Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERPAJAKAN

“PPH PASAL 24”

DISUSUN OLEH :

WAHYU PANGESTU

C 201 16 327

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik ,
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Perpajakan ini yang berisi
tentang PPh Pasal 24. Oleh karena itu, kami penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi perbaikan makalah di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca. Aamiin

Morowali, 19 April 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penghasilan yang diperoleh oleh wajib pajak orang pribadi atau badan tidak hanya
penghasilan yang berasal dari Indonesia saja tetapi mungkin saja juga berasal dari luar
negeri. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Pajak Penghasilan Pasal 24 atau yang
disingkat dengan PPh 24. Di mana PPh 24 merupakan pajak yang dibayar atau terutang di
luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam
negeri. PPh 24 boleh dikreditkan terhadap pajak penghasilan terutang dalam suatu tahun
pajak.
Untuk meringankan beban pajak ganda yang dapat terjadi karena pengenaan pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri, besarnya pajak atas penghasilan
Wajib Pajak dalam negeri yang terutang atau dibayar di luar negeri dapat dikreditkan
terhadap total pajak terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam negeri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 24;
2. Penggabungan Pajak Penghasilan Pasal 24;
3. Batas maksimum kredit Pajak Penghasilan Pasal 24;
4. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 24 jika terjadi kerugian usaha dalam negeri;
5. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 24 jika tejadi kerugian usaha luar negeri;
6. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 24 jika penghasilan luar negeri berasal dari
beberapa negara;
7. Perubahan besarnya penghasilan di luar negeri;
8. Cara melaksanakan kredit pajak luar negeri;dan
9. Cara mengisi surat pemberitahuan tahunan Pajak Penghasilan Pasal 24.

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian Pajak Penghasilan Pasal 24;
2. Mengetahui penggabungna Pajak Penghasilan Pasal 24;
3. Mengetahui batas maksimum kredit Pajak Penghasilan Pasal 24;
4. Mengetahui cara menghitung Pajak Penghasilan Pasal 24 jika terjadi kerugian usaha
dalam negeri;
5. Mengetahui cara menghitung Pajak Penghasilan Pasal 24 jika terjadi kerugian usaha luar
negeri;
6. Mengetahui cara menghitung Pajak Penghasilan Pasal 24 jika penghasilan luar negeri
berasal dari beberapa negara;
7. Mengetahui perubahan besarnya penghasilan di luar negeri;
8. Mengetahui cara melaksanakan kredit pajak luar negeri;dan
9. Mengetahui cara mengisi surat pemberitahuan tahunan Pajak Penghasilan Pasal 24.

1.4 Manfaat Penulisan


Melalui makalah ini diharapkan agar yang membacanya dapat mengerti dan memahami
secara jelas mengenai Pajak Penghasilan Pasal 24.
BAB II

PEMBAHASAN
Pajak Penghasilan Pasal 24, selanjutnya disingkat PPh Pasal 24, merupakan pajak yang
dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak dalam negeri. PPh Pasal 24 ini boleh dikreditkan terhadap total pajak penghasilan
terutang dalam suatu tahun pajak. Indonesia menganut tax credit yang ordinary credit method
dengan menerapkan per country limination.

Penggabungan Penghasilan

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menghitung total PPh terutang dalam satu tahun
pajak adalah menentukan jumlah penghasilan (baik penghasilan dari dalam negeri maupun
penghasilan dari dalam negeri) yang digunakan sebagai dasar untuk menghitung PPh tersebut.

Penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri dilakukan sebagai berikut :

1. Penggabungan penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya


penghasilan tersebut ( accrual basis)
2. Penggabungan penghasilan lainnya dilakukan dalam tahun pajak diterimanya penghasilan
tersebut ( cash basis)
3. Penggabungan penghasilan yang berupa dividen ( pasal 18 ayat 2 UU PPh) dilakukan
dalam tahun pajak pada saat perolehan dividen tersebut ditetapkan sesuai dengan
keputusan menteri keuangan.

Saat perolehan dividen dalam rangka penggabungan penghasilan tersebut ditetapkan sesuai
dengan Keputusan Menteri Keuangan yaitu :

 Pada bulan keempat setelah batas akhir kewajiban untuk menyampaikan surat
pemberitahuan tahunan pajak penghasilan badan usaha diluar negeri untuk tahun
pajak yang bersangkutan, atau ;
 Jika tidak ditentukan batas waktu penyampaian surat pemberitahuan tahunan pajak
penghasilan, atau tidak ada kewajiban penyampaian surat pemberitahuan tahunan
pajak penghasilan, saat diperolehnya dividen adalah pada bulan ketujuh setelah tahun
pajak berakhir.

Contoh 1:

PT Mandiri menerima dan memperoleh penghasilan netto dari sumber luar negeri dalam tahun
2014 sebagai berikut:

1. Hasil usaha di negara Jerman dalam tahun pajak 2014 sebesar Rp 700.000.000
2. Di negara Belanda, memperoleh dividen atas kepemilikan sahamnya di “ABC Corp.”
sebesar Rp 1.000.000.000, yaitu berasal dari keuntungan tahun 2012 yang ditetapkan
RUPS tahun 2012, dan baru dibayarkan tahun 2014.
3. Di negara Inggris, memperoleh dividen atas penyertaan saham sebanyak 75% di “DEF
Corp.” sebesar Rp 2.000.000.000. Saham tersebut tidak diperdagangkan di bursa efek.
Dividen tersebut berasal dari keuntungan saham 2013 yang berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan ditetapkan diperoleh tahun 2014.
4. Penghasilan berupa bunga semester II tahun 2014 sebesar Rp 500.000.000 dari Bangkok
Bank di Thailand. Penghasilan tersebut baru akan diterima pada bulan April 2015.

Penghasilan dari sumber luar negeri yang digabungkan dengan penghasilan PT Mandiri dari
dalam negeri dalam tahun pajak 2014 adalah penghasilan pada angka 1,2,3. Sedangkan
penghasilan pada angka 4 digabungkan dengan penghasilan PT Mandiri dari dalam negeri dalam
tahun pajak 2015.

Batas Maksimum Kredit Pajak

Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan, sumber penghasilan ditentukan
sebagai berikut:

1. Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham
dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau sekuritas
tersebut didirkan atau bertempat kedudukan;
2. Penghasilan berupa bunga, royalty, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta gerak
adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalty, atau sewa
tersebut bertempat kedudukan atau berada;
3. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak bergerak adalah
negara tempat harta tersebut terletak;
4. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah
negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat
kedudukan atau berada;
5. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan;
6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut
serta dalam pembiayaan atau pemodalan dalam perusahaan pertambangan adalah negara
tempat lokasi penambangan berada;
7. Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada;dan
8. Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha tetap
adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.

Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah di antara 3 unsur/perhitungan berikut ini:

1. Jumlah pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri.


2. (Penghasilan luar negeri: Seluruh Penghasilan Kena Pajak) X PPh atas seluruh yang
dikenakan tarif pasal 17.
3. Jumlah pajak yang terutang untuk seluruh penghasilan kena pajak (dalam hal penghasilan
kena pajak adalah lebih kecil daripada penghasilan luar negeri).

Contoh 2:

PT Cemara memperoleh penghasilan netto dalam tahun 2014 sebagai berikut:

1. Penghasilan dari luar negeri Rp 5.000.000.000 dengan tarif pajak sebesar 40%.
2. Penghasilan usaha di Indonesia Rp 4.000.000.000.

Jawab:

Berikut ini menghitung kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24)

1. Menghitung Total PKP

Penghasilan dari luar negeri Rp 5.000.000.000

Penghasilan dari dalam negeri Rp 4.000.000.000

Jumlah penghasilan neto Rp 9.000.000.000

Jumlah penghasilan neto sama dengan PKP karena tidak terdapat kompensasi kerugian atau
pengurangan yang lain.

2. Menghitung Total PPh Terutang


Tarif PPh pasal 17 ayat (1) b X Penghasilan kena pajak
25% X Rp 9.000.000.000 = Rp 2.250.000.000

3. Menghitung PPh Maksimum Dikreditkan sesuai Perbandingan Penghasilan


(Penghasilan luar negeri : Total Penghasilan dalam dan luar negeri ) x Total PPh terutang
( Rp 5.000.000.000 : Rp 9.000.000.000) x Rp 2.250.000.000 = Rp 1.250.000.000

4. PPh terutang atau dibayar di luar negeri adalah:


40% x Rp 5.000.000.000 = Rp 2.000.000.000

Dengan demikian kredit pajak yang diperkenankan adalah sebesar Rp 1.250.000.000.

Jurnal:
Kas Rp 3.000.000.000
Uang muka PPh Rp 1.250.000.000
Beban PPh 24 Rp 750.000.000
Pendapatan Luar Negeri Rp 5.000.000.000
Perhitungan PPh Pasal 24 Jika Terjadi Kerugian Usaha Dalam Negeri

Jika terjadi kerugian usaha di dalam negeri maka sejumlah kerugian yang diderita tersebut dapat
digabungkan atau dikompensasikan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh di
Indonesia (dalam negeri) sampai 5 tahun kedepan.

Contoh 3:

PT Ananda Raya, yang berkantor di Indonesia, memperoleh penghasilan neto pada tahun 2016
sebagai berikut.

 Di Negara A, PT Ananda Raya memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp


500.000.000. (Tarif pajak yang berlaku adalah 30%).
 Di dalam negeri, PT Ananda Raya menderita kerugian sebesar Rp 100.000.000.

Peredaran bruto dari kegiatan usaha dalam dan luar negeri sebesar Rp 5.000.000.000.

Jawab:

Berikut ini penghitungan kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh pasal 24).

1. Menghitung Total PKP


Penghasilan dari Negara A berupa laba usaha Rp 500.000.000
Kerugian usaha di dalam negeri (Rp 100.000.000)
Jumlah penghasilan neto Rp 400.000.000
Jumlah penghasilan neto sama dengan PKP karena tidak dapat kompensasi kerugian atau
pengurangan yang lain.

2. Menghitung Total PPh Terutang


PKP yang mendapat fasilitas pengurangan tarif:
Rp 4.800.000 .000
X Rp 400.000.000 = Rp 384.000.000
Rp5.000 .000 .000

PKP yang tidak mendapat fasilitas pengurangan tarif:


Rp 400.000.000 – Rp 384.000.000 =Rp 16.000.000

PPh terutang:
50%x25%x Rp 384.000.000 =Rp 48.000.000
25% x Rp 16.000.000 =Rp 4.000.000
Tarif PPh terutang = Rp 52.000.000.

3. Menghitung PPh Maksimum Dikreditkan sesuai Perbandingan Penghasilan


(Penghasilan luar negeri : Total penghasilan dalam dan luar negeri) X Total PPh terutang
(Rp 500.000.000: Rp 400.000.000) X Rp 52.000.000 = Rp 65.000.0000

4. Menghitung PPh yang Dipotong atau Dibayar di Luar Negeri


Tarif Pajak di luar negeri x penghasilan luar negeri
30% x Rp 500.000.000 = Rp 150.000.000

Kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24) adalah Rp 52.000.000.

Jurnal:

Kas Rp 350.000.000
Uang Muka PPh Rp 65.000.000
Beban PPh 24 Rp 85.000.000
Pendapatan Luar negeri Rp 500.000.000

Kerugian Dalam Negeri Rp 100.000.000


Kas Rp 100.000.000

Perhitungan PPh Pasal 24 Jika Terjadi Kerugian Usaha Luar Negeri

Jika terjadi kerugian yang diderita di luar negeri maka kerugian tersebut tidak boleh
digabungkan/dikompensasikan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh dari Indonesia.

Contoh 4:

Amalia (TK/3), berdomisili di Surabaya, memperoleh dan menerima penghasilan neto tahun
2016 sebagai berikut.

 Di Negara A, ia menerima penghasilan berupa sewa sebesar Rp 200,000,000 (tarif pajak


yang berlaku adalah 40%).
 Di Negara B, ia mengalami kerugianusaha sebesar Rp 100,000,000 (tarif pajak yang berlaku
adalah 25%)
 Di dalam negeri, ia memperoleh laba usaha sebesar Rp 200,000,000.

Berikut ini perhitungan kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24).
1. Menghitung total PKP
Penghasilan dari Negara A berupa sewa Rp200.000.000
Penghasilan dari dalam negeri berupa laba usaha Rp200.000.000 (+)
Jumlah penghasilan neto Rp400.000.000

Jumlah penghasilan netosama dengan PKP karena tidak terdapat kompensasi kerugian atau
pengurangan yang lain.

2. Menghitung total PPh yang terutang


PPh terutang:
 5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
 15% x Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000
 25% x Rp 150.000.000 = Rp 37.500.000 (+)
Rp 70.000.000

3. Menghitung PPh maksimum dikreditkan di Negara A sesuai perbandingan penghasilan


Peng h asilan luar negeri(negara A)
x Total PPh terutang
Total peng h asilan dalam dan luar negeri

Rp200.000 .000
x Rp70.000 .000=Rp35.000 .000
Rp 400.000.000
4. Menghitung PPh yang dipotong atau dibayar di Negara A
20% x Rp 200.000.000 = Rp 40.000.000

Kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24) adalah Rp 35.000.000 atau sebesar PPh
maksimum sesuai dengan perbandingan penghasilan. Jumlah ini diperoleh dengan
membandingkan penghitungan total PPh terutang, PPh maksimum dikreditkan sesuai
perbandingan penghasilan, dan PPh terutang atau dibayar di luar negeri. Kemudian, dipilih nilai
terendah di antara ketiganya.

Penghitungan PPh Pasal 24 Jika Penghasilan Luar Negeri Berasal dari Beberapa Negara
Jika dipreoleh penghasilan luar negeri yang berasal dari beberapa Negara maka besarnya batas
maksimum kredit pajak luar negeri dihitung untuk masing-masing Negara (per country
limitation)

Contoh 5:
PT Yogananta, yang berkantor di Jakarta, memperoleh dan menerima penghasilan neto pada
tahun 2016 sebagai berikut.

 Di Negara P, PT Yoganata memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar


Rp 300.000.000 (tariff pajak yang berlaku adalah 20%).
 Di Negara Q, PT Yoganata memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar
Rp 400.000.000 (tariff pajak yang berlaku adalah 25%).
 Di Negara R, PT Yoganata menerima penghasilan berupa bunga sebesar Rp 100.000.000
(tarif pajak yang berlaku adalah 35%).
 Di dalam negeri, PT Yoganata memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar
Rp 200.000.000

Peredaran bruto dari kegiatan usaha di dalam dan luar negeri tersebut sebesar Rp 50.000.000
Berikut ini penghitungan kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24).

1. Menghitung total PKP


Penghasilan dari Negara P berupa laba usaha Rp 300.000.000
Penghasilan dari Negara Q berupa laba usaha Rp 400.000.000
Penghasilan dari Negara R berupa laba usaha Rp 100.000.000
Penghasilan dari dalam negeri berupa laba usaha Rp 200.000.000
Jumlah penghasilan neto Rp 1.000.000.000
Jumlah penghasilan neto sama denganPenghasilan Kena Pajak karena tidak terdapat
kompensasi kerugian atau pengurangan yang lain.

2. Menghitung total PPh terutang


PPh terutang:

25% x Rp 1.000.000.000 Rp 250.000.000

3. Menghitung PPh maksimum dikreditkan sesuai perbandingan pemghasilan masing-masing


Negara
a. PPh maksimum untuk Negara P
Penghasilan negara P
x Total PPh terutang
Total penghasilan dalam danluar negeri

Rp 300.000 .000
x Rp 250.000 .000=Rp 75.000.000
Rp 1.000 .000 .000

b. PPh maksimum untuk Negara Q


Penghasilannegara Q
x Total PPh terutang
Total penghasilan dalam danluar negeri

Rp 400.000 .000
x Rp 250.000 .000=Rp 100.000.000
Rp 1.000 .000 .000

c. PPh maksimum untuk Negara R


Penghasilan negara R
x Total PPh terutang
Total penghasilan dalam danluar negeri

Rp 100.000 .000
x Rp 250.000 .000=Rp 25.000.000
Rp 1.000 .000 .000

4. Menghitung PPh yang dipotong atau dibayar di luar negeri untuk masing-masing Negara.
a. PPh terutang atau dibayar di Negara P
Tarif pajak Negara P x penghasilan Negara P
20% x Rp 300.000.000 Rp 60.000.000
b. PPh terutang atau dibayar di Negara Q
Tarif pajak negara Q x penghasilan Negara Q
25% x Rp 400.000.000 Rp 100.000.000
c. PPh terutang atau dibayar di Negara R
Tarif pajak Negara R x penghasilan Negara R
35% x Rp 100.000.000 Rp 35.000.000

PPh Maksimum PPh PPh Pasal 24:


Negar Total PPh
Dikreditkan Terutang/Dibaya terendah kolom
a Terutang
Sesuai r di luar Negeri (1), (2), (3)
Perbandingan
Penghasilan
  (1) (2) (3) (4)
P Rp 250,000,000 Rp 75,000,000 Rp 60,000,000 Rp 60,000,000
Q Rp 250,000,000 Rp 100,000,000 Rp 100,000,000 Rp 100,000,000
R Rp 250,000,000 Rp 25,000,000 Rp 35,000,000 Rp 25,000,000
Total kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan Rp 185,000,000
Total kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24) Rp 185.000.000 karena jumlah ini
masih lebih rendah disbanding total PPh terutang Rp 250.000.000.

Perubahan besarnya Penghasilan di Luar Negeri


Dalam hal terjadi perubahan besarnya penghasilan yang berasal dari luar negeri, Wajib Pajak
harus melakukan pembetulan SPT Tahunan untuk tahun pajak yang bersangkutan dengan
melampirkan dokumen yang berkenaan dengan perubahan tersebut. Apabila karena pembetulan
tersebut menyebabkan Pajak Penghasilan kurang bayar, maka atas kekurangan tersebut tidak
dikenakan sanksi bunga. Apabila karena pembetulan tersebut menyebabkan Pajak Penghasilan
lebih bayar, maka atas kelebihan tersebut dapat dikembalikan kepada Wajib Pajak setelah
diperhitungkan dengan utang pajak lainnya.

Contoh 6:
PT Global di Jakarta memperoleh penghasilan netto dalam tahun 2014 sebagai berikut:

- Penghasilan Luar Negeri (tarif pajak 20%) Rp 1,000,000,000


- Penghasilan Dalam Negeri Rp 3,000,000,000
- Penghasilan Luar Negeri (tarif pajak 20%)
(setelah dikoreksi di luar negeri) Rp 2,000,000,000
- PPh Pasal 25 Rp 600,000,000
SPT 2014
Penghasilan Luar Negeri Rp 1,000,000,000
Penghasilan dalam negeri Rp 3,000,000,000
Penghasilan kena pajak Rp 4,000,000,000
PPh terutang (menurut pasal 17) Rp 1,000,000,000
Kredit pajak luar negeri yang diperkenankan Rp (200,000,000)
Harus bayar di Indonesia Rp 800,000,000
PPh Pasal 25 Rp (600,000,000)
PPh Pasal 29 Rp 200,000,000

Pembetulan SPT
Penghasilan luar negeri Rp 2,000,000,000
Penghasilan dalam negeri Rp 3,000,000,000
Penghasilan Kena Pajak Rp 5,000,000,000
PPh Terutang (menurut pasal 17) Rp 1,250,000,000
Kredit Pajak Luar Negeri yang diperkenankan Rp (400,000,000)
Harus Bayar di Indonesia Rp 850,000,000
PPh Pasal 25 Rp (600,000,000)
PPh Pasal 29 yang sudah disetor Rp (200,000,000)
Masih harus dibayar Rp 50,000,000

Terhadap PPh yang masih harus dibayar sebesar Rp 50.000.000 tidak ditagih bunga.

Cara Melaksanakan Kredit Pajak Luar Negeri


Untuk melaksanakan pengkreditan pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri, Wajib Pajak
wajib menyampaikan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan dilampiri:
1. Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri.
2. Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri.
3. Dokumen pembayaran pajak di luar negeri.
Penyampaian permohonan kredit pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri tersebut
dilakukan bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan PPh.
BAB III

KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan

Pajak Penghasilan Pasal 24 adalah pajak atas penghasilan wajib pajak dalam negeri
yang bersumber dari luar negeri. Di mana Pajak Penghasilan Pasal 24 ini boleh dikreditkan
terhadap total pajak penghasilan terutang dalam suatu tahun pajak. Indonesia sendiri
menganut tax credit yang ordinary credit method dengan menerapkan per country
limination. Jika terjadi kerugian di dalam negeri maka sejumlah kerugian yang diderita
tersebut dapat digabungkan atau dikompensasikan dengan penghasilan yang diterima atau
diperoleh dari Indonesia (dalam negeri) sampai dengan lima tahun kedepan sementara jika
terjadi kerugian usaha di luar negeri maka kerugian tersebut tidak boleh
digabungkan/dikompenasasikan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh dari
Indonesia.

3.2 Saran

Dari uraian pembahasan di atas penulis menyarankan kepada pembaca sekalian agar
manfaat dari pembahasan mengenai Pajak Penghasilan Pasal 24 dapat memberikan wawasan
positif. Dimana sisi positif dari uraian tersebut bisa dijadikan sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan tentang Pajak Penghasilan Pasal 24 tersebut dan bisa dijadikan sebagai bahan
pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan saran dari
pembaca.
Daftar Pustaka
Resmi,Siti.2016.Perpajakan Teori dan Kasus.Edisi 9.Jakarta:Salemba Empat.

Mardiasmo.2016.Perpajakan.Edisi Terbaru 2016.Yogyakarta: CV Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai