DI SUSUN OLEH:
Suwardi Rumalean
Nim : 2019-21-333
Menurut C.J.M Schuyt, salah satu tugas sosiologi hukum adalah mengungkapkan
sebab atau latar belakang timbulnya ketimpangan antara tata tertib masyarakat yang
dicita-citakan dengan keadaan masyarakat yang ada dalam kenyataan.
Menurut Ronni Hanitijo Soemitro ilmu hukum dapat dibedakan ke dalam 2 (dua)
cabang spesialisasi, yaitu Studi tentang Law in Books dan Studi tentang Law in Actions.
Law in books disebutkan bagi studi/kajian tentang hukum sebagaimana tercantum di
dalam kitab Undang-Undang atau sebagaimana di dalam peraturan Perundang-undangan,
dengan kata lain studi tentang hukum sebagai norma atau kaedah. Hukum sebagai norma
atau kaedah bersifat otonom, artinya bahwa hukum tersebut berdiri sendiri dan bebas dari
segala pengaruh. Sedangkan Law in Actions disebutkan bagi studi/kajian tentang hukum
sebagai gejala/proses sosial. Hukum sebagai gejala/proses sosial sifatnya heteronom,
artinya hukum tersebut memiliki pengaruh dan hubungan timbal balik dengan gejala
sosial lainnya seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, agama dan lain-lain. Hukum
sebagai gejala sosial yang bersifat empiris, dapat dipelajari sebagai independent variable
maupun sebagai dependent variable. Hukum yang dipelajari sebagai dependent variable
merupakan resultante (hasil) dari berbagai kekuatan dalam proses sosial dan studi
tersebut dikenal sebagai Sosiologi Hukum. Dilain pihak, hukum dipelajari sebagai
independent variable menimbulkan pengaruh dampak kepada berbagai aspek kehidupan
sosial dan studi yang demikian dikenal sebagai Studi Hukum Masyarakat.
Studi tentang Law in Books dan Law in Actions yang dikemukakan oleh Ronni
Hanitijo Soemitro tersebut tidak berbeda jauh dengan pemikiran Soerjono Soekanto yang
mengetengahkan ruang lingkup ilmu hukum yang mencakup :
1. Normwissenschaften atau Sollenwinssenschaften, yakni ilmu yang mempelajari
hukum sebagai norma/kaedah, yang terdiri dari :
a. Ilmu tentang pengertian hukum.
b. Ilmu tentang kaidah hukum.
2. Tatsachenwissenschaften atau Seinwissenschaften, yakni ilmu hukum yang
mempelajari hukum sebagai gejala sosial, yang terdiri dari :
a. Sosiologi Hukum.
b. Antropologi Hukum.
c. Psikologi Hukum
d. Sejarah Hukum dan
e. Perbandingan Hukum
4. H.L.A. Hart
b. Rules of change, yaitu aturan yang mensahkan adanya aturan utama yang
baru.
Dalam hukum dan sosiologi sebagai sebuah disiplin intelektual dan bentuk
praktik professional memiliki kesamaan ruang lingkup. Namun, sama sekali
berbeda dalam tujuan dan metodenya. Hukum sebagai sebuah disiplin ilmu
memfokuskan pada studi ilmiah terhadap fenomena sosial. Perhatian utamanya
adalah masalah preskriptif dan teknis.Sedangkan sosiologi memfokuskan pada
studi ilmiah terhadap fenomena sosial (Roger Cotterrel,2012,6). Meskipun
demikian, kedua disiplin ini memfokuskan pada seluruh cakupan bentuk-
bentuk signifikan dari hubungan-hubungan sosial. Dan dalam praktiknya
kriteria yang menentukan hubungan mana yang signifikan seringkali sama,
yang berasal dari asumsi-asumsi budaya atau konsepsi-konsepsi relevansi
kebijakan yang sama.
Dengan dasar sosiologis sebuah produk hukum yang dibuat dan diterima
oleh masyarakat secara wajar bahkan spontan. Soerjono Soekanto dan Purnadi
Purbacaraka menambahkan ada dua landasan teoritis sebagai dasar sosiologis
berfungsinya suatu kaidah hukum, yakni :
Yang ketiga adalah komponen kultural atau budaya hukum, dalam hal ini
sikap manusia dan system hukum, kepercayaan, nilai pemikiran serta
harapannya. Dengan kata lain kultur hukum adalah suasana pikiran sosial yang
menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari dan disalahgunakan.
Tanpa kultur hukum atau budaya hukum maka hukum tak berdaya, seperti ikan
mati yang terkapar dikeranjang dan bukan seperti ikan hidup yang berenang di
laut. Dapatlah penulis tekankan sekali lagi bahwa budaya hukum pada dasarnya
meeupakan tatanan nilai yang dianut dalam masyarakat yang menentukan
apakah komponen substansi telah berjalan atau tidak.
Sangatlah tidak mungkin hukum hanya lihat dari fungsi filosofisnya semata-
mata tanpa menyatukannya dengan fungsi sosiologis dan fungsi yuridis. Jika
hukum hanya memandang penting fungsi filosofis maka letak hukum hanya
sampai pada tataran recht idee semata-mata. Dan sebaliknya apabila hukum
hanya melihat fungsi yuridis tanpa mempertimbangkan fungsi sosiologinya,
maka yang terjadi adalah kesewenang-wenangan