BAB 20
PERTEMUAN KE-20
OPTIMALISASI PEMBAYARAN PAJAK UNTUK
MENGHEMAT PAJAK
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari BAB 20 mengenai Optimalisasi Pembayaran Pajak Untuk
Menghemat Pajak, mahasiswa diharapkan mampu memahami, menjelaskan dan
menganalisis mengenai Optimalisasi Pembayaran Pajak Untuk ,Menghemat Pajak
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan mengenai Optimalisasi
Pembayaran Pajak Untuk Menghemat Pajak.
2. Mahasiswa mampu menganalisis Prinsip dan Kriteria terkait Optimalisasi
Pembayaran Pajak Untuk Menghemat Pajak .
C. PETUNJUK PEMBELAJARAN
Mahasiswa diharapkan sudah membaca modul ini sebelum mengikuti pembelajaran
tatap muka. Mulailah dengan membaca capaian belajar lalu pelajari setiap isi modul
dengan seksama dan kerjakan latihan soal yang terdapat pada akhir pembelajaran
guna mengukur tingkat penguasaan mahasiswa.
D. URAIAN MATERI
Optimalisasi pajak merupakan suatu langkah penghematan yang harus
dilakukan WP terkait transaksi dengan pihak ketiga dan penjagaan
cash flow perusahaan. Optimalisasi pembayaran pajak dapat dilakukan:
1) Pengamanan Kontrak-Kontrak Bisnis dari Potensi Pemotongan
Withholding Tax
2) Optimalisasi Pengkreditan Pajak Penghasilan yang Telah Dibayar
3) Pengajuan Permohonan Penurunan Angsuran PPh Pasal 25
4) Pengajuan Surat Keterangan Bebas PPh Pasal 22 dan PPh Pasal
23
5) Mengangsur/Menunda Pembayaran Pajak
6) Rekonsiliasi/Ekualisasi SPT PPh Badan dengan SPT Lainnya
(SPT PPh Pasal 21,Pasal 23/26, dan SPT Masa PPN) dan
Laporan Keuangan (Fiskal)
1) Jika mau withholding tax dibiayakan dalam Laporan Keuangan Fiskal, maka
nilai transaksi dalam kontrak yang akan dibayar tersebut digross-up, sehingga
jumlah transaksi dalam kontrak sudah termasuk pajak yang harus dipungut.
Atas jumlah pajak yang dibayarkan boleh dibebankan sebagai biaya (kecuali
untuk PPh final dan dividen), dan selain itu perusahaan masih bisa menghemat
pajak.
2) Bila perusahaan membayarkan withholding tax. Dalam hal ini withholding tax
yang dibayarkan tidak boleh dibebankan sebagai biaya oleh perusahaan karena
tidak digross-up
Kredit pajak adalah jumlah pembayaran pajak yang telah dibayar oleh WP sendiri
dalam tahun pajak yang bersangkutan. PPh yang dapat dikreditkan dapat berupa :
1) PPh Pasal 21 dari pekerjaan (sebagai kredit pajak di SPT PPh WPOP)
2) PPh Pasal 22 atas impor, PPh Pasal 22 atas pembelian BBM dari Pertamina
untuk selain penyalur, dll
3) PPh Pasal 23 atas bunga dari non-bank, royalty, jasa profesional, jasa teknik,
jasa manajemen dan jasa lainnya
5) PPh fiskal luar negeri karyawan (setoran atas nama karyawan perusahaan
berikut NPWP perusahaan)
pegurangan bersarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 secara tertulis kepada Kepala KPP
tempat WP terdaftar dengan disertai proyeksi laba pada akhir tahun dan alasan
terjadinya penurunan laba, dengan memenuhi persyaratan berikut:
Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak tersebut kurang dari 75% dari
Pajak Penghasilan yang terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya Pajak
Penghasilan Pasal 25
Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak yang
bersangkutan.
angsuran PPh Pasal 25/tidak melakukan penyetoran SSP PPh Pasal 25 di bulan-bulan
terakhir mendekati akhir tahun fiskal (untuk menghindari lebih bayar pajak), maka
Dirjen
Pajak menerbitkan STP (Surat Tagihan Pajak) atas kekurangan bayar pajak berikut
sangsinya, dan STP tersebut juga harus dikreditkan oleh WP pada PPh Badan yang
terutang pada akhir tahun sehingga terjadi masalah lebih bayar pajak.
tidak berlaku terhadap pemotongan dan atau pemungutan Pajak Penghasilan yang
bersifat final. Pembebasan dari pemotongan dan atau pemungutan Pajak Penghasilan
diberikan DIrjen Pajak melalui SKB. (PER-Dirjen Pajak No. 21/PJ./2014). Pengajuan
Permohonan
SKB PPh Pasal 22 dan PPh Pasal 23 oleh WP harus memenuhi kriteria:
WP yang dalam tahun pajak berjalan dapat membuktikan tidak akan terutang
Pajak Penghasilan karena mengalami kerugian fiskal dalam hal WP baru berdiri
dan masih dalam tahap investasi, WP belum sampai pada tahap produksi
WP yang dalam tahun pajak berjalan dapat membuktikan tidak akan terutang
dapat dikompensasikan yang tercantum dalam SPT Pajak Penghasilan atau Surat
Ketetapan Pajak
WP dapat membuktikan Pajak Penghasilan yang telah dan akan dibayar lebih
diajukan secara tertulis kepada Kepala KPP tempat WP terdaftar dengan syarat:
Telah menyampaikan SPT Pajak Penghasilan Tahun Pajak terakhri sebelum tahun
diajukannya permohonan kecuali untuk WP yang baru berdiri dan masih dalam
tahap investasi.
Penghasilan Pasal 21, Pasal 22, Pasal 22 impor, dana tau Pasal 23 dengan
Pasal 19 ayat (1) KUP No. 28 tahun 2007 jo UU No.7 tahun 2021 tentang Harmonisasi
Perpajakan serta mengatur pengenaan sanksi administrasi berupa bunga, dalam hal
apa WP diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak sesuai
242/PMK.03/2014 dan bisa mengajukan Penghapusan dan/atau Pengurangan Sanksi
Administrasi sesuai 08/PMK.03/2013. Tergantung pada WP dalam memilih alternatif
yang lebih menguntungkan antara langsung melunasi, mengangsur, atau menunda
pembayaran pajak. Berikut analisisnya.
Contoh:
diterbitkan pada 2 Januari 2009 dengan batas akhir pelunasan tanggal 1 Februari 2009.
jumlah yang tetap Rp 224.000. Diasumsikan suku bunga pinjaman-bank (bank lian
Sanksi administrasi berupa bunga untuk setiap angsuran dapat dihitung sebagai
berikut:
Rp 1.120.000 = Rp 112.000
Berdasarkan analisis tersebut, bila suku bunga pinjaman-bank + provisi lebih rendah
dari bunga pajak, maka akan lebih efisien bila menggunakan pinjaman bank untuk
TAX PLANNING Page
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
c) Rekonsiliasi/ekualisasi SPT PPh Badan dengan SPT PPh 23 Hal ini berkaitan
dengan prosedur pengecekan yang dilakukan KPP terhadap jumlah biaya sewa,
bunga, dividen, royalty dan jasa lainnya yang harus dipotong PPh Pasal 23
pada SPT PPh Badan dengan jumlah Dasar Pengenaan Pajak SPT PPh Pasal
23, apakah jumlahnya sama. Jika terdapat material yang bukan objek PPh Pasal
23, harus dilakukan pemisahan antara nilai jasa dan materialnya.
Dilakukan dalam jangka waktu paling lama 1 tahun sejak tanggal laporan
WP badan dalam negeri dan BUT (tidak termasuk perusahaan yang memperoleh
izin menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang dolar
AS) dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan yang berada di
Indonesia, yang telah memenuhi semua kewajiban pajak sampai dengan masa
Aktiva tetap yang direvaluasi adalah (a) Seluruh aktiva tetap berwujud, termasuk
tanah yang berstatus hak milik/hak guna bangunan. (b) Seluruh aktiva tetap
Atas selisih lebih revaluasi aktiva tetap perusahaan di atas nilai sisa buku fiskal
lama untuk 12 bulan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP apabila kondisi
Penghasilan yang bersifat final yang terutang dalam rangka revaluasi aktiva tetap
perusahaan.
b. Masa manfaat fiskal aktiva tetap yang telah dilakukan revaluasi aktiva tetap
perusahaan.
Untuk bagian tahun pajak, sampai dengan bulan sebelum bulan dilakukannya
apabila menjual aktiva tetap yang telah direvaluasi sebelum berakhirnya masa
manfaat baru sejak dilakukannya revaluasi: aktiva tetap kelompok 1 dan 2 serta
tahun, maka atas selisih lebih revaluasi nilai sisa buku fiskal semula, dikenakan
tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan tarif sebesar tarif tertinggi
PPh WP badan dalam negeri yang berlaku pada saat revaluasi dikurangi 10%.
Selisih lebih revaluasi aktiva tetap dapat dikapitalisasi menjadi modal saham, dan
saham tersebut dapat dibagikan kepada pemegang saham berupa saham bonus.
Pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran yang berasal dari
kapitalisasi selisih lebih revaluasi aktiva tetap yang dibagikan kepada pemegang
Semua pinjaman yang diberikan oleh pemegang saham kepada perusahaan akan
terutang bunga dengan tingkat suku bunga wajar, kecuali untuk pinjaman (tanpa
Pinjaman tersebut berasal dar dana milik pemegang saham dan bukan berasal dari
pihak lain
Modal yang seharusnya disetor oleh pemegang saham pemberi pinjaman telah
disetor seluruhnya
kelangsungan usahanya
memenuhi persyaratan di atas, maka pinjaman tersebut terutang bunga dengan tingkat
suku bunga wajar. (Peraturan Pemerintah No. 94 tahun 2010 jo PP45 tahun 2019 dan
Surat Dirjen Pajak No. S-165/PJ.312/1992 tanggal 15 Juli 1992 tentang pinjaman
tanpa bunga dari pemegang saham).
BUNGA PINJAMAN
untuk memutuskan besarnya perbandingan antara utang dan modal perusahaan yang
utang dan modal sangat besar, melebihi batas kewajaran, perusahaan dalam keadaan
terselubung.
Dengan persyaratan :
giro yang atas jasanya dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final
b) Adanya keharusan bagi wajib pajak untuk menempatkan dana dalam jumlah tertentu
pada suatu bank dalam bentuk deposito, berdasarkan ketentuan undang-undang,
sepanjang jumlah deposito dan tabungan tersebut sematamata untuk memenuhi
keharusan tersebut.
Bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk membeli saham tidak Dapat
dibebankan sebagai biaya sepanjang dividen yang diterimanya tidak
merupakan objek pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f.
Pinjaman
dimanfaatkan oleh
1 WP untuk kegiatan Deductible
operasional
perusahaan
Bila Desposito lebih
2 besar dari utang Non Deductible Expense
Non Deductible
Bunga pinjaman Non Deductible
3 Dalam Masa (menjadi komponenn
Kontruksi HPP)
Pemberian Pinjaman
4 Kepada Pemegang Non Deductible
Karyawan
Bunga Pinjaman
5 untuk membeli Non Deductible
saham
Bunga Pinjaman ke Dedctible (Bila Gross
6
Bank Luar Negeri Up)
Dari segi fiskus, penyisihan atau pencadangan penghapusan piutang tak tertagih hanya
diperbolehkan untuk jenis perusahaan tertentu saja, berbeda dengan akuntansu komersil atau
PSAK yang membolehkan setiap perusahaan mencadangka penghapusan piutangb tak
tertagih setiap tahunnya yang bdibukukan menjadi biaya dalam perhitungan laba ruginya.
1) Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan
1. Besarnya cadangan piutang tak tertagih untuk bank umum yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan untuk bank umum yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah ditetapkan dengan tarif 1%, 5%, 15%,
50%, 100%
2. Besarnya cadangan piutang tak tertagih untuk bank perkreditan rakyat yang
1) Besarnya cadangan piutang tak tertagih untuk bank umum yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional dan untuk bank umum yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah ditetapkan dengan tarif 1%, 5%, 15%,
50%, 100%
2) Besarnya cadangan piutang tak tertagih untuk bank perkreditan rakyat yang
5) Besarnya cadangan piutang tak tertagih untuk perusahan sewa guna usaha dengan
hak opsi ditetapkan paling tinggi sebesar 2,5% dari rata-rata saldo awal dan saldo
akhir piutang
ditetapkan paling tinggi sebesar 5% dari rata-rata saldo awal dan saldo akhir
piutang
ditetapkan paling tinggi sebesar 5% dari rata-rata saldo awal dan saldo akhir
piutang
sebesar 40% dari jumlah premi tanggungan sendiri yang diterima atau diperoleh
adalah sebesar 100% dari jumlah klaim yang sudah disepakati tetapi belum
dibayar dan klaim yang sudah dilaporkan dan sedang dalam proses, tetapi tidak
10) Besarnya cadangan premi untuk perusahaan asuransi jiwa ditentukan sesuai
1. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto, sepanjang memenuhi
persyaratan:
B. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
d. adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang
tertentu
1(a)Daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b berbentuk hard copy dan soft copy.
2. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c tidak berlaku untuk piutang
yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil atau debitur kecil lainnya.
3. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) adalah piutang debitur kecil yang jumlahnya tidak melebihi
a. Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra), yaitu kredit lunak untuk usaha
ekonomi produktif yang diberikan kepada Keluarga Prasejahtera dan Keluarga
Sejahtera I yang telah menjadi peserta Takesra dan tergabung dalam kegiatan
kelompok Prokesra-OPPKS;
b. Kredit Usaha Tani (KUT), yaitu kredit modal kerja yang diberikan oleh bank kepada
koperasi primer baik sebagai pelaksana (executing) maupun penyalur (channeling)
atau kepada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai pelaksana pemberian
kredit, untuk keperluan petani yang tergabung dalam kelompok tani guna membiayai
usaha taninya dalam rangka intensifikasi padi, palawija, dan hortikultura;
c. Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS), yaitu kredit yang diberikan
oleh bank kepada masyarakat untuk pemilikan rumah sangat sederhana (RSS);
d. Kredit Usaha Kecil (KUK), yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil;
e. Kredit Usaha Rakyat (KUR), yaitu kredit yang diberikan untuk keperluan modal
usaha kecil lainnya selain KUK; dan/atau
f. Kredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan Bank Indonesia dalam
mengembangkan usaha kecil dan koperasi.
4. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah piutang debitur kecil lainnya yang
jumlahnya tidak melebihi Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
Biaya pra-operasi atau biaya pedirian yang dikeluarkan sebelum operasi komersial
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun yang dikeluarkan sebelum operasi
komersial, pembebanannya melalui amortisasi sesuai dengan masa manfaatnya.
REIMBURSEMENT
▪ Sebagai penggantian pembayaran, buktu harus dibuat atas nama penanggung beban
atau atas nama pihak yang membayarkan lebih dahulu qq penanggung beban
• Jumlahnya nyata-nyata telah dibayarkan, artinya tidak boleh ada mark up atau
mark down
• Terdapat faktur tagihan atau bukti pembayaran yang telah dibayarkaN oleh pihak
kedua kepada pihak ketiga
dominasi Dolar AS
g. Wajib pajak yang berfiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri,
yaitu perusahaan anak yang dimiliki dan atau dikuasai oleh perusahaan induk
mata uang dolar AS oleh wajib pajak hars terlebih dahulu mendapat izin tertulis dari
menteri keuanan, kecuali bagi wajib pajak dalam rangka kontrak karya atau wajib
menggunakan bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat, berlaku
Serikat untuk pertama kali dilakukan dengan bertitik tolak dari Neraca akhir tahun
buku sebelumnya (dalam mata uang rupiah) yang dikonversikan ke mata uang
a. untuk harga perolehan harta berwujud dan atau harta tidak berwujud yang
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun menggunakan kurs yang
pada huruf a menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat perolehan
harta tersebut;
atas nilai selisih lebih dikonversi ke dalam mata uang Dollar Amerika Serikat
revaluasi;
e. untuk laba ditahan atau sisa kerugian dalam mata uang Rupiah dari tahuntahun
dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun buku
f. untuk modal saham dan ekuitas lainnya menggunakan kurs yang sebenarnya
g. dalam hal terdapat selisih laba atau rugi sebagai akibat konversi dari mata
pada huruf a. huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, maka selisih laba atau rugi
a. Untuk transaksi yang dilakukan dengan mata uang Dollar Amerika Serikat,
b. Untuk transaksi, baik dalam negeri maupun luar negeri, yang menggunakan
mata uang selain Dollar Amerika Serikat, dikonversikan ke mata uang Dollar
Mata Uang Asing menjelaskan pengertian transaksi dalam mata uang asing sebagai
suatu transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata
1. membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu
2. menjadi pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana;
atau
Paragraf 7 PSAK tersebut menyatakan bahwa transaksi dalam mata uang asing
Kemudian, dalam paragraf 9 diatur mengenai penggunaan kurs mata uang asing
Pos asset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam
mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat
kesulitan dalam menentukan kurs tanggal neraca, dapat digunakan kurs tengah
neraca, tetapi harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi; dan
Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus
dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut
ditentukan.
Dalam Paragraf 20 PSAK No. 10 ditentukan bahwa selisih kurs Dapat disebabkan
karena suatu devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata uang asing dimana tidak
mungkin dilakukan hedging dan menimbulkan kewajiban yang tak terselesaikan akibat
perolehan aktiva yang harus dibayar dalam suatu mata uang asing. Selisih kurs
tersebut dapat dimasukkan sebagai nilai tercatat (carrying amount) aktiva yang
bersangkutan dengan pengertian nilai tercatat yang disesuaikan tersebut tidak
melampaui jumlah terendah antara biaya pengganti (replacement cost) dan jumlah
yang mungkin diperoleh kembali (amount recoverable) dari penjualan atau
penggunaan aktiva tersebut Alternatif yang dipilih harus diungkapkan secukupnya.
a) Keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing diakui sebagai penghasilan
atau biaya berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan dilakukan secara taat asas
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia.
b) Keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang berkaitan langsung dengan usaha Wajib Pajak yang (a) dikenakan
Pajak Penghasilan yang bersifat final; atau (b) tidak termasuk objek pajak, tidak
diakui sebagai penghasilan atau biaya.
c) Keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing sebagaimana yang
tidak berkaitan langsung dengan usaha Wajib Pajak yang dikenakan Pajak
Penghasilan yang bersifat final; atau tidak termasuk objek pajak, diakui
REKONSILIASI FISKAL
Rekonsiliasi fiskal (Koreksi Fiskal) adalah sebuah lampiran SPT Tahunan PPh berupa
kertas kerja yang berisi penyesuaian antara laba/rugi sebelum pajak menurut
komersial/ pembukuan dengan laba/rugi menurut SPT Tahunan. Ada dua macam
koreksi fiscal :
meningkatnya laba kena pajak yang pada akhirnya akan membuat PPh Badan
a. Biaya yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan usaha perusahaan untuk
c. Biaya yang diakui lebih kecil, seperti penyusutan, amortisasi, dan biaya yang
d. Biaya yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
e. Biaya yang didapat dari penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final
menurunnya laba kena pajak yang membuat PPh badan terhutangnya juga akan
a. Biaya yang diakui lebih besar, seperti penyusutan menurut WP lebih rendah,
b. Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
c. Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final
2. Adanya penghasilan tertentu yang bukan merupakan objek pajak, atau telah
E. LATIHAN SOAL
1. Buat Simulasi Optimalisasi Pembayaran Pajak untuk Penghematan
Pajak.
G. DAFTAR PUSTAKA
1. UU No.7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan
2. KEP 537/PJ/2000
3. PER-24/PJ/2014
4. 242/PMK.03/2014
5. 08/PMK.03/2013
6. PP94 Tahun 2010 jo PP45/2019
7. 191/PMK.03/2015
8. 207/PMK.010/2015
9. Pohan, Chairil Anwar.2016. Manajemen Perpajakan. Jakarta :PT. Gramedia
Pustaka Utama