Anda di halaman 1dari 7

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT HUKUM Sejarah perkembangan filsafat memberikan sumbangsih dalam menjamurnya aliran-aliran filsafat berdasarkan tahapan periode

perkembangan filsafat itu sendiri. Aliran-aliran filsafat hukum yang dimaksud meliputi: (1) Aliran Hukum Alam; (2) Positivisme Hukum; (3) Utilitirianisme; (4) Mazhab Sejarah; (5) Sociological Jurisprudence; (6) Realisme Hukum; (7) Freirechtslehre. Berikut merupakan penjabarannya masing-masing secara singkat. (1) Aliran Hukum Alam Perkembangan aliran hukum alam dimulai sejak 2.500 tahun yang lalu, yang berangkat pada pencarian cita-cita pada tingkatan yang lebih tinggi. Dalam konteks lintas sejarah, Friedman1, menyatakan bahwa aliran ini lahir karena kegagalan umat manusia dalam mencari keadilan yang absolut. Hukum alam ini dipandang sebagai hukum yang berlaku universal dan abadi. Aliran hukum alam pada dasarnya dibedakan menjadi dua macam: (1) aliran hukum alam irrasional, yang berpandangan bahwa segala bentuk hukum yang berbentuk universal dan abadi bersumber Tuhan secara langsung, dan (2) aliran hukum alam rasional, yang berpendapat bahwa sumber dari hukum yang universal dan abadi itu adalah rasio manusia. Diskursus tentang hukum alam irrasional dengan hukum alam rasional pada dasarnya tetap berada pada satu jalur yang sama, dimana hakikat alam menjadi tema sentral dalam menemukan hakikat hukum alam itu sendiri. Friedman mencoba mengkonstruksi hukum ala mini dengan memandang dari sudut fungsi yang dimilikinya. Menurutnya2, hukum alam memiliki sifat jamak, yakni: 1. Sebagai instrumen utama dalam transformasi dari hukum sipil kuno pada zaman Romawi ke suatu sistem yang luas dan kosmopolitan 2. Sebagai senjata oleh kedua belah pihak dalam pertikaian antara gereja pada Abad Pertengahan dan para Kaisar Jerman

1 2

Friedman, 1990, Teori dan Filsafat Hukum, Rajawali, Jakarta, hlm. 47. Ibid, hlm. 147

3. Sebagai latar belakang pemikiran untuk mendukung berlakunya hukum internasional dan menuntut kebebasan individu terhadap absolutisme 4. Sebagai dasar bagi para hakim Amerika (yang berhak untuk menafsirkan konstitusi) dalam menentang usaha-usaha perundang-undangan negara unutk memodifikasi dan mengurangi kebebasan mutlak individu dalam bidang ekonomi dengan menerapkan prinsip-prinsip hukum alam. Berikut merupakan para tokoh yang mengawal perkembangan aliran hukum alam, yaitu: Untuk Hukum Alam Klasik Irrasional, Thomas Aquinas, John Salisbury (1115-1180), Dante Alighieri (1269-1321), Piere Dubois, Marsilius Padua (12701340), William Occam (1280-1317), Jhon Wyclife (1320-1384), dan Johannes Huss (1369-1415), sedangkan untuk Hukum Alam Klasik Rasional,

tokohnyaadalah Hugo de Groot alias Grotius (1583-1645), Samuel van Pufendorf (1632-1694), Christian Thomasius (1655-1728), dan Immanuel Kant (1724-1804). (2) Positivisme Hukum positivism sebagai sistem filsafat muncul pada kisaran abad ke-19. Sistem ini didasarkan pada beberapa prinsip bahwa sesuatu dipandang benar apabila ia tampil dalam bentuk pengalaman, atau apabila ia sungguh-sungguh dapat dipastikan sebagai kenyataan, atau apabila ia ditentukan melalui ilmu-ilmu pengetahuan apakah sesuatu yang dialami merupakan sungguh-sungguh suatu kenyataan.3 Dalam kaitannya dengan positivisme ini, maka dipandang perlu ada pemisahan secara tegas antara hukum dan moral (antara hukum yang berlaku dan hukum yang seterusnya, antara das sein dan das sollen). o Aliran Positivisme Sosiologis : John Austin (1790-1859) Hukum adalah perintah dari penguasa negara. Begitulah kira-kira yang digambarkan Austin, hukum dipandang sebagai sesuatu sistem yang tetap, logis, dan tertutup. Austin juga membedakan hukum dalam dua jenis: (1) Hukum dari Tuhan untuk manusia (The Divine Laws) dan (2) Hukum yang dibuat oleh manusia. Berikutnya dia membagi lagi hukum yang dibuat oleh manusia dalam dua bagian, yaitu: 1. Hukum yang sebenarnya dan 2. Hukum yang tidak
3

Theo Huijbers, 1982, Filasafat Hukum dalam Lintas Sejarah, Kanisius, Jakarta, hlm. 122

sebenarnya. Dimana hukum yang sebenarnya yang lebih kita kenal dengan hukum positif. Dimana hukum yang sebenarnya memiliki empat unsure, yaitu: perintah (command), sanksi (sanction), kewajiban (duty), dan kedaulatan (sovereighnty) o Aliran Positivisme Yuridis : Hans Kelsen (1881-1973) Menurut Kelsen, hukum hatus dibersihakan dari anasir-anasir yang non-yuridis, seperti unsur sosiologis, politis, historis, bahkan etis. Pemikiran inilah yanh kemudian dikenal dengan Teori Hukum Murni (Reine Rechtlehre) dari Kelsen. Jadi, hukum adalah suatu Sollenskategorie (kategori keharusan/ideal), bukan Seins Kategorie (kategori faktual). Baginya, hukum adalah suatu keharusan yang mengatur tingkah laku manusia sebagai makhluk rasional. Dalam hal ini yang dipersoalkan oleh hukum bukanlah bagaimana hukum itu seharusnya (what the law ought to be). Tetapi apa hukumnya itu Sollenkategorie, yang dipakai adalah hukum positif (ius consitusium), bukan yang dicita-citakan (ius constituendum). (3) Utilitarianisme Utilitarianisme atau utilism lahir sebagai reaksi terhadap ciri-ciri metafisis dan abstark dari filsafat hukum dan politik pada abad ke-18. Aliran ini adalah aliran yang meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan hukum. Kemanfaatan disini diartikan sebagai kebahagiaan (happiness). Jadi baik buruknya hukum itu bergantung kepada apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak. Paham ini pada akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa tujuan hukum adalah menciptakan ketertiban masyarakat, disamping untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada jumlah orang yang terbanyak. Ini berarti hukum merupakan pencerminan perintah penguasa juga, bukan pencerminan dari rasio saja. Beberapa tokoh yang mengawal perkembangan aliran ini adalah Jeremy Bentham (1748-1832), John Stuart Mill (1806-1873), dan Rudolf von Jhering.

(4) Mashab Sejarah Mashab Sejarah (Historische Rechtsschule) merupakan reaksi terhadap tiga hal, yaitu:4 1. Rasinalisme abad ke-18 yang didasarkan atas hukum alam, kekuatan akal, dan prinsip-prinsip dasar yang semuanya berperan pada filsafat hukum, dengan terutama mengandalkan jalan pikiran deduktif tanpa

memperhatikan fakta sejarah, kekhususan dan kondisi nasional 2. Semangat Revolusi Prancis yang menentang wewenang tradisi dengan misi kosmopolitannya (kepercayaan kepada rasio dan daya kekuatan tekad manusia untuk mengatasi lingkungannya), seruannya ke segala penjuru dunia5 3. Pendapat yang berkembang saat itu yang melarang hakim menafsirkan hukum karean undang-undang dianggap dapat memecahkan semua masalah hukum. Code civil dinyatakan sebagai kehendak legislatif dan harus dianggap sebagai suatu yang suci karena berasal dari alasan-alasan yang murni. Mazhab sejarah muncul untuk menentang universalisme, selain itu juga timbul sejalan dengan gerakan nasionalisme di Eropa. Jika sebelumnya para ahli hukum memfokuskan perhatiannya pada individu, penganut Mazhab Sejarah sudah mengarah pada bangsa, tepatnya jiwa dan bangsa (Volksgeist)6. Beberapa tokoh aliran ini antara lain adalah Friedrich Karl von Savigny (1770-1861), Puchta (1798-1846), dan Henry Summer (1822-1888) (5) Sociological Jurisprudence Perbedaan yang mendasar antara Sociological Jurisprudence dan sosiologi hukum menurut Lili Rasjidi7 adalah , pertama, Sociological Jurisprudence adalah nama aliran dalam filsafat hukum, sedangkan sosiologi hukum adalah nama cabang dari
4

Basuki, 1989, Mashab Sejarah dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Hukum Nasional Indonesia, dalam: Lili Rasjidi & B. Arief Idharta (Eds.). Filasafat Hukum, Mazhab dan Refleksinya, Remadja Karya, Bandung, hlm.332. 5 Soekanto, 1979, Pengantar Sejarah Hukum, Rajawali, Jakarta, hlm. 26 6 Paton, 1951, hlm. 15 7 Rasjidi, 1990, hlm. 48-49

soskiologi. Kedua, walaupun obyek yang dipelajari keduanya adalah tentang pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat, namun pendekatannya berbeda. Sociological Jurisprudence menggunakan pendekatan hukum ke masyarakat, sedangkan sosiologi hukum memilih pendekatan dari masyarakat ke hukum. Menurut aliran Sociological Jurisprudence ini, hukum yang baik haruslah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di masyarakat. Aliran ini memisahkan secara tegas antara hukum positif (the living law). Aliran ini timbul dari proses dialektika anatar (tesis) Positivisme hukum dan (antitesis) Mazhab Sejarah. Beberapa tokohnya antara lain adalah Eugen Ehrlich (1862-1922) dan Roscoe Pound (1870-1964). (6) Realisme Hukum Dalam pandangan penganut Realisme (para realis), hukum adalah hasildari kekuatan-kekuatan sosial dan alat kontrol sosial. Karena itu, program ilmu hukum realis hamper tidak terbatas, kepribadian manusiam lingkungan sosial, keadaan ekonomi, kepentingan bisnis, gagasan yang berlaku, emosi-emosi yang umum, semua ini adalah pembentuk hukum dan hasil hukum dalam kehidupan. Dalam realisme hukum dikenal pula dua aliran lainnya yaitu Realisme Amerika dengan tokoh-tokohnya, Charles Sanders Peirce, Johan Chipman Gray, Oliver Wendell Holmes, Jr., William James, John Dwey, Benjamin Nathan Cardozo Jerome Frank. Berikutnya adalah Realisme Skandinavia dengan tokohnya yaitu Axel Hagerstom, Alf Ross, H.L.A. Hart, Julius Stone, dan John Rawls. (7) Freirechtslehre Freirechtslehre (Ajaran Hukum Bebas) merupakan penentang paling keras Positivisme Hukum itu, Freirechtslehre sejalan dengan kaum Realis di Amerika. Aliran ini berbendapat bahwa hakim mempunyai tugas menciptakan hukum. Penemu hukuman yang bebas tugasnya bukanlah menerapkan undang-undang, tetapi menciptakan penyelesaian yang tepat untuk peristiwa kongkret, sehingga peristiwa-peristiwa berikutnya dapat dipecahkan menurut norma yang telah

diciptakan oleh hakim. Tidak mustahil penggunaan metode lainnya. Ini adalah masalah titik tolak cara pendekatan problematik. Seorang yang menggunakan penemuan hukum bebas tidak akan berpendirian: saya harus memutuskan demikian karena bunyai undang-undang demikian. Ia harus berdasrkan pada berbagai argumen, antara lain undang-undang.8

Sukarno Aburaera dkk, 2010, Filsafat Hukum, Refleksi, Makassar, hlm.159

MATA KULIAH : Filsafat Hukum

TUGAS
RESUME ALIRAN FILSAFAT HUKUM

Oleh
MUHAMMAD RIZKA YUNUS B 111 08 378

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN

Anda mungkin juga menyukai