Anda di halaman 1dari 10

PEMAKAIAN EJAAN DALAM ARTIKEL “DUH...

TIGA BUAH
KAKAO MENYERET MINAH KE MEJA HIJAU...”

Kepada :
Prof. Dr.I Nyoman Suparwa
Oleh:
Ni Made Karti (1904551272)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
DAFTAR ISI

1.
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa adalah alat komunikasi aktif yang digunakan masyarakat. Penggunaan bahasa dapat
berupa lisan maupun tulisan. Tentunya dua cara penggunaan bahasa tersebut jelas berbeda.
Bahasa lisan biasanya digunakan sebagai bahasa yang tidak baku, agar tidak kaku karena
digunakan sebagai bahasa pergaulan. Sedangkan, bahasa yang disampaikan melalui tulisan
sifatnya lebih terikat kaidah-kaidah penulisan bahasa. Kaidah-kaidah ini akan memberikan
nyawa tersendiri bagi tulisan yang dibuat. Tulisan juga akan menjadi lebih terstruktur sehingga
memudahkan orang lain untuk memahami isi tulisan.
Dalam Bahasa Indonesia dikenal tata cara penulisan mulai dari yang sederhana, hingga
kompleks. Salah satunya dimulai dari pemakaian ejaan. Pemakaian ejaan dalam sebuah tulisan
sebagai bahasa komunikasi harus sesuai dengan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
Walaupun pedoman ejaan sudah diterapkan, kenyataannya masih banyak penulis yang belum
paham mengenai ejaan. Kurang terbiasa menggunakkan ejaan yang benar bisa menjadi salah
satu penyebab kekeliruan penggunaan ejaan. Faktor lingkungan penulis juga dapat menjadi
faktor pendukung kurangnya pemahaman penggunaan ejaan yang benar.
Artikel yang diangkat untuk penugasan kali ini adalah artikel mengenai hukum. Menurut
Satjipto Rahardjo, ilmu hukum merupakan ilmu pengetahuan yang menjelaskan dan menelaah
secara rinci hukum. Dari pandangannya, ilmu hukum sendiri mencakup segala hal yang
behubungan dengan hukum, dapat kita lihat cakupan dari ilmu hukum ini sangat luas bahkan
ada yang berpendapat bahwa batas dari ilmu hukum tidak dapat ditentukan. Dipilihnya artikel
berjudul diatas sebagai objek yang dibahas, karena membahas fenomena kasus sosial yang
sudah sering terjadi di masyarakat. Bak pengandaian pensil yang tajam kebawah dan tumpul
keatas, isi artikel hukum ini membuat masyarakat mengambil kesimpulan tersendiri akan hal
itu.
Diluar konteks isi artikel yang menarik, penggunaan ejaannya belum benar sepenuhnya.
Kesalahan-kesalahan dalam ejaan tersebut akan dibahas pada bagian isi penugasan ini.
Sehingga, dapat dijadikan pembelajaran dan meminimalisir kesalahan penggunaan ejaan pada
pembuatan tulisan-tulisan penulis maupun pembaca selanjutnya. Sebagaimana yang telah
diketahui bahwa ejaan bahasa Indonesia telah berkali-kali mengalami perubahan. Pada tahun
1901 ditetapkan peraturan ejaan bahasa Melayu dengan huruf latin berdasarkan rancangan van
Ophuijsen, yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan van Ophuijsen, lalu pada tahun 1947,
ejaan yang berlaku disederhanakan lagi melalui Ejaan Republik atau Ejaan Suwandi, kemudian
pada tahun 1972, bertepatan dengan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia, diresmikan
aturan ejaan baru dengan nama Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Secara umum, EYD
mengatur empath al, yaitu (1) pemakaian huruf, (2) penulisan kata, (3) pemakaian tanda baca,
dan (4) penulisan unsur serapan (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Nomor 4, Tahun
2009, 31 Juli 2009).
Berdasarkan hal itu, penugasan ini dibuat untuk mengkoreksi dan membenahi penggunaan
ejaan dalam artikel yang bersumber dari
https://www.cnbcindonesia.com/news/20190924125628-4-101781/sederet-pasal-
kontroversial-ruu-kuhp-yang-sebabkan-demo-besar berjudul “Duh... Tiga Buah Kakao
Menyeret Minah ke Meja Hijau... . Artikel ini diunggah oleh Kompas.com pada tanggal 19
November 2009, pukul 07.41 WIB. Penggunaan ejaan dalam artikel ini masih belum bisa
dikatakan sepenuhnya benar. Maka dari itu, kesalahan ejaan dalam artikel ini akan dibahas
pada bagian isi penugasan ini. Sehingga, dapat dijadikan pembelajaran dan meminimalisir
kesalahan penggunaan ejaan pada pembuatan tulisan-tulisan penulis maupun pembaca
selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada hakikatnya, ejaan itu adalah konvensi grafis, perjanjian diantara anggota
masyarakat pemakai suatu bahasa untuk menuliskan bahasanya. Bunyi bahasa yang seharusnya
diucapkan diganti dengan lambang-lambang huruf dan tanda-tanda lain (Sukartha, Putrayasa,
dkk, 2019:13). Mustakim (1994: 128) mengemukakan bahwa ejaan adalah ketentuan yang
mengatur penulisan huruf menjadi satuan yang lebih besar berikut penggunaan tanda baca.
Ejaan yang digunakan dalam bahasa Indonesia saat ini dikenal dengan sebutan ejaan yang
disempurnakan (EYD). Ejaan ini ditetapkan pada tahun 1972. Ejaan sebelumnya, seperti ejaan
Ch. A. Van Ophuijsen (1901), ejaan Suwandi (1947), dan ejaan (1966). Fungsi ejaan adalah
sebagai landasan pembakuan tata bahasa, landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, dan
juga sebagai alat penyaring masuknya unsurunsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia.
Selain itu, secara praktis, ejaan berfungsi untuk membantu pembaca dalam memahami dan
mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis (Azwardi 2008: 15).
Mengenai kesalahan dalam berbahasa, Baradja (1981:12) dalam Turistiani (2013:63),
memberikan penjelasan bahwa kesalahan berbahasa adalah terjadinya penyimpangan kaidah
dalam tindak berbahasa, baik secara lisan maupuin tertulis. Penyimpangan itu dibedakan atas
kekeliruan (mistake) dan kesalahan (error). Kekeliruan adalah penyimpangan pemakaian
bahasa yang terjadi tidak secara sistematis. Kekeliruan mengacu pada language performance
yang terjadi karena keterbatasan ingatan, mengeja dalam lafal, keseleo lidah, tekanan
emosional, dan sebagainya. Sebaliknya, kesalahan adalah penyimpangan dalam pemakaian
bahasa yang terjadi secara sistematis. Kesalahan bersifat konsisten dasn menggambarkan
kemampuan si penulis pada tahap tertentu.
Dalam artikel yang diangkat untuk pembahasan ini, ditemukan beberapa kesalahan
penggunaan ejaan diantaranya:
1. Penulisan angka dan lambang
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang
bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Kesalahan penulisan angka dan lambang yang ditemukan dalam artikel ini adalah penulisan
angka untuk menyatakan nilai uang rupiah. Berikut adalah ulasannya:

Ejaan dalam Artikel Ejaan yang Seharusnya

Rp 2.000 Rp2.000,00
Rp 30.000 Rp30.000,00
Rp 7.500 Rp7.500,00
Rp 10.000 Rp10.000,00
Ejaan dalam artikel tersebut salah dan perlu dikoreksi karena Rp bukan singkatan dari
rupiah, melainkan simbol mata uang. Jadi, penulisannya akan menjadi seperti ini: Rp2.000,00
(setelah Rp tidak diikuti titik (.) atau spasi). Hal ini untuk mencegah penambahan angka.
Misalnya Rp 2.000,00 bisa disisipi angka lain, katakanlah 8 sehingga bisa menjadi
Rp82.000.000,00. Sedangkan penggunaan tanda koma didepan dua angka nol terakhir adalah
sebagai penanda desimal. Tampaknya, hal ini kita warisi dari Belanda. Kaidah ini berkebalikan
dengan kaidah yang diterapkan oleh beberapa negara lain di dunia , terutama Amerika Serikat,
yang menggunakan tanda titik sebagai penanda desimal dan tanda koma sebagai pemisah
ribuan.

2. Pemakaian Tanda Baca

Tanda baca adalah tanda yang dipakai dalam sistem ejaan (seperti titik, koma, titik dua).
Tanda baca berguna bagi pembaca untuk membantu memahami setiap bacaan. Tanpa tanda
baca, pembaca akan sulit mengerti maksud dari penulis melalui bacaan itu. Bayangkan saja
apabila tidak ada tanda baca, misalnya saja tanda titik (.), tentu para pembaca kebingungan
menentukan antarhubungan kalimat dan maksud dari kalimat itu karena semuanya tersambung
tanpa jeda. Dengan demikian, tanda baca sangat dibutuhkan dalam sebuah penulisan artikel
sebagai kunci atas apa yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca.

a. Pemakaian tanda baca titik

Didalam penggunaan tanda baca titik, terdapat beberapa penggolongan dalam


penggunaannya, salah satunya adalah tanda baca titik digunakan di akhir kalimat yang bukan
pertanyaan atau seruan. Didalam artikel, ditemukan kesalahan ejaan dalam mengakhiri kalimat.
Yakni, pada kalimat yang berbunyi, (1) “Berapa kerugian atas pencurian itu? Rp 30.000
menurut jaksa, atau Rp 2000 di pasaran!” (2) “Seluruh masyarakat tentunya sangat berharap
rasa keadilan itu ada, dan Ibu Aminah bisa kembali bekerja di kebunnya…” dan pada judul
artikel yaitu “Duh… Tiga Buah Kakao Menyeret Minah ke Meja Hijau…”

Ejaan dalam Artikel Ejaan yang Seharusnya

…pasaran! …pasaran.
…kebunnya… …kebunnya.
…hijau… hijau
Kalimat pertama bukanlah kalimat seruan, maka dari itu salah jika menggunakan tanda
baca seru di akhir kalimatnya. Kalimat kedua dan judul pada artikel bukanlah kalimat yang
belum selesai atau terputus, jadi salah jika menggunakkan tanda elipsis atau tiga tanda titik
yang disusun secara berurutan. Kesalahan ejaan pemakaian tanda baca pada kedua kalimat
tersebut dapat dikoreksi dengan mengganti tanda baca yang salah menjadi tanda baca titik pada
masing-masing akhir atau ujung kedua kalimat tersebut. Sedangkan, kesalahan ejaan pada judul
artikel dapat dikoreksi dengan menghilangkan tiga tanda titik yang mengikuti kata akhir dalam
kalimat judul tersebut, karena pemakaian tanda titik tidak berlaku pada akhir judul.

b. Pemakaian tanda baca koma

Dalam artikel, terdapat kekurangan khususnya dalam pemakaian tanda baca koma.

Ejaan dalam Artikel Ejaan yang Seharusnya


Yakni Yakni,
Ketika itu Ketika itu,
Kekurangan tanda baca tersebut terdapat dalam kalimat, “Yakni memetik tiga buah kakao
seberat 3 kg dari kebun milik PT Rumpun SariAntan 4” juga pada kalimat “Ketika itu dia
mengaku memetik tiga buah kakao matang, dan meninggalkannya di bawah pohon tersebut,
karena akan memanen kedelai di kebunnya. Seharusnya, setelah kata yakni dan kata ketika
itu dibubuhi tanda koma. Tanda koma digunakan di bagian belakang kata atau ungkapan
penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kata.

c. Pemakaian tanda baca petik

Tanda petik memiliki beberapa fungsi, salah satunya untuk mengapit petikan langsung
yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Ejaan yang salah terdapat pada
kalimat “kedua pasal itu antara lain menyatakan bahwa setiap orang tidak boleh merusak kebun
maupun menggunakan lahan kebun hingga menggangu produksi usaha perkebunan” dan
kalimat “…mengatakan, majelis hakim yang menangani kasus Minah dipastikan sudah
menawarkan pengacara kepada Minah. ”

Ejaan dalam Artikel Ejaan yang Seharusnya


...setiap orang tidak boleh... “…setiap orang tidak boleh…”
…majelis hakim yang menangani... “…majelis hakim yang menangani…”
Seharusnya ejaan kalimat tersebut masing-masing dibubuhi tanda baca petik setelah
kata menyatakan bahwa dan kata mengatakan. Konteksnya adalah untuk menceritakan
bahwa ada yang telah atau sedang mengatakan sesuatu, dan kita mengutipnya.
Berdasarkan hasil analisa keseluruhan artikel dalam penggunaan ejaan, ditemukan
kesalahan dalam pemakaian tanda baca dan penulisan angka dan lambang. Jumlah kesalahan
yang dapat ditemukan keseluruhan adalah berjumlah 11 ejaan, yaitu 4 dalam penulisan angka
dan lambang, dan sisanya dalam pemakaian tanda baca, yang dapat digolongkan lagi menjadi;
3 pemakaian tanda baca titik, 2 pemakaian tanda baca koma, dan 2 pemakaian tanda baca petik.
Dari total keseluruhan 801 kata dalam artikel, apabila digunakan rumus persentase:

Maka, akan didapatkan persentase data kuantitatif kesalahan ejaan sebesar 1,37% dan data
kuantitatif ejaan benar sebesar 98,63%

Data Kuantitatif

Benar Salah
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari semua data yang telah ditemukan dalam artikel yang dibahas, dapat diambil
kesimpulan bahwa, hanya sedikit kesalahan penggunaan ejaan dalam artikel ini. Kesalahan
terbanyak terdapat pada penulisan angka dan lambang, karena kesalahannya bersifat sejenis
dan berulang. Kesalahan terbanyak selanjutnya ada pada pemakaian tanda baca titik, dan
selanjutnya diikuti oleh kesalahan tanda baca koma dan tanda baca petik. Sehingga, persentase
data benar sebesar 98,63% dan data salah sebesar 98,63%. Diharapkan, dari hasil yang
diperoleh dari penugasan ini dapat menjadikan pembelajaran dalam penulisan ejaan.
Saran
Setelah dianalisis, ada baiknya dalam menulis harus memperhatikan ejaan dengan benar, agar
kata ataupun kalimat yang dibuat mudah dipahami oleh pembaca. Sehingga, dapat
mempraktekan penggunaan bahasa yang baik dalam teknik penulisan pembaca dan penulis
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Noviandari, Yasinta, 2015, Analisis Kesalahan Ejaan Pada Skripsi Mahasiswa [skripsi].
Yogyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta
Gunawan, I.H. (2017). Analisis Kesalahan Ejaan Pada Makalah Mahasiswa Pendidikan
Ekonomi. EDUKA Jurnal Pendidikan, Hukum dan Bisnis, 1, 2505-5406
shiq4.wordpress.com. (2017, 18 Desember). 3 Aturan: Cara Penulisan Rupiah (Uang) yang
Benar. Diakses pada 20 November 2019, dari
https://shiq4.wordpress.com/2017/12/18/arlturan-cara-penulisan-yang-benar/
academia.edu. Pemakaian Tanda Baca. Diakses pada 20 November 2019, dari
https://www.academia.edu/36393514/Pemakaian_Tanda_Baca

Anda mungkin juga menyukai