Anda di halaman 1dari 18

PENYELENGGARAAN PAI PADA SEKOLAH DAN PERMASALAHANNYA

(Makalah)

Tugas kelompok 12

MataKuliah:KapitaSelektaPendidikanIslam

DosenPengampu:Hi.SamsuRohman,M.Pd.

Di susun oleh :
Semester 5/ SI PAI D
Lia Wulandari ()
Talsania Cornela Hidayat (1911010458)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2021/2022
KATAPENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Segala puji bagi Allah Subhanahuwata’ala.Yang telah memberikan rahmat dan


karunia Nya,sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah tentang
“PENYELENGGARAAN PAI PADA SEKOLAH DAN PERMASALAHANNYA”
tepat pada waktuya.

Sholawat serta salam kita panjatkan kepada Nabi kita Muhammad Salallahu’alaihi
Wassalam. Semoga selalu tercurah limpahkan kepada beliau, keluarga, sahabat dan
kita selaku umatnya.

Makalah ini merupakan tugas Kelompok dari dosen mata kuliah Materi Kapita
Selekta Pendidikan Islam yang diambil dari berbagai referensi buku dan artikel.

Besar harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kritik
dan saran dari pembaca sangat kami perlukan untuk perbaikan dalam penyusunan
makalah kedepannya. Semoga makalah ini bisa menjadi motivator bagi penulis untuk
menyusun makalah yang lebih baik lagi dan bermanfaat. Terimakasih.

Bandar lampung, November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I…………………………………………………………………………………

PENDAHULUAN……………………………………………………………………
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………….

B. RumusanMasalah………………………………………………………........

C. Tujuan Penelitian……………………………………………………………

BAB II………………………………………………………………………………….

PEMBAHASAN……………………………………………………………………….
A. Pengertian pendidikan agama
islam……………………………………………………………

B. Menjelaskan pendidikan agama islam disekolah……………………………

C. Bagaimana pendidikan agama islam disekolah ( telaah historis dan


dinamika perkembangannya)
………………………………………………………………………….

D. Bagaimana sistem pendidikan disekolah


umum………………………………………….

E. Apa saja ruang lingkup studi problematika(permasalahan)

pendidikan
PAI……………………………………………………………………………………
…………

BAB III………………………………………………………………………………...
PENUTUP……………………………………………………………………………..
A. Kesimpulan…………………………………………………………….........

B. Saran…………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….........

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok
orang untuk mempengaruhi dan membimbing seseorang atau sekelompok
orang lain agar menjadi matang dan dewasa atau mencapai tingkat hidup dan
penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental, spiritual, material dan
tatanan serta lingungan hidup. Pendidikan agama Islam adalah upaya
mendidik orang atau peserta didik untuk memahami dan mengamalkan ajaran
Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi pandangan dan merupakan sikap hidup
seseorang.
Pendidikan agama ini sudah mestinya diberikan kepada anak didik utamanya
peserta didik pada Lembaga/Sekolah Umum sebagai lanjutan pendidikan yang
diterima di dalam lingkungan rumah tangga. Maka dalam makalah ini,
penulisan akan uraikan sedikit tentang sejarah menyelenggaraan pendidikan
agama Islam pada sekolah.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian pendidikan agama islam?
2. Menjelaskan pendidikan agama islam disekolah?
3. Bagaimana pendidikan agama islam disekolah ( telaah historis dan
dinamika perkembangannya) ?
4. Bagaimana sistem pendidikan disekolah umum?
5. Apa saja ruang lingkup studi problematika(permasalahan) pendidikan
PAI?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menegetahui dan
memahami isi dari rumusan makalah.
BAB II
PEMBAHASAN

PENYELENGGARAAN PAI PADA SEKOLAH DAN PERMASALAHANNYA

A. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENGERTIAN

Pendidikan agama Islam adalah sebagai usaha, yakni suatu kegiatan bimbingan,
pengajaran dan latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang
hendak di capai. Di dalam GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan
Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan, dan mengamalkan Agama Islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/latihan dengan memperhatikan tuntutan
untuk menghormati Agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

Komponen yang menentukan dalam pelaksanaan pendidikan adalah unsur pendidik,


sebagai pelaksanaan proses mengarahkan dan membina potensi anak. Peran pendidik
(Guru dan Orang tua) sangat menentukan sekali untuk keberhasilan sekolah. Seperti
halnya pada pendidikan Informal dan Formal, dimana pada pendidikan Formal yang
sangat berperan menentukan pendidikan bagi anak utamanya pendidikan agama anak
adalah orang tua, kemudian pada sekolah yang paling berperan adalah guru.

Oleh sebab itu guru sebagai pendidik harus mampu mewujudkan pendidikan agama
anak di sekolah lebih lanjut, dalam artian lain pendidikan agama di sekolah harus
mendapatkan perhatian yang lebih serius mecermati pengembagan potensi anak dan
bahan pendidikan dan pengajaran yang disajikan. Dengan demikian pendidikan
agama Islam itu adalah usaha mendidik yang dilakukan guru agama Islam dalam
rangka menanamkan nilai-nilai agama kepada peserta didik sehingga peserta didik
tersebut dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam
kehidupannya. Dengan demikian seseorang yang sudah mendapat pendidikan agama
Islam maka mereka akan dapat mewujudkan kehidupan yang baik untuk keselamatan
dan kesejahteraannya dalam dunia ini sampai akhirat kelak.1

B. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH

Pemahaman tentang pendidikan agama Islam di sekolah dapat dilihat dari dua sudut
pandang, yaitu Pendidikan Agama Islam sebagai aktivitas dan Pendidikan Agama
Islam sebagai fenomena. Dalam kaitan aktivitas adalah bahwa pendidikan agama itu
menjadi sebuah pekerjaan yang diorganisir sedemikian rupa sehingga menjadi
kegiatan yang memiliki tujuan, usaha mencapai tujuan, teknik atau metode
pendidikan, sarana-prasarana dan hal-hal lain yang berkaitan dengan terselenggaranya
usaha mencapai target yang ditetapkan menyangkut dengan Pendidikan Agama Islam
tersebut. Sedangkan sebagai fenomena ini maksudnya bagaimana agar nilai-nilai
pendidikan Islam itu menjadi sesuatu yang dibiasakan dalam kehidupan sehingga
membentuk sebuah tatanan dan iklim dalam kehidupan sehari-hari.

Munculnya berbagai pemikiran dan kebijakan tentang Pembinaan Pendidikan Agama


Islam secara terpadu pada sekolah umum, pengembangan dan peningkatan kualitas
Madrasah, Pesantren, IAIN/STAIN, kegiatan Pesantren Kilat di sekolah umum, serta
pendidikan agama Islam di perguruan tinggi dan sebagainya,adalah beberapa contoh
manifestasi dari usaha-usaha ahli dan pemerhati pendidikn agama Islam agar
pelaksanaan pendidikan Islam tersebut berjalan dengan efektif sehingga pencapaian
hasil yang diharapkan dapat terwujud secara maksimal.

1
Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam, (Bandung: Cita Pustaka Media,
2004).
Dalam kaitan itulah sehingga Kurikulum Pendidikan Agama Islam itu dikembangkan
dan dibina sehingga pelaksanaannya terorganisir sebagaimana mestinya. Termasuk
dalam pengoptimalan dan pensejajaran Pendidikan Agama Islam dengan mata
pelajaran lain di setiap sekolah, maka secara nasional Pendidikan Agama Islam ini
menjadi mata pelajaran wajib yang harus diberikan, sehingga kedudukannya sama
dengan Pancasila dan Bahasa Indonesia yakni mata pelajaran pembentukan
kepribadian bangsa.

Hal ini diberikan adalah untuk memberi bekal agar anak didik di setiap sekolah
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi
kepribadian mereka yakni yang akan menghantarkan mereka menjadi manusia yang
berakhlak mulia yang mampu menghargai dirinya, keluarganya, masyarakatnya,
malah dapat menjalin hubungan baik dengan semua pemeluk agama termasuk dengan
penduduk yang non-muslim.2

C. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH (TELAAH HISTORIS


DAN DINAMIKA PERKEMBANGANNYA)

Dalam catatan sejarah pendidikan agama Islam di sekolah mempunyai sejarah


perkembangan yang cukup panjang. Pada masa pra kemerdekaan, pemerintah
kolonial Belanda mendirikan sekolah yag pertama kali di Ambon pada tahun 1607,
dari masa inilah dikenal istilah dan pendidikan Sekolah di Indonesia hingga saat ini.
Secara historis, awal pendidikan sekolah penekanan mata pelajaran hanya kepada
pelajaran umum, sedangkan posisi dan perkembangan agama dalam tradisi sekolah
baru pada awal abad ke-20 M. Karena memang basis pendidikan di Indonesia ketika
itu adalah Pesantren, yang hamper dapat dipastikan mata pelajaran di sana adalah
Agama.

Setelah era kemerdekaan, pendidikan agama di sekolah mulai mendapatkan perhatian


yang serius. Hal ini terjadi karea kebijakan pemerintah yang sangat positif terhadap
2
Muhaimin,  Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002).
pelajara agama. Kebijakan itu dilandasi oleh dua hal: Pertama adalah landasa Filosofi
Pancasila dalam sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa menuntut setiap warga
untuk beragama, tentu beragama yang baik adalah diawali dengan pendalaman materi
pengetahuan agama. Kedua landasan Konstitusional yaitu UUD 45 dimana pada pasal
29 ditegaskan bahwa Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa da setiap rakyat
Indonesia diberi kebebasan untuk beribadah sesuai dengan agama dan keyakinan
yang di anutnya.

Melalui mata pelajaran agama, perilaku peserta didik diharapkan sesuai dengan
substansi dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa yakni disamping memahami ajaran
agama juga untuk mampu mengamalkannya.Untuk itu, Pemerintah melalui sejumlah
regulasi atau perundangan mangatur penyelenggaraan mata pelajaran agama menjadi
salah satu bidang studi yang wajib di ajarkan pada seluruh jenis, jalur dan jenjag
pedidikan,tanpa kecuali termasuk sekolah umum. Berkenaan dengan itu, maka
pendidikan agama Islam disekolah umum dapat dibagi kedalam dua fase, yaitu fase
sebelum kemerdekaan, yakni era pejajahan Belanda dan Jepang, kemudian fase
sesudah kemerdekaan.3

D. SISTEM PENDIDIKAN ISLAM DI SEKOLAH UMUM

Keberadaan pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah umum secara


konstitusisebenarnya telah ada pada era pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Hal
ini dapat diperhatikan dari keberadaan regulasi undang-undang yang pernah ada.
Dimulai dari Undang-undang RI No. 4 Tahun 1950, Undang-Undang RI No. 12
Tahun 1954 dan Undang-ndang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989 dan
No. 20 Tahun 2003. Regulasi perundang-undangan pendidikan agama dan
keagamaan dalam sistem pendidikan nasional, telah membawa pembaharuan yang
signifikan pada tatanan tujuan pendidikan Islam di Negara ini, sehingga berdampak

3
Muhammad Darwis Dasopang dalam Al-Rasyidin (ed), Pendidikan dan Psikologi Islam, (Bandung:
Cita Pustaka Media, 2004 ).
pada pengertian paradigma baru pendidikan Islam sebagai subsistem pendidikan
nasional.

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Nomor 2 Tahun 1989


Pasal 39 ayat 2 disebutkan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang wajib
memuat: Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan
Kewarganegaraan. Sementara itu, pada ayat 3 lebih dipertegas lagi, bahwa
Pendidikan Agama merupakan salah satu isi kurikulum pendidikan dasar sebagai
bahan kajian dan pelajaran dari 13 bahan kajian dan pelajaran yang ditetapkan.

Dari uraian tersebut, terlihat jelas bagaimana posisi pendidikan agama di sekolah
umum, di mana Pendidikan Agama merupakan salah satu dari tiga mata pelajaran
wajib yang diajarkan pada sekolah-sekolah. Sebagai konsekuensi dari hal ini adalah
terangkatnya status pendidikan agama tersebut dengan tidak dibedakan lagi dari
pendidikan pada umumnya.

Dalam konsep Islam yang termuat dalam GBPP Pendidikan Agama di sekolah umum
dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam
melalui bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain. Dalam kurikulum sekolah umum (SD, SMP, SMA)
Pendidikan Agama Islam (PAI) dipandang sebagai sebuah mata pelajaran. Di mana
PAI dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok yang terdapat dalam agama Islam. Dari
segi isinya, PAI merupakan mata pelajaran pokok yang yang menjadi salah satu
komponen, dan tidak dapat dipisahkan dari rumpun mata pelajaran yang bertujuan
mengembangkan moral dan kepribadian peserta didik.4

E. Ruang Lingkup Studi Problematika pendidikan PAI

4
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam,  (Jakarta:  Kalam  Mulia, 1990).
Problematika yang muncul dari internal siswa cenderung lebih mudah untuk
ditangani. Karena guru bisa memilah dan memilih materi apa yang tepat diajarkan
kepada peserta didik di level belajar tertentu. Kurikulum juga termasuk dalam
problematika yang bersumber dari internal, kurikulum dianggap sebagai pedoman
dalam setiap proses belajar mengajar.

Kuriulum PAI yang digunakan disekolah cenderung memiliki kompetensi yang tidak
terlalu luas, lebih-lebih lagi guru PAI seringkali terpaku pada kurikulum yang tidak
terlalu komprehensif tersebut. Selain itu, kurikulum PAI lebih cenderung menjelaskan
persoalan-persoalan teoretis agama yang bersifat kognitif dan amalan-amalan ibadah
praktis. Padahal PAI seharusnya diaplikasikan dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Kurikulum adalah salah satu komponen operasional pendidikan agama islam sabagai
sistem materi atau disebut juga sebagai kurikulum. Jika demikian, maka materi yang
disampaikan oleh pendidikan (khususnya pendidik agama islam) hendaknya mampu
menjabarkan seluruh materi yang terdapat di dalam buku dan tentunya juga harus
ditunjang oleh buku pegangan pendidik lainnya agar pengetahuan anak didik tidak
sempit.

Disamping itu materi yang diberikan harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak
didik dan tujuan pembelajaran. Sesuai dengan pernyataan Nur Uhbiyati mengenai
definisi kurikulum, bahwa kurikulum adalah sejumlah pengalaman pembelajaran,
kebudayaan sosial, olah raga dan kesenian yang tersedia di sekolah bagi anak didik
dan tujuan didik di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk
perkembangan menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka
sesuai dengan tujuan pembelajaran.5

Namun merealisasikan kurikulum yang ada disuatu lembaga pendidikan bukanlah


suatu hal yang mudah, sedangkan alokasi waktu untuk pembelajaran pendidikan
agama islam sangat sedikit. Dengan demikian dapat menjadi problem dalam
pembelajaran pandidikan agama islam.

Permasalahan yang bersumber dari eksternal cenderung lebih kompleks dan menuntut
banyak kerja keras untuk bisa menyelesaikanya.

1. Faktor ekternal

Dalam paradigma pendidikan islam, peserta didik merupakan orang yang belum
dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu
dikembangkan.

Disisi lain, pendidikan itu berfungsi membentuk kepribadian anak, mengembangkan


agar mereka percaya diri dan menggapai kemerdekaan kepribadian, pendidikan itu
bergerak untuk mewujudkan perkembangan yang sempurna dan mempersiapkannya
dalam kehidupan, membantu untuk berinteraksi sosial yang positif di masyarakat,
menumbuhkan kekuatan dan kemampuan dan memberikan sesuatu yang dimilikinya
semaksimal mungkin. Juga menimbulkan kekuatan atau ruh kreativitas, pencerahan
dan transparansi serta pembahasan atau analisis di dalamnya. Peserta didik

5
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: C.V. Pustaka Setia, , 1997) 75.
merupakan ukuran dari keberhasilan suatu pendidikan. Masyarakat selalu menilai
keberhasilan pendidikan dari output yang berasal dari siswa. Problematika yang
muncul drai peserta didik adalah umumnya siswa yang telah belajar selama 12 tahun
(SD, SMP, dan SMA), yang mana mata pelajaran agama hanya diajarkan dua jam
saja dalam satu minggu, masih banyak yang belum bisa membaca Al-Qur’an dengan
baik dan benar, tidak menjalankan kewajiban sholat secra rutin, tidak beribadah puasa
di bulan Ramadhan, dan yang paling penting adalah kurang bisa berprilaku secara
benar.6

Peserta didik dalam suatu lembaga pendidikan tentu berasal dari latar belakang
kehidupan beragama yang berbeda-beda. Ada siswa yang berasal dari keluarga yang
taat beragama, namun ada juga yang berasal dari keluarga yang kurang taat
beragama, dan bahkan ada yang berasal dari keluarga yang tidak peduli dengan
agama. Bagi anak didik yang berasal dari keluarga yang kurang taat atau tidak peduli
terhadap agama, perlu perhatian yang serius. Sebab jika tidak, maka anak didik tidak
akan peduli terhadap pendidikan agama, lebih parah lagi mereka menganggap remeh
pendidikan agama. Sikap ini akan sangat berbahaya, meskipun demikian, tentu ada
faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik seperti; minat belajar, keluarga,
lingkungan, dan lain sebagainya.

Diantara problematika pendidikan PAI yang berhubungan dengan peserta didik


adalah : (1) rendahnya minat peserta didik untuk memahami ilmu-ilmu agama Islam,
(2) rendahnya minat dan kemampuan peserta didik untuk bisa membaca dan
memahami Al-Qur’an, (3) peserta didik belum memiliki dasar keimanan dan
ketakwaan yang kuat, sehingga mudah untuk terbawa arus, (4) semakin banyak
peserta didik yang berprilaku menyimpang dari moral agama, pergaulan bebas
6
Muhaimin, Pemikiran, 157.
semakin meningkat, (5) peserta didik terbiasa dengan narkoba, kekerasan, dan tindak
anarkis.

Masalah yang paling memprihatinkan adalah tentang etika dan akhlaq siswa. Karena
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh dari Swiss, yang telah melakukan
penelitian di sebelas negara tentang faktor-faktor yang meletarbelakangi menurunya
ekonomi bangsa. Menurutnya, diantara faktor yang paling mempengaruhi adalah
akhlaq.7

Akhlaq seakan-akan menjadi acuan keberhasilan pendidikan agama Islam, terutama


pendidikan di tingkat SD/MI. Pendidikan dasar akan sangat berimplikasi pada masa
depan seseorang, maka dari itu, tidak mengejutkan ketika Gunar Mirdal
menyimpulkan sebagaimana di atas. Sebagai contoh, anak yang sejak kecil
dibiasakan untuk diberi imbalan ketika melakukan kebaikan, maka hal ini akan terus
dia amalkan, sehigga semakin banyak usianya, maka semakin banyak imbalan yang
dia minta, hal ini yang menyebabkan korupsi semakin tumbuh segar.

2. Guru / Pendidik

Peran guru sangat penting dalam proses pendidikan. Bahkan ada lelucon yang
mengatakan andaikan pak Mendiknas dan Kabid Mapenda tidak masuk kantor,
sedangkan guru tetap masuk dan mengajar, maka pendidikan akan tetap berjalan,

7
Fadhil al-Jamali, Menerabas Krisis Pendidikan Dunia Islam, (Jakarta: Golden Terayon Press, 1981),
cet ke-1, 103. Yang dikutip oleh Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta, PT.
RajaGrafindo Persada, 2004), 169-170.
akan tetapi ketika pak Mendiknas dan Kabid Mapenda masuk kantor sedangak guru
tidak masuk, maka KBM tidak berjalan dengan baik.8

Meskipun guru memegang peranan yang sangat sentral dalam pendidikan, guru juga
bisa menjadi sumber problem pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam.
Problematika tersebut mencakup pola prilaku guru agama yang kadang kurang bisa
mencerminkan agama. Selain itu, seorang guru juga bisa menimbulkan permasalahan,
sebagaimana penulis kutip dari jurnal Islamic Studies And Islamic Education In
Contemporary Southeast Asia : Other problems have to do with teacher competence,
curriculum, instructional materials and infrastructure..Beberapa guru memang dalam
praktisnya tidak terlalu menguasai materi yang diajarkan, terutama di sekolah-sekolah
swasta di daerah, hal ini tetntu akan menimbulkan persoalan, karena pendidikan
agama idealnya dipegang oleh ahli dibidangnya. Hal senada juga dikemukakan oleh
Muhaimin dan Suti’ah yang mengutip pendapat Towaf. Bahwa guru juga memiliki
andil dalam munculnya problematika. Yakni metode yang digunakan cenderung
monoton, sehingga siswa kurang antusias dalam belajar PAI.9

3. Keluarga dan lingkungan

Situasi dan kondisi di dalam keluarga dan lingkungan sosial sedikit banyak pasti
berimbas pada siswa yang kemudian banyak memunculkan permasalahan. Keluarga
menjadi faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan dan kegagalan
siswa di semua aspek kehidupan seseorang, termasuk pada permasalahan pendidikan.
PAI akan semakin bermasalah ketika sering dijumpainya orang tua yang kurang
memperhatikan pendidikan agama anaknya, hal ini tidak hanya terjadi di perkotaan

8
Muhaimin, Pemikiran, 162.
9
Muhaimin & Suti’ah, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama Islam
Di Sekolah, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2002), 90.
saja, di pedesaan juga banyak ditemukan orang tua yang kurang memberi perhatian
serta tidah memberikan contoh bagaimana PAI dalam aplikasinya sehari-hari.

Banyaknya orang tua yang kurang memperhatikan perkembangan pendidikan agama


Islam ankanya karena beberapa faktor, diantaranya adalah karena orang tua
disibukkan dengan bekerja. Sehingga orang tua tidak ada waktu untuk mengontrol
sholat serta akhlaq anak ketika di rumah. Padahal idealnya adalah guru mengajarkan
materi keagamaan di sekolah, seperti tata cara sholat, kepada siswa, kemudian
aplikasinya adalah setiap hari siswa melaksanakan sholat minimal lima kali dalam
satu hari, akan tetapi masih ada beberapa orang tua yang tidak memperhatikan sholat
anaknya karena faktor berkerja sebagaimana ditulis oleh pemakalah sebelumnya.

Lingkungan hidup siswa juga sangat brengaruh terhadap siswa. Ketika lingkungan
sosialnya merupakan lingkungan yang tingkat religiusnya tinggi, maka siswa akan
lebih memahami aplikasi PAI yang sesungguhnya, akan tetapi ketika lingkunga
sosialnya kurang memberi perhatian pada agama, maka secara otomatis anak didik
hanya akan menganggapa PAI hanya sekedar mata pelajaran di sekolah sebagaimana
mata pelajaran lain seperti IPA, IPS dan Bahasa Indonesia.

4. Politik

Kondisi politik juga sangat berpengaruh terhadap munculnya problematika


pendidikan PAI. Ketika pemegang kekuasaan memutuskan sebuah kebijakan yang
mengamini bahwa pendidikan agama merupakan hal yang sangat penting, maka
kurikulum yang diberlakukan akan memandang agama sebagai faktor yang
dipertimbangkan dalam merumuskan kurikulum, akan tetapi ketika pemegang
kekuasaan lebih fokus kepada pendidikan yang beorientasi pada materi eksakta saja,
maka pendidikan agama dianak tirikan dan kurang mendapat perhatian.

Politik juga memegang peranan dalam hal menyelesaiakan dan menemukan solusi
dalam dunia pendidikan, tidak hanya pendidikan agama, akan tetapi semua aspek dan
problematika pendidikan. Keadaan politik yang stabil maka akan berimplikasi bai
disemua aspek kehidupan. robematika pendidikan PAI bisa muncul di segala aspek
eksternal lainya, seperti, metode mengajar, fasilitas belajar, sarana dan prasarana.
Akan tetapi permasalahan yang mungkin muncul di semua aspek tersebut bisa
ditutupi dengan guru yang senantiasa bisa memanage sebaik mungkin. Aspek-aspek
tersebut bisa menjadi masalah jika seorang guru tidak berhasil untuk
menyembunyikan kekurangan dimana-mana dengan kesempurnaaan performa
seorang guru.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Fakta historis memperlihatkan bahwa pendidikan agama di sekolah umum, mulai


masa pemerintahan Belanda sampai sekarang, memiliki sejarah dan dinamika yang
cukup panjang. Pada masa kolonial Belanda, pendidikan agama belum mendapatkan
tempat sebagai mata pelajaran yang bersifat formal di sekolah umum. Kemudian pada
masa penjajahan Jepang sekali pun pelaksanaan pendidikan Islam di berikan
kebebasan namun secara umum pelaksanaan pendidikan dapat dikatakan
terbengkalai, sebab sekolah-sekolah lebih diarahkan pemerintahan untuk kepentingan
persiapan perang seperti gerak jalan, kerja bakti (Romusa) dan berbgai kepentingan
lainnya.

Setelah Indonesia merdeka, pelaksanaan agama di sekolah umum diatur dalam


sejumlah regulasi atau perundagan. Dalam sejumlah regulasi tersebut, sampai
perkembangan saat ini, pelaksanaan pendidikan agama telah menjadi bagian integral
dari isi dan kurikulum pendidikan, dari mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
Maka tidak ada satu alasanpun bagi setiap lembaga pendidikan untuk menyianyiakan
pelaksanaan pendidikan agama Islam ini.

B. Saran

Penulis menyadari makalah ini mungkin masih jauh dari kata sempurna.Akan tetapi
bukan berarti makalah ini tidak berguna. Besar harapan yang terpendam dalam hati
semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih pada suatu saat terhadap makalah
tema yang sama. Dan dapat menjadi referensi bagi pembaca serta menambah ilmu
pengetahuan bagi kita semua. Kemudian mari kita banyak mempelajari semaksimal
mungkin mengenai Mata Pelajaran PAI di Sekolah dan Perguruan Tinggi Umum dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

 Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam, (Bandung: Cita Pustaka


Media, 2004).
 Muhaimin, Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002).
 Muhammad Darwis Dasopang dalam Al-Rasyidin (ed), Pendidikan dan
Psikologi Islam, (Bandung: Cita Pustaka Media, 2004 ).
 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,
1990).
 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: C.V. Pustaka Setia, , 1997)
 Muhaimin, Pemikiran, 157.
 Fadhil al-Jamali, Menerabas Krisis Pendidikan Dunia Islam, (Jakarta: Golden
Terayon Press, 1981), cet ke-1, 103. Yang dikutip oleh Suwendi, Sejarah dan
Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2004)
 Muhaimin & Suti’ah, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam Di Sekolah, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,
2002).

Anda mungkin juga menyukai