Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN MATERI

MATA KULIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN

AKUNTANSI PERPAJAKAN UTANG PIUTANG PAJAK

ISMAYANTI
0004.04.33.2022

MAGISTER AKUNTANSI
PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA (UMI)
KOTA MAKASSAR
2022
Akuntansi Perpajakan Utang Piutang Pajak

Sebelum membahas terkait akuntansi perpajakan tentang Utang Piutang Pajak, mari
mengingat tentang dasar konsep dasar akuntansi perpajakan yang secara umum di atur
dalam Standar Akuntansi Keuangan di indonesia berdasarkan PSAK 46 tentang Pajak
Penghasilan.

Akuntansi pajak jika melihat dari aturan menyimpulkan bahwa pengakuan dan pengukuran
yang di terapkan oleh perusahaan di dalam menyiapkan SPT, seperti guna menentukan
penghasilan kena pajak (Taxable Profit) dan Rugi Fiskall (Tax Loss) di dalam satu periode
pembukuan.

Ketersinggungan antara akuntansi dan pajak berawal dari bukti transaksi atau sering di sebut
dengan siklus akuntansi pajak. Siklus akuntansi pajak sendiri merupakan proses pencatatan
yang dimulai dari analisis bukti transaksi sampai dengan penyusunan laporan keuangan dan
laporan pajak setiap periode. Maka perusahaan cenderung menerapkan akuntansi yang sudah
sesuai dengan peraturan pajak atau sering di sebut Akuntansi Perpajakan. Dengan demikian
akuntansi pajak menekankan pada penyusunan SPT dan pertimbangan konsekuensi dalam
perpajakan pada transaksi guna untuk kewajiban perpajakan (Tax Compliance).

Dengan demikian telah dijelaskan terkait ketersingungan antara akuntansi dan pajak berawal
dari transaksi yang bisa di lihat dari siklus akuntansi pajak. Jika menurut akuntansi semua
bukti transaksi langsung di catat jurnal, sedangkan menurut pajak bukti transaksi terlebih
dahulu di pilah mana yang termasuk transaksi yang kena pajak dan mana transaksi yang
tidak kena pajak. Oleh karena itu, kita harus melihat dulu aturan pajak berupa Undang-
Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 dan Undang-Undang Nomor 42 Tahun
2009 sekarang telah di sempurnakan di Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021.

Secara umum pajak dibagi menjadi dua. Pertama, pajak di kenakan atas objek nya
dan kedua pajak dikenakan atas subjeknya. Dengan demikian pajak yang dikenakan atas
objek nya berupa barang dan transaksi misalnya objeknya tanah atau sering di kenal pajak
tanah, objek bangunan juga di kenal pajak bumi dan bangunan. Oleh karena itu pajak atas
objeknya biasa di sebut dengan pajak tidak langsung. Sedangkan pajak yang dikenakan atas
subjeknya, subjeknya itu bisa Orang Pribadi atau Badan Hukum. Sebagai contohnya adalah
pajak penghasilan. Jika seseorang sebagai karyawan di PT. ABC dan mendapatkan gaji
sebesar 10 juta, kemudian gaji tersebut di transfer ke rekening sebesar Rp 9.800.000 karena
di potong pajak PPh 21 sebesar Rp 200.000. Karyawan tersebut di paksa bayar pajak karena
undang-undang, sehingga pajak ini tidak bisa dialihkan ke subjek pajak lainnya. Oleh karena
itu pajak atas subjeknya biasa di sebut dengan pajak langsung.

Dimana negara indonesia memberlakuan cara pemungutan pajak dengan sistem wiholding
Tax dan Self Assessment. Oleh karena itu, pemotong berarti mengurangi pembayaran yang
berkaitan dengan jumlah yang di terima kepada pemberi penghasilan. Contohnya ialah PPh
21, PPh 23 dan PPh 26 dan PPh 4 Ayat 2. Sedangkan pemungut berarti memungut atau
menambah berkaitan dengan jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya di terima. Dalam
hal ini pemungutan di lakukan oleh penerima penghasilan, namun ada kondisi pihak pemberi
penghasilan misalnya; pemungutan pajak PPh 22 yang di lakukan oleh bendaharawan
pemerintah. Dengan demikian pemungutan dan pemotongan pajak harus memperhatikan
Objek pajak di setiap bukti transaksi.

PPh Pasal 21: Pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, yang di terima
oleh wajib pajak Orang Pribadi dalam negeri.

PPh Pasal 23 : Pajak atas penghasilan yang sehubungan dengan penggunaan jasa/harta.

PPh Pasal 15 : Pajak atas penghasilan yang di terima perusahaan pelayaran dan penerbangan
internasional yang bersifat final.

PPh Pasal 4 Ayat 2: pajak atas penghasilan terima yang bersifat final, seperti Bunga
deposito, pengalihan harta, penghasilan sewa bangunan.

PPh Pasal 22: Pajak atas penghasilan sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan
barang dan kegiatan impor atau kegiatan usaha lainnya.

PPh Pasal 25 : Pajak yang dibayarkan secara angsuran oleh wajib pajak yang nantinya akan
diperhitungkan sebagai kredit pajak saat perhitungan pajak penghasilan Badan.

PPh Pasal 26 : Pajak atas penghasilan yang di terima oleh Subjek Pajak wajib Pajak Luar
Negeri.

Karakteristik Pajak PPh Penghasilan.


PPh sebagai Pajak Subjektif, maksudnya ialah pajak penghasilan yang di kenakan pada
orang atau badan /subjeknya tanpa bisa di alihkan ke pihak lain.
PPh Sebagai pajak Langsung, maksudnya pajak penghasilan yang sifatnya langsng di
bebankan kepada subjek tanpa bisa di alihkan ke pihak lain.
Penetapan Objek secara luas, maksudnya sistem pemajakannya yang berbasis pada
penghasilan yaitu sistem perpajakan secara global yang berarti apapun pokok nya semua
jenis penghasilan kena pajak baik sumbernya dari indonesia maupun luar negeri , maka
disini nantinya akan menjadi definsi pengertian penghasilan di pasal 4 ayat 1 Undang-
Undang PPh.

2. Karakteristik Pajak PPn

Merupakan pajak atas konsumsi,maksudnya pajak ini di kenakan pada pihak


konsumen atau pembeli,sehingga beban ppn di tanggung oleh konsumen akhir.
Merupakan pajak tidak langsung, maksdunya pajak ini di kenakan kepada pihak konsumen
ahir yang membeli barang sedangkan pihak yang bertanggung jawab melakukan pembayaran
kenegara bukanlah pembeli melainkan pengusaha kena pajak yang menjual. Oleh karena itu
merupakan pajak tidak langsung karena berbeda antara penyetor dan yang
membayarkannya.
Merupakan pajak objektif, maksudnya ppn tidak akan melihat sebagai subjek pajak
akan tetapi dari objek pajaknya. Sehingga setiap konsumen melakukan transaksi pembelian
BKP/JKP akan di kenakan PPN. Pengunaan tarif tunggal 11 % per April 2022. Berbeda
dengan tarif PPh 21 yang mempuyai tarif progresif, dan PPn tetap menggunakan tarif tuggal
11%. Konsumen akhir disini akan bertanggung jawab atas pembayaran PPn 11% dari setiap
pembelian tersebut.
Pajak konsumsi BKP/JKP di dalam negeri, maksudnya pajak tersebut di kenakan atas
konsumsi barang atau jasa kena pajak dalam negeri seperti transaksi impor. Selain itu juga
di terapkan atas pemanfaatan Barang/jasa tidak berwujud diluar daerah kepabean yang
dimanfaatkan di dalam negeri.
Indirect Subtraction Method, maksudnya mekanisme perhiungan pada PPn
mengunakan metode pegurangan secara tidak langsung. Oleh karena itu pihak pengusaha
kena pajak bisa mengkreditkan pajak masukan atas barang atau jasa kena pajak yang
berbeda.
3. Tax Treaty

a. Merupakan perjanjian pajak bilateral yang mengatur terkait pembagian hak dan
pemajakan yang diperoleh penduduk dari salah satu atau kedua negara yang
menyepakatinya.
b. Tujuannya dari Tax Treaty ialah menghapus atau mencegah penggenaan pajak berganda
dan mencegah penyelewengan pajak (Pertukaran Informasi).
c. Apabila ada pertentangan antara UU PPh dengan P3B, maka yang di dahulukan adalah
aturan aturan yang ada di P3B atau aturan P3B di nomor satukan.
d. Syarat pemanfaatan tax Treaty:
Subjek yang menerima penghasilan bukan wajib pajak dalam negeri Subjek pajak
luar negeri mengajukan SKD WPLN sesuai dengan persyaratan administrasi tertentu sesuai
PER-25/PJ/2018. Tidak ada unsur indikasi penyalahgunaan P3B Subjek Pajak yang
menerima ialah Beneficial Owner. Tarif di P3B dan tarif di UU PPh berbeda dan secara
umum tarif P3B lebih kecil. Dari sistem pemungutan pajak Witholding Tax dan Self
Assessment memungkinkan timbulnya pengakuan Piutang Pajak dan Utang pajak.
Dimana piutang pajak muncul akibat jumlah yang dibayar lebih besar dari yang
seharusnya terutang dan dari pemotongan pihak ketiga yang menimbulkan kredit pajak lebih
besar dari pajak terutan di perhitungan PPh Badan. Sedangkan hutang pajak muncul dari
pemotongan yang di lakukan atas penghasilan yang di bayarkan ke pihak penerima
penghasilan, sehingga masih ada pajak yang harus di bayarkan ke nergara atas pemotongan
penghasilan tersebut. Sehingga pelaporan di pembukuannya bisa di gambarkan sebagai
berikut :
Aktiva
Piutang Pajak
Pajak di bayar dimuka
PPn Masukan
PPh 21
PPh 22
PPh 23
PPh 25

Kewajiban
Hutang Pajak
PPN Keluaran
PPh 21
PPh 23
PPh 25
PPh 26
PPh 29

Pencatatan Piutang & Utang Pajak.

1. PPN

Jika transaksi penjualan di bulan 19 Mei 2022 sebesar Rp 20.000.000


Jurnal : (D) Piutang Usaha 22.200.000
(K) Penjualan 20.000.000

Jika WP melakuan pembelian barang dagang dengan Pajak Masukan Rp 1.650.000


Jurnal : (D) Pembelian Barang Dagang 15.000.000
(D) Pajak Masukan 1.650.000

Jurnal saat penyetoran ke negara di bulan berikutnya


Jurnal : (D) PPn Keluaran 2.200.000
(K) Pajak Masukan 1.650.000
(K) Bank 550.000

2. PPh 26

Jika transaksi pembayaran Konsultasi IT ke Wajib pajk Luar Negeri di bulan 19 Mei 2022
sebesar Rp 20.000.000 dengan asumsi WPLN tidak melampirkan DGT 1
Jurnal : (D) Biaya Jasa Konsultasi IT 20.000.000
(K) Utang PPh 26 4.000.000
(K) Bank 16.000.000

Jika transaksi pembayaran Konsultasi IT ke Wajib pajk Luar Negeri di bulan 19 Mei 2022
sebesar Rp 20.000.000 dengan asumsi WPLN melampirkan DGT 1

Jurnal : (D) Biaya Jasa Konsultasi IT 20.000.000


(K) Utang PPh 26 2.000.000
(K) Bank 18.000.000
3. PPh 25

Jika pph 25 angsuran Masa April 2022 yang telah di tentukan atas pelaporan SPT tahun
2021 yakni Rp 10.000.000
Jurnal : (D) Pajak Dibayar Dimuka PPh 25 10.000.000
(K) Bank 10.000.000

4. PPh 29

Jika pph 29 terutang di tahun 2021 sebesar 100.000.000 denga kredit pajak PPh 23 sebesar
60.000.000 dan kredit pajak pph 23 sebesar 25.000.000 maka di catat di periode desember
2021:

Jurnal : (D) Biaya Pajak Penghasilan 100.000.000


(K) Pajak Dibayar Dimuka 85.000.000
(K) Utang PPh 29 15.000.000

5. PPh 4 Ayat 2

Jika Pembayaran Sewa Gudang di bulan 19 Mei 2022 sebesar Rp 50.000.000

Jurnal : (D) Biaya Sewa Gudang 50.000.000


(D) Pajak Masukan 5.500.000
(K) Utang PPh 4 Ayat 2 5.500.000
(K) Bank 50.000.000

Kesimpulannya
ialah jika pembukuan akuntansi pajak menjadi salah satu sumber tax dispute yang terjadi di
dalam praktik di saat-saat ini. Dari sisi perpajakan, akuntansi pajak tidak terlepas dari basis
pemajakan yang mengacu pada pajak perusahaan (Corporate). Sedangkan dari sisi
akuntansi, istilah akuntansi yang berarti mempertanggung jawabkan muncul ketika didalam
bisnis ada pemisahan antara pengelola (manajemen) dan pemilik modal (Investor). Maka
untuk memigasi nya di perlukan pencatatan laporan keuangan sesuai dengan aturan
perpajakan yang berlaku guna menguji kepatuhan tax compliance wajib pajak.

Anda mungkin juga menyukai