Anda di halaman 1dari 21

Usulan Penelitian Penulisan Hukum

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah


Metodologi Penelitian Hukum,
Tentang Pembunuhan Berencana Terhadap SR Dan A Oleh MV Di
Purwakarta, Dihubungkan Dengan Buku II KUHP Tentang Kejahatan,
Semester V, Tahun Akademik 2016-2017

Disusun Oleh :

Nama : Zacky Ramdan A.N


Npm : 151000276
Kelas :E

Dibawah Bimbingan :
Hesti Septianita, S.H.,M.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

1
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………… 1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………… 2

KATA PENGANTAR………………………………………………………… 3

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN…………………………….. 4

B.IDENTIFIKASI MASALAH……………………............................ 5

C.TUJUAN PENELITIAN………………………………………...... 6

D. KEGUNAAN PENELITIAN……………………………………. 7

1.1 Kegunaan Teoritis…………………………………………….... 7

1.2 Kegunaan Praktis………………………………………………. 7

E. KERANGKA PEMIKIRAN……………………………………. 8

F. METODE PENELITIAN………………………………………… 13

1.1 Spesifikasi Penelitian…………………………………………… 13

1.2 Metode Pendekatan……………………………………………... 13

1.3 Tahap Penelitian………………………………………………… 14

1.4 Teknik Pengumpulan Data……………………………………… 16

1.5 Analisis Data……………………………………………………. 17

G. SISTEMATIKA PENELITIAN………………………………….. 18

H. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………... 20

2
KATA PENGANTAR
Pengertian pembunuhan mengacu pada 2 (dua) sudut pandang, menurut

bahasa kata pembunuhan berasal dari kata dasar “bunuh” yang mendapat

awalan pe- dan akhiran –an yang mengandung makna mematikan,

menghapuskan (mencoret) tulisan, memadamkan api dan atau membinasakan

tumbuh-tumbuhan. Dalam peristiwa pembunuhan minimal ada 2 (dua) orang

yang terlibat, orang yang dengan sengaja mematikan atau menghilangkan

nyawa disebut pembunuh (pelaku), sedangkan orang yang dimatikan atau orang

yang dihilangkan nyawanya disebut sebagai pihak terbunuh (korban).

Sedangkan pengertian dari segi yuridis (hukum) sampai sekarang belum

ada, kecuali oleh Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sendiri. Pembunuhan

berencana adalah kejahatan merampas nyawa manusia lain, atau membunuh,

setelah dilakukan perencanaan mengenai waktu atau metode, dengan tujuan

memastikan keberhasilan pembunuhan atau untuk menghindari penangkapan.

Pembunuhan terencana dalam hukum umumnya merupakan tipe pembunuhan

yang paling serius, dan pelakunya dapat dijatuhi hukuman mati. Banyaknya

kejahatan yang terjadi di sekitar kita sangat mengerikan, hal ini dapat diketahui

melalui media massa mengungkap beberapa kasus pembunuhan yang terjadi

dimana faktor yang menyebabkannya adanya kecemburuan sosial, dendam, dan

faktor psikologi seseorang.. Oleh karena itu timbul perbuatan yang melanggar

hukum seperti kejahatan pembunuhan. Masalah kejahatan dalam masyarakat

mempunyai gejala yang sangat kompleks dan rawan serta senantiasa menarik

untuk dibicarakan

3
A. Latar Belakang Penelitian

Dalam praktek, terjadi persoalan tindak pidana pembunuhan berencana

terhadap SR dan A oleh MV di Purwakarta. MV mengaku sakit hati lantaran

sering dimarahi oleh Widodo, suami korban, dengan kata-kata kasar. Pemuda

asal Kendal, Jawa Tengah itu semula tak berniat membunuh istri dan anak

Widodo. MV menyambangi rumah korban di Kampung Pasirkihiang, Desa

Lebak Anyar, Kecamatan Pasawahan, sekedar untuk menakut-nakuti. Namun

lantaran istri Widodo, Sri Rosmawati, menjerit histeris, MV kalap lalu menusuk

tubuh korban berkali-kali dengan belati. Ia juga melakukan perbuatan serupa ke

putri Widodo bernama Amelia (10). Selain keduanya, MV juga melukai anak

bungsu korban, Alfin. Hingga bocah berusia enam tahun itu menjalani

perawatan intensif akibat luka tusuk di dada. Saat peristiwa tragis ini

berlangsung Widodo sedang bekerja. 1

Dan pelaku dijerat Pasal 340 KUHP dengan ancaman hukuman 20 tahun

penjara dan maksimal hukuman seumur hidup.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkajinya dalam

bentuk skripsi dengan judul “PEMBUNUHAN BERENCANA TERHADAP

SR DAN A OLEH MV DI PURWAKARTA, DIHUBUNGKAN DENGAN

BUKU II KUHP TENTANG KEJAHATAN.

1
Didin Jalaludin, Pembunuhan Sadis Di Purwakarta Dilatarbelakangi Dendam,
http://news.okezone.com/read/2015/02/17/340/1106995/pembunuhan-sadis-di-purwakarta-
dilatarbelakangi-dendam Diunduh 29 Oktober 2016, Februari 2015 (Diunduh tanggal 23 Desember 2017
pukul 20:00 WIB)

4
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang dikemukakan diatas, maka

penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana terjadinya peristiwa Pembunuhan Berencana Terhadap

SR Dan A Oleh MV Di Purwakarta, Dihubungkan Dengan Buku II

KUHP Tentang Kejahatan?

2. Bagaimana akibat hukum dari peristiwa Pembunuhan Berencana

Terhadap SR Dan A Oleh MV Di Purwakarta, Dihubungkan Dengan

Buku II KUHP Tentang Kejahatan?

3. Bagaimana penyelesaian sengketa dalam Peristiwa Pembunuhan

Berencana Terhadap SR Dan A Oleh MV Di Purwakarta,

Dihubungkan Dengan Buku II KUHP Tentang Kejahatan?

5
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka pada hakikatnya penulisan ini

bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk Mengetahui, Mengkaji, Dan Menganalisis Terjadinya

Peristiwa Pembunuhan Berencana Terhadap SR Dan A Oleh MV Di

Purwakarta, Dihubungkan Dengan Buku II KUHP Tentang

Kejahatan.

2. Untuk Mengetahui, Mengkaji, Dan Menganalisis Akibat Hukum

Dari Peristiwa Pembunuhan Berencana Terhadap SR Dan A Oleh

MV Di Purwakarta, Dihubungkan Dengan Buku II KUHP Tentang

Kejahatan.

3. Untuk Mengetahui, Mengkaji, Dan Menganalisis Penyelesaian

Sengketa Dalam Peristiwa Pembunuhan Berencana Terhadap SR

Dan A Oleh MV Di Purwakarta, Dihubungkan Dengan Buku II

KUHP Tentang Kejahatan.

6
D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, baik secra teoritis

maupun secara praktis sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu

pengetahuan hukum, khususnya hukum Pindana yang mengatur

tentang ketentuan perbuatan yang dilarang dilakukan dalam

masyarakat.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai pegangan

dan sumbangan pemikiran bagi:

a. Secara khusus bagi praktisi yang bergerak di bidang Hukum

Pidana.

b. Instansi yang bergerak dalam Hukum, (Kepolisian, Kejaksaan,

dan Kehakiman).

c. Pembaharuan dan perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di

bidang hukum.

7
E. Kerangka Pemikiran

Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia merupakan landasan

bagi bangsa Indonesia, dalam hal ini Pancasila dijadikan sebagai landasan

sekaligus sebagai sumber hukum di Indonesia. Artinya, segala peraturan di

Indonesia harus berdasarkan nilai-nilai luhur dalam Pancasila yang kemudian

aturan tersebut mengatur pola hidup masyarakat dengan pemerintah. Hal

tersebut juga sesuai dengan teori perjanjian masyarakat yang memberikan

otoritas pada Negara untuk memimpin dan mengatur rakyatnya. Teori perjanjian

masyarakat memberikan kewenangan kepada Pemerintah untuk mengatur

sebagian hak yang telah diserahkan.2

Dalam Pasal 28A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Amandemen ke IV bahwa: “Setiap orang berhak untuk hidup serta

berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.” Maksud dari isi pasal tersebut

adalah bahwa setiap manusia terutama warga negara Indonesia, sejak ia lahir

mempunyai hak yang sama dalam hal hak untuk hidup dan mempertahankan

kehidupannya. Tidak ada satu orang pun yang bisa membeli nyawa orang lain

atau menghilangkan nyawa orang lain dengan alasan apa pun. Jika ada yang

menghilangkan nyawa orang lain dengan atau apa lagi tanpa alasan, maka orang

tersebut harus menanggung hukuman sesuai dengan hukum yang berlaku.3

3
Yuni Napitupulu, UUD 1945 Pasal 28A-28J Tentang HAM,
https://napityuni.wordpress.com/2012/12/11/uud-1945-pasal-28-a-j-tentang-ham/, Desember 2011
(Diunduh tanggal 27 Desember 2017 pukul 09:05 WIB)

8
Itu berarti nyawa atau hak hidup seseorang (warga negara Indonesia)

dilindungi oleh negara sesuai dengan apa yang termaktub dalam Pasal 28A

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen ke

IV, dengan begitu hak hidup juga merupakan hak asasi manusia yang dimiliki

setiap orang khususnya warga negara Indonesia yang tidak dapat dikurangi,

ditambah atau dibebankan kepada orang lain.

Dikaitkan dengan kasus tersebut diatas, dalam Pasal 338 Kitab Undang-

undang Hukum Pidana (KUHP) menyebutkan bahwa: “Barangsiapa dengan

sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan, dengan

pidana penjara paling lama lima belas tahun.”4

Serta dalam Pasal 340 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

disebutkan bahwa :5

“Barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu


menghilangkan nyawa orang lain, dihukum karena pembunuhan
direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup
atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun.”
Pembunuhan berencana atau moord merupakan salah satu bentuk dari

kejahatan terhadap nyawa yang diatur dalam Pasal 340 Kitab Undang-undang

Hukum Pidana (KUHP). Delik pembunuhan berencana merupakan delik yang

berdiri sendiri sebagaimana dengan delik pembunuhan biasa yang diatur dalam

Pasal 338 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Rumusan yang terdapat

dalam delik pembunuhan berencana merupakan pengulangan dari delik

4
Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta, 2012, hlm. 122
5
Ibid, hlm. 123

9
pembunuhan dalam Pasal 338 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP),

kemudian ditambah satu unsur lagi yakni “dengan rencana lebih dahulu”. Hal ini

berbeda dengan pembunuhan dengan pemberatan sebagaimana diatur dalam Pasal

339 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang menggunakan

pengertian dari pembunuhan secara langsung dari delik pembunuhan.6

Pembunuhan berencana dalam Pasal 340 Kitab Undang-undang Hukum

Pidanan (KUHP) merupakan suatu delik atau kejahatan dengan disertai

pemberatan, dikatakan pemberatan karena pembunuhan tersebut sudah memiliki

maksud dan tujuan untuk menghilangkan nyawa seseorang dengan

merencanakannya terlebih dahulu. Ancaman pidana pada pembunuhan berencana

ini lebih berat dari pada pembunuhan yang ada pada Pasal 338 dan Pasal 339

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) bahkan merupakan pembunuhan

dengan ancaman pidana paling berat, yaitu pidana mati, di

mana sanksi pidana mati ini tidak tertera pada kejahatan terhadap nyawa

lainnya, yang menjadi dasar beratnya hukuman ini adalah adanya perencanaan

terlebih dahulu.

Selain diancam dengan pidana mati, pelaku tindak pidana pembunuhan

berencana juga dapat dipidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu

paling lama dua puluh tahun.

Perbedaan antara pembunuhan dan pembunuhan direncanakan yaitu kalau

pelaksanaan pembunuhan yang dimaksud Pasal 338 itu Kitab Undang-undang

Hukum Pidana (KUHP) dilakukan seketika pada waktu timbul niat, sedang

6
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh & Nyawa, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, hlm. 82

10
pembunuhan berencana pelaksanan itu ditangguhkan setelah niat itu timbul, untuk

mengatur rencana, cara bagaimana pembunuhan itu akan dilaksanakan. Jarak

waktu antara timbulnya niat untuk membunuh dan pelaksanaan pembunuhan itu

masih demikian luang, sehingga pelaku masih dapat berfikir, apakah pembunuhan

itu diteruskan atau dibatalkan, atau pula merencana dengan cara bagaimana ia

melakukan pembunuhan itu.

Perbedaan lain terletak dalam apa yang terjadi didalam diri si pelaku

sebelum pelaksanaan menghilangkan jiwa seseorang (kondisi pelaku). Untuk

pembunuhan direncanakan terlebih dulu diperlukan berfikir secara tenang bagi

pelaku. Seperti halnya kasus yang dilakukan oleh MV, didalam pembunuhan

biasa, pengambilan putusan untuk menghilangkan jiwa seseorang dan

pelaksanaannya merupakan suatu kesatuan, sedangkan pada pembunuhan

berencana direncanakan terlebih dahulu, kedua hal itu terpisah oleh suatu jangka

waktu yang diperlukan guna berfikir secara tenang tentang pelaksanaannya, juga

waktu untuk memberi kesempatan guna membatalkan pelaksanaannya.

Direncanakan terlebih dulu memang terjadi pada seseorang dalam suatu keadaan

dimana mengambil putusan untuk menghilangkan jiwa seseorang ditimbulkan

oleh hawa nafsunya dan di bawah pengaruh hawa nafsu itu juga dipersiapkan

pelaksanaannya seperti halnya yang dilakukan oleh MV, meskipun niat awalnya

MV hanya ingin menakut-nakuti SR saja dengan belatinya, hal itu menunjukan

dia sudah mempunyai rencana dengan membawa belati tersebut dari rumahnya.

Mengenai unsur dengan rencana terlebih dahulu, pada dasarnya

mengandung tiga unsur atau syarat sebagai berikut: 7


7

11
1. Memutuskan kehendak dalam suasana tenang.

2. Ada tersedia waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampai

dengan pelaksanaan kehendak.

3. Pelaksanaan kehendak ( perbuatan ) dalam suasana tenang.

1. Unsur Subyektif8

a. Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus culpa).

b. Maksud atau voornemen pada suatu percobaan (poging).

c. Macam-macam maksud (oogmerk).

d. Merencanakan terlebih dahulu (voorbedachte raad).

e. Perasaan takut(vress).

2. Unsur Obyektif9

a. Sifat melanggar hukum (wederrechtelijkheid).

b. Kualitas dari si pelaku.

c. Kausalitas, yakni hubungan antara suatu tindakan sebagai

penyebab dengan suatu kenyataan sebagai akibat.

F. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

metode, sistematika dan pemikiran tertentu, dengan jalan menganalisanya.

8
Ibid, hlm. 193
9
Ibid, hlm. 194

12
Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta

hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas

permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.10

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis, yaitu :

1. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian dalam penulisan ini adalah temasuk deskriptif-

analitis, yaitu menggambarkan pengaturan perundang-undangan yang

berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan

hukum positif yang menyangkut pembunuhan berencana terhadap SR

dan A oleh MV di Purwakarta.11

2. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian

adalah metode pendekatan Yuridis-Normatif. Penelitian hukum

normatif, mencakup penelitian terhadap asas-asas hukum, sistematika

hukum, dan sinkronisasi hukum.12 Pendekatan yuridis yaitu cara

meneliti masalah dengan mendasarkan pada peraturan-peraturan yang

berlaku di Indonesia. Sedangkan pendekatan normatif yaitu cara

meneliti masalah dengan melihat apakah sesuatu itu baik atau tidak,

benar atau tidak menurut norma yang berlaku.13 Yang bertujuan untuk

10
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Pres, Jakarta, 1984, hlm. 43.
11
Ronny Hanitijo, Loc.cit, hlm 97.
12
Burhan Assofa, Metode Penulisan Hukum, Rineka Cipta, Jakarta 1998, hlm. 23.
13
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 13.

13
memperoleh gambaran yang menyeluruh dan sistematis melalui proses

analisis dengan menggunakan peraturan hukum, asas hukum, teori-

teori hukum, dan pengertian hukum mengenai pembunuhan berencana

terhadap SR dan A oleh MV di Purwakarta dihubungkan dengan Buku

II Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

3. Tahap Penelitian

Tahap penelitian dilakukan dalam dua tahap, antara lain :

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Berkenaan dengan metode yuridis normative yang digunakan,

maka dilakukan penelitian, terhadap :

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan yang sifatnya mengikat

masalah-masalah yang akan diteliti berupa peraturan

perundang-undangan. Diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 Amandemen ke IV.

b) Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang diperoleh dari

bahan-bahan hukum yang erat kaitannya dengan sumber

hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan

memahami bahan hukum primer. Bahan-bahan tersebut

diantaranya adalah berasal dari buku-buku, karya ilmiah, serta

makalah hasil seminar yang berhubungan dengan hukum

14
perdata khususnya mengenai agraria dan aturan yang

membahas tanah pemakaman.

3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang diperoleh dari

ensiklopedia, kamus-kamus hukum, internet, majalah-majalah,

artikel dan lain-lain yang dapat membantu melengkapi bahan

hukum primer dan sekunder.

4) Melalui tahap kepustakaan ini, penulis lebih mengutamakan

penggunaan data sekunder yang merupakan tahap utama dalam

penelitian normatif. Studi kepustakaan yang dilakukan juga

menyangkut mengenai inventarisasi data-data yang diperoleh

penulis selama melakukan penelitian dan menginventarisasi

peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berkaitan

dengan obyek penelitian penulis serta pendapat dari para

sarjana hukum yang erat kaitannya dengan masalah yang

dibahas oleh penulis.

b. Studi Lapangan (Field Research)

Selain dengan menggunakan studi kepustakaan (library research),

dalam penelitian penulis juga menggunakan studi atau penelitian

lapangan yang dilakukan sebagai penunjang data kepustakaan yang

telah ditemukan oleh penulis. Studi lapangan ini menggunakan

data primer.

4. Teknik Pengumpulan Data

15
Teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dalam penelitin ini

dikumpulkan dan teknik yang dipergunakan dalam pengolahan data

sekunder dan data primer tergantung pada teknik pengumpulan data

yang dilaksanakan dalam penelitian ini, adapun untuk memperoleh

data yang bagi penelitian ini adalah:14

a. Studi Dokumen, yaitu dengan mempelajari materi-materi

bacaanberupa literatur-literatur, catatan-catatan, peraturan

perundang yang berlaku untuk memperoleh data sekunder yang

berhubungan dengan permasalahan yang sedang dibahas.

b. Penelitian Wawancara, yaitu yaitu teknik pengumpulan data secara

langsung denganmengadakan wawancara pada instansi, serta

pengumpulan bahan-bahanyang berkaitan dengan masalah yang

akan dibahas. Penelitian ini dilakukan dengan cara

menginventarisasi Hukum Positif dengan mempelajari dan

menganalisis bahan-bahan hukum yangberkaitan dengan materi

penelitian baik bahan hukum primer maupunsebagai bahan hukum

sekunder, sehinggga dapat diketemukan norma hukum in concreto

di masyarakat.

5. Analisis Data

14
Ronny Hanitijo Soemitro, Loc.cit, hlm. 107.

16
Analisis data dalam penulisan ini dilakukan terhadap data sekunder

secara kualitatif. 15
yaitu analisis data yang bertitik tolak pada usaha-

usaha penemuan asas-asas dan informasi-informasi. Data yang

terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode yuridis

kualitatif, yaitu berdasarkan :

a. Perundang-undangan yang satu tidak boleh bertentangan dengan

perundang-undangan yang lain;

b. Memperhatikan hierarki perundang-undangan;

c. Mewujudkan kepastian hukum;

d. Mencari hukum yang hidup dalam masyarakat, baik yang tertulis

maupun tidak tertulis.16

F. Sistematika Penulisan
15
Ronny Hanitijo Soemitro, Loc.cit, hlm. 104.
16
Soerjono Soekanto, Loc.cit, hlm. 52.

17
BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan latar belakang penelitian,

identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

kerangka pemikiran dan metode penelitian.

BAB II PEMBAHASAN PEMBUNUHAN BERENCANA TERHADAP

SR DAN A OLEH MV DI PURWAKARTA, DIHUBUNGKAN

DENGAN BUKU II KUHP TENTANG KEJAHATAN

Dalam bab ini penulis membahas kajian teori mengenai

pembunuhan berencana terhadap SR dan A oleh MV di Purwakarta

dihubungkan dengan Buku II Kitab Undang-undang Hukum

Pidana.

BAB III PELAKSANAAN DIHUBUNGKAN DENGAN KITAB

UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA

Dalam bab ini penulis menguraikan prosedur, proses, dan

hambatan kegiatan dalam proses pelaksanaan perlindungan

terhadap data pribadi.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN TENTANG PEMBUNUHAN

BERENCANA TERHADAP SR DAN A OLEH MV DI

PURWAKARTA, DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU II KUHP

TENTANG KEJAHATAN

18
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang bagaimana terjadinya

peristiwa pembunuhan berencana terhadap SR dan A oleh MV di

Purwakarta, bagaimana akibat hukum dari peristiwa pembunuhan

berencana terhadap SR dan A oleh MV di Purwakarta dikaitkan

dengan Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan bagaimana

penyelesaian permasalahan kejahatan pembunuhan berencana

terhadap SR dan A oleh MV di Purwakarta.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini penulis menguraikan kesimpulan dari identifikasi

masalah dan memberikan saran dari kesimpulan.

19
DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Masayarakat dan Pembinaan Hukum

Nasional, Bina Cipta, Bandung, 1976.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Pres, Jakarta, 1984.


Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Cetakan

Ketiga, Ghalia Indonesia, Semarang, 1983, 1988.

Burhan Assofa, Metode Penulisan Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1998.

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008

Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Kencana Prenada

Media Group, Jakarta, 2010.

I Made Widnyana, Asas-asas Hukum Pidana, Fikahati Aneska, Jakarta, 2010.

Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Cetakan Ketiga puluh, Bumi

Aksara, Jakarta, 2005, 2012.

Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh & Nyawa, Rajawali Pers, Jakarta,

2013.

Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia: Suatu Pengantar, Cetakan Kedua,

Refika Aditama, Bandung, 2011, 2014.

P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Cetakan Keempat,


Citra Aditya Bakti, Bandung, 1985, 2011.

20
B. ATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Amandemen Ke-

IV

Kitab Undang-undang Hukum Pidana

C. SUMBER LAIN

Yuni Napitupulu, UUD 1945 Pasal 28A-28J Tentang HAM,

https://napityuni.wordpress.com/2012/12/11/uud-1945-pasal-28-a-j-tentang-ham/,

Desember 2011 (Diunduh tanggal 27 Desember 2016 pukul 09:05 WIB)

Siagian Benedikt Adven, Tindak Pidana Pembunuhan Berencana dan Penjelasan

Pasal 340 KUHP, http://www.kompasiana.com/siagianbene/tindak-pidana-

pembunuhan-berencana-dan-penjelasan-pasal-340-

kuhp_57cae2b40bb0bdb971401f4f September 2016 (Diunduh tanggal 27

Desember 2017 pukul 09:44 WIB)

Didin Jalaludin, Pembunuhan Sadis Di Purwakarta Dilatarbelakangi Dendam,

http://news.okezone.com/read/2015/02/17/340/1106995/pembunuhan-sadis-di-

purwakarta-dilatarbelakangi-dendam Diunduh 29 Oktober 2016, Februari 2015

(Diunduh tanggal 23 Desember 2017 pukul 20:00 WIB)

21

Anda mungkin juga menyukai