Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia dalam meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakatnya


secara terus menerus berusaha melakukan pembangunan nasional. Pembangunan
nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang
meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan
tugas mewujudkan tujuan nasional, yaitu masyarakat adil dan makmur. Dalam
melaksanakan pembangunan nasional ini salah satu sumber pembiayaan
pembangunan yang berasal dari penerimaan dalam negeri yang potensial untuk terus
digali dan ditingkatkan adalah penerimaan dari sektor perpajakan.Pajak merupakan
salah satu sektor penghimpun dana terbesar dari masyarakat.

Pada dasarnya wajib pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruh
penghasilan, termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.
Untuk meringankan beban pajak ganda yang dapat terjadi karena pengenaan pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri, ketentuan ini mengatur
tentang prhitungan besarnya pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di
luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang atas seluruh
penghasilan wajib pajak dalam negeri.

Ketentuan pasal 24 UU PPh mengatur tentang perhitungan besarnya pajak atas


pengasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap
pajak penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak dalam negeri.
Pengkreditan pajak luar ngeri dilakukan dalam tahun digabungkannya penghasilan
dari luar negeri dengan penghaasilan di Indonesia. Indonesia menganut tax credit
yang ordinary method dengan menerapkan per country limitation. Ketentuan pasal 25
UU PPh mengatur tentang penghitungan besarnya angsuran bulanan yang harus
dibayar sendiri oleh wajib pajak dalam tahun berjalan

1
Pajak penghasilan pasal 24 adalah pajak yang dipungut diluar negeri atas
penghasilan wajib pajak luar negeri. Pajak yang di bayar diluar negeri atas
penghasilan luar negeri yang diperoleh wajib pajak dalam negeri (WPDN) boleh
dikreditkan dengan pajak yang terutang dalam tahun pajak yang sama, sebesar pajak
yang dibayarkan di luar negeri tersebut tapi tidak boleh melebihi perhitungan pajak
yang terutang berdasarkan undang-undang No 10 tahun 1994. Untuk itu harus dicari
balas maksimum kredit pajak luar negeri (KPLN)

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian pajak penghasilan menurut pasal 24?
2. Bagaimana cara menghitung pajak penghasilan menurut pasal 24?
3. Apa pengertian pajak penghasilan menurut pasal 25?
4. Bagaimana cara menghitung pajak penghasilan menurut pasal 25?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian pajak penghasilan menurut pasal 24
2. Untuk mengetahui cara menghitung pajak penghasilan menurut pasal 24
3. Untuk mengetahui pengertian pajak penghasilan menurut pasal 25
4. Untuk mengetahui cara menghitung pajak penghasilan menurut pasal 25
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah mempermudah pembaca untuk
belajar atau menambah pengetahuan tentang pajak penghasilan Pasal 24 dan
pajak penghasilan Pasal 25

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.6 PPH PASAL 24 DAN PPH PASAL 25

2.6.1 Pengkreditkan Pajak Luar Negeri (PPh Pasal 24)

 Definisi Pajak PPh 24

Pajak penghasilan pasal 24 adalah pajak yang dibayar/dipotong/terutang


diluar negeri atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri yang
boleh dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang atas seluruh
penghasilan Wajib Pajak dalam negeri1.Besarnya kredit pajak adalah sebesar
pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak boleh
melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-Undang ini.

 Ketentuan PPh pasal 24


Ketentuan pasal 24 undang undang PPh mengatur tentang perhitungan
besarnya pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang diluar negeri yang
dapat dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang atas seluruh
penghasilan wajib pajak dalam negeri. pengkreditan pajak luar negeri dilakukan
dalam tahun digabungkannya penghasilan dari luar negeri dengan penghasilan di
indonesia.
 Subjek Pajak Luar Negeri
1. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;

1
Waluyo, Perpajkan Indonesia,Jakarta:Salemba Empat,2017,hlm.307.

3
2 .orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.2
 Permohonan kredit pajak Luar Negeri
Untuk melaksanakan pengkreditkan pajak luar negeri,wajib pajak wajib
menyampaikan permohonan kepada direktur jendral pajak dengan melampirkan:
a. Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri;
b. Foto copy Surat Pemberitahuan Pajak (tax return) yang disampaikan diluar
negeri;dan
c. Dokumen pembayaran pajak diluar negeri.3
 Penentu sumber penghasilan
Dalam menghitung jumlah batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan,
sumber penghasilan ditentukan seb agai berikut:
a. penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan
saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan
saham atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan;
b. penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan
harta gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga,
royalti, atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada;
c. penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak
adalah negara tempat harta tersebut terletak;
d. penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut
bertempat kedudukan atau berada;

2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Perubahan Keempat Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
3
Mardiasmo. Perpajakan, Edisi Terbaru 2016,Yogyakarta:Andi Yogyakarta,2016, hlm.300.

4
e. penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap
tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan;
f. penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau
tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan
pertambangan adalah negara tempat lokasi penambangan berada;
g. keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap
berada; dan
h. keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk
usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada4
Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah di antara 3
unsur/perhitungan berikut ini:
a. Jumlah pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri
b. (Pengahsilan Luar Negeri: Seluruh Penghasilan Kena Pajak) x PPh atas seluruh
yang dikenakan tarif pasal 17.
c. Jumlah pajak yang terutang untuk seluruh penghasilan kena pajak (dalan hal
penghasilan kena pajak adalah lebih kecil dari pada penghasilan luar
negeri).5
 Penggabungan Penghasilan
Untuk menghitung pajak penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan
yang diterima atau yang di peroleh wajib pajak dalam negeri, baik dari dalam
negeri maupun dari luar negeri maka seluruh penghasilan wajib pajak tersebut
digabungkan.
 Penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri dilakukan untuk:
a. Penghasilan dari usaha yaitu dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya
penghasilan tersebut;
b. Penghasilan lainnya yaitu dilakukan dalam tahun pajak diterimanya
penghasilan tersebut;

4
Direktorat Jendral Pajak. Undang Undang PPh dan Peraturan Pelaksanaannya,Jakarta,2013.
5
Mardiasmo. Perpajakan, Edisi Terbaru 2018,Yogyakarta:Andi Yogyakarta,2018, hlm.285.

5
c. Pengahasilan berupa deviden sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat
(2) Undang Undang pajak penghasilan, yaitu dilakukan dalam tahun pajak
pada saat perolehan deviden tersebut ditetapkan sesuai dengan keputusan
meteri keuangan6
 Tata cara penghitungan kredit pajak luar negeri.
Ketentuan mengenai jumlah pajak luar negeri yang boleh di kreditkan
adalah sebagai berikut.
a) Jumlah kredit pajak yang besarnya paling tinggi sama dengan jumlah pajak
yang dibayar atau terutang atau diluar negeri, tetapi tidak boleh melebihi
jumlah tertentu (ordinary kredit method).
b) Jumlah tertentu seperti pada butir satu dihitung menurut perbandingan
antara penghasilan dari luar negeri terhadap penghasilan kena pajak
dikalikan dengan pajak yang terutang atas penghasilan kena pajak, paling
tinggi sama dengan pajak yang terutang atas penghasilan kena pajak dalam
hal penghasilan kena pajak lebih kecil dari penghasilan luar negeri.
c) Kemungkinan penghasilan dari luar negeri tersebut berasal dari beberapa
negara, maka penghitungan kredit pajak dilakukan untuk masing-masing
negara.
d) Penghasilan kena pajak yang digunakan sebagai perbandingan (perhatikan
butir 2) tidak termasuk penghasilan yang dikenakan pajak yang bersifat final
yang diatur dalam pasal 4 ayat (2) Undang-Undang pajak penghasilan
tentang penghasilan yang dikenakan pajak bersifat final yaitu diatur dengan
peraturan pemerintah dan/atau penghasilan yang dikenakan pajak tersendiri
sebagaimana yang diatur dalam pasal 8 ayat (1) dan ayat (4) Undang-
Undang pajak penghasilan.
Pasal 8 ayat (1) dan ayat (4) Undang-Undang pajak penghasilan
mengatur bahwa seluruh penghasilan atau kerugian wanita yang telah kawin

6
Diana, Anastasi & Setiawati, Lilis. Perpajakan Indonesia (Konsep, Aplikasi, dan Penuntun Praktis),
Andi, Yogyakarta. 2009.

6
pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak, demikian halnya
kerugian yang berasal dari tahun-tahun sebelumnya yang belum
dikompensasikan dianggap penghasilan atau kerugian suaminya.
Pengcualian yaitu apabila penghasilan semata mata diterima atau diperoleh
1 (satu) pemberi kerja yang telah dipotong PPh pasal 21 dan pekerjaan
tersebut tidak hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau
anggota keluarga lainnya

Penghasilan anak yang belum dewasa pasal 8 ayat (4) mengatur


bahwa penghasilan anak yang belum dewasa digabung dengan penghasilan
orang taunya keuali penghasilan yang berasal dari pekerjaan yang tidak ada
hubungannya dengan usaha atau kegiatan dari orang yang mempunyai
hubungan istimewa dengan anak tersebut.

e) Apabila ternyata pajak penghasilan yang dibayar atau terutang diluar negeri
melebihi jumlah kredit pajak yang diperkenankan, atas kelebihan tersebut
tidak dapat diperhitungkan dengan pajak penghasilan yang terutang tahun
berikutnya, maka kelebihan itu tidak boleh dibebankan sebagai biaya atau
pengurang penghasilan, dan idak dapat diminta resitu atau pengembalian.7

2.6.2 perhitungan PPh pasal 24

( Ridwan, 90400117014. Rustam, 90400117004, Dian Suwandi, 90400117021,


Riska Ismail, 90400117042. Rifqah alfiyyah, 90400117031. Rismayanti,
90400117022)

ILUSTRASI: (Menghitung batas maksimum kredit pajak)

PT Clasmild memperoleh penghasilan neto selama tahun 2018 dari dalam dan luar
negeri sebagai berikut

7
Waluyo, Perpajakan Indonesia,Jakarta:Salemba Empat,2017,hlm.310.

7
Penghasilan Dalam Negeri Rp 3.000.000.000,00

Penghasilan Luar Negeri Rp 1.5000.000.000,00

Jika diketahui bahwa tarif pajak di luar negeri adalah sebesar 20%, maka
berapakah nilai batas maksimum kredit pajak dan nilai yang dikreditkan ?
bagaimana penjurnalan dilakukan saat penerimaan penghasilan dari luar negeri
dan saat perhitungan pajak penghasilan akhir tahun?

Jawaban:

Penghasilan Luar Negeri Rp 1.500.000.000,00


Penghasilan Dalam Negeri Rp 3.000.000.000,00 +

Total penghasilan Netto Rp 4.500.000.000,00

Beban PPh badan = 25% x 4.500.000.000,00

= Rp 1.125.000,000,00

1.0500.000.000,00
Batas maksimum kredit pajak = 𝑥 1.125.000.000,00
4.500.000.000,00

= Rp 375.000.000,00

Beban pajak dibayarkan di Luar Negeri= 20% x 1.500.000.000,00

= Rp 300.000.000,00

Nilai pajak dikreditkan . = 300.000.000,00

Jurnal saat penerimaan penghasilan luar negeri

Kas 1.200.000.000,00
Pajak dibayar dimuka PPh 24 300.000.000,00
Pendapatan jasa/ dividen/ bunga 1.500.000.000,00

8
Jurnal saat perhitungan PPh akhir tahun

Beban pajak 1.125.000.000,00


Utang pajak 825.000.000,00
Pendapatanjasa/dividen/ bunga 300.000.000,00

ILUSTRASI (penghasilan WP orang pribadi)

Informasi terkait penghasilan yang terdapat pada ilustrasi sebelumnya


dipergunakan kembali, kecuali atas perubahan bahwa subjek pajak yang kini
dilibatkan adalah Tuqan Iskandar Muda, seorang lajang yang tinggal bersama
seorang anak berusia setara SD. Atas kedudukan Tuan Iskandar Muda sebagai WP
orang pribadi, berapakah nilai batas maksimum kredit pajak dan nilai yang
dikreditkan?

Jawaban:

Total penghasilan neto Rp 4.500.000.000,00

PTKP (TK/ 1) Rp 58.500.000,00 +

PKP Rp4.558.500.000,00

Beban PPh OP = 5% x Rp 50.000.000,00 Rp. 2.500.000,00


10% x Rp 200.000.000,00 Rp. 30.000.000,00
25% x Rp 250.000.000,00 Rp. 62.500.000,00
30% x Rp4.058.500.000,00
Rp. 1.217.550.000,00 (+)

Total Rp. 1.312.550.000,00

1.500.000.000,00
Batas maksimum kredit pajak = x 1.312.550.000,00
4.058.500.000,00

9
= Rp 485.111.494,394

Beban pajak dibayarkan di Luar Negeri = 20% x 1.500.000.000,00

= Rp 300.000.000,00

Nilai Pajak dikreditkan = Rp 300.000.000,00

ILUSTRASI (rugi fiskal dalam negeri)

Selama tahun, 2013 PT. Malaka memperoleh penghasilan netto dari luar negeri
sebesar Rp 2.400.000.000,00, akan tetapi mengalami rugi fiskal dalam negeri
sebesar Rp 1.500.000.000,00. Jika diketahui bahwa tarif pajak di luar negeri
adalah sebesar 30%, maka berapakah nilai batas maksimum kredit pajak dan nilai
yang dikreditkan? Bagaimana penjurnalan dilakukan saat penerimaan penghasilan
dari luar negeri dan saat penghitungan pajak penghasilan akhir tahun?

Jawaban:

Penghasilan Luar Negeri Rp 2.400.000.000,00

Rugi Fiskal Dalam Negeri (Rp 1.500.000.000,00) +

Total penghasilan netto Rp 900.000.000,00

Beban PPh badan = 25% x 900.000.000

= Rp 225.000.000,00

2.400.000.000,00
Batas maksimum kredit pajak = x 225.000.000,00
900.000.000,00

= Rp 600.000.000,00

Beban pajak dibayarkan di LN = 30% x 2.400.000.000

= Rp 420.000.000,00

10
Nilai pajak dikreditkan = Rp 225.000.000,00

Jurnal saat penerimaan penghasilan luar negeri

Kas 1.980.000.000,00
Pajak dibayar dimuka PPh 24 420.000.000,00
Pendapatan jasa/ dividen/ bunga 2.400.000.000,00

Jurnal saat perhitungan PPh akhir tahun

Beban pajak 225.000.000,00


Pajak dibayar dimuka PPh 24 225.000.000,00

Beban pajak 195.000.000,00


Pajak dibayar dimuka PPh 24 195.000.000,00
(untuk membebankan pajak luar negeri yang tidak boleh dikreditkan)

ILUSTRASI; (penghasilan beberapa negara)

Selama tahun, 2013 PT. Inderapura memperoleh penghasilan netto dari dalam
negeri sebesar Rp 700.000.000,00, dari negara Australia sebesar Rp
2.750.000.000,00 (bertarif pajak 30%), dan dari negara Ukraina sebesar Rp
250.000.000,00 (bertarif pajak 20%). Berapakah nilai batas maksimum kredit
pajak dan nilai yang dikreditkan? Bagaimana penjurnalan dilakukan saat
penerimaan penghasilan dari luar negeri dan saat penghitungan pajak penghasilan
akhir tahun?

Jawaban:

Penghasilan DN Rp 700.000.000,00
Penghasilan Australia Rp 2.750.000.000,00
Penghasilan Ukraina Rp 250.000.000,00
Total penghasilan netto Rp 3.700.000.000,00

11
Beban PPh badan = 25% x 3.700.000.000,00

= Rp 925.000.000,00

2.750.000.000,00
Batas maksimum kredit pajak Australia= x 925.000.000,00
3.700.000.000,00

= Rp 687.500.000,00

250.000.000,00
Batas maksimum kredit pajak Ukraina = x 925.000.000,00
3.700.000.000,00

= Rp 62.500.000,00

Beban pajak dibayarkan di Australia = 30% x 2.750.000.000


= Rp 825.000.000,00

Beban pajak dibayarkan di Ukraina = 20% x 250.000.000


= Rp 50.000.000,00

Nilai pajak dikreditkan = 687.500.000,00 + 50.000.000


= Rp 737.500.000,00

Jurnal saat penerimaan penghasilan dari Australia


Kas 1.925.000.000,00
Pajak dibayar dimuka PPh 24 825.000.000,00
Pendapatan jasa/ dividen/ bunga 2.750.000.000,00

Jurnal saat penerimaan penghasilan dari Ukraina

Kas 200.000.000,00
Pajak dibayar dimuka PPh 24 50.000.000,00
Pendapatan jasa/ dividen/ bunga 250.000.000,00

Jurnal saat penghitungan PPh akhir tahun

12
Beban pajak 925.000.000,00
Utang pajak 187.500.000,00
Pajak dibayar dimuka PPh 24 737.500.000,00

Beban pajak 137.500.000,00


Pajak dibayar dimuka PPh 24 137.500.000,00
(Untuk membebankan pajak di Australia yang tidak boleh dikreditkan)

ILUSTRASI: ( rugi fiskal luar negeri )

Selama tahun, 2013 PT. Demak Bintara memperoleh penghasilan netto dari dalam
negeri sebesar Rp 1.300.000.000,00, dari negara Meksiko sebesar Rp
1.650.000.000,00 (bertarif pajak 20%), dan dari negara Luxembourg sebesar Rp
2.250.000.000,00 (bertarif pajak 25%). Diketahui pula bahwa PT. Demak Bintara
mengalami rufi fiskal senilai Rp 375.000.000,00 atas operasi yang dilakukannya
di Mongolia. Berapakah nilai batas maksimum kredit pajak dan nilai yang
dikreditkan? Bagaimana penjurnalan dilakukan saat penerimaan penghasilan dari
luar negeri dan saat penghitungan pajak penghasilan akhir tahun?

Jawaban:

Penghasilan Dalam Negeri Rp 1.300.000.000,00


Penghasilan Meksiko Rp 1.650.000.000,00
Penghasilan Luxemburg Rp 2.250.000.000,00
Penghasilan Mongolia --
Total Penghasilan Netto Rp 5.200.000.000,00
Beban PPh badan = 25% x 5.200.000.000

= Rp 1.700.000.000,00

1.650.000.000,00
Batas maksimum kredit pajak Meksiko= x 1.700.000.000,00
5.200.000.000,00

13
= Rp 412.500.000,00

2.250.000.000,00
Batas maksimum kredit pajak Ukraina = x 1.700.000.000,00
5.200.000.000,00

= Rp 562.500.000,00

Beban pajak dibayarkan di Meksiko = 20% x 1.650.000.000


= Rp 330.000.000,00

Beban pajak dibayarkan di Luxembourg = 25% x 2.250.000.000


=Rp 562.000.000,00

Nilai pajak dikreditkan = 330.000.000,00 + 562.500.000,00


= Rp 892.500.000,00

Jurnal saat penerimaan penghasilan dari Meksiko

Kas 1.320.000.000,00
Pajak dibayar dimuka PPh 24 330.000.000,00
Pendapatan jasa/ dividen/ bunga 1.650.000.000,00

Jurnal saat penerimaan penghasilan dari Luxembourg

Kas 1.687.500.000,00
Pajak dibayar dimuka PPh 24 562.500.000,00
Pendapatan jasa/ dividen/ bunga 2.250.000.000,00

Jurnal saat penghitungan PPh akhir tahun

Beban pajak 1.700.000.000,00


Utang pajak 807.500.000,00
Pajak dibayar dimuka PPh 24 892.500.000,00

ILUSTRASI; (penghasilan berunsur pph final)

14
PT. Kasepuhan memperoleh penghasilan netto selama tahun 2013 dari dalam dan
luar negeri sebagai berikut:

Penghasilan Dalam Negeri Rp 8.750.000.000,00

Penghasilan Luar Negeri Rp 2.850.000.000,00

Diketahui bahwa tarif pajak di luar negeri adalah sebesar 15%. Di samping itu,
diketahui pula bahwa atas penghasilan DN tersebut, termasuk pula penghasilan
atas bunga pinjaman sebesar Rp 550.000.000,00, pendapatan atas sewa bangunan
senilai Rp 2.350.000.000,00, dan hadiah undian senilai Rp 250.000.000,00. Maka
berapakah batas maksimum kredit pajak dan nilai yang dikreditkan? Bagaimana
penjurnalan dilakukan saat penerimaan penghasilan dari luar negeri dan saat
penghitungan pajak penghasilan akhir tahun?

Jawaban:

Penghasilan Luar Negeri Rp 2.850.000.000,00


Penghasilan Dalam Negeri Rp 8.750.000.000,00
Penghasilan dikenal PPh Final (Rp 2.600.000.000,00)
Total penghasilan netto Rp 9.000.000.000,00
Beban PPh badan = 25% x 9.000.000.000

= Rp 2.250.000.000,00

2.850.000.000,00
Batas maksimum kredit pajak = x 2.250.000.000,00
9.000.000.000,00

= Rp 712.500.000,00

Beban pajak dibayarkan di LN = 15% x 2.850.000.000


= Rp 427.500.000,00

Nilai pajak dikreditkan = Rp 427.500.000,00

15
Jurnal saat penerimaan penghasilan luar negeri

Kas 2.422.500.000,00
Pajak dibayar dimuka PPh 24 427.500.000,00
Pendapatan jasa/ dividen/ bunga 2.850.000.000,00
Jurnal saat penghitungan PPh akhir tahun

Beban pajak 2.250.000.000,00


Utang pajak 1.822.500.000,00
Pajak dibayar dimuka PPh 24 427.500.000,00

ILUSTRASI: (pengurangan pajak luar negeri)

Di tahun 2019, PT. Kanoman mendapatkan pengurangan pajak atas penghasilan


LN tahun pajak 2018 sebesar Rp 75.000.000,00 yang semula telah masuk dalam
jumlah pajak yang dikreditkan terhadap pajak yang terutang di tahun 2019.
Apakah implikasi atas adanya pengurangan pajak tersebut?

Jawaban:

Pengurangan beban pajak luar negeri akan mengurangi nilai kredit PPh 24 yang
seharusnya diperoleh PT. Kanoman. Sebagai dampak, nilai pajak penghasilan
yang telah dibayarkan di tahun 2018 menjadi kurang bayar senilai Rp
75.000.000,00. Maka nilai ini akan dibebankan sebagai penambah besaran pajak
dalam negeri di tahun 2019.

ILUSTRASI; (PENCATATAN TRANSAKSI PENGHASILAN LUAR


NEGERI)

16
PT. Waranawata selama tahun pajak berjalan menerima pendapatan bruto dari
dalam negeri sebesar Rp 885.000.000,00 dan pendapatan sewa dari luar negeri
sebesar Rp 240.000.000,00 yang telah dikenai pajak penghasilan oleh otoritas
setempat. Perusahaan mengeluarkan biaya operasional sebesar Rp 525.000.000,00
terkait pendapatan yang diperolehnya di dalam negeri. Sebagai keterangan
tambahan, perusahaan telah membayarkan sendiri angsuran PPh 25 sebesar Rp
62.500.000,00. Bagaimanakah PT. Waranawata melakukan penjurnalan saat
penerimaan penghasilan dari LN dan di akhir tahun fiskal, jika:

a. Tarif pajak yang dikenakan di luar negeri sebesar 15%.

b. Tarif pajak yang dikenakan di luar negeri sebesar 25%.

c. Tarif pajak yang dikenakan di luar negeri sebesar 35%.

Jawaban:

Penghasilan netto Dalam Negeri = 885.000.000 - 525.000.000

= Rp 360.000.000,00

Total penghasilan netto = 360.000.000 + 240.000.000

= Rp 600.000.000,00

PPh badan sesuai Pasal 17 = 25% x 600.000.000

= Rp 150.000.000,00

Batas kredit PPh 24 = 240.000.000/ 600.000.000 x 150.000.000

= Rp 60.000.000,00

Penyelesaian a:

17
Pajak yang telah dipotong di luar negeri =15% x 240.000.000,00

= Rp 36.000.000,00

Kredit PPh 24 = Rp 36.000.000,00

Jurnal Saat menerima penghasilan dari LN

Kas 204.000.000,00
Pajak dibayar di muka PPh 24 36.000.000,00
Pendapatan Sewa 240.000.000,00
Saat akhir tahun
Beban pajak kini 150.000.000,00
Pajak dibayar di muka PPh 36.000.000,00
Pajak dibayar di muka PPh 62.500.000,00
Utang PPh 29 51.500.000,00

Penyelesaian b:

Pajak yang telah dipotong di luar negeri = 25% x 240.000.000,00

= Rp 60.000.000,00

Kredit PPh 24 =Rp 60.000.000,00

Jurnal Saat menerima penghasilan dari LN

Kas 180.000.000,00
Pajak dibayar di muka PPh 24 60.000.000,00
Pendapatan Sewa 240.000.000,00
Saat akhir tahun
Beban pajak kini 150.000.000,00

18
Pajak dibayar di muka PPh 60.000.000,00
Pajak dibayar di muka PPh 62.500.000,00
Utang PPh 29 27.500.000,00

Penyelesaian c:

Pajak yang telah dipotong di luar negeri =35% x 240.000.000,00

=Rp 84.000.000,00

Kredit PPh 24 = Rp 84.000.000,00

Jurnal Saat menerima penghasilan dari LN

Kas 156.000.000,00
Pajak dibayar di muka PPh 24 84.000.000,00
Pendapatan Sewa 240.000.000,00
Saat akhir tahun
Beban pajak kini 150.000.000,00
Pajak dibayar di muka PPh 60.000.000,00
Pajak dibayar di muka PPh 62.500.000,00
Utang PPh 29 27.500.000,00
Untuk mencatat pajak Luar Negeri yang belum dibebankan
Beban pajak kini 24.000.000,00
Pajak dibayar di muka PPh 24 24.000.000,00

19
Daftar Pustaka I

Waluyo, Perpajkan Indonesia,Jakarta:Salemba Empat,2017.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Perubahan Keempat Atas


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

Mardiasmo. Perpajakan, Edisi Terbaru 2016,Yogyakarta:Andi Yogyakarta,2016.

Direktorat Jendral Pajak. Undang Undang PPh dan Peraturan


Pelaksanaannya,Jakarta,2013.

Mardiasmo. Perpajakan, Edisi Terbaru 2018,Yogyakarta:Andi Yogyakarta,2018

Diana, Anastasi & Setiawati, Lilis. Perpajakan Indonesia (Konsep, Aplikasi, dan
Penuntun Praktis), Andi, Yogyakarta. 2009.

20
2.6.3 Pajak penghasilan pasal 25

 Definisi PPh Pasal 25


Pajak Penghasilan Pasal 25 merupakan angsuran PPh yang harus dibayar
sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan 8.
sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 UU No.7 tahun 1983 telah diubah terakhir
dengan UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Pembayaran angsuran
setiap bulan itu sendiri dimaksud untuk meringankan brban wajib pajak dalam
membayar pajak terutang. Angsuran PPh pasal 25 tersebut dapat dijadikan kredit
pajak terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak pada
akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan (SPT Tahunan PPh).
Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana telah
diubah terakhir dengan UU Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh) menentukan
pelunasan Pajak Penghasilan oleh Wajib Pajak dapat dilakukan melalui dua cara
yaitu :

1. Pelunasan Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan

Pelunasan Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan dilakukan oleh Wajib Pajak
melalui mekanisme pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak lain dan
melalui pembayaran pajak yang dilakukan sendiri oleh Wajib Pajak. Pelunasan
pajak dalam tahun berjalan merupakan angsuran pajak yang boleh dikreditkan
terhadap Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak yang
bersangkutan, kecuali untuk penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat
final.

8
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Perubahan Keempat Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

21
2. Pelunasan Pajak Penghasilan pada akhir tahun pajak.

Pelunasan Pajak Penghasilan pada akhir tahun pajak dilakukan melalui


mekanisme penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan yang merupakan
penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang, yang telah dipotong/dipungut
oleh pihak lain maupun yang telah dibayar sendiri, dan jumlah Pajak
Penghasilan yang masih harus dibayar untuk Tahun Pajak yang bersangkutan.9

elunasan pajak dalam tahun berjalan atau angsuran pajak yang dilakukan sendiri
oleh wajib pajak merupakan pelunasan atau pembayaran atas perkiraan Pajak
Penghasilan yang akan terutang dalam suatu tahun pajak. Ketentuan mengenai
angsuran Pajak Penghasilan diatur dalam Pasal 25 UU PPh.Secara umum PPh
Pasal 25 yang harus dibayar sendiri oleh WP Badan dapat dihitung sebagai
berikut :

𝑃𝑃ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑆𝑃𝑇 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑙𝑢 − 𝑃𝑃ℎ 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑙 22,23,24
12 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘

 Dasar penghitungan angsuran PPh pasal 25


a. Wajib pajak bank adalah penghasilan neto komersial dalam laporan keuangan
bulanan sesuai dengan laporan bulanan yang disampaikan kepada Otoritas Jasa
Keuangan atau yang dipublikasikan pada situs web bank.
b. Wajib pajak masuk bursa dan wajib pajak lainnya adalah penghasilan neto
komersial dalam laporan keuangan triwulan sesuai dengan laporan triwulan
yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia dan/atau Otoritas Jasa
Keuangan.
c. Bagi wajib pajak masuk bursa dan wajib pajak lainnya sebagaimana dimaksud
pada angka 2 yang tidak memiliki kewajiban menyampaikan laporan keuangan
triwulan ke-4, angsuran PPh pasal 25 untuk masa pajak januari sampai dengan

9
https://ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=10&q=&hlm=1

22
masa pajak maret tahun berjalan sama dengan besarnya angsuran PPh pasal 25
untuk bulan terakhir tahun pajak sebelumnya.
d. Dalam hal wajib pajak lainnya tidak memiliki kewajiban laporan bulanan atau
triwulan, maka penghitungan angsuran PPh pasal 25 mengikuti ketentuan
umum.
 Penghitungan PPh Pasal 25 untuk Kondisi-Kondisi Tertentu
Ketentuan penghitungan PPh Pasal 25 dapat berbeda dari penghitungan PPh
Pasal 25 secara umum. Perbedaan penghitungan terjadi apabila perusahaan
dihadapkan pada kondisi-kondisi tertentu, antara lain :

1. PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT


Tahunan.
Besarnya anggsuran yang harus dibayar untuk bulan-bulan sebelum batas
waktu penyampaian SPT Tahunan PPh adalah sama dengan angsuran pajak
untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu.

2. Dalam tahun pajak berjalan WP menerima Surat Ketetapan Pajak (SKP)


Apabila WP menerima SKP untuk tahun pajak yang lalu, maka besarnya
angsuran pajak akan dihitung kembali berdasarkan SKP tersebut. Nilai PPh
Pasal 25 yang baru, mulai berlaku pada bulan berikutnya setelah bulan
penerbitan SKP.

3. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian


Apabila Wajib Pajak Badan memiliki kompensasi kerugian fiskal, yang timbul
pada tahun pajak sebelumnya. Kerugian fiskal tersebut dapat dikompensasikan
dengan penghasilan neto, pada tahun pajak berikutnya sampai dengan 5 (lima)
tahun. Dengan demikian penghitungan PPh Pasal 25 bagi WP yang berhak atas
kompensasi kerugian tersebut adalah sebagai berikut:

𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑁𝑒𝑡𝑡𝑜 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑆𝑃𝑇 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑃𝑃ℎ 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑙𝑢
{( ) 𝑋 𝑡𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑙 17} − 𝑃𝑃ℎ22,23, 𝑑𝑎𝑛 24
−𝐾𝑜𝑚𝑝𝑒𝑛𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑔𝑖𝑎𝑛
12

23
4. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur
Suatu perusahaan umumnya menerima penghasilan yang bersifat teratur dan
tidak teratur.Penghasilan teratur merupakan penghasilan yang lazimnya
diterima atau diperoleh secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam setiap
tahun pajak, yang bersumber dari kegiatan usaha, pekerjaan bebas, pekerjaan,
harta dan atau modal, kecuali penghasilan yang telah dikenakan Pajak
Penghasilan yang bersifat final.Sedangkan penghasilan tidak teratur dapat
berupa keuntungan selisih kurs dari utang/piutang dalam mata uang asing dan
keuntungan dari pengalihan harta (capital gain) sepanjang bukan merupakan
penghasilan dari kegiatan usaha pokok, serta penghasilan lainnya yang bersifat
insidentil. Penghasilan tidak teratur ini dapat dipotong/dipungut pajak oleh
pihak yang memberikan penghasilan. Terkait dengan penghasilan teratur dan
tidak teratur, maka penghitungan angsuran pajak dalam tahun, maka
penghitungan PPh Pasal 25 bagi WP yang memperoleh penghasilan tidak
teratur adalah sebagai berikut:

𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑁𝑒𝑡𝑡𝑜 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑆𝑃𝑇 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑃𝑃ℎ


{( )𝑋 𝑡𝑎𝑟𝑖𝑓 𝑃𝑎𝑠𝑎𝑙 17−𝑃𝑎𝑠𝑎𝑙 22,23,𝑑𝑎𝑛24}
𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑙𝑢−𝑃𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟
12

5. SPT Tahunan PPh disampaikan setelah batas waktu yang ditetapkan


Dalam kondisi tertentu, misalnya audit laporan keuangan perusahaan belum
selesai dilakukan, atau belum tersedianya dana untuk membayar pajak yang
terutang. Sehingga perusahaan menyampaikan SPT Tahunan PPh setelah jatuh
tempo penyampaian SPT Tahunan PPh yang telah ditetapkan.Atas kondisi
tersebut, terdapat dua konsekuensi terhadap PPh Pasal 25-nya, yaitu:
o Bila nilai PPh Pasal 25 atas penghitungan lebih besar dari yang telah
dibayarkan, maka kekurangan setoran PPh Pasal 25 terutang sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% per-bulan sejak jatuh tempo
penyetoran PPh Pasal 25 sampai dengan tanggal penyetoran.

24
o Bila nilai PPh Pasal 25 atas penghitungan lebih kecil dari yang telah
dibayarkan, maka atas kelebihan setoran Pajak Penghasilan Pasal 25 dapat
dipindahbukukan ke PPh Pasal 25 bulan-bulan berikutnya.
6. WP diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh.
Dalam kondisi tertentu WP Badan dapat saja mengajukan permohonan
perpanjangan waktu penyampaian SPT Tahunan PPh. Atas kondisi tersebut,
terdapat dua konsekuensi terhadap PPh Pasal 25-nya, yaitu:
o Bila nilai PPh Pasal 25 atas penghitungan lebih besar dari yang telah
dibayarkan, maka kekurangan setoran PPh Pasal 25 terutang sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% per-bulan sejak jatuh tempo
penyetoran PPh Pasal 25 sampai dengan tanggal penyetoran.
o Bila nilai PPh Pasal 25 atas penghitungan lebih kecil dari yang telah
dibayarkan, maka atas kelebihan setoran Pajak Penghasilan Pasal 25 dapat
dipindahbukukan ke PPh Pasal 25 bulan-bulan berikutnya.
7. WP melakukan pembetulan SPT Tahunan PPh.
Wajib Pajak membetulkan SPT PPh Tahun pajak lalu, maka besarnya PPh
Pasal 25 dihitung kembali berdasarkan SPT Tahunan Pembetulan dan akan
berlaku surut mulai batas waktu penyampaian SPT Tahunan tersebut. SPT
Tahunan yang dibetulkan, terdapat dua konsekuensi terhadap PPh Pasal 25-
nya, yaitu:
o Bila nilai PPh Pasal 25 ternyata menjadi lebih besar dari PPh Pasal 25
sebelum dilakukan pembetulan. Atas kekurangan setoran PPh Pasal 25
terutang sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per-bulan sejak jatuh
tempo penyetoran PPh Pasal 25 sampai dengan tanggal penyetoran.
o Bila nilai PPh Pasal 25 ternyata menjadi lebih kecil dari PPh Pasal 25
sebelum dilakukan pembetulan. Atas kelebihan setoran PPh Pasal 25 dapat
dipindahbukukan ke PPh Pasal 25 bulan-bulan berikutnya setelah
penyampaian SPT PPh Pembetulan.

25
8. Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan WP .
Perubahan keadaan kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh WP, merupakan
hal yang wajar. Dimana tidak jarang WP dihadapkan pada kondisi-kondisi
tertentu, yang dapat secara drastis meningkatkan laba ataupun sebaliknya.
Perubahan penghasilan yang diterima/diperoleh WP akan mempengaruhi
kewajiban PPh Pasal 25. Jika dalam tahun pajak berjalan terjadi penurunan
omzet, maka WP Badan dapat mengajukan permohonan pengurangan PPh
Pasal 25. Namun jika kondi si yang terjadi adalah laba WP dalam tahun pajak
berjalan bertambah besar, maka besarnya nilai PPh Pasal 25 dapat dihitung
kembali. Apabila WP mengalami penurunan pendapatan dan ingin mengajukan
permohonan pengurangan besarnya PPh Pasal 25, maka berikut adalah
ketentuan yang perlu diketahui:
o WP dapat mengajukan permohonan tersebut, saat telah 3 (tiga) bulan atau
lebih berjalannya satu tahun pajak;
o WP dapat memperlihatkan bahwa PPh yang terutang pada tahun pajak
tersebut kurang dari 75% dari dasar penghitungan PPh Pasal 25;
o WP dapat mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak Terdaftar.
o WP harus menyertakan penghitungan besarnya PPh yang akan terutang
(berdasarkan perkiraan penghasilan yang akan diterima atau diperoleh, serta
besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak yang
bersangkutan.
o Bila dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya surat
permohonan tersebut, Kepala KPP tidak memberikan keputusan, maka
permohonan WP tersebut dianggap diterima.
o Bila permohonan tersebut dikabulkan maka WP dapat melakukan
pembayaran PPh Pasal 25 sesuai dengan penghitungannya.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jika dalam tahun pajak berjalan
WP mengalami peningkatan usaha, dan diperkirakan PPh yang akan
terutang untuk tahun pajak tersebut lebih dari 150% (serta lima puluh

26
persen) dari dasar penghitungan PPh Pasal 25. Besarnya PPh Pasal 25 untuk
bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak tersebut, harus dihitung kembali
oleh WP atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak dimana WP terdaftar.

 Penghasilan neto sebagai dasar penghitungan angsuran PPh pasal 25


a. Penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh wajib pajak
(berupa penghasilan yang di peroleh wajib pajak di luar negeri dan/atau
penghasilan yang dikenai pajak luar negeri);
b. Penghasilan yang dikenai pajak penghasilan yang bersifat final dan/atau
bukan objek pajak penghasilan; dan
c. Biaya terkait penghasilan yang bersifat final dan/atau bukan objek pajak
penghasilan yang dilakukan secara proporsional atau berdasarkan
pembukuan yang terpisah antara penghasilan yang bersifat final dan yang
bersifat tidak final serta peghasilan yang bukan objek pajak.
 Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 25
Ketentuan perundang-undangan perpajakan mengatur penyetoran dan
pelaporan PPh Pasal 25 seperti berikut ini ;
1. Pajak Penghasilan Pasal 25 dibayar/ disetor selambat-lambatnya tanggal 15
(lima belas) bulan takwim berikutnya.
2. Wajib Pajak diwajibkan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa
paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir dalam bentuk
Surat Setoran Pajak (SSP) lembar ketiga. 10
 Pelaporan PPh Pasal 25 dengan NTPN
1. NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara) adalah nomor yang tertera
pada bukti penerimaan negara yang diterbitkan melalui Modul Penerimaan
Negara (MPN)
2. Wajib Pajak yang melakukan pembayaran PPh Pasal 25 pada tempat
pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan SSP nya telah
mendapat validasi dengan NTPN, maka Surat Pemberitahuan Masa PPh

10
Waluyo, Perpajakan Indonesia,Jakarta:Salemba Empat,2017,hlm.324

27
Pasal 25 dianggap telah disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai
dengan tanggal validasi yang tercantum pada SSP.
Wajib Pajak dengan jumlah angsuran PPh Pasal 25 Nihil atau angsuran
PPh Pasal 25 dalam bentuk satuan mata uang selain rupiah atau yang
melakukan pembayaran tidak secara on-line dan tidak mendapat validasi
dengan NTPN, tetap harus menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPh
Pasal 25 sesuai dengan ketentuan yang berlaku.11
 PPh Pasal 25 atas Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (OPPT)
1. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu adalah Wajib Pajak
Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha sebagai Pedagang
Pengecer yang mempunyai 1 atau lebih tempat usaha.
2. Pedagang Pengecer adalah Orang Pribadi yang melakukan:
a. penjualan barang baik secara grosir maupun eceran; dan/atau
b. penyerahan jasa,melalui suatu tempat usaha.
3. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu wajib mendaftarkan
diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak bagi setiap tempat
usaha di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat usaha tersebut dan di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak.
4. Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak
Orang Pribadi Pengusaha Tertentu, ditetapkan sebesar 0,75%
dari jumlah peredaran bruto setiap bulan dari masing-masing tempat
usaha.
5. Pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 dilakukan
melalui Bank Persepsi atau Bank Devisa Persepsi atau Kantor Pos
Persepsi dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang mencantumkan
Nomor Pokok Wajib Pajak

11
Direktorat Jendral Pajak. PPh(Pajak Penghasilan),Jakarta,2013.

28
6. Pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 merupakan
kredit pajak atas Pajak Penghasilan yang terutang untuk Tahun Pajak
yang bersangkutan.
7. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu yang melakukan
pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Surat Setoran
Pajaknya telah mendapat validasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan
Negara, dianggap telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Penghasilan Pasal 25 ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan
tanggal validasi yang tercantum pada Surat Setoran Pajak.
8. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu dengan jumlah
angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Nihil atau yang melakukan
pembayaran tetapi tidak mendapat validasi dengan Nomor Transaksi
Penerimaan Negara, tetap harus menyampaikan Surat Pemberitahuan
Masa Pajak Penghasilan Pasal 25 sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
9. Dalam hal Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu tidak
melakukan usaha sebagai Pedagang Pengecer di tempat tinggalnya
maka Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu tersebut tidak
wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal
25 di Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal12
 PPh Pasal 25 bagi Perusahaan Masuk Bursa
Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak masuk
bursa dan Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan diharuskan
membuat laporan keuangan berkala, adalah sebesar Pajak Penghasilan yang
dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-rugi fiskal menurut
laporan keuangan berkala terakhir yang disetahunkan dikurangi dengan
pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dan Pasal 23 serta

12
Direktorat Jendral Pajak. PPh(Pajak Penghasilan),Jakarta,2013.

29
Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang lalu,
dibagi 12.13

2.6.4 perhitungan PPh pasal 25

( Ridwan, 90400117014. Rustam, 90400117004, Dian Suwandi, 90400117021,


Riska Ismail, 90400117042. Rifqah alfiyyah, 90400117031. Rismayanti,
90400117022)

ILUSTRASI : (Cara menghitung besarnya angsuran PPh Pasal 25)

Pak suwandi memiliki jumlah pajak penghasilan yang terutang sesuai dengan SPT
tahunan PPh 2018, dengan jumlah sebesar Rp. 30.000.000,00, dan telah dipotong
pajak PPh Pasal 21,22,23 dan 25 sebesar (Rp. 8.000.000, Rp. 2.000.000, Rp
2.000.000, Rp 12.000.000) Berapakah pak suwandi yang harus bayar sendiri
dengan angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan pada tahun 2019 ?

Jawaban :

Jumlah pajak yang terutang sesuai SPT tahunan PPh 2016 Rp. 30.000.000,00

Pada tahun 2016, telah di bayar dan dipotong atau dipungut:

1. PPh Pasal 21 Rp 8.000.000,00


2. PPh Pasal 22 Rp. 2.000.000,00
3. PPh Pasal 23 Rp. 2.000.000,00
4. PPh Pasal 25 Rp. 12.000.000,00 (+)
(Rp.24.000.000,00)
Kurang bayar (pasal 29) tahun 2019 Rp. 6.000.000,00
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 tahun 2017 adalah :
PPh yang terutang tahun 2016 Rp. 30.000.000,00

13
Direktorat Jendral Pajak. PPh(Pajak Penghasilan),Jakarta,2013.

30
Pengurangan :
1. PPh Pasal 21 Rp. 8.000.000,00
2. PPh Pasal 22 Rp. 2.000.000,00
3. PPh Pasal 23 Rp. 2.000.000,00 (+)
(Rp. 12.000.000.,00
Dasar perhitungan PPh Pasal 25 tahun 2017 Rp. 18.000.000,00
Besarnya PPh pasal 25 per = Rp. 18.000.000,00/12
bulan = Rp. 1.500.000,00
Jadi, pak suwandi harus membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan
pada tahun 2019 mulai pada Maret sebesar Rp. 1.500.000,00

ILUSTRASI : (cara perhitungan besarnya angsuran PPh Pasal 25)

Nyonya Rifqah memiliki jumlah pajak penghasilan yang terutang sesuai dengan
SPT tahunan PPh 2017, dengan jumlah sebesar Rp. 50.000.000,00. Berapakah
angsuran Nyonya Rifqah yang harus bayar sendiri dengan angsuran PPh Pasal 25
setiap bulan pada tahun 2018 ? . Dengan informasi tambahan pada tahun 2017
yang sudah dibayar.

1. PPh Pasal 21 Rp 9.000.000,00


2. PPh Pasal 22 Rp. 3.000.000,00
3. PPh Pasal 23 Rp. 1.000.000,00
4. PPh Pasal 25 Rp. 10.000.000,00
Jawaban :
jumlah pajak penghasilan Nyonya Rifqah yang
terutang sesuai dengan SPT Tahunan PPh 2017 Rp. 50.000.000,00
Pada tahun 2017, telah dibayar dan dipotong atau di pungut :
1. PPh Pasal 21 Rp 9.000.000,00
2. PPh Pasal 22 Rp. 3.000.000,00
3. PPh Pasal 23 Rp. 1.000.000,00
4. PPh Pasal 25 Rp. 10.000.000,00 (+)

31
(Rp. 23.000.000,00)
Kurang bayar (pasal 29) tahun 2017 Rp. 27.000.000,00
Besarnya angsuran PPh pasal 25 tahun 2017
adalah:
PPh yang terutang tahun 2017 Rp. 50.000.000,00
Pengurangan
1. PPh Pasal 21 Rp 9.000.000,00
2. PPh Pasal 22 Rp. 3.000.000,00
3. PPh Pasal 23 Rp. 1.000.000,00(+)
(Rp. 13.000.000,00)
Dasar perhitungan PPh Pasal 25 2018 Rp. 37.000.000,00
Besaarnya PPh pasal 25 per bulan:
=Rp. 37.000.000,00/12
= 3.083.400,00
Jadi, Jadi, Nyonya Rifqah harus membayar sendiri angsuran PPh Pasal 25 setiap
bulan pada tahun 2019 mulai pada Maret sebesar Rp. 3.083.400,00

ILUSTRASI : (Cara menghitung besarnya angsuran PPh Pasal 25)

Ibu Risma memiliki jumlah pajak penghasilan sebasar Rp. 100.000.000,00 yang
terutang sesuai dengan SPT tahunan PPh 2018, Berapakah angsuran Ibu Risma
yang harus bayar sendiri dengan angsuran PPh Pasal 25 setiap bulan pada tahun
2019 ?. Dengan jumlah kredit pajak Ibu Risma pada tahun 2018 adalah Rp.
30.000.000,00, deangan rincian sebagai berikut:

PPh Pasal 21 10.000.000,00


PPh Pasal 22 8.000.000,00
PPh Pasal 23 8.000.000,00
PPh Pasal 24 4.000.00,00

32
Jawaban:
PPh terutang tahun 2018 Rp. 100.000.000,00
Kredit pajak:
PPh Pasal 21 10.000.000,00
PPh Pasal 22 8.000.000,00
PPh Pasal 23 8.000.000,00
PPh Pasal 24 4.000.00,00 (+)
Jumlah kredit pajak (Rp. 30.000.000,00)
Dasar Perhitungan PPh Pasal 25 Tahun 2018 Rp. 70.000.000,00
Besarnya PPh pasal 25 per bulan:
= Rp. 70.000.000,00/12
= Rp.5.833.400,00
Jadi, ibu risma membayar angsuran dengan PPh Pasal 25 setiap bulan pada tahun
2019 sebesar Rp.5.833.400,00

ILUSTRASI : (Cara menghitung besarnya angsuran PPh Pasal 25 apabila


terjadi kompensasi kerugian)

PT.Ismail pada tahun 2018 memiliki penghasilan sebesar Rp. 300.000.000,00


dengan sisa kerugian tahun sebelumnya yang belum dikompensasi sebesar Rp.
50.000.000,00. Dan pada tahun tersebut PPh yang dipotong dan dipungut dipihak
lain sebesar Rp.10.000.000,00 danitu tidak termasuk pajak yang dibayar atau
terutang di luar negeri. Berapakah besar angsuran pajak bulanan PT. Ismail
dengan perhitungan PPh pasal 25 ?

Jawaban :
Penghasilan yang dipakai sebagai dasar penghitungan angsuran PPh Pasal 25
adalah :

Penghasilan PT.Ismail Rp. 3.000.000.000,00

33
Sisa kerugian tahun sebelumnya yang belum dikompensasi Rp. 50.000.000.,00 (-)
Rp. 250.000.000,00
PPh terutang
25% x Rp. 250.000.000,00 Rp. 62.500.000,00
PPh di potong atau di pungut (Rp. 10.000.000,00)
Rp. 52.500.000,00
Besarnya angsuran pajak bulanan PT. Ismail tahun 2019
= 1/12 x Rp. 52.500.000,00
= Rp. 4.375.000
Jadi, besar angsuran pajak bulanan PT. Ismail dengan perhitungan PPh pasal 25
sebesar Rp. 4.375.000

ILUSTRASI :( perhitungan agsuran pph pasal 25 wajib pajak orang pribadi)

Tuan Rustam (TK/0) terdaftar sebagai wajib pajak pada KPP A tanggal 1 februari
2018. Penghasilan neto fiskal setahun pada tahun 2018 adalah Rp 100.000.000.
besarnya PPh pasal 25 setiap bulan untuk tahun 2019 ?

Jawaban :
Penghasilan neto setahun = Rp. 100.000.000,00
PTKP (TK/0) = Rp. 54.000.000,00 (-)
PKP = Rp. 46.000.000,00
PPh terutang = 5% x Rp. 46.000.000
= Rp. 2.300.000,00
Besarnya angsuran PPh Pasal 25maret 2019
= 1/12 x Rp. 2.300.000,00
= 191.700,00
Untuk angsuran sebelum penyampaian SPT Tahunan, disamakan dengan angsuran
tahun sebelumnya.

34
ILUSTRASI :( perhitungan pph pasal 25 WP baru )

PT. Mekar, perusahaan yang berdiri sejak dan terdaftar sebagai wajib pajak pada
awal bulan juni 2019. Selama bulan April penjualannya PT. Mekar sebesar Rp.
250. 000.000,00 dengan biaya biaya yang belum dikeluarkan sebesar Rp.
9.000.000,00. Berapakah yang harus di bayar PT. Mekar dengan SPT tahunan
yang di hitung PPh pasal 25 tiap bulannya ?

Jawaban:

Perhitungan PPh Pasal 25 untuk masa April 2019 adalah sebagai berikut:

Penjulaan Rp. 250.000.000,00


Biaya-biaya (Rp.
90.000.000,00)
Penghasilan neto sebulan Rp. 160.000.000,00
Penghasilan neto disetahun
(12 x 160.000.000,00) Rp. 1.920.000.000,00
PPh terutang
(25% x 1.920.000.000,00) Rp. 480.000.000,00
PPh Pasal 25 masa April:
= Rp. 480.000.000,00/12
= Rp. 40.000.000,00
Jadi, jumlah PT. Mekar yang harus dia bayar dengan SPT tahunan yang di hitung
PPh pasal 25 pada bula April sebesar Rp. 40.000.000,00

ILUSTRASI :( perhitungan pph pasal 25 WP baru )

Ridwan membuka usaha catering pada tanggal 12 April 2019, pada bulan tersebut
dia mampu menghasilkan sebesar 80.000.000,00 yang belum termasuk
penghasilan neto, persentase normal perhitungan untuk usaha cateringnya sebesar
40%, dan Ridwan sudah mempunyai 2 anak. Berapakah PPh Pasal 25 yang harus
di bayar oleh Ridwan pada bulan April ?

35
Jawaban:

Perhitungan PPh Pasal 25 sebagai berikut:

Penghasilan neto bulan April


(40% x Rp. 80.000.000,00) Rp. 32.000.000,00
Penghasilan neto setahun
(12 x Rp. 32.000.000,00) Rp. 384.000.000,00
PTKP (K/2) (Rp. 67.500.000,00)
Penghasilan kena pajak Rp. 316.500.000,00
PPh terutang
15% x Rp. 80.000.000,00 = Rp. 12.000.000,00
25% x Rp. 236.500.000,00 = Rp. 59.125.000,00
=Rp. 12.125.000,00
PPh Pasal 25 bulan April :
Rp. 12.125.000,00 / 12 = Rp. 5.930.000,00

ILUSTRASI :( perhitungan pph pasal 25 dengan laporan keuangan triwulan )

PT. Maju mundur dalam laporan keuangannya menggunakan laporan triwulan


yaitu Juli, agustus, September 2019, pada laporan keuangan tersebut menunjukan
penghasilan neto sebesar Rp. 500.000.000,00. Berapakah besar angsuran pajak
bulanan PT. Maju mundur dengan perhitungan PPh pasal 25 pada laporan
triwulan ?

Jawaban:

Perhitungan PPh Pasal 25 untuk masa Oktober, November, dan Desember 2019
sebagai berikut :

36
Penghasilan neto triwulan Rp. 500.000.000,00
Penghasilan neto disetahunkan
(4 x Rp. 500.000.000,00) Rp.200.000.000,00
PPh terutang
(25% x Rp. 200.000.000,00) =Rp. 50.000.000,00
PPh Pasal 25 masa Oktober, November, dan Desember 2019:
= Rp. 50.000.000,00/12
= Rp 4.200.000,00

ILUSTRASI :( perhitungan pph pasal 25 pada BUMD)

Menurut RKAP Tahun 2017 yang sudah disahkan, PT. Jogja Bangkit (sebuah
BUMD yang di miliki Pemerintah Kota Yogyakarta) diperkirakan mempunyai
penghasilan neto sebesar Rp.800.000.000,00 dengankredit pajak (PPh Pasal 21,
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, dan PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan) tahun 2016
sebesar Rp. 60.000.000,00. Berapa besaran PPh Pasal 25 yang di bayar oleh PT.
Jogja Bangakit ?

Jawaban:

Perhitungan PPh Pasal 25 untuk tahun 2017 sebagai berikut :

Penghasilan neto Rp.800.000.000,00


PPh terutang
25% x Rp. 800.000.000,00 Rp. 200.000.000,00
Kredit pajak (PPh Pasal 22, 23, dan 24.) (Rp. 60.000.000,00)
PPh yang dibayar sendiri Rp.140.000.000,00
PPh Pasal 25 :
Rp.180.000.000,00/12 = Rp. 15.000.000,00

37
Daftar Pustaka
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Perubahan Keempat Atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan
https://ortax.org/ortax/?mod=studi&page=show&id=10&q=&hlm=1
Direktorat Jendral Pajak. PPh(Pajak Penghasilan),Jakarta,2013.
Waluyo, Perpajakan Indonesia,Jakarta:Salemba Empat,2017.
Direktorat Jendral Pajak. PPh(Pajak Penghasilan),Jakarta,2013

38
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pajak penghasilan pasal 24 adalah pajak yang dibayar/dipotong/terutang
diluar negeri atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri yang boleh
dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib
Pajak dalam negeri, Pasal 25 merupakan angsuran PPh yang harus dibayar sendiri
oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan 14. sebagaimana
dimaksud dalam pasal 25 UU No.7 tahun 1983 telah diubah terakhir dengan UU
No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Pembayaran angsuran setiap bulan itu
sendiri dimaksud untuk meringankan brban wajib pajak dalam membayar pajak
terutang.

3.2 SARAN

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak sekali


kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki pada banyak
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.

39
40

Anda mungkin juga menyukai