SISTEMATIKA FILSAFAT
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Ekonomi yang dibina oleh:
Di susun oleh:
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah dengan judul “Sistematika Filsafat”
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah ini dapat diselesaikan karena bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya. Kami harap makalah tentang “Sistematika Filsafat” ini dapat menjadi
referensi bagi pihak yang tertarik dan kami juga berharap agar pembaca
mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
3. Bagaimana sistematika filsafat menurut lapangan pendidikan?
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Sistematika Filsafat
Secara bahasa kata sistematika filsafat berasal dari dua kata yaitu
sistematika dan filsafat. Sistematika atau struktur dalam bahasa inggris
Systematic adalah susunan dalam kamus bahasa indonesia sistematika adalah
susunan aturan; pengetahuan mengenai sesuatu sistem. Sedangkan filsafat
adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akan budi mengenai hakikat
segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
Jadi, sistematika filsafat adalah susunan aturan tentang filsafat yang telah
disusun atau ditulis. Menurut Ahmad Tafsir (2009: 22) Hasil berpikir tentang
segala sesuatu yang ada dan mungkin ada itu tadi telah banyak sekali
terkumpul, di dalam buku-buku tebal dan tipis. Setelah disusun secara
sistematis, ia dinamakan sistematika filsafat.
2.2 Ontologi
Ontologi berasal dari bahasa yunani yaitu onto yang artinya hakikat atau
ada, sedangkan logos adalah teori. Jadi, ontologi adalah teori yang
membicarakan tentang hakikat (ada). Dalam kaitannya dengan ilmu, landasan
ontologi yaitu mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu,
bagaimana wujud hakikinya, serta bagaimana hubungannya dengan daya
tangkap manusia yang berupa berpikir, merasa, dan meng-indera yang
membuahkan pengetahuan. Objek telaah ontologi tersebut adalah yang
membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang
3
dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua bentuknya.
Adanya segala sesuatu merupakan suatu segi dari kenyataan yang mengatasi
semua perbedaan antara benda-benda dan makhluk hidup, antara jenis-jenis dan
individu-individu. Objek kajian ontologi dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek
kajian material dan objek kajian formal. Objek formal ontologi adalah hakikat
seluruh realitas atau kenyataan. Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa
didekati Ontologi dengan dua macam sudut pandang:
1. Materialisme
Aliran ini mengatakan bahwa, hakikat dari segala sesuatu yang ada, itu adalah
materi. Suatu yang ada (yaitu materi) hanya mungkin lahir dari yang ada.
2. Idealisme (Spiritualisme)
Aliran ini mengatakan bahwa, hakikat pengada (kenyataan) itu justru rohani
(spiritual). Rohani adalah dunia ide yang lebih hakiki dibanding materi. Aliran
ini menjadi jawaban atas kelemahan dari materialisme.
4
3. Dualisme
Aliran ini mempersatukan antara materi dan ide. Aliran ini berpendapat bahwa
hakikat pengada (kenyataan) dalam alam semesta ini terdiri dari dua sumber,
yaitu materi dan rohani.
4. Agnotitisme
Aliran ini adalah pendapat dari filsuf yang mengambil sikap skeptis, yaitu sikap
ragu atas setiap jawaban yang mungkin benar dan yang mungkin pula tidak.
2.3 Epistemologi
Epistemologi juga berasal dari bahasa yunani yaitu episte yang artinya
pengetahuan, sedangkan logos adalah teori. Jadi, epistemologi adalah teori
tentang pengetahuan. Objek telaah epistemologi adalah mempertanyakan
bagaimana sesuatu itu datang dan bagaimana mengetahuinya, bagaimana
membedakannya dengan yang lain. Jadi, bisa dibilang, epistemologi adalah
yang merumuskan atau membuktikan kebenaran yang sudah didapat dari kajian
ontologi. Sedangkan landasan dari epistemologi adalah proses apa yang
memungkinkan mendapatkan pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana
cara dan prosedur memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral, dan
keindahan seni, serta apa definisinya.
5
2. Rasionalisme, aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian
pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal
dan manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap
objek. Aliran ini mengoreksi kelemahan aliran empirisme, seandainya
akal digunakan maka kelemahan itu tak akan terjadi. Contohnya benda
yang jatuh di mata kecil, kecil karena jauh, gula pahit bagi orang yang
demam karena lidah orang demam tidak normal. Fatamorgana adalah
gejala alam dan sebagainya.
3. Positivisme, aliran ini brpendapat bahwa inera itu amat penting untuk
memperoleh pengetahuan, akan tetapi harus dipertajam dengan alat bantu
dan dikuatkan oleh eksperimen. Kekeliruan indera dapat dikoreksi
melalui eksperimen dan ukuran eksperimen harus jelas, panas diukur
dengan derajat panas, jauh diukur dengan meteran dan lain sebagainya.
Aliran ini tidak berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan aliran
empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama. Ia menyempurnakan
dengan eksperimen-eksperimen untuk memperoleh pengetahuan yang
tepat.
4. Intuisionisme, aliran ini berpendapat bahwa tidak hanya akal yang
terbatas, indera juga terbatas. Objek-objek yang kita tangkap adalah objek
yang berubah-ubah, dan pengetahuan kita tentangnya tak pernah tetap.
Aliran ini menyuguhkan intuisi sebagai cara untuk menghasilkan
pengetahuan yang tidak utuh (spatial). Kemampuan intuisi ini adalah
hasil evolusi dari pemahaman yang tertinggi dari kemampuan tingkat
tinggi yang dimiliki manusia.
6
2.4 Aksiologi
Aksiologi juga berasal dari bahasa Yunani, yaitu aksi yang artinya nilai,
sedangkan logos adalah teori. Jadi, aksiologi adalah teori tentang nilai atau
tentang kegunaan filsafat, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat dari
tiga hal :
Kategori nilai yang nomor satu dibawah kajian filsafat tingkah laku disebut
etika. Sedangkan kategori nilai yang nomor dua merupakan objek kajian filsafat
keindahan atau estetika.
a. Etika
Etika disebut juga filsafat moral (moral philosophy), yang berasal dari kata
ethos (Yunani) yang berarti watak. Moral berasal dari kata mos atau mores
7
(Latin) yang artinya kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia istilah moral atau etika
diartikan kesusilaan. Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan
manusia, sedang objek formal etika adalah kebaikan atau keburukan, bermoral
atau tidak bermoral.
Moralitas manusia adalah objek kajian etika yang telah berusia sangat lama.
Sejak masyarakat manusia terbentuk, persoalan perilaku yang sesuai dengan
moralitas telah menjadi bahasan. Berkaitan dengan hal itu, kemudian muncul
dua teori yang menjelaskan bagaimana suatu perilaku itu dapat diukur secara
etis. Teori yang dimaksud adalah deontologis dan teologis.
Deontologis
Teori Deontologis diilhami oleh pemikiran Immanuel Kant, yang terkesan kaku,
konservatif dan melestarikan status quo, yaitu menyatakan bahwa baik
buruknya suatu perilaku dinilai dari sudut tindakan itu sendiri, dan bukan
akibatnya. Suatu perilaku baik apabila perilaku itu sesuai norma-norma yang
ada.
Teologis
Teori teologis lebih menekankan pada unsur hasil. Suatu perilaku baik jika buah
dari perilaku itu lebih banyak untung daripada ruginya, dimana untung dan rugi
ini dilihat dari indikator kepentingan manusia. Teori ini memunculkan dua
pandangan, yaitu egoisme dan utilitarianisme (utilisme). Tokoh yang
mengajarkan adalah Jeremy Bentham (1742 – 1832), yang kemudian diperbaiki
oleh john Stuart Mill (1806 – 1873).
b. Estetika
8
berkaitan dengan refleksi kritis terhadap nilai-nilai atas sesuatu yang disebut
indah atau tidak indah.
Dalam perjalanan filsafat dari era Yunani kuno hingga sekarang muncul
persoalan tentang estetika, yaitu: pertanyaan apa keindahan itu, keindahan yang
bersifat objektif dan subjektif, ukuran keindahan, peranan keindahan dalam
kehidupan manusia dan hubungan keindahan dengan kebenaran. Sehingga dari
pertanyaan itu menjadi polemik menarik terutama jika dikaitkan dengan agama
dan nilai-nilai kesusilaan, kepatutan, dan hukum.
9
Filsafat praktis. Cabang ini mencakup: ilmu etika yang mengatur
kesusilaan dan kebahagiaan dalam hiodup perseorang, ilmu
ekonomi yang mengaturg kesusilaan dan kemakmuran di dalam
negara.
Filsafat peotika (Kesenian). Pembagian Aristoteles ini merupakan
permulaan yang baik sekali bagi perkembangan pelajaran filsafat
sebagai suatu ilmu yang dapat dipelajari secara teratur. Ajaran
Aristoteles sendiri, terutama ilmu logika, hingga sekarang masih
menjadi contoh-contoh filsafat klasik yang dikagumi dan
dipergunakan.
1) Metafisika : filsafat tentanngn hakikat yang ada di balik fisika,
hakikat yang bersifat transenden, di luar jangkauan pengalaman
manusia.
2) Logika : filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah.
3) Etika : filsafat tentang perilaku yang baik dan yang buruk.
4) Epistemology : filsafat tentang ilmu pengetahuan.
5) Filsafat-filsfat khusus lainnya : filsafat agama, filsafat manusia,
filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat
pendidikan, dan sebagainya.
10
mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi
normative ilmiah, yaitu :
Pendekatan Progresif
Bahwa dasar pendidikan adalah sosiologi atau filsafat social
humanism, yang skeptis terhadap kenyataan yang metafiss
transcendental. Kenyataan adalah perubahan artinya kenyataan hidup
yang essensial adalah kenyataan yang selalu berubah dan berkembang,
bahwa tujuan dan dasar hidup dan pendidikan relative ditentukan oleh
perkembangan tenaga pengambang sejarah atau sosial manusia dan
alat saran hidup dan penghidupan manusia ditentukan oleh tenaga
social dan keduanya bersifat kontinyu.
Pendekatan Tradisional
Bahwa dasar pendidikan adalah filsafat dan ilmu pengetahuan
normatif yang lain, sehingga mempelajari filsafat harus mengetahui
tentang filsafat bahwa nilai norma yang benar adalah nilai norma yang
absolud, universal dan obyektif. Tujuan yang baik dan benar
menentukan alat dan sarana artinya tujuan yang baik harus dicapai
dengan saran yang baik pula serta factor-faktor pengembang dan
social adalah memberikan alat dan tujuan hidup pendidikan yang
didasarkan pada aliran filsafat tertentu.
11
b) Kategori filsafat religious theistis meliputi segala macam aliran agama
yang paling tidak terdiri atas empat besar agama di dunia dan segala
variasi sekte-sekte agama masing-masing.
c) Kategori filsafat sisial politik. Kategori ini dalam sejarah dikenal
bermacam aliran antara lain aliran humanism, nasionalisme, liberalism,
sekuralisme, iasisme dan sosialisme.
12
BAB III
KESIMPULAN
Sistematika filsafat berasal dari dua kata yaitu "Sistematika" yang artinya
struktur sedangkan "Filsafat" sendiri artinya mencari atau mengkaji ilmu
sedalam-dalamnya. Dari keterangan tersebut arti sistematika filsafat ialah
sebuah uraian yang menyangkut seluruh permasalahan tentang filsafat yang
secara sistematis. Dengan kata lain, ontologi adalah teori yang membicarakan
sesuatu yang nyata atau realitas, ataupun ontologi membahasa tentang apa yang
ingin diketahui atau merupakan suatu pengkajian mengenai teori tentang hakiki
(yang ada). Epistemologi berasal dari kata episte yang artinya pengetahuan
sedangkan logos adalah teori atau ilmu. Epistemologi disebut juga teori
pengetahuan, yakni cabang filsafat yang membicarakan tentang cara
memperoleh pengetahuan, hakikat pengetahuan dan sumber pengetahuan.
Dengan kata lain, epistemologi adalah yang merumuskan atau membuktikan
kebenaran yang sudah didapat dari kajian ontologi. Aksiologi berasal dari kata
aksi yang artinya nilai, sedangkan logos adalah teori. Aksiologi disebut juga
cabang filsafat yang membicarakan tentang orientasi atau nilai suatu kehidupan.
Aksiologi ini dibagi menjadi dua yaitu etika dan estetika.
a. Ontologi
b. Epistemologi
c. Aksiologi
13
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, saeful. 2007. Filsafat ilmu Al-Ghazali dimensi ontologi dan aksiologi. Bandung:
Pustaka Setia.
Burhanuddin Salam. 1997. Logika Materil, Filsapat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Reneka Cipta
Cecep Sumarna. Filsafat Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. 2006.
H. jono dan Cecep Sumarna. 2006. Melacak jejak filsafat. Bandung: Sangga Buana
Louis O. Kattsoff. 1996. Pengantar Filsafat. Alih Yogyakarta : Penerbit Tiara Wacana
West, Richard. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba komunika.
Ummah, F. (2016). Filsafat Ilmu dalam Bidang Pendidikan. Jurnal Tafsir Syariah IAIN
Widodo, S.A. (2015). Pendidikan dalam Perspektif Aliran-Aliran Filsafat. Yogyakarta: Idea
Press.
14