A. Pendahuuluan
Di tengah era globalisasi sekarang ini dan tingkat kemajuan teknologi in
formasi dan komunikasi yang sudah sedemikian canggih, transaksi lintas batas negara
semakin mudah dan banyak dilakukan oleh para pengusaha di dalam dan di luar
negeri. Namun, sebagian besar masyarakat Indonesia mungkin masih enggan
melaporkan seluruh laba usahanya dengan berbagai alasan. Padahal dengan
melaporkan penghasilan usaha dari Luar Negeri tersebut akan memberikan
keuntungan bagi Wajib Pajak karena atas pajak yang sudah dibayar di Luar Negeri
dapat dikreditkan pada akhir tahun dalam SPT Tahunan Badan/Wajib Pajak Orang
Pribadi. Dengan kata lain, dengan diterimanya Kredit Pajak Luar Negeri oleh fiskus
Indonesia dalam SPT Tahunan Badan/Wajib Pajak Orang Pribadi, maka wajib pajak
dalam negeri bisa bernapas lega karena terhindar dari beban pajak ganda yang dapat
terjadi sebagai implikasi dari pengenaan PPh atas penggabungan penghasilan yang
terutang pajak atas seluruh penghasilan yang diterima arau diperoleh dari luar negeri
dan dalam negeri (worldwide income). Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya pemajakan lebih dari sekali atas penghasilan yang sama.
Pada dasarnya Wajib Pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruh
penghasilan, termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.
Untuk meringankan beban pajak ganda yang dapat terjadi karena pengenaan pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar ne gert, ketentuan PPh Pasal 24
mengatur tentang perhitungan besarnya pajak atas penghasilan yang dibayar atau
terutang di luar negeri yang dapat dik reditkan terhadap pajak yang terutang atas
seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam negeri, dalam satu tahun pajak yang sama.
Terkait dengan prinsip worldwide income, subjek pajak dalam negeri yang
memperoleh penghasilan dari luar negeri akan dikenakan PPh di In donesia. Negara
tempat sumber penghasilan juga kemungkinan besar akan mengenakan pajak atas
penghasilan yang bersumber dari negaranya. De ngan demikian, besar kemungkinan
akan terjadi pengenaan pajak berganda di mana dua yurisdiksi perpajakan yang
berbeda mengenakan pajak kepada penghasilan yang sama yang diperoleh subjek
pajak yang sama
Untuk menghindari pengenaan pajak berganda ini, UU PPh secara unilateral
memberikan solusi dengan adanya Pasal 24 UU PPh Pasal in mengatur bahwa atas
pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri dapat dikreditkan oleh Wajib Pajak
dalam negeri. Namun demikian, besarnya pa jak yang bisa dikreditkan dibatasi tidak
boleh melebihi penghitungan pajak terutang berdasarkan UU PPh. Dalam menghitung
besaran maksimum kredit pajak PPh Pasal 24 ini UU PPh Indonesia menerapkan
metode pembatasan tiap negara (per country limitation), yang dikenal dengan "Meto
de Pengkreditan Terbatas" (Ordinary Credit Method)
B. Pengertian
Undang-Undang Pajak Penghasilan menentukan bahwa Wajib Pajak dalam
negeri dikenakan Pajak Penghasilan atas seluruh penghasilan di mana pun
penghasilan tersebut diterima atau diperoleh baik d Indonesia maupun di luar
Indonesia. Untuk menghindari pengenaan pajak ganda maka sesuai dengan ketentuan
Pasal 24. pajak yang dibayar atau yang terutang di luar negert boleh dikreditkan
terhadap pajak yang serutang di Indonesia, tetapi tidak melebihi penghitungan pajak
yang terutang berdasarkan Undang-Undang Pajak penghasilan. Metode kredit pajak
yang demikian disebut metode pengkreditan terbatas (Ordinary Credit Method)
Jadi, Pajak Pasal 24 merupakan jumlah pajak yang terutang au dibayarkan di
luar negeri atas penghasilan yang diterima atau diper oleh dari luar negeri yang dapat
dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan wajib
pajak dalam negeri dengan menggunakan metode pengkreditan yang ditetapkan oleh
Undang-Undang Pajak Penghasilan.
C. Perlakuan Kredit Pajak Terhadap Penghasilan Luar Negeri
Pengertian kredit pajak adalah memperhitungkan pajak penghasilan yang telah
dibayar atau dipungut di muka dengan jumlah pajak yang terutang pada akhir tahun
pajak Sebagaimana telah diketahui bahwa wajib pajak dalam negen dikenakan pajak
pada saat penghasilan diperoleh atau diteri ma dan bersifat tidak final (dapat sebagai
kredit pajak), terkait dengan PPh Pasal 21 Pasal 22, dan Pasal 23.
Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang
diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri
Pajak yang dibayar arau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri, yang dapat dikreditkan
terhadap pajak yang terutang di Indonesia ha nyalah pajak yang langsung
dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak.
Contoh: PT A di Indonesia merupakan pemegang saham tunggal dari Z Inc. di
negara X. Z Inc. tersebut dalam tahun 1995 memperoleh keuntungan sebesar
USD100.000,00
Pajak Penghasilan yang berlaku di negara X adalah 48% dan Pajak Dividen
adalah 38%. Penghitungan pajak atas dividen tersebut adalah sebagai berikut:
Dalam perhitungan kredit pajak atas penghasilan yang dibayar atau ter tang di luar
negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang menurut UU PPh,
penentuan sumber penghasilan menjadi sangat penting.
a penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan
saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham
atau sekuritas tersebut didirikan atau ber tempat kedudukanFsfgvgjsd
b penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan
harta gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga
royalti, atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada;
c penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah
negara tempat harta tersebut terletak;
d penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut
bertempat kedudukan atau berada;
e penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan;
f penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambang an atau tanda
turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan
adalah negara tempat lokasi penambangan berada
g keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap
berada;
h keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha
tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.
Misalnya Tuan A sebagai Wajib Pajak dalam negeri memiliki sebuah ru mah di
Singapura dan dalam tahun 1995 rumah tersebut dijual. Keuntungan yang diperoleh
dari penjualan rumah tersebut merupakan penghasilan yang bersumber di Singapura
karena rumah tersebut terletak di Singapura.
Apabila terjadi pengurangan atau pengembalian pajak atas penghasilan yang dibayar
di luar negeri, sehingga besarnya pajak yang dapat dikreditkan di Indonesia menjadi
lebih kecil dari besarnya perhitungan semula, maka selisihnya ditambahkan pada
Pajak Penghasilan yang terutang menurut UU PPh
Misalnya, dalam tahun 2009 seorang Wajib Pajak mendapat pe ngurangan
pajak atas penghasilan luar negeri tahun pajak 2008 sebesar Rp5.000.000,00 yang
semula telah termasuk dalam jumlah pajak yang dikreditkan terhadap pajak yang
terutang untuk tahun pajak 2008, maka jumlah sebesar Rp5.000.000,00 tersebut
ditambahkan pada Pajak Pengha silan yang terutang dalam tahun pajak 2009.
Tabel 10.1
Elimination of Double Taxation
Penetapan Saat Diperolehnya Dividen dan Dasar Penghitungannya oleh Wajib Pajak
Dalam Negeri atas Penyertaan Modal pada Badan Usaha di Luar Negeri selain Badan
Usaha yang Menjual Sahamnya di Bursa Efek
Peraturan Menkeu Nomor 107/PMK.03/2017 tanggal 26 Juli 2017 meng atur tentang
dividen yang ditetapkan diperoleh yang selanjutnya disebut Deemed Dividend, yakni
dividen yang ditetapkan diperoleh Wajib Pajak da lam negeri atas penyertaan modal
pada BULN Nonbursa terkendali langsung.
a memiliki penyertaan modal langsung paling rendah 50% (lima pu luh persen)
dari jumlah saham yang disetor pada BULN Nonbursa; atau
b secara bersama-sama dengan Wajib Pajak dalam negeri lainnya me miliki
penyertaan modal langsung paling rendah 50% (lima puluh persen) dari
jumlah saham yang disetor pada BULN Nonbursa2. ditetapkan memiliki
pengendalian langsung terhadap BULN Non bursa.
4. Penentuan besarnya penyertaan modal modal langsung ditentukan pada akhir tahun
pajak wajib pajak dalam negri.
1. Saat diperolehnya Deemed Dividend atas penyertaan modal langsung Wajib Pajak
dalam negeri pada BULN Nonbursa terkendali langsung ditetapkan pada akhir
bulan keempat setelah berakhirnya batas waktu kewajiban penyampaian surat
pemberitahuan tahunan pajak pengha silan bagi BULN Nonbursa terkendali
langsung untuk tahun pajak yang bersangkutan.
2. Dalam hal BULN Nonbursa terkendali langsung tidak memiliki ke wajiban untuk
menyampaikan surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan atau tidak ada
ketentuan batas waktu penyampaian surat pemberitahuan tahunan pajak
penghasilan, saat diperolehnya Deemed Dividend ditetapkan pada akhir bulan
ketujuh setelah tahun pajak yang bersangkutan berakhir.
Besarnya Deemed Dividend
1.Besarnya Deemed Dividend dihitung dengan cara mengalikan persen tase
penyertaan modal Wajib Pajak dalam negeri pada BULN Nonbur sa terkendali
langsung dengan dasar pengenaan Deemed Dividend
2. Dasar pengenaan Deemed Dividend, yaitu laba setelah pajak BULN Nonbursa
terkendali langsung.
3. Dalam hal Wajib Pajak dalam negeri memiliki pengendalian langung pada BULN
Nonbursa terkendali langsung dan memiliki pengenda lian tidak langsung pada
BULN Nonbursa terkendali tidak langsung dasar pengenaan Dermed Dividend,
yaitu:
4. BULN Nonbursa terkendali tidak langsung merupakan BULN Non bursa yang
dikendalikan secara tidak langsung oleh Wajib Pajak dalam negeri melalui
6. Penentuan besarnya penyertaan modal ditentukan pada akhir tahun pajak BULN
Nonbursa terkendali yang berakhir dalam Tahun Pajak Wajib Pajak dalam negeri.
7. Dalam hal BULN Nonbursa terkendali tidak langsung dimiliki secara bersama-
sama, besarnya Deemed Dividend dihitung dengan cara sebagai berikut:
8. Dalam hal penyertaan modal pada BULN Nonbursa dilakukan mela lui trat atau
entitas sejenis lainnya di luar negeri penyertaan modal dimaksud dianggap
dilakukan oleh pihak yang melakukan penyertaan modal.
9. Laba setelah pajak merupakan laba usaha termasuk penghasilan dari luar usaha
sesuai dengan laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi keuangan yang
lazim berlaku di negara atau yurisdiksi yang bersangkutan, setelah dikurangi
dengan pajak penghasilan yang terutang di negara atau yurisdiksi tersebut.
7. Dalam hal dividen yang diterima dari BULN Nonbursa terkendali langsung
melebihi Deemed Dividend yang dapat diperhitungkan, besar nya pajak
penghasilan yang dapat dikreditkan dihitung sebagai berikut:
8. Dalam hal deviden yang diterima bersumber dari 2 (dua) atau lebih negara
yurisdiksi, pergitungan besar pajak penghasilan yang dapat dikreditkan dilakukan
untuk masing-masing negara atau yuris diksi (percountry limitation)
1 Kerugian yang diderita di luar negeri tidak boleh digabungkan dalam menghitung
Penghasilan Kena Pajak.
2 Apabila dalam Penghasilan Kena Pajak terdapat penghasilan yang bera sal dari
luar negeri, maka Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri
atas penghasilan tersebut dapat dikreditkan terhadap Pa jak Penghasilan yang
terutang di Indonesia.
3 Pengkreditan pajak dilakukan dalam tahun pajak digabungkannya penghasilan
dari luar negeri tersebut dengan penghasilan di Indonesia
4 Jumlah kredit pajak paling tinggi sama dengan jumlah pajak yang di bayar atau
terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi jumlah.
5 Jumlah tertentu tersebut dihitung menurut perbandingan antara peng hasilan dari
luar negeri terhadap Penghasilan Kena Pajak dikalikan dengan pajak yang
terutang atas Penghasilan Kena Pajak, paling tinggi sama dengan pajak yang
terutang atas Penghasilan Kena Pajak dalam hal Penghasilan Kena Pajak lebih
kecil dari penghasilan luar negeri.
6 Apabila Penghasilan luar negeri berasal dari beberapa negara maka
penghitungan kredit pajak dilakukan untuk masing-masing negara.
7 Penghasilan Kena Pajak tidak termasuk Penghasilan yang dikenakan Pajak yang
bersifat final dan atau penghasilan yang dikenakan pajak tersendiri sebagaimana
dimaksud Pasal 8 ayat (1) dan ayat (4) UU PPh Nomor 7 Tahun 1983 jo. UU
PPh Nomor 36 Tahun 2008.
8 Dalam hal jumlah Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri
melebihi jumlah kredit pajak yang diperkenankan maka kele bihan tersebut tidak
dapat diperhitungkan dengan Pajak Penghasilan yang terutang tahun berikutnya,
tidak boleh dibebankan sebagai biaya atau pengurang penghasilan, dan tidak
dapat dimintakan restitusi.
Contoh
1 PT LE. Wajib Pajak dalam negeri Indonesia pada tahun 2010 memiliki
penyertaan modal sebesar 65% (enam puluh lima persen) dari jumlah saham yang
disetor pada BM Ltd. di negara A yang tidak menjual sa hamnya di buna efek.
Atas penyertaan modal tersebut maka
a Saat penetapan diperolehnya dividen Apabila Tahun Pajak BM Ltd. di negara
A adalah 1 Januari s.d. 31 Desember dan batas waktu kewajiban
penyampaian surat pemberitahuan tahunan Pajak Penghasilan di negara A
paling lam bat adalah 31 Mei, maka saat diperolehnya penyampaian surat
pemberitahuan tahunan Pajak penghasilan di negara A, yaitu 30 September
2011
b Besarnya dividen yang ditetapkan dan pelaporan Tahun pajak 2010, BM
Ltd. di negara A memperoleh laba setelah pajak sebesar US$50.000,00 dan
nilai tukar US$ ter hadap Rupiah pada bulan September 2011 berdasarkan
kurs te ngah Bank Indonesia adalah Rp9.200,00/US$. maka dividen tahun
2010 yang ditetapkan telah diperoleh PT LE adalah 65% x US$50.000,00
US$32.500,00.Penghasilan dividen tersebut dibukukan oleh PT LE sebesar
US$32.500,00 x Rp9.200,00/US$ Rp299 000.000.00 Jumlah tersebut
diperhitungkan dalam Penghasilan Kena Pajak tahun 2011 sesuai dengan
ketentuan Pasal 16 Undang-Undang No mor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU PPh Nomor 36
Tahun 2008, dan dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan tahun pajak 2011.
c Pengkreditan pajak luar negeri atas dividen yang dibayarkan
1) Apabila dividen tersebut belum dibayarkan oleh BM Ltd. di negara A,
maka tidak ada kredit pajak PPh Pasal 24 yang dapat diperhitungkan
dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan PT LE untuk
tahun pajak 2011
2) Apabila dividen tahun 2010 tersebut diterima wajib pa jak pada bulan
September 2014 dengan jumlah sebesar US$5.000,00, dan pembayaran
dividen dalam bentuk lain un tuk tahun pajak 2010 sebesar US$5.000,00,
dengan bukti pemotongan Pajak Penghasilan atas dividen tersebut masing
nasing sebesar US$3.500,00 dan US$500.00, maka:
a atas selisih lebih dividen yang dibayarkan tersebut me rupakan
panghasilan Wajib Pajak tahun 2014, yaitu US$35.000,00-
US$32.500,00- US$2.500,00 atau sebe sar Rp22.875.000,00 (missal
kurs tengah Bank Indonesia Rp9.150,00/US$) dan dilaporkan pada
Surat Pemberi tahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak 2014:
b atas dividen lainnya sebesar US$5.000,00 juga merupakan penghasilan
tahun 2014, yaitu sebesar Rp45.750.000,00 (misalnya kurs tengah
Bank Indonesia Rp9.150,00/US$) dan dilaporkan pada Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak 2014:
c pajak yang dibayar atau dipotong atas dividen di ne gara A tersebut
sebesar US$3.500.00 dan US$500,00 diperhitungkan sebagai kredit
pajak luar negeri untuk ta hun pajak 2014 sesuai dengan ketentuan
Pasal 24 ayat (6) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pa jak
Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
UU PPh Nomor 36 Tahun 2008.
Pertanyaan