Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PERSPEKTIF ONTOLOGIS, EPISTIMOLOGIS,


DAN ASPEK AKSIOLOGIS DALAM
AKUNTANSI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu Akuntansi yang diampuh oleh
Bapak Mattoasi, S.Pd,. SE. M.Si, P.hD

Oleh : Kelompok 8

Mohamad Yuda Olatapa (921420066)


Ni Nyoman Dina Anjani (921420122)
Sri Mulyani Ahmad (921420143)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI S1 - AKUNTANSI KELAS C

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT yang atas rahmat dan kasih
sayang-Nya, kami dapat menyelasaikan makalah ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada kekasih kita semua Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kehidupan dari
zaman kegelapan menuju ke zaman yang terang menderang.

Makalah ini kami susun guna memperdalam pemahaman mengenai Filsafat Ilmu
Akuntansi. Kami haturkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung terlibat dalam pengerjaan makalah ini. Terutama kepada Bapak
Mattoasi, S.Pd,. SE. M.Si, P.hD sebagai dosen pengampuh.

Demikian kami sampaikan, besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat dan
digunakan dengan sebaik-baiknya.

Gorontalo, 05 April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

2.1 Perspektif Ontologi Dalam Akuntansi..............................................................................2

2.2 Perspektif Epistimologi Dalam Akuntansi........................................................................3

2.3 Aspek Aksiologi Dalam Akuntansi...................................................................................4

BAB III PENUTUP.................................................................................................................iii

3.1 Kesimpulan........................................................................................................................iii

3.2 Saran..................................................................................................................................iii

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iv

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Filsafat merupakan sikap atau pandangan hidup dan sebuah bidang
terapan untuk membantu individu untuk mengevaluasi keberadaannya dengan
cara yang lebih memuaskan. Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan
pemahaman membawa kita kepada tindakan yang telah layak, filsafat perlu
pemahaman bagi seseorang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan karena
ia menentukan pikiran dan pengarahan tindakan seseorang untuk mencapai
tujuan. Filsafat membahas segala sesuatu yang ada bahkan yang mungkin ada
baik bersifat abstrak ataupun riil meliputi Tuhan, manusia dan alam semesta.
Sistematika filsafat secara garis besar ada tiga pembahasan pokok atau
bagian yaitu; epistemologi atau teori pengetahuan yang membahas bagaimana
kita memperoleh pengetahuan, ontologi atau teori hakikat yang membahas
tentang hakikat segala sesuatu yang melahirkan pengetahuan dan aksiologi atau
teori nilai yang membahas tentang guna pengetahuan.
Setiap toeri tidaklah mucul secara tiba-tiba, tetapi muncul melalui proses asumsi,
pengujian dan pengambilan kesimpulan, hingga pada suatu titik tertentu suatu
teori menjadi ilmu pengetahuan yang diakui kebenarannya.

1.1 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana antologi dalam ilmu akuntansi?
2. Bagaimana epistemologi dalam ilmu akuntansi?
3. Bagaimana aksiologis dalam ilmu akuntansi?
4. Apa itu teori akuntansi positif, teori agency, teori signaling?
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Bagaimana antologi dalam ilmu akuntans
2. Untuk mengetahui Bagaimana epistemologi dalam akuntans
3. Untuk mengetahui Bagaimana aksiologi dalam akuntansi
4. Untuk mengetahui apa itu teori akuntansi positif, teori agensi, teori
signaling
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ontologi Dalam Ilmu Akuntansi


Ontologi adalah teori of being atau teori keberadan. Ontologi adalah asumsi
filosofis yang berkaitan dengan pandangan manusia tentang realitas yatu
membicarakan sesuatu dibalik yang tampak (Suriasumantri, 1993). Ontologi
berkaitan dengan obyek apa yang ingin dipelajari baik obyek material
maupun obyek formal dan bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan
daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan. Obyek material
adalah segala sesuatu (materi) yang dipelajari oleh ilmu pengetahuan,
sedangkan obyek formal adalah sudut pandang suatu ilmu pengetahuan
dalam mempelajari obyek materinya.
Berdasarkan obyek yang dipelajari penulis menfokuskan pada dua aliran
filsafat yaitu aliran realisme dan aliran idealism (Mc Pherson, 2015).
Pertama, realism yang dicetuskan pertama kali oleh Socrates yaitu aliran
yang menyatakan obyek-obyek yang diketahui adalah nyata dalam dirinya
sendiri. Obyek tersebut tidak tergantung pada yang mengetahui, atau tidak
tergantung pada pikiran. Pikiran dan dunia luar saling berinteraksi, tetapi
interaksi ini tidak mempengaruhi sifat dasar dunia (Meng, 2016). Dunia akan
tetap ada sebelum pikiran menyadari dan dunia akan tetap ada setelah
pikiran menyadari. Jadi dengan pernyataan di atas maka dapat disimpulkan
yang obyek yang dipelajari adalah materi. Segala sesuatu yang tidak
berhubungan dengan materi seperti sesuatu yang tidak nyata yang meliputi
mental dan spiritual bukan merupakan obyek dari yang dipelajari. Bila
dikaitkan dengan obyek formal yaitu sudut pandang suatu ilmu pengetahuan
dalam mempelajari obyek materinya maka aliran realism menganut sudut
pandang/paradigma positivist.
Paradigma positivist merupakan paradigma yang muncul paling awal
dalam dunia ilmu pengetahuan dimana keyakinan dasar pada aliran ini
menyatakan bahwa realitas berada (exist) dalam kenyataan dan berjalan
sesuai dengan hukum alam (natural law). Aliran ini berupaya
mengungkapkan kebenaran realitas yang ada, dan bagaimana realitas
tersebut senyatanya berjalan. Paradigma positivist sebenarnya mengadop
dari ilmu alam (natural science) dimana Auguste Comte melalui karyanya,
The Course of Positive Philosopy berusaha menerapkan metode-metode
dengan presisi kuantitatif ilmu-ilmu alam (terutama fisika, matematika dan
biologi) untuk menemukan prinsip-prinsip keteraturan dan perubahan di
dalam masyarakat sehingga menghasilkan susunan pengetahuan baru yang
bisa dipakai untuk mereorganisasi masyarakat demi perbaikan umat
manusia. Salah satu ciri paling penting dari paradigma ini adalah keyakinan
bahwa fenomena sosial itu memilki pola dan tunduk pada hukum
deterministis seperti layaknya hukum-hukum yang mengatur ilmu alam. Jadi
yang merupakan obyek yang dipelajari dalam paradigma positivist adalah
fenomena sosial yang nyata dan bersifat materi dan bagaimana inderawi
menangkap obyek sehinga membuahkan ilmu pengetahuan.
Kedua idealisme yaitu aliran filsafat ilmu yang mengedepankan ilmu sebagai
obyek . Semua bentuk realita adalah hasil pemikiran dari ide . Idealism muncul
karena adanya feed back dari realism yang mengagungkan materi sebagai obyek
yang dipelajari. Aliran ini menyatakan bahwa ide akan selalu ada ketika manusia
hidup dan berpikir.

2.2 Epistemologi Dalam Akuntansi


Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menye lidiki asal mula,
susunan, metode-metode, dan status sahnya pengetahuan. Epistemologi
membicarakan sumber-sumber pengetahuan dan bagaimana cara
memperoleh pengetahuan tersebut. Epistemologi juga disebut sebagai teori
pengetahuan, itulah sebabnya kita sering menyebutnya dengan filsafat
pengetahuan, karena ia membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan penge
tahuan. Istilah epistemologi ini pertama kali muncul dan digunakan oleh J.F.
Ferrier pada tahun 1854 M.
Epistemologi adalah teori of knowledge yang diartikan sebagai teori
pengetahuan yang benar. Epistemologi adalah cabang dari filsafat yang
mengkaji tentang pengetahuan terutama dari segi apa yang dimaksud dengan
pengetahuan, jenis-jenis pengetahuan dan asal mula pengetahuan
(Suriasumantri, 1993).
Inti pendekatan epistemologi adalah mempersoalkan bagaimana proses
terjadinya ilmu pengetahuan, termasuk didalamnya sarana ilmiah, sikap
ilmiah, metode, kebenaran ilmiah. Pemikiran merupakan landasan utama
dalam melakukan kegiatan ilmiah yan akan menggabungkan kemampuan
akal dengan pengalaman dan data yang diperoleh selama melakukan
kegiatan ilmiah. Debat tentang epistemologi oleh karena itu dibedakan
antara positivisme (yang berusaha untuk menjelaskan dan memprediksi apa
yang akan terjadi pada dunia sosial dengan mencari kebiasaan dan
hubungan kausal antara elemen‐elemen pokoknya) dan antipositivisme (yang
menentang pencarian hukum atau kebiasaan pokok dalam urusan dunia
sosial yang berpendapat bahwa dunia sosial hanya dapat dipahami dari sudut
pandang individu yang secara langsung terlibat dalam aktifitas yang
diteliti).  
Ada beberapa aliran filsafat untuk memperoleh pengetahuan yaitu pertama,
positivism berpendapat bahwa kepercayaan-kepercayaan yang bersifat
dogmatis harus digantikan dengan pengetahuan yang berdasarkan fakta dan
apapun yang berada di luar pengalaman tidak perlu diperhatikan. Dalam
menemukan kebenaran, pendekatan positivist harus terukur, teramati,
empiris dan bertujuan membuat generalisasi. Kedua, rasionalism dimana
aliran ini berupaya memperoleh kebenaran yang didasarkan pada logika.
Segala pengertian, pengetahuan dan kebenaran bersumber dari akal, budi
atau rasio. Kedaulatan rasio diakui sepenuhnya dengan sama sekali
menyisihkan panca indra, sebab pengetahuan indera hanya menyesatkan
saja. Menurut aliran ini semua ilmu berasal dari pemahaman intelektual
manusia yang dibangun atas kemampuan berargumentasi secara logis.
Ketiga, empirism dimana aliran ini berlawanan dengan rasionalism. Sumber
pangkal pengetahuan bukanlah akal budi tetapi pengalaman atau indera.
Aliran ini memandang bahwa filsafat tidak ada gunanya dalam hidup.
Sedangkan yang berguna adalah ilmu yang diperoleh melalui indera
(pengalaman). Atau dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran adalah
dengan meningkatkan pengalaman (indera) sehingga kebenarannya adalah
aposteriori. Keempat, critical mencoba mengatasi perdebatan antara
empirisme dan rasionalisme. Aliran ini berusaha menjawab persoalan
pengetahuan. Salah satu tokohnya adalah Immanuel Kant. Menurut Kant,
waktu dan ruang adalah dua bentuk pengamatan. Akal menerima bahan
pengetahuan dari empiris (hasil pengamatan), bahan-bahan yang berasal
dari pengamatan ini masih kacau, kemudian diatur oleh akal dalam bentuk
pengamatan yakni ruang dan waktu. Bahan-bahan tersebut diurutkan,
pengamatan merupakan permulaan pengetahuan, sedangkan pengolahan
oleh akal merupakan pembentukannya.
2.3 Aksiologi dalam akuntansi
Pada poin – poin di atas telah dijelaskan tentang onotologi dan episteomlogi.
Ontology membahas tentang hakikat dari seuatu ilmu, sedangkan
epistemology membahas bagaimana ilmu tersebut diperoleh. Padapoin ini
akan dibahas bidang filsafat selanjutnya yaitu aksiologi. Aksiologi
menjelaskan tentang hakikat nilai dan penilaian, dan merupakan bagian dari
bidang filsafat yang menjelaskan bagaimana manusia menggunakan ilmunya.
Jujun S. Suriasumantri mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Jadi menurut
saya, aksiologi adalah bidang ilmu filsafat yang membahas tentang tujuan
ilmu pengetahuan itu sendiri, dan mempelajari hakikat dan manfaat yang
sebenarnya dari ilmu pengetahuan tersebut. Oleh karena pada dasarnya
aksiologi membahas tentang manfaat dari ilmu pengetahuan maka ilmu
pengetahuan tersebut harus disesuaikan dengan nilai budaya dan moral
masyarakat, sehingga manfaat dari ilmu pengetahuan tersebut benar – benar
bisa dirasakan oleh masyarakat.
Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang mempersoalkan nilai terutama
berhubungan dengan masalah atau teori umum formal mengenai nilai
(Suriasumantri, 1993). Nilai merupakan sesuatu yang abstrak yang tidak
dapat diukur secara statistik atau kuantitatif tetapi nilai menjadi sangat
konkret dalam suatu kondisi atau situasi tertentu. Contoh: Di dalam Laporan
Keuangan apakah laba yang diperoleh perusahaan sudah mencerminkan
nilai keadilan (spiritual) dalam arti apakah perolehannya sudah disebarkan
untuk kemaslahatan pegawai dari tingkat bawah sampai tingkat atas atau
apakah laba yang diperoleh sudah mencerminkan nilai-nilai etika dan sesuai
dengan prinsip syariah di dalam pencapaiannya.
Aliran positivisme memandang bahwa ilmu pengetahuan akan dapat
berkembang denga pesat apabila tidak ada ikatan nilai apapun kecuali nilai
ilmiah. Artinya pengembangan ilmu pengetahuan harus didasarkan atas nilai
ilmiah yang mengandung arti bahwa ilmu pengertahuan itu memberikan
hasil yang dipercaya, mempunyai dasar tertentu, objektif dan dapat diuji
secara kritis. Sebaliknya aliran Kritik Idiologi menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan hendaknya diarahkan pada usaha pencapaian tujuan idiologi,
karena terdapat hubungan yang erat antara ilmu dan nilai (moral). Ilmu
pengetahuan yang bebas nilai akan berbahaya pada eksistensi ilmu itu
sendiri dan bagi kehidupan manusia.Untuk menjembatani perbedaan kedua
aliran tersebut maka muncul aliran Otonomi relasional yang menyatakan
bahwa ilmu seharusnya tetap berkembang maju, tapi namun perlu dikaitkan
dengan suatu tujuan yang memerlukan tanggung jawab, karena pada
dasarnya ilmu merupakan alat bagi manusia didalam usaha memenuhi
kebutuhannya. Ilmu hendaknya dapat memberikan jaminan agar tidak
terjadi penyalah gunaan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab. Ilmu
berkembang secara otonom sehingga ia dapat dibedakan antara satu dengan
yang lainnya.

2.4 Teori Akuntansi Positif, Teori Agency dan Teori Signaling


5
6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Penulis memilih tidak memberikan saran dikarenakan segala bentuk
pengertian baik mengenai epstimologi, ontologi dan aksiologis serta teori
yang di gunaian untuk menyusun akuntansi tersebut sudah dalam penjelasan
sebaik-baiknya
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M., Ekonomi, F., & Haluoleo, U. (2011). No Title. 2(2), 136–150.
Amin, M. A. (2018). FILSAFAT TEORI AKUNTANSI. Magelang: UNNIMA PERS.
Jurana, Yamin, N. Y., & Indriasari, R. (2019). Interpretivisme: Sebuah Perspektif yang
Digunakan dalam Pengembangan Ilmu Akuntansi. 1 - 20.
Leniwati, D. (2019). PENGEMBARAAN AKUNTAN MENUJU KESADARAN
SPIRITUAL: DILIHAT DARI PERSPEKTIF ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN
AKSIOLOGI . Jurnal Akuntansi (e-Journal), 105 - 123.
Driana Leniwati.2019.’’Pengembaraan akuntan menuju kesadaran spiritual dilihat dari
prespektif ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, DAN AKSIOLOGI’’ Dalam jurnal
akuntansi Vol 10, nomor 2 (hal 105-122). Jawa timur; Universitas muhammadiyah
malang
Satrio wicaksono.’’ Tinjauan Akuntansi dari Perspektif Ontologis, Epistemologis, dan
Aksiologis’’,
tudocu.com/id/document/universitas-hasanuddin/ekstra-kokurikuler-i/tinjauan-
ontologi-epistemologi-dan-aksiologi-akuntansi/15478229
diakses pada 14 maret 2022 pukul 12.43.

iv

Anda mungkin juga menyukai