Anda di halaman 1dari 22

Makalah Kelompok 4.

AKUNTANSI SYARIAH
KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
SYARIAH

Disusun Oleh :

WA HAISA (B1C1 15 136)

WA ODE JOHARNIATI (B1C1 15 140)

WA ODE SYERIN ZAETULLAH (B1C1 15 206)

NUR HAFIATUL SAID (B1C1 15 215)

RASNAWATI (B1C1 15 225)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAL
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah

2.1.1 Tujuan Kerangka Dasar


2.1.2 Pemakai dan Kebutuhan Informasi
2.1.3 Paradigma Transaksi Syariah
2.1.4 Asas Transaksi Syariah
2.1.5 Karakteristik Transaksi Syariah
2.1.6 Tujuan Laporan Keuangan
2.1.7 Bentuk Laporan Keuangan
2.1.8 Asumsi Dasar
2.1.9 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
2.1.10 Kendala Informasi yang Relevan dan Andal
2.1.11 Unsur-unsur Laporan Keuangan
2.1.12 Pengukuran Unsur Laporan Keuangan

2.2 Konsep Dasar Akuntansi Menurut AAOIFI dan Pemikir Islam

2.2.1 Tujuan Akuntansi Keuangan dan Laporan Keuangan


2.2.2 Pemakai dan Kebutuhan Informasi
2.2.3 Paradigma, Asas, dan Karakteristik Akuntansi Syariah
2.2.4 Bentuk Laporan Keuangan
2.2.5 Syarat Kualitatif Laporan Keuangan Menurut AAOIFI
2.2.6 Perdebatan Para Pemikir Akuntansi Mengenai Kerangka Akuntansi
2.2.7 Beberapa Pemikiran ke Depan

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Kritik dan Saran

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Akuntansi Syariah
ini dengan baik dan dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapar bantuan dari
beberapa pihak. Untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan besar dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kesalahan sehingga
kami masih sangat membutuhkan masukkan dan saran kepada pembaca guna
meyempurnakan makalah ini.

Akhir kata kami berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat terhadap
pembaca sekalian.
Penulis

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut sifatnya, ilmu akuntansi termasuk ilmu hilir, yaitu ilmu yang bersifat
terapan, yang mempunyai kaitan erat ilmu atau peristiwa yang terjadi sebelumnya. Ilmu
ekonomi merupakan ilmu tentang bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan menggunakan sumber daya yang telah tersedia di alam semesta ini dan
melibatkan sektor produksi, distribusi, investasi, dan konsumsi. Ilmu ekonomi akan
diikuti oleh teori ekonomi yang menjelaskan dan memprediksikan gejala-gejala ekonomi,
dan akan sangat di pengaruhi oleh sistem ekonomi yang dianutnya dalam Negara yang
menerapkannya. Di dunia ini dikenal adanya sistem ekonomi kapitalis, sistem sosialis,
dan juga sistem ekonomi syariah (shariah economic system ). Masing-masing sistem
ekonomi tersebut memiliki paradigma yang berbeda diantara satu dan lainnya. Oleh
karena itu sistem ekonomi mempengaruhi sistem akuntansi maka sistem akuntansi akan
sangat tergantung dari paradigma sistem ekonomi yang dipakainya di suatu Negara.

Dalam literature teori akuntansi, akuntansi adalah multi paradigm science yaitu
akuntansi bermulti paradigma, artinya akuntansi dapat dikembangkan untuk mendukung
ekonomi dengan mengikuti paradigma dari sistem ekonominya. Apabila sistem ekonomi
kapitalis maka sistem akuntansinya juga sistem akuntansi kapitalis, apabila sistem
ekonomi syariah maka sistem akuntansinya juga sistem akuntansi syariah, demikian juga
ilmu dan teori akuntansinya. Karena akuntansi termasuk multi paradigm science maka
mustahil akuntansi mempunyai teori akuntansi yang general berlaku disegala sistem
ekonomi berlainan paradigma. Oleh karena itu akuntansi memerlukan kerangka dasar
untuk akuntansi dan pelaporan keuangan , tidak tekecuali dalam akuntansi syariah.

Sehingga dianggap perlu untu mempelajari lebih lanjut tentang kerangka dasar .

tentang penusunan dan penyajian laporan akuntansi syariah yang dapat memeperjelas
perbedaan antara sisten akuntansi syariah dengan sistem akuntansi lain

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.) Bagaimana Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan


Syariah ?
2.) Bagaimana Konsep Dasar Akuntansi Menurut AAOIFI dan Pemikir Islam?

1.3 TUJUAN

Tujuan utama makalah ini adalah:

a) Untuk mengetahui kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan


syariah menurut PSAK.
b) Untuk mengetahui konsep dasar akuntansi syariah menurut AAOIFI dan pemikir
Islam.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (PSAK)

2.1.1 Tujuan Kerangka Dasar


Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari
penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para penggunanya.
Kerangka ini berlaku untuk semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan
oleh entitas syariah maupun entitas konvensional baik sector public maupun
sector swasta. Tujuan Kerangka Dasar ini adalah untuk digunakan sebagai
acuan bagi :
1. Penyusun standar akuntansi syariah, dalam pelaksanaan tugasnya.
2. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah
akuntansi syariah yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan
syariah.
3. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan disusum sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang
berlaku umum
4. Para pemakai laporan keuangan, Dalam menafsirkan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar
akuntansi keuangan syariah

2.1.2 Pemakai dan Kebutuhan Informasi


Pemakai laporan keuangan meliputi :
1. Investor sekarang dan investor potensial ; hal ini karena mereka harus
memutuskan apakah akan membeli, menahan atau menjual investasi
atau penerimaan dividen.
2. Pemilik dana qardh ;untuk mengetahui apakah dana qardh dapat di
bayar pada saat jatuh tempo.
3. Pemilik dana syirkah temporer ; untulk memberikan keputusan pada
investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang bersaing dan
aman
4. Pemilik dana titpan ; untuk memastikan bahwa titipan dana dapat
diambil tiap saat
5. Pembayar dan penerima zakat, infaq, sedekah dan wakaf ; untuk
informasi tentang sumber dan penyaluran dana tersebut.
6. Pengawas syariah ; untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga
syariah terhadap prinsip syariah.
7. Karyawan ; untuk nmemperoleh informasi tentang stabilitas dan
profitabilitas entitas syariah.
8. Pemasok dan mitra usaha lainnya ; untuk memmperoleh informasi
tenteng kemampuan entitas membayar utang pada saat jatuh tempo
9. Pelanggan ; untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan hidup
entitas syariah
10. Pemerintah serta lembaga lembaganya ; untuk memperoleh informasi
tentang aktivitas entitas syariah, perpajakan, serta kepentingan nasional
lainnya.
11. Masyarakat ; untuk memperoleh informasi tentang kontribusi entitas
terhadap masyarakat dan Negara.
2.1.3 Paradigma Transaksi Syariah
Transaksi syariah didasarkan pada paradigm dasar bahwa alam semesta
diciptakan oleh tuhan sebagai amanah dan sarana kebahagiaan hidup bagi
seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material
dan spiritual. Substansinya adalah bahwa setiap aktivitas manusia memiliki
akuntabilitas dan nilai ilahiah yang menempatkan perangkat syariah dan
akhlak sebagai parameter baik dan buruk, benar dan salahnya aktivitas
usaha. Dengan cara ini akan terbentuk karakter tata kelolah yang baik (good
governance).
2.1.4 Asas Transaksi Syariah
Transaksi syariah berdasarkan pada prinsip :
1. Persaudaraan (ukhuwah), yang berarti bahwa transaksi syariah
menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam memperoleh manfaat,
sehingga seseorang tidak boleh mendapat keuntungan di atas kerugian
orang lain.
2. Keadilan (adalah), yang berarti selalu menempatkan sesuatu hanya
pada yang berhak dan sesuai pada posisinya.
3. Kemaslahatan (maslahah), yaitu segala bentuk kebaikan dan manfaat
yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta
individual dan kolektif.
4. Keseimbangan ( tawazun), yaitu keseimbangan antara aspek material
dan spiritual, antara aspek privat dan public, antara sector keuangan dan
rill, antara bisnis dan social, serta antara aspek pemanfaatan serta
pelestarian.
2.1.5 Karakteristik Transaksi Syariah
Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas transaksi
syariah harus memenuhi karakteristik dan persyaratan antara lain :
1. Transaksi hanya dilakukan dengan prinsip saling paham dan saling rida
2. Prinsip kebebasn bentransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik
3. Uang hanya sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai , bukan
sebagai komoditas
4. Tidak mengandung unsur riba, kezaliman, gharar, haram.
5. tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money)
6. Transaksi yang dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan
benar serta keuntunga n untuk semua pihak
7. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan dan rekayasa
penawaran
8. Tidak mengandung unsure kolusi dengan suap menyuap.
2.1.6 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi,
menyangkut posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, tujan
lainnya adalah :
1. Meningkatkan kepatuhan terhadap prisip syariah
2. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah
3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab
entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana,
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.
4. Informasi tentang tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam
modal dan pemilik dana syirkah temporer ; dan informasi mengenai
pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi social entitas syariah
termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, dan wakaf.
2.1.7 Bentuk Laporan Keuangan
Laporan keuangan entitas syariah terdiri atas :
1. Posisi keuangan entitas syariah disajikan sebagai neraca. Laporan ini
menyajikan informasi tentang sumberdaya yang dikendalikan, stuktur
keuangan, likuiditas dan solvabilita serta kemampuan beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan. Laporan ini berguna untuk
memprediksi kemampuan perusahaan dimasa yang akan dating.
2. Informasi kinerja entitas syariah, disajikan dalam laporan laba rugi.
Laporan ini diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya
ekonomi yang munkin dikendalikan di masa depan
3. Informasi perubahan posisi keuangan entitas syariah, yang dapat
disusun berdasarkan devinisi dana seperti seluruh sumber daya
keuangan, modal kerja, asset likuit atau kas.
4. Informasi lain seperti, laporan penjelasan tentang pemenuhan fungsi
social entitas syariah.
5. Catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari informasi
tambahan yang relefan termasuk pengungkapan tentang resiko dan
ketidakpastian yang mempengaruhi entitas.
2.1.8 Asumsi Dasar
1. Dasar akrual
Laporan keuangan disajikan atas dasar actual, maksudnya bahwa
pengaruh transaksi dan peristiwa yang alain diakui pada saat kejadian
dan diungkapkan dalam cacatan akuntansi serta dilaporkan dalam
laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan
informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang
melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban
pembayaran kas dimasa depan serta sumber daya yang
merepsesentasikan kas yang akan diterima di masa depan
Namun dalam penghitungan pendapatan untuk tujuan bagi hasil usaha
menggunakan dasar kas. Hal ini disebabkan bahwa prinsip pembagian
hasil usaha berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau hasil yang dimaksud
adalah keuntungan bruto.
2. Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan
usaha entitas syariah yang akan melanjutkan usahanya dimasa depan.
Oleh karena itu, entitas syariah diasumsikan tidak bermaksud atau
berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala
usahanya.
2.1.9 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteris kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam
laporan keuangan berguna bagi pemakai terdapat. Empat Karakteris
kualitatif pokok yaitu :
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasiyang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk ,memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki
kualitas relevan kalau dapat memengaruhi keputusan ekonomi pemakai
dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini,
dan masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi di
masa lalu.
3. Keandalan
Andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian
yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara
wajar diharapkan dapat disajiakan.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus membandingkan laporan keuangan entitas syariah antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja
keuangan. Agar dapat dibandingkan, informasi tentang kebijakan
kuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan
perubahn kebijakan serta pengaruh perubahantersebut juga harus
diungkapkan termasuk ketaatan atas standar akuntansi yang berlaku.
2.1.10 Kendala Informasi yang Relevan dan Andal
Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai
berikut:
1. Tepat Waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka
informasi yang disajikan akan kehilangan relevansinya. Manajemen
mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relative antara pelaporan tepat
waktu dan ketentuan informasi andal.
2. Keseimbanga antar biaya dan manfaat
Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan suatu kendala
yang dapat terjadi dari suatu karakteristik kualitatif. Manfaat yang
dihasilkan informasi harusnya melebihi biaya perusahaan. Namun
demikian, secara substansi, evaluasi biaya dan manfaat merupakan suatu
proses pertimbangan.
3. Keseimbangan di antara Karakteristik Kualitatif
Dalam praktek, keseimbangan atau trade-off di antara berbagai
karakteristik kualitatif sering diperlukan. Pada umumnya tujuannya
adalah untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara
berbagai karakteristik untuk memenuhi tujuan laporan keuangan.
Kepentingan relatif dari berbagai karakteristik dalam berbagai kasus
yang berbeda merupakan masalah pertimbangan profesional.
4. Penyajian Wajar
Laporan keuangan sering dianggap menggambarkan pandangan yang
wajar dari, atau menyajikan dengan wajar, posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan. Meskipun kerangka dasar
ini tidak menangani secara langsung konsep tersebut, penerapan
karakteristik kualitatif pokok dan standar akuntansi keuangan yang
sesuai biasanya menghasilkan laporan keuangan yang menggambarkan
apa yang pada umumnya dipahami sebagai suatu pandangan yang wajar
dari, atau menyajikan dengan wajar, informasi semacam itu.
2.1.11 Unsur unsur Laporan Keuangan
Sesuai karakteristik, laporan keuangan entitas syariah , antara lain meliputi :
1. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial
yang terdiri atas laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus
kas, serta laporan perubahan ekuitas.
Posisi Keuangan
Unsur yang berkaitan langsung dengan pengukuran posisi keuangan
adalah
a. Asset, adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas syariah.
b. Kewajiban, utang entitas syariah masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu.
c. Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi
jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya di mana entitas
syariah mempunyai hak hak untuk mengelolahdan menginvestasikan
dana tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan
kesepakatan.
d. Ekuitas adalah hak residual atas asset entitas syariah setelah
dikurangi kewajiban dan dana syirkah temporer.
Kinerja
Unsure yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih
adalah penghasilan dan beban. Unsure penghasilan dan beban
didefinisikan berikut ini.
a. Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama
suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan
asset atau penurunan.
b. Beban expenses adalah penurunan manfaat ekonomo selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya asset
atau terjadinya kewajiban yang melibatkan penurunan ekuitas yang
tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal, termasuk di
dalamnya beban untuk pelaksanaan aktivitas entitas syariah maupun
kerugian yang timbul.
Hak pihak ketiga atas bagi hasil
Hak pihak ketiga atas bagi hassil dana syirkah temporer adalah bagian
bagi hasil pemilik dana atas keuntungan dan kerugian hasil investasi
bersama entitas syariah dalam suatu periode laporan keuangan.
2. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan social,
meliputi laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan
sumber dan penggunaan dana kebajikan.
3. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatn dan
tanggung jawab khusus entitas syariah tersebut.
2.1.12 Pengukuran Unsur Laporan Keuangan
Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan
kombinasi yang berbeda dalam laporan keuangan. Berbagai dasar
pengukuran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Biaya historis (historical cost)
Asset dicatat sebesar pengeluaran kas atau setara kas yang dibayar
sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh asset
tersebut pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari
kewajiban atau dalam keadaan tertentu, dalam jumlah kas yang
diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam
pelaksanaan usaha normal.
2. Biaya kini (current cost)
Asset dinilai dalam jumlah kas atau setara kas yang seharusnya dibayar
bila asset yang sama atau setara diperoleh.
Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas atau setar kas yang tidak
didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan
kewajiban sekarang.
3. Nilai realisasi/ penyelesaian (realizable/settlement value)
Asset dinilai dalam jumlah kas atau setara kas yang dapat diperoleh
sekarang dengan menjual asset dalam pelepasan normal (orderly
disposal).
Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian : yaitu jumlah kas
yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibyrkan untuk
memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.

Laporan Keuangan Bank Syariah (PSAK 101)


Laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri atas :
1. Neraca;
2. Laporan Laba Rugi;
3. Laporan Arus Kas;
4. Laporan Perubahan Ekuitas;
5. Laporan Perubahan Dana Investasi Terkait;
6. Laporan Rekonsiliasi Pendaptan Dan Bagi Hasil;
7. Laporan Sumber Dan Penggunaan Dan Zakat;
8. Laporan Sumber Dan Penggunaan Dan Kebajikan ; Dan
9. Catatan Atas Laporan Keuangan.

2.3 Konsep Dasar Akuntansi Menurut AAOIFI dan Pemikir Islam

2.3.1 Tujuan Akuntansi Keuangan dan Laporan Keuangan


Kerangka dasar akuntansi disadari begitu sangat penting, dan untuk itu
AAOIFI telah mengeluarkan pernyataan No.1 dan No. 2 . tujuan akuntansi
keuanganuntuk lembaga keuangan syariah menurut AAOIFI yaitu sebagai
berikut :

1. Dapat digunakan sebagai panduan bagi dewan standar untuk


menghasilkan standar yang konsisten.

2. Tujuan akan membantu bank dan lembaga keuangan syariah untuk


memilih berbagai alternative metode akuntansi pada saat standar
akuntansi belum mengatur

3. Tujuan akan membantu untuk memandu manajemen dalam membuat


pertimbangan /judgement pada saat akan menyusun laporan keuangan

4. Tujuan jika diungkapkan dengan baik, akan meningkatkan


kepercayaan pengguna serta meningkatkan pemahaman informasi
akuntansi sehi ngga akhirnya akan meningkatkan keperecayaan atas
lembaga keuangan syariah

5. Penetapan tujuanyang mendulkung penyusiunan standar akuntansi


yang konsisten..

2.1.1 Pemakai dan Kebutuhan Informasi

Pemakai laporan keuangan menurut AAOIFI antara kain sebagai erikut :

1. Pemegang saham
2. Pemegang investasi
3. Pemilik dana
4. Pemilik dana tabungan
5. Pihak yang melakukan transaksi bisnis
6. Pengelolah zakat
7. Pihak yang mengatur

2.3.2 Paradigma, Asas, dan Karakteristik Akuntansi Syariah


Paradigma, Asas, dan Karakteristik Transaksi Syariah tidak dapt
dipisahkan dari ekonomi Islam, karena ekonomi Islam merupakan
pelaksanaan syariah Islam dalam lkonteksmuamalah. Hal ini
menunjukkan bahwa transaksi syariah seharusnya didasarkan atas prinsip
dasar ekonomi Islam dalam rangka mencapai tujuan syariah (maqashidus
Shariah). Prinsip dasar dalam ekonomi Islam menurutIbnu Al-Arabi
adalah sebagai berikut.

1. Tidak boleh adanya bunga dan perdagangan tersebut adalah halal


2. Tidak boleh dilakukan secara tidak adil
3. Tidak boleh memasukkan hal-hal yang belum pasti.

4. Harus mempertimbangkan Al- Maqasid dan Al Masalih. Di mana Al


MAqasid adalah tujuan harus selalu sesuai dengan tuntunan Islam.
Sedangkan Al Masalih adalah kesejahteraan atau perbaikan di muka
bumi.

2.3.3 Bentuk Laporan Keuangan


Laporan Keuangan yang diminta oleh AAOIFI adalah :
1. Laporan perubahan posisi keuangan
2. Laporan laba rugi
3. Laporan perubahan ekuitas atau laporan perubahan saldo
laba
4. Laporan arus kas
5. Laporan Perubahan Investasi Yang Dibatasi Dan
Ekuivalennya
6. Laporan Sumber Danpenggunaan Dana Zakat Serta Dana
Sumbangan
7. Laporan Sumber Dan Penggunaandana Qard Hasan

2.3.1Syarat Kualitatif Laporan Keuangan Menurut AAOIFI

1) Relevan, syarat ini berhubungan dengan proses pengambilan keputusan sebagai


alasan utama disusunnya lporan keuangan.
2) Dapat diandalkan. Syarat ini berhubungan dengan keandalan informasi yang
dihasilkan
3) Dapat dibandingkan. Informasi keuangan dapat dibandingkan antara lembag
keuangan syariah lainnya dan dintara dua periode akuntansi yang erbeda bagi
lembaga keuangan yang sama.
4) Konsisten. Metode yang akn digunakan untuk perhitungan dan pengungkapan
akuntansi yang sam untuk dua periode penyajian laporan keuangan.
5) Dapat dimengerti. Informasi yang disajikan dapat dimengerti dengan mudah
bagi rata-rata pengguna laporan keuangan.

2.1.2 Perdebatan Para Pemikir Islam Mengenai Kerangka Akuntansi

Pembahasan Kerangka akuntansi syariah langsung dijelaskan pada konsep


masing masing sehingga tidak dikelompokkan kembali sebagai asumsi, karakteristik
kualitatif, dan sebagainya.

1. Konsep unit akuntansi

Konsep ini diartikan bahwa setiap perusahaan adalah suatu unit akuntansi yang terpisah
dan harus dibedakan dengan pemiliknya atau dengan perusahaan lain (Belkout, 2000). Terdapat
beberapa teori tentang kepemilikan di antaranya adalah sebagai berikut.

Proprietary Theory (Teori Pemilikan), dimana kepemilikan terhadap


perusahaan tercermin pada akun ekuitas sehingga persamaannya Aset-
Kewajiban=Ekuitas atau Aktiva- Kewajiban= Modal .
Entity Theory ( Teoti Kekayaan), dimana pemilik adalah hanya memiliki
hak atas sebagian dari kepemilikan perusahaan, karena pemilik adalah
hanya salah satu yang berhak atas perusahaan, sehingga persamaanya
adalah Aset=Kewajiban+Ekuitas atau Aktiva=Ekuitas(modal) .

Para ulama fikih baik klasik maupun kontemporer serta para pemilik akuntansi
islam, masih berbeda pandapat mengenai teori ini. Mereka yang mendukung
diantarannya adalah Adnan dan Gaffikin(1997), Abdul Rahman (Napier, 2007), Attiah
(1989). Konsep tersebut beralasan bahwa dalam islam ada juga konsep akuntansi yang
harus terpisah daru unit akuntansi seperti Wakaf, Baitul Mall, Zakat, dan pemerintahan.
Dasar yang digunakan oleh ulama fikih yang setuju dengan konsep ini adalah firma Allah
dalam QS 4:29.. Kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama
suka diantara kamu.. dan dalam hadis Nabi Muhammad SAW: orang mukmin itu
(dalam urusan mereka) menurut syarat yang telah mereka sepakati, kecuali satu syarat,
yaitu, menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.

2. Kegiatan usaha yang berkelanjutan

Konsep berkelanjutan ini dijelaskan mengasumsikan bahwa perusahaan akan terus


berkelanjut di masa yang akan dating.
Pendapat ini didukung dengan mengatkan bahwa islam sangat mendukung orang
yang bekerja dan menabung untuk mengantisipasi masa depn. Sebagaiman di
sampaikan dalam QS. 57;7 dan Al Hadis; Allah menyayangui orang-orang yang
mencari nafkah yang baik dan menafkahkannya secara sederhana serta menabung
sisanya untuk persiapan pada hari ia membutuhkan dan pada hari fakirnya (HR.
Muslim).

Konsep ini banyak dikritisi oleh para pemikir akuntansi termasuk para pemikir islam,
seperti Adnan dan Gafifkin 1997. Dengan alas an bhwa semua makhluk hidup adalah
fana dan hanya Allah yang akn terus hidup selamanya.

3. Satuan mata Uang.

konsep ini memiliki dua konsekuensi. Pertama, akuntan hanya akan


memperhitungkan segala sesuatu yang hanya dapat dinyatakan dengan mata
uang serta mengabaikan informasi yang tidak dapat disajikan dalam satuan
mata uang. Kedua, mengabaikan kenyataan bahwa daya beli mata uang tidak
selamanya sama karena adanya inflasi. Perubahan harga akan menimbulkan
dua masalah dalam akuntansi yaitu masalah penilaian dan masalah
pengukuran.

Pemikir akuntasi dan ulama fikih berbeda pandapat tantang konsep ini, antara lain adalah
Ahmed (Napier, 2007) yang menyatakan bahwa penggunaan uang sebagai alat
perhitungan dalam lingkungan inflasi tinggi sangat dipertanyakan . penyebabnya adalah
islam memerintahkan untuk berbuat adil seperti tercantum dalam QS 6:152, QS 7:85,
serta QS 4:29. Inflasi menurunkan nilai sesungguhnya dari pinjaman dengan Qard Hasan
karena pemberi pinjaman akan menerima nilai yang lebih kecil.

AAOFI menerima konsep ini berdasarkan hasil pertemuan The Islamic Academy di
Kuwait pada bulan Desember 1988 yang menyatakan bahwa utang seharusnya dinilai
pada jumlah uang tanpa melihat perubahan nilai uangnya. Pemikir akuntansi yang
menerima konsep ini, bersikap pragmatis karena belumada metode yang lebih baik lagi
mengatasi masalah ini,yaitu:

1. Entitas unit akuntansi


Konsep ini diartikan bahwa setiap perusahaan adalah suatu unit akuntansi yng
ter[pisah dan harus dibedakan dengan pemiliknya atau dengan perusahaan lain.
Terdapat bebrapa teori tentang kepemilikan diantarnya adalah :
a) Propriety Theory, dimana kepemilikan terhadap perusahaan tercermin
pada akun ekuitas sehingga persamaannya Aset kewajiban = Ekitas
b) Entity theory, pemilik hanya memiliki hak atas sebagian dari
kepemilikan perusahaan, sehingga persamaannya, Aset = Kewajiban +
Ekuitas.
Para ulama fikih , masih berbeda pendapt mengenai teori ini. Mereka
yang mendukung ialah Adnan dan Gafiffki (1997). Konsep tersebut
beralasan bahwa dalm islam ada juga konsp akuntansi yang harus terpisah
seperti : wakaf bitul mal, zakt dan pemerintahan. Dasar yang digunakan
oleh para ulama yang setuju adalh firman Allah dalam QS. 4;29
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka
diantara kamu. Sedangakan mereka yang tidak setuju dengan konsep ini
diantarnya : Gambling dan Karim (1991) beralasan bahwa perusahaan
adalah suatu bentuk entitas hokum yang tidak dapat dipisahkan dengan
pemiliknya terutama terutama yang berkaitan dengan utang.
2. Kegiatan usaha yang berkelanjutan
Konsep berkelanjutan ini dijelaskan mengasumsikan bahwa
perusahaan akan terus berkelanjut dimasa yang akan datang.Pendapat
ini didukung dengan mengatkan bahwa islam sangat mendukung
orang yang bekerja dan menabung untuk mengantisipasi masa depn.
Sebagaiman di sampaikan dalam QS. 57;7 dan Al Hadis; Allah
menyayangui orang-orang yang mencari nafkah yang baik dan
menafkahkannya secara sederhana serta menabung sisanya untuk
persiapan pada hari ia membutuhkan .
(Hr.Muslim).
Konsep ini banyak dikritisi oleh para pemikir akuntansi termasuk para
pemikir islam, seperti Adnan dan Gafifkin 1997. Dengan alas an bhwa
semua makhluk hidup adalah fana dan hanya Allah yang akn terus
hidup selamanya.
3. Periodisasi
Menurut konsep ini, adanya perubahn atas kekayaan perusahaan pada
laporan keuangan harus dijelaskan secar periodic (belkoui,2000). Konsep ini
berhubungan dengan konsep ini berhiubungan dengan usaha yang berkelanjutan.
4. Satuan mata uang
5. Koservatif
6. Harga perolehan
7. Penandingan antar pendapatan dan beban
8. Dasar akrual
9. Pengungkapan penuh
10. Substansi mengungguli bentuk

2.2.7 Beberapa Pemikiran ke Depan

Berdasarkan dinamika pemikiran konsep konsep di atas , ada sebagian


pemikir akuntansi Islam yang mengusulkan terobosan pemikiran yang k
berbeda. Yaitu

a) Neraca yang menggunakan Nilai saat ini (current value balance sheet),
untuk mengatasi kelemahan dari historical cost yang kurang cocok dengan
pola perhitungan zakat yang mengharuskan perhitungan kekayaan dengan
nilai sekarang. Alasan lain, adalah dengan menggunakan nilai sekarang akan
mempermudah pengguna laporan keuangan untuk mengambil keputusan
karena nilai yang disajikan lebih relevan dibandingkan nilai historical cost.
b) Laporan Nilai Tambah (value added statement),
yaitu sebagai pengganti laporan laba atau sebagai laporan tambbah atas neraca
dan laporan laba rugi. Usulan ini didasarkan atas pertimbangan bahwa unsur
terpenting didalam akuntansi syariah bukanlah kinerja operasional (laba
bersih), tetapi kinerja dari sisi pandang para stakeholders dan nilai sosial yang
dapat didistribusikan secara adil kepada sekelompok yang terlibat dengan
dengan perusahaan dalam menghasilkan nilai tambah.
c) Konsep nilai tambah pada awalnya dikembangkan dalam akuntansi sosial dan
lingkungan (Mook, 2003)
dan dianggap sebagai jawaban atas kelemahan akuntansi keuangan
konvensional sehingga diusulkan sebagai laporan tambahan.
d) Selanjutnya Baydoun dan Willet (1994,2000)mengusulkan bentuk
laporan nilai tambah syariah setelah melakukan rekonstruksi
melalui telaah filosofis-teoritis akuntansi syariah. Format Value
Statedment yang diusulkan oleh Baydoun dan Willet (1994, 2000)
adalah sebagai berikut:
Value Added statement
For the period ended
Source:
- Revenues xxx
- Bough in items xxx
- Revaluation xxx
- Sub Total Sources: xxx

Distributions:

- Beneficiaries xxx
- Govemment xxx
- Employess xxx
- Owners
- Charities xxx
- Reinvested Fund xxx
- Profit Retained xxx
- Revaluation xxx
Sub total Distributions: xxx

Dalam perkembangan selanjutya, syariah value added statement


dianggap lebih sesuai dengan aktivitas ekonomi islam yang adil dan beretika,
serta sejalan dengan tujuan akuntabilitas dari akuntansi syariah, khususnya
pendapatan dan beben yang harus ditanggung oleh pulik. Pemikir akuntansi
islam juga melakukan perubahan atas format value added statement dengan
cara megeluarkann zakat yang awalnya dianggap bagian dari charity dan
menyajikan secara khusus setelah Gross Value Added. Hal ini sesuai dengan
makna zakat yang bukan hanya sekedar sumbangan tetapi juga memiliki nilai
pembersihan serta merupakan hal yang wajib bagi muslim
BAB3

3.1 Kesimpulan

Akuntansi dikembangkan untuk mendukung ekonomi dengan


mengikuti paradigma dari sitem ekonominya. Jadi, akuntansi
memerlukan kerangka dasar untuk akuntansi dan pelaporan
keuangan,tidak tekecuali dalam akuntansi syariah. Ada berbagai
macam kerangka dasar akuntansi. Yaitu: Keuangan dasar penyusunan
dan penyajiann laporan keuangan syariah (KDPPLKDS) menurut
PSAK, Konsep dasar akuntansi menurut AAOIFI dan Konsep dasar
akuntansi menurut Pemikir Islam. Berbagai macam kerangka dasar
akuntansi tersebut memiliki perbedaan. KDPPLKDS menurut PSAK
dan Konsep dasar akuntansi menurut AAOIFI mempunyai perbedaan
dalam segi paradigma, asas, karakteristik, bentuk laporan keuangan,
syarat laporan keuangan dan sebagainnya.

3.1 Kritik dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

http://lidonarta.blogspot.com/2012/07/kerangka-dasar-penyusunan-dan-
penyajian.html.diakses pada 17-09-13 Pkl.12.30
Suwiknyo Dwi.,Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. 2010

http://www.slideshare.net/namlaelfa/kerangka-dasar-penyusunan-dan-penyajian-laporan-
keuangan-syariah.

Anda mungkin juga menyukai