Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SISTEMATIKA FILSAFAT
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Ekonomi yang dibina oleh:

Muhammad Syafri, S.Pd., M.Si., Ph.D

Di susun oleh:

1. Nur Hadra Yanti J 220906501022


2. Nailul Murad 220906502046
3. Muhriza Ramadani 220906501020
4. Mutyara Arun Maharani 220906502043
5. Muh. Aswad Nurdin 220906502054
6. Muh. Darusalam Rudi Hartono 220906502053

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
September 2022

i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah dengan judul “Sistematika Filsafat”
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah ini dapat diselesaikan karena bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya. Kami harap makalah tentang “Sistematika Filsafat” ini dapat menjadi
referensi bagi pihak yang tertarik dan kami juga berharap agar pembaca
mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah bertema “Sistematika Filsafat” ini masih


memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian isi. Oleh karena itu, kami
menerima segala bentuk kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.

Terlepas dari kekurangan-kekurangan makalah ini kami berharap semoga


makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan menjadikan amal soleh bagi kami,
aamiin.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Terima kasih.

Makassar, 03 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan Makalah .................................................................... 2
BAB 2................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................ 3
2.1 Sistematika Filsafat ................................................................................ 3
2.2 Ontologi................................................................................................. 3
2.3 Epistemologi .......................................................................................... 5
2.4 Aksiologi ................................................................................................ 7
2.5 Sistematika Filsafat menurut Para Filsuf ................................................ 9
2.6 Sistematika Filsafat menurut Lapangan Pendidikan ............................. 10
BAB III ............................................................................................................ 13
KESIMPULAN ............................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sistematika adalah ilmu yang mempelajari keanekaragaman


kehidupan di bumi, baik pada masa lalu maupun sekarang, serta
hubungan antara makhluk hidup sepanjang sejarah. Hubungan tersebut
divisualisasikan dalam bentuk pohon evolusi.

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mengkaji tentang


masalah-masalah yang muncul dan berkenaan dengan segala sesuatu,
baik yang sifatnya materi maupun immateri secara sungguh-sungguh
guna menemukan hakikat sastra yang sebenarnya, mencari prinsip-prinsip
kebenaran, serta berpikir secara rasional-logis, mendalam dan bebas,
sehingga dapat dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan masalah-
masalah dalam kehidupan manusia dengan kata lain, filsafat tersebut
bukan hanya sebuah kajian yang sebatas pada ilmu saja (science for
science), tetapi filsafat dapat dipergunakan untuk memberikan inspirasi
dan aspirasi dalam mencari solusi pemecahan masalah yang dihadapi
manusia.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang sudah dibuat, dapat dirumuskan dengan


pertanyaan, sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan sistematika filsafat “Ontologi, Epistemologi


dan Aksiologi?
2. Bagaimana sistematika filsafat menurut para filosof?

1
3. Bagaimana sistematika filsafat menurut lapangan pendidikan?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk mengetahui pengertian sistematika filsafat “Ontologi,


Epistemologi, Aksiologi”
2. Untuk mengetahui tentang sistematika filsafat menurut para filosof?
3. Untuk mengetahui tentang sistematika filsafat menurut lapangan
pendidikan?

2
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Sistematika Filsafat

Secara bahasa kata sistematika filsafat berasal dari dua kata yaitu
sistematika dan filsafat. Sistematika atau struktur dalam bahasa inggris
Systematic adalah susunan dalam kamus bahasa indonesia sistematika adalah
susunan aturan; pengetahuan mengenai sesuatu sistem. Sedangkan filsafat
adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akan budi mengenai hakikat
segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.

Jadi, sistematika filsafat adalah susunan aturan tentang filsafat yang telah
disusun atau ditulis. Menurut Ahmad Tafsir (2009: 22) Hasil berpikir tentang
segala sesuatu yang ada dan mungkin ada itu tadi telah banyak sekali
terkumpul, di dalam buku-buku tebal dan tipis. Setelah disusun secara
sistematis, ia dinamakan sistematika filsafat.

2.2 Ontologi

Ontologi berasal dari bahasa yunani yaitu onto yang artinya hakikat atau
ada, sedangkan logos adalah teori. Jadi, ontologi adalah teori yang
membicarakan tentang hakikat (ada). Dalam kaitannya dengan ilmu, landasan
ontologi yaitu mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu,
bagaimana wujud hakikinya, serta bagaimana hubungannya dengan daya
tangkap manusia yang berupa berpikir, merasa, dan meng-indera yang
membuahkan pengetahuan. Objek telaah ontologi tersebut adalah yang
membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang

3
dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua bentuknya.
Adanya segala sesuatu merupakan suatu segi dari kenyataan yang mengatasi
semua perbedaan antara benda-benda dan makhluk hidup, antara jenis-jenis dan
individu-individu. Objek kajian ontologi dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek
kajian material dan objek kajian formal. Objek formal ontologi adalah hakikat
seluruh realitas atau kenyataan. Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa
didekati Ontologi dengan dua macam sudut pandang:

1. Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal


atau jamak?
2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas)
tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki
warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum. Sedangkan objek
kajian material adalah meliputi segala yang ada.

Dari pembahasannya memunculkan beberapa pandangan yang dikelompokkan


dalam beberapa aliran berpikir, yaitu :

1. Materialisme

Aliran ini mengatakan bahwa, hakikat dari segala sesuatu yang ada, itu adalah
materi. Suatu yang ada (yaitu materi) hanya mungkin lahir dari yang ada.

2. Idealisme (Spiritualisme)

Aliran ini mengatakan bahwa, hakikat pengada (kenyataan) itu justru rohani
(spiritual). Rohani adalah dunia ide yang lebih hakiki dibanding materi. Aliran
ini menjadi jawaban atas kelemahan dari materialisme.

4
3. Dualisme

Aliran ini mempersatukan antara materi dan ide. Aliran ini berpendapat bahwa
hakikat pengada (kenyataan) dalam alam semesta ini terdiri dari dua sumber,
yaitu materi dan rohani.

4. Agnotitisme

Aliran ini adalah pendapat dari filsuf yang mengambil sikap skeptis, yaitu sikap
ragu atas setiap jawaban yang mungkin benar dan yang mungkin pula tidak.

2.3 Epistemologi

Epistemologi juga berasal dari bahasa yunani yaitu episte yang artinya
pengetahuan, sedangkan logos adalah teori. Jadi, epistemologi adalah teori
tentang pengetahuan. Objek telaah epistemologi adalah mempertanyakan
bagaimana sesuatu itu datang dan bagaimana mengetahuinya, bagaimana
membedakannya dengan yang lain. Jadi, bisa dibilang, epistemologi adalah
yang merumuskan atau membuktikan kebenaran yang sudah didapat dari kajian
ontologi. Sedangkan landasan dari epistemologi adalah proses apa yang
memungkinkan mendapatkan pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana
cara dan prosedur memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral, dan
keindahan seni, serta apa definisinya.

Dalam epistemologi muncul beberapa aliran berpikir, yaitu :

1. Empirisme, yang berarti pengalaman (emperia), dimana pengetahuan


manusia diperoleh dari pengalaman inderawi. Kelemahan aliran ini ialah
indera terbatas, contohnya benda yang jauh terlihat kecil. Indera menipu,
contohnya gula pahit rasanya bagi orang yang sakit dan objek menipu
contohnya ilusi atau fatamorgana.

5
2. Rasionalisme, aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian
pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal
dan manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap
objek. Aliran ini mengoreksi kelemahan aliran empirisme, seandainya
akal digunakan maka kelemahan itu tak akan terjadi. Contohnya benda
yang jatuh di mata kecil, kecil karena jauh, gula pahit bagi orang yang
demam karena lidah orang demam tidak normal. Fatamorgana adalah
gejala alam dan sebagainya.
3. Positivisme, aliran ini brpendapat bahwa inera itu amat penting untuk
memperoleh pengetahuan, akan tetapi harus dipertajam dengan alat bantu
dan dikuatkan oleh eksperimen. Kekeliruan indera dapat dikoreksi
melalui eksperimen dan ukuran eksperimen harus jelas, panas diukur
dengan derajat panas, jauh diukur dengan meteran dan lain sebagainya.
Aliran ini tidak berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan aliran
empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama. Ia menyempurnakan
dengan eksperimen-eksperimen untuk memperoleh pengetahuan yang
tepat.
4. Intuisionisme, aliran ini berpendapat bahwa tidak hanya akal yang
terbatas, indera juga terbatas. Objek-objek yang kita tangkap adalah objek
yang berubah-ubah, dan pengetahuan kita tentangnya tak pernah tetap.
Aliran ini menyuguhkan intuisi sebagai cara untuk menghasilkan
pengetahuan yang tidak utuh (spatial). Kemampuan intuisi ini adalah
hasil evolusi dari pemahaman yang tertinggi dari kemampuan tingkat
tinggi yang dimiliki manusia.

6
2.4 Aksiologi

Aksiologi juga berasal dari bahasa Yunani, yaitu aksi yang artinya nilai,
sedangkan logos adalah teori. Jadi, aksiologi adalah teori tentang nilai atau
tentang kegunaan filsafat, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat dari
tiga hal :

 Filsafat sebagai kumpulan teori filsafat, yaitu filsafat digunakan untuk


memahami dan mereaksi dunia pemikiran. Contohnya jika kita hendak
ikut membentuk dunia atau hendak mendukun suatu ide atau hendak
menentang suatu system kebudayaan atau system ekonomi atau system
politik, maka sebaiknya anda lebih dulu mempelajari teori-teori filsafat.
 Filsafat sebagai philosophy of life, yaitu filsafat sebagai pandangan hidup
yang berfungsi untuk menjadi petunjuk dalam menjalani kehidupan.
 Filsafat sebagai methodology, yaitu filsafat sebagai methodology dalam
memecahkan masalah. Dalam hal ini, tentunya dalam memecahkan
masalah filsafat harys secara mendalam dan universal sehingga
ditemukan akar penyebab suatu masalah.

Aspek nilai ini ada kaitannya dengan kategori :

1. Baik dan buruk


2. Indah dan jelek

Kategori nilai yang nomor satu dibawah kajian filsafat tingkah laku disebut
etika. Sedangkan kategori nilai yang nomor dua merupakan objek kajian filsafat
keindahan atau estetika.

a. Etika

Etika disebut juga filsafat moral (moral philosophy), yang berasal dari kata
ethos (Yunani) yang berarti watak. Moral berasal dari kata mos atau mores

7
(Latin) yang artinya kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia istilah moral atau etika
diartikan kesusilaan. Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan
manusia, sedang objek formal etika adalah kebaikan atau keburukan, bermoral
atau tidak bermoral.

Moralitas manusia adalah objek kajian etika yang telah berusia sangat lama.
Sejak masyarakat manusia terbentuk, persoalan perilaku yang sesuai dengan
moralitas telah menjadi bahasan. Berkaitan dengan hal itu, kemudian muncul
dua teori yang menjelaskan bagaimana suatu perilaku itu dapat diukur secara
etis. Teori yang dimaksud adalah deontologis dan teologis.

 Deontologis

Teori Deontologis diilhami oleh pemikiran Immanuel Kant, yang terkesan kaku,
konservatif dan melestarikan status quo, yaitu menyatakan bahwa baik
buruknya suatu perilaku dinilai dari sudut tindakan itu sendiri, dan bukan
akibatnya. Suatu perilaku baik apabila perilaku itu sesuai norma-norma yang
ada.

 Teologis

Teori teologis lebih menekankan pada unsur hasil. Suatu perilaku baik jika buah
dari perilaku itu lebih banyak untung daripada ruginya, dimana untung dan rugi
ini dilihat dari indikator kepentingan manusia. Teori ini memunculkan dua
pandangan, yaitu egoisme dan utilitarianisme (utilisme). Tokoh yang
mengajarkan adalah Jeremy Bentham (1742 – 1832), yang kemudian diperbaiki
oleh john Stuart Mill (1806 – 1873).

b. Estetika

Estetika disebut juga dengan filsafat keindahan (philosophy of beauty), yang


berasal dari kata aisthetika atau aisthesis (Yunani) yang artinya hal-hal yang
dapat diserap dengan indera atau serapan indera. Estetika membahas hal yang

8
berkaitan dengan refleksi kritis terhadap nilai-nilai atas sesuatu yang disebut
indah atau tidak indah.

Dalam perjalanan filsafat dari era Yunani kuno hingga sekarang muncul
persoalan tentang estetika, yaitu: pertanyaan apa keindahan itu, keindahan yang
bersifat objektif dan subjektif, ukuran keindahan, peranan keindahan dalam
kehidupan manusia dan hubungan keindahan dengan kebenaran. Sehingga dari
pertanyaan itu menjadi polemik menarik terutama jika dikaitkan dengan agama
dan nilai-nilai kesusilaan, kepatutan, dan hukum.

2.5 Sistematika Filsafat menurut Para Filsuf

Ada beberapa sistematika filsafat menurut para filosof yaitu :

1. H. De Vos menggolongkan filsafat sebagai berikut: metafisika,


logika, ajaran tentang alam, filsafat sejarah, etika, estetika, dan
antropologi.

2. Prof. Albuerey Castell membagi masalah-masalah filsafat menjadi


enam bagian, yaitu : masalah teologis, masalah metafisika, masalah
epistemology, masalah etika, masalah politik, masalah sejarah.

3. Aristoteles, mengadakan pembagian secara kongkret dan sistematis


menjadi empat cabang, yaitu :

Logika. Ilmu ini dianggap sebagai ilmu pendahuluan bagi filsafat.


Filsafat teoritis. Cabang ini mencangkup : ilmu fisika yang
mempersoalkan dunia materi dari alam nyata ini, ilmu matematika
yang mempersoalkan hakikat segala sesuatu dalam kuantitasnya,
ilmu metafisika yang mempersoalkan hakikat segala sesuatu. Inilah
yang paling utama dari filsafat.

9
Filsafat praktis. Cabang ini mencakup: ilmu etika yang mengatur
kesusilaan dan kebahagiaan dalam hiodup perseorang, ilmu
ekonomi yang mengaturg kesusilaan dan kemakmuran di dalam
negara.
Filsafat peotika (Kesenian). Pembagian Aristoteles ini merupakan
permulaan yang baik sekali bagi perkembangan pelajaran filsafat
sebagai suatu ilmu yang dapat dipelajari secara teratur. Ajaran
Aristoteles sendiri, terutama ilmu logika, hingga sekarang masih
menjadi contoh-contoh filsafat klasik yang dikagumi dan
dipergunakan.
1) Metafisika : filsafat tentanngn hakikat yang ada di balik fisika,
hakikat yang bersifat transenden, di luar jangkauan pengalaman
manusia.
2) Logika : filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah.
3) Etika : filsafat tentang perilaku yang baik dan yang buruk.
4) Epistemology : filsafat tentang ilmu pengetahuan.
5) Filsafat-filsfat khusus lainnya : filsafat agama, filsafat manusia,
filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat
pendidikan, dan sebagainya.

2.6 Sistematika Filsafat menurut Lapangan Pendidikan

Filsafat pendidikan adalah suatu pendekatan dalam memahami dan


memecahkan persoalan-persoalan yang mendasar dalam pendidikan, seperti
dalam menentukan tujuan pendidikan, kurikulum, metode pembelajaran,
manusia, masyarakat, dan kebudayaan yang tidak bisa dipisahkan dari dunia
pendidikan itu sendiri. Filsafat pendidikan juga sebagai suatu lapangan studi

10
mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi
normative ilmiah, yaitu :

 Pendekatan Progresif
Bahwa dasar pendidikan adalah sosiologi atau filsafat social
humanism, yang skeptis terhadap kenyataan yang metafiss
transcendental. Kenyataan adalah perubahan artinya kenyataan hidup
yang essensial adalah kenyataan yang selalu berubah dan berkembang,
bahwa tujuan dan dasar hidup dan pendidikan relative ditentukan oleh
perkembangan tenaga pengambang sejarah atau sosial manusia dan
alat saran hidup dan penghidupan manusia ditentukan oleh tenaga
social dan keduanya bersifat kontinyu.

 Pendekatan Tradisional
Bahwa dasar pendidikan adalah filsafat dan ilmu pengetahuan
normatif yang lain, sehingga mempelajari filsafat harus mengetahui
tentang filsafat bahwa nilai norma yang benar adalah nilai norma yang
absolud, universal dan obyektif. Tujuan yang baik dan benar
menentukan alat dan sarana artinya tujuan yang baik harus dicapai
dengan saran yang baik pula serta factor-faktor pengembang dan
social adalah memberikan alat dan tujuan hidup pendidikan yang
didasarkan pada aliran filsafat tertentu.

Klasifikasi aliran-aliran filsafat pendidikan adalah sebagai berikut:

a) Kategori filsafat pendidikan akademik skolastik. Kategori ini meliputi


dua kelompok yang tradisional meliputi aliran paranialisme,
essensialisme, idialisme, dan realism dan kelompok progesif meliputi
progressivisme, rekontruksionisme, dan eksistensialisme.

11
b) Kategori filsafat religious theistis meliputi segala macam aliran agama
yang paling tidak terdiri atas empat besar agama di dunia dan segala
variasi sekte-sekte agama masing-masing.
c) Kategori filsafat sisial politik. Kategori ini dalam sejarah dikenal
bermacam aliran antara lain aliran humanism, nasionalisme, liberalism,
sekuralisme, iasisme dan sosialisme.

12
BAB III

KESIMPULAN

Sistematika filsafat berasal dari dua kata yaitu "Sistematika" yang artinya
struktur sedangkan "Filsafat" sendiri artinya mencari atau mengkaji ilmu
sedalam-dalamnya. Dari keterangan tersebut arti sistematika filsafat ialah
sebuah uraian yang menyangkut seluruh permasalahan tentang filsafat yang
secara sistematis. Dengan kata lain, ontologi adalah teori yang membicarakan
sesuatu yang nyata atau realitas, ataupun ontologi membahasa tentang apa yang
ingin diketahui atau merupakan suatu pengkajian mengenai teori tentang hakiki
(yang ada). Epistemologi berasal dari kata episte yang artinya pengetahuan
sedangkan logos adalah teori atau ilmu. Epistemologi disebut juga teori
pengetahuan, yakni cabang filsafat yang membicarakan tentang cara
memperoleh pengetahuan, hakikat pengetahuan dan sumber pengetahuan.
Dengan kata lain, epistemologi adalah yang merumuskan atau membuktikan
kebenaran yang sudah didapat dari kajian ontologi. Aksiologi berasal dari kata
aksi yang artinya nilai, sedangkan logos adalah teori. Aksiologi disebut juga
cabang filsafat yang membicarakan tentang orientasi atau nilai suatu kehidupan.
Aksiologi ini dibagi menjadi dua yaitu etika dan estetika.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa : Konsep sistematika filsafat


menempuh tiga tahap yaitu :

a. Ontologi
b. Epistemologi
c. Aksiologi

13
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, saeful. 2007. Filsafat ilmu Al-Ghazali dimensi ontologi dan aksiologi. Bandung:

Pustaka Setia.

A Susanto. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta : Bumi Aksara

Amsal Bakhtiar. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Burhanuddin Salam. 1997. Logika Materil, Filsapat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Reneka Cipta

Cecep Sumarna. Filsafat Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. 2006.

Harun Nasution. 1982. Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

H. jono dan Cecep Sumarna. 2006. Melacak jejak filsafat. Bandung: Sangga Buana

Jujun S.Suriasumantri. 1996. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan.

Louis O. Kattsoff. 1996. Pengantar Filsafat. Alih Yogyakarta : Penerbit Tiara Wacana

Qomar, Mujamil. Epistimologi Pendidikan Islam. Jakarta: Erlangga.

Sunarto. 1983.Pemikiran tentang Kefilsafatan Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset.

Sudarsono . 1997 . Filsafat Islam. Jakarta : PT Rineka Cipta

Tafsir, Ahmad. 2004. Filsafat ilmu. Bandung: Remaja Rosdakarya

West, Richard. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta:

Salemba komunika.

Adib, M. (2015). Filsafat Ilmu; Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika

Ilmu Pengetahuan. In Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ummah, F. (2016). Filsafat Ilmu dalam Bidang Pendidikan. Jurnal Tafsir Syariah IAIN

Madura Emiel, January 2015, 1-9.

Widodo, S.A. (2015). Pendidikan dalam Perspektif Aliran-Aliran Filsafat. Yogyakarta: Idea

Press.

14

Anda mungkin juga menyukai