Anda di halaman 1dari 31

MATA KULIAH ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

JUDUL MAKALAH:
IPTEK DALAM PANDANGAN ISLAM"
 

DosenPembimbing:
AMIN. HM ARIF, S.Pd.I., M.M
 
Disusun Oleh:
Kelompok 1
SONI (21922029)
HASFHA AFLAHUL (21922078)
ASMANI SINTA (21922051)
 
FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIAH
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirraahim
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, atas
rahmatNya kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah yang
berjudul “IPTEK DALAM PANDANGAN ISLAM”. Makalah ini disusun guna
memenuhi nilai tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Fakultas Teknologi Industri Universitas Balikpapan.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyampaikan banyak terima kasih


kepada pihak yang telah membantu terwujudnya makalah ini,
khususnya kami sampaikan kepada:

1.      Bapak Firman,S.Ag.,M.SI., yang sudah memberikan tugas dan pengarahan


dalam penyusunan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan baik.

2.      Teman-teman anggota kelompok 3 yang telah bekerja keras, mencurahkan


segala tenaga dan pikirannya serta dengan semangat yang tinggi sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah tentang “IPTEK DALAM PANDANGAN ISLAM”
dengan baik.

Penulis menyadari dan meyakini bahwa kebenaran dan kesempurnaan


hanyalah milik Allah Subhanahu wa Ta’ala, oleh karena itu pastilah banyak
terdapat kekurangan dalam makalah ini baik dari segi teknik penulisan maupun
materi.  Oleh karena itu, penulis memohon maaf dengan hal yang kurang
berkenan dalam pembuatan maupun subsansi makalah ini, dan penulis juga
mengharap dan menerima kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini.
Kendari,23 Oktober 2021

Team Penulis.

 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I    PENDAHULUAN
1.1.       Latar Belakang
1.2.       Perumusan Masalah
1.3.       Batasan Masalah
1.4.       Tujuan
BAB II     PEMBAHASAN
2.1.       Pentingnya IPTEKS Dalam Kehidupan
2.2.       Konsep Iptek Dalam Islam.
2.3.      Syarat-syarat Ilmu
2.4.       Sumber Ilmu Pengetahuan
2.5.      Integrasi Iman, Ilmu dan Amal
2.6.      Iptek dan Peradaban.
2.7.      Konsep Pengembangan Teknologi
2.8.      Arah Pengembangan Teknologi
2.9.      Ilmu Dan Teknologi
2.10.     Keutamaan Orang Beriman dan Beramal
2.11.    Tanggung Jawab Ilmuwan Terhadap Alam dan     Lingkungannya
2.12.    Sikap Muslim Menghadapi Kemajuan Ipteks
BAB III    PENUTUP
3.1.        Kesimpulan
3.2.         Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi atau sering kita sebut dengan IPTEK adalah
sesuatu yang selalu berkembangdantidak akan pernah berhenti berkembang. Sejak
zaman peradaban awal, hingga kini, manusia tidak terlepas dari berkembangnya
IPTEK tersebut.Inovasi-inovasi baru dari IPTEK kian hari pun kian berwarna-
warni.  Bahkan, berkembangnya kebudayaan manusia pun turut dipengaruhi oleh
berkembangnya inovasi-u IPTEK tersebut. Hampir semua aspek kehidupan
masyarakat sekarang ini dipengaruhi oleh perkembangan IPTEK, Hal itu terbukti
dengan semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan teknologi di
kehidupannya,seperti : Televisi, Smartphone yang canggih, dan masih banyak lagi
teknologi-teknologi lainnya.

Ilmu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang


sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu
yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang
(pengetahuan) itu.Sedangkan teknologi menurut Wikipedia adalah keseluruhan
sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan
kenyamanan hidup manusia.

Pada dasarnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki


manfaat yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat untuk mempermudah
pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari, Sebagai manusia yang beragama kita
tentunya mempunyai aturan-aturan dalam menggunakan teknologi sesuai syariat
agama islam, Jangan sampai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di
gunakan untuk hal-hal yang dilarang oleh agama, karena didalam agama Islam
sangat memperhatikan segala aspek kehidupan, salah satunya,ketika IPTEK
disalah gunakan maka itu termasuk perbuatan yang dilarang oleh ajaran Islam.
1.2.            Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang dapat diketahui bahwa kemajuan


Ilmu pengetahuan dan Teknologi sangat berpengaruh dalam kehidupan
masyarakat, Oleh karena itu , penulis mengkaji makalah ini dengan memberikan
penjelasan tentang bagaimana Islam mengkaji dan memberikan pandangan dalam
IPTEK.
1.3.            Batasan Masalah

Dalam makalah ini, penulis hanya membatasi pembahasan dalam bagaimana


pandangan Islam dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang berdasar pada
dalil-dalil yang mengaturnya, dan sejauh mana perkembangan dan fungsi dari
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknoogi yang dilihat dari segi kehidupan
Islam.  Dengan tujuan agar tidak terjadi pembahasan yang melebar dan
berkepanjangan.
1.4.            Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :

1.      Melihat dan menganalisa bagaimana pandangan Islam mengenai perkembangan


Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam kehidupan di masyarakat sekarang ini.

2.      Mengetahui Bagaimana Islam mengatur dan membatasi penggunaan IPTEK


dalam kehidupan di masyarakat.

3.      Mengetahui Bagaimana tanggung jawab kita sebagai seorang Muslim didalam


mengembangkan IPTEK.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pentingnya IPTEKS Dalam Kehidupan

            Islam sangat memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi dan


seni dalam kehidupan umat manusia. Martabat manusia disamping ditentukan
oleh pribadinya kepada Allah, juga ditentukan oleh kemampuannya
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Bahkan  di dalam al-
Quran sendiri Allah menyatakan, bahwa hanya orang yang berilmulah yang benar-
benar takut kepada Allah. Hal ini dinyatakan salam QS. 35 (Fathir) : 28 :

Artinya : Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan


binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah
ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun.

                Allah akan mengangkat derajat dan martabat orang-orang yang beriman
dan berilmu, seperti difirmankan dalam QS. 58 (al-Mujadilah) : 11 :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:


“Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka
berdirilah. Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

                Dialog antara Allah dengan malaikat ketika Allah mau menciptakan
manusia, dan malaikat mengatakan bahwa manusia akan berbuat kerusakan dan
menumpahkan darah, Allah membuktikan keunggulan manusia daripada malaikat
dengan  kemampuan manusia menguasai ilmu melalui kemampuan menyebutkan
nama-nama. Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam praktiknya mampu
mengangkat harkat dan martabat manusia, karena melalui ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni manusia mampu melakukan eksplorasi kekayaan alam yang
disediakan Allah. Karena itu dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni, nilai-nilai Islam tidak boleh diabaikan agar hasil yang diperoleh
memberikan kemanfaatan sesuai dengan fitrah hidup manusia.
            Kehidupan agama islam di panggung sejarah peradaban manusia memiliki
arti tersendiri, termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan. Islam memberi warna
khas corak peradaban yang diwariskan Romawi-Yunani yang pernah berjaya
selam satu milenium sebelumnya. Walaupun pada awalnya karakteristik ini tidak
mudah bekerja, karena pengetahuan peradaban Hellenisme yang begitu kuat,
namun dalam waktu yang tidak begitu panjang akhirnya kaum muslimin dapat
memainkan sendiri peran peradabannya yang unik selama beberapa abad. Ilmu
dalam Islam berdasarkan paham kesatupaduan yang merupakan inti wahyu Allah
SWT sebagaimana seni Islam murni yang melahirkan bentuk plastis yang dapat
membuat orang merenungkan keesaan Ilahi, begitu pula semua ilmu yang pantas
disebut bersifat Islami menunjukan kesatupaduan dan saling berhubungan dari
segala yang ada. Dengan merenungkan kesarupaduan alam orang dapat menuju ke
arah Keagungan dan Keesaan ilahi.

            Sebelum Nabi Muhammad SAW diutus untuk menjalankan dan


menyebarkan risalah-nya, sumber-sumber bagi dunia ilmu pengetahuan hanyalah
pengembaraan aal yang dikuasai oleh naluri dan berbagai nafsu manusia. Dengan
berbekal hal ini manusia mengembangkan pemikiran induktifnya dan kemudian
melahirkan karya-karya yang dianggap besar pada zamannya. Namun demikian
pengaruh-pengaruh pemikiran dan mitos masih saja bekerja dan tak melampaui
batas-batas yang telah digariskan.

            Turunnya wahyu Allah SWT kedada nabi Muhammad SAW membawa
semangat baru bagi dunia ilmu pengetahuan. Ditinjau dari peranan kewahyuan
dalam kehidupan manusia, sebenarnya apa yang terjadi pada diri beliau bukanlah
suatu hal yang baru. Para Nabi Allah yang sebelumnya pernah diutus ke berbagai
generasi manusia dalam suatu kurun waktu  yang sangat panjang, namun keunikan
ajaran islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW membawa semangat baru,
memecahkan kebekuan zaman. Lahirnya Islam membawa manusia kepada
sumber-sumber pengetahuan lain dengan tujuan  baru, yakni lahirnya tradisi
intelektual-induktif. Dalam QS. 41 (Fushilat) : 53 Allah berfirman :

Artinya : Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)


Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi
mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup
(bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?
            Al-Qur’an menganggap anfus (ego) dan afaaak (dunia)  sebagai sumber
pengetahuan. Tuhan menampakkan tanda-tanda-Nya dalam pengetahuan batin dan
juga lahir. Ilmu dalam islam memiliki kapasitas yang sangat luas karena
ditimbang dari berbagai sisi pengalaman ini. Pengalaman batin merupakan
pengembaraan manusia terhadap seluruh potensi jiwa inteleknya yang
atmosfernya telah dipenuhi oleh nuansa wahyu Ilahi. Sedangkan Al-Qur’an
membimbing pengalaman lahir manusia ke arah obyek alam dan sejarah.

            Al-Qur’an melihat tanda-tanda kebenaran dalam matahari, bulan dan


pemanjangan bayang-bayang, pergantian siang dan malam, aneka macam warna
kulit dan bahasa manusia, dan peredaran sejarah diantara bangsa-bangsa. Dalam
QS. 3 (Ali Imran) : 140 Allah berfirman : Artinya : Jika kamu (pada
perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada
perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejadian dan
kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat
pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan
orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai)
syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.Dalam firman yang
lain, dalam QS. 2 (al-Baqarah) : 164 Allah menyatakan:

Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih


bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang
berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu
dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di
bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran
Allah) bagi kaum yang memikirkan.
2.2.  Konsep Iptek Dalam Islam.

            Berbagai definisi tentang sains, teknologi dan seni telah diberikan oleh
para filosuf, ilmuwan dan budayawan seolah-olah mereka mempunyai definisi
masing-masing sesuai dangan apa yang mereka sanangi. Sains di indonesia
menjadi ilmu pengetahuan, sadangkan dalam sudut pandang fisafat ilmu
pengetahuan dan ilmu sangat berbeda maknanya. Pengatahuan adalah segala
sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan pancaindra, intuisi dan firasat,
sadangkan ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi,
disistematisasi, dan interpretasi sehinggah menghasilkan kebenaran obyektif,
sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Secara etimologis
kata ilmu berarti kejelasan. Karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya
mempunyai ciri kejelasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali
dalam Al-Qur’an. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan
dan obyek pengetahuan sehinggah memperoleh kejelasan.

            Dalam kajian filasat, setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang
kajian. Sebab itu seseorang yang memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai
spesialis, sedang orang yang banyak tahu tetapi tidak mendalam disebut generalis.
Karena keterbatasan manusia, maka sangat jarang ditemukan orang yang
menguasai beberapa ilmu secara mendalam.

            Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut


pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil
penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga
memiliki karateristik, obyektif dan netral dalam situasi tertentu teknologitidak
netral karena memilikin potensi untuk merusan dan potensi kekuasaan. Disinilah
letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan teknelogi.

            Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan


kesejahteraan bagi manusia, juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif
berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kahidupan manusia dan lingkungnnya
yang mengakibatkan kehancuran alam semesta. Netralitas teknologi dapat
digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia dan atau
digunakan untuk kehancuran manusia itu sendiri.

           
Seni adalah hasil ungkapan akal dengan sebagai prosesnya. Seni
merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut menjadi bagian
dari budaya manusia. Seni identik  dengan keindahan. Keindahan yang hakiki
indentik dengan kebenaran. Kebudayaan memiliki nilai yang sama yaitu
keabadian.

            Benda-benda yang diolah secara kreatif oleh tangan-tangan halus sehingga
muncul sifat-sifat keindahandalam pandangan manusia secara umum, itulah
sebagai karya seni. Seni yang lepas dari ilmu-ilmu ketuhanan tidak akan abadi
karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya
tarikyang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus
bertambah.

Dalam pikiran sekuler, perennial knowledge yang bersumber dari wahyu


allah tidak akui sebagai ilmu, bahkan mereka mempertentangkan antara wahyu
dengan akal, agama dipertentangkan dengan ilmu. Sedangkan dalam ajaran
islamwahyu dan akal, agama dan ilmu harus sejalantidak boleh dipertentangkan.
Memang demikian adanya karena hakikat agama adalah membimbing dan
mengarahkan akal.

2.3.  Syarat-syarat Ilmu

            Dalam sudut pandang filsafat, ilmu lebih khusus dibandingkan dengan


pengetahuan. Suatu pengetahuan dapat dikategorikan sebagai ilmu apabila
memenuhi tiga unsur pokok sebagai berikut :

a.       Ontologi,  artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki obyek studi yang
jelas. Obyek studi harus dapat diidentifikasikan, dapat diberi batasan, dapat
diuraikan sifat-sifatnya yang esensial. Obyek studi sebuah ilmu ada dua, yaitu
obyek material dan obyek formal.

b.      Epistemologi, arti bidang studi yang bersangkutan memiliki metode kerja yang


jelas. Ada tiga metode kerja suatu bidang studi yaitu metode deduksi, induksi dan
eduksi.
c.       Aksiologi, artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki nilai guna atau
kemanfaatannya. Bidang studi tersebut dapat menunjukkan nilai-nilai teoritis,
hukum-hukum, generalisasi, kecenderungan umum, konsep-konsep dan
kesimpulan-kesimpulan logis, sistematis dan koheren. Dalam teori dan konsep
tersebut tidak terdapat kerancuan atau kesemrawutan pikiran atau pertentangan
kontradiktif diantara satu sama lainnya.

Istilah pengetahuan dan ilmu dipahami oleh masyarakat luas menjadi satu

istilah baku yaitu Ilmu pengetahuan atau sains. Secarasingkat, istilah ini


dapat didefinisikan sebagai pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui
sesuatu prosespengkajian dan dapat diterima oleh rasio, dapat dinalar. Jadi ilmu
pengetahuan dapat dikatakan himpunan rasionalisasi kolektik insani. Secara
singkat sains dapat diartikan sebagai pengetahuan yang sistematis (science is
systematic knowledge). Dalampemikiran sekuler, sains mempunyai tiga
karateristik yaitu obyektif, netral dan bebas nilai, sedangkan dalam pemikiran
islam sains tidak boleh bebas dari nilai-nilai, baik nilai lokal maupun nilai
universal.
 

2.4.            Sumber Ilmu Pengetahuan

Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu,yaitu akal dan wahyu. Keduanya
tidak boleh dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan
akal budinya berdasarkan tuntunan Qur’an dan Sunnah Rasul. Atas dasar itu ilmu
dalam pemikiran Islam ada yang bersifat abadi (perennial knowledge) tingkat
kebenarannya bersifat mutlak (absolute), karena bersumber dari wahyu Allah, dan
ilmu yang bersifat perolehan (acquired knowledge) tigkat kebenarannya bersifat
nisbi (relative) karena bersumber dari akal pikiran manusia.
Peran Akal

Akal adalah perimbangan antara intelek (budi) dan intuisi (batin)


manusia,antara pikiran dan hati manusia. Intelek adalah alam untuk memperoleh
pengetahuan untuk alam nyata. Intuisi adalah alat untuk alam tak nyata. Dalam
membentuk pengetahuan ia dapat melakukan lompatan dari tidak tahu menjadi
tahu.

Pengajaran melalui intelek hanya mungkin mengubah seseorang sedikit


demi sedikit. Tetapi pendidikan melalui intuisi dapat mengubah seseorang dengan
cepat. Ia tidak terikat oleh hal yang bersifat lahiriah karena ia dapat menangkap
kesatuan tentang sesuatu yang diketahui tanpa analisis dan dipecah-pecah. Tetapi
pada kenyataan hidup manusia itu tidak dapat bekerja secara terpisah sepenuhnya.
Keduanya saling berinteraksi dan mempengaruhi dengan pola yang berbeda-beda,
dan itulah yang menentukan corak akal manusia.

Apabila intelek dan intuisi benar-benar sudah terasah, maka kerja akal
manusia menjadi demikian sensitifnya. Oleh karena itu seseorang ahli seni dapat
menghasilkan karya yang sangat bernilai, dan seseorang ahli fisika dapat
menemukan hokum-hukum alam melalui kerja intuisi. Akal seperti ini mampu
menghasilkan pengetahuan yang lebih utuh dan menyeluruh. Dalam QS.22 (al-
Hajj) : 46 Allah berfirman : Artinya : Maka apakah mereka tidak berjalan di
muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat
memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar?
Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta,tetapi yang buta,ialah hati
yang didalam dada.

Wahyu

Wahyu adalah tuntunan yang diberikan oleh Allah Sang pencipta kepada
para hamba-hamba-Nya dan ciptaan-Nya dalam menjalankan fungsi
kehidupannya di alam semesta ini. Sebenarnya kata yang dipakai Al-Quran
dengan kata wahyu, menunjukkan bahwa Al-Quran memandangnya sebagai
sesuatu milik hidup yang universal, Sekalipun kodrat dan waktunya berbeda
menurut perbedaan tingkat-tingkat kehidupan itu.
Tumbuh-tumbuhan tumbuh bebas dalam ruang, binatang yang
mengembangkan jenis baru untuk menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya.
Manusia memperoleh penerangan dari makna yang mendalam dari kehidupan.
Semua itu wahyu dengan watak yang bermacam-macam,tergantung pada
kebutuhan spesies tempat penerima itu tergolong. Dalam QS. 16 (al-Nahl) : 68
Allah berfirman : Artinya : Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala
sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan
dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah,sedang mereka merendah diri?

            Selain berarti bimbingan fungsional biologis, wahyu juga merupakan


bimbingan ajaran pada manusia pilihan Allah SWT. Cara penyampainnya
bermacam-macam, baik langsung maupun tidak langsung, yakni melalui malaikat
jibril. Wahyu mencegah pemikiran manusia dari pengaruh hawa nafsu dan
kecenderungan dominasi akal rasional. Hal ini menyebabkan agama wahyu
menjadi sebuah sistem hidup yang dibangun bukan hanya dengan landasan
kepentingan manuiawi. Dalam  QS. 53 (al-Najm) : 1-5 Allah berfirman 
yang Artinya :

1.      Demi binatang ketika terbenam.

2.      Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru.

3.      Dan tiadalah yang diucapkan itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.

4.      Ucapanmu itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).

5.      Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.

Imam Suyudi berpendapat, bahwa sebenarnya Hadist Rosulullah SAW


adalah wahyu juga, Tetapi Jibril menyampaikannya dalam bentuk makna,
Sedangkan Al-Quran adalah wahyu yang disampaikan dalam bentuk Lafadz dan
makna. Dalam perspektif Islam,Ilmu pegatahuan,teknologi dan seni merupakan
hasil pengembangan potensi manusia yang diberikan Allah berupa Akal dan budi.
Prestasi yang gemilang dalam pengembangan iptek, pada hakikatnya tidak lebih
dari sekedar menemukan proses sunatullah itu terjadi di alam semesta ini, bukan
merancang atau menciptakan suatu hokum baru diluar sunatullah (Hukum Allah/
Hukum Alam). Mengapa manusia menyombongkan diri?
 
2.5.  Integrasi Iman, Ilmu dan Amal

Dalam pandangan Islam, antara agama, Ilmu pengetahuan dan teknologi


terhadap hubungan yang harmonis yang terintegrasi kedalam suatu sistem yang
disebut Diul Islam. Didalamnya ada tiga unsur pokok, yaitu akidah, syari’ah dan
akhlak. Dengan kata lain, Iman, ilmu dan amal shalih. Islam merupakan ajaran
agama yang sempurna. Kesempurnaan dapat ergambarkan dari keutuhan inti
ajarannya. Ada 3 inti ajaran dalam islam, yaitu Iman, Islam dan Ikhsan. Ketiga inti
ajaran tersebut terintegrasi didalam sebuah sistem ajaran yang di sebut Dinul
Islam. Dalam QS. 14 (Ibrahim) :24-25 dinyatakan :Artinya :       

24. Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan


kalimat yang baik[786] seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang kelangit.

25. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizing Tuhannya,
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan ini untuk manusia supaya mereka
selalu ingat.
2.6. Iptek dan Peradaban.

Teknologi adalah kemampuan teknik dalam pengertiannya yang utuh dan


menyeluruh, bertopang kepada ilmu-ilmu alam yang bersandar kepada proses
teknis tertentu. Sedangkan teknik adalah pengetahuan dan kepandaian membuat
sesuatu yang berkenaan dengan hasil industry (bangunan,mesin dsb). Istilah
teknik berasal dari bahasa Yunani teknikos, artinya dibuat dengan keahlian.Secara
luas, semua manifestasi dalam materiil yang lahir dari daya cipta manusia untuk
membuat segala sesuatu yang bermanfaat guna mempertahankan kehidupan.

Dalam arti klasik,teknik adalah  ilmu pengetahuan dalam pengertian luas,


yang bertopang kepada ilmu-ilmu alam dan eksakta yang mewujudkan ilmu-ilmu :
perencanaan,konstruksi,pengamanan,utilitas,tepat guna, dan sebagainya dari
semua bangunan teknik,sipil mupun militer.
2.7. Konsep Pengembangan Teknologi

Setelah manusia diciptaan Allah tidaklah dibiarkan dalam kebodohan


sehingga mahluk ini mengembara diatas bumi dengan tidak berdaya. Tapi Tuhan
Yang Maha Pengasih telah melimpahkan potensi berupa akal dan pengertian,
diajarkannya untuk memahami elemen-elemen alam lalu menyelidiki dan
menggunakan benda-benda yang terpendam dalam bumi dan langit demi
memenuhi kebutuhannya. Nama-nama benda telah memberikan indikasi tata nama
lewat manusia yang dapat dilihat dan mengerti alam serta karakteristik-
karakteristiknya dari benda-benda (segala sesuatu). Yang demikian itu adalah
jelas-jelas merupakan penghargaan yang sangat mahal bagi manusia, seperti
difirmankan oleh Allah SWT dalam QS.17 (al-Isra’) : 70 :

Artinya :  Dan sesungguhnya, telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami


angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rejeki dari yang baik-
baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna, atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan

Ketika Al-Qur’an memilih kata sakhhara, yang artinya menundukan atau


merendahkan, maksudnya adalah agar alam raya ini dengan segala manfaat yang
dapat diraih darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya
berada di bawah manusia. Bukankah manusia diciptakan sebagai khalifah?
Tidaklah wajar seorang khalifah tunduk dan merendahkan diri kepada sesuatu
yang telah ditundukkan Allah kepadanya. Jika khalifah tunduk atau ditundukkan
oleh alam, maka ketundukan itu tidak sejalan dengan maksud Allah SWT.

Dalam QS. 13 (al-Ra’du) :  2 Allah berfirman :

Artinya : Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang


kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy, dan menundukkan matahari
dan bulan. Masing-masing beredar, hingga waktu yang ditentukan. Allah
mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya),
supaya kamu menyakini pertemuan(mu) dengan Rabb-mu

               
 Kata sakhhara, artinya memberi kemudahan atau dapat memberi
keuntungan. Sakhhara mempunyai dua arti. Pertama;  seseuatu yang dapat
diambil manfaatnya dibawah kantrol yang sempurna dari manusia dan dapat
digunakan dalam beberapa cara menurut kehendak-Nya. Kedua,  berarti susuatu
itu tetap teratur dan sitem reguler hukum-hukumnya yang dapat dimanfaatkan
oleh manusia. Malah mahluk langit dan bumi diciptakan untuk melayani manusia,
agar tunduk kepada manusia. Alam dengan hukum-hukumnya yang teratur dapat
dimanfaatkan manusia.

            Dengan kemapuan akal, ilmu dan teknologinya manusia dapat meniru
segala kekuatan beraneka makhluk, manusia dengan kapal udara dan jet dapat
terbang keudara seperti burung, manusia dapat menembus bumi dengan
teknologinya menggali segala mineral dan minyak yang terpendam dalam bumi.
Malah dengan teknologinya manusia dapat membuat terowongan untuk jalan
kereta api atau mobil. Dan dengan teknologinya pula manusia dapat membuat
terowongan di bawah dasar laut.

            Manusia mulai berpikir dari apa yang telah diberikan kepadanya berbagai
kekuatan dan kemampuan untuk lebih mendalami rahasia-rahasia dunia fisik.
Siapakah sebenarnya yang memberikan kekuatan dan kemampuan kecerdasan
manusia untuk menguasai benda-benda material dan memanfaatkannya demi
mencukupi kebutuhannya sendiri? Ini semua untuk memberikan keuntungan, dari
Allah, bahwa manusia diharapkan mampu menjadi khalifah-Nya di atas bumi.

            Ingatlah iqra’ bismirabikalladzi khalaq (bacalah dengan nama Tuhanmu


yang menciptakan). Itulah tempat manusia tunduk, bukan kepada alam dan segala
yang diciptakan. Allama bil-qalam (yang mengajar dalam qalam). Sampai
arti qalam di abad modern ini, seperti mesin tik. Komputer, mesin-mesin
percetakan, cetak jarak jauh, internet, dan kini yang mengagumkan adalah hand
phone dengan aneka fungsinya yang terus berkembang. Qalam adalh alat tulis dan
alat rekam, sebagai lambang teknologi, karena sesungguhnya Tuhan bisa saja
mengajar manusia bukan dengan cara biasa seperti umpamanya ia mengajar para
nabi dan orang-orang tertentu tanpa alat.
2.8. Arah Pengembangan Teknologi

            Nabi bersabda: “sesungguhnya segala amalan itu hendaklah dengan niat


(HR.Bukhari Muslim). Yang dimaksud dengan niat menurut syara’, yaitu
kehendak atau sengaja melakukan pekerjaan atau amal karena tunduk kepada
hukum Allah SWT. Tuhan dalam QS. 98 (al-Bayinah) : 5 berfirman :

Artinya : Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah


dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus

                Dalam segala amalan atau memulai pekerjaan Islam mengajarkan selalu
dengan basmalah (dengan nama Allah), karena dalam islam segala amal
perbuatan (manusia muslim) senantiasa dikaitkan dengan menurut ridha Allah.
Dalam masalah ibadah senantiasa memperhatikan petunjuk-petunjuk yang sudah
baku dari Rasulullah. Tapi dalam menghadapi dunia yang terus berkembang ini,
manusia diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk dikembangkan dengan
memperhatikan batasan-batasan yang telah ditentukan. Motivasi yang menjadi
pijakan seorang mukmin dalam melakukan sesuatu itu disebut niat.

            Hasil suatu perbuatan sangat ditentukan oleh niat. Maka dalam rangka ini
al-Qur’an memberikan arahan, jika seorang ingin pahala di akhirat, niscaya akan
ditambah pahalanya, tapi kalau ia hanya ingin balasan di dunia ini saja, maka akan
diberikan disini, hanya di akhirat nanti ia tidak memperoleh bagian apapun. Ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah lapangan kegiatan yang terus menerus
berkembang dan perlu dikembangkan karena mempunyai manfaat sebagai
penunjang kehidupan manusia. Dengan adanya teknologi begitu banyak segi
kehidupan manusia yang dipermudah

            Berpijak kepada dasar dan motif dalam pencarian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, bagi umat muslim tak lain kecuali untuk memperoleh
kemakmuran dan kesejahteraan di dunia sebagai jembatan untuk mencari
keridhaan Allah, sehingga dapat dicapai kebahagiaan di dunia ini dan di akhirat
kelak.
2.9. Ilmu Dan Teknologi

            Ketika Adam dipersiapkan untuk menjadi khalifah di bumi, malaikat


protes. Tapi kata Tuhan, ia lebih tahu dari para mereka. Adam di ajari segala
nama-nama, dan ketika Adam diperhadapkan dengan para malaikat, malaikat
ditanyai tentang nama-nama benda itu. Malaikat tak bisa menjawab, dan hanya
mengatakan : “subhanaka la ‘ilma lana illa ma ‘allamtana”. (Maha Suci Engkau
Ya Tuhan, kami tidak memiliki ilmu pengetahuan kecuali apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami). Yang dimaksud dengan nama-nama pada ayat tersebut
adalah sifat, ciri, dan hukum sesuatu. Ini berarti manusia berpotensi mengetahui
rahasia alam raya.

            Adanya potensi itu, dan terjadinya lahan yang diciptakan Allah, serta
ketidakmampuan alam raya mengembangkan terhadap perintah dan hukum-
hukum Tuhan, menjadikan ilmuan dapat memperoleh kepastian mengenai hukum-
hukum alam. Karenanya, semua mengantarkan manusia berpotensi untuk
memanfaatkan alam yang telah ditundukkan Allah. Keberhasilan memanfaatkan
alam itu merupakan buah teknologi.

            Al-Qur’an memuji sekelompok manusia yang dinamainya albab. Ciri


mereka antar lain disebutkan dalam QS. 3 (Ali Imran) : 190-191 :Artinya :

190. Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam
dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,

191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau
dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini
sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka

Dalam ayat tesebut tergambar ciri pokok ulil


albab, yaitu tafakkur dan dzikir, kemudian keduanya
menghasilkan natijah (hasil), seperti disebutkan dalam QS. 3 (Ali Imran) : 195 :
Artinya :
Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan
berfirman), "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal
di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, (karena) sebagian kamu
adalah turunan dari sebagian yang lai]. Maka orang-orang yang berhijrah, yang
diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang
dan yang terbunuh, pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku
masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
sebagai pahala dari Allah[4]. Di sisi Allah ada pahala yang baik

               Lebih jauh dapat ditambahkan bahwa khalqu as-samaawaat wal ardl di


samping berarti membuka tabir sejarah penciptaan langit dan bumi, juga
bermakna memikirkan tentang sistem tata kerja alam semesta. Karena
kata khalaq selain berarti penciptaan, juga berarti pengaturan dan pengukuran
yang cermat. Pengetahuan tentang hal terakhir ini mengantarkan ilmuan kepada
rahasia-rahasia alam, dan pada gilirannya mengantarkan kepada penciptaan
teknologi yang menghasilkan kemudahan dan manfaat bagi umat manusia. Jadi
dapat dikatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu yang dianjurkan al-Qur’an.
Ini berarti bahwa sains dan hasil-hasilnya harus selalu mengingatkan manusia
terhadap kehadiran dan kemahakuasaan Allah SWT, selain juga harus memberi
manfaat bagi kemanusiaan, sesuai dengan prinsip bismi rabbik (dengan nama
Tuhanmu). Al-Qur’an sejak dini memperkenalkan istilah sakhkhara yang
maknanya bermuara kepada kemampuan meraih dengan mudah dan sebanyak
mungkin dibutuhkan, segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan di alam raya
melalui keahlian di bidang teknik.

            Dapat disimpulkan bahwa teknologi dan hasil-hasilnya disamping harus


mengingatkan manusia kepada Allah, juga harus mengingatkan manusia adalah
khalifah yang kepadanya tunduk segala yang ada di alam raya ini. Kalau alat atau
mesin sebagai gambaran konkrit teknologi, dapat dikatakan bahwa pada mulanya
teknologi merupakan perpanjangan organ manusia. Ketika manusia menciptakan
pisau sebagai alat pemotong, alat menjadi perpanjangan tangan. Alat itu
sepenuhnya tunduk kepada si pemakai, melebihi tunduknya budak belian.
Kemudian teknologi berkembang, dengan memadukan sekian banyak alat
sehingga menjadin mesin,. Kereta api, mesin giling, dan sebagainya, semua
berkembang, khusus ketika mesin tidak lagi menggunaka sumber energi manusia
atau binatang, melainkan air, uap, air, api, angin, dan sebagainya. Pesawat udara
misalnya, adalah mesin. Kini, pesawat udara tidak lagi perpanjangan organ
manusia, tetapi perluasan atau penciptaan organ baru manusia. Bukankah manusia
tidak memiliki sayap yang memungkinkannya mampu terbang? Tetapi dengan
pesawat, ia bagaikan memiliki sayap. Alat tidak lagi menjadi budak, tetapi telah
menjadi kawan manusia.

            Dari hari ke hari tercipta mesin-mesin yang semakin canggih. Mesin-
mesin tersebut melalui daya akal manusia, digabung-gabungkan dengan yang
lainnya, sehingga semakin kompleks, serta tidak bisa dikendalikan oleh seseorang.
Tetapi akhirnya mesin dapat mengerjakan tugas yang dulu mesti di lakukan oleh
banyak orang. Pada tahap ini, mesin telah menjadi semacam seteru manusia, atau
lawan yang harus disiasati agar mengikuti kehendak manusia.

            Dewasa ini telah lahir teknologi khusus di bidang rekayasa genetik yang
dikhawatirkan dapat menjadikan majikan sebagai budak,. Bahkan mampu
menciptakan bakal-bakal majikan yang akan diperbudak yang ditundukkan alat.
Jika begitu, ini jelas bertentangan dengan kedua catatan yang disebutkan
terdahulu,. Berdasarkan petunjuk kitab sucinya al-Qur’an, seorang muslim dapat
menerima hasil-hasil teknologi yang sumbernya netral, dan tidak menyebabkan
maksiat, serta bermanfaat bagi manusia, baik mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan unsur debu tanah (lambang kehinaan) manusia maupun unsur ruh
ilahi (lambang kemuliaan) manusia

            Seandainya penggunaan satu hsil teknologi telah melalaikan seseorang


dari dzikir dan tafakkur, serta mengantarkan kepada keruntuhan nilai-nilai
kemanusiaan, maka ketika itu bukan hasil teknologi yang mesti ditolak, melainkan
penggunaan teknologi itu,. Jika hasil teknologi sejak mula digunakan dapat
mengalihkan manusia dari jati diri dan tujuan penciptaannya, maka sejak itu pula
kehadirannya ditolak oleh Islam. Karena itu, menjadi persoalan besar bagi
martabat manusia mengenai cara menundukan kemampuan mekanik dan
penciptaan teknologi, dengan pemeliharaan nila-nilai fitrahnya. Bagaimana
mengarahkan teknologi yang dapat berjalan seiring dengan nilai-
nilai Rabbani, atau dangan kata lain, bagaimana memadukan pikir dan zikir, ilmu
dan iman?

            Dalam rangka tugas kekhalifahannya, manusia terus mencari dan berusaha
mencari tahu dan bagaimana caranya memanfaatkan alam yang terhampar luas ini.
Bukankah Tuhan telah menyediakan alam semesta ini untuk manusia. Bersumber
pada ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran) Allah SWT di alam raya
ini, akal manusia melahirkan banyak sekali cabang ilmu-ilmu kealaman yang
terkait dengan benda-benda mati seperti ilmu astronomi, fisika, biologi, dan lain-
lain.

            Jika menurut batasan bahwa teknologi adalah hal yang berkaitan dengan
cara menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan
kenyamanan manusia, mengundang kita untuk menengok kepada setiap banyak
ayat al-Qur’an yang berbicara tentang alam raya. Sekitar 750 ayat al-Qur’an
berbicara tentang alam raya dan fenomenanya, dan berulang-ulaang al-Qur’an
menyatakan bahwa alam raya ini diciptakan dan ditundukkan Allah untuk
manusia. Dalam QS.45 (al-Jatsiyah) : 13 Allah berfirman :Artinya :

Dan Dia menundukkan untukmu, apa yang ada di langit dan apa yang ada
di bumi, semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang berpikir

                Alam ditundukkan bagi manusia bagi manusia menguasai ilmu tentang
aturan hukum-hukum yang diperlakukan Allah kepada alam semesta, apa yang
kita kenal dengan sunattullah. Sunattullah buaknlah hukum alam yang secara
otomatis berlaku dengan sendirinya secara alamiah tanpa ada yang
menciptakannya, melainkan hukum itu ada bersamaan dengan penciptaannya oleh
Yang Maha Pencipta. Dalam QS. 25 (al-Furqan) : 2 Allah berfirman :

Artnya : Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak
mempunyai anak, dan tidak sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(-Nya), dan Dia
telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya
dengan serapi-rapi-nya
            Hukum-hukum itu dicptakan Peciptanya bersamaan dengan penciptaan
alam ini. Segala sesuatu di alam ini memiliki ciri dan hukum-hukumnya
tersendiri, seperti dinyatakan dalam firman Allah QS. 13 (al-Ra’du) : 8 :

Artinya : Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan
kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala
sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya

                Al-Qur’an ketika mula pertama diturunkan, telah menegur kekeliruan


yang dilakukan manusia. Selama ini, di era kejahilan Tuhan-tuhan diciptakan dan
disembah sebagai berhala. Masyarakat tersentak ketika muncul suatu informasi
yang bertentangan dengan keyakinan mereka, bahwa diri mereka sendiri
diciptakan secara berproses dari segumpal darah kemudian diciptakan menjadi
manusia, dan kemudian lahir ke dunia. Agar mereka belajar, mencari dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan membaca, mencoba, memperhatikan,
menyelidiki, dan merumuskan suatu teori. Kesemuanya hendaklah dilakukan
dengan berbasis iman, dengan menyebut nama Tuhan atau mengucap bismi
rabbika allazi khalaq (membaca dan belajar dengan nama Tuhanmu Yang
Menciptakan).

            Tuhan mengajar manusia (wa’allama Adamal asmaa kullaha) mengajari


Adam nama-nama benda seluruhnya. Alam semesta ini sebagai kosmos yang
berarti serasi, harmonis. Dalam bahasa Arab, alam adalah satu akar kata dengan
ilmu (ilmu pengetahuan) dan ‘alamah (alamat,pertanda). Disebut demikian karena
jagad raya ini adalah pertanda adanya Yang Maha Pencipta, yaitu Tuhan Yang
Maha Esa. Karena itu sebagai pertanda adanya Tuhan, jagat raya ini disebut ayat-
ayat yang menjadi sumber ajaran dan pelajaran bagi manusia. Salah satu pelajaran
dan ajaran yang diambil dari pengamatan terhadap alam semesta ialah keserasian,
keharmonisan dan ketertiban.

           
Hakikat kosmos adalah teologis, yakni, penuh maksud, memenuhi maksud
Penciptanya, dan kosmos bersifat demikian adalah karena adanya rancangan
(teknologi). Alam tidaklah diciptakan dengan sia-sia, atau secara main-main.
Alam bukanlah ada secara kebetulan, ada dengan tidak disengaja. Alam
diciptakan dengan kondisi sempurna. Al-Qur’an sangat konsen dalam mendorong
manusia untuk terus mencari ilmu pengetahuan dan mengembangkannya menjadi
nyata dalam teknologi agar manusia menyadari akan kebesaran Pencipta-Nya.
Apapun yang akan ditemukan oleh manusia dalam kemajuan ilmu dan teknologi,
akan mengantar manusia pada suatu pengakuan terhadap kebesaran dan kekuasaan
Allah, penciptanya, seperti difirmankan dalam QS. 41 (Fushshilat) : 53 :

Artinya : Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)


Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi
mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya
Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu

            Manusia bukan hanya dituntut menguasai bumi, malah ditantang untuk
menerobos langit, dan mahluk ini memang juga diberi potensi-potensi untukm
keluar batas-batas bumi agar dapat mengamati alam semesta sebagai tanda-tanda
kebesaran Penciptanya. Di dalam al-Qur’an, Allah menantang makhluk-Nya, jin
dan manusia dengan firman-Nya yang termaktub dalam QS. 55 (al-Rahman) : 33 :

Artinya : Wahai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah! Kamu tidak akan mampu
menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah SWT)

           
Perkataan sulthan dalam ayat tersebut bearti kekuatan, dari masa ke masa
membawa makna yang terus berkembang. Kalau dulu mungkin sulthan diartikan
sebagai penguasa, tetapi sekarang ini artinya harfiah adalah penguasa dan
kekuatan, yang disumbangkan oleh kekuatan dan kekuasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Dengan iptek itu manusia telah dapat mencapai tepian untuk langit
hingga sampai ke bulan, dan kini serta terus menerus tiada henti manusia terus
berupaya untuk menggapai cakrawala, ufuk langit yang lebih tinggi.

            Sebaliknya menembus bumi dan langit tanpa teknologi akan sia-sia. Petani
dengan alat sederhana, seperti cangkul dan linggis umpamanya, seberapa
dalamkah ia mampu manggali bumi. Paling dalam 10 sampai 20 m. Lebih dalam
dari pada itu, manusia sudah mulai memerlukan alat-alat yang lebih canggih, dan
itu akan dapat dipenuhi oleh teknologi. Maka dengan teknologi, manusia telah
menggali sampai jauh kae dasar bumi, malah kedasar bawah laut telah dibuat jalan
kereta api, seperti terowongan yang menghubungkan Inggris dan Perancis.
Dengan teknologi manusia dapat mengirimkan robot-robot untuk menyelidiki
dasar laut. Malah ada yang telah berancang-ancang untuk membuat pemukiman di
dalam laut.

            Al-Qur’an menyodorkan kepada manusia pedoman sains-sains


(pengetahuan) yang berhubungan dengan pengetahuan bumi dan pengetahuan
angkasa luar serta memberinya perkengkapan-perlengkapan agar dapat melakukan
penyelidikan tentang segala sesuatu untuk membuka dan membedah urai akan
materi-materinya. Cara demikian yang mendorongnya memperoleh segala sesuatu
yang dapat dimungkinkan hidup di dunia dan menggunakannya demi mencukupi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Untuk itu segala sesuatu dan perilaku mukmin-
muslimin tidak terlepas dari al-Qur’an yang memerintahkan manusia untuk terus
berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya. Jangankan manusia biasa, Rasul
Allah Muhammad SAW pun diperintahkan-Nya agar selalu berusaha menambah
pengetahuannya, seperti firman Allah dalam QS. 20 (Thaha) : 114 :Artinya :

Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah


kamu tergesa-gesa membaca (ayat-ayat) Al-Qur'an, sebelum disempurnakan
diwahyukannya kepadamu (sebagai pengetahuan, pemahaman dan keyakinan
yang utuh atas kebenaran kebenaran ayat-ayat-Nya itu), dan katakanlah: 'Ya
Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan
Dalam QS. 12 (Yusuf) : 72 Allah juga berfirman :

Artinya : Penyeru-penyeru itu berkata, "Kami kehilangan piala) teko (raja dan
bagi siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh hadiah seberat
beban unta) berupa bahan makanan (dan aku terhadapnya) tentang hadiah itu
(menjadi penjamin.") yang menanggungnya

                Manusia memiliki naluri selalu haus akan pengetahuan. Rasulullah


SAW bersabda: “Dua keinginan yang tidak pernah puas, keinginan menuntut
ilmu dan keinginan menuntut harta”. Hal ini dapat menjadi pemicu manusia
untuk terus mengembangkan teknologi dengan memanfaatkan anugrah Allah yang
dilimpahkan kepadanya. Karena itu, laju teknologi memang tidak dapat
dibendung. Hanya saja manusia dapat berusaha mengarahkan diri agar tidak
memperturutkan nafsunya untuk mengumpulkan harta dan ilmu atau teknologi
yang dapat membahayakan dirinya. Agar tidak menjadi seperti kepompong yang
membahayakan dirinya sendiri karena kepandaiannya.

            Telah dikatakan tentang adanya unsur kesejatian dan kebenaran dalam
pandangan keritis banyak orang terhadap kehadiran teknologi modern dan akibat-
akibatnya . Mereka memperingatkan bahwa disamping manfaatnya yang tidak
diragukan dalam meningkatkan kemakmuran umat manusia, teknologi modern
juga mengandung unsur-unsur yang dapat membahayakan harkat dan martabat
manusia, serta merusak keseimbangan ekologis lingkungan hidupnya. Beberapa
jargin sosial politik seperti alienasi, dehumanisasi,konsumerisme, dan lain-lain.,
sebagaimana digunakan kalangan kaum Marxis merupakan ungkapan tentang
bagaimana teknologi modern merusak keseimbangan ekologis. Hal itu telah
mendorong tumbuhnya beberapa gerakan lingkungan (environmentalism), salah
satunya adalah Green Peace yang sangat militan. Sikap mempertanyakan kembali
hubungan manusia dengan teknologi selalu dipelopori oleh individu-individu dari
masyarakat-masyarakat berteknologi maju sendiri, atau oleh mereka yang
berkebelakangan tapi mempunyai pengalaman perorangan tentang kehidupan
modern.

           
Dari sudut pandang tertentu, perkembangan dan kemajuan teknologi
modern adalah kelajuan logis sejarah umat manusia sendiri. Disebabkan beberapa
faktor tertentu yang sampai sekarang masih menjadi bahan pembahasan para ahli,
teknologi modern muncul dari Eropa Barat Laut, dalam hal ini Inggris (Revolusi
Industri), sehingga zaman modern pun dimulai dari sana. Ini cukup menarik,
karena sejauh itu Eropa Barat Laut khususnya Inggris, dari tinjauan klasik, itu
pusat dunia peradaban yang dalam bahasa yunanai
dinamakan oikoumeane (dalam bahasa arab disebut al-Ma’murah-daerah
berpenghuni banyak dan berperadaban), berpusat pada kawasan timur dekat.
Kawasan-kawasan peradaban besar adalah Yunani-Romawi di sebuah barat, India 
dan Cina sebelah timur. Maka lahirnya zaman modern dari Eropa Barat Laut itu
merupakan suatu anomali (ketidaknormalan). Normalnya, zaman modern akan
lebih logis bila muncul dari salah satu kawasan oikumene, sebagaimana peradaban
itu sendiri, yaitu fase perkembangan kehidupan sosial manusia yang membawanya
kepada fajar sejarah, muncul dan dimulai dari Sumeria di lembah Mesepotamia
(Irak sekarang). Karena itu ada hipotesa bahwa zaman modern, sebagai kelanjutan
logis peradaban manusia, kalaupun tidak muncul di Eropa Laut sebagaimana telah
terjadi, tentu akan muncul dari daerah lain dalam kawasan al- Ma’murah.

            Tetapi sebenarnya teknologi tidaklah muncul di zaman sekarang.


Meskipun ia memainkan peran sentral dalam zaman modern, namun teknologi
telah ada sejak peradaban manusia (atau sejakzaman sejarah), terutama sejak
tumbuhnya masyarakat kota pada bangsa Sumeria 5000 tahun yang lalu. Karena
itu Hodgson misalnya, menyatakan kemustahilan memandang zaman modern
sebagai satu kesatuan terpisah, tetapi sabagai bagian dari peradaban umat manusia
secara keseluruhan. Teknologi dapat ditelusuri unsur-unsurnya yang berasal dari
berbagai bangsa dan masa. Barkenaan dengan unsur-unsurnya yang berasal dari
bangsa-bangsa muslim, seperti penggunaan kata-kata pinjaman dari bahasa Arab
dalam teknologi kimia modern semisal kata-kata Inggris alambique, alchemmy,
alcohol, azimuth, alixir, henna, nadir, saffron, dan lain-lain. Telah diketahui
bahwa kotak-kotak orang Barat dengan Timur melalui berbagai saluran telah
membawa ilmu pengetahuan dan teknologi Islam khususnya dan Timurada
umunya ke Eropa. Dunia Barat saat itu masih sedemikian terbelakangnya
dibanding dengan Dunia Timur, sehingga hampir apa pun yang dibawa dari Timur
merupakan sentuhan kamajuann bagi Barat.
2.10. Keutamaan Orang Beriman dan Beramal

Perbuatan baik seseorang tidak akan akan berilai amal shalih apabila
perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai-nilai iman dan ilmu yang benar.
Sama halnya pengembangan iptek yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak
akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat
manusia dan alam lingkungannya, bahkan akan menjadi malapetaka dalam
kehidupannya sendiri.

Manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.


Kesempurnaannya karena dibekali seperangkat potensi. Potensi yang paling
Utama adalah akal. Akal berfungsi untuk berfikir,hasil pemikirannya adalah ilmu
pengetahuan,teknologi dan seni. Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar
keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, akan memberikan jaminan
kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi lingkungannya. Allah
berjanji dalam QS. 58 (Al-Mujadalah) : 11 :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “


Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabil dikatakan : “ Berdirilah kamu,maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang memberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Menurut al –Ghazali, bahwa mahkluk yang paling mulia adlah manusia,


sedangkan sesuatu yang paling mulia pada diri manusia adalah hatinya. Tugas
utama pendidik adalah menyempurnakan, membersihkan, dan menggiring peserta
didik agar hatinya selalu dekat kepada Allah SWT melalui pengembangan ilmu
penhgetahuan. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang amat mulia yang
dapat menentukan masa depan seseorang. Karena itu para pendidik akan selalu
dikenang dalam hati anak didiknya. Al-Ghazali memberikan argumenasi  yang
kuat, baik berdasarkan al-quran, as-sunnah maupun argumentasi secara rasional.
2.11. Tanggung Jawab Ilmuwan Terhadap Alam dan Lingkungannya

Dari pernyataan diatas Al-Ghazali sangat enghargai orang yang berilmu


dan mengamalkannya dengan ikhlas. Salah satu pengamalannya adalah
mengajarkan kepada orang lain. Orang yng berilmu tetapi tidak mengamalkannya
menurut Al-Ghazali sebagai orang celaka. Ia menyatakan bahwa semua seluruh
manusia akan binasa kecuali orang-orang yang berilmu. Orang-orang yang
berilmu akan celaka  kecuali orang-orang yang mengamalkannya. Dan orang-
orang yang mengamalkan ilmunya pun akan binasa kecuali orang-orang yang
ikhlas.

Ada dua fungsi manusia dimuka bumi,yaitu sebagai ‘abdun 9 (Hamba


Allah) dan sebagai khalifah Allah dimuk bumi. Esensi dari Abdun adalah
ketaatan,ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah,
sedangkan esensi Khalifah adalah tanggung jawab kepada diri sendiri dan alam
lingkungannya baik lingkungan sosial maupun lingkungan lingkungan alam.

Tanggung jawab kekhalifaan banyak bertumpu dari para ilmuwan dan


cendikiawan. Mereka mempunyai tanggung jawab jauh lebih besar disbanding
manusia-manusia yang tidak memiliki ilmu pengetahuan. Bagi mereka yang
mempunyai ilmu pengetahuan tidak mungkin melakukan eksploitasi alam ini
secara berlebihan, paling hanya sekedar hanya untuk memenuhi kebutuhan
primernya bukan untuk memenuhi kepuasan hawa nafsunya, karena mereka tidak
mempunyai kemampuan untuk mengeksploitasi secara besar-besaran terhadap
sumber alam ini.

Kerusakan di alam dan lingkungan sekitar ini lebih banyak disebabkan


karena ulah manusia itu sendiri. Mereka banyak yang berkhianat terhadap
perjanjiannya sendiri kepada Allah. Mereka tidak menjaga amanat Allah sebagai
khalifah dimuka bumi yang bertugas menjaga kelestarian alam,  sebagaimana
firman Allah dalam QS.30 (Al-Rum) : 41 : 

Artinya : Telah tampak kerusakan didarat maupun dilaut disebabkan


karena perbuatan tangan manusia, Supaya Allah merasakan kepada sebagian
dari (akibat) perbuatan, agar mereka kembali (kejalan yang benar).
2.12. Sikap Muslim Menghadapi Kemajuan Ipteks

Bagi orang yang beriman,iman dan ilmu haruslah berimbang, Iman adalah
stir atau kompas bagi orang yang berilmu sehingga orang yang beriman tidak
kehiangan arah, dan tidak akan melupakan Tuhannya. Dalam rangka ini
hendaklah kaum muslimin tidak tertinggal dibidang ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan upaya-upaya berikut :

1.      Cekatan Menciptakan Alat.

2.      Menghargai Waktu

3.      Memiliki Etos Kerja yang Kuat


BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan teknologi adalah sebuah hasil


pemikiran  untuk memperluas dan memperdalam serta mengembangkan Ilmu
pengetahuan. Dari uraian diatas dapat kita pahami bahwa peran manusia dalam
perkembangan IPTEK adalah menjadikan aqidah sebagai paradigm pemikiran dan
ilmu pengetahuan, Serta menggunakan Syariah sebagai Standar pengguaan
IPTEK.

Sebagai manusia yang beriman dan berilmu kita juga harus menggunakan
kemajuan IPTEK sesuai dengan apa yang sudah di atur didalam Agama Islam.
Manusia juga harus mengamalkan ilmunya dengan ikhlas dan hanya mencari
ridho Allah SWT. Selain itu manusia sebagai khalifah dimuka bumi haruslah
menjaga serta melestarikan alam ini tanpa melakukan kerusakan terhadapnya

3.2.            Saran

Dengan disusunnya makalah ini penulis berharap para pembaca mengetahui


pentinnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi didalam kehidupan manusia. Serta
memahami bagaimana Islam memberikan aturan-aturan didalam kita
menggunakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi agar manusia tidak
menyalahgunakannya, karena perkembangan IPTEK di zaman sekarang ini
sangatlah pesat sehingga diperlukan pegangan yang kuat agar kita dapat dengan
bijak didalam memanfaatkan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.

Kami juga meminta atas kekurangan didalam penulisan makalah ini,kritik dan
saran dari pembaca kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini
sehingga menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

David Ali,SH., Prof. Muhammad. 2013.Pendidikan Agama Islam. PT.Raja


Grafindo Persada : Jakarta.

http://.hannahafifah.blogspot.co.id/2014/01/Pandangan-Islam-Dalam-
perkembangan-Ilmu.html?m=1

http://id.Wikipedia.com//Pengertian-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi.

Zein,M.Ag. Dr. Muhammad.dkk. 2009. Pengembangan Kepribadian Pendidikan


Agama Islam Pada Perguruan Tinggi. Departemen
Agama,Direktorat Jenderal Pendidikan Islam,Direktorat Pendidikan
Tinggi Islam : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai