Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“IPTEKS DALAM ISLAM”

Oleh

Kelompok 12

Nurul Dwi Endarina ( G1B022007)

Alif Rahmat Yudha ( G1B022034)

Feno Jovanzah ( G1B022103)

Dosen Pengampu: Bapak Dr. Khoiruman, M.Pd. I

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BENGKULU
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami karunia
nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan terus dapat
menimba ilmu di Universitas Bengkulu.

Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah Pendidikan Agama
Islam. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari, agar kami semua menjadi mahasiswa
yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.

Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan
kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini kami sangat berharap perbaikan, kritik dan saran
yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi saya
sendiri umumnya para pembaca makalah ini.

Terima kasih, wassalamu’ alaikum.

Bengkulu, 8 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................i

Daftar Isi............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah.......................................................................................1


1.2. Rumusan Makalah................................................................................................2
1.3. Tujuan Penulisan..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

1.4. Paradigma Islam tentang Modernisasi..................................................................5


1.5. Kontribusi Umat Islam Terhadap Modernisasi....................................................8
1.6. Tokoh tokoh Islam dan Penemuannya...............................................................21

BAB III PENUTUP

1.7. Kesimpulan.........................................................................................................25

Daftar Pustaka.................................................................................................................26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Islam merupakan agama yang sangat memerhatikan segala aspek kehidupan. Segalanya telah
diatur sesuai dengan perintah dari Allah SWT. Aspek yang cukup diperhatikan dalam islam
adalah pengetahuan dan ilmu yang bermanfaat. Menuntut ilmu itu hukumnya wajib, seperti
yang telah diterangkan dalam hadits Rasulullah sae bersabda: “ Menuntut ilmu wajib atas tiap
muslim ( baik muslimin maupun muslimah ).” 1

Ilmu juga berkaitan dengan perkembangan teknologi. Sampai sekarang,perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi serta seni (IPTEKS) telah berkembang pesat. Kemajuan IPTEKS
itu sendiri didominasi kuat oleh peradaban orang Barat. Sedangkan negara-negara yang
mayoritas penduduknya beragama Islam sebagian besar merupakan negara berkembang.
Sebagai umat yang mewarisi ajaran ketuhanan dan pernah mengalami kejayaan di bidang
IPTEKS pada zaman dahulu, ini merupakan suatu kenyataan yang cukup memprihatinkan.2

1.1 Latar Belakang Masalah

Topik ini berisi pembahasan tentang IPTES dan Modernisasi. Modernisasi atau Pembaharuan
berguna untuk menyesuaikan IPTEKS terhadap perkembangan zaman. Pembaharuan Islam
adalah upaya untuk menyesuiakan paham keagamaan Islam dengan perkembangan dan yang
ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan terknologi modern.3 Modernisasi merupakan
gejala sosial yang terjadi di masyarakat dunia, maupun di Indonesia bahkan umat Islam.
Umat Islam tidak bisa mengelak dari pasangnya arus modernisasi yang semakin merata baik
di negara-negara besar maupun negara kecil sekalipun, negara kaya maupun negara miskin,
negara yang terletak di jalur lalu lintas internasional maupun regional.4 Maka, kita umat

1
H.R Ibnu Majah
2
Iryani, E. (2017). al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan.Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3
Tahun 201, 69.
3
Muttaqin, I. (2015). Konsep Al‐Kasb Dan Modernisasi Islam. Al-Insyiroh: Jurnal Studi Keislaman, 1(1), 23-
43.
4
Asry, L. (2019). Modernisasi Dalam Perspektif Islam. At-Tanzir: Jurnal Ilmiah Prodi Komunikasi Penyiaran
Islam, 10(2, 126.

1
muslim perlu mengetahui bagaimana modernisasi dalam Islam, supaya menjadi umat muslim
yang mampu mengikuti perkembangan IPTEKS namun tidak lepas dari pandangan islam.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana Paradigma Islam tentang Modernisasi ?


b. Apa saja kontribusi Umat Islam terhadap Modernisasi ?
c. Siapa Tokoh-Tokoh Islam dan Penemuannya di bidang IPTEKS?

1.3 Tujuan Kepenulisan

Adapun tujuan dari kepenulisan ini adalah agar umat muslim bijak dalam menerima
dan melakukan modernisasi sesuai dengan ajaran agama Islam pada abad modern ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Dalam persfektik Islam, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni merupakan hasil
pengembangan potensi manusia yang diberikan Allah berupa akal dan budi. Prestasi yang
gemilang dalam pengembangan IPTEKS, pada hakekatnya tidak lebih dari sekedar
menemukan bagaimana proses sunnatullah itu terjadi di alam semesta ini, bukan menciptakan
dan merancang suatu hukum baru di luar sunnatullah (hukum alam).5

IPTEKS adalah akronim dari rangkaian kata-kata Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni.
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, asal kata dari: „alima - ya"lamu- „ilman
yang berarti tahu atau mengetahui. Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang
disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Ilmu menempati kedudukan
yang sangat penting dalam ajaran Islam, hal ini terlihat dari banyaknya ayat al-Qur"an yang
memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulia, di samping hadits-hadits Nabi
yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu.

Di samping sumber-sumber lain berupa kamus-kamus maupun mu"jam-mu"jam yang


berbicara tentang struktur kata “ilmu atau pengetahuan”, di dalam Al-Qur"an kata ilmu dan
kata-kata jadiannya digunakan lebih dari 780 kali, ini bermakna bahwa ajaran Islam
sebagaimana tercermin pada al-Qur"an sangat kental dengan corakcorak yang berkaitan
dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri penting dari agama Islam. Salah satu ciri yang
membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu
pengetahuan. AlQur"an, dan ash-Sunnah mengajak umat Islam untuk mencari dan
mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada
derajat tinggi. Kata Tekhnologi adalah produk dari ilmu pengetahuan. Teknologi adalah hasil
dari penerapan Ilmu Pengetahuan yang Tekhnologi dapat membawa dampak positif berupa
kemajuan peradaban dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia, juga dapat membawa
dampaknegatif berupa ketimpangan bahkan kehancuran kehidupan manusia, alam lingkungan
& alam semesta.6

5
Bakhtiar, N. (2013). Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.hal
194
6
Darwin Une, d. (2015). Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi. Gorontalo: Penerbit Ideas Publishing.
Hal 101-102

3
Sementara itu seni adalah hasil olah akal dan budi manusia yang merupakan ekspresi
jiwanya. Seni identik dengan keindahan, dalam hadits dikatakan ‫ الـمجال بـحي ليمج هللا نا‬. „Allah
itu indah dan suka kepada keindahan". Keindahan yang dimaksud yaitu keindahan yang
hakiki identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian.

Dalam Islam antara wahyu, akal, agama dan ilmu harus sejalan tidak boleh terpisah satu sama
lain, karenanya hakikat agama adalah membimbing dan mengarahkan akal. Sehingga dari
akallah menghasilkan ilmu yang tidak boleh lepas dari nilai-nilai. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa Agama Islam bersumber dari wahyu Allah Swt, sedangkan ilmu
pengetahuan bersumber dari pikiran manusia yang disusun berdasarkan hasil penyelidikan
alam, yang bertujuan mencari kebenaran ilmiah. IPTEK dalam Islam dipandang sebagai
kebutuhan manusia dalam rangka mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan memberi
kemudahan pada peningkatan Ubudiyah dan keimanan kepada Allah swt, IPTEK dalam Islam
juga sebagai bagian dari pelaksanaan kewajiban manusia sebagai makhluk Allah yang
berakal. Penghargaan Islam terhadap ilmu pengetahuan sangat tinggi sekali karena hal ini
merupakan cerminan penghargaan bagi manusia itu sendiri. Penghargaan ini dapat dilihat dari
beberapa aspek, di antaranya :
a. Turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah Saw (Al Alaq : 1–5)
b. Banyaknya ayat Al-Qur"an yang memerintahkan manusia untuk menggunakan akal,
pikiran, dan pemahaman (Al Baqarah:44).
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang
kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu
membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?
c. Allah Swt memandang rendah orang-orang yang tidak mau
menggunakan potensi akalnya sehingga mereka disederajatkan
dengan binatang, bahkan lebih rendah lagi (Al „Araf : 179).
d. Allah memandang lebih tinggi derajat orang-orang yang berilmu (Az
Zumar : 9 dan Al Mujadilah : 11).
e. Allah akan meminta pertanggungjawaban orang-orang yang
melakukan sesuatu tidak berdasarkan ilmu (Al Israa : 36).
f. Pemahaman terhadap ajaran agama harus berdasarkan ilmu (Ali
Imran : 18).
g. Dalam menentukan orang-orang pilihan yang menjadi Khalifah di
muka bumi ini Allah melihat sisi keilmuannya (Al Baqarah : 247).

4
h. Allah menganjurkan kepada seorang yang beriman untuk senantiasa
berdo'a bagi pertambahan kekuasaan ilmunya (Thaha : 114).7

2.1. Paradigma Islam Tentang Modernisasi

A. Pengertian Modernisasi dan Paradigma Modernisasi dalam Islam

1. Pengertian Modernisasi

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, modernisasi adalah hal atau tindakan yang menjadikan
modern, pemodernan dan tindakan mau menerima sifat modern.

Modernisasi banyak memiliki artian dari berbagai pendapat. Modernisasi menurut Endang
Saifuddin Anshari (1990 : 230) adalah : Suatu proses aktivitas yang membawa kemajuan
yakni perubahan dan perombakan secara asasi mengenai susunan dan corak suara masyarakat
dari statis ke dinamis, dari tradisional ke rasional, dari feodal ke kerakyatan dan lain
sebagainya dengan jalan mengubah cara berpikir masyarakat sehingga dapat meningkatkan
efektifitas dan efesiensi dalam aparat dan tata cara semaksimal mungkin. 8 Lebih lanjut
Soejono Soekanto mengemukakan modernisasi adalah : Suatu bentuk dari perubahan sosial,
yang biasanya merupakan perubahan sosial yang terarah (directed change) yang didasarkan
pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan “Sosial Planing”. Modernisasi merupakan
suatu persoalan masyarakat yang bersangkutan, yang menyangkut proses disorganisasi,
problem-problem sosial, konflik antar kelompok, hambatan-hambatan terhadap perubahan
dan sebagainya.9

2. Paradigma Modernisme dalam Dunia Islam

Pembaharuan Islam adalah upaya untuk menyesuiakan paham keagamaan Islam dengan
perkembangan dan yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern. Dengan demikian pembaharuan dalam Islam bukan berarti mengubah, mengurangi
atau menambahi teks Al-Quran maupun Hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas

7
Darwin Une, d. (2015). Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi. Gorontalo: Penerbit Ideas Publishing.
Hal 102-103

8
Endang Saifuddin dalam Lenawati Asry, Modernisasi dalam Perspektif Islam Vol. 10 No. 2, Desember 2019,
128.
9
Soekanto dalam Lenawati Asry, Modernisasi dalam Perspektif Islam Vol. 10 No. 2, Desember 2019, 129.

5
keduanya. Sesuai dengan perkembangannya zaman, hal ini dilakukan karena betapapun
hebatnya paham-paham yang dihasilkan para ulama atau pakar di zaman lampau itu tetap ada
kekurangannya dan selalu dipengaruhi oleh kecendrungan, pengetahuan, situasional, dan
sebagainya. Paham-paham tersebut untuk di masa sekarang mungkin masih banyak yang
relevan dan masih dapat digunakan, tetapi mungkin sudah banyak yang tidak sesuai lagi.10
Kata modernisme tidak hanya berarti orientasi kepada kemoderenan, tetapi merupakan
sebuah terminologi khusus yang intinya adalah memodernisasi pemahanan agama.
Modernisme meyakini bahwa kemajuan ilmiah dan budaya modern membawa konsekuensi
reaktualisasi berbagai ajaran keagamaan tradisional mengikuti disiplin pemahaman filsafat
ilmiah yang tinggi.
Di sisi lain,modernisme adalah sebuah gerakan yang begerak secara aktif untuk
melumpuhkan prinsip-prinsip keagamaan agar tunduk kepada nilai nilai, pemahaman,
persepsi, dan sudut pandang Barat. Jika tajdid menghidupkan kembali ajaran Islam yang telah
terhapus dan terlupakan dan dikembalikan kepada masa Islam awal (salaf), maka modernisme
adalah usaha untuk mewujudkan relevansi antara Islam dan pemikiran abad modern yaitu
dengan meninjau kembali ajaran–ajaran Islam dan menafsirkannya dengan interpretasi baru,
untuk menjadikan Islam sebagai agama modern.11 Hakekat pembaharuan dalam Islam
sesungguhnya tentang bagaimana memahami nushush agama secara benar dan
melaksanakannya sesuai dengan pemahaman Rasul dan as-salaf ash shalih dalam konteks
kekinian.12

B. Kedudukan Modernisasi Islam.

Mengetahui kedudukan modernisasi dalam Islam, harus kembali kepada konsep Al-qur’an.

Al Qur’an adalah salah satu sumber pokok ajaran Islam, disamping Hadis dan ijtihad.
Prinsip-prinsip modernisasi cukup jelas dalam Al qur’an, Allah Subhanahu Wa Ta’ala
menyeru manusia agar bertaqwa kepada-Nya. Allah menyeru kepada manusia agar senantiasa
mempersiapkan diri untuk masa depannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu
Wa Ta’ala surat Al Hasyr ayat 18 yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk

10
Muttaqin, I. (2015). Konsep Al‐Kasb Dan Modernisasi Islam. Al-Insyiroh: Jurnal Studi Keislaman, 1(1), 26.
11
Zarkasyi, A. F. (2013). Tajdid dan Modernisasi Pemikiran Islam..Jurnal TSAQAFAH Vol 9, No 2 Tahun 2013
12
Asry, L. (2019). Modernisasi Dalam Perspektif Islam. At-Tanzir: Jurnal Ilmiah Prodi Komunikasi dan
Penyairan Islam Vol. 10 No. 2, Desember 2019: 134

6
hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan. Jadi modernisasi itu sifatnya maju kedepan bukan mundur. Berarti
harus ada perubahan dalam diri manusia, dari yang tidak beragama menjadi beragama, dari
yang tidak beribadah menjadi beribadah, dan dari yang tidak tahu serta dari yang tidak
bertaqwa menjadi bertaqwa.

Dan perubahan itu harus dimulai dari diri sendiri. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam
surat Ar ra’d ayat 11 yang artinya : Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Hal ini
merupakan landasan bagi manusia agar dapat hidup dan mengembangkan potensi yang di
milikinya, karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memberikan penglihatan, pendengaran
dan hati. Firman Allah dalam Surat An Nahl ayat 78 yang artinya : Dan Allah mengeluarkan
kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

Itulah sebagai model yang harus dikembangkan, agar mengerti, memahami dan berpikir
secara aktif bukan pasif. Bagi umat Islam bukan hanya menerima modernisasi melainkan
secara aktif turut mengambil peran pimpinan di dalamnya, harus aktif sebagai agents of
modernization . Karena itu, modernisasi merupakan suatu keharusan bagi umat Islam bukan
hanya kegunaan praktisnya, tetapi karena Islam sendiri mengandung nilai-nilai kemodernan.
Apa yang disebut dengan nilai-nilai kemodernan sekarang ini semuanya terkandung dalam
ajaran Islam. Yang tidak diterima Islam adalah mengidentikan sesuatu yang modern sebagai
sesuatu yang bersifat Barat dengan segala macam aspek implikasinya.13

Menurut Al Maududi Pembaharuan itu adalah membersihkan ajaran-ajaran Islam dari


berbagai bentuk kejahiliahannya dan berusaha menghidupkan ajaran-ajarannya yang murni.
Suatu contoh ; menutup aurat dan memakai jilbab adalah wajib dalam agama Islam. Namun
dalam kenyataannya sekarang ada wanita muslimah yang bertabaruj, memakai rok mini atau
baju you can see. Usaha mengembalikan jilbab sebagai busana muslimah, dalam hal ini
disebut tajdid. Bukan sebaliknya menyatakan jilbab tidak wajib dan bukan pakaian muslimah.
Satu contoh lagi, Al Qur’an adalah way of life atau pedoman hidup muslim. Karena itu
seorang seharusnya harus dekat dengan Al Qur’an dan kehidupannya harus selaras dengan Al
Qur’an. Namun kita jumpai masih ada yang mengaku muslim, tetapi sikap dan tingkah
lakunya sangat jauh dari Al Qur’an, bahkan membacanya saja tidak bisa. Segala upaya
13
Asry, L. (2019). Modernisasi Dalam Perspektif Islam. At-Tanzir: Jurnal Ilmiah Prodi Komunikasi dan
Penyairan Islam Vol. 10 No. 2, Desember 2019: 132 - 133

7
mengembalikan umat Islam ini kepada Al Qur’an disebut tajdid. Jadi tajdid itu adalah usaha
untuk mengembalikan sesuatu kepada keadaannya ketika pertama kali “bada’i” atau pertama
kali muncul.

Islam memiliki acuan yang tidak dapat direndahkan atau di sejajarkan dengan konsep
manapun juga, yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Maka ciri modern dalam Islam itu antara lain

1. Membersihkan tauhid dari segala macam syirik (sesembahan kepada makhluk, baik yang
bernyawa ataupun tidak

2. Memberishkan ibadah dari segala macam bid’ah (upacara-upacara ibadah bikinan sendiri)
3. Memberantas formalisme tanpa amal dan menganjurkan hidup sederhana

4. Mengembalikan idealisme dan ruh jihad untuk melepaskan diri dari kedudukan yang hina
dina(Nats 14

2.2 . Kontribusi Umat Islam terhadap Modernisasi

A. Munculnya Pembaruan Islam (1800 dan Seterusnya)

Pada awalnya, bangsa Eropalah yang mengalami kemunduran. Bangsa Eropa juga pernah
dikalahkan oleh umat Islam pada zaman abad klasik (650-1250). Periode abad klasik
menggambarkan kondisi kejayaan dunia Islam. Pada periode abad pertengahan terutama abad
ke-16 sampai 18, laju keilmuan dari para ulama semakin melemah. Periode abad pertengahan
menggambarkan kondisi kemunduran dunia Islam. Produktivitas keilmuan di zaman abad
pertengahan menurun jauh dibandingkan dengan produktivitas keilmuan di abad klasik. Umat
Islam mengalami kemunduran di berbagai bidang, sedangkan orang Eropa menikmati
kemajuan yang pesat di bidang sains, ekonomi, politik, militer, dan lainnya. Pada periode
abad modern (abad ke-19) mulailah muncul kesadaran umat Islam. Kesadaran tersebut
muncul ketika orang-orang Eropa berhasil menguasai dunia Islam.15

B. Kontribusi Umat Islam Terhadap Modernisasi

14
Asry, L. (2019). Modernisasi Dalam Perspektif Islam. At-Tanzir: Jurnal Ilmiah Prodi Komunikasi dan
Penyairan Islam Vol. 10 No. 2, Desember 2019: 134
15
Mustahdi dan Mustakim.(2016). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI. Jakarta,Kemendikbud,
hal 162-163

8
Proses modernisasi di dunia Islam sudah dimulai sejak abad ke-19 dengan tokoh-tokohnya
seperti al-Tahtawi (1801-1873) di Mesir, Jamaluddin al-Afghani (1839-1897), Sayyid Ahmad
Khan (1817-1898) di India, Muhammad Abduh (1849-1905) di Mesir, Rasyid Ridha (1865-
1935), dan lain-lainnya. Gerakan pembaruan awal di abad ke-19 berkontribusi pada persoalan
keagamaan intern umat Islam, sehingga gerakan yang menonjol adalah perbaikan sistem
pendidikan dan reformasi teologi guna merumuskan ajaran-ajaran Islam dalam pengertian-
pengertian yang modern atau lebih dapat diterima oleh orang-orang modern.

Pada abad ke-20, kondisi dunia islam berada di bawah pengaruh kolonialisme dan
imperialism Eropa, sehingga tokoh islam berkontribusi seperti diantaranya mengarahkan
umat muslim untuk menciptakan dunia baru melalui ijtihad, mengkritik Barat, lalu menolak
westernisme, imperialisme, serta umat islam yang bergerak cepat dalam urbanisasi
intelektual. Pada awal abad ke-20, Muhammad Iqbal (1876-1938) di India menyerukan
kepada umat Islam agar bangun dan menciptakan dunia baru melalui ijtihad sebagai “prinsip
gerak” dalam Islam. Modernismne Iqbal selalu diiringi dengan semangat untuk mengkritik
Barat dan merevisi pemikiran modern Barat sehingga dapat digolongkan dengan new
modernization. Pada medium abad ke-20 muncul para intelektual religius seperti Hasan al-
Banna dan Maududi, yang lebih menekankan corak fundamentalismenya berupa gerakan
untuk kembali ke ajaran dasar alQur’an dan sunah sebagai landasan dalam membangun
masyarakat dan dalam menghadapi peradaban Barat, serta bersikap tegas dalam menolak
westernisme, sekularisme, dan imperialisme. Pada medium abad ke-20, persoalam
modernitas telah melibatkan masyarakat Islam dalam skala yang lebih luas. Urbanisasi
intelektual masyarakat Muslim bergerak dengan cepat.

Pada tahun 1970-an, Ismail Raji al-Faruqi (1921-1986) memunculkan gagasan Islamisasi
ilmu pengetahuan sebagai worldview Islam, dan telah banyak memberi landasan gerakan
kultural bagi kebangkitan Islam pada akhir abad20. Kontribusi Ismail Raj’i al-Faruqi yang
lain adalah dalam dialog dan gerakan kerukunan antarumat beragama.16

C. Tokoh tokoh Islam dalam Modernisasi

16
Bakri, S. (2016). Modernisasi dan Perubahan Sosial dalam Lintasan Sejarah Islam. Kalimah: Jurnal Studi
Agama Dan Pemikiran Islam, 14(2), 184-186.

9
Di antara Umat Islam sendiri, terdapat beberapa tokoh yang melakukan pembaharuan Islam
pada Masa Modern beserta dengan pemikiran pembaharuan Islam.

2.5 Tokoh Pembaharuan Islam di Dunia.


1. Pembaru dari India

a. Syah Waliyullah (1703-1762 M.)

Syah Waliyullah dilahirkan di Delhi pada 21 Februari 1703. Ia memperoleh pendidikan dari
orang tuanya yang dikenal “sufi” dan pengelola madrasah, yaitu Syah Abd. Rahim. Setelah
dewasa, ia turut menjadi guru di madrasah itu. Kemudian beliau menunaikan ibadah haji dan
menimba ilmu pada ulama-ulama di Mekah dan Madinah selama setahun. Ia kembali ke
Delhi pada tahun 1732 dan meneruskan karir lamanya sebagai guru. Syah Waliyullah juga
gemar menulis. Ketika wafat beliau banyak meninggalkan karya-karya tulis, Karya-karya
beliau di antaranya yang sangat terkenal berjudul Hujjatullah Al-Balighah dan Fuyun Al-
Haramain.
Ketika melihat kemunduran dunia Islam, Syah Waliyullah berpendapat bahwa penyebab
kemunduran dunia Islam di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Terjadinya perubahan sistem pemerintahan Islam dari sistem kekhalifahan menjadi sistem
kerajaan.
2. Sistem demokrasi yang melekat dalam kekhalifahan diganti dengan sistem monarki
absolut.
3. Perpecahan di kalangan umat Islam merupakan akibat dari adanya perbedaan aliran-aliran
yang muncul di dalamnya. Tiap- tiap aliran mengaku dirinya yang paling benar.
4. Mencampuradukkan ajaran Islam dengan unsur-unsur ajaran lainnya, sehingga ajaran
Islam yang murni menjadi kurang jelas.

Pemikiran lain dari Syah Waliyullah adalah perlunya penerjemahan al-Qur’an ke


dalam bahasa asing. Tujuan penerjemahan ini agar masyarakat yang tidak mengerti bahasa
Arab dapat memahami maksud dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pemikiran
ini termasuk baru, sebab penerjemahan al-Qur’an pada saat itu masih dilarang oleh para
ulama. Bahasa yang dipilih untuk terjemahan al-Qur’an adalah bahasa Persia, karena banyak
digunakan di kalangan pelajar Islam India saat itu. Penerjemahan al-Qur’an ke dalam bahasa
Persia disempurnakan Syah Waliyullah di tahun 1758. Terjemahan yang semula ditentang itu

10
lambat laun dapat diterima oleh masyarakat Islam India pada saat itu. Setelah masyarakat
bersedia menerima terjemahan al-Qur’an, kemudian putra Syah Waliyullah melanjutkan
pemikiran ayahnya. Putra Syah Waliyullah membuat terjemahan al-Qur’an ke dalam bahasa
Urdu. Bahasa Urdu inilah yang lebih umum digunakan oleh masyarakat Islam India daripada
bahasa Persia.17

b. Sayyid Ahmad Khan (1817-1898 M.)

Setelah Kerajaan Mughal dihancurkan oleh kekuatan Inggris pada tahun 1857, maka
tampillah ulama baru di India, yaitu Sayyid Ahmad Khan. Ia lahir di Delhi pada tahun 1817.
Sayyid Ahmad Khan memperoleh pendidikan tradisional dalam pengetahuan agama. Selain
mempelajari bahasa Arab, ia juga menekuni bahasa Persia. Ia rajin membaca dan banyak
memperluas pengetahuan dengan membaca buku berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sayyid
Ahmad Khan pernah bekerja pada Serikat India Timur ketika usianya masih 18 tahun.
Kemudian ia bekerja pula sebagai hakim. Akan tetapi, pada tahun 1846 ia pulang kembali ke
Delhi untuk meneruskan studinya. Pada tahun 1857, terjadi pemberontakan terhadap
kekuasaan Inggris oleh rakyat India. Pada saat kejadian tersebut, Sayyid Ahmad Khan banyak
berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan. Dalam kesempatan yang sama, ia pun
banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan. Pihak Inggris menganggap bahwa Sayyid
Ahmad Khan telah banyak berjasa kepada mereka sehingga mereka ingin membalas jasanya.
Namun, Sayyid Ahmad Khan menolak hadiah yang dianugerahkan Inggris kepadanya. Ia
hanya menerima gelar “Sir” yang diberikan pemerintah Inggris kepadanya. Dengan gelar
“Sir” tersebut sehingga ia populer dipanggil dengan nama “Sir Sayyid Akhmad Khan.”
Komunikasi Sayyid Ahmad Khan yang baik dengan pihak Inggris digunakannya sebagai
strategi untuk kepentingan umat Islam di India. Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa
kedudukan umat Islam di India dapat meningkat apabila mereka bersedia bekerja sama
dengan Inggris. Sayyid Ahmad Khan berpendapat demikian karena Inggris merupakan
penguasa terkuat di India melebihi penguasa-penguasa lainnya di sana. Oleh karena itu,
apabila umat Islam di India menentang kekuasaan Inggris maka hal tersebut tidak akan
membawa kebaikan bagi mereka. Sikap antipati terhadap Inggris justru akan menjadikan
umat Islam di India tetap mundur dan akhirnya tertinggal.

17
Mustahdi dan Mustakim.(2016). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI. Jakarta,Kemendikbud,
hal 164-165

11
Pemikiran Sayyid Ahmad Khan tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut:
1. Kemunduran umat Islam disebabkan oleh umat Islam sendiri yang tidak mengikuti
perkembangan sains dan teknologi produk Barat.
2. Ilmu dan teknologi modern adalah hasil pemikiran manusia. Oleh karena itu, akal dalam
batas kekuatannya harus dihargai tinggi oleh umat Islam.
3. Islam adalah agama yang memiliki paham hukum alam buatan Tuhan. Antara hukum alam
sebagai ciptaan Allah Swt. dan al-Qur’an sebagai firman Allah Swt. pasti tidak terdapat
pertentangan, akan tetapi keduanya sejalan.
4. Sumber ajaran Islam hanyalah al-Qur’an dan Al-Hadis. Pendapat ulama masa lampau tidak
mengikat bagi umat Islam. Di antara pendapat mereka ada yang sudah kurang sesuai dengan
zaman modern.
5. Umat Islam harus didorong untuk memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan
semangat berpikir, bukan sikap dan perilaku taklid (hanya mengikuti pendapat lain tanpa
mengerti alasannya).
6. Cara efektif untuk mengubah sikap mental umat Islam dari keterbelakangan adalah
pendidikan. Oleh karena itu, ia mendirikan sekolah yang akhirnya memiliki peran penting
dalam kebangkitan umat Islam di India. Sekolah tersebut diberi nama Muhammedan Anglo
Oriental College (MAOC) yang terletak di Aligarh.18

c. Muhammad Iqbal (1876-1938 M.)

Muhammad Iqbal (1876-1938) berasal dari keluarga golongan menengah di Punjab, India. Ia
belajar di Lahore hingga memperoleh gelar kesarjanaan tingkat magister (M.A.). Di kota
itulah ia berkenalan dengan seorang orientalis bernama Thomas Arnold. Orientalis inilah
yang mendorong Iqbal untuk melanjutkan studi ke Inggris. Iqbal kemudian masuk ke
Universitas Cambridge pada tahun 1905 untuk mempelajari filsafat. Pendidikan Agama
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Islam dan Budi Pekerti 167 167 Dua tahun
kemudian Iqbal pindah ke Munich, Jerman. Di Jerman inilah Iqbal memperoleh gelar doktor
(Ph.D.) dalam bidang tasawuf. Tesis doktoral Iqbal berjudul The Development of
Metaphysics in Persia (Perkembangan Metafisika di Persia). Pada tahun 1908 Iqbal kembali
ke Lahore dan menekuni profesi sebagai pengacara dan dosen filsafat. Ia menulis buku The

18
Mustahdi dan Mustakim.(2016). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI. Jakarta,Kemendikbud,
hal 165-166

12
Reconstruction of Religious Thought in Islam. Buku ini merupakan kumpulan dari ceramah-
ceramah Iqbal di universitas di India. Pada tahun 1930, Iqbal dipilih menjadi Presiden Liga
Muslimin. Ia pernah menghadiri Konferensi Islam yang diadakan di Yerusalem. Pada tahun
1933, ia diundang ke Afghanistan untuk membicarakan pembentukan Universitas Kabul.
Berbeda dengan pembaru-pembaru lain, Muhammad Iqbal adalah penyair dan filosof.

Pemikiran Iqbal mengenai kemunduran dan kemajuan umat Islam mempunyai pengaruh pada
gerakan pembaruan dalam Islam. Pemikiran- pemikirannya antara lain sebagai berikut.
1. Ijtihad mempunyai kedudukan penting dalam pembaruan Islam. Oleh karena itu, pintu
ijtihad tetap terbuka.
2. Umat Islam perlu mengembangkan sikap dinamis. Dalam syairnya, ia mendorong umat
Islam untuk bergerak dan jangan tinggal diam.
3. Kemunduran umat Islam disebabkan oleh kebekuan dan kebuntuan (kejumudan) dalam
berpikir.
4. Hukum Islam tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai perkembangan zaman.
5. Umat Islam harus menguasai sains dan teknologi yang dimiliki Barat.
6. Perhatian berlebihan umat Islam terhadap kehidupan yang bersifat zuhud telah
menyebabkan kurangnya perhatian terhadap masalahmasalah keduniaan dan sosial
kemasyarakatan.19

2. Pembaru dari Mesir

a. Muhammad Ali Pasya (1765-1849 M.)

Muhammad Ali Pasya lahir di Kawala, Yunani, tahun 1765 dan meninggal di Mesir pada
tahun 1849. Ia adalah seorang keturunan Turki. Sebagai seorang raja, Muhammad Ali
memprioritaskan bidang militer. Ia berpandangan bahwa kekuasaannya hanya dapat
dipertahankan dan diperbesar dengan kekuatan militer. Untuk menopang kekuatan militer,
maka ia membangun kekuatan ekonomi. Ia berpendapat bahwa di balik kekuatan militer pasti
ada kekuatan ekonomi sebagai penyedia biayanya. Untuk membangun kekuatan militer dan
kekuatan ekonomi, ilmu-ilmu modern diperlukan sebagaimana telah dikenal orang di Eropa.

19
Mustahdi dan Mustakim.(2016). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI. Jakarta,Kemendikbud,
hal 166-167

13
Selain pemikiran tersebut, ide dan gagasan Muhammad Ali Pasya yang dinilai inovatif pada
zamannya adalah mendirikan sekolah-sekolah modern. Muhammad Ali Pasya memasukkan
ilmu-ilmu modern dan sains ke dalam kurikulum di sekolah-sekolah yang ia dirikan. Sekolah-
sekolah inilah yang kemudian dikenal sebagai sekolah modern di Mesir pada khususnya dan
dunia Islam pada umumnya. Ketika Muhammad Ali Pasya memperkenalkan pendidikan
sistem modern, masyarakat Mesir saat itu masih menggunakan sistem pendidikan tradisional
yaitu kuttab, masjid, madrasah, dan Jami’ Al-Azhar (Universitas Al-Azhar). Ilmu-ilmu yang
dikembangkan di lembaga-lembaga tradisional ini hanya “ilmu keagamaan saja”, seperti
tafsir, hadis, fiqh, dan ilmu tauhid. Muhammad Ali Pasya melihat bahwa lembaga-lembaga
pendidikan tradisional yang sudah ada tentu sulit menerima kurikulum modern ke dalam
lembaganya. Oleh karena itu, ia tidak mengubah lembaga pendidikan tradisional yang sudah
ada, tetapi menempuh jalan alternatif mendirikan sekolah modern sendiri. Ide dan tindakan
yang ditempuh Muhammad Ali Pasya ini menunjukkan adanya kemajuan di zamannya. Ia
berani berbeda dengan merealisasikan pikiran strategisnya untuk kemajuan umat Islam. 20

b. Rifa’ah Baidawi Rafi’ Al-Tahtawi (1801-1873 M.)

Tokoh ini sering dikenal dengan sebutan Al- Tahtawi. Ia lahir pada tahun 1801 di Tahta,
suatu kota yang terletak di Mesir bagian selatan dan meninggal di Kairo pada tahun 1873. Al-
Tahtawi mulai belajar di Universitas Al-Azhar Kairo ketika usianya 16 tahun. Ia
menyelesaikan studi di Al-Azhar pada tahun 1822 dalam waktu lima tahun.

Beberapa pemikiran tentang pembaruan Islam yang diusungnya adalah sebagai berikut:
1. Ajaran Islam bukan hanya mementingkan kesejahteraan hidup di akhirat belaka, tetapi
juga hidup di dunia.
2. Kekuasaan raja yang cenderung absolut harus dibatasi dengan syariat. Oleh karena itu, raja
harus bermusyawarah dengan ulama dan kaum intelektual.
3. Syariat harus diartikan sesuai dengan perkembangan modern.
4. Para ulama harus mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan modern agar syariat dapat
tegak di tengah kehidupan masyarakat modern.
5. Pendidikan harus bersifat universal, misalnya wanita harus memperoleh pendidikan yang
sama dengan kaum pria. Istri harus menjadi teman dalam kehidupan intelektual dan sosial.

20
Mustahdi dan Mustakim.(2016). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI. Jakarta,Kemendikbud,
hal 168

14
6. Umat Islam harus dinamis dan meninggalkan sifat statisnya.21

c. Jamaludin Al-Afghani (1839-1897 M.)

Jamaludin lahir di Afghanistan pada tahun 1839 dan meninggal dunia di Istanbul tahun 1897.
Pada usia 22 tahun, ia telah menjadi pembantu bagi Pangeran Dost Muhammad Khan di
Afghanistan. Di tahun 1864 ia menjadi penasehat Sir Ali Khan. Beberapa tahun kemudian ia
diangkat oleh Muhammad A’zam Khan menjadi Perdana Menteri. Pada saat ia menjadi
perdana Menteri, penguasa Inggris telah mulai mencampuri soal politik dalam negeri
Afghanistan. Ketika pergolakan terjadi di Afganistan, maka Al-Afghani memilih untuk
melawan golongan yang disokong oleh Inggris. Dalam pergolakan itu, pihak Al-Afghani
kalah, maka ia merasa lebih aman meninggalkan tanah tempat kelahirnya dan akhirnya
menempuh perjalanan ke Mesir.

Beberapa pemikiran Jamaludin AlAfghani tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut:
1. Kemunduran umat Islam tidak disebabkan karena Islamnya. Kemunduran itu disebabkan
oleh berbagai faktor yang terdapat dalam diri umat Islam sendiri.
2. Untuk mengembalikan kejayaan Islam di masa lalu dan sekaligus menghadapi dunia
modern, maka umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang murni. Islam juga harus
dipahami dengan akal serta kebebasan berpikir.
3. Corak pemerintahan otokrasi dan absolut harus diganti dengan pemerintahan demokratis.
Kepala negara harus bermusyawarah dengan pemuka masyarakat yang berpengalaman.
4. Tidak ada pemisahan antara agama dan politik. Rasa solidaritas antarumat Islam (Pan
Islamisme) harus dihidupkan kembali di dunia Islam. 22

d. Muhammad Abduh (1849-1905 M.)

Muhammad Abduh dilahirkan di daerah Mesir hilir pada tahun 1849. dan wafat tanggal 11
Juli 1905. Ketika kecil, Muhammad Abduh belajar di rumah. Ia melanjutkan belajar al-
Qur’an hingga hafal dalam waktu dua tahun. Ia kemudian meneruskan studinya ke
Universitas AlAzhar. Di lembaga inilah Abduh untuk pertama kalinya bertemu dengan
21
Mustahdi dan Mustakim.(2016). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI. Jakarta,Kemendikbud,
hal 169
22
Mustahdi dan Mustakim.(2016). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI. Jakarta,Kemendikbud,
hal 169-170

15
Jamaludin Al-Afghani yang datang ke Mesir dalam perjalanannya ke Istanbul. Dalam
pertemuan itu, Jamaludin Al-Afghani mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai arti
beberapa ayat al-Qur’an, kemudian Al-Afghani memberikan tafsirannya. Perjumpaan itu
menorehkan kesan yang baik dalam diri Muhammad Abduh. Ketika Jamaludin Al-Afghani
datang ke Mesir lagi untuk menetap di tahun 1871, Muhammad Abduh menjadi muridnya
yang setia. Ia mulai belajar filsafat di bawah pimpinan Jamaludin Al-Afghani. Di masa ini ia
telah mulai menulis karangan-karangan untuk harian Al-Ahram. Studi Abduh di Al-Azhar
selesai pada tahun 1877 dengan mendapat gelar Alim. Setelah itu, ia mulai mengajar, pertama
di Al-Azhar, kemudian di Dar Al- Ulum dan di rumahnya sendiri. Di antara sumber bahan
ajarnya adalah buku akhlak karangan Ibn Miskawaih, Mukaddimah karya Ibn Khaldun dan
Sejarah Kebudayaan Eropa karangan Guizot. Ketiga buku terebut diterjemahkan Al-Tahtawi
ke dalam bahasa Arab di tahun 1857.

Adapun ide-ide pembaruan Muhammad Abduh yang membawa dampak positif bagi
pengembangan pemikiran Islam sebagai berikut.
1. Pintu ijtihad masih terbuka lebar bagi umat Islam. Ijtihad merupakan dasar penting dalam
menafsirkan kembali ajaran Islam.
2. Islam adalah ajaran rasional yang sejalan dengan akal. Dengan akal, maka ilmu
pengetahuan menjadi maju.
3. Kekuasaan negara harus dibatasi oleh konstitusi yang dibuat oleh negara yang
bersangkutan.23

e. Muhammad Rasyid Rida (1865-1935 M.)

Muhammad Rasyid Rida adalah murid Muhammad Abduh yang paling dekat. Ia lahir pada
tahun 1865 di AlQalamun, suatu desa di Lebanon yang letaknya tidak jauh dari kota Tripoli
(Syria). Semasa kecil, ia dimasukkan ke madrasah tradisional di Al-Qalamun untuk belajar
menulis, berhitung, dan membaca al-Qur’an. Pada tahun 1882, ia meneruskan pelajaran di
Madrasah Al-Wataniah Al-Islamiyah (Sekolah Nasional Islam) di Tripoli. Di madrasah ini,
selain diajarkan bahasa Arab, Turki dan Perancis, juga diajarkan pengetahuan-pengetahuan
agama dan pengetahuan-pengetahuan modern. Meskipun Muhammad Rasyid Rida sudah
belajar kepada guru-guru sebelumnya.Dalam perjalanan pemikirannya, ia banyak dipengaruhi

23
Mustahdi dan Mustakim.(2016). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI. Jakarta,Kemendikbud,
hal 170-171

16
juga oleh ide-ide Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh melalui majalah Al-Urwah
Al-Wu£qa. Ia berniat untuk menggabungkan diri dengan Al-Afghani di Istanbul, tetapi niat
itu tidak terwujud. Sewaktu Muhammad Abduh berada dalam pembuangan di Beirut,
Muhammad Rasyid Rida mendapat kesempatan untuk berjumpa dan berdialog dengan murid
Al-Afghani ini. Dialog-dialog ilmiah itu meninggalkan kesan yang baik dalam diri
Muhammad Rasyid Rida. Muhammad Rasyid Rida mulai menjalankan ide-ide pembaruan
ketika masih berada di Syria. Usaha-usaha itu mendapat tantangan dari pihak Kerajaan
Usmani. Ketika masih berada di Syria, ia merasa terikat dan tidak bebas. Akhirnya, ia
berketetapan hati untuk pindah ke Mesir agar dapat dekat dengan Muhammad Abduh.
Muhammad Rasyid Rida tiba di Mesir pada bulan Januari 1898. Beberapa bulan kemudian
Muhammad Rasyid Rida mulai menerbitkan majalah yang termasyhur berjudul Al-Manar. Isi
majalah ini banyak diilhami oleh pemikiran Muhammad Abduh. Pada edisi nomor pertama
dijelaskan bahwa tujuan Al-Manar sama dengan tujuan Al-Urwah AlWu£qa. Tujuan tersebut
antara lain mengadakan pembaruan dalam bidang agama, sosial, dan ekonomi. Tujuan kedua
majalah tersebut yaitu memurnikan tauhid umat Islam dari unsur-unsur ajaran yang bukan
Islam, menghilangkan paham fatalisme yang bersarang di tengah kehidupan umat Islam,
meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat Islam dari permainan politik negara-
negara Barat.

Beberapa pemikiran Rasyid Rida tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut:
1. Di tengah kehidupan umat Islam harus ditumbuhkan sikap aktif dan dinamis.
2. Umat Islam harus meninggalkan sikap dan pemikiran kaum fatalis, Jabariyah (yaitu kaum
yang hanya pasrah pada keadaan).
3. Akal dapat dipergunakan untuk menafsirkan ayat dan hadis tanpa meninggalkan prinsip
umumnya.
4. Umat Islam harus menguasai sains dan teknologi untuk mencapai kemajuan.
5. Kemunduran umat Islam disebabkan karena ada banyak unsur ajaran bukan Islam yang
sudah masuk terlalu jauh ke dalam ajaran Islam, sehingga ajaran Islam di tengah kehidupan
umat Islam tidak murni lagi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemurnian ajaran Islam di
tengah kehidupan umat Islam24

3. Pembaru dari Turki

24
Mustahdi dan Mustakim.(2016). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI. Jakarta,Kemendikbud,
hal 171-172

17
a. Sultan Mahmud II (1785-1839 M.)

Pelopor pembaruan di Kerajaan Turki Utsmani abad ke-19 sama dengan di Mesir, yaitu Raja.
Pembaru Islam di Mesir dipelopori oleh Muhammad Ali Pasya, sedangkan pembaruan di
Turki Usmani dipelopori oleh Sultan Mahmud II. Sultan Mahmud II lahir pada tahun 1785
dan wafat tahun 1839. Ia mempunyai latar belakang pendidikan tradisional dalam bidang
pengetahuan agama, pengetahuan pemerintahan, sejarah dan sastra Arab, sastra Turki, dan
sastra Persia. Mahmud diangkat menjadi Sultan di tahun 1807 dalam usia kira-kira 22 tahun.
Pada masa kesultanannya yang pertama, ia disibukkan oleh peperangan dengan Rusia dan
usaha menundukkan daerah-daerah yang mempunyai kekuasaan otonomi besar. Peperangan
dengan Rusia berakhir pada tahun 1812. Ia juga berhasil memperkecil otonomi daerah,
kecuali kekuasaan Muhammad Ali Pasya di Mesir dan satu daerah otonomi lain di Eropa.
Setelah Sultan Mahmud II berkuasa, maka pusat pemerintahan Kerajaan Turki Usmani
bertambah kuat. Ia akhirnya berpendapat bahwa tiba waktunya untuk memulai usaha-usaha
pembaruan yang telah lama dicitacitakannya.
Di antara pemikiran-pemikiran pembaruan Sultan Mahmud II sebagai berikut.
1. Menerapkan sistem demokrasi dalam pemerintahannya.
2. Menghapus pengultusan sultan yang dianggap suci oleh rakyatnya.
3. Memasukan bidang “keilmuan umum” ke dalam kurikulum lembagalembaga pendidikan
madrasah.
4. Mendirikan sekolah Maktebi Ma’arif untuk mempersiapkan tenagatenaga administrasi dan
mendirikan Maktebi Ulum’i Edebiyet untuk mempersiapkan tenaga-tenaga ahli penerjemah.
5. Mendirikan sekolah kedokteran, militer, dan teknik.25

2.6 Pembaharuan Islam di Indonesia

Timbulnya pemikiran pembaharuan Islam di Indonesia baik dalam bidang keagamaan


maupun pendidikan dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yakni pertama, faktor internal
Indonesia dimana pada saat itu kondisi pendidikan Indonesia masih sangat memprihatinkan.

25
Mustahdi dan Mustakim.(2016). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI. Jakarta,Kemendikbud,
hal 173

18
Pada saat itu pengajaran dilakukan masih sangat sederhana di surau-surau dan pondok
pesantren tradisional yang hanya mengajarkan materi keagamaan tanpa mengajarkan tentang
ilmu pengetahuan umum. Lebih parahnya pada masa kolonial pemerintah Belanda,
Pendidikan Indonesia menjadi sangat tertinggal dimana pemerintah kolonial belanda sangat
gencar menerapkan strategi untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang lemah, miskin
dan bodoh. Sehingga umat Islam Indonesia menjadi terjajah dibawah pemerintah kolonial
belanda. Kedua, faktor ekternalyakni dipengaruhinya pemikiran-pemikiran dari Timur
Tengah antara lain Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha yang
menggagas mengenai pembaharuan Islam, yang timbul akibat kesadaran akan umat Islam
tentang kondisi diberbagai segi kehidupan yang mengalami kemunduran dan ketertinggalan
umat Islam dibandingkan dengan bangsa Eropa. Peristiwa tersebut menimbulkan kesadaran
umat Islam Indonesia terutama para pelajar yang menimba ilmu di Timur Tengah untuk
mengubah kondisi yang ada menuju kepada kemajuan zaman. Baik dalam bidang keagamaan,
sosial, budaya, politik maupun dalam dunia Pendidikan.

Gaung kemajuan dan gema pembaharuan itu sampai ke Indonesia pada awal abad ke 20.
Gaung pembaharuan itu pada mulanya dibawa oleh para pelajar atau mahasiswa Indonesia
yang belajar di Timur Tengah pulang ke Indonesia. Berkaitan dengan itu muncullah beberapa
tokoh-tokoh pembaharu pemikiran Islam di Indonesia. Para pembaharu itu banyak bergerak
di bidang organisasi sosial, Pendidikan dan politik. Diantaranya Syekh Muhammad Jamil
Jambek, Syekh Thaher Jalaluddin, Haji Karim Amrullah, Haji Abdullah Ahmad, Syekh
Ibrahium Musa, dan Zainuddin Labai al-Yunusi, yang kesemuannya ini berasal dari
Minangkabau. Di jawa muncul tokoh K.H. Ahmad Dahlan, dengan gerakan Muhammadiyah,
A. Hasan dengan Gerakan Persatuan Islam (Persis), Haji Abdul Halim dengan gerakan
Persyrikatan Ulama. K.H. Hasyim Asy’ari dengan Organisasi Nahdhatul Ulama. Tokoh tokoh
ini semuanya banyak bergerak di bidang Pendidikan. muncullah upaya-uapaya untuk
memperbaharui pendidikan Islam di Indonesia (Haidar, 2009: 30).26

2.7. Tokoh Modernisasi Islam di Indonesia

1. Syeikh Muhammad Tahir Jalaluddin

26
Lenggono, W. (2018). Lembaga pendidikan muhammadiyah (telaah pemikiran KH Ahmad Dahlan tentang
pembaruan pendidikan Islam di Indonesia). Islamadina: Jurnal Pemikiran Islam, 19(1), 43-62.

19
Beliau tokoh pembaharuan Islam yang berasal dari Minangkabau yang menetap di Malaysia.
Tokoh ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap gerakan pembaruan di Asia
Tenggara. Melalui Syeikh Tahir, gagasan pembaharuan Islam Timur Tengah disebarkan di
Indonesia dan di Malaysia. Beliau dikenal dengan menerbitkan majalah Al Imam setelah
pulang ke Nusantara, Pengaruh pertama yang boleh dikemukakan adalah pemberian nama Al-
Imam kepada majalah yang diterbitkannya. Al-Imam adalah nama yang diambil dari gelar
'Abduh (AlImam). Dari segi isi pula pengaruh ‘Abduh dan Syekh Rasyid Rida boleh
ditemukan di dalam Al-Imam. Beberapa kutipan AlImam diambil daripada Al-Manar,
termasuk dalam hal ini uraian tentang Al-Manar dan tokohnya ’Abduh serta Ridho.27

2. Haji Abdullah Ahmad dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA).

Kedua tokoh ini dipandang penting sebab keduanya menjadi pelopor pembaruan Islam di
Minangkabau. Abdullah Ahmad, tokoh pembaharu pendidikan Islam dari Sumatera Barat,
adalah pioner dan pelopor yang pertama kali memperkenalkan sistem madrasah.28 Menurut
Samsul Nizar, Hamka memiliki peran yang luas dalam pembaruan Islam di Makassar dan
Minangkabau. Ia menawarkan model pendidikan Islam yang reformis. Bahkan melalui ide-
ide pembaruannya, ia membuka wawasan intelektual umat Islam dan mensejajarkan
pendidikan Islam dengan pendidikan yang dikelola Pemerintah Kolonial.29

3. K.H. Ahmad Dahlan,

Beliau merupakan pendiri organisasi atau Persyarikatan Muhammadiyah pada tanggal 18


November 1912 di Yogyakarta. Muhammadiyah merupakan organisasi yang memainkan
peran penting dalam pergerakan pendidikan Islam di Indonesia. Organisasi ini tidak hanya
mengajarkan ajaran-ajaran islam semata di masjid-masjid tetapi lebih dari itu
Muhammadiyah mendirikan lembaga-lembaga Pendidikan. Melalui Pendidikan inilah
Muhammadiyah memainkan peranannya sebagai organisasi modernis dalam pendidikan.
Wujud dari pendidikan modernisme Muhammadiyah dapat diketahui dari model pengajaran

27
Sarwan, S. (2010). Pengaruh Al-Manar (1898-1935) Terhadap Al-Imam (1906-1908). AL MUNIR: Jurnal
Komunikasi dan Penyiaran Islam,12-17.
28
Syalafiyah, N., & Harianto, B. (2020). Pembaharuan Dakwah Pendidikan Islam di Sumatera Barat. J-KIs:
Jurnal Komunikasi Islam, 1(1).127.
29
Fhauziah, H. (2015). Hubungan konsep manusia dengan konsep pendidikan islam menurut haji Abdul Malik
Karim Amrullah.hal 36.

20
yang diterapkannya. Bukan hanya mengajarkan wawasan keislaman saja tetapi mengajarkan
ilmu pengetahuan yang luas untuk bekal kehidupan seseorang.30

4. K.H. Hasyim Asy’ari,

Beliau merupakan pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU) pada tanggal 31 Januari 1926, di
Jombang Jawa Timur. Tujuan didirikannya organisasi NU adalah untuk
mempertahankan praktek keagaamaan yang sudah mentradisi di Nusantara untuk
mengimbangi gencarnya ekspansi pembaruan Islam. Karena itulah, gerakan NU
dikenal memilikiciri dengan membawa nilai kearifan lokal serta resistensi kuat untuk
memeperthankan budaya pesantren.31

2.3 Tokoh tokoh Islam dan Penemuannya

Dalam sejarah di banyak literatur menyebutkan bahwa pada periode klasik sekitar tahun 650-
1250 M semangat menuntut dan mengamalkan ilmu sangat terlihat jelas.32Sejarah mencatat
nama-nama ilmuwan muslim yang berperan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni, yang merupakan hasil peradaban umat Islam, yang mempengaruhi
peradaban dunia. Mereka mencurahkan seluruh kemampuan intelektualnya meliputi hampir
seluruh bidang ilmu yang ada saat ini.33

Sekitar abad ke VIII dan IX muncul Ilmuan Muslim seperti :


1. Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq Al-Kindi Filosuf penggerak & pengembang ilmu
pengetahuan)
Populer disebut “Filosof Arab”, meski menulis berbagai subjek selain filsafat. Ia
membuat klasifikasi ilmu pengetahuan dan menulis dua risalah tentang mineralogi
serta sebuah risalah penting di bidang metalurgi dan seni pembuatan pedang. Al-Kindi
juga menulis karya dalam bidang geologi, fisika, farmakologi dan obat-obatan (Al-
Hasan, 1993: 51). Ia merupakan ilmuwan muslim pertama yang menulis tentang
musik kaitannya dengan notasi dalam penentuan nada suara (Myers, 2003: 1-2).
30
Lenggono, W. (2018). Lembaga pendidikan muhammadiyah (telaah pemikiran KH Ahmad Dahlan tentang
pembaruan pendidikan Islam di Indonesia). Islamadina: Jurnal Pemikiran Islam, 19(1), 52.
31
Hanun Asharah dalam Najib, A. A. (2020). Konsep Dasar Pendidikan Nahdlatul Ulama KH. Hasyim
Asy'ari. Al Ulya: Jurnal Pendidikan Islam, 5(1), hal 69..
32
Darwin Une, d. (2015). Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi. Gorontalo: Penerbit Ideas Publishing.
Hal 106
33
Ajat Sudrajat, d. (2016). Dinul Islam Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Yogyakarta:
UNY Press. Hal 237

21
2. Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi (Matematikawan ulung pertama)
adalah ilmuwan muslim yang berkontribusi besar dalam bidang matematika. Ia
menulis karya tertua tentang aritmatika dan aljabar. Karyanya yang berjudul Hisab al-
Jahr wa al-Muqabalah, yang dilengkapi dengan lebih dari 800 contoh, merupakan
karya utamanya yang masih dapat ditemukan dalam bahasa aslinya. Setelah
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard dari Cremona pada abad ke 12,
buku tersebut masih dipergunakan sebagai buku teks matematika yang penting di
universitas-universitas Eropa. Al-Khawarizmi berperan penting dalam
memperkenalkan angka-angka Arab yang disebut algoritma, ke Benua Eropa sesuai
dengan namanya (Hitti, 2010: 474-475).

3. Jabir bin Hayyan(Bapak ilmu kimia, pendiri laboratorium pertama)


ahli kimia muslim yang termashur. Jabir yang dikenal dengan nama Geber di Barat,
menerapkan cara pandang metafisis dan hermeneutis terhadap unsur-unsur kimia
seperti logam dan mineral. Ia dianggap sebagai penemu metode evaporatin, filtration,
sublimation, calcination, melting, distillation, dan crystallization yang sangat
terkenal. Untuk keperluannya bereksperimen secara empiris terhadap zat-zat kimia, ia
dikenal sebagai pendiri laboratorium kimia pertama. Ia menulis lebih dari 500 karya
ilmiah dalam berbagai bidang seperti filsafat, fisika, astronomi, astrologi, musik,
kedokteran, kegamaan dan yang paling banyak adalah tentang kimia, namun yang
masih terdokumentasikan hingga saat ini hanya sedikit. Beberapa karyanya
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, kemudian disalin ke berbagai bahasa Eropa
seperti Inggris, prancis dan Spanyol. Beberapa kompilasi karya Jabir dalam bahasa
Inggris adalah Book of The Composition of Alchemy, The Works of Geber dan Sun of
Perfection (Heriyanto, 2011: 182). 34

4. Abu Al-Abbas Ahmad Al-Farghani(Seorang astronom yang karyanya banyak


diterjemahkan)
Ahli astronomi muslim yang terkenal karena banyak menulis karya tentang
pergerakan benda langit. Beberapa karyanya yang penting adalah Ushul Ilm AnNujum

34
Ajat Sudrajat, d. (2016). Dinul Islam Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Yogyakarta:
UNY Press. Hal 238-239

22
(Dasar-dasar ilmu astronomi) dan al-Madkhal ila ‘Ilm AlFalak (Pengantar Ilmu
Falak). Karya-karyanya ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Spanyol oleh
John dari Seville dan Gerard dari Cremona, serta bahasa Ibrani oleh Jakob Anatoli
dan hingga kini masih terawatt dengan baik di Berlin, Munich, Vienna, Oxford, dan
lain sebagainya. Melalui observasi yang dituangkan dalam buku-bukunya, Al-
Farghani berhasil menentukan jarak dan ukuran planet/benda langit, seperti, bulan,
matahari, merkurius, Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus (Mirza dan Shiddiqi, 1986:
175).

Adapun sekitar abad ke XI-XIII muncul ilmuan muslim sebagai berikut.

1. Abu Ali Al-Husain bin Sina, biasa disebut Ibnu Sina, di Barat terkenal dengan
sebutan Avicenna, terkenal dalam bidang ilmu kedokteran, meski ia juga menguasai
filsafat dan kesenian dengan baik. Ia menulis lebih dari 200 karya tentang kedokteran,
filsafat, geometri, astronomi, teologi, filologi, dan seni. Karyanya yang terkenal
adalah Kitab Asy-Syifa, sebuah ensiklopedi filsafat yang didasarkan pada tradisi
Aristotelian yang telah dipengaruhi oleh Neo Platonisme dan teologi Islam, dan al-
Qanun fi Ath-Thib, yang merupakan kodifikasi pemikiran kedokteran Yunani-Arab.
Diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerard dari Cremona pada abad ke 12. Karena
kandungan ensiklopedisnya, susunannya yang sistematis dan penuturannya yang
filosofis, menempati posisi penting dalam literatur kedokteran saat itu dan menjadi
teks pendidikan kedokteran di universitas-universitas Eropa. Dari abad ke-12 hingga
ke-17, buku itu menjadi panduan utama ilmu kedokteran di Barat (Hitti, 2010: 459-
461).35

2. Abu Ali bin Al-Hasan Ibn Al-Haytsam merupakan seorang fisikawan muslim dan ahli
matematika ternama. Ia adalah tokoh besar optik yang karya-karyanya dipelajari di
universitasuniversitas Eropa hingga Abad ke-18 M dan berpengaruh pada karya
Kipler dan Galileo. Ia menulis karya lebih dari seratus judul. Sembilan belas di
antaranya, yaitu tentang matematika, astronomi, dan fisika, dijadikan rujukan oleh
ilmuwan modern. Karyanya yang berjudul Kitab al-Manadhir (kitab tentang optik)
35
Ajat Sudrajat, d. (2016). Dinul Islam Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Yogyakarta:
UNY Press. Hal 240

23
diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan dijadikan rujukan oleh Roger Bacon dan ahli
fisika Jerman, Witelo. Karya-karyanya berpengaruh besar terhadap perkembangan
dunia ilmu pengetahuan dalam Islam dan juga Barat (Heriyanto, 2011: 143).36

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembaharuan Islam adalah upaya untuk menyesuiakan paham keagamaan Islam


dengan perkembangan dan yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern. kedudukan modernisasi dalam Islam, harus kembali kepada konsep Al-qur’an. Al
Qur’an adalah salah satu sumber pokok ajaran Islam, disamping Hadis dan ijtihad. Proses

36
Ajat Sudrajat, d. (2016). Dinul Islam Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Yogyakarta:
UNY Press. Hal 238

24
modernisasi di dunia Islam sudah dimulai sejak abad ke-19 dilatar belakangi munculnya
kesadaran umat Islam. Kesadaran tersebut muncul ketika orang-orang Eropa berhasil
menguasai dunia Islam. Tokoh tokoh modernisasi Islam antara lain Syah Waiyullah, Sayyid
Ahmad Khan, Muhammad Iqbal, Muhammad Ali Pasya, Al-Tahtawi, Jamaludin Al-Afghani,
Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Rida, Sultan Mahmud II. Kemudian tokoh
modernisasi Islam di Indonesia yaitu Syeikh Muhammad Tahir Jalaluddin, Haji Abdullah
Ahmad dan Haji Abdul Malik Karim Amrullah, K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasyim Asy’ari.
Lalu, banyak ilmuwan dari tokoh tokoh muslim yang berperan dalam perkembangan IPTEK
bagi peradaban dunia dan kemampuan intelektual mereka meliputi hanpir seluruh bidang
ilmu yang ada saat ini. Modernisasi bagi umat Islam merupakan hal yang penting, karena
modernisasi berorientasi menuju kemajuan. Umat Islam jangan sampai ketinggalan oleh
majunya orang Barat. Dengan adanya modernisasi Islam, maka kehidupan umat Islam akan
baik dan semakin maju, namun tetap diiringi dengan ajaran agama Islam.

25
Daftar Pustaka

Ajat Sudrajat, dkk. (2016). Dinul Islam Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi
Umum. Yogyakarta: UNY Press.

Asry, L. (2019). Modernisasi Dalam Perspektif Islam. At-Tanzir: Jurnal Ilmiah Prodi
Komunikasi Penyiaran Islam, 10(2).

Bakhtiar, N. (2013). Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Yogyakarta:


Aswaja Pressindo.

Bakri, S. (2016). Modernisasi dan Perubahan Sosial dalam Lintasan Sejarah Islam. Kalimah:
Jurnal Studi Agama Dan Pemikiran Islam, 14(2), 173-190.

Darwin Une, d. (2015). Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi. Gorontalo: Penerbit
Ideas Publishing.

Fhauziah, H. (2015). Hubungan konsep manusia dengan konsep pendidikan islam menurut
haji Abdul Malik Karim Amrullah.

Iryani, E. (2017). al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan. Jurnal ilmiah universitas Batanghari
jambi, 17(3), 66-83.

Lenggono, W. (2018). Lembaga pendidikan muhammadiyah (telaah pemikiran KH Ahmad


Dahlan tentang pembaruan pendidikan Islam di Indonesia). Islamadina: Jurnal
Pemikiran Islam, 19(1), 43-62.

Mustahdi dan Mustakim.(2016). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI.
Jakarta,Kemendikbud.

Muttaqin, I. (2015). Konsep Al‐Kasb Dan Modernisasi Islam. Al-Insyiroh: Jurnal Studi
Keislaman, 1(1), 23-43.

Najib, A. A. (2020). Konsep Dasar Pendidikan Nahdlatul Ulama KH. Hasyim Asy'ari. Al
Ulya: Jurnal Pendidikan Islam, 5(1).

Sarwan, S. (2010). Pengaruh Al-Manar (1898-1935) Terhadap Al-Imam (1906-1908). AL


MUNIR: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam, 3-22.

26
Syalafiyah, N., & Harianto, B. (2020). Pembaharuan Dakwah Pendidikan Islam di Sumatera
Barat. J-KIs: Jurnal Komunikasi Islam, 1(1).

Zarkasyi, A. F. (2013). Tajdid dan Modernisasi Pemikiran Islam. TSAQAFAH, 9(2), 395-418.

27

Anda mungkin juga menyukai