4/Agustus/2013
14
Lex Crimen Vol. II/No. 4/Agustus/2013
15
Lex Crimen Vol. II/No. 4/Agustus/2013
mempertahankan hukum itu adalah Negara a. secara terbuka penyelidikan ini dilakukan
yang, diwakili oleh penyidik dan penuntut apabila keterangan-keterangan/data-
umum. Dengan demikian hukum pidana data/bukti- bukti yang diperlukan mudah
bersifat memaksa (dwangen recht), artinya untuk didapatkan dan dengan cara
terjadi atau tidaknya perkara pidana sama tersebut dianggap tidak akan
sekali tidak tergantung dari pribadi-pribadi, mengganggu dan menghambat proses
akan tetapi tergantung kepada penyidik penyelidikan selanjutnya.
dan penuntut umum, terkecuali dalam hal b. Pihak penyelidikpun harus
ini tindak pidana aduan. Peranan korban memperlihatkan tanda pengenal diri
yang melapor atau mengadu kepada mereka sesuai yang tercantum dalam
penyidik atau yang berwajib tidaklah pasal 104 KUHAP dalam melakukan
menentukan diteruskan atau tidaknya penyelidikannya.
perkara, kecuali dalam hal tindak pidana c. Penyelidikan secara tertutup, dimana
aduan peranan korban yang menderita penyelidikan ini biasanya digunakan
atau tercemar atau mendapat malu akibat dalam dunia intelijen dan penyelidik
terjadinya tindak pidana itu menentukan. harus dapat menghindarkan diri dari
Artinya dalam tindak pidana aduan (clachk tindakan-tindakan yang bertentangan
delick) diteruskan atau tidaknya perkara dengan ketentuan Undang-Undang.
tergantung yang menderita rugi, atau malu. Supaya tujuan dari penyelidikan dapat
Dalam hal ini perlu dipertimbangkan antara tercapai sesuai rencana maka sebelum
besarnya kepentingan umum yang melakukan kegiatan penyelidik terlebih
dirugikan akibat dituntutnya tindak pidana dahulu disusun rencana penyelidikan agar
itu. lebih terarah dan terkendali dengan baik.
Tujuan Penyelidikan dari pada Rencana penyelidikan tersebut memuat
penyelidikan adalah untuk mendapatkan tentang:
atau mengumpulkan keterangan, bukti atau - Sumber informasi yang perlu dihubungi
data-data yang digunakan untuk (orang, instansi, badan, tempat, dan lain-
menentukan apakah suatu peristiwa yang lain).
terjadi merupakan suatu tindak pidana atau - Informasi atau alat bukti apa yang
bukan. Siapa yang dapat dipertanggung dibutuhkan dari sumber tersebut (yang
jawabkan (secara pidana) terhadap tindak bermanfaat untuk pembuktian tindak
pidana tersebut. pidana).
Agar dapat diadakan penindakan - Petugas pelaksana.
penyelidik memerlukan persiapan untuk - Batas waktu kegiatan.
menentukan sasaran penyelidikan yang Melalui laporan hasil Penyelidikan,
diantaranya adalah sebagai berikut : setelah penyelidikan selesai dilakukan,
- Orang yang diduga telah melakukan penyelidik mengolah data-data yang telah
tindak pidana. terkumpul dan kemudian disusun suatu
- Benda/barang/surat yang dipergunakan laporan hasil penyelidikan yang memuat :
untuk melakakukan kejahatan yang dapat sumber data atau keterangan, data atau
dipergunakan untuk mengadakan keterangan apa yang diperoleh dari setiap
penyidikan maupun untuk barang bukti sumber tersebut; barang bukti, selanjutnya
dalam sidang pengadilan. dianalisa untuk mendapatkan kesimpulan
- Tempat/bangunan/alat angkut dimana tentang benar tidaknya terjadi tindak
suatu kejahatan telah dilakukan. pidana dan siapa pelakunya. Sebagai
Untuk melakukan penyelidikan dapat sasarannya tentang tindakan-tindakan apa
dilakukan dengan cara sebagai berikut : yang perlu dilakukan dalam tahap
penyelidikan selanjutnya.
16
Lex Crimen Vol. II/No. 4/Agustus/2013
17
Lex Crimen Vol. II/No. 4/Agustus/2013
penyelidikan. Namun dalam hal melakukan KUHP). Pejabat Penyidik adalah pejabat
penyelidikan, seorang penyelidik polisi negara Republik Indonesia atau
mempunyai kewajiban untuk menunjukkan pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang
tanda pengenalnya guna menghindari diberi wewenang khusus oleh Undang-
adanya penyalahgunaan dari pihak-pihak Undang untuk melakukan penyidikan.
yang tidak bertanggung jawab (pasal 104 Dalam melakukan penyidikan, pejabat
KUHAP). Selain itu, meskipun seorang penyidik dibantu oleh pejabat penyidik,
penyelidik dalam tugas penyelidikan tidak yaitu pejabat kepolisian negara Republik
ada aturan untuk menunjukkan surat Indonesia yang karena diberi wewenang
perintah, namun dalam hal etika seorang tertentu dapat melakukan tugas penyidikan
penyelidik diharapkan dapat menunjukkan yang diatur dalam Undang-Undang ini
surat perintah kecuali dalam hal yang tidak (KUHAP). Seorang penyidik dapat
memungkinkan mencari surat perintah, melakukan pemeriksaan, penyitaan,
salah satu contohnya adalah sidak. bahkan penangkapan dalam rangka
Tindakan lain menurut hukum, bagi melakukan penyidikan, bahwa penyidik
seorang penyelidik dalam rangka adalah pejabat polisi negara Republik
melakukan penyelidikan mempunyai Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil
wewenang untuk melakukan tindakan- tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
tindakan untuk mempermudah Undang-Undang untuk melakukan
penyelidikan selama tidak bertentangan penyidikan. Di sini terdapat perbedaan
dengan Undang-Undang. Tindakan- antara penyelidik dan penyidik, penyelidik
tindakan pemaksaan dalam rangka hanya terdiri dari anggota kepolisian,
penyelidikan diperbolehkan asalkan sesuai sedangkan penyidik selain pejabat
dengan proses penyelidikan. Misalnya kepolisian, penyidik dapat berasal dari
adalah penggeledahan pakaian. unsur pegawai negeri sipil tertentu di luar
Wewenang penyelidik yang dimasudkan kepolisian yang diberi wewenang khusus
pada Pasal 105 KUHAP “dalam oleh Undang-undang.
melaksanakan penyelidikan, penyelidik Pemeriksaan baik terhadap tersangka,
dikoordinasi, diawasi, dan diberi petunjuk saksi dan lain-lain yang berhubungan
oleh penyidik”. Secara teknis, wewenang dengannya merupakan salah satu tahap
penyelidik adalah sebagai berikut: dalam pemeriksaan pendahuluan. Obyek
- Penangkapan, larangan meninggalkan dalam pemeriksaan tersangka adalah
tempat, penggeledahan, dan penyitaan. tersangka. Sesuai dengan KUHAP pasal 1
- Pemeriksaan dan penyitaan surat. pendahuluan poin 14 menyebutkan bahwa
- Mengambil sidik jari dan memotret tersangka adalah seorang yang karena
seseorang. perbuatannya atau keadaannya
- Membawa dan menghadapkan seseorang berdasarkan bukti permulaan patut diduga
kepada penyidik. sebagai pelaku tindak pidana. Di sini dapat
Sebagaimana yang telah dijelaskan di diketahui bahwa tersangka belum tentu
awal, bahwa salah satu proses pemeriksaan merupakan pelaku tindak pidana, karena
pendahuluan adalah penyidikan. predikat tersangka ditujukan kepada
Penyidikan adalah serangkaian tindakan seorang yang diduga melakukan tindak
penyidik dalam hal dan menurut cara yang pidana bukan pelaku tindak pidana.
diatur dalam undang-undang ini untuk Pemeriksaan saksi dan ahli Saksi adalah
mencari serta mengumpulkan bukti yang orang yang dapat memberikan keterangan
dengan bukti itu membuat terang tentang guna kepentingan penyidikan, penuntutan
tindak pidana yang terjadi dan guna dan peradilan tentang suatu perkara pidana
menemukan tersangkanya. (pasal 1 butir 2 yang ia dengar sendiri, ia Iihat sendiri dan ia
18
Lex Crimen Vol. II/No. 4/Agustus/2013
alami sendiri (pasal 1 poin 26). Sedangkan kecuali bila disebabkan karena harkat serta
keterangan saksi adalah adalah salah satu martabat, pekerjaan atau jabatannya yang
alat bukti dalam perkara pidana yang mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat
berupa keterangan dari saksi mengenai menolak untuk memberikan keterangan
suatu peristiwa pidana yang ia dengar yang diminta. Dengan kata lain tidak semua
sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri ahli dalam suatu bidang keilmuan dapat
dengan menyebut alasan dan diminta sebagai saksi karena alasan kode
pengetahuannya itu.(poin 27). Keterangan etik profesinya. Beberapa contoh yang
ahli adalah keterangan yang diberikan oleh dikemukakan oleh KUHAP mengenahi
seorang yang memiliki keahlian khusus kesaksian ahli adalah sebagai berikut:
tentang hal yang diperlukan untuk - Tentang asli atau palsunya suatu tulisan
membuat terang suatu perkara pidana atau surat atau dokumen (pasal 132 ayat).
guna kepentingan pemeriksaan. (poin 28). Seorang penyidik dapat meminta kepada
Kesaksian seseorang dalam hal tindak ahli untuk memeriksa surat-surat,
pidana merupakan suatu yang penting, oleh dokumen, atau tulisan yang lain jika diduga
karena itu Undang-Undang memberi kuat bahwa surat dan lain-lain itu palsu.
penegasan terhadap saksi dalam pasal 224 Dalam hal ini, penyidik dapat meminta
KUHP sebagai berikut: Barang siapa dengan kepada instansi terkait agar menyerahkan
sengaja tidak memenuhi perintah Undang- surat dan lain-lain tersebut kepadanya
Undang untuk menyerahkan surat-surat untuk diperiksa keasliannya, jika sampai
yang dianggap palsu atau dipalsukan, atau pada batas waktu yang ditentukan surat
yang harus dipakai untuk dibandingkan belum diserahkan kepadanya, maka ia
dengan surat lain yang dianggap palsu atau dapat mengambilnya (pasal ayat 2 dan 5).
dipalsukan atau yang kebenarannya - Pemeriksaan medis, misalnya otopsi, dan
disangkal atau tidak diakui, diancam: lain-lain (pasal 133 ayat 3). Medis
1. dalam perkara pidana, dengan pidana merupakan tim ahli yang mempunyai peran
penjara paling lama sembilan bulan; penting dalam mengungkap tindak pidana,
2. dalam perkara lain, dengan pidana terutama yang bersinggungan langsung
penjara paling lama enam bulan; dengan badan. Oleh karena itu, tim medis
Terdapat pula saksi yang disebut dengan dapat dijadikan saksi ahli dalam kasus yang
saksi ahli. Sebagaimana yang telah berkaitan dengan medis. Dalam rangka
dijelaskan di awal, saksi adalah orang yang permintaan kepada tim medis sebagai saksi
dipanggil untuk didengarkan keterangannya ahli, permintaan diajukan dalam bentuk
tentang apa yang dia ketahui tentang suatu tertulis dan dengan tegas menyebutkan
tindak pidana. Seorang saksi ahli adalah hal-hal yang diminta diperiksa (pasal 133
orang yang mempunyai keahlian khusus ayat 1 KUHAP)
pada suatu hal yang dapat membantu
penyidikan. Pasal 120 ayat 1 KUHAP Penangkapan dan penahanan
menjelaskan bahwa dalam hal penyidik a. Definisi
menganggap perlu, ia dapat minta Definisi penangkapan dijelaskan dalam
pendapat orang ahli atau orang yang KUHAP butir 20. Penangkapan adalah suatu
memiliki keahlian khusus. Kemudian tindakan penyidik berupa pengekangan
dilanjutkan dengan ayat 2 tentang tata cara sementara waktu kebebasan tersangka
kesaksian sebagai berikut: AhIi tersebut atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti
mengangkat sumpah atau mengucapkan guna kepentingan penyidikan atau
janji di muka penyidik bahwa ia akan penuntutan dan atau peradilan dalam hal
memberi keterangan menurut serta menurut cara yang diatur dalam
pengetahuannya yang sebaik-baiknya Undang-Undang ini. Butir 21 menjelaskan
19
Lex Crimen Vol. II/No. 4/Agustus/2013
penahanan adalah penempatan tersangka antara dua asas, yaitu asas hak asasi
atau terdakwa di tempat tertentu oleh manusia dan asas ketertiban umum. Oleh
penyidik atau penuntut umum atau hakim karena itu, penahanan hanya dapat
dengan penetapannya, dalam hal serta dilakukan jika sangat diperlukan. Selain itu,
menurut cara yang diatur dalam undang- penetapan penahanan tersangka harus
undang ini. Penangkapan dan penahanan berdasarkan pada syarat-syarat sebagai
merupakan salah satu dari wewenang yang berikut:
diberikan kepada penyidik dalam rangka -Syarat obyektif atau disebut juga dengan
menjalankan tugasnya dalam penyidikan. gronden van rechtmatigheid,
Berbeda halnya dengan penyelidik yang -Syarat obyektif adalah dasar penahanan
tidak diperbolehkan dengan serta merta yang ditinjau dari segi tindak pidananya,
melakukan penangkapan tanpa ijin dari yaitu tindak pidana-tindak pidana apa yang
penyidik kecuali pada saat-saat yang telah dapat dikenakan penahanan.
dijelaskan di muka (pasal 16 KUHAP). Syarat subyektif adalah alasan-alasan
Penangkapan dilakukan oleh petugas dari penahanan yang dilihat dari perlu atau
petugas POLRI dengan menunjukkan surat tidaknya seorang tersangka ditahan, hal ini
tugas (kecuali tertangkap tangan (pasal 18 juga dijelaskan dalam pasal 21 ayat 1
ayat 2) ) kepada tersangka dengan sebagai berikut “Perintah penahanan atau
menjelaskan alasan penangkapan dan penahanan lanjutan dilakukan terhadap
uraian tentang tindak pidana yang seorang tersangka atau terdakwa yang
dipersangkakan kepadanya (pasal 18 ayat diduga keras melakukan tindak pidana
1). Surat penagkapan haruslah diserahkan berdasarkan bukti yang cukup, dalam hal
kepada keluarga setelah penangkapan. adanya keadaan yang menimbulkan
(pasal 18 ayat 3). Jangka waktu kekhawatiran bahwa tersangka atau
penangkapan hanya dapat dilakukan dalam terdakwa akan melarikan diri, merusak atau
jangka waktu paling lama satu hari (pasal menghilangkan barang bukti dan atau
19 ayat 1) karena penangkapan dilakukan mengulangi tindak pidana”.
hanya untuk proses penyelidikan dan Hasil pemeriksaan tersangka dan saksi
penyidikan, oleh karena itu, apabila proses oleh penyidik dalam bentuk berita acara
tersebut tidak diperlukan lagi, maka yang dinamakan Berita acara
tersangka harus segera dibebaskan. Setelah tersangka/saksi. Berita acara
tersangka ditangkap, penyidikan harus tersangka/saksi adalah merupakan bagian
segera dilakukan pada hari itu juga (pasal dari berkas yang disampaikan kepada
122 KUHAP). penuntut umum untuk kepentingan
Syarat penangkapan: peradilan.
- Seorang tersangka diduga keras Berita acara ini merupakan
melakukan tindak pidana. catatan/tulisan yang bersifat otentik dibuat
- Dugaan kuat tersebut didasarkan pada dalam bentuk tertentu oleh penyidik atau
permulaan bukti yang cukup. penyidik pembantu dan tersangka dan saksi
- Tersangka telah dipanggil dua kali ahli (orang yang diperiksa) menurut uraian
berturut-turut dan tersangka tidak tindak pidana yang memenuhi unsur-unsur
memenuhi panggilan tersebut (pasal 20 tindak pidana yang disangkakan dengan
KUHAP). menyebut waktu, tempat dan keadaan.
Pada waktu tindak pidana dilakukan,
b. Penahanan sebagaimana definisi yang identitas pemeriksa dan yang diperiksa,
telah dijelaskan, penangkapan yang keterangan yang diperiksa, catatan
merupakan perampasan kemerdekaan mengenai akta dan atau benda atau segala,
bergerak seseorang terdapat pertentangan serta segala sesuatu yang dianggap perlu
20
Lex Crimen Vol. II/No. 4/Agustus/2013
21
Lex Crimen Vol. II/No. 4/Agustus/2013
Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor
2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor
8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
2010 TentangPelaksanaan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana.
22