Anda di halaman 1dari 204

AKUNTANSI SEKTOR

PUBLIK

Disusun oleh

Yesi Mutia Basri


Penyunting : Desmiyawati
Judul : Akuntansi Sektor Publik

Penulis : Yesi Mutia Basri

Editor : Yesi Mutia Basri

Sampul:
Yesi Mutia Basri
Diterbitkan pertama kali oleh:
© Jurusan Akuntansi FE UR 2017

Alamat Penerbit:
Kampus Bina Widya km.12,5 Panam
Pekanbaru-Riau 28293
Telp: 0761-63268
Fax: 0761-63268

Dilarang memproduksi atau memperbanyak seluruh maupun sebagian dari buku ini
dalam bentuk atau cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit
Isi diluar tanggung jawab percetakan

Perpustakaan nasional RI : Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

Yesi Mutia Basri

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


Pekanbaru: Jurusan Akuntansi FE UR

Cetakan Pertama: OKTOBER 2018

ISBN : 978-602-451-290-3
Undang-undang republik Indonesia Nomor 19 tahun 2002

Tentang Hak Cipta

Lingkup hak Cipta:

Pasal 2

1. Hak cipta merupakan hak ekslusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya yang timbul secara otomatis setelah
suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Lingkup hak Cipta:

Pasal 72:

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melalukan perbuatan


sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 dan 2 dipidana dengan pidana
penjara masing-masing paling singkat 1 bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp.1.000.000,- atau pidana penjara paling lama 7 tahun dan/atau paling
banyak Rp.5.000.000.000,-

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau


menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu), dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,-
(lima ratus juta rupiah.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga Buku
Akuntansi Sektor Publik telah dapat diselesaikan. Buku panduan ini merupakan buku
refernsi yang dapat membantu mahasiswa dan praktisi dalam memahami akuntansi sector
public

Terimakasih disampaikan kepada rekan-rekan dan semua pihak yang telah ikut membantu
dalam penyelesaian buku ini.

Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam buku ini untuk itu kritik dan saran
terhadap penyempurnaan buku ini sangat diharapkan. Semoga buku ini dapat memberi
maanfaat bagi mahasiswa dan pihak yang membutuhkannya

Pekanbaru, Oktober 2018

Penulis

Yesi Mutia Basri


DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
Definisi Organisasi Sektor Publik dan Akuntansi Sektor Publik
Tujuan Akuntansi Sektor Publik
Sifat Dan Karakteristik Akuntansi Sektor Publik
Sejarah Dan Perkembangan Organisasi Sektor Publik
Ruang Lingkup Organisasi Sektor Publik
Karakteristik Organisasi Sektor Publik
Peranan Sektor Publik Dalam Ekonomi

BAB 2 KOMPARASI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DAN BISNIS


Perkembangan Pemikiran Akuntansi
Komparasi ASP Dengan Akuntansi Bisnis
Asumsi-Asumsi Akuntansi Sektor Publik Dan Akuntansi Bisnis
Penganggaran Dalam Sektor Publik Dan Sektor Bisnis
Perbedaan Akuntansi Sektor Publik Dan Bisnis
Pengambilan Keputusan Dalam Sektor Publik Dan Sektor Bisnis
Perencanaan Dalam Sektor Publik Dan Sektor Bisnis

BAB 3 PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK


Anggaran Sektor Publik
Sistem Penganggaran
Sistem Penganggaran Di Indonesia
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara/Daerah
Peran APBN Bagi Pembangunan Dan Pertumbuhan Ekonomi
Dasar Hukum APBN Dan APBD
Siklus APBN Dan APBD
Perencanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara/Daerah
Fungsi Perencanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara/Daerah
Prinsip Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara/Daerah
Azas Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara/Daerah
Sumber Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara/Daerah

BAB 4 PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK


Sistem Pengukuran Kinerja Di Sektor Publik
Sistem Pengukuran Kinerja Pemerintah
Tujuan Sakip
Tahapan Sakip
Pedoman Evaluasi Sakip
Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Tujuan Penilaian Kinerja
Prinsip Pengukuran Kinerja
Ukuran Kinerja
BAB 5 AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
Perkembangan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Kerangka Umum Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntansi Pemeintah Pusat
Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (BUN)
Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
Hubungan Unit Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Dengan Unit
Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Barang Pada Struktur
Organisasi Kementeriannegara/Lembaga

BAB 6 AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM


Definisi Badan Layanan Umum
Dasar Hukum Badan Layanan Umum
Karakteristik Badan Layanan Umum
Asas Badan Layanan Umum
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Jenis Laporan Keuangan Badan Layanan Umum
Tata Kelola Badan Layanan Umum
Perencanaan Dan Penganggaran Badan Layanan Umum
Pengelolaan Keuangan Dan Barang Badan Layanan Umum

BAB 7 AKUNTANSI PERGURUAN TINGGI


Perguruan Tinggi
Struktur Dana Di Universitas
Dana Lancar
Dana Terikat
Jenis Perguruan Tinggi Negeri Menurut Pengelolaan Keuangan
Badan Hukum (PTN BH)
Badan Layanan Umum
Penyusunan Laporan Keuangan Perguruan Tinggi
Pelaporan Keuangan Pada Perguruan Tinggi Swasta
Pelaporan Keuangan Pada Perguruan Tinggi Negeri
Pelaporan Keuangan Perguruan Tinngi Badan Layanan Umum (BLU)
Pelaporan Keuangan Perguruan Tinngi Badan Hukum

BAB 8 AKUNTANSI RUMAH SAKIT


Jenis –Jenis Rumah Sakit
Pengelolaan Keuangan Rumah Sakit
Pelaporan Keuangan Pada Rumah Sakit
Rumah Sakit Swasta
Rumah Sakit Pemerintah Non BLU
Rumah Sakit Pemerintah –Badan Layanan Umum
BAB 1
PENDAHULUAN

Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Organisasi Sektor Publik dan Akuntansi Sektor
Publik
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Sejarah Dan Perkembangan Organisasi Sektor
Publik
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Karakteristik Organisasi Sektor Publik
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Peranan Sektor Publik Dalam Ekonomi

Organisasi Sektor Publik


Organisasi sektor publik adalah organisasi yang menggunakan dana masyarakat,
sehingga perlu melakukan pertanggungjawaban ke masyarakat. Oleh sebab itu dalam
rangka pertanggungjawaban dana publik maka diperlukan rangkaian prosedur yang
disebut dengan akuntansi sektor publik.
Istilah Sektor publik memiliki definisi yang beragam. Hal ini disebabkan sektor
publik memiliki area yang luas. Dari sudut pandang ilmu ekonomi menurut Mardiasmo
(Mardiasmo, 2004:2) sektor publik dapat dipahami sebagai suatu entitas yang
aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan
publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.
Bastian (2003:60) mengatakan bahwa dari sisi kebijakan publik, sektor publik
dipahami sebagai tuntutan pajak, birokrasi yang berlebihan, pemerintahan yang besar
dan nasionalisasi versus privatisasi. Dalam arti luas, sektor publik disebut bidang yang
membicarakan metoda manajemen negara, sedangkan dalam arti sempit, diartikan
sebagai pembahasan pajak dan kebijakan pajak. Dari sudut pandang ilmu ekonomi,
sektor publik sering didefinisikan sebagai “suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan
dengan penyediaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan hak publik”.
Sektor publik merupakan organisasi yang kompleks dan heterogen.
Kompleksitas sektor publik tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk
perencanaan dan pengendalian manajemen lebih bervariasi. Demikian juga bagi

1
stekeholder sektor publik, mereka membutuhkan informasi yang lebih bervariasi,
handal, dan relevan untuk pengambilan keputusan. Tugas dan tanggung jawab akuntan
sektor publik adalah menyediakan informasi baik untuk memenuhi kebutuhan internal
organisasi maupun kebutuhan pihak eksternal. Jadi, Organisasi sektor publik
adalah organisasi yang berorientasi pada kepentingan publik. Karena orientasinya pada
kepentingan publik maka organisasi ini biasanya tidak berorientasi pada laba sebagai
tujuan akhirnya. Namun sebagai sebuah organisasi, proses manajemen tetap berjalan
dalam organisasi sektor publik. Kegiatan perencanaan, pengendalian biaya dan kegiatan
serta evaluasi & pengendalian tetap dijalankan di organisasi sektor publik seperti halnya
di sektor swasta.
Pertanggungjawaban dan pelaporan organisasi sektor publik memiliki acuan
khusus. Untuk pemerintah menggunakan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan
rujukan nasionalnya adalah International Public Sector Accounting Standard. Rujukan
lain yang sering digunakan adalah standar akuntansi pemerintah USA yaitu Government
Accounting Standard. Rujukan IPSAS lebih banyak digunakan karena sifatnya yang
lebih umum dan tidak dipengaruhi oleh bentuk organisasi pemerintah negara tertentu.
Sedangkan standar USA tentunya akan sangat diwarnai dengan sistem pengelolaan
keuangan dan pelaksanaan jalannya pemerintahan.
Untuk organisasi sektor publik selain pemerintah menggunakan acuan PSAK 45
tentang Organisasi Nirlaba. Hal yang membedakan laporan keuangan nirlaba dengan
organisasi bisnis adalah adanya pemisahan dana yang diterima oleh entitas sektor publik
dalam bentuk entitas dana. Biasanya dana yang diterima oleh organisasi tersebut harus
dipertanggungjawabkan secara khusus, maka harus ada pelaporan khusus dan terpisah.
Karakter organisasi sektor publik menunjukkan variasi sosial, ekonomi, politik dan
karakteristik menurut undang - undang. Aktivitas organisasi sektor publik amat
beraneka ragam. Kondisi organisasi sektor publik amat mandiri, atau lepas dari
mekanisme murni pasar.

Akuntansi Sektor Publik


Menurut Hafiz (2006) Akuntansi sektor publik merupakan proses
penggolongan, pencatatan, serta pengikhtisaran dengan beragam metode tertentu dalam
ukuran transaksi, moneter, dan kejadian kejadian yang sifatnya mausk ke dalam laporan

2
penyelenggaraan pemerintah yang turut pada asas otonomi serta tugas pembatuan yang
didasarkan pada prinsip otonomi pada prinsip dan sistem NKRI.
Menurut Bastian (2007) Akuntansi sektor publik menjadi mekanisme dalam
teknik serta analisis akuntansi yang digunakan pada pengelolaan dana masyarakat yang
terdapat pada lembaga-lembaga negara dan departemen yang berada dibawahnya,
BUMD, BUMN, LSM, yayasan-yayasan sosial, serta dana-dana proyek kerja sama baik
sektor publik maupun swasta. Di dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Sektor
Publik”, definisi dari Akuntansi Sektor Publik dapat diartikan dalam arti yang lebih luas
sebagai metode manajemen Negara. Sedangkan dalam arti sempitnya, didefinisikan
sebagai pungutan yang dilakukan oleh Negara.
Bila ditarik kesimpulannya maka, Akuntansi sektor publik merupakan
serangkaian proses dalam mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisis, mencatat,
hingga menyajikan informasi-informasi tersebut dalam sebuah laporan yang nantinya
dapat digunakan pihak-pihak terkait untuk pengambilan keputusan. Sistem akuntansi
sektor publik memang diterapkan pada lembagap-lembaga publik negara.

Tujuan Akuntansi Sektor Publik


Berikut ini beberapa tujuan dari adanya akuntansi sektor publik yang dijelaskan oleh
American Accopunting Association (1970):
1. Management Control, tujuannya untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan untuk mengelola suatu organisasi dengan cepat, tepat, efisien serta
ekonomis atas operasi dan penggunaan sumber daya yang dipercayakan /
dianggarkan untuk sebuah organisasi.
2. Accountability, tujuan ini hampir sama dengan management control yaitu
memberikan informasi yang berguna untuk manager sektor publik yang
digunakan untuk melaporkan pelaksanaan tanggungjawab sumber daya / bidang
/ divisi yang berada di bawah wewenangnya. Selain itu juga untuk melaporkan
kegiatan kepada publik atas operasi pemerintah serta penggunaan dana /
anggaran publik

Di Indonesia, kehadiran akuntansi sektor publik memang ditujukan untuk dapat


menciptakan kondisi yang transparan, efisiensi, akuntabilitas publik, efektiv, serta

3
ekonomis. Yang dimaksud dengan kondisi transparan adalah pelaporan yang disajikan
dalam keadaan terbuka dan tidak ada bagian yang ditutupi. Definisi dari akuntabilitas
publik adalah pewujudan dari konsep etika pertangungg jawaban dalam lembaga publik.
Sedangkan tujuan dari efektivitas, efisiensi, serta ekonomis merupakan makna dari
penghematan waktu serta biaya agar kinerja dapat berjalan optimal.
Akuntansi sektor publik berhubungan dengan 3 pokok utama, yaitu sebagai
penyedia informasi pengendalian manajemen serta akuntabilitas. Informasi akuntansi
digunakan sebagai bahan pertimbangan pada saat pengambilan sebuah keputusan, dalam
hal ini membantu kerja dari manajer untuk mengalokasikan seumber daya yang ada.
Informasi akuntansi juga digunakan dalam penentuan biaya-biaya yang dikeluarkan
dalam suatu aktivitas serta kelayakannya dalam hal ekonomis atau teknis. Selain itu,
informasi tersebut juga dapat digunakan dalam memilih program-program mana sajakah
yang tepat, efektif, ekonomis untuk penilaian investasi. Informasi akuntansi juga sangat
dibutuhkan dalam penilaian kinerja sektor publik.

Sifat Dan Karakteristik Akuntansi Sektor Publik


Akuntansi sektor publik jelas berbeda dengan akuntansi sektor swasta. Hal
mencoloknya adalah pada bagian instansi yang menggunakannya. Sektor publik
biasanya terkait dengan organisasi pemerintahan daerah. Secara umum berikut ini
komponen yang mempengaruhi organisasi sektor publik :
1. Ekonomi
1. Tingkat Inflasi
2. Pertumbuhan sektor ekonomi
3. Tenaga Kerja Produktif
4. Nilai Kurs/ Nilai Tukar Mata Uang
5. Infrastruktur / sarana dan prasarana
6. Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Perkapita
2. Politik
1. Hubungan antara negara dengan masyarakatnya
2. Legitimasi hukum pemerintah
3. Tipe pemerintahan yang berkuasa
4. Ideologi & dasar yang dianut

4
5. Jaringan Internasional
6. Hubungan antar lembaga
3. Kultural
1. Keragaman ras, suku, agama, budaya dan bahasa
2. Sistem nilai yang berlaku di masyarakat (moral)
3. Historis/ sejarah
4. Kondisi Sosiologis Masyarakat
5. Tingkat Pendidikan
6. Karakteristik Masyarakat yang Berbeda tiap daerah
4. Demografis
1. Tingkat Pertumbuhan penduduk
2. Struktur / penyebaran usia penduduk
3. Migrasi (transmigrasi, imigrasi, dll)
4. Kesehatan Masyarakat
5. Angka harapan hidup

Di Indonesia, Akuntansi Sektor Publik mencakup beberapa bidang utama, yakni


:
a. Akuntansi Pemerintah Pusat
b. Akuntansi Pemerintah Daerah
c. Akuntansi Parpol dan LSM
d. Akuntansi Yayasan
e. Akuntansi Pendidikan dan Kesehatan
f. Akuntansi Tempat Peribadatan
Aktivitas yang mendekatkan diri ke pasar tidak pernah ditujukan untuk
memindahkan organisasi sektor publik ke sektor swasta.
Karakteristik organisasi sektor publik
Tujuan Untuk mensejahterakan masyarakat secara bertahap, baik
dalam kebutuhan dasar, dan kebutuhan lainnya baik
jasmani maupun rohani.
Aktivitas Pelayanan publik ( publik services ) seperti dalam bidang
pendidikan, kesehatan, keamanan, penegakan hukum,

5
transfortasi publik dan penyediaan pangan.
Sumber Pembiayaan Berasal dari dana masyarakat yang berwujud pajak dan
retribusi, laba perusahaan negara, peinjaman pemerintah,
serta pendapatan lain – lain yang sah dan tidak
bertentangan sengan perundangan yang berlaku.
Pola Pertanggungjawaban Bertanggung jawab kepada masyarakat melalui lembaga
perwakilan masyarakat seperti Dewan Perwakilan
Rakyat ( DPR ), Dewan Lerwakilan Daerah ( DPD ), dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( DPRD )
Kultur Organisasi Bersifat birokratis, formal dan berjenjang
Penyusunan Anggaran Dilakukan bersama masyarakat dalam perencanaan
program. Penurunan program publik dalam anggaran
dipublikasikan untuk dikritisi dan didiskusikan oleh
masyarakat dan akhirnya disahkan oleh wakil dari
masyarakat di DPR, DPD. Dan DPRD.
Stakeholder Dapat dirinci sebagai masyarakat Indonesia, para
pegawai organisasi, para kreditor, para investor, lembaga
– lembaga internasional termasuk lembaga donor
internasional seperti Bank Dunia, IMF ( International
Monetary Fund ), ADP ( Asian Development Bank ),
PBB ( Perserikatan Bangsa – Bangsa ), UNDP ( United
Nation Depelopment Program, USAID, dan Pemerintah
luar negeri.

Ciri-Ciri Organisasi Sektor Publik


Organisasi sektor publik memiliki ciri sebagai berikut :
a. Tidak mencari keuntungan finansial
b. Dimiliki secara kolektif oleh publik
c. Kepemilikan sumber daya tidak dalam bentuk saham
d. Keputusan yang terkait kebijakan maupun operasi berdasarkan konsensus

6
Beberapa tugas dan fungsi sektor publik dapat juga dilakukan oleh sektor
swasta, misalnya : layanan komunikasi, penarikan pajak, pendidikan, transportasi publik
dan sebagainya. Adapun beberapa tugas sektor publik yang tidak bisa digantikan oleh
sektor swasta, misalnya : fungsi birokrasi perintahan. Sebagai konsekuensinya,
akuntansi sektor publik dalam beberapa hal berbeda dengan akuntansi sektor swasta.

Struktur Organisasi Sektor Publik


Secara kelembagaan, organisasi sektor publik juga berbeda dengan sektor
swasta. Struktur organisasi pada sektor publik bersifat birokratis, kaku, dan hirarkis,
sedangkan struktur organisasi pada sektor swasta lebih fleksibel. Salah satu faktor
utama yang membedakan sektor publik dengan sektor swasta adalah adanya pengaruh
politik yang sangat tinggi pada organisasi sektor publik. Tipologi pemimpin, termasuk
pilihan dan orientasi kebijakan politik, akan sangat berpengaruh terhadap pilihan
struktur birokrasi pada sektor publik. Sektor publik memiliki fungsi yang lebih
kompleks dibandingkan dengan sektor swasta.

Sejarah Dan Perkembangan Organisasi Sektor Publik


Sejak awal 1990-an, paradigma diberbagai negara bergeser dari pemerintah
formal (rulling goverment), menuju ke tata pemerintah yang baik ( good governance),
dalam rangka menempatkan administrasi pemerintah menjadi lebih berhasil
guna,berdana guna, dan bagi setiap warga masyarakat.
Sebenarnya sejarah organisasi sektor publik telah dimulai sejak ribuan tahun
yang lalu. Bahkan dalam bukunya, Vernon Kam (1989) mengilustrasikan keberadaan
praktik akuntansi sektor publik sejak ribuan tahun sebelum masehi.
Praktik tersebut dihasilkan dari berbagai interkasi antarwarga masyarakat dan
berbagai kekuatan sosial kemasyarakatan. Kekuatan sosial masyarakat, yang umumnya
berbentuk pemerintahan organisasi sektor publik ini, diklasifikasikan dalam :
1. Semangat kapitalisasi
2. Peristiwa politik dan ekonomi
3. Inovasi Teknologi

7
Pada akhir abad 18, terjadi perubahan mendasar dalam aturan bisnis. Inisiatif
individu menjadi lebih dihargai dan diberi peluang seluas-luasnya. Akibatnya, revolusi
industri muncul di Inggris.
Praktik akuntansi sektor publik dapat dikatakan berkembang lebih lambat di
abad ke 19 dan 20. Interpretasi yang sah mulai muncul dengan menyamakan akuntansi
sektor publik sebagai proses pencatatan pajak yang dipungut pihak pemerintah. Di
Inggris, penekanan ini dinyatakan dalam penunjukan pejabat publik sebagai
penanggung jawab pengumpulan pajak, sekaligus pembelanjaan dana kerajaan. Satu-
satunya perkembangan di masa itu adalah dimulainya praktik audit atas dana
pemerintah.
Pada tahun 1832, dibentuk komisi audit yang melaporkan ke Dewan Perwakilan Rakyat
tentang pelaksanaan pengeluaran dana. Kedekatan para auditor dan para pejabat
terbilang amat erat. Berbagai bukti sejarah menunjukan praktik akuntansi sektor publik.
Selain itu, kehadiran dari akuntansi sektor publik juga dapat mewujudkan
karakteristik dari Good Governance (tata kelola yang baik). Karakteristik tersebut
terdiri dari berbagai hal, antara lain adalah:
 Transparansi, karakter yang diwujudkan dari adanya kebebasan dalam
mendapatkan informasi.
 Partisipasi, karakter yang mewujudkan kebebasan dalam berasosiasi, berbicara,
dan berpartisipasi dengan konstruktif.
 Akuntabilitas, karakter yang berasal dari pertanggung jawaban yang real
terhadap publik.
 Consencus Orientation, karakter yang memiliki orientasi pada publik.
 Rule of law, karakter yang bertujuan untuk mewujudkan hukum yang dapat
ditegakkan tanpa memandang apapun.
 Equity, karakter ini bertujuan untuk mewujudkan persamaan dari hak keadilan
dan kesejahteraan.
 Responsiveness, karakater yang beruwuju dikap cepat dan tanggap terhadap
pelayanan publik. Strategic Vision, karakter yang mewujudkan visi dan misi
yang ada dan jelas.

8
 Efficiency and Effectiveness, karakter yang mewujudkan pengelolaan dari
sumber-sumber daya mulai dari pengumpulannya hingga penggunaan sumber
daya tersebut dengan efektif, efisien, dan bertanggung jawab.

Kehadiran akuntansi sektor publik memang sangat penting dalam pembuatan


laporan yang terkait dengan transaksi dan kegiatan keuangan pada lingkup
pemerintahan. Peranannya yang penting ini juga tercantum dan didukung dasar hukum
yang jelas seperti UUD 1945 amandeman IV yang menjelaskan keuangan negara, UU
nomor 5 tahun 1974 pasal 64(Fungsi APBD), dan lainnya. Semoga informasi diatas
bermanfaat bagi anda.

Peranan Sektor Publik Dalam Ekonomi : Paradigma Baru Pasca Orde Baru
Konsep tanggung jawab bersama, pentingnya demokrasi sebagai pengendali
negara dan nilai kehidupan manusia telah berkurang sejak era 1990-an. Kesehatan dan
pendidikan sebagai aspek yang menyentuh langsung ke individu telah diubah menjadi
kancah kepentingan anggaran dan penguasa. Akibatnya, kebutuhan-kebutuhab sosial,
persamaanm demokrasi, kepentingan masyarakat dan keadilan ditempatkan pada posisi
terendah. Kondisi inilah yang terakumulasi dalam kesulitan ekonomi dan politik. Hasil
dari proses ini semua adalah pencarian keseimbangan tetanan sosial baru di indonesia.

Politik Ekonomi Status Quo : Catatan Perjalanan Sektor Publik di Orde Baru
Kebijakan top down yang dilakukan selama order baru telah membawa krisis
fiskal dan moneter negara sejak 1997. Dampak nyata dari pemerintahan Orde Baru tidak
dapat diukur hanya dari propaganda pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dari
pertumbuhan kesenjangan sosial. Di tahun 1990-an, yang kaya menjadi semakin kaya
dan yang miskin menjadi semakin miskin, yang dapat dilihat sebagai berikut.
a. Jumlah rakyat yang hidup dibawah kemiskinan di tahun 1998 telah meningkat
tiga kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya.
b. Jumlah siswa putus sekolah juga telah meningkat lebih dari dua kali lipat.
c. Harga obat-obatan nongenerik telah meningkat empat kali lipat.
d. Harga utilitas, seperti listrik, air, transportasi, dan telekomunikasi umumnya
meningkat lebih dari 20%.

9
Reformasi Arah Sektor Publik
Perkembangan dunia politik dan sistem multi partai dipengaruhi oleh aliran Kanan
Baru di Indonesia. Pendukung aliran ini mempunyai pandangan yang berbeda tentang
peranan negara dan sektor publik, terutama pelaksanaan privatisasi dan deregulasi.
Dibawah ini adalah beberapa kritik aliran Kanan Baru terhadap manajemen sektor
publik :
a. Sektor swasta lebih efisien dibandingkan sektor publik. Kriteria efesiensi telah
diprioritaskan dibanding kriteria efektivitas, persamaan dan pertanggung
jawaban. Efesiensi lebih merupakan proses dan dipandang sebagai cara
pencapaian suatu tujuan.
b. Kekuatan pasar dan persaingan mengarahkan ke pilihan yang lebih baik dengan
berkurangnya biaya jasa dan meningkatnya kualitas. Aliran kanan Baru
mengeklaim bahwa disiplin pasar amat esensial untuk melindungi konsumendan
mendorong pelayananan yang lebih baik dari perusahaan-perusahaan yang ada.
c. Perusahaan swasta dan pasar yang kompetitif akan lebih baik dalam memenuhi
permintaan konsumen dan kondisi pasar.Klaim aliran Kanan Baru menyatakan
bahwa birokrat dan pekerja pemerintahan mempunyai kecenderungan
mengutamakan kepentingan mereka sendiri.
d. Pemerintah terlalu besar dan boros, sehingga pemerintah sering disebut sebagai
masalah. Negara harus mengatir pasartetapi tidak mengintervensi industri.
e. Meningkatkan inovasi pelayanan masyarakat dengan melibatkan keluarga dan
disiplin tanggung jawab individual dalam mempromosikan kepentingan industri.

Peranan Sektor Publik


Pelayanan masyarakat oleh sektor publik secara keseluruhan memainkan peranan
vital dalam perekonomian negara. Pemerintah pusat maupun daerah cenderung berfokus
pada pengeluaran nasional dan memproyeksikan sektor publik sebagai “kran” ekonomi
yang menyerap sumber daya yang dapat digunakan lebih baik dari sektor lain. Dalam
kenyataannya peranan swasta maupun kerja sama publik –swasta tidak mengubah porsi
ekonomi agensi publik.

10
Membangun Kembali Sektor Publik
Perubahan orientasi politik ekonomi ke sektor publik telah memunculkan
kebutuhan untuk membangun sektor publik. Proses ini tentunya harus meliputi :
a. Pembangunan ulang industri dan ekonomi, dengan perencanaan sektor dan
persetujuan peerencanaan yang mencakup perawatan anak, pendidikan yang
efektif, pemenuhan kebutuhan minimum dengan gaji yang mencukupi, kebijakan
regional, dan demokratisasi industri.
b. Demokratisasi negara, termasuk pengendalian badan nasional dan regional, serta
program pemerintah, seperti pendidikan nasional dan kesehatan nasional.
c. Peningkatan investasi yang dibiayai dengan peningkatan produksi, redistribusi
pengeluaran dan pajak.

Agar proses ini dapat terlaksana diperlukan strategi yang terintegrasi. Pelaksanaan
restrukturisasi dan regenerasi pelayanan masyarakat ini sangat tergantung pada empat
kondisi :
a. Pekerja dan pemakai berpartisipasi penuh, perubahan permintaan secara
fundamental, pengambilan langkah untuk meyakinkan implementasi dan
kebijakan, serta mencegah kekakuan pengelolaan modal.
b. Kebijakan harus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
pengembangan pelayanan baru untuk masyarakat, pengembangan hubungan
sosial dari pelayanan yang ada, dan tidak mengulangi kesalahan kebijakan orde
baru.
c. Kebijakan harus mengarah pada commodification dan consumerisation dari jasa
serta kesempatan yang sama menurut kelas, ras, dan jenis kelamin.
d. Strategi bentuk-bentuk kepemilikan dan pengendalian digunakan. Proses
restrukturisasi dan regenerasi harus meyakinkan pengembangan yang
berkelanjutan dari bentuk-bentuk ini.
Berdasarkan kondisi dan cakupan area pengembangan, isu yang terkait dapat
mulai diusulkan :
a. Pengembangan sektor publik meliputi industri utilitas, jasa dan tanah, dan harus
meliputi perusahaan individual serta organisasi.
b. Fokus pada pengendalian publik dalam kebijakan makroekonomi.

11
c. Mengakui kepemilikan sebagai hal yang vital, walaupun ini hanya satu dari
sejumlah taktik untuk merestrukturisasi dan menggenerasi.
d. Memusatkan pada visi pelayanan masyarakat dan demokratisasi pengendalian
organisasi publik.
e. Memperkuat kapasitas dan visi badan publik tingkat lokal dan regional untuk
mengembangkan inisiatif yang ada.
f. Mengakui dan memobilisasi sumber daya, keahlian, dan ide pergerakan tenaga
kerja.
g. Perspektif internasional amat diperlukan untuk mengikuti gerakan globalisasi jasa
dan perusahaan.
h. Untuk mengakui rentang persyaratan tentang sumber daya manusia, teknis, dan
keuangan untuk pengembangan ide dan inovasi.
i. Perubahan hubungan sosial, pengendalian demokratis, dan kesamaan kesempatan
dalam proses implementasi program yang berkualitas dan sangat berpengaruh.

Dari usulan di atas terlihat bahwa proses pembangunan kembali sektor publik
terfokus pada strategi kepemilikan dan pengendalian bentuk organisasi jasa dan
intervensi pasar. Oleh sebab itu, variabel-variabel yang perlu diperhatikan adalah :
a. Perubahan kebutuhan dan permintaan
b. Perubahan ekonomi dan klasifikasi sektoral
c. Perubahan pengeluaran publik dan kebijakan fiskal
d. Perubahan nila manajemen

Jadi rentang strategi pemerintahan yang diperlukan meliputi :


a. Penentuan prioritas segera dan tujuan.
b. APengawasan implementasi dan analisis dampaknya.
c. Aksi meyakinkan perubahan struktural yang fundamental.

Beragamnya organisasi pelayanan masyarakat membutuhkan model kelembagaan


yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Jadi, penjabaran strategi di atas ke setiap
area dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Industri utilitas, seperti gas, air, listrik, dan minyak.

12
b. Pelayanan nasional, seperti kesehatan dan pendidikan.
c. Transportasi publik, baik itu rute nasional maupun lokal.
d. Industri dasar dan perusahaan pabrikasi.
e. Jasa-jasa keuangan.
f. Tanah dan pengembangannya.
g. Sumber daya alam lainnya.

13
BAB 2
KOMPARASI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DAN
BISNIS

Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Komparasi ASP Dengan Akuntansi Bisnis
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Asumsi-Asumsi Akuntansi Sektor Publik Dan
Akuntansi Bisnis
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Penganggaran Dalam Sektor Publik Dan Sektor
Bisnis
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Perbedaan Akuntansi Sektor Publik Dan Bisnis
5. Mahasiswa mampu menjelaskan Pengambilan Keputusan Dalam Sektor Publik
Dan Sektor Bisnis

Komparasi Akuntansi Sektor Publik versus Sektor Bisnis ( Swasta )


Akuntansi sektor publik di Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan
akuntansi bisnis (swasta). Di sisi lain, karakteristik sektor publik sangat berbeda dengan
sektor swasta, dimana pengelolaan di masing-masing organisasi harus diperdalam lagi
agar kinerja masing-masing sektor menjadi maksimal dalam mencapai tujuannya.
Maksimalisasi kinerja organisasi sektor publik inilah yang menjadi tujuan dari
komparasi akuntansi sektor publik inilah yang menjadi tujuan dari komparasi akuntansi
sektor publik dan organisasi bisnis (swasta).

Istilah kelompok swasta dan publik bermula dari sejarah manusia primitif yang
mulai hidup berkelompok dan terjadi perubahan sedemikian rupa hingga menjadi
sekelompok manusia yang mulai memiliki pemikiran, sosial, dan organisasi. Dimana
masyarakat tersebut sejak dahulu memenuhi kebutuhan hidup dari segala hal yang ada
di alam, yang kemudian hari seiring perkembangan waktu ketersediaan sumber daya
yang ada di alam semakin sedikit dan membuat perselisihan antar kelompok sehingga
membentuk kelompok yang dikemudian hari memiliki sifat swasta dan publik.

14
Akuntansi sektor publik dapat diinterprestasikan sebagai bidang akuntansi yang
secara khusus membahas penggunaan akuntansi dalam kegiatan organisasi sektor
publik. Secara luas, organisasi sektor publik meliputi lembaga-lembaga
tinggi negara dan departemen-departemen dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN dan
BUMD, partaipolitik, LSM, yayasan, dan lembaga non profit lainnya. Akuntansi sektor
publik itu sendiri perlu dipelajari secara tersendiri karena sebagai bagian dari upaya
memenuhi kebutuhan akan terselesaikannya permasalahan negara ini.

Asumsi-Asumsi Akuntansi Sektor Publik Dan Sektor Bisnis (Swasta)


Perbedaan antara akuntansi sektor publik dan akuntansi swasta adalah motif
keuntungan. Akuntansi sektor publik hanya memenuhi kebutuhan publik tanpa motif
mencari keuntungan sedangkan akuntansi swasta pasti akan mencari keuntungan
sebanyak-banyaknya. Awalnya sektor publik muncul akibat kebutuhan masyarakat akan
barang dan layanan tertentu. Sehingga area sektor pubik dan pemerintah menjadi
organisasi sektor publik terbesar. Keunikan ASP cenderung kurang seragam karena
setiap bidangnya mempunyai karakteristik yang berbeda.

Akuntansi Sektor Publik Versus Sektor Bisnis


1. Perbedaan Akuntansi Sektor Publik dengan Akuntansi Sektor Bisnis
Secara konseptual, perbedaan kedua jenis organisasi ini terletak pada tujuan yang
akan dicapai. Pada tahap perencanaan, organisasi sector swasta menitikberatkan
keuntungan usaha semaksimal mungkin. Sementara organisasi sector publik lebih
mengutamakan kesejahteraan masyarakat.
2. Akuntansi Sektor Publik yang Tertinggal dari Akuntansi Bisnis
Akuntansi Sektor Publik di Indonesia sangat jauh tertinggal jika diandingkan
dengan Akuntansi Sektor Swasta. Pembuktiannya yaitu :
 Pemerintah Indonesia belum memiliki semua infrastruktur akuntansi keuangan yang
dibutuhan.
 Standar Audit Pemerintahan pada tahun 1990-an baru ada dua buah, yaitu satu yang
dikeluarkan oleh Badan Pemerintah Keuangan Republik Indonesia dan di pihak lain,

15
BPKP sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah juga mengeluarkan Standar
Audit.
 Pada organisasi public selain pemerintah ada standar akuntansi keuangan (SAK)
No.45 tentang standar akuntansi untuk entitas nirlaba.
3. Akuntansi atas Utang atau Kewajiban Organisasi Publik
Kelemahan akuntansi keuangan pemerintah di masa lalu harus dipecahkan melalui
mekanisme hukum yang memberdayakan warga masyarakat. Pembagian tugas yang
jelas akan menunjukkan unit yang bertanggung jawab atas perhitungan “utang
pemerintah” dan strategi pelunasannya.
Dalam hal ini, berbagai pertanyaan berikut harus dijawab:
 Malukah pemerintah mengetahui utangnya?
 Belum siapkah pemerintah memasuki transparansi keuangan?
 Apakah akuntansi yang baik hanya diperuntukan bagi Pemerintah Daerah
dengan mewajibkan penyusunan Nota Perhitungan Anggaran Daerah,
Perhitungan Daerah, Neraca, dan Laporan Arus Kas?
 Bagaimana laporan keuangan pemerintah pusat dan berbagai agensi pemerintah
yang mengelola aset negara disusun secara terpisah?

4. Ekonomi, Efisiensi, dan Efektivitas


 Efisiensi
Suatu organisasi dianggap semakin efisien apabila rasio efisiensi
cenderung diatas satu. Secara absolut, rasio ini tidak menujukkan posisi keuangan
dan kinerja organisai.
 Efektivitas
Efektivitas menunjukkan kesuksesan atau kegagalan dalam pencapaian
tujuan. Dalam rangka mencapai tujuan itu, organisai sector publik sering kali tidak
memperhatikan biaya yang di keluarkan. Hal seperti itu bisa terjadi, apabila efisiensi
biaya bukan merupakan salah satu dari indikator hasil
 Ekonomi
Indikator ekonomi merupakan indikator tentang penggunaan input.ada 3
indikatot kinerja organisai sector publik bisa di rinci sebagai berikut: ekonomi

16
mengenain input, efisiensi tentang input dan output, serta efektifvitas yang
berhubungan dengan output.
5. Kultur Organisasi Sektor Publik dan Sektor Bisnis (Swasta)
Organisasi sektor publik bertujuan memenuhi kesejahteraan masyarakat,
sedangkan tujuan organisasi sektor swasta adalah mencari keuntungan. Dalam
organisasi publik semua karyawan/pegawai/ pengurus/relawan bekerja untuk
mencapai satu tujuan yakni pemenuhan pelayanan publik. Persaingan inilah yang
menghantarkan kinerja swasta cenderung lebih cepat berkembang ketimbang sector
publik.
6. Dasar Hukum Akuntansi Sektor Publik dari Sektor Bisnis (Swasta)
 Dasar hukum akuntansi sektor publik adalah:
a) Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
b) Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
c) Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
 Dasar hukum akuntansi sektor bisnis (swasta) adalah:
a) Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
b) Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)

Pengambilan Keputusan Dalam Sektor Publik Dan Sektor Bisnis (Swasta)


Dalam sektor public pengambilan keputusan dilakukan melalui mekanisme
formal. Sedangkan organisasi bisnis (swasta) juga mengambil keputusan secara
musyawarah mufakat.
Pengambilan keputusan
Sector publik Sektor bisnis (swasta)
Mekanisme formal dan telah ditetapkan
Mekanisme formal dan telah ditetapkan
dengan keputusan organisasi atau tidak
dengan keputusan organisasi.
formal.

Segala keputusan dilakukan melalui Mengambil keputusan secara musyawarah


musyawarah mufakat antara pimpinan/ mufakat atau dapat juga diputuskan secara
pengurus dan anggota individual.

17
Perencanaan Dalam Sektor Publik Dan Sektor Bisnis (Swasta)
Untuk mencapai suatu tujuan dalam setiap organisasi sector public maupun
swasta diperlukan suatu perencanaan yang terdiri dari:
1. Proses perencanaan: strategi yang digunakan untuk memilih atau memodifikasi
aktivitas
2. Proses pengendalian: penetapan perencanaan dalam suatu system menjamin bahwa
proses perencanaan dapat dilakukan, baik jangka panjang, pendek dan menengah.
Penyediaan informasi pada tahap perencanaan dilakukan dengan cara:
a. Penilaian investasi, yaitu sebagai informasi pada tahap perencanaan
b. Perencanaan dan penganggaran keuangan
- Perencanaan keuangan
- Anggaran modal
c. Anggaran pendapatan, yaitu dokumen penting dalam perencanaan
d. Model keuangan, yaitu untuk memprediksi kondisi masa depan
e. Target perencanaan dan pengangguran, yaitu seperangkat sasaran dalam bentuk
kuantitatif yang harus dicapai oleh pihak manajemen pada waktu tertentu di masa yang
akan datang, seperti output dan kinerja.
Berikut ini adalah tahap pokok dari perencanaan dan pengendalian:
 Perencanaan sasaran dan tujuan dasar.
 Perencanaan operasional.
 Penganggaran.
 Pengukuran dan pengendalian.
 Pelaporan, analisis, dan umpan balik.
Perencanaan
Sector public Sector bisnis (swasta)

Disusun oleh bagian perencanaan Disusun oleh para pegawai serta manajer yang
organisasi, staf, atau pengelola ada dalam organisasi tersebut.
organisasi.
Disahkan dengan regulasi public. Disahkan dengan aturan perusahaan atau
keputusan pemilik/pengelola perusahaan.

18
Hasil yang ingin dicapai adalah Hasil yang ingin dicapai adalah meraup
kesejahteraan public. profit/laba yang tinggi, serta peningkatan
kekayaan dan pertumbuhan organisasi.

Penganggaran Dalam Sektor Publik Dan Sektor Bisnis (Swasta)


Di dalam organisasi sektor publik, penyusunan anggaran dilakukan bersama
masyarakat dalam perencanaan program. Sedangkan organisasi swasta, penyusunan
anggaran dilakukan oleh para pegawai dan manajer perusahaan yang berwenang dengan
persetujuan pemilik perusahaan.
Tabel 2 : Penganggaran dalam sektor publik dan sektor bisnis (swasta)
Penganggaran
Sektor public Sektor bisnis (swasta)
Penyusunan anggaran dilakukan bersama Penyusunan anggaran dilakukan begian
masyarakat dalam perencanaan program. keuangan, pengelola perusahaan, atau
pemilik usaha.
Dipublikasikan untuk dikritisi dan Tidak dipublikasikan.
didiskusikan oleh masyarakat.
Disahkan oleh wakil masyarakat di DPR/D Disahka oleh pengelola perusahaan atau
legislatif dewan pengurus. pemilik usaha.

Realisasi Anggaran Dalam Sektor Publik Dan Sektor Bisnis (Swasta)


Dalam sektor publik kualitas dicapai untuk mencapai tujuan pelayanannya
kepada publik. Sedangkan pada organisasi swasta, kualitas dicapai dalam rangka
mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari produknya.
Tabel 3: Realisasi anggaran dalam sektor publik dan swasta
Realisasi anggaran
Sektor publik Sektor bisnis (swasta)
Kualitas untuk memenuhi tujuan pelayana Kualitas untuk mendapatkan keuntungan
organisasi. yang lebih besar.
Partisipasi kensumen (masyarakat) selama Partisipasi konsumen setelah mendapatkan
proses realisasi anggaran. output (produk).

19
Pengadaan Barang Dan Jasa Dalam Sektor Publik Dan Sektor Bisnis (Swasta)
Barang publik adalah barang kolektif yang harus dikuasai oleh negara atau
pemerintah. Sementara itu barang swasta adalah barang yang spesifik yang dimiliki oleh
swasta dan bersifat ekslusif. Pada dasarnya alokasi barang dan jasa dalam masyarakat
dapat dilakukan melalui dua mekanisme yaitu mekanisme pasar (market
mechanism) dan mekanisme birokrasi (bureaucratic mechanism).
Pengadaan barang dan jasa
Sektor publik Sektor bisnis (swasta)
Barang publik dalah barang kolektif yang Barang swasta adalah barang spesifik yang
harus dikuasai oleh negara atau pemerintah dimiliki oleh swasta
Sifatnya tidak ekslusif Sifatnya ekslusif

Pada umumnya barang dan jasa Barang dan jasa hanya bisa dinikmati oleh
diperuntukkan bagi kepentingan seluruh mereka yang mampu membelinya.
masyarakat dalam skala luas.
Tujuan pengadaan barang dan jasa publik Tujuan pengadaan barang dan jasa adalah
adalah dipertunjukkan bagi kepentingan diperuntukkan bagi kepentingan internal
seluruh warga dalam skala luas. organisasi.

Pelaporan Dalam Sektor Publik Dan Sektor Bisnis


Asumsi UU No.17/2003 membawa akuntabilitas hasil sebagai catatan yang
dipertanggungjawabkan. Pada bulan juni 1999,Amerika Serikat
melalui Governmental Accounting Standards Board (GASB) mengeluarkan
GASB statement No.34 “Basic Financial Statement and Management’s Discussion and
Analysis for State and local Government,”dimana model pelaporan keuangan
diterapkan untuk pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
Menurut Likierman dan Taylor ada beberapa perbedaan antara laporan keuangan
sector public dan laporan keuangan sector swasta yaitu:

Laporan Keuangan Sektor Publik Laporan Keuangan Sektor Swasta


 Dipengaruhi oleh proses keuangan dan  Terikat oleh aturan dan criteria
politik. kecurangan.

20
 Pertanggungjawabannya ke  Pertanggungjawaban ditentukan oleh
DPR/DPRD/legislatif dan masyarakat para pemegang saham dan kreditor.
 Laporan unit pemerintah ditujukan sebagai  Laporan keuangan sektor swasta
pengembangan akuntabilitas publik. hanya diungkap di tingkat organisasi
 Laporan unit pemerintahan keseluruhan secara keseluruhan.
dijadikan dasar analisis atas prospek  Laporan keuangan swasta diperiksa
pemerintahan. oleh auditor independen.
 Laporan unit pemerintah diperiksa
BPK/auditor yang telah ditetapkan.

Sementara itu,berbagai persamaan akuntansi sector public dan akuntansi swasta juga
dapat disebutkan sebagai berikut:
 Kriteria validitas dan reliabilitas dokumen sumber.
 Pelaporan keuangan lebih ditentukan oleh fungsi akuntabilitas public.
 Siklus akuntansi dapat diperbandingkan.
 Standar akuntansi keuangan yang ditetapkan organisasi independen.
 Laporan keuangan pemerintahan dan swasta diakui oleh hukum.

Pertanggungjawaban Dalam Sektor Publik Dan Sektor Bisnis (Swasta)


Pertanggungjawaban adalah upaya konkret dalam mewujudkan akuntabilitas dan
transparansi.
Pertanggungjawaban
Sektor publik Sektor bisnis (swasta)
Pertanggungjawaban merupakan upaya Pertanggungjawaban merupakan upaya
konkret dalam mewujudkan akuntabilitas konkret dalam mewujudkan akuntabilitas
dan transparansi di lingkungan organisasi dan transparansi di lingkungan organisasi
sektor publik. bisnis (swasta).

Pertanggungjawaban dilakukan kepada Pertanggungjawaban dilakukan


masyarakat, konstituen, dan dewan kepadastakeholders dan pemegang saham
pengampu di LSM atau yayasan. oleh pengelola organisasi bisnis (swasta).

21
Menurut Mardiasmo (2002:8) yang mengemukakan perbedaan sifat dan karakteristik
organisasi sektor publik dengan sektor swasta sebagai berikut:
Perbedaan Sektor Publik Sektor Swasta
Tujuan Organisasi Nonprofit motive Profit motive
Sumber Pendanaan Pajak, retribusi, utang, obligasi Pembiayaan internal: Modal
pemerintah, laba sendiri,laba ditahan,
BUMN/BUMD, penjualan aset penjualan aktiva.
negara dsb. Pembiayaan eksternal:
utang bank obligasi,
penerbitan saham.
Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban kepada Pertanggungjawaban kepada
masyarakat (publik) dan pemegang saham dan
parlemen (DPR/DPRD) kreditor
Struktur Organisasi Birokratis, kaku, dan hierarkis Felksibel: datar, piramid,
lintas fungsional, dsb.
Karakteristik Anggaran Terbuka untuk publik Tertutup untuk publik
Sumber: Mardiasmo (2002:8)

Dari tabel tersebut Mardiasmo (2002:8-10) menjelaskan sebagai berikut:


1. Setiap organisasi memiliki tujuan yang spesifik dan unik
2. Sektor swasta bertujuan untuk memaksimumkan laba sedangkan sektor
publik bertujuan untuk memberikan pelayanan publik.
3. Struktur pembiayaan sektor publik berbeda dengan sektor swasta dalam hal
bentuk, jenis, dan tingkat reisiko.
4. Organisasi sektor publik bertanggungjawab kepada masyarakat, organisasi
sektor swasta bertanggungjawab kepada pemegang saham atau kreditor.
5. Pertanggungjawaban manajemen merupakan bagian terpenting untuk
menciptakan kredibilitas manajemen.
6. Struktur organisasi pada sektor publik bersifat biroktatis, kaku,dan hierarkis.
Struktur organisasi sektor swasta lebih fleksibel.

22
Kesimpulan dari perbedaan utama akuntansi pemerintahan dan
akuntansi perusahaan yaitu terletak pada kegiatan-kegiatan pemerintahan
pada umumnya tidak tujukan untuk mencari laba sebagaimana halnya pada
kegiatan-kegiatan perusahaan.
Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 184
ayat 3 mengatakan bahwa: “akuntansi pemerintah ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah”.

23
BAB 3
PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan fungsi dan prinsip anggaran
sektor publik
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Sistem penyusunan Anggaran Sektor Publik
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Sistem Penganggaran di Indonesia
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Siklus angaran sector public

Pengertian Anggaran Sektor Publik


Anggaran sektor publik merupakan suatu rencana kerja yang dibuat dan
digunakan oleh pemerintah, baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang
dinyatakan dalam bentuk ukuran financial, yang memuat informasi mengenai
pendapatan, belanja, aktivitas, dan pembiayaan, dalam satuan moneter.
Secara singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran publik merupakan suaturencana
finansial yang menyatakan :
1. Berapa biaya atas rencana-rencana yang dibuat (pengeluaran/belanja);
2. Berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk mendanai
rencana tersebut (pendapatan)

Fungsi Anggaran Sektor Publik


Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu:
(1) Sebagai alat perencanaan,
(2) alat pengendalian,
(3) alat kebijakan fiskal,
(4) alat politik,
(5) alat koordinasi dan komunikasi,
(6) alat penilaian kinerja,
(7) alat motivasi,
(8) alat menciptakan ruang publik.

24
Anggaran Sebagai Alat Perencanaan (Planning Tool)
Anggaran sektor publik dibuat untuk merencakan tindakan apa yang akan dilakukan
oleh pemerintah, berupa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari
belanja pemerintah tersebut.Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan untuk:
1. merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi
yang ditetapkan,
2. merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi
sertamerencanakan alternatif sumber pembiayaannya,
3. mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun,
4. menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapian strategi.

Anggaran Sebagai Alat Pengendalian (Control Tool)


Sebagai alat pengendalian, anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan
pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan dapat dipertanggungjawabkan kepada
publik.Anggaran sebagai instrumen pengendalian digunakan untuk menghindari adanya
overspending, underspending dan salah sasaran (misappropriation) dalam pengalokasian
anggaran dalam bidang lain yang bukan merupakan prioritas.Pengendalian anggaran
public dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu:
1. Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan;
2. Menghitung selisih anggaran (favourable dan unfavourable variances
3. Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan (controllable) dan tak
dapatdikendalikan (uncontrollable) atas suatu varians;
4. Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya.

Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal Tool)


Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan untuk
menstabilkanekonomi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Anggaran dapat
digunakan untuk mendorong, memfasilitasi, dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi
masyarakatsehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Anggaran Sebagai Alat Politik (Political Tool)

25
Pada sektor publik, anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk
komitmeneksekutif dan kesepakatan legislative atas penggunaan dana publik untuk
kepentingantertentu. Oleh
karena itu pembuatan anggaran publik membutuhkan political skill,coalition building,
keahlian bernegosiasi, dan pemahaman tentang prinsip manajemenkeuangan publik oleh
para manajer publik.

Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi (Coordination and Communication


Tool)
Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan.
Anggaran publik yang disusun dengan baik mampu mendeteksi inkonsistensi suatu unir
kerja dan juga berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan
eksekutif.

Anggaran Sebagai Alat Penilaian Kinerja (Performance Measurement Tool)


Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif ) kepada
pemberiwewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian
targetanggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran.

Anggaran Sebagai Alat Motivasi (Motivation Tool)


Agar dapat memotivasi pegawai, anggaran hendaknya bersifal challenging but
attainableatau demanding but achieveable. Maksudnya adalah target anggaran
hendaknya janganterlalu tinggi hingga tidak dapat dipenuhi, namun juga jangan terlalu
rendah hinggaterlalu mudah dicapai.

Anggaran Sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik (Public Share)


Masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi dan berbagai organisasi kemasyarakatan
harusterlibat dalam proses penganggaran publik. Kelompok masyarakat yang
terorganisir akanmencoba mempengaruhi anggaran pemerintah, kelompok lain yang
kurang terorganisir akan mempercayakan aspirasinya melaluiproses politik yang ada.

26
Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik
Prinsip-prinsip anggaran sektor publik meliputi:
1. Otorisasi oleh legislatif Anggaran publik harus mendapat otorisasi dari legislatif
terlebih dulu sebelumeksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.
2. Komprehensif Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan
pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu, adanya dana non-budgetair pada
dasarnya adalah menyalahi prinsipanggaran yang bersifat komprehensif.c.
3. Keutuhan anggaran Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun
dalam dana umum (general fund)
4. Nondicretionary Apropriation. Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus
termanfaatkan secara ekonomis,efisien, dan efektif.
5. Periodik Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat
tahunan maupun multi-tahunan
6. Akurat Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang
tersembunyi (hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai pemborosan dan
inefisiensi anggaran sertadapat mengakibatkan munculnya underestimate
pendapatan dan overestimate pengeluaran.
7. Jelasanggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan tidak
membingungkan
8. Diketahui publik anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas

Sistem penyusunan anggaran sector publik


Anggaran disusun dengan berbagai sistem-sistem yang dipengaruhi oleh pikiran-
pikiran yang melandasi pendekatan tersebut. Adapun sistem-sistem dalam penyusunan
anggaran yang sering digunakan adalah:
a. Traditional Budgeting System
b. Performance Budgeting System
c. Planning Programming Budgeting System (PPBS)

a. Traditional Budgeting System (Sistem Anggaran Tradisional)

27
Traditional budgeting system adalah suatu cara menyusun anggaran yang tidak
didasarkan atas pemikiran dan analisa rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penyusunannya lebih didasarkan pada
kebutuhan untuk belanja/pengeluaran.
Dalam sistem ini, perhatian lebih banyak ditekankan pada pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran secara akuntansi yang meliputi pelaksanaan anggaran,
pengawasan anggaran dan penyusunan pembukuannya. Pengelompokan pos-pos
anggaran didasarkan atas obyek-obyek pengeluaran, sedangkan distribusi anggaran
didasarkan atas jatah tiap-tiap departemen/lembaga.
Sistem pertanggungjawabannya hanya menggunakan kuitansi pengeluaran saja,
tanpa diperiksa dan diteliti apakah dana telah digunakan secara efektif/efisien atau tidak.
Mula-mula pemerintah memberi jatah dana untuk tiap-tiap departemen lembaga
kemudian setiap departemen/lembaga mengambil jatah dana tersebut dan
menggunakannya untuk melaksanakan kegiatan sampai habis. Setelah dana tersebut
habis dipakai, setiap departemen/lembaga melaporkan bahwa dana tersebut sudah
dipakai. Jadi tolok ukur keberhasilan anggaran tersebut adalah pada hasil kerja,
maksudnya jika anggaran tersebut seimbang (balance) maka anggaran tersebut dapat
dikatakan berhasil, tetapi jika anggaran tersebut defisit atau surplus, berarti anggaran
tersebut gagal.
Jelaslah, di sini bahwa sistem anggaran tradisional lebih menekan pada segi
pertanggungjawaban keuangan (dana) dari sudut akuntansinya saja tanpa diuji efisien
tidaknya penggunaan dana tersebut. Anggaran diartikan semata-mata sebagai alat dan
sebagai dasar legitimasi (pengabsahan) berapa besarnya pengeluaran negara dan berapa
besarnya penerimaan yang dibutuhkan untuk menutup pengeluaran tersebut.
Jadi, Kesimpulannya :
1. Sistem anggaran tradisional adalah sistem anggaran yang berdasarkan jenis-jenis
pengeluaran dan penerimaan. Dasar pemikirannya adalah setiap pengeluaran
negara harus didasarkan pada perhitungan dan penelitian yang ketat agar tidak
terjadi pemborosan dan penyimpangan atas dana yang terbatas.
2. Ciri-ciri sistem anggaran tradisional:
a. Anggaran diklasifikasikan menurut jenis pengeluaran dan penerimaan.

28
b. Berorientasi ke belakang (backward oriented), artinya anggaran tahun
sebelumnya dijadikan acuan untuk menyusun anggaran tahun berjalan.
c. Bersifat incremental karena memasukkan unsur tambahan/marjinal terhadap
anggaran tahun yang lalu sebagai dasar penyusunan anggaran tahun
berikutnya.
d. Menitikberatkan pada input dari semua kegiatan daripada outputnya.
3. Kelebihan:
a. Sederhana dan mudah dioperasikan karena tidak memerlukan analisis
yang rumit.
b. Backward oriented dapat menjamin kepastian dibandingkan dengan
forward oriented karena keadaan di masa depan sulit untuk diprediksi.
c. Lebih mudah dalam melakukan pengawasan.

4. Kelemahan:
a. Klasifikasi berdasarkan jenis penerimaan dan pengeluaran kurang dapat
memberikan informasi yang berguna bagi kepentingan analisis ekonomi.
b. Hanya memberikan informasi tentang kegiatan yang dilakukan, bukan
hasil dari kegiatan tersebut.
c. Klasifikasi anggaran tidak menggambarkan adanya suatu program.
d. Hanya mencakup satu tahun anggaran sehingga kurang dapat
menjelaskan pengeluaran yang akibatnya lebih dari satu tahun anggaran.
e. Mengabaikan aspek analisis manfaat (cara menentukan bahwa suatu
kegiatan mendapatkan alokasi yang lebih besar dibandingkan kegiatan
yang lain).

b. Performance Budgeting System


Performance budgeting system berorientasi kepada pendayagunaan dana yang
tersedia untuk mencapai hasil yang optimal dari kegiatan yang dilaksanakan. Sistem
penyusunan anggaran ini tidak hanya didasarkan kepada apa yang dibelanjakan saja,
seperti yang terjadi di dalam “Traditional Budget”, tetapi juga didasarkan kepada
tujuan-tujuan atau rencana-rencana tertentu yang untuk pelaksanaannya perlu disusun

29
atau didukung oleh suatu anggaran biaya yang cukup dan biaya/dana yang dipakai
tersebut harus dijalankan secara efektif dan efisien.
Jadi, dalam sistem anggaran performance ini bukan semata-mata berorientasi
kepada berapa jumlah yang dikeluarkan, tetapi sudah dipikirkan terlebih dulu mengenai
rencana kegiatan, apa yang akan dicapai, proyek apa yang akan dikerjakan, dan
bagaimana pengalokasian biaya agar digunakan secara efektif dan efisien.
Sistem ini mulai menitikberatkan pada segi penatalaksanaan (management
control), sehingga dalam sistem ini efisiensi penggunaan dana diperiksa, juga hasil
kerjanya. Pengelompokan pos-pos anggaran didasarkan atas kegiatan dan telah
ditetapkan suatu tolok ukur berupa standar biaya dan hasil kerjanya. Salah satu syarat
utama untuk penerapan sistem ini adalah digunakannya sistem akuntansi biaya sebagai
alat untuk menentukan biaya masing-masing program dan akuntansi biaya sebagai alat
untuk mengukur tingkat efisiensi pengeluaran dana. Tolok ukur keberhasilan sistem
anggaran ini adalah performance atau prestasi dari tujuan atau hasil anggaran itu dengan
menggunakan dana secara efisien.

Jadi, Kesimpulannya :
1. Anggaran berbasis kinerja merupakan pendekatan penyusunan anggaran
berdasarkan beban kerja dan unit cost data ke dalam setiap kegiatan yang
terstruktur dalam suatu program untuk mencapai tujuan. Dasar pemikirannya
adalah penganggaran harus dapat digunakan sebagai alat menajemen sehingga
penyusunan anggaran harus dapat memberikan hasil yang berguna bagi
pengambilan keputusan manajerial (legislatif/eksekutif). Oleh karena itu,
anggaran harus dianggap sebagai program kerja.
2. Anggaran berbasis kinerja memusatkan perhatian pada pengukuran efisiensi
hasil kerja dengan tujuan memaksimumkan output yang dapat dihasilkan dari
input tertentu.
3. Tiga unsur pokok anggaran berbasis kinerja, yaitu:
a. Pengeluaran pemerintah dikelompokkan menurut program dan kegiatan.
b. Performance measurement (pengukuran hasil kerja).
c. Program reporting (pelaporan program).
4. Ciri-ciri anggaran berbasis kinerja:

30
a. Klasifikasi anggaran didasarkan pada program dan kegiatan.
b. Penekanan pada pengukuran hasil kerja dan bukan pada aspek pengawasan.
c. Setiap kegiatan harus dilihat dari segi efisiensi dengan memaksimalkan
output.
d. Memerlukan standar pengukuran hasil kinerja.
5. Kelebihan:
a. Memungkinkan pendelegasian wewenang dalam pengambilan keputusan.
b. Merangsang partisipasi motivasi aktif unit-unit operasional melalui proses
usul dari bawah dan penilaian anggaran yang bersifat aktual.
c. Meningkatkan fungsi perencanaan dan mempertajam pembuatan keputusan
pada setiap tingkat eksekutif.
d. Memungkinkan alokasi dana secara optimal karena setiap kegiatan selalu
dipertimbangkan dari segi efisiensi.
e. Dapat menghindarakan pemborosan.
6. Kelemahan:
a. Cenderung menurunkan peran badan legislatif dalam proses perumusan
kebijaksanaan dan penentuan anggaran.
b. Tidak terdapat kejelasan tentang penanggung jawab dan siapa yang
menanggung dampak dari setiap keputusan.
c. Tidak semua kegiatan dapat distandarkan dan diukur secara kuantitatif.

c. Planning, Programming, Budgeting System (PPBS)


Dalam PPBS ini, perhatian banyak ditekankan pada penyusunan rencana dan
program. Rencana disusun sesuai dengan tujuan nasional yaitu untuk kesejahteraan
rakyat karena pemerintah bertanggung jawab dalam produksi dan distribusi barang-
narang maupun jasa-jasa dan alokasi sumber-sumber ekonomi yang lain. Pengukuran
manfaat penggunaan dana, dilihat dari sudut pengaruhnya terhadap lingkungan secara
keseluruhan, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Pengelompokan
pos-pos anggaran didasarkan atas tujuan-tujuan yang hendak dicapai di masa yang akan
datang. Mengenai proses penyusunan PPBS ini, melalui beberapa tahap sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan yang hendak dicapai;

31
2. Mengkaji pengalaman-pengalaman di masa lalu;
3. Melihat prospek perkembangan yang akan datang;
4. Menyusun rencana yang bersifat umum mengenai apa yang akan dilaksanakan.

Setelah keempat tahap, di atas selesai disusun, barulah memasuki tahap selanjutnya
yang terdiri dari :
1. Menyusun program pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan
2. Berdasarkan program pelaksanaan ditentukan berapa jumlah dana yang diperlukan
untuk melaksanakan program-program tersebut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam PPBS adalah:
d. Untuk menerapkan sistem ini, dituntut kemampuan dalam menyusun
rencana dan program secara terpadu
e. Dibutuhkan informasi yang lengkap, baik informasi masa lalu maupun
informasi masa yang akan datang yang relevan dengan kebutuhan
penyusunan rencana dan program tersebut.
f. Pengawasan mulai dilaksanakan sebelum pelaksanaan sampai selesainya
pelaksanaan rencana dan program.
Jadi, Kesimpulannya:
1. PPBS merupakan proses perencanaan, penyusunan program, dan penganggaran
suatu organisasi yang diikat dalam satu sistem sebagai satu kesatuan yang
terpadu, bulat, dan tidak terpisahkan. Dasar pemikirannya adalah anggaran
merupakan hasil kerja dari suatu proses kegiatan-kegiatan perencanaan yang
dituangkan dalam program.
2. Ciri-ciri pokok PPBS lebih bersifat:
a. Analistis
b. Projektif.
c. Programatis.
3. Sasaran utama dari PPBS adalah:
a. Membantu pemimpin dalam membuat keputusan menyangkut usaha-
usaha untuk mencapai tujuan.
b. Merasionalkan penggunaan sumber-sumber yang terbatas untuk
mencapai tujuan sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna.

32
c. Sinkronisasi dan integrasi aparat organisasi dalam proses perencanaan.
d. Untuk menjamin komitmen perencanaan tiap-tiap tahun, yaitu anggaran
tahunan yang berdasarkan rencana jangka menengah dan rencana jangka
panjang.
4. Kelebihan:
a. Menggambarkan secara jelas tujuan-tujuan organisasi.
b. Menghindarkan adanya program-program yang saling overlaing
(tumpang tindih) dan bertentangan satu sama lain.
c. Memungkinkan pemilihan alokasi sumber daya secara efisien
berdasarkan analisis manfaat-biaya (cost and benefit analysis).
5. Kelemahan:
a. Terlalu canggih (sophisticated) untuk diterapkan.
b. Merupakan psoses kompleks sehingga terlalu banyak membutuhkan
prosedur dan analisis.
c. Memerlukan kualitas pengelola/administratur yang sangat tinggi
sehingga sering kali sulit untuk dilaksanakan.
6. Adanya kelemahan ini membuat PPBS memerlukan:
a. Disediakannya manual/pedoman bagi semua pihak terkait.
b. Dukungan yang kuat dari pejabat tinggi yang mempunyai kekuasaan
konstitusional.
c. Keterlibatan sistem politik.
d. Kesungguhan aparatur/pengelola.
e. Adanya kemauan politik (goodwill) dari semua pihak yang
melakukannya.
Selain ketiga bentuk sistem penganggaran tersebut di atas, dikenal pula sistem
penganggaran yang dinamakan Zero Based Budgeting(ZBB). ZBB merupakan sistem
penganggaran yang didasarkan pada perkiraan kegiatan tahun yang bersangkutan, bukan
pada apa yang telah dilakukan pada masa lalu. ZBB mensyaratkan adanya evaluasi atas
semua kegiatan atau pengeluaran dan semua kegiatan dimulai dari basis nol, tidak ada
level pengeluaran minimum tertentu.
Jadi, Kesimpulannya :

33
1. ZBB adalah sistem anggaran yang mengasumsikan bahwa kegiatan pada tahun
anggaran yang bersangkutan dianggap berdiri sendiri, tidak ada kaitannya
dengan anggaran yang lalu. Dasar pemikirannya adalah anggaran tidak selalu
didasarkan pada kegiatan di masa yang lalu tetapi anggaran harus diciptakan dari
sesuatu yang sedang atau akan dilakukan. Setiap kegiatan harus dapat
diformulasikan ke dalam paket keputusan (decision package).
2. ZBB lebih memusatkan perhatian pada sasaran untuk memperbaiki manajemen
melalui perbaikan pelayanan manajerial dengan menekankan penilaian atas
permintaan pendanaan unit-unit pelaksana.
3. Langkah-langkah penyusunan ZBB:
a. Penentuan keputusan manajemen.
b. Pembentukan paket keputusan.
c. Konsolidasi skala prioritas.
d. Alokasi dana.
4. Karakteristik ZBB:
a. Dimulai dari kondisi belum adanya sumber daya.
b. Perlu dibuat urutan terhadap tujuan-tujuan dan program-program organisasi.
c. Memerlukan perhatian terhadap prioritas operasi entitas dan alternatif-
alternatifnya.
5. Kelebihan ZBB:
a. Proses pembuatan paket keputusan dapat menjamin tersedianya informasi
yang bermanfaat bagi keputusan manajemen.
b. Dana dapat dialokasikan dengan efisien karena terdapat beberapa alternatif
keputusan dan alternatif bagi pelaksanaan kegiatan.
c. Setiap program/kegiatan selalu di-review setiap tahun (minimal lima tahun
sekali).
d. Pengambilan keputusan dapat memperoleh informasi mengenai kegiatan
yang dianggap kritis dan mendesak.
6. Kelemahan:
a. Sulit diterapkan karena tidak semua kegiatan dapat disusun rangking
keputusannya secara konsisten dari tahun ke tahun.
b. Terlalu mahal dan memakan banyak waktu.

34
c. Memerlukan keahlian khusus terutama untuk menganalisis dan menentukan
prioritas/rangking.
d. Memerlukan data yang lebih banyak dan perlu dukungan analisis yang kuat.
e. Asumsi yang digunakan kurang realistis.
f. Kadang-kadang sulit memutuskan bahwa kegiatan yang satu benar-benar
lebih penting dibandingkan dengan kegiatan yang lain.
Sistem Penganggaran di Indonesia
Penganggaran diawali dengan diterbitkannya peraturan perundang‐undangan seperti
Undang‐Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang‐Undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Peraturan
perundang‐undangan tersebut telah dilengkapi dengan PP Nomor 20/2004 tentang
Rencana Kerja Pemerintah (RKP), PP Nomor 21/2004 tentang Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA‐K/L), PP Nomor 39/2006 tentang Tata
Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan dan PP Nomor
40/2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional yang
menekankan pada perencanaan dan sistem penganggaran terpadu (Unified Budgeting),
berbasis kinerja (Performance Based Budgeting), dan berjangka menengah
(MediumTerm Expenditure Framework).
1. Anggaran Terpadu (Unified Budget)
Penganggaran terpadu adalah penyusunan rencana keuangan tahunan yang
dilakukan secara terintregasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan
pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana. (PP
58/2005 dan Permendagri 13/2006)
Dalam hal ini, perencanaan belanja rutin dan belanja modal dilakukan secara
terpadu dalam rangka mewujudkan prestasi kerja kementrian/lembaga (K/N) yang dapat
memuaskan masyarakat.
Ada 5 komponen pokok pendekatan anggaran terpadu dalam Rencana Kerja dan
Anggaran Kementrian Negara/Lembaga (RKA-KL), diantaranya :
a) Satuan kerja (Satker)
Penetapan Satker sebagai kuasa penguasa pengguna anggaran (KPA) untuk
melaksanakan semua kegiatan yang ditetapkan menteri/pimpinan lembaga.
b) Kegiatan

35
Setiap Satker minimal mempunyai satu kegiatan dalam rangka mewujudkan
sebagian sasaran program dari unit organisasi.
c) Keluaran
Kegiatan yang dilakukan Satker mempunyai keluaran yang jelas dan tidak
tumpang tindih dengan keluaran dari kegiatan lain.
d) Jenis belanja
Jenis belanja yang ditetapkan dengan criteria yang sama untuk semua kegiatan.
e) Dokumen anggaran
Satu dokumen perencanaan, satu dokumen penganggaran, dan satu dokumen
pelaksanaan anggaran untuk semua jenis satker dan kegiatan.
Secara tegas unified budget baru dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2005,
dengan ditiadakannya pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan dari struktur
dan format APBN.

2. Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budget)


Penganggaran berbasis kinerja mengutamakan upaya pencapaian output
(keluaran) dan outcome (hasil) atas alokasi belanja (input) yang ditetapkan. Dengan
tujuan untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari penggunaan sumber daya yang
terbatas. Oleh karena itu, perlu adanya indikator kinerja dan pengukuran kinerja untuk
tingkat satuan kerja (Satker) dan kementrian/lembaga.
Lima komponen pokok pendekatan anggaran kinerja dalam Rencana Kerja dan
Anggaran Kementrian Negara/Lembaga (RKA-KL) adalah sebagai berikut :
a) Satuan kerja
Satuan kerja sebagai penanggung jawab pencapaian Keluaran/Output
kegiatan/sub kegiatan.
b) Kegiatan
Rangkaian tindakan yang dilaksanakan Satuan Kerja sesuai dengan tugas
pokoknya untuk menghasilkan keluaran yang ditentukan.
c) Keluaran
Satuan kerja mempunyai keluaran yang jelas dan terukur sebagai akibat dari
pelaksanaan kegiatan.
d) Standar biaya

36
Perhitungan anggaran didasarkan pada standar biaya (bersifat umum dan
khusus).
e) Jenis belanja
Pembebanan anggaran pada jenis belanja yang sesuai.
Pada dasarnya penganggaran berbasis kinerja merubah fokus pengukuran besarnya
jumlah alokasi sumber daya bergeser menjadi hasil yang dicapai dari penggunaan
sumber daya.
Landasan Konseptual Anggaran Berbasis Kinerja :
1. Alokasi anggaran berorientasi pada kinerja ( output and outcome oriented);
2. Fleksibilitas pengelolaan anggaran dengan tetap menjaga prinsip akuntabilitas
(let the managermanages);
3. Alokasi anggaran program/kegiatan didasarkan pada tugas-fungsi unit kerja
yang dilekatkan pada stuktur organisasi (Money function)
Dalam menetapkan target kinerja, perlu dilakukan metode SMART, yaitu :
 Specific – jelas, tepat dan akurat
 Measured – dapat dikuantifikasikan
 Achievable – praktis & realistis
 Revelant – bagi konsumen (masyarakat)
 Timed – batas atau tenggang waktu
Untuk mengetahui tingkat pencapaian kinerja sebuah program atau kegiatan maka
perlu dilakukan evaluasi kinerja dengan mengacu pada indikator kinerja yang telah
ditetapkan (Penjelasan PP No. 21 Tahun 2004 (poin I.4)), diantaranya :
 Indikator Kinerja Kegiatan
 Indikator Kinerja Program
 Indikator Efisiensi
 Indikator Kualitas

3. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure


Framework)
Kerangka pengeluaran jangka menengah adalah pendekatan penganggaran
berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi
anggaran dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran.

37
Untuk mendukukng pencapaian hasil yang dimaksudkan, dalam pendekatan
penganggaran Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure
Framework/MTEF), dibutuhkan kondisi lingkungan dengan karakteristik sebagai
berikut :
a) Mengkaitkan Kebijakan, Perencanaan, Penganggaran dan Pelaksanaan.
b) Mengendalikan pengambilan keputusan dengan :
 Penentuan prioritas program dalam kendala keterbatasan anggaran.
 Kegiatan disusun mengacu kepada sasaran program.
 Biaya sesuai dengan kegiatan yang diharapkan.
 Informasi atas hasil evaluasi dan monitoring.
c) Memberikan media berkompetisi dengan bagi kebijakan, program dan
kegiatan yang diambil.
d) Meningkatkan kapasitas dan kesediaan untuk melakukan penyesuaian
prioritas program dan kegiatan sesuai alokasi sumbedaya yang disetujui
legislatif.
Secara umum penyusunan KPJM yang komprehensif memerlukan suatu tahapan
proses penyusunan perencanaan jangka menengah meliputi :Penyusunan
proyeksi/rencana kerangka (asumsi) ekonomi makro untuk jangka menengah.
a) Penyusunan proyeksi/rencana kerangka/ target-target fiskal (seperti tax ratio,
defisit dan rasio utang pemerintah) jangka menengah .
b) Rencana kerangka anggaran (penerimaan, pengeluaran dan pembiayaan)
jangka menengah (Medium Term Budget Framework), yang menghasilkan
pagu total belanja pemerintah (resource envelope).
c) Pendistribusian total pagu belanja jangka mengengah ke masing-masing
kementrian/lembaga (line ministries ceiings), indikasi pagu
kementrian/lembaga dalam jangka menengah tersebut merupakan perkiraan
batas tertinggai anggaran belanja untuk kementrian/lembaga dalam jangka
menengah.
d) Penjabaran pengeluaran jangka menengah (line minitries ceilings) masing-
masing kementrian/lembaga ke masing-masing program dan kegiatan
berdasarkan indikasi pagu jangka menengah yang telah ditetapkan.

38
Siklus Anggaran Sektor Publik
Richard Musgrave seperti yang dikutip Coe (1989) mengidentifikasikan tiga
pertimbangan mengapa pemerintah perlu ³terlibat´ dalam ³bisnis´ pengadaan barang dan
jasa bagi masyarakat. Ketiga pertimbangan tersebut meliputi stabilitas
ekonomi,redistribusi pendapatan, dan alokasi sumber daya.Lemahnya perencanaan
anggaran memungkinkan munculnya underfinancing atau overfinancing yang akan
mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran. Siklus anggaran meliputi
empat tahap yang terdiri atas:
1. Tahap persiapan anggaran (preparation);
2. Tahap ratifikasi (approval/ratification)
3. Tahap implementasi (implementation)
4. Tahap pelaporan dan evaluasi (reporting and evaluation)

Tahap Persiapan Anggaran (Budget Preparation)


Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar
taksiran pendapatan yang tersedia. Yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui
taksiran pengeluaran, terlebih dahulu harus dilakukan penaksiran pendapatan secara
lebih akurat. Dalam persoalan estimasi, yang perlu mendapat perhatian adalah
terdapatnyafaktor “uncertainty” (tingkat ketidakpastian)yang cukup tinggi. Oleh sebab
itu, manajer keuangan public harus memahami betul dalam menentukan besarnya suatu
mata anggaran.
Besarnya mata anggaran pada suatu anggaran yang menggunakan “line-item
budgeting´ akan berbeda pada “input-output budgeting”, “program budgeting” atau
“zero based budgeting”.
Di Indonesia, proses perencanaan APBD dengan paradigma baru menekankan
pada pendekatan bottom-up planning dengan tetap mengacu pada arah kebijakan
pembangunan pemerintah pusat. Arahan kebijakan pembangunan pembangunan
pemerintah pusat tertuang dalam dokumen perencanaan berupa GBHN, Program
Pembangunan Nasional (PROPE NAS), Rencana Strategis (RESENTRA), dan
RencanaPembangunan Tahunan (REPETA). Sinkronisasi perencanaan pembangunan
yang digariskan oleh pemerintah pusatdengan perencanaan pembangunan daerah sejak
spesifik diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 105 dan 108 Tahun 2000. Pada

39
pemerintah pusat, perencanaan pembangunan dimulai dari peyusunan PROPENAS yang
merupakan operasionalisasi GBHN. PROPERNAS tersebut kemudian dijabarkan dalam
bentuk RESENTRA.Berdasarkan PROPER NAS dan RESENRA serta analisis fiscal
dan makro ekonomi,kemudian dibuat persiapan APBN dan REPETA.Sementara itu, di
tingkat daerah (propinsi dan kabupaten/kota) berdasarkan ketentuan Peraturan
Pemerintah No. 108 Tahun 2000 pemerintah daerah disyaratkanuntuk membuat
dokumen perencanaan daerah yang terdiri atas PROPEDA(REN STRADA). Dokumen
perencanaan daerah tersebut diupayakan tidak menyimpang dari PROPENAS dan
RENSTRA yang dibuat pemerintah pusat. Dalam PROPEDA dimungkinkan adanya
penekanan prioritas program pembangunan yang berbeda dari satu daerah dengan
daerah yang lain sesuai kebutuhan masing-masing daerah. PROPEDA (RENSTRADA)
dibuat oleh pemerintah daerah bersama dengan DPRD dalam kerangka waktu lima
tahun yang kemudian dijabarkan pelaksanaannya dalam kerangka tahunan. Penjabaran
rencana strategis jangka panjang dalam REPETADA tersebutdilengkapi dengan:
1. Pertimbangan-pertimbangan yang berasal dari hasil evaluasi kinerja
pemerintahdaerah pada periode sebelumnya.
2. Masukan-masukan dan aspirasi masyarakat.
3. Pengkajian kondisi yang saat ini terjadi, sehingga bisa diketahui
kekuatan,kelemahan, peluang dan tantangan yang sedang dan akan dihadapi.

Tahap Ratifikasi Anggaran


Tahap berikutnya adalah budget ratification. Tahap ini merupakan tahap yang
melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan eksekutif
dituntut tidak hanya memiliki “managerial skill” namun juga harus mempunyai “
political skill” salesmanship´dan ‘coalition building’ yang memadai. Integritas dan
kesiapan mentalyang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini.

Tahap Pelaksanaan Anggran (Budget Implementation)


Sistem informasi akuntansi dan sistem pengendalian manajemen sangat
diperlukan untuk mendukung pelaksanaan anggaran. Manajer keuangan public dalam
hal ini bertanggung jawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan

40
handal untuk perencanaandan pengendalian anggran yang telah disepakati, dan bahkan
dapat diandalkan untuk tahap penyusuanan anggaran periode berikutnya.

Tahap Pelaporan dan Evaluasi Anggaran


Tahap terakhir dari siklus anggaran adalah pelaporan dan evaluasi anggaran.
Tahap persiapan, ratifikasi, dan implementasi anggaran terkait dengan aspek
operasionalanggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek
akuntanbilitas. Jika tahap implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan
sistem pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan tahap budget reporting
and evaluation tidak akan menemui banyak masalah.

41
BAB 4
PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK
Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengukuran kinerja sector public
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dan manfaat sistem pengukuran kinerja
sector public
3. Mahasiswa mampu menjelaskan penentuan indicator kinerja
4. Mahasiswa mampu menjelaskan value for money

Pengukuran Kinerja Sektor Publik


Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang
dalam strategic planning suatu organisasi.
Pengukuran Kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap
tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi
penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan
jasa; hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas
tindakan dalam mencapai tujuan. Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai prestasi
manajaer dan unit organisasi yang dipimpinnya. Pengukuran kinerja sangat penting
untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam pelayanan publik yang lebih
baik. Akuntabilitas disini bukan sekedar kemampuan menunjukkan uang publik
dibelanjakan, akan tetapi juga meliputi kemampuan menunjukan bahwa uang publik
tersebut telah dibelanjakan secara ekonomies, efisien, dan efektif.
Sistem Pengukuran Kinerja Sektor Publik adalah suatu sistem yang bertujuan
untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur
finansial dan non finansial. Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan alat
pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja diperkuat dengan
menetapkan reward and punishment systems.
Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud :
1. Pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki
kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu
pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada

42
ahkirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik
dalam pemberian Pelayanan publik.
2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan
pembuatan keputusan.
3. Ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan
pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan

Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, Sehingga tidak ada indikator


tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukan kinerja secara komperhensif. Berbeda
dengan sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak
bersifat ingtangible output, maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur
kinerja sektor publik. Oleh karena itu, perlu dikembangkan ukuran kinerja non-
finansial.

Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja :


a. Untuk mengkomunikasikan strategi dengan lebih baik (top down and bottom up).
b. Untuk mengukur kinerja finansial dan non – finansial secara berimbang sehingga
dapat ditelusur perkembangan pencapaian strategi.
c. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan
manajer bawah serta memotivasi dan untuk mencapai goal congruence.
d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan
kemampuan kolektif yang rasional.
Manfaat Pengukuran Kinerja
a. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja
manajemen.
b. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan.
c. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya
dengan target kinerja serta sserta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki
kinerja.
d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman secara objektif atas
pencapaian yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah
disepakati.

43
e. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki
kinerja organisasi.
f. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan telah terpenuhi
g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.

Penentuan Indikator Kinerja


Dalam melakukan pengukuran kinerja, informasi yang digunakan
dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu :
Informasi Finansial
Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat.
Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisa varians ( selisih atau perbedaan )
antara kinerja aktual dengan yang dianggarkan.
Analisis varians secara garis besar berfokus pada :
a. Varians Pendapatan (revenue variance)
b. Varians belanja investasi/modal (expenditure variance)
– Varians belanja rutin (recurrent expenditure variance)
– Varians belanja investasi / modal (capital expenditure variance)
Setelah dilakukan analisis varians, maka dilakukan identifikasi sumber penyebab
terjadinya varians dengan menelusuri varians tersebut hingga level manajamen paling
bawah. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui unit spesifik mana yang
bertanggungjawab terhadap terjadinya varians sampai tingkat manajemen yang paling
bawah.

Informasi Non-Finansial
Informasi non-finansial dapat dijadikan sebagai tolak ukur lainnya. Informasi
non finansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian
manajemen. Teknik pengukuran kinerja yang komperhensif yang banyak dikembangkan
oleh berbagai organisasi ini adalah Balanced Scorecard. Dengan Balanced Scorecard
kinerja organisasi diukur tidak hanya berdasarkan aspek finansial sajam akan tetapi juga

44
aspek non-finansial. Pengukuran dengan metode Balanced Scorecard melibatkan empat
aspek, yaitu :
1. Perspektif Finansial ( financial perspective)
2. Perspektif kepuasan pelanggan (customer perspective)
3. Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiensy)
4. Perspektif pembelanjaran dan pertumbuhan (learning and growth Perspective)
Jenis informasi non-finansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci (key
variabel) atau sering dinamakan sebagai key succes factor, key result factor, atau pulse
point. Variabel kunci adalah variabel yang mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi
sebab kesuksesan organisasi. Jika terjadi perubahan yang tidak diinginkan, maka
variabel ini harus segera disesuaikan. Suatu variabel kunci memiliki beberapa
karakteristik, antara lain:
1. Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi.
2. Sangat volatile dan dapat berubah dengan cepat.
3. Perubahannya tidak dapat diprediksi.
4. Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera, dan.
5. Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran
antara (surrogate), sebagai contoh, kepuasan masyarakat tidak dapat diukur
secara langsung, akan tetapi dapat dibuat ukuran antaranya, misalnya jumlah
aduan, tuntutan, dan demonstrasi dapat dijadikan variabel kunci.

Pengukuran Value for Money


Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah.
Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari sisi output yang dihasilkan saja, akan tetapi
harus mempertimbangkan input, output dan outcome secara bersama-sama. Bahkan,
untuk beberapa hal perlu ditambahkan pengukuran distribusi dan cakupan layanan
( equity & service coverage ). Permasalahan yang sering dihadapi oleh pemerintah
dalam melakukan pengukuran kinerja adalah sulitnya mengukur output, karena output
yang dihasilkan tidak selalu berupa output yang berwujud, akan tetapi lebih
banyak intangible output.
Istilah “ukuran kinerja” pada dasarnya berbeda dengan istilah “indikator kinerja”.
Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung. Sedangkan indikator

45
kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung, yaitu hal-hal yang
sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja. Untuk dapat mengukur kinerja
pemerintah, maka perlu diketahui indikator-indikator kinerja sebagai dasar penilaian
kinerja. Mekanisme untuk menentukan indikator kinerja tersebut memerlukan hal-hal
sebagai berikut:
 Sistem Perencanaan dan pengendalian
Sistem perencanaan dan pengendalian meliputi proses, prosedur dan struktur
yang memberi jaminan bahwa tujuan organisasi telah dijelaskan dan
dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi dengan menggunakan rantai
komando yang jelas yang didasarkan pada spesifikasi tugas pokok dan fungsi,
kewenangan serta tanggung jawab.
 Spesifikasi teknis dan standardisasi
Kinerja suatu kegiatan, program, dan organisasi diukur dengan menggunakan
spesifikasi teknis tersebut dijadikan sebagai standart penilaian.
 Kompetensi teknis dan profesionalisme
Untuk memberikan jaminan terpenuhinya spesifikasi teknis dan standarisasi
yang ditetapkan, maka diperlukan personel yang memiliki kompetensi dan
profesional dalam bekerja.
 Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar
Mekanisme ekonomi terkait dengan pemberian penghargaan dan hukuman
( reward & punishment ) yang bersifat finansial, sedangkan mekanisme pasar
terkait dengan penggunaan sumber daya yang menjamin terpenuhinya value for
money. Ukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk memberikan penghargaan
dan hukuma ( alat pembinaan )
 Mekanisme sumber daya manusia
Pemerintah perlu menggunakan beberapa mekanisme untuk memotivasi stafnya
untuk memperbaiki kinerja personal dan organisasi.

Value for Money


Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang
mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.

46
 Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga
yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input
value yang dinyatakan dalam satuan moneter.
 Efisiensi: pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau
penggunaan inputyang rendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi
merupakan perbandingan output/inputyang dikaitkan dengan standard kinerja
atau target yang telah ditetapkan.
 Efektivitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan.
Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.

Pengukuran Value For Money


Kriteria pokok yang mendasari pelaksanaan manajemen publik dewasa ini
adalah ekonomi, efisiensi, efektivitas, transparasi dan akuntabilitas publik. Tujuan yang
dikehendaki oleh masyarakat mencakup pertanggungjawaban mengenai
pelaksanaan value for money, yaitu ekonomi ( hemat cermat ) dalam pengadaan dan
alokasi sumber daya, efisien ( berdaya guna ) dalam penggunaan sumber daya, dalam
arti penggunaannya diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan (maximizing benefits
and minimizing cost ), serta efektif ( berhasil guna ) dalam arti mencapai tujuan dan
sasaran.
Agar dalam menilai kinerja organisasi dapat dilakukan secara obyektif, maka
diperlukan indikator kinerja. Indikator kinerja yang indeal harus terkait pada efisiensi
biaya dan kualitas pelayanan. Sementara itu kualitas terkait dengan kesesuaian dengan
maksud dan tujuan ( fitness for purpose), konsistensi, dan kepuasan publik ( public
satistaction). Kepuasan masyarakat dalam konteks tersebut dapat dikaitkan dengan
semakin rendahnya complaint dari masyarakat.

Pengembangan Indikator Value For Money


Peranan indikator kinerja adalah untuk menyediakan informasi sebagai
pertimbangan untuk pembuatan keputusan. Hal ini tidak berarti bahwa suatu indikator
akan memberikan ukuran pencapaian program yang definitif. Indikator value for
money dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

47
1. Indikator Alokasi Biaya ( ekonomi dan efisiensi ), dan
2. Indikator kualitas pelayanan ( efektivitas )
Indikator kinerja harus dapat dimanfaatkan oleh pihak internal maupun eksternal. Pihak
Internal dapat menggunakannya dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas
pelayanan serta efisiensi biaya. Dengan kata lain, indikator kinerja berperan untuk
menunjukan, memberi indikasi atau memfokuskan perhatian pada bidang yang relevan
dilakukan tindakan perbaikan.
Pihak eksternal dapat menggunakan indikator kinerja sebagai kontrol dan sekaligus
sebagai informasi dalam rangka mengukur tingkat akuntabilitas publik. Pembuatan dan
penggunaan indikator kinerja tersebut membantu setiap pelaku utama dalam proses
pengeluaran publik. Indikator kinerja akan membantu para manajer publik untuk
memonitor pencapaian program dan mengidentifikasi masalah yang penting.

Tiga Pokok Bahasan Dalam Indikator Value For Money


Berikut ini akan dijelaskan mengenai konsep value for money atau yang dikenal
dengan 3E. Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan masukan (cost of input).
Dengan kata lain ekonomi adalah prakti pembelian barang dan jasa input dengan tingkat
kualitas tertentu pada harga terbaik yang memungkinkan (spending less)
Efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Pengukuran efisien
dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap
input yang digunakan (cost of output).
Indikator efisiensi, adalah suatu indikator yang menggambarkan hubungan
antara masukan sumber daya oleh suati unit organisasi ( misalnya : staff, upah, biaya
administratif ) dan keluaran yang dihasilkan indikator tersebut memberikan informasi
tentang konversi masukan menjadi keluara ( yaitu : efisiensi dari proses internal )
Efektivitas, pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target
kebijakan. Indikator efektivitas, adalah suati indikator yang menggambarkan jangkauan
akibat dan dampak (outcome) dari keluaran (output) program dalam mencapai tujuan
program.
Dari uraian diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa ketiga pokok bahasan
dalam value for money sangat terkait dengan yang lainnya, Ekonomi membahas input,

48
efisiensi membahas input dan output, dan efektivitas membahas output dan outcome.
Hubungan ini dapat digambarkan sebagai contoh gambar dibawah ini.

Langkah-langkah Pengukuran Value For Money :


Pengukuran Ekonomi
Pengukuran efektivitas hanya memperhatikan keluaran yang didapat, sedangkan
pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang dipergunakan. Ekonomi
merupakan ukuran relatif, Pertanyaan sehubungan dengan pengukuran ekonomi adalah :
1. Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dilanggarkan oleh organisasi
?
2. Apakah biaya organisasi lebih besar daripada biaya organisasi lain yang sejenis
yang dapat diperbandingkan ?
3. Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara optimal
?

49
Pengukuran Efisiensi
Pengukuran Efisiensi. Efisiensi merupakan hal penting dari tiga pokok bahasan Value
for Money. Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input. Semakin
besar output dibandinginput, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi.
Efisiensi = Output
Input

Rasio Efisiensi tidak hanya dinyatakan dalam bentuk absolute tetapi dalam bentuk
relatif. Unit A adalah lebih efisien dibanding unit B. Unit A lebih efisien dibanding unit
tahun lalu, dan seterusnya. Karena efisiensi diukur dengan membandingkan keluaran
dan masukan, maka perbaikan efisiensi dapat dilakukan dengan cara :
1. Meningkatkan output pada tingkat input yang sama.
2. Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi
peningkatan input.
3. Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.
Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi penurunan
output.

Penyebut atau input sekunder seringkali diukur dalam bentuk satuan mata uang.
Pembilang atau output dapat diukur baik dalam jumlah mata uang ataupun satuan fisik. (
catatan : Efisiensiseringkali juga dinyatakan dalam bentuk input/outpu, dengan
interpretasi yang sama dengan bentuk output/input , contoh biaya per unit output )
Dalam pengukuran kinerja Value for Money, efisiensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Efisiensi alokasi
2. Efisiensi teknis (manajerial)

Pengukuran Efektivitas
Pengukuran Efektivitas. Efektivitas merupakan ukuran berhasil atau tidaknya
suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai
tujuanya, maka oragnisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Hal
terpenting adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang

50
telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh melebihi dari yang telah
dianggarkan, bisa juga dua kali lebih besar dari apa yang telah dianggarkan. Efektivitas
hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

Pengukuran Outcome
Pengukuran Outcome. Outcome adalah dampak suatu program atau proyek
terhadap masyarakat. Outcome lebih tinggi nilainya daripada output, karena output
hanya mengukur hasil tanpa mengukur dampaknya terhadap masyarakat,
sedangkan outcome mengukur kualitas outputdan dampak yang dihasilkan.
Pengukuran outcome memiliki dua peran, yaitu:
a. Peran retrospektif
Peran retrospektif, terkait dengan penilaian kinerja masa lalu, analisis
retrospektif memberikan bukti terhadap realisasi yang baik (good management). Bukti
tersebut dapat menjadi dasar untuk menetapkan terget di masa yang akan datang dan
mendorong untuk menggunakan praktik yang terbaik. Atau dapat juga digunakan untuk
membantu pembuat keputusan dalam menentukan program atau proyek yang perlu
dilaksanakan dan metode terbaik mana yang perlu digunakan untuk melaksanakan
program tersebut.
b. Peran prospektif
Terkait dengan perencanaan kinerja di masa yang akan datang. Sebagai peran
prospektif, pengukuran outcome digunakan untuk mengarahkan keputusan alokasi
sumber daya publik. Analisis Retrospektif memberikan bukti terhadap praktik yangbaik
( good management ). Bukti tersebut dapat menjadi dasar untuk menetapkan target di
masa yang akan datang dan mendorong untuk menggunakan praktik yang terbaik. Atau
dapat juga bukti tersebut digunakan untuk membantu pembuat keputusan dalam
menentukan program mana yang perlu dilaksanakan dan metode mana yang perlu
digunakan untuk melaksanakan program tersebut.

51
Elemen-Elemen Pengukuran Kinerja Value For Money

Peran Indikator Kinerja bagi Pemerintah adalah :


1. Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi.
2. Sebagai mengevaluasi target ahkir ( final outcome ) yang dihasilkan.
3. Sebagai masukan untuk menentukan skema insetif manajerial.
4. Memungkinkan bagi pemakasi jasa layanan pemerintah untuk melakukan
pilihan.
5. Untuk menunjukan standar kinerja
6. Untuk menunjukan efektivitas
7. Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas biaya yang
paling baik untuk mencapai target sasaran
8. Untuk menunjukan wilayah, bagian atau proses yang masih potensial untuk
dilakukan penghematan.

52
Permasalahan teknis yang dihadapi pada saat pengukuran ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas ( value for money) organisasi adalah bagaimana
membandingkan input dengan output untuk menghasilkan ukuran efisiensi yang
memuaskan jika output yang dihasilkan tidak dapat dinilai dengan harga pasar. Solusi
praktis atas masalah tersebut adalah dengan cara membandingkaninput financial
(biaya) dengan output nonfinancial, misalnya biaya unit ( unit cost statistics ). Unit cost
statistics tersebut dapat digunakan sebagai benang merah untuk mengukur kinerja. Unit-
unit kerja pemerintah diharapkan dapat menghasilkan sejumlah unit cost statistics yang
spesifik untuk unit kerjanya.

53
BAB 5
AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Akuntansi Pemerintah Pusat
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan akuntansi pemerintah
3. Mahasiswa mampu karakteriatik akuntansi pemerintah
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Dasar hukum akuntansi pemerintah pusat
5. Mahasiswa mampu menjelaskan struktur pemerintah pusat
6. Mahasiswa mampu menjelaskan sistem akuntansi pemerintah pusat

Pengertian Akuntansi Pemerintahan


Lembaga pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya memerlukan jasa
akuntansi, baik analisis maupun untuk meningkatkan mutu pengawasan, pendidikan,
dan pengelolaan keuangan untuk menghasilkan informasi yang akan digunakan.
Akuntansi demikian dikenal dengan akuntansi pemerintahan. Untuk dapat memahami
pengertian yang lebih jelas mengenai Akuntansi Pemerintahan, di sini penulis
mengemukakan beberapa definisi dari para ahli. Adapun mengenai pengertian
Akuntansi Pemerintahan menurut Revrisond Baswir (1998,7) adalah sebagai berikut:
“Akuntansi Pemerintahan (termasuk di dalamnya akuntansi untuk lembaga-lembaga
yang tidak bertujuan mencari laba lainnya), adalah bidang akuntansi yang berkaitan
dengan lembaga pemerintahan dan lembaga-lembaga yang tidak bertujuan mencari
laba”.
Kemudian Indra Bastian (2001):6) menjelaskan tentang pengertian Akuntansi Sektor
Publik adalah sebagai berikut:
Akuntansi Pemerintahan adalah mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang
diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan
departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan
yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerjasama sektor publik dan swasta.
Berdasarkan pengertian di atas Akuntansi Pemerintahan adalah akuntansi yang
digunakan dalam suatu organisasi pemerintahan / lembaga yang tidak bertujuan untuk

54
mencari laba, dan merupakan suatu bagian dari disiplin ilmu akuntansi sebagai yang
utuh. Akuntansi pemerintahan (publik) dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan
dengan akuntansi perusahaan (swasta).

Tujuan Akuntansi Pemerintahan


Tujuan akuntansi pemerintahan menurut para ahli, Bachtiar Arif, Mukhlis dan Iskandar
menyatakan beberapa tujuan diantaranya:
1. Akuntabilitas
Keuangan Negara yang dikelola harus mampu dipertanggungjawabkan sesuai
amanat konstitusi yang diatur dalam UUD 1945 Pasal 23 ayat 5.
2. Manajerial
Akuntansi pemerintahan memungkinkan pemerintah membantu merancang
penyusunan APBD dan strategi pembangunan dan pengendalian atas kegiatan
dalam rangka pencapaian ketaatan perundang-undangan, efisiensi, efektifitas dan
ekonomis.
3. Pengawasan
Keuangan di pemerintahan terdiri dari pemeriksaan keuangan secara umum,
pemeriksaan ketaatan dan pemeriksaan operasional atau manajerial.

Karakteristik Akuntansi Pemerintahan


Seperti pada sistem akuntansi yang lainnya, akuntansi pemerintahan memiliki
karakteristik tersendiri. Berdasarkan tujuannya Bachtiar Arif, Mukhlis dan Iskandar
menyebutkan beberapa karakteristik akuntansi pemerintahan sebagai berikut:
1. Tugas pemerintah adalah berorientasi kepada pelayanan publik bukan pada
laba sehingga dalam akuntansi pemerintahan tidak ditemukan laporan laba
(income statement) dan treatment akuntansi yang brekaitan denganya.
2. Pemerintah melakukan pembukuan anggaran ketika anggaran tersebut
dibukukan.
3. Akuntansi pemerintahan memungkinkan penggunaan lebih dari satu jenis
dana.
4. Akuntansi pemerintah bersifat kaku dikarenakan sangat bergantung kepada
peraturan undang – undang.

55
5. Akuntansi pemerintahan tidak mengenal perkiraan modal dan laba ditahan
dalam neraca.

Dasar Hukum Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat


Penyelenggaraan sistem akuntansi pemerintah pusat berbasis double entry
memiliki dasar hukum sebagai berikut:
1. Keputusan Presiden RI No. 17 Tahun 2000, khususnya Bab VI tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran.
2. Keputusan Menteri Keuangan No. 476/KMK.O1/1991 tanggal 24 Mei 1991
tentang Sistem Akuntansi Pemerintah.
3. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1135/KMK.O1/1992 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN)
4. Surat Menteri Keuangan RI No. S-984/KMK.018/1992 perihal Pengesahan
Daftar Perkiraan Sistem Akuntansi Pemerintah

Tujuan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat


Tujuan SAPP adalah untuk menyediakan informasi keuangan yang diperlukan
dalam hal perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pengendalian
anggaran, perumusan kebijaksanaan, pengambil keputusan dan penilaian kinerja
pernerintah dan sebagai upaya untuk mempercepat penyajian Perhitungan Anggaran
Negara (PAN), serta memudahkan pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional
secara efektif clan efisien.
Di samping itu, SAPP juga dirancang untuk mendukung transparansi Laporan
Keuangan Pemerintah dan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah dalam mencapai
pemerintahan yang baik, yang meliputi Akuntabilitas, Manajerial dan Transparansi.
Akuntabilitas yang dimaksud adalah meningkatkan kualitas akuntabilitas
(pertanggungjawaban) pemerintah atas pelaksanaan anggaran. Dalam hal manajerial
adalah menyediakan informasi keuangan yang diperlukan untuk perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pengendalian anggaran, perumusan
kebijaksanaan, pengambilan keputusan dan penilaian kinerja pemerintah. Sedangkan
menyangkut transparansi adalah memberikan keterbukaan pelaksanaan kegiatan
pemerintah kepada rakyat untuk mewujudkan pemerintahan yang baik.

56
Struktur Pemerintahan Pusat
a. MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia atau cukup disebut
Majelis Permusyawaratan Rakyat (disingkat MPR-RI atau MPR) adalah
lembaga legislatif bikameral yang merupakan salah satu lembaga tinggi negara
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Sebelum Reformasi, MPR merupakan
lembaga tertinggi negara. MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di
ibukota negara.
b. DPR Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau sering disebut Dewan
Perwakilan Rakyat (disingkat DPR-RI atau DPR) adalah salah satu lembaga
tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga
perwakilan rakyat. DPR terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan
umum yang dipilih melalui pemilihan umum.
c. DPD Dewan Perwakilan Daerah (disingkat DPD), sebelum 2004 disebut Utusan
Daerah, adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia
yang anggotanya merupakan perwakilan dari setiap provinsi yang dipilih melalui
Pemilihan Umum. DPD memiliki fungsi: Pengajuan usul, ikut dalam
pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan dengan bidang
legislasi tertentu Pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang tertentu.
Anggota DPD dari setiap provinsi adalah 4 orang. Dengan demikian jumlah
anggota DPD saat ini adalah 132 orang. Masa jabatan anggota DPD adalah 5
tahun, dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPD yang baru mengucapkan
sumpah/janji.
d. MA Mahkamah Agung adalah lembaga peradilan tertinggi pada suatu negara.
segala urusan mengenai peradilan, baik organisasi maupun finansial berada di
bawah kekuasaan Mahkamah Agung. Wewenang Mahkamah Agung: 1.
Mengadili pada tingkat kasasi 2. Menguji peraturan perundangan undangan
dibawah undang undang terhadap undang undang dan mempunyai wewenang
lainnya yang diberikan undang undang
e. MK Mahkamah Konstitusi (disingkat MK) adalah lembaga tinggi negara dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan
kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Agung.

57
f. KY Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan UU no
22 tahun 2004 yang berfungsi mengawasi perilaku hakim dan mengusulkan
nama calon hakim agung.
g. BPK Badan Pemeriksa Keuangan (disingkat BPK) adalah lembaga tinggi negara
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD 1945, BPK
merupakan lembaga yang bebas dan mandiri. Anggota BPK dipilih oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Daerah, dan diresmikan oleh Presiden. Hasil pemeriksaan keuangan negara
diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD (sesuai dengan kewenangannya).
h. Presiden Indonesia (nama jabatan resmi: Presiden Republik Indonesia) adalah
kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Indonesia. Sebagai kepala negara,
Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di dunia. Sebagai kepala
pemerintahan, Presiden dibantu oleh wakil presiden dan menteri-menteri dalam
kabinet, memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas
pemerintah sehari-hari. Presiden (dan Wakil Presiden) menjabat selama 5 tahun,
dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk satu kali
masa jabatan. Ia digaji sekitar 60 juta per bulan
i. Wakil Presiden Wakil Presiden adalah jabatan pemerintahan yang berada satu
tingkat lebih rendah daripada Presiden. Biasanya dalam urutan suksesi, wakil
presiden akan mengambil alih jabatan presiden bila ia berhalangan sementara
atau tetap.

58
Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat Terdiri Dari
Sistem Akuntansi Pusat (SiAP);
Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan (
Ditjen PBN) dan terdiri dari:
1) SAKUN (Sistem Akuntansi Kas Umum Negara) yang menghasilkan Laporan
Arus Kas dan Neraca Kas Umum Negara (KUN). Pada tingkat wilayah, kedua
subsistem di atas dilaksanakan oieh Kanwil Dit perbendaharaan dan seluruh
KPPN di wilayah kerjanya selaku Kuasa BUN.
2) SAU (Sistem Akuntansi Umum) yang menghasilkan Laporan Realisasi
Anggaran dan Neraca SAU. Pengolahan data dalam rangka penyusunan laporan
keuangan SAU dan SAKUN, dilaksanakan oleh unit-unit Ditjen PBN yang
terdiri dari
1. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
2. Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan (Kanwil Ditjen PBN);
3. Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan.
Sistem Akuntansi Instansi (SAI).
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga.
Kementerian negara/lembaga melakukan pemrosesan data untuk menghasilkan Laporan
Keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan
Keuangan.
Dalam pelaksanaan SAI, kementerian negara/lembaga membentuk unit akuntansi
keuangan (SAK) dan unit akuntansi barang (SABMN).
Unit akuntansi keuangan terdiri dari:
1. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA). Unit Akuntansi Pengguna
Anggaran, yang selanjutnya disebut UAPA, adalah unit akuntansi instansi pada
tingkat Kementerian Negara/ Lembaga (pengguna anggaran) yang melakukan
kegiatan penggabungan laporan, baik keuangan maupun barang
seluruh UAPPA-E1 yang berada di bawahnya.
2. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran – Eselon1 (UAPPA-E1). Unit
Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I, yang selanjutnya
disebut UAPPA-E1, adalah unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatan
penggabungan laporan, baik keuangan maupun barang seluruh UAPPA-W

59
yang berada di wilayah kerjanya serta UAKPA yang langsung berada di
bawahnya.
3. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran – Wilayah (UAPPA-W). Unit
Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah, yang selanjutnya
disebut UAPPA-W, adalah unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatan
penggabungan laporan, baik keuangan maupun barang seluruh UAKPA yang
berada dalam wilayah kerjanya.
4. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA). Unit Akuntansi Kuasa
Pengguna Anggaran, yang selanjutnya disebut UAKPA, adalah unit akuntansi
clan pelaporan tingkat satuan kerja.
Unit akuntansi barang terdiri dari:
a. Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB). Unit Akuntansi Pengguna
Barang adalah unit akuntansi BMN pada tingkat
kementrian/lembaga yang melakukan kegiatan penggabungan laporan
BMN dari UAPPB-E1 yang penanggung jawabnya adalah
Menteri/Pirnpinan Lembaga.
b. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang – Eselon1 (UAPPB-E1). Unit
Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon I adalah unit akuntansi
BMN pada tingkat Eselon1 yang melakukan kegiatan penggabungan
laporan BMN dari UAPPB-W dan UAKPB yang langsung berada di
bawahnya yang penanggung jawabnnya adalah pejabat Eselon I
c. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang – Wilayah (UAPPB-W). Unit
Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah adalah unit akuntansi
BMN pada tingkat wilayah yang ditetapkan sebagai UAPPB-W dan
melakukan kegiatan penggabungan BMN dari UAKPB. penanggung
jawabnya adatah Kepala Kantor Kepala unit kerja. ditetapkan sebagai
UAPPB-W.
d. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB). Unit Akuntansi Kuasa
Pengguna Barang, yang selanjutnya disebut satuan kerja/kuasa pengguna
barang yang memiliki wewenang menggunakan BMN.

60
Struktur Akuntansi pemerintah dapat dilihat pada gambar dibawah :

Jenis Laporan yang dibuat pada Sistem Akuntansi Pemerintah dapat dilihat pada table
dibawah

61
Mekanisme Pelaporan SAI
Laporan Keuangan BPKP dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI), yang
terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen
Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) yang dilaporkan secara berjenjang dari
tingkat terendah sampai tingkat puncak, yaitu :
 Tingkat UAKPA/ UAKPB
 Tingkat UAPPA-W/UAPPB-W
 Tingkat UAPPA-E1/UAPPB-E1
 Tingkat UAPA/UAPB

1. Jurnal Akuntansi Pendapatan-LO dan Pendapatan-LRA


Sesuai dengan draft akrual maka pendapatan-LO diakui ketika pendapatan diperoleh
atau pendapatan direalisasi. Jadi pada definisi ini terdapat komponen pendapatan-LO

62
yang diakui terlebih dahulu sebelum adanya penerimaan kas (sehingga piutang
pendapatan harus diakui) namun ada juga pendapatan-LO yang baru diakui ketika
penerimaan kas.
Ketika pendapatan-LO diakui pada skenario pertama dimana pengakuan terjadi sebelum
kas diterima maka K/L akan melakukan penjurnalan sebagai berikut:

Piutang Pendapatan…… xxx


Pendapatan…..-LO xxx

Jurnal diatas dirinci menurut jenis pendapatannya. Jurnal di atas fungsinya akan
menghasilkan LO dan neraca secara akrual.
A. Pendapatan yang disetor ke BUN
Ketika terjadi transfer ke BUN maka akan terjadi 2 kejadian akuntansi sekaligus dimana
piutang yang sudah tercatat sebelumnya harus dihapuskan dan harus ada pengakuan
realisasi anggaran pendaptan-LRA. Sehingga pada K/L akan dilakukan pencatatan
sebagai berikut:
Utang Kepada KUN xxx
Piutang Pendapatan….. xxx

Selain di K/L pengaruh transaksi pelunasan piutang/penerimaan kas ini juga


mengharuskan BUN untuk melakukan pencatatan dalam rangka menghasilkan LAK
sebagai berikut:
KUN xxx
Pendapatan-LRA xxx

2. Akuntansi Belanja dan Beban


A. Pengakuan Beban dan Belanja Langsung
Sesuai dengan draft akrual maka beban diakui ketika timbulnya kewajiban, terjadinya
konsumsi aset, atau terjadinya penurunan manfaat ekonomis atau potensi jasa. Ketika
peristiwa tersebut terjadi maka beban harus diakui dan dicatat dengan jurnal sebagai
berikut (di K/L):

63
Beban…..(dirinci menurut klasifikasi xxx
ekonomi)
Utang beban……(dirinci) xxx

Ketika terhadap beban tersebut dilakukan pelunasan maka secara akuntansi ada 2 jenis
transaksi yang terjadi yaitu transaksi pelunasan utang yang sebelumnya sudah tercatat
pada saat pengakuan beban dan transaksi realisasi belanja untuk menghasilkan LRA
namun sesuai dengan penjelasan pada subbab akuntansi pendapatan maka LRA dapat
dibuat dengan melihat pengkreditan piutang dari KUN sehingga cukup dibuatkan satu
jurnal sbb (di K/L):
Utang beban xxx
Piutang dari KUN xxx
Pada saat yang bersamaan dengan pelunasan utang beban maka BUN akan melakukan
penjurnalan sbb:
Belanja xxx
KUN xxx

Apabila atas pembayaran dari KUN tersebut dipotong oleh pemerintah untuk ke pihak
lain (misalnya dipotong untuk ke Askes dll), maka penjurnalannya serupa dengan jurnal
pada basis cash toward accrual sebagai berikut
KUN xxx
Penerimaan PFK xxx
(Saat pemotongan oleh pemerintah)
Pengeluaran PFK xxx
KUN xxx
(Saat penyetoran kepada pihak ketiga)

B. Pencatatan Belanja Modal


Ketika terjadi belanja modal maka secara akrual harus dicatat aset yang mengalami
penambahan, jurnal korolari dalam hal ini tidak diperlukan lagi. Sehingga jurnal-jurnal
yang dicatat ketika terjadi belanja modal adalah sbb (di K/L):
xxx

64
Aset…(sesuai nama asetnya)
Piutang dari KUN xxx
(untuk mencatat penambahan aset secara akrual)

Sementara itu di BUN akan dicatat:


Belanja Modal xxx
KUN xxx

Akuntansi Penerimaan Pembiayaan


Secara akrual utang diakui ketika kemungkinan besar akan terjadi arus keluar sumber
daya di masa datang sebagai akibat adanya transaksi di masa lalu. Untuk konteks
pemerintah, ketika perjanjian pinjaman ditandatangani maka seketika itu pula harus ada
pengakuan utang di K/L dengan jurnal sbb:
Piutang penerimaan utang LN xxx
Utang LN xxx

Akun “Piutang penerimaan utang LN” merupakan akun aset/piutang yang


mencerminkan bahwa ketika perjanjian pinjaman ditandatangani, pemerintah disamping
mengakui adanya kewajiban juga harus mengakui adanya hak untuk menerima utang
tersebut dalam bentuk kas.

Ketika utang tersebut terealisasi maka K/L akan melakukan pencatatan sbb:
Utang Kepada KUN xxx
Piutang penerimaan utang LN xxx

Sementara di BUN akan dilakukan jurnal sbb:


KUN xxx
Penerimaan Pinjaman xxx

65
Akuntansi Pengeluaran Pembiayaan
Sesuai dengan draft akrual PSAP nomor 6 maka pengakuan investasi sebagai salah satu
contoh dari pengeluaran pembiayaan diakui ketika adanya transaksi pertukaran atau
pembelian yang dalam hal ini ditandai dengan keluarnya kas dari KUN. Sehingga ketika
pemerintah melakukan pengeluaran pembiayaan (dalam hal ini pembelian investasi)
maka di K/L akan dicatat sbb:
Investasi jangka panjang pemerintah xxx
Piutang dari KUN xxx
Sementara di BUN akan dicatat:
Pengeluaran Penyertaan Modal-LRA xxx
KUN xxx

66
BAB 6
AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM (BLU)

Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Badan Layanan Umum (BLU)
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dan azas BLU
3. Mahasiswa mampu menjelaskan karakteristik badan layanan umum
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Pola Pengelolaan Keuangan BLU
5. Mahasiswa mampu menjelaskan Persyaratan Badan Layanan Umum
6. Mahasiswa mampu menjelaskan Tata kelola BLU
7. Penilaian dan Penetapan Badan Layanan Umum
8. Mahasiswa mampu menjelaskan Sistem Akuntansi BLU
9. Mahasiswa mampu menyusun Laporan Keuangan BLU

Badan Layanan Umum (BLU)

Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang


dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas, yang
pengelolaan keuangannya diselenggarakan sesuai dengan peraturan pemerintah terkait.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 76 Tahun 2008 tentang
Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum, BLU
menerapkan standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi
Indonesia sesuai dengan jenis industrinya, atau mengembangkan standar akuntansi
spesifik dengan mengacu pada pedoman akuntansi BLU sebagaimana ditetapkan dalam
Lampiran PMK nomor 76 Tahun 2008.
Sesuai dengan ketentuan, satuan kerja yang menerapkan pola pengelolaan
keuangan BLU diberikan fleksibilitas pengelolaan keuangan, antara lain pengelolaan
pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, pengelolaan utang-piutang, pengelolaan

67
investasi dan pengadaan barang/jasa, kesempatan untuk mempekerjakan tenaga
profesional non Pegawai Negeri Sipil (PNS), serta kesempatan pemberian imbalan jasa
kepada pegawai sesuai dengan kontribusinya.

Tujuan
BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan
produktivitas, dan penerapan praktik bisnis yang sehat.

Asas
Asas BLU adalah sebagai berikut:
1. BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah
daerah untuk tujuan pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan
kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk yang bersangkutan;
2. BLU merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah dan karenanya status hukum BLU tidak
terpisah dari kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah sebagai instansi
induk.
3. Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab atas
pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang
didelegasikannya kepada BLU dari segi manfaat layanan yang dihasilkan.
4. Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan
kegiatan pemberian layanan umum yang didelegasikan kepadanya oleh
Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota.
5. BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian
keuntungan.
6. Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja dan BLU
disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana kerja
dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerjakementerian
negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah.

68
7. BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktik bisnis
yang sehat.

Dasar Hukum Badan Layanan Umum


Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pasal 68
dan 69;
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum;

Peraturan Menteri Keuangan


1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.02/2006 tentang Persyaratan
Administratif Dalam Rangka Pengusulan dan Penetapan Satuan Kerja Instansi
Pemerintah untuk Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum (dicabut dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
119/PMK.05/2007);
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8/PMK.02/2006 tentang Kewenangan
Pengadaan Barang/Jasa pada Badan Layanan Umum;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.02/2006 tentang Pembentukan
Dewan Pengawas pada Badan Layanan Umum (dicabut dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.05/2007);
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.02/2006 tentang Pedoman
Penetapan Remunerasi bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan Pegawai
Badan Layanan Umum sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2007;
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66/PMK.02/2006 tentang Tata Cara
Penyusunan, Pengajuan, Penetapan, dan Perubahan Rencana Bisnis dan
Anggaran serta Dokumen Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum
(dicabut dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.05/2009);

69
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2007 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.02/2006 Tentang Pedoman
Penetapan Remunerasi bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan Pegawai
Badan Layanan Umum;
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.05/2007 tentang Pembentukan
Dewan Pengawas pada Badan Layanan Umum;
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.05/2007 tentang Persyaratan
Administratif dalam Rangka Pengusulan dan Penetapan Satuan Kerja Instansi
Pemerintah untuk Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan BLU;
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.05/2008 tentang Pedoman
Pengelolaan Dana Bergulir Pada Kementrian Negara/Lembaga (diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 218/PMK.05/2009);
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.05/2008 tentang Tata Cara
Revisi DIPA untuk Satuan Kerja BLU Tahun Anggaran 2008;
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.05/2009 tentang Rencana Bisnis
dan Anggaran serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum (dicabut
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 92/PMK.05/2011);
13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK.05/2009 tentang Pengelolaan
Pinjaman pada BLU;
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.05/2009 tentang Pedoman
Pemberian Bonus Atas Prestasi bagi Rumah Sakit Eks-Perjan yang Menerapkan
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;
15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 218/PMK.05/2009 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.05/2008 tentang Pedoman
Pengelolaan Dana Bergulir Pada Kementrian Negara/Lembaga;
16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/PMK.05/2009 tentang Penghapusan
Piutang BLU;
17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 92/PMK.05/2011 tentang Rencana Bisnis
dan Anggaran serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum;

70
Peraturan Dirjen Perbendaharaan
1. Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-30/PB/2011 tentang Mekanisme
Pengesahan Pendapatan dan Belanja Satuan Kerja Badan Layanan Umum;
2. Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-55/PB/2011 tentang Tata Cara
Revisi Rencana Bisnis dan Anggaran Definitif dan Revisi Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum;

Karakteristik Badan Layanan Umum


Badan Layanan Umum (BLU) memiliki karakteristik yang khusus,berbeda
dengan akuntansi yang berlaku pada Kementerian/Lembaga maupun pada satker di
daerah. Karakteristik BLU antara lain:
 Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah (bukan kekayaan negara yang
dipisahkan);
 Menghasilkan barang / jasa yang seluruhnya / sebagian dijual kepada publik;
 Tidak bertujuan mencari keuntungan (laba);
 Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas seperti
korporasi;
 Rencana kerja/ anggaran dan pertanggungjawaban dikonsolidasikan pada
instansi induk;
 Pendapatan & sumbangan dapat digunakan langsung untuk kepentingan
operasional Badan Layanan Umum yang bersangkutan;
 Pegawai dapat terdiri dari PNS dan Non-PNS
 Bukan sebagai subyek pajak

Pola Pengelolaan Keuangan BLU


Pola pengelolaan keuangan pada BLU merupakan pola pengelolaan keuangan
yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik-praktik
bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian
dari ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya.Yang dimaksud dengan
praktik bisnis yang sehat adalah proses penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan

71
kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu
dan berkesinambungan.
Instansi pemerintah yang melakukan pembinaan terhadap pola pengelolaan
keuangan BLU adalah Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Ditjen Perbendaharaan.

Persyaratan Badan Layanan Umum


Persyaratan BLU dapat dilihat dalam 3 bagian yaitu :
1. Persyaratan Substantif BLU dalam fungsi dasar pelayanan publik :
a. Menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi utama yang berhubungan
dengan menyediakan barang dan/atau jasa untuk layanan umum,
mengelola wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan
perekonomian masyarakat atau untuk layanan umum, dan mengelola
dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan
kepada masyarakat
b. Bidang layanan umum yang diselenggarakan bersifat operasional yang
menghasilkan semi barang/jasa publik (quasi public goods);
c. Dalam melakukan kegiatannya tidak mengutamakan pencarian
keuntungan.

2. Persyaratan teknis BLU diatur oleh Kementerian/Lembaga teknis yaitu kinerja


pelayanan layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU
sebagaimana direkomendasikan menteri/pimpinan lembaga dan kinerja
keuangan satker yang bersangkutan sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen
usulan penetapan BLU.

3. Persyaratan keuangan/administratif diatur oleh Menteri Keuangan


Persyaratan administratif digunakan oleh Kementerian Keuangan untuk
menentukan suatu unit pemerintah dapat diberikan status kandidat BLU atau
BLU baik secara penuh atau bertahap. Syarat ini terdiri dari pernyataan
kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat
bagi masyarakat, pola tata kelola, rencana strategis bisnis, laporan keuangan

72
pokok, standar pelayanan minimum dan laporan audit terakhir (bila telah
diaudit) atau membuat pernyataan bersedia diaudit secara
independen.Pernyataan tersebut disusun sesuai dengan format yang tercantum
dalam lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.05/2007 dan
bermaterai, ditandatangani oleh pimpinan satker Instansi Pemerintah yang
mengajukan usulan untuk menerapkan PPK-BLU dan disetujui oleh
menteri/pimpinan lembaga terkait.

Pola tata kelola merupakan peraturan internal satuan kerjaInstansi Pemerintah


yang menetapkan:
1. organisasi dan tata laksana, yang memuat antara lain struktur organisasi,
prosedur kerja, pengelompokan fungsi yang logis, ketersediaan dan
pengembangan sumber daya manusia;
2. akuntabilitas, yaitu mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada satuan kerja Instansi
Pemerintah bersangkutan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
periodik, meliputi akuntabilitasprogram, kegiatan, dan keuangan;
3. transparansi, yaitu adanya kejelasan tugas dan kewenangan, dan ketersediaan
informasi kepada publik.

Rencana strategis bisnis, mencakup:


1. visi, yaitu suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang
berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan;
2. misi, yaitu sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan sesuai visi yang
ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik;
3. program strategis, yaitu program yang berisi proses kegiatan yang berorientasi
pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5
(lima) tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada
atau mungkin timbul; dan
4. kesesuaian visi, misi, program, kegiatan, dan pengukuran pencapaian kinerja;
5. indikator kinerja lima tahunan berupa indikator pelayanan, keuangan,
administrasi, dan SDM;

73
6. pengukuran pencapaian kinerja, yaitu pengukuran yang dilakukan dengan
menggambarkan apakah hasil kegiatan tahun berjalan dapat tercapai dengan
disertai analisis atas faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
tercapainya kinerja tahun berjalan.

Standar Pelayanan Minimum (SPM)


Standar Pelayanan Minimum (SPM) merupakan ukuran pelayanan yang harus
dipenuhi oleh satuan kerja instansi pemerintah. SPM ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga dalam rangka penyelenggaraan kegiatan pelayanan kepada masyarakat yang
harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan, dan kesetaraan layanan biaya
serta kemudahan memperoleh layanan.
SPM sekurang-kurangnya mengandung unsur:
1. Jenis kegiatan atau pelayanan yang diberikan oleh satker. Jenis kegiatan
merupakan pelayanan yang diberikan oleh satker baik pelayanan ke dalam
(satker itu sendiri) maupun pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Jenis
kegiatan ini merupakan tugas dan fungsi dari satker yang bersangkutan.
2. Rencana Pencapaian SPM. Satuan kerja menyusun rencana pencapaian SPM
yang memuat target tahunan pencapaian SPM dengan mengacu pada batas
waktu pencapaian SPM sesuai dengan peraturan yang ada.
3. Indikator pelayanan. SPM menetapkan jenis pelayanan dasar, indikator SPM dan
batas waktu pencapaian SPM.
4. Adanya tanda tangan pimpinan satuan kerja yang bersangkutan dan
menteri/pimpinan lembaga.

Laporan audit terakhir


Laporan audit terakhir merupakan laporan auditor tahun terakhir sebelum satuan kerja
instansi pemerintah yang bersangkutan diusulkan untuk menerapkan PK BLU. Dalam
hal satuan kerja instansi pemerintah tersebut belum pernah diaudit, satuan kerja instansi
pemerintah dimaksud harus membuat pernyataan bersedia untuk diaudit secara
independen yang disusun dengan mengacu pada formulir yang telah ditetapkan.

74
Tata Kelola Badan Layanan Umum
Kelembagaan
Pengelolaan Keuangan BLU dapat diterapkan oleh setiap instansi pemerintah yang
secara fungsional menyelenggarakan kegiatan yang bersifat operasional. Instansi
dimaksud dapat berasal dari dan berkedudukan pada berbagai jenjang eselon atau non
eselon pada kementerian/lembaga. Sehubungan dengan itu, apabila instansi pemerintah
yang menerapkan PK-BLU memerlukan perubahan status ataupun struktur
kelembagaan, maka perubahan tersebut berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan
oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara.

Pejabat Pengelola
BLU dikelola oleh Pejabat Pengelola BLU yang terdiri atas:
a. Pemimpin BLU
Pemimpin berfungsi sebagai penanggung jawab umum operasional dan
keuangan BLU yang berkewajiban:
1. menyiapkan rencana strategis bisnis BLU;
2. menyiapkan RBA tahunan;
3. mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat teknis sesuai dengan
ketentuan yang berlaku; dan
4. menyampaikan pertanggungjawaban kinerja operasional dan keuangan BLU.

b. Pejabat Keuangan BLU


Pejabat keuangan BLU berfungsi sebagai penanggung jawab keuangan yang
berkewajiban :
1. mengkoordinasikan penyusunan RBA;
2. menyiapkan dokumen pelaksanaan anggaran BLU;
3. melakukan pengelolaan pendapatan dan belanja;
4. menyelenggarakan pengelolaan kas;
5. melakukan pengelolaan utang-piutang;
6. menyusun kebijakan pengelolaan barang, aset tetap, dan investasi BLU;
7. menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan; dan
8. menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan.

75
c. Pejabat Teknis BLU
Pejabat teknis BLU berfungsi sebagai penanggung jawab teknis di bidang
masing-masing yang berkewajiban:
1. menyusun perencanaan kegiatan teknis di bidangnya;
2. melaksanakan kegiatan teknis sesuai menurut RBA; dan
3. mempertanggungjawabkan kinerja operasional di bidangnya.

Kepegawaian
Pejabat pengelola dan pegawai BLU dapat terdiri dari pegawai negeri sipil
(PNS) dan/atau tenaga profesional non-PNS sesuai dengan kebutuhan BLU. Syarat
pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai BLU yang berasal dari
PNS dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi PNS.
Pejabat pengelola dan pegawai BLU yang berasal dari tenaga profesional non-PNS
dapat dipekerjakan secara tetap atau berdasarkan kontrak.

Dewan Pengawas
Dewan Pengawas untuk BLU di lingkungan pemerintah pusat dibentuk dengan
keputusan menteri/pimpinan lembaga atas persetujuan Menteri Keuangan.Anggota
dewan pengawas terdiri dari unsur-unsur pejabat dari kementerian negara/lembaga
teknis yang bersangkutan, Kementerian Keuangan, dan tenaga ahli yang sesuai dengan
kegiatan BLU.

Remunerasi
Kepada Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan Pegawai Badan Layanan
Umum (BLU) diberikan remunerasi berdasarkan tingkat tanggung jawab dan tuntutan
profesionalisme yang diperlukan. Remunerasi dapat juga diberikan kepada Sekretaris
Dewan Pengawas. Besaran gaji pemimpin BLU ditetapkan dengan mempertimbangkan
faktor-faktor sebagai berikut :
1. Proporsionalitas, yaitu pertimbangan atas ukuran (size) dan jumlah aset yang
dikelola BLU serta tingkat pelayanan;
2. Kesetaraan, yaitu dengan memperhatikan industri pelayanan sejenis;

76
3. Kepatutan, yaitu menyesuaikan kemampuan pendapatan BLU yang
bersangkutan;
4. Kinerja operasional BLU yang ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga
sekurang-kurangnya mempertimbangkan indikator keuangan, pelayanan, mutu
dan manfaat bagi masyarakat.
Gaji Pejabat Keuangan dan Pejabat Teknis ditetapkan sebesar 90% (sembilan
puluh persen) dari gaji Pemimpin BLU.
Honorarium Dewan Pengawas ditetapkan sebagai berikut :
1. Honorarium Ketua Dewan Pengawas sebesar 40% (empat puluh persen) dari gaji
Pemimpin BLU.
2. Honorarium anggota Dewan Pengawas sebesar 36% (tiga puluh enam persen)
dari gaji Pemimpin BLU.
3. Honorarium Sekretaris Dewan Pengawas sebesar 15% (lima belas persen) dari
gaji Pemimpin BLU.

Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas dan Sekretaris Dewan Pengawas yang


diberhentikan sementara dari jabatannya memperoleh penghasilan sebesar 50% (lima
puluh persen) dari gaji/honorarium bulan terakhir yang berlaku sejak tanggal
diberhentikan sampai dengan ditetapkannya keputusan difinitif tentang jabatan yang
bersangkutan.
BLU dapat memberikan tunjangan tetap, insentif, bonus atas prestasi, pesangon
dan/atau pensiun kepada Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, Sekretaris Dewan
Pengawas, dan Pegawai BLU, dengan memperhatikan kemampuan pendapatan BLU
yang bersangkutan.
Pada setiap akhir masa jabatannya, Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan
Sekretaris Dewan Pengawas dapat diberikan pesangon berupa santunan purna jabatan
dengan pengikutsertaan dalam program asuransi atau tabungan pensiun yang beban
premi/iuran tahunannya ditanggung oleh BLU yang besarannya ditetapkan paling
banyak sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari gaji/honorarium dalam satu tahun.
Besaran remunerasi untuk Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, Sekretaris
Dewan Pengawas, dan Pegawai BLU pada masing-masing BLU diusulkan oleh

77
Menteri/Pimpinan Lembaga kepada Menteri Keuangan untuk ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Keuangan.

Penilaian dan Penetapan Badan Layanan Umum


Penilaian
Menteri/pimpinan lembaga mengusulkan instansi pemerintah yang memenuhi
persyaratan substantif, teknis, dan administratif untuk menerapkan PK-BLU kepada
Menteri Keuangan. Menteri Keuangan melakukan penilaian atas usulan tersebut dan
apabila telah memenuhi semua persyaratan di atas, maka Menteri Keuangan
menetapkan instansi pemerintah bersangkutan untuk menerapkan PK-BLU berupa
pemberian status BLU secara penuh atau bertahap.
Dalam rangka penilaian usulan PK-BLU, Menteri Keuangan dapat membentuk Tim
Penilai yang terdiri dari unsur di lingkungan Kementerian Keuangan yang terkait
dengan kegiatan satker BLU yang diusulkan, antara lain Ditjen Perbendaharaan,
Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan, dan Ditjen Anggaran. Tim Penilai tersebut
dapat menggunakan narasumber yang berasal dari lingkungan pemerintahan maupun
masyarakat.

Tugas Tim Penilai


Tugas dari Tim Penilai adalah:
1. Merumuskan kriteria yang akan digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
penilaian.
2. Melakukan identifikasi dan klarifikasi terhadap usulan penerapan PK-BLU;
3. Melakukan koordinasi dengan unit/instansi terkait.
4. Melakukan penilaian atas usulan penerapan PK-BLU yang disampaikan oleh
menteri/pimpinan lembaga.
5. Menyampaikan rekomendasi hasil penilaian atas usulan penetapan Satuan Kerja
Instansi Pemerintah untuk menerapkan PK-BLU kepada Menteri Keuangan.
6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan penilaian usulan
penetapan instansi PK-BLU.
Tim Penilai dalam melaksanakan prosedur penilaian sesuai dengan prosedur operasi
standar Penilaian dan Penetapan BLU.

78
Penetapan
Menteri Keuangan memberi keputusan penetapan atau surat penolakan terhadap usulan
penetapan BLU paling lambat tiga bulan sejak dokumen persyaratan diterima secara
lengkap dari menteri/pimpinan lembaga.
Berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh Tim Penilai, usulan penetapan BLU dapat
ditolak atau ditetapkan dengan status BLU penuh maupun BLU bertahap.
1. Status BLU Penuh
Status BLU penuh diberikan apabila persyaratan substantif, teknis dan
administratif telah dipenuhi dengan memuaskan sesuai dengan kriteria SOP
penilaian.
Satkeryang berstatus BLU Penuh diberikan seluruh fleksibilitas pengelolaan
keuangan BLU, yaitu:
1. Pengelolaan Pendapatan
2. Pengelolaan Belanja
3. Pengadaan Barang/Jasa
4. Pengelolaan Barang
5. Pengelolaan Kas
6. Pengelolaan Utang dan Piutang
7. Pengelolaan Investasi
8. Perumusan Kebijakan, Sistem, dan Prosedur Pengelolaan Keuangan.
2. Status BLU Bertahap
Status BLU Bertahap diberikan apabila persyaratan substantif, teknis, dan
administratif telah terpenuhi, namun persyaratan administratif kurang
memuaskan sesuai dengan kriteria SOP penilaian. Status BLU Bertahap berlaku
paling lama tiga tahun dan apabila persyaratan terpenuhi secara memuaskan
dapat diusulkan untuk menjadi BLU Penuh.
Fleksibilitas yang diberikan kepada satker berstatus BLU bertahap dibatasi:
1. Penggunaan langsung pendapatan dibatasi jumlahnya, sisanya harus disetorkan
ke kas negara sesuai prosedur PNBP.
2. Tidak diperbolehkan mengelola investasi;
3. Tidak diperbolehkan mengelola utang;

79
4. Pengadaan barang/jasa mengikuti ketentuan umum pengadaan barang/jasa
pemerintah yang berlaku.
5. Tidak diterapkan flexible budget.

Perubahan dan Pencabutan Status


Perubahan status dari BLU Penuh menjadi BLU Bertahap atau sebaliknya, dapat terjadi
apabila BLU yang bersangkutan mengalami penurunan atau peningkatan kinerja. Ditjen
Perbendaharaan c.q. Direktorat Pembinaan PK-BLU setiap periode melakukan
pembinaan, monitoring, dan evaluasi kinerja BLU. Hasil dari pembinaan, monitoring,
dan evaluasi tersebut menjadi masukan dalam perubahan status BLU.
Pencabutan status BLU menjadi satker biasa apabila:
1. Dicabut oleh Menteri Keuangan berdasarkan rekomendasi atau masukan dari tim
pembinaan, monitoring, dan evaluasi kinerja BLU ;
2. Dicabut oleh Menteri Keuangan atas usulan menteri teknis/pimpinan lembaga;
3. Berubah status menjadi badan hukum dengan kekayaan negara yang dipisahkan.
Apabila menteri/pimpinan lembaga teknis mengajukan usulan pencabutan BLU,
Menteri Keuangan membuat penetapan pencabutan penerapan PK-BLU paling lambat
tiga bulan sejak tanggal usulan tersebut diterima. Jika melebihi jangka waktu tersebut,
usulan pencabutan dianggap ditolak. Instansi pemerintah yang pernah dicabut dari status
PK-BLU dapat diusulkan kembali untuk menerapkan PK-BLU.

Tarif dan Biaya Satuan


Tarif
Satker berstatus BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas
barang/jasa layanan yang diberikan. Imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan
tersebut ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya per
unit layanan atau hasil per investasi dana yang dapat bertujuan untuk menutup seluruh
atau sebagian dari biaya per unit layanan. Tarif layanan tersebut dapat berupa besaran
tarif atau pola tarif sesuai jenis layanan BLU yang bersangkutan. Apabila BLU
memiliki jenis layanan yang tidak terlalu banyak, maka cukup memiliki tarif berupa
angka mutlak ataupun kisaran tarif. Apabila BLU memiliki jenis layanan yang banyak

80
dan bersifat kompleks, seperti rumah sakit, maka tarifnya berupa pola tarif untuk
kelompok layanan.
Tarif layanan diusulkan oleh BLU bersangkutan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga,
kemudian Menteri/Pimpinan Lembaga mengajukan usulan tarif tersebut kepada Menteri
Keuangan untuk ditetapkan. Dalam penetapan tarif dimaksud, Menteri Keuangan
dibantu oleh suatu tim dan dapat menggunakan narasumber yang berasal dari sektor
terkait.
Hal-hal yang wajib dipertimbangkan dalam menyusun tarif adalah sebagai berikut:
1. Kontinuitas dan pengembangan layanan;
2. Daya beli masyarakat;
3. Asas keadilan dan kepatutan;
4. Kompetisi yang sehat.

Biaya Satuan
Dalam penyusunan tarif dan biaya layanan, terlebih dahulu ditentukan biaya satuan per
unit output dari layanan atau kegiatan BLU. Biaya satuan dibuat berdasarkan
perhitungan akuntansi biaya untuk setiap output barang/jasa yang dihasilkan.
Dalam rangka penyusunan biaya satuan per unit layanan, maka perlu diperhitungkan
biaya-biaya yang timbul, yaitu:
1. Biaya langsung; adalah biaya-biaya yang secara khusus dapat ditelusuri atau
diidentifikasi sebagai komponen langsung dari biaya produk. Total biaya
langsung ini dalam beberapa literatur juga sering disebut dengan istilah biaya
utama (prime cost).
2. Biaya tidak langsung adalah semua biaya yang tidak dapat diidentifikasi secara
khusus terhadap suatu produk dan dibebankan kepada seluruh jenis produk
secara bersamaan. Biaya tidak langsung ini sering disebut juga dengan istilah
biaya overhead (overhead cost).
3. Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara total seiring dengan
berubahnya volume produk yang dibuat. Sehingga hubungan antara total biaya
variabel dengan total unit barang yang diperoduksi adalah linier (garis lurus).
Sedangkan biaya per unit-nya adalah tetap. Contoh: Biaya bahan baku langsung
dan tenaga kerja langsung.

81
4. Biaya tetap (fixed cost), seperti biaya penyusutan dan biaya sewa akan selalu
tetap (constant) dalam suatu rentang waktu/periode tertentu. Perlu dicatat bahwa
biaya tetap akan selalu konstan pada semua tingkat produksi (volume),
sedangkan biaya tetap per unit akan menurun seiring dengan meningkatnya
volume produksi.
Langkah-langkah perhitungan biaya satuan adalah sebagai berikut:
1. Menentukan kegiatan berdasarkan program yang telah ditetapkan;
2. Menentukan indikator kinerja berupa keluaran (output), tolok ukur kinerja, dan
target kinerja;
3. Untuk satu jenis keluaran, tentukan jenis biaya dan besaran biaya per unit
output. Jenis biaya dapat berupa: biaya langsung variabel, biaya langsung tetap,
biaya tidak langsung variabel, dan biaya tidak langsung tetap.
4. Menghitung biaya per jenis kegiatan dengan mengalikan rincian biaya dengan
satuan biaya.
5. Menjumlahkan seluruh komponen biaya untuk mendapatkan satuan biaya per
kegiatan.

Perencanaan dan Penganggaran


Rencana Strategis Bisnis
BLU menyusun rencana strategis bisnis lima tahunan dengan mengacu kepada Rencana
Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L). Rencana strategis bisnis merupakan
istilah yang pengertiannya sama dengan Renstra bagi instansi pemerintah. Oleh karena
itu penyusunan rencana strategis bisnis berpedoman pada Instruksi Presiden Nomor 7
Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Sesuai dengan Inpres tersebut, rencana strategis mengandung visi, misi, tujuan/sasaran,
dan program yang realistis dan mengantisipasi masa depan yang diinginkan dan dapat
dicapai.

Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran


Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) BLU memuat antara lain:
1. Kondisi kinerja BLU tahun berjalan;
2. Asumsi makro dan mikro;

82
3. Target kinerja (output yang terukur);
4. Analisis dan perkiraan biaya per output dan agregat;
5. Perkiraan harga dan anggaran;
6. Prognosa laporan keuangan.
Perencanaan dan penganggaran BLU pada prinsipnya tidak berbeda dengan
perencanaan dan penganggaran pada kementerian/lembaga.

Pengintegrasian Rencana Bisnis dan Anggaran dalam RKA-K/L


RKA-K/L sebagai dokumen usulan anggaran (budget request) memuat sasaran terukur
yang penyusunannya dilakukan secara berjenjang dari tingkat kantor/satuan kerja ke
tingkat yang lebih tinggi (bottom-up) untuk melaksanakan penugasan dari
menteri/pimpinan lembaga (top down). Dengan demikian dalam menyusun suatu
Rencana Kerja dan Anggaran BLU harus menerapkan anggaran berbasis kinerja.
BLU sebagai satuan kerja merupakan bagian dari kementerian negara/lembaga. Oleh
karena itu pengintegrasian RBA BLU ke dalam RKA-K/L dilakukan oleh kementerian
negara/lembaga bersangkutan. Tata cara pengintegrasian RBA kedalam RKA-K/L
berpedoman pada ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.

Pelaksanaan Anggaran
Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Setelah RKA-KL dan Undang-undang APBN disahkan, pimpinan BLU menyesuaikan
usulan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) menjadi RBA Definitif. RBA definitif
digunakan sebagai acuan dalam menyusun DIPA BLU untuk diajukan dan mendapat
pengesahan Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan.
DIPA BLU sekurang-kurangnya memuat:
1. seluruh pendapatan dan belanja BLU;
2. proyeksi arus kas;
3. jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa yang dihasilkan;
4. rencana penarikan dana yang bersumber dari APBN;
5. besaran persentase ambang batas sebagaimana ditetapkan dalam RBA definitif.

83
Dalam hal DIPA BLU belum disahkan oleh Menteri Keuangan, BLU dapat melakukan
pengeluaran paling tinggi sebesar angka dokumen pelaksanaan anggaran tahun lalu.
DIPA BLU yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan menjadi lampiran dari
contractual performance agreement yang ditandatangani oleh menteri/pimpinan
lembaga dengan pimpinan BLU yang bersangkutan dan sekaligus menjadi dasar
penarikan dana.

Pengelolaan PNBP
Pengelolaan PNBP pada BLU mengikuti pedoman sebagai berikut.
1. Penggunaan PNBP
1. Pada BLU Penuh
Satuan kerja berstatus BLU Penuh diberikan fleksibilitas pengelolaan
keuangan, antara lain dapat langsung menggunakan seluruh PNBP dari
pendapatan operasional dan nonopersaional, di luar dana yang yang
bersumber dari APBN, sesuai RBA tanpa terlebih dahulu disetorkan ke
Rekening Kas Negara. Apabila PNBP melebihi target yang ditetapkan
dalam RBA tetapi masih dalam ambang batas fleksibilitas, kelebihan
tersebut dapat digunakan langsung mendahului pengesahan revisi DIPA.
Terhadap kelebihan PNBP yang melampaui ambang batas fleksibilitas,
dapat digunakan dalam tahun berjalan setelah mendapat persetujuan
Menteri Keuangan c.q. Dirjen Perbendaharaan atau menjadi saldo awal
tahun berikutnya.
2. Pada BLU Bertahap
Satker berstatus BLU Bertahap dapat menggunakan PNBP sebesar
persentase yang telah ditetapkan. Sedangkan PNBP yang dapat
digunakan langsung adalah sebesar persentase yang ditetapkan dalam
Keputusan Menteri Keuangan tentang penetapan satker yang
menerapkan PK-BLU yang bersangkutan.
Satker berstatus BLU Bertahap menyetor penerimaan PNBP yang tidak
digunakan langsung ke Rekening Kas Negara secepatnya. PNBP yang
telah disetor dapat dipergunakan kembali sebesar selisih antara PNBP
yang dapat digunakan dengan PNBP yang telah digunakan langsung.

84
2. Pertanggungjawaban Pengunaan PNBP oleh BLU
Satker BLU mempertanggungjawabkan pengggunaan PNBP secara
langsung dengan menyampaikan SPM Pengesahan kepada KPPN setiap triwulan
selambat-lambatnya tanggal 10 setelah akhir triwulan yang bersangkutan dengan
dilampiri Surat Pernyataan Tanggung Jawab (SPTJ) yang ditandatangani oleh
pimpinan BLU. Berdasarkan SPM pengesahan tersebut, KPPN menerbitkan
SP2D sebagai pengesahan penggunaan dana PNBP.
Pertanggungjawaban penggunaan dana PNBP selain yang digunakan
langsung oleh satker yang berstatus BLU Bertahap menggunakan mekanisme
pertanggungjawaban PNBP sebagaimana diatur dalam ketentuan perundangan
yang berlaku (mengakomodasi perubahan Peraturan Dirjen Perbendaharaan
Nomor PER-66/PB/2005).

Revisi Anggaran
DIPA BLU ataupun RBA Definitif apabila diperlukan dapat direvisi. Perubahan/revisi
terhadap DIPA BLU atau RBA Definitif dapat dilakukan jika:
1. Terdapat perubahan/pergeseran program atau kegiatan BLU;
2. Terdapat penambahan atau pengurangan pagu anggaran yang berasal dari
APBN;
3. Belanja BLU melampaui ambang batas fleksibilitas;
4. Belanja BLU sampai dengan ambang batas fleksibilitas.
Tata cara perubahan/revisi yang berhubungan dengan penganggaran dan perubahan
program dan/atau kegiatan BLU berpedoman kepada Peraturan Pemerintah Nomor 21
Tahun 2004 atau Peraturan Menteri Keuangan (Nomor ?) tentang Mekanisme Revisi
DIPAKementerian Negara/Lembaga dan RBA serta pelaksanaan anggaran BLU.
Perubahan/revisi sebagaimana dimaksud pada angka 4 dapat dilakukan setelah belanja
dilaksanakan. Perubahan tersebut dapat dilaksanakan sebelum akhir tahun anggaran
dalam bentuk pengesahan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan.
Surplus dan Defisit BLU
Surplus anggaran BLU adalah selisih lebih antara pendapatan dengan belanja
BLU yang dihitung berdasarkan laporan keuangan operasional berbasis akrual pada
suatu periode anggaran. Estimasi surplus dalam tahun anggaran berjalan diperhitungkan

85
dalam RBA tahun anggaran berikut untuk disetujui penggunaannya.Surplus anggaran
BLU dapat digunakan dalam tahun anggaran berikutnya kecuali atas perintah Menteri
Keuangan, disetorkan sebagian atau seluruhnya ke rekening kas umum negara dengan
mempertimbangkan posisi likuiditas BLU.
Defisit anggaran BLU adalah selisih kurang antara pendapatan dengan belanja
BLU yang dihitung berdasarkan laporan keuangan operasional berbasis akrual pada
suatu periode anggaran.Defisit anggaran BLU dapat diajukan pembiayaannya dalam
tahun anggaran berikutnya kepada Menteri Keuangan melalui Menteri/Pimpinan
Lembaga. Menteri Keuangan dapat mengajukan anggaran untuk menutup defisit
pelaksanaan anggaran BLU dalam APBNtahun anggaran berikutnya.

Pengelolaan Keuangan dan Barang


Pengelolaan Kas
Pengelolaan kas BLU dilakukan berdasarkan praktek bisnis yang sehat. Dalam
melaksanakan pengelolaan kas, BLU menyelenggarakan hal-hal sebagai berikut :
1. Perencanaan penerimaan dan pengeluaran kas;
2. Pemungutan pendapatan atau tagihan;
3. Penyimpanan kas dan mengelola rekening bank;
4. Pembayaran;
5. Perolehan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek; dan
6. Pemanfaatan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh pendapatan
tambahan.
Pengelolaan kas BLU dapat dilakukan melalui:
1. Penarikan dana yang bersumber dari APBN dengan menerbitkan SPM;
2. Pembukaan Rekening Bank BLU oleh pimpinan BLU, sesuai dengan ketentuan
yang berlaku kecuali dalam rangka cash management;
3. Investasi jangka pendek dalam rangka cash management (jika terjadi surplus
kas) pada instrumen keuangan dengan resiko rendah.

Pengelolaan Piutang
Dalam pengelolaan keuangan, BLU dapat memberikan piutang terkait dengan
kegiatannya, yang dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung

86
jawab serta dapat memberikan nilai tambah, sesuai dengan praktek bisnis yang sehat
dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Piutang BLU dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat oleh pejabat berwenang, yang
nilainya ditetapkan secara berjenjang. Kewenangan penghapusan piutang secara
berjenjang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan dengan memperhatikan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengelolaan Utang
Dalam kegiatan operasional dengan pihak lain, BLU dapat memiliki utang yang
dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab, sesuai
dengan praktek bisnis yang sehat. Pembayaran utang BLU pada prinsipnya menjadi
tanggung jawab BLU.Pengelolaan utang harus sesuai dengan peruntukannya, utang
jangka pendek ditujukan hanya untuk belanja operasional, sedangkan utang jangka
panjang hanya untuk belanja modal.
Hak tagih atas utang BLU kadaluarsa setelah lima tahun sejak utang tersebut jatuh
tempo, kecuali ditetapkan lain oleh UU.Perikatan peminjaman/utang dilakukan sesuai
dengan jenjang kewenangan yang diatur oleh Menteri Keuangan.

Pengelolaan Investasi
BLU tidak dapat melakukan investasi jangka panjang, kecuali atas persetujuan
Menteri Keuangan. Investasi jangka panjang yang dimaksud antara lain adalah
penyertaan modal, pemilikan obligasi untuk masa jangka panjang, atau investasi
langsung (pendirian perusahaan). Jika BLU mendirikan/membeli badan usaha yang
berbadan hukum, kepemilikan badan usaha tersebut ada pada Menteri Keuangan.
Keuntungan yang diperoleh dari investasi jangka panjang merupakan pendapatan BLU.

Pengelolaan Barang
Pengadaan barang dan jasa pada BLU secara khusus diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 8/PMK.02/2006, antara lain sebagai berikut:

87
1. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pada BLU harus dilakukan berdasarkan
prinsip efisiensi dan ekonomis, sesuai dengan praktek bisnis yang sehat.
2. BLU Penuh dapat diberikan fleksibilitas berupa pembebasan sebagian atau
seluruhnya dari ketentuan pengadaan barang dan jasa pemerintah (Keppres
80/2003) bila terdapat alasan efektivitas dan/atau efisiensi. Fleksibilitas
sebagaimana dimaksud diberikan terhadap pengadaan barang/jasa yang sumber
dananya berasal dari:
1. jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat;
2. hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain;
dan/atau
3. hasil kerjasama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya.
Pengadaan barang/jasa tersebut dilaksanakan berdasarkan ketentuan pengadaan
barang/jasa yang ditetapkan oleh Pemimpin BLU dengan mengikuti prinsip-prinsip
transparansi, adil/tidak diskriminatif, akuntabilitas, dan praktek bisnis yang sehat.
1. Untuk pengadaan barang/jasa yang sumber dananya berasal dari hibah terikat
dapat dilakukan dengan mengikuti ketentuan pengadaan dari pemberi hibah, atau
mengikuti ketentuan pengadaan barang/jasa yang berlaku bagi BLU sepanjang
disetujui oleh pemberi hibah.
2. Dalam penetapan penyedia barang/jasa, Panitia Pengadaan terlebih dahulu harus
memperoleh persetujuan tertulis dari :
1. Pemimpin BLU untuk pengadaan barang/jasa yang bernilai di atas Rp.
50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah); atau
2. Pejabat lain yang ditunjuk oleh Pemimpin BLU untuk pengadaan yang
bernilai sampai dengan Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar
rupiah).
3. Penunjukan pejabat lain sebagaimana dimaksud pada huruf d 2) dengan
melibatkan semua unsur Pejabat Pengelola BLU dan harus memperhatikan
prinsip-prinsip:
1. objektivitas, yaitu penunjukan yang didasarkan pada aspek integritas
moral, kecakapan pengetahuan mengenai proses dan prosedur pengadaan
barang/jasa, tanggung jawab untuk mencapai sasaran kelancaran dan
ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang/jasa;

88
2. independensi, yaitu menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan
kepentingan dengan pihak terkait dalam melaksanakan penunjukan
pejabat lain, langsung maupun tidak langsung; dan
3. saling uji (cross check), yaitu berusaha memperoleh informasi dari
sumber yang berkompeten, dapat dipercaya, dan dapat
dipertanggungjawabkan untuk mendapatkan keyakinan yang memadai
dalam melaksanakan penunjukan pejabat lain.

Pengelolaan aset BLU


1. Barang inventaris BLU dapat dihapuskan dan/atau dialihkan kepada pihak lain
dengan cara dijual, dipertukarkan, atau dihibahkan, berdasarkan pertimbangan
ekonomis dan dilaporkan secara berkala kepada menteri/pimpinan lembaga;
2. BLU tidak dapat mengalihkan dan/atau menghapus aset tetap, kecuali atas
persetujuan pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
3. Penerimaan hasil penjualan barang inventaris/aset tetap merupakan pendapatan
BLU;
4. Penggunaan aset tetap untuk kegiatan yang tidak terkait langsung dengan tugas
pokok dan fungsi BLU harus mendapat persetujuan pejabat Pengelola Barang
(Menteri Keuangan) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
5. Tanah dan bangunan disertifikatkan atas nama kementerian/lembaga terkait;
6. Tanah dan bangunan yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas pokok
dan fungsi BLU, dapat dialihgunakan oleh menteri/pimpinan lembaga terkait
dengan persetujuan Menteri Keuangan.

Kerjasama Operasional
Dengan pertimbangan bahwa barang modal membutuhkan dana yang besar,
sedangkan kemampuan BLU yang terbatas dan alokasi dana APBN tidak dapat
diperoleh segera, sementara kebutuhan tidak dapat ditunda lagi, maka cara yang paling
memungkinkan adalah dengan melakukan kerja sama operasional (KSO) dengan pihak

89
lain berdasarkan pertimbangan efisiensi dan ekonomi. KSO dapat dilakukan antara lain
dengan cara:
1. Buy-Build-Operate (BBO) adalah suatu fasilitas publik yang ada
dipindahtangankan ke pihak swasta untuk dilakukan renovasi dan dioperasikan
selama suatu periode tertentu atau sampai biaya renovasi tertutup dengan suatu
tingkat keuntungan tertentu, tetapi kepemilikan berada di tangan pihak swasta.
Bentuk kerja sama mengijinkan pihak pemerintah untuk mengawasi terhadap
keamanan, dampak lingkungan, harga, serta mutu layanan kepada masyarakat.
2. Built-Transfer-Operate (BTO) suatu praktek kerja sama di mana pihak swasta
mendanai dan membangun fasilitas dan selanjutnya memindahtangankan kepada
instansi pemerintah pada saat selesai pembangunannya. Selanjutnya pihak
swasta mengoperasikannya untuk suatu periode waktu tertentu sesuai dengan
perjanjian.
3. Built-Operate-Transfer (BOT) adalah praktek kerja sama di mana pihak swasta
mendanai, membangun, memiliki, dan mengoperasikan suatu fasilitas untuk
suatu periode waktu tertentu atau sampai kembalinya dana investasi dengan
tingkat keuntungan tertentu. Setelah itu barulah fasilitas ini diserahkan kepada
instansi pemerintah.
4. Build-Own-Operate (BOO), dalam hal ini pihak swasta mendanai, membangun,
dan mengoperasikan suatu fasilitas, dengan memperoleh insentif untuk
melakukan investasi lebih lanjut namun pihak pemerintah mengatur harga dan
kualitas layanan. Model ini banyak dipakai untuk menyediakan fasilitas baru
yang dapat diantisipasi bawa permintaan pasar akan selalu ada.

Penyelesaian Kerugian
Setiap kerugian negara pada BLU yang disebabkan oleh tindakan melanggar
hukum atau kelalaian seseorang diselesaikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai penyelesaian kerugian negara.Bendahara, pegawai
negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hukum
atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan
keuangan negara, wajib mengganti kerugian tersebut.

90
Setiap pimpinan kementerian negara/lembaga dapat segera melakukan tuntutan
ganti rugi, setelah mengetahui bahwa dalam kementerian negara/lembaga yang
bersangkutan terjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak manapun.

Akuntansi, Pelaporan dan Pertanggungjawaban


Akuntansi
BLU menyelenggarakan akuntansi sesuai dengan standar akuntansi keuangan
yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntan Indonesia, jika tidak ada standar
akuntansi BLU yang bersangkutan dapat menerapkan standar akuntansi industri yang
spesifik setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan.
BLU mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dengan mengacu pada
standar akuntansi yang berlaku sesuai dengan jenis layanannya dan ditetapkan oleh
menteri/pimpinan lembaga.
Pelaporan
BLU menyampaikan laporan keuangan setiap triwulan kepada menteri/pimpinan
lembaga berupa Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
Laporan Keuangan dan Laporan keuangan yang lengkap (termasuk neraca dan ikhtisar
laporan keuangan) pada setiap semester dan tahunan. Laporan-laporan tersebut
disampaikan paling lambat satu bulan setelah periode pelaporan berakhir. Laporan
keuangan unit-unit usaha yang diselenggarakan dikonsolidasikan oleh BLU dan menjadi
lampiran laporan keuangan BLU.
Laporan keuangan BLU dikonsolidasikan dengan laporan keuangan
kementerian/lembaga sesuai standar akuntansi pemerintahan dan diaudit oleh pemeriksa
ekstern sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pertanggungjawaban
Menteri/pimpinan lembaga bertanggung jawab atas keberhasilan pencapaian
sasaran program berupa hasil (political accountability), sedangkan pimpinan BLU
bertanggung jawab atas keberhasilan pencapaian sasaran kegiatan berupa keluaran
(operational accountability) dan terhadap kinerja BLU sesuai dengan tolok ukur yang
ditetapkan dalam RBA.

91
Pembinaan, Pengawasan dan Pemeriksaan
Pembinaan
Pembinaan teknis BLU dilakukan oleh menteri/pimpinan lembaga, sedangkan
pembinaan di bidang keuangan dilakukan oleh Menteri Keuangan.
Pengawasan
Dalam rangka pelaksanaan pembinaan BLU dapat dibentuk dewan pengawas.
Pembentukan dewan pengawas hanya berlaku pada BLU yang memiliki realisasi nilai
omzet tahunan (menurut laporan realisasi anggaran) atau nilai aset (menurut neraca)
memenuhi syarat minimum yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Pengertian dan Tugas Dewan Pengawas
Dewan pengawas BLU bertugas melakukan pengawasan terhadap pengurusan BLU
oleh Pejabat Pengelola BLU mengenai pelaksanaan Rencana Bisnis dan Anggaran,
Rencana Strategis Bisnis Jangka Panjang, dan ketaatan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dewan pengawas BLU di lingkungan Pemerintah
Pusat berkewajiban:
1. memberikan pendapat dan saran kepada menteri/pimpinan lembaga dan Menteri
Keuangan mengenai Rencana Bisnis dan Anggaran yang diusulkan oleh Pejabat
Pengelola BLU;
2. mengikuti perkembangan kegiatan BLU, memberikan pendapat dan saran
kepada menteri/pimpinan lembaga dan Menteri Keuangan mengenai setiap
masalah yang dianggap penting bagi pengurusan BLU;
3. melaporkan kepada menteri/pimpinan lembaga dan Menteri Keuangan apabila
terjadi gejala menurunnya kinerja BLU; dan
4. memberikan nasihat kepada Pejabat Pengelola BLU dalam melaksanakan
pengurusan BLU.
Dewan pengawas melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada menteri/pimpinan
lembaga dan Menteri Keuangan secara berkala sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
semester dan sewaktu-waktu apabila diperlukan.

Pembentukan dan Pengangkatan Dewan Pengawas


Pembentukan dewan pengawas berlaku hanya pada BLU yang memiliki :

92
1. realisasi nilai omzet tahunan menurut laporan realisasi anggaran tahun terakhir,
minimum sebesar Rp15.000.000.000; atau
2. nilai aset menurut neraca, minimum sebesar Rp75.000.000.000.
Dewan Pengawas untuk BLU di lingkungan pemerintah pusat dibentuk dengan
keputusan menteri/pimpinan lembaga atas persetujuan Menteri Keuangan. Anggota
Dewan Pengawas terdiri dari unsur-unsur pejabat dari kementerian /lembaga,
kementerian keuangan, serta tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan BLU.
Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan selama lima tahun dan dapat
diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Pengangkatan anggota
Dewan Pengawas tidak bersamaan waktunya dengan pengangkatan pejabat pengelola
BLU, kecuali pengangkatan untuk pertama kali pada waktu pembentukan BLU.

Persyaratan Jumlah Keanggotaan Dewan Pengawas


 Jumlah anggota dewan pengawas ditetapkan sebanyak 3 (tiga) orang untuk BLU
yang memiliki :
 realisasi nilai omzet tahunan menurut laporan realisasi anggaran sebesar
Rp15.000.000.000,- (lima belas miliar rupiah) sampai dengan
Rp30.000.000.000,- (tiga puluh miliar rupiah); dan/atau
 nilai aset menurut neraca sebesar Rp 75.000.000.000,- (tujuh puluh lima
miliar rupiah) sampai dengan Rp 200.000.000.000,- (dua ratus miliar
rupiah).
 Jumlah anggota dewan pengawas dapat ditetapkan sebanyak 3 (tiga) orang atau
5 (lima) orang untuk BLU yang memiliki :
 realisasi nilai omzet tahunan menurut laporan realisasi anggaran lebih
besar dari Rp 30.000.000.000,- (tiga puluh miliar rupiah); dan/atau
 nilai aset menurut neraca lebih besar dari Rp 200.000.000.000,- (dua
ratus miliar rupiah).

Jumlah Dewas Nilai Omset (LRA) Nilai Aset (Neraca)


3 orang Rp15 miliar s.d. Rp30 miliar Rp75 miliar s.d. Rp200 miliar
3 – 5 orang Di atas Rp30 miliar Di atas Rp200 miliar

93
 Yang dapat diangkat menjadi anggota Dewan Pengawas adalah orang
perseorangan dengan ketentuan:
 memiliki integritas, dedikasi, dan memahami masalah-masalah yang
berkaitan dengan kegiatan BLU, serta dapat menyediakan waktu yang
cukup untuk melaksanakan tugasnya; dan
 mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan
pailit atau tidak pernah menjadi anggota direksi atau komisaris atau
dewan pengawas yang dinyatakan bersalah sehingga menyebabkan suatu
badan usaha pailit, atau orang yang tidak pernah dihukum karena
melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara.

Pemberhentian
Anggota Dewan Pengawas diberhentikan setelah masa jabatannya berakhir oleh
menteri/pimpinan lembaga.
Anggota Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum habis masa jabatannya oleh
menteri/pimpinan lembaga atas persetujuan Menteri Keuangan, apabila terbukti:
1. tidak melaksanakan tugasnya dengan baik;
2. tidak melaksanakan ketentuan perundang-undangan;
3. terlibat dalam tindakan yang merugikan BLU;
4. dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana kejahatan
dan/atau kesalahan yang berkaitan dengan tugasnya melaksanakan pengawasan
atas BLU; atau
5. berhalangan tetap.

Pemeriksaan
Pemeriksaan intern BLU dilaksanakan oleh satuan pemeriksaan intern (SPI)
yang merupakan unit kerja dan berkedudukan langsung di bawah pemimpin BLU,
sedangkan pemeriksaan ekstern dilaksanakan oleh lembaga pemeriksa ekstern sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

94
BLU Daerah
BLU Daerah adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan pemerintah
daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan prinsip
usaha seperti BLU Pusat, yaitu tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) adalah pola
pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk
menerapkan praktik-praktik bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.

Sistem Akuntansi BLU


Sistem akuntansi adalah serangkaian prosedur baik manual maupun
terkomputerisasi mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran
sampai pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan. BLU setidak-tidaknya
mengembangkan tiga sistem akuntansi yang merupakan sub sistem dari sistem
akuntansi BLU, yaitu sistem akuntansi keuangan, sistem akuntansi aset tetap, dan sistem
akuntansi biaya.
1. Sistem Akuntansi Keuangan
Sistem Akuntansi Keuangan adalah sistem akuntansi yang menghasilkan laporan
keuangan
pokok untuk tujuan umum (general purpose). Tujuan laporan keuangan adalah:
a. Akuntabilitas; mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada BLU dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara periodik.
b. Manajemen; membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan suatu BLU dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi
perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh penerimaan,
pengeluaran, aset, kewajiban, dan ekuitas BLU untuk kepentingan
stakeholders.

95
c. Transparansi; memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada
masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk
mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban BLU
dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya
pada peraturan perundang-undangan.

Sistem Akuntansi Keuangan menghasilkan laporan keuangan pokok berupa


Laporan Realisasi Anggaran/Laporan Operasional, Neraca, Laporan Arus Kas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
yang ditetapkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia /standar akuntansi industri
spesifik dan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Laporan keuangan sesuai dengan SAK digunakan untuk kepentingan pelaporan
kepada pengguna umum laporan keuangan BLU dalam hal ini adalah stakeholders,
yaitu pihak-pihak yang berhubungan dan memiliki kepentingan dengan BLU.
Sedangkan laporan keuangan yang sesuai dengan SAP digunakan untuk kepentingan
konsolidasi laporan keuangan BLU dengan laporan keuangan kementerian
negara/lembaga.

2. Sistem Akuntansi Aset Tetap


Sistem Akuntansi Aset Tetap menghasilkan laporan tentang aset tetap untuk
keperluan manajemen aset. Sistem ini menyajikan informasi tentang jenis, kuantitas,
nilai, mutasi, dan kondisi aset tetap milik BLU ataupun bukan milik BLU tetapi berada
dalam pengelolaan BLU.
Pengembangan Sistem Akuntansi Aset Tetap diserahkan sepenuhnya kepada BLU
yang bersangkutan. Namun demikian, BLU dapat menggunakan sistem yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan seperti Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN).

3. Sistem Akuntansi Biaya


BLU mengembangkan Sistem Akuntansi Biaya yang menghasilkan informasi
tentang harga pokok produksi, biaya satuan (unit cost) per unit layanan, dan evaluasi
varian. Sistem Akuntansi Biaya berguna dalam perencanaan dan pengendalian,
pengambilan keputusan, dan perhitungan tarif layanan.

96
Komponen Sistem Akuntansi Keuangan BLU
Sistem akuntansi BLU terdiri atas sub sistem yang terintegrasi untuk
menghasilkan laporan keuangan dan laporan lainnya yang berguna bagi pihak-pihak
yang membutuhkan. Komponen Sistem Akuntansi tersebut antara lain mencakup:
1. Kebijakan akuntansi
Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi,
peraturan dan prosedur yang digunakan BLU dalam penyusunan dan penyajian
laporan keuangan. Pertimbangan dan atau pemilihan kebijakan akuntansi perlu
disesuaikan dengan kondisi BLU. Sasaran pilihan kebijakan yang paling tepat
akan menggambarkan kondisi keuangan BLU secara tepat.
Pertimbangan pemilihan untuk penerapan kebijakan akuntansi dan penyiapan
laporan keuangan oleh manajemen antara lain:
a. Penyajian wajar
Laporan Keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Aktivitas/LRA, Neraca,
Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Faktor pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan diperlukan ketika
menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian
seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan
menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan.
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan
perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau pendapatan tidak
dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban atau biaya tidak dinyatakan terlalu
rendah. Penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan pembentukan
cadangan tersembunyi atau penyisihan berlebihan, dan sengaja menetapkan
aset atau pendapatan yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau biaya
yang lebih tinggi sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral dan tidak
andal.

97
b. Substansi Mengungguli Bentuk (Substance Over Form)
Informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta
peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain
tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas
ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi
atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka
hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam CaLK.
c. Materialitas
Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan keuangan BLU hanya
diharuskan memuat informasi yang memenuhi kriteria materialitas. Informasi
dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan
dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan.
2. Sub sistem akuntansi;
Sub sistem akuntansi merupakan bagian dari sistem akuntansi. Contohnya sub
sistem akuntansi penerimaan kas dan sub sistem pengeluaran kas merupakan
bagian dari sistem akuntansi keuangan.
3. Prosedur akuntansi;
Prosedur yang digunakan untuk menganalisis, mencatat, mengklasifikasi, dan
mengikhtisarkan informasi untuk disajikan di laporan keuangan; juga mengacu
pada siklus akuntansi (accounting cycle).
4. Bagan Akun Standar (BAS);
BAS merupakan daftar perkiraan buku besar yang ditetapkan dan disusun secara
sistematis oleh Pimpinan BLU untuk memudahkan perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan anggaran, serta akuntansi dan pelaporan keuangan. Untuk tujuan
konsolidasi laporan keuangan BLU dengan laporan keuangan kementerian
negara/lembaga digunakan BAS yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Laporan keuangan pokok Badan Layanan Umum


a. Laporan Realisasi Anggaran/Laporan Operasional Keuangan, yaitu laporan
yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya
ekonomi yang dikelola, serta menggambarkan perbandingan antara

98
anggaran dan realisasinya dalam suatu periode pelaporan yang terdiri atas
unsur pendapatan dan belanja;
b. Neraca/Prognosa Neraca, yaitu dokumen yang menggambarkan posisi
keuangan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu;
c. Laporan Arus Kas, yaitu dokumen yang menyajikan informasi kas
sehubungan dengan aktivitas operasional, investasi, dan transaksi
nonanggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran,
dan saldo akhir kas selama periode tertentu;
d. Catatan atas Laporan Keuangan, yaitu dokumen yang berisi penjelasan
naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca/Prognosa Neraca, dan Laporan Arus Kas, disertai laporan
mengenai kinerja keuangan.
2. Kesesuaian dengan standar akuntansi;
3. Hubungan antarlaporan keuangan.
4. Kesesuaian antara keuangan dan indikator kinerja yang ada di rencana strategis;
5. Analisis laporan keuangan.

Tujuan Laporan Keuangan


Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi mengenai posisi keuangan,
operasional keuangan, arus kas BLU yang bermanfaat bagi para pengguna laporan
keuangan dalam membuat dan mengevaluasi keputusan ekonomi.
Laporan keuangan disusun untuk tujuan umum, yaitu memenuhi kebutuhan bersama
sebagian besar pengguna. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan
semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna laporan keuangan dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan BLU menyajikan informasi
tentang:
(a) aset;
(b) kewajiban;
(c) ekuitas;
(d) pendapatan dan biaya; dan
(e) arus kas.

99
Tanggung Jawab atas Laporan Keuangan
Pimpinan BLU bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan
keuangan BLU yang disertai dengan surat pernyataan tanggung jawab yang berisikan
pernyataan bahwa pengelolaan anggaran telah dilaksanakan berdasarkan sistem
pengendalian intern yang memadai, akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai
dengan standar akuntansi keuangan, dan kebenaran isi laporan keuangan merupakan
tanggung jawab pimpinan BLU.

Komponen Laporan Keuangan


Laporan keuangan setidak-tidaknya terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
1. Laporan Realisasi Anggaran/Laporan Operasional
2. Neraca
3. Laporan Arus Kas
4. Catatan atas Laporan Keuangan

A. Ilustrasi Format Laporan Keuangan


Ilustrasi format laporan keuangan BLU adalah sebagai berikut:

100
1. Ilustrasi Format Neraca
SATKER BLU
NERACA

101
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

102
2. Ilustrasi Format Laporan Aktivitas untuk BLU Penuh:

SATKER BLU
LAPORAN AKTIVITAS
TAHUN 20X1 DAN 20X0

103
104
3. Ilustrasi Format Laporan Aktivitas untuk BLU Bertahap:

SATKER BLU
LAPORAN AKTIVITAS
TAHUN 20X1 DAN 20X0

105
Keterangan:
*) Pos (Penyetoran) / Penarikan Kas Negara merupakan bagian pendapatan
PNBP BLU Bertahap yang tidak dapat digunakan langsung. Pendapatan
tersebut disetor ke rekening kas negara dan dapat ditarik kembali melalui
mekanisme pencairan PNBP.

106
4. Ilustrasi Format Laporan Arus Kas untuk BLU Penuh:

SATKER BLU
LAPORAN ARUS KAS
TAHUN 20X1 DAN 20X0
(METODE LANGSUNG)

107
5. Ilustrasi Format Laporan Arus Kas untuk BLU Bertahap:

SATKER BLU
LAPORAN ARUS KAS
TAHUN 20X1 DAN 20X0
(METODE LANGSUNG)

Keterangan:
*) Pos (Penyetoran) / Penarikan Kas Negara merupakan bagian
pendapatan PNBP BLU Bertahap yang tidak dapat digunakan langsung.
Pendapatan tersebut disetor ke rekening kas negara dan dapat ditarik
kembali melalui mekanisme pencairan PNBP

108
BAB 7
AKUNTANSI PERGURUAN TINGGI

Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Perguruan tinggi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Struktur dana Universitas
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Jenis Perguruan Tinggi Negeri Menurut
Pengelolaan Keuangan
4. Mahasiswa mampu menyusun Laporan Keuangan Universitas

Perguruan Tinggi
Menurut UU No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, menjelaskan bahwa
pendidikan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki peran
strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora serta pembudayaan
dan pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan. Sedangkan pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Berdasarkan PP RI Nomor 60 Tahun 1999 Pasal 3, perguruan tinggi merupakan
satuan pendidikan yang:
1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi, penelitian, serta pengabdian kepada
masyarakat.
2. Pendidikannya berupa menghasilkan manusia terdidik.
3. Penelitiannya merupakan kegiatan telaah taat kaidah dalam usaha mencari
kebenaran dan/atau menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian.
4. Bentuk pengabdiannya kepada masyarakat berkaitan dengan usahah
memberikan manfaat melalui ilmu pengetahuan.

109
Bentuk-bentuk perguruan tinggi yang dibedakan berdasarkan defenisinya:
1. Akademi
Bentuk perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan professional
pada satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau
kesenian tertentu.
2. Politeknik
Bentuk perguruan tinggi yang menyelenggrakan program pendidikan professional
pada beberapa bidnag pengetahuan khusus.
3. Sekolah tinggi
Bentuk perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan akademik
dan/atau professional dalm lingkup satu displin ilmu.
4. Institut
Bentuk perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan akademik
dan/atau professional dalam sekelompok disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/
atau kesenian yang sejenis.
5. Universitas
Bentuk perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan akademik
dan/atau professional dalam beberapa disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau
kesenian tertentu. Jenis perguruan tinggi lain selain universitas juga dapat merupakan
organisasi sector public.

Pihak penyelenggara universitas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:


1. Pemerintah adalah pihak yang menyelenggarakan universitas negeri (universitas
milik pemerintah).
Hal ini berarti Universitas yang dikelola Pihak Pemerintah (Public University).
Dalam hal pelaksanaan akuntansinya dilaksanakan berdasarkan standar akuntansi
yang dikembangkan oleh Govermental Accounting Standars Board –GASB
(Dewan Standar Akuntansi Pemerintahan) khusunya dalam pernyataan (GASB
Statement) No. 15 tentang “Model Pelaporan Keuangan untuk Universitas”.
Pendirian universitas diselenggarakan pemerintah ditetapkan atas dasar keputusan
presiden berdasar usulan menteri pendidikan nasional. Universitas negeri saat ini

110
ada yang berstatus sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN) dan non-BHMN.
Sampai saat ini, status universitas masih merupakan universitas non-BHMN,
anatara lain Universitas Andalas, Universitas Soedirman, dan Universitas
Hasanuddin. Sementara itu, universitas negeri yang sudah berstatus BHMN, yaitu
Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian
Bogor (ITB), Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Sumatera Utara (USU),
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, dan Universitas Erlangga (Unair)
Surabaya.
2. Masyarakat adalah pihak yang menyelenggarakan universitas swasta.
Dalam hal ini berarti universitas dikelola pihak swasta (Private University). Dalam
hal pelaksanaan akuntansinya dilaksanakan berdasarkan standar akuntansi yang
dikembangkan oleh Financial Accounting Standards Board – FASB (Dewan
Standar Akuntansi Keuangan) khususnya dalam pernyataan (FASB Statement) No.
117 tentang Laporan Keuangan untuk Organisasi Nirlaba. Penyelenggara perguruan
tinggi yang dilakukan oleh masyarakat (swasta) haruslah berbentuk yayasan atau
badan yang bersifat social. Peraturan ini dimaksudkan untuk memberikan status
badan hukum bagi universitas swasta.

Perguruan tinggi negeri yang dikelola oleh pemerintah menggunakan sumber


dana APBN sedangkan perguruan tinggi swasta dikelola dengan menggunakan
sumber dana dari masyarakat (UU No. 20 tahun 2003). Berdasarkan sumber dana
tersebut perguruan tinggi harus mampu melaporkan pertanggungjawaban
penggunaan dana dalam proses penyelenggaraan pendidikannya (UU Perguruan
Tinggi No. 12 Tahun 2012 dan PP no 66 Tahun 2010). Bentuk pertanggungjawaban
dana pendidikan di Perguruan Tinggi adalah dengan membuat laporan keuangan
sesuai yang diamanatkan oleh UU Perguruan Tinggi No. 12 Tahun 2012 dan PP no
66 Tahun 2010 bahwa Perguruan tinggi wajib melakukan pencatatan dan pelaporan
keuangan.
Dalam hal ini berkaitan erat dengan kewajiban perguruan tinggi untuk
mengelola sebaik mungkin tidak hanya bidang akademik saja, melainkan juga
bidang non akademik agar mampu menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas.

111
Salah satu perhatian yang harus dipusatkan oleh perguruan tinggi terkait pengelolaan
keuangan.
Program inovasi pengelolaan perguruan tinggi ini bertujuan agar perguruan
tinggi bisa mengembangkan perannya baik dalam menghasilkan lulusan yang
bermutu, unggul, dan produktif, menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
bermanfaat bagi masyarakat, pembangunan daerah dan nasional, serta menjadi
pemersatu bangsa dan mengawal perjalanan demokratisasi bangsa.
Sesuai dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, program
peningkatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan tinggi
dilaksanakan melalui penyusunan perangkat hukum operasional dalam rangka
mencapai status badan hukum perguruan tinggi sebagai bentuk otonomi yang paling
optimal, akuntabel, dan dengan penekanan bahwa institusi pendidikan bersifat
nirlaba.
Sejak tahun 2012 di Indonesia khususnya di lingkungan Perguruan Tinggi
Negeri telah diadaptasi tata cara pengelolaan keuangan untuk menunjang kegiatan
akademik, yaitu pengelolaan keuangan untuk Perguruan Tinggi Negeri satuan kerja
(PTN Satker), Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum (PTN-BLU) dan
Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH).
Masing-masing Perguruan Tinggi Negeri tersebut masih di bawah satu
kementerian tetapi memiliki pola pengelolaan keuangan yang berbeda-beda.
Berdasarkan PP nomor: 23 tahun 2005 akuntansi dan pelaporan keuangan BLU
diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi keuangan (SAK) dalam PSAK 45,
selaras dengan PP nomor 66 tahun 2010 dimana perguruan tinggi swasta dalam
penyusunan laporan keuangannya juga mengacu pada PSAK 45 dan SAK ETAP,
sedangkan pada perguruan tinggi negeri perlu dilakukan konsolidasi laporan keuangan
dengan laporan keuangan kementerian negara/lembaga berdasarkan standar akuntansi
pemerintahan
Maka, dalam pengelolaan dana ini kita akan mengenal akuntansi perguruan tinggi
atau universitas. Akuntansi universitas adalah proses yang terdiri dari identifikasi,
pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi universitas yang berguna dalam penilaian
dan pengambilan keputusan mengenai usaha atau kegiatan universitas. Kegiatan
akuntansi universitas meliputi pengidentifikasian dan pengukuran data yang relevan

112
untuk suatu pengambilan keputusan, pemrosesan data yang bersangkutan kemudian
pelaporan informasi yang dihasilkan, dan pengkomunikasian informasi kepada pemakai
laporan.
Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia seharusnya telah menerapkan manajemen
keuangan berbasis kinerja agar terjadi keseragaman dalam mengikuti aturan menteri
keuangan sehingga menjamin transparansi dan akuntabilitas publik. Meskipun
demikian, berdasarkan pengamatan dan informasi yang diketahui, sistem keuangan yang
sekarang diterapkan masih belum berbasis kinerja. Sejumlah fenomena yang tampak
antara lain pembagian kompensasi, insentif atau kesejahteraan lainnya hanya didasarkan
pada prinsip pemerataan sehingga seringkali menjadi pemicu munculnya kecemburuan
sosial yang berdampak terhadap menurunnya kinerja pegawai. Fenemona lainnya yang
pengelolaannya cenderung tidak transparan adalah penyusunan anggaran yang tidak
melibatkan dan koordinasi dengan pimpinan terkait, serta penunjukkan langsung
kegiatan ditentukan tanpa mengikuti peraturan yang berlaku. Kondisi ini disinyalir
kurang mendukung proses transparansi dan akuntabilitas seperti yang dipersyaratkan
dalam sistem BLU.

Struktur Dana di Universitas


Struktur dana untuk universitas terdiri atas :
1. Dana Lancar (Currents Funds)
2. Dana Pinjaman (Loan Funds)
3. Dana Abadi ( Endowment Funds)
4. Dana Anuitas dan Pensiun (Anuity and Life Income Funds)
5. Dana Pembangunan (Plants Funds)

Dana Lancar
Dana Lancar (Current Funds) adalah dana yang didirikan oleh universitas untuk
mengelola kekayaan atau sumber daya (resource) yang akan digunakan dalam rangka
membiayai kegiatan opresional sehari-hari.Current Funds ini dibagi menjadi dua, yaitu
dan yang penggunaannya tidak ada batasan (unrestriced current funds)dan dana yang
penggunaannya terbatsa pada tujuan tertentu (restriced current funds. Dana lancar
terdiri dari:

113
 Dana lancar tidak terikat
 Dana lancar terikat

Dana Lancar Tidak Terikat


Dana Lancar Tidak Terikat (Unrestricted Cureent Fund) mencatat dana yang
dapat dibelanjakan untuk menjalanakan aktivitas utama dari universitas dan yan
gpenggunanaya tidak diabtsi untuk tujaun tertentu. Dana Lancar tidak Teriakt serupa
denag ntujaunnya dengan Dana Umum pada entitas pemerintah.
Dasar akuntansi untuk Dana Lancar Tidak Terikat adalah dasar akrual seperti
yang digunakan untuk entitas komersial. Namun, sebagai ganti laba bersih (net income),
selisih antara pendapatan dan belanja dicatat sebagai perubahan bersih atas saldo dana
(net change ti fund balance)
Bagian keuangan dari universitas baisanya menyiapkan rincai nanggaran menurut
fungsi, objek departemen, dan kelompok belanja. Pencatatn ayat jurnal untuk anggaran
ini serupa dengan yang dicatat dalam akuntansi pemerintahan. Format ayat jurnal
anggaran adalah sebagai berikut:

Anggaran Pendapatan xxxxxx


Estimasi Belanja xxxxxx
Saldo Dana xxxxxx

Ayat jurnal anggaran tersebut ditutp pada akhir periode.Selain itu, seperti telah
disinggung sebelumnya, akuntansi dan untuk universitas juga menggunakan
sistem encumbrances untuk mencatat pesanan pembelian yang dilakukan. Dengan
sistem ini, ketika dilakukan pesanan pembelian maka dicatatlah ayat jurnal berikut:

Beban Belanja xxx


Cadangan Beban Belanja xxx

Setalah pesanan diterima maka jurnal di atas dibalik senilai proporsi pesanna yang
diterima, dan dilakukan pencatatan atas nilai pesanan yang sebenarnya diterima :

114
Cadangan Beban Belanja xxx
Beban Belanja xxx

Belanja xxx
Kas xxx

Dalam akuntansi dana lancar tidak terikat untuk universitas, ada beberapa hal yan
perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut:

Pendapatan dan Belanja Universitas


Sehubungan dengan pendapatan (revenuei) dan belanja (expenditure), dalam
akuntansi dan untuk univeristas terdapat beberpa hal yang eprlu diperhatikan sebagai
berikut:
a. Remisi Uang Kuliah dan Piutang Tak Tertagih
Uang Kuliah atau SPP (tuition and fees) adalah sumber pendapatan utama dari
Dana Lancar Tidak Terikat. Dlama kauntansi dam untuk universitas jumlah uang
kuliah yang seharusnya terkumpul berdasarkan tarif standar diakui secara penuh
sebagai pendapatan. Beasiswa dan remisi (potongan) uang kuliah yang dibeirkan
universitas, termasuk piutang tak tertagih dicatat sebagai belanja. Meskipun banyak
beasiswa yang terdapat di seluruh universitas, dalam Dana Lancar Tidak Terikat
hanay dicatat beasiswa yang diponsori langsung oleh universitas. Beasiswa lain
yang ebrasalh dari alumni atau perusahaan yan gdikelola oleh univeristas dicatat
dalam kelompok dana yang lain.
b. Pengembalian Uang Kuliah
Akuntansi dana untuk universitas mengahruskan pengembalian uang kuliah (unutk
mehasiswa yang mengundurkan diri) dicatat sebagai penguarangan pendapatan.
Ketika pengembalian kepada mahssiwa tersebut disetujui, univeristas mendebit
pendapatan dari uang kuliah dan mengkredit kas atau piutang.
c. Sesi Perkuliahan yang Berlangsung pada Dua Periode
Suatu sesi perkulaiahn mungkin dimulai pada suatu periode berjalan namun baru
diselesaikan pada periode berikutnya. Akunatnsi dana untuk univeristas
mengahruskan bahwa uang kuliah yang dipungut untuk sesi perkuliahan tersebut

115
diakui sebagai pendapatan pada periode di mana sesi perkulaihan paling banyak
diselenggarakan., bersama denagn seluruh belanaj yang berhubunagn denag nsesi
perkulaiha tersebut. jjika uang kuliah dipungut pada periode berjalan namun sesi
perkuliahan kebanyakan diselenggarakan pada periode berkutnya, maka universitas
mencatta pemungutan uang kuliah sebagai debit pada kas dan kredit pada
pendapatan tangguahn (deferred revenues). Pendapatan tangguhan, beserta belanja
tangguahn (deferred expenditure) jika ada, kemudian diakui sebagai pendapatan
dan belanaja yang sesungguhnya pada periode berikutnya.

Tranfer dan Penyisihan Dana


Seperti dala makuntansi pemerintahan, akuntansi dan untuk universitas juga
memiliki bergama transfer antardana. Namun, dalam akuntansi dana untuk universitas
terdapat istilah khusu yaitu transfer wajib (mandatory transfer) dan transfer tidak
wajib (nonmandatory transfer). Transfer wajib adalah transfer dari Dana Lancarke dana
lainnya untuk memenuhi ketentuan dari pihak eksternal dala msuatu perjanjian. Transfer
tidak wajib adalah transfer serupa namun ditentukan sendiri oleh pihak universitas
untuk berbagai tujuan. Transfer tidak wajib juga dilaporkan secara terpisah dala
mlaporan keuangan yang berhubuangan dengan Dana Lancar serupa denag ntransfer
antardana dalam akuntansi pemerintahan
Manajemen universitas juga dapat menyisihkan uang dalam Dana Lancar tidak
Teriakt utnu ktujuan tertentu di msa depan. Penyisihan yang disebut dana yang
penggunaannya ditetapkan tau dialokasikan oleh dewan (baord-designated funds)
ini adalah penyisiahn yang serupa dengan penyisihsan laba ditaha (retained earnings)
dalam enstitas komersial. Majemen dapat menetapkan atau mencabut penyisihan
tersebut menurut kebijakannya sendiri.

Investasi
Investasi dialporkan pada nilai wajar (fair value) dalam neraca suatu institusi
publik. Pendapatan investasi, termasuk perubahan dalam bilai wajar inverstasi untuk
peridoe berjalan, harus dilaporkan sebagai pendapatan (irevenue) dalam laporan operasi
entitas yang sesuai.

116
Sumbangan
Universitas mencari pemasuakn dari alumni, perusahaan, dan lemabaga eksternal
untu kmemperbaik program dan aktivitas pendisikannya. Selain itu, universitas juga
dapat mencari pemsukan tambaha dari lemabaga-lemabga internalnya. Lemabaga-
lemabaga yan gmenjadi bagian integral dari unversitas juga memiliki dana lancar serta
dana-dana lainnya yang disatukan dalam laporan keuangan unversitas.
Yang perlu dieprhatikan adalah pemisahan antara sumbangan yang megikat
(restricted contributionis) dengan sumabangan yang tidak mengikat (unrestricted
contributioni). Sumbangan yang meikat yan gditerima dicatat dalam Dana Lancar
Teriakt dan dibelanajakan sesuai dengan batsannya. Sumbangan yang tidak mengikat
dicatat dalam Dana Lancar Tidak Terikat dan dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan
untiversitas yang yang telah ditentukan . beberpa pemsukan dapta berbentuk Dana
Abadi di mana pokok dananya (principai) harus dikelola selama periode tertentu.
Pemasukan ini dicatat dalam rekeing Dana Abadi yang terpisah.
Pemasukan yang berupa properti diakui sebagai pendapatan pada nilai wajarnya
sehingga pemsukan berupa jasa, seperti jasa dari mahasiswa lama untuk melaksanakan
program orientasi bagi mahasiswa baru, biasanay tidak dicatat oleh universitas.

Depresiasi
Semua organisasi nirlaba, termasuk universitas, harus melporkan depresiasi
(penyusutan) dalam laporan keuangan untuk tujuan eksternalnya. Depresisasi harus
dilaporkan sebagai belanaj (expenditure) dalam dana yang menggunakan aktiva
bersangkutan selama periode berjalan.
Serupa dengan Dana Umum dalam akuntansi pemerintahan, Dana Lancar juga
dapat mengakuisisi aktiva, namun terbats pada aktiva lancar/jangka pendek. Jadi, tidak
ada aktiva jnagak panjang yang dilaporkan dalam Dana Lancar. Aktiva jangak panjang
dilaporkan dalam Dana Pembangunan terpisah yang digunakan untuk mencatat akuisisi
aktiva tetap dengan dana yang berasal baik dari Dana Lancar maupun Dana
Pembangunan sendiri. Akan tetapi utnuk akuisisi aktiva tetap dalam nilai yang besar
tidak boleh menggunakan dana yang berasal dari Dana Lancar, namun harus
menggunakan dana yang ebrasalh dari dan dictatat sebagai Dana Pembangunan.

117
Transfer
Transfer dana yang terjadi di universitas memiliki tujuan yang beragam, seperti:
pembayaran hutang, penambahan dana, perbaikan dan penggantian aktiva, pemenuhan
ketentuan kontrak, pembagian keuntungan investasi, dll

Ilustrasi Transaksi Dana lancar Tidak Terikat


Berikut adalah ilustrasi transaksi dari Universitas Impian selama 20X6. Universitas
Impian memiliki tahun buku yang berakhir sama dengan akhir tahun ajarannya (30
Juni). Di bawah ini saldo neraca Universitas Impian per 30 Juni 2017 yang menjadi
saldo awal unntuk peridoe tahun 2018 (dalam ribuan rupiah):

Figure 9.2
“Universitas Impian”
Neraca - Dana Lancar
30 Juni 2017
(000)
Aktiva
Tidak Terikat:
Kas 55.000
Investasi pada nilai wajar 180.000
Piutang usaha 98.000
Dikurang penyisihan Piutang Tak Tertagih (10.000)
Persediaan, mana yang lebih rendah, biaya atau pasar 40.000
Beban Dibayar di Muka 10.000
Total Aktiva Tidak Terikat 373.000

Terikat:
Kas 56.000
Investasi pada nilai wajar 83.000
Piutang usaha 84.000
Dikurang penyisihan Piutang Tak Tertagih (4.000)
Total Aktiva Terikat 219.000

118
Total Dana Lancar 592.000

Kewajiban dan Saldo Dana:


Tidak Terikat:
Utang Usaha 50.000
Beban yang Masih Harus dibayar 8.000
Deposit Mahasiswa 18.000
Utang pada Dana Lainnya 60.000
Beban yang ditangguhkan 10.000
Saldo Dana:
Tidak Dialokasi 227.000
Diatur oleh Dewan -
Total Tidak Terikat 373.000

Terikat:
Utang Usaha 3.000
Saldo Dana 216.000
Total Terikat 219.000
Total Dana Lancar 592.000

Pendapatan (Revenue)
Setelah dihitung, jika sleuruh mahasiswa yang terdaftar di Universitas Impian
membayar uang kuliahnya pada tarif standar, maka Universitas Impian akan
memeperoleh pendapatan dari uang kuliah sebesar Rp. 1.310.000. Dari jumlah tersebut,
Universitas Impian berencana memberikan remisi (potongan) uang kuliah total seniali
Rp. 45.000 sedangkan sisanya harus diabyar tunai oleh para mahasiswa. Tidak beberpaa
lama kemudian, karena satu dan lain hal maka sebagaian mahasiswa Universitas impian
mengundurkan diri dan menarik uang kuliah yang telah mereka bayarkan totla senilai
Rp. 20.000. ayat jurnalnya sebagai berikut:
(1) Kas 1.265.000
Piutang 45.000
Pendapatan-Uang Kuliah 1.310.000

(2) Pendapatan-Uang Kuliah 20.000


Kas 20.000

119
Karena berstatus badan hukum milik negara, maka universitas Impian masih
mendpaatkan subsidi dari pemerintah senialai Rp. 650.000. Selain itu, Universitas
Impian juga mendpaat tambahan dana dari pemerintah senialai Rp. 20.000 yang berasal
dari dana lancar terikat sehubungan dengan riset pemngobatan kanker sebagai
penggantian biarya overhead. Ayat jurnalnya sebagai berikut:
(3) Kas 670.000
Pendapatan-Apropriasi Pemerintah
650.000
Pendapatan-Hibah dan Kontrak Pemerintah
20.000

Universitas Impian juga memperoleh pendapatan dari donasi alumninya senilai


Rp. 425.000, di samping juga memeproleh pendapatan dari pengelolaan Dana Abadi
senilai Rp. 255.000. Ayat jurnalnya sebagai berikut:
(4) Kas 425.000
Pendpt-sumbangan Hibah & Kontrak Pribadi
425.000
(5) Kas 255.000
Pendpt-Dana Abadi & Pendpt Investasi
255.000

Setelah dihitung, investasi yang tercatat dalam Dana Lancar ternyata mengalami
kenaikan nilai wajar (fair value) seniali Rp. 10.000. Ayat jurnalnya sebagai berikut:
(6) Kas 10.000
Pendpt.- Dana Abadi & Pendpt. Investasi
10.000

Unit-unit usaha tamabahan/lainnya (auxiliary enterprises) milik universitas, di


antaranya adalah kantin, memperoleh pendapatan senialai Rp. 1.100.000. Dari jumlah
itu, senilai Rp. 123.000 masih dalam bentuk piutang , Rp. 9.000 diperkirakan tidak
tertagih, sedangkan sisanya telah diterima secara tunai. Ayat jurnalnya sebagai beirkut:

120
(7) Kas 977.000
Piutang 123.000
Belanja-UsahaT ambahan 9.000
Penyisihna Piutang TakTertagih 9.000
Pendapatan-Usaha Tambahan 1.100.000

Terakhir, pada tahun 20X6 terdapat pokok dari Dana Abadi yang sudah jatuh
tempo seniali Rp. 20.000 dan dapat digunakan dalam Dana Lancar tidak Terikat.
Ayat jurnalnya sebagai berikut:
(8) Kas 20.000
Pendpt - Dana Abadi Jatuh Tempo 20.000

Belanja (Expenditure)
Rincian belanja dari Universitas Impian dapat dilihat dilihat pada ayat jurnal di
bawah. Dari jumlah belanja tersebut, Rp. 20.003.000 dibayar tunai, Rp. 73.000 secara
kredity, senilai Rp. 40.000 merupakan penggunaan dari persediaan dan perlengkapan
yang ada, Rp. 10.000 merupakan beban diabyar di muka yang jatuh tempo pada 20X6,
dan Rp. 79.000 merupakan belanja dari dana lainnya yang nantinya harus diagnti oleh
Dana Lencar. Sebagai catatn, termasuk dalam belanaj yang dimaksud adalah
penggantian biayaoverhead untuk riset pengobatan kanker senialai Rp. 20.000 [lihat
jurnal (3)]. Ayat jurnalnya sebagai berikut:
(9) Belanja-Pengajaran 1.480.000
Belanja-Riset 50.000
Belanja-Pelayanan Publik 65.000
Belanja-Dukungan Akademik, 125.000
Belanja-Pelayanan Mahasiswa 100.000
Belanja-Dukungan Institusional 275.000
Belanja-Operasi dan Pemeliharaan Bangunan 110.000
Kas 2.003.000

121
Persediaan
40.000
Beban Dibayar diMuka
10.000
Utang
63.000
Utang Dibayar Dimuka
10.000
Utang kepada Dana Lain
79.000

Remisi uang kuliah yang telah ditetapkan di awal total senialai Rp. 45.000
akhirnya diberikan kepada beberpaa mahasiswa dari Universitas Impian. Ayat jurnalnya
sebagai berikut:
(10) Belanja-Beasiswa 45.000
Piutang 45.000

Terakhir, belanja dari unit-unit usaha tamabahan milik universitas dictata pada ayat
jurnal sebagai berikut:

(11 ) Belanja-Usaha Tambahan 906.000


Kas 906.000

Transfer
Berikut ini adalah data-data mengenai trnasfer antardana yan gterjadi selama tahun
20X6 untuk Universitas Impian.
Transfer Wajib Jumlah Tujuan
Ke Dana Pembangunan 120.000 Pelunasan utang
Ke Dana Pembangunan 85.000 Perbaikan dan penggantian aktiva
Ke Dana Pinjaman 1.000 Peenuhan ketentuan kontrak
Transfer Tidak Wajib Jumlah Tujuan

122
Ke Dana Pinjaman 15.000 Penambahan jumlah dana

Ke Dana Abadi 275.000 Pembentukan Dana Abadi

Ke Dana Pembangunan 35.000 Penambahan jumlah dana

Dari Dana Abadi 30.000 Pembagian keuntungan investasi

Jumlah transfer wajib ke Dana Pembangunan sebesar Rp. 120.000 dialokasikan


senilai Rp. 75.000 untuk unit-unit usaha tambahan milik universitas, demikian pula
jumlah transfer wajib ke Dana Pembangunan sebesar Rp. 85.000 dialokasikan seniali
Rp. 35.000 untuk unit-unit usaha tambahan tersebut. Adapun ayat jurnal untuk mencatat
data-data transfer antardana di atas ada;ah sebagai berikut:
(12 ) Transfer Wajib - Pokok & Bunga ke Dana Pemb. 120.000
Transfer Wajib - Pembaruan & Penggantian ke Dana Pemb. 85.000
Transfe Wajib - Menyesuaikan Hibah ke Dana Pinjaman 1.000
Kas
206.000

(13) Transfer Tidak Wajib ke Dana Pinjaman 15.000


Transfer Tidak Wajib ke Dana Abadi 275.000
Transfer Tidak Wajib ke Dana Pembangunan 35.000
Transfer Tidak Wajib dari Dana Abadi 30.000
Kas 295.000

Transaksi Lain
Berikut adalah ayat-ayat jurnal untuk beberapa transaksi lainnya yang
berhubungan dengan neraca Dana Lancar dari Universitas Impian:
(14) Investasi 55.000
Kas 55.000

(15) Kas 88.000


PenyisihanP iutangT akTertagih 10.000
Piutang Usaha 98.000

123
(16) Persediaan 45.000
Kas 45.000

(17) Beban Dibayar di Muka 14.000


Kas 14.000

(18) Utang 50.000


Utang di bayar dimuka 8.000
Utang kepada Dana Lain 60.000
Kas 118.000

(19) Kas 5.000


Kredit yang Ditangguhkan 5.000

(20) Deposit Mahasiswa 3000


Kas 3000

Terakhir, manajemen Universitas Impian menyisihkan Rp 50.000 dari saldo dana


untuk riset di masa depan. Ayat jurnalnya sebagai berikut:
(21) Saldo Dana 50000
Cadangan untuk Penelitian yang
Dialokasikan oleh Dewan 50000

Dana Lancar Terikat


Dana dalam Dana Lancar Terikat dapat digunakan untuk tujuan operasional dari
universitas impian sesuai batasan yang ditetapkan pihak eksternal yang mensponsori
dana tersebut. penerimaan dana dengan pembatasan (restriction) dicatat sebagai
peningkatan dalam kas dan saldo dana, namun tidak diaukui sebagai pendapatan sampai
ketentuan yang membatasi penggunaan dana tersebut dipenuhi dan dana dibelanjakan
sesuai denagn cara yang telah ditetapkan.

124
Format ayat jurnal penerimaan dana dalam Dana Lancar Terikat adalah sebagai
berikut:
Kas xxx
Saldo Dana xxx

Format ayat jurnal ketika dana tersebut dibelanjakan adalah sebagai berikut:
Belanja xxx
Saldo Dana xxx
Kas xxx
Pendapatan xxx

Jadi, dalam Dana lancar Terikat, pendapatan tidka diaukui sampai belanja yang
sesuai denagn tujuan tertentu telah dilakukan.

Ilustrasi Trasaksi Dana Lancar Terikat


Berikut adalah ilustrasi lanjutan dari transaksi-transaksi Universitas impian
selama tahun 20X6:

Pendapatan dan Penambahan Saldo Dana Lainnya


Universitas impian menerima dana utnuk Dana Lancar Terikat dari pemerintah
senlai Rp 300.000 yang penggunaannya dibatasi pada riset pengobatan kanker, jumlah
ini termasuk Rp 20.000 sebagai penggantian biaya overhead yang dicatat alam Dana
Lancar Terikat [lihat jurnal (3)]. Selain itu Universitas Impian juga menerima Dana
Lancar Terikat [ lihat jurnal (3)]. Selain itu Universitas Impian juga menerima dana dari
sebuah lembaga swasta senilai Rp 250.000 yang penggunannya dibatasi pada
pengemabngan “Pusat Rekayasa Teknologi”.
Ayat juralnya sebagai berikut:
(22) Kas 300.000
Saldo Dana 300.000

(23) Kas 250.000


Saldo Dana 250.000

125
Selama tahun 20X6, Universitas Impian membelanjakan uang senialai Rp 212.000
untuk riset pengobatan kanker dan Rp 190.000 untuk pengembangan “Pusat Rekaysa
Teknologi”. Ayat jurnalnya berikut ini:
(24) Saldo Dana 212.000
Pendapatan-Hibah dan Kontrak Pemerintah
212.000
(25) Saldo Dana 190.000
Pendapatan-Sumbangan Hibah & Kontrak Pribadi
190.000

Selain itu, Universitas Impian juga menerima pendapatan dari engelolaan dari
pengelolaan Dana Abadi senilai Rp rp 105.000 yang penggunaanya dibatasi pada
belanja untuk pengembangan program S-1. Ayat jurnalnya sebagai berikut:
(26) Kas 105.000
Pendapatan-Dana Abadi & Pendpt Investasi 105.000

Belanja dan Pengurangan Saldo Dana Lainnya


Dari keterangan tentang pendapatan dalam Dana Lancar Terikat di atas juga dapat
diekrtahui bahwa belanja yang dilakukan dengan menggunakan Dana Lancar Terikat
adalah total senilai Rp 507.000 (riset pengobatan kanker senilai) Rp 212.000,
pengembangan “Pusat Rekayasa Teknologi” senilai Rp 190.000, pengembangan
program S-1 seniali Rp 105.000). dari jumlah total tersebut, Rp 7.000 masih berupa
utang yang harus dilunasi kemudian. Rincian belanja tersebut dapat dilihat pada ayat
jurnal berikut:

(27) Belanja-Pengajaran 245.000


Belanja-Riset 200.000
Belanja-Pelayanan Publik 12.000
Belanja-Beasiswa 50.000
Kas 500.000
Utang 7.000

126
Dari keterangan untuk jurnal (22) diketahui bahwa dana dari pemerintah senilai
Rp 300.000 untuk riset pengobatan kanker sudah termasuk Rp 20.000 sebagai
penggantyian biaya overhead yang dicatat dalam Dana Alncar Terikat [lihat jurnal (3)].
Ketika belanja penggantian biaya overhead ini dilakukan dan dicatat pada Dana Lancar
Terikat [lihat keterangan untuk jurnal (9)] maka pada Dana Lancar Terikat dibuatlah
ayat jurnal berikut ini:
(28) Saldo Dana 20.000
Kas 20.000

Setelah diteliti, senilai Rp 14.000 dari Dana Alncar Terikat yang telah diterima
sebelumnya ternyata ketentuan yang membatasinya tidak dapat dipenuhi oleh
Universitas Impian sehingga harus dikembalikan. Ayat jurnalnya adalah sebagai
berikut:
(29) Saldo Dana 14.000
Kas 14.000

Transaksi Lain
Berikut adalah ayat-ayat jurnal untuk beberapa transaksi lainnya yang
berhubungan dengan Dana Lancar dari Universitas Impian
(30) Investasi 41.000
Kas 41.000

(31) Kas 46.000


Piutang 46.000

(32) Utang 3.000


Kas 3.000

Dana Pinjaman
Dana Pinjaman (Loan Funds) dana yang didirikan untuk mengumpulkan dana-
dana yang akan digunakan untuk memberikan pinjaman baik kepada pegawai unversitas
maupun pihak-pihak lain yang terkait dengan universitas.

127
Dana Abadi
Dana Abadi (Endowment Funds) adalah dana yang dikumpulkan dan kemudain
dikelola oleh universitas tidak untuk penggunaan jangka pendek. Dana ini “diabadikan”
kemudian dikelola untuk bentuk investasi yang hasilnya (return) bisa dimanfaatkan
untuk penggunaan jangka pendek.

Dana Anuitas dan Pensiun


Dana Anuitas dan Pensiun (Annuity and Life Income Funds) adalam semacam
dan pensiun yang dikelola universitas,

Dana Pembangunan
Dana Pembangunan (Plant Funds) adalah dana yang dikumpulkan dengan tujuan
penggunana nberupa pembangunann gedung, fasilitas, dan aktiva tetap lainnya.
Akuntansi dana untk universitas erupa dengan akuntansi dana untuk unit-unit
pemerintah. Keduanya mencatat pendapatan dan belanja untuk masing-masing dana,
dan juga menggunakan sistem beban pemesanan (encumbrances) untuk mencatat
pesanan pembelian yang dilakukan, memiliki transaksi dan transfer antardana, sertta
menyajikan neraca serta laporan opresi untuk periode berjalan.
Akan tetapi, terdapat perbedaan di antara keduanya dala mhal dana yang diterima.
Akuntansi dana untuk universitas harus memisahkan antara dana terikat (restricted
funds) dan dan tidak terikat (unrestricted funds). Pembatasan (restriction) yang
dimaksuda berasal dari pihak eksternal universitas. Pihak manajemen unversitas juga
dapat menyisihkan uang untuk tujuan tertentu. Namun, manajemen tidak boleh
membatasi penggunaan suatu dana. Sehiangga ketika istilah pembatsan diguanakn daam
akuntansi dana untuk universitas, hal itu mengacu pada pembatsan dari pihak eksternal
universitas atas penggunaan suatu dana, ukan mengacu pada penyisihan dan secara
eksternal.

Jenis Perguruan Tinggi Negeri Menurut Pengelolaan Keuangan


Pengelolaan keuangan perguruan tinggi ini bertujuan agar perguruan tinggi bisa
mengembangkan perannya baik dalam menghasilkan lulusan yang bermutu, unggul, dan
produktif, menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi

128
masyarakat, pembangunan daerah dan nasional, serta menjadi pemersatu bangsa dan
mengawal perjalanan demokratisasi bangsa. Perguruan tinggi harus mandiri, sehat, dan
bermutu. Pembentukan badan hukum milik negara yang telah dimulai sejak tahun 2000
memerlukan kerangka hukum agar otonomi bisa efektif dalam meningkatkan tata kelola
perguruan tinggi disertai dengan akuntabilitas yang terukur.
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003, program peningkatan tata kelola,
akuntabilitas, dan citra publik pendidikan tinggi dilaksanakan melalui penyusunan
perangkat hukum operasional dalam rangka mencapai status badan hukum perguruan
tinggi sebagai bentuk otonomi yang paling optimal, akuntabel, dan dengan penekanan
bahwa institusi pendidikan bersifat nirlaba. Sebagai bagian dari transisi menuju
perguruan tinggi yang berbadan hukum dan mandiri, pemerintah mendorong PTN untuk
membentuk Badan Layanan Umum (BLU) agar lebih efektif dan efisien dalam
mengelola keuangannya. Oleh karena itu, dalam pengelolaan keuangannya perguruan
tinggi terbagi atas Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) dan Pergurun
Tinggi Negeri Badan Layanan Umum (PTN BLU).

Badan Hukum (PTN BH)


Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) adalah Perguruan Tinggi
Negeri yang didirikan oleh Pemerintah yang berstatus sebagai subyek hukum yang
otonom (PMK No. 225 Tahun 2014). Kesiapan untuk melaksanakan pengelolaan
perguruan tinggi secara otonom tersebut ditunjukkan melalui evaluasi diri yang
menyeluruh baik dalam aspek program akademik, sumberdaya manusia (SDM), sarana-
prasarana, maupun keuangan. Namun, pemberian otonomi tidak berarti pemerintah
melepaskan diri dari tanggung jawab di bidang pendidikan.
Pemerintah membuka kemungkinan secara selektif kepada Perguruan Tinggi
Negeri yang dinilai sudah memiliki kemampuan pengelolaan yang mencukupi untuk
dapat memiliki kemandirian, otonomi dan tanggung jawab yang lebih besar untuk
diubah status hukumnya menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) yang dapat
berperan sebagai kekuatan moraldalam proses pembangunan masyarakat madani yang
lebih demokratis dan mampu bersaing secara global. Perguruan Tinggi Negeri berstatus
Badan Hukum tetap menjadi aset negara yang berharga untuk memperbaiki citra
bangsa.

129
Perguruan Tinggi Negeri yang berstatus sebagai Badan Hukum merupakan bentuk
perguruan tinggi yang memiliki lima prinsip utama dalam penyelenggaraannya, yaitu
kualitas, otonomi, akuntabilitas, akreditasi, dan evaluasi. Kelima prinsip tersebut
akhirnya menjadi paradigma baru bagi pendidikan tinggi di Indonesia. Dalam rangka
melaksanakan prinsip akuntabilitas, PTN BH harus memberikan laporan tahunan berupa
(PMK No. 225 Tahun 2014):
a. Laporan keuangan yang meliputi neraca, laporan arus kas, dan laporan perubahan
aktiva bersih
b. Laporan akademik berupa penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang
meliputi keadaan, kinerja, serta hasil-hasil yang telah dicapai universitas
c. Laporan ketenagakerjaan universitas yang meliputi keadaan, kinerja, dan kemajuan
yang telah dicapai.
Laporan tahunan tersebut disampaikan kepada Majelis Wali Amanat sebagai
lembaga tertinggi dalam Perguruan tinggi berstatus sebagai Badan Hukum. Pengelolaan
keuangan bagi PTN Badan Hukum Tahun Anggaran 2014 dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 225/PMK.05/2014 Tahun 2014 berlaku untuk:
a. Institut Teknologi Bandung
b. Institut Pertanian Bogor
c. Universitas Gadjah Mada
d. Universitas Indonesia
e. Universitas Pendidikan Indonesia
f. Universitas Sumatera Utara
g. Universitas Airlangga.
Dan tambahan universitas berdasarkan PP Nomor 80, 81, 82,dan 83 Tahun 2014
tanggal 17Oktober 2014 yaitu:
a. Universitas Padjajaran (Unpad)
b. Universitas Diponegoro (Undip)
c. Universitas Hasanudin (Unhas)
d. Institut Teknologi Surabaya (ITS).
Agar penerimaan dan penggunaan dana Universitas dapat disajikan dengan
akuntabel dan transparan maka Universitas setiap akhir semester dan akhir tahun buku
menyusun 3 (tiga) laporan keuangan:

130
1. Laporan Keuangan yang menyampaikan pertanggungjawaban penggunaan Dana
APBN yang menggunakan Standar Akuntansi Pemerintah
2. Laporan Keuangan yang menyampaikan pertanggungjawaban penggunaan Dana
Masyarakat yang menggunakan Standar Akuntansi Keuangan
3. Laporan Keuangan Universitas secara keseluruhan yaitu Laporan Keuangan yang
berisikan pertanggungjawaban penggunaan Dana APBN dan Dana Masyarakat.

Penyusunan Laporan Keuangan Universitas menggunakan basis akrual. Artinya


standar akuntansi tersebut mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam
pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan
pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan
dalam APBN/APBD yang dimodifikasi sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
Indonesia. Semua ketentuan dalam Standar Akuntansi Keuangan berlaku untuk
pelaporan keuangan universitas kecuali sesuai dengan spesifik dinyatakan lain.
Prosedur pengelolaan keuangan Perguruan Tinggi Badan Hukum menetapkan
bahwa semua penerimaan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) disimpan atau disetorkan ke kas Negara (KPPN). Penerimaan yang
bersumber dari APBD Pemerintah Provinsi dan APBD Pemerintah Kabupaten/Kota,
Dana Masyarakat (bersumber dari SPP mahasiswa dan lainlain), serta usaha/penjualan
jasa universitas dan lain-lain disetorkan ke Rekening Universitas, untuk dimanfaatkan
menurut keperluannya dengan mengacu kepada anggaran yang telah disahkan.
Pimpinan Universitas menetapkan alokasi dan batas alokasi anggaran seperti misalnya
bagian pembiayaan honorarium, kegiatan administrasi pemeliharaan, pengembangan
staf, dan lain-lain.

Universitas Badan Layanan Umum


BLU adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada
prinsip efisiensi dan produktivitas. Badan Layanan Umum menerapkan sistem informasi
manajemen keuangan sesuai dengan kebutuhan dan praktek bisnis yang sehat. Setiap

131
transaksi keuangan badan layanan umum harus diakuntansikan dan dokumen
pendukungnya dikelola secara tertib.pula akuntansi dan laporan keuangan badan
layanan umum diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang
diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia. Dalam hal tidak terdapat standar
akuntansi, badan layanan umum dapat menerapkan standar akuntansi industri yang
spesifik setelah mendapat persetujuan menteri keuangan. Berarti, penggunaan standar
akuntansi industri spesifik tidak boleh digunakan secara langsung oleh Badan Layanan
Umum, karena dapat dibatalkan atau batal demi hukum diakibatkan tidak ada
persetujuan menteri keuangan. DIPA Badan Layanan Umum sekurang-kurangnya
memuat:
a. seluruh pendapatan dan belanja BLU;
b. proyeksi arus kas;
c. jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa yang dihasilkan;
d. rencana penarikan dana yang bersumber dari APBN;
e. besaran persentase ambang batas sebagaimana ditetapkan dalam RBA definitif.

Dalam hal DIPA BLU belum disahkan oleh Menteri Keuangan, BLU dapat
melakukan pengeluaran paling tinggi sebesar angka dokumen pelaksanaan anggaran
tahun lalu. DIPA BLU yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan menjadi lampiran
dari contractualperformance agreement yang ditandatangani oleh menteri/pimpinan
lembaga denganpimpinan BLU yang bersangkutan dan sekaligus menjadi dasar
penarikan dana. Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Badan
Layanan Umum mengikuti pedoman sebagai berikut:

a. Pada BLU Penuh


Satuan kerja berstatus BLU Penuh diberikan fleksibilitas pengelolaan keuangan,
antara lain dapat langsung menggunakan seluruh PNBP dari pendapatan operasional dan
nonopersaional, di luar dana yang yang bersumber dari APBN, sesuai RBA tanpa
terlebih dahulu disetorkan ke Rekening Kas Negara. Apabila PNBP melebihi target
yang ditetapkan dalam RBA tetapi masih dalam ambang batas fleksibilitas, kelebihan
tersebut dapat digunakan langsung mendahului pengesahan revisi DIPA. Terhadap
kelebihan PNBP yang melampaui ambang batas fleksibilitas, dapat digunakan dalam

132
tahun berjalan setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q. Dirjen
Perbendaharaan atau menjadi saldo awal tahun berikutnya.

b. Pada BLU Bertahap


Satuan kerja berstatus BLU Bertahap dapat menggunakan PNBP sebesar
persentase yang telah ditetapkan. Sedangkan PNBP yang dapat digunakan langsung
adalah sebesar persentase yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan tentang
penetapan satker yang menerapkan PK-BLU yang bersangkutan. Satuan kerja berstatus
BLU Bertahap menyetor penerimaan PNBP yang tidak digunakan langsung ke
Rekening Kas Negara secepatnya. PNBP yang telah disetor dapat dipergunakan kembali
sebesar selisih antara PNBP yang dapat digunakan dengan PNBP yang telah digunakan
langsung.
Sistem akuntansi adalah serangkaian prosedur baik manual maupun
terkomputerisasi mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran
sampai pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan. BLU setidak-tidaknya
mengembangkan tiga sistem akuntansi yang merupakan sub sistem dari sistem
akuntansi BLU, yaitu sistem akuntansi keuangan, sistem akuntansi aset tetap, dan
sistem akuntansi biaya.
Sistem Akuntansi Keuangan menghasilkan laporan keuangan pokok berupa
Laporan Realisasi Anggaran/Laporan Operasional, Neraca, Laporan Arus Kas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
yang ditetapkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia /standar akuntansi industri
spesifik dan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Laporan keuangan sesuai dengan SAK digunakan untuk kepentingan pelaporan
kepada pengguna umum laporan keuangan BLU dalam hal ini adalah stakeholders,
yaitu pihak-pihak yang berhubungan dan memiliki kepentingan dengan BLU.
Sedangkan laporan keuangan yang sesuai dengan SAP digunakan untuk kepentingan
konsolidasi laporan keuangan BLU dengan laporan keuangan kementerian
negara/lembaga.
Sistem Akuntansi Aset Tetap menghasilkan laporan tentang aset tetap untuk
keperluan manajemen aset. Sistem ini menyajikan informasi tentang jenis, kuantitas,
nilai, mutasi, dan kondisi aset tetap milik BLU ataupun bukan milik BLU tetapi berada

133
dalam pengelolaan BLU. Pengembangan Sistem Akuntansi Aset Tetap diserahkan
sepenuhnya kepada BLU yang bersangkutan. Namun demikian, BLU dapat
menggunakan sistem yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan seperti Sistem Akuntansi
Barang Milik Negara (SABMN).
BLU mengembangkan Sistem Akuntansi Biaya yang menghasilkan informasi tentang
harga pokok produksi, biaya satuan (unit cost) per unit layanan, dan evaluasi varian.
Sistem Akuntansi Biaya berguna dalam perencanaan dan pengendalian, pengambilan
kep
Pimpinan BLU bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan
BLU yang disertai dengan surat pernyataan tanggung jawab yang berisikan pernyataan
bahwa pengelolaan anggaran telah dilaksanakan berdasarkan sistem pengendalian intern
yang memadai, akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan, dan kebenaran isi laporan keuangan merupakan tanggung jawab
pimpinan BLU.

BLU menyusun laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan


(SAK). BLU merupakan satker kementerian negara/lembaga, oleh karena itu laporan
keuangan BLU dikonsolidasikan dengan laporan keuangan kementerian
negara/lembaga. Konsolidasi laporan keuangan dapat dilakukan jika digunakan prinsip-
prinsip akuntansi yang sama. BLU menggunakan SAK sedangkan laporan keuangan
kementerian negara/lembaga menggunakan SAP, karena itu BLU mengembangkan sub
sistem akuntansi yang mampu menghasilkan laporan keuangan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Komponen Laporan Keuangan BLU yang dikonsolidasikan ke
dalam laporan keuangan kementerian negara/lembaga meliputi, Laporan Realisasi
Anggaran/ Laporan Operasional dan Neraca.

Penyusunan Laporan Keuangan Universitas


Menurut Indra Bastian (2007), siklus akuntansi di universitas dan lembaga
pendidikan tinggi lainnya dapt dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Pencatatan
 Kegiatan identifikasi dan pengukuran ke dalam bukti transaksi dan bukti
pencatatan
 Kegiatan pencatatan bukti transaksi ke dalam buku harian atau jurnal

134
 Memindahbukukan atau posting dari jurnal berdasarkan kelompok atau
jenisnya berdasarkan akun buku besar
2. Tahap Pengikhtisaran
 Penyusunan neraca saldo berdaasarkan akun-akun buku besar
 Pembuatan ayat jurnal penyesuaian
 Pembuatan ayat jurnal penutup
 Pembuatan neraca saldo setelah penutupan
 Pembuatan ayat jurnal pembalik
3. Tahap Pelaporan
 Laporan laba rugi
 Laporan arus kas
 Laporan posisi keuangan
 Catatan atas laporan keuangan

Siklus dan Penyusunan Laporan Keuangan Universitas PTN BH


Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 14 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 225
tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum
Tahun Anggaran 2014, laporan keuangan PTN Badan Hukum Tahun Anggaran 2014
disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi
profesi akuntansi yang berkedudukan di Indonesia. Laporan keuangan tersebut terdiri
dari:
a. Laporan Aktivitas/Operasional;
b. Neraca;
c. Laporan Arus Kas; dan
d. Catatan atas Laporan Keuangan.
Di samping itu, dalam rangka konsolidasi laporan keuangan, PTN Badan Hukum
menyusun Laporan Keuangan berdasarkan Sistem Akuntansi Instansi yang terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran;
b. Neraca; dan
c. Catatan atas Laporan Keuangan
Laporan keuangan berdasarkan SAI ini disusun dengan mengacu pada Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 76 Tahun 2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan

135
Keuangan Badan Layanan Umum. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan tersebut menjadi lampiran dari laporan keuangan yang dihasilkan
dari Sistem Akuntansi Instansi.
Pembahasan terkait pelaporan keuangan universitas yang disusun dengan
mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76 Tahun 2008 tentang Pedoman
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum tersebut akan dibahas
secara mendalam pada subbab C. Pelaporan Keuangan Universitas BLU. Oleh karena
ini, subbab ini akan berfokus pada pembahasan laporan keuangan universitas yang
disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.

Format Laporan Keuangan PTN BH


1. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Universitas PTN BH
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, laporan keuangan universitas PTN BH
disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Di samping itu,
pasal 62 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
menyatakan bawa Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri
lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan Tridharma. Selanjutnya, pasal 63
Undang-undang tersebut menyatakan bahwa otonomi pengelolaan Perguruan Tinggi
dilaksanakan berdasarkan prinsip:
a. akuntabilitas;
b. transparansi;
c. nirlaba;
d. penjaminan mutu; dan
e. efektivitas dan efisiensi.

Prinsip “nirlaba” sebagaimana dinyatakan dalam huruf c di atas menjadi dasar bagi
Universitas PTN BH untuk menggunakan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) 45 (Revisi 2011) tentang Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba sebagai dasar
dalam penyusunan pelaporan keuanganya. Paragraf 9 PSAK 45 tersebut mengatur
bahwa jenis-jenis laporan keuangan entitas nirlaba adalah sebagai berikut.
a. Laporan posisi keuangan (neraca);
b. Laporan aktivitas;

136
c. Laporan arus kas; dan
d. Catatan atas laporan keuangan.
Bagiamana keempat laporan keuangan tersebut disusun dalam praktik di lapangan
dapat dilihat pada Lampiran 1: Laporan Keuangan Universitas Indonesia Tahun
2014. Adapun pembahasan secara teorits atas setiap jenis laporan keuangan tersebut
adalah sebagai berikut.

a. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)


Paragraf 10 PSAK 45 menyatakan bahwa laporan posisi keuangan bertujuan untuk
menyediakan informasi mengenai aset, liabilitas, serta aset neto dan informasi
mengenai hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi
dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama pengungkapan, dan
informasi dalam laporan keuangan lainnya dapat membantu para penyumbang,
anggota entitas nirlaba, kreditor, dan pihak-pihak lain untuk menilai:
 kemampuan entitas nirlaba untuk memberikan jasa secara berkelanjutan; dan
 likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi
kewajibannya,dan kebutuhan pendanaan eksternal.
Laporan posisi keuangan mencakup entitas nirlaba secara keseluruhan dan
menyajikan total aset, liabilitas, dan aset neto. Format laporan posisi keuangan bagi
universitas PTN BH yang disusun berdasarkan PSAK 45 adalah sebagai berikut.

137
138
Karakteristik yang membedakan laporan posisi keuangan berdasarkan PSAK 45 di
atas dengan laporan posisi keuangan yang disusun oleh perusahaan sektor privat adalah
pada bagian pelaporan aset neto. Laporan posisi keuangan pada perusahaan sektor privat
bukan menyajikan aset neto, melaikan ekuitas. Aset neto baik pada laporan keuangan
universitas PTN BH maupun laporan keuangan entitas nirlaba lainnya terdiri atas tiga
katagori sebagai berikut.
a. Aset Neto Tidak Terikat
Paragraf 18 PSAK 45 menyatakan bahwa aset neto tidak terikat umumnya
meliputi pendapatan dari jasa, penjualan barang, sumbangan, dan dividen atau
hasil investasi, dikurangi beban untuk memperoleh pendapatan tersebut. Batasan
terhadap penggunaan aset neto tidak terikat dapat berasal dari sifat entitas
nirlaba (dalam hal ini universitas PTN BH). Informasi mengenai batasan-batasan
tersebut umumnya disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.
Contoh aset neto tidak terikat sebagaimana dilaporkan dalam Laporan Keuangan
Universitas Indonesia (2014:30) adalah aset neto yang dapat berasal dari
 pendapatan biaya pendidikan,
 pendapatan APBN,
 pendapatan penelitian,
 pendapatan seminar dan pelatihan, dan
 lain-lain.

b. Aset Neto Terikat Temporer


Paragraf 17 PSAK 45 menyatakan bahwa pembatasan temporer terhadap (1)
sumbangan berupa aktivitas operasi tertentu, (2) investasi untuk jangka waktu
tertentu, (3) penggunaan selama periode tertentu di masa depan, atau (4)
pemerolehan aset tetap, dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok
aset neto yang penggunaannya dibatasi secara temporer atau disajikan dalam
catatan atas laporan keuangan. Pembatasan temporer oleh penyumbang dapat
berbentuk pembatasan waktu dan/atau pembatasan penggunaan.
Adapun contoh aset neto terikat temporer dalam laporan keuangan universitas
PTN BH adalah sebagaimana yang dilaporkan dalam Laporan Keuangan
Universitas Indonesia (2014:31), yaitu:

139
 aset neto terikat temporer yang berasal dari penelitian,
 aset neto terikat temporer yang berasal dari beasiswa, dan
 aset neto terikat temporer yang berasal dari hibah/sumbangan.

c. Aset Neto Terikat Permanen


Paragraf 16 PSAK 45 menyatakan bahwa pembatasan permanen terhadap (1)
aset, seperti tanah atau karya seni, yang disumbangkan untuk tujuan tertentu,
untuk dirawat dan tidak untuk dijual, atau (2) aset yang disumbangkan untuk
investasi yang mendatangkan pendapatan secara permanen dapat disajikan
sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset neto yang penggunaanya dibatasi
secara permanen atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.
Pembatasan permanen kelompok kedua tersebut berasal dari hibah atau wakaf
dan warisan yang menjadi dana abadi (endowment).

b. Laporan Aktivitas
Paragraf 19 PSAK 45 menyatakan bahwa tujuan utama laporan aktivitas adalah
menyediakan informasi mengenai:
 pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset
neto,
 hubungan antartransaksi, dan peristiwa lain, serta
 bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program
atau jasa.

Informasi dalam laporan aktivitas yang digunakan bersama dengan pengungkapan


informasi dalam laporan keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang,
anggota entitas nirlaba, kreditur, dan pihak lainnya untuk:
 mengevaluasi kinerja dalam suatu periode,
 menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan entitas nirlaba dan memberikan
jasa, serta
 menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.

140
Laporan aktivitas mencakup entitas nirlaba secara keseluruhan dan menyajikan
perubahan jumlah aset neto selama suatu periode. Perubahan aset neto dalam
laporan aktivitas tercermin pada aset neto atau ekuitas dalam posisi keuangan.
Format laporan aktivitas bagi universitas PTN BH yang disusun berdasarkan PSAK
45 adalah sebagai berikut.

141
Berdasarkan format laporan aktivitas di atas, laporan tersebut menyajikan jumlah
perubahan aset neto terikat permanen, terikat temporer, dan tidak terikat dalam suatu
periode. Paragraf 23, 24, dan 25 PSAK 45 mengatur perlakuan akuntansi
pendapatan, beban, serta keuntungan dan kerugian sebagai berikut.
a. Pendapatan diakui sebagai penambah aset neto tidak terikat, kecuali jika
penggunaannya dibatasi oleh penyumbang, dan menyajikan beban sebagai
pengurang aset neto tidak terikat.
b. Sumbangan disajikan sebagai penambah aset neto tidak terikat, terikat
permanen, atau terikat temporer, bergantung pada ada tidaknya pembatasan.
Sumbangan terikat yang pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode
yang sama, dapat disajikan sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang
disajikan secara konsisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.
c. Keuntungan dan kerugian yang diperoleh dari investasi dan aset lain (atau
liabilitas) diakui sebagai penambah atau pengurang aset neto tidak terikat,
kecuali jika penggunaannya dibatasi.

142
Paragraf 26 PSAK 45 menyatakan bahwa pengkalisifikasian pendapatan, beban,
serta keuntungan dan kerugian dalam kelompok aset neto tidak menutup peluang
adanya klasifikasi tambahan dalam laporan aktivitas. Misalnya, dalam suatu
kelompok atau beberapa kelompok perubahan dalam aset neto, entitas nirlaba dapat
mengklasifikasikan unsur-unsurnya menurut kelompok operasi atau nonoperasi,
dapat dibelanjakan atau tidak dapat dibelanjakan, telah direalisasi atau belum
direalisasi, berulang atau tidak berulang, atau dengan cara lain.

c. Laporan Arus Kas


Paragraf 33 PSAK 45 menyatakan bahwa tujuan utama laporan arus kas adalah
menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu
periode. Format laporan arus kas bagi universitas PTN BH yang disusun
berdasarkan PSAK 45 dengan pendekatan tidak langsung adalah sebagai berikut.

143
144
Komponen dalam laporan arus kas tersebut adalah sebagaimana ditetapkan
dalam PSAK 2 (Revisi 2013) tentang Laporan Arus Kas sebagai berikut.
a. Aktivitas operasi
Aktivitas operasi adalah Aktivitas penghasil utama pendapatan entitas dan
aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan. Contoh
aliran kas masuk dari aktivitas operasi antara lain adalah
 penerimaan dari penjualan barang/jasa, royalti, pendapatan lain;
 penerimaan dari pendapatan sewa, restitusi pajak; dan
 penerimaan dari pemberian untuk bank dan penjualan sekuritas dari
perusahaan efek.

Sedangkan contoh aliran kas keluar dari aktivitas operasi antara lain adalah
 pembayaran kepada pemasok barang dan jasa;
 pembayaran untuk karyawan;
 pembayaran klaim (asuransi), pembelian efek (perusahaan efek),
pengembalian kredit (bank); dan
 pembayaran biaya operasi.

a. Aktivitas investasi
Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta
investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Contoh aliran kas masuk dari
aktivitas investasi antara lain adalah
 penerimaan penjualan aset tetap, aset tidak berwujud dan aset jangka
panjang lain;
 penerimaan kas dari kontrak future/ forward, future untuk pendanaan;
 penerimaan penjualan instrumen utang atau kas (selain diperdagangkan);
dan
 penerimaan kas dari pelunasan uang muka dan pinjaman dari pihak lain.

Sedangkan contoh aliran kas keluar dari aktivitas investasi antara lain adalah

145
 pembayaran kas untuk membeli aset tidak tetap, aset tidak berwujud, biaya
pengembangan dikapiralisasi;
 pembayaran kas dari kontrak future, forward, swap untuk aktivitas
pendanaan; dan
 pembayaran untuk membeli instrumen utang/ekuitas/ ventura selain untuk
diperdagangkan.

c. Aktivitas pendanaan
Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam
jumlah serta komposisi kontribusi modal dan pinjaman entitas. Contoh aliran kas
masuk dari aktivitas pendanaan antara lain adalah
 penerimaan kas dari penerbitan saham; dan
 penerimaan kas dari penerbitan obligasi, wesel, pinjaman jangka pendek dan
jangka panjang, hipotek.

Sedangkan contoh aliran kas keluar dari aktivitas pendanaan antara lain adalah
 pembayaran kas kepada pemiliki untuk menarik atau menebus saham;
 pelunasan pinjaman; dan
 pembayaran kas oleh lessee untuk mengurangi saldo liabilitas terkait sewa
pembiayaan.

Di samping ketentuan dalam PSAK 2 tersebut, paragraf 34 PSAK 45 memberikan


tambahan sebagai berikut.

a. Aktivitas pendanaan:
 penerimaan kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka
panjang;
 penerimaan kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang
penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan pemeliharaan
aset tetap, atau peningkatan dana abadi; dan
 bunga dan dividen yang dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang.

146
b. Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan
nonkas: sumbangan berupa bangunan atau aset investasi.

d. Catatan atas Laporan Keuangan


Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka
yang tertera dalam Laporan Aktivitas, Laporan Posisi Keuangan, dan Laporan Arus
Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan
akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang
diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi
Keuangan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian
laporan keuangan secara wajar.
PSAK 1 (Revisi 2013) tentang Penyajian Laporan Keuangan menjelaskan bahwa
catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan/menyajikan/menyediakan hal-hal
sebagai berikut.
a. Informasi dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi, seperti
dasar pengukuran, kebijakan yang relevan, asumsi dalam estimasi;
b. Informasi yang disyaratkan Standar Akuntansi Keuangan yang tidak disajikan
di bagian mana pun dalam laporan keuangan;
c. Informasi yang tidak disajikan di bagian mana pun dalam laporan keuangan,
tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.

Jurnal-Jurnal Standar
a. Jurnal penerimaan pendapatan pendaftaran ujian masuk D3

Bank tidak terikat Xxx

Pendapatan tidak terikat-pendaftaran ujian masuk D3 xxx

b. Jurnal penerimaan pendapatan SPP

Bank tidak terikat xxx

147
Pendapatan tidak terikat-SPP xxx

c. Jurnal penerimaan pendapatan sewa gedung

Bank tidak terikat xxx

Pendapatan tidak terikat-Sewa Gedung xxx

d. Jurnal penerimaan pendapatan hibah luar negeri terikat temporer

Bank terikat temporer xxx

Pendapatan terikat tempore-hibah luar negeri xxx

e. Jurnal penerimaan pendapatan hibah dalam negeri terikat permanen

Bank terikat permanen xxx

Pendapatan terikat permanen-hibah dalam negeri xxx

f. Jurnal pembayaran beban honorarium mengajar

Beban tidak terikat-honorarium mengajar xxx

Bank tidak terikat xxx

g. Jurnal pembayaran honorarium penyelenggaraan ujian skripsi

148
Beban tidak terikat-penyelenggaraan ujian skripsi xxx

Bank tidak terikat xxx

h. Jurnal pembayaran honorarium penelitan terkait hibah luar negeri terikat temporer

Beban terikat temporer-honorarium penelitian xxx

Bank terikat temporer xxx

i. Jurnal penempatan dana hibah dalam negeri terikat permanen pada investasi
deposito 12 bulan
Investasi terikat permanen-deposito 12 bulan xxx

Bank terikat permanen xxx

Siklus dan Penyusunan Laporan Keuangan Universitas BLU


Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang
Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum, dalam rangka
pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan dan kegiatan pelayanannya,
Universitas BLU diwajibkan menyusun laporan keuangan dan laporan kinerja.
Laporan keuangan sebagaimana dimaksud paling sedikit terdiri dari : Laporan
Realisasi Anggaran/Laporan Operasional, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas
Laporan Keuangan.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
membuka koridor baru bagi penerapan basis kinerja ini di lingkungan pemerintah.
Dalam Pasal 68 dan Pasal 69 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, instansi

149
pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat
dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan menonjolkan
produktivitas, efisiensi, dan efektivitas. Instansi demikian, dengan sebutan umum
sebagai Badan Layanan Umum (BLU), diharapkan menjadi contoh konkrit yang
menonjol dari penerapan manajemen keuangan berbasis pada hasil (kinerja).
Dengan pola pengelolaan keuangan BLU, fleksibilitas diberikan dalam rangka
pelaksanaan anggaran, termasuk pengelolaan pendapatan dan belanja, pengelolaan kas,
dan pengadaanbarang/jasa. Kepada BLU juga diberikan kesempatan untuk
mempekerjakan tenaga profesional non PNS serta kesempatan pemberian imbalan jasa
kepada pegawai sesuai dengan kontribusinya. Tetapi sebagai pengimbang, BLU
dikendalikan secara ketat dalam perencanaan dan penganggarannya, serta dalam
pertanggung jawabannya. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005, BLU
wajib menghitung harga pokok dari layanannya dengan kualitas dan kuantitas yang
distandarkan oleh menteri teknis pembina.
Demikian pula dalam pertanggung jawabannya, BLU harus mampu menghitung
dan menyajikan anggaran yang digunakannya dalam kaitannya dengan layanan yang
telah direalisasikan. Oleh karena itu, BLU berperan sebagai agen dari
menteri/pimpinan lembaga induknya. Kedua belah pihak menandatangani kontrak
kinerja (a contractual performanceagreement), dimana menteri/ pimpinan lembaga
induk bertanggung jawab atas kebijakanlayanan yang hendak dihasilkan, dan BLU
bertanggung jawab untuk menyajikan layanan yang diminta.
Satuan kerja yang ditetapkan sebagai BLU mempunyai kewajiban untuk
menyusun 2 (dua) laporan keuangan yaitu laporan keuangan berdasarkan SAK dan
laporan keuangan berdasarkan SAP. Pembahasan terkait pelaporan keuangan
universitas yang disusun dengan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
76 Tahun 2008 tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan
Umum.

150
Format Laporan Keuangan Universitas BLU

1. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Universitas BLU


Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, laporan keuangan universitas BLU disusun
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi Pemerintahan di
Indonesia.
Sistem akuntansi adalah serangkaian prosedur baik manual maupun terkomputerisasi
mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai pelaporan
posisi keuangan dan operasi keuangan. BLU setidak-tidaknya mengembangkan tiga
sistem akuntansi yang merupakan sub sistem dari sistem akuntansi BLU, yaitu sistem
akuntansi keuangan, sistem akuntansi aset tetap, dan sistem akuntansi biaya.
Sistem Akuntansi Keuangan menghasilkan laporan keuangan pokok berupa Laporan
Realisasi Anggaran/Laporan Operasional, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
Laporan Keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang
ditetapkanoleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia /standar akuntansi industri spesifik
dan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Laporan keuangan sesuai dengan SAK digunakan untuk kepentingan pelaporan kepada
pengguna umum laporan keuangan BLU dalam hal ini adalah stakeholders, yaitu pihak-
pihak yang berhubungan dan memiliki kepentingan dengan BLU. Sedangkan laporan
keuangan yang sesuai dengan SAP digunakan untuk kepentingan konsolidasi laporan
keuangan BLU dengan laporan keuangan kementerian negara/lembaga.
Sistem Akuntansi Aset Tetap menghasilkan laporan tentang aset tetap untuk keperluan
manajemen aset. Sistem ini menyajikan informasi tentang jenis, kuantitas, nilai, mutasi,
dan kondisi aset tetap milik BLU ataupun bukan milik BLU tetapi berada dalam
pengelolaan BLU. Pengembangan Sistem Akuntansi Aset Tetap diserahkan sepenuhnya
kepada BLU yang bersangkutan. Namun demikian, BLU dapat menggunakan sistem
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan seperti Sistem Akuntansi Barang Milik Negara
(SABMN).
BLU mengembangkan Sistem Akuntansi Biaya yang menghasilkan informasi tentang
harga pokok produksi, biaya satuan (unit cost) per unit layanan, dan evaluasi varian.
Sistem Akuntansi Biaya berguna dalam perencanaan dan pengendalian, pengambilan
keputusan, dan perhitungan tarif layanan.

151
2. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Menurut PMK Nomor 76/PMK.05/2008, Tujuan utama neraca adalah
menyediakan informasi tentang posisi keuangan BLU meliputi aset, kewajiban dan
ekuitas pada tanggal tertentu. Informasi dalam neraca digunakan bersama-sama dengan
informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan lainnya sehingga dapat membantu
para pengguna laporan keuangan untuk menilai:
a. Kemampuan BLU dalam memberikan jasa layanan secara berkelanjutan
b. Likuiditas dan Solvabilitas
c. Kebutuhan Pendanaan Eksternal

Format laporan posisi keuangan bagi universitas BLU yang disusun berdasarkan PMK
Nomor 76/PMK.05/2008 adalah sebagai berikut:

152
153
Karakteristik yang membedakan laporan posisi keuangan adalah pada ekuitas di
neraca. Ekuitas adalah hak residual BLU atas aset setelah dikurangi seluruh kewajiban
yang dimiliki. Ekuitas BLU terdiri atas:

a. Ekuitas Tidak Terikat


Ekuitas tidak terikat adalah ekuitas berupa sumber daya yang penggunaannya tidak
dibatasi untuk tujuan tertentu. Ekuitas tidak terikat dinilai sebesar nilai buku ekuitas
tidak terikat pada saat penetapan BLU. Contoh ekuitas tidak terikat meliputi:
1) Surplus dan Defisit Tahun Lalu
Surplus dan Defisit Tahun Lalu merupakan akumulasi Surplus & Defisit pada periode-
periode sebelumnya.
2) Surplus dan Defisit Tahun Berjalan
Surplus dan Defisit Tahun Berjalan berasal dari seluruh pendapatan setelah dikurangi
seluruh biaya pada tahun berjalan.

b. Ekuitas Terikat Temporer


Ekuitas terikat temporer adalah ekuitas berupa sumber daya ekonomi yang
penggunaannya dan/atau waktunya dibatasi untuk tujuan tertentu dan/atau jangka
waktu tertentu oleh pemerintah atau donatur. Pembatasan tersebut dapat berupa
pembatasan waktu dan/atau pembatasan penggunaan ekuitas tersebut oleh BLU.
Ekuitas terikat temporer diukur sebesar aset lancar non kas dikurangi total kewajiban
baik kewajiban jangka pendek dan jangka panjang.

c. Ekuitas Terikat Permanen


Ekuitas terikat permanen adalah ekuitas berupa sumber daya yang penggunaannya
dibatasi secara permanen untuk tujuan tertentu oleh pemerintah/donatur. Ekuitas terikat
permanen di BLU meliputi:

154
1) Aset tetap sebelum dilaksanakan revaluasi yang diukur sebesar nilai buku pada
saat penetapan BLU.
2) Kenaikan aset tetap hasil revaluasi yang diukur dengan nilai wajar pada saat
revaluasi aset.
3) Aset lainnya. Ekuitas terikat permanen ini diukur sebesar nilai buku pada saat
penetapan BLU.

3. Laporan Realisasi Anggaran


Berikut merupakan penjelasan mengenai Laporan Realisasi Anggaran menurut PMK
Nomor 76/PMK.05/2008, yaitu:
a. LRA menyajikan informasi tentang anggaran dan realsasi anggaran BLU secara
tersanding yang menunjukkan tingkat capaian target-target yang telah disepakati
dalam dokumen pelaksanaan anggaran.
b. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) mengungkapkan kegiatan keuangan
pemerintah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN dengan menyajikan ikhtisar
sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah
pusat/daerah dalam satu periode pelaporan. LRA menggambarkan perbandingan
antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Format laporan
realisasi anggaran bagi universitas BLU yang disusun berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah adalah
sebagai berikut:

Gambar 2.5 Format Laporan Realisasi Anggaran


Anggaran Realisasi (%) Realisasi
20x1 20x1 20x0
PENDAPATAN
Pendapatan Jasa dan Layanan
Pendapatan Jasa Layanan Pendidikan xxx xxx xx xxx
Pendapatan Jasa Layanan Lain xxx xxx xx xxx
Jumlah Pendapatan Jasa dan Layanan xxx xxx xx xxx

155
Hibah
Hibah Terikat xxx xxx xx xxx
Hibah Tidak Terikat xxx xxx xx xxx
Jumlah Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx

Pendapatan APBN
Pendapatan Usaha Lainnya
Hasil Kerja Sama xxx xxx xx xxx
Sewa xxx xxx xx xxx
Jasa Lembaga Keuangan xxx xxx xx xxx
Jumlah Pendapatan Usaha Lainnya xxx xxx xx xxx
Jumlah Pendapatan

BELANJA
Belanja APBN xxx xxx xx xxx
Belanja Layanan xxx xxx xx xxx
Belanja Umum dan Administrasi xxx xxx xx xxx
Jumlah Belanja xxx xxx xx xxx

Surplus/Defisit xxx xxx xx xxx

PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan Pinjaman Sektor xxx xxx xx xxx
Perbankan
Penerimaan Pinjaman – Obligasi xxx xxx xx xxx
Jumlah Penerimaan Pembiayaan xxx xxx xx xxx
Pengeluaran Pembiayaan xx
Pembayaran Pokok Pinjaman xxx xxx xx xxx

156
Perbankan
Pembayaran Pokok Pinjaman – xxx xxx xx xxx
Obligasi
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan xxx xxx xx xxx
Pembiayaan Neto xxx xxx xx xxx
Sisa Lebiha Anggaran Tahun Berjalan xxx xxx xx xxx
Operasional
Investasi xxx xxx xx xxx
Jumlah Pendapatan APBN xxx xxx xx xxx

Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

Laporan Operasional menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur sebagai berikut:


a. Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara yang menambah
ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang
menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
b. Belanja
Biaya adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara yang mengurangi
ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
c. Transfer
Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan dari/kepada
entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
d. Surplus/defisit
Surplus/defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan dan belanja selama satu
periode pelaporan.
e. Pembiayaan
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun
tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah

157
terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus
anggaran.
f. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran
Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA) adalah selisih lebih/kurang
antara realisasi penerimaan dan pengeluaran APBN selama satu periode
pelaporan.

4. Laporan Operasional
a. Laporan Operasional menyajikan informasi tentang operasi BLU mengenai
sumber, alokasi dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh BLU.
Laporan operasional dapat berupa laporan aktivitas atau laporan surplus defisit.
b. Informasi dalam LRA dan Laporan Operasional, digunakan bersama-sama
dengan informasi yang diungkapkan dalam komponen laporan keuangan lainnya
sehingga dapat membantu para pengguna laporan keuangan untuk:
1) Mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi
2) Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi dan pengggunaan sumber
daya ekonomi
3) Menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang
berguna dalam mengevaluasi kinerja BLU dalam hal efisiensi dan efektifitas
pengguna anggaran.
4) Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan realisasi pendapatan, belanja, dan
pembiayaan selama suatu periode.

Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan penggunaan sumber


daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode
pelaporan. Format Laporan Operasional bagi universitas BLU yang disusun berdasarkan
PMK Nomor 76/PMK.05/2008 adalah sebagai berikut:

158
159
Laporan Operasional menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur sebagai berikut:
a. Pendapatan
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas operasional selama satu periode yang mengakibatkan penambahan
ekuitas bersih.
b. Biaya
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam
bentuk arus keluar kas atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas bersih.

5. Laporan Arus Kas


Menurut PMK Nomor 76/PMK.05/2008, tujuan utama laporan arus kas adalah
menyediakan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara
kas selama periode akuntnasi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.
Arus kas dikelompokkan dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

Infomasi dalam laporan arus kas digunakan bersama-sama dengan inforamsi yang
diungkapkan dalam laporan keuangan lainnya sehingga dapat membantu para
pengguna laporan keuangan untuk menilai:
a. Kemampuan BLU dalam menghasilkan kas dan setara kas
b. Sumber dana BLU
c. Penggunaan dana BLU
d. Prediksi kemampuan BLU untuk memperoleh sumber dana serta pengunannya
di masa yang akan datang.

Format Laporan Arus Kas sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 76/PMK.05/2008
adalah sebagaimana diilustrasikan dalam gambar 2.7 berikut.

160
161
Menurut PMK Nomor 76/PMK.05/2008, tujuan utama Catatan atas Laporan Keuangan
adalah memberikan penjelasan dan analisis atas informasi yang ada di LRA/laporan
operasional, neraca, laporan arus kas dan informasi tambahan lainnya seringga para
pengguna mendapatkan pemahaman yang paripurna atas laporan keuangan BLU.

Informasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan mencakup antara lain:


1) Pendahuluan,
2) Kebijakan Akuntansi
3) Penjelasan atas pos-pos lapran Realisasi Anggaran/ Laporan Operasional
4) Penjelasan atas pos-pos neraca
5) Kewajiban Kontijensi
6) Informasi tambahan dan pengungkapan lainnya.

Laporan keuangan pokok diatas disertai dengan Laporan Kinerja yang menjelaskan
secara ringkas dan lengkap tentang capaian kinerja yang berisikan ringkasan
keluaran dari masing-masing kegiatan dan hasil yang dicapai dari masing-masing
program yang disusun dalam Rencana Bisnis dan Anggaran.

162
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) adalah bagian yang tak terpisahkan dari
laporan keuangan yang menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan
keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai. CaLK ditujukan agar laporan
keuangan dapat dipahami dan dibandingkan dengan laporan keuangan entitas
lainnya. CaLK sekurang-kurangnya disajikan dengan susunan sebagai berikut:
a. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target,
berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
b. Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;
c. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan
akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-
kejadian penting lainnya;
d. Pengungkapan informasi yang diharuskan oleh PSAP yang belum disajikan
dalam lembar muka laporan keuangan;
e. Pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas;
f. Informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

CaLK meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang
disajikan dalam LRA, Neraca, dan LAK. Termasuk pula dalam CaLK adalah
penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh SAP serta pengungkapan-
pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan
keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.

Bagian kebijakan akuntansi pada CaLK setidak-tidaknya menjelaskan hal-hal sebagai


berikut:
a. basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan;
b. sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan
ketentuan-ketentuan masa transisi SAP diterapkan oleh suatu entitas pelaporan;
dan

163
c. setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami laporan
keuangan.

Untuk menentukan apakah suatu kebijakan akuntansi perlu diungkapkan, manajemen


harus mempertimbangkan apakah pengungkapan tersebut dapat membantu
pengguna untuk memahami setiap transaksi yang tercermin dalam laporan
keuangan. Kebijakan-kebijakan akuntansi yang perlu dipertimbangkan untuk
disajikan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal sebagai berikut:
a. Pengakuan pendapatan;
b. Pengakuan belanja;
c. Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;
d. Investasi;
e. Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak berwujud;
f. Kontrak-kontrak konstruksi;
g. Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;
h. Kemitraan dengan fihak ketiga;
i. Biaya penelitian dan pengembangan;
j. Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai sendiri;
k. Dana cadangan;
l. Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.

Suatu entitas pelaporan juga dapat mengungkapkan hal-hal berikut ini apabila belum
diinformasikan dalam bagian manapun dari laporan keuangan, yaitu:
a. domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi dimana entitas tersebut
beroperasi;
b. penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya;
c. ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan operasionalnya.

Di bawah ini merupakan contoh jurnal standar yang khas dilakukan oleh Universitas
BLU
berdasarkan PMK Nomor 76/PMK.05/2008.

164
165
BAB 8
AKUNTANSI RUMAH SAKIT
Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis rumah sakit
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Sejarah Dan Perkembangan Organisasi Sektor
Publik
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Karakteristik Organisasi Sektor Publik
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Peranan Sektor Publik Dalam Ekonomi

Pendahuluan
Rumah Sakit Pemerintah merupakan unit kerja dari Instansi Pemerintah yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Permasalahan yang selalu
timbul adalah sulitnya meramalkan kebutuhan pelayanan yang diperlukan masyarakat
maupun kebutuhan sumber daya untuk mendukungnya. Di lain pihak Rumah Sakit
harus siap setiap saat dengan sarana, prasarana tenaga maupun dana yang dibutuhkan
untuk mendukung pelayanan tersebut. Di samping itu Rumah Sakit sebagai unit sosial
dihadapkan pada semakin langkanya sumber dana untuk membiayai kebutuhannya,
padahal di lain pihak Rumah Sakit diharapkan dapat bekerja dengan tarif yang dapat
terjangkau oleh masyarakat luas.
Dengan perubahan sistem keuangan Rumah Sakit serta sistem keuangan
Pemerintah secara keseluruhan diharapkan dana yang dikelola oleh Rumah Sakit akan
menjadi lebih besar dan terus meningkat sejalan dengan peningkatan Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) serta persiapan Badan Layanan Umum dari tahun ke
tahun. Kondisi ini selain akan membawa pengaruh positif bagi peningkatan pelayanan,
tetapi juga membuka peluang untuk timbulnya ekses negatif penyalahgunaan dalam
pengelolaan keuangan negara. Untuk itu diperlukan berbagai upaya dalam
mengatasinya.
Akuntansi Rumah Sakit yang merupakan salah satu kegiatan dari manajemen
keuangan adalah salah satu sasaran pertama yang harus diperbaiki agar dapat
memberikan data dan informasi yang akan mendukung para manajer Rumah Sakit
dalam pengambilan keputusan maupun pengamatan serta pengendalian kegiatan Rumah
Sakit. Yang menjadi kendala pada Rumah Sakit Swadana dan belum terpecahkan

166
sampai saat ini adalah Rumah Sakit melakukan dua sistem pencatatan dan pelaporan
yaitu yang berdasarkan prinsip akuntansi yang lazim (Accrual Basis) dan Basis Kas
(Cash Basis) untuk memenuhi ketentuan yang berlaku yang diharapkan dapat berjalan
secara paralel, independen dan tercipta mekanisme saling kontrol di antaranya (kontrol
internal), namun dirasakan menjadi beban petugas Rumah Sakit.

Jenis –Jenis Rumah Sakit


Menurut WHO rumah sakit adalah sebagai organisasi sosial dan kesehatan yang
berfungsi menyediakan pelayanan kesehatan yang lengkap dalam hal :
 Pencegahan dan penyembuhan penyakit
 Pelayanan rawat jalan
 Pusat penelitian biomedis
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan
yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk
pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.
Jenis – Jenis Rumah Sakit
Berdasarkan fungsinya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat rumah
sakit dibagi dalam beberapa jenis :
1. Rumah Sakit Umum
Adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kepada penderita berbagai jenis
penyakit, pengobatan umum, pembedahan dan sebagainya. Biasanya memiliki
institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam untuk memberikan pertolongan
pertama
2. Rumah Sakit Terspesialisasi
Merupakan rumah sakit yang memiliki spesialisasi terhadap suatu penyakit yang
membutuhkan penanganan khusus. Rumah sakit yang dapat dikategorikan sebagai
rumah sakit terspesialisasi antara lain trauma center, rumah sakit anak, gigi, manula,
dll. Biasanya rumah sakit ini memiliki afiliasi dengan universitas atau pusat medis
tertentu.
3. Rumah sakit pendidikan/penelitian
Adalah rumah sakit umum yang terkait dengan kegiatan penelitian dan pendidikan
di fakultas kedokteran pada suatu lembaga/universitas . biasanya digunakan sebagai

167
tempat pelatihan dokter-dokter muda, uji coba obat baru, atau teknik pengobatan
baru
4. Rumah sakit lembaga/perusahan
Merupakan rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada anggota lembaga/perusahaan tersebut
5. Klinik
Merupakan fasilitas medis yang lebih kecil dari rumah sakit dan hanya melayani
keluhan tertentu. Klinik biasanya hanya menerima pasien rawat jalan dan dijalankan
oleh lembaga swadaya masyarakat atau dokter-dokter yang ingin membuka praktik
pribadi. Kumpulan klinik disebut poliklinik.
Berdasarkan kepemilikannya, rumah sakit di Indonesia dibedakan menjadi :
1. Rumah Sakit Milik Pemerintah
Rumah sakit milik pemerintah ini dibedakan menjadi rumah sakit milik pemerintah
pusatyang dikenal Rumah Sakit Umum Pusat(RSUP) dan rumah sakit milik
pemerintah provinsi dan kabupaten atau kota yaitu RSUD.
Perbedaan keduanya ada pada kepemilikan dimana RSUP merupakan milik
pemerintah pusat yang mengacu pada Departemen Kesehatan (DepKes), sedangkan
RSUD merupakan milik pemerintah provinsi dan kabupaten ataukota dengan
pembinaan urusan kerumahtanggaan dari Departemen Dalam Negeri. Namun,
RSUD tetap berada di bawah koordinasi Departeman Kesehatan.
Berikut dua jenis rumah sakit milik pemerintah :

 Rumah sakit milik pemerintah yang tidak dipisahkan


Adalah rumah sakit yang dimiliki oleh kekayaan pemerintah. Contoh : RSUD
Banyumas dan RSUD Tangerang
 Rumah sakit milik pemerintah yang dipisahkan
Adalah rumah sakit yang dimiliki oleh kekayaan pemerintah yang dipisahkan,
misalnya milik BUMN PT Aneka Tambang, PT Pelni dan beberapa perusahaan
perkebunan. Karena rumah sakit tersebut merupakan bagian dari BUMN,
keadaannya sangat bergantung pada kondisi keuangan BUMN yang menjadi
induknya.
2. Rumah sakit berbentuk Badan Layanan Umum (BLU)

168
BLU adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual
tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
Tujuan BLU adalah meningkatkan pelayangan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi
dan produktivitas dan penerapan praktik yang sehat (PP No. 23/2005 tentang
pengelolaan keuangan BLU)
Rumah sakit berbentuk BLU antara lain, RSCM, RS Jantung Harapan Kita, RS
Hasan Sadikin Bandung, RS Makassar, RS Karyadi Semarang, RS Sanglah
Denpasar, RS Padang, RS palembang, dan RS Dr. Sadjito Yogyakarta. Sedangkan
RSUD yang sudah dialihkan menjadi BLUD antara lain RSUD Budi Asih, RSUD
Tarakan , Koja, Duren Sawit, RSUD Haji, dan RSUD Pasar Rebo.

Rumah Sakit Sebagai BLU


 Standar Pelayanan dan Tarif Layanan Rumah Sakit
Pelanggan baik eksternal maupun internal mempunyai keinginan- keinginan
ataupun harapan terhadap jasa yang disediakan oleh rumah sakit. Mereka mempunyai
persyaratan-persyaratan yang diharapkan dapat dipenuhi oleh rumah sakit. Namun
demikian pelanggan eksternal sebagai pengguna jasa pelayanan mengharapkan apa yang
diinginkan dapat dipuaskan (customer satisfaction), sedangkan tenaga profesi
mengajukan persyaratan agar pelayanan yang disediakan memenuhi standar profesi,
sedangkan pihak manajemen menghendaki pelayanan yang efektif dan efisien. Jadi
mutu dapat dipandang dari berbagai sudut pandang
Pemerintah Daerah yang telah menjadi BLU/BLUD menggunakan standar
pelayanan minimum yang ditetapkan oleh menteri/pimpinan
lembaga/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya, harus
mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan, biaya serta
kemudahan untuk mendapatkan layanan.Dalam hal rumah sakit pemerintah di daerah
(RSUD) maka standar pelayanan minimal ditetapkan oleh kepala daerah dengan

169
peraturan kepala daerah. Standar pelayanan minimal tersebut harus memenuhi
persyaratan, yaitu :
1. Fokus pada jenis pelayanan, dalam arti mengutamakan kegiatan pelayanan yang
menunjang terwujudnya tugas dan fungsi BLU/BLUD;
2. Terukur, merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan;
3. Dapat dicapai, merupakan kegiatan nyata yang dapat dihitung tingkat
pencapaiannya, rasional sesuai kemampuan dan tingkat pemanfaatannya;
4. Relevan dan dapat diandalkan, merupakan kegiatan yang sejalan, berkaitan dan
dapat dipercaya untuk menunjang tugas dan fungsi BLU/BLUD;
5. Tepat waktu, merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan yang telah
ditetapkan.
Rumah Sakit Pemerintah Daerah yang telah menjadi BLU/BLUD dapat
memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan yang
diberikan. Imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan tersebut ditetapkan dalam
bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per
investasi dana. Tarif layanan diusulkan oleh rumah sakit kepada menteri
keuangan/menteri kesehatan/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya, dan
kemudian ditetapkan oleh menteri keuangan/kepala daerah dengan peraturan menteri
keuangan/peraturan kepala daerah. Tarif layanan yang diusulkan dan ditetapkan tersebut
harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. kontinuitas dan pengembangan layanan;
2. daya beli masyarakat;
3. asas keadilan dan kepatutan; dan
4. kompetisi yang sehat.
Penentuan tarif harus berdasar unit cost dan mutu layanan. Dengan demikian
rumah sakit pemerintah harus mampu melakukan penelusuran (cost tracing) terhadap
penentuan segala macam tarif yang ditetapkan dalam layanan. Selama ini aspek
penentuan tarif masih berbasis aggaran ataupun subsidi pemerintah sehingga masih
terdapat suatu cost culture yang tidak mendukung untuk peningkatan kinerja atau mutu
layanan. Penyusunan tarif rumah sakit seharusnya berbasis pada unit cost, pasar
(kesanggupan konsumen untuk membayar dan strategi yang diipilih. Tarif tersebut

170
diharapkan dapat menutup semua biaya, diluar subsidi yang diharapkan.Yang perlu
diperhatikan adalah usulan tarif jangan berbasis pada prosentase tertentu namun
berdasar pada kajian yang dapat dipertanggungjawabkan.Secara umum tahapan
penentuan tarif harus melalui mekanisme usulan dari setiap divisi dalam rumah sakit
dan aspek pasar dan dilanjutkan kepada pemilik. Pemilik rumah sakit pemerintah adalah
pemerintah daerah dan DPRD

Pengelolaan Keuangan
Adanya desentralisasi dan otonomi daerah dengan berlakunya UU tentang
Pemerintahan Daerah (UU No. 32 Tahun 2004, terakhir diubah dengan UU No. 12
Tahun 2008), UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah, serta Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Penyusunan
APBD, kemudian PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum, PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, dan
Permendagri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah, membuat rumah sakit pemerintah daerah harus
melakukan banyak penyesuaian khususnya dalam pengelolaan keuangan maupun
penganggarannya, termasuk penentuan biaya.
Dengan terbitnya PP No. 23 Tahun 2005, rumah sakit pemerintah daerah
mengalami perubahan menjadi BLU.Perubahan ini berimbas pada pertanggungjawaban
keuangan tidak lagi kepada Departemen Kesehatan tetapi kepada Departemen
Keuangan, sehingga harus mengikuti standar akuntansi keuangan yang pengelolaannya
mengacu pada prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi dan efisiensi. Anggaran yang
akan disusun pun harus berbasis kinerja (sesuai dengan Kepmendagri No. 29 Tahun
2002).
Penyusunan anggaran rumah sakit harus berbasis akuntansi biaya yang didasari
dari indikator input, indikator proses dan indikator output, sebagaimana diatur
berdasarkan PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum, PMK No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Dan Pelaporan
Keuangan Badan Layanan Umum, dan khusus untuk RSUD, pengelolaan keuangannya
harus mengacu dan berdasarkan Permendagri Permendagri No. 61 Tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.

171
· Pelaporan dan Pertanggungjawaban
BLU sebagai instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan merupakan organisasi pemerintahan yang bersifat
nirlaba. Sesuai dengan Pasal 26 ayat (2) PP No. 23 Tahun 2005 yang menyebutkan
bahwa “Akuntansi dan laporan keuangan BLU diselenggarakan sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia”.
Ketentuan ini menimbulkan inkonsistensi, karena BLU merupakan badan/unit atau
organisasi pemerintahan yang seharusnya menggunakan PSAP atau Standar Akuntansi
Pemerintahan sebagaimana diatur menurut PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan, namun dalam PP No. 23 Tahun 2005 menggunakan PSAK
(Standar Akuntansi Keuangan) yang berasal dari IAI. Sebagai organisasi
kepemerintahan yang bersifat nirlaba, maka rumah sakit pemerintah daerah semestinya
juga menggunakan SAP bukan SAK.
Laporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah merupakan laporan yang
disusun oleh pihak manajemen sebagai bentuk penyampaian laporan keuangan suatu
entitas. Laporan keuangan tersebut merupakan penyampaian informasi kepada pihak-
pihak yang berkepentingan terhadap entitas tersebut, sehingga isi pelaporan keuangan
rumah sakit pemerintah daerah harus mengikuti ketentuan untuk pelaporan keuangan
sebagaimana diatur menurut SAK, yaitu sebagai organisasi nirlaba (PSAK No. 45) dan
menyanggupi untuk laporan keuangannya tersebut diaudit oleh auditor independen.
Laporan keuangan rumah sakit yang harus diaudit oleh auditor independen.
Adapun Laporan Keuangan rumah sakit pemerintah daerah sebagai BLU yang
disusun harus menyediakan informasi untuk:
1. Mengukur jasa atau manfaat bagi entitas yang bersangkutan;
2. Pertanggungjawaban manajemen rumah sakit (disajikan dalam bentuklaporan
aktivitas dan laporan arus kas);
3. Mengetahui kontinuitas pemberian jasa (disajikan dalam bentuk laporanposisi
keuangan);
4. mengetahui perubahan aktiva bersih (disajikan dalam bentuk laporan aktivitas).

172
Sehingga, laporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah mencakup sebagai
berikut:
1. Laporan posisi keuangan (aktiva, utang dan aktiva bersih, tidak disebut neraca).
Klasifikasi aktiva dan kewajiban sesuai dengan perusahaan pada umumnya.
Sedangkan aktiva bersih diklasifikasikan aktiva bersih tidak terikat, terikat
kontemporer dan terikat permanen. Yang dimaksud pembatasan permanen adalah
pembatasan penggunaan sumber daya yang ditetapkan oleh penyumbang.
Sedangkan pembatasan temporer adalah pembatasan penggunaan sumber daya
oleh penyumbang yang menetapkan agar sumber daya tersebut dipertahankan
sampai pada periode tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu;
2. Laporan aktivitas (yaitu penghasilan, beban dan kerugian dan perubahan dalan
aktiva bersih);
3. Laporan arus kas yang mencakup arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas
investasi dan aktivitas pendanaan;
4. Catatan atas laporan keuangan, antara lain sifat dan jumlah pembatasan permanen
atau temporer, dan perubahan klasifikasi aktiva bersih.
Dalam hal konsolidasi laporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah dengan
laporan keuangan kementerian negara/lembaga, maupun laporan keuangan pemerintah
daerah, maka rumah sakit pemerintah daerah sebagai BLU/BLUD mengembangkan sub
sistem akuntansi keuangan yang menghasilkan Laporan Keuangan sesuai dengan SAP
(Pasal 6 ayat (4) PMK No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Dan
Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum).
Berdasarkan PMK No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Dan
Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum dan sesuai pula dengan Pasal 27 PP No. 23
tahun 2005, maka rumah sakit pemerintah daerah dalam rangka pertanggungjawaban
atas pengelolaan keuangan dan kegiatan pelayanannya, menyusun dan menyajikan:
1. Laporan Keuangan; dan
2. Laporan Kinerja.
Laporan Keuangan tersebut paling sedikit terdiri dari:
1. Laporan Realisasi Anggaran dan/atau Laporan Operasional;
2. Neraca;
3. Laporan Arus Kas; dan

173
4. Catatan atas Laporan Keuangan
Laporan Keuangan rumah sakit pemerintah daerah tersebut sebelum disampaikan
kepada entitas pelaporan direviu oleh satuan pemeriksaan intern, namun dalam hal tidak
terdapat satuan pemeriksaan intern, reviu dilakukan oleh aparat pengawasan intern
kementerian negara/lembaga.Reviu ini dilaksanakan secara bersamaan dengan
pelaksanaan anggaran dan penyusunan Laporan Keuangan BLU.Sedangkan Laporan
Keuangan tahunan BLU diaudit oleh auditor eksternal.
Rumah Sakit Sebagai Blu: Tinjauan Aspek Pelaporan Keuangan
Organisasi BLU cenderung sebagai organisasi nirlaba kepemerintahan Sesuai
dengan PP No:23 tahun 2005 pasal 26 menyebutkan bahwa akuntansi dan laporan
keuangan diselenggarakan sesuai dengan Standar Akuntansi keuangan (SAK) yang
diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia. Ketentuan ini mengakibatkan
ketidakkonsistensian yaitu bahwa organisasi BLU yang cenderung sebagai organisasi
kepemerintahan tetapi pelaporan akuntansi menggunakan PSAK (standar akuntansi
keuangan ) dari IAI, bukan menggunakan PSAP Standar akuntansi pemerintahan).
Standar akuntansi pemerintah disusun oleh komite standar akuntansi pemerintah
(KSAP).Standar ini digunakan untuk organisasi kepemerintahan dan merupakan
pedoman dalam penyususnan dan penyajian laporan keuangan. SAP dinyatakan dalam
PSAP.
Organisasi pemerintahan sebagai organisasi yang nirlaba semestinya
menggunakan SAP bukan SAK.Oleh karena itu jika rumah sakit pemerintah sebagai
badan layanan umum semestinya juga menggunakan SAP bukan SAK, namun dalam PP
disebutkan badan layanan umum sebagai institusi yang nirlaba menggunakan
SAK.Dalam hal ini SAK yang tepat adalah PSAK no 45 yaitu standar akuntansi
keuangan utuk organisasi nirlaba.

PERBEDAAN PSAK 45 DAN SAP


PSAK 45 SAP
Badan penerbitnya IAI Badan Penerbit KSAP
Laporan keuangan: Laporan keuangan:
• Laporan aktivitas • Laporan realisasi anggaran
• Laporan posisi keuangan • Neraca

174
• Laporan arus kas • Laporan arus kas
• Catatan atas Laporan keuang • Catatan atas Laporan keuangan
Organisasi bisnis Organisasi kepemerintahan
Organisasi non kepemerintahan
Pengguna: Pengguna:
• Masyarakat • Masyarakat
• Lembaga donor • Wakil rakyat/Pengawas/Pemeriksa
• Pemerintah • Pemerintah

Laporan keuangan rumah sakit merupakan laporan yang disusun oleh


manajemen sebagai media penyampaian laporan keuangan suatu entitas.Laporan
keuangan rumah sakit merupakan penyamapaian informasi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap entitas tersebut.Nilai lebih dari rumah sakit pemerintah
menjadi badan layanan uumun ditinjau dari isi pelaporan keuangan adalah rumah sakit
harus mengikuti ketentuan untuk pelaporan keuangan organisasi nirlaba dan
menyanggupi untuk laporan keuangan tersebut diaudit olehauditor
independence. Dengan kesanggupan tersebut tentu saja diharapkan rumah sakit dapat
mencapai tata kelola yang baik dan pelaporan yang transparans.

 RUMAH SAKIT SEBAGAI BLU: TINJAUAN DARI ASPEK TEKNIS


KEUANGAN
Adanya isu desentralisasi dan perundangan yang berlaku yaitu: UU no: 22 dan
UU no: 25 tahun 1999 (UU no: 33 dan 36 tahun 2004) tentang Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah, serta Kepmendagri no: 29 tahun 2002 tentang pedoman Umum
Penyusunan APBD, UU no: 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, UU no :25 tahun
2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional, PP no: 23 tahun 2005 tentang Badan
Layanan Umum, PP no: 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah,
membuat rumah sakit harus melakukan banyak penyesuaian khusunya dalam hal
pengelolaan teknis keuangan maupun penganggaraannya, termasuk penentuan biaya.
Rumah sakit pemerintah dituntut untuk menjadi rumah sakit yang murah dan
bermutu.Dalam pengelolaannya rumah sakit pemerintah memiliki peraturan pendukung
yang terkait dnegan pengelolaan keuangan yang fleksibel. Berdasar PP no: 23 tahun

175
2005 tersebut rumah sakit pemerintah telah mengalami perubahan sebagai badan
layanan umum. Perubahan kelembagaan ini berimbas pada pertanggungjawaban
keuangan bukan lagi kepada departemen kesehatan tetapi kepada departemen
keuangan.Sebagaimana telah diuraikan di atas dari aspek pelaporan keuangan yang
harus mengikuti standar akuntansi keuangan, maka dalam pengelolaan teknis keuangan
pun harus diselenggarakan dengan mengacu pada prinsip-prinsip akuntanbilitas,
transparansi dan efisiensi.Anggaran yang disusun rumah sakit pemeritah juga harus
disusun dengan berbasis kinerja (sesuai dengan Kepmendagri no 29 tahun 2002).
Berdasar prinsip-prinsip tersebut, aspek teknis keuangan perlu didukung adanya
hubungan yang baik dan berkelanjutan antara rumah sakit,dengan pemerintah dan
dengan para stakeholder, khususnya dalam penentuan biaya pelayana kesehatan yang
mencakup unit cost, efisiensi dan kualitas pelayanan. Yang perlu dipertimbangankan
lagi adalah adalah adanya audit atau pemeriksaan bukan saja dari pihak independen
terhadap pelaporan keuangan tetapi juga perlu audit klinik. Dengan berubahnya
kelembagaan sebagai BLU tentu saja aspek teknis sangat berhubungan erat dengan basis
kinerja.
Sesuai syarat-syarat BLU bahwa yang dimaksud dengan persyaratan substantif,
persyaratan teknis dan persyaratan admnistratif adalah berkaitan dengan standar
layanan, penentuan tarif layanan, pengelolaan keuangan,tata kelola semuanya harus
berbasis kinerja.
Implementasi aspek teknis keuangan bagi rumah sakit ini akan menjadi nilai
plus dalam upayanya untuk peningkatan kualitas jasa layanan dan praktik tata kelola
yang transparan. Perhitungan dan penelusuran terhadap unit costmemerlukan
persyaratan sbb:
1. Menuntut adanya dukungan dari para stakeholder,
2. Memiliki keinginan yang kuat dari rumah sakit untuk berbenah, tanpa meninggalkan
misi layanan sosial tetapi harus tetap mengunggulkan rumah sakit sebagai
alat bargaining position,
3. Kesanggupan untuk mewujudkan desakan akuntabilitas dari publik kepada rumah
sakit, khususnya mengenai pola penentuan tariff,
4. Dukungan dari seluruh tim ahli, baik ahli medis, komite medis, sistem informasi
rumah sakit, akuntansi dan costing.

176
Dengan implementasi perubahan kelembagaan menjadi badan layanan umum,
dalam aspek teknis keuangan diharapkan rumah sakit akan memberi kepastian mutu dan
kepastian biaya menuju pada pelayanan kesehatan yang lebih baik.
 RUMAH SAKIT SEBAGAI BLU: TINJAUAN DARI ASPEK
PERPAJAKAN
Rumah sakit yang dimiliki oleh Pemerintah (RSU ataupun RSUD) didanai dari
APBN dan APBD, maka rumah sakit tidak memiliki kewajiban PPh terhadap diri
sendiri. Dengan kata lain, rumah sakit pemerintah tidak perlu melaporkan PPh 25 (SPT
Masa) maupu PPh 29 (SPT Tahunan) karena bukan subyek pajak. Namun untuk 12
kategori sebagai unit pemerintah dan bukan subyek pajak, dalam Undang-undang pajak
penghasilan terdapat empat kriteria yang harus dipenuhi rumah sakit yaitu:
1. Dibentuk berdasar peraturan perundang-undangan yang berlaku,
2. Dibiayai dengan dana yang bersumber APBN dan APBD,
3. Penerimaan lembaga tersebut dmasukkan dalam anggaran,
4. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara
Dengan demikian karena RSU/RSUD mendapatkan pembiayaan dari luar
APBN/APBD atau tidak seluruh penerimaan dan pembiayaan tercatat dalam
APBN/APBD, maka kewajiban menghitung pajak sendiri (PPh 25/29) disamakan
dengan badan swasta lain.
Berkaitan dengan PP no 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU,
apabila RSU atau RSUD (rumah sakit pemerintah) sudah mendapat penetapan sebagai
BLU, karena seluruh penerimaan dan pembelanjaan masuk APBN/APD, maka rumah
sakit pemerintah tersebut bukan merupakan subyek pajak sehingga tidak memiliki
kewajiban membayar PPh Badan (pasal 25 dan PPh 29). Namun demikian rumah sakit
pemerintah memiiliki kewajiban sebagai pemungut pajak PPh pasal 21, 23, 26, dan
pasal 4 ayat (2) berkaitan dengan aktivitas pembayaran gaji, honor, jasa, sewa, dll
kepada karyawan dan pihak ketiga.Berkaitan dengan transaksi penyerahan obat kepada
pasien, rumah sakit juga berpotensi memiliki kewajiban memungut PPN (pajak
pertambahan nilai) dan dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak.
Ketentuan khusus bagi organisasi sejenis Yayasan yang bergerak di bidang
rumah sakit berdasar SE-34/PJ.4/1995) adalah:

177
1. Obyek Pajak, yang mmenjadi obyek pajak adalah semua penghasilan yang diterima
atau diperoleh sesuai dengan ketentuan dalam UU no 17 tahun 2000, antara lain:
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari usaha, pekerjaan, kegiatan atau
jasa,
b. Bunga deposito, bunga obligasi, diskontto SBI dan bunga lainnya,
c. Sewa dan imbalan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
d. Keuntungan pengalihan harta,
e. Pembagian keuntungan dari kerjasama usaha,
2. Jenis-jenis penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan
usaha/kegiatan yang dilakukan yayasan atau organisasi sejenis yang bergerak di
bidang pelayanan rumah sakit meliputi:
a. Uang pendaftaran untuk pelayanan kesehatan,
b. Sewa kamar/ruangan di rumah sakit, poliklinik, pusat pelayanan kesehatan,
c. Penghasilan dari perawatan kesehatan seperti uang pemeriksaan dokter, operasi,
rontgen,scanning, pemeriksaan laboratorium, dll
d. Uang pemeriksaan kesehatan termasuk general check up,
e. Penghasilan dari penyewaan alat kesehatan,
f. Penghasilan dari penjualan obat,
g. Penghasilan lainnya sehubungan dengan pelayanan kesehatan,
Berkaitan dengan transaksi yang berhubungan dengan Pph 21 di rumah sakit, terdapat
ketentuan khusus bagi rumah sakit, yaitu:
1. Tenaga dokter berdasar status hubungan kerja digolongkan menjadi:
a. Dokter yang menjabat sebagai pimpinan rumah sakit,
b. Doker sebagai pegawai tetap atau honorer rumah sakit,
c. Dokter tetap yaitu dokter yang mempunyai jadwal praktek tetap tetap bukan
sebagai pegawai tetap rumah sakit,
d. Dokter tamu yaitu dokter yang merawat atau menitipkan pasiennya untuk dirawat
di rumah sakit,
e. Dokter yang menyewa ruangan di rumah sakit untuk praktek,
Sedangkan untuk penghasilan dokter dapat dibedakan menjadi:
a. Penghasilan yang bersumber dari keuangan rumah sakit atau dari imbalan lain
yang diterima oleh para dokter,

178
b. Penghasilan yang berasal dari pasien yang diterima oleh para dokter,

PENGURANGAN PENGHASILAN
Dalam ketentuan perhitungan pajak penghasilan, yang dapat dikurangkan dari
penghasilan kena pajak adalah: (a). Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan
usaha, pekerjaan, kegiatan atau pemberian jasa untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan atau biaya yang berhubungan langsung dnegan operasional
penyelenggaraan rumah sakit, (b). Penyusutan atau amortisasi atas pengeluaran untuk
memperoleh harta yang mempunyai manfaat lebih dari 1 tahun, dan (c). Subsidi yang
diberikan kepada pasien yang tidak mampu ataupun biaya pelayanan kesehatan yang
kurang mampu yang dipikul oleh yayasan atau organisasi yang sejenis yang tidak
bergerak di bidang pelayanan kesehatan.

Perlakukan pembukuan atas subsidi atau pembebanan biaya bagi pasien yang
tidak mampu adalah (a).Sejumlah bagian yang benar-benar dibayar oleh pasien
merupakan penghasilan dan biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto
adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan tagihan kepada pasien, atau
(b).Sejumlah yang seharusnya diterima atau diperoleh rumah sakit merupakan
penghasilan dan sejumlah subsidi (selisih antara yang seharusnya diterima rumah sakit
dengan yang benar-benar dibayar oleh pasien) merupakan tambahan biaya. Apabila
yayasan atau organisasi yang sejenis memberikan subsidi sebagian atau seluruh biaya
pelayanan kesehatan kepada pasien yang kurang mampu yang dirawat di rumah sakit di
bawah yayasan lain, maka pengeluaran subsidi dimaksud dapat ditambahkan sebagai
biaya oleh yasayan atau rumah sakit yang memberikan subsidi tersebut.

Akuntansi Dana
Dalam akuntansi dana untuk Rumah Sakit, penyajian laporan informasi keuangannya
mengharuskan pembentukan dana (fund) yang dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Dana Tidak Terikat (Unrestricted Fund)
Dana Tidak Terikat (Unrestricted Fund) adalah dana yang tidak dibatasi penggunaannya
pada suatu tujuan tertentu. Dana ini seperti halnya Dana Umum (General Fund) di

179
pemerintahan atau Dana Lancar Tidak Terikat (Restricted Fund) dalam akuntasi
universitas, yang dibentuk untuk menjalankan operasi organisasi sehari-hari.
2. Dana Terikat (Restricted Fund)
Dana Terikat (Restricted Fund) adalah dana yang dibatasi penggunaannya pada suatu
tujuan tertentu yang biasanya muncul karena permintaan dari pihak eksternal yang
memberikan sumbangan. Menurut sifat pembatasannya, dana ini dibedakan menjadi :
 Dana Terikat Sementara Waktu (Temporarily Restricted Fund), yaitu dana dengan
pembatasan yang bersifat sementara, dan
 Dana Terikat Permanen (Permanently Restricted Fund), yaitu dana dengan
pembatasan yang bersifat permanen.
Aktiva (aset) yang tergolong terikat dicatat pada Dana Umum, sementara satu atau
lebih dana yang lain digunakan untuk mencatat aktiva yang terikat sementara waktu
dan terikat permanen. Selengkapnya, dana-dana yang umum digunakan dalam
akuntansi dana untuk Rumah Sakit dapat dilihat pada Figur berikut ini

 Dana Umum
Dana Umum (General Fund) digunakan untuk mencatat sumber daya/dana yang
diterima dan dibelanjakan dalam menjalankan kegiatan operasional utama dari
Rumah Sakit. Dalam Dana Umum, direksi Rumah Sakit dapat menetapkan

180
pembatasan berupa penyisihan atas sumber daya tertentu (board-designated
resources). Dalam hal ini, dana yang disisihkan tetapdianggap sebagai Dana Terikat
namun pencatatannya harus mencantumkan tujuan penyisihan dana tersebut. Hal ini
disebabkan oleh karena dana yangdisisihkan berbeda dengan dana yang dibatasi
penggunaannya. Penyisihan dana berasal dari inisiatif internal direksi Rumah Sakit,
sedangkan pembatasan penggunaan dana berasal dari pihak eksternal Rumah Sakit
yang mensponsori dana tersebut.
 Dana Terikat
Kelompok dana (Fund groups) yang digolongkan sebagai Dana Terikatdigunakan
untuk mencatat dana yang penggunaannya dibatasi oleh donor ataupihak yang
mensponsori dana tersebut. Secara garis besar, seperti dijelaskansebelumnya
kelompok Dana Terikat ini dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pembatasannya bersifat sementara (temporarily restricted), yangtermasuk ke
dalam Dana Terikat Sementara adalah :
 Dana Untuk Tujuan Khusus (Specific Purpose Funds), yaitu danaatau kekayaan
yang dibatasi penggunaannya pada tujuan tertentu.
 Dana Terikat Waktu (Time Restricted Funds), yaitu dana ataukekayaan yang
dibatasi penggunaannya sampai batas waktutertentu, dan
 Dana Penggantian dan Pengembangan Fasilitas (Plant Replacementand
Expansion Funds), yaitu dana atau kekayaan yang khususdialokasikan untuk
pembangunan dan/atau pengembangan aktivatetap.
2) Yang pembatasannya bersifat tetap (permanently rescrited).Sedangkan yang
termasuk dalam Dana Terikat Permanen adalah
 Dana Abadi (Endouwment Funds). Deskripsi singkat tentang masingmasingdana
tersebut dapat dilihat pada bagan sebelumnya. Yang perludiperhatikan adalah
bahwa dalam Dana Abadi, dana hanya bolehdigunakan sebagai modal/pokok,
yang biasanya akandikelola/diinvestasikan misalnya dalam deposito.
Penghasilan dariInvestasi inilah yang baru dapat digunakan baik untuk tujuan
umum (tidakterikat) maupun untuk tujuan khusus (terikat sementara).

181
A. ILUSTRASI TRANSAKSI
1. Dana Umum
Rumah Sakit Bahagia telah memberikan jasa kepada para pasiennya total senilai Rp
2.600.000 jika diukur menggunakan tarif standar. Dari jumlah ini, terdapat penyesuaian
kontraktual yang harus dikurangkan senilai Rp 240.000. Ayat jurnalnya adalah sebagai
berikut :
 Piutang 2.600.000
Pendapatan Jasa Pasien 2.600.000
 Penyesuaian Kontraktual 240.000
Piutang 240.000
Selain pendapatan yang berasal dari pasiennya, Rumah sakit Impian juga memperoleh
pendapatan dari kantin, apotik, dan lahan parkir yang dikelolanya total senilai Rp
30.000. Ayat jurnalnya adalah sebagai berikut :
 Kas 30.000
Pendapatan Program Lainnya 30.000
Selama 20X6, Rumah Sakit Impian rnengakui beban operasi senilai Rp 2.590.000.Dari
jumlah itu, senilai Rp 2.125.000 dibayar tunai dan sisanya merupakan penggunaan
aktiva dibayar di muka, penyisihan piutang tak tertagih, depresiasi, dan utang. Selain itu
Rumah Sakit Impian juga menerima sumbangan jasa senilai Rp 10.000. Ayat jurnalnya
adalah sebagai berikut :
 Belanja-Jasa Keperawatan 800.000
Belanja-Jasa Profesional Lainnya 620.000
Belanja-Jasa Umum 700.000
Belanja-Jasa Fiskal 100.000
Belanja-Jasa Administrasi 80.000
Belanja-Biaya Malpraktik 30.000
Belanja-Piutang Tak Tertagih 60.000
Belanja-Depresiasi 200.000
Kas 2.125.000
Estimasi Piutang Tak Tertagih 60.000
Persediaan 90.000
Belanja Dibayar Dimuka 5.000

182
Akumulasi Depresiasi 200.000
Utang Usaha 50.000
Utang Gaji 30.000
Utang Biaya Malpraktik 30.000

 Belanja-Jasa Profesional Lainnya 10.000


Pendapatan Donasi Jasa 10.000

Selain donasi jasa seperti disinggung di atas, Rumah Sakit Impian juga menerima
donasi aktiva dalam bentuk uang tunai senilai Rp 63.000 dan dalam bentuk obat-obatan
senilai Rp30.000.Kedua donasi tersebut tidak terikat penggunaannya. Ayat jurnalnya
adalah sebagai berikut:
 Kas 63.000
Sumbangan-Tidak Dibatasi 63.000
 Persediaan 30.000
Sumbangan-Tidak Dibatasi 30.000
Pendapatan lain yang diperoleh Rumah Sakit Impian selama 20X6 adalah pendapatan
senilai Rp10.000 dari investasi yang dananya ditentukan oleh direksi rumah sakit sendiri
(board designated funds) bagi pengembangan rumah sakit di masa depan. Sebagai
tambahan, Rumah Sakit Impian juga memperoleh keuntungan seniiai Rp 5.000 dari
penjualan peralatannya. Ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:
 Kas-Disisikan untuk Pembangunan Gedung 10.000
Pendapatan Investasi 10.000
 Kas 55.000
Akumulasi Depresiasi 50.000
Aktiva Tetap 100.000
Keuntungan Penjualan Aktiva 5.000

183
Ayat jurnalnya adalah sebagai berikut :
 Kas 180.000
Penerimaan Transfer-Pelepasan Saldo Dana 180.000
 Kas 200.000
Penerimaan Transfer-Pelepasan Saldo Dana 200.000

 Aktiva Tetap 25.000


Penerimaan Transfer-Pelepasan Saldo Dana 25.000

 Kas 12.000
Penerimaan Transfer-Pelepasan Saldo Dana 12.000
Sedangkan berikut ini adalah ayat-ayat jurnal untuk mencatat beberapa transaksi lain
dalam Dana Umum dari Rumah sakit Impian selama tahun 20X6.
 Kas 2.250.000
Estimasi Piutang Tak Tertagih 5.000
Piutang 2.300.000
 Persediaan 50.000
Kas 50.000

184
 Kas 50.000
Investasi 50.000
 Aktiva Tetap 250.000
Kas 250.000
 Wesel Bayar 5.000
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 60.000
Utang Usaha 90.000
Utang Gaji 25.000
Kas 180.000
 Kas 35.000
Utang Pihak Ketiga 35.000

 Utang Jangka Panjang 50.000


Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 15.000
 Investasi 15.000
Keuntungan Investasi Belum Direalisasi 15.000
2. Dana untuk tujuan khusus
Tahun 20X6, Dana untuk Tujuan Khusus dari Rumah Sakit Impian mencatat
pendapatan senilai Rp 66.000 dari investasi dengan menggunakan aktiva dalam dana
tersebut, dan mencatat sumbangan dari sponsor/donor senilai Rp 115.000. Ayat
jurnalnya adalatr sebagai berikut:
 Kas 66.000
Pendapatan Investasi-Terikat 66.000
 Kas 115.000
Sumbangan-Terikat 115.000
Karena telah memenuhi persyaratan untuk digunakan dalam operasi selama tahun 20X6,
maka dana senilai Rp 180.000 ditransfer dari Dana untuk Tujuan Khusus ke Dana
Umum. Ayat jurnalnya adalah sebagai berikut lihat juga ayat jurnal
 Pengeluaran Transfer-Pelepasan Saldo Dana 180.000
Kas 180.000

185
3. Dana Terikat Waktu
Selama tahun 20x6 Dana Terikat Waktu dari Rumah piutang senilai rir 12.000 yang
langsung ditransfer jurnalnya adalah sebagai berikut [lihat juga ayat jurnal
Kas 12.000
Piutang 12.000
Pengeluaran Transfer-Pelepasan Dana 12.000
Kas 12.000
Dana Penggantian dan Pengembangan Fasilitas
Selama tahun 20X6 Dana Penggantian dan Pengembangan Fasilitas dari Rumah Sakit
Impian mendapatkan donasi dari pihak sponsor senilai Rp 25.000dalam bentuk
peralatan dan senilai Rp 60.000 dalam bentuk uang tunai selain itu.Rumah sakit Impian
juga memperoleh pendapatan investasi senilai Rp 7.000 daridana yang dikelola dalam
dana ini. Ayat jurnalnya adalah sebagai berikut :
Aktiva Tetap 25.000
Sumbangan-Terikat 25.000
Kas 60.000
Sumbangan-Terikat 60.000
Kas 7.000
Pendapatan Investasi-Terikat 7.000
Selanjutnya, selama tahun 20X6 terdapat peralatan senilai Rp 25.000 yangsudah dapat
digunakan untuk operasi rumah sakit dan dana senilai Rp 200.000 yangditransfer dari
Dana Penggantian dan Pengembangan Fasilitas ke Dana Umumkarena persyaratan
penggunaannya sudah dipenuhi.
Ayat jurnalnya adalah sebagai

Aktiva Tetap 200.000


Kas 200.000
Pengeluaran Transfer-Pelepasan Saldo Dana 25.000
Aktiva Tetap 25.000
Berikut ini adalah transaksi-transaksi lain yang terkait dengan Dana Penggantian dan
Pengembangan Fasilitas selama tahun 20X6. Transaksi ini berupapenagihan piutang

186
sebesar Rp 105.000 dan pembelian investasi sebesar Rp122.000 dengan menggunakan
dana ini.
Kas 105.000
Piutang atas Janji 105.000
Investasi 122.000
Kas 122.000
Dana Abadi
Selama 20X6 Dana Abadi Rumah Sakit Impian memperoleh sumbangan dalambentuk
uang tunai senilai Rp 415.000. Dari jumlah ini, senilai Rp 400.000
langsungdiinvestasikan, Ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:
Kas 415.000
Sumbangan-Terikat 415.000
Investasi 400.000
Kas 400.000
D. Laporan Keuangan Di Rumah Sakit
Akuntansi ialah suatu sistem yang merupakan salah satu pokok kegiatan
dalammanajemen keuangan yang terdiri dari kegiatan mencatat, mengklasifikasikan
danmenyimpulkan semua transaksi dan kejadian-kejadian dalam suatu organisasi
yangmenyangkut keuangan, sehingga didapatkan suatu data atau informasi yangberguna
untuk pengambilan keputusan.Ditinjau dari segi pembukuan, akuntansi dibagi menjadi 2
sistem yang sangatpenting yaitu :
1) Sistem Cash Basis atau Kas Stelsel
Dalam sistem ini hanya dicatat "penerimaan" dari pengeluaran uang,sehingga
sebetulnya sistem ini sangat sederhana, mudah dikerjakan dan tidakmemerlukan
keahlian tinggi.Sistem ini telah dipakai oleh pemerintah kitatermasuk Rumah Sakit
Pemerintah.
2) Accrual Basis
Pada sistem ini transaksi dan peristiwa diakui pada saat kejadian, bukanpada saat hak
diterima atau dibayar, dan dicatat serta dilaporkan pada periodeyang bersangkutan.
Dengan kata lain penghasilan diakui pada saat penyerahanbarang/jasa, bukan pada saat
kas diterima; dan biaya diakui pada saatterjadinya, buka pada saat kas dibayarkan.
Dengan metode aktual, harta diakuipada saat diperoleh kepemilikannya.

187
Terdapat empat laporan keuangan utama yang dihasilkan oleh prosesakuntansi, yaitu :
1) Laporan Posisi Keuangan
Laporan Posisi Keuangan Rumah Sakit tidak mempunyai perbedaanmendasar, baik isi
maupun proses penyusunan, dari sudut pandang ilmuakuntansi dibandingkan dengan
neraca perusahaan yang sering kita kenal disektor komersial. Namun demikian ada
beberapa hal yang secara khusus perludiperhatikan, antara lain :
a) Kas
Jumlah kas yang tercatat di neraca tidak termasuk jumlah kas padadana terikat yang
tidak dapat digunakan untuk kegiatan operasi (misalnya,kas yang terdapat pada Dana
Pembangunan dan Dana Abadi)
b) Piutang
Piutang harus dilaporkan pada jumlah yang diperkirakan dapatdirealisasi.Denga
demikian, dibuat penyajian tentang “penyisihan piutangtak tertagih.” Rumah sakit
biasanya juga memberikan pelayanan social,yaitu pelayanan kesehatan Cuma-Cuma
bagi pasien yang dapat
menunjukkan bahwa ia tidak mampu membayar menurut criteria yangtelah ditetapkan
rumah sakit. Dalam kasus ini, layanan yang diberikantidak memenuhi syarat untuk
diakui baik sebagai piutang maupunpendapatan dalam laporan keuangan rumah sakit.
c) Investasi
Investasi awal dicatat pada harga perolehan pada saat pembelin,atau pada nilai wajar
pada saat penerimaan jika investasi diterima sebagaipemberian. Hasil dari investasi
yang tidak dibatasi (unrestricted) harusdiklasifikasikan sebagai perubahan saldo dana
pada laporan operasirumah sakit.
d) Aktiva Tetap
Aktiva tetap dilaporkan bersama dengan akumulasi depresinyadalam dana umum. Hal
ini berbeda dengan kebanyakan entitaspemerintah yang melakukan pencatatan
aktivanya dalam suatu dana ataukelompok dana tertentu.
e) Aktiva Yang Disisihkan
Klasifikasi aktiva terikat (restricted assets) hanya diberikan padadana yang
penggunaannya dibatasi oleh pihak eksternal rumah sakit yangmensponsori dana
tersebut. Jadi, aktiva yang ditetapkan untuk tujuantertentu oleh pihak internal rumah
sakit dan dikendalikan sendiri tidak

188
diklasifikasikan sebagai aktiva terikat (restricted assets), namun dianggapsebagai aktiva
yang disisihkan (limited assets). Aktiva yang disisihkan iniadalah sumber daya yang
sebelumnya dijelaskan sebagai board designedresources.
f) Utang Jangka Panjang
Utang jangka panjang dilaporkanpada neraca. Hal ini berbedadengan kebanyakan
entitas pemerintah yang melakukan pencatatanutang jangka panjangnya dalam suatu
dana atau kelompok dana tertentu.
g) Saldo Dana
Sesuai dengan kaidah pembagian dana yang telah dijelaskan, saldodana yang dimiliki
oleh rumah sakit dipisahkan menjadi
(1) terikat, yangdapat digunakan dengan bebas seusai kebijakan rumah sakit,
(2) terikatsementara waktu, yang baru dapat digunakan ketika kriteria tertentu
dari
pihak sponsor terpenuhi,
(3) terikat permanen, yang dikelola danhanya dapat digunakan hasilnya saja.

2) Laporan Operasi
Untuk Rumah Sakit, hasil dari kegiatan operasinya dilaporkan dalamLaporan
Operasi (Statement of Operations). Laporan ini mencakuppendapatan, beban, untung
dan rugi, serta transaksi lainnya yangmempengaruhi saldo dana selama periode berjalan.
Dalam laporan operasi
harus dinyatakan suatu indikator kinerja seperti halnya laba bersih dalamperusahaan,
yang melaporkan hasil kegiatan operasi berjalan. Contoh laba lainyang dimaksud adalah
pendapatan investasi (baik yang direalisasi maupunbelum direalisasi). Judul dari
indikator kinerja ini misalnya “surplus pendapatandan sumbangan lainnya atas Belanja”.
Perubahan lainnya dalam saldo dana selama periode berjalan harusdilaporkan
setelah indikator kinerja, misalnya transfer-transfer yang terjadisecara interrnal antar
dana yang ada.Berikut adalah pos-pos lain yang juga perlu menjadi perhatian.
a) Pendapatan Jasa Pasien
Pendapatan dari pasien dihitung pada jumlah bruto denganmenggunakan tarif
standar.Jumlah tersebut kemudian dikurangi denganpenyesuaian kontraktual
(contractual adjusments) menjadi PendapatanBersih Jasa Pasien.

189
b) Penyesuaian Kontraktual
Penyesuaian Kontraktual berasal dari keterlibatan pihak ketiga dalamproses penggantian
pembayaran medis. Perusahaan asuransi biasanyamengganti kurang dari jumlah tarif
standar penuh untuk jasa medis yangdisediakan bagi pasien yang menjadi tanggungan
asuransi.MeskipunRumah Sakit memiliki tarif standar untuk jasa-jasa yang
diberikannyanamun Rumah Sakit bisa saja menjalin kontrak dengan pembayar
pihakketiga dimana Rumah Sakit menerima jumlah pembayaran yang lebihrendah untuk
jasa-jasa tersebut.Dalam hal ini, Rumah Sakit membuatPenyesuaian Kontraktual dari
tarif jasa normalnya.
c) Pendapatan Dari Kegiatan Lainnya
Pendapatan dari kegiatan lainnya mencerminkan pendapatan dari sumbersumberbukan
pasien, seperti kantin dan sewa parkir.Pendapatan tersebutbiasanya mencerminkan
jumlah bersih dari operasinya, jadi bukan jumlahbrutonya.
d) Transfer Antar Dana
Tidaklah tepat untuk tetap mengelola aktiva dalam Dana Terikat ketikapersyaratan yang
ditetapkan oleh pihak sponsos/donor sudah terpenuhi.Dalamhal ini, aktiva tersebut
harus ditransfer dari Dana Terikat ke Dana Tidak Terikat.Untuk tujuan pelaporan
keuangan, transfer antardana ini dilaporkan dalamLaporan Operasi sebagai “Pelepasan
Saldo Dana” dan ditunjukkan sebagaipenambahan atas Dana Tidak Terikat.
e) Beban Dana Umum
Beban-beban dalam Dana Umum diakui secara akrual, seperti halnya padaentitas
komersial.
f) Sumbangan
Sumbangan (donasi) dibagi menjadi donasi yang berbentuk jasa danberbentuk
aktiva.Karena sering kali sulit untuk menetapkan nilai dari donasiyang berbentuk jasa,
maka nilai dari donasi ini biasanya tidak dicatat. Namun,jika terdapat kebutuhan untuk
melakukan pencatatan, maka perkiraan nilai daridonasi jasa dicatat sebagai Sumbangan
yang langsung diikuti dengan beban
dalam jumlah yang sama. Sedangkan donasi yang berbentuk aktiva dilaporkanpada nilai
wajar pada tanggal diterimanya sebagai sumbangan.Jika donasiaktiva ini
penggunaannya dibatasi oleh pihak sponsor/donor maka dilaporkandalam Dana Terikat

190
Sementara atau Dana Terikat Permanen.Ketikapembatasannya sudah tidak berlaku lagi,
maka dilakukan transfer dari DanaTerikat ke Dana Umum.
3) Laporan Perubahan Aset Bersih
Laporan ini menyajikan perubahan dalam ketiga kategori aktiva bersih, yaitu
Tidak Terikat, Terikat Sementara, dan Terikat Permanen.
4) Laporan Arus Kas
Format dari Laporan ini serupa dengan yang digunakan untuk Entitas Komersial

191
192
193
194
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim Dkk, 2012. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah Edisi 4.
Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Bastian Indra, 2001, Akuntansi Sektor Publik Di Indonesia, Bpfe Ugm,

Baswir, Revrisond. (1995). Akuntansi Pemerintahan Indonesia. Yogyakarta : Bpfe.

Bpkp. (2002). Modul Pelatihan Dasar-Dasar Akuntansi 1. Jakarta : Badan Pengawasan


Keuangan Dan Pembangunan.

Cleverley. 1982. Handbook Of Health Care Accounting And Finance.

Dewma,D. 2012. Karakteristik Organisasi Sektor


Publik.Http://Dewidewma.Blogspot.Co.Id.Diakses Pada Tanggal 11 September
2017

Halim,A. 2007.Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah


Jilid 3.Salemba Empat.Jakarta.348 Halaman

Https://Www.Academia.Edu/13520180/Pelaporan_Keuangan_Universitas
Https://Www.Scribd.Com/Doc/122459524/Modul-11-Akuntansi-Universitas
Http://Tiasaccountingworld.Blogspot.Co.Id/2013/11/Akuntansi-Universitas.Html
Http://Accountingareas.Blogspot.Co.Id/2013/05/Akuntansi-Universitas.Html
Https://Novael.Wordpress.Com/2013/11/13/Struktur-Pemerintah-Tungkat-Pusat-Dan-
Daerah-Di-Indonesiaa
Http://Abusyadza.Wordpress.Com/2008/05/07/Gambaran-Umum-Sistem-Akuntansi-
Pemerintah-Pusat/
Http://Mitoyono.Blogspot.Com/2011/01/Sistem-Akuntansi-Pemerintah-Pusat.Html
Http://Lontar.Ui.Ac.Id/File?File=Digital/126688-6110-Evaluasi%20strategi-
Metodologi.Pdf
Http://Mitoyono.Blogspot.Co.Id/2011/01/Sistem-Akuntansi-Pemerintah-Pusat.Html
Https://Intanghina.Wordpress.Com/2009/04/25/Akuntansi-Pemerintahan/
Http://Www.Akuntansilengkap.Com/Akuntansi/Akuntansi-Pemerintahan-Adalah-3-
Hal-Definisi-Tujuan-Karakteristik/

Ihyaul Ulum, 2004, Akuntansi Sektor Publik, Umm Press, Yogyakarta.

Indra Bastian Dkk, 2002. Sistem Akuntansi Sektor Publik . Penerbit Salemba Em Pat.
Jakarta

Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.


Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia.

195
Kurniawan, T.A.2008.Akumtansi Sektor Publik Dan Akuntansi
Swasta.Https://Www.Google.Co.Id/Amp/S/Sijenius.Wordpress.Com.Diakses Pada
Tanggal 11 September 2017

Kieso, Weygandt, Warfield. 2001. Intermediate Accounting. John Wiley & Sons, Inc.
Usa

Mardiasmo.Akuntansi Sektor Publik. Andi Yogyakarta, Yogyakarta, 2002. Yogyakarta

Nordiawan Deddi, 2006, Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta.


Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010

196

Anda mungkin juga menyukai