Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MATERI PENDIDIKAN ISLAM


DI BUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS
KELOMPOK MATA KULIAH
ILMU PENDIDIKAN ISLAM

DOSEN : SUBAKIR ASY’ARI, M.Pd

OLEH:
1. MOH. KHARIS BADRULMUNIR (2231384510129)
2. M. KHUSNAL FAUZI (2231384510126)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM FAQIH ASY’ ARI KEDIRI
2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul:

“ MATERI PENDIDIKAN ISLAM ”


Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan
dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
kami telah berupayadengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai denganbaik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi


seluruh pembaca.

ii
DAFTAR ISI

JUDUL………………………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR……………………………………………………… ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………... iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang……………………………………………………….. 4

B. Rumusan masalah……………………………………………………. 5

C. Tujuan penulisan……………………………………………………... 5

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Materi Pendidikan Islam…………… 6


B. Relevansi Materi Pendidikan Islam dengan pembinaan
Peserta Didik dan Dunia Kerja……………………………………..... 12

BAB III : KESIMPULAN………………………………………………….. 16

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya, Pendidikan dalam perspektif Islam berupaya untuk
mengembangkan seluruh potensi peserta didik seoptimal mungkin, baik dari
aspek jasmani maupun aspek rohani.1Pendidikan pada bangsa ini telah terjadi
dikotomi, yakni antara pendidikan umum dan pendidikan Islam. Dua hal ini
telah menjadikan suatu problem tersendiri dalam dunia pendidikan. Sebab,
salah satu sisi yang mengatasnamakan pendidikan Islam adalah sebuah
pendidikan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang beragama Islam,
nama lembaganya adalah lembaga pendidikan Islam, dan materinya
didominasi oleh ajaran-ajaran Islam dari al-Qur'an dan Hadis yang merupakan
landasan Islam. Jika demikian akan bermunculan pula yang dinamakan
pendidikan Kristen, pendidikan Hindu dan lain-lain, bahkan bisa saja terjadi
pendidikan komunis, pendidikan Atheis dan lain sebagainya.
Secara filosofis materi pendidikan agama Islam sangat terkait dengan
pedoman hidup manusia, tujuan hidup manusia dan tujuan pendidikan secara
universal. Hal ini sejalan dengan pendapat Muhammad Munir Mursiy, bahwa
Pendidikan Islam mengantarkan manusia untuk merealisasikan kebahagiaan
dunia dan akhirat, juga meningkatkan takwa kepada Allah swt., meningkatkan
kemampuan dan peranan manusia dalam memakmurkan bumi ini serta
menguatkan tali persaudaraan sesama muslim.2
Masalah yang muncul adalah adanya kesenjangan antara relevansi
(kesesuaian) pemilikan pengetahuan, keterampilan dan sikap lulusan suatu
sekolah dengan kebutuhan masyarakat (kebutuhan tenaga kerja). Menurut data
Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah
dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah
ketenagakerjaan tersendiri. 3 Hal tersebut juga dapat dilihat dengan
meningkatnya jumlah pertumbuhan pengangguran di Indonesia. Sering
didapatkan lulusan SLTA yang menganggur, bahkan tidak jarang pula
didapatkan para sarjana yang menganggur.

1
Samsul Nisar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam (Cet. 1; Jakarta: Gaya Media Pratama,
2001), h. vii

2
Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam; Mendesain Insan yang Hakiki dan Mengintip Muslimah dalam
Sejarahnya (Cet. 1; Makassar: CV. Berkah Utami, 2002), h. 20

3
http://eeeemboh.blogspot.com/2010/12/c-masalah-relevansi-pendidikan.html (27 Maret 2012)

4
Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia
kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang fungsional terhadap
keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.Oleh
karena itu dalam kajian makalah ini, lebih menekankan kepada ruang lingkup,
relevansi, dan ontologi materi pendidikan Islam.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka permasalahan yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana pengertian materi pendidikan Islam dan ruang lingkup
pembahasannya?
2. Bagaimana relevansi materi pendidikan Islam dengan pembinaan peserta
didik dan dunia kerja?

C. TUJUAN PENULISAN
Dalam pembahasan makalah ini, tujuan yang ingin dicapai adalah untuk:
a. Memahami pengertian dan ruang lingkup materi pendidikan Islam
b. Mengetahui relevansi materi pendidikan Islam dengan pembinaan peserta
didik dan dunia kerja

5
BAB Ⅱ
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Materi Pendidikan Islam

Materi pendidikan Islam terkait dengan kurikulum. Kurikulum ialah


sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh peserta didik
untuk memperoleh sejumlah pengetahuan 4 . Menurut pandangan modern,
kurikulum adalah semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di
sekolah. Dalam artian bahwa semua pengalaman belajar itulah
5
kurikulum. Kurikulum tersebut dirancang sedemikian rupa agar dapat
mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Materi pendidikan merupakan bahan yang akan disajikan kepada


peserta didik dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Materi pelajaran tersebut
telah ditetapkan dalam kurikulum yang disusun bersama oleh pengambil
kebijakan satuan pendidikan dan disesuaikan dengan kurikulum nasional dan
kearifan lokal. Dengan demikian, materi pendidikan ialah semua bahan
pelajaran yang disampaikan kepada peserta didik dalam suatu sistem
institusional pendidikan. 6 Materi pendidikan merupakan substansi ilmu
pengetahuan yang ditransmisikan kepada peserta didik agar diketahui,
dikembangkan, dan diamalkan.

Dalam pendidikan Islam, materi pelajaran adalah sumber normative


Islam, yaitu Al-Qur’an dan al-Sunnah. Secara filosofis, rumusan materi
pendidikan Islam adalah seperangkat bahan yang dijadikan sajian dalam upaya
mengembangkan kepribadian yang selaras dengan Al-Qur’an, yaitu manusia
yang bertakwa. 7 dimana rumusan materi pelajaran tersebut dilakukan untuk
mencapai tujuan pendidikan Islam yaitu agar tercapai keseimbangan
pertumbuhan kepribadian peserta didik secara menyeluruh dan seimbang yang
dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang

4
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Cet, 4; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), h. 16

5
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Cet. 8; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008),
h. 53

6
Hamdani Ihsan dkk., Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2007), h. 133

7
Moh. Chudlori Umar, http://fahdamjad.Files.wordpres.com/pendidikan-islam-kontemporer.pdf (28 Maret
2012)

6
rasional; perasaan dan indra.8karena itu, materi pendidikan Islam hendaknya
mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik; aspek spiritual,
intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun
kolektif serta mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan
dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada
perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi,
komunitas, maupun seluruh umat manusia.

pendidikan Islam adalah sejumlah organisasi bidang berupa isi dari


segala konsep pendidikan Islam yang akan disampaikan kepada peserta didik
di lembaga pendidikan.

Pada Masa Nabi Muhammad saw. kurikulum pendidikan terdiri atas:


membaca Al-Qur’an, rukun iman, rukun Islam, akhlak, dasar ekonomi, politik,
pendidikan jasmani, membaca dan menulis. 9 Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kurikulum pada masa Nabi Muhammad saw. secara keseluruhan telah
mencakup pembinaan aspek jasmani, akal dan rohani.

Pada masa khulafaurrasyidin, kurikulum itu telah bertambah. Umar bin


Khathab menginstruksikan kepada penduduk kota agar anak-anak diajarkan
berenang, menunggang kuda, memanah membaca dan menghafal syair yang
mudah dan peribahasa. Disekolah menengah tingkat tinggi, pengajaran terdiri
atas Al-Qur’an dan tafsirnya, hadis dan pengumpulannya, fikih. Sains dan
filsaft belum dimasukkan ke dalam kurikulum pada masa itu. Pada masa itu
kebudayan Yunani telah tersebar di Mesir dan Persia, tetapi belum diajarkan.
Nanti pada masa Abbasiyah, pengetahuan umum baru diajarkan.

Sehingga dapat dipahami bahwa materi pendidikan pada masa Nabi


Muhammad saw. dan khulafaurrasyidin telah cukup komprehensif. Karena
segala aspek yang terdapat dalam diri manusia masing-masing mendapat
perhatian. Akan tetapi belum maju sebab pengetahuan pada masa itu memang
belum berkembang. Akan tetapi pada masa Abbasiyah lebih memperhatikan
aspek akal, tetapi aspek jasmani malah tidak diperhatikan, sementara aspek
rohani mendapat tambahan pelajaran musik.

Dalam hal ini, beberapa cendekiawan Muslim memberikan pernyataan


mengenai materi pendidikan Islam yang harus diberikan kepada peserta didik.
Di antaranya adalah Ibnu Khaldun yang menyatakan bahwa materi pendidikan

8
Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka Tentang Pendidikan Islam.
(Cet. 1; Jakarta: Kencana, 2008), h. 119.

9
Ahmad Tafsir, op. cit., h. 60

7
Islam pada masa kanak-kanak adalah mengajarkan al-Qur’an, sebab
meresapkan al-Qur’an di dalam hati akan memperkuat iman. Oleh karena itu,
al-Qur’an menjadi dasar pengajaran yang patut didahulukan sebelum
mengembangkan kemampuan-kemampuan lain.10 Sejalan dengan hal tersebut,
al-Ghazali mengemukakan bahwa sebaiknya peserta didik diajarkan al-
Qur’an, sejarah kehidupan orang-orang besar, hukum-hukum agama, dan
sajak-sajak.11 Dengan tetap selalu berlandaskan pada al-Qur’an dan al-Sunnah.
Materi pendidikan hendaknya dirancang sedemikian rupa dan tentunya materi
tersebut hendaknya mengacu kepada tercapainya kebahagiaan hidup di dunia
maupun di akhirat.12

Ibnu Sina memberikan klasifikasi ilmu pengetahuan menjadi dua


macam yaitu: (1). Ilmu teoritis yang terdiri atas ilmu alam dan ilmu riyadi (ilmu
matematika) serta ilmu ilahi, yaitu ilmu yang mengandung iktibar tentang
maujud dari alam dan isinya yang dianalisi secara jujur dan jelas, (2). Ilmu-
ilmu amali yang terdiri dari berbagai ilmu pengetahuan yang prinsip-prinsipnya
berdasarkan atas sasaran-sasaran analisisnya. Misalnya ilmu yang
menganalisis tentang perilaku manusia dilihat dari aspek individual maka
timbullah ilmu akhlak, jika menganalisis tentang perilaku manusia dilihat dari
berbagai aspek sosial maka timbul ilmu siasat (ilmu politik).13Seperti halnya
pendapat para filosof Islam lainnya, filsafat mencakup seluruh ilmu
pengetahuan yang tujuannya untuk mengungkap hakikat kebenaran segala
sesuatu. Harold H. Titus, mengatakan bahwa filsafat adalah mengintegrasikan
pengetahuan manusia dari berbagai lapangan pengalaman manusia yang
berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif tentang
alam semesta, hidup dan makna hidup.14

Dengan mempelajari ilmu agama, peserta didik diharapkan lebih dekat


kepada Allah dan dengan melalui ilmu pengetahuan yang lainnya anak didik
akan mendapatkan kesejahteraan, kemajuan hidup duniawi yang menjadi bekal
hidup akhiratnya. Ilmu-ilmu pengetahuan itu menurut pandangan Islam, tidak
terlepas hubungannya dengan ilmu-ilmu Allah. Oleh karena itu, orang yang

10
Umar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, Falsafatut Tarbiyyah Al-Islamiyah, diterjemahkan oleh Hasan
Langgulung dengan judul Falsafah Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 497.

11
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Cet. 1; Jakarta: Ciputat pers, 2002), h. 30
12
Adi Sasono, Solusi Islam atas Problematika Umat Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah (Cet.1; Jakarta:
Gema Insani Press, 1998), h. 93

13
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisiplner
Edisi Revisi (Cet. 2; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), h. 139.

14
Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat (Cet. 7; Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2008), h.58

8
berilmu pengetahuan akan mampu mengenal Allah sesuai dengan prinsip-
prinsip pendekatan disiplin keilmuannya masing-masing. Semuanya akan
mengalir ke arah yang maha Esa sebagai sumber segala ilmu.

Kemudian, Ibn al-‘Araby menilai bahwa isi materi pendidikan bagi


anak yang sudah berakal agar diajarkan iman, menulis dan hitung, syair-syair
arab asli, ilmu tata bahasa, sedikit tentang saraf, dan hafalan al-Qur’an. 15
Pandangan Ibn al-Araby sesuai dengan semangat zamannya, dimana tradisi
intelektual yang berkembang, di samping internalisasi keimanan, juga adalah
sastra dan semantik. Melihat kondisi sekarang tentu sudah mengalami
perbedaan situasi dan kondisi, tetapi pandangan Ibn al-Araby dapat dipahami
bahwa seorang anak yang sudah berakal, materi yang urgen diberikan adalah
aspek teologis, kajian al-Qur’an, dan pengembangan bahasa, baik sebagai
instrumen mengkaji al-Qur’an maupun pada aspek komunikasi dan diplomasi.

Selanjutnya, materi pendidikan Islam dilingkungan keluarga dapat


disesuaikan dengan landasan dasar, fungsi, dan tujuan yang termaktub dalam
ilmu pendidikan teoritis. dalam hal ini penulis akan fokus membahas materi
pendidikan yang disampaikan oleh Luqman al-Hakim terhadap anaknya, yaitu:

1. Tauhid

Materi yang berkenaan dengan tauhid ini bisa dilihat dalam nasehat
Luqman al-Hakim dalam QS. Luqman/31:13.

ۡ‫ۡع ِظيۡ ٌم‬ ِ ۡۡ‫الۡلُقۡمۡن ِِۡلۡبۡ ِنهۡۡوهوۡ َي ِع ُظهۡۡيۡب نَ َّى َِۡلۡتُشۡ ِركۡۡبِاللۡ ِهۡ ِان‬
َ ‫الشۡر َكۡلَظُلۡ ٌم‬
ِ
ُ َُ َ ُ َ َ‫اذۡۡق‬

Terjemahnya:

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi


pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar.16

Penulis berpandangan bahwa ayat ini memiliki kandungan makna


bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Dan jika di

15
Umar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, op. cit., h. 493.

16
Departemen Agama RI, op. cit., h. 413.

9
dalam hati masih terdapat suatu keikhlasan yang tidak tulus dalam
menyembah Allah, maka perbuatan tersebut termasuk perbuatan syirik.

2. Akhlak

Materi kedua yang terkandung di dalam kisah Luqman al-Hakim adalah


materi akhlak. Materi yang dimaksudkan disini adalah segala nilai yang
terkandung di dalam kisah tersebut yang berhubungan erat dengan akhlak
yang mencakup ajaran akhlak yang diberikan Tuhan, juga akhlak yang
disampaikan Luqman al-Hakim. Akhlak adalah sikap yang melahirkan
perbuatan dan tingkah laku manusia.17

Dari kisah Luqman al-Hakim, terdapat beberapa bentuk akhlak yang


dijadikan kerangka dasar pembentukan sikap, baik secara Lahir maupun
batin. Bentuk akhlak atau sasaran akhlak itu adalah Akhlak terhadap Allah.
akhlak terhadap orang tua, akhlak terhadap sesama manusia dan akhlak
terhadap lingkungan.18

3. Ibadah

Materi ibadah ini dapat dilihat dari nasehar Luqman sebagaimana


tercantum dalam QS. Luqman/31:17.

ۡ ‫ك ِۡمنۡۡ َۡعۡزِم‬
ۡ‫ۡاِلُُم ۡوِر‬ ِ ۡ ‫فۡوانۡهۡع ِنۡالۡمنۡ َك ِرۡواصۡبِرۡۡعلۡىۡماۡۡاَصاب‬
َ ِ‫كؕۡا َّنۡذۡل‬
َََ َ َ ِ ِ
َ ُ َ َ َ ‫ۡواۡ ُمرۡۡبالۡ َمعۡ ُرۡو‬ َّ ‫يۡبُ نَ َّىۡاَقِ ِم‬
َ َ‫ۡالصلۡوة‬

Terjemahnya:

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang


baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).19

Pengertian etimologis ibadah adalah pengabdian. Sedangkan terminologis


ibadah yaitu pengabdian yang dimaksud oleh agama Islam yaitu berserah

17
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam ( Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 351.

18
Barsihannor, Belajar dari Luqman al-Hakim (Cet.1; Yogyakarta: Kota Kembang, 2009), h. 53.
19
Departeman Agama RI, op.cit., h. 413.

10
diri kepada kehendak Allah dan ketentuan Allah swt. untuk memperoleh
ridha-Nya (mardhatillah).20

4. Mu’amalah

Pendidikan Mu’amalah yang diajarkan Luqman al-Hakim kepada


anaknya paling tidak memiliki esensi tujuan yang dapat diaplikasikan dalam
kehidupan. Tujuan pendidikan mu’amalah itu adalah membentuk kehidupan
yang baik, membina kepribadian, dan mengetahui hak dan kewajiban
bermasyarakat.

Dalam ranah pendidikan formal di Indonesia, terdapat sistem


pendidikan yang dikotomis sehingga materi pelajaran berbeda bobotnya
antara satuan pendidikan Islam dan satuan pendidikan umum. Materi
pendidikan agama Islam pada sekolah umum telah diatur dalam Silabus
PAI, melalui defenisi pendidikan agama Islam yang diberikan Puskur
Balitbang Depdiknas RI, yaitu rumpun mata pelajaran yang
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan
takwa kepada Tuhan yang maha esa, serta berakhlak mulia/budi pekerti
luhur dan menghormati penganut agama lain. Ruang lingkup materi
pendidikan agama Islam, tardiri atas aspek: al-Qur’an, keimanan/aqidah,
akhlak mulia, fiqhi ibadah/muamalah, dan tarikh Islam.21 Namun demikian,
materi-materi keislaman yang disajikan di sekolah umum masih bersifat
teoretis-normatif, dan kurang pada aspek penghayatan dan implementasi.
Hal ini disebabkan oleh padatnya materi yang akan disajikan dan
terbatasnya waktu yang tersedia.

Jadi Materi pendidikan sangat menentukan dalam proses


pendidikan, sebab melalui materi inilah, segala aspek kependidikan
ditanamkan kepada peserta didik. Materi juga memiliki hubungan yang
integral dengan unsur lainnya, apalagi jika dikaitkan dengan tujuan
pendidikan. Artinya tujuan tidak mungkin tercapai kecuali materi yang akan
dikembangkan terseleksi secara baik dan tepat.

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa di lingkungan keluarga


merupakan kegiatan pendidikan pertama dan utama. Dimana materi
pendidikan yang diterapkan berorientasi pada pendidikan spiritual dan

20
Muh. Ruddin Emang, Pendidikan Agama Islam (Cet.1; Makassar: Yayasan Fatiya, 2002), h. 7.

21
Puskur Balitbang Depdiknas, Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulun Mata Pelajaran Pendidikan
Agama (Jakarta: Balitbang Depdiknas, 2007), h. 3.

11
akhlakul karimah. Kemudian di lingkungan pendidikan formal adalah
pengembangan kognitif, psikomotorik, dan sosial-intrapersonal. sedangkan
di lingkungan pendidikan masyarakat adalah pengembangan dalam bentuk
implementatif dari berbagai aspek. Selain itu, dapat pula dipahami bahwa
jelas materi pendidikan Islam mempunyai peran penting dalam upaya untuk
mencapai tujuan pendidikan. Apalagi dengan tujuan pendidikan Islam yang
begitu kompleks, peserta didik tidak hanya memiliki kemampuan secara
afektif, kognitif maupun psikomotorik, tetapi dalam dirinya harus tertanam
sikap dan pribadi yang berakhlakul karimah.

B. Relevansi Materi Pendidikan Islam dengan pembinaan Peserta Didik dan Dunia
Kerja

Usaha mengembangkan kualitas sumber daya manusia menjadi semakin


penting bagi setiap bangsa dalam menghadapi era persaingan global. Tanpa
sumber daya manusia yang berkualitas, suatu bangsa pasti akan tertinggal dari
bangsa lain dalam percaturan dan persaingan kehidupan dunia internasional
yang semakin kompetitif. Pengembangan dan peningkatan kemampuan sumber
daya manusia seutuhnya, merupakan faktor pokok sekaligus penentu bagi
berlangsungnya kehidupan pembangunan suatu bangsa.

Namun demikian, meskipun telah munculnya berbagai gagasan yang


bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, akan tetapi
semua itu masih terkesan bersifat parsial dan temporal. Fuad Hasan misalnya,
lebih menekankan penyederhanaan kurikulum dan dimasukannya muatan
lokal. meskipun upaya tersebut merupakan upaya untuk menjawab tantangan
zaman, namun disisi lain terkesan tidak bersifat berkesinambungan bahkan
kemudian menjadi sebuah “agenda yang tak terselesaikan”.22Akibatnya, sistem
yang ditawarkan tak ubahnya merupakan sebuah bentuk “laboratorium
robotisasi”, di mana peserta didik sebagai “kelinci percobaan”.

Relevansi pendidikan merupakan salah satu masalah pokok pendidikan di


Indonesia. Oleh karena itu, berbagai program pendidikan, yang mengacu pada
tema relevansi ini, terus dilakukan sejak pelita 1 (awal pemerintahan Soeharto)
sampai sekarang, walaupun sampai saat ini masih banyak permasalahan dan
tantangan yang perlu mendapat perhatian. Masalah relevansi terlihat dari
banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu yang tidak siap secara
kemampuan kognitif dan teknikal untuk melanjutkan ke satuan pendidikan di

22
Samsul Nizar, op. cit., h. 189.

12
atasnya. Masalah relevansi juga dapat diketahui dari banyaknya lulusan dari
satuan pendidikan tertentu, yaitu sekolah kejuruan dan pendidikan tinggi yang
belum atau bahkan tidak siap untuk bekerja.

Perlunya penyesuaian dan peningkatan materi program pendidikan agar


secara lentur bergerak cepat sejalan dengan tuntutan dunia kerja serta tuntutan
kehidupan masyarakat yang berubah secara terus menerus. Sebagai wujud
nyata upaya tersebut, antara lain telah dilakukan perubahan kurikulum yang
berorientasi pada tujuan. Hal tersebut dimaksudkan agar tercapai keselarasan
antara kurikulum dengan kebijakan baru di bidang pendidikan, meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pengajaran serta meningkatkan mutu lulusan, juga
merelevansikan pendidikan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.23

Menurut John Dewey, materi pembelajaran dan metode reflektif di dalam


memecahkan masalah, yaitu proses berpikir hati. Dalam menentukan materi
pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan teori pendidikan
dikembangkan. Dalam praktiknya untuk menentukan materi pembelajaran
perlu memperhatikan hal-hal berikut:

1. Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran


benar-benar telah teruji kebenaran dan kasahihannya. Dsamping itu, juga
materi yang diberikan merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan
zaman, dan memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.

2. Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta


didik.

3. Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis


maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu memberikan dasar-dasar
pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sedangkan manfaat non akademis
dapat mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari.

4. Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari baik dari aspek


tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit) maupun
aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat.

5. Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat
memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut, menumbuhkan

23
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan Implementasi (Cet. 9; Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2005), h. 7.

13
rasa ingin tahu sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan
sendiri kemampuan mereka.24

Berdasarkan rumusan yang perlu diperhatikan dalam menentukan materi


pembelajaran tersebut di atas, maka penulis dapat memahami bahwa dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar, seorang pendidik harus memperhatikan
beberapa hal dalam menentukan materi pembelajaran yang akan diajarkan
kepada peserta didik. agar dengan materi pembelajaran tersebut, peserta didik
mampu mengembangkan dirinya sehingga dapat hidup secara layak dan
berguna ditengah-tengah komunitas sosialnya dan mampu meraih
kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya sesuai dengan tuntutan
masyarakat dan dunia kerja pada zaman dimana mereka hidup.

Dalam Rangka Meningkatkan relevansi pendidikan, Depdikbud (1999)


mengkaji berbagai upaya yang dapat dilakukan. Pertama, untuk menjamin
pendidikan melalui program wajib belajar pendidikan 9 tahun yang bermutu
dan lebih fungsional, baik bagi individu maupun masyarakat, diperlukan
keterlibatan para tokoh masyarakat, disamping para ahli untuk merancang isi
kurikulum dan jenis-jenis kegiatan pembelajarannya. Dengan demikian,
diharapkan para lulusan memiliki kualifikasi kemampuan dasar, baik untuk
melanjutkan studi maupun terjun ke masyarakat dengan kualifikasi minimal.
Kedua, untuk menghadapi tantangan globalisasi yang menuntut kualifikasi
tertentu serta perubahan dan perkembangan berbagai bidang, setiap lulusan
dari setiap jenis dan jenjang pendidikan perlu terus diorientasikan pada upaya
tidak hanya menguasai kemampuan akademik dan keterampilan teknis saja,
tetapi juga kompetensi dalam bidang generik yang meliputi manajemen diri,
keterampilan komunikasi, manajemen orang lain dan tugas, serta kemampun
memobilisasi inovasi dan perubahan. Dalam rangka menengah, implementasi
pendidikan keterampilan generik ini sudah harus masuk dalam kurikulum
seluruh jenjang dan jenis pendidikan secara komprehensif dalam program
kurikulum, ekstrakurikuler, maupun kurikulum tersembunyi (hidden
kurikulum).

Prinsip relevansi merupakan prinsip umum yang digunakan di Indonesia di


samping prinsip efisiensi dan efektivitas, kontinuitas, fleksibilitas program,
serta pendidikan seumur hidup. Prinsip relevansi , suatu pendidikan akan
bermakna apabila kurikulum yang dipergunakan relevan dengan kebutuhan
dan tuntutan masyarakat.

24
Pengaruhnya terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum. (Cet.1; Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya, 2010),
h. 111Sofan Amri dan Lif Khoiru Ahmadi, Konstruksi Pengembangan Pembelajaran

14
Jadi, salah satu fungsi dari manajemen kurikulum adalah meningkatkan
relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik
maupun lingkungan sekitar peserta didik, kurikulum yang dikelola secara
efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan
kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar. Pada jenjang pendidikan
dasar, masalah relevansi ini, terutama ditujukan agar para lulusan mampu
mengisi berbagai jenis lapangan kerja yang ada dimasyarakat sesuai dengan
keterampilan yang dimilikinya. Dengan demikian, bekal pengetahuan dan
keterampilan harus sejak dini dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat dan
lingkungan, serta dikelola dengan sebaik-baiknya.

15
Bab Ⅲ
Penutup

A. Kesimpulan

Untuk menjawab masalah pokok yang terdapat dalam rumusan masalah,


makalah ini telah membahas tentang pengertian materi pendidikan Islam dan
ruang lingkup pembahasannya, relevansi materi Pendidikan Islam bagi
pembinaan peserta didik, serta materi pendidikan Islam ditinjau dari segi
ontologinya.

Adapun kesimpulan jawaban atas masalah pokok yang diajukan dalam makalah
ini, dikemukakan sebagai berikut:

1. Materi pendidikan sangat menentukan dalam proses pendidikan, sebab


tujuan tidak mungkin tercapai kecuali materi yang akan dikembangkan
terseleksi secara baik dan tepat. Pada hakikatnya antara materi dan
kurikulum mengandung arti yang sama, yaitu bahan-bahan pelajaran yang
disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem institusional
pendidikan. Sehingga dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan
materi pendidikan adalah sejumlah organisasi bidang berupa isi dari segala
konsep pendidikan yang akan disampaikan kepada peserta didik. Dimana
proses penyampaiannya, dilakukan di lembaga pendidikan, baik
pendidikan informal, formal dan non formal.

2. Relevansi pendidikan merupakan salah satu problematika yang dihadapi


oleh sistem pendidikan yang ada di Indonesia. Salah satu problematika
pendidikan yang berhubungan dengan relevansi adalah perlunya
penyesuaian dan peningkatan materi program pendidikan yang sejalan
dengan tuntutan dunia kerja serta tuntutan dalam kehidupan masyarakat
yang selalu berubah. Salah satu upaya yang telah dilakukan dalam rangka
meningkatkan relevansi pendidikan adalah diupayakan setiap lulusan dari
setiap jenis dan jenjang pendidikan perlu terus diorientasikan pada upaya
untuk menguasai kemampuan akademik dan kompetensi dalam bidang
generik.

16
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Cet. 8; Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2008.

_____________. Filsafat Umum; Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.

Adi Sasono. Solusi Islam atas Problematika Umat Ekonomi, Pendidikan dan
Dakwah. Cet.1; Jakarta: Gema Insani Press, 1998.

Amsal Bakhtiar. Filsafat Ilmu. Cet.10; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011.

Armai Arief. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Cet. 1; Jakarta:
Ciputat pers, 2002.

Barsihannor. Belajar dari Luqman al-Hakim. Cet.1; Yogyakarta: Kota Kembang,


2009.

Burhanuddin Salam. Pengantar Filsafat. Cet. 7; Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2008.

Dadang Suhardan, dkk. Manajemen pendidikan. Cet.1; Bandung: Alfabeta, 2009.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: CV. Penerbit


J-ART, 2005.

Daud Ali, Mohammad. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2008.

Hamdani Ihsan, dkk. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2007.

Moh. Chudlori Umar. http://fahdamjad.files.wordpress.com/pendidikan-Islam-


kontemporer.pdf (28 Maret 2012).

Muh. Ruddin Emang. Pendidikan Agama Islam. Cet.1; Makassar: Yayasan Fatiya,
2002.

M.Arifin. Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan praktis Berdasarkan


Pendekatan Interdisipliner Edisi Revisi. Cet. 2; Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2006.

Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah Konsep; Strategi dan Implementasi. Cet.


9; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.

17
Oemar Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran. Cet. 4; Jakarta: PT. Bumi Aksar,
2003.

Syaibany, Umar Muhammad al-Toumy. Falsafatut Tarbiyyah Al-Islamiyah.


diterjemahkan oleh Hasan Langgulung dengan judul Filsafat Pendidikan
Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

Samsul Nizar. Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka


Tentang Pendidikan Islam. Cet. 1; Jakarta: Kencana, 2008.

Sofan Amri dan Lif Khoiru Ahmadi. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran;


Pengaruhnya terhadap Mekanisme dan Praktik Kurikulum. Cet.1; Jakarta:
PT. Prestasi Pustakaraya, 2010.

Puskur Balitbang Depdiknas. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulun


Mata Pelajaran Pendidikan Agama. Jakarta: Balitbang Depdiknas, 2007.

Samsul Nisar. Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Cet.1;Jakarta:


Gaya Media Pratama, 2001.

Syafruddin Nurdin dan M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan


Implementasi Kurikulum Cet.2; Jakarta: Ciputat Press, 2003.

18

Anda mungkin juga menyukai