindak pidana di wilayah Polsekta

Babakan Ciparay dan upaya Babinkamtibmas dalam menurunkan

tingkat gangguan kamtibmas di wilayah Polsekta Babakan Ciparay .

BAB V : Bab ini merupakan penutup. Didalamnya memuat simpulan dan

saran. Simpulan merupakan jawaban terhadap identifikasi masalah,

sedangkan saran merupakan rekomendasi penulis yang dapat

bermanfaat bagi pelaksanaan tugas dilapangan.

13
BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA DAN

BABINKAMTIBMAS BERDASARKAN BUKU JUKLAP NO. 17/VII/1997

DAN BUKU PANDUAN BABINKAMTIBMAS

A. Tindak pidana

A.1 Pengertian Tindak Pidana

Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari istilah bahasa Belanda

yaitu strafbaar feit. Selain dari istilah strafbaar feit dalam bahasa Belanda dipakai

juga istilah lain, yaitu delict yang berasal dari bahasa latin delictum, dalam bahasa

Indonesia dipakai istilah delik. Disamping istilah tindak pidana sebagai

terjemahan strafbaar feit itu, dalam bahasa Indonesia terdapat juga istilah lain

yang dapat ditemukan dalam beberapa buku hukum pidana dan perundang-

undangan hukum pidana, yaitu peristiwa pidana, perbuatan pidana, perbuatan

yang boleh dihukum, perbuatan yang dapat dihukum, dan pelanggaran pidana. 12

Roeslan Saleh menganggap lebih tepat dipergunakan istilah perbuatan

pidana. Beliau berpendapat bahwa perbuatan itu adalah keadaan yang dibuat oleh

seseorang atau barang sesuatu yang dilakukan. Perbuatan itu menunjuk baik pada

akibatnya maupun yang menimbulkan akibat, jadi mempunyai makna yang

abstrak. 13

Pengertian strafbaar feit yaitu suatu perbuatan tertentu yang dilarang dan

diancam dengan pidana tidak hanya memuat suatu petunjuk tingkah laku yang
12
Sofjan Sastrawidjaja, Hukum Pidana I, Armico, Bandung, 1990. hlm. 111.
13
Roeslan Saleh, Asas-asas Hukum Pidana, Yayasan Badan penerbit Gajah Mada, Jogjakarta,
1959, hlm. 83.

14
dilarang (tindakan) delik yang sebenarnya, akan tetapi sekaligus biasanya juga

beberapa keadaan dalam mana tingkah laku itu khusus dilarang. 14

Simons yang mengatakan bahwa strafbaar feit adalah kelakuan

(handeling) yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum, yang

berhubungan dengan kesalahan, dan yang dilakukan oleh orang yang bertanggung

jawab. 15 Kemudian Van Hamel telah mengartikan strafbaar feit sama dengan

perumusan dari Simons, tetapi ditambah dengan kalimat, bahwa kelakuan itu

harus dapat dipidana. 16

Van Hantum menggunakan istilah peristiwa pidana untukm tindak pidana

yaitu suatu peristiwa yang menyebabkan seseorang (pembuat) mendapat hukuman

atau dapat dihukum. Pompe memberikan istilah peristiwa pidana (strafbaar feit)

untuk tindak pidana. Pengertian dari strafbaar feit tersebut dibedakan sebagai

berikut :

1. Defenisi menurut teori membedakan pengertian strafbaar feit adalah suatu

pelanggaran terhadap norma yang dilakukan karena kesalahan si pelanggar

dan diancam dengan pidana untuk mempertahankan tata hukum dwn

menyelamatkan kesejahteraan hukum.

2. Defenisi menurut hukum positif merumuskan pengrtian strafbaar feit adalah

suatu kejadian (feit) yang oleh peraturan perundang-undangan dirumuskan

sebagai perbuatan yang dihukum. 17

Menurut J.E Jonkers Definisi strafbaar feit menjadi 2 (dua) pengertian yaitu :

14
Ibid
15
Simons dalam buku Sofjan Sastrawidjaja, Hukum Pidana I. hlm. 113.
16
Ibid.
17
Pompe dalam buku Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, PT. Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1982, hlm. 91.

15
a. Defenisi pendek memberikan pengertian adalah suatu kejadian (feit) yang

dapat diancam oleh undang-undang.

b. Defenisi panjang atau yang lebih mendalam memberikan pengertian strafbaar

feit adalah suatu kelakuan yang melawan hukum berhubung dilakukan dengan

sengaja atau alpa oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan. 18

Sedangkan Satochid Kartanegara mengatakan bahwa strafbaar feit adalah

perbuatan yang dilarang oleh undang-undang yang diancam dengan hukuman.

Pendapat yang dikemukakakan oleh Kartanegara lebih condong ke dalam istilah

delik karena telah lazim dipakai kebanyakan orang yang berati pelanggaran

hukum dan sesuatu yang melanggar kepentingan umum. 19

A.2. Unsur-unsur Tindak Pidana

Pada hakekatnya tiap-tiap perbuatan pidana harus terdiri atas unsur-unsur

lahir oleh karena perbuatan, yang mengandung kelakuan dan akibat yang

ditimbulkan karenanya, adalah suatu kejadian dalam alam lahir. Menurut Atang

Ranoemihardja, menyatakan bahwa tindak pidana adalah suatu kelakuan manusia

yang pada umumnya dilarang dan diancam dangan hukum. Berdasarkan

pengertian tindak pidana tersebut dapat diketahui unsur-unsur tindak pidana

sebagai berikut :

1. Suatu perbuatan manusia, akibat unsur ini adalah peristiwa dan pembuat tidak

dapat dipisahkan satu dengan yang lain.

18
Jonkers dalam buku bambang Poernomo, Ibid.
19
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana, Balai Lektur, Bandung, 1971. hlm. 4.

16
2. Suatu kelakuan manusia yang oleh peraturan perundang-undangan dilarang

atau diancam dengan hukuman (Pasal 1 ayat (1) KUHP). 20

Unsur-unsur dari peristiwa pidana (strafbaar feit) atau tindak pidana

menurut Pompe, adalah :

a. Adanya pelanggaran norma (norm overtreding).

b. Adanya kesalahan (schuld heft). 21

Unsur-unsur dari peristiwa pidana menurut Simons, adalah :

1. Perbuatan atau tindakan manusia (handeling), bersumber dari salah satu.

1. Undang-undang (de wet).

2. Jabatan (het ambt).

3. Perjanjian (overeenkomst).

2. Bersifat melawan hukum (wederrechtelijk).

3. Diancam oleh hukuman (strafbaa gesteld).

4. Dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab (teorekeningsvatbaar).

5. Harus dilakukan karena kesalahan si pembuat (schuld). 22

Dalam ilmu hukum pidana, unsur-unsur tindak pidana dibedakan dalam

dua macam, yaitu unsur objektif dan unsur subjektif. 23

1. Unsur Objektif

Unsur objektif adalah unsur yang terdapat di luar diri si pelaku tindak

pidana, menurut Lamintang, unsur objektif itu dalah unsur yang ada hubungannya

20
Atang Ranoemihardja, Hukum Pidana:Asas-asas Pokok, Pengertian dan Teori, Transito,
Bandung, 1984. hlm. 33-34.
21
Zamhari Abidin, Pengertian dan Asas-asas Hukum Pidana, PT. Ghalia, Jakarta, 1986. hlm. 21.
22
Ibid, hlm. 22
23
Sofjan Sastrawidjaja, Op,cit, hlm. 117-123.

17
dengan keadaan-keadaan, yaitu di dalam keadaan-keadaan mana tindakan-

tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan.

Unsur objektif meliputi :

a) Perbuatan atau kelakuan manusia

Perbuatan atau kelakuan manusia itu ada yang aktif (berbuat sesuatu),

misalnya : membunuh (Pasal 338 KUHP); mencuri (Pasal 362 KUHP); dan lain-

lain, ada pula yang pasif (tidak berbuat sesuatu), misalnya : tidak melaporkan

kepada yang berwajib atau kepada yang terancam, sedangkan ia mengetahui ada

suatu permufakatan jahat, adanya niat untuk melakukan suatu kejahatan tertentui

(Pasal 164, 165 KUHP).

b) Akibat yang menjadi syarat mutlak dari delik

Hal ini terdapat dalam delik-delik materiel atau delik-delik yang

dirumuskan secara materiel, misalnya : pembunuhan (Pasal 338 KUHP);

penganiayaan (Pasal 351 KUHP); penipuan (Pasal 351 KUHP); penipuan (Pasal

378 KUHP); dan lain-lain.

c) Unsur melawan hukum.

Setiap perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana itu harus

bersifat melawan hukum (wederrectelijkheidrechtsdrigkeit), meskipun unsur ini

tidak dinyatakan dengan tegas dalam perumusannya. Ternyata sebagian besar dari

perumusan delik dalam KUHP tidak menyebutkan dengan tegas unsur melawan

hukum ini, hanya beberapa delik saja yang menyebutkan dengan tegas, seperti :

18
dengan melawan hukum merampas kemerdakaan (Pasal 333 KUHP); untuk

dimilikinya secara melawqan hukum (Pasal 362 KUHP); dan lain-lain.

d) Unsur lain yang menentukan sifat tindak pidana.

Ada beberapa tindak pidana yang untuk dapat memperoleh sifat tindak

pidananya itu memerlukan hal-hal objektif yang menyertainya, seperti :

pengemisan (Pasal 504 KUHP); penghasutan (Pasal 160 KUHP); mabuk (Pasal

536 KUHP). Tindak pidana tersebut harus dilakukan di muka umum. Selain itu

ada pula tindak pidana yang untuk dapat memperoleh sifat tindak pidananya

memerlukan hal-hal subjektif, seperti : kejahatan jabatan (Pasal 413-437 KUHP),

harus dilakukan oleh pegawai negeri; pembunuhan anak sendiri (Pasal 341-342

KUHP), harus dilakukan oleh ibunya. Unsur-unsur tersebut di atas harus ada pada

waktu perbuatan dilakukan, oleh karena itu maka disebut dengan yang

menentukan sifat tindak pidana.

e) Unsur yang memberatkan pidana.

Hal ini terdapat dalam delik-delik yang dikualifikasikan oleh akibatnya,

yaitu karena timbulnya akibat tertentu, maka ancaman pidananya diperberat,

seperti : merampas kemerdekaan seseorang diancm pidana penjara paling lama 8

tahun (Pasal 333 ayat (1) KUHP), jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka

berat ancaman pidananya diperberat menjadi paling lama 9 tahun (Pasal 333 ayat

(2) KUHP), dan apabila mengakibatkan mati ancaman pidananya diperberat lagi

menjadi penjara paling lama 12 tahun (Pasal 333 ayat (3) KUHP).

19
f) Unsur tambahan yang menentukan tindak pidana.

Hal ini misalnya : tidak melaporkan kepada yang berwajib atau kepada

orang yang terancam, jika mengetahui akan adanya kejahatan-kajahatan tertentu,

pelakunya hanya dapat dipidana jika kejahatan itu jadi dilakukan, Dalam tindak

pidana yang memerlukan unsur-unsur tambahan (bijkomende voorwaarden van

strafbaarheid) tersebut diatas, apabila unsur-unsur tambahan itu tidak ada, maka

tindak pidana pun tidak akan terjadi, demikian juga percobaan tindak pidana,

karena sifat yang membahayakan kepentingan umum tidak ada.

2. Unsur Subjektif.

Unsur Subjektif adalah unsur yang terdapat dalam diri si pelaku tindak pidana,

Unsur subjektif ini meliputi :

a) Kesengajaan (dolus)

Hal ini terdapat seperti dalam : melanggar kesusilaan (Pasal 281 KUHP);

pembunuhan (Pasal 338 KUIHP); dan lain-lain.

b) Kealpaan (Culpa)

Hal ini terdapat seperti dalam : dirampas kemerdekaan (Pasal 334 KUHP);

menyebabkan mati (Pasal 359 KUHP); dan lain-lain.

c) Niat (voormemen)

Hal ini terdapat dalam percobaan (pooging- Pasal 53 KUHP).

d) Maksud (oogmerk)

Hal ini terdapat seperti dalam : pencurian (Pasal 362 KUHP); pemerasan

(Pasal 368 KUHP); dan lain-lain.

e) Dengan rencana lebih dahulu (met voorbedachte rade)

20
Hal ini terdapat seperti dalam : pembunuhan dengan rencana (Pasal 340

KUHP); membunuh anak sendiri dengan rencana (Pasal 342 KUHP); dan lain-

lain.

f) Perasaan takut (vrees)

Hal ini terdapat seperti dalam : membunuh anak sendiri (Pasal 341

KUHP); membuang anak sendiri (Pasal 308 KUHP); membunuh anak sendiri

dengan rencana (Pasal 342 KUHP).

A.3. Jenis-jenis Tindak Pidana

Tentang jenis-jenis tindak pidana itu dapat digolongkan ke dalam dua

golongan, yaitu : 24

1) Jenis-jenis tindak pidana menurut KUHP;

2) Jenis-jenis tindak pidana menururt doktrin atau ilmu hukum pidana.

Mengenai jenis-jenis tindak pidana menurut KUHP dapat dibagi ke dalam

dua jenis, yaitu :

a. Kejahatan (misdrijven); dan

b. Pelanggaran (overtredingen).

Jenis-jenis tindak pidana menurut doktrin atau ilmu hukum pidana terdiri dari : 25

a. Delik Formal (Foermeel delict) dan delik Materiel (materiel delict);

Delik formal yaitu delik yang terjadi dengan dilakukannya suatu perbuatan

yang dilarang dan diancam dengan pidana oleh Undang-undang. Sebagai

contoh Pasal 263 KUHP tentang pemalsuan surat.

24
Ibid, hlm. 127.
25
Ibid, hlm. 135-144.

21
Delik materiel yaitu delik yang baru dianggap terjadi setelah timbulnya akibat

yang dilarang dan diancam dengan pidana oleh Undang-undang. Sebagai

contoh Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dimana delik ini dainggap

terjadi setelah si korban mati.

b. Delik Komisi (commissie delict) dan delik Omisi (omissie delict);

Delik komisi yaitu delik yang berupa pelanggaran terhadap larangan di dalam

Undang-undang yang dapat berupa delik formel seperti Pasal 362 KUHP

tentang pencurian, dan dapat pula berupa delik materiel seperti Pasal 338

KUHP tentang pembunuhan, dan lain-lain.

Delik omisi yaitu delik yang berupa pelanggaran terhadap keharusan di dalam

Undang-undang, yang dapat dibedakan dalam delik omisi murni (eigenlijke

omissie delict) seperti Pasal 164 dan 165 KUHP tentang keharusan

melaporkan kejahatan-kejahatan tertentu, dan delik omisi tidak murni

(oneigenlijke omissie delict) seperti Pasal 306 KUHP yaitu membiarkan

seseorang dalam keadaan sengsara yang wajib dirawatnya yang

mengakibatkan lika-luka berat atau kematian.

c. Delik berdiri sendiri (zelfstanding delict) dan delik lanjutan (voortgezette

delict);

Delik berdiri sendiri yaitu delik yang hanya terdiri atas satu perbuatan tertentu

misalnya Pasal 338 tentang pembunuhan.

22
Delik lanjutan yaitu delik yang terdiri atas beberapa perbuatan yang masing-

masing berdiri sendiri-sendiri, seperti Pasal 64 KUHP.

d. Delik rampung (aflopend delict) dan delik berlanjut (voortdurend delict);

Delik rampung adalah delik yang terdiri atas satu atau beberapa perbuatan

tertentu yang selesai dalam suatu waktu tertentu yang singkat, misalnya Pasal

338 KUHP tentang pembunuhan, delik ini selesai dengan matinya korban.

Delik berlanjut adalah delik yang terdiri atas satu atau beberapa perbuatan

yang melanjutkan suatu keadaan yang dilarang oleh Undang-undang, misalnya

Pasal 261 KUHP yaitu menyimpan barang-barang yang dapat dipakai untuk

memalsukan materai dan merek.

e. Delik tunggal (enkelvouding delict) dan delik bersusun (samengesteld delict);

Delik tunggal adalah delik yang hanya satu kali perbuatan sudah cukup

dikenakan pidana, misalnya Pasal 480 KUHP tentang penadahan.

Delik bersusun adalah delik yang harus beberapa kali dilakukan untuk

dikenakan pidana, misalnya Pasal 481 KUHP tentang kebiasaan menadah.

f. Delik sederhana (eenvouding delict), delik dengan pemberatan (gekwalificeerd

delict) dan delik berprevilese (gepreviligieerd delict).

Delik sederhana adalah delik dasar atau delik pokok (grond delict) misalnya

Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, Pasal 362 KUHP tentang pencurian.

23
Delik dengan pemberatan atau delik berkualifikasi adalah delik yang

mempunyai unsur-unsur yang sama dengan delik dasar atau delik pokok,

tetapi ditambah dengan unsur-unsur lain sehingga ancaman pidananya lebih

berat daripada delik dasar, misalnya Pasal 339 KUHP tentang pembunuhan

berkualifikasi, Pasal 363 KUHP tentang pencurian berkualifikasi.

Delik berprevilise adalah delik yang mempunyai unsur-unsur yang sama

dengan delik dasar atau delik pokok, tetapi ditambah dengan unsur-unsur lain

sehingga ancaman pidananya lebih ringan daripada delik dasar, misalnya Pasal

344 KUHP tentang pembunuhan atas permintaan si korban sendiri yang

dinyatakan dengan kesungguhan hati.

g. Delik kesengajaan (doleus delict) dan delik kealpaan (culpoos delict);

Delik kesengajaan adalah delik yang dilakukan dengan sengaja, misalnya

Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan.

Delik kealpaan adalah delik yang dilakukan karena kesalahannya atau

kealpaannya, misalnya Pasal 359 KUHP, yaitu karena kesalahannya

menyebabkan orang lain mati.

h. Delik politik (politiek delict) dan delik umum (gemeen delict);

Delik politik adalah delik yang ditujukan terhadap keamanan Negara dan

kepala Negara, misalnya ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Buku II Bab

I-Bab V, Pasal 104-Pasal 181 KUHP.

24
Delik umum adalah delik yang tidak ditujukan kepada keamanan Negara dan

kepala Negara, misalnya Pasal 372 KUHP tentang penggelapan.

i. Delik khusus (delicta propria) dan delik umum (delicta communia);

Delik khusus adalah delik yang hanya dapat dilakukan oleh orang tertentu saja

karena suatu kualitas, misalnya Bab XXIX Buku II, Pasal 437-Pasal 439

KUHP tentang kejahatan pelayaran, hanya dapat dilakukan oleh nahkoda dan

lain-lain dari kapal laut.

Delik umum adalah delik yang dapat dilakukan oleh setiap orang, misalnya

Pasal 362 KUHP tentang pencurian.

j. Delik aduan (klacht delict) dan delik biasa (gewone delict).

Delik aduan adalah delik yang hanya dapat dituntut jika diadukan oleh orang

yang merasa dirugikan. Delik aduan meliputi delik aduan absolut yaitu delik

yang disebabkan oleh sifat kejahatannya maka delik ini hanya dapat dituntut

apabila diadukan, misalnya Pasal 284 KUHP tentang perzinahan, dan delik

aduan relatif yaitu delik yang pada dasarnya merupakan delik biasa tetapi

disebabkan oleh adanya hubungan keluarga yang dekat sekali antara korban

dengan pelaku maka delik ini hanya dapat dituntut jika diadukan oleh pihak

korban.

Delik biasa adalah delik yang bukan delik aduan dan untuk menuntut tidak

perlu adanya pengaduan misalnya Pasal 354 KUHP tentang penganiayaan

25
A.4. Subjek Tindak Pidana

Dalam sistem KUHP, yang dapat menjadi subjek tindak pidana adalah

manusia. Hal tersebut dapat dilihat dalam perumusan-perumusan dari tindak

pidana dalam KUHP, yang menampakkan daya berpikir sebagai isyarat bagi

subjek tindak pidana itu, juga terlihat pada wujud hukuman atau pidana yang

termuat dalam pasal-pasal KUH Pidana yaitu hukuman penjara, kurungan dan

denda.

Hal-hal yang menyatakan bahwa manusia sebagai subjek tindak pidana

adalah :

1. Terdapatnya perumusan tindak pidana yang dimulai dengan perkataan :

barang siapa, seorang ibu, seorang pejabat, seorang nakoda, dan lain-lain. Ini

berarti tidak lain adalah manusia.

2. Jenis- jenis pidana yang ditentukan dalam pasal 10 KUHP hanya ditujukan

terhadap manusia.

3. Dalam hukum pidana yang berlaku sekarang menganut asas kesalahan seorang

manusia, yang disebut dengan hukum pidana kesalahan (schuldstrafrecht).

Dalam sculdstrafrecht yang dianggap dapat berbuat kesalahan hanyalah

manusia, yaitu yang berupa kesalahan perorangan atau individual

(individuele schud).

Perkembangan hukum pidana yang selanjutnya mengenai subjek tindak

pidana itu diperluas, bukan saja hanya manusia, tetapi juga badan hukum atau

korporasi terutama dalam hal-hal perpajakan, perekonomian, dan keamanan

Negara yang mengaturnya dalam peraturan perundang-undangan di luar KUHP.

26
Perkembangan di dalam perundang-undangan hukum pidana baru ternyata

bagi badan hukum dapat juga di pidana dengan penetapan sebagai tindakan, dan

di dalam undang-undang fiscal dapat dipidana badan hukum dengan reele execuie

atas harta kekayaan. Pada waktu sekarang hanya undang-undang di luar KUH

Pidana yang membuat ketentuan tentang dapat dipidananya badan hukum.

Didalam pasal 59 dan pasal 169 KUH Pidana menentukan badan hukum sebagai

subjek hukum yang dapat dikenai pidana, namun ternyata yang dapat dikenakan

pidana hanya manusia yang ikut perkumpulan bukan badan hukum. Dengan

demikian berdasarkan ketentuan yang ada di dalam KUH Pidana badan hukum

tidak dapat di pidana, yang dapat dikenakan pidana hanyalah pengurus dari badan

hukum tersebut saja.

Berbicara mengenai subjek tindak pidana, maka pikiran selanjutnya

diarahkan kepada wujud dari perbuatan sebagai unsur dari tindak pidana.

Perbuatan dari tindak pidana dapat dilihat dari perumusan tindak tidana yang

teruang dalam bahasa Belanda dinamakan dengan delicts-omschrijiving. Misalnya

dalam tindak pidana mencuri, perbuatannya dirumuskan sebagai mengambil

barang. Ini merupakan perumusan secara formal, yaitu benar-benar disebut

wujud dari suatu gerakan tertentu dari badan seorang manusia. Sedangkan

rumusan secara materiil memuat penyebutan suatu akibat yang disebabkan oleh

perbuatannya.

Perbedaan perumusan formal dan materiil ini, tidak berarti bahwa dalam

perumusan formal tidak ada suatu akibat sebagai unsur tindak pidana. Juga dalam

tindak pidana dengan perumusan formal selalu ada akibat yang merupakan alasan

27
diancamkannya hukuman pidana. Akibat ini adalah selalu sesuatu kerugian pada

kepentingan orang lain atau kepentingan Negara.

Ketentuan-ketentuan mengenai badan hukum ataupun korporasi sebagai

subjek tindak pidana antara lain dapat kita temukan dalam :

1. Pasal 15 UU No.7 Drt/1995-Tindak Pidana Ekonomi

B. Pengertian, Tugas Pokok, Fungsi Peran, Kegiatan Babinkamtibmas

Bintara Polri Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat yang biasa

disingkat Babinkamtibmas adalah Bintara Polri yang disiapkan dan ditugaskan

sebagai pembina Keamanan dan Ketertiban masyarakat didesa/kelurahan tertentu,

berdasarkan Surat Keputusan Kapolda sebagai pengendali administrasi dan dalam

penguasaannya dibawah kendali Kapolsek setempat.

Tugas pokok Babinkamtibmas adalah membimbing masyarakat bagi

terciptanya kondisi yang menguntungkan, upaya penertiban dan penegakkan

hukum, pengayoman, upaya perlindungan dan pelayanan masyarakat

didesa/kelurahan dan hal itu sesuai dengan pasal 13 (mengenai tugas dan

wewenang) UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian. Selain dengan rumusan

tugas pokoknya maka lingkup tugas Babinkamtibmas meliputi:

a. Membina kesadaran hukum masyarakat desa/kelurahan tentang:

1. Kedudukan, tugas, wewenang, fungsi dan peranan Polri;

2. Sangsi-sangsi pidana dan proses pemidanaan;

3. Hak dan kewajiban warga masyarakat dalam penegakan hukum.

28
b. Membina kesadaran, keamanan dan ketertiban masyarakat desa/kelurahan

tentang

1. Masalah-masalah Kamtibmas;

2. Sebab-sebab timbulnya gangguan Kamtibmas;

3. Membina partisipasi masyarakat dalam rangka pembinaan

Kamtibmas secara swakarsa didesa/kelurahan.

c. Membina partisipasi masyarakat dalam rangka pembinaan Kamtibmas secara

swakarsa didesa/kelurahan.

Sebagai Polisi ditengah-tengah masyarakat, Babinkamtibmas juga

melakukan tugas-tugas kepolisian umum dalam hal-hal tertentu sesuai dengan

kondisi setempat yaitu:

a. Mengumpulkan data;

b. Mengamankan kegiatan-kegiatan masyarakat;

c. Menerima laporan dan pengaduan masyarakat;

d. Memberi bantuan pengawalan, pencarian dan pertolongan kepada

masyarakat;

e. Membina tertib lalu lintas;

f. Penanganan tingkat pertama kejahatan, pelanggaran atau kecelakaan

ditempat kejadian perkara;

29
g. Melaksanakan tugas dibidang pembangunan dan kegiatan

kemasyarakatan berdasarkan permintaan instansi yang berwenang dan dari

masyarakat setempat 26

Sesuai dengan lingkup tugasnya, maka Babinkamtibmas berperan sebagai:

a. Pembimbing masyarakat, bagi terwujudnya kesadaran hukum, kesadaran

tentang Kamtibmas dan partisipasi masyarakat dalam pembinaan Kamtibmas

didesa/kelurahan;

b. Sebagai pelindung dan pelayan masyarakat bagi terwujudnya rasa tentram

dimasyarakat.

Babinkamtibmas dalam melaksanakan perannya, berfungsi sebagai:

a. Juru penerang dan penyuluh dibidang hukum dan Kamtibmas;

b. Pelayan masyarakat tentang hal-hal yang berkaitan tentang

permasalahan Kamtibmas dalam masyarakat.

c. Pelindung masyarakat dari ancaman Kamtibmas terhadap kepentingan-

kepentingannya.

d. Penertib hukum dan norma-norma masyarakat yang berkaitan dengan

aspek Kamtibmas.

Berdasarkan fungsi-fungsinya, Babinkamtibmas melaksanakan kegiatan-

kegiatan sebagai berikut :

1. Kegiatan-kegiatan penyuluhan masyarakat yang meliputi:

a. Ceramah pada kelompok sosial atau aspek kelompok-kelompok warga

masyarakat;

26
Buku Petunjuk Lapangan, No. Pol : Bujuk lap/17/VII/1997, opcit, hlm 7-8

30
b. Tatap muka dengan tokoh-tokoh masyarakat;

c. Penyebaran brosur selebaran/pamplet dalam Babinkamtibmas Swakarsa;

d. Melakukan sambang atau kunjungan RT/RW, tokoh-tokoh masyarakat,

pusat-pusat keramaian, proyek-proyek pembangunan, pada peristiwa

kemasyarakatan, pada kejahatan masyarakat dan warga masyarakat yang

terkena musibah serta pada lokasi terjadinya gangguan Kamtibmas.

2. Kegiatan penertiban masyarakat meliputi:

a. Mengeluarkan izin keramaian yang bersifat tradisional;

b. Melakukan registrasi dan klasifikasi Pos Kamling;

c. Pengawasan kegiatan baru;

d. Memberi petunjuk tentang penertiban organisasi dan kegiatan

masyarakat dalam Babinkamtibmas;

e. Penertiban kegiatan masyarakat yang dianggap rawan.

3. Kegiatan pendidikan dan latihan masyarakat yang meliputi:

a. Pelaksanaan peragaan tugas awak Pos Kamling

b. Pelatihan pengaturan penjagaan patroli awak Pos Kamling

c. Pelatihan penggunaan kentongan, membunyikan tanda bahaya (alarm)

d. Pelatihan PBB Hansip dan Kamra

e. Pelatihan penyampaian pelaporan tertulis, lisan atau dengan Alkom (Orari)

f. Pelatihan PKS/Pramuka

g. Pelatihan penanggulangan kebakaran

h. Pelatihan penangkapan tersangka

i. Pelatihan pengaturan/penertiban lalu lintas

31
j. Peragaan pengamanan TKP

k. Simulasi tentang Kamtibmas

i. Melakukan kegiatan terpadu dengan pelaksanaan program pendidikan dan

latihan masyarakat Depdikbud didesa/kelurahan

m. Membentuk, melatih dan menggiatkan kelompok-kelompok sadar

Kamtibmas ditiap-tiap desa/kelurahan

4. Kegiatan rehabilitasi masyarakat meliputi:

a. Pembinaan tuna social:

1. Wanita Tuna Susila (WTS)

2. Gelandangan dan Pengemis

3. Mantan napi dan Residivis

4. Kenakalan remaja

b. Membantu melaksanakan penanggulangan akibat kecelakaan, wabah dan

bencana alam.

5. Kegiatan pengumpulan pendapat masyarakat meliputi:

a. Menerima informasi laporan dan atau pengaduan masyarakat tentang

sesuatu yang berkaitan dengan masalah-masalah Kamtibmas

b. Observasi

c. Penyebaran angket

d. Wawancara

e. Penyampaian hasil informasi

6. Kegiatan umum Kepolisian dalam rangka pelayanan dan perlindungan

masyarakat seperti:

32
a. Tindakan pertama pada kasus tertangkap tangan

b. Tindakan pertama ditempat kejadian perkara (TPTKP)

c. Menegur dan atau memberhentikan orang yang dicurigai

d. Membantu mencari tersangka, saksi dan barang bukti perkara kriminal

e. Melaksanakan kegiatan koordinasi yang meliputi :

1. Musyawarah desa

2. Rapat teknis

3. Temu wicara

4. Rapat koordinasi dengan pihak terkait

C. Dasar-dasar Kebijaksanaan Penugasan

Bahwa pemberdayaan Bintara Polri Pembina Keamanan dan Ketertiban

Masyarakat secara Optimal, sebagai agen terdepan dalam mengemban peran Polri

selaku Pembina Kamtibmas di desa/kelurahan dalam rangka menunjang

terwujudnya stabilitas Kamtibmas yang aman dan dinamis, maka harapan yang

diinginkan pirnpinan bahwa seorang Babinkamtibmas itu:

1. Agen terdepan dalam mengemban peran Polri sebagai Pembina Kamtibmas

selaku pelindung, pengayom, pelayan dan penegak hukum di tengah-tengah

masyarakat

2. Agen terdepan dalam meningkatkan kesadaran dan kepatuhan hukum serta

peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembinaan kamtibmas melalui

pengamanan lingkungan.

33
3. Menyelenggarakan upaya pemeliharaan dan peningkatan ketaatan, kepatuhan

dan kesadaran terhadap Hukum/Perundang-undangan dan norma-norma sosial

lainnya.

4. Menyelenggarakan upaya pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli

untuk mencegah dan mengurangi kesempatan terjadinya gangguan kamtibmas

dan pelanggaran hukum.

5. Mengutamakan tindakan persuasif terhadap aksi unjuk rasa yang terjadi dan

demokratis serta mencegah tindakan anarkis.

C.1. Undang-undang dan Peraturan Perundang-undangan

a. Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia

b. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan Daerah.

c. Undang-undang Nomor 3 tahun 2002 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Pertahanan dan Keamanan Negara.

d. Ketetapan MPR RI tentang Garis-garis Besar Haluan Negara.

C.2. Keputusan - keputusan Kapolri

a. Keputusan Kapolri No. Pol : Kep/11/XII/1993 tanggal 31 Desember 1993

tentang Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Badan-badan pada tingkat

Markas kepolisian Negara Republik Indonesia.

34
b. Keputusan Kapolri No. Pol : Kep/14/XII/1993 tanggal 31 desember 1993

tentang Penyempurnaan Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Badan-badan

pada Tingkat Kewilayahan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

c. Keputusan Kapolri No. Pol : Kep/10/X/1993 tanggal 30 Oktober 1993

tentang Strategi Peningkatan Kualitas Pelayanan Polri.

d. Keputusan Kapolri No. Pol : Kep/11/XI/1995 tanggal 17 Nopember 1995

tentang Stratifikasi Buku Petunjuk (Bukjab) di lingkungan Polri.

e. Buku Petunjuk Administrasi No. Pol : Jukmin/02/VII/1995 tanggal 28 Juli

1995 tentang Tata cara penataran, penyusunan, pengesahan, penertiban dan

pendistribusian serta pemasyarakatan piranti lunak di lingkungan Polri.

f. Petunjuk Pelaksanaan Kapolri No. Pol : Juklak/10/III/1992 tanggal 28 Maret

1992 tentang Bintara Polsek pembina kamtibmas di desa/kelurahan.

g. Surat Telegram Kapolri No. Pol: STR/172/1997 tanggal 2 April 1997.

h. Surat Telegram Kapolri No. Pol: STR/186/1997 tanggal 5 Mei 1997

D. Macam-macam Gangguan Kamtibmas

Berbagai macam gangguan Kamtibmas diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Kenakalan remaja.

Adalah semua perbuatan yang melanggar hukum dan norma-norma sosial

dilakukan oleh mereka yang belum dewasa (belum cukup 21 tahun dan belum

pernah menikah).

35
b. Penyalahgunaan narkotika, obat dan minuman keras.

Adalah perbuatan melawan/melanggar hukum yang diatur dalam Undang-

undang No. 9 tahun 1976 dan Undang-undang tentang obat dan minuman

keras.

c. Gelandangan dan pengemis.

Adalah orang-orang yang berkeliaran di tempat umum dan di jalan-jalan dan

umumnya tidak menentukan tempatnya tidak mempunyai pekerjaan tetap,

hidup dari praktek-praktek pengumpulan barang-barang bekas untuk dijual,

meminta-minta dan mengharap belas kasih orang lain.

d. Wanita Tuna Susila (WTS).

Adalah orang-orang (wanita) yang melakukan praktek-praktek asusila sebagai

mata pencaharian ataupun sebagai kesenangan.

e. Pomografi.

Adalah penampilan bentuk-bentuk tertentu, tulisan, gambaran atau suara-suara

yang menonjolkan alat kelamin atau perbuatan hubungan kelamin manusia

dengan manusia atau manusia dengan hewan .

f. Film untuk pertunjukan umum.

Adalah gambaran bergerak atau tanpa suara dan disajikan sebagai tontonan

umum dengan membayar atau tidak .

36
g. Tertib lalu lintas.

Adalah situasi yang menggambarkan kesadaran dan kepatuhan dari pemakai

jalan kepada peraturan perundang-undangan tentang lalu lintas.

h. Ex G.30.S/PKI.

Adalah orang-orang yang dinyatakan pernah terlibat secara langsung atau

tidak langsung dalam pemberontakan G.30.S/PKI.

i. Pertentangan suku, agama, ras dan antar Golongan.

Adalah situasi/kondisi adanya pertentangan/permusuhan antar suku, antar

agama, antar ras, antar golongan baik secara langsung maupun tidak langsung

dapat mengganggu kamtibmas dan merugikan mereka yang saling

bermusuhan.

j. Bahaya kebakaran.

Adalah adanya suatu musibah dari suatu peristiwa kebakaran baik karena

perbuatan tindak pidana (adanya unsur kesengajaan) atau unsur kelalaian dan

menimbulkan perbuatan tindak pidana.

k. Bencana alam.

Adalah suatu peristiwa/kejadian yang terjadi secara tiba-tiba dan

menimbulkan kerugian besar berupa harta benda dan jiwa manusia secara

langsung maupun tidak langsung.

37
l. Bencana wabah penyakit

Adalah suatu keadaan/kondisi dimana sejumlah orang terserang penyakit

secara mendadak sehingga menimbulkan sejumlah korban sakit atau

meninggal dunia.

m. Pencemaran lingkungan.

Adalah suatu keadaan dimana lingkungan tertentu tercemar oleh berbagai

perbuatan manusia baik disengaja maupun tidak sengaja yang mengakibatkan

dampak negatif bagi manusia, flora dan fauna.

n. Sengketa tanah.

Adalah ketidaksesuaian sikap dan pandangan dari dua pihak atau lebih

terhadap sebidang atau beberapa bidang tanah yang diikuti misalnya kasus

perdata/pidana.

o. Kejahatan dengan kekerasan.

Adalah kejahatan yang dilakukan dengan atau alat yang sifatnya sedemikian

kuat/besar dengan maksud untuk menundukkan perlawanan sehingga dapat

mengakibatkan hutangnya, harta benda, hutang jiwa atau cideranya seseorang

(perhatikan KUHP).

38
p. Kelompok-kelompok masyarakat yang menganut aliran kepercayaan

kebatinan.

Adalah orang-orang yang menganut suatu agama atau tidak menganut agama

tetapi mengaku berKetuhanan yang Maha Esa, pada umumnya berlainan atau

berbeda dengan ajaran agama besar yang diakui pemerintah.

q. Transmigrasi.

Adalah perpindahan sejumlah masyarakat dan suatu daerah ke daerah lain

yang diatur oleh pemerintah ataupun secara swakarsa (usaha sejumlah

masyarakat sendiri).

r. Pariwisata.

Adalah orang-orang yang datang ke suatu tempat dalam tujuan berlibur,

berekreasi atau bersenang-senang serta tempat/objek/bangunan yang

digunakan untuk orang berlibur, berekreasi dan bersenang-senang.

s. Perbankan.

Dengan adanya diregulasi masalah perbankan dapat menimbulkan keresahan

masyarakat dengan adanya bank yang tidak sehat, serta persaingan dalam

perbuatan manager dan usaha. 27

27
Teknik-teknik Kegiatan Bimmas. No. Pol : Skep/03/V/1993. hlm 12-14

39
E. Cara Bertindak Dalam Menghadapi Gangguan Kamtibmas

A. Preventif.

Upaya terpadu dalam mencegah dan menghilangkan faktor-faktor korelatif

kriminogen yang mungkin lahir sebagai dampak negatif dari pembangunan.

B. Edukatif.

Upaya terpadu untuk mendidik masyarakat agar menjadi warga negara

yang taat pada hukum (Law abiding citizens) dan mendidik masyarakat agar

secara swakarsa mampu mengamankan diri sendiri dan lingkungannya (tidak

menjadi pelaku maupun korban kejahatan).

C. Rehabilitasi.

Upaya terpadu dalam upaya rehabilitasi individu dan kelompok terhadap

pelaku seperti remaja nakal, bebas terhukum, serta rehabilitasi sosial yakni

mengembalikan keamanan dan ketertiban masyarakat yang terganggu karena

bencana alam, perang atau bantuan sosial kadar tinggi seperti SARA. 28

28
Ibid.

40
BAB III

STRUKTUR ORGANISASI DAN TUGAS BABINKAMTIBMAS

DIPOLSEKTA BABAKAN CIPARAY

A. Susunan Organisasi Kepolisian Sektor Kota Babakan Ciparay

Dalam ruang lingkup Polsekta Kapolsek merupakan pimpinan tertinggi

dan pengendali segala kegiatan yang ada diwilayahnya dan diwakili oleh seorang

Wakapolsek yang dalam hal ini harus mewakili kegiatan Kapolsek apabila

Kapolsek tersebut berhalangan hadir, dan selanjutnya membawahi Staf (Taud),

SPK, Kanit Intel, Kanit Serse, Babinkamtibmas, Kanit Patroli dan Kanit Lantas.

dan apabila bentuk kedalam bagan yaitu bentuknya sebagai berikut:

41
Jadi apabila kita melihat bagan di atas, bahwa posisi Babinkamtibmas

adalah sejajar dengan para Kanit yang pangkatnya rata-rata perwira, dan dalam

penugasannya anggota Babinkamtibmas itu tidak mempunyai bawahan dan sistem

pelaporannya juga langsung ke atasan yaitu Wakapolsek dan berjenjang ke

Kapolsek.

B. Kedudukan Babinkamtibmas dipolsekta Babakan Ciparay

Berdasarkan struktur organisasi di atas terlihat bahwa fungsi

Babinkamtibmas berperan langsung dalam arti menyentuh langsung ke

masyarakat.

Disamping itu Anggota Babinkamtibmas juga berkedudukan sebagai:

1. Bintara Polsek pembina Kamtibmas di kelurahan sebagai ujung tombaknya

polsek yang berkedudukan di Mapolsek.

2. Bintara Polsek Pembina Kamtibmas di Kelurahan adalah unsur-unsur unit

opsnal dan untuk administrasi Polsek yang terpilih dan disiapkan serta

ditugaskan dengan surat perintah atas yang berhak. 29

C. Pelaksanaan Tugas Babinkamtibmas Dipolsekta Babakan Ciparay

Dalam pelaksanaan tugas dilapangan sebagai anggota Babinkamtibmas

harus melakukan beberapa hal antara lain:

1. Sebelum melakukan tugas pokok, peranan, fungsi serta kewajiban dan

tanggung jawabnya sebagai Bintara pembina Kamtibmas di kelurahan sesuai

29
Ibid. hlm 28.

42
juklak No. Pol. : Juklak/14/X/1990 harus memperkenalkan diri terlebih dahulu

kepada kepala desa beserta perangkatnya, kepada pembina desa dari koramil

dan tokoh-tokoh masyarakat setempat.

2. Dalam melakukan pendekatan semua bentuk komunikasi yang disampaikan

atau yang ditampilkan hendaklah bersifat:

a. Informatif artinya menjelaskan sesuatu secara tepat, cepat dan benar.

b. Persuasif artinya dilakukan dengan cara yang baik, memikat hati, bujukan,

ajakan, pujian dan sebagainya.

c. Motitatif artinya memberikan harapan-harapan kepada masyarakat dan

mendorong untuk bisa berbuat sesuatu yang bersifat positif.

d. Komutatif dengan pola. 3 S (senyum, sapa dan salam) yaitu komunikasi

yang ramah, sopan, sesuai norma yang berlaku di wilayah tugas masing-

masing, terbuka dan akrab.

3. Sesudah melakukan perkenalan, pendekatan-pendekatan maka bintara yang

bersangkutan melakukan pendekatan tentang:

a. Faktor Korelatif Kriminologen

b. Police Hazard yang statis maupun dinamis

c. Ancaman faktual yang ada atau terjadi di kelurahan tugasnya.

4. Kegiatan-kegiatan:

Bintara Polri yang bersangkutan melaksanakan kegiatan-kegiatan dari fungsi-

fungsi Polri sebagai berikut

a. Fungsi Intelpampol

43
1). Melakukan pendataan tentang faktor-faktor Korelatif kriminologen,

Police Hazard dan ancaman faktual.

2). Mengungkapkan atau membantu latar belakang suatu kasus kriminal

yang terjadi di wilayah tempat ia bertugas.

3). Pengamanan kegiatan masyarakat dan pengamanan penyalahgunaan

senjata api, senjata tajam dan bahan peledak dimana penanganan

kasusnya diserahkan kepada polsek/Polres.

b. Fungsi Reserse

1). Wajib melakukan penangkapan terhadap tersangka dalam keadaan

tertangkap tangan kemudian segera menyerahkan kepada unit serse

polsek.

2). Membantu pelaksanaan tugas reserse dalam menentukan lokasi-lokasi

rawan dan menerima informasi tentang orang-orang yang dicurigai.

3). Membantu proses penyidikan perkara selanjutnya seperti:

a) Melaporkan setiap adanya tindak pidana.

b) Mengamankan TKP dan barang bukti.

c) Membantu menemukan saksi atau tersangka dan barang bukti.

c. Fungsi Sabhara dan Lalu Lintas

1). Menerima laporan dari masyarakat tentang adanya peristiwa gangguan

kamtibmas.

2). Memberi bantuan dalam tugas-tugas patroli, pengawalan tersangka,

tamu VIP di kelurahan dan tokoh-tokoh masyarakat.

d. Fungsi Bimmas

44
1) Komunikasi sosial

a). Melakukan penerangan dan penyuluhan pada masyarakat tentang:

1). Hukum yang berkaitan dengan bidang tugas dan wewenang

Polri.

2). Masalah-masalah, kamtibmas di kelurahan dan cara

pencegahannya.

3). Hak, Kewajiban dan tanggung jawab masyarakat dalam proses

peradilan.

4). Pelayanan Polri pada Masyarakat (SIM, STNK, SKKB) ijin

keramaian, pelaporan kasus pidana dan permintaan bantuan

polisi.

b). Membina hubungan baik dan rasa simpatik masyarakat pada Polri

c). Dalam rangka tersebut huruf a) dan b) diatas:

1. Melaksanakan sambang/kunjungan pada RT/RW, Tokoh-tokoh

masyarakat, pusat keramaian, proyek-proyek fital lokasi

terjadinya peristiwa-peristiwa, pada hajatan masyarakat dan

pada masyarakat yang terkena musibah.

2. Melakukan tatap muka dengan tokoh-tokoh masyarakat,

dengan eks napi, eks G 30 S PKI, dengan murid sekolah,

pegawai negeri, guru-guru dan pengurus serta anggota

kemasyarakatan dan kelompok-kelompok masyarakat.

3. Memberikan ceramah-ceramah pada organisasi sosial atau

kelompok masyarakat.

45
2) Pelayanan dan bantuan masyarakat.

a. Memberikan atau melakukan konsultasi, pengarahan dan saran

penyelesaian masalah sosial dan keamanan dalam warga

masyarakat.

b. Membantu pelapor atau pengajuan dalam kasus pidana.

3) Pendidikan dan pelatihan masyarakat.

a. Melakukan kegiatan terpadu dengan pelaksanaan program diklat

masyarakat Depdikbud di kelurahan dalam rangka pembinaan

kamtibmas.

b. Melakukan simulasi pada masyarakat tentang pembinaan

siskamling dan masalah-masalah kamtibmas.

c. Melakukan latihan dalam siskamswakarsa

d. Mengadakan, mengingatkan latihan-latihan kepramukaan

e. Mengingatkan latihan-latihan PKS di SD tertentu

4) Melaksanakan fungsi-fungsi ABRI secara terbatas yaitu:

a. Membantu kelancaran pelaksanaan AMD.

b. Membantu tugas-tugas pembinaan teritorial bila diperlukan.

c. Membantu kelancaran tugas-tugas pembinaan dan pembangunan

desa bila diperlukan.

d. Membantu kegiatan perlindungan dan penyelamatan masyarakat.

e. Membantu pelaksanaan pendidikan pendahuluan bela negara pada

SD dan SMP tokoh-tokoh masyarakat dan kelompok masyarakat

secara terpadu dengan Babinsa dan kepada kelurahan.

46
5) Mekanisme pelaksanaan tugas.

1. Minimal tiap tiga hari dan maksimal tujuh hari harus berada di

kelurahan tempat tugasnya, bagi mereka yang berdomisili dan

kelurahan tempat ia bertugas.

2. Setelah ia kembali ke Polsek maksimal 2 hari untuk memberikan

laporan kepada Kapolsek dan menerima pengarahan dari Kapolsek

serta menyusun jadwal kegiatan baru.

3. Apabila Babinkamtibmas dibebani daerah lebih dari satu

kelurahan, maka kelurahan tersebut digilir tiap tiga hari atau tujuh

hari dan berturut-turut setelah tersebut angka 17 huruf b diatas

dilaksanakan.

4. Apabila Bintara tersebut bertugas maka ia harus berada ditempat

tertentu pada waktu tertentu yang diketahui secara luas oleh

masyarakat.

5. Dari tempat ngepos tersebut yang melakukan sambang secara

bergilir ke kampung/dusun, RT/RW atau tempat tempat tertentu

yang perlu dikunjungi.

6. Babinkamtibmas yang tempat tinggalnya berdekatan dengan

kelurahan tugasnya, dapat melakukan kegiatan pembinaan dengan

sistim sambang secara bergilir dan teratur. 30

30
Ibid. hlm 31

47
D. Langkah Operasional Penugasan Babinkamtibmas

Seorang anggota Babinkamtibmas dalam melaksanakan tugasnya harus

berpegang pada prosedur yang telah ada, sesuai dengan Petunjuk, Perintah dan

arahan dan pimpinan, yang dalam hal ini adalah Kapolsek.

Disamping hal di atas anggota Babinkamtibmas juga harus melaksanakan

penugasan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Tatap muka dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, ormas-ormas yang ada,

dan LSM yang ada.

b. Memberikan ceramah atau penyuluhan kepada warga masyarakat.

c. Melakukan sambang atau kunjungan RT/RW, tokoh masyarakat, tempat-

tempat keramaian, proyek pembangunan, warga masyarakat yang kena

musibah, hajatan masyarakat serta pada lokasi terjadinya peristiwa gangguan

kamtibmas.

d. Memberikan pengayoman, perlindungan, dan pelayanan terhadap warga

masyarakat.

e. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai hukum.

f. Membina partisipasi masyarakat dalam rangka pembinaan kamtibmas secara

swakarsa di kelurahan.

g. Menampung segala pengaduan/ informasi tentang gangguan kamtibmas.

48
BAB IV

ANALISIS PERAN ANGGOTA BINTARA POLRI PEMBINA

KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT DALAM

MENANGANI TINDAK PIDANA YANG TERJADI DI WILAYAH

POLSEKTA BABAKAN CIPARAY DIHUBUNGKAN DENGAN

UU NO. 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN

A. Peran Anggota Babinkamtibmas Dalam Menangani Tindak Pidana Di

Wilayah Polsekta Babakan Ciparay

Berdasarkan Undang-undang No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Pasal

(1) ayat (1), yang dimaksud dengan kepolisian adalah :

Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan

lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia menurut

Undang-undang No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Pasal 2 adalah:

a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

b. menegakkan hukum; dan

c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Tugas pokok kepolisian tersebut melahirkan ruang lingkup tugas

kepolisian yang beraneka ragam yang didasarkan pada bidang kesatuan yang ada

49
dalam kepolisian. Salah satu bidang kesatuan dalam kepolisian adalah

Babinkamtibmas.

Babinkamtibmas adalah Bintara Polri yang disiapkan dan ditugaskan

sebagai pembina Keamanan dan Ketertiban masyarakat didesa/kelurahan tertentu,

berdasarkan Surat Keputusan Kapolda sebagai pengendali administrasi dan dalam

penguasaannya dibawah kendali Kapolsek setempat dengan ruang lingkup tugas :

a. Membina kesadaran hukum masyarakat desa/kelurahan tentang:

1. Kedudukan, tugas, wewenang, fungsi dan peranan Polri;

2. Sangsi-sangsi pidana dan proses pemidanaan;

3. Hak dan kewajiban warga masyarakat dalam penegakan hukum.

b. Membina kesadaran, keamanan dan ketertiban masyarakat desa/kelurahan

tentang

1. Masalah-masalah Kamtibmas;

2. Sebab-sebab timbulnya gangguan Kamtibmas;

3. Membina partisipasi masyarakat dalam rangka pembinaan

Kamtibmas secara swakarsa didesa/kelurahan.

c. Membina partisipasi masyarakat dalam rangka pembinaan Kamtibmas secara

swakarsa didesa/kelurahan.

Sesuai dengan tugasnya anggota Babinkamtibmas mempunyai peran

sebagai pembimbing masyarakat bagi terwujudnya kesadaran hukum, kesadaran

tentang pentingnya kamtibmas dan partisipasi masyarakat dalam pembinaan

50
kamtibmas di desa/kelurahan. Sebagai pelindung, pengayom dan pelayan

masyarakat bagi terwujudnya rasa tentram di masyarakat desa/kelurahan.

Tugas anggota Babinkamtibmas tersebut sering mendapatkan kendala-

kendala yang membuat tugas anggota Babinkamtibmas tersebut menjadi

terhambat. Kendala yang dihadapi oleh anggota Babinkamtibmas dalam

menjalankan tugas dan wewenang sehari-hari yaitu Letak wilayah yang akan

dikontrol susah dijangkau, dalam arti bahwa jalan yang dilaluinya susah untuk

dilewati oleh kendaraan bermotor, cara berpikir masyarakat yang bersifat kolot,

dalam arti bahwa dalam penyelesaian masalah masih menggunakan otot atau

kekerasan dengan menonjolkan egonya masing-masing sehingga susah untuk

mencari penyelesaian.

Selain itu Masih adanya sifat masyarakat yang takut apabila didatangi

oleh Polisi padahal cuma untuk diminta informasinya dan kadang masyarakat

suka menutup-nutupi kesalahan seseorang karena takut dirinya terlibat dalam

kasus tersebut.

Masih terbatasnya media teknologi sehingga kinerja kepolisian seringkali

lambat dalam menyelesaikan suatu kasus yang sedang dihadapi, media tersebut

contohnya adalah komputer. Hal ini terjadi di Polsekta Babakan Ciparay, padahal

komputer sangat dibutuhkan untuk pembuatan laporan, baik laporan mingguan

maupun laporan bulanan. Belum adanya anggaran untuk biaya perawatan

kendaraan inventaris dan solusinya dengan mengeluarkan dari dompet sendiri.

51
Babinkamtibmas dalam menyelesaikan masalahnya haruslah bersifat

persuasif yaitu dilakukan dengan cara yang baik, memikat hati, bersifat bujukan,

ajakan dan pujian sekalipun, sehingga warga mendapatkan penyelesaian yang

baik.

Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara waktu sebelum

ditangani oleh pihak yang berwenang atau dalam hal ini dilanjutkan kedalam

fungsi reserse guna diadakan berita acara pemeriksaan.

Disamping peran di atas, seorang anggota Babinkamtibmas dalam

menangani gangguan kamtibmas dapat membantu anggota reserse dalam hal

penyelidikan dengan cara memberikan informasi yang tepat, melakukan

penangkapan apabila pelaku tertangkap tangan dan diserahkan kepada fungsi

reserse agar dilanjutkan pemeriksaan, mengamankan Tempat Kejadian Perkara

(TKP) dan mengamankan barang buktinya.

Jadi dalam hal ini, peran seorang anggota Babinkamtibmas dalam

menangani gangguan Kamtibmas sangat penting dan sangat diharapkan sekali

guna kelancaran dalam penugasan fungsi-fungsi lain yang ada di tubuh Polri. Oleh

karena itu anggota Babinkamtibmas harus berusaha untuk menjaga kondisinya

supaya dapat menjalankan tugasnya sehari-hari, karena Babinkamtibmas sangat

diharapkan sekali keberadaannya oleh masyarakat banyak terutama oleh

masyarakat yang awam terhadap hukum.

52
B. Upaya Babinkamtibmas Dalam Menurunkan Tingkat Gangguan

Kamtibmas Di Wilayah Polsekta Babakan Ciparay

Berdasarkan Undang-undang No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Pasal

4 Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan

dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat,

tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan

pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketenteraman masyarakat dengan

menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang

berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan

hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

Berdasarkan No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Pasal 13 tugas dan

wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:

a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

b. menegakkan hukum

c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Tugas dan wewenang kepolisian tersebut menimbulkan tugas kepolisian

yang lebih terspesifikasi, tugas-tugas tersebut yaitu :

53
1. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap

kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

2. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan

kelancaran lalu lintas di jalan;

3. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran

hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan

peraturan perundang-undangan;

4. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

5. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

6. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian

khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan

swakarsa;

7. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai

dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya;

8. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium

forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;

9. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan

hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan

bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

10. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani

oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

11. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya

dalam lingkup tugas kepolisian; serta

54
12. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Babinkamtibmas sebagai salah satu kesatuan yang ada di tubuh Polri

mempunyai tugas pokok membimbing masyarakat bagi terciptanya kondisi yang

menguntungkan, upaya penertiban dan penegakkan hukum, pengayoman, upaya

perlindungan dan pelayanan masyarakat didesa/kelurahan.

Upaya yang dilakukan oleh anggota Babinkamtibmas dalam menurunkan

gangguan kamtibmas adalah mengadakan pengontrolan rutin ke tempat rawan

terjadinya gangguan kamtibmas supaya masyarakat mendapat perlindungan dan

merasa diperhatikan oleh pihak kepolisian. Berupaya memberikan penyuluhan

kepada warga, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, ormas yang ada dan LSM

mengenai pentingnya warga masyarakat mengerti masalah kesadaran hukum dan

bahaya mengkonsumsi narkoba supaya tidak coba-coba mengkonsumsi narkoba.

Mengajak masyarakat untuk ikut serta melaksanakan siskamling dan

menjaga daerahnya supaya tentram, aman dan tidak terjadi tindak kriminalitas.

Memberikan masukan kepada masyarakat agar melaporkan segala kejadian

sekecil apapun kepada pihak Kepolisian agar segala kejadian dapat terawasi dan

daerah itu mendapat perhatian dari pihak kepolisian. Mengadakan pelatihan

kepada anggota Linmas mengenai cara penjagaan dan patroli apabila sedang

melaksanakan siskamling tiap malam, agar terwujudnya daerah yang aman dan

tentram.

Memberikan pengarahan kepada masyarakat agar waspada terhadap segala

hal terutama masalah api yang pada akhir-akhir ini sering terjadi kebakaran, agar

55
tidak lupa mematikan kompor karena itu merupakan sumber kebakaran yang

terbesar.

Memberikan himbauan kepada masyarakat agar selalu waspada terhadap

tamu yang tak dikenal/tamu pendatang, karena banyak kasus yang terjadi dengan

cara si pelaku ngontrak satu rumah atau kos satu kamar dengan tujuan bahwa ia

mengincar salah satu rumah dan dianjurkan untuk melapor kepada RT/RW dalam

waktu 1X24 jam. Memberikan pengarahan agar jangan sampai lupa mengunci

pintu rumah dan apabila bepergian agar keadaan rumah terkunci dengan rapih

serta dititipkan kepada tetangga terdekat supaya mendapat perhatian dari tetangga

tersebut dan yang bepergiannya juga tenang tidak was-was.

Melakukan koordinasi dengan tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh

di wilayah kelurahan yang dibinanya supaya terjalinnya sistem kekeluargaan dan

untuk informasi yang akurat.

Segala sesuatu yang menyangkut cara bertindak pihak aparat Kepolisian

telah diatur dalam Undang-undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian dan

dalam proses pemeriksaan terhadap tersangka dan saksi juga telah diatur dalam

Undang-undang No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

56
BAB V

PENUTUP

Pada bagian penutup skripsi ini, penulis akan memberikan beberapa

simpulan dan saran. simpulan-simpulan tersebut merupakan suatu garis besar

dalam isi skripsi.

A. Simpulan

1. Peran Babinkamtibmass sangat diharapkan oleh masyarakat, karena

masyarakat dapat mengutarakan permasalahannya sehingga mendapatkan

suatu penyelesaian tanpa ada kekerasan, karena tugas Babinkamtibmas

yaitu membina masyarakat supaya hidup tentram dan aman, sesuai dengan

moto Polri yaitu Perlindungan, Pengayoman, dan Pelayanan terhadap

masyarakat yang berfungsi sebagai pembimbing masyarakat bagi

terwujudnya kesadaran hukum, kesadaran tentang pentingnya kamtibmas

dan partisipasi masyarakat dalam pembinaan kamtibmas. Permasalahan

yang sering ada di wilayah Polsekta Babakan Ciparay yaitu kenakalan

remaja seperti pengkonsumsian minuman keras yang akibatnya

menimbulkan terjadinya perkelahian antar warga, sehingga meresahkan

masyarakat.selain kenakalan remaja, masalah lain yang sering timbul di

wilayah Polsekta Babakan Ciparay adalah masalah pencurian, modus

operandi yang sering terjadi adalah pencurian barang-barang warga seperti

57
pakaian yang sedang dijemur, sepatu, bahkan yang belum lama terjadi

adalah pencurian sebuah kendaraan beroda dua (sepeda motor).

2. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Babinkamtibmas supaya terbinanya

daerah yang aman dan tentram tidak mudah, karena diperlukan waktu

yang sangat lama dan membutuhkan pengorbanan yang sangat besar pula.

Salah satu upayanya yaitu melakukan pengontrolan dan penyuluhan

kepada tokoh-tokoh masyarakat, tokoh pemuda, ormas, LSM mengenai

pentingnya kesadaran hukum dan jangan sampai terjerumus kedalam

Narkoba. Melakukan pelatihan terhadap anggota linmas dalam hal

penanganan tindak pidana, penjagaan siskamling dan patroli ke rumah-

rumah penduduk. Selain itu seringnya digalakan pengontrolan-

pengontrolan dilapangan yang sering dipakai untuk melakukan pesta

minuman keras dan juga menginformasikan kepada kios-kios yang

menjual minuman keras supaya dalam waktu-waktu tertentu khususnya

malam hari untuk menutup kiosnya lebih awal supaya keamanan dan

ketertiban masyarakat bisa tercapai.

B. Saran

Saran yang ingin dikemukakan oleh penulis yang berkenaan dengan peran

anggota Babinkamtibmas ini adalah

1. Diharapkan anggota Babinkamtibmas lebih sigap atau cepat dalam

menghadapi suatu permasalahan yang ada di masyarakat.

58
2. Karena pengetahuan masyarakat sekarang lebih maju, maka untuk

mengimbanginya diharapkan pula pengetahuan anggota Babinkamtibmas

lebih tinggi dibanding masyarakatnya sendiri, dengan cara dapat melanjutkan

kuliah ke jenjang perguruan tinggi dan diharapkan banyak menyimak

kemajuan informasi yang ada sekarang ini.

3. Segala tindakan aparat jangan sampai ceroboh dan harus berdasarkan prosedur

yang telah ada, agar tidak ada kasalahan yang dapat merugikan segala pihak

dan diharapkan anggota Babinkamtibmas dapat menjalankan tugasnya dengan

penuh keikhlasan dan rasa tanggung jawab.

4. Diharapkan dan agar pimpinan kepolisian dapat memberikan pelatihan yang

sesuai dengan fungsi Babinkamtibmas dan memberikan sarana dan prasarana

yang layak, karena kalau dilihat dari kerjanya Babinkamtibmas adalah yang

paling lelah dibanding fungsi lain.

5. Diharapkan anggota Babinkamtibmas dapat memberikan dasar-dasar

pemikiran sebagai cara yang efektif dalam penyelesaian permasalahan yang

ada di masyarakat.

59
DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

A. Manshur Effendi, Tempat Hak-Hak Asasi Manusia Dalam Hukum

Internasional/Nasional, Alumni, Bandung, 1980.

Gadik Babinkamtibmas, Tugas, Fungsi, Peran dan Kegiatan Babinkamtibmas di

Desa dan Kelurahan, 2003.

Gadik, Buku Petunjuk Lapangan, No.Pol : Bujuklap/17/VII/1997.

Mochtar Kusumaatmadja, Pembinaan Hukum Dalam Rangka Pembangunan

Nasional. Bina Cipta, Bandung, 1976.

Rony Hani Tijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia

Indonesia, 1988.

Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengruhi Penegakan Hukum, Jakarta,

Rajawali, 1986.

Subekti dalam Kansil c.s.t, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Imdomesia,

P.N. Balai Pustaka, Jakarta. 1979.

Winarno Surachmad, Pengantar Ilmu Dasar Metode dan Teknik, Tarsito,

Bandung, 1999.

Praturan Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

Anda mungkin juga menyukai