Anda di halaman 1dari 14

KEDUDUKAN HADIST DALAM ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Ulumul Hadist

Disusun oleh :

Dea Prasmety Cahyani (021011567)

Indah Juaniarti (021011573)

Putri Aulia (021011582)

Dosen Pengampu:

Paradita Kumala Lemmy

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARULARAFAH

LAU BEKERI-DELI SERDANG

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadhirat Allah SWT atas segala perkenaannya sehingga
penyusunan Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an dan Hadis.
Makalah ini merupakan laporan yang dibuat sebagai bagian dalam memenuhi
kriteria mata kuliah. Salam dan salawat kami kirimkan kepada junjungan kita
tercinta Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya serta seluruh
kaum muslimin yang tetap teguh dalam ajaran beliau.
Penulis mengharapkan semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca, baik dikalangan Mahasiswa maupun dikalangan masyarakat nantinya
yang diajukan sebagai bahan diskusi pada tatap muka perkuliahan.         
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan Makalah ini masih
banyak terdapat kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari semua pihak khususnya kepada Dosen pembimbing guna untuk
menyempurnakan Makalah ini dan pada akhirnya bisa bermanfaat bagi semua
pembaca.

Lau Bekeri, 19 February 2022


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2

A. Kedudukan Hadist Sebagai Sumber Hukum Islam.......................................2

B. DALIL-DALIL KEHUJJAHAN HADITS...................................................4

BAB III PENUTUP..............................................................................................10

A. KESIMPULAN...........................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah SWT mengutus para Nabi dan Rosul-Nya kepada ummat manusia
untuk memberi petunjuk kepada jalan yang lurus dan benar agar mereka
bahagia dunia dan akhirat. Rosululloh lahir ke dunia ini dengan membawa
risalah Islam, petunjuk yang benar. Hukum Syara’ adalah khitab
Syari’(seruan Alloh sebagai pembuat hukum) baik yang sumbernya pasti
(qath’i tsubut) seperti Al-Qur’an dan Hadis, maupun ketetapan yang
sumbernya masih dugaan kuat (zanni tsubut) seperti hadits yang bukan
tergolong mutawatir.
Hadits merupakan sumber syari’at islam yang kedua setelah Al Qur’an.
Hadis memiliki fungsi yang sangat penting terhadap Al qur’an. Dalam fungsi
tersebut hadis menjelaskan ayat-ayat Al Qur’an yang tidak ada penjelasan
yang dapat dimengerti di dalamnya. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
dijelaskan tentang fungsi hadis terhadap Al Qur’an dan dalil - dalil kehujahan
hadis.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana kedudukan hadits dalam sumber hukum Islam?
2. Apa saja dalil- dalil kehujahan hadis ?

C. Tujuan Penulisan
Adapan tujuan penulisan makalah ini untuk menjawab rumusan masalah
di atas yaitu :
1. Mengetahui sumber hadits dalam kedudukan hukum Islam
2. Mengetahui apa saja dalil dalil yang berkaitan dengan kehujahan hadis

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kedudukan Hadist Sebagai Sumber Hukum Islam


Sunnah adalah sumber hukum Islam (pedoman hidup kaum Muslimin)
yang kedua setelah Al-Qur’an. Bagi mereka yang telah beriman terhadap Al-
Qur’an sebagai sumber hukum Islam, maka secara otomatis harus percaya
bahwa Sunnah juga merupakan sumber hukum Islam. Bagi mereka yang
menolak kebenaran Sunnah sebagai sumber hukum Islam, bukan saja
memperoleh dosa, tetapi juga murtad hukumnya. Ayat-ayat Al-Qur’an sendiri
telah cukup menjadi alasan yang pasti tentang kebenaran Al-Hadits, ini
sebagai sumber hukum Islam.1
Untuk mengetahui sejauh mana kedudukan hadist sebagai sumber hukum
Islam, dapat dilihat dalam beberapa dalil seperti dibawah ini :
1. AL – QUR’AN
Banyak ayat Al-Qur’an yang menerangkan mempercayai dan
menerima segala sesuatu yang disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada
umatnya untuk dijadikan pedoman hidup.2 Diantaranya adalah : Ali Imran
yang artinya “Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang
mukmin seperti keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia memisahkan
yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali
tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang gaib, akan tetapi,
Allah akan memilih siapa yang dikehendaki-Nya diantara Rasul-
Rasulnya. Karena itu, berimanlah kepada Allah dan Rasul-Rasul-Nya dan
jika kamu beriman dan bertaqwa, maka bagimu pahala yang besar.”
Dalam surat An-Nisa ayat 136 Allah SWT Berfirman, yang artinya
sebagai berikut “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang allah turunkan
kepada Rasul-Nya, serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Bagi
siapa yang kafir kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Rasul-Rasulnya,
1 Mohammad Nor Ichwan, Studi Ilmu Hadis, (Semarang: Rasail Media Group, 2007), hal.
30
2 Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta: PT  RajaGrafindo Persada, 2008), hal.65

2
dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya”.
Dalam surat Ali Imran diatas, Allah memisahkan antara orang-orang
mukmin dengan orang-orang yang munafik. Dia juga akan memperbaiki
keadaan orang-orang mukmin dan memperkuat iman mereka. Oleh
karena itu, orang mukmin dituntut agar tetap beriman kepada Allah SWT
dan Rasul-Nya.
Pada surat An-Nisa ayat 136, sebagaimana halnya pada surat Ali
Imran ayat 179, Allah menyeru kaum muslimin agar beriman kepada
Allah, Rasul-Nya (Muhammad SAW), Alqur’an, dan kitab yang
diturunkan sebelumnya. Kemudian pada akhir ayat, Allah SWT
Mengancam orang-orang yang mengingkari seruan-Nya.3
Selain memerintahkan umat Islam agar percaya kepada Rasulullah
SAW, Allah juga menyerukan agar umat-Nya menaati segala bentuk
perundang-undangan dan peraturan yang dibawanya, baik berupa
perintah maupun larangan, Tuntutan taat dan patuh kepada Rasulullah
SAW.
2. Dalil Al-Hadist
Dalam salah satu pesan Rasulullah SAW Berkenaan dengan
kewajiban menjadikan hadist sebagai pedoman hidup di samping Al-
Qur’an sebagai pedoman utamanya, adalah dalam sabdanya :
Artinya :
“Aku tinggalkan dua pusaka untukmu sekalian, dan kalian tidak
akan tersesat selama-lamanya, selama kalian selalu berpegang teguh
kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya.” (H.R Hakim)

Hadist tersebut diatas, menunjukan kepada kita bahwa berpegang


teguh kepada hadist atau menjadikan hadist, sebagai pegangan dan
pedoman hidup adalah wajib, sebagaimana wajibnya berpegang teguh
kepada Al-Qur’an.4
3. Kesepakatan Ulama (Ijma’)
3 Mifdhol Abdurrahman, Pengantar Studi Ilmu Hadits, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008),
hal. 30
4 Mifdhol Abdurrahman, Pengantar Studi..........hal. 36

3
Umat Islam telah sepakat menjadikan Hadist sebagai salah satu dasar
hukum dalam amal perbuatan karena sesuai dengan yang dikehendakinya
oleh Allah. Penerimaan hadist sama seperti penerimaan mereka terhadap
Al-Qur’an, karena keduanya sama-sama merupakan sumber hukum
Islam.
Kesepakatan umat muslimin dalam mempercayai, menerima, dan
mengamalkan segala ketentuan yang terkandung didalam hadist telah
dilakukan sejak masa Rasulullah, sepeninggal beliau, masa Khulafaur
Ar-Rasyidin hingga masa-masa selanjutnya dan tidak ada yang
mengingkarinya. Banyak di antara mereka yang tidak hanya memahami
dan mengamalkan isi kandunganya, tetapi menyebarluaskanya kepada
generasi-generasi selanjutnya.

B. DALIL-DALIL KEHUJJAHAN HADITS


Sunnah atau Hadis Nabi Saw merupakan salah satu sumber ajaran agama
Islam sekaligus merupakan wahyu dari Allah seperti Al-Qur’an, hanya saja
perbedaan antara keduanya terletak pada sisi lafaz dan makna. dimana lafaz
dan makna al-Qur’an berasal dari Allah Swt semetara Hadis maknanya dari
Allah Swt dan lafaznya dari Rasulullah Saw, kedudukannya dalam ajaran
agama sebagai sumber kedua setelah Al-Qur’an, keduanya saling melengkapi
antara satu dengan yang lain, dan mentaatinya wajib bagi kaum muslimin
sebagaimana wajibnya mentaati Al-Qur’an. 5
 Adapun dalil-dalil yang menunjukkan kehujjahan sunnah antara lain:
1. Al-Qur’an
Banyak ayat al-Qur’an yang menunjukkan akan kehujjahan Sunnah
diantaranya adalah ayat-ayat yang memerintahkan kepada kaum muslim
untuk taat kepada Rasulullah saw. firman Allah Swt :

5 Khusniati Rofiah, Studi Ilmu Hadith, (Ponorogo: STAIN Press, 2010), hal. 29


6
Mohammad Nor Ichwan, Op.cit, hal. 40

4
‫اَأْلم ِر ِم ْن ُك ْم فَ ِإ ْن َتنَ َاز ْعتُ ْم‬ ِ َ ‫الرس‬ ِ ِ ِ َّ
ْ ‫ول َوُأولي‬ ُ َّ ‫ين آ ََمنُ وا َأطيعُ وا اللَّهَ َوَأطيعُ وا‬ َ ‫يَ ا َُّأي َه ا الذ‬
ِ
‫لِك َخ ْي ٌر‬َ ‫ول ِإ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُ و َن بِاللَّ ِه َوالَْي ْوم اآْل َ ِخ ِر َذ‬ َّ ‫فِي َش ْي ٍء َف ُردُّوهُ ِإلَى اللَّ ِه َو‬
ِ ‫الر ُس‬
)59( ‫س ُن تَْأ ِوياًل‬ َ ‫َأح‬
ْ ‫َو‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikan lah ia kepada
Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS An-Nisa : 59)6

Kembali kepada Allah maksudnya kembali kepada Al-Qur’an, dan


kembali kepada Rasul maksudnya kembali kepada Sunnah atau Hadis
beliau Saw.
Perintah untuk mengikuti segala apa yang diperintahkan oleh
Rasulullah Saw dan menjauhi segala apa yang dilaranagnnya, Allah Swt
berfirman:

‫ول فَ ُخ ُذوهُ َو َما َن َها ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنَت ُهوا‬


ُ ‫الر ُس‬
َّ ‫َو َما َآتَا ُك ُم‬
Artinya : “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah.
dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah”. (QS. Al-Hasyr
:7)

Allah Swt telah memperingatkan kita untuk tidak menyelisihi segala


apa yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw, Allah berfirman:

‫اب َألِيم‬ ِ ‫صيب ُهم فِ ْتنَةٌ َأو ي‬


ٌ ‫ص َيب ُه ْم َع َذ‬ ُ ْ
ِ ِ ِ ِ َّ
َ ‫َفلْيَ ْح َذ ِر الذ‬
ْ َ ُ‫ين يُ َخال ُفو َن َع ْن َْأم ِره َأ ْن ت‬
Artinya : “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-
Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. (QS An-
Nur : 63)

Pada Banyak ayat, Allah Swt menyandingkan kata Kitab yang


berarti al-Qur’an dengan kata Hikmah  yang berarti hadis atau sunnah
diantara ayat-ayat tersebut adalah firman Allah Swt:

5
‫ض ُل اللَّ ِه‬
ْ َ‫ك َم ا لَ ْم تَ ُك ْن َت ْعلَ ُم َو َك ا َن ف‬ ِ ‫ْكتَ اب وال‬
َ ‫ْح ْك َم ةَ َو َعلَّ َم‬ ِ َ ‫وَأْن ز َل اللَّهُ َعلَي‬
َ َ ‫ك ال‬ ْ َ َ
‫يما‬ ِ َ ‫َعلَي‬
ً ‫ك َعظ‬ ْ
Artinya : “Dan (juga karena) Allah Telah menurunkan Kitab dan
Hikmah kepadamu (Muhammad), dan Telah mengajarkan kepadamu apa
yang belum kamu ketahui. dan adalah karunia Allah sangat besar
atasmu”. (QS. An-Nisa : 113)

Imam al-Syafi’I berkomentar perihal ayat yang terakhir ini dengan


mengatakan :
“Allah swt menyebutkan al-Kitab yaitu al-Qur’an dan juga Sunnah
(Hadis). Aku teelah mendengar ahli ilmu al-Qur’an
mengatakan;  Hikmah adalah Sunnah Rasulullah saw. Karena al-Qur’an
disebutkan dan dibarengi dengan kata Hikmah. Allah swt. Menyebutkan
anudrah-Nya kepada makhluk-makhluk-Nya dengan mengajari mereka
al-Kitab dan Hikmah, maka tidak boleh –Wallahu a’lam- ditafsiri
maksud Hikmah disini kecuali Sunnah Rasulullah saw”.

2. Hadits Nabi
Terdapat banyak hadis-hadis Rasulullah saw. yang  menunjukkan
kewajiban untuk mengikuti Sunnah Nabawiyah  dan menegaskan bahwa
Sunnah itu memliki kedudukan yang sama seperti al-Qur’an dari segi
keadaannya sebagai sumber untuk menetapkan hukum-hukum. Diantara
hadis-hadis tersebut :
 Hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dengan sanadnya dari
sahabat Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:

‫اعنِي‬ َ َ‫ول اللَّ ِه َو َم ْن يَْأبَى ق‬


َ َ‫ال َم ْن َأط‬ َ ‫ْجنَّةَ ِإاَّل َم ْن َأبَى قَ الُوا يَا َر ُس‬ ِ
َ ‫ُك ُّل َُّأمتي يَ ْد ُخلُو َن ال‬
‫صانِي َف َق ْد َأبَى‬ َ ‫ْجنَّةَ َو َم ْن َع‬
َ ‫َد َخ َل ال‬
Artinya : “Setiap umatku akan masuk surga, kecuali mereka
yang enggan dan tidak mau”. Para Sahabat kemudian bertanya
(keheranan); ‘Siapakah yang tidak mau memasukinya itu wahai
Rasulullah?’ Beliau menjawab: “orang yang mentaatiku akan
masuk surga dan orang yang mendurhakaiku (melangkar
ketentuanku) berarti dia enggan dan tidak mau”.6

 Hadis yang menjelaskan bahwa dengan berpegangteguh kepada Al-


Qur’an dan Sunnah, maka tidak akan tersesat untuk selamnya

6 Faisal Saleh, Mutiara Ilmu Atsar, (Jakarta: Akbar Media, 2008), hal. 109

6
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Malik bin Anas bahwasanya
Rasulullah saw bersabda :

‫اب اللَّ ِه َو ُسنَّةَ نَبِيِّ ِه‬ ِ


َ َ‫س ْكتُ ْم بِ ِه َما كت‬
ِ َ‫ت فِي ُكم َْأمريْ ِن لَن ت‬
َّ ‫ضلُّوا َما تَ َم‬ ْ َ ْ ُ ‫َت َر ْك‬
Artinya : “Aku telah meninggalkan kepada kalian dua perkara,
kalian tidak akan sesat untuk (selamanya) selama kalian
berpegangteguh kepada keduanya yaitu Kitab Allah dan Sunnah
Nabi-Nya”

 Hadis yang memerintahkan untuk senantiasa ber-


tamassuk (berpegangteguh) Sunnah Rasulullah saw dan para sahabat
beliau saw dan larangan melakukan kebid’ahan. Sebagaimana sabda
Rasulullah saw:

‫ض وا َعلَْي َه ا‬ ُّ ‫س ُكوا بِ َه ا َو َع‬ َّ ‫ين تَ َم‬ ِ ِ َّ ‫َعلَي ُكم بِس نَّتِي وس ن َِّة الْ ُخلَ َف ِاء الْم ْه ِديِّين‬
َ ‫الراش د‬ َ َ َُ ُ ْ ْ
َ ‫اُأْلمو ِر فَِإ َّن ُك َّل ُم ْح َدثٍَة بِ ْد َعةٌ َو ُك َّل بِ ْد َع ٍة‬
ٌ‫ضاَل لَة‬ ِ ِ ‫بِالن‬
ُ ‫َّواج ِذ َوِإيَّا ُك ْم َو ُم ْح َدثَات‬
َ
Artinya : “Hendaklah kalian (mengikuti) Sunnahku dan Sunnah
para khalifah rasyidah yang telah mendapatkan hidayah, berpegang
teguhlah kepadanya, dan gigitlah (Sunnah tersebut) dengan gigi
grahammu, dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang baru,
krena segala bentuk yang bersifat baru adalah bid’ah dan semua
bentuk bid’ah adalah sesat”.

 Hadis yang menjelaskan bahwa telah diturunkan kepada Rasulullah


saw al-Quran dan yang semidal dengannya, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Abu Daud dari sahabat al-Miqdam bin Ma’di
Karib ra, Rasulullah saw bersabda:

‫اب َو ِم ْثلَهُ َم َعه‬ ِ ُ ِ‫َأاَل ِإنِّي ُأوت‬


َ َ‫يت الْكت‬
Artinya : “Sesungguhnya telah diberikan (diturunkan) kepadaku
al-Kitab (al-Qura’n) dan bersamanya sesuatu yang semisal
dengannya (al-Sunnah)”.

3. Ijma’ (Kesepakatan)
Para Sahabat seluruhnya telah menyepakati kewajiban mengikuti
Sunnah Nabi saw, karena sunnah tersebut merupakan wahyu dari Allah
swt dan telah memerintahkan kepada kita untuk mengikutinya demikian
pula dengan Rasul-Nya sebagiaman dalam riwayat-riwayat yang telah

7
disebutkan terdahulu. Fakta-fakta yang menunjukkan kesepakatan
mereka akan kehujjahan sunnah dalam agama cukup banyak dan tidak
terbilang jummlahnya dan tidak diketahui ada seorang pun diantara
mereka yang menyalahi dan menentang hal tersebut.
Kemudian para Tabi’in menempuh jalan para Sahabat dengan
mengambil dan mengikuti apa yang terdapat (warid ) dalam Sunnaah
berupa hukum, adab, dan tidak seorang dari mereka (Taabi’in) berani
memenentang Sunnah yang shahih.
Kemudian keum muslimin sesudah mereka hingga hari ini telah
menyepakati akan kewjiban menerima dan mengambil hukum-hukum
yang di-nuqil dari Sunnah dan barang siapa yang menentang hal tersebut
dianatara mereka, makka mereka telah menentang Al-Qur’an dan Sunnah
Nabi saw serta mengikuti jalan selain jalan orang mu’min.
Oleh karena itu, kaum muslimin sangat setia menuqilnya,
memeliharanya, dan berpegang teguh dengannya karena taat kepada
Allah swt dan mengikuti Rasulullah saw.
4. Sesuai dengan Petunjuk Akal
Kerasulan Nabi Muhammad SAW telah diakui dan dibenarkan oleh
umatIslam. Di dalam mengemban misinya itu, kadang-kadang beliau
hanya sekedarmenyampaikan apa yang diterima dari Allah SWT, baik isi
maupun formulasinyadan kadang kala atas inisiatif sendiri dengan
bimbingan ilham dari Tuhan. Namun,tidak jarang beliau membawakan
hasil ijtihad semata-mata mengenai suatumasalah yang tidak ditunjuk
oleh wahyu dan juga tidak dibimbing oleh ilham.Hasil ijtihad beliau ini
tetap berlaku sampai nas menasakhnya.
Bila kerasulan Muhammad SAWtelah diakui dan dibenarkan, maka
sudahselayaknya segala peraturan dan perunda-undangan serta inisiatif
beliau, baik yang beliau ciptakan atas bimbingan ilham atau hasil ijtihad
semata, ditempatkansebagai sumber hukum dan pedoman hidup.
Disamping itu, secara logika kepercayaan kepada Muhammad SAW
sebagai Rasul mengharuskan umatnyamentaati dan mengamalkan segala
ketentuan yang beliau sampaikan.

8
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa hadis merupakan salah
satusumber hukum dan sumber ajaran Islam yang menduduki urutan
kedua setelah Al-Qur’an. Sedangkan bila diliahat dari segi
kehujjahannya, hadis melahirkan hukum zhanny, kecuali hadis yang
mutawatir.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sebagai sumber ajaran kedua setelah Al-Qur’an, hadis tampil untuk
menjelaskan (bayan) keumuman isi al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan firman
Allah Q.S. Al-Nahl[16]: 44.
Artinya  “Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu
menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka
dan supaya mereka memikirkan.”

Allah SWT menurunkan al-Qur’an bagi umat manusia, agar al-Qur’an ini
dapat dipahami oleh manusia, maka Rasul SAW diperintahkan untuk
menjelaskan kandungan dan cara-cara melaksanakan ajarannya kepada
mereka melalui hadis-hadisnya.
Adapun Dalil-dalil yang menunjukkan kehujjahan Hadis  telah
dibuktikan oleh hal hal berikut antara lain ;
- Al Qur’an karim
- Hadis Nabi
- Ijma’ (Kesepakatan)

10
DAFTAR PUSTAKA

Ichwan, Mohammad Nor (2007). Studi Ilmu Hadis. Semarang: Rasail Media


Group
Abdurrahman, Mifdhol (2008). Pengantar Studi Ilmu Hadits. jakarta: Pustaka
Al-Kautsar
Saleh, Faisal (2008). Mutiara Ilmu Atsar. Jakarta: Akbar Media
Rofiah, Khusniati (2010). Studi Ilmu Hadith .Ponorogo: STAIN PO Press
Suparta, Munzier (2008). Ilmu Hadis .Jakarta: PT  RajaGrafindo Persada

11

Anda mungkin juga menyukai