Anda di halaman 1dari 25

KAJIAN KURIKULUM PAI MATERI AKHLAK

KELAS X (FASE E) SEMESTER 1

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Kurikulum SMA/MA
Dosen Pengampu: Drs. Uus Sopandi

Disusun Oleh:

Sisti Nurrohmah PAI/V-A 020.011.0027

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SILIWANGI BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa saya panjatkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini untuk memenuhi tugas ujian akhir semester mata kuliah Kajian
Kurikulum SMA/MA ". Tidak lupa juga shalawat serta salam saya curah limpahkan
kepada nabi Muhammad Saw.
Kemudian saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Saya menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan saya. Oleh karena itu, saya
mengharapkan segala bentuk saran maupun kritikan dari berbagai pihak. Saya harap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Bandung, Februari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
BAB I ……………………………………………………………………………..1
PENDAHULUAN………………………………………………………………...1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………1
C. Tujuan Masalah……………………………………………………………1
BAB II ……………………………………………………………………………2
KAJIAN TEORI…………………………………………………………………2
BAB III……………………………………………………………………………6
TEMUAN DAN PEMBAHASAN……………………………………………….6
A. Alus Tujuan Pembelajaran……………………………………………...6
B. Capaian Pembelajaran PAI Fase E……………………………………..6
C. Modul Ajar PAI Akhlak Fase E………………………………………...8
D. Profil Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka………………….16
BAB IV…………………………………………………………………………..20
PENUTUP……………………………………………………………………….20
A. Simpulan………………………………………………………………...21
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikukulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang di berikan oleh
suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisikan rancangan pelajaran yang akan diberikan
kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Adanya rancangan kurikulum
merupakan ciri utama pendidikan di sekolah. Kurikulum juga merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran . Dapat kita bayangkan, bagaimana bentuk pelaksanaan
suatu pendidikan atau pengajaran di sekolah yang tidak memiliki kurikulum.
Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu bukan tanpa alasan dan landasan yang jelas, sebab
perubahan ini disemangati oleh keinginan untuk terus memperbaiki, mengembangkan, dan
meningkatkan kualitas sistem pendidikan nasional. Persekolahan sebagai ujung tombak dalam
implementasi kurikulum dituntut untuk memahami dan mengaplikasikannya secara optimal dan
penuh kesungguhan, sebab mutu penyelenggaraan proses pendidikan salah satunya dilihat dari hal
tersebut.
Sejumlah ahli teori kurikulum berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua
kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan
sekolah. Selain kegiatan kurikuler yang formal juga kegiatan yang tak formal atau kokurikuler/
ekstra kurikuler (co-curriculum atau extra-curriculum).
Dalam pengertian “intrinsic” kependidikan, kurikulum adalah jantung pendidikan, artinya segala
gerak kehidupan yang dilakukan di sekolah didasarkan pada apa yang direncanakan kurikulum.
Kehidupan di sekolah adalah kehidupan yang dirancang berdasarkan apa yang diinginkan
kurikulum. Pengembangn potensi peserta didik menjadi kualitas yang diharapakan didasarkan pada
kurikulum.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep kurikulum PAI ?
2. Bagaimana kurikulum PAI dalam mata pelajaran Akhlak di kelas x (Fase E) ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui konsep kurikulum PAI
2. Untuk Mengetahui kurikulum PAI dalam mata pelajaran Akhlak di kelas x (Fase E)

1
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Kurikulum PAI SMA/MA


1. Pengertian Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Kurikulum adalah semua rencana yangterdapat dalam proses pembelajaran. Kurikulum
dapat diartikan pula sebagai semuausaha lembaga pendidikan yang direncanakanuntuk
mencapai tujuan yang disepakati. Kurikulum merupakan rancangan pendidikanyang
merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan untuk siswa sekolah. Kurikulum
disusun oleh para pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan,
pengusaha serta masyarakat lainnya. Rencana ini disusun dengan maksud memberi pedoman
kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa,
mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Kurikulum dalam pengertian mutakhir adalah semua kegiatan yang memberikan pengalaman
kepada siswa (anak didik) di bawah bimbingan dan tanggungjawab sekolah.
Kurikulum pendidik an Islam adalah bahan-bahan pendidikan Islam berupa kegiatan,
pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak
didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Atau dengan kata lain kurikulum
pendidikan Islam adalah semua aktivitas, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja
dan secara sistematis diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka tujuan
pendidikan Islam.
Berdasarkan keterangan di atas, maka kurikulum pendidikan Islam itu merupakan satu
komponen pendidikan agama berupa alat untuk mencapai tujuan. Ini bermakna untuk
mencapai tujuan pendidikan agama (pendidikan Islam) diperlukan adanya kurikulum yang
sesuai dengan tujuan pendidikan Islam dan bersesuaian pula dengan tingkat usia, tingkat
perkembangan kejiwaan anak dan kemampuan pelajar.
2. Tujuan Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan Islam berupa kegiatan,
pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak
didik dalam rangka tujuan pendidikan Islam. Berdasarkan keterangan di atas, maka
kurikulum pendidikan Islam itu merupakan satu komponen pendidikan agamaberupa alat

2
untuk mencapai tujuan. Ini bermakna untuk mencapai tujuan pendidikanIslam, diperlukan
adanya kurikulum yangsesuai dengan tujuan pendidikan Islam danbersesuaian pula dengan
tingkat usia, tingkat perkembangan kejiwaan anak dan kemampuanpelajar.
Kurikulum pendidikan Islam bertujuan menanamkan kepercayaan dalam pemikirandan
hati generasi muda, pemulihan akhlak danmembangunkan jiwa rohani. Ia juga
bertujuanuntuk memperoleh pengetahuan secarakontinu, gabungan pengetahuan dan kerja,
kepercayaan dan akhlak, serta penerapanamalan teori dalam hidup.
3. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Menurut Mujtahid (2011), Tiap jenis kurikulum mempunyai ciri atau
karakteristiktermasuk pendidikan agama Islam. Menurut Abudurrahman al-Nahlawi, dalam
Majid (2004), menjelaskan bahwa kurikulum pendidikan Islam harus memenuhi beberapa
kriteria, yaitu:
1. Memiliki sistem pengajaran dan materi yang selaras dengan fitrah manusia serta
bertujuan untuk mensucikan jiwa manusia, memelihara dari penyimpangan,
danmenjaga keselamatan fitrah manusia sebagaimana diisyaratkan hadits Qudsi
sebagai berikut: "hamba-hamba ku diciptakan dengan kecenderungan (pada
kebenaran). Lalu Syethan menyesatkan mereka."
2. Tujuan pendidikan Islam yaitu memurnikanketaatan dan peribadatan hanya kepada
Allah. Kurikulum pendidikan Islam yangdisusun harus menjadi landasan
kebangkitan Islam, baik dalam aspek intelektual, pengalaman, fisikal, maupunsosial.
Ibadah tidak hanya sekedar diartikanshalat atau zikir akan tetapi pekerjaan
danperbuatan pun merupakan ibadah.
3. Harus sesuai dengan tingkatan pendidikanbaik dalam hal karakteristik, tingkat
pemahaman, jenis jantina serta tugas-tugas kemasyarakatan yang telah dirancang
dalamkurikulum.
4. Memperhatikan tujuan-tujuan masyarakat yang realistis, menyangkut
penghidupandan bertitik tolak dari keislaman yang ideal. Kurikulum pendidikan
Islam sebagai cermin nilai-nilai keadaban danspiritualitas, baik secara personal
maupunkolektif (sosial).
5. Tidak bertentangan dengan konsep dan ajaran Islam, melainkan harus memahami
konteks ajaran Islam yang selama ini belum tergali makna dan sumber kebenarannya.
Masih banyak teks-teks normatif yang belum terungkap pesan dan hikmahnya yang
bisa diteliti untuk kemanfaatan manusia.
3
4. Metode Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Untuk mendesain kurikulumpendidikan Agama Islam yang menarik danbermanfaat,
diperlukan metode yang serasi dengan isi dan konteks sosial kekinian. Isi dankonteks sosial
itu terjadi dalam proses belajar mengajar di kelas atau di manapun berada. Untuk mengemas
pembelajaran itu maka perlumetode yang efektif. Syukri Zarkasyi, pengasuh pondok modern
Gontor pernahmenyatakan bahwa: "Al-thariqatu ahammumin al- maddah, walaakinna al-
mudarrisaahammu min al-thariqah, wa ruh al-mudarris ahammu min al-mudarris nafsihi"
(Metode itulebih penting dari pada materi, akan tetapi guru lebih penting dari metode, dan
jiwa gurulebih penting dari guru itu sendiri). Ungkapanini menegaskan bahwa metode
yangdiperankan oleh guru akan sangat menentukankeberhasilan proses dari interaksi belajar-
mengajar (Mujtahid, 2011).
Metode adalah cara yang digunakantenaga pendidik dan peserta didik dalamproses belajar
mengajar. Oleh karena itu, metode merupakan alat untuk menciptakan interaksi antara guru
dan pelajar dalam mempelajari sebuah materi tertentu. Dalam hal ini, guru berperan sebagai
penggerak, fasilitator, pembimbing dan seterusnya. Sementara pelajar, dapat berperan aktif
dalam kegiatan tersebut (Mujtahid, 2011). Ahmad Tafsir (1994), menyatakan bahwa metode
pendidikan Islam yang saat ini digunakan oleh para pendidik itu merupakan hasil dari metode
yang dikembangkan orang Barat. Karena saat ini kita dengan mudah mengakses sumber
referensi itu dan dapat digunakan untuk memperbaiki cara dan strategi pembelajaran kita.
Metode yang kita terapkan itu misalnya, metode ceramah, brainstorming, soal jawab, diskusi,
sosiodrama, bermain, resitasi dan lainlain. Untuk mengimplementasikan metode itu, maka
diperlukan cara yang tepat dari para guru agar compatible dengan visi-misi materi, tujuan
materi dan karakteristik materi.
Hal yang sama ditunjukkan pula oleh Muhaimin et al., (2001), mengatakan bahwa metode
yang digunakan untuk implementasi kurikulum pendidikan agama Islam tak jauh berbeda
dengan metode yang digunakan pendidikan umum. Sebenarnya, hampir tidak jauh berbeda
antara keduanya, bahwa proses pendidikan apa pun namanya, kerangka atau aspek
domainnya yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Oleh itu, pendidikan Agama Islam harus berorientasi pada "penyadaran" dalam ketiga
aspek di atas. Ketiga aspek tersebut, dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam, tidak
dapat dipisahkan antara satu dan lainnya. Asas inilah, menurut A. Malik Fadjar (1998),
bahwa pendidikan agama Islam adalah proses pendidikan yang mampu menggugah
kesadaran peserta didik untuk menjadi pribadi muslim sejati.
4
Metode yang perlu digunakan, menurut A. Malik Fadjar (1998), haruslah memiliki dua
landasan. Pertama, landasan motivasional, yaitu pemupukan sifat individu peserta didik
untuk menerima ajaran agamanya dansekaligus bertanggung jawab terhadap pengalamannya
dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, landasan moral, yaitu tertanamnyanilai keagamaan dan
kayakinan peserta didiksehingga perbuatannya selalu mengacu padaisi, jiwa dan semangat
akhlak karimah. Selainitu, supaya tersusunnya tata nilai (valuesystem) dalam peserta didik
yang bersumber pada ajaran yang otentik, sehingga memiliki daya tahan dalam menghadapi
setiap tantangandan perubahan zaman. Noorzanah. (2017)

5
BAB III
TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Alus Tujuan Pembelajaran (ATP)


Domain : Akhlak
Peserta didik mampu menganalisis manfaat menghindari akhlak maẑmūmah; membuat karya
yang mengandung konten manfaat menghindari sikap maẑmūmah; meyakini bahwa akhlak
maẑmūmah adalah larangan dan akhlak mahmūdah adalah perintah agama; membiasakan diri
untuk menghindari akhlak maẑmūmah dan menampilkan akhlak mahmūdah dalam kehidupan
sehari-hari
B. Capaian Pembelajaran PAI Fase E
Pendidikan Agama Islam (PAI) secara bertahap dan holistik diarahkan untuk menyiapkan
peserta didik agar mantap secara spiritual, berakhlak mulia, dan memiliki pemahaman akan
dasar-dasar agama Islam serta cara penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pendidikan agama Islam secara umum harus mengarahkan
peserta didik kepada (1) Kecenderungan kepada kebaikan (al-ḥanifiyyah), (2) Sikap
memperkenankan (alsamḥah), (3) akhlak mulia (makārim al-akhlāq), dan (4) Kasih sayang untuk
alam semesta (rahmat li al-ālamĩn). Dengan PAI, dasar-dasar tersebut kemudian diterapkan oleh
peserta didik dalam beriman dan bertakwa kepada Allah Swt, menjaga diri, peduli atas
kemanusiaan dan lingkungan alam. Deskripsi dari penerapan ini akan tampak dalam beberapa
elemen PAI terutama dalam akhlak pribadi dan sosial, akidah, syari’at dan sejarah peradaban
Islam.
PAI bisa menjadi pedoman bagi peserta didik dalam menjaga diri dan menerapkan akhlak
mulia setiap hari. Berbagai persoalan di masyarakat seperti krisis akhlak, radikalisme dan krisis
lingkungan hidup dan lain-lain mempunyai jawaban dalam tradisi agama Islam. Dengan
mempelajari dan menghayati PAI, peserta didik mampu menghindari segala perubahan negatif
yang terjadi di dunia sehingga tidak mengganggu perkembangan dirinya baik dalam
hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, sesama warga negara, sesama manusia, maupun alam
semesta.
Dengan konteks Indonesia pada abad 21 yang semakin kompleks, pemahaman yang
mendalam tentang agama sangat dibutuhkan, terutama dalam menghormati dan menghargai
perbedaan. Pelajaran agama tidak hanya membahas hubungan manusia dengan Allah (ḥabl min
Allāh),
6
namun juga hubungan dengan diri sendiri, sesama warga negara, sesama manusia (ḥabl min al-
nās) dan alam semesta. Untuk itu, dibutuhkan pendekatan yang beragam dalam proses belajar
agama yang tidak hanya berupa ceramah, namun juga diskusi-interaktif, proses belajar yang
bertumpu pada keingintahuan dan penemuan (inquiry and discovery learning), proses belajar
yang berpihak pada anak (student-centered learning), proses belajar yang berbasis pada
pemecahan masalah (problem based learning), pembelajaran berbasis proyek nyata dalam
kehidupan (projek based learning), dan proses belajar yang kolaboratif (collaborative learning).
Berbagai pendekatan ini memberi ruang bagi tumbuhnya keterampilan yang berharga seperti
budaya berpikir kritis, kecakapan berkomunikasi dan berkolaborasi, dan menjadi peserta didik
yang kreatif.
Melalui muatan materi yang disajikannya dalam 5 (lima) elemen keilmuan PAI antara lain
Al-Quran-hadis, akidah, akhlak, fiqih, dan sejarah peradaban Islam, pelajaran agama Islam dapat
berkontribusi dan menguatkan terbentuknya profil pelajar pancasila sebagai pelajar sepanjang
hayat (min al-mahdi ila al-lahdi) yang beriman dan bertakwa, serta berakhlak mulia, menyadari
dirinya bagian dari penduduk dunia dengan berkepribadian dan punya kompetensi global,
mandiri, kreatif, kritis, dan bergotong royong.
Tujuan Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Pada praktiknya, pembelajaran PAI ditujukan untuk:
1. Memberikan bimbingan kepada peserta didik agar mantap spiritual, berakhlak mulia, selalu
menjadikan kasih sayang dan sikap toleran sebagai landasan dalam hidupnya;
2. Membentuk peserta didik agar menjadi pribadi yang memahami dengan baik prinsip-prinsip
agama Islam terkait akhlak mulia, akidah yang benar (`aqîdah sahĩhah) berdasar paham ahlus
sunnah wal jamā`ah, syariat, dan perkembangan sejarah peradaban Islam, serta
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam hubungannya dengan sang
pencipta, diri sendiri, sesama warga negara, sesama manusia, maupun lingkungan alamnya
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indoneisa;
3. Membimbing peserta didik agar mampu menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam berfikir
sehingga benar, tepat, dan arif dalam menyimpulkan sesuatu dan mengambil keputusan;
4. Mengkonstruksi kemampuan nalar kritis peserta didik dalam menganalisa perbedaan
pendapat sehingga berperilaku moderat (wasaťîyyah) dan terhindar dari radikalisme ataupun
liberalisme;
5. Membimbing peserta didik agar menyayangi lingkungan alam sekitarnya dan menumbuhkan
rasa tanggung jawabnya sebagai khalifah Allah di bumi. Dengan demikian dia aktif dalam
mewujudkan upaya-upaya melestarikan dan merawat lingkungan sekitarnya;
6. Membentuk peserta didik yang menjunjung tinggi nilai persatuan sehingga dengan demikian
dapat menguatkan persaudaraan kemanusiaan (ukhuwwah basyariyyah), persaudaraan
seagama (ukhuwwah Islāmiyyah), dan juga persaudaraan sebangsa dan senegara (ukhuwwah
waťaniyyah) dengan segenap kebinekaan agama, suku dan budayanya.
7
C. Modul Ajar PAI Akhlak Fase E
Fase :E
Elemen : Akhlak
Tujuan Pembelajaran :10.3.1.Peserta didik dapat menganalisis manfaat menghindari sikap
hidup berfoya-foya, riya’, sum’ah, takabbur, dan hasad
10.3.2. Peserta didik dapat menganalisis dampak negative sikap hidup berfoya-foya riya’,
sum’ah, takabbur, dan hasad
10.3.3.Peserta didik dapat menganalisis cara menghindari
sikap hidup berfoya-foya, riya’, sum’ah, takabbur, dan hasad
Kata Kunci : berfoya-foya, riya’, sum’ah, takabbur, dan hasad
Pertanyaan inti : 1. Mengapa sikap hidup berfoya-foya, riya’, sum’ah, takabbur,
dan hasad sangat merugikan kehidupan pribadi dan
masyarakat?
2. Bagaimana cara menghindari sikap berfoya-foya, riya’,
sum’ah, takabbur, dan hasad ?
3. Apakah manfaat yang diperoleh dengan menghindari sikap
hidup berfoya-foya, riya’, sum’ah,

Kompetensi Awal : Siswa telah memiliki kemampuan awal dalam memahami


dampak negatif sikap hidup berfoya-foya, riya’, sum’ah,
takabbur, dan hasad.
Profil Pelajar Pancasila:Profil Pelajar Pancasila yang ingin dicapai adalah beriman,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia,
berkebhinekaan global, gotong royong, bernalar kritis dan
kreatif.
Sarana dan Prasarana : Fasilitas pembelajaran yang diperlukan diantaranya LCD
Projector, multimedia pembelajaran interaktif, mushaf al-
Qur’an, kitab hadis, kitab tafsir al-Qur’an, komputer/laptop,
printer, alat pengeras suara, jaringan internet. Sarana dan
prasarana ini bisa disesuaikan dengan kondisi di sekolah
masing-masing.
Target Siswa : Kategori siswa dalam proses pembelajaran ini adalah siswa
regular/tipikal
8
Jumlah Siswa : Maksimum 36 siswa
Ketersediaan Materi : Alternatif penjelasan, metode, atau aktivitas, untuk siswa yang
sulit memahami konsep.
Moda Pembelajaran : Tatap muka
Materi Ajar, Alat dan Bahan
1. Materi atau sumber pembelajaran yang utama: Buku Teks PAI dan Budi Pekerti SMA
(Kemdikbud Tahun 2021). Adapun sumber pembelajaran dari internet diantaranya :
https://islam.nu.or.id/post/read/65811/riya-dan-penanggulangannya
https://muhammadiyah.or.id/batasan-riya/
https://www.nu.or.id/post/read/104090/larangan-takabbur-dalam-beribadah
http://pasca.walisongo.ac.id/?p=1226
https://www.mediamu.id/2018/08/21/hasad-dan-buruk-sangka-dua-sisi-penyakit-hati/
https://www.pesantrenvirtual.com
2. Alat dan bahan yang diperlukan : papan tulis, spidol, alat tulis
3. Perkiraan biaya : Rp. 75.000 (bisa berubah sesuai kondisi masing-masing daerah)
Kegiatan Pembelajaran Utama :
Pengaturan siswa:
Individu
Berpasangan
Kelompok (> 2 siswa)
Metode:
Tutor sebaya
Asesmen :
1. Asesmen dilakukan melalui asesmen individu dan kelompok
2. Jenis asesmen:
Penilaian sikap (observasi)
Penilaian pengetahuan (tes tulis)
Penilaian keterampilan (produk)
Persiapan pembelajaran : (5 menit)
1. Guru memeriksa dan memastikan semua sarana dan prasarana yang diperlukan
tersedia.
2. Memastikan bahwa ruang kelas sudah bersih, aman dan nyaman
9
3. Menyiapkan bahan tayang dan multimedia pembelajaran interaktif
Urutan Kegiatan Pembelajaran :
Pendahuluan ( 15 menit )
1. Siswa berdoa secara bersama-sama dan melakukan tadarus Q.S.Luqman/31: 16-19
2. Guru menyapa setiap siswa dengan kontak mata dan menanyakan kondisi masing-masing
dan menyampaikan apersepsi.
3. Guru memberikan motivasi dan mengajukan pertanyaan yang terkait dengan materi
pelajaran, menyampaikan cakupan materi, tujuan pembelajaran, dan kegiatan yang akan
dilakukan, serta lingkup dan teknik penilaian. Kegiatan Pembelajaran Inti ( 105 menit)
4. Guru meminta siswa untuk mengamati infografis. Infografis tersebut berisi materi tentang
perilaku berfoya-foya, riya’, sum’ah, takabur, dan hasad.
5. Guru memberikan informasi tambahan untuk memperkuat pemahaman peserta didik
terhadap infografis tersebut.
6. Siswa membentuk enam kelompok sesuai tema pelajaran yakni berfoya-foya, riya’, sum’ah,
takabur, dan hasad.
7. Setiap kelompok yang terdiri dari lima sampai enam siswa, salah satunya bertindak sebagai
tutor.
8. Guru menjelaskan materi pelajaran, yakni manfaat menghindari sikap berfoya-foya, riya’,
sum’ah, takabur, dan hasad, dampak negatif dan cara menghindarinya.
9. Siswa yang bertindak sebagai tutor menjelaskan materi pelajaran kepada teman- temannya.
10. Siswa lainnya dapat bertanya kepada tutor jika mengalami kesulitan belajar.
11. Tutor dan siswa lainnya melakukan diskusi untuk membahas materi yang perlu didiskusikan.
12. Setelah satu babak selesai, masing-masing tutor berkeliling untuk memberikan penjelasan
kepada kelompok lain, demikian seterusnya.
13. Guru bertindak sebagai pemantau, pengawas, dan pembimbing pada saaat berlangsungnya
proses pembelajaran.
14. Jika tutor mengalami kesulitan, maka guru memberikan arahan dan bimbingan Penutup
Pembelajaran ( 10 menit )
15. Guru meminta salah satu siswa untuk mereview kegiatan pembelajaran hari ini, sebagai
bentuk refleksi akhir. Setelah selesai, siswa tersebut kemudian memimpin doa selesai
kegiatan.
16. Guru menutup pembelajaran dengan berdoa bersama-sama.

10
Diferensiasi :
 Untuk siswa yang berminat belajar dan mengeksplorasi topik ini lebih jauh, disarankan
untuk membaca manfaat menghindari sikap berfoya-foya, riya’,sum’ah, takabur, dan
hasad, dampak negatif dan cara menghindarinya secara lebih mendalam di dalam kitab-
kitab tasawuf dan kitab akhlak karya para ulama.
 Guru dapat menggunakan alternatif metode dan media pembelajaran sesuai dengan
kondisi masing-masing agar pelaksanaan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan
(joyfull learning) sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai.
 Untuk siswa yang kesulitan belajar topik ini, disarankan untuk belajar kembali manfaat
menghindari sikap berfoya-foya, riya’, sum’ah, takabur, dan hasad, dampak negatif dan
cara menghindarinya pada pembelajaran di dalam dan atau di luar kelas sesuai kesepataan
antara guru dengan siswa. Siswa juga disarankan untuk belajar kepada teman sebaya atau
belajar kepada ustadz di lingkungan tempat tinggal masing-masing.
Refleksi Guru :
Pertanyaan kunci yang membantu guru untuk merefleksikan kegiatan pengajaran di
kelas, misalnya:
1. Apakah semua siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran?
2. Kesulitan apa yang dialami?
3. Apa langkah yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses belajar?
4. Apakah kegiatan pembelajaran dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis pada
diri siswa?
5. Apakah kegiatan pembelajaran ini bisa membangun kesadaran siswa tentang
pentingnya akhlak terhadap sesama untuk saling menghargai dan menyayangi?
Asesmen :
1. Asesmen Diagnostik (Sebelum Pembelajaran)
Untuk mengetahui kesiapan siswa dalam memasuki pembelajaran, dengan pertanyaan:
Pertanyaan Jawaban
Ya tidak
1. Apakah sudah pernah membaca buku atau kitab karya ulama
tentang akhlak mazmumah?
2. Apakah kalian ingin menguasai materi pelajaran
dengan baik?

11
3. Apakah kalian sudah siap melaksanakan
pembelajaran dengan metode tutor sebaya?

2. Asesmen Formatif ( Selama Proses Pembelajaran)


Asesmen formatif dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung,
khususnya saat siswa melakukan kegiatan diskusi, presentasi dan refleksi tertulis.
a. Asesmen saat tutor sebaya
Asesmen ini dilakukan ketika siswa melakukan kegiatan belajar dengnan metode tutor
sebaya.
Lembar kerja pengamatan kegiatan tutor sebaya
No Nama Aspek yang diamati Skor
Siswa Ide/gagasan Aktif Kritis 1 2 3 4
1 Dafiq
2 Mita
Nilai = skor x 2,5

Refleksi Siswa :
Nama Siswa : ..................
Kelas : ..................
Pertanyaan refleksi Jawaban Refleksi
1. Bagian manakah yang menurutmu
paling sulit dari pelajaran ini?
2. Apa yang akan kamu lakukan untuk
memperbaiki hasil belajarmu?
3. Kepada siapa kamu akan meminta
bantuan untuk memahami pelajaran ini?
4. Jika kamu diminta untuk memberikan bintang 1
sampai 5, berapa bintang akan kamu berikan
pada usaha yang telah
kamu lakukan?
Daftar Pustaka
1. Ba’adillah, Ibnu Ibrahim. 2011. Ihya Ulumuddin. Jakarta: Gramedia

12
2. Ahmad Taufik dan Nurwastuti Setyowati. 2021. PAI dan Budi Pekerti Kelas X SMA,
Jakarta: Kemdikbud RI
Lembar Kerja Siswa :
Nama Siswa : ...........................
Kelas : ...........................
Tahapan Kegiatan Siswa/ Pertanyaan Catatan Hasil Kegiatan

Stimulasi Siswa mengamati tayangan tentang manfaat


menghindari sikap berfoya-foya, riya’, sum’ah,
takabur, dan hasad, dampak negatif dan cara
menghindarinya melalui youtube atau media lain.

Identifikasi 1. Faktor apa saja yang menyebabkan


Masalah seseorang bersikap berfoya-foya, riya’,
sum’ah, takabur, dan hasad?
2. Bagaimana cara menghindari sikap
berfoya-foya, riya’, sum’ah, takabur, dan
hasad?
3. Jelaskan manfaat menghindari sikap
berfoya-foya, riya’, sum’ah, takabur,
dan hasad ?
Mengumpulk an Kumpulkan informasi sebanyak mungkin terkait
informasi dengan manfaat menghindari sikap berfoya-foya,
riya’, sum’ah, takabur, dan hasad

Mengolah Catat dan klasifikasikan informasi yang diperoleh


informasi untuk kemudian dijadikan
dasar untuk menjawab persoalan

Verifikasi dan Lakukan verifikasi hasil olah data, pastikan


presentasi hasil temuan kalian sudah benar dan kemudian
presentasikan

Generalisasi Buatlah kesimpulan dari hasil kajian kelompok


kalian.

13
Bahan Bacaan Siswa :
a. https://www.republika.co.id/berita/moiz17/ini-bahaya-pola-hidup-boros
b. https://kalam.sindonews.com/read/364560/72/riya-dan-sumah-2-perkara-ini- sering-
diremehkan-kalangan-perempuan-1615770212
c. https://kumparan.com/hijab-lifestyle/bahaya-mempunyai-sikap-sombong-
1537408922383434983/full
Bahan Bacaan Guru :
d. Kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Ghazali
e. Kitab Tanbighul Ghafilin karya al-Faqih Abu Laits as-Samarkandi
f. Kitab Bidayatul Hidayah karya Imam Ghazali
g. Kitab Riyadhus Shalihin karya Imam Nawawi
Materi Pengayaan Dan Remedial :
Siswa yang memperoleh capaian tinggi akan diberikan pengayaan berupa kegiatan tambahan
terkait dengan kajian topik. Siswa mempelajari manfaat menghindari sikap berfoya-foya, riya’,
sum’ah, takabur, dan hasad, dampak negatif dan cara menghindarinya didalam kitab-kitab karya
para ulama, misalnya kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Ghazali atau kitab Riyadhus Shalihin
karya Imam Nawawi. Kemudian siswa menelusuri dalil yang terkait dengan sikap berfoya-foya,
riya’, sum’ah, takabur, dan hasad baik di dalam al-Qur’an maupun hadis.
Sedangkan siswa yang menemukan kesulitan akan memperoleh pendampingan dari guru berupa
bimbingan personal atau kelompok dengan langkah-langkah kegiatan yang lebih sederhana. Siswa
diminta mempelajari kembali materi manfaat menghindari sikap berfoya-foya, riya’, sum’ah,
takabur, dan hasad, dampak negatif dan cara menghindarinya
Manfaat menghindari sikap berfoya-foya, riya’, sum’ah, takabur, dan hasad.
1) Hati menjadi tenang dan damai
2) Merasa selalau bersyukur atas semua karunia Allah Swt
3) Dicintai dan disayangi oleh orang lain
4) Optimis dalam menjalani hidup
Dampak negatif sifat hidup berfoya-foya
Banyak dampak negatif dari sikap hidup berfoya-foya, diantaranya:
1) Terlalu sibuk mengurusi kebahagiaan duniawi, melalaikan akhirat
2) Menimbulkan sifat iri, dengki, dan pamer
3) Dapat memicu frustasi apabila hartanya habis
4) Berpotensi menimbulkan sifat kikir
14
Cara menghindari sifat hidup berfoya-foya:
Agar terhindar dari sifat hidup berfoya-foya, lakukanlah hal-hal berikut ini
1) Membelanjakan harta sesuai dengan skala priorias kebutuhan
2) Membiasakan bersedekah dan membantu orang lain.
3) Bergaya hidup sederhana
4) Selalu bersyukur
5) Bertindak selektif dan terencana
6) Bersikap rendah hati
Dampak negatif sifat riya’ dan sum’ah
Perbuatan riya’ dan sum’ah akan berdampak negatif bagi pelakunya dan masyarakat secara umum.
Dampak negatif tersebut antara lain:
1) Muncul rasa tidak puas atas amal yang telah dikerjakan
2) Muncul rasa gelisah saat melakukan amal kebaikan
3) Merusak nilai pahala dari suatu ibadah, bahkan bisa hilang sama sekali
4) Mengurangi kepercayaan dan simpati dari orang lain
5) Menyesal apabila amalnya tidak diperhatikan oleh orang lain
6) Menimbulkan sentimen pribadi dari orang lain karena adanya perasaan iri dan dengki
Cara menghindari sifat riya’ dan sum’ah:
1) Meluruskan niat
2) Menyadari bahwa dirinya adalah hamba Allah Swt.
3) Memohon pertolongan Allah Swt.
4) Menyembunyikan amal ibadah
5) Memperbanyak ingat kematian
6) Membiasakan hidup sederhana
Dampak negatif sikap takabbur bagi kehidupan seseorang, diantaranya
1) Dibenci oleh Allah Swt. dan rasul-Nya
2) Dibenci dan dijauhi oleh masyarakat
3) Mata hatinya terkunci dari memperoleh hidayah kebenaran
4) Mendapatkan siksa dan kehinaan di akhirat
5) Dimasukkan kedalam neraka
Cara menghindari sifat takabur diantaranya adalah :
1) Menyadari kekurangan dan kelemahan dirinya
2) Menyadari bahwa hidup di dunia hanya sementara
15
3) Berusaha selalu menghargai orang lain
4) Bersifat rendah hati (tawadhu’)
5) Meningkatkan kualitas ibadah
6) Ikhlas dalam melakukan ibadah
Dampak negatif dari sifat hasad, diantaranya adalah
1) Menentang takdir Allah Swt.
2) Hati menjadi susah
3) Menghalangi keinginan berdoa kepada Allah Swt.
4) Meremehkan nikmat dari Allah Swt.
5) Merendahkan martabat orang lain
Cara menghindari sifat hasad :
1) Meyakini keadilan Allah Swt.
2) Memperbanyak rasa syukur
3) Menjaga sifat rendah hati (tawadhu’)
4) Senang membantu orang lain
5) Mempererat tali silaturahmi
6) Mendahulukan kepentingan umum

D. Profil Pelajar Pancasila Pada Kurikulum Merdeka


Profil pelajar Pancasila merupakan bentuk penerjemahan tujuan pendidikan nasional. Profil
pelajar Pancasila berperan sebagai referensi utama yang mengarahkan kebijakan-kebijakan
pendidikan termasuk menjadi acuan untuk para pendidik dalam membangun karakter serta
kompetensi peserta didik. Profil pelajar Pancasila harus dapat dipahami oleh seluruh pemangku
kepentingan karena perannya yang penting. Profil ini perlu sederhana dan mudah diingat dan
dijalankan baik oleh pendidik maupun oleh pelajar agar dapat dihidupkan dalam kegiatan sehari-
hari. Berdasarkan pertimbangan tersebut, profil pelajar Pancasila terdiri dari enam dimensi,
yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3)
bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif.
1. Dimensi Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berahlak Mulia
Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ia
memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam
kehidupannya sehari-hari. Ada lima elemen kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan YME,
16
dan berakhlak mulia: (a) akhlak beragama; (b) akhlak pribadi; (c) akhlak kepada manusia;
(d) akhlak kepada alam; dan (e) akhlak bernegara.
a. Akhlak beragama
Pelajar Pancasila mengenal sifat-sifat Tuhan dan menghayati bahwa inti dari sifatsifat-
Nya adalah kasih dan sayang. Ia juga sadar bahwa dirinya adalah makhluk yang mendapatkan
amanah dari Tuhan sebagai pemimpin di muka bumi yang mempunyai tanggung jawab untuk
mengasihi dan menyayangi dirinya, sesama manusia dan alam, serta menjalankan perintah
dan menjauhi larangan-Nya. Pelajar Pancasila senantiasa menghayati dan mencerminkan
sifat-sifat Ilahi tersebut dalam perilakunya di kehidupan sehari-hari. Penghayatan atas sifat-
sifat Tuhan ini juga menjadi landasan dalam pelaksanaan ritual ibadah atau sembahyang
sepanjang hayat. Pelajar Pancasila juga aktif mengikuti acara-acara keagamaan dan ia terus
mengeksplorasi guna memahami secara mendalam ajaran, simbol, kesakralan, struktur
keagamaan, sejarah, tokoh penting dalam agama dan kepercayaannya serta kontribusi hal-
hal tersebut bagi peradaban dunia.
b. Akhlak pribadi
Akhlak yang mulia diwujudkan dalam rasa sayang dan perhatian pelajar kepada dirinya
sendiri. Ia menyadari bahwa menjaga kesejahteraan dirinya penting dilakukan bersamaan
dengan menjaga orang lain dan merawat lingkungan sekitarnya. Rasa sayang, peduli, hormat,
dan menghargai diri sendiri terwujud dalam sikap integritas, yakni menampilkan tindakan
yang konsisten dengan apa yang dikatakan dan dipikirkan. Karena menjaga kehormatan
dirinya, Pelajar Pancasila bersikap jujur, adil, rendah hati, bersikap serta berperilaku dengan
penuh hormat. Ia selalu berupaya mengembangkan dan mengintrospeksi diri agar menjadi
pribadi yang lebih baik setiap harinya. Sebagai wujud merawat dirinya, Pelajar Pancasila
juga senantiasa menjaga kesehatan fisik, mental, dan spiritualnya dengan aktivitas olahraga,
aktivitas sosial, dan aktivitas ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing- masing.
Karena karakternya ini, ia menjadi orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan, serta berkomitmen untuk setia pada ajaran agama dan
kepercayaannya serta nilai-nilai kemanusiaan.
c. Akhlak kepada manusia
Sebagai anggota masyarakat, Pelajar Pancasila menyadari bahwa semua manusia setara
di hadapan Tuhan. Akhlak mulianya bukan hanya tercermin dalam rasa sayangnya pada diri
sendiri tetapi juga dalam budi luhurnya pada sesama manusia. Dengan demikian ia
mengutamakan persamaan dan kemanusiaan di atas perbedaan serta menghargai perbedaan
17
yang ada dengan orang lain. Pelajar Pancasila mengidentifikasi persamaan dan
menjadikannya sebagai pemersatu ketika ada perdebatan atau konflik. Ia juga mendengarkan
dengan baik pendapat yang berbeda dari pendapatnya, menghargainya, dan menganalisisnya
secara kritis tanpa memaksakan pendapatnya sendiri. Pelajar Pancasila adalah pelajar yang
moderat dalam beragama. Ia menghindari pemahaman keagamaan dan kepercayaan yang
eksklusif dan ekstrim, sehingga ia menolak prasangka buruk, diskriminasi, intoleransi, dan
kekerasan terhadap sesama manusia baik karena perbedaan ras, kepercayaan, maupun
agama. Pelajar Pancasila bersusila, bertoleransi dan menghormati penganut agama dan
kepercayaan lain. Ia menjaga kerukunan hidup sesama umat beragama, menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing,
tidak memberikan label negatif pada penganut agama dan kepercayaan lain dalam bentuk
apapun, serta tidak memaksakan agama dan kepercayaannya kepada orang lain. Pelajar
Pancasila juga senantiasa berempati, peduli, murah hati dan welas asih kepada orang lain,
terutama mereka yang lemah atau tertindas. Dengan demikian, ia selalu berupaya aktif
menolong orang-orang yang membutuhkan dan mencarikan solusi terbaik untuk mendukung
keberlangsungan kehidupan mereka. Pelajar Pancasila juga senantiasa mengapresiasi
kelebihan orang lain dan mendukung mereka dalam mengembangkan kelebihan itu.
d. Akhlak kepada alam
Sebagai bagian dari lingkungan, Pelajar Pancasila mengejawantahkan akhlak mulianya
dalam tanggung jawab, rasa sayang, dan peduli terhadap lingkungan alam sekitar. Pelajar
Pancasila menyadari bahwa dirinya adalah salah satu di antara bagian-bagian dari ekosistem
bumi yang saling mempengaruhi. Ia juga menyadari bahwa sebagai manusia, ia mengemban
tugas dalam menjaga dan melestarikan alam sebagai ciptaan Tuhan. Hal tersebut
membuatnya menyadari pentingnya merawat lingkungan sekitar sehingga ia menjaga agar
alam tetap layak dihuni oleh seluruh makhluk hidup saat ini maupun generasi mendatang. Ia
tidak merusak atau menyalahgunakan lingkungan alam, serta mengambil peran untuk
menghentikan perilaku yang merusak dan menyalahgunakan lingkungan alam. Pelajar
Pancasila juga senantiasa reflektif, memikirkan, dan membangun kesadaran tentang
konsekuensi atau dampak dari perilakunya terhadap lingkungan alam. Kesadarannya ini
menjadi dasar untuk membiasakan diri menerapkan gaya hidup peduli lingkungan, sehingga
ia secara aktif berkontribusi untuk menjaga kelestarian lingkungan.
e. Akhlak bernegara
Pelajar Pancasila memahami serta menunaikan hak dan kewajibannya sebagai warga
18
negara yang baik serta menyadari perannya sebagai warga negara. Ia menempatkan
kemanusiaan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Akhlak pribadinya mendorong Pelajar
Pancasila untuk peduli dan membantu sesama, untuk bergotong-royong. Ia juga
mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama,
sebagai dampak dari akhlak pribadinya dan juga akhlaknya terhadap sesama. Keimanan dan
ketakwaannya juga mendorongnya untuk aktif menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia sebagai wujud cinta yang dimilikinya untuk negara.

19
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Kurikulum sebagai rancanganpendidikan, mempunyai kedudukan sentral, menentukan kegiatan dan
hasil pendidikan. Penyusunannya memerlukan fondasi yangkuat, didasarkan atas hasil pemikiran
danpenelitian yang mendalam. Kurikulum yanglemah akan menghasilkan manusia yang lemahpula.
Kurikulum pendidikan Islam adalahbahan-bahan pendidikan Islam berupakegiatan, pengetahuan dan
pengalaman yangdengan sengaja dan sistematis diberikankepada anak didik dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan Islam. Kurikulumpendidikan Islam meliputi tiga masalah yangsangat penting yaitu:
masalah keimanan(aqidah), masalah keislaman (syari’ah), danmasalah ihsan (akhlak). Kurikulum
sebagai rancangan pendidikan, mempunyai kedudukansentral, menentukan kegiatan dan hasil
pendidikan. Penyusunannya memerlukanfondasi yang kuat, didasarkan atas hasil pemikiran dan
penelitian yang mendalam. Kurikulum yang baik akan menghasilkanmanusia yang baik juga, kurikulum
yanglemah akan menghasilkan manusia yang lemahpula.

20
DAFTAR PUSTAKA
Dr.Dafid Slamet Setiana, M.pd & Nuryadi, S.Pd.Si, M.Pd (2020) Kajian Kurikulum Sekolah
Dasar Menengah. Yogyakarta
Noorzanah. (2017). Konsep Kurikulum Dalam Pendidikan Islam
Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan Volume 15 No.28
gurusumedang.com/2022/07/modul-ajar-pai-sma-fase-e-kelas-x.html/ di akses pada 30 Oktober
2022

21

Anda mungkin juga menyukai