Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI

Tentang :

“Analis Kebijakan Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah dan Madrasah”

DISUSUN OLEH

Sania Nanda Yeni Rukmana

(200201063)

DOSEN PENGAMPU

Hayatil Fitri,M.Pd

PROGRAM PENDIDIKAN KEAGAMAAN

INSTITUDE AGAMA ISLAM (IAI)

SUMATERA BARAT

2023
DAFTAR ISI

BAB I...........................................................................................................3

A.Latar Belakang.....................................................................................3

B. Rumusan Masalah...............................................................................3

BAB II..........................................................................................................4

A. Pengertian Pendidikan Agama Islam..................................................4

B. Porsi dan Posisi Pendidikan Agama Islam..........................................5

C. Peraturan Kebijakan Pendidikan Agama islam di sekolah madrasa..12

D. Kelemahan pembelajaran PAI di sekolah-sekolah............................13

E. Kendala Praktik Pendidikan Agama Islam Di Sekolah dan madrsah 15

BAB III......................................................................................................16

A. Kesimpulan.......................................................................................16

B.Saran……………..…….....................................................................16

C. Daftar Pustaka……………………………………………….….16
BAB I
PENDAHULUAN

A. A.Latar Belakang
Statement tentang pendidikan agama sebagai sumber nilai atau
pedoman, ternyata belum mewarnai lingkungan dan atmosfer kehidupan
sekolah atau madrasah pada umumnya. Sejak awal kemerdekaan, pendidikan
agama berlaku dualistis pendidikan, yaitu sistem pendidikan dan pengajaran
pada sekolah-sekolah umum yang sekuler, tidak mengenal ajaran agama dan
sistem pendidikan dan pengajaran Islam yang tumbuh dan berkembang di
kalangan masyarakat Islam sendiri.sampai lahirlah penetapan pendidikan
agama Islam wajib diajarkan di semua jenjang, jalur dan jenis pendidikan.
Dalam praktiknya di madrasah dan di sekolah terjadi perbedaan karakter dan
model pendidikan agama di lembaga formal pendidikan
nasional ini. Dalam makalah ini sekilas membahas pengertian
pendidikan agama Islam, porsi dan posisi pendidikan agama Islam di sekolah
dan madrasah, peraturan kebijakan pendidikan agama, kelemahan
pembelajaran PAI di sekolah serta kendala praktik PAI, solusi dan pendekatan
pembelajaran PAI guna menumbuhkan karakter.

B. B. Rumusan Masalah
1. membahas pengertian pendidikan agama Islam,
2. kelemahan pembelajaran PAI di sekolah serta kendala praktik PAI,
3. Porsi dan Posisi Pendidikan Agama Islam
4. kebijakan kurikulum PAI di sekolah dan Madrasah
BAB II
PEMBAHASAN

C. A. Pengertian Pendidikan Agama Islam


Dari segi etimologi atau bahasa, kata pendidikan berasal kata “didik”
yang mendapat awalan pe- dan akhiran-an sehingga pengertian pendidikan
adalah sistem cara mendidik atau memberikan pengajaran dan peranan yang
baik dalam akhlak dan kecerdasan berpikir.

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat (1)


dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Sedangkan pengertian Pendidikan agama dalam UUSPN No. 2/1989


pasal 39 ayat 2 disebutkan: merupakan usaha untuk memperkuat iman dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Mahaesa sesuai dengan agama yang dianut
oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

Tujuan PAI:

(1) memperkuat iman dan takwa,

(2) menghormati agama lain,

(3) memelihara kerukunan antarumat beragama, dan

(4) mewujudkan persatuan nasional.

1 Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, (Jakarta, Rajawali Press, 2009), cet.1,


hal,259-260
Di dalam GBPP PAI 1999 di sekolah umum, dijelaskan bahwa
pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam
meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah swt dan
berakhlak mulia.

Agama tidak bisa dilepaskan dalam konteks negara Indonesia. Negara


mengakomodir dan memfasilitasi tumbuh kembang agama melalui
pendidikan. Pewarisan nilai-nilai Agama terlembagakan dengan baik dalam
pendidikan nasional. Pendidikan agama menjadi sistem dalam pendidikan
nasional. Bagi bangsa Indonesia sendiri agama menjadi bagian penting dalam
membangun bangsanya.

D. B. Porsi dan Posisi Pendidikan Agama Islam


Dilihat secara kuantitatif, porsi pendidikan agama Islam di sekolah
memang hanya tiga jam pelajaran untuk SD dan dua jam pelajaran untuk SMP
atau SMA/K, dengan tuntutan pencapaian standar kompetensi lulusan yang
sudah ditetapkan dalam Permen Diknas Nomor 23 Tahun 2006.

Di dalam GBPP mata pelajaran pendidikan agama Islam kurikulum


1994 pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu, Al-Qur’an dan Hadis,
keimanan/akidah, akhlak, fiqh (hukum Islam), dan tarikh (sejarah) yang
menekankan pada perkembangan politik. Pada kurikulum tahun 1999
dipadatkan menjadi lima unsur pokok, yaitu; Al-Qur’an, keimanan, akhlak,
fiqih dan bimbingan ibadah, serta tarikh/sejarah yang lebih menekankan pada
perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.2 Meskipun
masing-masing aspek tersebut dalam praktiknya saling terkait (mengisi dan
melengkapi), tetapi jika dilihat secara teoritis masing-masing memiliki
karakteristik tersendiri.

Aspek Al-Qur’an-Hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis


yang benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta
mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Aspek akidah,
2 Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Rosda Karya, 2012), cet.v,
hal.79. lihat juga
menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan
keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-

aspek PAI tersebut dapat ditanamkan kepada peserta didik melalui


pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual, yang intinya selalu
mengaitkan pembelajaran PAI dengan konteks dan pengalaman-pengalaman
hidup peserta didik yang beraneka ragam atau konteks masalah-masalah serta
situasi-situasi riil kehidupannya. Melalui interaksi dengan lingkungan dan
menginterpretasi terhadap pengetahuan dan pengalaman hidup tersebut, maka
peserta didik dapat mengkonstruksi makna dan nilai-nilai Islam yang perlu
diinternalisasikan dalam dirinya.

Pendidikan agama (Islam) di sekolah pada dasarnya lebih


diorientasikan pada tataran moral action yakni agar peserta didik tidak hanya
berhenti pada tataran kompeten tetapi sampai memiliki kemauan, dan
kebiasaan dalam mewujudkan ajaran dan nilai-nilai agama tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.3

Pendidikan Agama Islam di sekolah termasuk dalam pelajaran agama


Islam yang diselenggarakan di lembaga-lembaga pendidikan umum (sekolah)
sebagai suatu mata pelajaran atau mata kuliah saja dengan nama pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Pengajarannya memiliki kurikulum tersendiri.
Kurikulum PAI berarti seperangkat rencana kegiatan dan pengaturan mengenai
isi dan bahan pelajaran PAI serta cara yang digunakan dan segenap kegiatan
yang dilakukan oleh guru agama untuk membantu seorang atau sekelompok
siswa dalam memahai, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dan/atau
menumbuhkembangkan nilai-nilai Islam.4

Pendidikan agama di sekolah umum terselenggara sebagai upaya


pengintegrasian pendidikan Islam ke dalam sistem sekolah yang kurikulumnya
berorientasi pada pengetahuan umum. Perubahan yang perlu dilakukan dalam
sistem pendidikan Islam memasukkan

3 Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, hal.33-34

4 Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam, hal.104


pendidikan agama ke dalam pendidikan umum. Hal ini merupakan
langkah penyesuaian bagi tercapainya fungsi pendidikan dalam memenuhi
tuntutan perkembangan masyarakat modern.

Sedangkan pendidikan agama Islam di madrasah aspek-aspek


pendidikan agama di sekolah umum menjadi sub mata pelajaran-mata
pelajaran. Mata pelajaran Al-Qur’an Hadis, mata pelajaran Aqidah Akhlak,
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, Fiqih, dan Bahasa Arab,

Pasca keluarnya Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri pada


tanggal 24 Maret 1975 yang disepakati oleh Menteri Agama, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Dalam Negeri. Maka komposisi
kurikulum madrasah harus sama dengan sekolah. Dengan konsekuensi, mata
pelajaran agama terdistorsi porsinya menjadi 30% dan materi pelajaran umum
mendominasi dengan prosentase 70%.6 Madrasah yang tadinya belajar
ilmuilmu agama (ulumuddin) para siswanya belajar juga ilmu-ilmu umum,
matematika, sosial dan alam.

kebijakan kurikulum yang diajarkan di madrasah dan pesantren

Period Pesantren dan


Madrasah
e Madrasah Diniyah

Sampai Kurikulum tradisional 100% Agama. -


1906

1906- Kurikulum tradisional mandiri 100%. Kurikulum mandiri,


1945 agama dan umum

1945- Kurikulum mandiri 100% Agama. Kurikulum mandiri,


1975 70% agama dan 30%
umum.

1975- Kurikulum mandiri 100% agama. Kurikulum Depag


1989 70% umum dan 30%
agama.

1989- Kurikulum mandiri dan agama masih Kurikulum Depag


memadukan antara
2003 mendominasi. kurikulum umum dan
agama.

2003- Kurikulum mandiri dan Kurikulum Depag


2005 mengikutsertakan pelajaran umum 100% umum dan 5 bidang
(Matemática, IPA, Bahasa mata pelajaran PAI.
Indonesia, Pendidikan
Kewarganegaraan,
Bahasa Inggris, dan Pendidikan Seni
Budaya).7
Seiring perkembangan dan dinamika yang terjadi dalam konteks
negara, pelaksanaan pendidikan agama pada umumnya serta pen didikan
agama Islam pada khususnya di sekolah- sekolah umum dan madrasah
tersebut semakin kokoh dengan berbagai terbitnya perundangundangan dan
peraturan pemerintah.

Sedangkan periode 2005 memuat struktur dan muatan kurikulum


diantaranya pendidikan Agama Islam. Sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal
6 ayat (1) menyatakan bahwa struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi
lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut;

1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan


kepribadian

3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

4. Kelompok mata pelajaran estetika

5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan

Dengan cakupan kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia:


Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk
membentu peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika,
budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.

Selanjutnya dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun


2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan pula bahwa; kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada SD/MI/SDLB/Paket A
dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kearganegaraan,
kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olah raga, dan
kesehatan.

Berdasarkan ketentuan tersebut, alokasi waktu jam pembelajaran mata


pelajaran agama menjadi 4 jam (dari 3 menjadi 4 jam pelajaran setiap
minggu).

Muatan Kurikulum

Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan menegaskan bahwa kedalaman muatan kurikulum pada setiap
satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi pada setiap tingkat dan/atau
semester sesuai dengan Standar Nasional
Pendidikan. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar
kompetensi dan kompetensi Pendidikan Agama Islam
Tujuan:

- Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian,


pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan,
pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang
agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

- Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan


berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah,
cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh),
menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta
mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
E. Contoh standar kompetensi dan kompetensi dasar kelas 1, semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Al Qur’an

1.1 Melafalkan QS Al-Fatihah dengan

1. Menghafal Al Qur’an surat lancar

pendek pilihan 1.2 Menghafal QS Al-Fatihah dengan


lancar

Aqidah

2. Mengenal Rukun Iman 2.1 Menunjukkan ciptaan Allah SWT


melalui ciptaan-Nya

2.2 Menyebutkan enam Rukun Iman

2.3 Menghafal enam Rukun Iman

Akhlak

3. Membiasakan perilaku terpuji 3.1 Membiasakan perilaku jujur

3.2 Membiasakan perilaku bertanggung


jawab

3.3 Membiasakan perilaku hidup bersih

3.4 Membiasakan perilaku disiplin

Fiqih

4. Mengenal tata cara bersuci 4.1 Menyebutkan pengertian bersuci

(thaharah) 4.2 Mencontoh tata cara bersuci

5. Mengenal Rukun Iman 5.1 Menirukan ucapan Rukun Iman

5.2 Menghafal Rukun Iman


Kelas 1, Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Al Qur’an

6. Menghafal Al Qur’an 6.1 Menghafal QS Al-Kautsar dengan


surat-surat pendek pilihan lancar

6.2 Menghafal QS An-Nashr dengan


lancar

6.3 Menghafal QS Al-‘Ashar dengan


lancar

Aqidah

7. Mengenal dua kalimat 7.1 Melafalkan syahadat tauhid dan


syahadat syahadat rasul

7.2 Menghafal dua kalimat syahadat

7.3 Mengartikan dua kalimat syahadat

Akhlak

8.1 Menampilkan perilaku rajin

8.2 Menampilkan perilaku tolong-


menolong

8.3 Menampilkan perilaku hormat


8. Membiasakan perilaku terpuji
terhadap orangtua

8.4 Menampilkan adab makan dan


minum

8.5 Menampilkan adab belajar

Fiqih 8.6

9. Membiasakan bersuci 9.1 Menyebutkan tata cara berwudhu

(thaharah) 9.2 Mempraktikkan tata cara berwudhu


Arah pengembangannya standar kompetensi dan kompetensi dasar
menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam
merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar
Proses dan Standar Penilaian.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam


(PAI) untuk madrasah dikembangkan lebih lanjut oleh Kementerian Agama.5

F. C. Peraturan Kebijakan Pendidikan Agama islam di sekolah madrasah


UU No. 4 Tahun 1950 jo UU NO. 12 Tahun 1954

Peraturan Kebijakan Pendidikan Masa Demokrasi Liberal (1950-


1959) tentang DasarDasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah untuk
Seluruh Indonesia. Isi undang-undang terkait dengan pertama, peran orang
tua yang dominan khususnya dalam menentukan pelajaran agama apakah
anaknya akan mengikuti pelajaran tersebut, dimulai kelas 4. kedua, cara
menyelenggarakan pengajaran agama di sekolah-sekolah negeri yang
melibatkan dua kementriaan, kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan, dan kementerian Agama, tentu dalam praktikkanya ada
persinggungan antar kepentingan.

a. TAP MPRS No. II/1960 Bab yang sama (Bab II) pasal 3,
menetapkan Pendidikan Agama menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah
mulai dari Sekolah Rakyat sampai dengan Universitas-universitas Negeri,
dengan pengertian bahwa murid berhak tidak ikut serta dalam pendidikan
agama jika wali/murid dewasa menyatakan keberatannya.

Penyebutan Sekolah sampai Perguruan tinggi kata “Negeri”


berimplikasi pengajaran mata pelajaran Pendidikan Agama hanya
berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan negeri, maka sekolah-
sekolah swasta tidak ada keharusan menyelenggarakan “Pendidikan
Agama”. Begitu juga pengajaran agama bagi siswa diserahkan pilihannya

5 Amri, Sofan, Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah: dalam Teori,
Konsep, dan
Analisis, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013), cet.1, hal.120-122
kepada orang tua, apakah orang tua menghendaki atau tidak anaknya
mempelajari agama. Mata pelajaran Agama bersifat komplementer, masih
sukarela dan bukan mata pelajaran yang wajib diikuti oleh setiap siswa
dan mahasiswa.

b. TAP MPRS No.XXVII/MPRS/1966

Khususnya Pasal 1 menetapkan pendidikan agama menjadi mata


pelajaran di sekolahsekolah mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai
Universitas-universitas Negeri. Tap MPRS ini hanya mewajibkan
pendidikan agama di sekolah dan universitas berstatus Negeri.
Selanjutnya, Tap MPRS ini juga menghapus kata-kata “dengan pengertian
bahwa murid berhak untuk tidak ikut apabila wali murid/murid dewasa
menyatakan keberatannya”. Maka pendidikan agama merupakan mata
pelajaran yang wajib diikuti oleh anak didik.

Pasal 4 TAP MPRS No.XXVII/MPRS/1966 bertujuan; a.


Mempertinggi mental, moral, budi pekerti dan memperkuat keyakinan
beragama. b. Mempertinggi kecerdasan dan ketrampilan. c. Membina dan
mengembangkan fisik yang kuat dan sehat.

G. D. Kelemahan pembelajaran PAI di sekolah-sekolah


Mochtar Buchori menilai pendidikan agama masih gagal. Kegagalan
ini disebabkan karena praktik pendidikanya hanya memperhatikan aspek
kognitif semata dari pertumbuhan kesadaran nilai-nilai (agama), dan
mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volitif, yakni kemauan dan
tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Akibatnya terjadi
kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan, antara gnosis dan praxis
dalam kehidupan nilai agama. Atau dalam praktik pendidikan agama berubah
menjadi pengajaran agama, sehingga tidak mampu membentuk pribadi-pribadi
bermoral, padahal intisari dari pendidikan agama adalah pendidikan moral.

Muhaimin menuliskan indikator-indikator kelemahan pelaksanaan PAI


di sekolahsekolah;
1. PAI kurang bisa mengubah pengetahuan agama yag
kognitif menjadi “makna” dan “nilai” atau kurang mendorong penjiwaan
terhadap nilai-nilai keagamaan yang perlu diinternalisasikan dalam diri
peserta didik.
2. PAI kurang dapat berjalan bersama dan bekerja sama
dengan program-program pendidikan nonagama;

3. PAI kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan sosial


budaya, dan/atau bersifat sttis kontekstual dan lepas dari sejarah,
sehingga peserta didik kurang menghayati nilainilai agama sebagai nilai
yang hidup dalam keseharian.6

Ahmad Tafsir menyebutkan 12 kelemahan PAI di sekolah;

1. Kurangnya dukungan orang tua murid

2. PAI kurang diminati

3. Kurikulum PAI terlalu luas

4. Pelajaran agama kurang brguna bagi kehidupan material

5. Tidak di UN kan

6. Kurang peneladanan dari guru

7. Kurangnya pembiasaan dari sekolah

8. Penampilan guru agama kurang menarik

9. Budaya global

10. Spiritualisme melawan materialisme

11. PAI tidak menyatu dalam sistem

12. PAI tidak dijadikan fokus dalam kehidupan sehari-hari. 7

6 Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), cet.1, hal.37

7 Ahmad Tafsir, Penelitian pada Pendidikan Agama Islam, Studium General, Program
Magister PAI UIN Jakarta, 6 November 2013.
Materi pendidikan agama, harus diorientasikan kepada penguasaan,
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan nilai dan norma ajaran agama
secara komprehensif sehingga kelak mampu membentuk kepribadian yang
utuh. Pendidikan agama harus disajikan dengan pendekatan yang tepat sesuai
ideologi pembangunan yang telah dirumuskan pemerintah dan tuntutan
pembenetukan kepribadian peserta didik sesuai perkembangan tantangan
zamannya.

H. E. Kendala Praktik Pendidikan Agama Islam Di Sekolah dan madrsah


Dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah, banyak sekali
muncul problematika-problematika. Berbagai problematika yang muncul, bisa
berkenaan dengan masalah yang bersifat internal, maupun eksternal. Faktor
internal sekolah, misalnya guru yang belum berkompeten, maupun sarana
prasarana yang tidak mendukung.

Salah satu masalah yang dihadapi pengajaran agama Islam di sekolah


adalah adanya kekurangan jam pelajaran agama Islam yang disediakan di
sekolah-sekolah.

BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan
Perlunya perubahan paradigma pendidikan agama di sekolah dan
madrasah yaitu pendidikan agama bukan sebatas pengajaran dan penguasaan
materi terhadap ilmu-ilmu agama, tetapi juga mampu anak didik mampu
memahami dan memaknai nilai-nilai agama sebagai bekal motivasi untuk
mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan agama Islam di
sekolah menjadi aspek pokok pendidikan agama Islam, sedangkan aspekaspek
pokok pendidikan agama Islam di sekolah umum menjadi sub mata pelajaran-
mata pelajaran di madrasah.
Selanjutnya, perubahan paradigma dan pendekatan dalam pendidikan
agama dalam penyelenggaraannya bukan hanya menjadi tugas guru agama
saja, tetapi merupakan tugas bersama antara kepala sekolah, guru agama, guru
umum, seluruh aparat sekolah, orang tua murid, masyarakat, sampai negara.

J. Saran
Penulis sangatlah menyadari atas ketidak sempurnaan nya penulisan
makalah ini maka dari itu penulis sangat lah mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna memajukan hasil penulisan ini agar semakin baik untuk
kedepan nya. Dan semoga karya tulis ini dapat memberikan dampak positif untuk
yang membaca nya . sekian dari penulis ,Terima Kasih

Daftar Pustaka

Amri, Sofan, Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar dan


Menengah: dalam Teori,

Azra, Azyumardi, Pendidikan islam di Era Globalisasi: Peluang dan


Tantangan dalam

Bicara Pendidikan Islam: Sebuah Bunga Rampai, (Jakarta: Raja


Grafindo Persada, 2009), cet.1

Konsep, dan Analisis, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2013), cet.1

Mereka Bicara Pendidikan Islam: Sebuah Bunga Rampai, (Jakarta:


Raja Grafindo Persada, 2009), cet.1
Mudzhar, M. Atho, Pendidikan Agama di Sekolah dalam Persfektif
HAM, dalam Mereka

Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, (Jakarta, Rajawali Press,


2009), cet.1 ------------, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Rosda
Karya, 2012), cet.v ------------, Nuansa Baru Pendidikan Islam, (Jakarta:
Raja Grafindo, 2006), cet.1

Nata, Abuddin, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan


Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Prenada Kencana, 2003), cet. I.
-------------------, Sesi perkuliahan pada tanggal 30 Desember 2013
Nizar, Samsul, Isu-Isu Kontemporer tentang Pendidikan Islam,
(Jakarta: Kalam Mulia,

Anda mungkin juga menyukai