(Makalah)
Tugas kelompok 12
MataKuliah:KapitaSelektaPendidikanIslam
DosenPengampu:Hi.SamsuRohman,M.Pd.
Di susun oleh :
Semester 5/ SI PAI D
Lia Wulandari ()
Talsania Cornela Hidayat (1911010458)
Bismillahirrahmanirrahiim
Sholawat serta salam kita panjatkan kepada Nabi kita Muhammad Salallahu’alaihi
Wassalam. Semoga selalu tercurah limpahkan kepada beliau, keluarga, sahabat dan
kita selaku umatnya.
Makalah ini merupakan tugas Kelompok dari dosen mata kuliah Materi Kapita
Selekta Pendidikan Islam yang diambil dari berbagai referensi buku dan artikel.
Besar harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kritik
dan saran dari pembaca sangat kami perlukan untuk perbaikan dalam penyusunan
makalah kedepannya. Semoga makalah ini bisa menjadi motivator bagi penulis untuk
menyusun makalah yang lebih baik lagi dan bermanfaat. Terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I…………………………………………………………………………………
PENDAHULUAN……………………………………………………………………
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………….
B. RumusanMasalah………………………………………………………........
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………………
BAB II………………………………………………………………………………….
PEMBAHASAN……………………………………………………………………….
A. Pengertian pendidikan agama
islam……………………………………………………………
pendidikan
PAI……………………………………………………………………………………
…………
BAB III………………………………………………………………………………...
PENUTUP……………………………………………………………………………..
A. Kesimpulan…………………………………………………………….........
B. Saran…………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….........
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menegetahui dan
memahami isi dari rumusan makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan agama Islam adalah sebagai usaha, yakni suatu kegiatan bimbingan,
pengajaran dan latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang
hendak di capai. Di dalam GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan
Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan, dan mengamalkan Agama Islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/latihan dengan memperhatikan tuntutan
untuk menghormati Agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
Oleh sebab itu guru sebagai pendidik harus mampu mewujudkan pendidikan agama
anak di sekolah lebih lanjut, dalam artian lain pendidikan agama di sekolah harus
mendapatkan perhatian yang lebih serius mecermati pengembagan potensi anak dan
bahan pendidikan dan pengajaran yang disajikan. Dengan demikian pendidikan
agama Islam itu adalah usaha mendidik yang dilakukan guru agama Islam dalam
rangka menanamkan nilai-nilai agama kepada peserta didik sehingga peserta didik
tersebut dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam
kehidupannya. Dengan demikian seseorang yang sudah mendapat pendidikan agama
Islam maka mereka akan dapat mewujudkan kehidupan yang baik untuk keselamatan
dan kesejahteraannya dalam dunia ini sampai akhirat kelak.1
Pemahaman tentang pendidikan agama Islam di sekolah dapat dilihat dari dua sudut
pandang, yaitu Pendidikan Agama Islam sebagai aktivitas dan Pendidikan Agama
Islam sebagai fenomena. Dalam kaitan aktivitas adalah bahwa pendidikan agama itu
menjadi sebuah pekerjaan yang diorganisir sedemikian rupa sehingga menjadi
kegiatan yang memiliki tujuan, usaha mencapai tujuan, teknik atau metode
pendidikan, sarana-prasarana dan hal-hal lain yang berkaitan dengan terselenggaranya
usaha mencapai target yang ditetapkan menyangkut dengan Pendidikan Agama Islam
tersebut. Sedangkan sebagai fenomena ini maksudnya bagaimana agar nilai-nilai
pendidikan Islam itu menjadi sesuatu yang dibiasakan dalam kehidupan sehingga
membentuk sebuah tatanan dan iklim dalam kehidupan sehari-hari.
1
Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam, (Bandung: Cita Pustaka Media,
2004).
Dalam kaitan itulah sehingga Kurikulum Pendidikan Agama Islam itu dikembangkan
dan dibina sehingga pelaksanaannya terorganisir sebagaimana mestinya. Termasuk
dalam pengoptimalan dan pensejajaran Pendidikan Agama Islam dengan mata
pelajaran lain di setiap sekolah, maka secara nasional Pendidikan Agama Islam ini
menjadi mata pelajaran wajib yang harus diberikan, sehingga kedudukannya sama
dengan Pancasila dan Bahasa Indonesia yakni mata pelajaran pembentukan
kepribadian bangsa.
Hal ini diberikan adalah untuk memberi bekal agar anak didik di setiap sekolah
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi
kepribadian mereka yakni yang akan menghantarkan mereka menjadi manusia yang
berakhlak mulia yang mampu menghargai dirinya, keluarganya, masyarakatnya,
malah dapat menjalin hubungan baik dengan semua pemeluk agama termasuk dengan
penduduk yang non-muslim.2
Melalui mata pelajaran agama, perilaku peserta didik diharapkan sesuai dengan
substansi dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa yakni disamping memahami ajaran
agama juga untuk mampu mengamalkannya.Untuk itu, Pemerintah melalui sejumlah
regulasi atau perundangan mangatur penyelenggaraan mata pelajaran agama menjadi
salah satu bidang studi yang wajib di ajarkan pada seluruh jenis, jalur dan jenjag
pedidikan,tanpa kecuali termasuk sekolah umum. Berkenaan dengan itu, maka
pendidikan agama Islam disekolah umum dapat dibagi kedalam dua fase, yaitu fase
sebelum kemerdekaan, yakni era pejajahan Belanda dan Jepang, kemudian fase
sesudah kemerdekaan.3
3
Muhammad Darwis Dasopang dalam Al-Rasyidin (ed), Pendidikan dan Psikologi Islam, (Bandung:
Cita Pustaka Media, 2004 ).
pada pengertian paradigma baru pendidikan Islam sebagai subsistem pendidikan
nasional.
Dari uraian tersebut, terlihat jelas bagaimana posisi pendidikan agama di sekolah
umum, di mana Pendidikan Agama merupakan salah satu dari tiga mata pelajaran
wajib yang diajarkan pada sekolah-sekolah. Sebagai konsekuensi dari hal ini adalah
terangkatnya status pendidikan agama tersebut dengan tidak dibedakan lagi dari
pendidikan pada umumnya.
Dalam konsep Islam yang termuat dalam GBPP Pendidikan Agama di sekolah umum
dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam
melalui bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain. Dalam kurikulum sekolah umum (SD, SMP, SMA)
Pendidikan Agama Islam (PAI) dipandang sebagai sebuah mata pelajaran. Di mana
PAI dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok yang terdapat dalam agama Islam. Dari
segi isinya, PAI merupakan mata pelajaran pokok yang yang menjadi salah satu
komponen, dan tidak dapat dipisahkan dari rumpun mata pelajaran yang bertujuan
mengembangkan moral dan kepribadian peserta didik.4
4
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1990).
Problematika yang muncul dari internal siswa cenderung lebih mudah untuk
ditangani. Karena guru bisa memilah dan memilih materi apa yang tepat diajarkan
kepada peserta didik di level belajar tertentu. Kurikulum juga termasuk dalam
problematika yang bersumber dari internal, kurikulum dianggap sebagai pedoman
dalam setiap proses belajar mengajar.
Kuriulum PAI yang digunakan disekolah cenderung memiliki kompetensi yang tidak
terlalu luas, lebih-lebih lagi guru PAI seringkali terpaku pada kurikulum yang tidak
terlalu komprehensif tersebut. Selain itu, kurikulum PAI lebih cenderung menjelaskan
persoalan-persoalan teoretis agama yang bersifat kognitif dan amalan-amalan ibadah
praktis. Padahal PAI seharusnya diaplikasikan dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Kurikulum adalah salah satu komponen operasional pendidikan agama islam sabagai
sistem materi atau disebut juga sebagai kurikulum. Jika demikian, maka materi yang
disampaikan oleh pendidikan (khususnya pendidik agama islam) hendaknya mampu
menjabarkan seluruh materi yang terdapat di dalam buku dan tentunya juga harus
ditunjang oleh buku pegangan pendidik lainnya agar pengetahuan anak didik tidak
sempit.
Disamping itu materi yang diberikan harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak
didik dan tujuan pembelajaran. Sesuai dengan pernyataan Nur Uhbiyati mengenai
definisi kurikulum, bahwa kurikulum adalah sejumlah pengalaman pembelajaran,
kebudayaan sosial, olah raga dan kesenian yang tersedia di sekolah bagi anak didik
dan tujuan didik di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk
perkembangan menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka
sesuai dengan tujuan pembelajaran.5
Permasalahan yang bersumber dari eksternal cenderung lebih kompleks dan menuntut
banyak kerja keras untuk bisa menyelesaikanya.
1. Faktor ekternal
Dalam paradigma pendidikan islam, peserta didik merupakan orang yang belum
dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu
dikembangkan.
5
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: C.V. Pustaka Setia, , 1997) 75.
merupakan ukuran dari keberhasilan suatu pendidikan. Masyarakat selalu menilai
keberhasilan pendidikan dari output yang berasal dari siswa. Problematika yang
muncul drai peserta didik adalah umumnya siswa yang telah belajar selama 12 tahun
(SD, SMP, dan SMA), yang mana mata pelajaran agama hanya diajarkan dua jam
saja dalam satu minggu, masih banyak yang belum bisa membaca Al-Qur’an dengan
baik dan benar, tidak menjalankan kewajiban sholat secra rutin, tidak beribadah puasa
di bulan Ramadhan, dan yang paling penting adalah kurang bisa berprilaku secara
benar.6
Peserta didik dalam suatu lembaga pendidikan tentu berasal dari latar belakang
kehidupan beragama yang berbeda-beda. Ada siswa yang berasal dari keluarga yang
taat beragama, namun ada juga yang berasal dari keluarga yang kurang taat
beragama, dan bahkan ada yang berasal dari keluarga yang tidak peduli dengan
agama. Bagi anak didik yang berasal dari keluarga yang kurang taat atau tidak peduli
terhadap agama, perlu perhatian yang serius. Sebab jika tidak, maka anak didik tidak
akan peduli terhadap pendidikan agama, lebih parah lagi mereka menganggap remeh
pendidikan agama. Sikap ini akan sangat berbahaya, meskipun demikian, tentu ada
faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik seperti; minat belajar, keluarga,
lingkungan, dan lain sebagainya.
Masalah yang paling memprihatinkan adalah tentang etika dan akhlaq siswa. Karena
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh dari Swiss, yang telah melakukan
penelitian di sebelas negara tentang faktor-faktor yang meletarbelakangi menurunya
ekonomi bangsa. Menurutnya, diantara faktor yang paling mempengaruhi adalah
akhlaq.7
2. Guru / Pendidik
Peran guru sangat penting dalam proses pendidikan. Bahkan ada lelucon yang
mengatakan andaikan pak Mendiknas dan Kabid Mapenda tidak masuk kantor,
sedangkan guru tetap masuk dan mengajar, maka pendidikan akan tetap berjalan,
7
Fadhil al-Jamali, Menerabas Krisis Pendidikan Dunia Islam, (Jakarta: Golden Terayon Press, 1981),
cet ke-1, 103. Yang dikutip oleh Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta, PT.
RajaGrafindo Persada, 2004), 169-170.
akan tetapi ketika pak Mendiknas dan Kabid Mapenda masuk kantor sedangak guru
tidak masuk, maka KBM tidak berjalan dengan baik.8
Meskipun guru memegang peranan yang sangat sentral dalam pendidikan, guru juga
bisa menjadi sumber problem pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam.
Problematika tersebut mencakup pola prilaku guru agama yang kadang kurang bisa
mencerminkan agama. Selain itu, seorang guru juga bisa menimbulkan permasalahan,
sebagaimana penulis kutip dari jurnal Islamic Studies And Islamic Education In
Contemporary Southeast Asia : Other problems have to do with teacher competence,
curriculum, instructional materials and infrastructure..Beberapa guru memang dalam
praktisnya tidak terlalu menguasai materi yang diajarkan, terutama di sekolah-sekolah
swasta di daerah, hal ini tetntu akan menimbulkan persoalan, karena pendidikan
agama idealnya dipegang oleh ahli dibidangnya. Hal senada juga dikemukakan oleh
Muhaimin dan Suti’ah yang mengutip pendapat Towaf. Bahwa guru juga memiliki
andil dalam munculnya problematika. Yakni metode yang digunakan cenderung
monoton, sehingga siswa kurang antusias dalam belajar PAI.9
Situasi dan kondisi di dalam keluarga dan lingkungan sosial sedikit banyak pasti
berimbas pada siswa yang kemudian banyak memunculkan permasalahan. Keluarga
menjadi faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan dan kegagalan
siswa di semua aspek kehidupan seseorang, termasuk pada permasalahan pendidikan.
PAI akan semakin bermasalah ketika sering dijumpainya orang tua yang kurang
memperhatikan pendidikan agama anaknya, hal ini tidak hanya terjadi di perkotaan
8
Muhaimin, Pemikiran, 162.
9
Muhaimin & Suti’ah, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama Islam
Di Sekolah, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2002), 90.
saja, di pedesaan juga banyak ditemukan orang tua yang kurang memberi perhatian
serta tidah memberikan contoh bagaimana PAI dalam aplikasinya sehari-hari.
Lingkungan hidup siswa juga sangat brengaruh terhadap siswa. Ketika lingkungan
sosialnya merupakan lingkungan yang tingkat religiusnya tinggi, maka siswa akan
lebih memahami aplikasi PAI yang sesungguhnya, akan tetapi ketika lingkunga
sosialnya kurang memberi perhatian pada agama, maka secara otomatis anak didik
hanya akan menganggapa PAI hanya sekedar mata pelajaran di sekolah sebagaimana
mata pelajaran lain seperti IPA, IPS dan Bahasa Indonesia.
4. Politik
Politik juga memegang peranan dalam hal menyelesaiakan dan menemukan solusi
dalam dunia pendidikan, tidak hanya pendidikan agama, akan tetapi semua aspek dan
problematika pendidikan. Keadaan politik yang stabil maka akan berimplikasi bai
disemua aspek kehidupan. robematika pendidikan PAI bisa muncul di segala aspek
eksternal lainya, seperti, metode mengajar, fasilitas belajar, sarana dan prasarana.
Akan tetapi permasalahan yang mungkin muncul di semua aspek tersebut bisa
ditutupi dengan guru yang senantiasa bisa memanage sebaik mungkin. Aspek-aspek
tersebut bisa menjadi masalah jika seorang guru tidak berhasil untuk
menyembunyikan kekurangan dimana-mana dengan kesempurnaaan performa
seorang guru.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. Saran
Penulis menyadari makalah ini mungkin masih jauh dari kata sempurna.Akan tetapi
bukan berarti makalah ini tidak berguna. Besar harapan yang terpendam dalam hati
semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih pada suatu saat terhadap makalah
tema yang sama. Dan dapat menjadi referensi bagi pembaca serta menambah ilmu
pengetahuan bagi kita semua. Kemudian mari kita banyak mempelajari semaksimal
mungkin mengenai Mata Pelajaran PAI di Sekolah dan Perguruan Tinggi Umum dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA