Disusun Oleh:
YOGYAKARTA
2023
ii
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN....................................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................................................6
D. Kajian Pustaka..............................................................................................................7
BAB II......................................................................................................................................9
BAB III...................................................................................................................................20
PENUTUP..............................................................................................................................20
A. Kesimpulan................................................................................................................20
B. Saran...........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara Metodologi pendidikan Islam maka tidak terlepas dari metodologi
pendidikan yang diajarkan oleh Islam itu sendiri, dari alqur’an maupun hadis lalu
kemudian diterjemahkan ke arah yang lebih luas yang sesuai lini-lini kehidupan
masyarakat islam di timur mau pun barat. Terkhusus dalam mendorong tumbuh dan
berkemajuannya dinamika dunia pendidikan islam terkini. pada konsep keislaman
itu sendiri, maka Pemahaman tersebut membawa konsekuensi logis bahwa
penempatan kata Islam setelah kata Metodologi pendidikan mengindikasikan
adanya Metodologi konsep pendidikan dalam ajaran Islam. Maka dari sini kita
ingin membahas metodologi pendidikan islam yang dibawa diperkenalkan oleh
ilmuan-ilmuan Muslim, para intelektual muslim yang mendefinisikan secara akurat
dan bersumber pada ajaran (agama) Islam, itulah metodologi pendidikan Islam. Hal
ini perlu ditegaskan untuk menghindari akulturasi metodologi pendidikan non-
Islam yang “terpaksa” dilegitimasi oleh Islam sebagai metodologi pendidikan
Islam, padahal isi dan semangatnya tidak sesuai dengan ajaran Islam. Metodologi
pendidikan Islam sebuah kajian yang tetap aktual dan menarik untuk diteliti.
Metodologi pendidikan yang maju tentu bersifat dinamis dengan selalu up to date
sesuai dengan perubahan dan kemajuan zaman. Islam sendiri sangat
memperhatikan pendidikan sesuai dengan bunyi ayat Al-Qur’an dalam surat Al-
Alaq 1-5, ketika Allah SWT melalui Jibril ‘alaihi Assalam memerintahkan kepada
Nabi Muhammad untuk Membaca, ini menunjukan bahwa segala pengetahuan
termasuk dalam konsep metodologi Pendidikan Islam perlu dikembangkan digali
lebih dalam, permasalahannya disolusikan secara komprehensif, sehingga mampu
menjawab persoalan-persoalan di dunia pendidikan Islam, maka dengan semangat
itu, Islam bukan hanya tampil sebagai penonton saja akan tetapi mampu mengambil
konsep pasti menyesuaikan dengan kajian keislaman terkini, semakin menjadi
peradaban yang menguasai segala bidang strategis serta keluar sebagai pemenang
dalam perdebatan metodologi pendidikan yang mumpuni menjawab tantangan
zaman. Islam adalah agama Allah tidak luntur apalagi tergerus oleh zaman modern
4
yang bisa membutakan mata hati kita, karena sunatullah esensi syariat itu bersifat
tetap dan qot’i, walaupun cara atau proses dakwah itu berubah dan dinamis.
ۚ اْس ِتْك َباًر ا يِف اَأْلْر ِض َو َم ْك َر الَّس ِّيِئ ۚ َو اَل ِحَي يُق اْلَم ْك ُر الَّس ِّيُئ ِإاَّل ِبَأْه ِلِهۚ َفَه ْل َينُظُر وَن ِإاَّل ُس َّنَت اَأْلَّو ِلَني
َفَلن ِجَت َد ِلُس َّنِت الَّلِه َتْبِدياًل ۖ َو َلن ِجَت َد ِلُس َّنِت الَّلِه ْحَتِو ياًل1
Dengan islam semakin berkemajuan maka Islam akan semakin dikenal dan
mencerahkan bagi Insan di persada dunia. Islam mengajarkan untuk pemeluknya
mengembangkan diri menjawab tantangan zaman, intelektual muslim dituntut
kreatif dan inovatif dalam merumuskan dan menerapkan metodologi pendidikan
yang relevan dengan kebutuhan umat sesuai dengan zamannya. Jika tidak maka
umat Islam akan sulit tampil terdepan dengan pengelolaan pendidikan yang
berkualitas2.
Penulis dalam makalah ini akan mengetengahkan tentang sosok yang
dikenal sebagai intelektual muslim, dan memberikan sumbangsih besar salah
satunya dalam masalah pendidikan Islam, makalah ini dibuat dengan metode library
research.
Sebagai seorang tokoh muslim, Ibn Khaldun memiliki pemikiran-pemikiran
dengan pemikiran-pemikiran baru mengenai sejarah dan sosiologi islam pada
zamannya. Meskipun beliau terkenal sebagai seorang sosilogi dan sejarawan akan
tetapi dalam kitab Muqaddimah yang beliau karang menunjukkan bahwa beliau
juga mencatat hal-hal penting terkait dengan metodologi pendidikan Islam yang
bisa kita petik3.
1
(https://quran.kemenag.go.id/ )بال تاريخ
2
(Sardar dan Astuti 1986)
3
(Adina dan Wantini 2023)
5
Menurut Ibn Khaldun pendidikan tidak pernah mengenal batas usia, tempat,
dan waktu. Hal ini karena pada hakikatnya manusia akan selalu berpikir, berkreasi,
dan beraktifitas untuk dapat mencapai tujuan-tujuan kehidupan yang ingin diraih
dengan cara-cara dan metode tertentu. Maka selama tujuan-tujuan hidup belum
tercapai makhluk manusia akan terus melakukan proses pendidikan dan
pembelajaran, sengaimana suatu ungkapan terkanal tuntutlah ilmu dari ayunan
sampai ke liang lahat, maka Islam sangat menganjurkan umatnya untuk belajar dan
belajar.
Maka Ibn Khaldun beranggapan apapun yang dihasilkan oleh pemikirannya
tentang pendidikan dapat saja berubah seiring fenomena realitas masyarakat yang
terus berkembang. Oleh karena itu pada kenyataannya pemikiran-pemikiran Ibn
Khaldun masih terus memberi masukkan bermanfaat dalam dunia pendidikan
sekarang, maka hal ini semakin membuktikan bahwa upaya untuk mendeskripsikan
pandangan dan ide-ide Ibnu Khaldun tentang falsafah pendidikan menjadi satu hal
yang urgent untuk terus diketahui terutama bagi para orangtua dan guru atau
siapapun yang terjun dalam dunia lapangan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana biografi Ibnu Khaldun?
b. Bagaimana konsep pemikiran pendidikan Islam menurut Ibnu Khaldun?
c. Apa konsep pendidikan ibnu khaldun masih relevan dengan pendidikan modern?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan
penulisan makalah ini antara lain:
a. Untuk mengetahui biografi Ibnu Khaldun.
b. Untuk mengetahui konsep pemikiran pendidikan Islam menurut Ibnu
Khaldun.
c. Untuk mengetahui apakah konsep pendidikan ibnu khaldun masih relevan
dengan pendidikan modern.
2. Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
a. Sebagai bahan khazanah keilmuan tentang metodologi pendidikan Ibnu
Khaldun.
6
b. Sebagai tempat bagi penulis mencurahkan pikiran-pikiran dalam dunia
pendidikan
c. Sebagai salah satu syarat untuk melengkapi tugas mata kuliah Metodologi
Pendidikan Islam pada program Magister Manajemen Pendidikan Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
D. Kajian Pustaka
5
Yayat Hidayat, Pendidikan Dalam Perspektif Ibnu Khaldun, STITNU Al-Farabi,Pangandaran, 2019.
6
Pasiska, ‘Epistemologi Metode Pendidikan Islam Ibnu Khaldun’, EL-Ghiroh, 17.02 (2019), 135.
8
BAB II
19
Di antara karya-karya Ibn Khaldun adalah:7
1. Kitab Al-’Ibar wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Ayyam al-’Arab wa al-
’Ajam wa al-Barbar wa Man Asharuhum min dzawi as-Sulthani al-’Akbar.
(kitab contoh-contoh dan rekaman mengenai asal-usul dari peristiwa hari-hari
orang Arab, Persia, Barbar dan orang-orang sezaman dengan mereka yang
memiliki kekuatan besar) yang kemudian terkenal dengan kitab ’Ibar yang
terdiri dari tiga buku dan beberapa jilid.
2. Kitab Muqaddimah yang merupakan buku pertama dari kita al’Ibar yang terdiri
dari bagian muqaddimah (pengantar). Buku pengantar yang panjang inilah
yang merupakan inti dari seluruh persoalan, dan buku tersebut yang
mengangkat nama Ibn Khaldun menjadi begitu harum. Kitab ini terbagi
menjadi 6 fasal besar. Adapun tema muqoddimah ini adalah gejala-gejala
sosial dan sejarahnya.
3. Kitab al-Ta’rif bi Ibnu Khaldun wa Rihlatuhu Syarqon wa Ghorban atau
disebut al-Ta’rif, dan oleh orang barat disebut dengan Autobiografi, yaitu
bagian terakhir dari kitab al-’Ibar yang berisi tentang beberapa bab mengenai
kehidupan Ibn Khaldun. Beliau menulis autobiografinya secara sistematis
dengan menggunakan metode ilmiah, karena terpisah dalam bab-bab tapi
saling berhubungan antara satu dengan yang lain.
4. Kitab Syifa ’al sail li Tahdzib al-Masail. Karya ini membahas mengenai
pemisahan antara jalan tasawuf dan jalan syari’ah serta menguraikan mengenai
jalan tasawuf dan ilmu jawa.
B. Konsep Pendidikan Islam Menurut Ibnu Khaldun
Menurut Ibnu Khaldun Manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya.
Perbedaan berpikirlah yang menjadikan manusia menjadi makhluk yang lebih
sempurna. Dengan kemampuan akal pikiran tersebut manusia seharusnya mampu
membentuk sebuah peradaban. Ibnu Khaldun dalam kitab Muqaddimahnya telah
menjelaskan bagaimana peradaban berkembang dengan kemampuan berpikir
manusia. Dan pendidikanlah sebagai wadah perkembangannya itu. Pendidikan
adalah sesuatu yang urgen dalam kehidupan. Pendidikan dapat terlaksana dengan
baik manakala di dalamnya terdapat faktor-faktor pendidikan yang mendukung.
Faktor-faktor pendidikan yang baik tentu akan menjadikan pendidikan yang ada
7
Syahraini Tambak, ‘Konsep Metode Pembelajaran PAI’, 2.1 (2014), 1–14.
11
0
semakin berkualitas.
Dari segi pemikiran beliau dipengaruhi oleh berbagai tokoh dan tradisi
pemikiran yang ada pada masanya. Beberapa tokoh yang banyak mempengaruhi
pemikiran Ibnu Khaldun antara lain:
3. Al-Farabi: Filsuf Islam seperti Al-Farabi, yang hidup sebelum Ibnu Khaldun,
memberikan kontribusi penting terhadap pemikiran politik Islam, dan
pemikiran Al-Farabi juga memengaruhi pemikiran politik Ibnu Khaldun.
11
1
di dalamnya. Oleh karenanya di dalam kitab Muqodimah Pokok-pokok Pikiran
Pendidikan Islam Ibn Khaldun dengan pendidikan Islam, sebagai berikut :
1. Hakikat Manusia
Dalam kajian filsafat pendidikan, manusia merupakan kajian ontology yang
mesti jelas sehingga konsep pendidikan yang akan ditawarkan dan dikembangkan
akan jelas pula sesuai dengan hakikat manusia itu sendiri. Ibn Khaldun, dalam kitab
Muqaddimah- nya juga membicarakan tentang manusia. Adapun hakekat manusia
tersebut dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu:
a. Manusia sebagai Makhluk Berpikir
Ibn Khaldun mengemukakan ada tiga tingkatan berjenjang yang distingtif
dalam proses berpikir, yaitu:
1. Al-‘aql al-tamyizi (akal pemilah)
2. Al-‘aql al-tajribi (akal eksperimental)
3. dan Al-‘aql al-nadhari (akal kritis/spekulatif)
Dalam pandangan Ibn Khaldun fungsi puncak akal adalah penggambaran
(konseptualisasi) realitas secara objektif, detail dan mendalam dengan rangkaian
kausalitas di dalamnya. Dengan fungsi tersebut, akal mampu mencapai
perkembangan sempurna dan tercerahkan.
Meskipun dalam Muqaddimah Ibn Khaldun memuji kedudukan manusia
karena akalnya, tetapi akal memiliki garis batas yang jelas. Akal hanya berperan
dalam hal-hal yang bersifat empiris-eksperimental. Sementara dalam memahami
teologis, eskatologis, esensi kenabian dan hal-hal yang bersifat metafisis lainnya,
tidaklah mutlak diketahui oleh akal. Jika akal digunakan untuk menakar persoalan
metafisis tersebut, maka tidak akan bisa menjangkaunya dengan proporsional.
Demikian pula akal, kedudukannya sangat istimewa dan menentukan kemuliaan
manusia itu sendiri, tetapi peran akal juga hendaknya diletakkan pada posisi yang
proporsional.
Meskipun akal memiliki batasan, yang jelasnya ia tetap berfungsi sebagai
alat untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, manusia mesti
menggunakan akalnya untuk menuntut ilmu sehingga ia mencapai kesempurnaan
eksistensinya sebagai manusia. Jika tidak, maka kemanusiaanya bisa sama dengan
binatang. Sebab, bagi Ibn Khaldun, sebelum manusia itu memiliki al-‘aql tamyiz,
dia sama sekali tidak memiliki pengetahuan, dan secara umum dia dianggap sama
dengan “binatang/hewan”. Kenapa demikian karena secara lahir manusia memiliki
11
2
perilaku dan kebiasaan seperti hewan, seperti butuh makan minum, menikah dan
seterusnya. Walaupun secara lahir sama dengan hewan namun manusia diberikan
kemulian dengan akal dan budi yang sempurna oleh Allah SWT.
Alasan lain mengapa Ibn Khaldun membuat konsep tentang pendidikan
dalam pemikirannya ialah manusia itu bodoh secara esensial (jahil) seperti
binatang, karena manusia hanya setetes sperma, segumpal darah, sekerat daging,
dan masih ditentukan rupa mentalnya. Namun Allah membedakan manusia dan
hewan ialah dengan memberikan akal. kemudian akal eksperimental dan akhirnya
manusia menggunakan akal kritis. Dengan akal inilah manusia mampu bertindak
secara teratur dan terencana, sifat kesempurnaannya ini lahir ketika sifat
kebinatangannya melalui proses penyempurnaan dengan cara mencari pengetahuan,
melalui indera yang ada ditubuhnya baik pendengaran, penglihatan, dan pikiran
membuat manusia memiliki ilmu dan faham akan dirinya beserta fenomena alam.
Melalui kemampuan yang telah dimilikinya maka manusia siap menerima
pengetahuan dan keahliannya yang kemudian menjadi bekalnya untuk memenuhi
apa yang menjadi tuntutannya yakni ingin mengetahui segala sesuatu lalu ia
menemukan kebenaran satu demi satu atas peristiwa yang terjadi.
Ibnu Khaldun berpendapat eksistensi keilmuan yang ada baik berupa
keilmuan yang bercorak ilmu alam dan ilmu agama, serta ilmu filsafat yang saling
berkesinambungan. Dalam upaya mengungkapkan fenomena alam yang terjadi
diungkapkan dengan pendekatan pengamatan keilmuan tetapi juga dilihat dalam
sudut filosofis dan perspektif agama bahwa adanya peran Tuhan di dalam segala
dinamika yang terjadi atau sering disebut dengan konsep Pendidikan interkoneksi
antara keilmuan satu dengan keilmuan yang lain.
Ketiga, aspek ruhiyyah. Alam ruh adalah alam yang tertinggi dari alam
yang lainnya, sehingga dimensi ruh dalam diri manusia pun sangat menentukan
kualitas
kepribadiannya. Untuk itu, Ibn Khaldun menyatakan bahwa pada waktu tertentu
jiwa manusia harus memiliki persiapan untuk lepas dari kemanusiaan ke Malaikat
agar benar-benar menjadi sebagian dari Malaikat. Inilah yang terjadi pada nabi-nabi
sehingga mereka memperoleh wahyu melalui perantaraan Malaikat. Dari
pemahaman seperti ini, manusia juga perlu melawan aspek nafsiyyah ini, dari
kehendak jasmaniah yang cenderung bersifat materialistis menuju alam Malaikat
yang bersifat spiritual. Bagaimana caranya kita melawannya maka dengan cara
memberi “gizi tambahan” pada ruh dengan pengenalan agama yang itu akan
mengantarkan seseorang meraih ketenangan jiwa spiritual. Dari penjelasan ini
dapat dipahami bahwa hakekat ruh adalah baik, tidak seperti jiwa an-nafs yang
mengandung sifat kejahatan. Kemudian ruh berpusat pada qalbu. Meskipun
demikian, antara ruh, jiwa dan jasad merupakan satu kesatuan yang saling
mempengaruhi dalam kepribadian manusia.
Konsep khalifatullah oleh Ibn Khaldun memiliki kaitan yang erat dengan
kemampuan akal pikiran manusia dalam mengenal dan mengelola benda-benda
materi yang ada di muka bumi ini. Dalam hal ini, manusia mesti menjalankan
perannya sebagai makhluk sosial. Ibn Khaldun Berbicara tentang pendidikan
tidak sebatas materi pelajaran, atau seputar permasalahan intern pada peserta
didik tetapi kesiapan dan sumber daya guru sebagai pelaku
11
4
pendidikan juga paptut dievaluasi secara kritis. Guru merupakan titik penentu
suatu keberhasilan pendidikan, mengingat usia anak sebagai peserta didik masih
sangat muda. Sedangkan yang seharusnya menjadi bahan evaluasi adalah
metode penyampaian guru di kelas dan kualitas sumber daya manusia yang
dimiliki oleh guru tersebut.
11
5
ada sisi yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode kasih sayang ini,
seorang guru tidak boleh terlalu berlemah lembut kepada anak didik sebab itu
akan membuat anak didik akan menjadi anak yang santai tanpa beban dan tidak
berfikir, maka gunakan juga sedikit keras dan kasar tetapi bukan pada wilayah
kekerasan pada fisik yang justru dapat membuat psikis anak terganggu dan
menyebabkan anak tidak bisa belajar. Namun setiap perkembangan anak harus
juga diperhatikan dan pendekatan pengajaran dengan menggunakan metode
kasih sayang seperti halnya orangtua kepada anaknya sendiri.
3. Metode penyesuaian fisik dan psikis peserta didik
Selain pada kematangan usia seorang pendidik atau guru harus
memperhatikan juga fisik dan psikis seorang anak didik, sebab bagi Ibn
Khaldun kebanyakan dari pendidik tidak tau cara mengajar yang baik dan
benar sehingga dalam menyampaikan materipun kepada anak didik adalah
materi yang sulit untuk difahami dan anak didik dituntut untuk dapat
menyelesaikan dan memahami materi yang disampaikan. Para pendidik
mengira hal itu dapat menyelesaikan permasalahan dan membuat anak didik
mengerti tentang apa yang telah diajarkan, seharusnya menurut Ibn Khaldun
cara terbaik dalam menyampaikan pelajaran dengan cara sedikit demi sedikit
melalui kebiasaan, jika mereka sulit memahami maka libatkan peserta didik
dengan sebuah fenomena atau kejadian sehari-hari lalu diambil sisi
pembelajaran didalamnya.
4. Metode kesesuaian dengan perkembangan potensi peserta didik
Pada metode ini Ibn Khaldun lebih menekankan kepada perkembangan
anak didik tahap demi tahap, hal itu juga mengacu kepada usia yang ada di
anak didik sebab materi yang disampaikan oleh seorang tenaga didik harus
sesuai dengan tahap perkembangan. Seorang guru supaya materi yang
disampaikan atau ajaran yang disampaikan oleh guru dapat diterima oleh anak
didik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, hal itu juga dapat berpengaruh
kepada potensi yang dimiliki anak didik. Jika potensi anak didik digali dan
diproses berdasarkan perkembangannya maka hasil dari pembelajaran yang
akan menghasilkan kemahiran seorang anak didik dalam bidang yang ia
senangi.
5. Metode penguasaan satu bidang
Dalam pandangan Ibn Khaldun seseorang mempunyai sebuah keahlian
11
6
jarang sekali memiliki keahlian yang lain, sebab keahlian yang dimiliki
seseorang akan menjiwai dan tertanam maka ketika ia akan mempelajari
bidang keahlian lain akan mendapatkan kesulitan hal tersebut harus difahami
seorang pendidik dan pelajar dan tidak mencampurkan dua ilmu dalam satu
waktu dan mencampurkan masalah yang lain, sebab pelajar tidak akan mampu
memahami dan mengerti ketika dihadapkan dua permasalahan yang berbea
jenisnya maka cara terbaik
guna menghasilkan murid yang faham dan mampu dibidangnya dengan cara
mengajarkan kesesuaian fenomena dan minat yang dimiliki anak didik guna
menghasilkan murid yang ahli dalam bidangnya.
6. Metode Tadrib
Ibn Khaldun juga menganjurkan untuk mengajarkan ilmu melalui
pelaksanaan lapangan dan latihan (praktek) setelah proses pemahaman ilmu
dilakukan (teori), maka kemahiran akan terbentuk dan penguasaan akan
terbentuk jika tenaga pendidik mahir dalam ilmu mengajar. Ibn Khaldun
melihat kasus pengajaran teoritis, bahwa usaha tenaga pendidik mengajarkan
ilmu lebih dari satu waktu akan menghambat pembentukan penguasaan.9
7. Metode Tadarruj
Pengajaran pada anak hendaknya dilakukan secara bertahap, berangsur-
angsur, dan sedikit demi sedikit. Dengan memulai masalah-masalah mendasar
dari setiap bab dalam ilmu pengetahuan merupakan metode yang pertama yang
harus dilakukan pengajar. Pada tahap pertama seorang pendidik harus
mendekatkan pemahaman, dan menjelaskan secara global pada satu bab
pembahasan. Hal ini bertujuan agar peserta didik dapat memahami cabang ilmu
yang dipelajari dan mampu memetakan masalah-masalah yang dibahasnya.
Maka metode tadrij ini sesuai dengan kondisi psikologis manusia yang tidak
dapat menerima materi sekaligus dalam jumlah banyak, tetapi sedikit demi
sedikit atau berangsur-angsur.
Berkaitan dengan hal diatas, Ibn Khaldun meyakini bahwa pembelajaran
yang efektif adalah pembelajaran yang dilakukan bertahap-tahap, perlahan-
lahan, langkah demi langkah. Tujuannya memberikan kesempatan kepada
9
Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran Pendidikan Islam; Gagasan-Gagasan Besar Para Ilmuwan Muslim
(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2015).h. 559
11
7
peserta didik untuk berpikir dan menyimpan informasi yang mereka peroleh
dari pendidiknya. Ilmu pengetahuan yang berangsur-angsur tersebut
membentuk sebuah kerangka bangunan yang utuh yang pada akhirnya menjadi
bangunan ilmu yang lengkap.
Ibn Khaldun dalam salah satu karyanya, beliau menyatakan bahwa peserta
didik harus diajarkan ilmu yang bersumber dari Al- Qur’an secara bertahap dan
kemudian diajarkan cabang-cabang keilmuannya. Akan tetapi beliau tidak
menjelaskan secara sistematis, beliau menjelaskan secara pembagian ilmu dan
umum. Hal ini dapat dipahami oleh para ilmuan maksud dari beliau sehingga
kemudian menyimpulkan sangat relevan dengan pendidikan dunia modern,
sebab pembagian ilmu yang dimaksud beliau ialah ilmu Naqliyah dan ilmu
Aqliyah.10
11
Suharto, Filsafat Pendidikan Islam.27
12
Fatawi, Problematika Pendidikan Islam Modern.56.
13
Ahmad Atabik, ‘Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu; Sebuah Kerangka Untuk Memahami Konstruksi
Pengetahuan Agama’, FIKRAH, 2 (2014).
14
Manaf. ‘Pemikiran Ibnu Khaldun Tentang Pendidikan dan Relevansinya dengan Pendidikan Dunia’, Jurnal
As-Salam I, 9 (2020), 12
11
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibnu Khaldun merupakan sosok ilmuwan muslim yang memiliki konstribusi
besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada masanya. Menurut Ibnu
Khaldun pandangan mengenai pendidikan Islam berpijak pada pendekatan
filosofis-empiris. Pendekatan ini memberikan arah baru dalam pemikiran visi
pendidikan Islam secara ideal dan praktis. Ibnu Khaldun berpandangan bahwa
pendidikan harus memikirkan faktor psikis baik terhadap anak didik maupun
pendidik. Di era modern pendidikan semakin menjadi tolak ukur berhasilnya suatu
bangsa, maka harus dipersiapkan sebaik-baiknya. Pendidikan tak hanya sebatas
proses belajar mengajar yang dibatasi oleh ruang dan waktu, akan tetapi lebih luas
lagi pendidikan merupakan proses dimana para anak didik mampu menghayati,
menyerap bahkan menangkap dari peristiwa-peristiwa alam sepanjang zaman.
Ada beberapa metode yang menjadi pandangan Ibnu Khaldun, diantaranya
metode pentahapan, penguasaan satu bidang, praktek, kesesuaian dengan
perkembangan potensi peserta didik, penyesuaian fisik dan psikis peserta didik,
peninjauan kematangan usia. Maka menurut penulis metodologi yang Ibnu Khaldun
sampaikan masih sangat sesuai dengan konteks pendidikan saat ini, secara khusus
pendidikan islam.
Dengan menerapkan metodologi pendidikan Islam teori Ibnu Khaldun, akan
membawa hasil yang baik. Memajukan dan membawa dampak positif dalam
pendidikan Islam yang lebih Tujuan pendidikan menurut beliau yaitu
pengembangan potensi dalam bidang tertentu dan pembinaan pikiran yang baik.
Materi pembelajaran menurut beliau harus bersifat aqliyah dan naqliyah. Metode
yang ditawarkannya sangat relevan dalam pendidikan dunia modern. Pemikiran
beliau terhadap pendidikan bisa menjadi acuan dalam pendidikan dunia modern.
Sebab apa yang ditawarkan beliau sangat mengutamakan teori dan praktek dalam
12
0
dunia pendidikan harus diterapkan dengan baik khususnya pendidikan Islam.
B. Saran
Metode pendidikan memiliki peranan penting dalam pembelajaran yang
efektif dan efisien, sehingga dalam hal ini seorang pendidik harus bijak dalam
menentukan metode pendidikan.
Penulisan makalah ini menggunakan metode library research atau
penelitian kepustakaan yaitu dengan cara mengumpulkan referensi dari buku atau
jurnal untuk ditelaah isinya. Penulis menyadari bahwa makalah diatas mungkin ada
kesalahan dan belum smpurna. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedomanpada sumber yang telah ada, Maka dari itu penulis
menerima kritik dan saran mengenai pembahsan makalah dalam kesimpulan di
atas.
12
1
DAFTAR PUSTAKA
Atabik, Ahmad, ‘Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu; Sebuah Kerangka Untuk
Memahami Konstruksi Pengetahuan Agama’, FIKRAH, 2 (2014)
Fatawi, Problematika Pendidikan Islam Modern
Iqbal, Abu Muhammad, Pemikiran Pendidikan Islam; Gagasan-Gagasan Besar Para
Ilmuwan Muslim (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2015)
Khairudin, Zainal Abidin And Fiddian, ‘Penafsiran Ayat-Ayat Amanah Dalam Al-Qur’an,
Syahadah’, Jurnal Imu Al-Qur’an Dan Keislaman, 5 (2017), 11
Manaf, Al, ‘Pemikiran Ibnu Khaldun Tentang Pendidikan Dan Relevansinya Dengan
Pendidikan Dunia’, 9 (2020), 11
Murkitim, Ahmad Rifauzi, Muhammad Kosim, Konsepsi Dan Pemikiran Pendidikan Islam;
Sebuah Bunga Rampai, EdisiPerta (Padang: CV Jasa Surya, 2013)
Nasution, Ina Zainah, ‘Pemikiran Pendidikan Ibnu Khaldun’, Intiqad: Jurnal Agama Dan
Pendidikan Islam, 12.1 (2020), 69–83
Pasiska, ‘Epistemologi Metode Pendidikan Islam Ibnu Khaldun’, EL-Ghiroh, 17.02 (2019),
135
Suharto, Filsafat Pendidikan Islam
Susanto, A., Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009)
Tambak, Syahraini, ‘Konsep Metode Pembelajaran PAI’, 2.1 (2014), 1–14
12
2