Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Sosiologi hukum merupakan disiplin ilmu yang sudah sangat berkembang dewasa
ini. Bahkan kebanyakan penelitian hukum saat ini di Indonesia dilakukan dengan
menggunakan metode yang berkaitan dengan sosiologi hukum. Pada prinsipnya,
sosiologi hukum (Sosiology of Law) merupakan derivatif atau cabang dari ilmu
sosiologi, bukan cabang dari ilmu hukum. Memang, ada studi tentang hukum yang
berkenaan dengan masyarakat yang merupakan cabang dari ilmu hukum, tetapi tidak
disebut sebagai sosiologi hukum, melainkan disebut sebagai sociological
jurispudence.
Disamping itu, ada kekhawatiran dari ahli sosiologi terhadap perkembangan
sosiologi hukum mengingat sosiologi bertugas hanya untuk mendeskrisipkan fakta-
fakta. Sedangkan ilmu hukum berbicara tentang nilai-nilai dimana nilai-nilai ini
memang ingin dihindari oleh ilmu sosiologi sejak semula. Kekhawatiran tersebut
adalah berkenaan dengan kemungkinan dijerumuskannya ilmu sosiologi oleh
sosiologi hukum untuk membahas nilai-nilai.
 Sebagaimana diketahui, bahwa pembahasan tentang nilai-nilai sama sekali bukan
urusan ilmu sosiologi. Meskipun begitu, terdapat juga aliran dalam sosiologi hukum,
seperti
aliran Berkeley, yang menyatakan bahwa mau tiak mau, suka tidak suka, sosiologi
hukum meruapakan juga derifatif dari ilmu hukum sehingga harus juga menelaah
masalah-masalah normatif yang sarat dengan nilai-nilai.
Fungsi hukum dalam masyarakat sangat beraneka ragam, bergantung dari
berbagai faktor dan keadaan masyarakat.Disamping itu.fungsi hukum dalam
masyarakat yang belum maju juga akan berbeda dengan yang terdapat dalam
masyarakat maju. Dalam setiap masyarakat, hukum lebih berfungsi untuk menjamin
keamanan dalam masyarakat dan jaminan pencapaian struktur sosial yang diharapkan
oleh masyarakat. Namun dalam masyarakat yang sudah maju, hukum menjadi lebih
umum, abstrak dan lebih berjarak dengan konteksnya.
2.      Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat dirumuskan beberapa masalah :
1.    Apakah definisi Sosiologi Hukum secara umum dan menurut para ahli?
2.    Bagaimana latar belakang terbentuknya Sosiologi Hukum?
3.    Apa sajakah ruang lingkup Sosiologi Hukum?
4.    Bagaimana karakteristik Sosiologi Hukum dalam masyarakat?
3. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui Sosiologi Hukum secara umum dalam masyarakat mulai
pada awal perkembangannya hingga saat ini.
2. Bagaimana pendapat para ahli mengenai Sosiologi Hukum dalam
masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Sosiologi Hukum

Dari sudut sejarah sosiologi hukum untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh
seorang Itali yang bernama Anzilotti, pada tahun 1882. Sosiologi hukum pada
hakekatnya lahir dari hasil-hasil pemikiran para ahli baik di bidang filsafat hukum,
ilmu hukum maupun sosiologi. Sosiologi hukum saat ini sedang berkembang pesat.
Ilmu ini diarahkan untuk menjelaskan hukum positif yang berlaku,  dimana isi dan
bentuknya berubah-ubah menurut waktu dan tempat, dengan bantuan faktor
kemasyarakatan. Adapun pengertian dari sosiologi hukum itu sendiri antara lain:
a.         Soerjono Soekanto
Sosiologi Hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis dan
empiris menganalisa atau mempelajari hubungan timbal balik antara  hukum dengan
gejala-gejala lainnya.
b.        Satjipto Raharjo
Sosiologi Hukum (sosiologi of law) adalah pengetahuan hukum terhadap pola
perilaku masyarakat dalam konteks sosial.
c.         R. Otje Salman
Sosiologi Hukum adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara hukum
dan gejala-gejala sosial lainnya secara empiris analitis.
d.      H.L.A. Hart
H.L.A. Hart tidak mengemukakan definisi tentang sosiologi hukum. Namun, definisi
yang dikemukakannya mempunyai aspek sosiologi hukum. Hart mengungkapkan
bahwa suatu konsep tentang hukum mengandung unsur-unsur kekuasaan yang
terpusatkan kepada kewajiban tertentu di dalam gejala hukum yang tampak dari
kehidupan bermasyarakat. Menurut Hart, inti dari suatu sistem hukum terletak pada
kesatuan antara aturan utama (primary rules) dan aturan tambahan (secondary
rules). Aturan utama merupakan ketentuan informal tentang kewajiban-kewajiban
warga masyarakat yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pergaulan hidup
sedangkan aturan tambahan terdiri atas :
            i.  Rules of recognition, yaitu aturan yang menjelaskan aturan utama yang diperlukan
berdasarkan hierarki urutannya;
            ii.  Rules of change, yaitu aturan yang men-sahkan adanya aturan utama yang baru;
iii.  Rules of adjudication, yaitu aturan yang memberikan hak-hak kepada orang
perorangan untuk menentukan sanksi hukum dari suatu peristiwa tertentu apabila
suatu aturan utama dilanggar oleh warga masyarakat.
e.       Piritim Sorokin
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari :
              i.    Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial
(misalnya antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral; hukum
dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dsb)
 ii.    Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala
non-sosial (misalnya gejala geografis, biologis, dsb)
 iii    Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.

2.      Latar Belakang Sosiologi Hukum

Dalam beberapa literatur hukum dan sosiologi sebagai sebuah disiplin intelektual
dan bentuk praktik professional memiliki kesamaan ruang lingkup. Namun, sama
sekali berbeda dalam tujuan dan metodenya. Hukum sebagai sebuah disiplin ilmu
memfokuskan pada studi ilmiah terhadap fenomena sosial. Perhatian utamanya
adalah masalah preskiptif dan teknis. Sedangkan sosiologi memfokuskan pada studi
ilmiah terhadap fenomena sosial.[4] Meskipun demikian, kedua disiplin ini
memfokuskan pada seluruh cakupan bentuk-bentuk signifikan dari hubungan-
hubungan sosial. Dan dalam praktiknya kriteria yang menentukan hubungan mana
yang signifikan seringkali sama, yang berasal dari asumsi-asumsi budaya atau
konsepsi-konsepsi relevansi kebijakan yang sama.
Sosiologi hukum, mempunyai objek kajian fenomena hukum, bahwa Roscue
Pound menunjukan studi sosiologi hukum sebagai studi yang didasarkan pada konsep
hukum sebagai alat pengendalian sosial. Sementara Llyod, memandang sosiologi
hukum sebagai suatu ilmu deskriptif, yang memanfaatkan teknis-teknis empiris. Hal
ini berkaitan dengan perangkat hukum dengan tugas-tugasnya. Ia memandang hukum
sebagai suatu produk sistem sosial dan alat untuk mengendalikan serat mengubah
sistem itu.
Kita dapat membedakan sosiologi hukum dengan ilmu normatif, yaitu terletak
pada kegiatannya. Ilmu hukum normatif lebih mengarahkan kepada kajian law in
books, sementara sosiologi hukum lebih mengkaji kepada law in action[5]. Sosiologi
hukum lebih menggunakan pendekatan empiris yang bersifat deskriptif, sementara
ilmu hukum normatif lebih bersifat preskriptif. Dalam jurisprudentie model, kajian
hukum lebih memfokuskan kepada produk kebijakan atau produk aturan, sedangkan
dalam sociological model lebih mengarah kepada struktur sosial. Sosiologi hukum
merupakan cabang khusus sosiologi, yang menggunakan metode kajian yang lazim
dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosiologi. Sementara yang menjadi objek sosiologi
hukum adalah :
a.           Sosiologi hukum mengkaji hukum dalam wujudnya atau Government Social
Control. Dalam hal ini, sosiologi mengkaji seperangkat kaidah khusus yang berlaku
serta dibutuhkan, guna menegakkan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat.
b.         Sosiologi hukum mengkaji suatu proses yang berusaha membentuk warga
masyarakat sebagai mahluk sosial. Sosiologi hukum menyadari eksistensinya sebagai
kaidah sosial yang ada dalam masyarakat.
A.    Sosiologi Hukum Sebagai Ilmu
Pada lahirnya sosiologi hukum dipengaruhi oleh 3 (tiga) disiplin ilmu, yaitu
filsafat hukum, ilmu hukum dan sosiologi yang berorientasi dibidang hukum.
a.    Filsafat hukum
Konsep yang dilahirkan oleh aliran positivisme (Hans Kelsen) yaitu “stufenbau
des recht” atau hukum bersifat hirarkis artinya hukum itu tidak boleh bertentangan
dengan ketentuan yang lebih atas derajatnya. Dimana urutannya yaitu :
1.      Grundnorm (dasar social daripada hukum)
2.       Konstitusi
3.      Undang-undang dan kebiasaan
4.      Putusan badan pengadilan

Dalam filsafat hukum terdapat beberapa aliran yang mendorong tumbuh dan
berkembangnya sosilogi hukum, diantaranya:
1.      Mazhab sejarah
Tokohnya Carl Von Savigny, menurut beliau hukum itu tidak dibuat, akan tetapi
tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan masyarakat. Hal tersebut merupakan
perwujudan dari kesadaran hukum masyarakat, perkembangan hukum sejalan dengan
perkembangan masyarakat sederhana ke masyarakat modern.\
2.      Mazhab utility
Tokohnya Jeremy Bentham (hukum itu harus bermanfaat bagi masyarakat guna
mencapai hidup bahagia). Dimana manusia bertindak untuk memperbanyak
kebahagiaan dan mengurangi penderitaan dan pembentuk hukum harus membentuk
hukum yang adil bagi segenap warga-warga masyarakat secara individual). Rudolph
von Ihering (social utilitarianism yaitu hukum merupakan suatu alat bagi masyarakat
untuk mencapai tujuan)
3.      Aliran sociological jurisprudence
Tokohnya Eugen Ehrlich (hukum yang dibuat harus sesuai dengan hukum yang
hidup di dalam masyarakat atau living law).
4.      Aliran pragmatical legal realism
Tokohnya Roscoe Pound (law as a tool of social engineering), Karl Llewellyn,
Jerome Frank, Justice Oliver (hakim-hakim tidak hanya menemukan huhum akan
tetapi bahkan membentuk hukum)

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Sosiologi Hukum

Dari sudut sejarah sosiologi hukum untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh
seorang Itali yang bernama Anzilotti, pada tahun 1882. Sosiologi hukum pada
hakekatnya lahir dari hasil-hasil pemikiran para ahli baik di bidang filsafat hukum,
ilmu hukum maupun sosiologi. Sosiologi hukum saat ini sedang berkembang pesat.
Ilmu ini diarahkan untuk menjelaskan hukum positif yang berlaku,  dimana isi dan
bentuknya berubah-ubah menurut waktu dan tempat, dengan bantuan faktor
kemasyarakatan. Adapun pengertian dari sosiologi hukum itu sendiri antara lain:
a.         Soerjono Soekanto
Sosiologi Hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis dan
empiris menganalisa atau mempelajari hubungan timbal balik antara  hukum dengan
gejala-gejala lainnya.
b.        Satjipto Raharjo
Sosiologi Hukum (sosiologi of law) adalah pengetahuan hukum terhadap pola
perilaku masyarakat dalam konteks sosial.
c.         R. Otje Salman
Sosiologi Hukum adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara hukum
dan gejala-gejala sosial lainnya secara empiris analitis.
d.      H.L.A. Hart
H.L.A. Hart tidak mengemukakan definisi tentang sosiologi hukum. Namun, definisi
yang dikemukakannya mempunyai aspek sosiologi hukum. Hart mengungkapkan
bahwa suatu konsep tentang hukum mengandung unsur-unsur kekuasaan yang
terpusatkan kepada kewajiban tertentu di dalam gejala hukum yang tampak dari
kehidupan bermasyarakat. Menurut Hart, inti dari suatu sistem hukum terletak pada
kesatuan antara aturan utama (primary rules) dan aturan tambahan (secondary rules).
[2] Aturan utama merupakan ketentuan informal tentang kewajiban-kewajiban warga
masyarakat yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pergaulan hidup sedangkan
aturan tambahan terdiri atas :
    i.  Rules of recognition, yaitu aturan yang menjelaskan aturan utama yang
diperlukan berdasarkan hierarki urutannya;
ii. Rules of change, yaitu aturan yang men-sahkan adanya aturan utama yang baru;
iii. Rules of adjudication, yaitu aturan yang memberikan hak-hak kepada orang
perorangan untuk menentukan sanksi hukum dari suatu peristiwa tertentu
apabila suatu aturan utama dilanggar oleh warga masyarakat.
e.       Piritim Sorokin
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari :
      i. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial
(misalnya antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral; hukum
dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dsb)
      ii. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala
non-sosial (misalnya gejala geografis, biologis, dsb)
     iii. Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.

2.      Latar Belakang Sosiologi Hukum

Dalam beberapa literatur hukum dan sosiologi sebagai sebuah disiplin intelektual
dan bentuk praktik professional memiliki kesamaan ruang lingkup. Namun, sama
sekali berbeda dalam tujuan dan metodenya. Hukum sebagai sebuah disiplin ilmu
memfokuskan pada studi ilmiah terhadap fenomena sosial. Perhatian utamanya
adalah masalah preskiptif dan teknis. Sedangkan sosiologi memfokuskan pada studi
ilmiah terhadap fenomena sosial. Meskipun demikian, kedua disiplin ini
memfokuskan pada seluruh cakupan bentuk-bentuk signifikan dari hubungan-
hubungan sosial. Dan dalam praktiknya kriteria yang menentukan hubungan mana
yang signifikan seringkali sama, yang berasal dari asumsi-asumsi budaya atau
konsepsi-konsepsi relevansi kebijakan yang sama.
Sosiologi hukum, mempunyai objek kajian fenomena hukum, bahwa Roscue
Pound menunjukan studi sosiologi hukum sebagai studi yang didasarkan pada konsep
hukum sebagai alat pengendalian sosial. Sementara Llyod, memandang sosiologi
hukum sebagai suatu ilmu deskriptif, yang memanfaatkan teknis-teknis empiris. Hal
ini berkaitan dengan perangkat hukum dengan tugas-tugasnya. Ia memandang hukum
sebagai suatu produk sistem sosial dan alat untuk mengendalikan serat mengubah
sistem itu.
Kita dapat membedakan sosiologi hukum dengan ilmu normatif, yaitu terletak
pada kegiatannya. Ilmu hukum normatif lebih mengarahkan kepada kajian law in
books, sementara sosiologi hukum lebih mengkaji kepada law in action[5]. Sosiologi
hukum lebih menggunakan pendekatan empiris yang bersifat deskriptif, sementara
ilmu hukum normatif lebih bersifat preskriptif. Dalam jurisprudentie model, kajian
hukum lebih memfokuskan kepada produk kebijakan atau produk aturan, sedangkan
dalam sociological model lebih mengarah kepada struktur sosial. Sosiologi hukum
merupakan cabang khusus sosiologi, yang menggunakan metode kajian yang lazim
dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosiologi. Sementara yang menjadi objek sosiologi
hukum adalah :
a.           Sosiologi hukum mengkaji hukum dalam wujudnya atau Government Social
Control. Dalam hal ini, sosiologi mengkaji seperangkat kaidah khusus yang berlaku
serta dibutuhkan, guna menegakkan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat.
b.         Sosiologi hukum mengkaji suatu proses yang berusaha membentuk warga
masyarakat sebagai mahluk sosial. Sosiologi hukum menyadari eksistensinya sebagai
kaidah sosial yang ada dalam masyarakat.
A.    Sosiologi Hukum Sebagai Ilmu
Pada lahirnya sosiologi hukum dipengaruhi oleh 3 (tiga) disiplin ilmu, yaitu
filsafat hukum, ilmu hukum dan sosiologi yang berorientasi dibidang hukum.
a.    Filsafat hukum
Konsep yang dilahirkan oleh aliran positivisme (Hans Kelsen) yaitu “stufenbau
des recht” atau hukum bersifat hirarkis artinya hukum itu tidak boleh bertentangan
dengan ketentuan yang lebih atas derajatnya. Dimana urutannya yaitu :
1.      Grundnorm (dasar social daripada hukum)
2.       Konstitusi
3.      Undang-undang dan kebiasaan
4.      Putusan badan pengadilan

Dalam filsafat hukum terdapat beberapa aliran yang mendorong tumbuh dan
berkembangnya sosilogi hukum, diantaranya:
1.      Mazhab sejarah
Tokohnya Carl Von Savigny, menurut beliau hukum itu tidak dibuat, akan tetapi
tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan masyarakat. Hal tersebut merupakan
perwujudan dari kesadaran hukum masyarakat, perkembangan hukum sejalan dengan
perkembangan masyarakat sederhana ke masyarakat modern.\
2.      Mazhab utility
Tokohnya Jeremy Bentham (hukum itu harus bermanfaat bagi masyarakat guna
mencapai hidup bahagia). Dimana manusia bertindak untuk memperbanyak
kebahagiaan dan mengurangi penderitaan dan pembentuk hukum harus membentuk
hukum yang adil bagi segenap warga-warga masyarakat secara individual). Rudolph
von Ihering (social utilitarianism yaitu hukum merupakan suatu alat bagi masyarakat
untuk mencapai tujuan)
3.      Aliran sociological jurisprudence
Tokohnya Eugen Ehrlich (hukum yang dibuat harus sesuai dengan hukum yang
hidup di dalam masyarakat atau living law).
4.      Aliran pragmatical legal realism
Tokohnya Roscoe Pound (law as a tool of social engineering), Karl Llewellyn,
Jerome Frank, Justice Oliver (hakim-hakim tidak hanya menemukan huhum akan
tetapi bahkan membentuk hukum)

2.      Latar Belakang Sosiologi Hukum

Dalam beberapa literatur hukum dan sosiologi sebagai sebuah disiplin intelektual
dan bentuk praktik professional memiliki kesamaan ruang lingkup. Namun, sama
sekali berbeda dalam tujuan dan metodenya. Hukum sebagai sebuah disiplin ilmu
memfokuskan pada studi ilmiah terhadap fenomena sosial. Perhatian utamanya
adalah masalah preskiptif dan teknis. Sedangkan sosiologi memfokuskan pada studi
ilmiah terhadap fenomena sosial. Meskipun demikian, kedua disiplin ini
memfokuskan pada seluruh cakupan bentuk-bentuk signifikan dari hubungan-
hubungan sosial. Dan dalam praktiknya kriteria yang menentukan hubungan mana
yang signifikan seringkali sama, yang berasal dari asumsi-asumsi budaya atau
konsepsi-konsepsi relevansi kebijakan yang sama.
Sosiologi hukum, mempunyai objek kajian fenomena hukum, bahwa Roscue
Pound menunjukan studi sosiologi hukum sebagai studi yang didasarkan pada konsep
hukum sebagai alat pengendalian sosial. Sementara Llyod, memandang sosiologi
hukum sebagai suatu ilmu deskriptif, yang memanfaatkan teknis-teknis empiris. Hal
ini berkaitan dengan perangkat hukum dengan tugas-tugasnya. Ia memandang hukum
sebagai suatu produk sistem sosial dan alat untuk mengendalikan serat mengubah
sistem itu.
Kita dapat membedakan sosiologi hukum dengan ilmu normatif, yaitu terletak
pada kegiatannya. Ilmu hukum normatif lebih mengarahkan kepada kajian law in
books, sementara sosiologi hukum lebih mengkaji kepada law in action. Sosiologi
hukum lebih menggunakan pendekatan empiris yang bersifat deskriptif, sementara
ilmu hukum normatif lebih bersifat preskriptif. Dalam jurisprudentie model, kajian
hukum lebih memfokuskan kepada produk kebijakan atau produk aturan, sedangkan
dalam sociological model lebih mengarah kepada struktur sosial. Sosiologi hukum
merupakan cabang khusus sosiologi, yang menggunakan metode kajian yang lazim
dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosiologi. Sementara yang menjadi objek sosiologi
hukum adalah :
a.           Sosiologi hukum mengkaji hukum dalam wujudnya atau Government Social
Control. Dalam hal ini, sosiologi mengkaji seperangkat kaidah khusus yang berlaku
serta dibutuhkan, guna menegakkan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat.
b.         Sosiologi hukum mengkaji suatu proses yang berusaha membentuk warga
masyarakat sebagai mahluk sosial. Sosiologi hukum menyadari eksistensinya sebagai
kaidah sosial yang ada dalam masyarakat.

Sosiologi Hukum Sebagai Ilmu


Pada lahirnya sosiologi hukum dipengaruhi oleh 3 (tiga) disiplin ilmu, yaitu
filsafat hukum, ilmu hukum dan sosiologi yang berorientasi dibidang hukum.
a.    Filsafat hukum
Konsep yang dilahirkan oleh aliran positivisme (Hans Kelsen) yaitu “stufenbau
des recht” atau hukum bersifat hirarkis artinya hukum itu tidak boleh bertentangan
dengan ketentuan yang lebih atas derajatnya. Dimana urutannya yaitu :
1.      Grundnorm (dasar social daripada hukum)
2.       Konstitusi
3.      Undang-undang dan kebiasaan
4.      Putusan badan pengadilan

Dalam filsafat hukum terdapat beberapa aliran yang mendorong tumbuh dan
berkembangnya sosilogi hukum, diantaranya:
1.      Mazhab sejarah
Tokohnya Carl Von Savigny, menurut beliau hukum itu tidak dibuat, akan tetapi
tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan masyarakat. Hal tersebut merupakan
perwujudan dari kesadaran hukum masyarakat, perkembangan hukum sejalan dengan
perkembangan masyarakat sederhana ke masyarakat modern.\
2.      Mazhab utility
Tokohnya Jeremy Bentham (hukum itu harus bermanfaat bagi masyarakat guna
mencapai hidup bahagia). Dimana manusia bertindak untuk memperbanyak
kebahagiaan dan mengurangi penderitaan dan pembentuk hukum harus membentuk
hukum yang adil bagi segenap warga-warga masyarakat secara individual). Rudolph
von Ihering (social utilitarianism yaitu hukum merupakan suatu alat bagi masyarakat
untuk mencapai tujuan)
3.      Aliran sociological jurisprudence
Tokohnya Eugen Ehrlich (hukum yang dibuat harus sesuai dengan hukum yang
hidup di dalam masyarakat atau living law).
4.      Aliran pragmatical legal realism
Tokohnya Roscoe Pound (law as a tool of social engineering), Karl Llewellyn,
Jerome Frank, Justice Oliver (hakim-hakim tidak hanya menemukan huhum akan
tetapi bahkan membentuk hukum)

B.     Ilmu hukum
Yang mendukung ilmu soiologi hukum adalah ilmu hukum yang menganggap
bahwa hukum itu adalah gejala sosial.

C.     Sosiologi yang berorientasi dibidang hukum


Menurut Emile Durkhain mengungkapkan bahwa dalam masyarakat selalu ada
solideritas social yang meliputi :
a.       Solideritas social mekanis yaitu terdapat dalam masyarakat sederhana dimana
kaidah hukumnya bersifat represif (yang diasosiasikan dalam hukum pidana);
b.      Solideritas social organis yaitu terdapat dalam masyarakat modern dimana kaidah
hukumnya bersifat restitutif (yang diasosiasikan dalam hukum perdata).

Max Weber dengan teori ideal type, mengungkapkan bahwa hukum meliputi :
a.       Irasionil materil (pembentuk undang-undang mendasarkan keputusan-
keputusannya semata-mata pada nilai-nilai emosional tanpa menunjuk pada suatu
kaidahpun)
b.      Irasionil formal (pembentuk undang-undang dan hakim berpedoman pada kaidah-
kaidah diluar akan, oleh karena didasarkan pada wahyu atau ramalan)
c.       Rasional materil (keputusan-keputusan para pembentuk undang-undnag dan hakim
menunjuk pada suatu kitab suci, kebijaksanaan-kebijaksanaan penguasa atau
ideologi)
d.      Rasional formal (hukum dibentuk semata-mata atas dasar konsep-konsep abstrak
dari ilmu hukum)

Filsafat hukum dan ilmu hukum adalah dua hal besar yang mempengaruhi
sosiologi hukum. Akan tetapi, hukum alamlah yang merupakan basis intelektual dari
sosiologi hukum. Seorang tokoh yang terkemuka dari mazhab sejarah yaitu Carl Von
Savigny (1779-1861) berpendapat bahwa hukum merupakan perwujudan dari
kesadaran hukum masyarakat (Volgeist). Ia berpendapat bahwa semua hukum berasal
dari adat istiadat dan kepercayaan, bukan dari pembentuk undang-undang. Ia
menantang kodifikasi hukum Jerman. Keputusan-keputusan badan legislatif,
menurutnya membahayakan masyarakat karena tidak sesuai dengan dengan
kesadaran hukum masyarakat.
Di abad ke-18 analisis rasional terhadap hukum tampil dengan sangat kuat,
demikian pula dengan pengikatan kepada asas-asas dalam hukum. gabungan antara
keduanya melahirkan cara berfikir dedukatif yang mengabaikan kenyataan sejarah
dengan kekhususan yang ada pada bangsa-bangsa. Analisis hukum yang sedemikian
itu mengabaikan lingkungan sosial hukum.  Beberapa prinsip yang mencerminkan
keterkaitan antara hukum dan basis sosialnya adalah sebagai berikut :
a.       Hukum itu tidak dibuat, melainkan ditemukan. Pertumbuhan hukum itu pada
hakikatnya merupakan proses yang tidak disadari dan organik. Hukum tidak dapat
dilihat sebagai suatu institusi yang berdiri sendiri, melainkan semata-mata suatu
proses dan perilaku masyarakat sendiri. Hanya kitalah yang melihat hukum itu
sebagai suatu institusi yang terpisah dengan semua atribut dan konsep otonominya.
Apa yang sekarang disebut sebagai hukum adalah putusan arbiter yang dibuat oleh
badan legislatif.
b.      Hukum itu tumbuh dari hubungan-hubungan hukum yang sederhana pada
masyarakat primitif sampai menjadi hukum yang besar dan kompleks dalam
peradaban modern. Kendati demikian, perundang-undangan dan para ahli hukum
hanya merumuskan hukum secara tekhnis dan tetap merupakan alat dari kesadaran
masyarakat (poular consciousness).
c.       Hukum tidak mempunyai keberlakuan dan penerapan yang universal. Setiap
bangsa memiliki habitat hukumnya, seperti mereka memiliki bahasa
adatnya. Volksgeist (jiwa dari rakyat) itu akan tampil sendiri dalam hukum suatu
bangsa.

Aliran sejarah memiliki kelemahan yang terletak pada konsepnya mengenai


kesadaran hukum yang sangat abstrak. Pengkajian yang menolak untuk melihat
hukum berdasarkan peraturan, tetapi lebih melihatnya berdasarkan masyarakat
sebagaimana dianut oleh aliran sajarah, tetap tenggelam dibawah arus normatif-
positivistis yang kuat diabad ke-19. Lain halnya dengan fisafat hukum yang memiliki
fahamnya sendiri bagi kelahiran sosiologi hukum. Pemikiran filsafat selalu berusaha
untuk menembus hal-hal yang dekat dan secara terus-menerus mencari jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang tuntas (ultimate). Oleh karena itu, filsafat
hukum jauh mendahului sosiologi hukum apabila ia mempertanyakan keabsahan dari
hukum positif. Pikiran-pikiran filsafat menjadi pembuka jalan bagi kelahiran
sosiologi hukum, oleh karena scara tuntas dan kritis, seperti lazimnya watak filsafat,
menggugat sistem hukum perundang-undangan. Pikiran filsafat tersebut juga dapat
dimulai dari titik yang jauh yang tidak secara langsung menggugat hukum positif.
[8] Seperti yang dilakukan oleh Gutav Radbruchdengan tesis “tiga nilai dasar hukum”
yaitu keadilan, kegunaan dan kepastian hukum.
Pengaruh yang khas dari filsafat hukum terlihat jelas pada kegiatan untuk
menetralkan atau merelatifkan dogmatika hukum, tekanannya lebih diletakan
bereaksinya atau berprosesnya hukum (law in action). Roscou Pound berpendapat
bahwa hukum merupakan suatu proses yang mendapatkan bentuknya dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan dan keputusan hakim atau pengadilan.
Ia mengedepankan idenya tentang hukum sebagai sarana untuk mengarahkan dan
membina masyarakat. Untuk memenuhi fungsinya tersebut, sorotan yang terlalu besar
pada aspek statis dari hukum yang harus ditinggalkan. selain Pound, Cardozo
berpendapat, bahwa hukum bukanlah penerapan murni dari peraturan perundang-
undangan. Pad hukum berpengaruh pula kepentingan-kepentingan sosial yang hidup
dalam masyarakat. Secara filosofis, fungsi dari sosiologi hukum adalah menguji
apakah benar peraturan perundang-undangan yang dibuat dan berfungsi dalam
masyarakat.

3.      Ruang Lingkup Sosiologi Hukum


Seperti yang dikatakan oleh Soerjono Soekanto, untuk mengetahui hukum yang
berlaku, sebaiknya seseorang menganalisis gejala-gejala hukum dalam masyarakat
secara langsung. Meneliti proses-proses peradilan, konsepsi-konsepsi hukum yang
berlaku dalam masyarakat (semisal tentang keadilan), efektivitas hukum sebagai
sarana pengendalian sosial, serta hubungan antara hukum dan perubahan-perubahan
sosial. Perkembangan masyarakat yang susunannya sudah semakin kompleks serta
pembidangan kehidupan yang semakin maju dan berkembang menghendaki
pengaturan hukum juga harus mengikuti perkembangan yang demikian itu.
Sosiologi hukum berkembang atas suatu anggapan dasar bahwa proses hukum
berlangsung di dalam suatu jaringan atau sistem sosial yang dinamakan masyarakat.
O.W. Holmes, seorang hakim di Amerika Serikat, mengatakan bahwa kehidupan
hukum tidak berdasarkan logika, melainkan pengalaman.
Ruang lingkup sosiologi hukum juga dibagi menjadi 2 hal, yaitu:
a.       Dasar-dasar sosial dari hukum atau basis sosial dari hukum. Sebagai contoh dapat
disebut misalnya: Hukum nasional di Indonesia dasar sosialnya adalah pancasila
dengan ciri-ciri: gotong royong, musyawarah, dan kekeluargaan.
b.      Efek-efek hukum terhadap gejala-gejala sosial lainnya. Sebagai contoh dapat
disebut misalnya:
                            i.      Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan terhadap gejala
kehidupan rumah tangga.
                          ii.      Undang-undang No 22 Tahun 1997 dan undang-undang No. 23 Tahun 1999
tentang Narkotika dan Narkoba terhadap gejala konsumsi obat-obat terlarang dan
semacamnya.
                        iii.      Undang-Undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta terhadap gejala
budaya.
                        iv.      Undang-undang mengenai pemilihan presiden secara langsung
mempengaruhi gejala politik.
                          v.      Dan sebagainya.
Adapun ruang lingkup sosiologi hukum secara umum, yaitu hubungan antara
hukum dengan gejala-gejala sosial sehingga membentuk kedalam suatu lembaga
sosial ( social institution) yang merupakan himpunan nilai-nilai, kaidah-kaidah dan
pola-pola perikelakuan yang berkisar pada kebutuhan-kebutuhan pokok manusia yang
hidup dimasyarakat dan atau dalam lingkup proses hukumnya (law in action)
bukanlah terletak pada peristiwa hukumnya ( law in the books).
Sedangkan menurut Purbacaraka dalam bukunya Sosiologi Hukum Negara,
bahwa ruang lingkup sosiologi hukum adalah “Hubungan timbal balik atau pengaruh
timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala sosial lainnya (yang dilakukan secara
analitis dan empiris)”. Yang diartikan sebagai hukum dalam ruang lingkup tersebut
adalah suatu kompkles daripada sikap tindak manusia yang mana bertujuan untuk
mencapai kedamaian dalam pergaulan hidup. Namun Menurut Soerjono Soekanto,
ruang lingkup sosiologi hukum meliputi:
a.       Sampai sejauh manakah hukum yang terbentuk dari pola-pola perikelakuan atau
apakah hokum yang terbentuk dari pola-pola perikelakuan tersebut.
b.      Hukum dan pola-pola perilaku sebagai ciptaan dan wujud dari kelompok-kelompok
sosial.
c.       Hubungan timbal-balik antara perubahan-perubahan dalam hukum dan perubahan-
perubahan sosial dan budaya.
Dengan berpedoman pada persoalan-persoalan yang disoroti sosiologi hukum,
maka dapat dikatakan bahwa sosiologi hukum merupakan suatu ilmu pengetahuan
yang secara teoritis analitis dan empiris menyoroti pengaruh gejala sosial lain
terhadap hukum, dan sebaliknya. Perihal perspektif daripada sosiologi hukum, maka
secara umum ada dua pendapat utama sebagai berikut (J van Houtte 1970:57).

a.    Pendapat-pendapat yang menyatakan, bahwa kepada sosiologi hukum harus


diberikan suatu fungsi yang global. Artinya, sosiologi hokum harus menghasilkan
suatu suntesa antara hukum sebagai sarana organisasi sosial dan sebagai sarana dari
keadilan. Didalam fungsinya itu, maka hukum dapat memperoleh bantuan yang tidak
kecil dari sosiologi hukum, di dalam mengidentifikasikan konteks sosial dimana
hukum tadi diharapkan berfungsi.
b.    Pendapat-pendapat lain menyatakan, bahwa kegunaan sosiologi hukum adalah
justru dalam bidang pengkaedahan ( J van Houtte 1970:59)
Perihal proses pengkaedahan, maka sosiologi hukum dapat mengungkapkan data
tentang keajegan-keajegan mana didalam masyarakat yang menuju pada
pembentukan hukum (baik melalui keputusan penguasa maupun melalui ketetapan
bersama dari para warga masyarakat).
Dari batasan ruang lingkup maupun perspektif sosiologi hukum sebagaimana
dijelaskan diatas, maka dapatlah dikatakan bahwa kegunaan sosiologi hukum didalam
kenyataannya adalah sebagai berikut:
a.       Sosiologi hukum berguna untuk memberikan kemampuan-kemampuan bagi
pemahaman terhadap hukum didalam konteks sosial.
b.      Penguasaan konsep-konsep sosiologi hukum dapat memberikan kemampuan-
kemampuan untuk mengadakan analisa terhadap efektivitas hukum dalam
masyarakat, baik sebagai sarana pengendalian sosial, sarana untuk merubah
masyarakat dan sarana mengatur interaksi social, agar mencapai keadaan-keadaan
sosial tertentu.
c.       Sosiologi hokum memberikan kemungkinan-kemungkinan serta kemampuan untuk
mengadakan evaluasi terhadap efektivitas hukum didalam masyarakat. (Soerjono
Soekanto)

4. Karakteristik Sosiologi Hukum


Sosiologi Hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara empiris dan
analitis mempelajari hubungan timbal-balik antara hukum sebagai gejala sosial,
dengan gejala gejala sosial lain. Studi yang demikian memiliki beberapa karakteristik,
yaitu:
a.       Sosiologi hukum bertujuan untuk memberikan penjelasaan terhadap praktek-
praktek hukum. Apabila praktek itu dibeda-bedakan kedalam pembuatan undang-
undang, penerapan dan pengadilan, maka ia juga mempelajari bagaimana praktek
yang terjadi pada masing-masing bidang kegiatan hukum tersebut. Sosiologi hukum
berusaha untuk menjelaskan mengapa praktek yang demikian itu terjadi, sebab-
sebabnya,  faktor apa saja yang mempengaruhi, latar belakang dan sebagainya.
Dengan demikian maka mempelajari hukum secara sosiologi adalah menyelidiki
tingkah laku orang dalam bidang hukum. Menurut Weber, tingkah laku ini memiliki
dua segi, yaitu “luar” dan “dalam”. Dengan demikian sosiologi hukum tidak hanya
menerima tingkah laku yang tampak dari luar saja, tetapi juga meperoleh penjelasan
yang bersifat internal, yaitu meliputi motif-motif tingkah laku seseorang. Apabila di
sini di sebut tingkah laku hukum maka sosiologi hukum tidak membedakan antara
tingkah laku yang sesuai denagn hukum atau yang menyimpang dari kaidah hukum,
keduanya merupakan obyek pengamatan dari ilmu ini.
b.      Sosiologi hukum senantiasa menguji kesahihan empiris dari suatu peraturan atau
pernyataan hukum. Pertanyaan yang bersifat khas disini adalah “Bagaimanakah
dalam kenyataannya peraturan itu?”, “Apakah kenyataan sesuai dengan dengan yang
tertera dalam peraturan?”. Perbedaaan yang besar antara pendekatan tradisional yang
normative dan pendekatan sosiologis adalah bahwa yang pertama menerima saja apa
yang tertera pada peratuan hokum. Seang yang kedua senantiasa mengujinya dengan
data (empiris).
c.       Sosiologi hukum tidak melakukan penilaian terhadap hukum. Tingkah laku yang
menaati hukum dan yang menyimpang dari hukum sama-sama merupakan objek
pengamatan yang setaraf. Ia tidak menilai yang satu lebih dari yang lain.
Perhatiannya yang utama hanyalah pada memberikan penjelasan terhadap objek yang
dipelajarinya. Pendekatan yang demikian itu sering menimbulkan salah paham,
seolah-olah sosiologi ingin membenarkan praktek-praktek yang menyimpang atu
melanggar hokum. Sekali lagi bahwa sosiologi hokum tidak memberikan penilaian
tapi mendekati hokum dari segi objektivitas semata dan bertujuan untuk memberikan
penjelasan terhadap fenomena hukum yang nyata.
Ketiga karakteristik studi hukum secara sosiologis tersebut diatas sekaligus juga
merupakan kunci bagi orang yang berminat untuk melakukan penyelidikan dalam
bidang sosiologi hukum. Dengan cara-cara menyelidiki hukum yang demikian itu
orang langsung berada di tengah-tengah studi sosiologi hukum. Apapun juga objek
yang dipelajarinya, apabila ia menggunakan pendekatan seperti disebutkan pada
butir-butir di muka, maka ia sedang melakukan kegiatan dibidang sosiologi hukum.
Berikut ini dikemukakan berbagai objek yang menjadi sasaran studi sosiologi hokum.
Sosiologi hokum juga mempelajari “pengorganisasian sosial hukum”. Objek yang
menjadi sasaran disini adalah badan-badan yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan
penyelenggaran hokum. Sebagai contoh dapat disebut misalnya: “Pembuatan undang-
undang pengadilan, polisi, advokat, dan sebagainya. Pada waktu mengkaji pembuatan
undang-undang, seperti usia para anggotanya, pendidikannya, latar belakang
sosialnya, dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut memperoleh perhatian, oleh karena
pembuat undang-undang itu dilihat sebagai manifestasi dari kelakuan manusia. Oleh
karena itu, factor-faktor diatas dianggap penting untuk dapat menjelaskan mengapa
hasil kerja pembuat undang-undang itu adalah seperti adanya sekarang. Dalam kajian
Sosiologi hokum ada anggapan bahwa undang-undang itu tidak dapat sepenuhnya
netral, apalagi yang dibuat dalam masyarakat modern yang kompleks, dan menjadi
tugas sosiologi hokum untuk menelusuri dan menjelaskan duduk pesoalannya serta
factor-faktor apa yang menyebabkan keadaannya menjadi demikian itu.
Bila sosiologi hokum perundang-undangan atau pengkajian yuridis empiris akan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berbeda dengan pegkajian yuridis
normative. Karakteristik pertanyaan sosiologi hokum seperti: “Apakah sebabnya
orang taat keapda hukum? Seberapa besarkah efektivitas dari peraturan-peraturan
hukum tertentu? Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi efektivitas peraturan-
peraturan hukum tertentu dipengadilan?” Sosiologi hukum, misalnya tidak menerima
begitu saja, bahwa hukum itu bertujuan untuk menyelesaikan konflik. Pertanyaan
kritis darinya adalah, ‘Apakah hukum itu sendiri tidak mungkin menyimpan dan
menimbulkan konflik?” Studi-studi sosiologi hukum pada suatu ketika dapat
menyikapi bahwa suatu peraturan yang bersifat semu, dibelakang hari malah dapat
meledakan suatu konflik baru.

BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kemasyarakatan, baik itu proses
sosial, interaksi sosial masyarakat, lembaga sosial masyarakat, perubahan gaya hidup,
struktur sosial masyarakat, mobilitas sosial, gender, perubahan sosial, perlawanan
sosial, konflik, integrasi sosial, keluarga dan sebagainya.
Hukum adalah keseluruhan norma yang oleh penguasa masyarakat yang
berwenang menetapkan hukum, dinyatakan atau dianggap sebagai peraturan yang
mengikat bagi sebagian atau seluruh anggota masyarakat tertentu, dengan tujuan
untuk mengadakan suatu tata yang dikehendaki oleh penguasa tersebut.
Sosiologi hukum merupakan cabang ilmu pengetahuan yang memahami,
mempelajari, menjelaskan secara analiti sempiris tentang persoalan hukum
dihadapkan dengan fenomena-fenomena lain dimasyarakat. Hubungan timbal balik
antara hukum dengan gejala-gejala sosial lainnya merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam mempelajari sosiologi hukum. Jadi, titik tekan Sosiologi hukum ini
lebih mengarah kepada pola perilaku masyarakat dalam memandang hukum yang
terjadi disekitar mereka. Bagaimana suatu masyarakat mentaati hukum, dan
melanggar hukum, dan menjalani hukum tersebut. Sosiologi hukumpun sangat
dibutuhkan oleh masyarakat karena sosiologi hukum ini akan memberi penjelasan
dari setiap objek yang dipelajarinya,

2.      Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis yakin bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, sehingga mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang membangun agar penulis mendapatkan membelajaran baru. Dan
semoga makalah ini dapat menjadi tempat mendapatkan ilmu pengetahuan baru.
Daftar Pustaka

Ali, Zainuddin. 2009. Sosiologi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.


Anwar, yesmil dan Adang, 2008. Pengantar Sosiologi Hukum. Jakarta: Gransindo.
Cotterrel, Roger, 2012. Sosiologi Hukum (The Sosiologi Of Law), Bandung: Nusa
Media.
Johnson, Alvin S, 2004. Sosiologi Hukum, Jakarta: Rineka Cipta.
Rahardjo, Satjipto, 2006. Ilmu Hukum. Semarang: Citra Aditya Bakti.
Utsman, Sabian, 2009. Dasar-Dasar Sosiologi Hukum, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Warassih, Esmi, 2005. Pranata Hukum: Sebuah Telaah Sosiologis, Semarang:
Suryandaru Utama.

Anda mungkin juga menyukai