Anda di halaman 1dari 22

PENDAPAT PARA TOKOH TENTANG KEWAJIBAN MENUTUT ILMU,

MENGEMBANGKAN DAN MENGAMALKANNYA, KARYA


MONUMENTALUMAT ISLAM DALAM IPTEKS, HAKEKAT IPTEKS
DALAM PANDANGAN ISLAM, INTEGRASI ISLAM DAN ILMU
PENGETAHUAN

DOSEN PENGAMPU :

MUHAMMAD SYAHRULLAH, SE.,MM

DISUSUN OLEH :

NAMA : ZEFANIA AGELLITA

NIM : 210304070

KELAS : 4 REG A MGT 1

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelasikan tugas
makalah yang berjudul “ Pendapat Para Tokoh Tentang Kewajiban Menuntut
Ilmu, Mengembangkan Dan Mengamalkan Nya Karya Monumental Umat Islam
Dalam Ipteks, Hakekat Ipteks Dalam Pandangan Islam, Integrasi Islam Dan Ilmu
Pengetahuan”. Tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Bapak Muhammad Syahrullah, SE.,MM pada mata kuliah Al-Islam
Kemuhammadiyahan (AIK) -4, selain itu tujuan makalah ini untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan bagi penulis.

Saya berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca sehingga


mendapatkan informasi, saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata saya
ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 11 April 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan Makalah.........................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
2.1 Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan Mengamalkannya.....6
2.2 Karya Monumental Umat Islam Dalam IPTEKS......................................9
2.3 Hakekat IPTEKS Dalam Pandangan Islam.............................................11
2.4 Integrasi Islam Dan Ilmu Pengetahuan...................................................17
BAB III..................................................................................................................21
PENUTUP..............................................................................................................21
3.1 Kesimpulan..............................................................................................21
3.2 Saran........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
sangatlah berpengaruh pada cara serta pola hidup masyarakat sekarang ini,
dimana hampir semua aspek dalam kehidupan sangat dipengaruhi oleh
adanya perkembangan IPTEK. Hal itu terbukti dari semakin
banyaknya orang yang dalam kehidupannya sehari-hari sangat bergantung
pada teknologi, contoh produk dari kemajuan IPTEK yang tidak bisa lepas
dari setiap orang salah satunya televisi, handphone, ditambah lagi internet
yang sedang marak di setiap penjuru dunia termasuk pelosok negeri.
Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat untuk mempermudah
pekerjaan manusia dalam kehidupan sehari-hari, namun besarnya manfaat
kemajuan IPTEK tersebut seiringan juga dengan pengaruh negatifnya
dalam semua bidang bahkan berpengaruh pada akhlak (perilaku), pola
pikir/keyakinan(aqidah), dan cara hidup manusia itu sendiri. Sehingga
pada kenyataannya teknologi telah menimbulkan keresahan dan
ketakutan dikarenakan kekhawatiran akan adanya penyalahgunaan
teknologi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Bagi ilmuwan, Al-Qur`an adalah inspirator, maknanya bahwa
dalam al-Qur’an banyak terkandung teks-teks (ayat-ayat) yang
mendorong manusia untuk melihat, memandang, berfikir, serta
mencermati fenomena-fenomena alam semesta ciptaan Tuhan yang
menarik untuk diselidiki, diteliti dan dikembangkan. Al-Qur’an
menantang manusia untuk menggunakan akal fikirannya seoptimal
mungkin. Al-Qur`an memuat segala informasi yang dibutuhkan
manusia, baik yang sudah diketahui maupun belum diketahui.
Informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi pun disebutkan
berulang-ulang dengan tujuan agar manusia bertindak untuk melakukan
nazhar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ilmu?
2. Apa pendapat para tokoh tentang kewajiban menuntut ilmu?
3. Bagaimana cara mengembangkan ilmu?
4. Bagaimana cara mengamalkannya ilmu?
5. Apa karya monumental umat islam dalam IPTEKS?
6. Bagaimana hakekat IPTEKS dalam pandangan islam?
7. Bagaimana integrasi islam dan ilmu pengetahuan?
1.3 Tujuan Makalah
1. Agar Mahasiswa/I mengetahui apa itu ilmu
2. Agar Mahasiswa/I mengetahui kewajiban dalam menuntut ilmu
3. Agar Mahasiswa/I mengetahui mengembangkan dam mengamalkan
ilmu
4. Agar Mahasiswa/I mengetahui karya monumental umat islam dalam
IPTEKS
5. Agar Mahasiswa/I mengetahui hakekat IPTEKS dalam pandangan
islam
6. Agar Mahasiswa/I mengetahui intergasi islam dan ilmu pengetahuan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan, dan Mengamalkannya


A. Pengertian Ilmu

Menurut bahasa, kata ilmu berasal dari bahasa arab ‫”"علم يعلم علما‬,
yang berarti mengetahui. Sedangkan menurut kamus besar bahasa
indonesia, ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode – metode tertentu yang dapat di
gunakan untuk menerangkan gejala – gejala tertentu di bidang
pengetahuan. Dalam melaksanakan pekerjaan dari yang sekecil-
kecilnya sampai kepada yang sebesar- besarnya manusia membutuhkan
ilmu pengetahuan. Dalam al qur’an dapat di lihat bahwa setelah Allah
menyatakan Adam sebagai khalifah di muka bumi, maka ia
dipersiapkan dengan ilmu pengetahuan.

Ilmu di dalam Islam memiliki dimensi yang universal, empirik dan


metafisik yang berbeda dengan ilmu yang lahir dari pandangan hidup
Barat yang hanya terbatas pada area empirik. Konsep ilmu dalam
Islam menjadi bagian integral dari worldview atau pandangan hidup
Islam, sehingga dirinya mempunyai ciri khas tersendiri yang
menjadikannya berbeda dengan konsep-konsep dalam peradaban lain.
Ilmu menurut pandangan hidup Islam tidak hanya melingkupi
substansi pengetahuan, namun juga menjadi elemen penting dalam
peradaban.

B. Kewajiaban Menuntut Ilmu

Rasulullah SAW bersabda: “Menuntut ilmu itu hukumnya wajib,


bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan”.Hadis di atas tentunya
sudah tidak asing di benak kita, bahwa kewajiban menuntut ilmu itu
diperuntukkan bagi setiap orang Islam. Syaikh Az Zarnuji pun
menjelaskan, bahwa diwajibkan pula atas seorang Muslim, mempelajari
ilmu yang dibutuhkan dirinya sekarang ini, dan juga ilmu yang dapat
diamalkan kapan saja dan dimana saja. Mengapa wajib bagi setiap Muslim
untuk menuntut ilmu? Karena ada banyak keutamaan ilmu. Beberapa
keutamaan ilmu diantaranya adalah:

 Ilmu adalah kekhususan, ilmu adalah keistimewaan yang


Allah subhanahu wa ta’ala khususkan hanya untuk manusia
semata. Selain ilmu, manusia dan hewan memiliki kesamaan.
 Ilmu dapat mengantarkan seseorang menuju kepada kebajikan dan
ketaqwaan. Dan sebab ketaqwaan itu, seseorang dapat memperoleh
kemuliaan di sisi Allah subhanahu wa ta’ala, dan kebahagiaan
abadi.

C. Mengembangkan Dan Mengamalkanya

ILMU YANG HARUS DIPELAJARI DAN DIKEMBANGKAN

Sebagaimana kita ketahui bahwa di dalam Islam, menuntut ilmu


sangat penting dan hukumnya wajib. Karena pentingnya ilmu, Al-Quran
menyebutkan perbedaan yang jelas antara orang yang berilmu dengan
orang yang tidak berilmu. Menurut Al-Quran hanya orang yang berakal
(yang berilmu) yang dapat menerima pelajaran (QS.39:9). Hanya orang
yang berilmulah yang takut kepada Allah (QS.35:28). Hanya orang yang
berilmu yang mampu memahami hakikat sesuatu yang disampaikan Allah
melalui perumpamaan (QS. 29:43). Orang yang beriman dan orang yang
diberi ilmu akan ditinggikan derajatnya (QS.58:11). Oleh karena itu, para
nabi, para rasul, para ulama sebagai manusia terbaik, dikaruniai ilmu.
Namun, yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah ilmu apa saja yang
harus dipelajari dan dimiliki seorang muslim itu agar sentiasa
mendapatkan kedudukan seperti yang telah Allah gambarkan dalam
beberapa ayat AlQuran di atas?

Pada dasarnya ilmu yang harus dipelajari oleh seorang muslim


adalah ilmu yang dapat bermanfaat bagi dirinya dan juga bermanfaat bagi
orang lain. Hal ini karena ilmu yang bermanfaat akan mengantarkan
manusia untuk mengenal Allah dengan baik, memperbaiki akhlaknya, dan
membuahkan amal saleh yang sesuai dengan tuntunan AlQuran dan
Sunnah Rasulullah Saw.

Menurut para ahli ilmu yang harus dipelajari seorang muslim itu
secara garis besar ada dua. Pertama, ilmu yang bersifat IDUGX DLQ,
yakni ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap muslim secara khusus
(individual). Kedua, ilmu yang bersifat fardu kifayah, yaitu ilmu yang
harus dipelajari oleh umat Islam secara umum, bukan atas individu secara
khusus. Artinya apabila ada seseorang yang telah mempelajarinya,
gugurlah kewajiban menuntut ilmu tersebut bagi yang lainnya. Walaupun
demikian, ilmu fardhu kifayah ini tetap dianjurkan untuk dipelajari oleh
setiap muslim agar semakin meningkat ketakwaan, ketawadhuan dan
ketakutannya kepada Allah Swt.

ILMU YANG TIDAK BOLEH DIPELAJARI DAN DIKEMBANGKAN

Ada beberapa ilmu yang tidak diperintahkan untuk dipelajari


bahkan dilarang antara lain pertama, ilmu gaib, yaitu sesuatu yang tidak
dapat dijangkau oleh indera dan akal. Yang dimaksud gaib di sini adalah
gaib mutlak yang memang Allah Swt. sendiri tidak memberikan petunjuk
yang membimbingnya atau tanda-tanda yang menunjukinya seperti ilmu
tentang nasib masa depan manusia, ilmu tentang kematian, bahagia dan
celaka, kapan seseorang mati, kapan seseorang sengsara, kapan seseorang
menikah dan dengan siapa, dan seterusnya. Semua pertanyaan tersebut
manusia tidak mampu menjawabnya dengan jawaban yang pasti. Ini
termasuk perkara yang gaib yang hanya diketahui oleh Allah Swt. (lihat
QS. Al-Jin:26-27; An-Naml:65: Al-$Q¶DP

Kedua, ilmu tentang hakikat Dzat Allah Swt.; perkara yang gaib
dan paling agung jauh dari jangkauan pengetahuan manusia adalah ilmu
tentang hakikat Dzat Allah Swt. Dalam hal ini Rasulullah Saw.
mengisyaratkan melalui sabdanya tentang seruan untuk memikirkan
nikmat Allah yang telah dianugrahkan-Nya dan melarang untuk
memikirkan Dzat Allah Swt. (lihat Yusuf Qardhawi, 1999:201-202).
Ketiga, Ilmu yang dapat mendatangkan madarat dan tidak bermanfaat
seperti ilmu sihir, ilmu untuk memperdayakan orang lain seperti ilmu pelet
dan ilmu hipnotis (yang umumnya membaca mantra).

Mengamalkanya Kewajiban menuntut ilmuPada dasarnya kita


hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada Allah SWT. Ada
banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT seperti sholat, puasa, dan
menuntut ilmu. Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu
yang ada di Al-Quran dan Al-Hadist. Tidak akan tersesat bagi siapa saja
yang berpegang teguh dan sungguh-sungguh perpedoman pada Al-Quran
dan Al-Hadist.Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Sabda Rasulullah
SAW: menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-
laki dan perempuan. Ilmu adalah kehidupanya islam dan kehidupanya
keimanan.

Dalam sebuah hadist rasulullah bersabda, mencari ilmu itu wajib


bagi setiap muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain yang
ahlinya bagaikan menggantungkan permata dan emas pada babi hutan.
(HR. Ibnu Majah dan lainya).Juga pada hadist rasulullah yang lain,carilah
ilmu walau sampai ke negeri cina. Dalam hadist ini kita tidak dituntut
mencari ilmu ke cina, tetapi dalam hadist ini rasulullah menyuruh kita
mencari ilmu dari berbagai penjuru dunia.
2.2 Karya Monumental Umat Islam Dalam IPTEKS
Karya monumental umat islam dibidang IPTEKS, yang mengulas
tentang zaman kejayaan islam bidang Ipteks, sebab-sebab kemajuan umat
Islam dibidang IPTEKS, sebab kemunduran umat Islam dalam IPTEKS,
Upaya kebangkitan kembali umat Islam dalam IPTEKS. Perkembangan
islam dibidang segala bidang dimulai sejak kekuasaan dibawah daulah
dinasti Abbasiyah, khususnya ketika khalifah dipegang oleh Abu Ja’far,
Harun ar-Rasyid, al-Makmun dan al-Mahdi ilmu pengetahuan benar-benar
berkembang dengan pesat, karena para khalifah benar-benar menganggap
bahwa ilmu adalah suatu yang sangat mulia. Mereka sadar bahwa dengan
menguasai IPTEKS, kesejahteraan umat manusia dapat dicapai.
Perkembangan ilmu pada masa ini menghasilkan berbagai disiplin ilmu,
ilmuwan dan ulama antara lain :

1. Ilmu hadits ( Imam Bukhari wa Muslim)


2. Ilmu Fiqih ( Imam Abu Hanifah, Imam Malik Bin Anas, Imam
Syafii dan Imam Hambali
3. Ilmu Tafsir ( Abu Jarir at-Tabari dll)
4. Filsafat ( Al-Kindi, Ibnu Rusy
5. Matematika (Al-Khawarizmi, Umar Khayam)
6. Kedokteran (Ibnu Sina )
7. Astronomi (Abu Mansur al-Falaqi, Jabir al-Batani, dll).

Sebab-sebab kemajuan umat islam dibidang IPTEKS antara lain,


karena fanatisme umat islam terhadap agamanya, apa yang diyakininya
adalah benar dan akan membawa kemaslahatan. Pemerintah yang berpihak
kepada ilmu pengetahuan juga sangat mendorong kemajuan ilmu, seperti
penghargaan yang diberikan kepada para ilmuwan atas keberhasilannya
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Mereka dipersatukan dalam
satu bahasa yaitu bahasa arab sehingga mempermudah pengembangan
ilmu. Pendidikan dan penelitian juga merupakan unsur yang sangat
penting dalam kemajuan ilmu pengetahuan.Maraknya perdagangan
internasional juga membawa kemajuan dan percepatan penyebaran ilmu
pengetahuan.

Sebab-sebab kemunduran umat islam dalam bidang IPTEKS


adalah karena

1. faktor internal yaitu umat islam banyak yang meninggalkan ajaran


islam dan banyak yang malas, sementara bangsa barat, mereka tetap
teguh dengan ajaran agamanya dan pekerja keras.
2. Faktor eksternal antara lain : a). Bangsa barat mulai sadar tentang
pentingnya ilmu, b). fanatisme agama, c). mereka berjiwa petualang,
d). ketergantungan islam terhadap barat dalam bidang ekonomi dan e).
karena adanya kolonialisme barat terhadap Negara-negara islam.

Belajar dari sejarah, kebangkitan Islam harus dimulai dengan


menumbuhkan kembali semangat iman dan taqwa kepada Alloh SWT,
mengikuti tuntunan Rasululloh SAW dengan bekerja keras. Adanya
kontak Islam dengan Barat, untuk belajar secara terus menerus kepada
Barat, adanya pembaharuan pendidikan Islam baik dalam bidang agama,
sosial, dan pendidikan dilatar belakangi oleh pemikiran Islam yang timbul
di belahan dunia Islam lainnya. Pola pembaharuan pendidikan Islam yang
berorientasi pada pola pemikiran modern di Eropa, berorientasi dan
bertujuan untuk pemurnian kembali ajaran Islam.

2.3 Hakekat IPTEKS Dalam Pandangan Islam


Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam pandangan Islam
pada bab ini,
mengkaji tentang konsep IPTEKS dan peradaban muslim; hubungan
agama, ilmu dan budaya; serta hukum sunnatullah atau kausalitas (sebab
akibat). Sehingga diharapkan tergambar dengan jelas seperti apa
sebenarnya IPTEKS yang harus dipelajari dan bagaimana
mengaplikasikannya. Malalui kajian hakikat IPTEKS dalam pandangan
Islam diharapkan mahasiswa dapat:
1. Memahami dan mampu mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam
pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni (IPTEKS).
2. Menghayati dan menerapkan nilai-nilai Islam dalam
pengembangan IPTEKS.
B. Penyajian Materi
1. Konsep IPTEKS dan Peradaban Muslim Ilmu Pengetahuan,
Teknologi dan Seni (IPTEKS) adalah lapangan kegiatan terus-
menerus dikembangkan dalam peradaban Muslim. Hal ini
dikarenakan penemuan-penemuan IPTEKS seperti telekominikasi,
transportasi, informasi dan lainnya telah memudahkan kehidupan,
memberikan kesengan dan kenikmatan, sehingga kebutuhan-
kebutuhan jasmani tidak sukar lagi pemenuhanannya. Di sisi lain
penguasaan dan pengembangan IPTEKS an sich, tanpa mengaitkan
dengan nilainilai agama, hanya akan menciptakan intelektual-
intelektual yang miskin eksistensi diri dan moralitas (akhlak) yang
mulia. Hal ini terbukti dari pemanfaatan sain dan teknologi yang
cenderung tak terkontrol, sehingga menimbulkan eksploitasi yang
luar biasa, baik dari sisi fisis-biologis maupun dari sisi sosial
budaya terhadap kehidupan manusia. Alhasil, eksploitasi dan
eksplorasi berlebihan tersebut melahirkan berbagai bencana, baik
bencana material maupun moral. Hal ini sematamata merupakan
kelalaian dari manusia itu sendiri. Allah SWT selalu mengingatkan
kepada manusia dalam firmanNya:“Dan apa saja musibah yang
menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-
kesalahanmu).” (Q.S. As-Syuura [42]: 30) Tragedi tersebut di atas,
menurut Daradjat (1979), disebabkan oleh beberapa factor yang
mempengaruhi cara pandang dan berpikir masyarakat modern,
antara lain:
1. Kebutuhan hidup yang semakin meningkat dan konsumtif
2. Rasa individualistis dan egoistis
3. Persaingan dalam kehidupan
4. Keadaan yang tidak stabil
5. Terlepasnya IPTEKS dariagama. Ilmu yang berkembang di
dunia Barat saat ini berdasarkan pada rasio dan pancaindera,
jauh dari wahyu dan tuntunan ilahi. Meskipun telah menghasilkan
teknologi yang bermanfaat bagi manusia. Di sisi lain, perbudakan
terjadi dan kekayaan alam dieksploitasi. Contoh ilmu pengetahuan
yang sudah terbaratkan itu (westernized), yaitu yang terjadi pada
dunia pertanian sangat berlebihan dalam penggunaan bahanbahan
kimia, seperti luasnya penggunaan pestisida, herbisida, pupuk
nitrogen sintetis, dan seterusnya, bahkan meracuni bumi,
membunuh kehidupan margastwa, bahkan meracuni hasil panen
dan mengganggu kesehatan para petani. Pertanian yang semula
disebut dengan istilah agriculture (kultur, suatu cara hidup saling
menghargai, timbal balik komunal, dan kooperatif, bukan
kompetitif) berkembang lebih popular dengan istilah agribusiness,
sebuah sistem yang memaksakan tirani korporat untuk
memaksimalkan keuntungan dan menekan biaya, menjadikan
petani/penduduk lokal yang dahulu punya harga diri dan mandiri
lalu berubah menjadi buruh upahan di tanah air sendiri (Setia,
2007). Dalam dunia kedokteran modern dikenal praktik vivisection
(arti harfiahnya “memotong hidup-hidup”), yaitu cara menyiksa
hewan hidup karena dorongan bisnis untuk menguji obatobatan
agar dapat mengurangi daftar panjang segala jenis penyakit
manusia (Croce, 1999). Praktik ini selain tidak beretika keilmuan
dan tidak “berperikemanusiaan” juga menyisakan pertanyaan
instrinsik tentang asumsi atas tingkat kesamaan uji laboratorium
hewan dan manusia yang mengesahkan eksplorasi hasil klinis dari
satu ke lainnya. Sementara itu konsep IPTEK terungkap dalam
kenyataan bahwa Al-Qur’an menyebutnyebut kata akar dan kata
turunannya tidak kurang dari 800 kali (Trianto, 2007). Dalam
sejarah peradaban Muslim, konsep IPTEKS secara mendalam
meresap ke dalam seluruh lapisan masyarakat dan mengungkapkan
dirinya dalam sejarah semua intelektual.
2. Hubungan Ilmu, Agama dan Budaya Hubungan masalah ilmu,
agama dan budaya akan berkaitan dengan posisi akal dalam sistem
ajaran agama. Dalam ajaran Islam, hampir seluruh perintah dan
larangan dalam Al-Qur’an sesungguhnya selalau disinggung
latarbelakang akaliahnya, sehingga dapat diterima oleh manusia.
Berikutnya, al-Qur’an di banyak tempat juga memberi posisi
khusus perbuatan sadar manusia yang terus berkembang akhirnya
membentuk suatu format kebudayaan. Kebudayaan secara ringkas
dengan demikkian adalah media manusia untuk berhadapan dengan
dirinya, alam danAllah. Di sisi lain fungsi Al-Qur’an sebagai
kodifikasi wahyu adalah merupakan cara Allah SWT memberi
petunjuk kepada manusia untuk secara terus-menerus membentuk
kebudayaannya sebagai proses agar manusia yang taat (perbuatan)
memperoleh kebahagiaan hidup (Mulkhan, 1993). Perkembangan
ilmu pengetahuan di satu sisi memang berdampak positif, yakni
dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana
modern industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti
amat bermanfaat. Tapi di sisi lain, tidak jarang iptek berdampak
negatif karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan
martabat manusia. Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup
menjadi sangat penting untuk memberi ruh atau spirit berbagai
kehidupan sosial dalam pengembangan ilmu dan kebudayaan
berdasarkan kaidah dan prinsip-prinsip ajaran agama. Kehidupan
manusia kemudian merupakan proses pembentukan suatu tata-
kehidupan sebagai realisasi ajaran agama tersebut.
3. Hukum Sunnatullah (Kausalitas) Hukum sunnatullah atau
kausalitas (sebab akibat) pada dasarnya telah muncul seumur
dengan peradaban manusia, bahkan seusia dengan alam ini dan
realitas eksistensi itu sendiri. Manusia sebagai makhluk yang
berakal berupaya mencari sebab-sebab dari setiap kejadian.
Dengan mengetahui sebabnya berarti memahami akar dan sumber
akibat atau kejadian. Sunnatullāh dapat diartikan sebagai cara
Allah memperlakukan manusia, yang dalam arti luasnya bermakna
ketetapan-ketetapan atau hukum-hukum Allah yang berlaku untuk
alam semesta (Hidayat, 1996). Dengan demikian, sunatullah adalah
ketentuan Allah. Suatu ketentuan hukum Logika yang mempunyai
hubungan sebab akibat dalam kajian ilmiah ( Scientific) disebut
dengan hukum alam. Berdasarkan konsep tersebut di atas,
sunnatullah merupakan hukum yang ditetapkan Allah yang bersifat
fitrah, yakni tetap dan otomatis, untuk mengatur mekanisme alam
semesta sehingga dapat menjadi pedoman bagi manusia dalam
beribadah kepada Allah selaku hambaNya dan dalam mengelola
alam semesta selaku khalifatullah, guna mewujudkan maslahat
bagi kehidupan manusia dan menghindari mafsadat. Sunnatullah
merupakan hukum ciptaan Allah yang paling awal sebelum Allah
menciptakan manusia dan menurunkan syariah-Nya. Sunnatullah
ini memiliki beberapa spesifikasi atau karakteristik, antara lain,
sebagai berikut:
A. Sunnatullah mengatur pergerakan alam semesta dengan
seluruh isinya, termasuk pula manusia. Allah menyatakan
hal ini dalam firman-Nya “Sebagai sunnah Allah yang
berlakuatas orang-orang yang telah terdahulu sebelum
(mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan
pada sunnah Allah.” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 62)
B. Sunnatullah memiliki sifat fitrah, yakni tetap dan otomatis.
Sifat fitrahnya sunnatullah ini juga dinyatakan dalam
firman-Nya yang lain dimana Allah menyatakan:“Sebagai
suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu
sekali-kali tiada akanmenemukan perubahan bagi
sunnatullah itu.” (Q.S. Al-Fath [48]: 23)
C. Penciptaan manusia tunduk pada fitrah Allah. Allah
menciptakan manusia melalui proses hukum alam yang
berjalan menurut fitrahnya, yakni tetap dan otomatis. Fitrah
penciptaan manusia ini tidak akan mengalami perubahan
sebagaimana dinyatakan Allah dalam firman-Nya:“Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.” (Q.S. Al-Ruum [30]: 30) Allah SWT
menjelaskan di dalam firman-Nya bagaimana penciptaan
manusia inisebagai berikut: “(Allah) Yang membuat segala
sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang
memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia
menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air
mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke
dalam (tubuh) nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan
bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati; (tetapi)
kamu sedikit sekali bersyukur.” (Q.S. alSajdah [32]: 7-9)
D. Obyek hukum sunnatullah adalah alam semesta. Kejadian
yang terjadi karena kekuatan hukum alam disebut peristiwa
alam.
E. Alam semesta bukan merupakan subyek hukum
sunnatullah yang memiliki pilihan dan tanggung jawab,
melainkan merupakan obyek hukum yang secara otomatis
tunduk pada hukum sunnatullah.
F. Alam semesta sebagai obyek hukum sunnatullah dapat
terjadi perubahan atau perkembangan. Perubahan alam
tersebut terjadi karena ketetapan hukum alam, artinya
perubahan alam terjadi karena diatur oleh hukum alam.
Hukum alamlah yang menyebabkan perubahan alam.
Namun demikian, meskipun alam semesta dapat berubah,
tetapi hukum alam tidak akan berubah, dan perubahan alam
senantiasa tunduk pada hukum alam.
G. Mekanisme kerja hukum alam terbebas dari campurtangan
akal dan kehendak manusia. Allah dalam menetapkan
hukum sunnatullah ini terbebas dari campurtangan
pemikiran dan keinginan manusia. Bahkan pemikiran dan
kehendak manusia terhadap alam semesta dan aturan
hukumnya tunduk pada sunnatullah. Tidak ada tempat sama
sekali bagi manusia untuk ikut campur tangan dalam
menetapkan hukum sunnatullah untuk mengatur alam
semesta.

2.4 Integrasi Islam Dan Ilmu Pengetahuan


Kata dari integrasi itu sendiri sesungguhnya memilikiarti
pembauran sampai menjadi satu kesatuan yang utuh. Sehingga
dapatdikatakan bahwa integrasi disini adalah penyatuan beberapa
komponen yangberbeda agar menjadi suatu hal satu dan penuh. Setiap
masanya pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan
memilikisebuah corak khas yang berbeda-beda.

Di zaman yunani kuno abad (7-2 SM) yangdikenal sebagai zaman


keemasan titik tumbuhnya suatu ilmu pengetahuan danfisafat. Di zaman
ini, bangsa yunani memiliki sikap yang kritis terhadap suatufenomena
yang terjadi disekeliling mereka, sehingga dari sana lahirlah para tokoh-
tokoh di bidang keilmuan. Seperti Thales (624-548) yang mencoba
menanyakanasal muasal alam semesta, Phytagoras (580-500SM) dibidang
keahlian ilmu ukur,Socrates (470-399 SM) Seorang yang selalu berproses
dan tidak mengharapkanhasil instan. Lalu zaman pertengahan mulai
abad 2 – 14 M, dimana zaman ini berfokusterhadap kepentingan
agama tetapi masih banyak temuan bidang keilmuan. Padazaman bani
umayyah banyak sekali kemunculan dari para sarjana-sarjana
yangberagama islam dengan keahlian di bidang sains dan kebudayaan.

Munir mursi menyatakan kalau “seluruh imu adalah islami


sepanjang berada didalam batas-batas yang digariskan Allah SWT kepada
kita” hal ini sebagai bentukkonsekuensi karena tidak adanya pemisahan
ilmu umum dengan ilmu agama. Didalam konsep islam (timur) semua
yang dipikirkan, dikehendaki, dirasakan dandiyakini, berbeda dengan
konsep barat, yang mengelompokkan ilmu itu menjaditiga:

1. Natural Sciences (ilmu-ilmu kealaman, murni, biologi, fisika,


kimiadan lainnya)
2. Social Sciences (ilmu-ilmu kemasyarakatan yang menyangkut
perilakumanusia dalam interaksinya dalam masyarakat)
3. The Humanities (humaniora), ialah ilmu-ilmu kemanusiaan
yangmenyangkut kesadaran akan perasaan kepribadian dan nilai-nilai
yangmenyertainya sebagai manusia.

Ilmu-ilmu alam (natural sciences) seperti fisika, kimia,


matematika,biologi, astronomi, arkeologi dan botani. Ilmu-ilmu sosial
(social sciences) sepertisosiologi, ekonomi, hukum, pendidikan, politik,
antropologi dan sejarah. Sertahumaniora seperti psikologi dan filsafat.
Islam sendiri yang menjadi sebuah agamatidak membuat pemisah anatar
agama dengan ilmu pengetahuan. Teori bigbang berdasarkan pandangan
mengenai agama islam dengan ilmubarat. Dalam al-quran menyebutkan
kalau langit dan bumi itu memang awalnya satu. Untuk itu ilmuan
islam berawal dari integralistik atau berawal padakeimanan pada
wahyu. Berbeda dengan ilmuan non-islam yang berpandanganawal
pada sekuleristik atau berawal pada sebuah pernyataan filsafat
yangberorientassikan pada keilmuannya itu saja.
Para Ilmuwan dalam penelitiannya menemukan sebuah
kebenaran yangsangat mendalam tentang mengapa seseorang
menggunakan penalaran analistisdengan asosiasi terhadap sains, dan
alasan moralitas yang terkait erat dengankeimanan dan
keagamaan. Otentitas al-qur’an adalah suatu keaslian
ataukebenaran yang berasal dari tuhan. Sehingga diperlukan sebuah
alat tes buktidengan serangkaian fakta-fakta ilmiah, bukanlah teori
ilmiah saja. Yang dimanahal ini dilakukan oleh seorang dari pihak ketiga
yang tidak terkait dengan agamamanapun. Pembuktian ini dilakukan
dengan pembenturan ayat dan fakta ilmiahyang ada. Contohnya
pemikiran dari plato seorang filosif romawi
mengenaipandangannya mengenai bumi yang berbentuk datar,
kemdian pandangan inidibenarkan oleh ptolomeus dan dia
mengatakan kalau benda-benda dilangitmengelilingi bumi. Tidak lama
kemudian peneliti barat yang nicholas copenicusyang menyimpulkan
kalau matahari tidak mengelilingi bumi melainkan bumi yangmemutari
matahari.

Faktor penyebab integrase islam dan ilmu pengetahuan

Sejak awal paruh kedua abad XX kajian terkait realisasi agama dan
sains telahmuncul. Kemudian diikuti dengan peristiwa dimana Turki
kalah dengan pihakbarat. Oleh sebab itu Ismail Raji Al-Faruqi
menjelaskan kalau umat muslim duniatidak lagi bisa menempati
kedudukannya sebagai ummatan wasathan, kecuali jikamereka kembali
berpedoma kepada islam seperti 14 abad yang lalu.

Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Maimun Syamsudin dengan


judul “IntegrasiMultidimensi Agama Dan Sains” yang menceritakan
kalau tedapat beberapa kemlompok yang disebut dengan transformatik.
Kelompook ini mendukung untukmengadopsi sains barat untuk
membangun umat islam yang lebih modern meninggalkan budaya
tradisionalnya. Menurut mereka ilmu pengetahuan baratmellihat
sesuatu secara empirik, objektif, bersifat positifempiris sehingga
segalasesuatu yang sifatnya tidak objektif dianggap tidak nyata.
Berbandinng terbalaikdengan pandangan dari ilmuwan islam yang
memandang suatu bukan hanya dariindrawwi atau fisik melainkan juga
metafisik.

Tidak hanya itu keterbelakangan penididkan umat muslim


(penganut ajaran islam)di berbagai negara islam dalam penguasaan IPTEK
yang saat itu yang dianggaplebih rendah dibandingan negara bangsa barat.
Sehingga dalam hal ini umat islamdiharuskan untuk mampu
mengaplikasikan sains dan teknologi beriringan dengannilai-nilai ajaran
agama islam agar nantinya mampu bersaing dengan bangsa lain.
Berdasarkan Al-Qur’an surah pertama Al-Alaq ayat 1-5 yang diwahyukan
yangmemrintahkan untuk “membaca” tergambar kalau konstruksi dari
pengetahuandalam islam dibaguan atas dasar nilai tauhid untuk mencapai
ilmu pengetahuanatas nama tuhan, sehingga pencapaian ilmu
pengetahuan harusnya ekuivalendengan proses makrifat pada tuhan
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kewajiban menutut dam mengamalkan ilmu pengetahuan dan
teknologi tidak lepas dari individu yang berperan secara aktif, bahwa peran
yang utama dalam menutut ilmu dan mengamalkan ilmu secara konsep
islam setidaknya ada 2 (dua) yaitu:

1. Menjadikan Aqidah islam sebagai syariah islam sebagai standar


penggunaan IPTEKS
2. Menjadikan syariah islam sebagai standar penggunaan IPTEKS

Jadi, syariah islam lah bukannya standar (utilitarianisme), yang


seharusnya dijadikan tolak ukur umat islam dalam mengaplikasikan
IPTEKS.

Memanfaatkan alam yang ada untuk perkembangan IPTEKS, tetapi


harus tetap menjaga dan tidak merusak yang ada. Yaitu dengan cara
mencari ilmu dan mengamalkannya.
3.2 Saran
Demikian yang dapat disampaikan mengenai materi yang menjadi
Bahasan dari makalah ini, tentu banyak kekurangan dan kelemahan karena
terbatasnya ilmu pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami
peroleh hubungannya dengan makalah ini. Penulis berharap kepada para
pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada saya demi
sempurnanya makalah ini semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
W Wisnu, Arya.Melacak Teori Einstein dalam Al Qur’an. Baiquni, A. Al Qur’an,
Ilmu Pengetahuan, dan TeknologiPT Dana Bhakti Prima Yasa. Yogyakarta. 1996.

Nata, Abuddin. 2018. “Islam & Ilmu Pengetahuan Edisi Pertama”. Jakarta:
Prenadamedia Group.

Solichin, Mohammad Muchlis, dkk. 2021. “Integrasi Ajaran Islam Dengan


IlmuPengetahuan”. Pamekasan

Anda mungkin juga menyukai