PENDIDIKN ISLAM
Disusun Oleh:
Ø SONI 21922029
Ø SAIDAH 21922096
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu tugas dari filsafat pendidikan Islam adalah memberikan arah bagi tercapainya tujuan
pendidikan Islam. Tujuan pendidikan Islam yang hendak dicapai harus direncanakan melalui
kurikulum pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam
proses pendidikan pada lembaga pendidikan Islam. Dengan demikian, akan menjadi jelas dan
terencana bagaimana dan apa yang harus diterapkan dalam proses belajar-mengajar yang
dilakukan pendidik dan anak didik. Dalam kurikulum, tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu
pengetahuan yang harus diajarkan oleh pendidik (guru) kepada anak didik, tetapi juga segala
kegiatan yang bersifat kependidikan yang dipandang perlu karena mempunyai pengaruh
terhadap anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam.
B. Pokok Pembahasan
Dari uraian di atas yang berimplikasi bahwa kurikulum sebagai wujud perencanan,
pengorganisasian, dan pelaksanaan dalam menyiapkan lulusan yang memiliki karakter dan jiwa
yang utuh “Insan Kamil”, pemakalah bermaksud mengkaji tentang bagaimana filsafat pendidikan
Islam dalam menjelaskan Hakikat kurikulum dalam pendidikan Islam..
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan Islam secara fungsional adalah merupakan upaya manusia muslim merekayasa
pembentukan al-insan al-kamil melalui penciptaan situasi interaksi edukatif yang kondusif.[1]
Dalam posisinya yang demikian, pendidikan Islam adalah model rekayasa individual dan sosial
yang paling efektif untuk menyiapkan dan menciptakan bentuk masyarakat ideal ke masa depan.
Sejalan dengan konsep perekayasaan masa depan ummat, maka pendidikan Islam harus memiliki
seperangkat isi atau kegiatan yang akan ditransformasi kepada peserta didik agar menjadi milik
dan kepribadiannya sesuai dengan idealitas Islam. Untuk itu, perlu dirancang suatu bentuk
kurikulum pendidikan Islam yang sepenuhnya mengacu pada nilai-nilai asasi ajaran Islam.
Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere
yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Berdasarkan pengertian ini, dalam konteksnya
dengan dunia pendidikan, memberinya pengertian sebagai “circle of instruction” yaitu suatu
lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat di dalamnya.[2] Istilah kurikulum kemudian
digunakan untuk menunjukkan tentang segala mata pelajaran yang dipelajari dan juga semua
pengalaman yang harus diperoleh serta semua kegiatan yang harus dilakukan anak.[3] Di dalam
buku Hasan Basri disebutkan bahwa kurikulum bukan sekadar mata pelajaran atau mata kuliah.
Kurikulum adalah semua rencana yang terdapat dalam proses pembelajaran. Kurikulum dapat
diartikan pula sebagai semua usaha lembaga pendidikan yang direncanakan untuk mencapai
tujuan yang disepakati. [4]
Apabila aktivitas sekolah berkaitan dengan tiga pendekatan sekaligus tiga tujuan yang hendak
dicapai dari ranah kognitif, yakni upaya pencerdasan anak didik, ranah afektif sebagai upaya
pencerdasan emosional, dan ranah psiko-motorik, sebagai upaya percerdasan perilaku
keterampilan, kurikulum yang dimaksudkan adalah semua aspek yang direncanakan dalam
pendidikan yang bertujuan mencapai tiga ranah tersebut.[5] Dengan demikian, berbicara tentang
kurikulum perspektif pendidikan islam bukan semata-mata berbicara mata pelajaran, tetapi
semua aspek yang terdapat dalam lingkungan sekolah, terutama berkaitan dengan mata
pelajaran, sistem dan metode pembelajaran, hubungan interaktif antara pendidik dan anak didik,
pengawasan perkembangan mental anak didik, sistem evaluasi, dan sebagainya.
Secara filosofis, hakikat kurikulum adalah model yang diacu oleh pendidikan dalam upaya
membentuk citra sekolah dengan mewujudkan tujuan pendidikan yang disepakati. Kurikulum
dengan pengertian di atas memberikan indikasi bahwa pedoman rencana pembelajaran tidak
bersifat kaku. Kurikulum yang baik adalah yang dinamis, aktual, teoretis, dan aplikatif. [6]
Sebagaimana tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan, misalnya pendidikan bertujuan
meningkatkan penguasaan pengetahuan siswa, pengembangan pribadi siswa, kemampuan
sosial, dan atau kemampuan keterampilan. Dengan tujuan tersebut, sudah tentu kurikulum harus
diarahkan untuk mencapainya.
1. Asas Agama
Seluruh sistem yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk sistem pendidikannya harus
meletakkan dasar falsafah, tujuan, dan kurikulumnya pada ajaran Islam yang meliputi aqidah,
ibadah, muamalat dan hubungan-hubungan yang berlaku di dalam masyarakat.
2. Asas Falsafah
Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan Islam, dengan dasar filosofis, sehingga
susunan kurikulum pendidikan Islam mengandung suatu kebenaran, terutama dari sisi nilai-nilai
sebagai pandangan hidup yang diyakini kebenarannya.
3. Asas Psikologis
Asas ini memberi arti bahwa kurikulum pendidikan Islam hendaknya disusun dengan
mempertimbanglcan tahapan- tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui anak didik
4. Asas Sosial
Pembentukan kurikulum pendidikan Islam harus mengacu ke arah realisasi individu dalam
masyarakat. Pola yang demikian ini berarti bahwa semua kecenderungan dan perubahan yang
telah dan bakal terjadi dalam perkembangan masyarakat manusia sebagai makhluk sosial harus
mendapat tempat dalam kurikulum pendidikan Islam. Hal ini dimaksudkan agar out put yang
dihasilkan pendidikan Islam adalah manusia-manusia yang mampu mengambil peran dalam
masyarakat dan kebudayaan dalam konteks kehidupan zamannya.[8]
Berdasarkan pada asas-asas tersebut di atas, maka kurikulum pendidikan Islam menurut An-
Nahlawi harus pula memenuhi kriteria sebagai berikut[9]:
1. Sistem dan perkembangan kurikulum hendaknya selaras dengan fitrah insani sehingga
memiliki peluang untuk mensucikannya, dan menjaganya dari penyimpangan serta
menyelamatkannya.
2. Kurikulum hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam, yaitu ikhlas,
taat dan beribadah kepada Allah, disamping merealisasikan tujuan aspek psikis, fisik, sosial,
budaya maupun intelektual.
4. Dalam berbagai pelaksanaan, aktivitas, contoh dan nash yang ada dalam kurikulum harus
memelihara kebutuhan nyata kehidupan masyarakat dengan tetap bertopang pada cita ideal
Islami, seperti rasa syukur dan harga diri sebagai ummat Islam.
5. Secara keseluruhan struktur dan organisasi hendaknya tidak bertentangan dan tidak
menimbulkan pertentangan dengan pola hidup Islami.
6. Hendaknya kurikulum bersifat realistik atau dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi dan
kondisi dalam kehidupan negara tertentu.
8. Hendaknya kurikulum itu efektif dalam arti berisikan nilai edukatif yang dapat membentuk
afektif (sikap) Islami dalam kepribadian anak.
9. Kurikulum harus memperhatikan aspek-aspek tingkah laku amaliah Islami, seperti pendidikan
untuk berjihad dan dakwah Islamiyah serta membangun masyarakat muslim di lingkungan
sekolah.[10]
1. Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan kandungan,
kaedah, alat dan tekniknya.
3. Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang ilmu dan seni,
pengalaman dan kegiatan pengajaran yang bermacam-macam.
4. Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada kandungannya yang tidak hanya
terbatas pada ilmu-ilmu teoritis, baik yang bersifat aqli maupun naqli, tetapi juga meliputi seni
halus, aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer, teknik, pertukangan, bahasa asing dan lain-
lain.
5. Keterkaitan antara kurikulum pendidikan Islam dengan minat, kemampuan, keperluan, dan
perbedaan individual antara siswa. Di samping itu juga keter-kaitannya dengan alam sekitar
budaya dan sosial di mana kurikulum itu dilaksanakan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sejalan Dengan Pengertian Kurikulum pendidikan Islam perspektif Hasan Basri disebutkan
bahwa kurikulum bukan sekadar mata pelajaran atau mata kuliah. Kurikulum adalah semua
rencana yang terdapat dalam proses pembelajaran. Kurikulum dapat diartikan pula sebagai
semua usaha lembaga pendidikan yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang disepakati.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Nizar, Syamsul, Haji, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 55.
[3] Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikann Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 78.
[4] Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung,: Pustaka Setia, 2009), 127.
[7] Al-Rasyidin, Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat: Ciputat Press, 2005), 57-58.
[9] Nizar, Syamsul, Haji, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 59-60.
[10] Nizar, Syamsul, Haji, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 59-60.
[11] Al-Rasyidin, Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat: Ciputat Press, 2005), 61-62.
[12]https://www.binaaku.web.id/2013/12/makalah-hakikat-kurikulum-dalam.html?m=1