Anda di halaman 1dari 18

PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DALAM MEMBENTUK PRIBADI ANAK

Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir


Semester Mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam

Dosen pengampu : H. Imam Sibaweh, M.Si

Di susun oleh :
Laila Mufida (211106310)
Dhea Septiana (211106293)

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


STAI AL-AZHAR PEKANBARU
RIAU
2022/2023
ABSTRAK
Tulisan ini akan membahas tentang peran pedidikan agama Islam di dalam
pembentukan karakter anak. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu pilar
pendidikan karakter yang paling utama. Pendidikan karakter akan tumbuh dengan baik
jika dimulai dari tertanamnya jiwa keberagamaan pada anak, oleh karena itu pendidikan
agama islam menjadi salah satu penunjang pendidikan karakter. Melalui pembelajaaran
agama islam diajarkan aqidah sebagai dasar keagamaannya, diajarkan al-Quran dan hadis
sebagai pedoman hidupnya, diajarkan fiqih sebagai rambu-rambu hukum dalam
beribadah, mengajarkan sejarah Islam sebagai sebuah keteladan hidup, dan mengajarkan
akhlak sebagai pedoman prilaku manusia apakah dalam kategori baik ataupun buruk.
Oleh sebab itu, tujuan utama dari Pembelajaran pendidikan agama islam adalah
pembentukan kepribadian pada diri anak yang tercermin dalam tingkah laku dan pola
pikirnya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, maka dapat dipahami bersama
bahwa pentingnya pendidikan agama Islam dalam hubungan keluarga untuk membentuk
pribadi anak, karena pendidikan agama Islam itu memiliki dasar moral, kemasyarakatan,
dan psikologi yang dapat mengarahkan dan memberi petunjuk yang meliputi aspek
kehidupan di dunia dan akhirat. Disamping seseorang dapat memiliki suatu kepribadian
yang mulia di sisi Allah SWT.

Kata kunci : Pendidikan karakter, Pendidikan Agama Islam.


KATA PENGANTAR

Bissmillahirahmanirrahim

Alhamdulillahi Robbil’alamin, Dengan mengucapkan terima kasih dan rasa


syukur kehadhirat Allah swt. Yang telah melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya
sehingga kami telah dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Golongan
Wahabi”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah atas baginda Nabi Besar
Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir
zaman nanti.
Dan tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Imam
Sibaweh, M. Pd.I selaku dosen mata kuliah Ilmu pendidikan islam dan juga
Terimakasih kepada rekan-rekan yang telah membantu sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah Ini. Dalam penyelesaian makalah ini penulis merasa
masih sangat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
Bapak/Ibu Dosen dan para rekan-rekan sekalian agar kami dalam menyelesaikan
makalah-makalah yang selanjutnya dapat lebih baik lagi. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi sekalian pembaca.

Kampar, 30 Desember, 2022

Laila Mufida
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam merupakan unsur penting dalam suatu lingkungan
keluarga, sebab hal ini mengandung petunjuk yang meliputi segi kehidupan,
karena setiap orang akan mendapatkan kesejahteraan hidup baik d dunia maupun
di akhirat. Di samping itu dapat terarahkan dan menumbuhkan kemampuan
beribadah dan membina sikap hidup secara Islami, baik diri sendiri maupun untuk
keluarga dalam pembentukan pribadi anak.
Dengan demikian, pendidikan agama Islam dilaksanakan berdasarkan atas
dasar moral kemasyarakatan dan psikologis yaitu menghendaki agar keluarga dan
manusia lainnya dapat hidup secara seimbang dan harmonis dalam suasana dunia
yang penuh saling pengertian, dan isi mengisi, sehingga tercapai kehidupan
sakinah, ketenteraman jiwa dan kenyamanan dalam lingkungan keluarga.
Sehubungan dengan itu, Yahya (2006:10) mengemukakan bahwa Pendidikan
Agama Islam adalah pembimbingan, pendidikan yang ditujukan untuk mengajak
anak agar memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya, yang
dilakukan dengan pemberian pengertian pembiasaan keteladanan, menciptakan
suasana yang agamais sehingga anak tersebut tampil sebagai orang yang beriman
dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Berdasarkan pengertian tersebut diatas, maka dipahami bahwa pendidik-an
agama Islam pada dasarnya adalah merupakan upaya pembinaan dan
pengembangan potensi manusia agar tujuan kehadirannya di dunia ini sebagai
hamba Allah dan sekaligus sebagai khalifah Allah, serta beramal sebaik mungkin.
Karenanya pendidikan agama Islam adalah merupakan pengenalan dan pengakuan
yang secara berangsur-angsur ditanamkan dalam diri manusia terutama dalam
lingkungan keluarga untuk membentuk pribadi anak dalam tatanan wujud
pembinaan-nya, sehingga hal ini membimbing kearah pengenalan dan pengakuan
Tuhan yang tepat.
Rahman (1997:26) mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam ialah
bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang
secara maksimal dengan ajaran agama Islam. Sedang bila diurai secara terpisah
mengenal pendidikan agama Islam, maka dapat kita pahami bahwa suatu disiplin
dan berbagai bagian komponen. Seiring dari itu Hamdani (1986:8)
mengemukakan bahwa "Pendidikan dalam anti umum mencakup segala usaha dan
perbuatan dan generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya,
kecakapannya, serta keterampilannya kepada anak atau generasi muda untuk
memungkinkannya, melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama,
dengan sebaik-baiknya.
Disinilah tergambarkan bagaimana peranan pendidikan agama Islam dalam
membentuk pribadi anak sehingga diharapkan oleh keluarga dan guru dapat
membina dan mengarahkan serta memotivasi kepada anak, agar benar-benar
menjadi anak berkepribadian yang baik. Hal ini seiring dengan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:7) menyatakan
bahwa: "Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa".
Dengan demikian, pendidikan agama Islam disini diartikan sebagai upaya
sadar yang dilakukan oleh mereka yang memiliki tanggung jawab terhadap
pembinaan, bimbingan, pengembangan serta pengarahan potensi yang dimiliki
anak agar mereka dapat berfungsi dan berperan sebagaimana hakekat kejadiannya.
Begitu pentingnya pendidikan agama Islam dalam lingkungan keluarga dalam
rangka pembentukan pribadi anak. Maka dengan dasar itu penulis berpendapat
bahwa dengan melalui pendidikan Agama Islam dalam lingkungan keluarga,
maka dapatlah terbentuk pribadi anak. Namun realita menunjukkan bahwa
pendidikan agama Islam dalam lingkungan keluarga belum terlaksana secara
memadai sebagaimana yang diharapkan dalam pembentukan pribadi anak.
Dan dibuktikan beberapa fenomena dikalangan masyarakat, yaitu masih ada
ditemukan di dalam lingkungan keluarga belum memberikan perhatian kepada
pendidikan agama Islam sehingga anaknya yang usia sekolah kurang memahami
seluk beluk tentang ajaran agama sendiri, masih ada orang dan guru kurang peduli
terhadap pendidikan agama Islam pada lingkungan keluarganya, sehingga
pembentukan pribadi anaknya yang usia sekolah kurang memadai. Bahkan ada
dalam lingkungan keluarga tidak mengenal bagaimana sebenarnya agama Islam
yang dianutnya, sehingga anaknya pun tidak memahami ajaran agamanya sendiri.
Dengan demikian, penulis meng-ambil suatu kepedulian untuk meng-uraikan
persoalan tersebut dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan berjudul: "Pentingnya
Pendidikan Agama Islam dalam Lingkungan Keluarga Membentuk Pribadi
Anak".
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas, maka penulis dapat
mengemukakan suatu rumusan masalah sebagai berikut: "Bagaimana pentingnya
pendidikan agama Islam untuk membentuk karakter pribadi anak?"
C. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam penulisan pada karya tulis ilmiah ini adalah
bagaimana pentingnya pendidikan agama Islam untuk membentuk karakter
pribadi anak.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dan Dasar Pendidikan Agama Islam


1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Dalam memahami hakikat tentang pendidikan agama Islam, maka penulis
menguraikan secara rinci mengenai arti dan pengertian pendidikan agama Islam.
Lukman, dkk (1993:232) dijelaskan bahwa "Pendidikan adalah proses
pengubahan dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan".
Menurut Muhibbin Syah (1995:10) bahwa "Pendidikan dapat diartikan sebagai
proses dengan metode-metode tertentu, sehingga orang memperoleh pengetahuan,
pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan".
Di samping pengertian tersebut di atas, ada juga sebagian orang memahami
arti pendidikan sebagai pengajaran karena pendidikan pada umum-nya selalu
membutuhkan pengajaran. Karena itu setiap orang berkewajiban mendidik (seperti
guru clan orang tua)^ tentu harus melakukan perbuatan mengajar. Padahal
mengajar pada umumnya diartikan secara sempit dan formal sebagai kegiatan
menyampaikan materi pelajaran kepada anak di sekolah agar ia menerima dan
menguasai materi pelajaran tersebut dan dengan kata lain agar anak di sekolah
tersebut memiliki ilmu pengetahuan.
Selanjutnya "Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993:10) ialah
"sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan ajaran dan
kewajiban-kewajibannya yang bertalian dengan kepercayaan itu".
Para ulama berpendapat bahwa kata agama berasal dan bahasa Arab, yang
berarti pendirian. Karena itu beragama berarti orang yang tidak kacau dalam
hidupnya, karena ia menempuh jalan/aturan atau ajaran dengan pendirian yang
kokoh kuat.
Sedangkan Islam menurut Kamus Bahasa Indonesia (1993:388) ialah ajaran yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, berpedoman pada kitab suci Al Qur'an
yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT atau Islam berarti
keselamatan". Menurut Lawrence (2004:7) bahwa Islam adalah sistem keagamaan
yang luas dan kompleks, yang tidak hanya dibentuk oleh berbagai dalil metafisik
dan tuntutan etika, melainkan juga oleh kondisi-kondisi pemerintahan modern".
Berdasarkan dari itu, maka agama Islam menurut Abdul Malik, dkk (2005:2)
ialah petunjuk yang meliputi seluruh segi kehidupan setiap manusia untuk
mendapatkan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat".
Selanjutnya pendidikan agama Islam adalah sesuatu yang menumbuhkan
kemampuan dan membina sikap hidup secara islami, baik untuk sendiri maupun
untuk orang lain.
2. Dasar Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam dilaksanakan berdasarkan atas:
1) Dasar moril yaitu menghendaki agar ukuran baik dan buruk, benar dan
salah itu tidak diombangambingkan oleh ukuran yang dapat berubah-ubah karena
pengertian nilai dunia. Hal ini berdasarkan pada dalil Naqli dan Al-Qur'an Surah
Al-Baqarah 197 dan 216 yang artinya; "Kebenaran itu dan Tuhanmu, sebab itu
janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu". "Boleh jadi kamu
membenci sesuatu padahal la amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu
menyukai sesuatu, padahal la amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedangkan
kamu tidak mengetahui".
2) Dasar kemasyarakatan yaitu menghendaki agar manusia dimuka bumi ini
memiliki pandangan hidup kemasyarakatan yang positif. Hal ini sehubungan
dengan firman Allah SWT dalam Al Qur'an Surah Al-Hujurat ayat 10-13 yang
artinya: "Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu
mendapat rahmat". "Hal manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal".
Dasar psikologis yaitu menghendaki agar manusia dapat hidup seimbang dan
harmonis dalam suasana dunia yang penuh saling pengertian dan isi mengisi,
sehingga tercapai kehidupan sakinah, ketentraman jiwa dan kenyamanan.
Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam Al Qur'an Surah
Luqman ayat 13 yang artinya; "Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada
anaknya, diwaktu dia memberikan pelajaran kepadanya". Hal anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah
benar-benar kedzaliman yang besar.
3. Tujuan Pendidikan Tujuan
pendidikan yang terpenting adalah mengarahkan arak didik agar memperoleh
hikmah kebijaksanaan hidup berdasarkan Islam. Sehubungan dengan itu,
Zainuddin, dkk (1990:44) mengemukakan bahwa tujuan utama pendidikan adalah
membentuk akhlak yaitu menghendaki kerohanian, keutamaan jiwa, kemuliaan
akhlak dan kepribadian kuat, itu merupakan tujuan utama dan pendidikan bagi
kalangan manusia muslim, karena akhlak adalah aspek fundamental dalam
kehidupan seseorang, masyarakat, maupun suatu negara.
Maksud pendapat tersebut, tujuan anak di sekolah mempelajari segala ilmu
pengetahuan pada dasarnya hendak mendapatkan kesempurnaan dan keutamaan
jiwanya. Sehingga sebaiknya antara ilmu dan amal harus seimbang dan saling
melengkapi, searah dan setujuan sehingga dapat tercapai keharmonisan antara
ilmu dan amal perbuatan.
Selanjutnya tujuan pendidikan yakni untuk mencapai kebahagiaan di dunia
dan diakhirat. Karena itu tujuan manusia itu tergabung dalam agama dan dunia.
Agama tidak akan terakhir melainkan dengan terahirnya dunia, dan dunia adalah
tempat menyebar benih bagi akhirat dan sebagai sarana untuk mendekatkan diri
kepada Allah bagi orang yang ingin mengambilnya menjadilah alat dan tempat
tinggal. Harus dipahami bahwa semua pendidikan termasuk pendidikan agama
Islam dimaksudkan untuk membawa si anak agar la selalu berbakti kepada
Tuhannya, selalu hidup menuruti dan sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh
agamanya. Tujuan pendidikan menurut Deway dalam buku ilmu pendidikan
teoritis dan praktis oleh Ngalim Purwanto (2002:24) adalah membentuk manusia
untuk menjadi warga negara yang baik".
Untuk itulah, anak harus di didik untuk menjadi orang yang dapat menuruti
pimpinan dan dapat memberikan pimpinan itu menjadi seorang yang ahli dalam
suatu teknik, perindustrian dan keluhuran akhlak. Jelasnya pendidikan hendaknya
mempersiapkan anak untuk hidup di dalam masyarakat secara harmonis. Jadi
perlu dipahami benar bahwa setiap usaha mesti mengandung tujuan, dan setiap
orang yang terlibat dalam suatu usaha haruslah mengarahkan segala upaya untuk
mencapai tujuan tersebut secara efektif dan efisien.
Berdasarkan itu, kita pahami bahwa agama Islam yang diyakini mempunyai
misi sebagai "Rahmatan lil alamin", tentunya mempunyai nilai-nilai dan
prinsipprinsip dasar yang bersifat universal, yang mempunyai daya dan
kemampuan untuk membimbing mengarahkan, mengontrol dengan
mengendalikan faktor-faktor potensial dan pertumbuhan dan perkembangan
sistem budaya dan peradaban modern. Dengan mengemukakan tujuan-tujuan
tersebut, maka nampaklah karakteristik dan pendidikan Islam yang selama ini
dikembangkan termasuk dikalangan anak.

B. Pendidikan Karakter
Istilah karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah etika, ahlak,
dan atau nilai dan berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi “positif” bukan
netral. Oleh karena itu Pendidikan karakter secara lebih luas dapat diartikan
sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai budaya dan karakter bangsa pada
diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter
dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya sebagai anggota
masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif.
Konsep tersebut harus disikapi secara serius oleh pemerintah dan masyarakat
sebagai jawaban dari kondisi riil yang dihadapi bangsa Indonesia akhir-akhir ini
yang ditandai dengan maraknya tindakan kriminalitas, memudarnya nasionalisme,
munculnya rasisme, memudarnya toleransi beragama serta hilangnya religiusitas
dimasyarakat, agar nilai- nilai budaya bangsa yang telah memudar tersebut dapat
kembali membudaya ditengah-tengah masyarakat. Salah satu upaya yang dapat
segera dilakukan adalah memperbaiki kurikulum dalam sistem pendidikan
nasional yang mengarahkan pada pendidikan karakter secara nyata.
Didalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional sebenarnya pendidikan karakter menempati posisi yang penting, hal ini
dapat kita lihat dari tujuan pendidikan nasional yang menyatakan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Namun selama ini proses pembelajaran yang terjadi hanya menitik beratkan
pada kemampuan kognitif anak sehingga ranah pendidikan karakter yang
tercantum dalam tujuan pendidikan nasional tersebut hanya sedikit atau tidak
tersentuh sama sekali. Hal ini terbukti bahwa standar kelulusan untuk tingkat
sekolah dasar dan menengah masih memberikan prosentase yang lebih banyak
terhadap hasil Ujian Nasional daripada hasil evaluasi secara menyeluruh terhadap
semua mata pelajaran.
Pendidikan karakter bukanlah berupa materi yang hanya bisa dicatat dan
dihafalkan serta tidak dapat dievaluasi dalam jangka waktu yang pendek, tetapi
pendidikan karakter merupakan sebuah pembelajaran yang teraplikasi dalam
semua kegiatan siswa baik disekolah, lingkungan masyarakat dan dilingkungan
dirumah melalui proses pembiasaan, keteladanan, dan dilakukan secara
berkesinambungan. Oleh karena itu keberhasilan pendidikan karakter ini menjadi
tanggung jawab bersama antara sekolah, masyarakat dan orangtua.
Evaluasi dari Keberhasilan pendidikan karakter ini tentunya tidak dapat dinilai
dengan tes formatif atau sumatif yang dinyatakan dalam skor. Tetapi tolak ukur
dari keberhasilan pendidikan karakter adalah terbentuknya peserta didik yang
berkarakter; berakhlak, berbudaya, santun, religius, kreatif, inovatif yang
teraplikasi dalam kehidupan disepanjang hayatnya.
Oleh karena itu tentu tidak ada alat evaluasi yang tepat dan serta merta dapat
menunjukkan keberhasilan pendidikan karakter. Konfigurasi karakter sebagai
sebuah totalitas proses psikologis dan sosial-kultural dapat dikelompokan dalam:
Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual
development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development),
dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Keempat proses
psikososial (olah hati, olah pikir, olah raga, dan olahrasa dan karsa) tersebut
secara holistik dan koheren memiliki saling keterkaitan dan saling melengkapi,
yang bermuara pada pembentukan karakter yang menjadi perwujudan dari nilai-
nilai luhur.
Pendidikan karakter menjadi salah satu akses yang tepat dalam melaksanakan
character building bagi generasi muda; generasi yang berilmu pengetahuan tinggi
dengan dibekali iman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung- jawab.
C. Pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Pribadi
Anak
Dalam rangka membentuk pribadi anak melalui pendidikan agama Islam dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Menciptakan lingkungan yang mendidik
lingkungan pergaulan sangat berpengaruh pada pembentukan kepribadian
seseorang pada umumnya lebihlebih bagi anak sekalipun anak-anak diberikan
pendidikan yang baik, apabila lingkungan pergaulannya tidak mendukung, maka
mubazirlah upaya pendidikan yang diberikan. Tidak sedikit anak-anak yang di-
bangku sekolah senantiasa digembleng dengan segudang materi pendidikan yang
baik-baik, mereka ternyata tidak memiliki kepribadian yang baik lantaran
lingkungan pergaulan mereka yang tidak mendukung, sangat berteman dengan
anak-anak yang berahlak tercela.
Maka setiap keluarga dari pintu kelas, setiap kali itu pula materi yang
diberikan di dalam kelas terhanyut dan terkesampingkan sama sekali. Demikian
halnya dengan pendidikan di dalam keluarga. Pihak orang tua begitu gencarnya
dalam mengajarkan kebaikan demi kebaikan. Tetapi apabila lingkungan keluarga
itu sendiri bertolak belakang dengan apa yang gencar ditiupkan pihak luar dan
teman bermainnya tidak mendukung, maka sia-sialah semua itu. Maka dalam
upaya mendidik anak, orang tua hendaknya pandai-pandai menciptakan
lingkungan pergaulan yang mendidik, mulai dari lingkungan pergaulan di dalam
keluarga itu sendiri, lingkungan pergaulan dengan teman sepermainan, sampai
dengan lingkungan pergaulan anak di sekolah.
Menciptakan lingkungan yang mendidik di dalam keluarga harus dimulai dari
orang tua itu sendiri, anak-anak yang ada di dalam rumah tangga atau keluarga
dan seluruh anggota keluarga termasuk pembantu sekalipun. Semuanya harus
dikondisikan sedemikian rupa, sehingga semua individu yang ada saling
mendukung demi terbentuknya pribadi anak yang saleh termasuk pribadi-pribadi
orang dewasa itu sendiri.
Sehubungan dengan itu, Nipan (2000:27) mengemukakan bahwa kewajiban
dan tanggung jawab orang tua atau keluarga terhadap anak adalah:
(1) merawat dengan penuh kasih sayang,
(2) mendidik dengan baik dan benar,
(3) memberikan nafkah yang halal dan baik.
Ketiga kewajiban dan tanggung jawab tersebut hendaklah dilakukan secara
konsekuen oleh para orang tua atau keluarga muslim sebagai ungkapan syukur
kepada Allah SWT yang telah mengaruniakan dan mengamanatkan anak kepada
mereka.
Terkait dari uraian tersebut, maka Thalib (1996:116) menjelaskan bahwa
akhlak berisi dua unsur, yaitu sikap dan sifat, sikap mencakup penampilan
lahiriyah, sedang sifat meliputi isi batin atau isi hati.
Seseorang akan bersikap terpuji apabila batin atau hatinya bersih dan mulia.
Bilamana sikapnya berlainan dengan si hati, maka perangai semacam ini disebut
munafik. Kemunafikan seseorang dapat dikenal dengan mudah bilamana motivasi
bersikap dan bersifat terpuji semata-mata mencari kepentingan duniawi, bukan
menegakkan akhlak yang diridhoi oleh Allah. Sikap baik tetapi dilakukan dengan
hati tidak bersih dan jujur, bukanlah akhlak yang diridhoi oleh Allah. Jadi, jika
seseorang ingin merealisasikan keridhoan Allah dalam kehidupannya, maka dalam
bersikap dan penampilannya, maka dalam bersikap dan menampilkan sifat-sifat
terpuji berlaku secara berkesinambungan dan tetap. Ia tidak tergoyahkan karena
makian orang ataupun pujian orang. Akhlak ditegakkan dalam meniti keridhaan
Allah semata-mata meng-harapkan ganjaran dan pahala di akhirat.
2. Menciptakan Akhlak yang baik
Akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan
dengan mudah dan spontan, tanpa dipikir dan direnungkan lagi (Tim Dosen IKIP
Ujung Pandang, 1998:54). Dipahami bahwa akhlak pada dasarnya melekat dalam
din seseorang dalam bentuk prilaku atau perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu
buruk, maka itu disebut akhlakul mahmudah.
Akhlak tidak terlepas dan aqidah dan syariah, karena itu akhlak merupakan
pula tingkah laku yang baik yang mengakumulasikan aspek keyakinan dan
ketaatan pada norma serta tergambarkan dalam perilaku yang baik. Akhlak
merupakan perilaku yang tampak dengan jelas, baik dalam kata-kata maupun
perbuatan yang di motivasi oleh dorongan karena Allah atau ikhlas.
Sasaran akhlak melalui pen-didikan agama Islam dalam lingkungan keluarga
untuk membentuk pribadi anak, hal ini tidak semata-mata kelakuan yang nampak
atau lahiriyah tetapi banyak aspek yang berkaitan dengan sikap batin ataupun
pikiran seperti akhlak diniyah yang berkaitan dengan berbagai aspek, yaitu pola
perilaku kepada Allah, sesama manusia.
Akhlak yang baik kepada Allah yaitu bertingkah laku yang terpuji terhadap
Allah SWT, baik melalui ibadah langsung kepada Allah, seperti shalat, puasa dan
sebagainya maupun melalui perilaku-perilaku tertentu yang mencerminkan
hubungan atau komunikasi dengan Allah diluar ibadah.
Kepribadian yang baik pada anak usia sekolah atau berakhlak baik seperti
(1) syukur
yaitu mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah
diberikan-Nya, ungkapan rasa syukur dilakukan dengan kata-kata dan perilaku.
Ungkapan dalam bentuk kata-kata adalah dengan mengucapkan hamdalah setiap
saat sedangkan bersyukur dengan perilaku adalah menggunakan nikmat Allah
sesuai dengan semestinya, misalnya menggunakan mata untuk melihat hal-hal
yang baik, seperti membaca, mengamati alam dan sebagainya yang mendatangkan
manfaat,
(2) bertasbih
yaitu mensucikan Allah dengan ucapan yaitu memperbanyak mengucapkan
Subhanallah (Maha suci Allah) serta menjauhkan perilaku yang dapat mengotori
nama Allah yang maha suci,
(3) Istigfar
yaitu meminta ampun kepada Allah atas segala dosa yang pernah diperbuat
dengan mengucapkan Astagfirullah adzim (aku memohon ampun kepada Allah
Yang Maha Agung). Sedangkan istigfar melalui perbuatan dilakukan dengan cara
tidak mengulangi dosa atau kesalahan yang dilakukan itu,
(4) Takbir
yaitu mengucapkan Allah dengan membaca Allahu Akbar (Allah Maha
Besar). Mengagungkan Allah melalui perilaku ialah mengagungkan nama-Nya
dalam segala hal, sehingga tidak menjadikan sesuatu melebihi keagungan Allah.
Tidak mengagungkan yang lain melampaui keagungan Allah dalam berbagai
konteks kehidupan, baik melalui kata-kata maupun tindakan,

(5) Doa
yaitu meminta kepada Allah apa saja yang diinginkan dengan mengemukakan
keinginan yang diharapkan itu dengan cara sebagaimana yang dicontohkan oleh
Rasulullah. Doa adalah pembuktian kelemahan manusia dihadapan Allah karena
itu berdoa merupakan Intl dan ibadah.
Orang yang tidak suka berdoa adalah orang yang sombong, sebab itu ia tidak
mengakui kelemahan dirinya dihadapan Allah. Sedangkan pola perilaku terhadap
manusia terdiri dari perilaku terhadap diri sendiri, sesama manusia akhlak kepada
diri sendiri adalah menyayangi diri sendiri dengan menjaga diri dari perbuatan
yang buruk. Berakhlak kepada diri sendiri banyak dilakukan dengan cara menjaga
dan memelihara hati agar memiliki perasaan kita agar selalu ikhlas dan berhati
bersih. Membersihkan hati berupa menahan dan mengendalikan keinginan-
keinginan atau dorongan-dorongan hati yang terbawa oleh teriakan keburukan.
Hati yang bersih akan melahirkan ucapan dan perilaku yang baik yang
merupakan gambaran akhlak atau kepribadian yang baik. Ucapan yang baik
digambarkan dan dirinya sendiri, perilaku yang baik ditampakkan dalam gerak-
gerik dan tingkah laku yang santun.
3. Mengharapkan Ridho Allah
Mendidik anak yang usia sekolah merupakan usaha membentuk dan
mengembangkan pribadi anak, sehingga semua potensi anak dan menyelamatkan
aqidah Islamiyah yang dibawanya sejak lahir. Dan usaha yang demikian tidak lain
hanyalah semata-mata merupakan ikhtiar manusia belaka, karena setiap muslim
diwajibkan berikhtiar. Sementara berjalannya takdir yang menentukan berhasil
atau tidaknya ikhtiar manusia adalah mutlak berada di tangan Allah SWT.
Manusia termasuk didalamnya para orang tua atau keluarga muslim, tidak
mungkin mampu berubah takdir ilahi. Manusia hanya berkewajiban berikhtiar,
dan Allahlah yang mentakdirkan segala sesuatunya. Apa yang dikuasai keseharian
manusia tidak lain hanyalah berjalan pada rel takdir. Seiring dengan itu Rasulullah
SAW bersabda: 'Setiap sesuatu dimudahkan sesuai dengan takdir penciptaan-Nya'
(HR. Ahmad Al Bukhari).
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa lembaga pendidikan keluarga
merupakan lembaga pendidikan anak yang langsung ditangani oleh pihak keluarga
untuk membentuk pribadinya terutama pada usia sekolah.
Samsul (200221) mengemukakan dua hal penting dalam hubungan-nya
dengan pendidikan agama Islam yaitu:
a. Karena manusia adalah makhluk yang merupakan dua komponen (materi
dan imateri), maka konsepsi itu menghendaki proses pembinaan yang mengacu ke
arah relaksasi dan pengembangan komponen-komponen tersebut.
b. Fungsi penciptaan manusia di alam ini adalah sebagai khalifah yang harus
memiliki pribadi yang baik. Karena itu untuk melaksanakan fungsi dan Allah
SWT membekali manusia dengan seperangkat potensi.
Dalam konteks ini, maka pendidikan agama Islam harus merupakan upaya
yang ditujukan ke arah pengembangan potensi yang dimiliki manusia secara
maksimal, sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk konkret mengenai pribadi
anak yang berhubungan dengan pendidikan agama Islam.
D. Pembentukan Karakter Anak sebagai tujuan Pendidikan dalam Islam
Konsep pendidikan karakter sebenarnya telah ada sejak zaman rasulullah
SAW. Hal ini terbukti dari perintah Allah bahwa tugas pertama dan utama
Rasulullah adalah sebagai penyempurna akhlak bagi umatnya. Pembahasan
substansi makna dari karakter sama dengan konsep akhlak dalam Islam, keduanya
membahas tentang perbuatan prilaku manusia.
Al-Ghazali menjelaskan jika akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam
jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa
perlu adanya pemikiran dan pertimbangan. Suwito menyebutkan bahwa akhlak
sering disebut juga ilmu tingkah laku atau perangai, karena dengan ilmu tersebut
akan diperoleh pengetahuan tentang keutamaan-keutamaan jiwa; bagaimana cara
memperolehnya dan bagaiman membersihkan jiwa yang telah kotor. Sedangkan
arti dari Karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau
berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan)
yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku.
Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga,
serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Pembahasan tentang
pengertian dasar antara akhlak dan karakter tersebut diatas mengisyaratkan
substansi makna yang sama yaitu masalah moral manusia; tentang pengetahuan
nilai-nilai yang baik, yang seharusnya dimiliki seseorang dan tercermin dalam
setiap prilaku serta perbuatannya. Prilaku ini merupakan hasil dari kesadaran
dirinya sendiri. Seseorang yang mempunyai nilai-nilai baik dalam jiwanya serta
dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari disebut orang yang
berakhlak atau berkarakter.
Akhlak atau karakter dalam Islam adalah sasaran utama dalam pendidikan.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa hadits nabi yang menjelaskan tentang
keutamaan pendidikan akhlak salah satunya hadits berikut ini: “ajarilah anak-
anakmu kebaikan, dan didiklah mereka”. Konsep pendidikan didalam Islam
memandang bahwa manusia dilahirkan dengan membawa potensi lahiriah yaitu:
(1) potensi berbuat baik terhadap alam
(2) potensi berbuat kerusakan terhadap alam
(3) potensi ketuhanan yang memiliki fungsi-fungsi non fisik.
Ketiga potensi tersebut kemudian diserahkan kembali perkembangannya
kepada manusia. Hal ini yang kemudian memunculkan konsep pendekatan yang
menyeluruh dalam pendidikan Islam yaitu meliputi unsur pengetahuan, akhlak
dan akidah.
Lebih luas Ibnu Faris menjelaskan bahwa konsep pendidikan dalam Islam
adalah membimbing seseorang dengan memperhatikan segala potensi paedagogik
yang dimilikinya, melalui tahapan-tahapan yang sesuai, untuk didik jiwanya,
akhlaknya, akalnya, fisiknya, agamanya, rasa sosial politiknya, ekonominya,
keindahannya, dan semangat jihadnya. Hal ini memunculkan konsep pendidikan
akhlak yang komprehensif, dimana tuntutan hakiki dari kehidupan manusia yang
sebenarnya adalah keseimbangan hubungan antara manusia dengan tuhannya,
hubungan manusia dengan sesamanya serta hubungan manusia dengan lingkungan
disekitarnya.
Akhlak selalu menjadi sasaran utama dari proses pendidikan dalam Islam,
karena akhlak dianggap sebagai dasar bagi keseimbangan kehidupan manusia
yang menjadi penentu keberhasilan bagi potensi paedagogis yang lain. Prinsip
akhlak terdiri dari empat hal yaitu:
1) Hikmah
ialah situasi keadaan psikis dimana seseorang dapat membedakan antara hal
yang benar dan yang salah.
2) Syajaah (kebenaran)
ialah keadaan psikis dimana seseorang melampiaskan atau menahan
potensialitas aspek emosional dibawah kendali akal
3) Iffah (kesucian)
ialah mengendalikan potensialitas selera atau keinginan dibawah kendali akal
dan syariat
4) ‘adl (keadilan)
ialah situasi psikis yang mengatur tingkat emosi dan keinginan sesuai
kebutuhan hikmah disaat melepas atau melampiaskannya.
Prinsip akhlak diatas menegaskan bahwa fitrah jiwa manusia terdiri dari
potensi nafsu yang baik dan potensi nafsu yang buruk, tetapi melalui pendidikan
diharapkan manusia dapat berlatih untuk mampu mengontrol kecenderungan
perbuatannya kearah nafsu yang baik.
Oleh karena itu Islam mengutamakan proses pendidikan sebagai agen
pembentukan akhlak pada anak. Islam selalu memposisikan pembentukan akhlak
atau karakter anak pada pilar utama tujuan pendidikan. Untuk mewujudkan
pembentukan akhlak pada anak al Ghazali menawarkan sebuah konsep pendidikan
yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah. Menurutnya mendekatkan diri
kepada Allah merupakan tolak ukur kesempurnaan manusia, dan untuk menuju
kesana ada jembatan yang disebut ilmu pengetahuan.
Ibn miskawaih menambahkan tidak ada materi yang spesfik untuk
mengajarkan akhlak, tetapi materi dalam pendidikan akhlak dapat
diimplementasikan ke dalam banyak ilmu asalkan tujuan utamanya adalah sebagai
pengabdian kepada Tuhan. Pendapat diatas menggambarkan bahwa akhlak
merupakan pilar utama dari tujuan pendidikan didalam Islam, hal ini senada
dengan latar belakang perlunya diterapkan pendidikan karakter disekolah; untuk
menciptakan bangsa yang besar, bermartabat dan disegani oleh dunia maka
dibutuhkan good society yang dimulai dari pembangunan karakter (character
building). Pembangunan karakter atau akhlak tersebut dapat dilakukan salah
satunya melalui proses pendidikan disekolah dengan mengimplementasikan
penanaman nilai-nilai akhlak dalam setiap materi pelajaran.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pentingnya pendidikan agama Islam dalam lingkungan keluarga untuk
membentuk pribadi anak karena pendidikan agama Islam itu memiliki dasar
moral, kemasyarakatan dan psikologis, yang dapat mengarahkan dan memberi
petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dunia dan akhirat. Di samping
seseorang dapat memiliki suatu kepribadian yang mulia di sisi Allah SWT.
Penanaman karakter pada anak sejak dini berarti ikut mempersiapkan generasi
bangsa yang berkarakter, mereka adalah calon generasi bangsa yang diharapkan
mampu memimpin bangsa dan menjadikan negara yang berperadaban,
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa dengan akhlak dan budi pekerti yang
baik serta menjadi generasi yang berilmu pengetahuan tinggi dan menghiasi
dirinya dengan iman dan taqwa.
Pembentukan Karakter anak akan lebih baik jika muncul dari kesadaran
keberagamaan bukan hanya karena sekedar berdasarkan prilaku yang membudaya
dalam masyarakat. Indikator keberhasilan pendidikan Karakter adalah jika
seseorang telah mengetahui sesuatu yang baik (knowing the good) (bersifat
kognitif), kemudian mencintai yang baik (loving the good) (bersifat afektif), dan
selanjutnya melakukan yang baik (acting the good) (bersifat
psikomotorik) .Uraian di atas memperkuat pentingnya pendidikan karakter pada
anak dilakukan sejak dini, karena karakter seseorang muncul dari sebuah
kebiasaan yang berulang-ulang dalam waktu yang lama serta adanya teladan dari
lingkungan sekitar. Pembiasaan itu dapat dilakukan salah satunya dari kebiasaan
prilaku keberagamaan anak dengan dukungan lingkungan sekolah, masyarakat
dan keluarga.
B. Saran
Penyusun makalah ini hanya manusia yang dangkal ilmunya, yang hanya
mengandalkan buku referensi, maka dari itu kami membahas agar para pembaca
yang ingin mendalami masalah ilmu pendidikan karakter pribadi agama islam
pada anak,agar setelah membaca karya ilmiah ini, membaca sumber-sumber lain
yang lebih komplit, tidak hanya sebatas membaca makalah ini saja.
DAFTAR PUSTAKA
Bukhari, 1992. Himpunan Hadist, Pilihan Hadist Shahih Bukhari. Surabaya: Al
Ikhlas. Departemen Agama RI, 1978. Al Qur'an dan Terjemahannya. Jakarta
Yayasan Penterjemah Al Qur'an. Jamaluddin, 2005. Psikologi Anak dan Remaja
Muslim. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Muhibbin, 1996. Psikologi Pendidikan
Suatu Pendekatan Baru. Bandung Remaja Rosdakarya. Nipan, 2000. Anak Saleh
Dambaan Keluarga. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Samsul, 2002. Filsafat
Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Intermasa.
Talib, 1998. Pedoman Pendidikan Anak Menjadi Saleh. Bandung Irsyad Baitul
Salam. Tim Dosen IKEP Ujung Pandang, 1998. Pendidikan Agama Islam. Ujung
Pandang: IKIP Ujung Pandang. Tim Penyusun Kamus, 1993. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Yahya, 2001. Pendidikan Agama Islam.
Watampone: STKIP Muhanunadiyah Watampone.

Anda mungkin juga menyukai