Anda di halaman 1dari 166

SOSIOLOGI HUKUM

DODI HARYONO, S.HI., S.H., M.H.


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS RIAU
PINTU TEATHER I SUDAH DIBUKA
SELAMAT MENIKMATI…….!!!
LATAR BELAKANG LAHIRNYA SOSIOLOGI HUKUM

 Anzilotti (1882) yang pertama kali


menggunakan istilah sosiologi hukum.
 Sosiologi hukum dipengaruhi oleh disiplin
ilmu filsafat hukum, ilmu hukum dan
sosiologi yang kajiannya berorientasi pada
hukum.
 Pengaruh ilmu hukum terhadap
sosiologi hukum dapat dilihat dari
pemaknaan hukum sebagai gejala
sosial
 Pengaruh sosiologi yang berorientasi
pada hukum dapat dilihat teori
solidaritas (Emile Durkhaim), teori
tipe ideal hukum antara hukum
irasional dan rasional (Max Weber).
 Pengaruh filsafat hukum yang
mendorong tumbuh dan
berkembangnya sosiologi hukum
dapat dilihat dari beberapa aliran
filsafat hukum yaitu:
1. Positivisme
2. Mazhab Sejarah
3. Utilitarianisme
4. Sosiological jurisprudence
5. Pragmatic legal realisme
PEMIKIRAN/ALIRAN DALAM
SOSIOLOGI HUKUM
1. ALIRAN POSITIVISME : Hukum adalah perintah
dari penguasa, terpisah dari moral,
mengedapankan kepastian hukum.
2. ALIRAN UTILITARIANISME : Hukum itu harus
bermanfaat bagi masyarakat, guna mencapai hidup
bahagia.
3. ALIRAN MAZHAB SEJARAH : Hukum itu tidak
dibuat, akan tetapi tumbuh dan berkembang
bersama sama dengan masyarakat.
4. ALIRAN SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE : hukum
yang dibuat harus sesuai dengan hukum yang
hidup di dalam masyarakat (living law).
5. ALIRAN REALISME HUKUM : hukum tidak lepas dari
logika yang berfungsi sebagai alat rekaya sosial
yang sumber utamanya dari putusan hakim di
pengadilan
PENGERTIAN
SOSIOLOGI HUKUM
1. secara teoritis analitis dan empiris
menganalisis atau mempelajari
hubungan timbal balik antara hukum
dengan gejala-gejala sosial lainnya.
2. Menyelidiki hukum sebagai bagian dari
kehidupan masyarakat
3. Menyelidiki hukum senyatanya, bukan
sebaiknya atau seharusnya
KARAKTERISTIK SOSIOLOGI HUKUM

DESKRIPSI

KARAKTERISTIK PENJELASAN
SOSIOLOGI
HUKUM
PENGUNGKAPAN

PREDIKSI
KARAKTERISTIK SOSIOLOGI HUKUM

 Deskripsi : Berusaha untuk memberikan


deskripsi terhadap praktik-praktik hukum.
 Penjelasan : Bertujuan untuk menjelaskan
mengapa praktik-praktik hukum itu terjadi
dalam kehidupan masyarakat.
 Pengungkapan : Sosiologi hukum tidak
memberikan penilaian terhadap hukum
 Prediksi : Menguji kesahihan empiris dari
peraturan atau pernyataa hukum, sehingga
mampu memprediksi apakah sesuai atau
tidak sesuai dengan kondisi masyarakat
tertentu.
OBYEK KAJIAN

 Terdapat 2 model kajian sosiologi hukum :


1. Konvensional : Kontrol sosial yang dikaitkan
dengan konsep sosialisasi
2. Kontemporer : masalah yuridis empiris atas
hukum yang hidup dalam masyarakat yang
heterogen dan multikultural
 Dari objek yang teliti, sosiologi hukum
dapat dibagi :
1. Sosiologi yang berobjekan hukum.
2. Sosiologi yang berobjekan para pelaku hukum
3. Sosiologi yang berobjekan pendapat orang
mengenai hukum
 Beberapa masalah yang disoroti
sosiologi hukum antara lain:

1. Hukum dan sistem sosial masyarakat


2. Persamaan dan perbedaan sistem hukum
3. Sifat hukum yang dualistis
4. Hukum dan kekuasaan
5. Hukum dan nilai-nilai budaya
6. Kepastian hukum dan kesebandingan
hukum
7. Peranan hukum sebagai alat pengubah
masyarakat
METODE PENDEKATAN
DAN MANFAAT SOSIOLOGI HUKUM

 Dua model pendekatan mempelajari


hukum :
1. Yuridis Normatif :
Bagaimana hukum seharusnya
diterapkan dalam kehidupan masyarakat
2. Yuridis empiris (Sosiologi Hukum) :
Bagaimana hukum dalam kenyataannya
di dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan.
Perbandingan pendekatan Yuridis Empiris
dengan Yuridis Normatif
Perbandingan Yuridis Empiris Yuridis Normatif

Objek Sociological Jurisprudence


Model Model
Fokus Social Structure Analisis Aturan

Proses Perilaku Logika


(behavior) (logic)
Pilihan Ilmu Praktis
pengetahuan
Tujuan Penjelasan Pengambilan
keputusan
MANFAAT MEMPELAJARI
SOSIOLOGI HUKUM
 Mengetahui dan memahami perkembangan hukum
positif (tertulis/tdk tertulis) di dalam masyarakat.
 Mengetahui efektifitas berlakunya hukum positif di
dalam masyarakat.
 Mampu menganalisis penerapan hukum di dalam
masyarakat.
 Mampu mengkonstruksikan fenomena hukum yg terjadi
di masyarakat.
 Mampu memetakan masalah-masalah sosial dalam
kaitan dengan penerapan hukum di masyarakat.

(Baca Sosiologi, Hukum dan Sosiologi Hukum. B.R. Rijkschroeff)


MATERI KULIAH II

MASYARAKAT DAN HUKUM


 Ciri-ciri masyarakat (Soerjono Soekanto)
adalah :
 Manusia yang hidup bersama.
 Bercampur untuk waktu yang cukup lama.
 Ada kesadaran suatu kesatuan antar individu.
 Merupakan suatu sistem hidup bersama.
Golongan Masyarakat
 Selanjutnya ada 3 macam golongan besar
didalam masyarakat, yaitu :
 Golongan berdasarkan hubungan
kekeluargaan, perkumpulan, keluarga.
 Golongan berdasarkan hubungan
kepentingan/pekerjaan seperti koperasi,
sosial dan olah raga
 Golongan berdasarkan hubungan pandangan
hidup, idiologi seperti parpol dan keagamaan.
Bentuk Masyarakat
 Berdasarkan sifat pembentukannya :
a. Masyarakat yang teratur guna tujuan tertentu,
misalnya perkumpulan olah raga
b. Masyarakat teratur tetapi mempunyai kepentingan
bersama, penonton bioskop, penonton sepak bola.

 Berdasarkan hubungan yang diciptakan para anggota :


a. Masyarakat Paguyuban: hubungan tidak berdasarkan
kebutuhan dan kepribadian
b. Patembayan: hubungan tidak berdasarkan
kepribadian, tetapi dipengaruhi oleh faktor mencari
keuntungan. Misal : Fa, PT,BUMN dll.
 Berdasarkan hubungan kekeluargaan
 Berdasarkan hubungan kebudayaan, a.l :
a. Masyarakat Primitif dan Modern
b. Masyarakat Desa dan Kota
c. Mayarakat teritorial ( berdasarkan
tempat )
d. Mayarakat Geneologis ( berdasarkan
keturunan)
e. Masyarakat teritorial dan Geneologis
 Adapun penyebab manusia selalu
hidup bermasyarakat karena :
 Hasrat untuk memenuhi keperluan
sandang, pangan dan papan
 Hasrat untuk membela diri
 Hasrat untuk mengadakan keturunan
 Norma / kaidah adalah merupakan peraturan
tingkah laku yang menentukan apakah yang harus
dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh
manusia.
 Pada dasarnya Norma dibagi 2 golongan yaitu :
a. Norma yang mengatur peristiwa-peristiwa fisika.
b. Norma yang mengatur tingkah laku manusia
,antara lain:
 Norma Agama yaitu peraturan hidup yang
harus diterima sebagai perintah, larangan dan
anjuran yang berasal dari Tuhan.
 Norma Kesusilaan yaitu peraturan hidup yang
berasal dari hati nurani manusia.
 Norma Kesopanan yaitu peraturan hidup yang
timbul dari pergaulan antar manusia.
 Norma Hukum yaitu peraturan yang timbul dan
dibuat oleh penguasa Negara.
 Beberapa hal yang membedakan norma hukum
dengan norma lainnya adalah sebagai berikut;
 Suatu norma hukum itu bersifat heteronom, dalam
arti bahwa norma hukum itu datangnya dari luar
diri kita sendiri.
 Suatu norma hukum itu dapat dilekati dengan
sanksi pidana ataupun sanksi pemaksa secara
fisik, sedangkan norma lainnya tidak dapat dilekati
oleh sanksi pidana ataupun sanksi pemaksa
secara fisik.
 Dalam norma hukum, sanksi pemaksa itu
dilaksanakan oleh aparat negara sedangkan
terhadap pelanggaran norma-norma lainnya sanksi
itu datangnya dari kita sendiri.
 Masyarakat Hukum (Recht Sociale):
Sekelompok orang yang berdiam dalam
suatu wilayah tertentu dimana di dalam
kelompok tersebut berlaku serangkaian
peraturan yang menjadi pedoman
bertingkah laku bagi setiap anggota
kelompok dalam pergaulan hidup mereka.
Peraturan iru dibuat oleh kelompok itu
sendiri dan berlaku bagi mereka sendiri.
Pengertian hukum
 Apakah hukum itu ?
 Ada adgium dimana ada hukum disitu ada
masyarakat/ubi ius ubi scietas.
 Mazhab sejarah FC Von savigny,tiap
hukum ditentukan oleh waktu,tempat dan
kondisi masyarakat.
 Ajaran hukum alam: hukum sama saja
dimanapun dan kapanpun tidak
tergantung kepada pandangan2 manusia
dan ia lebih sempurna dari pada hukum
positif.
 Pengertian hukum menurut para Ahli
 Plato:hukum adalah sistem peraturan-
peraturan yang teratur dan tersusun baik
yang mengikat masyarakat.
 Austin,Hukum adalah peraturan yang
diadakan untuk memberi bimbingan
kepada makhluk yang berakal yang
berkuasa atasnya.
 E.Utrecht,menyebutkan hukum adalah
himpunan petunjuk hidup(perintah dan
larangan)yang mengatur tata tertib dalam
suatu masyarakat dan seharusnya ditaati
oleh seluruh anggota masyarakat yang
bersangkutan,olehkarena itu pelanggaran
petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan oleh pemerintah
atau penguasa itu.
 Sarjono soekanto,hukum sesuai dengan
arti yang diberikan oleh masyarakat
adalah:
- Hukum sebagai ilmu pengetahuan
- Hukum sebagai disiplin
- Hukum sebagai kaedah
- Hukum sebagai tata hukum
- Hukum sebagai petugas
Hukum sebagai keputusan penguasa
-Hukumsebagai proses pemerintahan
-Hukum sebagi sikap tindak atau prilaku
yang teratur
-Hukum sebagai jalinan nilai yang teratur
Tujuan Hukum
 Dapat dilihat dari 3 teori :
1. Teori Etis (Etische Theori)
Hukum semata-mata bertujuan untuk mencapai keadilan

2. Teori Utilitis (Utiliteis Theori)


Hukum bertujuan untuk memberikan kebahagian
(kemanfaatan) sebesar-besarnya kepada manusia

3. Teori Gabungan/Campuran
Tujuan hukum bukan hanya keadilan semata, melainkan
juga kemanfaatannya
Fungsi-Fungsi Hukum
Terdapat 4 fungsi hukum, yaitu:
1. Memberikan pedoman atau pengarahan
pada warga masyarakat untuk
berperilaku
2. Pengawasan atau pengendalian (social
control)
3. Penyelesaian sengketa (dispute
settlement)
4. Rekayasa Sosial (social enginering)
PERKEMBANGAN HUKUM DLM
MASYARAKAT
 Fungsi Sosial : sbg himpunan moralitas & wahana
utk mencapai cita2 sosial (Durkheim).
(Represif – Restitutif)
 Struktur Sosial : hukum lahir scr bertahap,
dipaksakan olh pemegang kekuasaan, dipengaruhi
olh kepentingan material, ideal, cara berfikir kelas-2
sosial, dan kelompok-2 kepentingan dlm
masyarakat (Weber).
(Irasional Vs Rasional)
 Perubahan Sosial : keberadaan hukum hrs
mengabdi pd kepentingan rakyat, dan utk menekan
kaum borjuis (Karl Marx).
(Baca Pokok-2 Sosiologi Hukum Soerjono Soekanto)
MATERI KULIAH III
ASPEK BEKERJANYA HUKUM
DALAM MASYARAKAT
 HUKUM SEBAGAI SARANA KONTROL SOSIAL.
Suatu proses yg dilakukan utk mempengaruhi orang-2 agar berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai yg disepakati bersama. Kontrol sosial dijalankan dg
menggerakkan brbg aktivitas alat ngr utk mempertahankan pola hubungan &
kaedah-2 yg ada.

 HUKUM SEBAGAI SARANA REKAYASA SOSIAL.


Suatu proses yg dilakukan utk mengubah perilaku masyarakat, bukan utk
memecahkan masalah sosial.

 HUKUM SEBAGAI SIMBOL


Fungsi hukum sebagai simbol merupakan makna yang dipahami oleh seseorang
dari prilaku warga masyarakat tentang hukum

 HUKUM SEBAGAI ALAT INTEGRASI


Fungsi hukum untuk mencegah dan menyelesaiakan konflik yang terjadi
masyarakat.

 HUKUM SEBAGAI ALAT POLITIK


Fungsi hukum menampung kepentingan politik masyarakat.
HUKUM SBG ALAT KEJAHATAN.......?

Law as a tool of crime, perbuatan jahat


dg menggunakan hukum sbg alatnya
sulit dilacak karena diselubungi olh hk
dan berada dlm hukum.
HUKUM SEBAGAI ALAT MENGUBAH MASYARAKAT
(SOCIAL ENGINERING)

 Hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat, dalam arti bahwa


hukum dapat dipergunakan sebagai alat oleh agent of change
(pelopor perubahan). agent of change dimaksud adalah seseorang
atau kelompok orang yang mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Suatu perubahan sosial yang yang dikehendaki
atau direncanakan, selalu berada dibawah pengendalian serta
pengawasan pelopor perubahan tersebut. Cara-cara untuk
mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan
direncanakan terlebih dahulu, dinamakan social engineering atau
social planning. (Soekanto: 107)

 Perubahan sosial seringkali menggunakan hukum sebagai alat


pengubah yang paling utama. Dengan demikian, hukum mempunyai
pengaruh langsung atau tidak langsung di dalam mendorong
terjadinya perubahan sosial.
 Perubahan sangat tergantung pada kemampuan pelopor
perubahan dalam mengatasi disorganisasi akibat adanya
perubahan yang sangat dipengaruhi oleh sukses tidaknya
pelembagaan unsur-unsur baru yang menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan tersebut.
 Berhasil tidaknya pelembagaan tersebut berkaitan erat dengan
tiga hal yaitu :
1. Efektivitas dalam menanamkan unsur-unsur yang baru.
2. Kekuatan yang menentang dari masyarakat
3. Kecepatan dalam menanam unsur-unsur yang baru
 Penggunaan hukum sebagai alat pengubah masyarakat agar
behasil positif harus disesuaikan dengan anggapan-anggapan
(pandangan) masyarakat. Untuk itu yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut :
1. menelaah bagaimana anggapan-anggapan (pandangan)
masyarakat
2. menelaah bagian-bagian mana dari suatu sistem hukum
yang harus dihargai oleh bagian tersebesar masyarakat
3. Meneliti setiap tahapan penerapan hokum tersebut apakah
berjalan efektif.
HUKUM SEBAGAI SARANA PENGATUR
PERILAKUAN (SOCIAL CONTROL)
 Hukum sebagai social control biasa diartikan sebagai suatu
proses, baik yang direncanakan maupun tidak, yang
bersifat mendidik, mengajak atau bahkan memaksa warga
masyarakat agar mematuhi system kaidah dan nilai yang
berlaku.
 Perwujudan social control dapat berupa pemidanaan,
kompensasi, terapi maupun konsiliasi.
 Standar atau patokan dari pemidanaan adalah suatu
larangan, yang apabila dilanggar akan mengakibatkan
penderitaan bagi pelanggarnya.
 Standar atau patokan dari kompensasi adalah kewajiban,
dimana inisiatif untuk memprosesnya ada pada pihak yang
dirugikan.
 Standar atau patokan dari terapi maupun konsiliasi sifatnya
remedial, artinya mengmbalikan situasi (interaksi sosial)
pada keadaan yang semula.
Bagaimana UU Pornografi ???

Pasal 1 angka 1 UU N0. 44 Tahun 2008


menyebutkan definisi Pornografi adalah
gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara,
bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun,
percakapan, gerak tubuh, atau bentuk
pesan lainnya melalui berbagai bentuk
media komunikasi dan/atau pertunjukan di
muka umum, yang memuat kecabulan atau
eksploitasi seksual yang melanggar norma
kesusilaan dalam masyarakat
LARANGAN-LARANGAN
DALAM UU PORNOGRAFI
 Setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak,
menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor,
mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau
menyediakan pornografi yang secara eksplisit memuat:
a. persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang;
b. kekerasan seksual;
c. masturbasi atau onani;
d. ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan;
e. alat kelamin; atau
f. pornografi anak.
 Setiap orang dilarang menyediakan jasa pornografi yang:
a. menyajikan secara eksplisit ketelanjangan atau tampilan yang
mengesankan ketelanjangan;
b. menyajikan secara eksplisit alat kelamin;
c. mengeksploitasi atau memamerkan aktivitas seksual; atau
d. menawarkan atau mengiklankan, baik langsung maupun tidak
langsung layanan seksual.
 Setiap orang dilarang meminjamkan atau mengunduh pornografi
 Setiap orang dilarang memperdengarkan, mempertontonkan,
memanfaatkan, memiliki, atau menyimpan produk pornografi,
kecuali yang diberi kewenangan oleh peraturan perundang-
undangan.
 Setiap orang dilarang mendanai atau memfasilitasi perbuatan
pornografi
 Setiap orang dilarang dengan sengaja atau atas persetujuan dirinya
menjadi objek atau model yang mengandung muatan pornografi.
 Setiap orang dilarang menjadikan orang lain sebagai objek atau
model yang mengandung muatan pornografi.
 Setiap orang dilarang mempertontonkan diri atau orang lain dalam
pertunjukan atau di muka umum yang menggambarkan
ketelanjangan, eksploitasi seksual, persenggamaan, atau yang
bermuatan pornografi lainnya.
 Setiap orang dilarang melibatkan anak dalam kegiatan dan/atau
sebagai objek pornografi
PRO UU KONTRA UU
PORNOGRAFI PORNOGRAFI
Apakah UU No. 44 Tahun 2008
tentang Pornografi telah efektif
dalam merubah dan mengontrol
perilaku masyarakat ?
MATERI KULIAH IV
HUKUM DAN STRATIFIKASI DALAM
KENYATAAN SOSIAL

 Stratifikasi sosial : pembedaan penduduk


atau masyarakat ke dalam ke dalam kelas-
kelas secara bertingkat atau secara hirarkis
 Stratifikasi sosial timbul karena adanya
perbedaan masyarakat dalam hal :
1. Kekayaan
2. Kekuasaan
3. Kehormatan
4. Pengetahuan
Stratifikasi Sosial vs Hukum
 Semakin rendah status sosial seseorang
dalam masyarakat, semakin banyak
perangkat hukum yang mengaturnya.
 Semakin tinggi status sosial seseorang
dalam masyarakat, semakin sedikit pula
perangkat hukum yang mengaturnya.
 Kondisi tersebut bertentangan dengan
prinsip persamaan di depan hukum
Hubungan Hukum & Kekuasaan
Terdapat 2 pendapat :
a. Tidak ada hubungan antara hukum dengan
kekuasaan
b. Terdapat hubungan antara hukum dengan
kekuasaan
1. Hukum lebih dominan daripada kekuasaan
2. Kekuasaan lebih dominan dari pada hukum
3. Hukum dan kekuasaan saling melengkapi.
 Hukum tanpa kekuasaan adalah angan-
angan, kekuasaan tanpa hukum akan
memunculkan kelaliman
PARADIGMA HUKUM
(Baca Sosiologi, Hukum dan Sosiologi Hukum. B.R. Rijkschroeff)

PARADIGMA I
NORMAL LAW ANOMALI
(Pra Normatif)

LAW REVOLUTION KRISIS

PARADIGMA II
NORMAL LAW ANOMALI BARU
(Normatif)

dst
PARADIGMA : PANDANGAN FUNDAMENTAL TTG APA YG MENJADI POKOK PERSOALAN
(SUBJECT MATTER) DALAM HUKUM
MATERI KULIAH V
PRANATA SOSIAL

 Pranata Sosial adalah wadah yang


memungkinkan masyarakat untuk
berinteraksi menurut pola perilaku yang
sesuai dengan norma yang berlaku.
 Horton dan Hunt mengartikan pranata sosial
sebagai suatu hubungan sosial yang
terorganisir yang memperlihatkan nilai-nilai
dan prosedur-prosedur yang sama dan yang
memenuhi kebutuhan2 dasar tertentu dalam
masyarakat.
 MACAM-MACAM PRANATA SOSIAL

1. Pranata Ekonomi (memenuhi kebutuahan material) ,


bertani,industri, bank, koperasi dan sebagainya
2. Pranata Sosial/ memenuhi kebut. Sosial : perkawinan, keluarga,
sistem kekerabatan, pengaturan keturunan.
3. Pranata politik/ jalan alat untuk mencapai tujuan bersama dlm
hidup bermasyarakat. seperti sistem hukum, sistem kekuasaan,
partai, wewenang, pemerintahan
4. Pranata pendidikan/memnuhi kebutuahn pendidikan, seperti PBM,
sistem pengetahuan, aturan, kursus, pendidikan keluarga, ngaji.
5. Pranata kepercayaan dan agama/ memenuhi kebutuhan spiritual.
seperti upacara semedi, tapa, zakat, infak, haji dan ibadah lainnya.
6. Pranata Kesenian/ memenuhi kebutuhan manusia akan
keindahan, seperti seni suara, seni lukis, seni patung, seni drama,
dan sebagainya
7. Pranata hukum/ memenuhi kebutuhan manusia akan ketertiban
dan keadilan.
PRANATA HUKUM

3. Peranan Hukum
Terdiri dari hak (fakultatif) dan kewajiban
1. Subyek Hukum
(imperatif).
Adalah pengemban hak dan kewajiban.
Siapa saja? Orang pribadi dan badan hukum
(Criminal Justice System) 4. Peristiwa Hukum
Merupakan perbuatan hukum yaitu
segala perbuatan yang dilakukan
2. Masyarakat Hukum seseorang untuk menimbulkan hak dan
Kumpulan dari subyek hukum di dalam suatu kewajiban
masyarakat sebagai suatu sistem yang
5. Hubungan Hukum
teratur dan hukum yang tercipta dalam
Bisa sederajat, timbal baik, dan timpang
hubungan dengan masyarakat itu sendiri,
bersifat abstrak dan memerlukan adanya
relation and communication. 6. Obyek Hukum
Segala sesuatu yang berguna bagi
subyek hukum, meliputi: materiil dan
immateriil
MATERI KULIAH VI
EFEKTIVITAS PENEGAKKAN HUKUM

 Faktor-faktor yang mempengaruhi


berfungsinya hukum di masyarakat :
1. Kaidah hukum
2. Penegak hukum
3. Sarana/Fasilitas
4. Warga Masyarakat
Kaidah Hukum
 Berlakunya hukum sebagai kaidah :

1. Kaidah hukum berlaku secara yuridis

Apabila sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang


ada di atasnya dan sesuai dengan kaidah pembentukanya

2. Kaidah hukum berlaku secara sosiologis

Apabila hukum dapat dipaksakan berlakunya oleh masyarakat


(teori kekuasaan) atau dilaksanakan masyarakat secara
sukarela.

3. Kaidah hukum berlaku secara filosofis

Sesuai dengan cita hukum sebagai nilai positif yang tertinggi


Penegak hukum
 Antara aturan hukum dengan penegakan
hukum saling berkaitan erat.
 Aturan hukum yang baik tidak akan
terlaksana apabila penegak hukumnya
buruk, sebaliknya penegak hukum yang
baik tidak berdayaguna apabila aturan
hukumnya buruk
Sarana/Fasilitas

Fasilitas atau sarana amat penting untuk


mengefektifkan suatu aturan tertentu yang
merupakan faktor pendukung tegaknya
suatu peraturan hukum.
Warga Masyarakat
 Adanya kesadaran hukum masyarakat untuk mematuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Apabila kesadaran hukum masyarakat tinggi, maka
ketaatan masyarakat terhadap hukum juga tinggi.
Sebaliknya Apabila kesadaran hukum masyarakat
rendah, maka ketaatan masyarakat terhadap hukum
juga rendah.
 Hal-hal yang mempengaruhi kesadaran hukum
masyarakat :
1. Penyuluhan hukum yang teratur.
2. Pemberian contoh teladan dari penegak hukum.
3. Pelembagaan yang terencana dan terarah
MATERI KULIAH VII

MODERNISASI HUKUM
CIRI-CIRI HUKUM MODERN
 Modernisasi hukum : upaya-upaya suatu bangsa untuk
mengubah hukum dengan tujuan mendapatkan suatu sistem
hukum yang lebih baik
 Menurut Marc Galenter, ciri-ciri hukum modern yaitu :
1. Berlakunya bersifat territorial (uniform).
2. Bersifat transaksional.
3. Universal
4. Sistem berjenjang/hierarchical.
5. Diorganisir secara birokratis.
6. Bersifat rasional/tertulis.
7. Dijalankan secara professional.
8. Fleksibel
9. Perantara yang menjalankan hukum
10. Pengawasan politik dan pembedaan tugas
 Menurut Nonet-Selznick, terdapat tiga tipe
tatanan hukum (modern) yaitu :
1. Tatanan Hukum Represif : tahap awal
perkembangan tatanan hukum yang
bertugas menyelesaikan masalah yang
sangat mendasar dalam mendirikan
tatanan politik (hukum mengabdi pada
kekuasaan)
2. Tatanan Hukum Otonomius : tahap
menunjukan suatu proses menuju ke arah
yang lebih baik dari tatanan hukum
represif (prosedur merupakan jantung
dari hukum).
3. Tatanan Hukum Responsif : tahap akhir
perkembangan tatanan hukum menuju
Rule of Law
Ciri-Ciri Tatanan Hukum Represif

 Institusi hukum secara langsung dapat


diakses oleh kekuatan politik
 Langgengnya sebuah otoritas merupakan
urusan yang paling penting dalam
administrasi hukum
 Lembaga-lembaga kontrol menjadi pusat
kekuasaan yang independen
 Rezim hukum berganda (dual law)
 Dominasi hukum pidana
Ciri-Ciri Tatanan Hukum Otonomius

 Hukum terpisah dari politik


 Tertib hukum mendukung model
peraturan
 Prosedur adalah jantung hukum
 Ketaatan terhadap hukum bersifat
mutlak
 Lebih menjaga integritas institusional
Ciri-Ciri Tatanan Hukum Responsif

 Perkembangan hukum meningkatkan


otoritas tujuan dalam pertimbangan
hukum
 Tatanan hukum yang tidak kaku
dengan dominasi hukum perdata
(Fleksibelitas & Keterbukaan)
 Peran luas masyarakat dalam
pembentukan dan penegakan hukum
PERBEDAAN TIGA TATANAN HUKUM
HUKUM REPRESIF HUKUM OTONOM HUKUM RESPONSIF

TUJUAN Ketertiban Legitimasi Kompetensi

LEGITIMASI Ketahanan Nasional dan Keadilan Procedural Keadilan Substantif


Tujuan Negara
PERATURAN Keras dan rinci, namun Luas dan rinci, mengikat Subordinat dari prinsip
berlaku lemah bagi pengauasa dan yang dan kebijakan
pembuat hukum dikuasai
PERTIMBANGAN Ad hoc, memudahkan Sangat melekat pada Purposif (berorientasi
mencapai tujuan dan otoritas legal, rentan tujuan) perluasan
bersifat partikular terhadap formalisme dan kompetensi kognitif
legalisme
DISKRESI Sangat luas, oportunistik Dibatasi oleh peraturan, Luas tetapi sesuai
delegasi yang sempit dengan tujuan
PAKSAAN Ekstensif, dibatasi secara Dikontrol oleh batasan- Pencarian positif bagi
lemah batasan hukum berbagai alternatif
MORALITAS Moralitas komunal, Moralitas kelembagaan Moralitas sipil, moralitas
moralisme hukum, yakni dipenuhi dengan kerjasama
moralitas pembatasan integritas proses hukum
POLITIK Hukum dibawah politik Hukum independen dari Intehgrasi hukum dan
politik politik
PARTISPASI Pasif Dibatasi prosedur baku Akses diperluas melalui
advokasi hukum dan
sosial
Bagaimana dengan Tatanan
Hukum di Indonesia
 Tatanan hukum pada masa Penjajahan Hindia
Belanda : Represif
 Tatanan hukum pada masa Penjajahan Jepang :
Represif
 Tatanana Hukum Pasca Kemerdekaan
1. 1945-1949 : Represif
2. 1950-1958 : Otonom (UUDS 1950)
3. 1959-1965 : Represif (Demokrasi Terpimpin)
4. 1966-1999 : Represif vs Otonom
5. 1999-Sekarang : Otonom vs Responsif ?
HUKUM DLM KONTEKS PERUBAHAN
SOSIAL
SOLIDARITAS SOSIAL

MEKANIS ORGANIS

KESADARAN
Masyarakat KOLEKTIF Masyarakat modern
segmental (Collective Conscience)

HUKUM REPRESIF HUKUM RESTITUTIF

(Baca Sosiologi, Hukum dan Sosiologi Hukum. B.R. Rijkschroeff )


MEMAHAMI MASYARAKAT
Auguste Comte menggambarkan masyarakat :
 Statika Sosial : Menganalogikan masy spt “anatomi” tubuh
manusia yg terdiri dr organ, kerangka & jaringan. Hal Ini =
mempelajari masy dlm keadaan statis sbg pendekatan yg
bersifat sinkronik.
 Dinamika Sosial : Menganalogikan masy spt berfungsinya
tubuh manusia, pernafasan, metabolisme, sirkulasi darah dll.
utk menggambarkan pertumbuhan organik dr embrio ke arah
kedewasaan. Hal ini = mempelajari masy dlm keadaan
dinamis, proses berlangsungnya kehidupan masy (perubahan
sosial) yg bersifat diakronik.

Baca: buku Sosiologi Perubahan Sosial


PERUBAHAN SOSIAL DLM KONTEKS
PEMBANGUNAN
 Perubahan sosial adl transformasi dalam organisasi masyarakat,
dalam pola berfikir dan dalam pola perilaku pd wakt tertentu
(Macionis).
 Perubahan sosial adl modifikasi dlm pengorganisasian masyarakat
(Persell).
 Perubahan sosial adl perubahan pola perilaku, hub sosial, lembaga
dan struktur sosial pd wkt tertentu (Farley).
 Kesimpulan :
1. Perubahan sosial mengacu pd variasi hubungan antar individu,
kelompok, organisasi, kultur dan masyarakat pd wakt tertentu.
2. Proses penggantian nilai-nilai budaya & institusi-institusi sosial
dalam konteks struktur dan organisasi masyarakat, menyangkut
pula orientasi berfikir, & gaya hidup manusia yang berlangsung dlm
kehidupan bersama sbg masyarakat.
PEMBANGUNAN
 Kata “Pembangunan” secara umum diartikan sbg ush utk
memajukan masy & warganya. Kemajuan dimaksud terutama
menyangkut segi material, shg pembangunan sering diartikan
sbg kemajuan yg dicapai masy hanya di bidang “ekonomi”
dengan tdk melihat segi moralitas manusia.
 Ada perbedaan prinsipiil antara konsep pembangunan yg
dianut olh “ngr berkembang” dg pembangunan “ngr maju”
(Adikuasa).
 Di Ngr berkembang persoalan pembangunan adl bgm
mempertahankan kehidupan sos, & bgm meletakkan dasar-
dasar ekonomi kehidupan masy yg mampu bersaing di pasar
internasional (Pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) dan pembangunan manusia (human
development) .
 Di Ngr maju (adikuasa) persoalan pembangunan adl bgm
melakukan ekspansi lebih lanjut bagi kehidupan ekonominya
yg sdh mapan.
Antara “Perubahan Sosial” dg “Pembangunan”
terdapat hubungan yang bersifat :

1. Resiprokal : saling berbalasan, saling bermanfaat, saling


tergantung, juga saling mengisi atau saling mengurangi.
2. Dialektika : penalaran dg dialog sbg cara utk menyelidiki
suatu masalah. Segala sesuatu yg terdapat di alam
semesta itu terjadi dari hasil pertentangan dua hal & yg
kemudian bertentangan dg yg lain shg menimbulkan hal
yg lain lagi.
POLA PERUBAHAN SOSIAL
1. Pola Linear : Perkembangan masyarakat mengikuti pola yg
pasti.
 Auguste Comte - Tiga tahap dlm peradaban:
1. Teologis & Militer : semua hub sos bersifat militer; masy/pok
bertujaun menundukkan masy/pok lain; semua konsepsi teoritik
didasarkan pd pemikiran mengenai adikodrati; dan kebijakan
dilandasi imajinasi, penelitian tdk dihargai.
2. Metafisik & Yuridis: jembatan perubahan dr bentuk
masyarakat militer dg masyarakat industri; kebijakan masih
dilandasi pd imajinasi ttp mulai bergeser kearah landasan
penelitian.
3. Ilpengtek & Industri: industri mendominasi hub sosial &
produksi jadi tujuan utama masy; imajinasi tergeser olh hasil
penelitian & konsepsi-2 teoritik.

Baca: buku Sosiologi Perubahan Sosial


 Unlinear : perkembangan masyarakat tidak selalu menuju
kearah kemajuan tetapi bisa juga ke arah kemunduran
(primitivisme).
 Spenser : struktur sosial berkembang secara “evolusioner”
dari struktur yg homogen ke arah heterogen. Perubahan
struktur sosial sll diikuti dg perubahan fungsi sosial. Masy
sederhana bergerak maju scr evolusioner ke arah ukuran
lebih besar, terpadu, majemuk, dan kepastian terjelma
menjadi bangsa yg beradab atau sebaliknya menjadi bangsa
yg primitif.
2. Pola Siklus : perkembangan masyarakat laksana st roda,
kadang di atas kadangkala turun ke bawah.
 Oswald Spengler : kebudayaan tumbuh, berkembang & pudar
laksana gelombang yg muncul mendadak, berkembang
kemudian lenyap, atau laksana tahap perkembangan seorang
manusia melewati masa muda, dewasa, tua, dan akhirnya
punah ( contoh : bangsa Yunanai, Romawi, Indian, Aborigin
dll).
MASALAH YG MENJADI PERHATIAN DLM
PERUBAHAN SOSIAL
• APA YANG BERUBAH. (Kependudukan, Pembagian Kerja,
Perburuhan, Peranan Keluarga dll).
• KEMANA ARAH PERUBAHAN. (Tradisional, Modernisasi).
• BAGAIMANA KECEPATAN DARI PERUBAHAN. (Evolusi,
Reformasi, Revolusi dll).
• MENGAPA TERJADI PERUBAHAN. (Kesenjangan budaya,
Demoralisasi, Disorganisasi, Involusi, Polarisasi, Erosi
Kepemimpinan dll).

• FAKTOR APA YG TERKANDUNG DLM PERUBAHAN. (Inovasi,


Invensi, Difusi dll).
INTERFACE DALAM PERUBAHAN SOSIAL

EKONOMI TRADISIONAL
FOKUSNYA ADL :
Proses sosial yg memungkinkan

PERUBAHAN
elit ekonomi & politik mengelola
POLITIK
(ORIENTASI KEKUASAAN) alokasi sumberdaya produksi
PERAN KEKUASAAN DALAM
KEPUTUSAN EKONOMI MRPKN
PIJAKAN UTAMA.

EKONOMI SOSIAL
(ORIENTASI PROVIT) (ORIENTASI MORAL)

EKONOMI MODERN
FOKUSNYA ADL :
Alokasi efisien atas sumberdaya
SOSIAL produksi scr berkesinabungan dg
PEMBANGUNAN
memperhatikan mekanisme sosial
(ORIENTASI MATERIAL)
politik, baik oleh lembaga swasta
maupun pemerintah utk memper-
tahankan/memperbaiki “standar
kualitas hidup manusia”.
PERKEMBANGAN TEORI PEMBANGUNAN
EKONOMI PHERY-PHERY • KETDK SEIMBANGAN EKONOMI
SOSIALIS (NGR PINGGIR) NGR BERKEMBANG DG NGR MAJU
MUNCUL NEGARA • EKSPLOITASI NGR MAJU THD NGR
LEPASNYA PAHAM METROPOLITAN BERKEMBANG
MANUSIA DALAM (NGR PUSAT) • COMPARATIVE ADVANTAGE
IKATAN-2 KOLEKTIF
MENUJU INDIVIDUALISM
FAKTOR PENYEBAB
• Free fight compatation
LIBERALISME • Invisible hand NEGARA- EROPA
MASHAB • devision of labour (Trickle Down Efect) • PSIKOLOGI - VIRUS N’ACH
FAK INTERNAL
KLASIK • spealization ROSTOW
• SUKSES
• SPIRIT
SELESAI
PD I & II → AMERIKA SERIKAT • KEBUD • KREATIFITAS
BANTU • RASIONAL
KEHANCURAN
EKONOMI NEGARA-2 ASIA
AFRIKA FAK EKSTERNAL • KETERGANTUNGAN SUATU
AMERIKA LATIN NGR KPD NGR LAIN
• GAGAL
• WELFARE STATE
• DEMOKRATISASI
KESEIMBANGAN DLM
• POLITIK CHECKS & EKONOMI POLITIK
BALANCES AWAL PERKEMBANGAN → EKONOMI PEMBANGUNAN
PEMBANGUNAN
EKONOMI DENGAN
• PERKUATAN
PEMBANGUNAN POLITIK
•KEKUASAAN YUDICEEL
DALAM HAL :

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN NEGARA BANGSA


(UNDP)
KEAMANAN MANUSIA
(HUMAN SECURITY) NEGARA
KESEJAHTERAAN
AKIBAT PERUBAHAN SOSIAL
(Abad ke-20)
 Jumlah penduduk dunia meningkat sangat tinggi
 Tuntutan bangsa untuk merdeka meningkat
 Polarisasi kekuasaan berkembang meluas
 Berkembangnya organisasi & oligarkhi menuntut perluasan
spesialisasi
 Bertambah lebar jurang pemisah antara yang memerintah dg
yang diperintah
 Hilangnya keseimbangan antara kekuasaan eksekutif,
legislatif & yudikatif
 Krisis kekuasaan yudiceel yg disebabkan oleh jumlah gol
semakin membesar, masing-2 berusaha merebut kekuasaan.
 Perundang-undangan yg lambat mengantisipasi, shg
kekuasaan yudiceel dipengaruhi oleh kekuatan-2 dominan
dlm masyarakat (politik, ekonomi).
CIVIL LAW PERGESERAN SISTEM
(Eropa Kontinental)
Peranan ngr dlm
HUKUM
pembuatan UU dominan
KOMPONEN CAMMON LAW CIVIL LAW
Hk tertulis sbg
andalan bagi Partisipatif dg Sentralistik karena
kepastian hk mengundangkan pembuatannya lbh
PEMBUATAN seluas-luasnya banyak ditentukan
parmas baik scr olh lbg-2 ngr trtm
individu maupun pemerintah
kelompok

ORIENTASI MASYARAKAT
Aspiratif,
Positivis instrumen
talis dlm arti isinya
memenuhi kehen- lbh mencerminkan
FUNGSI dak masyarakat kehendak atau alt
yg dkontestasikan justifikasi atas pro
scr demokratis gram yg akan
dilakukan pmrth
CAMMON LAW
(Anglo Saxon) Interpretatif krn
Hk tertulis & konvensi Limitatif karena hanya memuat
memuat kttn prin- mslh-2 pokok utk
Mendapat tempat yg sip scr rinci & ketat ditafsirkan dg prtn
penting PELUANG shg tdk dpt diinter- rendah yg dibuat
Hakim dpt membuat hk mll pretasikan scr sepi- olh pemrth, dmn
hak olh pmrth, interpretasi seke-
Vonis-2 tanpa hrs terikat kecuali hal-2 teknis dar menyangkut
pd hk tertulis hal-2 teknis
Keadilan diutamakan
PERUBAHAN SOSIAL vs NETRALITAS
HUKUM
ARUS POLITIK GLOBAL

NETRALITAS
HUKUM
TUJUAN HUKUM
1. KEADILAN SOSIAL PERUBAHAN MASALAH
2. KEBENARAN SOSIAL SOSIAL
3. KEMANFAATAN
SOSIAL KEBERFIHAKAN
HUKUM

PEMBANGUNAN NAS
MASALAH SOSIAL
Masalah sosial adalah penyimpangan perilaku individu
maupun lembaga di dalam masyarakat sebagai akibat
dari kebijakan atau penerapan kebijakan tidak tepat
dalam mengelola masyarakat sehingga menimbulkan
patologi sosial.

PERMASALAHAN SOSIAL MENYANGKUT :


1. Sistem kelembagaan.
2. Fungsi lembaga. Folkways,
3. Peranan lembaga. Mores,
4. Sarana dan prasarana. Customs &
5. Pengorganisasian lembaga.
Law
6. Manajemen lembaga.
Bentuk-2
Permasalahan
•Rakyat kecil dipakai untuk Kehidupan ekonomi kian mahal dan Lingkungan hidup
mendukung politik massa sulit rusak akibat
diskriminasi dlm
•Rakyat kecil di pelosok peruntukan tanah,
terperangkap dalam tarik-ulur dan kebuasan
politik lokal eksploatasi sumber
daya alam

Manipulasi sentimen etnis dan


Marginalisasi hak hidup warga agama untuk kepentingan elit
asli/suku terasing politik
DESAS-DESUS
(Horton & Hunt, Smelser, Kornblum, Light, Keller)

 Berita yg menyebar secara cepat, tidak


berdasarkan fakta (kenyataan), dr persoalan moral
hingga mslh kenegaraan.
 Tersebar karena orang perlu & suka.
 Menarik ketika terjadi ketegangan sosial.
 Dpt merusak nama baik (reputasi), kaburkan
tujuan, lemahkan semangat – digunakan utk
propaganda.
 Tdk dpt dibantah scr efektif hanya dg
menggunakan penjelasan yg rasional.
 Desas-desus yg berlangsung lama & diterima sbg
kebenaran bisa menjadi legenda.
PANIK
(Horton & Hunt, Smelser, Kornblum, Light, Keller)

 Kondisi emosional yg diwarnai olh keputusasaan &


ketakutan yg tdk terkendali, disertai penyelematan
diri scr kolektif yg didasari olh sikap histeris.
 Terjadi pd pok yg mengalami keletihan kr tekanan
jiwa (stress) sesaat atau berkepanjangan, berada
dalam keadaan sangat berbahaya & hanya
memiliki kemungkinan membebaskan diri scr
terbatas.
 Setiap orang menempuh cara utk melindungi
dirinya sendiri.
 “Kepemimpinan” sangat diperlukan dlm suasana
panik guna mengorganisasi agr kerjasama;
hilangkan ketidakpastian dg cara memberi arahan
& membangun kepercayaan diri.
GERAKAN SOSIAL
(Horton & Hunt, Smelser, Kornblum, Light, Keller)

 Perilaku masa yang melakukan kegiatan secara


berkesinabungan untuk menunjang atau menolak
kebijakan yg dianggap merugikan masyarakat atau
kelompok.
 Awal mula gerakan dilakukan olh suatu kelompok yg
merasa tdk puas thd suatu keadaan; pribadi kecewa;
penyaluran kegagalan; atau mereka yg merasa hidup
kurang berarti.
 Semula bentuk gerakan tidak terorganisasi, terarah
dan terencana selanjutnya terorganisasi.
 Contoh: Gerakan demo, gerakan ekspresif, gerakan
utopia, gerakan reformasi, gerakan revolusioner,
(KAMI 1966, Reformasi 1998).
 Faktor pendorong: kemiskinan, ketidakadilan, korupsi
yg parah, kekejaman, konsumerisme, individualisme,
gila materi & jabatan, hedonisme dll
CIVIL DISOBEDIENCE
(Horton & Hunt, Smelser, Kornblum, Light, Keller)

 Pembangkangan sipil adl penyimpangan hk


secara umum dan terbuka karena terdorong
oleh kata hati serta pandangan moral, disertai
dengan kesediaan menerima sanksi hukum.

 Aksi tsb merupakan teknik paksaan tanpa


paksaan yang menggunakan tuntutan dr
sejumlah orang yang rela menderita demi
menegakkan suatu pandangan moral.
 Pembangkangan sipil disebabkan kr
muncul-nya kasus-2 yang berkaitan
dengan adanya perasaan kurang puas atas
sistem hukum yang tidak adil.
 Aksi ini merupakan tindakan politik yang
bukan merupakan tindakan kekerasan
dengan tujuan untuk mengubah hukum
atau kebijakan pemerintah.
 Pembangkan sipil diilhami oleh pemikiran
bhw keadilan yg berlaku di masyarakat
hanya untuk golongan tertentu saja dan
kurang memperhatikan golongan yang lain.
 Pembangkangan sipil bisa mencapai
tuntutan yang dikehendaki apabila
memiliki disiplin diri yg kuat dari para
pelaku, dan tdk mengarah ke tindakan
kekerasan.
 Cara ini umumnya berlaku di negara-
negara demokrasi di mana para pelaku
telah memiliki kesadaran cukup tinggi dlm
hidup bernegara. Dengan kata lain
tuntutannya benar-benar utk kepentingan
bangsa dan negara.
 Social disobidience = Paksaan tanpa
kekerasan (nonviolent coercion) sbg teknik
perlawanan (non resistance) atau perlawanan
pasif (pasif resistance).
 Sasarannya ialah membangkitkan perasaan
simpati masyarakat dan mempermalukan
partai dominan agar partai dominan mau
membuat kelonggaran.
 Teoridasar: ketidakpuasan (discontent
theory), ketidakmampuan menyesuaikan diri
(malajusment theory), kesenjangan
(deprivasi).
PATOLOGI SOSIAL
 Semua tingkah laku yg bertentangan dg norma kebaikan,
stabilitas lokal, pola kesedarhanaan, moralitas, hak milik,
solidaritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga,
disiplin, kebaikan dan hukum formal (Penyakit
Masyarakat).
 Perkembangan tdk seimbang dr macam-2 bag
kebudayaan, shg melahirkan kesenjangan sosial,
kelambatan kultural (cultur lag), disorganisasi sosial,
hingga disintegrasi sosial.
 Inter-dependensi antara disorganisasi sosial dan
lingkungan budaya yg buruk merupakan rangsangan bagi
orang normal menjadi sakit sosial (sosiopatik).
 Bentuknya : Kemiskinan, Kejahatan, Pelacuran,
Alkoholisme, Narkotika, Perjugian, Pelacuran
STEREOTIPE
 Kesan (pandangan salah, prasangka) tentang
ciri-ciri tertentu (khusus) kelompok luar yang
telah diterima secara luas oleh masyarakat.
 Citra kaku tentang suatu kelompok ras atau
budaya yang dianut tanpa memperhatikan
kebenaran citra tersebut.
 Kecenderungan bahwa sesuatu yang dipercayai
orang besifat terlalu menyederhanakan dan
tidak peka terhadap fakta obyektif.
 Stereotype mungkin ada benarnya, tetapi tidak
seluruhnya benar.
ALIENASI
 Keterasingan, ketidakberdayaan,
ketidakberartian, keterpencilan,
ketidakseimbangan diri
 Keterasingan diri atas karyanya di dlm
masyarakat atau kelompok, disertai
perasaan tanpa norma, tanpa arti, tanpa
daya, tanpa kemampuan, tanpa perhatian,
merasa rendah diri, terisolasi, dan
tersingkir dlm kehidupan.
ANOMI
 Kondisi sosial yg tidak memiliki seperangkat
nilai & sistem penerapannya yang diyakini
benar, berlaku scr konsisten, dan
digunakan sebagai pedoman sikap &
perilaku oleh warga masyarakatnya.
 Nilai-nilai lama telah ditinggalkan
sedangkan nilai baru belum terbentuk.
 Cara menerapkan nilai lama tidak sesuai dg
perkembangan, sedangkan cara baru
belum ada.
POLARISASI
 Proses terjadinya dua lapisan dlm masyarakat
(lapisan atas dan lapisan bawah) yang
menunjukkan perbedaan sikap dan kemampuan
dalam merespon (menyerap) ilmu pengetahuan
dan teknologi serta hasil-hasil pembangunan
sedemikian rupa, sehingga menimbulkan
kesenjangan dlm kesejahteraan dan kemampuan
kedua lapisan tersebut.

 Bentuk a.l kesenjangan dlm kesejahteraan,


pendidikan, akses dlm berpolitik dll.
ANOMALI
 Anomali adalah proses penyimpangan fungsi-
fungsi lembaga dalam masyarakat yg tdk
segera diperbaiki peranannya sehingga
menimbulkan kegalauan atau keadaan anomi.
 Bentuknya berupa pelanggaran thd norma-
norma sosial yg tlh melembaga atau mapan,
tidak ada sanksi yg efektif, & tidak melakukan
perubahan scr substansial cara utk mengatasi
masalah.
INVOLUSI
 Involusi adalah kemunduran, kemerosotan
kebudayaan kr ketidakseimbangan yang terjadi di
dalam kehidupan sosial sudah mencapai bentuk
yang pasti, namun tidak berhasil diseimbangkan
atau diubah menjadi suatu pola baru, justru terus
berkembang hingga menjadi semakin rumit.
 Bentuknya berupa peningkatan teknik
melangsungkan kehidupan atas dasar ketertutupan
(exclucivisme), dlm konteks mekanisme daya tahan
masyarakat (defence-mechanisme), hingga sikap
sosial mengalami dehumanisasi, kepekaan sosial
menghilang, persepsi sosial menjadi kabur,
kebanggan hanya pada lambang-lambang
kesuksesan, mabuk kekuasaan, materi dan panik
EROSION PATRON-CLIENT
Pengikisan hubungan ketergantungan
antara Klien (yang dipimpin, dilindungi,
anggota) terhadap Patron (Pelindung,
Pemimpin) disebabkan oleh menguatnya
nilai kesadaran rasional di satu sisi, di
sisi laian melemahnya nilai ketauladanan
dan rasa tanggungjawab) Patron sbg
pengaruh dr orientasi materi yg menonjol,
serta berfikir dan bertindak scr ekonomis.
KRISIS
 Krisis adl proses melemahnya daya pengikat
sosial berupa nilai-nilai, lembaga-lembaga,
fungsi-fungsi, status-status, peranan-peranan,
mekanisme, tata-cara hidup dalam masyarakat
 Bentuknya berupa kontradiksi-kontradiksi
sikap dan tindakan dlm bentuk arogan, brutal,
agresif, anarkhi di masyarakat dalam
menghadapi setiap kebijakan yg dianggap
tidak selaras dengan pendapat umum
CRIME
 Crime is societal problem not criminal justice
problem (Radcliff Brown).
 Tindakan yang bertentangan dg rasa solidaritas
kelompok (Thomas).
 Pelanggaran thd perasaan ttg kasihan dan
kejujuran (Garofalo).
 Konsep kejahatan sering dilihat dr aspek
kegarangan tindakan (Feloni = kejahatan serius;
Misdemeanor = kejahatan yg kurang serius)
 Organized Crime : Suatu tindak kejahatan yg
dilakukan oleh sekelompok orang scr sistematis
(modus operandi).
 CriminalOrganization : Suatu organisasi yg didirikan
oleh para penjahat utk mengoptimalkan pencapaian
tujuan (punya struktur organisasi yg jelas, memiliki
keanggotaan tetap, menggunakan peralatan
teknologi, memiliki aksi kejahatan yang
berkelanjutan, menggunakan akumulasi kekuasaan
 StateOrganized Crime : tindakan yg menurut hk
ditentukan sbg kejahatan & dilakukan olh pejabat
pmrth dlm menunaikan tugas dr negara
 Crimeagaints humanity : 1) kejahatan perang;
2) pembersihan etnik (genocide; 3) perbudaan dll.
KEJAHATAN PD MASYARAKAT INDUSTRI
 Penyelundupan (smuggling) sbg bentuk kejahatan
konvesional yg berdimensi baru, memanfaatkan
teknologi komunikasi, transpotasi (kapal curah,
container, cargo air transportation, diplomatic bag dll).
 Penyebaran hama & penyakit mll bahan makanan
import kadaluarsa, baik berasal dr ngr pengeksport yg
kondisi alat angkutnya buruk, maupun yg tertahan di
pelabuhan tujuan.
 Pasar gelap (black market) barang-2 terlarang spt
makanan, minuman, drug mll pengemasan &
peredaran yg tdk konvensional (pembuangan limbah
3B, debt collector).
 Pemalsuan merk dagang terkenal &
pembajakan hak paten.
 Penggelapan pajak, pemalsuan restitusi
pajak.
 Penyalahgunaan credit card, pecurian pulsa
telp, money laundry.
 Pelecehan sex dan child abused, kejahatan
yg bersumber dr tekanan psikologis akibat
kerja berat & diburu wakt.
 Cyber crime (kejahatan maya.
 Kejahatan asuransi.
TERORISME
 Strategi untuk mencapai suatu tujuan dengan
menggunakan cara kekerasan atau ancaman
kekerasan utk memaksa pemerintah, penguasa
& rakyat dengan menimbulkan rasa takut.
 Digunakan olh kelompok yg hanya memperoleh
dukungan kecil, tetapi memiliki keyakinan yang
teguh atas kebenaran tujutannya.
 Berbagai tujuan terorisme : menarik perhatian
dunia, mengacaukan stabilitas pemerintahan,
mendukung revolusi, dan balas dendam.
WHITE COLLOR CRIME
 Ciri-2 WCC menurut Laura Snider :
- Dilakukan dlm konteks kewenangan.
- Berlindung di balik jabatan.
- Akibat yg ditimbulkan meluas.
- Menguntungkan diri sendiri maupun kelompok.
- Dilakukan dlm konteks sindikat.
 Label yg mengandung pesan moral & politik utk kejahatan
yg dilakukan olh orang-2 yg memiliki kedudukan sosial tinggi
& terhormat dlm pekerjaannya (para pengusaha &
eksekutif).
 Kegiatan tdk sah tanpa menggunakan kekerasan scr
langsung teruama menyangkut penipuan, penyesatan,
penyembunyian informasi, penggelapan dan manipulasi.
 WCC menggugurkan teori yg menyatakan pelaku kriminal
adl orang-2 yg berasal dr kelas sosial & ekonomi rendah.
JUDICIAL ACTIVISM
 Hakim yg mengembangkan atau memperluas
pengertian hukum dan peraturan konstitusi yang
berlaku dengan menggunakan interpretasi
hukum menurut pendapatnya sendiri.
 Kecenderungan para penegak hukum untuk
mengarah ke upaya memperluas atau
mempersempit pengertian peraturan hukum dan
ketetapan konstitusi di luar kehendak pembuat
peraturan hukum dan ketetapan tersebut.
JUDICIAL CRIME
Kejahatan yang dilakukan olh
aparat penegak hukum dlm
konteks jabatan & kekuasaan
untuk menetapkan
seseorang atau sekelompok
orang salah atau tdk
bersalah dg cara
menyimpangkan perkara dari
tujuan hk shg
menguntungkan diri sendiri &
merugikan fihak lain yg
berperkara serta merusak
tatanan hukum.
CRIMINAL LAWYER
Aktivitas lawyer yang menjadi
langganan pelanggar hukum baik
perorangan maupun terorganisir.
Pekerjaannya : merekayasa alibi,
mengatur pertemuan yg bersifat
tersembunyi, mempengaruhi
polisi, jaksa maupun hakin dlm
membuat berita acara, menuntut
hingga menyidangkan perkara.
Juga menakuti saksi,
mengaburkan peristiwa/perkara
mll mass media, dg cara
menyuap aparat gakkum, hingga
mengancam keselamatan hakim.
EXTRA JUDICIAL CRIME
 Lembaga yg terbentuk kr ketidakpuasan
masyarakat atas kinerja para penegak hukum.
 Masyarakat tdk mempercayai integritas moral
para penegak hukum kr aparat tlah melakukan
penyalahgunaan wewenang & memberi
perlindungan thd praktek-2 kejahatan.
 Masyarakat mengganggap tindakannya mrpkn
tindakan suci (mahatma) & mrpkn hk positif.
 Masyarakat melakukan upaya penegakan
hukum menurut pandangan & cara-cara
mereka sendiri.
HUMAN SECURITY
(Keamanan Manusia)
MULTI FASET KEAMANAN MANUSIA :
 Keamanan kultural & agama.
 Keamanan harta milik.
 Keamanan hak-hak manusia. Human security
 Keamanan perempuan. Anak sbg
dan lansia. Sistem keamanan
 Keamanan kerja. yg
 Keamanan keluarga & Kediaman. Berlawanan
 Keamanan makanan. dengan
 Keamanan perjalanan. Sistem State
 Keamanan informasi. sesurity
 Keamanan hak cipta.
 Keamanan pendidikan.
 Keamanan kesehatan. Jiwa & bencana.
PENDEKATAN DLM KEAMANAN MANUSIA :
 Pengusangan perang.
 Pengusangan kekerasan.
 Demokratisasi politik, ekonomi & hukum (peradilan
 Keadilan hukum.
 Pelestarian lingkungan.
 Penyelesaian konflik scr damai.
 Perubahan umur kerja.
 Multikulturalisme & multirelijionisme.
 Hak manusia dg relativism kultural.
 Ekoteknologi.
INDUSTRI KEAMANAN :
 Asuransi (pendidikan, usia lanjut, rumah,
kendaraan, kecelakaan, harta, pekerjaan,
perjalanan).
 Pengawalan, patroli, jaga malam.
 Detektif swasta.
 Pengamanan fisik (pagar, kunci, alarm, mata
elektronik, senjata api, foto kamera).
 Praktek dokter.
 Akutansi.
TANTANGAN KEAMANAN MANUSIA MASA DEPAN :
 Pangan, air, tanah, udara.
 Ekologi.
 Informasi.
 Kemiskinan mayoritas.
 Hak intelektual.
 Bencana alam.
 Perpecahan keluarga.
 Kesehatan.
 Radikalisasi agama.
 Terorisme.
 Trans-nasitional crime.
 Keseimbangan biomassa.
PROBLEM SOSIAL MASA KINI
(Makro)
 Upaya mempersenjatai diri dan upaya mengurangi
persenjataan (armament and disarment)
 Masalah Hak Asasi Manusia
 Alih teknologi, inflasi, tawar-menawar secara kolektif
(collective bargaining)
 Biaya pemerintahan (government budgeting),
 Inovasi kelembagaan (institutional innovation),
 Restrukturisasi sosial (social restructuring)
 Keikutsertaan buruh dalam mengelola perusahaan,
juga dalam hal penentuan kebijaksanan
(codetermination) serta keterlibatan buruh dlm
manajemen (worker’s self management)
 Hak atas non-diskriminasi (atas dasar jenis
kelamin, gender, dan /atau kemampuan melahirkan
anak, ras, kebangsaaan dst)
 Perbedaan perlakuan antara laki-laki dan
perempuan dalam bidang khusus, seperti lapangan
kerja, sistem peradilan dll
 Kebebasan vs kekerasan.
 Hak sipil dan politik lainnya (berkumpul,
mengelaurkan pendapat dll)
 Pembagian waris bagi wanita.
 Alokasi & peruntukan tanah.
 Perubahan tata-nilai dlm kesenian (musik).
 Perkawinan sesasama jenis. dll
KONFIGURASI PROBLEM SOSIAL

GRAND THEORY MASALAH KELEMBAGAAN


PROBLEM MAKRO
STRATEGIS

MIDDLE RANCE THEORY PROBLEM MESSO MASALAH ORGANISASI


TAKTIS

MASALAH
LOWER THEORY INDIVIDU
PROBLEM MIKRO
TEKNIS
 Masalah Makro :
- Masalah Keadilan.
- Masalah Kemakmuran.
- Masalah Keamanan.
 Masalah Messo :
- Sistem Penegakan Hukum.
- Sistem Kepolisian Nasional.
- Fungsi Lembaga Arbritase.
 Masalah Mikro :
- Persaingan Usaha.
- Kepailitan Perusahaan.
- Peranan lembaga.
- Perbankan.
- Perlidungan konsumen.
- Perlindungan wanita.
KULIAH KE 3
ANALISIS MASALAH
 Analisis merupakan kegiatan akal budi dlm rangka
memecahkan masalah dan berupaya utk memperoleh
jawabannya.
 Jenis analisis :
1. Analisis teoretis – suatu kajian untuk
mengubah/menambah/ mengembangkan pengetahuan.
2. Analisis praktis – suatu kajian untuk mengubah keadaan
atau menyelesaikan suatu masalah.
 3. Analisis problematik – kombinasi dari analisis teoretis dan
analisis praktis untuk mencari jalan keluar secara sistematis dlm
konteks pemecahan mslh empiris. Dalam hal ini menempatkan
proses dan problem dalam konteks sebagai suatu sistem.
 4. Analisis yuridis – cara berfikir yg terpola & terarah pd sistem
kaidah hukum positif dan kenyataan di masyarakat. Tujuannya
utk memelihara stabilitas dan prediktabilitas (menjamin
ketertiban dan kepastian hukum), serta utk menyelesaikan
kasus scr imparsial, obyektif, adil dan manusiawi.
 Penalaran adalah proses berfikir dari premis ke premis utk
mencapai kesimpulan. Hasilnya disebut argumentasi.
 Jenis-2 Argumentasi :
a. Deduksi.
b. Induksi.
c. Abduksi.
 Argumen deduksi = mengeksplisitkan kesimpulan yg sdh ada
dlm premis-2 scr tersirat. Bentuk dasarnya adl silogisme.
Hakekatnya merupakan penerapan premis umum pada premis
khusus atau premis mayor pada premis minor.
 Argumen induksi = berdasarkan premis-2 khusus utk menarik
kesimpulan umum. Prosesnya membanding-bandingkan
sejumlah kejadian atau fakta, selanjutnya berdasarkan
kesamaan-2 dan perbedaan-2 menarik kesimpulan umum.
 Argumen abduksi = berdasarkan sebuah kenyataan konkret yg
dipandang sbg problematika, disugestikan ke sbh aturan umum
utk menyelesaikan kejadian khusus ttt.
 Penalaran yuridis adalah proses suatu berfikir dalam rangka
mengidentifikasi hak-2 dan kewajiban-2 spesifik dari orang-2
tertentu. Secara teknik dijabarkan ke dalam enam langkah :
1. Memaparkan selengkap mungkin fakta dari suatu peristiwa yang
menimbulkan masalah.
2. Mengidentifikasi sumber hukum yang aplikabel.
3. Menganalisis sumber-2 hukum utk menetapkan aturan-2 yang
aplikabel & kebijakan (policy, tujuan kemasyarakatan) yang
melandasi aturan-2 tersebut.
4. Mensintesiskan aturan-2 hukum yang aplikabel ke dlm suatu
struktur koheren yang di dlm nya aturan yang lebih spesifik
dikelompokkan ke bawah aturan yang lebih umum.
5. Menelaah fakta yang diperoleh utk memilah, menstrukturkan dan
mengkualifikasi fakta yang relevan shg tampil peristiwa hukumnya.
6. Menerapkan struktur aturan-2 pada fakta yang relevan utk
menetapkan hak-2 dan kewajiban-2 yang diciptakan olh fakta
tersebut dg mengacu pada kebijakan yang melandasi aturan-2
tersebut.
 Proses berfikir yuridis – Penalaran hukum = legal reasoning =
argumen yuridis
FENOMENA

Fenomena adalah hal-hal yang dapat dilihat dengan panca


indera dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah.
Fenomena ini merupakan gejala atau kejadian yang dapat
ditangkap oleh indera manusia, misalnya gejala-gejala atau
kejadian alam. Dalam kegiatan kajian terhadap suatu masalah,
fenomena merupakan “titik awal” dalam upaya mendapatkan
informasi-informasi dan dijadikan suatu hal yang ingin diketahui.
Fenomena itu kemudian diabstraksikan dengan konsep-konsep
yaitu istilah atau simbol-simbol yang mengandung pengertian
singkat dari fenomena. Hasil dari suatu penelitian berupa fakta-
fakta yang diungkapkan dalam bentuk proposisi-proposisi, baik
berupa teori, dalil, hukum, digunakan untuk menjelaskan
fenomena-fenomena tersebut. Dengan demikian fenomena-
fenomena yang ingin diketahui akan terjawab setelah diperoleh
fakta-fakta.
KONSEP

Kata konsep berasal dari kata latin concipere yang berarti


mencakup, mengandung, mengambil, atau menangkap.
Kata bendanya adalah conceptus yang berarti tangkapan,
sehingga arti konsep sebenarnya adalah tangkapan. Jika
intelek (akal budi) manusia mengangkap atau melihat
sesuatu, maka buah atau hasil dr tangkapan tersebut
disebut konsep. Konsep dinyatakan dalam sebuah kata atau
kalimat. Jadi konsep adalah istilah atau simbol-simbol yang
mengandung pengertian singkat dari suatu fenomena.
Dengan kata lain konsep itu penyederhanaan dari fenomena
D A T A

Data merupakan bentuk jamak dari datum. Dalam bahasa


Indonesia, data diartikan sebagai keterangan yang benar dan
nyata atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian
(analisis). Data dapat berupa data kualitatif yaitu yang tidak
berbentuk angka yang diperoleh dari wawancara, pengamatan,
dan lain-lainnya, maupun kuantitatif berbentuk angka yang
diperoleh dari penjumlahan atau pengukuran.
Jadi data adalah keterangan atau hasil dari pengamatan/
pengukuran baik berupa nilai-nilai maupun angka yang biasa
dijadikan sebagai bahan dasar kajian atau analisis. Dalam
suatu kajian, data digunakan untuk menguji kebenaran suatu
hipotesis atau paradigma. Keabsahan hasil pengujian itu
tergantung pada kebenaran dan ketepatan data serta
kecermatan analisis data.
F A K T A
Fakta berasal dari bahasa latin factum. Fakta
merupakan bentuk jamak dari factum, berarti peristiwa,
bukti atau berita yg merupakan kenyataan, atau sesuatu
yg benar-benar terjadi.
Dengan demikian jika hipotesis atau paradigma
dinyatakan benar setelah diuji secara empirik, maka
hubungan-hubungan informasi yang diprediksikan menjadi
penyebab masalah benar, artinya hubungan-hubungan
tersebut benar-benar terjadi dan suatu peristiwa terbukti
kebenaranya berdasarkan fakta.
TEORI
Teori memiliki beberapa pengertian a. l :
1. Pendapat yg dikemukakan sbg keterangan mengenai
suatu peristiwa. Misalnya, teori tentang kejadian bumi,
teori tentang pembentukan negara.
2. Asas atau hukum scr umum yg menjadi dasar suatu
kesenian atau ilmu pengetahuan, Misalnya teori ttg
mengendarai mobil, teori ttg hukum dagang.
3. Seperangkat premis yg berhubungan scr logis baik
linear maupun tdk linear dan dinyatakan scr sistematis
utk menjelaskan gejala-gejala empiris.
4. Seperangkat konsep yg berhubungan satu sama lain
yg menggambarkan st fenomena dlm hubungan scr
kausalitas dg tujuan utk menerangkan, dan
meramalkan fenomena.
PREMIS
Rangkaian pernyataan mengenai hubungan antara
dua atau lebih konsep, yg tidak perlu dibuktikan
kebenarannya namun dpt diterima scr ilmiah
(logis).
Contoh Jika mahasiswa Universitas Jayabaya
pernah mengikuti kuliah di perguruan tinggi lain,
maka mereka cenderung belajar secara aktif
sehingga prestasinya cenderung lebih tinggi.
Grand Theory
TEORI FUNGSIONAL
(Durkheim, A. Comte, M. Weber, T. Parsons, H.
Spenser)
 Kohesi sosial dalam masyarakat :
 Di setiap masyarakat senantiasa dijumpai suatu
keterkaitan (kohesi). Dalam masyarakat seperti
itu terdapat pengelompokan intermedier atas
lembaga‑lembaga kemasyarakatan, sehingga di
dalamnya ada semacam struktur tertentu.
 Jika dalam pengelompokan membagi nilai
dengan norma‑norma yang sama, maka
masyarakat memiliki aturan dalam pergaulan
hidup, di mana orang‑orang mempunyai ikatan
erat dalam pengelompokan intermedier,
sehingga mereka mengindahkan nilai‑nilai dan
norma pergaulan hidup tersebut.
Grand Theory
TEORI KONFLIK
(Hobbes, Karl Maarx, Galtung, Dahrendorf, Simmel,
Coser, Slotkin)
 Konflik merupakan fenomena yg normal
dan natural.
 Konflik dpt menimbulkan keadaan tidak
enak, meresahkan, menegangkan,
menakutkan namun syarat bagi suatu
perubahan.
 Konflik sosial merupakan pertentangan
antara dua pihak atau lebih yang
menyangkut masalah ekonomi, kekuasaan,
keyakinan agama, ras.
Lower Theory

 Teori‑teori Under Control atau teori‑teori untuk


mengkaji perilaku jahat seperti teori Disorganisasi
Sosial, teori Netralisasi dan teori Kontrol Sosial.
Teori ini secara umum membahas mengapa ada
orang melanggar hukum meskipun kebanyakan
orang tidak demikian.
 Teori‑teori Kultur, Status dan Opportunity seperti
teori Status Frustasi, teori Kultur Kelas dan teori
Opportunity yang menekankan mengapa adanya
sebagian kecil orang menentang aturan yang
telah ditetapkan masyarakat di mana mereka
tinggal.
 Teori Over Control yang terdiri dari teori Labeling,
teori Konflik Kelompok dan teori Marxis. Teori ini
lebih menekankan kepada masalah mengapa
orang bereaksi terhadap kejahatan.
ANOMI
(Emile Durkheim)

Anomi adalah keadaan deregulation dalam


masyarakat, karena tidak ditaatinya
aturan‑aturan yang telah mapan (aturan lama
ditinggalkan sedangkan aturan baru belum
ada), kehidupan menjadi seolah-olah tanpa
pedoman, orang sulit manangkap apa yang
diharapkan dari orang lain baik untuk bersikap
maupun bertindak, sehingga keadaan menjadi
galau atau membingungkan.
ANOMI
(R.K.MERTON)
 Innovation (pembaharuan) adalah keadaan di mana tujuan
dalam masyrakat diakui dan dipelihara, akan tetapi tdk
terjadi perubahan sarana yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan. Masyarakat masih ada yang percaya
dengan cara-cara lama untuk mencapai tujuan, namun
beralih menggunakan sarana baru jika menemui halangan
terhadap cara yang digunakan untuk mencapai
kesusksesan.
 Conformity (menyetujui) adalah suatu keadaan di mana
warga masyarakat menerima tujuan dan sarana ‑sarana
baru (legitimate mean) yang berkembang di masyarakat
karena ada tekanan sosial. Di sisi lain meskipun
masyarakat memiliki sarana yang terbatas tetapi tidak
melakukan penyimpangan, mereka melanjutkan
pencapaian tujuan hidup dan percaya atas legitimasi
sarana-sarana konvensional dengan mana kesusksesan
akan dicapai.
 Ritualism (tatacara keagamaan) yaitu keadaan di mana
warga masyarakat yang telah menerima tujuan dan
sarana-sarana baru, namun sarana­sarana baru tidak
kunjung diadakan. Masyarakat meredakan ketegangan
dengan menurunkan skala aspirasi sampai pada batas
yang bisa mereka capai daripada mengejar tujuan
budaya kesuksesan yg hanya ilusi.
 Retreatism (penarikan diri) yaitu keadaan di mana warga
masyarakat melepaskan tujuan budaya sukses dan
sarana-sarana sah. Warga masyarakat mulai
menyesuaikan diri dari menurut cara-cara sendiri,
misalnya dengan mabok-mabokan, pecandu narkoba
hingga puncaknya bunuh diri.
 Rebellion (pemberontakan) yaitu keadaan di mana
tujuan dan sarana yang terdapat dalam masyarakat
ditolak, berusaha untuk mengganti atau mengubah
seluruhnya. Meraka juga menginginkan utk mengubah
sistem melalui social disobidien (pembangkangan
EXCHANGE THEORY
(Peter Blau)
Premis-premisnya :
 Pertukaran sosial tidak simetris, ttp dilandasi olh sistem
stratifikasi berdasarkan kekuasaan dan wewenang.
 Perbedaan status dlm masyarakat berakibat adanya
perbedaan transaksi dalam pertukaran antar warga,
status yg rendah ditentukan olh status yg tinggi.
 Legitimasi pemimpin dlm masyarakat tdk menjamin
para anggota merasa puas thd kepemimpinannya,
atau memahami apa yang diharuskan olh pimpinan,
karena setiap pertukaran salalu diikuti oleh pamrih
atau balasan.
 Kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat sangat
tergantung pd hasil perbandingan cost dan reward yg
menguntungkan semua pihak.
 Dalam organisasi hubungan yg asimetris dilestarikan
melalui kekuasaan yg memaksa.
TEORI KONTROL SOSIAL
(Reiss)
Lahirnya teori Kontrol Sosial dilatarbelakangi oleh
tiga aspek perkembangan dalam masyarakat :
(1) Adanya reaksi dari teori labeling dan konflik
yang dilandasi tingkah laku kriminal.
Sebagaimana acuan, teori ini kurang
menganalisis masalah kriminal dan hanya
mengarah pada subyek perilaku menyimpang;
(2) Munculnya studi tentang criminal justice
sebagai suatu ilmu telah mempengaruhi hukum
menjadi lebih pragmatis serta berorientasi pada
sistem; dan (3) Teori Kontrol Sosial dikaitkan dg
teknik penelitian, khususnya terhadap tingkah
laku remaja, yakni self report survey.
TEORI KONTROL SOSIAL
(Nye)
 Menurut Nye, manusia diberi kendali supaya
tidak melakukan pelanggaran, proses sosialisasi
yang adequat (memadai) akan mengurangi
terjadinya delinkuensi. Pendidikan terhadap
seseorang untuk melakukan pengekangan
keinginan (impulse). selain itu, kontrol intemal
dan ekstemal harus kuat utk membangun
ketaatan terhadap hukum (law‑abiding).
Premis teori Kontrol Sosial :
 1. Harus ada kontrol intemal maupun ekstemal.
 2 . Manusia diberikan kaidah‑kaidah supaya
tidak melakukan pelanggaran.
 3. Proses sosialisasi yang ade quat (memadai)
akan mengurangi terjadinya delinkuen.
 4. Ketaatan thd hukum (law abiding).
TEORI LABELING
(Micholowsky)
 Premis-premis teori Labeling sebagai berikut :
 1. Kejahatan merupakan kualitas dari reaksi masyarakat
atas tingkah laku seseorang.
 2. Reaksi itu menyebabkan tindakan seseorang dicap
sebagai penjahat.
 3. Umumnya tingkah laku seseorang yang dicap jahat
menyebabkan orangnya juga diperlakukan sebagai
penjahat.
 4. Seseorang yang dicap dan diperlakukan sebagai
penjahat terjadi dalam proses interaksi, di mana interaksi
tersebut diartikan sebagai hubungan timbal balik antara
individu, antar kelompok dan antar individu dan kelompok.
 5. Terdapat kecenderungan di mana seseorang atau
kelompok yang dicap sebagai penjahat akan menyesuaikan
diri dengan cap yang disandangnya.
Teori Labeling Howard S. Becker menekankan dua
aspek:
 (1) Penjelasan tentang mengapa dan bagaimana
orang‑orang tertentu sampai diberi cap atau label
sebagai penjahat; dan (2) Pengaruh daripada label
itu sebagai konsekuensi penyimpangan tingkah
laku, perilaku seseorang bisa sungguh2 menjadi
jahat jika orang itu di cap jahat.
 Edwin Lemert membedakan tiga penyimpangan,
yaitu: (1) Individual deviation, di mana timbulnya
penyimpangan diakibatkan oleh karena tekanan
psikis dari dalam; (2)Situational deviation, sebagai
hasil stres atau tekanan dari keadaan; dan (3)
Systematic deviation, sebagai pola‑pola perilaku
kejahatan terorganisir dalarn sub‑sub kultur atau
sistem tingkah laku.
Pada dasarnya teori labeling menggambarkan:
 (1) Tidak ada satupun perbuatan yang pada dasarnya
bersifat kriminal; (2) Predikat kejahatan dilakukan oleh
kelompok yang dominan atau kelompok penguasa;
(3) Penerapan aturan tentang kejahatan dilakukan
untuk kepentingan pihak yang berkuasa; (4) Orang
tidak menjadi penjahat karena melanggar hukum,
tetapi karena ditetapkan demikian oleh penguasa; dan
(5) Pada dasarnya semua orang pernah melakukan
kejahatan, sehingga tidak patut jika dibuat kategori
orang jahat dan orang tidak jahat. Premis tersebut
menggambarkan bahwa sesungguhnya tidak ada
orang yang bisa dikatakan jahat apabila tidak terdapat
aturan yang dibat oleh penguasa untuk menyatakan
bahwa sesuatu tindakan yang dilakukan seseorang
atau sekelompok orang diklasifikasikan sebagai
kejahatan.
DIFFERENTIAL ASSOCIATION THEORY
(Edwin H. Sutherland)

Sembilan premis perilaku jahat :


 1. Perilaku kejahatan adalah perilaku yang dipelajari,
bukan warisan.
 2. Perilaku kejahatan dipelajari dalam interaksi
dengan orang lain dalam suatu proses komu­nikasi.
Komunikasi tersebut dapat bersifat lisan atau dengan
bahasa tubuh).
 3. Bagian terpenting dalam proses mempelajari
perilaku kejahatan terjadi dalam hubungan personal
yang intim. Secara negatif ini berarti bahwa
komunikasi interpersonal seperti melalui bioskop,
 4. Ketika perilaku kejahatan dipelajari, maka yang
dipelajari termasuk: (a) teknik melakukan kejahatan,
(b) motif-­motif, dorongan‑dorongan, alasan‑alasan
pembenar dan sikap‑sikap tertentu).
 5. Arah dan motif dorongan itu dipelajari melalui
definisi-­definisi dari peraturan hukum. Dalam suatu
masyarakat, kadang seseorang dikelilingi oleh
orang‑orang yang secara bersa­maan melihat apa
yang diatur dalam peraturan hukum sebagai
sesuatu yang perlu diperhatikan dan dipatuhi,
namun kadang ia dikelilingi orang‑orang yang
melihat aturan hukurn sebagai sesuatu yang
memberikan peluang dilakukannya kejahatan.
 6. Seseorang menjadi delinkuen karena ekses
pola‑pola pikir yang lebih melihat aturan hukurn
sebagai pernberi peluang melakukan kejahatan
daripada melihat hukurn sebagai sesuatu yang
harus diperhatikan dan dipatuhi)
 7. Asosiasi Diferensial bervariasi dalam
frekuensi, durasi, prioritas serta intensitasnya.
 8. Proses mempelajari perilaku jahat
diperoleh lewat hubungan dengan pola‑pola
kejahatan dan mekanisme yang lazim terjadi
dalam setiap proses belajar secara urnum.
 9. Sementara itu perilaku jahat merupakan
ekspresi dari kebutuhan nilai umum, namun
tidak dijelaskan bahwa perilaku yang bukan
jahatpun merupakan ekspresi dari kebutuhan
dan nilai‑nilai umum yang sama.
SOCIAL REALITY OF CRIME THEORY
(Richard Quinney)
 Premis 1: Definisi ttg tindak kejahatan (perilaku yg
melanggar hukum) adalah perilaku manusia yang
diciptakan oleh para pelaku yang berwenang
dalam masyarakat yang terorganisasi secara
politik, atau kualifikasi atas perilaku yang
melanggar hukum dirumuskan oleh warga‑warga
masyarakat yang mempunyai kekuasaan.
 Premis 2: Kejahatan adalah gambaran perilaku
yang bertentangan dengan kepentingan kelompok
masyarakat yang memiliki kekuasaan untuk
membentuk kebijakan publik, atau perumusan
pelanggaran hukum merupakan perumusan
tentang perilaku yang bertentangan dengan
kepentingan pihak‑pihak yang membuat
perumusan.
 Premis 3: Definisi tindak kejahatan diterapkan di
dalam masyarakat yang memiliki kekuasaan untuk
membentuk pelaksanaan dan administrasi hukum
pidana. Kepentingan penguasa ikut mencampuri di
semua tahap dimana kejahatan itu diciptakan.
 Premis 4: Pola aksi tindakan melanggar hukum
atau tidak tergantung pada faktor : (1) kesempatan
dalam masyarakat; (2) pengalaman belajar; (3)
identifikasi pada pihak‑pihak lain; (4) konsep diri.
 Premis 5: Pemahaman ttg tindak kejahatan
dibentuk dan diserap ke dalam kelompok-­kelompok
masyarakat lewat sarana komunikasi.
CULTURE CONFLICT THEORY
(Thorsten Sellin)

 Premis 1: Bertemunya dua budaya besar.


 Konflik budaya dapat terjadi apabila ada benturan aturan
pada batas daerah budaya yang berdampingan. Pertemuan
tersebut mengakibatkan terjadinya kontak budaya diantara
mereka baik dalam kaitan agama, orientasi kerja, cara
berdagang dan budaya minum-minuman keras, judi dan lain-
lain yang dapat mernperlemah budaya kedua belah fihak.
 Premis 2: Budaya besar menguasai budaya kecil.
 Konflik budaya dapat juga terjadi bila satu budaya
memperluas daerah berlakunya ke budaya lain. Hal ini terjadi
biasanya dengan menggunakan undang­undang dimana suatu
kelompok budaya diperlakukan untuk daerah lain.
 Premis 3: Anggota dari suatu budaya pindah kebudaya lain.
 Konflik budaya timbul karena orang‑orang yang hidup
dalam budaya tertentu pindah ke lain budaya yang berbeda.
SUB-CULTURE THEORY
 Teori sub‑culture membahas kenakalan
remaja serta perkembangan dari berbagai tipe
gang anak-anak di AS.
 Teori sub‑culture dipengaruhi oleh kondisi
intelektual (intelectual heritage) aliran Chicago,
konsep anomie Robert K. Merton dan Solomon
Kobrin yang melakukan penelitian terhadap
hubungan antara gang jalanan dengan orang
laki‑laki yang berasal dari komunitas kelas
bawah (lower class). Hasil penelitiannya
menunjukkan ada kaitan antara hierarki politis
dengan kejahatan teroganisir.
Ada dua teori sub-culture
 Teori Delinquent Sub‑Culture
 Albert K. Cohen dalarn bukunya Delinquent Boys
(1955) berusaha memecahkan masalah
kenakalan remaja dengan meggabungkan teori
Disorganivasi Sosial dari Shaw dan McKay, teori
Differential Association Edwin H. Sutherland
dengan teori Anomie R.K. Merton. Cohen
menyimpulkan bahwa kondisi tsb menyebabkan
terjadinya peningkatan perilaku delinkuen
kalangan remaja di daerah kumuh (slum).
Konklusinya menyebutkan bahwa perilaku
delinkuen di kalangan remaja kelas bawah
merupakan cermin ketidak puasan warga terhadap
norma dan nilai kelompok kelas menengah yang
mendominasi kultur Amerika.
 Teori Differential Opportunity (Perbedaan kesempatan)
 Teori ini dikemukakan oleh Richard A.Cloward dan
Leyod E. Ohlin yang membahas perilaku delinkuen
remaja (gang) di Amerika. Menurut Cloward, deviasi
perilkau remaja itu terjadi karena ada perbedaan
kesernpatan yang dimiliki anak‑anak untuk mencapai
tujuan hidupnya.
 Tiga tipe gang kenakalan remaja: (1) Criminal Sub-
Sulture, bilamana masyarakat terintegrasi dg baik, mk
gang akan berlaku sebagai kelompok yang belajar dari
orang dewasa. Aspek itu berkorelasi dengan organisasi
kriminal; (2) Retreatist Sub‑culture, remaja tidak memiliki
struktur kesempatan shg banyak melakukan perilaku
menyimpang (mabuk‑mabukan, penyalahgunaan
narkoba, dan lain sebagainya); (3) Conflict Sub‑culture,
terdapat dalam masyarakat yang tidak terintegrasi
sehingga para remaja menunjukkan perilaku bebas. Ciri
khas gang ini adl kekerasan, perampasan harta benda,
dan perilaku menyimpang lainnya.
TEORI KEKERASAN KOLEKTIF
(Tilly)
 Kekerasan Kolektif Primitif – pada dasarnya non politis,
ruang lingkupnya terbatas pada st komunitas lokal
(contoh : pengeroyokan thd pencopet yg tertangkap
tangan).
 Kekerasan Kolektif Reaksioner – merupakan reaksi thd
penguasa, pelaku dan pendukungnya tdk semata-mata
berasal dr st komunitas lokal, melainkan siapa saja yg
merasa sesuai dg tujuan kolektif atau tdk setuju dg
sistem yg tdk adil (contoh : demonstrasi buruh)
 Kekerasan Kolektif Modern – merupakan sarana utk
mencapai tujuan politis atau ekonomis dlm masyarakat
(contohnya: kerusuhan 14 Mei 1998 di Jakarta).
TEORI KONSPIRASI
(Mathias Brockers)
 Mutasi dlm kehidupan tdk saja terjadi atas dsr
pertarungan atau persaingan soal keberadaan, ttp
juga persekutuan & kerjasama yg justru
memungkinkan terjadinya evolusi.
 Dlm kehidupan A bersepakat dg B tanpa diketahui
C utk memperoleh keuntungan adl wajar.
 Konspirasi mengandung bujukan atau rayuan,
bukan sekedar bernada sama. Kata-kata yg saling
terkait membuat hal-hal yg rumit menjadi
sederhana.
 Jika tidak ada bukti yg difinitif, kebenaran harus
diuji scr berulang-ulang.
 Kecenderungan melempar tggjwb masalah yg
rumit & menyengsarakan merupakan ciri
perilaku manusia.
 Misteri yg tdk mampu dijelaskan scr logika akan
dilarikan kpd “sdh kehendak Tuhan” sbg Sang
Pencipta.
 Konspirasi membuat masalah yg rumit menjadi
sederhana, dan menjadi alat ideal utk
propaganda.
 Syak wasangka adl suatu keraguan, kritik dpt
dijadikan bukti bagi realitas utk kemajuan.
PENCEGAHAN KEJAHATAN
 Pencegahan = antisipansi sebelum masalah
terjadi, penanganan kejahatan pada hulu
permasalahan.
 Mencegah orang menjadi penjahat & menjadi
korban kejahatan.
 Mengendalikan keadaan agar tidak
dimanfaatkan utk berbuat jahat.
 Pengenalan metode penanganan kejahatan,
serta peluang terjadinya kejahatan sejak dini
(sejak anak-anak melalui pembinan terhadap
kenakalan remaja.
PENCEGAHAN KEJAHATAN
 Perasaan takut thd pelaku kejahatan (karena niat &
peluang berbuat jahat longgar), shg perasaan aman
masyarakat terganggu.
 Akar masalah kejahatan menyangkut Faktor
Korelatif Kriminogen.
 Pencegahan kejahatan adalah upaya bersama yang
dilakukan oleh aparat dan masyarakat umum dalam
menjaga kelembagaan sosial, sistem sosial, dan
peran-peran masyarakat melalui mekanisme yg telah
melembaga untuk mewujudkan perasaan aman.
DESAS-DESUS
 Berita yg menyebar secara cepat, tidak
berdasarkan fakta (kenyataan), dr persoalan moral
hingga kenegaraan.
 Disebarkan kr pd dasarnya orang perlu & suka.
 Tercipta manakala terjadi ketegangan sosial.
 Dpt merusak nama baik (reputasi), kaburkan
tujuan, lemahkan semangat – digunakan utk
propaganda.
 Tdk dpt dibantah scr efektif hanya dg
menggunakan penjelasan yg rasional.
 Desas-desus yg berlangsung lama & diterima sbg
kebenaran bisa menjadi legenda.
PANIK
 Kondisi emosional yg diwarnai olh keputusasaan
& ketakutan yg tdk terkendali, disertai
penyelematan diri scr kolektif yg didasari olh
sikap histeris.
 Terjadi pd pok yg mengalami keletihan kr
tekanan jiwa (stress) sesaat atau
berkepanjangan, berada dalam keadaan sangat
berbahaya & hanya memiliki kemungkinan
membebaskan diri scr terbatas.
 Setiap orang menempuh cara utk melindungi
dirinya sendiri.
 “Kepemimpinan” sangat diperlukan dlm suasana
panik guna mengorganisasi agr kerjasama;
hilangkan ketidakpastian dg cara memberi
arahan & membangun kepercayaan diri.
PERILAKU KOLEKTIF
(Horton & Hunt, Smelser, Kornblum, Light,
Keller)
 Tindakan yg dilakukan scr bersama olh sejumlah orang,
bersifat temporer (tdk bersifat rutin), tdk terorganisasi.
Cenderung tdk terkendali.
 Sebagai tanggapan atas rangsangan tertentu atau dipicu
olh suatu rangsangan yg sama (peristiwa, benda, ide),
sangat dimungkinkan merusak dan berlaku kriminal.
 Contoh : Kerumunan berubah menjadi penjarahan.
 Penjarahan di New York – 1977, Los Angeles – 1992, 10
Mei 1963 di Bandung, 13-15 Mei 1998 di Jakarta.
 Perlu disiapkan teknik pengendalian kerumunan.
MASALAH-2 SOSIAL YURIDIS
 Hak Atas Kekayaan Intelektual (UU No.7
Tahun 1987 tentang Hak Cipta)
 Badan Arbritase Nasional Dalam
Penyelesaian Sengketa
 Konspirasi Tender Dalam Hukum
Persaingan Usaha
 Kontrak Investasi Antara Perusahaan Nasional
dengan Investor……(Tinjauan dari teori funsional)
 Peranan KPK Dalam Mendinamisir CJS Guna
Mengoptimalkan Pemberantasan Korusi di
Indonesia (Tinjauan dari teori fungsional).
 Koordinasi Kerja Antara Polri dan BC Dalam
Pemberantasan Tindak Pidana Penyelundupan
di…(Tinjauan dari teori fungsional).
 Transfer Dana Secara Elektronik Melalui Kartu
Kredit (tinjauan dari teori pertukaran)
 Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen
Pengguna Produk ……(Tinjauan dari teori
konflik…)
 Perlidungan Hukum Terhadap Wanita Korban
Kejahatan Perkosaan (Tinjauan dari teori social
reality of crime).
 PHK Terhadap Karyawan Yang Melanggar
Perjanjian Kerja (tinjauan dari teori konflik…).
 Keputusan Hakim Atas Tindak Pidana Yang
Dilakukan Oleh Anak-anak (Tinjauan dari teori
social reality of crime).
 Tindak Pidana Aborsi Ditinjau Dari UU No. 23
Tahun 1992 Tentang Kesehatan (Tinjauan dari
teori kontrol sosial).
 Penanggulangan Narkotika Di Lingkungan
Remaja Berdasarkan UU No.22 Tahun 1991
Tinjauan dari teori kontrol sosial).
 Sikap Para Gelandangan Terhadap perilaku Seks
(Tinjauan dari teori differential assosiation).

 Fenomena Inul Daratista Dalam Konteks


Pornoaksi (Tinjauan dari teori Anomi)
 Analisis Terorisme Di Indonesia (Tinjauan dari
teori konflik…).
 Ada Tommy Di Tenabang (Tinjauan dari teori
funsionalisme R.K Merton)
 Kiprah Ustad Abu Ba’asir (Tinjauan dari teori
labeling)
 Tawuran Antar Warga Masyarakat Desa Gabus
Dan Dese Jatimulyo (Tinjauan dari teori anomi
R.K. Merton).

 Pemberian Release & Discharge (Tinjauan dari


Teori Social Reality of Crime)

 Kejahatan Carding (Tinjauan Dari Teori


Differential Association)

 Tindak Pidana Korupsi Yang Melibatkan Akbar


Tanjung (Tinjauan Dari Teori Labeling)

 Rudy Ramli Dalam Kasus Bank Bali (Tinjauan


Dari Teori Differential Association)
 Analisis Kasus Teluk Buyat Ditinjau Dari
Teori Konflik.

 Kelompok Kapak Merah Ditinjau Dari Teori


Differential Association.

 KKN H.M Soeharto Ditinjau Dari Teori


Social Reality Of Crime.

 Pegawai Tengah Karier Sebagai Change


Leader The Telkom Way 135 Menuju
Transformasi Customer Centric Company
(Tinjauan dari teori pertukaran).
ALIRAN SOCIOLOGICAL
JURISPRUDENCE
 Lahir ; sintesis aliran hukum positif dan mazhab sejarah
 Konsep pemikiran :
1. Hukum ; pengalaman yang diatur oleh pembentuk UU
2. Hukum yang baik adalah hukum yang hidup di
masyarakat (Living Law)
3. Hukum berfungsi untuk memenuhi kebutuan sosial
4. Sumber hukum adalah pengalaman dan akal
 Bahasan Sociological Jurisprudence dari hukum ke
masyarakat sedangkan sosiologi hukum dari masyarakat
ke hukum
 Tokoh : Rescoe Pound, Eugen Ehrlich, Benyamin Cardozo,
Kantorowies dan Gurvitch
REALISME HUKUM
 KONSEP DASAR :
1. Bagian dari paham positivisme
2. Tidak mengesampingkan unsur-unsur logika
3. Sumber hukum utama adalah putusan hakim
 CIRI-CIRI
1. Realisme merupakan cara berfikir dan bekerja tentang hukum
2. Konsepsi hukum harus diselidiki tujuan dan hasilnya
3. Perlu dipisah antara Sollen dengan Sein dalam Penyelidikan
4. Tidak mendasarkan pada konsep hukum tradisional
 TOKOH-TOKOH
John Chipma Gray,O.W. Holmes, Karl Lleweliyin, Jerome
Frank, William James, John Dewey

Anda mungkin juga menyukai