Anda di halaman 1dari 14

PPH PASAL 24

DAN 25
HUKUM PAJAK

KELOMPOK 11
ANGGOTA:
Catur Maltaruna 2000011347
Fikri Fansura 2000011201
Muhammad Ridho Anggia 200001149
Sumarlin 2000011274
PPH PASAL 24

● PPh Pasal 24 diartikan sebagai peraturan yang mengatur hak Wajib Pajak untuk
memanfaatkan kredit pajak mereka di luar negeri, untuk mengurangi nilai pajak
terutang yang dimiliki di Indonesia.

● “Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar
negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri, boleh
dikreditkan terhadap pajak yang terutang berdasarkan undang-undang ini
dalam tahun pajak yang sama,” bunyi Pasal 24 ayat 1 UU Nomor 36 tahun 2008
tentang PPh.
SUBJEK DAN OBJEK

dalam UU 36/2008, subjek yang termasuk dalam PPh Pasal 24


adalah Wajib Pajak dalam negeri yang terutang pajak atas
seluruh penghasilan—termasuk penghasilan yang diterima atau
diperoleh dari luar negeri. Di sisi lain, yang menjadi objek PPH Pasal
24 adalah penghasilan yang berasal dari luar negeri.
SUMBER PENGHASILAN

Penghasilan dari saham dan surat Penghasilan berupa imbalan yang


berharga lainnya, serta keuntungan berhubungan dengan jasa, pekerjaan,

dari pengalihan saham . serta kegiatan.

Penghasilan berupa bunga, royalti, dan


Pendapatan dari Bentuk Usaha Tetap
sewa yang berkaitan dengan
(BUT) di luar negeri.
penggunaan harta-benda bergerak.

Penghasilan berupa sewa yang Keuntungan dari pengalihan aset yang


berkaitan dengan penggunaan harta- merupakan bagian dari suatu bentuk
benda tidak bergerak. usaha tetap (BUT).
PELAKSANAAN KREDIT PAJAK
Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari
luar negeri

Fotokopi surat pemberitahuan pajak (tax return) yang


Untuk melaksanakan disampaikan di luar negeri
pengkreditan pajak yang
terutang atau dibayar di luar
negeri, Wajib Pajak harus
menyampaikan permohonan
kepada Direktur Jenderal Pajak Dokumen pembayaran pajak di luar negeri
dengan melampirkan:

Penyampaian permohonan kredit pajak yang terutang


atau dibayar di luar negeri tersebut dilakukan
bersamaan dengan penyampaian SPT tahunan PPh
PERHITUNGAN
Di tahun 2020, PT Usaha muda memperoleh pendapatan neto dari luar negeri sebesar Rp
200 juta dan penghasilan dalam negeri senilai Rp 300 juta. Sesuai peraturan perpajakan di
negara tersebut, diasumsikan badan usaha ini harus membayar pajak sebesar 15%.

Untuk dapat menghitung total pajak terutang yang harus dibayarkan di Indonesia, maka
Wajib Pajak Badan ini harus menjumlahkan total pendapatan neto keseluruhan:
200+ 300= Rp. 500.000.000
Selanjutnya, total PPh terutang dapat dihitung dengan cara:
15% x Rp 500.000.000 = Rp 75.000.000.000
Setelah mendapat total PPh terutang, maka perlu dihitung jumlah pajak maksimum yang
dapat dikreditkan melalui rumus:
(Penghasilan Neto dari Luar Negeri : Total Penghasilan) x Total PPh Terutang
(Rp 200.000.000 : Rp 500.000.000) x Rp 75.000.000 = Rp 30.000.000
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka total pajak yang dapat dikreditkan Wajib Pajak ini
adalah Rp 30.000.000.
PPH PASAL 25

● PPh pasal 25 adalah pembayaran pajak atas penghasilan yang dibayarkan


secara angsuran tiap bulannya dengan tujuan untuk meringkankan beban
Wajib Pajak yang kesulitan untuk melunasi pajak terutang dalam rentang waktu
satu tahun.

● PPh pasal 25 berisikan aturan mengenai bagaimana wajib pajak mengangsur


kewajiban pajak di muka, sehingga wajib pajak tidak memiliki beban utang
pajak yang besar dan harus dibayar saat batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan. Kewajiban angsuran pajak ini
muncul ketika wajib pajak memiliki utang pajak penghasilan yang kurang
dibayarkan di Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.
SUBJEK DAN OBJEK

Untuk subjek pajak PPh Pasal 25 sendiri terbagi menjadi dua, yaitu Wajib
Pajak Orang Pribadi dengan kegiatan usaha, baik itu pedagang maupun
penyedia jasa dan Wajib Pajak Badan usaha yang melakukan kegiatan
usaha atau bisnis.
Sementara itu, objek PPh Pasal 25 adalah penghasilan yang diperoleh oleh
Wajib Pajak baik itu pribadi maupun badan usaha dari kegiatan usaha atau
bisnis yang mereka lakukan.
TARIF PPH PASAL 25

Besar angsuran PPh Pasal 25 adalah PPh terutang berdasarkan SPT PPh Tahun
pajak sebelumnya dikurangi PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, dan PPh Pasal 25, kemudian
dibagi dengan jumlah bulan dalam tahun pajak sebelumnya. Secara matematis,
perhitungan PPh Pasal 25 dapat ditulis sebagai berikut.

PPh Pasal 25 = (PPh Terutang SPT Tahun Pajak Lalu - PPh Pasal 22, 23, dan 25) / 12.
PERHITUNGAN PPH PASAL 25 ORANG PRIBADI

Pajak Penghasilan Bapak wisnu berdasarkan SPT Tahun 2020 adalah sebesar Rp50 juta.
Sementara itu, terdapat sejumlah pajak yang telah dipotong oleh pihak ketiga di tahun
2020 dengan detail sebagai berikut:

Pemotongan PPh Pasal 21 melalui pemberi kerja sebesar Rp15 juta


Pemotongan PPh Pasal 22 oleh pihak lain sebesar Rp10 juta
Pemotongan PPh Pasal 23 oleh penyelenggara kegiatan sebesar Rp2,5 juta
PPh Pasal 24 untuk pembayaran kredit PPh luar negeri sebesar Rp7,5 juta
PERHITUNGAN PPH PASAL 25 ORANG PRIBADI

Berdasarkan informasi tersebut, perlu diketahui terlebih dahulu jumlah kredit pajak di tahun
2020 dari bapak wisnu, yaitu:
Kredit Pajak
= Pemotongan PPh Pasal 21 + Pasal 22 + Pasal 23 + Pasal 24
= Rp15 juta + Rp10 juta + Rp2,5 juta + Rp7,5 juta
= Rp35 juta

Dasar Perhitungan Angsuran Besar Angsuran/bulan


= Pajak Penghasilan di Tahun 2020 - Kredit Pajak = Rp15 juta / 12
= Rp50 juta - Rp35 juta = Rp1,25 juta
= Rp15 juta
PERHITUNGAN PPH PASAL 25 BADAN USAHA
PT Usaha Muda memiliki Pajak Penghasilan Terutang sebesar Rp125 juta di tahun 2020 dengan detail pajak
yang telah dipotong atau dipungut pihak ketiga sebagai berikut.
Pemotongan PPh Pasal 22 sebesar Rp30 juta
Pemotongan PPh Pasal 23 sebesar Rp15 juta
PPh Pasal 24 untuk pembayaran kredit PPh luar negeri sebesar Rp40 juta.

Kredit Pajak
= Pemotongan Pasal 22 + Pasal 23 + Pasal 24
= Rp30 juta + Rp15 juta + Rp40 juta
= Rp85 juta

Besar Angsuran/bulan
Dasar Perhitungan Angsuran
= Rp40 juta / 12
= Pajak Penghasilan di Tahun 2020 - Kredit Pajak
= Rp3,33 juta
= Rp125 juta - Rp85 juta
= Rp40 juta
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai