Anda di halaman 1dari 29

UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

BAB 20
PERTEMUAN KE-20
OPTIMALISASI PEMBAYARAN PAJAK UNTUK
MENGHEMAT PAJAK

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari BAB 20 mengenai Optimalisasi Pembayaran Pajak Untuk
Menghemat Pajak, mahasiswa diharapkan mampu memahami, menjelaskan dan
menganalisis mengenai Optimalisasi Pembayaran Pajak Untuk ,Menghemat Pajak

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan mengenai Optimalisasi
Pembayaran Pajak Untuk Menghemat Pajak.
2. Mahasiswa mampu menganalisis Prinsip dan Kriteria terkait Optimalisasi
Pembayaran Pajak Untuk Menghemat Pajak .

C. PETUNJUK PEMBELAJARAN
Mahasiswa diharapkan sudah membaca modul ini sebelum mengikuti pembelajaran
tatap muka. Mulailah dengan membaca capaian belajar lalu pelajari setiap isi modul
dengan seksama dan kerjakan latihan soal yang terdapat pada akhir pembelajaran
guna mengukur tingkat penguasaan mahasiswa.

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

D. URAIAN MATERI
Optimalisasi pajak merupakan suatu langkah penghematan yang harus
dilakukan WP terkait transaksi dengan pihak ketiga dan penjagaan
cash flow perusahaan. Optimalisasi pembayaran pajak dapat dilakukan:
1) Pengamanan Kontrak-Kontrak Bisnis dari Potensi Pemotongan
Withholding Tax
2) Optimalisasi Pengkreditan Pajak Penghasilan yang Telah Dibayar
3) Pengajuan Permohonan Penurunan Angsuran PPh Pasal 25
4) Pengajuan Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 dan PPh Pasal
23
5) Mengangsur/Menunda Pembayaran Pajak
6) Rekonsiliasi/Ekualisasi SPT PPh Badan dengan SPT Lainnya
(SPT PPh Pasal 21,Pasal 23/26, dan SPT Masa PPN) dan
Laporan Keuangan (Fiskal)

PENGAMANAN KONTRAK KONTRAK BISNIS DARI POTENSI


PEMOTONGAN WITHOLDING TAX

Dalam praktiknya, yang membuat kontrak bisnis kurang memahami/mengabaikan


aspek perpajakannya secara detail, sehingga saat pemeriksaan fiskus, perusahaan
dikenai kewajiban membayar withholding tax ditambah denda keterlambatan
penyetoran sebulan dari pokok pajak. Belum lagi vendor tidak bersedia dipotong
pajaknya karenamengacu pada kontrak yang telah disetujui sebelumnya, sehingga bila
perusahaan pembeli/pemilik proyek tidak memotong withholding tax, maka
perusahaan pembeli/pemilik proyek harus dikenai kewajiban untuk membayar
withholding tax ke kas negara beserta sanksi perpajakkannya. Ada 2 pilihan perlakuan
perpajakan atas transaksi tersebut:

1) Jika mau withholding tax dibiayakan dalam Laporan Keuangan Fiskal, maka
nilai transaksi dalam kontrak yang akan dibayar tersebut digross-up, sehingga
jumlah transaksi dalam kontrak sudah termasuk pajak yang harus dipungut.
Atas jumlah pajak yang dibayarkan boleh dibebankan sebagai biaya (kecuali
untuk PPh final dan dividen), dan selain itu perusahaan masih bisa menghemat
pajak.

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

2) Bila perusahaan membayarkan withholding tax. Dalam hal ini withholding tax
yang dibayarkan tidak boleh dibebankan sebagai biaya oleh perusahaan karena
tidak digross-up

OPTIMALISASI PENGKREDITAN PAJAK PENGHASILAN YANG TELAH


DIBAYAR

Kredit pajak adalah jumlah pembayaran pajak yang telah dibayar oleh WP sendiri
dalam tahun pajak yang bersangkutan. PPh yang dapat dikreditkan dapat berupa :

1) PPh Pasal 21 dari pekerjaan (sebagai kredit pajak di SPT PPh WPOP)

2) PPh Pasal 22 atas impor, PPh Pasal 22 atas pembelian BBM dari Pertamina
untuk selain penyalur, dll

3) PPh Pasal 23 atas bunga dari non-bank, royalty, jasa profesional, jasa teknik,
jasa manajemen dan jasa lainnya

4) PPh Pasal 24 yang dibpotong di luar negeri

5) PPh fiskal luar negeri karyawan (setoran atas nama karyawan perusahaan
berikut NPWP perusahaan)

6) PPh atas pengalihan tanah/bangunan bagi perusahaan yang tidak bergerak


dibidang real estate

Langkah-langkah dalam optimalisasi kredit pajak:

a) Penyelenggaraan administrasi harus tertata dengan baik dan tertib

b) Untuk memenuhi kelengkapan formal, terutama pada saat pemeriksaan


berlangsung, setiap kali dilakukan pemotongan/pemungutan pajak oleh pihak
lain langsung diminta Bukti Pemotongan atau Pemungutan PPh-nya.
Penundaan permintaaan cukup beresiko seperti kelupaan/kehilangan dokumen
yang akan menyita waktu dan tenaga, sehingga tidak perlu menunggu sampai
akhir tahun pajak untuk memintanya
TAX PLANNING Page
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

PENGAMANAN KONTRAK KONTRAK BISNIS DARI POTENSI


PEMOTONGAN WITHOLDING TAX

Sesuai Keputusan Dirjen Pajak No. 537/PJ./2000, WP dapat mengajukan permohonan

pegurangan bersarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 secara tertulis kepada Kepala KPP

tempat WP terdaftar dengan disertai proyeksi laba pada akhir tahun dan alasan
terjadinya penurunan laba, dengan memenuhi persyaratan berikut:

Apabila setelah 3 bulan/lebih berjalannya tahun pajak, WP dapat menunjukkan

Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak tersebut kurang dari 75% dari

Pajak Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya Pajak

Penghasilan Pasal 25

Pengajuan permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 harus

disertai dengan penghitungan besarnya Pajak Penghasilan yang akan terutang

berdasarkan perkiraan penghasilan yang akan diterima/diperoleh dan besarnya

Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak yang

bersangkutan.

Bila WP mengurangi angsuran pajak tanpa melalui mekanisme permohonan


pengurangan

angsuran PPh Pasal 25/tidak melakukan penyetoran SSP PPh Pasal 25 di bulan-bulan

terakhir mendekati akhir tahun fiskal (untuk menghindari lebih bayar pajak), maka
Dirjen

Pajak menerbitkan STP (Surat Tagihan Pajak) atas kekurangan bayar pajak berikut

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

sangsinya, dan STP tersebut juga harus dikreditkan oleh WP pada PPh Badan yang

terutang pada akhir tahun sehingga terjadi masalah lebih bayar pajak.

PENGAJUAN SURAT KETERANGAN BEBAS (SKB) PPh PASAL 22 DAN


PPh PASAL 23

Permohonan pembebasan dari pemotongan dan atau pemungutan Pajak Penghasilan

tidak berlaku terhadap pemotongan dan atau pemungutan Pajak Penghasilan yang
bersifat final. Pembebasan dari pemotongan dan atau pemungutan Pajak Penghasilan
diberikan DIrjen Pajak melalui SKB. (PER-Dirjen Pajak No. 21/PJ./2014). Pengajuan
Permohonan

SKB PPh Pasal 22 dan PPh Pasal 23 oleh WP harus memenuhi kriteria:

WP yang atas penghasilannya hanya dikenakan pajak bersifat final

WP yang dalam tahun pajak berjalan dapat membuktikan tidak akan terutang

Pajak Penghasilan karena mengalami kerugian fiskal dalam hal WP baru berdiri

dan masih dalam tahap investasi, WP belum sampai pada tahap produksi

komersial, WP mengalami force majeur

WP yang dalam tahun pajak berjalan dapat membuktikan tidak akan terutang

Pajak Penghasilan karena berhak melakukan kompensasi kerugian fiskal dengan

memperhitungkan besarnya kerugian tahun-tahun pajak sebelumnya yang masih

dapat dikompensasikan yang tercantum dalam SPT Pajak Penghasilan atau Surat

Ketetapan Pajak

WP dapat membuktikan Pajak Penghasilan yang telah dan akan dibayar lebih

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

besar dari Pajak Penghasilan yang akan terutang

WP yang atas penghasilannya hanya dikenakan pajak bersifat final.

Permohonan pembebasan pemotongan dan atau pemungutan Pajak Penghasilan

diajukan secara tertulis kepada Kepala KPP tempat WP terdaftar dengan syarat:

Telah menyampaikan SPT Pajak Penghasilan Tahun Pajak terakhri sebelum tahun

diajukannya permohonan kecuali untuk WP yang baru berdiri dan masih dalam

tahap investasi.

Permohonan diajukan untuk setiap pemotongan dan atau pemungutan Pajak

Penghasilan Pasal 21, Pasal 22, Pasal 22 impor, dana tau Pasal 23 dengan

menggunakan formulir yang telah disediakan.

Permohonan harus dilampiri penghitungan Pajak Penghasilan yang diperkirakan

akan terutang untuk tahun pajak diajukannya permohonan untuk WP.

MENGANGSUR ATAU MENUNDA PEMBAYARAN PAJAK UNTUK SEMUA


JENIS KETETAPAN PAJAK (SKP DAN STP)

Pasal 19 ayat (1) KUP No. 28 tahun 2007 jo UU No.7 tahun 2021 tentang Harmonisasi
Perpajakan serta mengatur pengenaan sanksi administrasi berupa bunga, dalam hal
apa WP diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak sesuai
242/PMK.03/2014 dan bisa mengajukan Penghapusan dan/atau Pengurangan Sanksi
Administrasi sesuai 08/PMK.03/2013. Tergantung pada WP dalam memilih alternatif
yang lebih menguntungkan antara langsung melunasi, mengangsur, atau menunda
pembayaran pajak. Berikut analisisnya.

Contoh:

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

WP menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Rp 1.120.000 yang

diterbitkan pada 2 Januari 2009 dengan batas akhir pelunasan tanggal 1 Februari 2009.

WP diperbolehkan mengangsur pembayaran pajak dalam jangka waktu 5 bulan dengan

jumlah yang tetap Rp 224.000. Diasumsikan suku bunga pinjaman-bank (bank lian

interest rate) 1,5% per bulan, provisi bank 1%.

Sanksi administrasi berupa bunga untuk setiap angsuran dapat dihitung sebagai

berikut:

Angsuran ke-1: 2% x Rp 1.120.000 = Rp 22.400

Angsuran ke-2: 2% x Rp 896.000 = Rp 17.920

Angsuran ke-3: 2% x Rp 672.000 = Rp 13.440

Angsuran ke-4: 2% x Rp 448.000 = Rp 8.960

Angsuran ke-5: 2% x Rp 224.000 = Rp 4.480

Jadi, total bunga angsuran yang harus dibayar = Rp 67.200

WP diperbolehkan menunda pembayaran pajak sampai tanggal 30 Juni 2009. Sanksi

administrasi berupa bunga atas penundaan pembayaran SKPKB tersebut sebesar 5 x


2% x

Rp 1.120.000 = Rp 112.000

Selanjutnya, menganalisis secara komparatif perhitungan bunga dengan benchmarking

suku bunga pinjaman-bank:

Berdasarkan analisis tersebut, bila suku bunga pinjaman-bank + provisi lebih rendah
dari bunga pajak, maka akan lebih efisien bila menggunakan pinjaman bank untuk
TAX PLANNING Page
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

melunasi langsung SKPKB.

REKONSILIASI/EKULISASI SPT PPh BADAN DENGAN SPT LAINNYA


DAN LAPORAN KEUANGAN HASIL REKONSILIASI FISKAL

Perusahaan melakukan pengecekan dengan menggunakan Teknik


rekonsiliasi/equalisasi secara periodic antara elemen-elemen yang terdapat di SPT
Badan dan laporan keuangan (fiskal) perusahaan dengan elemen-elemen yang terdapat
di SPT PPh Pasal 21, SPT PPh Pasal 23, SPT Masa PPN. Hal yang sama juga
dilakukan oleh KPP atas semua SPT bulanan dan tahunan yang disampaikan
perusahaan. Kegagalan perusahaan dalam melakukan hal ini berpotensi menimbulkan
pajak kurang bayar serta tambahan sanksi/denda.

a) Rekonsiliasi/ekualisasi SPT PPh Badan dengan SPT PPN Dilakukan atas


transaksi pembelian dan penjualan serta PPN yang mengikutinya (PPN
masukan dari transaksi pembelian dan PPN keluaran dari omzet penjualan),
apakah kedua SPT tersebut jumlahnya telah sama. Perusahaan melakukan
ekualisasi antara buku/ledger pembelian dan penjualan dengan SPT Masa PPN,
apakah jumlahnya telah sama.

b) Rekonsiliasi/ekualisasi SPT PPh Badan dengan SPT PPh Pasal 21 Prosedur


pengecekan yang dilakukan KPP terhadap jumlah biaya gaji dan tunjangan
serta biaya lainnya yang menjadi objek PPh Pasal 21 dan berkaitan dengan
hubungan kerja, tercantum dalam SPT PPh Badan, dengan Jumlah DPP yang
tercantum dalam SPT PPh Pasal 21, apakah jumlahnya telah sama.

c) Rekonsiliasi/ekualisasi SPT PPh Badan dengan SPT PPh 23 Hal ini berkaitan
dengan prosedur pengecekan yang dilakukan KPP terhadap jumlah biaya sewa,
bunga, dividen, royalty dan jasa lainnya yang harus dipotong PPh Pasal 23
pada SPT PPh Badan dengan jumlah Dasar Pengenaan Pajak SPT PPh Pasal
23, apakah jumlahnya sama. Jika terdapat material yang bukan objek PPh Pasal
23, harus dilakukan pemisahan antara nilai jasa dan materialnya.

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

KEBIJAKAN KEBIJAKAN LAINNYA UNTUK PENGHEMATAN PPh ATAS


TRANSAKSI TERTENTU

Perlakuan perpajakan PPh Badan yang berkaitan dengan transaksi tertentu:

A. Revaluasi (penilaian kembali) aktiva tetap

Dilakukan dalam jangka waktu paling lama 1 tahun sejak tanggal laporan

perusahaan penilai/ahli penilai.

Dalam Peraturan Menkeu No. 79/PMK03/2008 tanggal 23 Mei 2008 jo


191/PMK.03/2015 tanggal 15 Oktober 2015 mengatur:
Bunga
No Pembayaran Pinjaman Bank Diangsur Ditunda
Bunga Bunga Bunga
1,5%/bln 2%/bln 2%/bln

1 224.000 16.800 22.400

2 224.000 13.440 17.920

3 224.000 10.080 13.440

4 224.000 6.720 8.960

5 224.000 3.360 4.480

1.120.000 50.400 67.200 112.000

Provisi Bank 1% 11.200

TOTAL 61.600 67.200 112.000

WP badan dalam negeri dan BUT (tidak termasuk perusahaan yang memperoleh

izin menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang dolar

AS) dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan yang berada di

Indonesia, yang telah memenuhi semua kewajiban pajak sampai dengan masa

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

pajak terakhir, sebelum masa pajak diberlakukannya penilaian kembali dan

mengajukan permohonan ke Dirjen Pajak.

Aktiva tetap yang direvaluasi adalah (a) Seluruh aktiva tetap berwujud, termasuk

tanah yang berstatus hak milik/hak guna bangunan. (b) Seluruh aktiva tetap

berwujud tidak termasuk tanah, yang berada di Indonesia, dimiliki dan

dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan yang

merupakan Objek Pajak.

Penilaian kembali dilakukan perusahaan penilai yang diakui pemerintah. Apabila

nilainya tidak mencerminkan nilai sebenarnya, Dirjen Pajak akan menetapkan

kembali nilai pasar/nilai wajar aktiva yang bersangkutan.

Atas selisih lebih revaluasi aktiva tetap perusahaan di atas nilai sisa buku fiskal

semula, dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar 10%.

Perusahaan dapat mengajukan permohonan pembayaran secara angsuran paling

lama untuk 12 bulan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP apabila kondisi

keuangan perusahaan tidak memungkinkan melunasi sekaligus pembayaran Pajak

Penghasilan yang bersifat final yang terutang dalam rangka revaluasi aktiva tetap

perusahaan.

Sejak bulan dilakukannya revaluasi aktiva tetap perusahaan berlaku ketentuan:

a. Dasar penyusutan fiskal aktiva tetap yang telah memperoleh persetujuan

revaluasi adalah nilai pada saat revaluasi.

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

b. Masa manfaat fiskal aktiva tetap yang telah dilakukan revaluasi aktiva tetap

perusahaan disesuaikan kembali menjadi masa manfaat penuh untuk kelompok

aktiva tetap tersebut.

Perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan dilakukannya revaluasi aktiva tetap

perusahaan.

Untuk bagian tahun pajak, sampai dengan bulan sebelum bulan dilakukannya

revaluasi aktiva tetap perusahaan, dengan ketentuan berlaku.

Perhitungan penyusutan dihitung secara prorate sesuai dengan banyaknya bulan

dalam bagian tahun pajak tersebut.

Bagi WP badan yang telah mendapatkan persetujuan revaluasi aktiva tetap,

apabila menjual aktiva tetap yang telah direvaluasi sebelum berakhirnya masa

manfaat baru sejak dilakukannya revaluasi: aktiva tetap kelompok 1 dan 2 serta

aktiva tetap kelompok 3, 4, bangunan, tanah sebelum lewat jangka waktu 10

tahun, maka atas selisih lebih revaluasi nilai sisa buku fiskal semula, dikenakan

tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan tarif sebesar tarif tertinggi

PPh WP badan dalam negeri yang berlaku pada saat revaluasi dikurangi 10%.

Selisih lebih revaluasi aktiva tetap dapat dikapitalisasi menjadi modal saham, dan

saham tersebut dapat dibagikan kepada pemegang saham berupa saham bonus.

Pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran yang berasal dari

kapitalisasi selisih lebih revaluasi aktiva tetap yang dibagikan kepada pemegang

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

saham, bukan merupakan dividen, sehingga tidak dikenakan Pajak Penghasilan

(pasal 1 PP. 138/2000).

UTANG PIUTANG KEPADA PEMEGANG SAHAM

Semua pinjaman yang diberikan oleh pemegang saham kepada perusahaan akan

terutang bunga dengan tingkat suku bunga wajar, kecuali untuk pinjaman (tanpa

bunga) dari pemegang saham yang diterima oleh WP berbentuk PT diperkenankan

apabila memenuhi syarat:

Pinjaman tersebut berasal dar dana milik pemegang saham dan bukan berasal dari

pihak lain

Modal yang seharusnya disetor oleh pemegang saham pemberi pinjaman telah

disetor seluruhnya

Pemegang saham pemberi pinjaman sedang mengalami kesulitan kuangan untuk

kelangsungan usahanya

Apabila pinjaman yang diterima WP berbentuk PT dari pemegang sahamnya tidak

memenuhi persyaratan di atas, maka pinjaman tersebut terutang bunga dengan tingkat

suku bunga wajar. (Peraturan Pemerintah No. 94 tahun 2010 jo PP45 tahun 2019 dan
Surat Dirjen Pajak No. S-165/PJ.312/1992 tanggal 15 Juli 1992 tentang pinjaman
tanpa bunga dari pemegang saham).

BUNGA PINJAMAN

Bunga pinjaman dapat dibebankan sebagai biaya, sepanjang pinjaman digunakan

oleh WP untuk kegiatan operasional perusahaan. Menteri Keuangan berwewenang


TAX PLANNING Page
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

untuk memutuskan besarnya perbandingan antara utang dan modal perusahaan yang

dapat dibenarkan untuk keperluan penghitungan pajak. Apabila perbandingan antara

utang dan modal sangat besar, melebihi batas kewajaran, perusahaan dalam keadaan

tidak sehat. Dalam penghitungan PKP, UU PPh menentukan adanya modal

terselubung.

• Bila Deposito Lebih Besar Dari Utang:

WP dapat memperkecil PKP secara tidak wajar, karena bunga yang


terutang/dibayar atas pinjaman tersebut dikurangkan sebagai biaya, sedangkan
bunga yang diterima/diperoleh yang berasal dari penempatan dana dalam
bentuk deposito berjangka/tabungan lainnya tidak ditambahkan dalam
penghitungan PKP karena telah dikenakan PPh yang bersifat final sebesar
15%.

• Bunga pinjaman dalam masa konstruksi:

Ditegaskan dalam Surat Edaran Nomor SE-20/PJ.42/1994 jo. Nomor S-

46/PJ.31/1995 menyatakan bahwa bunga atas pinjaman, selama masa


konstruksi/pembangunan rumah sebagai barang dagangan harus digabungkan
sebagai komponen harga pokok tanah dana tau rumah dalam menghitung laba
bruto usaha dari WP yang bergerak di bidang usaha real estate. Ketentuan ini
sejalan dengan PSAK No. 26.

Bunga Pinjaman dari pihak ketiga yang dapat dibiayakan:

Dengan persyaratan :

a) Dana pinjaman tersebut disimpan atau ditempatkan dalam bentuk


rekening

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

giro yang atas jasanya dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final

b) Adanya keharusan bagi wajib pajak untuk menempatkan dana dalam jumlah tertentu
pada suatu bank dalam bentuk deposito, berdasarkan ketentuan undang-undang,
sepanjang jumlah deposito dan tabungan tersebut sematamata untuk memenuhi
keharusan tersebut.

• Pemberian pinjaman kepada karyawan:

Perlakuan Pajak Penghasilannya adalah, bagi perusahaan yang memberikan


pinjaman, selisih tingkat suku bunga yang dibayar oleh perusahaan kepada
puhak lain dengan bunga yang dibebankan kepada karyawan, merupakan
koreksi fiscal bagi perusahaan yang memberikan pinjaman karena tidak boleh
dibiayakan.

• Bunga pinjaman untuk membeli saham:

Bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk membeli saham tidak Dapat
dibebankan sebagai biaya sepanjang dividen yang diterimanya tidak
merupakan objek pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f.

• Bunga Pinjaman yang Dibayar ke Bank Di Luar Negeri:

Pajak Penghasilan yang terutang atas penghasilan, sebagaimana yang dimaksud


dalam Pasal 26 ayat (1) kecuali dividen yang ditanggung oleh pemberi
penghasilan, dapat dibebankan sebagai biaya, sepanjang pajak tersebut
ditambahkan(gross up) pada penghasilan yang dipakai sebagai dasar
pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26 tersebut ( PP No. 94 tahun 2010 jo PP
45 tahun 2019) Perlakuan pajak atas bunga pinjaman dapat di kelompokkan
sebagai berikut :

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Pemanfaatan Bisa Dibiayakan Tidak Bisa Dibiayakan


No pinjaman Bisa (Deductible (Non Deductible
Dibiayakan Expense) Expense)

Pinjaman
dimanfaatkan oleh
1 WP untuk kegiatan Deductible
operasional
perusahaan
Bila Desposito lebih
2 besar dari utang Non Deductible Expense
Non Deductible
Bunga pinjaman Non Deductible
3 Dalam Masa (menjadi komponenn
Kontruksi HPP)
Pemberian Pinjaman
4 Kepada Pemegang Non Deductible
Karyawan
Bunga Pinjaman
5 untuk membeli Non Deductible
saham
Bunga Pinjaman ke Dedctible (Bila Gross
6
Bank Luar Negeri Up)

PENCADANGAN/PENGHAPUSAN PIUTANG TAK TERTAGIH:

Dari segi fiskus, penyisihan atau pencadangan penghapusan piutang tak tertagih hanya
diperbolehkan untuk jenis perusahaan tertentu saja, berbeda dengan akuntansu komersil atau
PSAK yang membolehkan setiap perusahaan mencadangka penghapusan piutangb tak
tertagih setiap tahunnya yang bdibukukan menjadi biaya dalam perhitungan laba ruginya.

Pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan dengan pembentukan atau

pemupukan dana cadangan, kecuali :

1) Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang

menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

konsumen, dan perusahaan anjak piutang

2. Cadangan untuk usaha asuransi,termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk

oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

3. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan

4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan

5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan

6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri

untuk usaha pengolahan limbah industri

Besarnya cadangan piutang tak tertagih ditetapkan sebagai berikut :

1. Besarnya cadangan piutang tak tertagih untuk bank umum yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional dan untuk bank umum yang melaksanakan

kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah ditetapkan dengan tarif 1%, 5%, 15%,

50%, 100%

2. Besarnya cadangan piutang tak tertagih untuk bank perkreditan rakyat yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan untuk bank perkreditan

rakyat yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah ditetapkan

dengan tarif 0,5%, 10%, 50%, 100%

3. Besarnya cadangan piutang tak tertagih koperasi simpan pinjam ditetapkan

dengan tarif 0,5%, 10%, 50%, 100%

4. Besarnya cadangan khusus penyisihan pembiayaan PT Permodalan Nasional

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Madani (Persero) ditetapkan dengan tarif 2,5%, 5%, 50%, 100%

2) Cadangan untuk usaha asuransi,termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk

oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

3) Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan.

4) Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.

5) Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan.

6) Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan.

Besarnya cadangan piutang tak tertagih ditetapkan sebagai berikut :

1) Besarnya cadangan piutang tak tertagih untuk bank umum yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional dan untuk bank umum yang melaksanakan

kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah ditetapkan dengan tarif 1%, 5%, 15%,

50%, 100%

2) Besarnya cadangan piutang tak tertagih untuk bank perkreditan rakyat yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan untuk bank perkreditan

rakyat yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah ditetapkan

dengan tarif 0,5%, 10%, 50%, 100%

3) Besarnya cadangan piutang tak tertagih koperasi simpan pinjam ditetapkan

dengan tarif 0,5%, 10%, 50%, 100%

4) Besarnya cadangan khusus penyisihan pembiayaan PT Permodalan Nasional

Madani (Persero) ditetapkan dengan tarif 2,5%, 5%, 50%, 100%

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

5) Besarnya cadangan piutang tak tertagih untuk perusahan sewa guna usaha dengan

hak opsi ditetapkan paling tinggi sebesar 2,5% dari rata-rata saldo awal dan saldo

akhir piutang

6) Besarnya cadangan piutang tak tertagih untuk perusahaan pembiayaan konsumen

ditetapkan paling tinggi sebesar 5% dari rata-rata saldo awal dan saldo akhir

piutang

7) Besarnya cadangan piutang tak tertagih untuk perusahaan anjak piutang

ditetapkan paling tinggi sebesar 5% dari rata-rata saldo awal dan saldo akhir

piutang

8) Besarnya cadangan premi tanggungan sendiri untuk perusahaan asuransi kerugian

sebesar 40% dari jumlah premi tanggungan sendiri yang diterima atau diperoleh

dalam tahun pajak yang bersangkutan

9) Besarnya cadangan klaim tanggungan sendiri untuk perusahaan asuransi kerugian

adalah sebesar 100% dari jumlah klaim yang sudah disepakati tetapi belum

dibayar dan klaim yang sudah dilaporkan dan sedang dalam proses, tetapi tidak

termasuk klaim yang belum dilaporkan

10) Besarnya cadangan premi untuk perusahaan asuransi jiwa ditentukan sesuai

dengan perhiungan aktuaria yang telah mendapat pengesahan dari Badan

Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

PIUTANG YANG NYATA NYATA TIDAK DAPAT DITAGIH YANG DAPAT


DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO ( Peraturan Menkeu
57/PMK.03/2010 jo No. 207/ PMK.010/2015)

1. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto, sepanjang memenuhi
persyaratan:

A. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;

B. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan

C. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih tersebut:

a. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi


pemerintah yang menangani piutang negara;

b. terdapat perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara


kreditur dan debitur atas piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih tersebut;

c. telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau

d. adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang
tertentu

1(a)Daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b berbentuk hard copy dan soft copy.

2. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c tidak berlaku untuk piutang
yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil atau debitur kecil lainnya.

3. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) adalah piutang debitur kecil yang jumlahnya tidak melebihi

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah), yang merupakan gunggungan jumlah


piutang dari beberapa kredit yang diberikan oleh suatu institusi bank/lembaga
pembiayaan dalam negeri sebagai akibat adanya pemberian:

a. Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra), yaitu kredit lunak untuk usaha
ekonomi produktif yang diberikan kepada Keluarga Prasejahtera dan Keluarga
Sejahtera I yang telah menjadi peserta Takesra dan tergabung dalam kegiatan
kelompok Prokesra-OPPKS;

b. Kredit Usaha Tani (KUT), yaitu kredit modal kerja yang diberikan oleh bank kepada
koperasi primer baik sebagai pelaksana (executing) maupun penyalur (channeling)
atau kepada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai pelaksana pemberian
kredit, untuk keperluan petani yang tergabung dalam kelompok tani guna membiayai
usaha taninya dalam rangka intensifikasi padi, palawija, dan hortikultura;

c. Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS), yaitu kredit yang diberikan
oleh bank kepada masyarakat untuk pemilikan rumah sangat sederhana (RSS);

d. Kredit Usaha Kecil (KUK), yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil;

e. Kredit Usaha Rakyat (KUR), yaitu kredit yang diberikan untuk keperluan modal
usaha kecil lainnya selain KUK; dan/atau

f. Kredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan Bank Indonesia dalam
mengembangkan usaha kecil dan koperasi.

4. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah piutang debitur kecil lainnya yang
jumlahnya tidak melebihi Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).

BIAYA PRA OPERASI (PRE OPERATING COST/BIAYA PENDIDRIAN)

Biaya pra-operasi atau biaya pedirian yang dikeluarkan sebelum operasi komersial
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun yang dikeluarkan sebelum operasi
komersial, pembebanannya melalui amortisasi sesuai dengan masa manfaatnya.

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Apapun bentuk perusahaannya, pada awal berdirinya perusahaan pasti mengeluarkan


biaya pendirian atau disebut juga Biaya Pendirian atau Pre-Operating Cost atau
Organisation Cost. Di sisi lain kita juga bisa melihat bagaimana kebijakan akuntansi
perpajakan dalam menetapkan sejauh mana suatu beban yang dikeluarkan oleh
perusahaan itu dapat diklasifikasikan sebagai Pre-Operaring Cost, kenapa jumlahnya
bisa begitu material, dan bagaimana perlakuan pajak serta tax planning yang aman dan
efisien bagi perusahaan, perlu pendalaman materi sehingga wajib pajak dapat
mengambil manfaatnya dalam usaha melaksanakan kewajiban perpajakannya secara
benar.

REIMBURSEMENT

Pembayaran penggantian biaya (reimbursement), yaitu penngantian pembayaran


sebesar jumlah yang nyata-nyata telah dibayarkan oleh pihak kedua kepadaa pihak
ketiga. Transaksi reimbursable items merupakan pengeluaran-pengeluaran yang sudah
ditalangi lebih dulu oleh pihak lain kemudian dimintakan penggantian ke perusahaan.

Secara fiskal transaksi reimbursement dituntut senantiasa konsisten secara substansi,


ketentuan konsekuensi logis dari batasan fiskus tersebut di atas, reimbursement harus
memenuhi beberapa hal berikut ini :

• Faktur tagihan dari pihak ketiga disertai dengan perjanjian tertulis

▪ Sebagai penggantian pembayaran, buktu harus dibuat atas nama penanggung beban
atau atas nama pihak yang membayarkan lebih dahulu qq penanggung beban

• Jumlahnya nyata-nyata telah dibayarkan, artinya tidak boleh ada mark up atau

mark down

• Terdapat faktur tagihan atau bukti pembayaran yang telah dibayarkaN oleh pihak
kedua kepada pihak ketiga

PEMBUKUAN VALUTA ASING

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Wajib pajak dapat menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan Bahasa asing


dan satuan mata uang selain Rupiah yaitu bahasa inggris dan satuan mata uang Dolar
Amerika Serikat. Wajib Pajak tersebut meliputi :

a. Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing yang beroperasi

berdasarkan ketentuan perundang-undangan Penanaman Modal Asing

b. Wajib pajak dalam rangka Kontrak Karya

c. Wajib Pajak kontraktor Kontrak Kerja Sama

d. Bentuk Usaha Tetap

e. Wajib pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya, baik sebagian maupun

seluruhnya di bursa efek luar negeri

f. Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan reksadana dalam

dominasi Dolar AS

g. Wajib pajak yang berfiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri,

yaitu perusahaan anak yang dimiliki dan atau dikuasai oleh perusahaan induk

di luar negeri yang mempunyai hubungan istimewa

Penyelenggara pembukuan dengan menggunakan bahasa inggris dengan satuan

mata uang dolar AS oleh wajib pajak hars terlebih dahulu mendapat izin tertulis dari

menteri keuanan, kecuali bagi wajib pajak dalam rangka kontrak karya atau wajib

pajak dalam rangka kontraktor kontrak kerja sama.

TRANSKASI DALAM MATA UANG ASING

Bagi Wajib Pajak yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan


TAX PLANNING Page
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

menggunakan bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat, berlaku

ketentuan konversi ke mata uang Dollar Amerika Serikat sebagai berikut :

1. Pada awal tahun buku :

Penyelengaraan pembukuan dengan menggunakan mata uang Dollar Amerika

Serikat untuk pertama kali dilakukan dengan bertitik tolak dari Neraca akhir tahun

buku sebelumnya (dalam mata uang rupiah) yang dikonversikan ke mata uang

Dollar Amerika Serikat dengan menggunakan kurs :

a. untuk harga perolehan harta berwujud dan atau harta tidak berwujud yang

mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun menggunakan kurs yang

sebenarnya berlaku pada saat perolehan harta tersebut;

b. untuk akumulasi penyusutan dan atau amortisasi harta sebagaimana dimaksud

pada huruf a menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat perolehan

harta tersebut;

c. untuk harta lainnya dan kewajiban menggunakan kurs yang sebenarnya

berlaku pada akhir tahun buku sebelumnya, berdasarkan sistem pembukuan

yang dianut yang dilakukan secara taat asas;

d. apabila terjadi revaluasi aktiva tetap, disamping menggunakan nilai historis,

atas nilai selisih lebih dikonversi ke dalam mata uang Dollar Amerika Serikat

dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat dilakukannya

revaluasi;

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

e. untuk laba ditahan atau sisa kerugian dalam mata uang Rupiah dari tahuntahun

sebelumnya, dikonversi ke dalam mata uang Dollar Amerika Serikat

dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun buku

sebelumnya, berdasarkan sistem pembukuan yang dianut yang dilakukan

secara taat asas;

f. untuk modal saham dan ekuitas lainnya menggunakan kurs yang sebenarnya

berlaku pada saat terjadinya transaksi;

g. dalam hal terdapat selisih laba atau rugi sebagai akibat konversi dari mata

uang Rupiah ke mata uang Dollar Amerika Serikat sebagaimana dimaksud

pada huruf a. huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, maka selisih laba atau rugi

tersebut dibebankan pada rekening laba ditahan.

Dalam tahun berjalan :

a. Untuk transaksi yang dilakukan dengan mata uang Dollar Amerika Serikat,

pembukuannya dicatat sesuai dengan dokumen transaksi yang bersangkutan.

b. Untuk transaksi, baik dalam negeri maupun luar negeri, yang menggunakan

mata uang selain Dollar Amerika Serikat, dikonversikan ke mata uang Dollar

Amerika Serikat dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada

saat terjadinya transaksi.

PERLAKUAN AKUNTANSI MENGENAI SELISIH KURS

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 10 tentang Transaksi dalam

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Mata Uang Asing menjelaskan pengertian transaksi dalam mata uang asing sebagai
suatu transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata

uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu perusahaan :

1. membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu

mata uang asing;meminjam (utang) atau meminjamkan (piutang) dana yang

didenominasi dalam suatu mata uang asing;

2. menjadi pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana;

atau

3. memperoleh atau melepaskan asset, dan menimbulkan atau melunasi kewajiban,

yang didenominasi dalam suatu mata uang asing.

Paragraf 7 PSAK tersebut menyatakan bahwa transaksi dalam mata uang asing

dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi.

Kemudian, dalam paragraf 9 diatur mengenai penggunaan kurs mata uang asing

pada tanggal neraca. Pada setiap tanggal neraca :

Pos asset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam

mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat

kesulitan dalam menentukan kurs tanggal neraca, dapat digunakan kurs tengah

Bank Indonesia sebagai indikator yang objektif;

Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal

neraca, tetapi harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi; dan

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus

dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut

ditentukan.

Paragraf 13 hingga 17 menjelaskan perlakuan akuntansi yang diharuskan Pernyataan


ini sehubungan dengan selisih kurs atas transaksi dalam mata uang asing.

Paragraf tersebut juga mencakup perlakuan wajib (benchmark treatment) untuk


selisihkurs sebagai akibat devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata uang yang
tidak Kecuali untuk hal-hal yang diuraikan dalam paragraf 16 dan 18, selisih
penjabaran pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing pada tanggal
neraca dan laba rugi kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing
dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi periode berjalan.

SELISIH KURS DAPAT DISEBABKAN KARENA ATAU DEPRESIASI LUAR


BIASA SUATU MATA UANG ASING

Dalam Paragraf 20 PSAK No. 10 ditentukan bahwa selisih kurs Dapat disebabkan
karena suatu devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata uang asing dimana tidak
mungkin dilakukan hedging dan menimbulkan kewajiban yang tak terselesaikan akibat
perolehan aktiva yang harus dibayar dalam suatu mata uang asing. Selisih kurs
tersebut dapat dimasukkan sebagai nilai tercatat (carrying amount) aktiva yang
bersangkutan dengan pengertian nilai tercatat yang disesuaikan tersebut tidak
melampaui jumlah terendah antara biaya pengganti (replacement cost) dan jumlah
yang mungkin diperoleh kembali (amount recoverable) dari penjualan atau
penggunaan aktiva tersebut Alternatif yang dipilih harus diungkapkan secukupnya.

PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN TERHADAP SELISIH KURS

a) Keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing diakui sebagai penghasilan
atau biaya berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan dilakukan secara taat asas
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia.

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

b) Keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang berkaitan langsung dengan usaha Wajib Pajak yang (a) dikenakan
Pajak Penghasilan yang bersifat final; atau (b) tidak termasuk objek pajak, tidak
diakui sebagai penghasilan atau biaya.

c) Keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing sebagaimana yang

tidak berkaitan langsung dengan usaha Wajib Pajak yang dikenakan Pajak

Penghasilan yang bersifat final; atau tidak termasuk objek pajak, diakui

sebagai penghasilan atau biaya sepanjang biaya tersebut dipergunakan untuk

mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

REKONSILIASI FISKAL

Rekonsiliasi fiskal (Koreksi Fiskal) adalah sebuah lampiran SPT Tahunan PPh berupa
kertas kerja yang berisi penyesuaian antara laba/rugi sebelum pajak menurut
komersial/ pembukuan dengan laba/rugi menurut SPT Tahunan. Ada dua macam

koreksi fiscal :

Koreksi Fiskal Positif adalah koreksi/penyesuaian yang akan mengakibatkan

meningkatnya laba kena pajak yang pada akhirnya akan membuat PPh Badan

Terhutangnya juga akan meningkat. Koreksi fiskal positif diantaranya:

a. Biaya yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan usaha perusahaan untuk

mendapatkan, menagih, dan memelihara pendapatan

b. Biaya yang tidak diperkenankan sebagai pengurang PKP

c. Biaya yang diakui lebih kecil, seperti penyusutan, amortisasi, dan biaya yang

ditangguhkan menurut WP lebih tinggi

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

d. Biaya yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek pajak

e. Biaya yang didapat dari penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final

Koreksi Fiskal Negatif adalah koreksi/penyesuaian yang akan mengakibatkan

menurunnya laba kena pajak yang membuat PPh badan terhutangnya juga akan

menurrun. Koreksi fiskal negatif diantaranya :

a. Biaya yang diakui lebih besar, seperti penyusutan menurut WP lebih rendah,

selisih amortisasi, dan biaya yang ditangguhkan pengakuannya

b. Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek pajak

c. Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final

3. Penyebab terjadinya rekonsiliasi fiskal

1. Adanya perbedaan antara SAK dengan peraturan perpajakan (beda konsep,

beda pengukuran, dan beda metode pengalokasian/saat pengakuan biaya)

2. Adanya penghasilan tertentu yang bukan merupakan objek pajak, atau telah

dikenakan PPh bersifat final.

3. Adanya kompensasi kerugian fiskal

4. Adanya harga yang tidak wajar karena hubungan istimewa

E. LATIHAN SOAL
1. Buat Simulasi Optimalisasi Pembayaran Pajak untuk Penghematan
Pajak.

F. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT


Melakukan pengecekan terhadap jawaban mahasiswa untuk mengetahui tingkat

TAX PLANNING Page


UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

penguasaan mahasiswa dalam memahami konsep dasar Tax Plannning lalu


mendiskusikannya didalam kelas.

G. DAFTAR PUSTAKA
1. UU No.7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan
2. KEP 537/PJ/2000
3. PER-24/PJ/2014
4. 242/PMK.03/2014
5. 08/PMK.03/2013
6. PP94 Tahun 2010 jo PP45/2019
7. 191/PMK.03/2015
8. 207/PMK.010/2015
9. Pohan, Chairil Anwar.2016. Manajemen Perpajakan. Jakarta :PT. Gramedia
Pustaka Utama

TAX PLANNING Page

Anda mungkin juga menyukai