a) Sosiologi Hukum
b) Psikologi Hukum
d) Filsafat Hukum
A. Sosiologi Hukum
dalam penentuan batasan pengertian, baik batasan pengertian yang bersifat umum
maupun yang bersifat khusus. Oleh pencetus pertamanya, yaitu Isidore Auguste
Francois Xavier Comte atau biasa dikenal dengan sebutan Auguste Comte,
maupun budaya.
Dari sudut sejarah, sosiologi hukum untuk pertama kalinya diperkenalkan
oleh seorang Itali yang bernama Anzilotti, pada tahun 1882. Sosiologi hukum
pada hakekatnya lahir dari hasil-hasil pemikiran para ahli, baik di bidang filsafat
hukum, ilmu maupun sosiologi (Anwar, 2008). Sosiologi hukum saat ini sedang
berkembang pesat. Ilmu ini diarahkan untuk menjelaskan hukum positif yang
berlaku artinya isi dan bentuknya berubah-ubah menurut waktu dan tempat,
1) Soerjono Soekanto
Sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis
2) Satjipto Rahardjo
3) R. Otje Salman
4) H.L.A. Hart
Inti dari suatu sistem hukum terletak pada kesatuan antara aturan utama
rules) yang terdiri dari dari rules of recognition (aturan yang menjelaskan
aturan utama), rules of change (aturan yang men sah kan adanya aturan utama
yang baru) dan rules of adjudication (aturan yang memberikan hak kepada
apabila aturan utama dilanggar oleh masyarakat). Intinya menurut Hart adalah
bahwa segala aktifitas sosial manusia yang dilihat dari aspek hukumnya
dalam kenyataan. Menurut Ronni Hanitijo Soemitro ilmu hukum dapat dibedakan
ke dalam 2 (dua) cabang spesialisasi, yaitu Studi tentang Law in Books dan Studi
tentang Law in Actions. Law in books disebutkan bagi studi/kajian tentang hukum
sebagai norma atau kaedah. Hukum sebagai norma atau kaedah bersifat otonom,
artinya bahwa hukum tersebut berdiri sendiri dan bebas dari segala pengaruh.
artinya hukum tersebut memiliki pengaruh dan hubungan timbal balik dengan
gejala sosial lainnya seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, agama dan lainlain.
Hukum sebagai gejala sosial yang bersifat empiris, dapat dipelajari sebagai
kekuatandalam proses sosial dan studi tersebut dikenal sebagai Sosiologi Hukum.
Dalam hukum dan sosiologi sebagai sebuah disiplin intelektual dan bentuk
berbeda dalam tujuan dan metodenya. Hukum sebagai sebuah disiplin ilmu
hubungan mana yang signifikan seringkali sama, yang berasal dari asumsi-asumsi
studi sosiologi hukum sebagai studi yang didasarkan pada konsep hukum sebagai
suatu produk sistem sosial dan alat untuk mengendalikan serat mengubah sistem
itu.
Control. Dalam hal ini, sosiologi mengkaji seperangkat kaidah khusus yang
bermasyarakat.
hukum, yaitu meliputi: teori perilaku, teori jurispruden, teori fungsional, teori
konflik, teori sosialisasi dan teori system. Akan tetapi pada perkembangannya
lebih lanjut, ternyata teori system dapat menyatukan beberapa teori lainnya.
B. Psikologi Hukum
Ilmu psikologi yang diterapkan dalam bidang hukum lebih dikenal dengan
istilah psikologi hukum. Psikologi hukm adalah suatu cabang pengetahuan yang
engetahuan ini mempelajari perilaku atau sikap tindakan hukum yang mungkin
merupakan perwujudan dari gejala – gejala kejiwaan tertentu, dan juga landasan
kejiwaan dari perilaku atau sikap tindakan tersebut (Soejono Soekanto, 1979).
o Soerjono Soekanto
Psikologi hukum adalah studi hukum yang akan berusaha menyoroti hukum
o Achmad Ali
Karena hukum dibentuk oleh jiwa manusia seperti putusan pengadilan dan
karakteristik hukum yang tidak dapat dipisahkan dari hukum itu sendiri.
o Edward E. Jones
Psikologi hukum adalah suatu kajian tentang sifat, fungsi, dan perilaku hukum
fenomena hukum.
o Purnadi Purbacarak
Hukum adalah suatu cabang pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai suatu
perwujudan dari jiwa manusia. Ilmu pengetahuan ini mempelajari perilaku atau
kejiwaan tertentu, dan juga landasan kejiwaan dari perilaku atau sikap tindakan
tertentu. Psikologi hukum dapat diartikan juga sebagai studi psikologi yang
yang berasal dari dalam diri individu maupun lingkungan sosialnya. Sesuai
dengan ilmu psikologi. Dengan kata lain ilmu psikologi sangat erat hubungannya
dengan interaksi manusia sehari-hari. Interaksi manusia yang diatur dalam sistem
dalam interaksinya dengan manusia lain dianaranya dalam perbuatan pidana atau
kejahatan.
penelitian tentang hubungan antara hukum dan sektor kejiwaan, tersebar dalam
tertentu dari hukum, dengan beberapa aspek khusus dari kepribadian manusia.
kaedah hukum;
sebagai berikut:
3) Perilaku menyimpang;
C. Antropologi Hukum
dan logos berarti ilmu. Dalam antropologi, manusia dipandang sebagai sesuatu
yang kompleks dari segi fisik, emosi, sosial, dan kebudayaannya. Antropologi
diselenggarakannya simposium pada tahun 1951 yang dihadiri oleh lebih dari 60
seperti buku yang berjudul “Anthropology Today” yang di redaksi oleh A.R.
Tax, dkk. (1954), “Yearbook of Anthropology” yang diredaksi oleh W.L. Thomas
Jr. (1955), dan “Current Anthropology” yang di redaksi oleh W.L. Thomas Jr.
fungsi praktisnya.
Menurutnya, perhatian antropologi tertuju pada sifat khusus badani dan cara
produksi, tradisi serta nilai-nilai yang akan membedakan cara pergaulan hidup
kajian sendiri yang dapat dibedakan dengan ilmu sosial lainnya, seperti sosiologi,
ilmu ekonomi, ilmu politik, kriminologi dan lain-lainnya. Antropologi juga dapat
dikelompokkan ke dalam cabang ilmu humaniora karena kajiannya yang terfokus
semua pusat ilmiah di dunia. Menurutnya, cara terbaik untuk mencapai pengertian
akan hal itu adalah dengan mempelajari ilmu-ilmu yang menjadi pangkal dari
D. Filsafat Hukum
Kalau kita telisik pengertian filsafat secara etimologi (akar kata), kata
filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia. Philos artinya pecinta dan
sophia artinya kebijaksanaan. Dengan kata lain, secara mudah, Anda akan
mengatakan bahwa filsafat merujuk pada makna cinta kebijaksanaan, cinta ilmu,
kegiatan berpikir secara radikal. Radikal berasal dari kata radix yang artinya akar.
Berpikir radikal artinya berpikir sampai akar suatu masalah, melewati batas-batas
fisik yang ada, dan memasuki medan pengembaraan di luar sesuatu yang fisik
(Anshori, 2006).
kegiatan berpikir secara radikal. Radikal berasal dari kata radix yang artinya akar.
Berpikir radikal artinya berpikir sampai akar suatu masalah, melewati batas-batas
fisik yang ada, dan memasuki medan pengembaraan di luar sesuatu yang fisik
(Anshori, 2006).
atau mengerti dunia dalam hal makna dan nilai-nilainya. Bidang filsafat sangat
luas dan mencakup secara keseluruhan, sejauh dapat dijangkau oleh pikiran
mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang
merupakan tujuan hidupnya. Tujuan dari filsafat tidak lain adalah pemahaman
Adapun definisi filsafat itu sendiri belum ada suatu kesepakatan yang
tentang apakah filsafat itu sama tuanya dengan filsafat itu sendiri (Darmodiharjo,
Darji, 2004). Namun, untuk menghindari perdebatan panjang yang belum tentu
usai, penulis mengemukakan pengertian filsafat untuk definisi kerja semata serta
sebagai pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat yang
ini, mempunyai beberapa cabang ilmu utama. Cabang ilmu utama dari filsafat
pengetahuan yang sudah diperoleh manusia. Ilmu tentang nilai atau aksiologi
adalah bagian dari filsafat yang khusus membahas hakikat nilai yang berkaitan
dengan sesuatu. Kemudian, filsafat moral membahas nilai yang berkaitan dengan
tingkah laku manusia. Nilai di sini mencakup baik dan buruk serta benar dan
salah.
umum (Friedrich, 2004). Objek dari filsafat hukum tidak lain adalah hukum itu
manusia. Sementara itu, pembahasan mengenai perilaku manusia ada pada etika.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa filsafat hukum merupakan bagian dari
filsafat tingkah laku yang disebut etika. Maka itu, pada hakikatnya, filsafat hukum
merupakan filsafat yang mengkaji hukum secara mendalam sampai inti atau
berkedudukan sebagai genus, etika sebagai spesies, dan filsafat hukum sebagai
pada bidang aksiologi sebagai salah satu bidang kajian dalam filsafat.
Filsafat memiliki objek bahasan yang sangat luas dan meliputi semua hal
yang dapat dijangkau oleh pikiran manusia dan berusaha memaknai dunia dalam
hal makna. Adapun ilmu hukum memiliki ruang lingkup yang terbatas karena
mendasar itu tidak dapat dijawab lagi oleh ilmu hukum. Persoalan-persoalan
mendasar yang tidak dijawab oleh ilmu hukum menjadi objek bahasan ilmu
filsafat.
yang dibahas oleh filsafat hukum antara lain terkait dengan hubungan hukum dan
kekuasaan, hubungan hukum kodrat dan hukum positif, apa sebab orang menaati
hukum, apa tujuan hukum, serta masalah-masalah hukum kontemporer, seperti
masalah hak asasi manusia dan etika profesi hukum. Banyaknya permasalahan
hukum tidak semuanya dibahas dalam kuliah filsafat hukum, melainkan pada
pertanyaan penting yang dibahas oleh filsafat hukum, yaitu (1) apakah pengertian
hukum yang berlaku umum; (2) apakah dasar kekuatan mengikat dari hukum; dan
(3) apakah yang dimaksud dengan hukum kodrat. Kemudian, Lilik Rasyidi
menyebutkan pertanyaan yang menjadi masalah filsafat hukum, antara lain (1)
hubungan hukum dan kekuasaan; (2) hubungan hukum dengan nilai-nilai sosial
budaya; (3) apa sebab negara berhak menghukum seseorang; (4) apa sebab orang
menaati hukum; (5) masalah pertanggungjawaban; (6) masalah hak milik; (7)
masalah kontrak; dan (8) masalah peranan hukum sebagai sarana pembaruan
yang mempelajari tentang ilmu sosial hukum, psikologi hukum adalah ilmu tentang
kemanusiaan khususnya dalam bidang hukum dan filsafat hukum merupakan ilmu
biologis dan makhluk sosial, dan psikologi mempelajari perilaku dan proses mental
manusia itu sendiri; psikologis lebih memfokuskan pada perilaku manusia, gabungan
antara individu, tubuh dan masyarakat; dan filsafat lebih memfokuskan pada
bagaimana hakikatnya.
interaksinya.
DAFTAR PUSTAKA
Erwin, M. (2011) Filsafat Hukum: Refleksi Kritis terhadap Hukum. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Mudhofir, A. (2001) “Pengenalan Filsafat,” Filsafat Ilmu, eds Tim Dosen Filsafat
Alumni.