Kelompok 2
Disusun Oleh:
Nahdiaty 19530014
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
harus dilakukan wajib pajak terkait transaksi dengan pihak ketiga dan penjagaan Cash
tax
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan pada makalah ini
adalah :
PEMBAHASAN
Di akhir tahun pajak, pajak yang telah dipotong atau dipungut dan
telah disetorkan ke kas Negara bisa menjadi pengurang pajak atau kredit pajak
pemungutan.
pemotongan pajak dari pihak ketiga, dimana yang membuat kontrak bisnis
withoulding tax, perusahaan pembeli atau pemilik proyek mau tidak mau
dikenai kewajiban untuk membayar withoulding tax ke kas Negara berikut
tersebut :
Kredit pajak adalah jumlah pembayaran pajak yang telah dibayar wajib pajak
sendiri dalam tahun pajak yang bersangkutan. PPh yang dikreditkan dapat berupa :
PPh Pasal 21 dari pekerjaan ( sebagai kredit pajak si SPT PPh WPOP )
PPh Pasal 22 atas impor, PPh Pasal 22 atas pembelian BBM dari Pertamina
PPh Pasal 23 atas bunga dari non-bank, royalty, jasa professional, jasa teknik,
PPh fiscal luar negri karyawan (setoran atas nama karyawan perusahaan
PPh-nya.
Dalam Pasal 25 Ayat 6 huruf UU PPh Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk
menetapkan penghitungan besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan dalam
hal-hal tertentu, antara lain terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.
besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun
2) Apabila dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya surat
bersangkutan.
sehingga angsuran pajak sejak bulan Oktober sampai dengan Desember 2009 menjadi
nihil, besarnya angsuran pajak yang harus dibayar Wajib Pajak untuk bulan Januari
2010 tetap sama dengan angsuran bulan Desember 2009, yaitu nihil.”
Penjelasan :
Tidak terdapat format khusus tentang bentuk dan isi surat permohonan
1) PPh terutang (tahun pajak 2019) yang menjadi dasar perhitungan PPh Pasal 25
2) Proyeksi PPh terutang tahun pajak 2020 adalah sebesar Rp. 30.000.000.-
PPh terutang tahun pajak 2020 yang menjadi dasar perhitungan PPh Pasal 25
ketentuan formal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) Keputusan Dirjen
Ketentuan Terkait
pembayaran pajak selalu disebut bersamaan dalam peraturan yang sama yaitu Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 dan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-
sama yaitu memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak yang sedang mengalami
kesulitan likuiditas atau sedang dalam keadaan force majeur sehingga sulit melakukan
pembayaran pajak. Perbedannya adalah bahwa jika mengangsur itu membayar pajak
dengan beberapa kali pembayaran, maka menunda adalah hanya mengundurukan tanggal
jatuh tempo saja, sementara jumlah pembayaran pajaknya tetap sekali saja.
Berikut ini adalah ketentuan tentang apa dan bagaimana cara penundaan pembayaran
pajak.
Seperti juga pengangsuran pajak, ada dua jenis pajak yang bisa dimohon untuk
ditunda pembayarannya.
Pertama adalah pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Tagihan Pajak (STP),
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), serta Surat Ketetapan Pajak Kurang
jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. Jatuh tempo pembayaran pajak seperti
ini sebenernya adalah 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkannya produk hokum
tersebut.
Dengan mengajukan permohonan untuk menunda pembayaran pajak atas produk
hokum pajak ini, maka Wajib Pajak mempunyai peluang menolong likuiditas arus
kasnya.
Tahunan Pajak Penghasilan atau biasa disebut PPh Pasal 29. Pembayaran PPh Pasal
29 (jatuh tempo pembayaran) sendiri harus dilunasi sebelum SPT Tahunan Pajak
Tahunan Pajak Penghasilan. Pada umumnya batas waktu penyampaian SPT Tahunan
PPh Badan adalah 30 April dan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi adalah 31 Maret
tahun berikutnya.
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar untuk menunda pembayaran utang
pajak, dalam hal Wajib Pajak mengalami kesulitan likuiditas atau mengalami
keadaan di luar kekuasaannya sehingga Wajib Pajak tidak akan mampu memenuhi
Permohonan Wajib Pajak tersebut harus diajukan secara tertulis paling lama 9
(Sembilan) hari kerja sebelum jatuh tempo pembayaran, disertai dengan alas an
dan bukti yang mendukung permohonan, serta jumlah pembayaran pajak yang
dilampaui dalam hal Wajib Pajak mengalami keadaan di luar kekuasaan Wajib
Pajak sehingga Wajib Pajak tidak mampu melunasi utang pajak tepat pada
waktunya.
Jaminan
Wajib Pajak yang mengajukan permohonan dalam jangka waktu yang melampaui
jangka waktu 9 (Sembilan) hari kerja harus memberikan jaminan berupa garansi
bank sebesar utang pajak yang dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu
penundaan.
Wajib Pajak, Kepala Kantor Pelayanan Pajak atas nama Direktur Jenderal Pajak
menerbitkan keputusan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal
diterimanya permohonan.
Apabila jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja telah terlampaui dan Kepala Kantor
Pembayaran Pajak harus diterbitkan paling lama 5 (lima) hari kerja setelah jangka
Dalam hal permohonan Wajib Pajak disetujui, Kepala Kantor Pelayanan Pajak
sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-38/PJ/2008.
Apabila permohonan Wajib Pajak ditolak, maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Besarnya pelunasan atas penundaan utang pajak ditetapkan sejumlah utang pajak
yang ditunda pelunasannya dan penundaan atas utang pajak dapat diberikan
untuk :
atas utang pajak berupa pajak yang masih harus dibayar dalam STP,
SKPKB, SKPKBT dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
2) Paling lama sampai dengan bulan terakhir Tahun Pajak berikutnya, untuk
Dalam hal Wajib Pajak disetujui untuk menunda pembayaran pajak kecuali
untuk utang pajak berupa Surat Tagihan Pajak, Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua Persen) per bulan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 ayat (2) UU KUP yang dihitung sejak jatuh tempo pembayaran
penuh 1 (satu) bulan. Bunga tersebut dihitung berdasarkan saldo utang pajak dan
ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan Pajak pada tanggal jatuh tempo
Berikut ini adalah contoh perhitungan bunga atas penundaan pembayaran pajak
Misalkan Wajib Pajak menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
sebesar Rp1.120.000,00 yang diterbitkan pada tanggal 2 Januari 2009 dengan batas
akhir pelunasan tanggal 1 Februari 2009. Kemudian Wajib Pajak diperbolehkan untuk
Sanksi administrasi berupa bunga atas penundaan pembayaran Surat Ketetapan Pajak
Rp112.000,00.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih
perusahaan. Hal ini mengakibatkan pajak sangat mempengaruhi keputusan bisnis perusahaan,
sehingga wajar jika perusahaan berusaha untuk meminimalkan pembayran pajak. Beban
pajak yang minimal, berarti akan meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan, serta
memperbaiki posisi keuangan sehingga dapat meningkatkan laba laba bersih perusahaan.
Oleh karena itu, sudah seharusnya perusahaan melakukan upaya-upaya agar jumlah
pajak terhutang menjadi seefisien mungkin. Upaya perusahaan untuk meminimalkan beban
pajak ini sering juga disebut dengan Perencanaan Pajak ( Tax Planning ).
Tujuan utama perencanaan pajak ini adalah untuk mengetahui seberapa besar penghematan
yang bisa dilakukan oleh perusahaan dalam melakukan pembayaran pajak dimasa yang akan