KEJAHATAN
bahasa kata pembunuhan berasal dari kata dasar “bunuh” yang mendapat
minimal ada 2 (dua) orang yang terlibat, orang yang dengan sengaja mematikan
terbunuh (korban).
1
2
dalam hukum umumnya merupakan tipe pembunuhan yang paling serius, dan
pertama kali dipakai dalam pengadilan pada tahun 1963, pada sidang Mark
Richardson, yang dituduh membunuh istrinya. Pada sidang itu diketahui bahwa
c. Dengan rencana: artinya bahwa untuk penerapan pasal 340 KUHP ini
2
3
secara pidana terhadap seseorang yang melakukan perbuatan pidana atau tindak
dikenal dengan ajaran kesalahan. Hukum pidana merupakan sarana yang penting
pelaku tindak pidana, sanksi pidana merupakan alat atau sarana terbaik yang
1
http://alexanderizki.blogspot.com/2011/03/analisis-pidana-atas-pembunuhan-pokok.html Diunduh 28
Oktober 2016, Pukul 20.00 Wib.
2
Roeslan saleh,Perbuatan dan Pertanggung Jawaban Pidana,aksara bara,Jakarta,1983,hlm.75
3
4
unsur yang telah ditentukan dalam undang-undang. Dilihat dari sudut terjadinya
tindakan tersebut, apabila tindakan tersebut melawan hukum serta tidak ada
alasan pembenar atau peniadaan sifat melawan hukum untuk pidana yang
atau tidak adalah kesalahan. Seorang yang dapat dikatakan bersalah jika ia
berikut:3
2. Mampu bertanggungjawab.
perbuatan yang tidak diperbolehkan. Faktor kedua adalah kehendak, yaitu sesuai
dengan tingkah lakunya dan keinsyafannya atas nama yang diperbolehkan dan
3
Roeslan saleh,perbuatan dan pertanggung jawaban pidana,aksara bara,Jakarta,1983,hlm.73
4
5
2. Dapat menginsyafi bahwa perbuatannya itu tidak dapat dipandang patut dalam
pergaulan masyarakat;
dimasukan kerumah sakit jiwa, paling lama satu tahun sebagai waktu
percobaan.
(3) Ketentuan dalam ayat (2) hanya berlaku bagi Mahkamah Agung,
1. Pembunuhan Biasa
4
Ibid,hlm.75
5
6
Tindak pidana yang diatur dalam Pasal 338 KUHP merupakan tindak
paling lama lima belas tahun, di sini disebutkan paling lama jadi tidak
sebagai berikut.
6
7
rade).
7
8
yang bunuh diri dianggap orang yang sakit ingatan dan ia tidak dapat
dipertanggung jawabkan.
7
Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta, 2012. hlm. 123
8
9
terpenuhi, dan seorang pelaku sadar dan sengaja akan timbulnya suatu
Ancaman pidana pada pembunuhan berencana ini lebih berat dari pada
pembunuhan yang ada pada Pasal 338 dan 339 KUHP bahkan
pidana mati, di mana sanksi pidana mati ini tidak tertera pada
9
10
Kejahatan ini diatur dalam Pasal 359 KUHP, Terhadap kejahatan yang
melanggar Pasal 359 KUHP ini ada dua macam hukuman yang dapat
lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
Bentuk dari kealpaan ini dapat berupa perbuatan pasif maupun aktif.
10
11
yang masih dalam bentuk janin di dalam kandung, diatur dalam Pasal
ataupun anak, diatur dalam Pasal 341, 342, dan 343 Kitab Undang-
Adapun sanksi tindak pidana pembunuhan sesuai dengan KUHP bab XIX
11
12
berdasarkan pada peraturan yang ada dan norma-norma yang berlaku dalam
karena tanpa adanya hukum kita tidak dapat membayangkan akan seperti apa
8
http://www.referensimakalah.com/2013/03/pembunuhan-menurut-kuhp.html Diunduh 28 Oktober
2016, Pukul 21.00 Wib.
12
13
Lembaga penuntut umum seperti yang kita kenal sekarang berasal dari
bahasa Prancis, yang akhirnya oleh Negara-negara lain diambil oper dalam
Indonesia.
Menurut para ahli dan teori tersebut di atas, tujuan hukum dan atau
dalam garis besarnya, hukum ini mengabdi pada tujuan Negara yang dalam
bahwa tujuan hukum ialah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai.
atau hukum yang telah dilegitimasi berlakunya dalam suatu Negara. Ia hadir di
yuridis sebagai pelanggar dan dilarang oleh hukum dan telah ditetapkan oleh
13
14
tunduk dan taat terhadap norma hukum, tetapi dalam kenyataannya tidak semua
unsur dalam lapisan masyarakat siap dan bersiap tunduk kepada aturan yang
ada. Oleh karena itu timbul perbuatan yang melanggar hukum seperti kejahatan
Hal ini dapat dipahami karena persoalan kejahatan itu sendiri dalam
Oleh karena itu upaya dan langkah-langkah untuk memberantas kejahatan perlu
dimiliki pelaku kejahatan juga menjadi salah satu faktor pendukung pelaku
membuat pelaku menjadi tidak berfikir terlebih dahulu akan akibat dari
tindakannya kemudian.
14
15
sering dimarahi oleh Widodo, suami korban, dengan kata-kata kasar. Pemuda
asal Kendal, Jawa Tengah itu semula tak berniat membunuh istri dan anak
lantaran istri Widodo, Sri Rosmawati, menjerit histeris, MV kalap lalu menusuk
putri Widodo bernama Amelia (10). Selain keduanya, MV juga melukai anak
bungsu korban, Alfin. Hingga bocah berusia enam tahun itu menjalani
perawatan intensif akibat luka tusuk di dada. Saat peristiwa tragis ini
Dan pelaku dijerat Pasal 340 KUHP dengan ancaman hukuman 20 tahun
9
Didin Jalaludin, Pembunuhan Sadis Di Purwakarta Dilatarbelakangi Dendam,
http://news.okezone.com/read/2015/02/17/340/1106995/pembunuhan-sadis-di-purwakarta-
dilatarbelakangi-dendam Diunduh 29 Oktober 2016, Februari 2015 (Diunduh tanggal 29 November 2016
pukul 20:00 WIB)
15
16
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan Penelitian
Kejahatan.
16
17
Kejahatan.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
masyarakat.
2. Kegunaan Praktis
Pidana.
dan Kehakiman).
17
18
bidang hukum.
E. Kerangka Pemikiran
bagi bangsa Indonesia, dalam hal ini Pancasila dijadikan sebagai landasan
otoritas pada Negara untuk memimpin dan mengatur rakyatnya. Teori perjanjian
Tahun 1945 Amandemen ke IV bahwa: “Setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.” Maksud dari isi pasal tersebut
adalah bahwa setiap manusia terutama warga negara Indonesia, sejak ia lahir
mempunyai hak yang sama dalam hal hak untuk hidup dan mempertahankan
kehidupannya. Tidak ada satu orang pun yang bisa membeli nyawa orang lain
atau menghilangkan nyawa orang lain dengan alasan apa pun. Jika ada yang
10
I Gede Pantja Astawa dan Suprin Na’a, Memahami Ilmu Negara dan Teori Negara, PT Refika
Aditama, Bandung, 2009, hlm.79.
18
19
menghilangkan nyawa orang lain dengan atau apa lagi tanpa alasan, maka orang
Itu berarti nyawa atau hak hidup seseorang (warga negara Indonesia)
dilindungi oleh negara sesuai dengan apa yang termaktub dalam Pasal 28A
IV, dengan begitu hak hidup juga merupakan hak asasi manusia yang dimiliki
setiap orang khususnya warga negara Indonesia yang tidak dapat dikurangi,
Dikaitkan dengan kasus tersebut diatas, dalam Pasal 338 Kitab Undang-
kejahatan terhadap nyawa yang diatur dalam Pasal 340 Kitab Undang-undang
11
Yuni Napitupulu, UUD 1945 Pasal 28A-28J Tentang HAM,
https://napityuni.wordpress.com/2012/12/11/uud-1945-pasal-28-a-j-tentang-ham/, Desember 2011
(Diunduh tanggal 21 Desember 2016 pukul 09:05 WIB)
12
Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta, 2012, hlm. 122
13
Ibid, hlm. 123
19
20
berdiri sendiri sebagaimana dengan delik pembunuhan biasa yang diatur dalam
Pasal 338 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Rumusan yang terdapat
kemudian ditambah satu unsur lagi yakni “dengan rencana lebih dahulu”. Hal ini
ini lebih berat dari pada pembunuhan yang ada pada Pasal 338 dan Pasal 339
terlebih dahulu.
14
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh & Nyawa, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, hlm. 82
20
21
Hukum Pidana (KUHP) dilakukan seketika pada waktu timbul niat, sedang
pembunuhan berencana pelaksanan itu ditangguhkan setelah niat itu timbul, untuk
waktu antara timbulnya niat untuk membunuh dan pelaksanaan pembunuhan itu
masih demikian luang, sehingga pelaku masih dapat berfikir, apakah pembunuhan
itu diteruskan atau dibatalkan, atau pula nmerencana dengan cara bagaimana ia
Perbedaan lain terletak dalam apa yang terjadi didalam diri si pelaku
pelaku. Seperti halnya kasus yang dilakukan oleh MV, didalam pembunuhan
berencana direncanakan terlebih dahulu, kedua hal itu terpisah oleh suatu jangka
waktu yang diperlukan guna berfikir secara tenang tentang pelaksanaannya, juga
Direncanakan terlebih dulu memang terjadi pada seseorang dalam suatu keadaan
21
22
oleh hawa nafsunya dan di bawah pengaruh hawa nafsu itu juga dipersiapkan
pelaksanaannya seperti halnya yang dilakukan oleh MV, meskipun niat awalnya
dia sudah mempunyai rencana dengan membawa belati tersebut dari rumahnya.
Kebijakan atau polittik hukum pidana tidak terlepas dari bagian politik
kesejahteraan. Usaha dan kebijakan untuk membuat peraturan hukum pidana yang
kejahatan. Jadi kebijakan atau politik hukum pidana juga merupakan bagian dari
politik kriminal.16
Kebijakan kriminal dilaksanakan dengan dua cara, yaitu sarana penal dan
without punishment). Kebijakan ini pada dasarnya bermuara dari ajaran hukum
22
23
yang semula adalah tindak pidana menjadi bukan tindak pidana lagi disebut
yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa sanksi
yang berupa pidana tertentu bagi siapa saja yang melanggar larangan
tersebut.
18
Ibid.
19
Ibid, hlm. 93
20
I Made Widnyana, Asas-asas Hukum Pidana, Fikahati Aneska, Jakarta, 2010, hlm. 11
23
24
b. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah
larangan tersebut.
Hukum pidana merupakan salah satu bagian dari keseluruhan hukum yang
berlaku di masyarakat atau dalam suatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan
tindakan yang dilakukan oleh warga Negara Indonesia. Hukum merupakan suatu
alat yang berfungsi untuk mengatur masyarakat, namun fungsinya tidak hanya
dengan suatu tindakan terlarang karena unsur penting dalam kesengajaan adalah
21
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hlm. 1
22
Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Masayarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, Bina Cipta, Bandung,
1976, hlm.12
24
25
adanya niat (mens rea) dari pelaku itu sendiri. Ancaman pidana karena kesalahan
tindak pidana, yang pada hal jika dilakukan dengan sengaja, maka hal itu
Menurut hukum pidana umum, dikatakan lalai atau alpa harus memiliki
karakteristik dengan sengaja melakukan sesuatu yang ternyata salah atau dengan
kata lain bahwa pelakunya kurang kewaspadaan dalam melakukan sesuatu hal
sehingga mengakibatkan penderitaan atau kematian pada orang lain. Dalam hal
lalai atau alpa, pelaku dapat memperkirakan akibat yang akan terjadi dari
perbuatannya itu, tetapi ia merasa dapat mencegahnya. Oleh sebab pelaku tidak
hukum.
kealpaan yang disadari, ada kelalaian yang berat dan ada kelalaian yang ringan.
tindakannya, tetap saja menimbulkan akibat fatal kepada orang lain walaupun
sudah ada tindakan pencegahan dari pelaku. Kelalaian yang tidak disadari
bilamana pelaku tidak dapat atau tidak mampu menyadari atau tidak
25
26
hukum pidana secara umum di Indonesia dan sampai saat ini masih tetap
dipandang sebagai yang lebih baik. Dipidananya seseorang tidaklah cukup apabila
seseorang itu telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau
undang jika tidak terdapat kesalahan, maka terhadapnya tidak dapat dijatuhkan
pidana. Dengan kata lain hukum pidana secara umum berkaitan dengan tindak
sebagaimana telah diuraikan di atas barulah seseorang atau suatu subjek hukum
dikatakan salah karena melakukan pebuatan pidana atau tindak pidana. Perbuatan
pidana merupakan perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam
subjek hukum seperti setiap orang atau individu, badan hukum atau bukan badan
hukum atau suatu korporasi. Perbuatan pidana dapat diwujudkan dengan kelakuan
aktif (positif) sesuai dengan uraian delik yang mensyaratkannya, Ada juga
perbuatan pidana yang diwajibkan dengan kelakuan pasif (negatif) sesuai dengan
26
27
yang harus ada dalam suatu perbuatan pidana adalah: terdapat kelakuan dan
objektif, dan unsur melawan hukum yang subjektif. Perbuatan subjek hukum yang
termasuk ke dalam unsur pokok objektif adalah perbuatan aktif (positif) dan
itu dilakukan dan keadaan setelah perbuatan dilakukan. Sifat melawan hukum
Menurut pandangan ini, tidak ada hukuman tanpa kesalahan (geen straf zonder
kelalaian atau kealpaan disebabkan karena tidak berhati-hatinya pelaku dan tidak
menduga-duga akibat perbuatan itu. Sifat melawan hukum sebagai suatu penilaian
27
28
perbuatan telah mencocoki semua unsur yang termuat dalam rumusan delik. Jika
undang (hukum tertulis). Dikatakan sebagai sikap melawan hukum secara materil
dirasakan oleh masyarakat sebagai perbuatan yang tidak patut atau tercela dan
1. Kriminologi
dapat berkurang.23
2. Viktimologi
sosial.
3. Penologi
23
Ibid, hlm. 236
28
29
4. Forensik
Sebagai salah satu bagian dari ilmu hukum, maka hukum pidana
merupakan ilmu pokok dan cabang atau lanjutan dari ilmu hukum
pidana yang terdiri dari beberapa kajian lanjutan dari hukum pidana
batasan atau pandangan masyarakat tentang apa yang diperbolehkan dan apa yang
dilarang, apa yang baik dan apa yang buruk dimana hal-hal tersebut terdapat
yang selalu ada dalam suatu kelompok masyarakat, entah itu kejahatan yang
tidak tertulis yang keberadaanya memang diakui di Indonesia. Oleh karena itu
hukum pidana diperlukan untuk mengatasi tindak kejahatan agar individu itu
29
30
menciptakan kondisi yang tertib sesuai dengan tujuan adanya hukum itu sendiri
Salah satu bentuk kejahatan yang akan penulis bahas ialah kejahatan
Pembunuhan berencana adalah suatu pembunuhan biasa seperti Pasal 338 KUHP,
(voorbedachte rade) sama dengan antara timbul maksud untuk membunuh dengan
pelaksanaannya itu masih ada tempo bagi si pembuat untuk dengan tenang
bagaimana agar tujuannya terlaksanakan dan lain sebagainya sebagai tolak ukur
rumusan delik;
1. Unsur Subyektif25
30
31
e. Perasaan takut(vress).
2. Unsur Obyektif26
F. Metode Penelitian
Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta
1. Spesifikasi Penelitian
26
Ibid, hlm. 194
27
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Pres, Jakarta, 1984, hlm. 43.
31
32
2. Metode Pendekatan
meneliti masalah dengan melihat apakah sesuatu itu baik atau tidak,
benar atau tidak menurut norma yang berlaku.30 Yang bertujuan untuk
3. Tahap Penelitian
28
Ronny Hanitijo, Loc.cit, hlm 97.
29
Burhan Assofa, Metode Penulisan Hukum, Rineka Cipta, Jakarta 1998, hlm. 23.
30
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 13.
32
33
33
34
data primer.
31
Ronny Hanitijo Soemitro, Loc.cit, hlm. 107.
34
35
di masyarakat.
alat pengetikan;
1) Daftar pertanyaan;
2) Alat tulis;
3) Alat perekam;
4) Handphone;
5) Headset;
35
36
6) Kamera;
6. Analisis Data
secara kualitatif. 32
yaitu analisis data yang bertitik tolak pada usaha-
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
32
Ronny Hanitijo Soemitro, Loc.cit, hlm. 104.
33
Soerjono Soekanto, Loc.cit, hlm. 52.
36
37
Pidana.
TENTANG KEJAHATAN
37
38
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
38
39
I Gede Pantja Astawa dan Suprin Na’a, Memahami Ilmu Negara dan Teori
Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidan, Kencana Prenada Media
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh & Nyawa, Rajawali Pers, Jakarta,
2013.
B. ATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
IV
39
40
C. SUMBER LAIN
https://napityuni.wordpress.com/2012/12/11/uud-1945-pasal-28-a-j-tentang-ham/,
pembunuhan-berencana-dan-penjelasan-pasal-340-
http://jiwoagung.blogspot.co.id/2011/11/tindak-pidana-pembunuhan-
10:00 WIB)
http://www.suduthukum.com/2014/05/tindak-pidana-pembunuhan-dalam-
kuhp.html, Mei 2014 (Diunduh tanggal 1 Januari 2017 pukul 16:17 WIB)
http://news.okezone.com/read/2015/02/17/340/1106995/pembunuhan-sadis-di-
40