Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK 8

Nama : 1. Donny Tirtana Afrizal

2. Isril Gunawan

Kelas/Sms : 3 ASA / 3
Mata Kuliah : Perpajakan
Dosen Pengasuh : Susanti, S.E, M.Ak

PPh Pasal 24

A. Pengertian PPh Pasal 24


PPh Pasal 24 adalah peraturan yang mengatur hak wajib pajak dalam negeri (WPDN) untuk
mengkreditkan pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri
terhadap total pajak penghasilan terutang dalam suatu tahun pajak yang sama.

Jumlah pajak yang harus dibayar di Indonesia dapat dikurangi dengan jumlah pajak yang telah
mereka bayar di luar negeri, asalkan nilai kredit pajak di luar negeri tidak melebihi hutang pajak
yang ingin dibayar di Indonesia. Pemanfaatan kredit pajak di luar negeri ini dimaksudkan agar
wajib pajak tidak terkena pajak ganda.

Sumber Penghasilan Apa Yang Dikenai PPh Pasal 24?

Sumber penghasilan kena pajak yang dapat digunakan untuk memotong hutang pajak Indonesia
adalah sebagai berikut:

 Pendapatan dari saham dan surat berharga lainnya, serta keuntungan dari pengalihan
saham dan surat berharga lainnya
 Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-
benda bergerak
 Penghasilan berupa sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-benda tidak bergerak
 Penghasilan berupa imbalan yang berhubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
 Pendapatan dari Bentuk Usaha Tetap (BUT) di luar negeri
 Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda
keikutsertaan dalam pembiayaan atau pemanfaatan di sebuah perusahaan pertambangan
 Keuntungan dari pengalihan aset tetap
 Keuntungan dari pengalihan aset yang merupakan bagian dari suatu bentuk usaha tetap
(BUT).

Jika nilai pajak di luar negeri yang telah Anda gunakan sebagai kredit pajak di Indonesia, telah
berkurang atau dikembalikan kepada Anda, sehingga nilai kredit Anda kurang untuk menutup
pajak terhutang Anda di sini, maka Anda harus membayar jumlah terhutang tersebut ke kantor
pelayanan pajak Indonesia.

Apabila penghasilan luar negeri mengalami perubahan, maka wajib pajak diharuskan
melakukan pembetulan SPT tahun pajak yang bersangkutan.

B. Permohonan Kredit Pajak Luar Negeri

Permohonan Kredit Pajak Luar Negeri (PPh Pasal 24) adalah permohonan yang diajukan oleh
wajib pajak kepada Direktur Jenderal Pajak untuk memperhitungkan pajak yang dibayar atau
terutang di luar negeri terhadap pajak yang terutang di Indonesia.

Permohonan ini diperlukan untuk menghindari pengenaan pajak berganda atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh oleh wajib pajak dari luar negeri.

Berdasarkan Pasal 24 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan


sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, wajib pajak
luar negeri yang memiliki penghasilan dari Indonesia dapat memperhitungkan pajak yang
dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan tersebut terhadap pajak yang terutang di
Indonesia.
Perhitungan kredit pajak luar negeri dilakukan dengan cara membandingkan pajak yang dibayar
atau terutang di luar negeri dengan pajak yang terutang di Indonesia. Pajak yang lebih kecil dari
kedua pajak tersebut yang dapat dikreditkan.

Untuk mengajukan permohonan kredit pajak luar negeri, wajib pajak harus menyampaikan
permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan melampirkan dokumen-dokumen berikut:

 Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri;


 Foto kopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri;
 Dokumen pembayaran pajak di luar negeri.

C. Penggabungan Penghasilan
Penggabungan penghasilan dalam PPh pasal 24 adalah proses menggabungkan penghasilan
yang berasal dari luar negeri dengan penghasilan yang diperoleh di Indonesia. Penggabungan
penghasilan ini dilakukan untuk menghindari pengenaan pajak ganda.

Penggabungan penghasilan dilakukan dalam tahun pajak digabungkannya penghasilan tersebut.


Penggabungan penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya penghasilan
tersebut (accrual basis). Penggabungan penghasilan lainnya dilakukan dalam tahun pajak
diterimanya penghasilan tersebut (cash basis).

Berikut adalah contoh penggabungan penghasilan dalam PPh pasal 24:

 Seorang WNI bekerja di luar negeri dan memperoleh penghasilan sebesar Rp100 juta.
Pada tahun yang sama, WNI tersebut juga memperoleh penghasilan dari usaha di Indonesia
sebesar Rp50 juta. Penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri dan penghasilan dari
usaha di Indonesia dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya penghasilan tersebut, yaitu tahun
berjalan.

 Seorang WNI memiliki saham di perusahaan luar negeri. Pada tahun yang sama, WNI
tersebut menerima dividen dari saham tersebut sebesar Rp50 juta. Penggabungan penghasilan
dividen dari saham di luar negeri dilakukan dalam tahun pajak diterimanya penghasilan tersebut,
yaitu tahun berjalan.

Untuk dapat memanfaatkan kredit pajak luar negeri, wajib pajak harus memenuhi syarat-syarat
berikut:

 Wajib pajak telah memenuhi kewajiban perpajakannya di luar negeri.


 Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri adalah pajak yang bersifat final atau pajak
yang bersifat tidak final yang bersifat umum.
 Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan yang sama dengan
penghasilan yang diterima atau diperoleh di Indonesia.

Jika wajib pajak memenuhi syarat-syarat tersebut, maka pajak yang dibayar atau terutang di
luar negeri dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia. Kredit pajak luar negeri
dibatasi sebesar penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-Undang PPh.

Berikut adalah contoh penghitungan kredit pajak luar negeri:

 Wajib pajak memperoleh penghasilan dari usaha di Indonesia sebesar Rp100 juta dan
memperoleh penghasilan dari usaha di luar negeri sebesar Rp50 juta. Pajak yang terutang atas
penghasilan dari usaha di Indonesia adalah Rp25 juta. Pajak yang dibayar atau terutang di luar
negeri atas penghasilan dari usaha di luar negeri adalah sebesar Rp10 juta.

Pajak yang dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia adalah sebesar Rp10
juta, yaitu sebesar kredit pajak luar negeri yang paling rendah antara penghitungan pajak yang
terutang berdasarkan Undang-Undang PPh dan pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri.

Dengan demikian, pajak yang terutang yang harus dibayar oleh wajib pajak adalah sebesar
Rp15 juta, yaitu sebesar Rp25 juta - Rp10 juta.
D. Ketentuan Perhitungan Penghasilan Kena Pajak & Penentuan Kredit
 Ketentuan Perhitungan Penghasilan Kena Pajak
Berdasarkan Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh), atas pajak yang
dibayar atau terutang di luar negeri yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri boleh
dikreditkan terhadap pajak yang terutang dalam tahun pajak yang sama.
Penghitungan kredit pajak luar negeri dilakukan dengan cara mengalikan pajak yang dibayar atau
terutang di luar negeri dengan perbandingan antara penghasilan yang diterima atau diperoleh dari
sumber penghasilan di luar negeri terhadap penghasilan kena pajak (PKP).

Penjelasan Pasal 24 ayat (1) UU PPh menjelaskan bahwa penghasilan kena pajak dalam hal ini
adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri, baik dari dalam
negeri maupun dari luar negeri.

Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri harus dihitung tersendiri dan
dijumlahkan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh dari dalam negeri untuk
menentukan PKP.

 Penentuan Kredit Pajak

Jumlah kredit pajak luar negeri tidak boleh melebihi jumlah yang dihitung menurut
perbandingan antara penghasilan dari luar negeri terhadap PKP dikalikan dengan pajak yang
terutang atas PKP.

Secara matematis, perhitungan kredit pajak luar negeri dapat dirumuskan sebagai berikut:

Kredit Pajak Luar Negeri = Pajak yang Dibayar atau Terutang di Luar Negeri x (Penghasilan
dari Luar Negeri / PKP)

Misalnya, seorang wajib pajak dalam negeri memiliki penghasilan kena pajak dari dalam negeri
sebesar Rp100 juta dan penghasilan kena pajak dari luar negeri sebesar Rp50 juta. Pajak yang
dibayar atau terutang di luar negeri sebesar Rp20 juta.
Berdasarkan perhitungan di atas, kredit pajak luar negeri yang dapat dikreditkan adalah sebesar:

Kredit Pajak Luar Negeri = Rp20 juta x (Rp50 juta / Rp150 juta)
= Rp6,667 juta

Jadi, pajak yang terutang wajib pajak dalam negeri tersebut adalah sebesar:

Pajak Terutang = Rp100 juta x 15%


= Rp15 juta

Kredit pajak luar negeri sebesar Rp6,667 juta tersebut dapat mengurangi pajak terutang wajib
pajak dalam negeri menjadi sebesar:

Pajak Terutang - Kredit Pajak Luar Negeri


= Rp15 juta - Rp6,667 juta
= Rp8,333 juta

 Ketentuan Khusus
Ada beberapa ketentuan khusus yang perlu diperhatikan dalam penghitungan kredit pajak luar
negeri, yaitu:
 Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri harus merupakan pajak atas penghasilan
yang bersifat final atau bersifat tidak final.
 Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri harus merupakan pajak yang telah dibayar
atau terutang secara sah dan nyata.
 Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri harus merupakan pajak yang telah dipotong
atau dipungut oleh pihak lain.

Apabila ketentuan khusus tersebut tidak dipenuhi, maka kredit pajak luar negeri tidak dapat
dikreditkan.
E. Pajak Luar Negeri Pasal 24
Pajak luar negeri Pasal 24 adalah peraturan yang mengatur hak wajib pajak dalam negeri untuk
memanfaatkan kredit pajak di luar negeri. Berdasarkan UU PPh, atas pajak yang dibayar atau
terutang di luar negeri yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri boleh dikreditkan
terhadap pajak yang terutang dalam tahun pajak yang sama.

 Tujuan Pajak Luar negeri Pasal 24


Tujuan dari Pajak Luar Negeri Pasal 24 adalah untuk menghindari pengenaan pajak berganda
(double taxation) atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri dari
luar negeri.

 Syarat Wajib Pajak Untuk Mengkredit Pajak Luar Negeri


Syarat Wajib Pajak untuk mengkredit pajak luar negeri adalah sebagai berikut:
 Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertempat tinggal atau berkedudukan
di Indonesia.
 Wajib pajak telah membayar atau terutang pajak di luar negeri atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh dari luar negeri.
 Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri tersebut merupakan penghasilan
yang terutang pajak di Indonesia.

 Menghitung Kredit Pajak Luar Negeri

Kredit pajak luar negeri dihitung berdasarkan jumlah pajak yang dibayar atau terutang di luar
negeri, dengan ketentuan sebagai berikut:

 Jumlah pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri harus sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan di negara tempat penghasilan tersebut diperoleh.
 Jika terdapat perjanjian pajak penghasilan (P3B) antara Indonesia dengan negara tempat
penghasilan tersebut diperoleh, maka ketentuan P3B tersebut yang harus diikuti.
 Jika tidak terdapat P3B antara Indonesia dengan negara tempat penghasilan tersebut
diperoleh, maka jumlah pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri dihitung
berdasarkan ketentuan umum yang berlaku di negara tersebut.

Contoh Perhitungan Kredit Pajak Luar Negeri

Misalkan, seorang Wajib Pajak Indonesia memperoleh penghasilan dari luar negeri sebesar
Rp100.000.000. Atas penghasilan tersebut, Wajib Pajak tersebut telah membayar pajak di luar
negeri sebesar Rp20.000.000.

Jika antara Indonesia dan negara tempat penghasilan tersebut diperoleh terdapat P3B, maka
jumlah kredit pajak luar negeri yang dapat dikreditkan adalah sebesar Rp20.000.000.

Namun, jika antara Indonesia dan negara tempat penghasilan tersebut tidak terdapat P3B, maka
jumlah kredit pajak luar negeri yang dapat dikreditkan adalah sebesar Rp20.000.000, tetapi tidak
melebihi pajak yang terutang di Indonesia atas penghasilan tersebut.

Misalkan, pajak yang terutang di Indonesia atas penghasilan tersebut adalah sebesar
Rp30.000.000, maka jumlah kredit pajak luar negeri yang dapat dikreditkan adalah sebesar
Rp30.000.000.

Ketentuan Lainnya
 Kredit pajak luar negeri dapat diajukan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh.
 Kredit pajak luar negeri yang tidak digunakan dalam tahun pajak yang bersangkutan
dapat dikreditkan pada tahun-tahun pajak berikutnya.
Contoh Soal & Jawaban PPh Pasal 24 :

 Perhitungan Kredit Pajak Luar Negeri (PPh Pasal 24)

Kasus dan Pertanyaan:


PT Sinar Gemilang di Semarang memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2014 sebagai
berikut:
Penghasilan dalam negeri Rp400.000.000
Penghasilan dari Vietnam (tarif pajak 20%) Rp200.000.000
Hitunglah PPh Pasal 24 atau kredit pajak luar negeri dari PT Sinar Gemilang tahun 2014?

 Penghitungan PPh Pasal 24 Jika Terjadi Kerugian Usaha di Dalam Negeri

Kasus dan Pertanyaan:


PT Selera Rakyat berkedudukan di Indonesia memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2015
sebagai berikut:
Di Belanda memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp600.000.000 (tarif pajak yang
berlaku 30%). Di dalam negeri menderita kerugian sebesar Rp200.000.000
Hitunglah PPh Pasal 24 atau kredit pajak luar negeri dari PT Sinar Gemilang tahun 2014?
 Perhitungan PPh Pasal 24 Jika Terjadi Kerugian Usaha di Luar Negeri

Kasus dan Pertanyaan:


PT Selaras Abadi pada tahun 2013 memperoleh penghasilan neto sebagai berikut:
Di Thailand memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp300.000.000 (tarif pajak yang
berlaku 40%). Di Jerman menderita kerugian sebesar Rp500.000.000 (tarif pajak yang berlaku
25%). Di dalam negeri memperoleh laba usah sebesar Rp500.000.000
Hitunglah PPh Pasal 24 atau kredit pajak luar negeri dari PT Sinar Gemilang tahun 2014?
SUMBER MATERI
https://pertapsi.or.id/contoh-soal-perhitungan-pph-pasal-24

https://www.pajakku.com/read/5ecf803517946d2a32e32892/Kredit-Pajak-Luar-Negeri-(PPh-
Pasal-24)

https://www.pajakku.com/read/63b3e819b577d80e80fd872a/Glosarium-Pajak:-PPh-Pasal-24

https://www.online-pajak.com/tentang-pph-final/pph-pajak-penghasilan-pasal-24

https://klikpajak.id/blog/2-tahap-mudah-menghitung-kredit-pajak-luar-negeri/#:~:text=PPh
%20Pasal%2024%20mengatur%20mengenai,dalam%20tahun%20pajak%20yang%20sama.

Anda mungkin juga menyukai