Anda di halaman 1dari 13

Nama: Ni Made Karti

Nim: 1904551272
Kelas: D

TUGAS PENGANTAR ILMU HUKUM (PIH)

1. Pembahasan materi kuliah PIH sangat luas dan abstrak. Mengapa demikian? Jelaskan
dan beri contoh!
Pembahasan materi kuliah PIH sangat luas dan abstrak karena memberikan introduksi atau
memperkenalkan segala masalah yang berhubungan dengan hukum, yaitu pengetahuan yang
mempelajari segala seluk beluk dari hukum dalam segala bentuk dan manifestasinya.
Jika dilihat dari metodenya, PIH memberikan uraian secara teoritis analitis yaitu menguraikan
pengertian-pengertian dan konsep-konsep dasar objek secara umum, sehingga ruang lingkupnya
luas dan tidak terbatas. Penjelasannya masih abstrak dan belum terbentuk karena PIH memberikan
uraian secara menyeluruh. Contohnya: sejarah terbentuknya hukum, teori-teori mengenai hukum,
asas-asas hukum dan sumber-sumber hukum.
2. Jelaskan matkul PIH sebagai matkul dasar dalam mempelajari hukum di dunia!
Matkul PIH sebagai matkul dasar dalam mempelajari hukum di dunia ialah memberikan uraian
objek hukum secara umum, tidak terikat tempat dan waktu berlakunya. Berkaitan dengan PIH
bersifat universal yaitu merupakan pengantar guna memperkenalkan dasar-dasar ajaran hukum
umum yang tidak hanya berlaku di Indonesia, tetapi juga pada masyarakat hukum lainnya, yaitu
mencakup aspek wilayah dunia. Salah satu contohnya yakni penjelasan materi PIH mengenai
sistem hukum. Dalam sistem hukum yang dijabarkan PIH, adalah sistem hukum yang dikenal di
dunia, yaitu sistem hukum Eropa Kontinental, sistem hukum Anglo Saxon, sistem hukum Adat,
dan sistem hukum Islam. Selain itu terdapat juga ajaran mengenai pemberlakuan asas-asas hukum
yang ada di dunia.
3. Apa manfaat mempelajari PIH?
Manfaat mempelajari PIH adalah menjadikan mahasiswa dapat memahami pengertian-pengertian
dasar dari ilmu hukum, diantaranya: aneka arti hukum, sumber-sumber hukum, tujuan dari hukum,
aneka penggolongan dari hukum, peristiwa hukum, sistem-sistem hukum, aliran-aliran hukum,
dllnya. PIH juga sebagai mata kuliah dasar didalam mempelajari pengantar Hukum Indonesia
(PHI) atau hukum positif Indonesia (ius constitutum Indonesia)
4. Bandingkan antara PIH dengan PHI (persamaan dan perbedaan), dan beri contoh!
*Persamaan:
-PIH dan PHI sama-sama merupakan mata kuliah prasyarat dan pengantar atau sebagai mata kuliah
dasar (basic leervakken)
-Objek studi PIH dan PHI adalah sama-sama “hukum”
-PIH dan PHI merupakan ilmu dasar bagi siapa saja yang ingin mempelajari hukum secara luas.
Contoh dari persamaan PIH dan PHI dapat dilihat pada objek pembahasan keduanya adalah sama-
sama membahas mengenai hukum.
*Perbedaan:
PHI (Pengantar Hukum Indonesia) mempelajari hukum positif yang secara khusus dan konkret
berlaku di Indonesia, artinya PHI menguraikan objek hukum dengan analisis dan deskriptif
mengenai tatanan hukum dan aturan-aturan hukum, lembaga-lembaga hukum di Indonesia yang
meliputi latar belakang sejarahnya, positif berlakunya, dan apakah sesuai dengan asas-asas hukum
dan teori-teori hukum positif (dogmatik hukum). Contohnya yaitu: penjelasan tentang tata hukum
Indonesia khususnya mengenai tata negara dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat di
Indonesia.
PIH (Pengantar Ilmu Hukum) mempelajari dan memperkenalkan pengertian-pengertian dan
konsep-konsep dasar serta teori-teori hukum dengan teoritis analitis secara umum (universal) dan
abstrak yang berlaku di dunia, termasuk mengenai sejarah terbentuknya lembaga-lembaga hukum
maupun pengantar falsafahnya dalam arti kerohanian masyarakat. Contohnya yaitu: uraian
mengenai ilmu-ilmu lain yang membantu ilmu hukum, juga sejarah terbentuknya hukum dan
lembaga-lembaga hukum.
5. Apa arti hukum sebagai gejala sosial (contoh), hukum sebagai gejala kebudayaan (contoh)
dan mengapa para pakar sulit memberikan definisi tentang hukum?
o Hukum sebagai gejala sosial
Hukum sebagai gejala sosial yang terjadi dalam masyarakat berarti hukum itu terikat berlakunya
dengan kehidupan yang terjadi di masyarakat dimana hal tersebut bertujuan untuk menciptakan
keseimbangan kepentingan seseorang dalam masyarakat sehingga mampu meminimalisasir
timbulnya konflik. Hukum adat tersebut akan menjadikan kehidupan di daerah itu lebih tertata dan
teratur karena dengan adanya hukum masyarakat akan lebih memiliki rasa tanggung jawab
terhadap sesuatu. Hukum sebagai gejala sosial dapat juga diartikan sebagai masalah hukum yang
timbul akibat diberlakukannya sebuah aturan hukum.
Sebagai gejala masyarakat, hukum itu adalah gejala sosial. Jadi, agar ada hukum, maka harus ada
masyarakat terlebih dahulu. Jika tidak ada masyarakat, maka tidak akan ada hukum. Dalam
kenyataan konkret, hukum itu menyangkut berbagai macam, bersegi banyak dan beraneka warna,
maka tidak mungkin membuat satu definisi yang meliputi segala segi hukum.
Masing-masing anggota masyarakat itu memiliki kepentingan yang didasarkan pada kebutuhan
dan status sosialnya. Perbedaan kepentingan tersebut dapat menimbulkan pertentangan dan
kekacauan (chaos). Oleh karena itu perlu ada hukum supaya perdamaian dan tata tertib bisa ada.
Sebagai gejala sosial, hukum berfungsi memberikan jaminan bagi individu bahwa kepentingannya
diperhatikan oleh setiap orang lain. Misalnya, pada pasal-pasal 1474 dan 15 13 KUH-Perdata.
Ketentuan pertama memberi jaminan bagi pembeli bahwa barang yang dibeli harus diserahkan
kepadanya.
Efek-efek hukum terhadap gejala-gejala sosial lainnya, contoh : UU PMA terhadap gejala
ekonomi, UU Pemilu dan Partai Politik terhadap gejala politik, UU Hak Cipta tahun 1982 terhadap
gejala budaya, UU Perguruan Tinggi terhadap gejala pendidikan.
o Hukum sebagai gejala kebudayaan
Hukum merupakan sebuah produk budaya. Hal ini berarti hukum sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor non hukum seperti: nilai, sikap, dan pandangan masyarakat yang biasa disebut dengan
culture atau budaya. Adanya culture atau budaya inilah yang menyebabkan perbedaan penegakan
hukum di antara masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya.
Hukum selalu tumbuh dan berkembang bersama pertumbuhan masyarakat. Jadi, perlu adanya
gagasan menciptakan budaya hukum masyarakat Indonesia yang mengedepankan kesadaran untuk
bertindak, berbuat, dan berperilaku atas dasar hukum yang seharusnya. Contohnya yaitu: pola
kehidupan yang menjadi kebiasaan di suatu wilayah menjadi unsur berpengaruh dalam
pembentukan hukum adat yang tentunya berbeda dengan daerah-daerah lainnya.
 Para pakar sulit memberikan definisi tentang hukum karena hukum itu sendiri bersifat
abstrak. Materi kajian hukum juga luas dan terus berkembang secara dinamis dengan
perkembangan pola kehidupan masyarakat. Kesulitan dalam pendefinisian hukum juga
karena faktor bahasa berkaitan dengan adanya istilah-istilah yang dipergunakan dalam
memberikan definisi tidak mempunyai pengertian yang sama dalam konteks
penggunaannya. Ada istilah yang dipergunakan dalam arti sempit, ada juga yang
sebaliknya.
6. Arti hukum sebagai sistem kaidah/norma. Sebutkan jenisnya, berikan pengertian dan
contoh!
Sebagai kaidah (norma), hukum dapat dirumuskan sebagai himpunan petunjuk hidup berupa
perintah dan larangan yang mengatur peraturan ketertiban dalam sesuatu masyarakat dan
seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat tersebut, dan jika melanggar petunjuk hidup tersebut
dapat menimbulkan tindakan, berupa sanksi dari pemerintah atau penguasa masyarakat.
Jenis-jenis kaidah hukum yaitu:
-Kaedah kesusilaan/moral berhubungan dengan manusia sebagai individu menyangkut kehidupan
pribadi manusia. Pendukung kaidah kesusilaan adalah nurani individu, bukan manusia sebagai
makhluk sosial atau sebagai anggota masyarakat yang terorganisir.
Salah satu ciri kaidah kesusilaan dibandingkan dengan kaidah hukum adalah bahwa kaidah
kesusilaan itu otonom, diikuti atau tidaknya aturan tingkah laku tersebut tergantung pada sikap
batin manusia tersebut. Contoh, mencuri itu perbuatan terlarang. Kaidah kesusilaan itu diikuti oleh
manusia bukan karena manusia itu takut pada sanksi dosa pada Tuhan, melainkan kata batinnya
sendiri yang menganggap perbuatan itu tidak patut dilakukan.
- Kaidah Agama adalah aturan tingkah laku yang diyakini oleh penganutnya, sebagai berasal dari
Tuhan. Sebagai contoh umat Islam meyakini bahwa kewajiban Sholat lima waktu bersumber dari
Allah SWT. Kaidah agama dibedakan menjadi kaidah agama yang mengatur hubungan manusia
dengan Tuhannya, dan kaidah yang mengatur hubungan dengan sesama manusia.
- Kaidah kesopanan didasarkan atas kebiasaan, kepatutan, atau kepantasan yang berlaku dalam
masyarakat. Salah satu perbedaannya dengan kaidah kesusilaan/moral adalah bahwa kaidah
kesopanan justru ditujukan kepada sikap lahir manusia, demi penyempurnaan dan ketertiban
masyarakat. Contohnya: tidak meludah sembarangan. sanksi bagi pelanggaran kaidah kesopanan
adalah berwujud teguran, celaan, cemooh, pengucilan. Sering pula antara empat jenis kaidah sosial
(hukum, agama, kesopanan dan kesusilaan ), kebetulan sama, misalnya keempat kaidah tersebut
memiliki pandangan yang sama bahwa membunuh sesama manusia itu suatu tindakan yang tidak
benar dan harus dijatuhi sanksi, namun jenis sanksinya akan berbeda diantara empat kaidah sosial
tersebut.
-Kaidah hukum sebagai salah satu kaidah sosial mempunyai dua sifat alternatif, yaitu :
a. bersifat imperatif, artinya secara a priori wajib ditaati. Kaidah ini tidak dapat dikesampingkan
dalam suatu keadaan konkret, oleh perjanjian para pihak.
b. bersifat fakultatif, artinya tidaklah secara a priori mengikat dan wajib ditaati. Jadi kaidah yang
bersifat fakultatif ini merupakan kaidah hukum yang didalam keadaan konkret dapat
dikesampingkan oleh perjanjian yang dibuat para pihak.
Mengenai asal usul kaidah hukum, pada pokoknya dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
a. Kaidah hukum yang berasal dari kaidah-kaidah sosial lainnya dalam masyarakat, yang dalam
istilah Pul Bohannan dinamakan kaidah hukum yang berasal dari proses double legitimacy atau
pemberian ulang legitimasi dari suatu kaidah sosial non hukum (moral, agama, kesopanan)
menjadi suatu kaidah hukum. Contohnya, larangan membunuh sudah lama dikenal sebelumnya
dalam kaidah agama, kaidah moral, melalui proses pelembagaan, kembali diubah menjadi kaidah
hukum yang dituangkan dalam pasal 338 KUHP.
b. Kaidah Hukum yang diturunkan oleh otoritas tertinggi sesuai dengan kebutuhan masyarakat
pada saat itu, dan langsung terwujud dalam bentuk kaidah hukum, serta sama sekali tidak berasal
dari kaidah sosial. Contohnya, Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Hukum sebagai sistem kaidah adalah :
Suatu tata kaidah hukum yang merupakan system kaidah-kaidah hukum secara hirarkis.
Susunan kaidah-kaidah hukum yang sangat disederhanakan dari tingkat bawah ke atas meliputi :
Kaidah-kaidah individual dari badan-badan pelaksana hukum terutama pengadilan.
Kaidah-kaidah umum di dalam undang-undang hukum atau hukum kebiasaan.
Kaidah-kaidah konstitusi.
7. Sebutkan istilah (etimologi hukum) dan jelaskan aneka arti hukum, beri contoh!
-Istilah (etimologi hukum)
 Hukum (Bahasa Indonesia): dapat dipaksakan
 Recht (Bahasa Latin): bimbingan atau tuntunan atau pemerintahan
 Ius (Bahasa Latin): hukum
 Lex (Bahasa Latin): perintah/wibawa
-Aneka Arti Hukum
 Hukum dalam arti ketetuan penguasa
Hukum dalam hal ini adalah perangkat serta peraturan-peraturan tertulis yang dibuat oleh
pemerintah melalui badan-badan yang berwenang. Contoh: DPR membuat undang-undang
dengan persetujuan Presiden
 Hukum dalam arti para petugas
Disini hukum adalah dibayangkan dalam wujud petugas yang berseragam dan bisa
bertindak terhadap orang-orang yang melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan
warga masyarakat, seperti petugas Polisi patroli, Jaksa dan hakim dengan toganya. Disini
hukum dilihat dalam arti wujud fisik yg ditampilkan dalam gambaran orang-orang yang
bertugas menegakkan hukum. Contoh: polisi menangkap teroris yang berkeliaran di
masyarakat
 Hukum dalam arti sikap tindak
Hukum sebagai perilaku yang ajeg atau sikap tindak yang teratur. Hukum ini tidak nampak
seperti dalam arti petugas yang patroli, yang memeriksa orang yang mencuri atau hakim
yang mengadili, melainkan menghidup bersama dengan perilaku individu terhadap yang
lain secara terbiasa dan senantiasa terasa wajar serta rasional. Dalam hal ini sering disebut
hukum sebagai suatu kebiasaan (hukum kebiasaan). Contoh: masyarakat membayar pajak
kendaraan bermotor setiap sebelum jatuh tempo
 Hukum dalam arti sistem kaidah
Suatu tata kaidah hukum yang merupakan sistem kaidah-kaidah secara hirarkis. Susunan
kaidah-kaidah hukum yang sangat disederhanakan dari tingkat bawah ke atas meliputi:
Kaidah-kaidah individual dari badan-badan pelaksana hukum terutama terutama
pengadilan pengadilan, Kaidah-kaidah umum didalam UU hukum atau hukum kebiasaan,
kaidah-kaidah konstitusi. Sahnya kaidah-kaidah hukum dari golongan tingkat yang lebih
rendah tergantung atau ditentukan oleh kaidah-kaidah yang termasuk golongan tingkat
yang lebih tinggi. Mengenai asal usul kaidah hukum, pada pokoknya dibedakan menjadi
dua macam, yaitu :
o Kaidah hukum yang berasal dari kaidah-kaidah sosial lainnya dalam masyarakat,
yang dalam istilah Pul Bohannan dinamakan kaidah hukum yang berasal dari proses
double legitimacy atau pemberian ulang legitimasi dari suatu kaidah sosial non
hukum (moral, agama, kesopanan) menjadi suatu kaidah hukum. Contohnya,
larangan membunuh sudah lama dikenal sebelumnya dalam kaidah agama, kaidah
moral, melalui proses pelembagaan, kembali diubah menjadi kaidah hukum yang
dituangkan dalam pasal 338 KUHP.
o Kaidah Hukum yang diturunkan oleh otoritas tertinggi sesuai dengan kebutuhan
masyarakat pada saat itu, dan langsung terwujud dalam bentuk kaidah hukum, serta
sama sekali tidak berasal dari kaidah sosial. Contohnya, Undang-Undang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan.
 Hukum dalam arti tata hukum
Hukum disini adalah tata hukum atau kerapkali disebut sebagai hukum positif yaitu hukum
yang berlaku disuatu tempat, pada saat tertentu misalnya di Indonesia. Contoh dari hukum
positif di Indonesia yaitu: hukum publik (HTN, HAN, Pidana, internasional publik),
hukum privat (perdata, dagang, dll).
 Hukum dalam arti ilmu hukum
Disini hukum berarti ilmu tentang kaidah atau normwissenschaft atau sallenwissenschaft
yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah atau sistem kaidah-kaidah, dengan
dogmatik hukum dan sistematik hukum. Dalam arti ini hukum dilihatnya sebagai ilmu
pengetahuan atau science yang merupakan Dalam arti ini hukum dilihatnya sebagai ilmu
pengetahuan atau science yang merupakan karya manusia yang berusaha mencari
kebenaran tentang sesuatu yang memiliki ciri-ciri, sistimatis, logis, empiris, metodis,
umum dan akumulatif. Normwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang kaidah/norma,
Sollenwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang seharusnya. Contoh: pemahaman
mengenai mata kuliah dasar pengantar ilmu hukum
 Hukum dalam arti disiplin hukum
Dalam hal ini hukum sebagai gejala dan kenyataan yang ada ditengah masyarakat. Secara
umum disiplin hukum menyangkut ilmu hukum ((ilmu pengertian, ilmu kaidah dan ilmu
kenyataan), politik hukum dan filsafat hukum (ketiganya akan dibicarakan dimuka). Ilmu
hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menelaah hukum. Ilmu hukum mencakup
dan membicarakan membicarakan segala hal yang berhubungan berhubungan dengan
hukum. Ilmu hukum objeknya hukum itu sendiri. Politik hukum adalah mencakup
kegiatan-kegiatan mencari dan memilih nilai-nilai dan menerapkan nilai - nilai tersebut
bagi hukum dalam mencapai tujuannya. Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan
nilai-nilai, juga mencakup penyesuaian nilai-nilai, misalnya penyerasian antara ketertiban
dengan ketentraman, antara kebendaan dengan keakhlakan dan antara kelanggengan dan
pembaharuan. Contoh: hukum akan berkembang seiring dengan berkembangnya
kehidupan masyarakat, seperti perkembangan lembaga-lembaga negara dan rancangan
undang-undang yang dibentuk sesuai dengan kondisi masyarakat saat itu.
8. Buatlah ringkasan secara singkat, dari buku PIH yang telah dibaca!
RINGKASAN BUKU “Pengantar Ilmu Hukum” Karya Dr. Marwan Mas, S.H.,MH.
A. BAB I (PENGERTIAN DAN FUNGSI PENGANTAR ILMU HUKUM)
Pengantar Ilmu Hukum (PIH) kerap kali oleh dunia studi hukum dinamakan “Encyclopaedia
Hukum”, yaitu mata kuliah dasar yang merupakan pengantar (introduction atau inleiding) dalam
mempelajari ilmu hukum. Dapat pula dikatakan bahwa PIH merupakan dasar untuk pelajaran lebih
lanjut dalam studi hukum yang mempelajari pengertian-pengertian dasar, gambaran dasar tentang
sendi-sendi utama ilmu hukum.
Salah satu tujuan pembelajaran ilmu hukum adalah untuk memperoleh pengetahuan tenntang
segala hal dan semua konstelasi (seluk-beluk) dan keberadaan hukum dan segala yang
melingkupinya yang begitu luas. Ada perbedaan dan hubungan antara PIH dengan Pengantar
Hukum Indonesia (PHI) adalah sebagai berikut :
o Memiliki objek kajian yang berbeda.
o PIH adalah dasar bagi setiap orang yang akan mempelajari hukum secara luas, sedangkan
PHI berfungsi untuk mengantarkan setiap orang yang akan mempelajari hukum yang
sedang berlaku atau hukum positif Indonesia.
Tapi keduanya memiliki hubungan erat, hubungan erat itu dapat mengantarkan sesorang yang akan
mempelajari pada suatu kesimpulan, bahwa PIH menelaah hukum secara luas dan komprehensif
tetapi PHI secara khusus. Adapun hubungan antara PIH dengan PHI dapat pada dua hal, sebagai
berikut :
o Merupakan mata kuliah dasar.
o PIH merupakan dasar pembelajaran PHI.

B. BAB II (DEFINISI HUKUM)


Sampai saat ini definisi hukum belum di sepakati oleh para ahli hukum. Mengetahui dan
memahami hukum sebagai suatu ilmu tampaknya agak sulit tanpa memahami definisi hukum itu
sendiri, sebagai objek dari ilmu hukum. Belum adanya kesepakatan para ilmuwan hukum, karena
terdapat kesulitan dalam mendefinisikan atau memberikan pengertian hukum. Kesulitan tersebut
disebabkan oleh 2 fakor sebagai berikut :
1. Faktor Interen ( Hukum bersifat abstrak bdan mengatur hampir seluruh kehidupan
manusia)
2. Faktor Ekstren (Perbedaan Bahasa dan tidak adanya kesepakatan para ilmuan hukum)
C. BAB III (PENGERTIAN-PENGERTIAN DASAR DALAM ILMU HUKUM)
Subjek Hukum
Subjek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat menjadi pendukung (dapat
memiliki) hak dan kewajiban. Subjek hukum ini, dalam kasus ilmu hukum disebut juga “orang”
atau pendukung hak dan kewajiban. Dengan demkian, subjek hukum memiliki kewenangan untuk
bertindak menurut tata cara yang ditentukan atau dibenarkan.
Objek Hukum
Objek hukum adalah segala sesutu yang bermanfaat bagi subjek hukum, dan dapat menjadi objek
hukum suatu hubungan hukum. Menurut istilah objek hukum juga bisa disebut benda atau barang.
Hak dan Kewajiban
Hak adalah izin dan wewenang yang diberikan oleh hukum terhadap setiap subyek hukum. Hak
itu dapat dibedakan antara lain :
Hak mutlak (hak absolut)Hak mutlak ialah hak yang memberikan wewenang kepada seseorang
untuk melakukan sesuatu perbuatan, hak mana dapat dipertahankan terhadap siapapun juga,
sebaiknya setiap orang juga harus menghormati hak tersebut.
Hak mutlak dapat pula dibagi dalam 3 (tiga) golongan :
-Hak asasi manusia, misalnya hak seseorang untuk dengan bebas bergerak dan tinggal dalam suatu
negara.
-Hak publik mutlak, misalnya hak negara untuk memungut pajak dari rakyatnya
-Hak Keperdataan, misalnya :
*Hak marital, yaitu hak seorang suami untuk menguasai istrinya dan harta benda istrinya
*Hak/kekuasan orang tua (ouderlijke macht)
*Hak perwalian (voogdij) & hak pengampuan (curatele)
b. Hak nisbi (hak relatif) Hak nisbi ialah hak yang memberikan wewenang kepada seorang tertentu
atau beberapa orang tertentu untuk menuntut agar supaya seseorang atau beberapa orang lain
tertentu memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
Hak nisbi sebagian besar terdapat dalam hukum perikatan yang timbul berdasarkan persetujuan-
persetujuan dari pihak-pihak yang bersangkutan. Contoh dari persetujuan jual beli terdapat hak
nisbi/ralatif seperti :
-Hak penjual untuk menerima pembayaran dan kewajibannya untuk menyerahkan barang kepada
pembeli.
-Hak pembeli untuk menerima barang dan kewajibannya untuk melakukan pembayaran kepada
penjual.
c. Kewajiban adalah suatu beban yang ditanggung oleh seseorang yang bersifat kontraktual (asas
pact sunt servanda). Hak dan kewajiban itu timbul apabila terjadi hubungan antara 2 pihak yang
berdasarkan pada suatu kontrak atau perjanjian. Jadi selama hubungan hukum yang lahir dari
perjanjian itu belum berakhir, maka pada salah satu pihak ada beban kontraktual, ada keharusan
atau kewajiban untuk memenuhinya. Kewajiban tidak selalu muncul sebagai akibat adanya
kontrak, melainkan dapat pula muncul dari peraturan hukum yang ditentukan oleh lembaga yang
berwenang. Kewajiban disini merupakan keharusan untuk mentaati hukum yang disebut wajib
hukum (rechtsplicht) misalnya mempunyai sepeda motor wajib membayar pajak sepeda motor.
Peristiwa hukum
Peristiwa hukum yaitu peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang timbul dari hubungan-hubungan
anggota masyarakat yang oleh hukum diberikan akibat-akibat hukum.
Peristiwa hukum dibedakan menjadi :
-Perbuatan subyek hukum (manusia dan badan hukum)
-Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subyek hukum
Perbuatan Melanggar Hukum
Sedangkan penafsiran secara luas , sejak tahun 1919, dari kasus Lindenbaum dan Cohen, Hooge
Raad telah menetapkan perumusan luas untuk perbuatan melawan hukum. Sejak arrest 1919
tersebut, perbuatan merupakan perbuatan melawan hukum, apabila;
Melanggar hak orang lain/hak subjektief recht, atau Bertentangan dengan kewajiban hukumnya
sendiri,
Bertentangan dengan kesusilaan, bertentangan dengan keharusan yang harus diindahkan dalam
pergaulan masyarakat.
Syarat-syarat tersebut bersifat alternative, artinya jika telah terpenuhi salah satu syarat, maka sudah
cukup dapat dikatakan telah terjadi perbuatan melawan hukum.
Perbuatan dan Akibat Hukum
Perbuatan hukum yaitu segala perbuatan manusia yang secara sengaja dilakukan oleh seseorang
untuk menimbulkan hak dan kewajiban-kewajiban. Suatu perbuatan merupakan perbuatan hukum
kalau perbuatan itu oleh hukum diberi akibat (mempunyai akibat hukum) dan akibat itu
dikehendaki oleh yang bertindak. Perbuatan hukum itu terdiri dari :
Perbuatan hukum bersegi satu yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu pihak saja dan
menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula misalnya pembuatan surat wasiat,
pemberian hadiah sesuatu benda (hibah), dsb.
Perbuatan hukum bersegi dua pihak ialah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak dan
menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kedua belah pihak (timbal balik) misalnya
membuat persetujuan jual beli, sewa menyewa, dll
Akibat hukum yaitu akibat sesuatu tindakan hukum. Tindakan hukum adalah tindakan yang
dilakukan guna memperoleh sesuatu akibat yang dikehendaki dan yang diatur oleh hukum. Atau
akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa hukum
Akibat hukum dapat berupa :
Lahirnya, ubahnya atau lenyapnya sesuatu keadaan hukum. Contoh : Menjadi umur 21 tahun
cakap untuk melakukan tindakan hukum dan Dalam pengampuan jadi kehilangan kecakapan
melakukan tindakan hukum diatas.
Lahirnya, ubahnya atau lenyapnya sesuatu hubungan hukum (hubungan antara dua subyek hukum
atau lebih dimana hak dan kewajiban disatu pihak berhadapan dengan hak dan kewajiban dipihak
yg lain. Contoh A mengadakan perjanjian jual beli dengan B lahir hubungan hukum A/B. Sesudah
dibayar lunas lenyap hubungan itu.
Sanksi apabila melakukan tindakan melawan hukum, Contoh A menabrak seseorang hingga
berakibat luka berat, A harus mendapat sanksi berupa pidana penjara atau pidana denda.
D. BAB IV (KAEDAH HUKUM DAN KAEDAH SOSIAL)
Kaidah sosial adalah ketentuan yang memberi batasan dalam hubungan antar manusia untuk
memenuhi kebutuhan atau kepentingannya, tanpa melanggar kepentingan yang lainnya Kaidah
hukum ada ang berbentuk tulisan ada pula yang berbentuk tidak tertulis yang berasal dari adat
istiadat.
E. BAB V (SUMBER, TUJUAN DAN FUNGSI HUKUM)
Sumber
Para ahli membedakan sumber hukum ke dalam 2 (dua) bagian, yaitu Sumber hukum dalam arti
material dan sumber hukum dalam arti formal.
Sumber Hukum dalam arti material, yaitu: suatu keyakinan/ perasaan hukum individu dan
pendapat umum yang menentukan isi hukum. Dengan demikian keyakinan/ perasaan hukum
individu (selaku anggota masyarakat) dan juga pendapat umum yang merupakan faktor-faktor
yang dapat mempengaruh Pembentukannya
Sedangkan sumber hukum dalam arti Formal, yaitu: bentuk atau kenyataan dimana kita dapat
menemukan hukum yang berlaku. Jadi karena bentuknya itulah yang menyebabkan hukum berlaku
umum, diketahui, dan ditaati. Adapun yang termasuk sumber hukum dalam arti formal adalah :
Undang-undang
Kebiasaan atau hukum tak tertulis
Yurisprudensi
Traktat
Doktrin

Tujuan
Dalam membicarakan tentang tujuan hukum, sama sulitnya dengan membicarakan tentang
pendefinisian hukum, karena kedua-duanya mempunyai obyek kajian yang sama yaitu membahas
tentang hukum itu sendiri.
Berbagai pakar di bidang hukum maupun di bidang ilmu sosial lainnya mengemukakan
pandangannya masing-masing tentang tujuan hukum, sesuai dengan titik-tolak serta sudut pandang
mereka. Namun dari keseluruhan pendapat tentang apa yang merupakan tujuan hukum, penulis
dapat mengklarifikasikannya ke dalam 3 aliran konvensional, masing-masing:
Aliran etis yang menganggap bahwa pada asasnya tujuan hukum adalah semata-mata untuk
mencapai keadilan.
Aliran utilistis yang menganggap bahwa pada asasnya tujuan hukum adalah semata-mata untuk
menciptakan kemanfaatan atau kebahagiaan warga.
Aliran normatif-dogmatik yang menganggap bahwa pada asasnya tujuan hukum adalah semata-
mata untuk menciptakan kepastian hukum.

Fungsi Hukum
Menurut Rusli Effendy dkk fungsi hukum sebagai berikut :
Fungsinya yang pasif yang hanya untuk menjaga status quo. Fungsi ini disebut “sarana sosial
Kontrol”.
Fungsinya yang aktif yang merombak tatanan yang telah ada menuju suatu keadaan yang dicita-
citakan. Fungsi ini dikenal sebagai “law is tool of social engneering”, atau fungsi hukum sebagai
alat perekayasa sosial.
Berdasarkan pemikiran dan uraian-uraian yang ada, berikut ini dikemukakan beberapa konsep
fungsi hukum yang dikenal dalam kepustakaan ilmu hukum :
fungsi hukum sebagai “a tool of social control”,
fungsi hukum sebagai “a tool of social engineering”,
fungsi hukum sebagai simbol,
fungsi hukum sebagai “a political instrument”,
fungsi hukum sebagai integrator.
fungsi hukum sebagai sarana penyelesaian sengketa.
fungsi hukum sebagai sarana pengendalian sosial.

F. BAB VI (ASAS DAN SISTEM HUKUM)


Asas Hukum
Asas hukum adalah aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum yang abstrak dan pada umumnya
melatar belakangi peraturan konkret dan pelaksanaaan hukum.
Sistem Hukum
Berkaitan dengan berlakunya sistem hukum , umumnya dimaksudkan untuk menyelesaikan setiap
konflik yang terjadi dalam persingungan kehidupan sosial masyarakat.
G. BAB VII (ALIRAN-ALIRAN TEORI DALAM ILMU HUKUM)
Aliran Hukum Alam
Menurut ajaran ini kaidah hukum hasil dari titah tuhan dan langsung berasal dari tuhan. Oleh
karena itu, aliran ini mengakui adanya suatu hukum yang benar dan abadi, sesuai dengan ukuran
kodrat, serta selaras dengan alam. Dalam ajaran ini, ada dua unsur yang menjadi pusat perhatian,
yaitu unsur agama dan unsur akal. Pada dasarnya hukum alam bersumber pada tuhan, yang
menyingkari akal manusia dan sebaliknya hukum alam bersumber pada akal atau pikiran manusia.
Aliran hukum Positivisme dan Utilitarinisme
Aliran Positivisme mengatakan, bahwa kaidah hukum itu hanya bersumber dari kekuasaan negara
tertinggi, dan sumber itu hanyalah hukum positif yang terpisah dari kaidah sosial, bebas dan
berpengaruh politik.
Aliran Historis (sejarah)
Pelopor dari aliran ini yang terkenal adalah F.C. Von Savigni (1779-1861), yang mencari sumber
asal dari hukum positif di dalam kesadaran hukum bersama dari masyarakat. Aliran sejarah lahir
sebagai reaksi terhadap ajaran hukum alam atau kodrat dari abad ke-17 dan abad ke-18, yang
mencoba membangun hukum yang berlaku menyeluruh dan abadi (universal dan abadi) hanya
dengan mempergunakan akal pikiran (ratsio) manusia tanpa mau melihat kenyataan hidup yang
berubah-ubah. Aliran ini juga menentang aliran legisme. hukum tidak dibuat tetapi tumbuh dan
berkembang bersama-sama dengan rakyat. Pandangan bersumber pada jiwa bangsa (Volkegeyst),
kesadaran hukum masyarakat hukumnya bersumber hanya menekankan kepada kebiasaan, dan
bentuk hukumnya berupa hukum kebiasaan. Jadi hukum itu berkembang dari hubungan hukum
yang sederhana kedalam masyarakat modern.
Aliran Sosiologis
Pada prinsipnya mengatakan bahwa hukum itu adalah apa yang menjadi kenyataan dalam
masyarakat, bagaimana secara fakta hukum diterima, tumbuh dan berlaku dalam masyarakat.
Aliran Antropologi
Mengtakan bahwa hukum itu adalah kaidah tidak tertulis yang hidup dan tumbuh secara nyata
dalam masyarakat seiring dengan perkembangan kebudayaan.
Aliran Realis
Mengatakan hukum itu apa yang dibuat hakim melalui keputusannya, dan hakim lebih layak
disebut membuat hukum daripada menemukan hukum.
Hukum Progresif
Berbicara tentang hukum progresif (di Indonesia), maka Satjipto Rahardjo sebagai “pelopor”
hukum progresif, dengan pengikutnya yang disebut Tjip-ian. Menurut Satjipto, hukum progresif
adalah hukum untuk manusia. Memahami hukum untuk manusia, dimaksudkan adalah hukum
yang dapat mengantarkan manusia kepada kehidupan yang adil, sejahtera, dan membuat manusia
bahagia. Dapat juga disebut sebagai hukum yang selalu pro-keadilan atau pro-rakyat. Pengaruh
ajaran positivisme masa silam hingga sekarang di Indonesia, sangat memprihatinkan Satjipto
Rahardjo, di mana hukum saat ini terlihat seperti mesin otomat, serta mengabaikan moral.
H. BAB VIII (PENEMUAN HUKUM OLEH HAKIM)
Penemuan hukum adalah salah satu wadah yang dapat digunakan oleh hakim untuk mengisi
kekosongan hukum, atau menafsirkan suatu kaidah peraturan perundang-undangan yang tidak atau
kurang jelas.
Metode penemuan hukum oleh hakim dapat dilakukan dalam dua bentuk, sebagai berikut:
-Interpretasi atau penafsiran, merupakan metode penemuan hukum yang memberi penjelasan yang
gamblang mengenai teks undang-undang agar ruang lingkup kaedah dapat ditetapkan sehubungan
dengan peristiwa tertentu. Metode interpretasi ini adalah sarana atau alat untuk mengetahui makna
undang-undang. Interpretasi adalah metode penemuan hukum dalam hal peraturannya ada tetapi
tidak jelas untuk dapat diterapkan pada peristiwanya.
-Konstruksi hukum, dapat digunakan hakim sebagai metode penemuan hukum apabila dalam
mengadili perkara tidak ada peraturan yang mengatur secara secara khusus mengenai peristiwa
yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai