Nomor : Put.30769/PP/M.XI/99/2011
Tentang Pengurangan Sanksi Administrasi
I. Kasus Posisi
Penggugat menggugat Direktur Jenderal Pajak (yang selanjutnya disebut
sebagai Tergugat) karena merasa dirinya dirugikan dengan dikeluarkannya Surat
Keputusan Tergugat Nomor: KEP-436/WPJ.19/BD.05/2010 tentang Pengurangan
Sanksi Administrasi atas Surat Tagihan Pajak Penghasilan Masa Pajak April 2009
Nomor: 00016/106/09/092/09 tanggal 11 Juni 2009. Penggugat merasa dirugikan
karena surat pengurangan sanksi administrasi yang diajukan ke Tergugat selalu
ditolak padahal Penggugat telah menjelaskan bahwa dirinya tidak melakukan
pembayaran Pajak Pph Pasal 25 karena tidak mengetahui adanya ketetapan
untuk membayar. Penggugat berpendapat bahwa seharusnya Pph Pasal 25
dapat dikenakan apabila dirinya mengalami kenaikan CPO pada tahun 2008.
Kenaikan CPO hanya dapat diketahui apabila Penggugat menerima kenaikan
penghasilan tetap, sementara pada saat itu Penggugat merasa bahwa dirinya
hanya mendapatkan pendapatan tidak tetap karena jumlahnya tidak konsisten
setiap bulannya. Padahal penghasilan tetap bukan diukur dari besarannya
melainkan dari hasil pekerjaan tetap yang dilakukannya.
0
bahwa Penggugat menyampaikan SPT Tahunan PPh
Badan Tahun Pajak 2008 pada tanggal 30 Januari 2009
dengan LPAD nomor S-00001922/PPWBIDR/WPJ.19/
KP.0103/2009 tanggal 30 Januari 2009, dengan
melampirkan perhitungan angsuran PPh Pasal 25
sebagai berikut:
1
pasar yang sangat tinggi dan tidak lazim seperti
biasanya serta laba selisih kurs. Sehingga perhitungan
PPh Pasal 25 di SPT Tahunan PPh Badan Tahun Pajak
2008 Penggugat tidak memperhitungkan penghasilan
dari kenaikan harga CPO, laba selisih kurs karena
merupakan penghasilan yang tidak teratur;
2
Pajak yang telah disetor Rp -
Pajak yang kurang disetor Rp 1.414.446.128
Sanksi bunga pasal 14 (3) KUP Rp 28.288.922
Jumlah yang masih harus disetor Rp 1.442.735.050
3
pajak yang bergerak di bidang industri kelapa sawit,
sehingga sudah seharusnya Penggugat mengetahui
peraturan-peraturan di bidang perpajakan, diantaranya
kenaikan harga CPO dan selisih kurs yang merupakan
penghasilan teratur karena kenaikan harga CPO terkait
dengan usaha pokok Penggugat dan selisih kurs
berasal dari utang piutang dalam mata uang asing;
4
254 yang harus dibayar untuk tahun pajak 2009
berdasarkan SPT PPh Badan tahun pajak 2008 adalah
nihil. Atas perhitungan tersebutlah Penggugat
melaporkan PPh Pasal 25 Masa Maret 2009 sebesar
nihil ke KPP Wajib Pajak Besar Dua pada tanggal 19
Mei 2009 sesuai dengan perhitungan PPh Pasal 25
menurut SPT PPh Badan 2008 yaitu nihil;
5
seharusnya Penggugat mengetahui peraturan-
peraturan di bidang perpajakan, diantaranya kenaikan
harga CPO dan selisih kurs yang merupakan
penghasilan teratur karena kenaikan harga CPO terkait
dengan usaha pokok Penggugat dan selisih kurs
berasal dari utang piutang dalam mata uang asing;
6
bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis dalam
persidangan diketahui bahwa berdasarkan penelitian
atas SPT PPh Badan Tahun 2008 Penggugat, Tergugat
menyatakan dasar perhitungan angsuran PPh Pasal 25
yang dilakukan Penggugat (Nihil) tidak tepat dan
Tergugat telah menghimbau kepada Penggugat untuk
menghitung kembali angsuran PPh Pasal 25 mulai
Masa Januari 2009 sesuai dengan perhitungan Tergugat
menjadi sebesar Rp 1.414.446.128,00 /bulan,
perbedaan perhitungan tersebut bersumber dari adanya
penghasilan tidak teratur;
7
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007, Majelis berpendapat
tindakan Tergugat yang telah menghitung kembali
angsuran PPh Pasal 25 menjadi sebesar Rp
1.414.446.128,00 telah sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang;
8
bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 36 ayat (1) huruf
a Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007 tersebut Majelis
berpendapat kewenangan untuk mengurangkan dan
menghapus sanksi administrasi Pasal 14 ayat (3)
Undang-Undang KUP sebesar Rp 28.288.922,00 ada
pada Direktur Jenderal Pajak, karenanya Majelis
berkesimpulan permohonan gugatan Penggugat ditolak;
9
diterima oleh Penggugat adalah termasuk kedalam penghasilan tetap,
karena berhubungan dengan pekerjaan tetap Penggugat.
3. Hakim mempertimbangkan kedudukan Tergugat, Tergugat selaku Direktur
Jenderal Pajak dapat mengurangkan atau menghapus mengurangkan atau
menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan
yang terhutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib
Pajak atau bukan karena kesalahannya. (Berdasarkan Pasal 36 ayat (1)
huruf a UU No. 28 Tahun 2007). Artinya Tergugat memang berwenang untuk
mengurangi, menghapus, atau menaikkan sanksi admnistrasi Wajib Pajak.
10