Obyek Pajak
Penghasilan
Pasal 24 UU PPh
Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri
boleh dikreditkan terhadap pajak yang terutang di
Indonesia, tetapi tidak melebihi penghitungan pajak
yang terutang berdasarkan UU PPh. (metode
pengkreditan terbatas / ordinary credit method)
KPLN = Ph dari LN
x PPh Terutang
Ph Kena Pajak
Mansury,2002
Unsur-unsur Penghasilan yang dikenakan pajak :
1. Tambahan kemampuan ekonomis
Yang dikenakan pajak pajak adalah jumlah neto yaitu jumlah
penerimaan atau perolehan bruto dikurangi dengan biaya
untuk mendapatkan,menagih, dan memelihara penghasilan
itu.
2. Yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
Penghasilan yang telah dapat dibukukan, baik dengan
memakai cash basis maupun dengan yang memakai accrual
basis
3. Baik yang berasal dari Indonesia maupun yang berasal dari
luar Indonesia.
Subyek Pajak luar negeri mempunyai kewajiban pajak obyektif
yang terbatas, sedangkan Subyek Pajak dalam negeri
kewajiban pajak obyektifnya meliputi World Wide Income.
Penggabungan
Penghasilan
dari Luar
Negeri
Contoh 1 :
PT. Mandiri menerima dan memperoleh penghasilan neto dari
sumber luar negeri dalam tahun 2009 sebagai berikut :
1. Hasil usaha di negara Jerman dalam tahun pajak 2009 sebesar
Rp.700.000.000,2. Di negara Belanda,memperoleh dividen atas kepemilikan
sahamnya di ABC Corp sebesar Rp.1.000.000,-, yaitu berasal dari
keuntungan tahun 2007 yang ditetapkan RUPS tahun 2007, dan
baru dibayarkan tahun 2009.
3. Di negara Inggris , memperoleh dividen atas penyertaan saham
sebanyak 75% di DEF Corp sebesar Rp.2.000.000,-Saham
tersebut tidak diperdagangkan di bursa efek. Dividen tersebut
berasal dari keuntungan saham 2008 yang berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan ditetapkan diperoleh tahun 2009.
4. Penghasilan berupa bunga sebesar semester II tahun 2009 sebesar
Rp.500.000.000,- dari bangkok Bank di Thailand.Penghasilan
tersebut baru akan diterima pada bulan April 2010.
Penghasilan dari luar negeri mana saja yang dapat digabungkan
dengan penghasilan PT.Mandiri dari dalam negeri dalam tahun
pajak 2009?
Jawab :
Penghasilan pada angka 1,2,3. Sedangkan
penghasilan pada angka 4 digabungkan
dengan penghasilan PT.Mandiri dari dalam
negeri dalam tahun pajak 2010.
KPLN = Ph dari LN
x PPh Terutang
Ph Kena Pajak
Contoh :
PT.Merdeka di Surabaya memiliki cabang di Hongkong, Singapura
dan Malaysia. Dalam tahun buku 2013 diketahui sbb:
1. Cabang Hongkong memperoleh penghasilan (laba) sebesar
Rp.1.000.000.000,2. Cabang Singapura memperoleh penghasilan (laba) sebesar
Rp.2.000.000.000,3. Cabang Malaysia menderita rugi sebesar Rp.750.000.000,4. Dari dalam negeri sendiri memperoleh penghasilan (laba)
sebesar Rp.1.000.000.000,-
Langkah 2
Menghitung Pajak Terhutang : (asumsi omzet WP diatas 50 milyar).
25% x Rp.4.000.000.000,Rp.1.000.000.000,Langkah 3
Penghitungan maksimum kredit untuk masing-masing negara :
1. Hongkong
1.000.000.000,- x Rp.1.000.000.000,- = Rp.250.000.000,4.000.000.000,Yang telah dipotong di Hongkong Rp.300.000.000,Karena potongan pajak di Hongkong lebih besar dari perhitungan
yang diperbolehkan, maka jumlah maksimum kredit pajak luar
negeri untuk Hongkong adalah sebesar Rp.250.000.000,-
2. Singapura
2.000.000.000,- x Rp.1.000.000.000,- = Rp.500.000.000,4.000.000.000,Maksimum yang dapat dikreditkan untuk Singapura adalah
sebesar Rp.500.000.000,3. Malaysia
Rugi jadi tidak ada potongan pajaknya.
Dengan demikian jumlah kredit pajak yang diperkenankan :
1. Dari Hongkong
Rp.250.000.000,2. Dari Singapura
Rp.500.000.000,Jumlah
Rp.750.000.000,Langkah 4
Perhitungan kurang atau lebih bayar
Pajak yang terutang akhir tahun
Rp.1.000.000.000,Kredit pajak yang diperbolehkan
(Rp. 750.000.000,-)
Jumlah kurang bayar
Rp.250.000.000,-
Catatan :
1. Jika ada kerugian di luar negeri maka kerugian tersebut tidak
dapat dikompensasikan (dikurangkan), jadi dapat dianggap
tidak ada cabang.
2. Tarif PPh Badan sesuai dengan pasal 17 ayat(2a) UU PPh
adalah sebesar 25% yang mulai berlaku sejak tahun 2010,
untuk Wajib Pajak dengan omzet diatas 50 Milyar.
3. Sesuai dengan pasal 31E UU PPh, untuk WP Badan dengan
omzet dibawah 50 milyar dapat fasilitas pengurangan tarif
sebesar 50% (12,5%), dengan formula khusus
Contoh :
PT. Merapi memiliki cabang di Hongkong, Malaysia dan
Singapura. Untuk tahun 2011 diketahui informasi sbb:
1. Cabang di Hongkong laba Rp.1.000.000.000,dengan potongan pajaknya sebesar 30%.
30% x Rp.1.000.000.000,- = Rp.300.000.000,2. Cabang di Malaysia laba Rp.1.000.000.000,dengan potongan pajaknya sebesar 25%.
25% x Rp.1.000.000.000,- = Rp.250.000.000,3. Cabang Singapura Rugi sebesar Rp.300.000.000,4. Di Indonesia untuk tahun buku 2011 mengalami kerugian
sebesar Rp.350.000.000,-.
Langkah 1 :
Jumlah penghasilan dari dalam neger dan luar negeri
Hongkong laba
Rp.1.000.000.000,Malaysia laba
Rp.1.000.000.000,Singapura rugi
Rp.
Indonesia rugi
Rp. (350.000.000,-)
Jumlah penghasilan
Rp. 1.650.000.000,Langkah 2 :
Menghitung PPh Terutang: (asumsi Wajib Pajak omzetnya
diatas 50 milyar sehingga tarif PPh Badannya 25%.)
Rp.1.650.000.000,- x 25% = Rp.412.500.000,-
Langkah 3
Menghitung maksimumkredit pajak untuk :
a. Hongkong =Rp.1.000.000.000,- x Rp.412.500.000,- =
Rp.1.650.000.000
=Rp.250.000.000,b. Malaysia =Rp.1.000.000.000,- xRp.412.500.000,- =
Rp.1.650.000.000,=Rp.250.000.000,Langkah 4
Jumlah kredit pajak luar negeri:
Hongkong
Rp.250.000.000,Malaysia
Rp.250.000.000,Jumlah
Rp.500.000.000,-
Langkah 5 :
Jumlah Pajak yang terutang
Jumlah kredit pajak
Jumlah
Rp.412.500.000,Rp.412.500.000,Rp. N I H I L
Catatan :
1. Jumlah potongan luar negeri sebenarnya adalah sebesar
Rp.500.000.000,-, namun hal ini melebihi jumlah pajak yang
terhutang oleh karena itu jumlah yang diperkenankan
sebagai kredit pajak maksimum adalah sebesar
Rp.412.500.000,2. Jika ada kelebihan pemotongan kredit pajak di luar negeri,
maka kelebihan tersebut tidak dapat diperhitungkan sebagai
kredit pajak untuk tahun pajak berikutnya dan tidak boleh
dibebankan sebagai biaya dan tidak dapat diminta kembali.