Nim: 1904551272
Kelas: D
1. Pembahasan materi kuliah PIH sangat luas dan abstrak. Mengapa demikian? Jelaskan
dan beri contoh!
Pembahasan materi kuliah PIH sangat luas dan abstrak karena memberikan introduksi atau
memperkenalkan segala masalah yang berhubungan dengan hukum, yaitu pengetahuan yang
mempelajari segala seluk beluk dari hukum dalam segala bentuk dan manifestasinya.
Jika dilihat dari metodenya, PIH memberikan uraian secara teoritis analitis yaitu menguraikan
pengertian-pengertian dan konsep-konsep dasar objek secara umum, sehingga ruang lingkupnya
luas dan tidak terbatas. Penjelasannya masih abstrak dan belum terbentuk karena PIH memberikan
uraian secara menyeluruh. Contohnya: sejarah terbentuknya hukum, teori-teori mengenai hukum,
asas-asas hukum dan sumber-sumber hukum.
2. Jelaskan matkul PIH sebagai matkul dasar dalam mempelajari hukum di dunia!
Matkul PIH sebagai matkul dasar dalam mempelajari hukum di dunia ialah memberikan uraian
objek hukum secara umum, tidak terikat tempat dan waktu berlakunya. Berkaitan dengan PIH
bersifat universal yaitu merupakan pengantar guna memperkenalkan dasar-dasar ajaran hukum
umum yang tidak hanya berlaku di Indonesia, tetapi juga pada masyarakat hukum lainnya, yaitu
mencakup aspek wilayah dunia. Salah satu contohnya yakni penjelasan materi PIH mengenai
sistem hukum. Dalam sistem hukum yang dijabarkan PIH, adalah sistem hukum yang dikenal di
dunia, yaitu sistem hukum Eropa Kontinental, sistem hukum Anglo Saxon, sistem hukum Adat,
dan sistem hukum Islam. Selain itu terdapat juga ajaran mengenai pemberlakuan asas-asas hukum
yang ada di dunia.
3. Apa manfaat mempelajari PIH?
Manfaat mempelajari PIH adalah menjadikan mahasiswa dapat memahami pengertian-pengertian
dasar dari ilmu hukum, diantaranya: aneka arti hukum, sumber-sumber hukum, tujuan dari hukum,
aneka penggolongan dari hukum, peristiwa hukum, sistem-sistem hukum, aliran-aliran hukum,
dllnya. PIH juga sebagai mata kuliah dasar didalam mempelajari pengantar Hukum Indonesia
(PHI) atau hukum positif Indonesia (ius constitutum Indonesia)
4. Bandingkan antara PIH dengan PHI (persamaan dan perbedaan), dan beri contoh!
*Persamaan:
-PIH dan PHI sama-sama merupakan mata kuliah prasyarat dan pengantar atau sebagai mata kuliah
dasar (basic leervakken)
-Objek studi PIH dan PHI adalah sama-sama “hukum”
-PIH dan PHI merupakan ilmu dasar bagi siapa saja yang ingin mempelajari hukum secara luas.
Contoh dari persamaan PIH dan PHI dapat dilihat pada objek pembahasan keduanya adalah sama-
sama membahas mengenai hukum.
*Perbedaan:
PHI (Pengantar Hukum Indonesia) mempelajari hukum positif yang secara khusus dan konkret
berlaku di Indonesia, artinya PHI menguraikan objek hukum dengan analisis dan deskriptif
mengenai tatanan hukum dan aturan-aturan hukum, lembaga-lembaga hukum di Indonesia yang
meliputi latar belakang sejarahnya, positif berlakunya, dan apakah sesuai dengan asas-asas hukum
dan teori-teori hukum positif (dogmatik hukum). Contohnya yaitu: penjelasan tentang tata hukum
Indonesia khususnya mengenai tata negara dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat di
Indonesia.
PIH (Pengantar Ilmu Hukum) mempelajari dan memperkenalkan pengertian-pengertian dan
konsep-konsep dasar serta teori-teori hukum dengan teoritis analitis secara umum (universal) dan
abstrak yang berlaku di dunia, termasuk mengenai sejarah terbentuknya lembaga-lembaga hukum
maupun pengantar falsafahnya dalam arti kerohanian masyarakat. Contohnya yaitu: uraian
mengenai ilmu-ilmu lain yang membantu ilmu hukum, juga sejarah terbentuknya hukum dan
lembaga-lembaga hukum.
5. Apa arti hukum sebagai gejala sosial (contoh), hukum sebagai gejala kebudayaan (contoh)
dan mengapa para pakar sulit memberikan definisi tentang hukum?
o Hukum sebagai gejala sosial
Hukum sebagai gejala sosial yang terjadi dalam masyarakat berarti hukum itu terikat berlakunya
dengan kehidupan yang terjadi di masyarakat dimana hal tersebut bertujuan untuk menciptakan
keseimbangan kepentingan seseorang dalam masyarakat sehingga mampu meminimalisasir
timbulnya konflik. Hukum adat tersebut akan menjadikan kehidupan di daerah itu lebih tertata dan
teratur karena dengan adanya hukum masyarakat akan lebih memiliki rasa tanggung jawab
terhadap sesuatu. Hukum sebagai gejala sosial dapat juga diartikan sebagai masalah hukum yang
timbul akibat diberlakukannya sebuah aturan hukum.
Sebagai gejala masyarakat, hukum itu adalah gejala sosial. Jadi, agar ada hukum, maka harus ada
masyarakat terlebih dahulu. Jika tidak ada masyarakat, maka tidak akan ada hukum. Dalam
kenyataan konkret, hukum itu menyangkut berbagai macam, bersegi banyak dan beraneka warna,
maka tidak mungkin membuat satu definisi yang meliputi segala segi hukum.
Masing-masing anggota masyarakat itu memiliki kepentingan yang didasarkan pada kebutuhan
dan status sosialnya. Perbedaan kepentingan tersebut dapat menimbulkan pertentangan dan
kekacauan (chaos). Oleh karena itu perlu ada hukum supaya perdamaian dan tata tertib bisa ada.
Sebagai gejala sosial, hukum berfungsi memberikan jaminan bagi individu bahwa kepentingannya
diperhatikan oleh setiap orang lain. Misalnya, pada pasal-pasal 1474 dan 15 13 KUH-Perdata.
Ketentuan pertama memberi jaminan bagi pembeli bahwa barang yang dibeli harus diserahkan
kepadanya.
Efek-efek hukum terhadap gejala-gejala sosial lainnya, contoh : UU PMA terhadap gejala
ekonomi, UU Pemilu dan Partai Politik terhadap gejala politik, UU Hak Cipta tahun 1982 terhadap
gejala budaya, UU Perguruan Tinggi terhadap gejala pendidikan.
o Hukum sebagai gejala kebudayaan
Hukum merupakan sebuah produk budaya. Hal ini berarti hukum sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor non hukum seperti: nilai, sikap, dan pandangan masyarakat yang biasa disebut dengan
culture atau budaya. Adanya culture atau budaya inilah yang menyebabkan perbedaan penegakan
hukum di antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya.
Hukum selalu tumbuh dan berkembang bersama pertumbuhan masyarakat. Jadi, perlu adanya
gagasan menciptakan budaya hukum masyarakat Indonesia yang mengedepankan kesadaran untuk
bertindak, berbuat, dan berperilaku atas dasar hukum yang seharusnya. Contohnya yaitu: pola
kehidupan yang menjadi kebiasaan di suatu wilayah menjadi unsur berpengaruh dalam
pembentukan hukum adat yang tentunya berbeda dengan daerah-daerah lainnya.
Para pakar sulit memberikan definisi tentang hukum karena hukum itu sendiri bersifat
abstrak. Materi kajian hukum juga luas dan terus berkembang secara dinamis dengan
perkembangan pola kehidupan masyarakat. Kesulitan dalam pendefinisian hukum juga
karena faktor bahasa berkaitan dengan adanya istilah-istilah yang dipergunakan dalam
memberikan definisi tidak mempunyai pengertian yang sama dalam konteks
penggunaannya. Ada istilah yang dipergunakan dalam arti sempit, ada juga yang
sebaliknya.
6. Arti hukum sebagai sistem kaidah/norma. Sebutkan jenisnya, berikan pengertian dan
contoh!
Sebagai kaidah (norma), hukum dapat dirumuskan sebagai himpunan petunjuk hidup berupa
perintah dan larangan yang mengatur peraturan ketertiban dalam sesuatu masyarakat dan
seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat tersebut, dan jika melanggar petunjuk hidup tersebut
dapat menimbulkan tindakan, berupa sanksi dari pemerintah atau penguasa masyarakat.
Jenis-jenis kaidah hukum yaitu:
-Kaedah kesusilaan/moral berhubungan dengan manusia sebagai individu menyangkut kehidupan
pribadi manusia. Pendukung kaidah kesusilaan adalah nurani individu, bukan manusia sebagai
makhluk sosial atau sebagai anggota masyarakat yang terorganisir.
Salah satu ciri kaidah kesusilaan dibandingkan dengan kaidah hukum adalah bahwa kaidah
kesusilaan itu otonom, diikuti atau tidaknya aturan tingkah laku tersebut tergantung pada sikap
batin manusia tersebut. Contoh, mencuri itu perbuatan terlarang. Kaidah kesusilaan itu diikuti oleh
manusia bukan karena manusia itu takut pada sanksi dosa pada Tuhan, melainkan kata batinnya
sendiri yang menganggap perbuatan itu tidak patut dilakukan.
- Kaidah Agama adalah aturan tingkah laku yang diyakini oleh penganutnya, sebagai berasal dari
Tuhan. Sebagai contoh umat Islam meyakini bahwa kewajiban Sholat lima waktu bersumber dari
Allah SWT. Kaidah agama dibedakan menjadi kaidah agama yang mengatur hubungan manusia
dengan Tuhannya, dan kaidah yang mengatur hubungan dengan sesama manusia.
- Kaidah kesopanan didasarkan atas kebiasaan, kepatutan, atau kepantasan yang berlaku dalam
masyarakat. Salah satu perbedaannya dengan kaidah kesusilaan/moral adalah bahwa kaidah
kesopanan justru ditujukan kepada sikap lahir manusia, demi penyempurnaan dan ketertiban
masyarakat. Contohnya: tidak meludah sembarangan. sanksi bagi pelanggaran kaidah kesopanan
adalah berwujud teguran, celaan, cemooh, pengucilan. Sering pula antara empat jenis kaidah sosial
(hukum, agama, kesopanan dan kesusilaan ), kebetulan sama, misalnya keempat kaidah tersebut
memiliki pandangan yang sama bahwa membunuh sesama manusia itu suatu tindakan yang tidak
benar dan harus dijatuhi sanksi, namun jenis sanksinya akan berbeda diantara empat kaidah sosial
tersebut.
-Kaidah hukum sebagai salah satu kaidah sosial mempunyai dua sifat alternatif, yaitu :
a. bersifat imperatif, artinya secara a priori wajib ditaati. Kaidah ini tidak dapat dikesampingkan
dalam suatu keadaan konkret, oleh perjanjian para pihak.
b. bersifat fakultatif, artinya tidaklah secara a priori mengikat dan wajib ditaati. Jadi kaidah yang
bersifat fakultatif ini merupakan kaidah hukum yang didalam keadaan konkret dapat
dikesampingkan oleh perjanjian yang dibuat para pihak.
Mengenai asal usul kaidah hukum, pada pokoknya dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Kaidah hukum yang berasal dari kaidah-kaidah sosial lainnya dalam masyarakat, yang dalam
istilah Pul Bohannan dinamakan kaidah hukum yang berasal dari proses double legitimacy atau
pemberian ulang legitimasi dari suatu kaidah sosial non hukum (moral, agama, kesopanan)
menjadi suatu kaidah hukum. Contohnya, larangan membunuh sudah lama dikenal sebelumnya
dalam kaidah agama, kaidah moral, melalui proses pelembagaan, kembali diubah menjadi kaidah
hukum yang dituangkan dalam pasal 338 KUHP.
b. Kaidah Hukum yang diturunkan oleh otoritas tertinggi sesuai dengan kebutuhan masyarakat
pada saat itu, dan langsung terwujud dalam bentuk kaidah hukum, serta sama sekali tidak berasal
dari kaidah sosial. Contohnya, Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Hukum sebagai sistem kaidah adalah :
Suatu tata kaidah hukum yang merupakan system kaidah-kaidah hukum secara hirarkis.
Susunan kaidah-kaidah hukum yang sangat disederhanakan dari tingkat bawah ke atas meliputi :
Kaidah-kaidah individual dari badan-badan pelaksana hukum terutama pengadilan.
Kaidah-kaidah umum di dalam undang-undang hukum atau hukum kebiasaan.
Kaidah-kaidah konstitusi.
7. Sebutkan istilah (etimologi hukum) dan jelaskan aneka arti hukum, beri contoh!
-Istilah (etimologi hukum)
Hukum (Bahasa Indonesia): dapat dipaksakan
Recht (Bahasa Latin): bimbingan atau tuntunan atau pemerintahan
Ius (Bahasa Latin): hukum
Lex (Bahasa Latin): perintah/wibawa
-Aneka Arti Hukum
Hukum dalam arti ketetuan penguasa
Hukum dalam hal ini adalah perangkat serta peraturan-peraturan tertulis yang dibuat oleh
pemerintah melalui badan-badan yang berwenang. Contoh: DPR membuat undang-undang
dengan persetujuan Presiden
Hukum dalam arti para petugas
Disini hukum adalah dibayangkan dalam wujud petugas yang berseragam dan bisa
bertindak terhadap orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan
warga masyarakat, seperti petugas Polisi patroli, Jaksa dan hakim dengan toganya. Disini
hukum dilihat dalam arti wujud fisik yg ditampilkan dalam gambaran orang-orang yang
bertugas menegakkan hukum. Contoh: polisi menangkap teroris yang berkeliaran di
masyarakat
Hukum dalam arti sikap tindak
Hukum sebagai perilaku yang ajeg atau sikap tindak yang teratur. Hukum ini tidak nampak
seperti dalam arti petugas yang patroli, yang memeriksa orang yang mencuri atau hakim
yang mengadili, melainkan menghidup bersama dengan perilaku individu terhadap yang
lain secara terbiasa dan senantiasa terasa wajar serta rasional. Dalam hal ini sering disebut
hukum sebagai suatu kebiasaan (hukum kebiasaan). Contoh: masyarakat membayar pajak
kendaraan bermotor setiap sebelum jatuh tempo
Hukum dalam arti sistem kaidah
Suatu tata kaidah hukum yang merupakan sistem kaidah-kaidah secara hirarkis. Susunan
kaidah-kaidah hukum yang sangat disederhanakan dari tingkat bawah ke atas meliputi:
Kaidah-kaidah individual dari badan-badan pelaksana hukum terutama terutama
pengadilan pengadilan, Kaidah-kaidah umum didalam UU hukum atau hukum kebiasaan,
kaidah-kaidah konstitusi. Sahnya kaidah-kaidah hukum dari golongan tingkat yang lebih
rendah tergantung atau ditentukan oleh kaidah-kaidah yang termasuk golongan tingkat
yang lebih tinggi. Mengenai asal usul kaidah hukum, pada pokoknya dibedakan menjadi
dua macam, yaitu :
o Kaidah hukum yang berasal dari kaidah-kaidah sosial lainnya dalam masyarakat,
yang dalam istilah Pul Bohannan dinamakan kaidah hukum yang berasal dari proses
double legitimacy atau pemberian ulang legitimasi dari suatu kaidah sosial non
hukum (moral, agama, kesopanan) menjadi suatu kaidah hukum. Contohnya,
larangan membunuh sudah lama dikenal sebelumnya dalam kaidah agama, kaidah
moral, melalui proses pelembagaan, kembali diubah menjadi kaidah hukum yang
dituangkan dalam pasal 338 KUHP.
o Kaidah Hukum yang diturunkan oleh otoritas tertinggi sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pada saat itu, dan langsung terwujud dalam bentuk kaidah hukum, serta
sama sekali tidak berasal dari kaidah sosial. Contohnya, Undang-Undang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan.
Hukum dalam arti tata hukum
Hukum disini adalah tata hukum atau kerapkali disebut sebagai hukum positif yaitu hukum
yang berlaku disuatu tempat, pada saat tertentu misalnya di Indonesia. Contoh dari hukum
positif di Indonesia yaitu: hukum publik (HTN, HAN, Pidana, internasional publik),
hukum privat (perdata, dagang, dll).
Hukum dalam arti ilmu hukum
Disini hukum berarti ilmu tentang kaidah atau normwissenschaft atau sallenwissenschaft
yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah atau sistem kaidah-kaidah, dengan
dogmatik hukum dan sistematik hukum. Dalam arti ini hukum dilihatnya sebagai ilmu
pengetahuan atau science yang merupakan Dalam arti ini hukum dilihatnya sebagai ilmu
pengetahuan atau science yang merupakan karya manusia yang berusaha mencari
kebenaran tentang sesuatu yang memiliki ciri-ciri, sistimatis, logis, empiris, metodis,
umum dan akumulatif. Normwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang kaidah/norma,
Sollenwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang seharusnya. Contoh: pemahaman
mengenai mata kuliah dasar pengantar ilmu hukum
Hukum dalam arti disiplin hukum
Dalam hal ini hukum sebagai gejala dan kenyataan yang ada ditengah masyarakat. Secara
umum disiplin hukum menyangkut ilmu hukum ((ilmu pengertian, ilmu kaidah dan ilmu
kenyataan), politik hukum dan filsafat hukum (ketiganya akan dibicarakan dimuka). Ilmu
hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menelaah hukum. Ilmu hukum mencakup
dan membicarakan membicarakan segala hal yang berhubungan berhubungan dengan
hukum. Ilmu hukum objeknya hukum itu sendiri. Politik hukum adalah mencakup
kegiatan-kegiatan mencari dan memilih nilai-nilai dan menerapkan nilai - nilai tersebut
bagi hukum dalam mencapai tujuannya. Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan
nilai-nilai, juga mencakup penyesuaian nilai-nilai, misalnya penyerasian antara ketertiban
dengan ketentraman, antara kebendaan dengan keakhlakan dan antara kelanggengan dan
pembaharuan. Contoh: hukum akan berkembang seiring dengan berkembangnya
kehidupan masyarakat, seperti perkembangan lembaga-lembaga negara dan rancangan
undang-undang yang dibentuk sesuai dengan kondisi masyarakat saat itu.
8. Buatlah ringkasan secara singkat, dari buku PIH yang telah dibaca!
RINGKASAN BUKU “Pengantar Ilmu Hukum” Karya Dr. Marwan Mas, S.H.,MH.
A. BAB I (PENGERTIAN DAN FUNGSI PENGANTAR ILMU HUKUM)
Pengantar Ilmu Hukum (PIH) kerap kali oleh dunia studi hukum dinamakan “Encyclopaedia
Hukum”, yaitu mata kuliah dasar yang merupakan pengantar (introduction atau inleiding) dalam
mempelajari ilmu hukum. Dapat pula dikatakan bahwa PIH merupakan dasar untuk pelajaran lebih
lanjut dalam studi hukum yang mempelajari pengertian-pengertian dasar, gambaran dasar tentang
sendi-sendi utama ilmu hukum.
Salah satu tujuan pembelajaran ilmu hukum adalah untuk memperoleh pengetahuan tenntang
segala hal dan semua konstelasi (seluk-beluk) dan keberadaan hukum dan segala yang
melingkupinya yang begitu luas. Ada perbedaan dan hubungan antara PIH dengan Pengantar
Hukum Indonesia (PHI) adalah sebagai berikut :
o Memiliki objek kajian yang berbeda.
o PIH adalah dasar bagi setiap orang yang akan mempelajari hukum secara luas, sedangkan
PHI berfungsi untuk mengantarkan setiap orang yang akan mempelajari hukum yang
sedang berlaku atau hukum positif Indonesia.
Tapi keduanya memiliki hubungan erat, hubungan erat itu dapat mengantarkan sesorang yang akan
mempelajari pada suatu kesimpulan, bahwa PIH menelaah hukum secara luas dan komprehensif
tetapi PHI secara khusus. Adapun hubungan antara PIH dengan PHI dapat pada dua hal, sebagai
berikut :
o Merupakan mata kuliah dasar.
o PIH merupakan dasar pembelajaran PHI.
Tujuan
Dalam membicarakan tentang tujuan hukum, sama sulitnya dengan membicarakan tentang
pendefinisian hukum, karena kedua-duanya mempunyai obyek kajian yang sama yaitu membahas
tentang hukum itu sendiri.
Berbagai pakar di bidang hukum maupun di bidang ilmu sosial lainnya mengemukakan
pandangannya masing-masing tentang tujuan hukum, sesuai dengan titik-tolak serta sudut pandang
mereka. Namun dari keseluruhan pendapat tentang apa yang merupakan tujuan hukum, penulis
dapat mengklarifikasikannya ke dalam 3 aliran konvensional, masing-masing:
Aliran etis yang menganggap bahwa pada asasnya tujuan hukum adalah semata-mata untuk
mencapai keadilan.
Aliran utilistis yang menganggap bahwa pada asasnya tujuan hukum adalah semata-mata untuk
menciptakan kemanfaatan atau kebahagiaan warga.
Aliran normatif-dogmatik yang menganggap bahwa pada asasnya tujuan hukum adalah semata-
mata untuk menciptakan kepastian hukum.
Fungsi Hukum
Menurut Rusli Effendy dkk fungsi hukum sebagai berikut :
Fungsinya yang pasif yang hanya untuk menjaga status quo. Fungsi ini disebut “sarana sosial
Kontrol”.
Fungsinya yang aktif yang merombak tatanan yang telah ada menuju suatu keadaan yang dicita-
citakan. Fungsi ini dikenal sebagai “law is tool of social engneering”, atau fungsi hukum sebagai
alat perekayasa sosial.
Berdasarkan pemikiran dan uraian-uraian yang ada, berikut ini dikemukakan beberapa konsep
fungsi hukum yang dikenal dalam kepustakaan ilmu hukum :
fungsi hukum sebagai “a tool of social control”,
fungsi hukum sebagai “a tool of social engineering”,
fungsi hukum sebagai simbol,
fungsi hukum sebagai “a political instrument”,
fungsi hukum sebagai integrator.
fungsi hukum sebagai sarana penyelesaian sengketa.
fungsi hukum sebagai sarana pengendalian sosial.