Anda di halaman 1dari 10

ESSAY

“FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM HUBUNGANNYA DENGAN


KURIKULUM”

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata kuliah Pengantar Kurikulum

Oleh: Age Mardiansya Putra

NIM: 21.01.0050

Dosen Pengampu: Yeni Wulandari, M. Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) MAKRIFATUL ILMI BENGKULU
SELATAN T.A 2022/2023
PENDAHULUAN
Kurikulum pendidikan Islam merupakan suatu rancangan atau program studi yang
berhubungan dengan materi atau pelajaran Islam, tujuan proses pembelajaran, metode dan
pendekatan, serta bentuk evaluasinya. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan kurikulum
pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik
untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani dan mengamalkan ajaran Islam
secara kaffah (menyeluruh).
Sesuai dengan sistem kurikulum nasional bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan
jenjang pendidikan wajib memuat antara lain pendidikan agama, tak terkecuali Islam. Hal ini
dimaksudkan untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan.
Dalam konsep Islam, iman merupakan potensi rohani yang harus diaktualisasikan
dalam bentuk amal shaleh, sehingga menghasilkan prestasi rohani (iman) yang disebut
taqwa. Amal shaleh itu menyangkut keserasian dan keselarasan hubungan manusia dengan
Allah dan hubungan manusia dengan dirinya yang membentuk kesalehan pribadi hubungan
manusia dengan sesamanya yang membentuk kesalehan sosial (solidaritas sosial), dan
hubungan manusia dengan alam yang membentuk kesalehan terhadap alam sekitar.
Kualitas amal shaleh ini akan menentukan tingkatan ketaqwaan (prestasi
rohani/iman) seseorang di hadapan Allah Swt.(Syu’aib, 2017). Kurikulum sebagai rancangan
pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam keseluruhan kegiatan
pembelajaran, menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan.
Mengingat pentingnya peran kurikulum dalam pendidikan dan dalam perkembangan
kehidupan peserta didik nantinya, maka pengembangan kurikulum tidak bisa dikerjakan
sembarangan. Akan tetapi harus berorientasi kepada tujuan yang jelas sehingga akan
menghasilkan hasil yang baik dan sempurna.(Firmansyah, Iman, 2019)
Untuk bisa merancang kurikulum yang demikian, guru harus memiliki peranan yang
amat sentral. Oleh karena itu pula, kompetensi manajemen pengembangan kurikulum perlu
dimiliki oleh setiap guru di samping kompetensi teori belajar. Pendidikan Islam adalah sistem
pendidikan yang sengaja didirikan dan diselenggarakan dengan hasrat dan niat (rencana yang
sungguh-sungguh) untuk pengejawantahan ajaran dan nilai-nilai Islam.
sebagaimana tertuang atau terkandung dalam visi, misi, tujuan, program kegiatan
maupun pada praktik pelaksanaan pendidikannya. Pengembangan kurikulum pendidikan
agama Islam (PAI) merupakan salah satu perwujudan dari pengembangan sistem pendidikan
Islam.(Elman & Mahrus, 2020)
Tujuan dari penulisan ini adalah mengetahui tentang pengertian kurikulum
pendidikan agama islam, ruang lingkupnya, fungsi, serta konsep yang digunakan di dalam
kurikulum pendidikan agama islam itu sendiri.
ISI DAN PEMBAHASAN
Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan pendidikan Islam berupa kegiatan,
pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak
didik dalam rangka tujuan pendidikan Islam. Berdasarkan keterangan di atas, maka
kurikulum pendidikan Islam itu merupakan satu komponen pendidikan agama berupa alat
untuk mencapai tujuan. Ini bermakna untuk mencapai tujuan pendidikan Islam, diperlukan
adanya kurikulum yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam dan bersesuaian pula dengan
tingkat usia, tingkat perkembangan kejiwaan anak dan kemampuan pelajar.
Kurikulum pendidikan Islam bertujuan menanamkan kepercayaan dalam pemikiran
dan hati generasi muda, pemulihan akhlak serta membangunkan jiwa rohani. Ia juga
bertujuan untuk memperoleh pengetahuan secara kontinu, gabungan pengetahuan dan kerja,
kepercayaan dan akhlak, serta penerapan amalan teori dalam hidup.(Mustaqim, n.d.)
Ruang lingkup kurikulum PAI
Untuk menghasilkan lulusan yang mempunyai kompetensi yang disebutkan dalam
tujuan kurikulum PAI, maka isi materi kurikulum PAI didasarkan dan dikembangkan dari
ketentuan-ketentuan yang ada di dalam dua unsur, yaitu: Al-Qur’an dan Sunnah Nabi
Muhammad SAW.
Disamping itu, materi PAI juga diperkaya dengan hasil ijtihad para ulama’, sehingga
ajaran-ajaran pokok yang bersifat umum, lebih rinci dan mendetail. Kurikulum PAI
mencakup usaha untuk mewujudkan keharmonisan, keserasian, kesesuaian, dan
keseimbangan.
Dalam kurikulum PAI tersusun empat mata pelajaran dengan kompetensi lulusan dan
standar isi sesuai PERMENAG no. 2 tahun 2008, yaitu:
Al-Qur'an-Hadis

a) Membaca, menghafal, menulis, dan memahami surat-surat pendek dalam al-Qur'an


surat al-Fatihah, an-Nas sampai dengan surat ad-Dhuha.
b) Menghafal, memahami arti, dan mengamalkan hadis-hadis pilihan tentang akhlak dan
amal saleh.

Akidah-Akhlak
Mengenal dan meyakini rukun iman dari iman kepada Allah sampai dengan iman
kepada Qada dan Qadar melalui pembiasaan dalam mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah,
pengenalan, pemahaman sederhana, dan penghayatan terhadap rukun iman dan al-asma’ al-
husna, serta pembiasaan dalam pengamalan akhlak terpuji dan adab Islami serta menjauhi
akhlak tercela dalam perilaku sehari-hari.
Fiqih 
Mengenal dan melaksanakan hukum Islam yang berkaitan dengan rukun Islam mulai dari
ketentuan dan tata cara pelaksanaan taharah, salat, puasa, zakat, sampai dengan pelaksanaan
ibadah hají, serta ketentuan tentang makanan dan minuman, khitan, kurban, dan cara
pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.
Dengan demikian tidak hanya mengajarkan pengetahuan secara teori semata tetapi juga
untuk dipraktekkan atau diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga nilai-nilai PAI
dapat berguna dalam kehidupan sosial. Selain itu, Pelaksanaan pendidikan agama di
Indonesia mempunyai dasar-dasar yang cukup kuat. Dasar-dasar tersebut dapat ditinjau dari
beberapa aspek antara lain:
1.   Hukum, Yakni dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari peraturan
perundang-undangan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan
pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama, di sekolah-sekolah ataupun
lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia.
2.   Religius, Yang dimaksud dasar religius dalam uraian ini adalah dasar-dasar yang
bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam al-Qur’an maupun hadits.
3.   Psychologis, Semua manusia di dalam hidupnya di dunia ini, selalu membutuhkan
adanya suatu pegangan hidup yang disebut agama. Karena itu maka manusia akan
selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan; hanya saja cara mereka
mengabdi dan mendekatkan diri kepada itu berbeda sesuai agama yang dianutnya.

Semua dasar yang dikemukakan tersebut idealnya dapat membekali penyusunan


kurikulum PAI, agar semua aspek kemanusiaan anak didik dapat berkembang dengan baik,
menuju manusia sebagaimana yang dicita citakan dalam pendidikan Islam.(Elman & Mahrus,
2020)
Oleh karena itu unsur-unsur kurikulum sejak saat itu idealnya harus diorientasikan kepada
pembangunan karakter. Salah satu dari unsur tersebut adalah strategi pembelajaran. Dengan
demikian secara automatis strategi pembelajaran juga harus mengikuti materi dan tujuan
kurikulum yang harus dicapai yaitu pembentukan karakter bangsa.
Mengingat sifat atau karakter materi PAI itu berbeda dengan sifat atau karakter ilmu ilmu
lain, seperti ilmu matematika, fisika, kimia, biologi dan ilmu-ilmu fardhu kifayah lainnya,
maka strategi pembelajaran PAI seharusnya mengikuti strategi pembelajaran PAI itu sendiri
yang harus memenuhi tuntutan-tuntutan ranah afektif.
Dewasa ini dalam kurikulum 2013 secara tegas dicantumkan dua induk karakter (akhlak)
yang harus dimiliki oleh anak didik yaitu hablumminallah (KI-1) dan hablumminannas (KI-
2), yakni baiknya hubungan manusia dengan Allah dan baik pula hubungan manusia dengan
sesama manusia.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka strategi pembelajaran PAI itu harus benar-
benar efektif. Dapat memperbaiki dan membentuk akhlak siswa sampai akhir hayatnya. Oleh
karena itu semua unsur yang membentuk sebuah strategi harus terpenuhi.
Jika tidak ada sebuah strategi yang dapat berdiri sendiri dalam pembelajaran mata
pelajaran ini, maka dapat dikombinasikan dengan strategi-strategi lain yang sesuai sehingga
karakter bangsa seperti yang diamanatkan oleh agama dan proklamasi kemerdekaan bangsa
Indonesia tercapai secara sempurna.
Fungsi kurikulum PAI tentu merupakan tugas dan tanggung jawab bagi guru pendidikan
agama Islam untuk membawa peserta didik yang mempunyai keyakinan, pemahaman,
penghayatan dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Muhaimin
fungsi kurikulum PAI, yaitu(Elman & Mahrus, 2020):
1.  Fungsi kurikulum PAI bagi sekolah/ madrasah yang bersangkutan.
a) Sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan agama islam yang diinginkan
atau dalam istilah KBK disebut standar kompetensi PAI, meliputi fungsi dan
tujuan pendidikan nasional, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi tamatan
atau lulusan, kompetensi bahan kajian PAI, kompetensi mata pelajaran PAI
(TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/ MA), kompetensi mata pelajar kelas (kelas I,
II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, XII)

b) Pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan pendidikan agama islam


disekolah atau madrasah.

2.  Fungsi kurikulum PAI bagi sekolah atau madrasah diatasnya.

a) Melakukan penyesuaian
b) Menghindari keterulangan sehingga boros waktu
c) Menjaga kesinambungan
3.  Fungsi kurikulum PAI bagi masyarakat
a) Masyarakat sebagai pengguna lulusan sehingga sekolah atau madrasah harus
mengetahui hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat dalam konteks
pengembangan PAI.
b) Adanya kerja sama yang harmonis dalam pembenahan dan pengembangan
kurikulum PAI.
kurikulum PAI di Sekolah menjadi acuan dalam melakukan proses pembelajaran PAI.
Kurikulum PAI termasuk dalam unit kurikulum untuk sekolah dalam satu kesatuan yang utuh
bersama dengan bidang studi lainnya. Setiap guru agama islam sebagai pelaksana kurikulum
diharapkan mampu belajar dengan baik dan kemudian menerapkannya sesuai prinsip-prinsip
interaktif dan komunikatif dengan memperhatikan kegiatan peserta didik.
Tetapi harus bertindak sebagai pemandu dan mampu mengkoordinasikan lingkungan dan
memberikan kesempatan anak untuk belajar mandiri. PAI di sekolah bertujuan untuk
membantu siswa agar menjadi orang yang beriman kepada Allah SWT dan bertakwa kepada
Allah SWT, memiliki ilmu agama yang luas dan berakhlak mulia (Rahmat Raharjo, 2010).
Untuk itu diperlukan kurikulum PAI kontekstual yang memenuhi tuntutan masyarakat.
Kegiatan proses pembelajaran PAI dan penilaian hasil belajar PAI harus dilakukan secara
kontekstual.(Hasyim Achmad Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2021)
PAI termasuk dalam kelompok mata pelajaran agama dan akhlak yang mempunyai tujuan
untuk menjadikan peserta didik menjadi orang yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan bertakwa dan berakhlak mulia, ruang lingkup materi PAI meliputi etika, budi pekerti atau
akhlak sebagai manifestasi dari pendidikan agama (Nurmadiah, 2014).
Untuk memenuhi harapan tersebut, kurikulum dibuat dengan mengacu pada SI-SKL, SK-
KD dan kombinasi pembuatan kurikulum yang dibuat oleh Badan Nasional Standar
Pendidikan dengan mengacu pada prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Kurikulum PAI
yang dikembangkan di sekolah kemudian diimplementasikan oleh guru PAI di setiap satuan
pendidikan sesuai dengan prinsip pembelajaran pedagogis.
Konsep pendidikan islam
Pada dasarnya konsep pendidikan Islam mencakup seluruh tujuan pendidikan yang
dewasa ini diserukan oleh barat bahkan diserukan oleh negara-negara di dunia. Lebih dari itu,
pendidikan Islam adalah satu-satunya konsep pendidikan yang menjadikan makna dan tujuan
pendidikan lebih tinggi sehingga mengarahkan manusia kepada visi ideal dan menjauhkan
manusia dari ketergelinciran dan penyimpangan. Karena Islamlah, pendidikan memiliki misi
sebagai pelayan kemanusiaan dalam mewujudkan kebahagiaan individu dan masyarakat.
Artinya Islam akan berhasil mewujudkan tujuan pendidikan yang selama ini menjadi obsesi
tokoh pendidikan barat.
Konsep pendidikan islam tentang aktualisasi diri
Seorang pendidik harus mencari materi-materi pertukangan untuk anak didiknya.
Seorang anak tidak boleh dipaksa untuk menyerap konsep-konsep pengetahuan jika ternyata
dia tidak berminat pada bidang itu. Jika pun seorang anak diarahkan pada pertukangan, dia
tidak boleh dibiarkan berjalan sesuai dengan ambisinya karena bisa jadi apa yang diingininya
itu tidak sesuai dengan apa yang dapat dia kerjakan. Dengan demikian dia harus mendapatkan
pengarahan sesuai dengan kondisi dan pemahamannya.
peserta didik sejak usia sekolah pada tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA, dan SMK/MA
diarahkan pembinaannya fokus kepada bakat yang mereka miliki, lalu dikelompokkan
berdasarkan kesamaan bakat yang dimilikinya untuk mendapatkan pembinaan atau
bimbingan khusus terhadap spesifikasi bidang ilmu yang berkaitan dengan bakat yang
mereka miliki, maka mereka akan mendapatkan tujuan yang diinginkan.
Tentunya tahap ini adalah tahap pengenalan/pembelajaran terhadap ilmu pengetahuan
yang relevan dengan bakat-bakat mereka, baik yang bersifat teori maupun praktek.Pada tahap
ini, pendidik harus memperkenalkan kepada peserta didiknya hasil produksi buatan manusia
atau buatan pabrik dan menjelaskannya mulai dari unsur-unsurnya, metodenya, nilainya, dan
semua yang terkait dengan hasil produksi tersebut serta bagaimana cara menggunakannya.
Tentunya tahap ini baru merupakan tahap teori dan praktek.(Rusmin B., 2017)
Konsep Pendidikan Islam tentang Perkembangan
Pendidikan Islam yang meletakkan segala perkara dalam posisi yang alamiah memandang
seluruh aspek perkembangan sebagai sarana mewujudkan aspek ideal, yaitu penghambaan
dan ketaatan kepada Allah swt serta aplikasi keadilan dan syariat Allah dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan demikian pendidikan Islam itu mencakup pemeliharaan seluruh aspek
perkembangan, baik itu aspek material, spiritual, intelektual, perilaku sosial, dan apresiasi.
Hal yang penting lainnya adalah Islam mengarahkan perkembangan tersebut ke arah
perwujudan tujuan pendidikan yang tinggi, yaitu:
a) Konsep pendidikan Islam tentang Perkembangan jasmani.penulis dapat mengatakan
bahwa pendidikan Islam pun memperhatikan masalah pengembangan fisik dan pelatihan
anggota tubuh yang diarahkan untuk kebaikan manusia dan masyarakat. Pengarahan
tersebut dilakukan melalui dua langkah berikut: 1. Pengarahan kekuatan pada segala
perkara yang diridhai Allah swt, misalnya untuk membantu orang yang sedang kesulitan
atau untuk berjihad di jalan Allah. 2. Menjauhkan kekuatan fisik dari segala perkara yang
dibenci Allah, seperti memberatkan hukuman, menyulut permusuhan atau sombong
dengan kekuatan dan kedudukannya.(Rokim, 2018)
b) Konsep pendidikan Islam tentang Perkembangan akal Dalam pandangan Islam, akal
merupakan potensi manusia yang sangat penting. Itulah yang membedakan manusia
dengan makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Itu pula yang mendasari pemahaman dan
kesempurnaan akal dalam rukun iman. Lebih jauh lagi Al-Quran menganjurkan
penggunaan akal dalam merenungi tanda-tanda kebesaran Allah yang ada pada diri
manusia atau yang ada pada alam semesta. Al-Quran mengarahkan akal manusia untuk
merenungi penciptaan manusia melalui analogi tentang hari berbangkit di akhirat kelak
serta kepastian balasan Allah sesuai amal perbuatan manusia.(Wasehudin, 2018)
c) Konsep Pendidikan Islam tentang Perkembangan Sosial Menurut ahli sosiologi, pada
prinsipnya manusia adalah homososius, yaitu makhluk yang berwatak dan berkemampuan
dasar atau yang memiliki gharizah (insting) hidup bermasyarakat. Sebagai makhluk
sosial, manusia harus memiliki rasa tanggung jawab sosial yang diperlukan dalam
pengembangan hubungan timbal balik (interelasi) dan saling pengaruh mempengaruhi
antar sesama anggota masyarakat dalam kesatuan hidup mereka.(Mahfud, 2019)
Apabila manusia sebagai makhluk sosial itu itu berkembang, maka berarti pula manusia itu
adalah makhluk yang berkebudayaan, baik moral maupun material. Diantara insting manusia adalah
adanya kecenderungan mempertahankan segala apa yang dimilikinya termasuk kebudayaannya. Oleh
karena itu, maka manusia perlu melakukan transformasi dan transmisi (pemindahan dan penyaluran)
kebudayaannya kepada generasi yang akan menggantikan di kemudian hari.
Sehingga generasinya tidak menjadi generasi yang apatis, akan tetapi menjadi generasi yang
mampu mengembangkan warisan kebudayaannya dan juga mampu mengembangkan fitrahnya,
sehingga ia mampu mengubah keadaannya dari yang biasa menjadi luar biasa dan dari ketertinggalan
menuju kepada kemajuan.(Fathurrohman, 2015)
Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa Kurikulum pendidikan Islam
adalah bahan-bahan pendidikan Islam berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang
dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka tujuan pendidikan
Islam.
kurikulum pendidikan agama islam mempunyai ruang lingkup diantaranya Al-
Qur'an-Hadis, Akida akhlak, dan Fiqih. Di dalam kurikulum pendidikan agama islam juga
mempunyai fungsi dan konsep yang digunakan untuk melaksanakan proses pendidikan.
KESIMPULAN
Kurikulum merupakan seperangkat kegiatan pembelajaran yang mempunyai peranan
penting dalam dunia pendidikan sebagai landasan untuk tercapainya sebuah tujuan
pendidikan yang diinginkan. Kurikulum PAI didasarkan dan dikembangkan dari ketentuan-
ketentuan yang ada di dalam dua unsur, yaitu: Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad saw.
Disamping itu, materi PAI juga diperkaya dengan hasil ijtihad para ulama’, sehingga ajaran-
ajaran pokok yang bersifat umum, lebih rinci dan mendetail.
Kurikulum PAI mencakup usaha untuk mewujudkan keharmonisan, keserasian,
kesesuaian, dan keseimbangan. Dalam hal ini tercakup empat mata pelajaran yakni, al-Qur’an
Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih , dan Sejarah Kebudayaan Islam.
Kurikulum pendidikan agama Islam berorientasi pada perkembangan anak didik,
berorientasi pada lingkungan sosial dan berorientasi pada perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Kurikulum pendidikan agama Islam yang berfungsi untuk pengembangan,
penyaluran, perbaikan, pencegahan, penyesuaian, dan sumber nilai. Dengan tujuan
membentuk karakter anak bangsa yang bermartabat serta beriman dan dapat mengaplikasikan
ilmu agama dalam kehidupan masyarakat. Kurikulum yang baik akan menghasilkan manusia
yang baik juga, kurikulum yang lemah akan menghasilkan manusia yang lemah pula.
REFERENSI
Elman, M., & Mahrus, M. (2020). Telaah Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di
Sekolah Dan Madrasah. Akademika: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2(1),
117–130.
https://ejournal.iaiskjmalang.ac.id/index.php/akad/article/view/140/114

Fathurrohman, M. (2015). PENDIDIKAN ISLAM DAN PERUBAHAN-PERUBAHAN


SOSIAL. 1(2).

Firmansyah, Iman, M. (2019). Pendidikan Agama Islam: Pengertian, Tujuan, Dasar Dan
Fungsi. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 17(2), 79–90.

Hasyim Achmad Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, G. (2021).


Kedudukan Kurikulum Dalam Pendidikan Agama Islam. YASIN : Jurnal Pendidikan
Dan Sosial Budaya, 1(2), 246–261. https://ejournal.yasin-alsys.org/index.php/yasin

Mahfud, M. (2019). PENDIDIKAN ISLAM DAN PERUBAHAN SOSIAL (Upaya


Mengoptimalkan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Agama Islam).
Al-Tarbawi Al-Haditsah: Jurnal Pendidikan Islam, 4(2), 1–17.

Mustaqim, Y. (n.d.). Pengembangan Konsepsi Kurikulum Dalam Pendidikan Islam A .. 9(1),


1–24.

Rokim. (2018). Konsep Pendidikan Jasmani Dalam Perspektif Hamka. PANCAWAHANA:


Jurnal Studi Islam, 13(1), 72–83.

Rusmin B., M. (2017). Konsep Dan Tujuan Pendidikan Islam. Inspiratif Pendidikan, 6(1), 72.
https://doi.org/10.24252/ip.v6i1.4390
Syu’aib, K. (2017). Kurikulum Dalam Pendidikan Islam. Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah
XI Kalimantan, 15(28), 68–74.

Wasehudin, W. (2018). AKAL DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (Telaah


Reflektif Filsafat Pendidikan Islam terhadap Ayat-ayat Alquran). Alqalam, 35(2), 1.
https://doi.org/10.32678/alqalam.v35i2.1195

Anda mungkin juga menyukai