Anda di halaman 1dari 19

BAHAN AJAR

POKOK-POKOK

FILSAFAT HUKUM
(Dalam Prespektif Teori dan Praktik)

dr. Yulianto, sh., mh

universitas hang tuah surabaya


fakultas hukum
2018
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
RPS
BAB I KONSEP BERPIKIR FILSAFAT
A. Berpikir secara Refleksi
B. Berpikir secara Spekulatif
C. Berpikir secara Universal
D. Berpikir Sistematis
E. Berpikir secara Logis
F. Berpikir secara Kritis
G. Berpikir secara Radikal
H. Berpikir Bebas
I. Berpikir secara Bertanggung jawab
BAB II KONSEP FILSAFAT SECARA UMUM
A. Istilah, Definisi dan latar belakang filsafat.
B. Konsep dan pemikiran Filsafat (para filisuf).
C. Ruang Lingkup Fisafat.
D. Objek Filsafat
E. Metodologi Filsafat
F. Manfaat Filsafat
G. Peran Filsafat
H. Bahasan Utama Filsafat
1. Ontologi
2. Epestimologi
3. Aksiologi
BAB III KARAKTERISTIK FILSAFAT HUKUM
A. Pengertian & Kedudukan Filsafat Hukum
B. Manfaat Filsafat Hukum
C. Objek Kajian Filsafat Hukum
1. Ontologi Hukum
2. Epistimologi Hukum
3. Aksiologi Hukum
D. Pemikiran Para Filsuf Filsafat Hukum

BAB IV ALIRAN DAN MAZHAB FILSAFAT HUKUM


A. Aliaran Hukum Alam.
B. Aliran Hukum Positif.
C. Aliran Hukum Sociolocical Jurisprudence.
D. Mazhab Hukum Utilitarianisme.
E. Mazhab Sejarah.
F. Aliran Teori Hukum Kritis.
G. Aliran Realitas Hukum
BAB V FILSAFAT PANCASILA
A. Hakekat Pancasila.
B. Pancasila sebagai sistem Filsafat.
C. Perbedaan Filsafat Pancasila dengan Filsafat Kapitelisme dan Marxisme
BAB VI ETIKA DAN KODE ETIK PROFESI HUKUM

A. Pengertian Etika dan Profesi.


B. Fungsi Etika dan Profesi.
C. Etika dan Profesi Hukum
DAFTAR PUSTAKA
PROFIL PENULIS
BAB I

KONSEP BERPIKIR FILSAFAT


A. Berpikir secara Refleksi
 Berkontemplasi diri
 Merenung mengenai hakekat tentang kenyataan, ada (being) berbagai masalah dan
persoalan. (Alam, Manusia, Tuhan)
 Menelusuri akan asas dan nilai yang menjadi landasan dari kenyataan
 Merasa takjub atau heran terhadap hakekat sesuatu
 Refleksi tentang landasan dari kenyataan
 Kegiatan berpikir secara sistematikal yang hanya dapat merasa puas menerima hasil-hasil
yang timbul dari kegiatan berpikir itu sendiri.

B. Berpikir secara Spekulatif


 Persoalan yang direfleksikan melampui batas-batas pengetahuan ilmiah
 Memberi tekanan pada persoalan yang ada diluar pengetahuan sekarang
 Mengembangkan pemikiran rasional
 Mencari dan menemukan kemungkinan kebenaran-kebanran baru

C. Berpikir secara Universal


 Berpikir mengenai hal-hal yang bersifat umum/menyeluruh karena ingin menjelaskan
segala realitas secara keseluruhan.
 Berkaitan dengan ide-ide besar
 Berdasarkan pengalaman-pengalaman umum
 Menemukan hipotesis atau kesimpulan yang bersifat umum
 Dapat diterima secara umum
 Bersifat terbuka dan toleran

D. Berpikir secara Logis/Rasional


 Menggunakan rasio akal (logos), bukan berdasarkan mistis, kepercayaan belaka
 Argumentasi/penalaran kefilsafatan harus sah secara logical (memenuhi aturan-aturan
yang diterapkan dalam logika)
 Pemilihan premis-premis dan formulasi kesimpulan harus mempertahankan suatu struktur
terbuka.
 Selalu terbuka bagi suatu bantahan rasional dalam dialogia intersubjektif.
 Menggunakan argumentative bukan dokumentatif belaka.
 Dalil filsafat harus terargumentasikan atau dapat dipahami secara rasional
 Merumuskan argument-argumen untuk memperoleh pengkajian
 Bukan bersifat kepercayaan atau dogmatik

E. Berpikir Sistematis
 Satu keastuan yang yang terstruktur atau suatu kebulatan pemikiran yang terangkai dalam
masing-masing subsistem.
 Masing-masing sub sistem tidak terpisahkan dan saling berhubungan sevara teratur.

F. Berpikir secara Kritis


 Selalu mempunyai rasa “ingin tahu” terhadap segala sesuatu
 Selalu merasa tidak puas terahdap konsep yang saat ini berlaku
 Mempertanyakan kebenaran konsep yang saat ini diterima
 Selalu berdialiktika terhadap segala ssuatu

G. Berpikir secara Radikal


 Berpikir sampai pada akar-akarnya
 Berpikir sampai pada hakekatnya/esensinya/subtansinya

H. Berpikir secara Bebas


 Dalam arti bebas tidak boleh dibatasi atau direduksi atau diseragamkan.
 Bebas dari prasangka-prasangka sosial, historis, kultural, metos, maupun realigus.

I. Berpikir secara Bertanggung jawab


 Berpikir bebas dan bertanggungjawab terhadap kehidupan
 Bertanggung jawab terhadap pikiran/rasio dan hati nuraninya.
 Berpikir bebas tetapi mengeluarkn hasil pemikiran tidak sebebasnya karena dibatasi oleh
tanggungjawab etis atas moral yaitu etika keilmuwan.

BERPIKIR FILSAFAT
SEBUAH REFLEKSI /PERENUNGAN YANG MENDALAM MENGENAI SESUATU
YANG BERSIFAT UNIVERSAL YANG BERSIFAT SPEKULATIF, DENGAN
MENGGUNAKAN RASIONALITAS, YANG SELALU KRITIS
MENANYAKAN/MEMPERMASALAHKAN HAL-HAL SECARA RADIKAL,
DENGAN RASA TANGGUNG JAWAB.

Zoon Philosophis
Manusia adalah binatang yang berfilsafat
Genusnya : Binatang
Speciasnya : Berfilsafat
Deferiansia specifikasi

HANYA MANUSIA YANG MAMPU BERFILSAFAT


KARENA BERFILSAFAT ADALAH UPAYA UNTUK MENCAPAI KESEMPURNAAN
SEBAGAI MANUSIA
SEDANGKAN BINATANG TIDAK PERLU SEMPURNA

HANYA ILMU PENGETAHUANN YANG MEMENUHI SYARAT-SYARAT TERTENTU


DAPAT DISEBUT SEBAGAI FILSAFAT YAITU KINERJA BERIPKIR MANUSIA YANG
MENGAHASILKAN ILMU ENGETAHUAN ITU HARUS SECARA KRITIS,
REFLEKTIF, RADIKAL, LOGIS, INTEGRASI, SISTEMATIS, DAN UNIVERSAL

Irmayati M. Budianto, Realitas dan objektivitas, Refleksi Kritis atas Cara Kerja Ilmiah, Jakarta,
Wedatama Widya Sastra, 2002, h. 11.
BAB II

KARAKTERISTIK FILSAFAT SECARA UMUM

A. Istilah
 Secara etimologis istilah “filsafat” merupakan padanan kata “falsafah” (bahasa Arab),
“philosophy” (Inggris), dari bahasa Yunani yatiu : “philosophia”
 Philosophia terdiri dari dua kata, yaitu “philo” yang berarti “cinta” dan “shopia” yang
berarti “kebijaksanaan” atau harafiah dapat juga berarti “pengetahuan”.
 Definisi secara harfiah adalah “cinta terhadap kebijaksanaan (love of wisdom)
 Filsafat adalah “Materscientiarum” atau “Mother of Knowledge” yaitu ibu atau induk ilmu
pengetahuan.
 Latar belakang (menurut tradisi kuno) istilah “philosophia” digunakan pertama kali oleh
Phytagoras (sekitar abad ke 6 SM), ketika itu seorang bertanya kepadanya apakah ia
seorang bijaksana ? lalu dengan rendah hati Phytagoras menajwab ia hanyalah
“philosophos , yaitu orang yang mencitai pengetahuan.
 fIstilah filsafat kemudian lebih popular dalam historis Yunani, dimana Sokrates yang
pertama kali menyebut sebagai “philosophus” yang merupakan protes terhadap kaum
“sophis” yang waktu itu merupakan golongan terpelajar yang selalu menyombongkan diri
dengan ilmunya (mejual ilmunya demi mencari kesenengan dan kekayaan)

B. Konsep, Pengertian dan Definisi

1. Para Filsuf Pra Sokratik


 Pada masa pra sokratik, mereka mempertanyakan tentang awal atau asal mula alam
dan berusaha menjawabnya dengan menggunakan “logos” atau “rasio”/pikiran tanpa
meminta bantuan mythos atau mitos (mistis). Filsafat adalah ilmu yangberupaya
memahami hakekat alam dan realitas ada (being) dengan menggunakan akal/rasio.
 Tokoh/filsuf saat itu dalah Thales (640-546 SM) bahkan dianggap sebagai bapak
filsafat yang mendirikan aliran filsafat alam semesta atau kosmos perkataan yunani.
Filsafat kosmos atau yang dikenal kosmologi mempertanyakan tentang asal mulanya,
unsur dan kaidahnya yang menjadi pembentuk alam semesta ini. Menurut Thales,
dasar pembetuk alam semesta adalah air.

2. Phthagoras (572-497 SM)


 Pythagoras adalah seorang ahli matematik (dalil geomitri) yang pertama tama
memperkenalkan istilah philosophia. Ia menggap dirinya “philosopheos” (pencinta
kearifan). Bagianya kearifan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki ia orang yang arif,
Pythagoras secara merendah konon menyebut dirinya seorang pencinta kearifan. Ia
mendirikan aliran filsafat Pythagoreanisme yang mengemukakan sebuah ajaran
metafisis bahwa bilangan merupakan intisari dari semua benda maupun dasar pokok
dari sifat-sifat benda. Segenap gejala alam menurut ajaran itu merupakan
pengungkapan inderawi dari perbandingan-perbandingan matematik. Dengan dalil :
“bilangan memrintah jagat raya (number rules the universe)

3. Socrates (469-399 SM)


 Socrates adalah seorang filsuf dalam bidang moral yang terkemuka setelah Thales
pada zaman Yunani Kuno. Ia mengajarkan keapada khalayak ramai terutama kaum
muda bahwa pengetahuan adalah kebijakann dan kebijakan adalah kebahagian. Dalam
pemehaman Socrates fislsafat adalah suatu peninjauan diri yangbersifat reflektif atau
perenungan terhadap asas-asas dari kehidupan yang adil dan bahagia (prnciples of the
just and happy life).

4. Plato (472-347 SM)


 Plato adalah murid Socrates. Ia seorang filsuf yang mengubah kearifan (Sophia) yang
semula bertalian dengan soal-soal praktis dalam kehidupan menajdi pemahaman
intelektual. Dalam karya tulisnya “Republic”, Plato menegaskan bahwa para filsuf
adalah pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Ia beranggapan bahwa
dalam pencarian terhaap kebeanran itu, hanyalah filsuf yang dapat menemukan dan
menagkap pengetahuan mengenai ide yang abadi dan tidak berubah. Dlam konsepsi
Plato filsafat merupakann [encarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap
pandangan tentang seluruh kebenaran. (Andrew J. Rock, Speculative Philosophy,
1972, hal. 9-10).
 Filsafat Plato ini kemudian digolongkan sebagai filsafat spekulatif, yang
berpandangan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mencari
kebenaran yang asli atau murni. Selain itu, Plato juga mengatakan bahwa filsafat
adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala
sesuatu yang ada.

5. Aristoteles (384-322 SM)


 Aristoteles adalah seorang murid Plato yang paling terkemuka.. Ia berpandangan
bahwa Sophia (kearifan) merupakan kebajikan intelektual yang tertinggi, sedang
philosophia merupakan padanan kata dari “episteme” dalam arti kumpulan tertarus
dari engatahuan rasional mengenai sesuatu objek yang sesuai.
 Aristoteles berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa
berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas ada (being). Ia
pun mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yangberupaya mempelajari
“ada sebagai ada” (being as being) atau ada sebagaimana adanya (being as such).

6. Rene Descartes
 Rene Descartes, filsuf Prancis yang terkenal dengan argument “cogito ergo sum (aku
berpikir maka aku ada), mengatakan bahwa filsafat adalah himpunan dari segala
pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, Alam dan
manusia.

7. William James
 Willian James adalah filsuf Amerika yang terkenal sebagai tokoh pragmatism dan
pluralism mengatakan bahwa Filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk
berpikir jelas dan terang.

8. R. F. Berling

 R. F. Berling seorang filsuf yang pernah menjadi guru besar filsafat di Universitas
Indonesia dalam bukunya “Filsafat Dewasa Ini” mengatakan bahwa filsafat
memajukan pertanyaan tentang kenyataan seluruhnya atau tentang hakekat, azas,
prinsip dari kenyataan. Berling juga mengatakan bahwa filsafat adalah suatu usaha
untuk mencapai radis, atau akar kenyataan dunia wujud juga akar pengetahuan
tentang diri sendiri.
C. Ruang Lingkup Kajian Fisafat.

METAFISIKA
UMUM
ONTOLOGI ALAM

METAFISIKA MANUSIA
KHUSUS

TUHAN

LOGIKA
RUANG LINGKUP EPISTIMOLOGI
KAJIAN FILSAFAT
DIALEKTIKA

FILSAFAT ILMU

AKSIOLOGI ETIKA

ESTETIKA
D. Objek filsafat

1. Objek Materi
 Bahan atau yang menajdi kajian bagi filsafat
 Sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran atau penelitian keilmuan.
 Objek materi dapat berupa benda-benda material dan yang non material, hal-hal,
masalah-masalah, ide-ide, konsep-konsep .
 Tidak terbatas pada apakah ada di dalam realitas konkret atau di dalam realitas
abstrak.
 Objek materi filsafat adalah tentang “ada” dan segala sesuatu “yang mungkin ada”.
 Materi atau bahan kajian itu dapat bersifat sangat umum atau sangat luas, sehingga
orang belum dapat memfokuskan penelitian secara lebih terperinci.

2. Objej Forma
 Focus perhatian sesorang terhadap objek materi yang dihadapinya
 Salah satu aspek atau tema tertentu di dalam penelitiaanya.
 Hanya berkonsentrasi pada suatu segi saja, sehingga menurut segi yang satu ini orang
mendapat kejelasan.
 Dalam ilmu filsafat objek forma muncul dalam bentuk disiplin tertentu atau cabang
ilmu filsafat. (contoh filsafat hukum)

E. Manfaat Filsafat

1. Memupuk dan mengembangkan kemandirian :


a. Berpikir
b. Bersikap
2. Mengasah ketajaman untuk memilah mana hal yang dasar dan mana yang tidak (prioritas)
3. Membuka kemungkinan – kemungkinan pemahaman/kebenaran baru
4. Menuju kesempurnaan/kebahagian hidup.
F. Peran Filsafat

1. Pendobrak
 Selama berabad abad pemikiran manusia tertawan dalam penjara mitos-mitos yang
melahirkan mitologi Yunani. Manusia mempercayai dewa-dewa dan segala tradisi
berupa dragung, atau takhayul yang diterima secara terus menerus tanpa
mempersoalkan kebenaran tanpa ada yang menggugat kebenarannya.
 Namun akhirnya karena adanya bakat istimewa dari orang orang Yunani untuk
memperoleh suatu pengertian berdasarkan perenungan dan penglihatan memuat
kecerdasan telah mendobrak tradisi mitos menjadi logos. Oleh akrena itu bangsa
Yunani Kuno dikatakan memiliki suatu rasionalitas yang luar biasa, karena kehadiran
filsafat telah berhasil mendobrak semua tradisi-tradisi yang dikelilingi mitos dan
keprcayaan-keprcayaan yang begitu sacral yang pada waktu itu kebenarannya tidak
boleh dipersoalkan dan digugat oleh siapapun.

2. Pembebas
 Dengan adanya pendobrakan pintu penjara atas mitos-mitos tersebut juga sekaligus
membebaskan manusia dari segala ketidaktahuan dan kebodohannya mamasuki ranah
logos atau ilmu pengetahuan yang mencerahkann cara berpikir manusia.
 Fisafat sebenarnya telah, sedang dan akan terus berupaya membebaskan manusia dari
segala ketidaktahuan , kebodohan, kemiskinan pengetahuan yang menyebabkan
kepicikan dan kesesatan dalam berpikir menjadi reflektif dan kritis. Filsafat
membebaskan ruang gerak akal budi manusia melalui proses pencerahan berpikir.

3. Pembimbing
 Filsafat mengajarkan meninggalkan pemikiran dogmatis dengan cara berpikir
reflektif, kritis, spekulatif, radikal, dan universal yang membimbing manusia
menemukan esensi dan hakekat hakekat dari setiap permasalahan sampai potulat-
postulat yang paling akhir.
 Filsafat membimbing manusia berpikr secara sistematis dan logis sehingga terhindar
dari pendangkalan dan penyesatan cara berpikir. Disamping itu filsafat membimbing
manusia dari cara berpikir yang tidak utuh kearah berpikir yang integral, holistic, dan
koheren sehingga akal budinya tercerahkan.

G. Metode

1. Deduktif Spekulatif Transedental (Plato)


2. Reductio ad Absurdum ( Zeno)
3. Maieutik, Dialektis Krisi Induktif (Socrates)
4. Komteplatif Mistis (Plotinos)
5. Dialektika ( Hegel)
6. Skolastik ( Thomas Aquinas)
7. Skeptis (Descartes)
8. Kritis Transendental (Immanuel Kant)
9. Empiris ( Hobbes, Locke, David Hume)
10. Induktif (Bacon)
11. Pragmatisme (William James)
H. Bahasan Utama Filsafat

1. Ontologi (hakekat, esensi dan sifat)


- Hakekat/realitas sesuatu yang sebenarnya “ada”/”being”. (dari mana “adanya” ada?)
(apakah “ada” berasal dari ada atau ketiadaaan ? apakah “ada” berasal dari
pikiran/idea atau realitas terlebih dahulu ?, apakah “ada” tetap abadi atau berubah ?
apakah “ada” bersifat monism/tunggal atau pluraisme ?)
- Menurut Plato, hakekat suatu materi atau sesuatu yang kita kenal, lihat dan
alami/pahami adalah semu dan tidak substantive, yang substantive adalah Idea.
- Idea adalah realitas yang sesungguhnya, sehingga ajaran Plato disebut dengan Idealisme
Plato.
- Idea Plato bersifat tunggal, dari segala sesuatu berasal dari yang tunggal yaitu idea,
maka filsafatnya disebut idealisme dan bersifat monisme, termasuk hukum yang
bersifat monisme.
- Sedangkan menurut pemikiran Aristoteles, hakekat atas segala sesuatu adalah
Realisme, yang bersifat Pluralisme.
- Ajaran realisme dari Aristoteles memandang bentuk hadir pada materi. Gerak dan
perubahan sebagai penyatuan bentuk dan materi. Bentuk yang menyebabkan gerak di
dalam materi. Dari gerak perubahan melahirkan keanekaragaman realita atau pluralisme.
- Esensinya apa ? terbentuk dari susunan/ unsur apa ?
- Esensi sesuatu dapat bersifat/tersusun monisme/tunggal (plato) atau pluraisme /banyak
(Aristoteles)
- Sifatnya bagaimana ?

2. Epestimologi
- cara mendapatkan/memperoleh ilmu pengetahuan
- teori tentang pengetahuan
- epistimologi akan membahas mengenai asal usul, syarat, sususan, metode dan validitas
pengetahuan.
- Alat yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan tersebut adalah dengan Logika,
dialektika dan filsafat ilmu.

3. Aksiologi
- nilai, hakekat nilai
- dibagi dalam dua bagian yaitu nilai Etika dan Estetika
- Nilai Etika adalah nilai mengenai baik dan buruk (ukurannya moral)
- Nilai Estetika nilai mengenai indak dan jelek (seperti kesenian)
BAB III
KARAKTERISTIK FILSAFAT HUKUM
A. Pengertian dan Kedudukan Filsafat Hukum
1. Pengertian
- Filsafat hukum mencari hakekat dari pada hukum, yang menyelidiki kaidah hukum
sebagai pertimbangan nilai-nilai (Soetikno)
- Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai-nilai, kecuali itu filsafat hukum
mencakup penyerasian nilai-nilai (Purnadi Purbacaraka)
- Filsafat hukum ialah falsafah tentang hukum, falsafah tentang segala sesuatu di bidang
hukum secara mendalam sampai ke akar akarnya secara sistematis. (Muhadi)
- Filsafat hukum untuk menjelaskan nilai-nilai hukum dan postulat-postulat sampai pada
dasar-dasar filsafatnya yang terakhir. (Gustav Radbruch)
2. Kedudukan Filsafat Hukum dalam Filsafat Umum
- bagian dari filsafat tingkah laku yang disebut Etika. Filsafat Nilai/Aksiologi
berkedudukan sebagai genus, Etika sebagai species dan filsafat hukum sebagai
subspecies.

3. Kegiatan/Tugas kajian Filsafat Hukum


- Filsafat hukum bertugas menganalisa hukum dalam arti jalinan nilai-nilai karena
kegiatan filsafat hukum mencakup 3 (tiga) hal. Yaitu : Perunangan nilai-nilai,
Perumusan nilai-nilai dan Penyerasian nilai-nilai yang kemudian dapat dikonritkan
dalam bentuk asas dan kaidak-kaidah hukum.
- Mengolah nilai-nilai dengan menggunakan ratio (akal budi) dan hasrat susila (moral)
untuk menhasilkan asas-asas dan norma-norma hukum.

B. Manfaat Filsafat Hukum


1. Manfaat Ideal adalah pemahaman eksistensi manusia dan kemanusian.
2. Manfaat Praktis adalah dapat menggali, mengolah, memanfaatkan potensi/SDM menuju
kehidupan yang lebih baik; menciptakan hukum yang berkeadilan.
3. Manfaat Riil adalah kebijaksanaan dalam hidup.

C. Objek Kajian Filsafat Hukum


1. Ontologi
- Tempat untuk mencari hakekat/eksistensi hukum, yang didalamnya juga termsuk
subtansi dan aksidensi/sifat hukum) :
- Hakekat Hukum adalah ADA yang berasal dari: ada atau ketiadaan ?
- Hakekat Hukum adalah ADA berasal dari pikiran dulu atau Realitas dulu ?
- Esensi hukum apakah tetap/abadi atau berubah-ubah ?
- Subtasnsi hukum satu/monisme atau banyak/pluralisme ?
Hal ini tergantung dari aliran filsafat hukum. Yaitu:
a. aliran hukum alam hakekat hukum terletak pada moral, baik yang berasal dari
Tuhan atau Rasio Manusia.
b. Aliran positivisme hakekat hukum terletak pada perintah, kewajiban, kedaultan,
penguasa.
c. Mazhab utilitarianisme hakekat hukum adalah kemanfatan yang paling besar
d. Mazhab sejarah hakekat hukum sebagai ekspresi jiwa bangsa (volkgeist)
e. Aliran sociological jurisprudensce hakekat hukum adalah terletak pada kenyataan
sosial berupa nilai-nilai yang hidup dalam masyarakata.
f. Aliran realisme hakekat hukum terletak pada pengadilan, hakim
g. Aliran Studi Legal Kritis hakekat hukum terletak pada politik

2. Epistimologi Hukum
- sebagai jalan untuk mencari jalan dalam pembentukan hukum dan kebenarnannya
(teori hukum, Logika hukum dan Hermeneutik Hukum)

3.Aksiologi Hukum
a. membahas nilai-nilai yang ada pada hukum
b. membahas Antinomi-Antinomi

A. Nilai-nilai Hukum
1. Keadilan
a. Pengertian
- Keadilan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, berasal dari kata “adil” yakni
kejujuran, kelurusan, keikhlasan yang tidak berat sebelah.
- Keadilan berarti sesuatu hal yang tidak berat sebelah atau tidak memihak dan tidak
sewenang-wenang, tidak bertindak yang tidak sesuai dengan norma agama, kesusuliaan,
kesopanan dan norma hukum (KBBI, 2005)
- Keadilan berarti hukum, yang dalam istilah ingris disebut justice, dan istilah latin
justitia yang kata dasarnya “jus” yang berarti hukum atau law.
- Ulpinus menyebutkan bahwa keadilan adalah “tribuere cuique suum” atau dalam bahsa
Ingris “to give everybody his own” atau “memberi kepada setiap orang apa yang
dipunyai”.
- Sejalan dengan hal tsb Aristoteles memberi pengertian bahwa keadilan disebut sebagai:
“unicuiqui suum tribuere” yaitu “MEMBERIKAN KEPADA SETIAP ORANG APA
YANG MENJADI HAKNYA”.
- Ada 2 (macam) hak, yaitu pertama hak yang dibawa sejak lahir secara alamiah, yakni
hak yang diperoleh karena ia manusia atau disbeut sebgai Hak Asasi Manusia. Seperti
Hak untuk hidup, hak untuk sehat, hak untuk pendidikan, hak untuk pekerjaan, hak
untuk penghidupan yang layak dan hak untuk diperlakukan secara adil. Hak ini berada
dalam ruanglingkup publik dimana negara yang harus menjamin terlaksananya hak ini
pada seluruh warga negaranya. (dalam konstitusi Pasal 28 a s/d i UUD 1945) .
- Kedua adalah hak yang lahir karena hukum. Baik itu karena perikatan atau perjanjian
antara individu dengan individu. (seperti jual beli, sewa menyewa, perjanjian kerja).
Hak ini berada dalam ruang lingkup privat.
- Keadilan tidak hanya mengatur agar hak asasi manusia saja yang dilindungi, melainkan
seluruh kehidupan manusia baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik
sebagai warga kelompok maupun sebagai warga negara, sehingga tujuan bernegara akan
tercapai, yaitu untuk keadilan dan kesejahteraan warga negara.
- Esensi keadilan dapat menunjuk pada tiga hal, yaitu: keadaan, tuntutan dan keutamaan.
Keadilan sebagai Keadaan adalah menyatakan bahwa setiap orang berhak memperoleh
apa yang menjadi haknya dan diperlakukan sama secara adil. Keadilan sebagai tunutan
adalah setiap orang berhak untuk menuntut agar keadilan itu dibuat baik dan dapat
menuntut bila hal tersebut tidak baik. Keadilan sebagai keutamaan adalah sebuah tekad
untuk selalu berpikir, berkata, dan berperilaku adil.
- Prinsip keadilan menyangkut pada 4 (empat) keadaan. Pertama, keadilan selalu tertuju
pada orang lain. Kedua, keadilan selalu ada hubungannya dengan kesedian sesuatu yang
terbatas jumlahnya. Ketiga, keadilan berhubungan dengan sesuatu yang harus
ditegakkan dan Keempat, keadilan selalu menuntut persamaan (equality).
b. Pemikiran Keadilan menurut para filsuf
Socrates dan Plato (Pemikiran Yunani)
- Keadilan merupakan suatu keadaan seimbang, sesuatu kesatuan yang harmonis
antara pemikiran (logistikon), perasaan atau nafsu baik psikis maupun jasmani, dan
bagian rasa baik dan jahat.
- Keadilan diperoleh melalui penegakan hukum. Dimana hukum menurut Plato
adalah hukum positive yang dibuat oleh si pembuat undang-undang yaitu Negara.
- Keadilan hanya ada didalam hukum yang dibuat oleh Negara (diklasifikasikan
sebagai seorang penganut nomisme hukum).
- Keadilan menurut pandangan Plato ada 2 (dua) subtsansi, yaitu keadilan moral dan
keadilan prosedural yang mendasarkan pada prosedur yang benar (suatu negara
dianggap telah menjalankan prosedur dengan benar jika negara mampu
membagikan fungsi secara tepat kepada masing-masing orang. (negara harus
dipimpin oleh seorang filusuf) .
- Plato membuat kreteria keadilan adalah kebaikan dalam arti harmoni dan
kesimbangan dari dalam, yang tidak dapat diketahui atau dijelaskan dengan
argumentasi rasional. Dimana setiap warga negera berperan sesuai dengan klasnya
masing-masing. (ada 3 klas : pemimpin, militer dan warga negera)

Aristoteles
- Aristoteles (terkenal dengan filsafat emperisnya) adalah seorang filsof yang
pertama kali merumuskan arti keadilan.
- Keadilan adalah memberikan kepada setiap orang yang yang menjadi haknya. (fiat
justitia bereat mundus).
- Keadilan atau adil menurut Aristoteles adalah memperlakukan sama untuk hal
yang sama dan memperlakukan berbeda untuk hal yang berbeda pula namun masih
dalam proporsi yang sama.
- Keadilan merupakan kelayakan dalam tindakan manusia dan sesuatu dikatakan
layak jika sesuatu itu seimbang atau proporsional.
- Aristoteles membagi 2 (dua) jenis keadilan. Pertama keadilan distributif atau
membagi adalah keadilan membagi yang membutuhakn distribusi atas
penghargaan. Keadilan yang berhubungan dengan hukum publik.
- Keadilan distribusi memberikan kepada setiap orang sesuai dengan ukuran nilai
yang telah ditentukan bersama. Memberi petunjuk tentang pembagian barang-
barang dan kehormatan kepada masing-masing orang menurut tempatnya di
masyarakat. (prinsip kesebandingan), bukan memberikan yang pada orang yang
sama.
- Kedua adalah keadilan korektif atau keadilan yang memperbaiki adalah
meruakan ukuran utama dalam prisnip prinsip teknis yang mengatur manajemen
hukum.
- Keadilan korekif adalah keadilan yang memberikan kepada setiap orang sama
banyaknya. (prinsip kesamaan).
- Dalam ajaran Aristoteles, seolah-olah menyamakan hukum dan moral.

Augustinus/Thomas Aquinas (Pemikiran Abad Pertengahan)


- Keadilan tertinggi adalah keadilan Tuhan.
- Keadilan Tuhan diwujudkan di muka bumi hanyalah gereja, dengan demikian
tidak akan terwujud keadilan jika konsep keadilan dijalankan terpisah dari gereja.
- Segala sesuatu adil jika segala sesuatu itu telah sesuai dengan hukum Tuhan, yang
diimplementasikan hukum Tuhan didunia adalah ajaran yang dibawa oleh pendeta-
pendeta.
- Thomas Van Aquinas (seorang filsuf hukum alam), memperluas konsep keadilan
Augustinus, bahwa selain hukum Tuhan yang diwujudkan melalui konsep gereja,
terdapat hukum negara yang diperoleh melalui akal manusia yang ditujukan untuk
kepentingan umum.
- Tidak ada pertentangan antara keadilan Tuhan dengan keadilan berdasarkan akal
manusia, karena terciptanya hukum yang didasarkan pada akal manusia ini
haruslah memenuhi 4 (empat) syarat. Yaitu: harus rasional, berhubungan dengan
kebaikan umum, merupakan hasil kesepakatan dan telah diundangkan.
- Dikenal ada 2 (dua) konsep keadilan/hukum, yaitu hukum negara/alamiah (lex
naturalis) dan hukum ilahi (lex divina),

Thomas Hobbes (Pemikiran Modern Klasik)


- Keadilan haruslah ditinjau dari kekuatan dan kekuasaan dalam negara. Dimana
keadilan diidentifikasikan sebagai kemauan yang bersifat memerintah dari negara.
- Thomas Hobbes menolak konsep keadilan yang didasarkan pada konsep semesta
yang mutlak/keadilan Ilahi. Ini karena hak kodrat manusia sebenarnya telah lama
diberikan pada saat menyusun kontrak sosial. Sehingga dengan adanya kontrak
sosial. Untuk mennetukan adil atau tidak adil bukan lagi didasarkan pada hak
kodrati,melainkan didasarkan pada kesesuaian terhadap kontrak sosial yang telah
disepakati.
- Keadilan adalah kesesuaian terhadap kesepakatan bersama, tidak adil jika
bertentangan dengan hasil kesepakatan dan adil jika sesuai dengan hasil
kesepakatan.

H.L.A. Hart (Pemikiran Abad XX)


- Keadilan adalah kelayakan (fairness) dan terdapat kelayakan jika seseorang yang
sama diperlakukan secara sama dan yang berbeda diperlakukan secara berbeda.
- Idea keadilan menurut Hart memuat 2 (dua) unsur, yaitu pertama asas formal yang
tetap untuk memperlakukan orang yang sama secara sama dan yang berbeda secara
berbeda. Kedua adalah berbicara mengenai ukuran untuk hal yang mana dikatakan
sama dan untuk hal mana dikatan berbeda.

John Rawls
- Memiliki pemikiran tentang keadilan yang bersumber pada dimensi moralitas dan
dipengaruhi denga sikap etis yang besar sebagaiman terlihat dalam bukunya “the
tory of justice”.
- Pemikiran keadilan John Raws berangkat dari doktrin utilitarianisme yang
dibangun oleh Jermy Bentham, Jhon Stuart Mill dan David Hume.
- Untuk mewujudkan keadilan, maka insttitusi sosial/struktur dasar masyarakat
dijadikan individu untuk mencapai tujuan bersama dalam sebuah masyarakat yang
adil.
- Perlu ada keseimbangan, kesebandingan dan keselarasan (harmony) antara
kepentingan masyarakat, termasuk didalamnya negara, dengan individu atau warga
negaranya.
- Keadilan tidak dapat diberikan begitu saja, melainkan harus melalui perjuangan.
- Ada 2 (dua) prinsip keadilan menurut pemikran John Raws. Yaitu pertama adalah
prinsip kebebasan yang sama sebesar-besarnya (princeple of greatest equel liberty)
. Kedua adalah prinsip perbedaan (the difference principle) dan prinsip persamaan
yang adil atas kesempatan (the principle of fair equality of opportunity).
- Menurut prinsip pertama princeple of greatest equel liberty, maka setiap orang
mempunyai hak yang sama atas seluruh keuntungan masyarakat. Kesamaan bukan
pada kemampuan tetapi pada prospek yang disediakan oleh negara (kesempatan
untuk bersaning yang sama).
- Prinsip perbedaan bahwa perbedaan sosial dan ekonomi harus diatur agar
memberikan manfaat yang paling besar bagi mereka yang paling kurang
beruntung.
- Keadilan mensyaratkan bahwa struktur dasar masyarakat disusun sedemikian rupa
agar memberi keuntungan bagi pihak-pihak yang kurang beruntung.

c. Teory Tentang Keadilan


Utilitarianisme
- Ide dasar teori Utilitarianesme adalah”: “yang benar/adil untuk dilakukan adalah
yang menghasilkan kebaikan terbesar”.
- Prinsipnya Utilitarianesme adalah :”kemanfaatan atau “prinsip terbesar”
menyatakan bahwa tindakan tertentu benar jika cnderung memperbesar
kebahagian, keliru jika cenderung mengahsilkan berkurrangnya kebahagian.
- Ukuran kebahagian adalah yang paling banyak dirasakan sebagian besar.
- Kebahagian adalah kesenangan dan tidak ada rasa sakit.
- Eadilan bukanlah “ius generalis”, karena kedailan bergantung sepenuhnya pada
kemanfaatan sosial sebagai fondasinya.
- Teory Utilitarianesme mendalilkan bahwa jika masyarakat secara keseluruhan
telah mencapai kesejahteraan sosial, maka dipastikan kesejahteraan masing-
masing individu dalam masyarakat tersebut telah terpenuhi.
- Menurut teory utilitarianesme melahirkan anggapan bahwa konsep keadilan
bertumpu dan dikembangkan karena kemampuaannya untuk memberikan manfaat
yang lebih besar.
- Utilitarianesme memandang segala permasalahan dari segi utility (manfaat),
semakin besar membawa manfaat maka itulah sesungguhnya adil.
- Sebagai konsekwensinya, untuk menilai baik dan buruk, beanr atau salah terhadap
suatu tindakan adalah ditentukan pada akibat dari tindakan tersebut. Seburuk
apapun suatu tindakan, jika berakibat positif, bararti bahwa tindakan tersebut
adalah tindakan yang benar.
- Tokohnya : Jermy Betham, John Stuart Mill, David Hume
- Kelamahan teory ini : tidak ada jaminan pada individu yang telah berkorban demi
kepentingan umum akan menemukan kebahagian atau keadilan.
- Contoh konkrit:
 menurunkan gaji sebagaian buruh untuk manfaat /kebahgian sebagian besar
buruh.
 Boleh menyakiti/berbohng pada seseorang bila akan bermanfaat pada
kelompok sebagaian besar.
 Penggusuran dengan merugikan pemilik lahan, demi manfaat yang lebih
besar.

Intusionisme
- Teory Intusionisme mendalilkan bahwa baik dan buruk, adil dan tidak adil ,
segalanya ditentukan pada intuisi atau hati nurani.
- Hati nurani manusia adalah ukuran yang paling tepat untuk menilai adil dan tidak
adil atau buruk atau jelek.
- Seberapa besarnya manfaat yang dihasilkan, apabila tindakan tersebut dilakukan
tidak sesuai dengan hati nurani, maka jangan berharap akan terjamin kebahagian,
karena hanya perbuatan yang sesuai dengan hati nurani yang mampu mewujudkan
kebahagian dan sekaligus keadilan.
- Kelemahan teory ini : terlalu abstrak dan tidak menyelesiakan masalah (tidak ada
prioritas/tidak rasional) dan ukuran hati nurani terlalu subjektif, sehingga tidak
dapat menjadi basis konsep keadilan yang mampu diteri secara umum.

Kosmopolitanisme
- Theory Kosmopolitanisme mendalilkan bahwa konsep keadilan harus berperan
menyediakan cara didalam mana institusi-institusi sosial utama mendistribusikan
hak-hak fundamental dan kewajiban, serta menentukan pembagian hasil-hasil dari
kerja sama sosial.
- Teory kosmopilitanisme yang didasarkan pada pemikiran dari John Raws
memandang keadilan bukanlah berkaitan dengan transaski individu, namun
keadilan sosial yang subjek utamnya adalah masyarakat.
- Bangunan struktur sosial dalam masyarakat akan mempengaruhi keadaan individu
sejak individu dilahirkan didalam masyarakat. Keadaan dalam masyarakat akan
menjadi penentu awal yang mempengaruhi masa depan setiap orang, cita-citanya,
impian, karena lingkungan masyarakat ada lebih dahulu kemudian baru individu
lahir didalamnya.
- Konsep keadilan harus berperan menyediakan cara di dalam mana isntitusi-
institusi sosial utama mendistribusikan hak-hak fundamental dan kewajiban, serta
menentukan pembagian hasil-hasil dari kerja sama sosial.
B. Antinomi-Antinomi Nilai (Berpasangan & Bertegangan)
1. Individu dan Alam Semesta
2. Voluntarisme & Pengetahuan Objektif
3. Pikiran & Intuise
4. Kolektivesme & Individualisme
5. Demokrasi & Otokrasi
6. Nasionalisme & Internasionalisme
7. Positivesme & Iedealisme
8. Stabilitas & Perubahan
9. Spiritualisme & Materialisme
BAB IV
TOKOH DAN ALIRAN FILSAFAT HUKUM
I. Tokoh Filsafat Hukum

No Filsuf Tahun Pemikiran


1 Socrates (470-399) SM Pikiran menghasilkan Pengetahuan dan pengetahuan
menghasilkan kebaikan, dengan kebaikan tidak akan
melakukan kejahatan.
2 Plato (427-347) SM Pengetahuan sama dengan kebajikan, maka orang
yang punya pengetahuan/filusuf yang harus
memimpin negara.
3 Aristoteles (384-322) SM Hukum harus adil. Konsep Adil adalah memberikan
kepada setiap orang apa yang menajdi haknya.
4 Thomas Aquinas (1225-1274) M Ada kebenaran wahyu disamping kebenaran akal.
Ada hukum Tuhan disamping hukum rasio manusia.
(lex aeterna, lex divina, lex naturalis dan lex
positivisme)/penganut teori hukum alam irasional.
5 Thomas Hobbes (1588-1679) M “homo homini lupus” (manusia menjadi srigala bagi
manusia lainnya) untuk itu perlu negara. Negara
mempunyai kekuasaan absolut terhadap warga
negaranya.
6 Hugo De Groot (1583-1645) M Penganut hukum alam rasional. Hukum lahir karena
kodrat manusia. Hukum alam tidak mungkin dapat
dirubah bahkan oleh Tuhan sekalipun. Hukum alam
diperoleh manusia dari akalnya, tetapi Tuhanlah yang
memberikan kekuatan mengikatnya.
7 Rene Descartes (1596-1650) M “coqito, ergo sum” (saya berpikir, maka saya ada).
Agar ilmu dapat dipahami secara lebih baik, mutlak
diperlukan metode yang baik, yaitu dengan cara
berpikir. (rasionalisme dan Epirisme). Dianutnya
pluralisrme hukum (pemisahan antara das sein dan das
sollen , hukum dan keadilan sehingga melahirkan
positivisme hukum.
8 John Locke (1632-1704) M Melahirkan teori hukum emperisme.melakukan
penyelidikan berdasarkan pengalaman. Hukum adalah
sesuatu yang ditentukan oleh warga masyarakat pada
umumnya tentang tindakan-tindakan mereka dalam
masyarakat. Dikenal sebagai Bapak hukum
konstitusional.
9 J.J. Rousseau (1712-1778) M “retour a la nature” (kembali ke alam), manusia rusak
karena berkembangnya kebudayaan. Kedaulatan ada
ditangan rakyat (bukan pada raja yang waktu itu
dianggap wakil Tuhan). Hukum sepenuhnya berasal
dari rakyat yang kemudian 10 tahun kemudian
meletuskan “revolusi prancis” (tahun 1789- 1795).
10 Imanuel Kant
11 G.W. Friedrich Hegel
12 C. F.Von Savigny
13 Auguste Comte
14 John Austin
15 Jermy Betham
16 Hans Kalsen
II. Aliran-Aliran Filsafat Hukum
A. Aliaran Hukum Alam.
- Aliran hukum alam dimulai sejak 2.500 tahun yang lalu sebelum abad 19.
- Pencarian cita-cita/kedilan yang lebih tinggi;
- Hukum alam dipandang sebagai hukum yang berlaku universal dan abadi
- Hukum alam dianggap lebih tinggi dari hukum yang senagaja dibentuk oleh manusia.
- Ajaran hukum alam menjelaskan bahwa hakekat alam merupakan tema sentral dalam
menemukan hakekat hukum.
- Selalu mengajarkan keseimbangan
- Dapat diukur melalui moral yang berkorelasi dengan kebaikan untuk mencapai keadilan.
- Ada 2 bentuk pemikiran dalam hukum alam. Pertama adalah Irasional, Yaitu hukum alam
bersumber langsung dari Tuhan/ Tokohnya: Aqustinus, Thomas Aquinas.
- Kebenaran bersumber pada kitab suci yang merupakan jalan dipilih oleh Tuhan untuk
memudahkan penemuan kebenaran oleh manusia.
- Menurut Thomas Aquinus Ada 4 macam hukum alam: (1) lex acterna adalah hukum rasio
Tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera (2) lex devina adalah hukum rasio Tuhan
yang dapat ditangkap pancaindera (3) lex naturalis adalah hukum alam yang merupakan
penjelmaan lex acterna kedalam rasio manusia dan (4) lex positivisme adalah penerapan lex
naturalis dalam kehidupan manusia) .Kedua adalah Rasional, dimana sumber hukum alam
adalah rasio manusia yang terlepas dari tertib ketuhanan. Hukum alam lahir dari pikiran
manusia sendiri tenatang apa yang baik dan yang buruk, penilaiannya diserahlan pada moral.
Tokohnya : Hugo De Groot, Imanuel Kant (pemikiran “katagoris imperative”).
- Hukum alam adalah hukum yang lahir sesuai kodrat manusia. Dimana menurut Grotius
hukum alam tidak mungkin dapat dirubah bahkan oleh Tuhan sekalipun.
- Keabssahan norma hukum tergantung pada nilai moral.
- Kata kunci: hukum penciptaan, kesempurnaan, keseimbangan, dimana saja, dengan
sendirinya, moral, Tihan dan Rasio Manusia.

B. Aliran Hukum Positif.


- Menurut pandangan aliran hukum positivism norma hukum adalah sah apabila ditetapkan oleh
lembaga atau otoritas yangberwenang dan didasarkan pada aturan yang lebih tinggi, bukan
digantungkan pada nilai moral.
- Adanya pemisahan antara hukum dan moral.
- Bagi kaum positivesme tidak ada hukum selain perintah penguasa/hukum positif.
- Hukum itu identik dengan Undang-Undang (legisme)
- Norma hukum adalah sah apabila ditetapkan oleh penguasa.
- Ada 2 aliran hukum positif, pertama adalah hukum positif analitis (John Austin), hukum
merupakan perintah penguasa, merupakan system logika yangbersifat tetap dan tertutup dan
hukum positif harus memenuhi beberapa unsur perintah, saksi, kewajiban dan kedaulatan.
- Kedua aliran hukum positif murni (Hans Kalsen) dimana hukum bebas dari anasir diluar
hukum.

C. Aliran Hukum Sociolocical Jurisprudence.

- Aliran ini tumbuh dan berkembang di Amerika Serikat yang inti pemikirannya adalah terletak
pada penekanan bahwa hukum yang baik adalah yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam
masyarakat.
- Tokoh utamanya Roscoe Pound dalam karyanya : “ Scope and Purpose of Sociologial)
D. Mazhab Hukum Utilitarianisme.

- hukum harus dapat memberi kemanfaatan berupa kebahagian bagi sebanyak-banyak orang.
- tokoh utamanya : Jeremy Bentham

E. Mazhab Sejarah.

- hukum lahir dari hukum kebiasaan yang ditemukan dan berasal dari perasaan rakyat.
- Hukum itu hadir sebagai ekspresi jiwa suatu bangsa
- Hukum itu tidak bias berlaku umum dan tidak statis.
- Tokoh utanya : Carl Von. Savigny

F. Aliran Teori Hukum Kritis.


- hukum harus dirumuskan dalam rumusan yang tegas dan jelas demi kepastian hukum melalui
proses politik yang disebut demokrasi (hukum itu identic dengan politik)
- hukum memiliki sifat formalisasi
- peraturan hukum pada hakekatnya bertingkat

G. Aliran Realitas Hukum


- tidak ada hukum yang mengatur sutau perkara sampai ada putusan hakim terhadap perkara
itu.
- Hukum adalah apa yang diputus oleh hakim.

Anda mungkin juga menyukai