POKOK-POKOK
FILSAFAT HUKUM
(Dalam Prespektif Teori dan Praktik)
E. Berpikir Sistematis
Satu keastuan yang yang terstruktur atau suatu kebulatan pemikiran yang terangkai dalam
masing-masing subsistem.
Masing-masing sub sistem tidak terpisahkan dan saling berhubungan sevara teratur.
BERPIKIR FILSAFAT
SEBUAH REFLEKSI /PERENUNGAN YANG MENDALAM MENGENAI SESUATU
YANG BERSIFAT UNIVERSAL YANG BERSIFAT SPEKULATIF, DENGAN
MENGGUNAKAN RASIONALITAS, YANG SELALU KRITIS
MENANYAKAN/MEMPERMASALAHKAN HAL-HAL SECARA RADIKAL,
DENGAN RASA TANGGUNG JAWAB.
Zoon Philosophis
Manusia adalah binatang yang berfilsafat
Genusnya : Binatang
Speciasnya : Berfilsafat
Deferiansia specifikasi
Irmayati M. Budianto, Realitas dan objektivitas, Refleksi Kritis atas Cara Kerja Ilmiah, Jakarta,
Wedatama Widya Sastra, 2002, h. 11.
BAB II
A. Istilah
Secara etimologis istilah “filsafat” merupakan padanan kata “falsafah” (bahasa Arab),
“philosophy” (Inggris), dari bahasa Yunani yatiu : “philosophia”
Philosophia terdiri dari dua kata, yaitu “philo” yang berarti “cinta” dan “shopia” yang
berarti “kebijaksanaan” atau harafiah dapat juga berarti “pengetahuan”.
Definisi secara harfiah adalah “cinta terhadap kebijaksanaan (love of wisdom)
Filsafat adalah “Materscientiarum” atau “Mother of Knowledge” yaitu ibu atau induk ilmu
pengetahuan.
Latar belakang (menurut tradisi kuno) istilah “philosophia” digunakan pertama kali oleh
Phytagoras (sekitar abad ke 6 SM), ketika itu seorang bertanya kepadanya apakah ia
seorang bijaksana ? lalu dengan rendah hati Phytagoras menajwab ia hanyalah
“philosophos , yaitu orang yang mencitai pengetahuan.
fIstilah filsafat kemudian lebih popular dalam historis Yunani, dimana Sokrates yang
pertama kali menyebut sebagai “philosophus” yang merupakan protes terhadap kaum
“sophis” yang waktu itu merupakan golongan terpelajar yang selalu menyombongkan diri
dengan ilmunya (mejual ilmunya demi mencari kesenengan dan kekayaan)
6. Rene Descartes
Rene Descartes, filsuf Prancis yang terkenal dengan argument “cogito ergo sum (aku
berpikir maka aku ada), mengatakan bahwa filsafat adalah himpunan dari segala
pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, Alam dan
manusia.
7. William James
Willian James adalah filsuf Amerika yang terkenal sebagai tokoh pragmatism dan
pluralism mengatakan bahwa Filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk
berpikir jelas dan terang.
8. R. F. Berling
R. F. Berling seorang filsuf yang pernah menjadi guru besar filsafat di Universitas
Indonesia dalam bukunya “Filsafat Dewasa Ini” mengatakan bahwa filsafat
memajukan pertanyaan tentang kenyataan seluruhnya atau tentang hakekat, azas,
prinsip dari kenyataan. Berling juga mengatakan bahwa filsafat adalah suatu usaha
untuk mencapai radis, atau akar kenyataan dunia wujud juga akar pengetahuan
tentang diri sendiri.
C. Ruang Lingkup Kajian Fisafat.
METAFISIKA
UMUM
ONTOLOGI ALAM
METAFISIKA MANUSIA
KHUSUS
TUHAN
LOGIKA
RUANG LINGKUP EPISTIMOLOGI
KAJIAN FILSAFAT
DIALEKTIKA
FILSAFAT ILMU
AKSIOLOGI ETIKA
ESTETIKA
D. Objek filsafat
1. Objek Materi
Bahan atau yang menajdi kajian bagi filsafat
Sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran atau penelitian keilmuan.
Objek materi dapat berupa benda-benda material dan yang non material, hal-hal,
masalah-masalah, ide-ide, konsep-konsep .
Tidak terbatas pada apakah ada di dalam realitas konkret atau di dalam realitas
abstrak.
Objek materi filsafat adalah tentang “ada” dan segala sesuatu “yang mungkin ada”.
Materi atau bahan kajian itu dapat bersifat sangat umum atau sangat luas, sehingga
orang belum dapat memfokuskan penelitian secara lebih terperinci.
2. Objej Forma
Focus perhatian sesorang terhadap objek materi yang dihadapinya
Salah satu aspek atau tema tertentu di dalam penelitiaanya.
Hanya berkonsentrasi pada suatu segi saja, sehingga menurut segi yang satu ini orang
mendapat kejelasan.
Dalam ilmu filsafat objek forma muncul dalam bentuk disiplin tertentu atau cabang
ilmu filsafat. (contoh filsafat hukum)
E. Manfaat Filsafat
1. Pendobrak
Selama berabad abad pemikiran manusia tertawan dalam penjara mitos-mitos yang
melahirkan mitologi Yunani. Manusia mempercayai dewa-dewa dan segala tradisi
berupa dragung, atau takhayul yang diterima secara terus menerus tanpa
mempersoalkan kebenaran tanpa ada yang menggugat kebenarannya.
Namun akhirnya karena adanya bakat istimewa dari orang orang Yunani untuk
memperoleh suatu pengertian berdasarkan perenungan dan penglihatan memuat
kecerdasan telah mendobrak tradisi mitos menjadi logos. Oleh akrena itu bangsa
Yunani Kuno dikatakan memiliki suatu rasionalitas yang luar biasa, karena kehadiran
filsafat telah berhasil mendobrak semua tradisi-tradisi yang dikelilingi mitos dan
keprcayaan-keprcayaan yang begitu sacral yang pada waktu itu kebenarannya tidak
boleh dipersoalkan dan digugat oleh siapapun.
2. Pembebas
Dengan adanya pendobrakan pintu penjara atas mitos-mitos tersebut juga sekaligus
membebaskan manusia dari segala ketidaktahuan dan kebodohannya mamasuki ranah
logos atau ilmu pengetahuan yang mencerahkann cara berpikir manusia.
Fisafat sebenarnya telah, sedang dan akan terus berupaya membebaskan manusia dari
segala ketidaktahuan , kebodohan, kemiskinan pengetahuan yang menyebabkan
kepicikan dan kesesatan dalam berpikir menjadi reflektif dan kritis. Filsafat
membebaskan ruang gerak akal budi manusia melalui proses pencerahan berpikir.
3. Pembimbing
Filsafat mengajarkan meninggalkan pemikiran dogmatis dengan cara berpikir
reflektif, kritis, spekulatif, radikal, dan universal yang membimbing manusia
menemukan esensi dan hakekat hakekat dari setiap permasalahan sampai potulat-
postulat yang paling akhir.
Filsafat membimbing manusia berpikr secara sistematis dan logis sehingga terhindar
dari pendangkalan dan penyesatan cara berpikir. Disamping itu filsafat membimbing
manusia dari cara berpikir yang tidak utuh kearah berpikir yang integral, holistic, dan
koheren sehingga akal budinya tercerahkan.
G. Metode
2. Epestimologi
- cara mendapatkan/memperoleh ilmu pengetahuan
- teori tentang pengetahuan
- epistimologi akan membahas mengenai asal usul, syarat, sususan, metode dan validitas
pengetahuan.
- Alat yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan tersebut adalah dengan Logika,
dialektika dan filsafat ilmu.
3. Aksiologi
- nilai, hakekat nilai
- dibagi dalam dua bagian yaitu nilai Etika dan Estetika
- Nilai Etika adalah nilai mengenai baik dan buruk (ukurannya moral)
- Nilai Estetika nilai mengenai indak dan jelek (seperti kesenian)
BAB III
KARAKTERISTIK FILSAFAT HUKUM
A. Pengertian dan Kedudukan Filsafat Hukum
1. Pengertian
- Filsafat hukum mencari hakekat dari pada hukum, yang menyelidiki kaidah hukum
sebagai pertimbangan nilai-nilai (Soetikno)
- Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai-nilai, kecuali itu filsafat hukum
mencakup penyerasian nilai-nilai (Purnadi Purbacaraka)
- Filsafat hukum ialah falsafah tentang hukum, falsafah tentang segala sesuatu di bidang
hukum secara mendalam sampai ke akar akarnya secara sistematis. (Muhadi)
- Filsafat hukum untuk menjelaskan nilai-nilai hukum dan postulat-postulat sampai pada
dasar-dasar filsafatnya yang terakhir. (Gustav Radbruch)
2. Kedudukan Filsafat Hukum dalam Filsafat Umum
- bagian dari filsafat tingkah laku yang disebut Etika. Filsafat Nilai/Aksiologi
berkedudukan sebagai genus, Etika sebagai species dan filsafat hukum sebagai
subspecies.
2. Epistimologi Hukum
- sebagai jalan untuk mencari jalan dalam pembentukan hukum dan kebenarnannya
(teori hukum, Logika hukum dan Hermeneutik Hukum)
3.Aksiologi Hukum
a. membahas nilai-nilai yang ada pada hukum
b. membahas Antinomi-Antinomi
A. Nilai-nilai Hukum
1. Keadilan
a. Pengertian
- Keadilan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, berasal dari kata “adil” yakni
kejujuran, kelurusan, keikhlasan yang tidak berat sebelah.
- Keadilan berarti sesuatu hal yang tidak berat sebelah atau tidak memihak dan tidak
sewenang-wenang, tidak bertindak yang tidak sesuai dengan norma agama, kesusuliaan,
kesopanan dan norma hukum (KBBI, 2005)
- Keadilan berarti hukum, yang dalam istilah ingris disebut justice, dan istilah latin
justitia yang kata dasarnya “jus” yang berarti hukum atau law.
- Ulpinus menyebutkan bahwa keadilan adalah “tribuere cuique suum” atau dalam bahsa
Ingris “to give everybody his own” atau “memberi kepada setiap orang apa yang
dipunyai”.
- Sejalan dengan hal tsb Aristoteles memberi pengertian bahwa keadilan disebut sebagai:
“unicuiqui suum tribuere” yaitu “MEMBERIKAN KEPADA SETIAP ORANG APA
YANG MENJADI HAKNYA”.
- Ada 2 (macam) hak, yaitu pertama hak yang dibawa sejak lahir secara alamiah, yakni
hak yang diperoleh karena ia manusia atau disbeut sebgai Hak Asasi Manusia. Seperti
Hak untuk hidup, hak untuk sehat, hak untuk pendidikan, hak untuk pekerjaan, hak
untuk penghidupan yang layak dan hak untuk diperlakukan secara adil. Hak ini berada
dalam ruanglingkup publik dimana negara yang harus menjamin terlaksananya hak ini
pada seluruh warga negaranya. (dalam konstitusi Pasal 28 a s/d i UUD 1945) .
- Kedua adalah hak yang lahir karena hukum. Baik itu karena perikatan atau perjanjian
antara individu dengan individu. (seperti jual beli, sewa menyewa, perjanjian kerja).
Hak ini berada dalam ruang lingkup privat.
- Keadilan tidak hanya mengatur agar hak asasi manusia saja yang dilindungi, melainkan
seluruh kehidupan manusia baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik
sebagai warga kelompok maupun sebagai warga negara, sehingga tujuan bernegara akan
tercapai, yaitu untuk keadilan dan kesejahteraan warga negara.
- Esensi keadilan dapat menunjuk pada tiga hal, yaitu: keadaan, tuntutan dan keutamaan.
Keadilan sebagai Keadaan adalah menyatakan bahwa setiap orang berhak memperoleh
apa yang menjadi haknya dan diperlakukan sama secara adil. Keadilan sebagai tunutan
adalah setiap orang berhak untuk menuntut agar keadilan itu dibuat baik dan dapat
menuntut bila hal tersebut tidak baik. Keadilan sebagai keutamaan adalah sebuah tekad
untuk selalu berpikir, berkata, dan berperilaku adil.
- Prinsip keadilan menyangkut pada 4 (empat) keadaan. Pertama, keadilan selalu tertuju
pada orang lain. Kedua, keadilan selalu ada hubungannya dengan kesedian sesuatu yang
terbatas jumlahnya. Ketiga, keadilan berhubungan dengan sesuatu yang harus
ditegakkan dan Keempat, keadilan selalu menuntut persamaan (equality).
b. Pemikiran Keadilan menurut para filsuf
Socrates dan Plato (Pemikiran Yunani)
- Keadilan merupakan suatu keadaan seimbang, sesuatu kesatuan yang harmonis
antara pemikiran (logistikon), perasaan atau nafsu baik psikis maupun jasmani, dan
bagian rasa baik dan jahat.
- Keadilan diperoleh melalui penegakan hukum. Dimana hukum menurut Plato
adalah hukum positive yang dibuat oleh si pembuat undang-undang yaitu Negara.
- Keadilan hanya ada didalam hukum yang dibuat oleh Negara (diklasifikasikan
sebagai seorang penganut nomisme hukum).
- Keadilan menurut pandangan Plato ada 2 (dua) subtsansi, yaitu keadilan moral dan
keadilan prosedural yang mendasarkan pada prosedur yang benar (suatu negara
dianggap telah menjalankan prosedur dengan benar jika negara mampu
membagikan fungsi secara tepat kepada masing-masing orang. (negara harus
dipimpin oleh seorang filusuf) .
- Plato membuat kreteria keadilan adalah kebaikan dalam arti harmoni dan
kesimbangan dari dalam, yang tidak dapat diketahui atau dijelaskan dengan
argumentasi rasional. Dimana setiap warga negera berperan sesuai dengan klasnya
masing-masing. (ada 3 klas : pemimpin, militer dan warga negera)
Aristoteles
- Aristoteles (terkenal dengan filsafat emperisnya) adalah seorang filsof yang
pertama kali merumuskan arti keadilan.
- Keadilan adalah memberikan kepada setiap orang yang yang menjadi haknya. (fiat
justitia bereat mundus).
- Keadilan atau adil menurut Aristoteles adalah memperlakukan sama untuk hal
yang sama dan memperlakukan berbeda untuk hal yang berbeda pula namun masih
dalam proporsi yang sama.
- Keadilan merupakan kelayakan dalam tindakan manusia dan sesuatu dikatakan
layak jika sesuatu itu seimbang atau proporsional.
- Aristoteles membagi 2 (dua) jenis keadilan. Pertama keadilan distributif atau
membagi adalah keadilan membagi yang membutuhakn distribusi atas
penghargaan. Keadilan yang berhubungan dengan hukum publik.
- Keadilan distribusi memberikan kepada setiap orang sesuai dengan ukuran nilai
yang telah ditentukan bersama. Memberi petunjuk tentang pembagian barang-
barang dan kehormatan kepada masing-masing orang menurut tempatnya di
masyarakat. (prinsip kesebandingan), bukan memberikan yang pada orang yang
sama.
- Kedua adalah keadilan korektif atau keadilan yang memperbaiki adalah
meruakan ukuran utama dalam prisnip prinsip teknis yang mengatur manajemen
hukum.
- Keadilan korekif adalah keadilan yang memberikan kepada setiap orang sama
banyaknya. (prinsip kesamaan).
- Dalam ajaran Aristoteles, seolah-olah menyamakan hukum dan moral.
John Rawls
- Memiliki pemikiran tentang keadilan yang bersumber pada dimensi moralitas dan
dipengaruhi denga sikap etis yang besar sebagaiman terlihat dalam bukunya “the
tory of justice”.
- Pemikiran keadilan John Raws berangkat dari doktrin utilitarianisme yang
dibangun oleh Jermy Bentham, Jhon Stuart Mill dan David Hume.
- Untuk mewujudkan keadilan, maka insttitusi sosial/struktur dasar masyarakat
dijadikan individu untuk mencapai tujuan bersama dalam sebuah masyarakat yang
adil.
- Perlu ada keseimbangan, kesebandingan dan keselarasan (harmony) antara
kepentingan masyarakat, termasuk didalamnya negara, dengan individu atau warga
negaranya.
- Keadilan tidak dapat diberikan begitu saja, melainkan harus melalui perjuangan.
- Ada 2 (dua) prinsip keadilan menurut pemikran John Raws. Yaitu pertama adalah
prinsip kebebasan yang sama sebesar-besarnya (princeple of greatest equel liberty)
. Kedua adalah prinsip perbedaan (the difference principle) dan prinsip persamaan
yang adil atas kesempatan (the principle of fair equality of opportunity).
- Menurut prinsip pertama princeple of greatest equel liberty, maka setiap orang
mempunyai hak yang sama atas seluruh keuntungan masyarakat. Kesamaan bukan
pada kemampuan tetapi pada prospek yang disediakan oleh negara (kesempatan
untuk bersaning yang sama).
- Prinsip perbedaan bahwa perbedaan sosial dan ekonomi harus diatur agar
memberikan manfaat yang paling besar bagi mereka yang paling kurang
beruntung.
- Keadilan mensyaratkan bahwa struktur dasar masyarakat disusun sedemikian rupa
agar memberi keuntungan bagi pihak-pihak yang kurang beruntung.
Intusionisme
- Teory Intusionisme mendalilkan bahwa baik dan buruk, adil dan tidak adil ,
segalanya ditentukan pada intuisi atau hati nurani.
- Hati nurani manusia adalah ukuran yang paling tepat untuk menilai adil dan tidak
adil atau buruk atau jelek.
- Seberapa besarnya manfaat yang dihasilkan, apabila tindakan tersebut dilakukan
tidak sesuai dengan hati nurani, maka jangan berharap akan terjamin kebahagian,
karena hanya perbuatan yang sesuai dengan hati nurani yang mampu mewujudkan
kebahagian dan sekaligus keadilan.
- Kelemahan teory ini : terlalu abstrak dan tidak menyelesiakan masalah (tidak ada
prioritas/tidak rasional) dan ukuran hati nurani terlalu subjektif, sehingga tidak
dapat menjadi basis konsep keadilan yang mampu diteri secara umum.
Kosmopolitanisme
- Theory Kosmopolitanisme mendalilkan bahwa konsep keadilan harus berperan
menyediakan cara didalam mana institusi-institusi sosial utama mendistribusikan
hak-hak fundamental dan kewajiban, serta menentukan pembagian hasil-hasil dari
kerja sama sosial.
- Teory kosmopilitanisme yang didasarkan pada pemikiran dari John Raws
memandang keadilan bukanlah berkaitan dengan transaski individu, namun
keadilan sosial yang subjek utamnya adalah masyarakat.
- Bangunan struktur sosial dalam masyarakat akan mempengaruhi keadaan individu
sejak individu dilahirkan didalam masyarakat. Keadaan dalam masyarakat akan
menjadi penentu awal yang mempengaruhi masa depan setiap orang, cita-citanya,
impian, karena lingkungan masyarakat ada lebih dahulu kemudian baru individu
lahir didalamnya.
- Konsep keadilan harus berperan menyediakan cara di dalam mana isntitusi-
institusi sosial utama mendistribusikan hak-hak fundamental dan kewajiban, serta
menentukan pembagian hasil-hasil dari kerja sama sosial.
B. Antinomi-Antinomi Nilai (Berpasangan & Bertegangan)
1. Individu dan Alam Semesta
2. Voluntarisme & Pengetahuan Objektif
3. Pikiran & Intuise
4. Kolektivesme & Individualisme
5. Demokrasi & Otokrasi
6. Nasionalisme & Internasionalisme
7. Positivesme & Iedealisme
8. Stabilitas & Perubahan
9. Spiritualisme & Materialisme
BAB IV
TOKOH DAN ALIRAN FILSAFAT HUKUM
I. Tokoh Filsafat Hukum
- Aliran ini tumbuh dan berkembang di Amerika Serikat yang inti pemikirannya adalah terletak
pada penekanan bahwa hukum yang baik adalah yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam
masyarakat.
- Tokoh utamanya Roscoe Pound dalam karyanya : “ Scope and Purpose of Sociologial)
D. Mazhab Hukum Utilitarianisme.
- hukum harus dapat memberi kemanfaatan berupa kebahagian bagi sebanyak-banyak orang.
- tokoh utamanya : Jeremy Bentham
E. Mazhab Sejarah.
- hukum lahir dari hukum kebiasaan yang ditemukan dan berasal dari perasaan rakyat.
- Hukum itu hadir sebagai ekspresi jiwa suatu bangsa
- Hukum itu tidak bias berlaku umum dan tidak statis.
- Tokoh utanya : Carl Von. Savigny