Disusun oleh :
1. Adiyan (202101018)
2. Rizal Faizi (202101017)
Tangerang, 04 Juli
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................................................. 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam literatur pendidikan, lingkungan biasanya disamakan dengan institusi
atau lembaga pendidikan. Meskipun kajian ini tidak dijelaskan dalam al-Qur’an, akan
tetapi terdapat beberapa isyarat yang menunjukkan adanya lingkungan pendidikan
tersebut. Oleh karenanya, dalam kajian pendidikan Islam pun lingkungan pendidikan
mendapat perhatian. Pengaruh lingkungan ini tentu dianalisis dengan menggunakan
paradigma pendidikan Islam. Lingkungan dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) harus
menunjang tercapainya tujuan pendidikan Islam. Jika lingkungan tidak sinergis dengan
pencapaian tujuan pendidikan, maka ketercapaian tujuan pendidikan Islam sangat sulit
dilakukan.
Sedangkan Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat
menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat
untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan
pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan. Setiap pendidik harus memahami
perkembangan kurikulum, karena merupakan suatu formulasi pedagogis yang paling
penting dalam konteks pendidikan, dalam kurikulum akan tergambar bagaimana usaha
yang dilakukan membantu siswa dalam mengembangkan potensinya berupa fisik,
intelektual, emosional, dan sosial keagamaan dan lain sebagainya
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Ruang Lingkup Materi Pendidikan Islam?
2. Apa Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam?
3. Prinsip-Prinsip Kurikulum Pendidikan Islam?
4. Komponen Kurikulum Pendidikan Islam?
5. Orientasi Kurikulum Pendidikan Islam?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Pendidikan Islam
Materi pendidikan Islam terkait dengan kurikulum. Kurikulum ialah sejumlah
mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh peserta didik untuk
memperoleh sejumlah pengetahuan1. Menurut pandangan modern, kurikulum adalah
semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Dalam artian
bahwa semua pengalaman belajar itulah kurikulum.2 Kurikulum tersebut dirancang
sedemikian rupa agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Materi pendidikan merupakan bahan yang akan disajikan kepada peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran di kelas. Materi pelajaran tersebut telah ditetapkan dalam
kurikulum yang disusun bersama oleh pengambil kebijakan satuan pendidikan dan
disesuaikan dengan kurikulum nasional dan kearifan lokal. Dengan demikian, materi
pendidikan ialah semua bahan pelajaran yang disampaikan kepada peserta didik dalam
suatu sistem institusional pendidikan.3 Materi pendidikan merupakan substansi ilmu
pengetahuan yang ditransmisikan kepada peserta didik agar diketahui, dikembangkan,
dan diamalkan.
Dalam pendidikan Islam, materi pelajaran adalah sumber normative Islam, yaitu
Al-Qur’an dan al-Sunnah. Secara filosofis, rumusan materi pendidikan Islam adalah
seperangkat bahan yang dijadikan sajian dalam upaya mengembangkan kepribadian
yang selaras dengan Al-Qur’an, yaitu manusia yang bertakwa.4 dimana rumusan materi
pelajaran tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam yaitu agar
tercapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian peserta didik secara menyeluruh dan
seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia
yang rasional; perasaan dan indra.5 karena itu, materi pendidikan Islam hendaknya
mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik; aspek spiritual,
1
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Cet, 4; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), h. 16
2 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Cet. 8; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h.
53
3 Hamdani Ihsan dkk., Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2007), h. 133
4 Moh. Chudlori Umar, http://fahdamjad.Files.wordpres.com/pendidikan-islam-kontemporer.pdf (28 Maret
2012)
5 Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka Tentang Pendidikan
Islam. (Cet. 1; Jakarta: Kencana, 2008), h. 119.
2
intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif
serta mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan
kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan
ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun
seluruh umat manusia.
Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan materi
pendidikan Islam adalah sejumlah organisasi bidang berupa isi dari segala konsep
pendidikan Islam yang akan disampaikan kepada peserta didik di lembaga pendidikan.
Dengan mempelajari ilmu agama, peserta didik diharapkan lebih dekat kepada Allah
dan dengan melalui ilmu pengetahuan yang lainnya anak didik akan mendapatkan
kesejahteraan, kemajuan hidup duniawi yang menjadi bekal hidup akhiratnya. Ilmu-
ilmu pengetahuan itu menurut pandangan Islam, tidak terlepas hubungannya dengan
ilmu-ilmu Allah. Oleh karena itu, orang yang berilmu pengetahuan akan mampu
mengenal Allah sesuai dengan prinsip-prinsip pendekatan disiplin keilmuannya
masing-masing. Semuanya akan mengalir ke arah yang maha Esa sebagai sumber
segala ilmu.
materi pendidikan Islam dilingkungan keluarga dapat disesuaikan dengan
landasan dasar, fungsi, dan tujuan yang termaktub dalam ilmu pendidikan teoritis.
dalam hal ini penulis akan fokus membahas materi pendidikan yang disampaikan oleh
Luqman al-Hakim terhadap anaknya, yaitu:
1. Tauhid
Materi yang berkenaan dengan tauhid ini bisa dilihat dalam nasehat Luqman al-Hakim
dalam QS. Luqman/31:13.
Terjemahnya:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.6
ayat ini memiliki kandungan makna bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah. Dan jika di dalam hati masih terdapat suatu keikhlasan yang tidak tulus
dalam menyembah Allah, maka perbuatan tersebut termasuk perbuatan syirik.
2. Akhlak
6
Departemen Agama RI, op. cit., h. 413.
3
Materi kedua yang terkandung di dalam kisah Luqman al-Hakim adalah materi akhlak.
Materi yang dimaksudkan disini adalah segala nilai yang terkandung di dalam kisah
tersebut yang berhubungan erat dengan akhlak yang mencakup ajaran akhlak yang
diberikan Tuhan, juga akhlak yang disampaikan Luqman al-Hakim. Akhlak adalah
sikap yang melahirkan perbuatan dan tingkah laku manusia.7
Dari kisah Luqman al-Hakim, terdapat beberapa bentuk akhlak yang dijadikan
kerangka dasar pembentukan sikap, baik secara Lahir maupun batin. Bentuk akhlak
atau sasaran akhlak itu adalah Akhlak terhadap Allah. akhlak terhadap orang tua, akhlak
terhadap sesama manusia dan akhlak terhadap lingkungan.8.
3. Ibadah
Materi ibadah ini dapat dilihat dari nasehar Luqman sebagaimana tercantum dalam QS.
Terjemahnya:
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).9
Pengertian etimologis ibadah adalah pengabdian. Sedangkan terminologis ibadah yaitu
pengabdian yang dimaksud oleh agama Islam yaitu berserah diri kepada kehendak
Allah dan ketentuan Allah swt. untuk memperoleh ridha-Nya (mardhatillah).10
4. Mu’amalah
Pendidikan Mu’amalah yang diajarkan Luqman al-Hakim kepada anaknya paling tidak
memiliki esensi tujuan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Tujuan pendidikan
mu’amalah itu adalah membentuk kehidupan yang baik, membina kepribadian, dan
mengetahui hak dan kewajiban bermasyarakat.
Dalam ranah pendidikan formal di Indonesia, terdapat sistem pendidikan yang
dikotomis sehingga materi pelajaran berbeda bobotnya antara satuan pendidikan Islam
dan satuan pendidikan umum. Materi pendidikan agama Islam pada sekolah umum
telah diatur dalam Silabus PAI, melalui defenisi pendidikan agama Islam yang
7
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam ( Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 351.
8
Barsihannor, Belajar dari Luqman al-Hakim (Cet.1; Yogyakarta: Kota Kembang, 2009), h. 53.
9
Departeman Agama RI, op.cit., h. 413
10
Muh. Ruddin Emang, Pendidikan Agama Islam (Cet.1; Makassar: Yayasan Fatiya, 2002), h. 71
4
diberikan Puskur Balitbang Depdiknas RI, yaitu rumpun mata pelajaran yang
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan takwa
kepada Tuhan yang maha esa, serta berakhlak mulia/budi pekerti luhur dan
menghormati penganut agama lain. Ruang lingkup materi pendidikan agama Islam,
tardiri atas aspek: al-Qur’an, keimanan/aqidah, akhlak mulia, fiqhi ibadah/muamalah,
dan tarikh Islam.11 Namun demikian, materi-materi keislaman yang disajikan di sekolah
umum masih bersifat teoretis-normatif, dan kurang pada aspek penghayatan dan
implementasi. Hal ini disebabkan oleh padatnya materi yang akan disajikan dan
terbatasnya waktu yang tersedia.
Jadi Materi pendidikan sangat menentukan dalam proses pendidikan, sebab melalui
materi inilah, segala aspek kependidikan ditanamkan kepada peserta didik. Materi juga
memiliki hubungan yang integral dengan unsur lainnya, apalagi jika dikaitkan dengan
tujuan pendidikan. Artinya tujuan tidak mungkin tercapai kecuali materi yang akan
dikembangkan terseleksi secara baik dan tepat.
B. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam
Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang artinya
pelari, atau curere yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Istilah ini pada
mulanya digunakan dalam dunia olahraga yang berarti suatu jarak yang harus ditempuh
dalam pertandingan olahraga. Berdasarkan pengertian ini, dalam konteksnya dengan
dunia pendidikan, member pengertian sebagai suatu lingkaran pengajaran di mana guru
dan murid terlibat di dalamnya.
11 Puskur Balitbang Depdiknas, Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulun Mata Pelajaran Pendidikan
Agama (Jakarta: Balitbang Depdiknas, 2007), h. 3.
12
Nata Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2010), hlm. 121.
13
Aziz Abd, Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras,
2009), hlm. 156.
5
yang dengan sengaja dan secara sistematis diberikan oleh pendidik kepada anak didik
dalam rangka tujuan pendidikan Islam.14
Kurikulum dalam pendidikan Islam, dikenal dengan kata manhaj yang berarti
jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka. Selain itu, kurikulum
juga dapat dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai pendidikan.
1. Prinsip berasaskan Islam, termasuk ajaran dan nilai-nilainya. Maka setiap yang
berkaitan dengan kurikulum, termasuk falsafah, tujuan-tujuan, kandungan-
kandungan, metode mengajar, cara-cara perlakuan, dan hubungan-hubungan
yang berlaku dalam lembaga-lembaga pendidikan harus berdasarkan pada
agama dan akhlak Islam.
2. Prinsip mengarah kepada tujuan adalah seluruh aktivitas dalam kurikulum
diarahkan untuk mencapai tujuan yang dirumuskan sebelumnya.
3. Prinsip integritas antara mata pelajaran, pengalaman-pengalaman, dan aktivitas
yang terkandung di dalam kurikulum, begitu pula dengan pertautan antara
kandungan kurikulum dengan kebutuhan murid juga kebutuhan masyarakat.
4. Prinsip relevansi, yaitu adanya kesesuaian pendidikan dengan lingkungan hidup
peserta didik, relevansi dengan kehidupan masa sekarang dan akan dating,
relevansi dengan tuntutan pekerjaan.
5. Prinsip fleksibilitas, adalah terdapat ruang gerak yang memberikan sedikit
kebebasan dalam bertindak, baik yang berorientasi pada fleksibelitas pemilihan
program pendidikan maupun dalam mengembangkan program pengajaran.
6. Prinsip integritas, adalah kurikulum tersebut dapat menghasilkan manusia
seutuhnya, manusia yang mampu menintegrasikan antara fakultas dzikir dan
fakultas pikir, serta manusia yang dapat menyelaraskan struktur kehidupan
dunia dan struktur kehidupan akhirat.
7. Prinsip efisiensi, adalah agar kurikulum dapat mendayagunakan waktu, tenaga,
dana, dan sumber lain secara cermat, tepat, memadai, dan dapat memenuhi
harapan.
8. Prinsip kontinuitas dan kemitraan adalah bagaimana susunan kurikulum yang
terdiri dari bagian yang berkelanjutan dengan kaitan-kaitan kurikulum lainnya,
baik secara vertikal (perjenjangan, tahapan) maupun secara horizontal.
9. Prinsip individualitas adalah bagaimana kurikulum memperhatikan perbedaan
pembawaan dan lingkungan anak pada umumnya yang meliputi seluruh aspek
pribadi anak didik, seperti perbedaan jasmani, watak, inteligensi, bakat serta
kelebihan dan kekurangannya.
10. Prinsip kesamaan memperoleh kesempatan, dan demokratis adalah bagaimana
kurikulum dapat memberdayakan semua peserta didik memperoleh
14
http://masoviq.blogspot.com/2012/09/kurikulum-pendidikan-islam.html
6
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sangat diutamakan. Seluruh peserta
didik dari berbagai kelompok seperti kelompok yang kurang beruntung secara
ekonomi dan sosial yang memerlukan bantuan khusus, berbakat, dan unggul
berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan
kecepatannya.
11. Prinsip kedinamisan, adalah agar kurikulum tidak statis, tetapi dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan sosial.
12. Prinsip keseimbangan, adalah bagaimana kurikulum dapat mengembangkan
sikap potensi peserta didik secara harmonis.
13. Prinsip efektivitas, adalah agar kurikulum dapat menunjang efektivitas guru
yang mengajar dan peserta didik yang belajar.15
Ahmad Tafsir (2006) menyatakan bahwa suatu kurikulum mengandung atau terdiri atas
komponen-komponen : 1) tujuan ; 2) isi; 3) metode atau proses belajar mengajar, dan
4) evaluasi. Setiap komponen dalam kurikulum diatas sebenarnya saling terkait, bahkan
masing masing merupakan bagian integral dari kurikulum tersebut.
Tujuan meliputi: tujuan akhir, tujuan umum, tujuan khusus dan tujuan sementara. Di
dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) seorang pendidik harus pula dapat
merumuskan kompetensi yang ingin dicapai, yaitu: kompetensi lulusan, kompetensi
lintas kurikulum, kompetensi mata pelajaran, dan kompetensi dasar.
Setiap tujuan tersebut minimal ada tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dalam pendidikan Islam, domain afektif lebih utama dari yang lainnya.
2. Isi Kurikulum
Berupa materi pembelajaran yang diprogram untuk mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan. Materi tersebut disusun ke dalam silabus, dan dalam
mengaplikasikannya dicantumkan pula dalam satuan pembelajaran dan perencanaan
pembelajaran.
Media sebagai sarana perantara dalam pembelajaran untuk menjabarkan isi kurikulum
agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik. Media tersebut berupa benda (materiil)
dan bukan benda (non-materiil).
4. Strategi
15
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Kurnia, 2008), hlm. 161-162
7
Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta teknik mengajar yang digunakan.
Dalam strategi termasuk juga komponen penunjang lainnya seperti: sistem
administrasi, pelayanan BK, remedial, pengayaan, dan senbagainya.
5. Proses Pembelajaran
Komponen ini sangat penting, sebab diharapkan melalui proses pembelajaran akan
terjadi perubahan tingkah laku pada diri peserta didik sebagai indicator keberhasilan
pelaksanaan kurikulum. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran dituntut sarana
pembelajaran yang kondusif, sehingga memungkinkan dan mendorong kreativitas
peserta didik.
6. Evaluasi
Dalam pandangan Islam, nilai terbagi atas dua macam, yaitu nilai yang turun dari Allah
SWT, yang disebut nilai ilahiyah, dan nilai yang tumbuh dan berkembang dari
peradaban manusia sendiri yang disebut dengan nilai insaniyah. Kedua nilai tersebut
selanjutnya membentuk norma-norma atau kaidah-kaidah kehidupan yang dianut dan
melembaga pada masyarakat yang mendukungnya. Tugas kurikulum selanjutnya
adalah menciptakan situasi-situasi dan program tertentu untuk tercapainya pelestarian
kedua nilai tersebut.
Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang ditandai oleh munculnya berbagai
peradaban dan kebudayaan sehingga masyarakat tersebut mengalami perubahan dan
perkembangan yang pesat walaupun perkembangan itu tidak mencapai pada titik
kulminasi. Hal ini Karena kehidupan adalah berkembang, tanpa perkembangan berarti
tidak ada kehidupan.
16
Ibid. hlm. 153-154.
17
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010), hlm. 135
8
Manusia sebagai makhluk biologis mempunyai unsur mekanisme jasmani yang
membutuhkan kebutuhan-kebutuhan lahiriah, misalnya makan minum, bertempat
tinggal yang layak, dan kebutuhan biologis lainnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut
harus terpenuhi secara layak, dan salah satu di antara persiapan untuk mendapatkan
pemenuhan kebutuhan yang layak adalah melalui pendidikan. Dengan pendidikan,
pengalaman dan pengetahuan seseorang bertambah dan dapat menentukan kualitas dan
kuantitas kerja seseorang. Hal ini karena dunia kerja dewasa ini semakin banyak
saingan, dan jumlah perkembangan penduduk jauh lebih pesat dari penyediaan
lapangan kerja.
Orientasi ini memberikan kompas pada kurikulum untuk memenuhi kebutuhan peserta
didik yang disesuaikan dengan bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya, serta
kebutuhan peserta didik. Orientasi ini diarahkan kepada pembinaan tiga dimensi peserta
didiknya.
Kemajuan suatu zaman ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
produk-produk yang dihasilkannya. Hampir semua kehidupan dewasa ini tidak lepas
dari keterlibatan IPTEK, mulai dari kehidupan yang paling sederhana sampai
kehidupan dan peradaban yang paling tinggi. Dengan IPTEK, masalah yang rumit
menjadi lebih mudah, masalah yang tidak berguna menjadi lebih berguna, masalah yang
using dan kemudian dibumbui dengan produk IPTEK menjadi lebih menarik.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Materi pendidikan sangat menentukan dalam proses pendidikan, sebab tujuan
tidak mungkin tercapai kecuali materi yang akan dikembangkan terseleksi secara baik
dan tepat. Pada hakikatnya antara materi dan kurikulum mengandung arti yang sama,
yaitu bahan-bahan pelajaran yang disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu
sistem institusional pendidikan. Sehingga dapat dipahami bahwa yang dimaksud
dengan materi pendidikan adalah sejumlah organisasi bidang berupa isi dari segala
konsep pendidikan yang akan disampaikan kepada peserta didik. Dimana proses
penyampaiannya, dilakukan di lembaga pendidikan, baik pendidikan informal, formal
dan non formal.
Ahmad Tafsir (2006) menyatakan bahwa suatu kurikulum mengandung atau terdiri atas
komponen-komponen: tujuan, isi, metode atau proses belajar mengajar, dan evaluasi.
Sedangkan menurut Ramayulis (2008: 153-154) komponen kurikulum meliputi: tujuan
yang ingin dicapai, isi kurikulum, media, strategi, proses pembelajaran, dan evaluasi.
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun. Kami menyadari masih banyak kekurangan di dalam
penulisan karya ilmiah ini. Untuk itu saran yang membangun dari para pembaca sangat kami
harapkan. Sekian dan terima kasih.
10
11
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Cet. 8; Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008.
Barsihannor. Belajar dari Luqman al-Hakim. Cet.1; Yogyakarta: Kota Kembang, 2009.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: CV. Penerbit J-ART,
2005.
Daud Ali, Mohammad. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2008.
Hamdani Ihsan, dkk. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2007.
Moh. Chudlori Umar. http://fahdamjad.files.wordpress.com/pendidikan-Islam-
kontemporer.pdf (28 Maret 2012).
Oemar Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran. Cet. 4; Jakarta: PT. Bumi Aksar, 2003.
Samsul Nizar. Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka Tentang
Pendidikan Islam. Cet. 1; Jakarta: Kencana, 2008
Kurikulum. Cet.1; Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2010.
Puskur Balitbang Depdiknas. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulun Mata Pelajaran
Pendidikan Agama. Jakarta: Balitbang Depdiknas, 2007.
Samsul Nisar. Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Cet.1;Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2001.
AbdL Aziz. 2009. Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan
Islam. Yogyakarta: Teras.
Abuddin, Nata. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada
Media.
Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Kurnia.
12