Anda di halaman 1dari 19

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Desain, Model dan Metode Pembelajaran Prof. Dr. Ridhahani Fidzi, M.Pd
PAI

MENGEMBANGKAN BAHAN INSTRUKSIONAL AGAMA ISLAM

Oleh:

DARAJATUN NABILAH : 200211020013


SALAHUDIN ASHARI : 200211020021

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
2021
PENDAHULUAN

Pendidikan Agama Islam (PAI) berupaya untuk memberikan bimbingan serta


pengajaran kepada siswa sesuai tatanan nilai-nilai yang bertumpu pada prinsip pokok
dasar syariat Islam yaitu Alquran dan hadits. Dengan demikian dalam proses
pembelajaran PAI guru dituntut tidak hanya menjadi jembatan dalam transfer
pengetahuan saja kepada siswa, tetapi harus berupaya menciptakan kondisi belajar yang
mendorong peserta didik untuk mengolah kembali pengetahuan, prinsip, nilai ataupun
konsep yang telah didapat guna sebagai pedoman dalam penerapan hidup sehari-hari
sesuai aturan Allah Swt. Siswa sebagai subjek belajar yang menyandang peran abdullah
dan khalifatullah diharapkan mampu merealisasikan dua peran tersebut dalam rangka
keseimbangan pencapaian tujuan hidup baik di dunia maupun di akhirat (paling utama).

PAI mencakup materi pelajaran dengan muatan indikator tujuan kognitif, afektif
dan psikomotorik. Namun seringkali para guru banyak terfokus pada tujuan kognitif
saja, padahal materi agama Islam disamping menekankan pada pemahaman secara teori
sangat menekankan pula pada pengamalan karakter (afektif) serta praktik ibadah
(psikomotorik). Misal saja yang termasuk dalam materi PAI itu adalah Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI), materi ini memang memuat banyak pengetahuan yang luas
tentang peradaban sejarah tapi sarat dengan nilai. Banyak nilai teladan yang dapat
dijadikan renungan dan hikmah dalam sejarah Islam bagi para generasi muda sebagai
visi untuk melangkah dan menjamah kehidupan di masa mendatang. Sebab sejarah
terikat dengan waktu dan tempat maupun hukum sebab-akibat yang inheren dalam
sejarah peradaban manusia.

Umumnya, materi PAI mengandung nilai akhlak yang sangat penting untuk
dijadikan tolak ukur guru dalam menanamkan dan mengembangkan perilaku siswa
sesuai tujuan pembelajaran. Maka untuk mencapai tujuan ini, para guru dapat membuat
kreasi bahan ajar dengan mengembangkannya berdasar formulasi-formulasi tertentu
sehingga menjadi acuan yang mempermudah guru dan siswa dalam memenuhi standar
tujuan PAI yang seharusnya.
Mengembangkan bahan ajar Agama Islam tentu menjadi salah satu tugas guru PAI
untuk mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik yang relevan dengan
perkembangan mereka serta materi Agama Islam yang dimuat dalam bahan ajar tersebut
harus sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam yang telah berlaku. Gunanya agar
peserta didik dalam pembelajaran PAI dapat termotivasi untuk belajar memahami dan
nantinya dapat melaksanakan pembelajaran yang telah didapat secara optimal dalam
kehidupan nyata. Berikut ini pemakalah mencoba menguraikan tentang konsep umum
pendidikan agama Islam sampai pada pembahasan variasi bahan ajar yang ditawarkan.
PEMBAHASAN

A. Konsep Pendidikan Agama Islam


1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Zakiah Daradjat, pendidikan Agama Islam adalah usaha untuk
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa memahami agama
Islam secara menyeluruh serta menghayati tujuan hingga akhirnya peserta
didik dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup.1
Dalam peraturan Pemerintah RI No. 55 Tahun 2007 Bab 1 dijelaskan bahwa
Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang memberikan pandangan
pengetahuan, membentuk sikap, kepribadian, keterampilan peserta didik
dalam mengamalkan ajaran agamanya dan dilaksakanan sekurang-kurangnya
melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan. Pendidikan agama Islam merupakan upaya sadar dan terencana
dalma menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memhamai, menghayati
sehingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan
ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu Alquran. 2
2. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Menurut Abdul Mejid ada tujuh fungsi pendidikan Agama Islam:
a. Pengembangan yaitu menaikkan taraf keimanan (bidang tauhid) dan
ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt. yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga. Sebab yang pertama kali menamankan pengajaran
mengenai keimanan dan ketakwaan adalah orangtua dalam keluarga.
b. Penanaman nilai sebagai acuan hidup dalam rangka mencari kebahagiaan
dunia dan akhirat.

1
Lukman Nul Hakim, “Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Pendiidkan Agama Islam
Berbentuk Modul dengan Model Borg Dan Gall TerhadapSiswa Kelas XI Semester Ganjil di SMA
Negeri 2 Situbondo Tahun Pelajaran 2015/2016”,Nusantara Juornal Of Islamic Studies, Vol. 1, No. 2,
2020, h. 6
2
Annisa, Nur Thahirah, Muhammad Askari Zakariah, “Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan
Agama Islam (PAI) Berbasis Integrasi Sains da Teknologi Peserta Didik Kela S X SMA IT Al-
Mawaddah Warrahmah Kolaka”, Jurnal Teknologi Pendidikan Madrasah, Vol. 3, No. 2, 2020, h. 292
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan dirinya (adjust) dengan
lingkungan, baik lingkungan fisik, lingkungan sosial dan dapat
melakukan perubahan lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan
serta kelemahan peserta didik melalui keyakinan pemahaman dan
pengamalan ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya
atau dari budaya lain yang dapat membahayakan diri dan menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
f. Pembelajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem
dan fungsionalnya
g. Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut berkembang secara
optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang
lain.3
3. Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
a. PAI merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dalam agama Islam,
sehingga PAI merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran
Islam
b. Ditinjau dari segi muatan pendidikannya, PAI merupakan mata pelajaran
pokok yang menjadi satu komponen yang inheren dengan mata pelajaran
lain yang bertujuan untuk mengembangkan moral dan kepribadian
peserta didik. Semua mata pelajaran yang memiliki tujuan tersebut harus
seiring dan sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh mata pelajaran
PAI.
c. Diberikannya mata pelajaran PAI, dengan tujuan membentuk peserta
didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. berbudi pekerti
luhur, berakhlak mulia, dan memiliki pengetahuan cukup tentang ajaran
Islam, terutama sendi-sendi ajaran dan sumber Islam serta lainnya.

3
Lukman Nul Hakim, “Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Pendiidkan Agama Islam
Berbentuk Modul dengan Model Borg Dan Gall TerhadapSiswa Kelas XI Semester Ganjil di SMA
Negeri 2 Situbondo Tahun Pelajaran 2015/2016”, h. 6-7
Dengan demikian dapat dijadikan bekal untuk mempelajari berbagai
bidang ilmu atau mata pelajaran lainnya.
d. PAI merupakan mata pelajaran yang tidak hanya mengantarkan peserta
didik dapat mneguasai berbagai kajian keislaman, tetapi PAI lebih
menekankan bagaimana peserta didik mampu menguasai kajian
keislaman tersebut sekaligus dapat mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Jadi PAI menakankan pada aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik.
e. Secara umum mata pelajaran PAI didasarkan pada ketentuan-ketentuan
yang ada pada dua sumber pokok ajarn Islam yaitu Alquran dan hadits
(dalil Naqli). Dengan melalui metode ijtihad (dalil Aqli) para ulama
mengembangkan prinsip-prinsip PAI tersebut dengan lebih rinci dan
mendetail dalam bentuk Fiqih dan kajian hasil ijtihad lainnya.
f. Pirnsip-prinsip dasar PAI tertuang dalam tiga kerangka dasar ajaran
agama Islam yaitu Aqidah, Syariah dan Akhlak. Aqidah merupakan
penjabaran dari konsep keimanan. Syariah adalah penjabaran dari konsep
Islam. dalam hal ini konsep syariah memiliki dua dimensi kajian produk
yaitu ibadah dan muamalah. Dan akhlak merupakan penjabaran dari
konsep ihsan.
g. Dari ketiga prinsip dasar di atas berkembang berbagai kajian keislaman
seperti ilmu kalam, fiqih, etika Islam, tauhid, sejarah Islam dan lain
sebagainya.
h. Tujuan akhir dari mata pelajaran PAI ialah terbentuknya peserta didik
yang memiliki akhlak mulia. Tujuan ini adalah misi utama diutusnya
Nabi Muhammad Saw. di dunia. Dengan demikian pendidikan akhlak
adalah jiwa pendidikan agama Islam, mencapai akhlak karimah adalah
tujuan sebenarnya dari pendidikan.
Sebab peserta didik selain membutuhkan kekuatan dalam hal jasmani,
akal dan ilmu. Mereka juga membutuhkan pendidikan budi pekerti, cita
rasa dan kepribadian. Sejalan dengan konsep ini maka semua mata
pelajaran atau bidang studi yang diajarkan kepada peserta didik haruslah
mengandung muatan pendidikan akhlak yang menjadi perhatian guru
dalam proses belajar dan mengajar
i. PAI merupakan mata pelajara wajib yang harus diikuti oleh setiap
peserta didik terutama yang beragama Islam atau bagi yang beragama
lain yang didasari dengan kesadaran tulus dalam mengikutinya.4
B. Bahan Ajar
1. Pengertian Bahan Ajar
Menurut Ali Mudhofir, bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar.5Adapun menurut Harto, bahan ajar adalah segala sesuatu
yang dapat membantu guru mengajar dan dapat menyebabkan siswa belajar.6
Penyusunan bahan ajar bertujuan untuk: menyediakan bahan ajar yang sesuai
dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta
didik, membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar serta
memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Melalui bahan ajar,
aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran dapat
ditingkatkan, penyampaian materi pelajaran dapat dipermudah dengan
menggunakan bahan ajar.
Penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran dapat memotivasi peserta
didik untuk belajar secara individual, belajar memahami dan melaksanakan
suatu tugas tertulis.
Begitu juga dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam, kedudukan
bahan ajar sangatlah penting agar peserta didik lebih mudah memahami serta

4
Lukman Nul Hakim,” Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Pendiidkan Agama Islam
Berbentuk Modul dengan Model Borg Dan Gall TerhadapSiswa Kelas XI Semester Ganjil di SMA
Negeri 2 Situbondo Tahun Pelajaran 2015/2016”, h. 7
5
Muhammad Jufni, Djailani, Sakdiah Ibrahim, “Kreativitas Guru PAI dalam Pengembangan
Bahan Ajar di Madrasah Aliyah Jeumala Amal Lueng Putu”, Jurnal Magister Administrasi Pendidikan
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Vol. 3, No. 4, November 2015, h. 67
6
Daryanto, Mulyadi Eko Purnomo, Eka Sabera Adib, “Pengembangan Bahan Ajar PAI Materi
Qs. Al-Fil Kelas IV SDN Muara Sugihan Berbasis Multimedia”, Muaddib:Islamic Education Juornal,
Vol. 3, No. 1, 2020, h. 2
akhirnya mengaplikasikan materi pelajaran agama Islam dengan lebih
maksimal. 7
Bahan ajar secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan,
sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar
kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi
pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, prinsip, konsep, prosedur),
keterampilan dan sikap atau nilai yang harus dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.8
2. Prinsip Pengembangan Bahan Ajar
Guru dalam mengembangkan bahan ajar terlebih dahulu harus
memperhatikan prinsip pembelajaran berikut:
a. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang konkrit
untuk memahami yang abstrak.
Pembelajaran harus berorientasi pada siswa agar lebih mudah memahami
suatu konsep apabila penjeasan dimulai dari yang mudah atau konkrit.
b. Pengulangan. Hal ini sangat diperlukan agar siswa lebih memahami dan
selalu ingat tentang suatu konsep
c. Umpan balik. Respon yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan
menjadi penguatan bagi diri siswa, maka jangan lupa berikan umpan
balik positif terhadap hasil kerja siswa
d. Mencapai tujuan. Pembelajaran ialah suatu proses yang bertahap dan
berkelanjutan dengan berbagai tujuan. Tujuan tersebut dalam bahan ajar
dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator kompetensi
e. Adanya motivasi tinggi yang menjadi salah satu faktor pendorong siswa
untuk belajar.

7
Imam Syafei, “Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam Berbasis Problem Based
Learning untuk Menangkal Radikalisme pada Peserta Didik SMA Negeri di Kota Bandara Lampung”, Al-
Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 10, No. 1, 2019, h. 138
8
Jajang Eris Hermana & Mismit Husen, “Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam
Mellaui Multimedia pada Materi Syaja’ah kela s XI di SMA Negeri 4 Bandung”, Atthulab, Vol, 2, No. 2,
2017, h. 142
f. Mengetahui hasil yang dicapai. 9
Gafur menjelaskan bahwa beberapa prinsip yang perlu diperhatikan
dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran diantaranya meliputi
prinsip relevansi, konsistensi dan kecukupan. Berikut pemaparannya:
a. Perinsip relevansi, artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya
relevan, berkaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian SK dan KD.
Cara termudah ialah dengan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi
dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan prinsip dasar ini, guru akan
mengetahui apakah materi yang hendak diajarkan tersebut materi fakta,
konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap atau aspek psikomotorik sehingga
pada gilirannya guru terhindar dari kesalahan pemilihan jenis materi
yang tidak relevan dengan pencapaian SK dan KD.
b. Prinsip konsistensi (keajegan) artinya ada kesesuaian
(jumlah/banyaknya) antara kompetensi dan bahan ajar sehingga bahan
yang dipilih/dikembangkan harus memuat kompetensi dasar yang ingin
dibelajarkan. 10
c. Prinsip kecukupan, artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup
memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang
diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu
banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai SK dan
KD. Sebaliknya jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan
tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.11
3. Kriteria Pemilihan Bahan Ajar
a. Kriteria tujuan instruksional. Suatu materi yang dipilih hendaknya dapat
mencapai tujuan instruksional khusus atau tujuan-tujuan tingkah laku.

9
Masitowarni Siregar, Disertasi: “ Pengembangan Bahan Ajar Translation Strata 1 Pendidikan
Bahasa Inggris Teaching English As A Foreign Language (TEFL)-PEDAGOGICAL PURPOSE”, (
Disertasi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, 2018), h. 33-34
10
Jajang Eris Hermana & Mismit Husen, Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam
Mellaui Multimedia pada Materi Syaja’ah kela s XI di SMA Negeri 4 Bandung h.144
11
Karliana Indrawari & Sayyid Habiburrahman, Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Agama
Islam dengan Metode Alquran Tematik, “Cendekia”, Vol. 17, No. 1, Januari-Juni 2019, h. 24
b. Materi pelajaran supaya terjabar. Materi yang dirincikan didasarkan pada
tuntunan setiap tujuan instruksional khusus yang telah dirumuskan secara
spesifik, dapat diamati dan terukur.
c. Relevan dengan kebutuhan siswa. Kebutuhan siswa berkaitan dengan
keinginan mereka untuk terus mengembangkan potensi diri. Karena
setiap materi pelajaran yang akan disajikan hendaknya sesuai dengan
arah perkembangan siswa berdasar karakteristiknya. Baik menyangkut
aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan
d. Sesuai dengan kondisi masyarakat. Siswa dibimbing untuk menjadi
warga masyarakat berguna dan dapat hidup mandiri. Karena itu, materi
pelajaran yang dipilih hendaknya turut membantu mereka memberikan
pengalaman edukatif bermakna bagi perkembangan mereka menjadi
manusia yang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan
e. Materi pelajaran mengandung segi-segi etik. Yaitu materi yang dipilih
dipertimbangkan dari segi perkembangan moral siswa sesuai dengan
ajaran agama Islam serta norma yang berlaku di masyarakat
f. Materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan sistematik dan
logis. Yaitu materi disusun secara menyeluruh, terbatas ruang
lingkupnya dan terpusat pada satu topik masalah tertentu. Materi disusun
secara berurutan dengan mempertimbangkan faktor perkembangan
psikologis siswa sehingga mulah diserap olehnya.
g. Materi pelajaran bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru
yang ahli dan masyarakat.12
4. Jenis-Jenis Bahan Ajar
a. Bahan Ajar Cetak
Bahan ajar cetak merupakan bahan ajar yang proses pembuatannya
melalui percetakan. 13

12
Jajang Eris Hermana & Mismit Husen, “Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam
Mellaui Multimedia pada Materi Syaja’ah kela s XI di SMA Negeri 4 Bandung”, h.145
13
Nana, Pengembangan Bahan Ajar, ( Klaten: Lakeisha, 2019), h.1
Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan
mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen
Peter Ballshedt berikut:
1) Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan
bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada siswa bagian mana yang
sedang dipelajari
2) Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit
3) Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah
4) Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi
individu
5) Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja
6) Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan
aktivitas seperti menandai, mencatat, membuat sketsa
7) Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen bernilai besar
8) Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri. 14
Banyak sekali bahan ajar yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran
antara lain handout, modul, buku teks, lembar kegiatan siswa, model
(maket) poster dan brosur, leaflet, dan wall chart.
1) Handout.
Merupakan bahan pembelajaran yang sangat ringkas, bersumber
dari beberapa literatur yang relevan terhadap kompetensi dasar dan
materi pokok yang diajarkan kepada siswa. Pada umumnya handout
berfungsi untuk membantu peserta didik agar tidak perlu mencatat,
sebagai pendamping siswa sekaligus bahan rujukan mereka, memotivasi
siswa agar lebih giat belajar, pengingat pokok-pokok materi yang
diajarkan, memberi umpan balik dan menilai hasil belajar.
2) Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujan siswa dapat
belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru.

14
Jajang Eris Hermana & Mismit Husen, “Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam
Mellaui Multimedia pada Materi Syaja’ah kela s XI di SMA Negeri 4 Bandung” , h. 146
Pembelajaran dengan modul ini juga memungkinkan siswa yang
memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan
satu atau lebih kompetensi dasar dibandingkan dengan siswa lainnya.
Selain itu juga meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar sendiri
tanpa tergantung kepada kehadiran guru.
3) Buku Teks
Buku teks pelajaran merupakan bahan tertulis yang menyajikan
ilmu pengetahuan atau buah pikiran dari pengarangnya yang disusun
secara sistematis berdasarkan kurikulum yang berlaku. Buku teks
berguna untuk membantu pendidik dalam melaksanakan kurkulum
karena disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku.
Buku teks menjadi pegangan guru dalam menentukan metode pengajaran
dan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengulangi
pelajaran atau mempelajari pelajaran baru. 15
4) Lembar Kegiatan Siswa
Yaitu lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh
peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk atau langkah-
langkah untuk menyelesaikan tugas. Suatu tugas yang diperintahkan
dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan
dicapainya. LKS berfungsi untuk meminimalkan peran guru dan
mengaktifkan peran siswa, mempermudah siswa untuk memahami
materi yang diberikan dan kaya akan akan tugas untuk berlatih
5) Model (Mockup)
Yaitu bahan ajar yang berupa tiruan benda nyata untuk
menjembatani berbagai kesulitan yang bisa ditemui, apabila
menghadirkan objek atau benda tersebut langsung ke dalam kelas.
Dengan demikian suasana asli dari benda tersebut masih bisa dirasakan
oleh siswa tanpa mengurangi struktur aslinya sehingga pembelajaran
menjadi lebih bermakna

15
Jajang Eris Hermana & Mismit Husen, Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam
Mellaui Multimedia pada Materi Syaja’ah kela s XI di SMA Negeri 4 Bandung, h. 147-148
6) Brosur
Yaitu bahan informasi tertulis mengenai masalah yang disusun
secara bersistem atau cetakan yang hanya terdri atas beberapa halaman
dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan
singkat tetapi lengkap. Dengan demikian, brosur dapat dimanfaatkan
sebagai bahan ajar selama sajian brosur diturunkan dari kompetensi dasar
yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi
bahan ajar yang menarik karena bentuknya yang menarik dan praktis.
Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya
memuat satu kompetensi dasar saja. Kalau perlu desain brosur akan lebih
menarik jika ditambah dengan sebuah ilustrasi sehingga dapat
memunculkan minat siswa untuk menggunakannya.
7) Foto/Gambar
Bahan ajar tentu memerlukan suatu rancangan yang baik agar
setelah selesai melihat sebuah atau serangkaianan foto/gambar siswa
dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih
kompetensi dasar. Foto/gambar yang didesain secara baik dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam
menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis
dapat berupa petunjuk cara menggunakannnya dan atau bahan tes.16
8) Leaflet
Leaflet adalah bahan cetak yang tertulis berupa lembaran yang dilipat
tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya didesain
secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa
sederhana, singkat, serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar
juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk
menguasai satu atau lebih kompetensi dasar.17

16
Jajang Eris Hermana & Mismit Husen, “Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam
Mellaui Multimedia pada Materi Syaja’ah kela s XI di SMA Negeri 4 Bandung”, h. 148
17
Ruslan & Rusli Yusuf, “Perencanaan Pembelajaran PPKN”, (Banda Aceh: Syiah Kuala
University Press, 2017), h. 404
9) Wall chart
Yaitu suatu gambar yang dibuat pada selembar kertas, dan biasa disebut
gambar dinding. Kertas yang biasa digunakan untuk wall chart adalah
kertas karton manila atau kertas gambar lainnya. Untuk menulis pada
kertas karton manila atau kertas lainnya, maka tersedia pula pena atau
spidol dalam jenis yang berbeda-beda. Antar warna spidol dengan warna
kertas sebaiknya disesuaikan, agar kelihatan tampak jelas, terang dan
mudah dibaca. Gambar pada wall chart akan menampilkan suatu materi
pelajaran atau suatu informasi yang lengkap mengenai suatu topik atau
subtopik pelajaran. Wall chart cocok untuk bermacam-macam
pemakaian khusus antara lain: menyajikan fakta, prinsip dan konsep.
Serta mengilustrasikan diagram, lukisan-lukisan, gambar-gambar, sketsa,
peta dan kartun-kartun.18
b. Bahan Ajar Non Cetak
Bahan ajar ini merupakan segala bentuk bahan yang digunakan
untuk memantu guru atau instruktur dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang dituangkan dalam teknologi non-cetak. Adapun
kelebihan bahan ajar non-cetak ialah:
1) Dapat menmapilkan kombiansi antara gambar dengan gerakan
2) Menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi,
grafik, sound menjadi satu kesatuan penyajian
3) Memanfaatkan teknologi multimedia (digital media ataupun
teknologi jaringan atau computer network)
4) Memanfaatkan tekonologi multimedia sehingga nuansa pembelajaran
menjadi menarik, tidak membosankan dan pada akhirnya memotivasi
siswa untuk belajar mandiri.

18
Nizwardi Jalinus & Ambiyar, “Media dan Sumber Pembelajaran”, (Jakarta: Kencana, 2016),
h. 42-43
5) Menggunakan bahan ajar multimedia bersifat mandiri disimpan di
komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan
dimana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.19
Berikut ini beberapa bagian yang termasuk bahan ajar non-cetak:
a) Bahan Ajar Dengar
Yaitu Pesan-pesan yang disampaikan dituangkan dalam
lambang-lambang auditif, baik verbal (kedalam kata-kata atau
bahasa lisan) maupun non verbal (musik, instrumen dsb).
Program audio dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran
individual, berkelompok maupun massal. Tetapi pembelajaran
yang menggunakan bahan ajar dengar akan kurang efektif jika di
dalam sekolah tersebut dihadapkan pada siswa yang mengalami
gangguan pendengaran. Karena siswa yang mengalami gangguan
tersebut akan sangat merasa kesulitan dalam mengikuti pelajaran
dengan cara mendengar dan memahami.
Misalkan dalam pembelajaran individual yang
dimanfaatkan pada mata pelajaran Bahasa Inggris dimana
sekarang banyak dijual program belajar bahasa secara mandiri
melalui program audio (umumnya dilengkapi bahan cetak seperti
buku). Penggunaan program audio untuk pembelajaran individual
sanaat ideal karena pengguna atau siswa dapat mengatur
kecepatan belajarnya sendiri.20
b) Bahan Ajar Pandang Dengar (Audiovisual)
Bahan ajar dengar merupakan bahan ajar yang
mengombinasikan dua materi, yaitu visual dan auditif. Materi
auditif ditujukan untuk merangsang indra pendengaran sedangkan
visual untuk merangsang indra penglihatan.

19
Nurul Huda Penggabean & Amir Danis, “Desain Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Sains”,
(Yayasan Kita Menulis, 2020), h. 11
20
Nurul Huda Penggabean & Amir Danis, “Desain Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Sains”,
h. 12
Dengan kombinasi keduanya, guru dapat menciptakan proses
pembelajaran yang lebih berkualitas. Hal itu didasarkan karena
siswa cenderung akan lebih mudah mengingat dan memahami
suatu pelajaran jika mereka hanya menggunakan satu jenis indra
saja apalagi jika hanya indra pendengaran saja. Bahan ajar
pandang dengar mampu memperlihatkan secara nyata sesuatu
yang pada awalnya tidak mungkin bisa dilihat di dalam kelas
menjadi mungkin dilihat. Selain itu juga membuat efek visual
yang memungkinkan siswa memperkuat proses belajar. Bahan
ajar ini antara lain video dan film. 21
c) Bahan Ajar Interaktif (Multimedia)
Bahan ajar ini merupakan kombinasi dari beberapa media
baik audio, gerak, grafik, gambar, animasi dan video yang dalam
proses pembelajaran dimanfaatkan untuk mengendalikan suatu
petintah dalam proses pembelajaran. Seperti CD-interaktif, film
interaktif, tanya jawab/diskusi, selain itu dapat berupa bahan ajar
interaktif diksusi lingkungan/pelajaran di luar kelas praktik dari
sebuah materi tertentu. Contoh dari bahan ajar multimedia
interaktif adalah model pembelajaran berbasisWEB (e-learning).
Model pembelajaran berbasis website dirancang dengan
mengintegrasikan pembelajaran berbasis web dalam program
konvensional tatap muka. Proses pembelajaran konvensional
tatap muka dilakukan dengan pendekatan Student Centered
Learning (SCL), yaitu kerja kelompok. Model ini menuntut
partisipasi siswa yang tinggi dan sekalipun teknologi web
memungkinkan pembelajaran dilakukan secara virtual. Dalam hal

21
Jajang Eris Hermana & Mismit Husen, “Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam
Mellaui Multimedia pada Materi Syaja’ah kela s XI di SMA Negeri 4 Bandung”, h. 149
ini interaksi satu sama lain dibutuhkan untuk dapat
berkomunikasi langsung dan tatap muka masih dibutuhkan.22

PENUTUP

Bahan ajar menjadi pegangan penting bagi guru untuk mentransfer dan
menanamkan nilai serta berguna sekali untuk siswa agar dapat menggunakan bahan ajar
itu secara mandiri bahkan di manapun dan kapanpun. Bahan ajar yang didesain secara
bervariasi baik cetak maupun berbasis teknologi non-cetak diupayakan agar
memperhatikan kriteria-kriteria pemilihan serta prinsip pengembangan yang telah
diformulasikan. Bahan ajar dibuat sebagai akomodasi kebutuhan siswa yang memiliki
potensi diri dengan berbagai karakteristik. Selain itu juga harus memiliki keajegan
dengan tujuan pembelajaran sehingga muatan materi yang dikembangkan plus
dikombinasikan dengan berbagai option media/perangkat dapat terarah dan tidak
menjalar kemana-mana.

Guru sebagai pemandu proses pembelajaran dituntut profesional dalam


mengoperasikan berbagai media pembelajaran untuk menyampaikan pesan/informasi
kepada siswa untuk menciptakan suasana belajar yang tidak hanya didominasi oleh guru
sedangkan siswa banyak bertindak pasif. Namun agar proses pembelajaran lebih
memacu keaktifan siswa. Karena itulah bahan ajar variatif sangat mempengaruhi minat
mereka, dari minat itulah timbul keinginan tinggi untuk belajar baik dalam memahami,
menyerap nilai dan mengamalkan hasil pemahamaan dan nilai yang telah iadapat untuk
selanjutnya diteruskan di berbagai lini kehidupan dalam memenuhi kepentingan
masyarakat.

22
Nurul Huda Penggabean & Amir Danis, “Desain Pengembangan Bahan Ajar Berbasis
Sains”, h. 15-16
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Thahirah, Nur & Askari Zakariah, Muhammad, “Pengembangan Bahan Ajar
Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis Integrasi Sains da Teknologi Peserta
Didik Kela S X SMA IT Al- Mawaddah Warrahmah Kolaka”. Jurnal Teknologi
Pendidikan Madrasah. Vol. 3. No. 2. 2020

Daryanto, Eko Purnomo, Mulyadi, & Sabera Adib, Eka. “Pengembangan Bahan Ajar
PAI Materi Qs. Al-Fil Kelas IV SDN Muara Sugihan Berbasis Multimedia”.
Muaddib:Islamic Education Juornal. Vol. 3. No. 1. 2020.

Hermana, Jajang Eris & Husen, Mismit. “Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan
Agama Islam Mellaui Multimedia pada Materi Syaja’ah kelas XI di SMA
Negeri 4 Bandung”. Atthulab.Vol. 2. No. 2. 2017

Indrawari, Karliana & Habiburrahman, Sayyid.“Pengembangan Bahan Ajar


Pendidikan Agama Islam dengan Metode Alquran Tematik”. Cendekia. Vol. 17.
No. 1. Januari-Juni 2019.

Jalinus, Nizwardi & Ambiyar. “Media dan Sumber Pembelajaran”. Jakarta: Kencan.
2016.

Jufni, Muhammad, Djailani, & Ibrahim, Sakdiah.“Kreativitas Guru PAI dalam


Pengembangan Bahan Ajar di Madrasah Aliyah Jeumala Amal Lueng Putu”.
Jurnal Magister Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah
Kuala. Vol. 3. No. 4. November 2015.

Nana. Pengembangan Bahan Ajar. Klaten: Lakeisha. 2019.

Nul Hakim, Lukman. “Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Pendiidkan Agama
Islam Berbentuk Modul dengan Model Borg Dan Gall TerhadapSiswa Kelas XI
Semester Ganjil di SMA Negeri 2 Situbondo Tahun Pelajaran
2015/2016”.Nusantara Juornal Of Islamic Studies. Vol. 1. No. 2. 2020.

Penggabean, Nurul Huda & Danis, Amir. Desain Pengembangan Bahan Ajar Berbasi
Sains. Yayasan Kita Menulis. 2020.

Ruslan & Yusuf, Rusli. “Perencanaan Pembelajaran PPKN”. Banda Aceh: Syiah
Kuala University Press. 2017

Siregar, Masitowarni. “ Pengembangan Bahan Ajar Translation Strata 1 Pendidikan


Bahasa Inggris Teaching English As A Foreign Language (TEFL)-
PEDAGOGICAL PURPOSE”, ( Disertasi. Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara Medan. 2018.
Syafei, Imam “Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Agama Islam Berbasis Problem
Based Learning untuk Menangkal Radikalisme pada Peserta Didik SMA Negeri
di Kota Bandara Lampung”. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 10.
No. 1. 2019.

Anda mungkin juga menyukai