Anda di halaman 1dari 81

PENGANTAR

ILMU HUKUM

SUGENG RAHARDJA
PENGERTIAN ILMU HUKUM

Menurut Satjipto Rahardjo Ilmu hukum adalah ilmu


pengetahuan yang berusaha menelaah hukum. Ilmu
hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang
berhubungan dengan hukum.
Objeknya hukum itu sendiri.
Demikian luasnya masalah yang dicakup oleh ilmu ini,
sehingga “batas-batasnya tidak bisa ditentukan”.
J.B. Daliyo: Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang
objeknya hukum.
Dengan demikian maka ilmu hukum akan mempelajari
semua seluk beluk mengenai hukum, misalnya mengenai
asal mula, wujud, asas-asas, sistem, macam pembagian,
sumber-sumber, perkembangan, fungsi dan kedudukan
hukum di dalam masyarakat.
Pengertian Pengantar ilmu hukum

Pengantar Ilmu Hukum (PIH) kerapkali oleh dunia studi hukum


dinamakan “Encyclopedia Hukum”, yaitu mata kuliah dasar
yang merupakan pengantar (introduction atau inleiding) dalam
mempelajari ilmu hukum. Dapat pula dikatakan bahwa PIH
merupakan dasar untuk pelajaran lebih lanjut dalam studi
hukum yang mempelajari pengertian-pengertian dasar,
gambaran dasar tentang sendi-sendi utama ilmu hukum.
Tujuan dan Kegunaan Pengantar
Ilmu Hukum
Tujuan Pengantar Imu Hukum adalah menjelaskan
tentang keadaan, inti dan maksud tujuan dari bagian-
bagian penting dari hukum, serta pertalian antara
berbagai bagian tersebut dengan ilmu pengetahuan
hukum.
Adapun kegunaannya adalah untuk dapat memahami
bagian-bagian atau jenis-jenis ilmu hukum lainnya.
Kedudukan dan Fungsi Pengantar
Ilmu Hukum
Kedudukan Pengantar Ilmu Hukum merupakan dasar bagi pelajaran lanjutan
tentang ilmu pengetahuan dari berbagai bidang hukum.
Sedangkan kedudukan dalam kurikulum fakultas hukum adalah sebagai mata
kuliah keahlian dan keilmuan. Oleh karena itu pengantar ilmu hukum berfungsi
memberikan pengertian-pengertian dasar baik secara garis besar maupun
secara mendalam mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan hukum.
Selain itu juga pengantar ilmu hukum juga berfungsi pedagogis yakni
menumbuhkan sikap adil dan membangkitkan minat untuk dengan penuh
kesungguhan mempelajari hukum.
Ilmu Bantu Pengantar Ilmu
Hukum
– Sejarah hukum, yaitu suatu disiplin hukum yang mempelajari asal usul terbentuknya dan perkembangan suatu
sistem hukum dalam suatu masyarakat tertentu dan memperbanding antara hukum yang berbeda karena
dibatasi oleh perbedaan waktu
– Sosiologi hukum, yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara empiris dan analitis mempelajari
hubungan timbal balik antara hukum sebagai gejala sosial dengan gejala sosial lain (Soerjono Soekanto)
– Antropologi hukum, yakni suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari pola-pola sengketa dan
penyelesaiannya pada masyarakat sederhana, maupun masyarakat yang sedang mengalami proses
perkembangan dan pembangunan/proses modernisasi (Charles Winick)
– Perbandingan hukum, yakni suatu metode studi hukum yang mempelajari perbedaan sistem hukum antara
negara yang satu dengan yang lain. Atau membanding-bandingkan sistem hukum positif dari bangsa yang satu
dengan bangsa yang lain
– Psikologi hukum, yakni suatu cabang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai suatu perwujudan
perkembangan jiwa manusia (Purnadi Purbacaraka).
Metode Pendekatan Mempelajari
Hukum
- Metode Idealis :
Bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu
dalam masyarakat
- Metode Normatif Analitis :
Metode yg melihat hukum sebagai aturan yg abstrak. Metode ini melihat hukum sebagai
lembaga otonom dan dapat dibicarakan sebagai subjek tersendiri terlepas dari hal2 lain yang
berkaitan dengan peraturan2. Bersifat abstrak artinya kata-kata yang digunakan di dalam
setiap kalimat tidak mudah dipahami dan untuk dapat mengetahuinya perlu peraturan-
peraturan hukum itu diwujudkan. Perwujudan ini dapat berupa perbuatan-perbuatan atau
tulisan. Apabila ditulis, maka sangat penting adalah pilihan dan susunan kata-kata.
- Metode Sosiologis :
Metode yang bertitik tolak dari pandangan bahwa hukum sebagai alat untuk mengatur
masyarakat.
- Metode Historis :
Metode yang mempelajari hukum dengan melihat sejarah hukumnya.
- Metode sistematis :
Metode yang melihat hukum sebagai suatu sistem
- Metode Komparatif :
Metode yang mempelajari hukum dengan membandingkan tata hukum dalam berbagai
sistem hukum dan perbandingan hukum di berbagai negara.
BAB II
MANUSIA, MASYARAKAT DAN
KAIDAH SOSIAL
Hubungan antara manusia,
masyarakat dan kaidah sosial
Manusia sebagai makhluk monodualistik : Artinya adalah
manusia selain sbg makhluk individu (perseorangan)
mempunyai kehidupan jiwa yg menyendiri namun manusia
juga sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat. Manusia lahir, hidup dan berkembang dan
meninggal dunia di dalam masyarakat.
Menurut Aristoteles (Yunani, SM), bahwa manusia
itu adalah ZOON POLITICON artinya bahwa manusia
itu sbg makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul
dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya,
jadi makhluk yg suka bermasyarakat. Dan oleh
karena sifatnya suka bergaul satu sama lain, maka
manusia disebut makhluk sosial.
Terjadilah hubungan satu sama lain yang didasari adanya
kepentingan, dimana kepentingan tsb satu sama lain saling
berhadapan atau berlawanan dan ini tidak menutup kemungkinan
timbul kericuhan. Kepentingan adalah suatu tuntutan perorangan
atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. Disinilah peran
hukum mengatur kepetingan2 tersebut agar kepentingan masing-
masing terlindungi, sehingga masing-masing mengetahui hak dan
kewajiban. Pada akhirnya dengan adanya hukum masyarakat akan
hidup aman, tentram, damai, adil dan makmur.
Kesimpulan : dimana ada masyarakat disitu ada hukum (ubi
societes ibi ius).
Hukum ada sejak masyarakat ada. Dapat dipahami disini
bahwa hukum itu sesungguhnya adalah produk otentik dari
masyarakat itu sendiri yang merupakan kristalisasi dari
naluri, perasaan, kesadaran, sikap, perilaku, kebiasaan,
adat, nilai, atau budaya yang hidup di masyarakat.
Suatu masyarakat menetapkan tata hukumnya
bagi masyarakat itu sendiri dalam berlakunya
tata hukum itu artinya tunduk pada tata
hukum. Masyarakat seperti itu disebut
masyrakat hukum.
Mengapa masyarakat mentaati hukum
karena bermacam-macam sebab (Menurut
Utrecht)
– Karena orang merasakan bahwa peraturan2 itu dirasakan sebagai
hukum. Mereka benar-benar berkepentingan akan berlakunya
peraturan tersebut
– Karena ia harus menerimanya supaya ada rasa ketentraman. Ia
menganggap peraturan hukum secara rasional (rationeele
aanvaarding). Penerimaan rasional ini sebagai akibat adanya sanksi
hukum. Agar tidak mendapatkan kesukaran2 orang memilih untuk taat
saja pada peraturan hukum karena melanggar hukum mendapat sanksi
hukum.
Masyarakat dan Lembaga
Kemasyarakatan (Kaidah Sosial)

Definisi masyarakat : Menurut Ralph Linton, masyarakat


merupakan setiap kelompok manusia yang hidup dan
bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat
mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai
suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan
dengan jelas.
 Definisi masyarakat :

1. Menurut Selo Soemarjan, masyarakat adalah orang yang


hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.
2. Menurut CST. Kansil, SH, masyarakat adalah persatuan
manusia yang timbul dari kodrat yang sama. Jadi masyarakat
itu terbentuk apabila ada dua orang atau lebih hidup bersama
sehingga dalam pergaulan hidup timbul berbagai hubungan
yang mengakibatkan seorang dan orang lain saling kenal
mengenal dan pengaruh mempengaruhi.
Unsur masyarakat :

– Manusia yang hidup bersama


– Berkumpul dan bekerja sama untuk waktu lama
– Merupakan satu kesatuan
– Merupakan suatu sistem hidup bersama
Kaidah/norma Sosial :

Adalah patokan-patokan atau pedoman-pedoman perihal


tingkah laku dan perikelakuan yang diharapkan.
Kaidah berasal dari bahasa Arab atau Norma berasal dari
bahasa Latin Kaidah/Norma berisi :
Perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk
berbuat sesuatu oleh karena akibat2nya dipandang baik.
Guna kaidah/norma tersebut adalah untuk
memberi petunjuk kepada manusia bagaimana
seorang harus bertindak dalam masyarakat serta
perbuatan-perbuatan mana yang harus dijalankan
dan perbuatan-perbuatan mana pula yang harus
dihindari.
Kaidah sosial dibedakan menjadi :

1. Kaidah yang mengatur kehidupan pribadi manusia yang dibagi lebih lanjut menjadi :
a. Kaidah kepercayaan/agama, yang bertujuan untuk mencapai suatu kehidupan yang
beriman (Purnadi Purbacaraka 1974 : 4). Kaidah ini ditujukan terhadap kewajiban
manusia kepada Tuhan. Sumbernya adalah ajaran-ajaran kepercayaan/agama yang
oleh pengikut-pengikutnya dianggap sebagai perintah Tuhan, misalnya :
• Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk (Al Isra’ : 32).
• Hormatilah orang tuamu agar supaya engkau selamat (Kitab Injil Perjanjian
Lama : Hukum yang ke V).
b. Kaidah kesusilaan, yang bertujuan agar manusia hidup berakhlak atau
mempunyai hati nurani. Kaidah ini merupakan peraturan hidup yang
dianggap sebagai suara hati nurani manusia (insan kamil). Sumber kaidah ini
adalah dari manusia sendiri, jadi bersifat otonom dan tidak ditujukan
kepada sikap lahir tetapi ditujukan kepada sikap batin manusia juga,
misalnya :
• Hendaklah engkau berlaku jujur.
• Hendaklah engkau berbuat baik terhadap sesama manusia.
Dalam kaidah kesusilaan tedapat juga peraturan-peraturan
hidup seperti yang terdapat dalam norma agama misalnya :
– Hormatilah orangtuamu agar engkau selamat diakhirat
– Jangan engkau membunuh sesamamu
2. Kaidah yang mengatur kehidupan antara manusia atau pribadi yang dibagi lebih
lanjut menjadi :
a. Kaidah kesopanan, bertujuan agar pergaulan hidup berlangsung dengan
menyenangkan. Kaidah ini merupakan peraturan hidup yang timbul dari
pergaulan segolongan manusia, misalnya :
• Orang muda harus menghormati orang yang lebih tua
• Janganlah meludah dilantai atau disembarang tempat
• Berilah tempat terlebih dahulu kepada wanita di dalam kereta api, bis dll
(terutama wanita tua, hamil atau membawa bayi)
b. Kaidah hukum, bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam
pergaulan hidup antar manusia. Kaidah ini adalah peraturan-
peraturan yang timbul dari norma hukum, dibuat oleh penguasa
negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat
dipertahankan dengan segala paksaan oleh alat-alat negara
misalnya “Dilarang mengambil milik orang lain tanpa seizin yang
punya”. Orang muda harus menghormati orang yang lebih tua
Perbedaan antara kaidah hukum dengan
kaidah sosial lainnya

1. Perbedaan antara kaidah dengan kaidah agama dan kesusilaan dapat ditinjau dari berbagai segi sbb :
• Ditinjau dari tujuannya, kaidah hukum bertujuan untuk menciptakan tata tertib masyarakat dan
melindungi manusia beserta kepentingannya. Sedangkan kaidah agama dan kesusilaan bertujuan
untuk memperbaiki pribadi agar menjadi manusia ideal.
• Ditinjau dari sumber sanksinya, kaidah hukum dan kaidah agama sumber sanksinya berasal dari luar
dan dipaksakan oleh kekuasaan dari luar diri manusia (heteronom), sedangkan kaidah kesusilaan
sanksinya berasal dan dipaksakan oleh suara hati masing2 pelanggarnya (otonom).
• Ditinjau dari kekuatan mengikatnya, pelaksanaan kaidah hukum dipaksakan secara nyata oleh
kekuasaan dari luar, sedangkan pelaksanaan kaidah agama dan kesusilaan pada asasnya tergantng
pada yang bersangkutan.
• Ditinjau dari isinya kaidah hukum memberikan hak dan kewajiban (atribut dan normatif) sedang
kaidah agama dan kaidah kesusilaan hanya memberikan kewajiban saja (normatif).
2. Perbedaan antara kaidah hukum dengan kaidah kesopanan
– Kaidah hukum memberi hak dan kewajiban, kaidah kesopanan
hanya memberikan kewajiban saja.
– Sanksi kaidah hukum dipaksakan dari masyarakat secara resmi
(negara), sanksi kaidah kesopanan dipaksakan oleh masyarakat
secara tidak resmi.
3. Perbedaan antara kaidah kesopanan dengan kaidah agama dan kaidah kesusilaan
– Asal kaidah kesopanan dasri luar diri manusia, kaidah agama dan kaidah
kesusilaan berasal dari pribadi manusia
– Kaidah kesopanan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap lahir manusia,
kaidah agama dan kaidah kesusilaan berisi aturan yang ditujukan kepada sikap
batin manusia
– Tujuan kaidah kesopanan menertibkan masyarakat agar tidak ada korban,
kaidah agama dan kaidah kesusilaan bertujuan menyempurnakan manusia
agar tidak menjadi manusia jahat.
Ciri-ciri kaidah hukum yang membedakan dengan kaidah lainnya :
– Hukum bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara kepentingan
– Hukum mengatur perbuatan manusia yang bersifat lahiriah
– Hukum dijalankan oleh badan-badan yang diakui oleh masyarakat
– Hukum mempunyai berbagai jenis sanksi yang tegas dan bertingkat
– Hukum bertujuan untuk mencapai kedamaian (ketertiban dan ketentraman)
Mengapa kaidah hukum masih diperlukan, sementara dalam
kehidupan masyarakat sudah ada kaidah yang mengatur tingkah laku
manusia dalam pergaulan hidupnya ?

Hal ini karena :


– Masih banyak kepentingan-kepentingan lain dari manusia dalam
pergaulan hidup yang memerlukan perlindungan karena belum
mendapat perlindungan yang sepenuhnya dari kaidah agama, kesusilaan
dan kaidah sopan santun, kebiasaan maupun adat.
– Kepentingan-kepentingan manusia yang telah mendapat perlindungan
dari kaidah-kaidah tersebut diatas, dirasa belum cukup terlindungi karena
apabila terjadi pelanggaran terhadap kaidah tersebut akibat atau
ancamannya dipandang belum cukup kuat.
BAB III
PENGERTIAN, UNSUR DAN
SIFAT-SIFAT HUKUM
Arti Hukum

1. Hukum dalam arti ketentuan penguasa


Disini hukum adalah perangkat-peraturan peraturan
tertulis yang dibuat oleh pemerintah melalui badan-
badan yang berwenang
2. Hukum dalam arti para petugas
Disini hukum adalah dibayangkan dalam wujud petugas yang
berseragam.
Seperti petugas Polisi, Jaksa dan Hakim dengan toganya.
Disini hukum dilihat dalam arti wujud fisik yg ditampilkan dalam
gambaran orang2 yang bertugas menegakkan hukum.
3. Hukum dalam arti sikap tindak
Yaitu hukum sebagai perilaku yang ajeg atau sikap tindak yang teratur.
Hukum ini tidak nampak seperti dalam arti petugas yang patroli, yang
memeriksa orang yang mencuri atau hakim yang mengadili, melainkan
menghidup bersama secara terbiasa dan senantiasa terasa wajar serta
rasional.
Dalam hal ini sering disebut hukum sebagai suatu kebiasaan (hukum
kebiasaan).
4. Hukum dalam arti sistem kaidah adalah :
a. Suatu tata kaidah hukum yang merupakan sistem kaidah-kaidah secara hirarkis
b. Susunan kaidah-kaidah hukum yang sangat disederhanakan dari tingkat bawah ke
atas meliputi :
– Kaidah-kaidah individual dari badan2 pelaksana hukum terutama pengadilan
– Kaidah-kaidah umum didalam UU hukum atau hukum kebiasaan
– Kaidah-kaidah konstitusi
c. Sahnya kaidah2 hukum dari golongan tingkat yang lebih rendah tergantung atau
ditentukan oleh kaidah2 yang termasuk golongan tingkat yang lebih tinggi.
5. Hukum dalam arti jalinan nilai
Hukum dalam artian ini bertujuan mewujudkan keserasian dan kesinambungan
antar faktor nilai obyektif dan subyektif dari hukum demi terwujudnya nilai-nilai
keadilan dalam hubungan antara individu di tengah pergaulan hidupnya.

Nilai objektif tsb misalnya ttg baik buruk, patut dan tidak patut (umum), sedangkan
nilai subjektif memberikan keputusan bagi keadilan sesuai keadaan pada suatu
tempat , waktu dan budaya masyarakat (khusus). Inilah yg perlu diserasikan antara
kepentingan publik, kepentingan privat dan dengan kepentingan individu.
6. Hukum dalam arti tata hukum
Hukum disini adalah tata hukum atau kerapkali disebut
sebagai hukum positif yaitu hukum yang berlaku disuatu
tempat, pada saat tertentu (sekarang misalnya di
Indonesia). Hukum positif tsb misalnya hukum publik (HTN,
HAN, Pidana, internasional publik), hukum privat (perdata,
dagang, dll)
7. Hukum dalam ilmu hukum
Disini hukum berarti ilmu tentang kaidah atau normwissenschaft atau
sollenwissenschaft yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah atau sistem
kaidah-kaidah, dengan dogmatik hukum dan sistematik hukum.

Dalam arti ini hukum dilihatnya sebagai ilmu pengetahuan atau science yang
merupakan karya manusia yang berusaha mencari kebenaran tentang sesuatu yang
memiliki ciri-ciri, sistimatis, logis, empiris, metodis, umum dan akumulatif.
• Normwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang kaidah/norma
• Sollenwissenschaft adalah ilmu pengetahuan tentang seharusnya.
8. Hukum dalam arti disiplin hukum atau gejala sosial
Dalam hal ini hukum sebagai gejala dan kenyataan yang ada ditengah masyarakat

Secara umum disiplin hukum menyangkut ilmu hukum (ilmu pengertian, ilmu
kaidah dan ilmu kenyataan), politik hukum dan filsafat hukum (ketiganya akan
dibicarakan dimuka).
Ilmu hukum adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menelaah hukum. Ilmu
hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan
hukum. Ilmu hukum objeknya hukum itu sendiri.
Politik hukum adalah mencakup kegiatan2 mencari dan memilih
nilai2 dan menerapkan nilai2 tersebut bagi hukum dalam mencapai
tujuannya.

Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai2, juga


mencakup penyesuaian nilai2, misalnya penyerasian antara
ketertiban dengan ketentraman, antara kebendaan dengan
keakhlakan dan antara kelanggengan dan pembaharuan.
Ilmu tentang pengertian hukum (begriffeissenschaft) yg dibahas
adalah :
1. Masyarakat hukum
2. Subyek hukum
3. Objek hukum
4. Hubungan hukum (peristiwa hukum)
5. Hak dan kewajiban
Ilmu tentang kaidah (Normwiseenschaft) yg dibahas adalah :
1. Perumusan norma/kaidah hukum
2. Apa yg dimaksud kaidah abstrak dan konkret
3. Isi dan sifat kaidah hukum
4. Esensialia kaidah hukum
5. Tugas dan kegunaan kaidah hukum
6. Pernyataan dan tanda pernyataan kaidah hukum
7. Penyimpangan terhadap kaidah hukum
8. Berlakunya kaidah hukum
Nilai2 dasar hukum (Radbruch)

1. Keadilan
2. Kemanfaatan/kegunaan
3. Kepastian hukum
Definisi Hukum

Definisi hukum sangat berguna dalam hal berikut :


Berguna sebagai pegangan awal bagi orang yang ingin
mempelajari hukum, khususnya bagi kalangan pemula.
Berguna bagi kalangan yang ingin lebih jauh memperdalam
teori hukum, ilmu hukum, filsafat hukum dan sebagainya.
Berikut beberapa definisi hukum yang dikemukakan para ahli hukum (juris)
berdasarkan aliran atau paham yang dianutnya :
1. Van Apeldoorn, hukum itu banyak seginya dan demikian luasnya sehingga
tidak mungkin menyatakanya dalam (satu) rumusan yang memuaskan.
2. I Kisch, oleh karena hukum itu tidak dapat ditangkap oleh panca indera maka
sukarlah untuk membuat definisi tentang hukum yang memuaskan.
3. Lemaire, hukum yang banyak seginya dan meliputi segala macam hal itu
menyebabkan tak mungkin orang membuat suatu definisi apapun hukum itu
sebenarnya.
4. Grotius, hukum adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat menjadi kewajiban
melalui sanksi-sanksi yang djatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan kejahatan
melalui suatu otoritas pengendalian.
5. Schapera, hukum adalah setiap aturan tingkah laku yang mungkin diselenggarakan
oleh pengadilan.
6. Paul Bohannan, hukum adalah merupakan himpunan kewajiban yang telah
dilembagakan kembali dalam pranata hukum.
7. Pospisil, hukum adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat menjadi kewajiban
melalui sanksi-sanksi yang dijatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan kejahatan
melalui suatuotoritas pengendalian.
8. John Austin, melihat hukum sebagai perangkat perintah, baik langsung maupun tidak
langsung dari pihak yang berkuasa kepada warga rakyatnya yang merupakan masyarakat
politik yang independen, dimana otoritasnya (pihak yang berkuasa) meruipakan otoritas
tertinggi.
Kelemahan pandangan John Austin sebagai berikut :
9. Hukum dilihat semata-mata sebagai kaidah bersanksi yang dibuat dan diberlakukan
oleh negara, padahal di dalam kenyataannya kaidah tersebut belum tentu berlaku.
10. Undang-undang yang dibuat oleh negara, hanya salah satu sumber-sumber hukum
11. Hanya warga masyarakat yang dilihat sebagai subjek hukum, padahal dalam
kenyataannya dikenal pula adanya hukum tata negara, hukum administrasi negara, dsb.
9. Hans Kelsen, hukum adalah suatu perintah terhadap tingkah laku manusia. Hukum adalah
kaidah primer yang menetapkan sanksi-sanksi.
10. Scholten, hukum adalah suatu petunjuk tentang apa yang layak dilakukan dan apa yang tidak
layak untuk dilakukan yang bersifat perintah.
11. Roscoe Pound, hukum itu dibedakan dalam arti :
1. Hukum dalam arti sebagai tata hukum, mempunyai pokok bahasan :
• Hubungan antara manusia denagan individu lainnya
• Tingkah laku para individu yang mempengaruhi individu lainnya.
2. Hukum dalam arti kumpulan dasar-dasar kewenangan dari putusan-putusan pengadilan
dan tindakan administrasi. Pandangan Roscoe Pound tergolong dalam aliran sosiologis dan
realis.
12. E. Utrecht, Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan
(perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata
tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh
masyarakat itu.
13. Van Vollenhoven (Het adatrecht van Nederlandsche Indie),
Hukum adalah suatu gejala dalam pergaulan hidup yang
bergejolak terus menerus dalam keadaan bentur membentur
tanpa henti-hentinya dengan gejala lainnya.
Kaidah Hukum

Ditinjau dari segi isinya kaidah hukum dapat dibagi menjadi tiga :
1. Berisi tentang perintah, artinya kaidah hukum tersebut mau tidak mau harus dijalankan atau ditaati,
misalnya ketentuan syarat sahnya suatu perkawinan, ketentuan wajib pajak dsb.
2. Berisi larangan, yaitu ketentuan yang menghendaki suatu perbuatan tidak boleh dilakukan misalnya
dilarang mengambil barang milik orang lain, dilarang bersetubuh dengan wanita yang belum dinikahi
secara sah dsb.
3. Berisi perkenan, yaitu ketentuan yang tidak mengandung perintah dan larangan melainkan suatu pilihan
boleh digunakan atau tidak
Bila digunakan akan mengikat bagi yang menggunakannya
Misalnya mengenai perjanjian perkawinan, pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan kedua
belah pihak atas persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai
pencatat perkawinan.
Unsur-unsur kaidah hukum :

Dari beberapa perumusan tentang hukum yang diberikan para


sarjana hukum Indonesia diatas, dapatlah disimpulkan bahwa kaidah
hukum itu meliputi beberapa unsur yaitu :
a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan
masyarakat
b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
c. Peraturan itu bersifat memaksa
d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas
BAB IV
TUJUAN, FUNGSI DAN
SUMBER-SUMBER HUKUM
Tujuan Hukum Menurut Teori

1.  Teori etis (etische theorie)


Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan.
Aristoteles filsuf Yunani dalam bukunya Ethica Nicomachea dan Rhetorica yang menyatakan ”hukum
mempunyai tugas yang suci yaitu memberi kepada setiap orang yang berhak menerimanya”.
Aristoteles membagi keadilan dalam 2 jenis, yaitu :
– Keadilan distributif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah menurut jasanya.
Artinya, keadilan ini tidak menuntut supaya setiap orang mendapat bagian yang sama banyaknya
atau bukan persamaannya, melainkan kesebandingan berdasarkan prestasi dan jasa seseorang.
– Keadilan komutatif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah yang sama
banyaknya tanpa mengingat jasa masing-masing. Artinya hukum menuntut adanya suatu persamaan
dalam memperoleh prestasi atau sesuatu hal tanpa memperhitungkan jasa masing-masing.
2. Teori utilitas (utiliteis theorie)
Tujuan hukum ialah menjamin adanya kemanfaatan atau
kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada orang2 (Jeremy
Betham)
Kelemahan teori ini bahwa apa yang berfaedah itu
belum tentu memenuhi nilai keadilan
3. Teori campuran
Muckhtar Kusmaatmadja bahwa tujuan pokok dan pertama dari hukum adalah ketertiban.
Di samping itu tujuan lain dari hukum adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi
dan ukurannya menurut masyarakat dan zamannya.
4. Teori normatif-dogmatif,
Tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan kepastian hukum (John Austin dan
van Kan). Arti kepastian hukum disini adalah adanya melegalkan kepastian hak dan
kewajiban.
5. Teori Peace (damai sejahtera)
Hukum harus dapat menciptakan damai dan sejahtera bukan sekedar ketertiban.
Kesimpulan Tujuan Hukum

1. Menghendaki adanya keseimbangan kepentingan, ketertiban,


keadilan, ketentraman, kebahagiaan,damai sejahtera setiap
manusia.
2. Agar kepentingan setiap orang baik secara individual maupun
kelompok tidak diganggu oleh orang lain. kelompok lain yang
selalu menonjolkan kepentingan pribadinya atau kepentingan
kelompoknya.
3. Inti tujuan hukum adalah agar tercipta  kebenaran dan keadilan
Fungsi Hukum

1. Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. Hukum


sbg petunjuk bertingkah laku untuk itu masyarakat harus menyadari adanya
perintah dan larangan dalam hukum sehingga fungsi hukum sebagai alat
ketertiban masyarakat dapat direalisir.
2. Hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin. Hukum
yg bersifat mengikat, memaksa dan dipaksakan oleh alat negara yang
berwenang membuat orang takut untuk melakukan pelanggaran karena ada
ancaman hukumanya (penjara, dll) dan dapat diterapkan kepada siapa saja.
Dengan demikian keadilan akan tercapai.
3. Hukum berfungsi sebagai alat penggerak pembangunan.karena ia mempunyai
daya mengikat dan memaksa dapat dimamfaatkan sebagai alat otoritas untuk
mengarahkan masyarakat ke arah yg maju.
4. Hukum berfungsi sebagai alat kritik. Fungsi ini berarti bahwa hukum tidak hanya
mengawasi masyarakat semata-mata tetapi berperan juga untuk mengawasi
pejabat pemerintah, para penegak hukum, maupun aparatur pengawasan
sendiri. Dengan demikian semuanya harus bertingkah laku menurut ketentuan
yg berlaku dan masyarakt pun akan merasakan keadilan.
5. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan pertikaian.
Sumber Hukum

1. Pengertian sumber hukum


Sumber hukum adalah segala apa saja (sesuatu) yang
menimbulkan aturan-aturan yg mempunyai kekuatan
mengikat dan bersifat memaksa, yakni aturan-aturan
yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas
dan nyata bagi pelanggarnya.
Menurut Kansil, Sumber hukum adalah segala apa
saja yang menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa yakni
aturan2 yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi
yang tegas dan nyata.
“mengapa hukum itu mengikat ?”
Pertanyaan ini bisa juga dirumuskan
“apa sumber (kekuatan) hukum hingga mengikat atau
dipatuhi manusia”
Pengertian sumber dalam arti ini dinamakan sumber
hukum dalam arti materiil.
“dimanakah kita dapatkan atau temukakan aturan-
aturan hukum yanmg mengatur kehidupan kita
itu ?” Sumber dalam arti kata ini dinamakan sumber
hukum dalam arti formal”
Macam-Macam Sumber Hukum

Ada 2 sumber hukum yaitu sumber hukum dalam


arti materil dan formil.
Sumber hukum materiil

Sumber hukum materiil adalah faktor yg turut serta menentukan isi


hukum. Dapat ditinjau dari berbagai sudut misalnya sudut ekonomi,
sejarah, sosiologi, filsafat, agama, dll.
Dalam kata lain sumber hukum materil adalah faktor-faktor
masyarakat yang mempengaruhi pembentukan hukum (pengaruh
terhadap pembuat UU, pengaruh terhadap keputusan hakim, dsb).
Sumber hukum materil ini merupakan faktor yang membantu
pembentukan hukum. Faktor tersebut adalah faktor idiil dan faktor
kemasyarakatan.
Faktor idiil adalah patokan-patokan yang tetap mengenai keadilan yang harus ditaati oleh
para pembentuk UU ataupun para pembentuk hukum yang lain dalam melaksanakan
tugasnya.
Faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang benar-benar hidup dalam masyarakat dan tunduk
pada aturan-aturan yang berlaku sebagai petunjuk hidup masyarakat yang bersangkutan.
Contohnya struktur ekonomi, kebiasaan, adat istiadat, dll
Sumber hukum materil itu terdiri dari tiga jenis yaitu (van Apeldoorn) :
1. Sumber hukum historis (rechtsbron in historischezin)
2. Sumber hukum sosiologis (rechtsbron in sociologischezin)
3. Sumber hukum filosofis (rechtsbron in filosofischezin)
1. Sumber hukum historis (rechtsbron in historischezin) yaitu tempat kita dapat
menemukan hukumnya dalam sejarah atau dari segi historis. Sumber hukum ini
dibagi menjadi :
a. Sumber hukum yg merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal hukum
secara historis : dokumen-dokumen kuno, lontar, dll.
b. Sumber hukum yg merupakan tempat pembentuk UU mengambil hukumnya.
2. Sumber hukum sosiologis (rechtsbron in sociologischezin) yaitu Sumber hukum
dalam arti sosiologis yaitu merupakan faktor-faktor yang menentukan isi hukum
positif, seperti misalnya keadaan agama, pandangan agama, kebudayaan dsb.
3. Sumber hukum filosofis (rechtsbron in filosofischezin) sumber hukum ini dibagi lebih lanjut
menjadi dua :
a. Sumber isi hukum; disini dinyatakan isi hukum asalnya darimana. Ada tiga pandangan yang
mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu :
– Pandangan theocratis, menurut pandangan ini hukum berasal dari Tuhan
– Pandangan hukum kodrat; menurut pandangan ini isi hukum berasal dari akal manusia
– Pandangan mazhab hostoris; menurut pandangan isi hukum berasal dari kesadaran
hukum.
b. Sumber kekuatan mengikat dari hukum yaitu mengapa hukum mempuyai kekuatan
mengikat, mengapa kita tunduk pada hukum
Sumber hukum formal

Sumber hukum formal adalah sumber hukum dengan bentuk tertentu yang merupakan dasar
berlakunya hukum secara formal. Jadi sumber hukum formal merupakan dasar kekuatan
mengikatnya peraturan-peraturan agar ditaati oleh masyarakat maupun oleh penegak hukum.
Macam-macam sumber hukum formal :
a. Undang-undang
b. Kebiasaan (custom)
c. Jurisprudensi (keputusan2 hakim)
d. raktat (treaty)
e. Perjanjian (overeenkomst)
f. Pendapat sarjana hukum (doktrin)
Undang-Undang

Yaitu suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat
diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara/.
Menurut Buys, Undang-Undang itu mempunyai 2 arti :
– Dalam arti formil, yaitu setiap keputusan pemerintah yang merupakan UU
karena cara pembuatannya (misalnya, dibuat oleh pemerintah bersama-sama
dengan parlemen)
– Dalam arti material, yaitu setiap keputusan pemerintah yang menurut isinya
mengikat setiap penduduk.
UU No. 10 tahun 2004

Yang dimaksud dengan UU adalah peraturan perundang-undangan


yang dibentuk oleh DPR dengan persetujuan bersama Presiden (pasal
1 angka 3)
Syarat berlakunya ialah diundangkannya dalam lembaran negara (LN
= staatsblad) dulu oleh Menteri/Sekretaris negara. Sekarang oleh
Menkuhham (UU No. 10 tahun 2004). Tujuannya agar setiap orang
dapat mengetahui UU tersebut (fictie=setiap orang dianggap tahu
akan UU = iedereen wordt geacht de wet te kennen, nemo ius
ignorare consetur= in dubio proreo, latin).
Berakhirnya/tidak berlaku lagi jika :
a. Jangka waktu berlakunya telah ditentukan UU itu sudah lampau
b. Keadaan atau hal untuk mana UU itu diadakan sudah tidak ada lagi
c. UU itu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat atau instansi yang
lebih tinggi
d. Telah ada UU yang baru yang isinya bertentangan atau berlainan dgn UU yg
dulu berlaku.
Lembaran negara (LN) dan berita negara : LN adalah suatu
lembaran (kertas) tempat mengundangkan
(mengumumkan) semua peraturan negara dan pemerintah
agar sah berlaku. Penjelasan daripada suatu UU dimuat dlm
tambahan LN, yg mempunyai nomor urut.
Kekuatan berlakunya undang-undang :
– UU mengikat sejak diundangkan berarti sejak saat itu orang wajib mengakui
eksistensinya UU.
– Sedangkan kekuatan berlakunya UU berarti sudah menyangkut berlakunya UU secara
operasional.
– Agar UU mempunyai kekuatan berlaku ahrus memenuhi persyaratan yaitu :
1. Kekuatan berlaku yuridis
2. Kekuatan berlaku sosiologis dan
3. Kekuatan berlaku fiolosofis.
Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut
(Pasal 7 UU No. 10/2004) :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
3. Peraturan Pemerintah;
4. Peraturan Presiden;
5. Peraturan Daerah (propinsi, kabupaten, desa)
Kebiasaan (custom)

perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang


dalam hal yang sama.
Untuk timbulnya hukum kebiasaan
diperlukan beberapa syarat :

1. Adanya perbuatan tertentu yg dilakukan berulang-ulang di dalam masyarakat


tertentu (syarat materiil)
2. Adanya keyakinan hukum dari masyarakat yang bersangkutan (opinio
necessitatis = bahwa perbuatan tsb merupakan kewajiban hukum atau
demikianlah seharusnya) = syarat intelektual
3. Adanya akibat hukum apabila kebiasaan itu dilanggar. Selanjutnya kebiasaan
akan menjadi hukum kebiasaan karena kebiasaan tersebut dirumuskan hakim
dalam putusannya. Selanjutnya berarti kebiasaan adalah sumber hukum.
Kebiasaan adalah bukan hukum apabila UU tidak menunjuknya (pasal 15 AB = (Algemene
Bepalingen van Wetgeving voor Indonesia = ketentuan2 umum tentang peraturan per UU an
untuk Indonesia
Disamping kebiasaan ada juga peraturan yang mengatur tata pergaulan masyarakat yaitu
adat istiadat. Adat istiadat adalah himpunan kaidah sosial yang sudah sejak lama ada dan
merupakan tradisi serta lebih banyak berbau sakral, mengatur tata kehidupan masyarakat
tertentu. Adat istiadat hidup dan berkembang di masyarakat tertentu dan dapat menjadi
hukum adat jika mendapat dukungan sanksi hukum.
Kebiasaan untuk hal itu ditempat atau wilayah hukum adat tertentu tidak sama dengan yang
berlaku di masyarakat hukum adat yang lain. Kebiasaan dan adat istiadat itu kekuatan
berlakunya terbatas pada masyarakat tertentu.
Jurisprudensi (Keputusan-
Keputusan Hakim)
Adalah keputusan hakim yang terdahulu yag dijadikan dasar pada keputusan hakim
lain sehingga kemudian keputusan ini menjelma menjadi keputusan hakim yang
tetap terhadap persoalan/peristiwa hukum tertentu.
Ada 2 jenis yurisprudensi :
– Yurisprudensi tetap keputusan hakim yg terjadi karena rangkaian keputusan
yang serupa dan dijadikan dasar atau patokanuntuk memutuskan suatu perkara
(standart arresten)
– Yurisprudensi tidak tetap, ialah keputusan hakim terdahulu yang bukan standart
arresten.
Traktat (treaty)

Traktat adalah perjanjian yang diadakan oleh 2


negara atau lebih yang mengikat tidak saja kepada
masing-masing negara itu melainkan mengikat pula
warga negara-negara dari negara-negara yang
berkepentingan.
Perjanjian (overeenkomst)

adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau


lebih saling berjanji untuk melakukan atau
tidak melakukan perbuatan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai