PERPAJAKAN
DISUSUN OLEH :
WAHYU PANGESTU
C 201 16 327
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik ,
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Perpajakan ini yang berisi
tentang PPh Pasal 24. Oleh karena itu, kami penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi perbaikan makalah di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca. Aamiin
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penghasilan yang diperoleh oleh wajib pajak orang pribadi atau badan tidak hanya
penghasilan yang berasal dari Indonesia saja tetapi mungkin saja juga berasal dari luar
negeri. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Pajak Penghasilan Pasal 24 atau yang
disingkat dengan PPh 24. Di mana PPh 24 merupakan pajak yang dibayar atau terutang di
luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam
negeri. PPh 24 boleh dikreditkan terhadap pajak penghasilan terutang dalam suatu tahun
pajak.
Untuk meringankan beban pajak ganda yang dapat terjadi karena pengenaan pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri, besarnya pajak atas penghasilan
Wajib Pajak dalam negeri yang terutang atau dibayar di luar negeri dapat dikreditkan
terhadap total pajak terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam negeri.
PEMBAHASAN
Pajak Penghasilan Pasal 24, selanjutnya disingkat PPh Pasal 24, merupakan pajak yang
dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak dalam negeri. PPh Pasal 24 ini boleh dikreditkan terhadap total pajak penghasilan
terutang dalam suatu tahun pajak. Indonesia menganut tax credit yang ordinary credit method
dengan menerapkan per country limination.
Penggabungan Penghasilan
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menghitung total PPh terutang dalam satu tahun
pajak adalah menentukan jumlah penghasilan (baik penghasilan dari dalam negeri maupun
penghasilan dari dalam negeri) yang digunakan sebagai dasar untuk menghitung PPh tersebut.
Penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri dilakukan sebagai berikut :
Saat perolehan dividen dalam rangka penggabungan penghasilan tersebut ditetapkan sesuai
dengan Keputusan Menteri Keuangan yaitu :
Pada bulan keempat setelah batas akhir kewajiban untuk menyampaikan surat
pemberitahuan tahunan pajak penghasilan badan usaha diluar negeri untuk tahun
pajak yang bersangkutan, atau ;
Jika tidak ditentukan batas waktu penyampaian surat pemberitahuan tahunan pajak
penghasilan, atau tidak ada kewajiban penyampaian surat pemberitahuan tahunan
pajak penghasilan, saat diperolehnya dividen adalah pada bulan ketujuh setelah tahun
pajak berakhir.
Contoh 1:
PT Mandiri menerima dan memperoleh penghasilan netto dari sumber luar negeri dalam tahun
2014 sebagai berikut:
1. Hasil usaha di negara Jerman dalam tahun pajak 2014 sebesar Rp 700.000.000
2. Di negara Belanda, memperoleh dividen atas kepemilikan sahamnya di “ABC Corp.”
sebesar Rp 1.000.000.000, yaitu berasal dari keuntungan tahun 2012 yang ditetapkan
RUPS tahun 2012, dan baru dibayarkan tahun 2014.
3. Di negara Inggris, memperoleh dividen atas penyertaan saham sebanyak 75% di “DEF
Corp.” sebesar Rp 2.000.000.000. Saham tersebut tidak diperdagangkan di bursa efek.
Dividen tersebut berasal dari keuntungan saham 2013 yang berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan ditetapkan diperoleh tahun 2014.
4. Penghasilan berupa bunga semester II tahun 2014 sebesar Rp 500.000.000 dari Bangkok
Bank di Thailand. Penghasilan tersebut baru akan diterima pada bulan April 2015.
Penghasilan dari sumber luar negeri yang digabungkan dengan penghasilan PT Mandiri dari
dalam negeri dalam tahun pajak 2014 adalah penghasilan pada angka 1,2,3. Sedangkan
penghasilan pada angka 4 digabungkan dengan penghasilan PT Mandiri dari dalam negeri dalam
tahun pajak 2015.
Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan, sumber penghasilan ditentukan
sebagai berikut:
1. Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham
dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau sekuritas
tersebut didirkan atau bertempat kedudukan;
2. Penghasilan berupa bunga, royalty, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta gerak
adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalty, atau sewa
tersebut bertempat kedudukan atau berada;
3. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak bergerak adalah
negara tempat harta tersebut terletak;
4. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah
negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat
kedudukan atau berada;
5. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan;
6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut
serta dalam pembiayaan atau pemodalan dalam perusahaan pertambangan adalah negara
tempat lokasi penambangan berada;
7. Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada;dan
8. Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha tetap
adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.
Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah di antara 3 unsur/perhitungan berikut ini:
Contoh 2:
1. Penghasilan dari luar negeri Rp 5.000.000.000 dengan tarif pajak sebesar 40%.
2. Penghasilan usaha di Indonesia Rp 4.000.000.000.
Jawab:
Berikut ini menghitung kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24)
Jumlah penghasilan neto sama dengan PKP karena tidak terdapat kompensasi kerugian atau
pengurangan yang lain.
Jurnal:
Kas Rp 3.000.000.000
Uang muka PPh Rp 1.250.000.000
Beban PPh 24 Rp 750.000.000
Pendapatan Luar Negeri Rp 5.000.000.000
Perhitungan PPh Pasal 24 Jika Terjadi Kerugian Usaha Dalam Negeri
Jika terjadi kerugian usaha di dalam negeri maka sejumlah kerugian yang diderita tersebut dapat
digabungkan atau dikompensasikan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh di
Indonesia (dalam negeri) sampai 5 tahun kedepan.
Contoh 3:
PT Ananda Raya, yang berkantor di Indonesia, memperoleh penghasilan neto pada tahun 2016
sebagai berikut.
Peredaran bruto dari kegiatan usaha dalam dan luar negeri sebesar Rp 5.000.000.000.
Jawab:
Berikut ini penghitungan kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh pasal 24).
PPh terutang:
50%x25%x Rp 384.000.000 =Rp 48.000.000
25% x Rp 16.000.000 =Rp 4.000.000
Tarif PPh terutang = Rp 52.000.000.
Kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24) adalah Rp 52.000.000.
Jurnal:
Kas Rp 350.000.000
Uang Muka PPh Rp 65.000.000
Beban PPh 24 Rp 85.000.000
Pendapatan Luar negeri Rp 500.000.000
Jika terjadi kerugian yang diderita di luar negeri maka kerugian tersebut tidak boleh
digabungkan/dikompensasikan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh dari Indonesia.
Contoh 4:
Amalia (TK/3), berdomisili di Surabaya, memperoleh dan menerima penghasilan neto tahun
2016 sebagai berikut.
Berikut ini perhitungan kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24).
1. Menghitung total PKP
Penghasilan dari Negara A berupa sewa Rp200.000.000
Penghasilan dari dalam negeri berupa laba usaha Rp200.000.000 (+)
Jumlah penghasilan neto Rp400.000.000
Jumlah penghasilan netosama dengan PKP karena tidak terdapat kompensasi kerugian atau
pengurangan yang lain.
Rp200.000 .000
x Rp70.000 .000=Rp35.000 .000
Rp 400.000.000
4. Menghitung PPh yang dipotong atau dibayar di Negara A
20% x Rp 200.000.000 = Rp 40.000.000
Kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24) adalah Rp 35.000.000 atau sebesar PPh
maksimum sesuai dengan perbandingan penghasilan. Jumlah ini diperoleh dengan
membandingkan penghitungan total PPh terutang, PPh maksimum dikreditkan sesuai
perbandingan penghasilan, dan PPh terutang atau dibayar di luar negeri. Kemudian, dipilih nilai
terendah di antara ketiganya.
Penghitungan PPh Pasal 24 Jika Penghasilan Luar Negeri Berasal dari Beberapa Negara
Jika dipreoleh penghasilan luar negeri yang berasal dari beberapa Negara maka besarnya batas
maksimum kredit pajak luar negeri dihitung untuk masing-masing Negara (per country
limitation)
Contoh 5:
PT Yogananta, yang berkantor di Jakarta, memperoleh dan menerima penghasilan neto pada
tahun 2016 sebagai berikut.
Peredaran bruto dari kegiatan usaha di dalam dan luar negeri tersebut sebesar Rp 50.000.000
Berikut ini penghitungan kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24).
Rp 300.000 .000
x Rp 250.000 .000=Rp 75.000.000
Rp 1.000 .000 .000
Rp 400.000 .000
x Rp 250.000 .000=Rp 100.000.000
Rp 1.000 .000 .000
Rp 100.000 .000
x Rp 250.000 .000=Rp 25.000.000
Rp 1.000 .000 .000
4. Menghitung PPh yang dipotong atau dibayar di luar negeri untuk masing-masing Negara.
a. PPh terutang atau dibayar di Negara P
Tarif pajak Negara P x penghasilan Negara P
20% x Rp 300.000.000 Rp 60.000.000
b. PPh terutang atau dibayar di Negara Q
Tarif pajak negara Q x penghasilan Negara Q
25% x Rp 400.000.000 Rp 100.000.000
c. PPh terutang atau dibayar di Negara R
Tarif pajak Negara R x penghasilan Negara R
35% x Rp 100.000.000 Rp 35.000.000
Contoh 6:
PT Global di Jakarta memperoleh penghasilan netto dalam tahun 2014 sebagai berikut:
Pembetulan SPT
Penghasilan luar negeri Rp 2,000,000,000
Penghasilan dalam negeri Rp 3,000,000,000
Penghasilan Kena Pajak Rp 5,000,000,000
PPh Terutang (menurut pasal 17) Rp 1,250,000,000
Kredit Pajak Luar Negeri yang diperkenankan Rp (400,000,000)
Harus Bayar di Indonesia Rp 850,000,000
PPh Pasal 25 Rp (600,000,000)
PPh Pasal 29 yang sudah disetor Rp (200,000,000)
Masih harus dibayar Rp 50,000,000
Terhadap PPh yang masih harus dibayar sebesar Rp 50.000.000 tidak ditagih bunga.
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Pajak Penghasilan Pasal 24 adalah pajak atas penghasilan wajib pajak dalam negeri
yang bersumber dari luar negeri. Di mana Pajak Penghasilan Pasal 24 ini boleh dikreditkan
terhadap total pajak penghasilan terutang dalam suatu tahun pajak. Indonesia sendiri
menganut tax credit yang ordinary credit method dengan menerapkan per country
limination. Jika terjadi kerugian di dalam negeri maka sejumlah kerugian yang diderita
tersebut dapat digabungkan atau dikompensasikan dengan penghasilan yang diterima atau
diperoleh dari Indonesia (dalam negeri) sampai dengan lima tahun kedepan sementara jika
terjadi kerugian usaha di luar negeri maka kerugian tersebut tidak boleh
digabungkan/dikompenasasikan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh dari
Indonesia.
3.2 Saran
Dari uraian pembahasan di atas penulis menyarankan kepada pembaca sekalian agar
manfaat dari pembahasan mengenai Pajak Penghasilan Pasal 24 dapat memberikan wawasan
positif. Dimana sisi positif dari uraian tersebut bisa dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan tentang Pajak Penghasilan Pasal 24 tersebut dan bisa dijadikan sebagai bahan
pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan saran dari
pembaca.
Daftar Pustaka
Resmi,Siti.2016.Perpajakan Teori dan Kasus.Edisi 9.Jakarta:Salemba Empat.