Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KASUS PEMALSUAN IJAZAH UNIVERSITAS

MUHAMADIYAH PROF. DR. HAMKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tindak pidana senantiasa merupakan suatu perbuatan yang tidak sesuai
atau melanggar suatu aturan hukum atau perbuatan yang dilarang oleh aturan
hukum yang disertai dengan sanksi pidana yang mana aturan tersebut
ditujukan kepada perbuatan sedangkan ancamannya atau sanksi pidananya
ditujukan kepada orang yang melakukan atau orang yang menimbulkan
kejadian tersebut.
Menurut Prof. Moeljatno, SH., perbuatan pidana adalah perbuatan yang
dilarang oleh suatu aturan hukum larangan yang mana disertai ancaman
(sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar aturan
tersebut.1
Sedangkan menurut Prof. Dr. Bambang Poernomo SH., bahwa
perbuatan pidana adalah suatu perbuatan yang oleh suatu aturan hukum
pidana dilarang dan diancam dengan pidana bagi barang siapa yang
melanggar larangan tersebut. 2Adapun perumusan tersebut yang mengandung
kalimat Aturan hukum pidana dimaksudkan akan memenuhi keadaan
hukum di Indonesia yang masih mengenal kehidupan hukum yang tertulis
maupun hukum yang tidak tertulis, Prof. DR. Bambang Poernomo, SH, juga
berpendapat mengenai kesimpulan dari perbuatan pidana yang dinyatakan
hanya menunjukan sifat perbuatan terlarang dengan diancam pidana.
Tindak pidana merupakan bagian dasar dari pada suatu kesalahan
yang dilakukan terhadap seseorang dalam melakukan suatu kejahatan. Jadi

1
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hal. 54
2
Bambang Poernomo, Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1992, hal. 130

1
untuk adanya kesalahan hubungan antara keadaan dengan perbuatannya yang
menimbulkan celaan harus berupa kesengajaan atau kelapaan. Dikatakan
bahwa kesengajaan (dolus) dan kealpaan (culpa) adalah bentuk-bentuk
kesalahan sedangkan istilah dari pengertian kesalahan (schuld) yang dapat
menyebabkan terjadinya suatu tindak pidana adalah karena seseorang tersebut
telah melakukan suatu perbuatan yang bersifat melawan hukum sehingga
atas`perbuatannya tersebut maka dia harus mempertanggungjawabkan segala
bentuk tindak pidana yang telah dilakukannya untuk dapat diadili dan
bilamana telah terbukti benar bahwa telah terjadinya suatu tindak pidana yang
telah dilakukan oleh seseorang maka dengan begitu dapat dijatuhi hukuman
pidana sesuai dengan pasal yang mengaturnya.3
Dalam hal ini, untuk menentukan pemidanaan terhadap seseorang,
harus dibuktikan berbagai unsur yang menyatakan bahwa seorang yang telah
melakukan delik adalah orang yang dapat dipertanggungjawabkan. Unsur
tersebut adalah berupa unsur objektif dan unsur subjektif.
Subjek dari hukum pidana menurut R. Sianturi adalah:4
1. Perumusan delik yang selalu menentukan subjeknya dengan istilah
barangsiapa, warga negara Indonesia, nahkoda, pegawai negeri, dsb
2. Ketentuan mengenai pertanggungjawaban pidana yang diatur dengan
mengsyaratkan kejiwaan
3. Ketentuan mengenai pidana denda yang hanya manusia yang mengerti
akan nilai uang
Sedangkan mengenai unsur objektif, unsur objektif dapat ditafsirkan pada
suatu tempat, di mana ketentuan pidana berlaku, belum daluarsa, dan
merupakan tindakan tercela.
Unsur subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku
atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk ke dalamnya
yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Sedangkan unsur

3
http://infodanpengertian.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-dan-unsur-tindak-pidana.html
(diakses pada tanggal 28 Agustus 2017, pukul 16:59)
4
S.R. Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Alumni Ahaem-
Petehaem, Jakarta, 1986, hal 218

2
objektif adalah unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan,
yaitu di dalam keadaan-keadaan mana tindakan-tindakan dari si pelaku itu
harus di lakukan.5
Unsur-unsur subyektif dari suatu tindak pidana adalah:
1. Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa);
2. Maksud atau Voornemen pada suatu percobaan atau pogging seperti yang
dimaksud dalam Pasal 53 ayat 1 KUHP;
3. Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya di
dalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan
dan lain-lain;
4. Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad seperti yang
terdapat di dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP;
5. Perasaan takut yang antara lain terdapat di dalam rumusan tindak pidana
menurut Pasal 308 KUHP.
Unsur-unsur Obyektif dari suatu tindak pidana itu adalah:
1. Sifat melanggar hukum atau wederrechtelicjkheid;
2. Kualitas dari si pelaku, misalnya kedaan sebagai seorang pegawai negeri
di dalam kejahatan jabatan menurut pasal 415 KUHP atau keadaan
sebagai pengurus atau komisaris dari suatu Perseroan Terbatas di dalam
kejahatan menurut Pasal 398 KUHP.
3. Kausalitas yakni hubungan antara suatu tindak pidana sebagai penyebab
dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat.
Seorang ahli hukum yaitu simons merumuskan unsur-unsur tindak
pidana sebagai berikut6:
1. Diancam dengan pidana oleh hukum
2. Bertentangan dengan hukum
3. Dilakukan oleh orang yang bersalah
4. Orang itu dipandang bertanggung jawab atas perbuatannya

5
Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hal.
193
6
Andi Hamzah, Asas-asas Hukum Pidana, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hal. 88

3
Unsur-unsur diatas digunakan oleh aparat penegak hukum untuk
menangkap pelaku tindak pidana dan untuk menentukan apakah pelaku tindak
pidana bersalah, dapat dipertanggungjawabkan atau tidak. Jika seluruh unsur
diatas telah terpenuhi maka seseorang dapat dipertanggungjawabkan atas
perbuatannya. Tindak pidana yang dimaksud adalah seluruh tindak pidana
umum (yang terdapat di dalam KUHP) dan tindak pidana khusus (diluar
KUHP). Tindak pidana umum yang terdapat didalam KUHP yaitu: pencurian,
penggelapan, penipuan, pembunuhan, pemalsuan dokumen, dll. Dalam
makalah ini penulis akan membahas tentang tindak pidana pemalsuan
dokumen khususnya ijazah.
Kejahatan pemalsuan adalah kejahatan yang didalamnya mengandung
sistem ketidakbenaran atau palsu atas suatu hal (objek) yang sesuatunya itu
nampak dari luar seolah-olah benar adanya, padahal sesungguhnya
bertentangan dengan yang sebenarnya.
Pemalsuan dalam KBBI berarti proses, cara, perbuatan
memalsu.7Perbuatan pemalsuan merupakan suatu jenis pelanggaran terhadap
dua norma dasar:
1. Kebenaran (kepercayaan) yang pelanggarannya dapat tergolong dalam
kelompok kejahatan penipuan.
2. Ketertiban masyarakat, yang pelanggarannya tergolong dalam kelompok
kejahatan terhadap negara/ketertiban masyarakat.
Menurut Pasal 263 ayat (1) KUHP tindak pidana pemalsuan berarti
barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat
menimbulkan suatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang
diperuntukan sebagai bukti sesuatu hal dengan maksud untuk memakai
atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah isinya
benar dan tidak dipalsu, diancam jika pemakaian tersebut dapat
menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat dengan pidana penjara
paling lama enam tahun.

7
Kamus Besar Bahasa Indonesia

4
Kemudian Pasal 264 ayat (1) KUHP menyatakan bahwa: pemalsuan
surat diancam dengan pidana penjara paling lama delapan tahun jika
dilakukan terhadap: akta otentik, surat hutang Negara atau surat hutang dari
lembaga, surat sero, serta surat kredit atau surat dagang. Artinya pasal ini
mencirikan hal-hal apa saja yang apabila dipalsukan dapat dikenakan sanksi
karena tindak pidana pemalsuan. Dari setiap jenis surat yang dijelaskan dalam
Pasal 264 KUHP, seluruhnya merupakan jenis dokumen (surat).
Pemalsuan dokumen mengandung dua makna yakni perbuatan
membuat surat palsu atau memalsu surat. Membuat surat palsu adalah
membuat sebuah surat yang seluruh atau sebagian isinya palsu, sedangkan
memalsu surat adalah perbuatan mengubah dengan cara bagaimanapun oleh
orang yang tidak berhak atas surat yang berakibat sebagian atau seluruh
isinya menjadi lain/berbeda dengan isi surat semula.
Perbuatan pemalsuan dapat digolongkan pertama-tama dalam kelompok
kejahatan penipuan, tetapi tidak semua perbuatan penipuan adalah
pemalsuan. Perbuatan pemalsuan tergolong kelompok kejahatan penipuan,
apabila seseorang memberikan gambaran tentang sesuatu keadaan atas
sesuatu barang (surat) seakan-akan asli atau kebenaran tersebut dimilikinya.
Karena gambaran ini orang lain terperdaya dan mempercayai bahwa keadaan
yang digambarkan atas barang/surat tersebut itu adalah benar atau asli.
Perbuatan pemalsuan yang dapat dihukum, pertama-tama disyaratkan
bahwa yang dipalsu telah dipergunakan dan bahwa niat/maksud nya harus
terdiri atas untuk dipergunakan. niat atau maksud untuk mempergunakan
barang yang dipalsu membedakan tindak pidana pemalsuan dari jenis tindak
pidana terhadap kekayaan. Dalam tindak pidana terhadap kekayaan harus
terdapat suatu niat/maksud pada pelaku untuk menguntungkan dirinya atau
suatu kerugian bagi orang lain. Dalam pemalsuan uang dan tulisan/surat,
unsur niat/maksud atau unsur kerugian tidak merupakan masalah yang
penting. Setiap perbuatan yang dapat dihukum harus terdiri pertama-tama atas
pelanggaran terhadap hak-hak. Kekayaan seseorang sebagai tujuan dari

5
pelaku, sedangkan dalam pemalsuan tidak demikian halnya, berhubung
perbuatan pemalsuan dianggap sebagai menimbulkan bahaya umum.
Suatu perbuatan pemalsuan dapat dihukum apabila terjadi perkosaan
terhadap jaminan/kepercayaan dalam hal mana8:
1. Pelaku mempunyai niat/maksud mempergunakan sesuatu barang yang
tidak benar dengan menggambarkan keadaan barang yang tidak benar itu
seolah-olah benar atau mempergunakan sesuatu barang yang tidak asli
seolah-olah asli, hingga orang lain percaya bahwa barang tesebut adalah
benar dan asli dan karenanya orang lain terperdaya.
2. Unsur niat/maksud tidak perlu meliputi unsur menguntungkan diri sendiri
atau orang lain (sebaliknya dari berbagai jenis perbuatan penipuan).
3. Tetapi perbuatan tersebut harus menimbulkan suatu bahaya umum yang
khusus dalam pemalsuan tulisan/surat dan sebagainya dirumuskan
dengan mensyaratkan kemungkinan kerugian dihubungkan dengan
sifat daripada tulisan/surat tersebut.
Membuat surat palsu adalah membuat sebuah surat yang seluruh atau
sebagian isinya palsu. Palsu artinya tidak benar atau bertentangan dengan
yang sebenarnya. Membuat surat palsu ini dapat berupa9
1. Membuat sebuah surat yang sebagian atau seluruh isi surat tidak sesuai
atau bertentangan dengan kebenaran. Membuat surat yang demikian
disebut dengan pemalsuan intelektual.
2. Membuat sebuah surat yang seolah-olah surat itu berasal dari orang lain
selain si pembuat surat.
3. Membuat surat palsu yang demikian ini disebut dengan pemalsuan
materil. Palsunya surat atau tidak benarnya surat terletak pada asalnya
atau si pembuat surat.
Sedangkan perbuatan memalsu surat adalah berupa perbuatan mengubah
dengan cara bagaimanapun oleh orang yang tidak berhak atas sebuah surat
yang berakibat sebagian atau seluruh isinya menjadi lain/ berbeda dengan isi

8
Yesmil Anwar dan Adang, Kriminologi, Refika Aditama, Bandung, 1990, hal. 190
9
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Pemalsuan, Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal. 100

6
surat semula. Tidak penting apakah dengan perubahan itu lalu isinya menjadi
benar atau tidak ataukah bertentangan dengan kebenaran ataukah tidak, bila
perbuatan mengubah itu dilakukan oleh orang yang tidak berhak, memalsu
surat telah terjadi. Orang yang tidak berhak itu adalah orang selain si pembuat
surat.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemalsuan surat
termasuk didalamnya pemalsuan akta otentik dan dokumen-dokumen lainnya.
Dokumen yang dimaksud salah satunya adalah ijazah. Penulis dalam makalah
in akan berfokus kepada pemalsuan ijazah. Berikut adalah contoh kasus
pemalsuan ijazah berdasarkan putusan nomor 203/PID/2014/PT.BDG.

Posisi Kasus
Pada sekira bulan Januari 2012 terdakwa Drs. R. E. Kusuma Bin Momo
datang kerumah H. Maftu Holik di Gading Junti Asri Blok G1 No.16 Rt.008
Rw.05 Desa Sangkanhurip Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung dengan
maksud meminta bantuan kepada H. Maftu Holik untuk mendapatkan Ijazah
Magister Pendidikan (S-2) karena akan digunakan oleh terdakwa untuk
meningkatkan sertifikasi guru dan pada saat itu terdakwa disuruh untuk
menyiapkan persyaratannya diantaranya :
- Fotocopy Ijazah S-1; ----------------------------------------------------------------
- Pas photo; -----------------------------------------------------------------------------
- KTP; -----------------------------------------------------------------------------------
- Uang sebesar Rp 22.000.000,00 (dua puluh dua juta rupiah). -----------------
Selanjutnya pada sekira bulan Pebruari 2012 Terdakwa datang kembali
kerumah H. Maftu Holik untuk menyerahkan persyaratan yang diminta oleh
H. Maftu Holik. Tidak lama setelah itu H. Maftu Holik menghubungi
terdakwa untuk mengambil ijazah dirumah H. Maftu Holik selanjutnya
terdakwa langsung mengambil Ijazah dan Transkrip Nilai S-2 palsu atas nama
R.E Kusmana yang dikeluarkan oleh Universitas Muhamadiyah Prof. DR.
Hamka tertanggal 05 Januari 2011.

7
Ijazah yang diterima oleh terdakwa tersebut adalah ijazah palsu dan
terdakwa melakukan perbuatannya tersebut semata-mata hanya untuk
mendapatkan keuntungan.
Pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut diatas terdakwa datang ke
Universitas Muhamadiyah Prof. DR. Hamka di Jl. Limau II Kebayoran Baru
Jakarta Selatan dengan maksud untuk melegalisir Ijazah S-2 dan daftar
Prestasi Akademik atas nama R.E Kusmana yang dikeluarkan oleh
Universitas Muhamadiyah Prof. DR. Hamka tertanggal 05 Januari 2011
selanjutnya terdakwa menemui Zamrodin Thoha selaku staf Biro Akademik
Kemahasiswaan dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhamadiyah Prof.
DR. Hamka. Selanjutnya Zamrodin Thoha meminta terdakwa untuk
memperlihatkan Ijazah dan Daftar Prestasi Akademik yang asli akan tetapi
pada saat Zamrodin Thoha melihat ijazah tersebut, ternyata Ijazah dan Daftar
Prestasi Akademik tersebut adalah palsu dengan ciri-ciri :
1. Ijazah S-2 :
- Logo printing gelap
- Jenis kertas bila disorot dengan sinar ultraviolet tidak terlihat bercak-
bercak nyala
- Bentuk tandatangan Rektor dan Direktur berbeda
- Ada stempel inbos
- Tidak ada logo printing tengah
- Tanggal penerbitan tidak ada bulan Januari 2011
- Warna kertas pucat
2. Daftar Prestasi Akademik :
- Logo biasa tanpa security printing warna gelap
- Jenis kertas bila disorot dengan sinar ultraviolet tidak terlihat bercak-
bercak nyala
- Bentuk tandatangan berbeda
- Tidak ada simbol tengah Universitas HAMKA
- Tanggal penerbitan tidak ada bulan Januari 2011
- Warna kertas pucat.

8
Sedangkan yang ijazah yang asli yang dikeluarkan oleh Universitas
Muhamadiyah Prof. DR. Hamka dengan ciri-ciri :
1. Ijazah S-2 :
- Logo security printing warna perak
- Jenis kertas bila disorot dengan sinar ultraviolet terlihat bercak-bercak
nyala
- Tandatangan asli Rektor dan Direktur
- Ada logo printing tengah
- Tanggal penerbitan tidak ada bulan Januari 2011
- Tidak ada stempel inbos
- Warga kertas agak kemerahan
2. Daftar Prestasi Akademik :
- Logo security printing warna perak
- Jenis kertas bila disorot dengan sinar ultraviolet terlihat bercak-bercak
nyala
- Tandatangan asli Rektor dan Direktur
- Ada logo printing tengah
- Letak stempel sebelah kiri
- Warna kertas agak kemerahan
Perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 263 ayat (2) KUHP.
Berdasarkan Surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum No Reg. Perkara :
PDM - 152/CIMAH/12/2012 yang dibacakan pada persidangan hari Rabu
tanggal 29 Januari 2014 yang pada pokoknya menuntut agar Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Bale Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara ini
memutuskan :
1. Menyatakan terdakwa Drs. R. E. KUSMANA bin MOMO, terbukti
bersalah malakukan tindak pidana telah melakukan atau turut
melakukan perbuatan yakni, membuat surat palsu atau memalsukan surat,
dengan maksud akan menggunakan atau menyuruh orang lain
menggunakan surat-surat itu seolah-olah surat itu asli dan tidak

9
dipalsukan, maka kalau mempergunakannya dapat mendatangkan sesuatu
kerugian, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 263 ayat
(1) jo. Pasal 55 ayat (1) ke- 1 KUHP, dalam surat dakwaan kesatu dan
terbukti bersalah melakukan tindak pidana dengan sengaja
menggunakan surat palsu atau yang dipalsukan itu seolah-olah surat itu
asli dan tidak dipalsukan, kalau hal mempergunakan dapat mendatangkan
sesuatu kerugian sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal
263 ayat (2) KUHP, dalam surat dakwaan kedua;
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Drs. R. E. KUSMANA bin
MOMO dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun, 6 (enam) bulan;
3. Menyatakan barang bukti berupa:
- 1 (satu) lembar Ijazah No. 011010155298 an. R. E. KUSMANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Prof. DR. HAMKA, tanggal 5
Januari 2011;
- (satu) lembar Daftar Prestasi Nilai Akademik an. R. E. KUSMANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Prof. DR. HAMKA, tanggal 5
Januari 2011; Tetap terlampir dalam berkas perkara;
4. Menetapkan agar Terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 1000,-
(seribu rupiah);
Menimbang, bahwa berdasarkan atas tuntutan tersebut Pengadilan
Negeri Bale Bandung dalam putusan Nomor 789/Pid.B/2013/PN.BB tanggal
5 Maret 2014 telah menjatuhkan putusan yang amarnya sebagai berikut :
1. Menyatakan Drs. R.E. Kusmana bin Momo telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah menyuruh melakukan tindak pidana pemalsuan
surat dan dengan sengaja menggunakan surat palsu atau yang dipalsukan
itu seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan;
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 1
(satu) Tahun

B. Rumusan Masalah

10
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
dapat ditarik adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana unsur subyektif dan obyektif yang dapat membuktikan bahwa
terdakwa dapat dipertanggungjawabkan dalam kasus Pemalsuan Ijazah?
2. Apakah sanksi yang diberikan kepada Terdakwa sudah tepat?

11
BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisis Kasus
1. Identifikasi Fakta
1) Terdakwa merupakan guru honorer yang berniat untuk melakukan
pemalsuan ijazah dengan tujuan untuk meningkatkan sertifikasi guru.
Dengan kata lain, dengan profesi Terdakwa sebagai guru menjadi alasan
Terdakwa untuk melakukan kejahatannya. Terdakwa melakukan
kejahatannya demi meningkatkan karirnya sebagai guru, karena pada saat
itu jabatan Terdakwa hanya sebagai guru honorer.
2) Terdakwa memiliki niat untuk meminta bantuan kepada H. Maftu Kholik
membuatkan ijazah palsu. Sebab seharusnya apabila seseorang ingin
memiliki ijazah S-2 maka pada umumnya orang tersebut akan menempuh
pendidikan S-2 terlebih dahulu. Dengan kata lain, niat Terdakwa untuk
mendatangi H. Maftu Kholik dan meminta dibuatkan ijazah S-2 adalah
dilakukan dengan sengaja dan telah menyebabkan terbitnya ijazah palsu
S-2 milik Terdakwa. Selain itu Terdakwa juga mengetahui bahwa
perbuatan tersebut adalah melanggar hukum namun tetap dilakukan oleh
Terdakwa.
3) Ijazah yang diterbitkan atas nama Universitas Muhammadiyah Prof. DR.
Hamka tersebut telah merugikan Universitas Muhammadiyah Prof. DR.
Hamka secara materiil dan imateriil. Secara materiil Universitas
Muhammadiyah Prof. DR. Hamka telah dirugikan dengan adanya ijazah
palsu yang menandakan bahwa seolah-olah universitas tersebut telah
meluluskan salah seorang mahasiswa, padahal mahasiswa tersebut tidak
pernah menempuh pendidikan S-2 di Universitas Muhamadiyah Prof.
DR. Hamka. Apabila Terdakwa benar-benar menempuh pendidikan di
Universitas Muhamadiyah Prof. DR. Hamka setidaknya universitas
tersebut mendapatkan dana pemasukan dari Terdakwa. Kemudian

12
kerugian secara immateriil ditunjukkan dengan adanya pencorengan
nama baik Universitas Muhamadiyah Prof. DR. Hamka. Dengan
munculnya ijazah palsu atas nama Universitas Muhamadiyah Prof. DR.
Hamka maka anggapan umum mengenai Universitas Muhamadiyah Prof.
DR. Hamka menjadi buruk dan cenderung menganggap universitas
tersebut adalah universitas gampangan.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Terdakwa telah memenuhi unsur
subyektif dan obyektif. Unsur subyektif terpenuhi karena terdakwa tidak
memiliki kelainan jiwa dan sadar akan perbuatan yang dilakukannya, selain
itu terdakwa juga memiliki niat yang telah ditunaikan melalui perbuatan, dan
Terdakwa juga telah cakap untuk berlalu lintas hukum. Sementara unsur
obyektifnya adalah Terdakwa telah menyebabkan kerugian terhadap
Universitas Muhamadiyah Prof. DR. Hamka dan juga telah melanggar
ketentuan dalam Pasal 263 ayat (1) KUHP.

2. Aturan yang Terkait


1) Pasal 263 ayat (1) KUHP
Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat
menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang
diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal dengan maksud untuk
memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah
isinya benar dan tidak dipalsu, diancam jika pemakaian tersebut dapat
menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara
paling lama enam tahun
2) Pasal 55 ayat (1) KUHP
Dihukum sebagai orang yang melakukan peristiwa pidana:
1e. Orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau turut
melakukan perbuatan itu;
2e. Orang yang dengan pemberian, perjanjian, salah memakai kekuasaan
atau pengaruh, kekerasan, ancaman atau tipu daya atau dengan

13
memberi kesempatan, daya upaya atau keterangan, sengaja
membujuk untuk melakukan sesuatu perbuatan.
3. Keterkaitan Kasus dan Sanksi
1) Terdakwa tidak dapat disalahkan atas pasal 263 KUHP karena
terbukti bahwa Terdakwa telah melakukan pemalsuan ijazah demi
peningkatan karirnya sebagai guru, yang pada saat itu berstatus
sebagai guru honorer. Berarti pasal yang berkaitan adalah Pasal 263
KUHP, maka sanksi yang tepat diberikan adalah pidana penjara
maksimal 6 tahun
2) Terdakwa melakukan pemalsuan ijazah bersama dengan temannya
M. Maftul Holik. Ditandai dengan adanya pengakuan dari Terdakwa
bahwa Terdakwa mendatangi rumah M. Maftul Holk dengan tujuan
agar M. Maftul Holik dapat membuatkan ijazah palsu baginya.
Meskipun Terdakwa tidak secara langsung membuatkan ijazah,
namun niat Terdakwa untuk bekerjasama dengan M. Maftul Holik
untuk membuat ijazah dan ditunaikan dengan perbuatan telah
memenuhi unsur dalam Pasal 55 ayat (1) KUHP, yaitu melakukan
secara bersama-sama (turut melakukan).

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian penjelasan di atas, maka kesimpulan yang dapat
ditarik adalah:
1. Terdakwa Drs. R. E. Kusuma Bin Momoterbukti bersalah dengan
maksud ingin meningkatkan sertifikasi guru. Terdakwa pada saat itu
berstatus sebagai guru honorer, kemudian perbuatan terdakwa diketahui
oleh pihak Universitas Muhamadiyah Prof. DR. Hamka. Tentu perbuatan
terdakwa telah merugikan pihak Universitas Muhamadiyah Prof. DR.
Hamka
2. Sanksi tepat yang dapat diberikan kepada terdakwa adalah pidana penjara
paling lama 6 tahun penjara. Putusan hakim yang menyatakan bahwa
Terdakwa dihukum satu tahun enam bulan di penjara sudah tepat sebab
berdasarkan ketentuan didalam KUHP, pidana penjara minimum adalah
satu hari dan maksimum sesuai dengan pasal yang dikenakan. Artinya
jangka waktu satu tahun enam bulan merupakan pertimbangan dari
hakim yang tidak melanggar ketentuan mengenai pidana minimum dan
maksimum di dalam KUHP.

B. Saran
Berdasarkan pengamatan penulis, penulis melihat bahwa dalam kasus
pemalsuan ijazah yang dilakukan oleh Terdakwa Drs. R. E. Kusuma
menunjukkan betapa sulitnya meningkatkan karir saat ini sehingga
menyebabkan setiap orang menghalalkan segala cara untuk meraih tujuan
yang ingin dicapainya, termasuk dengan melakukan tindak pidana seperti
pemalsuan. Tanpa disadari sesungguhnya di dalam tindakan pemalsuan akan
banyak pihak yang terlibat dan dirugikan. Seperti misalkan dalam kasus ini,
Drs. R. E. Kusuma telah menyebabkan kerugian bagi pihak Universitas

15
Muhamadiyah Prof. DR. Hamka, karena dengan adanya pemalsuan, maka
Universitas Muhamadiyah Prof. R. E. Kusuma telah dicoreng nama baiknya.
Seharusnya hakim juga menegur Terdakwa mengenai hal ini agar di
kemudian hari tidak terjadi tindakan serupa yang dilakukan oleh orang lain.
selain itu juga supaya memberikan sanksi kepada pihak-pihak yang suka
bertindak curang dengan menerima jasa pemalsuan ijazah dari instansi-
instansi yang terkait.

16
DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku
Anwar, Yesmil dan Adang. 1990. Kriminologi.Bandung: Refika Aditama.
Chazawi, Adami. 2002.Kejahatan Terhadap Pemalsuan. Jakarta: Grafindo
Persada
Hamzah, Andi. 2004. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Lamintang. 1997. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.
Lamintang. 1991. Delik-delik Khusus Kejahatan Jabatan Tertentu Sebagai Tindak
Pidana Korupsi. Jakarta : Sinar Grafika
Manan, Bagir. 2004. Hukum Positif Indonesia: satu kajian teoritis. Jakarta : FH
UII Press.
Moeljatno. 1987.Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta: Bina Aksara.
Poernomo, Bambang. 1992. Asas-asas Hukum Pidana. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Soesilo, R.. 1991. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP): Serta
Komentar-komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Bogor: Politeia Bogor
Sianturi, R.S.. 1986. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya.
Jakarta: Alumni Ahaem-Petehaem.

Undang-undang
Kitab Undang-undang Hukum Pidana

17

Anda mungkin juga menyukai