Anda di halaman 1dari 15

1

MODEL PENGAJARAN AL-QUR’AN DI MASYARAKAT MODERN

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Studi Pengajaran Al-Qur’an

Dosen Pengampu: Yanyan Nurdin, M.Ag

Disusun Oleh:

Ikbal Ludin Saepulloh

Bagaskara Mahardika

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSATUAN ISLAM
GARUT
1444 H/ 2023 H

1
2

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanhu wa Ta’ala Rabb semesta
alam yang telah memberikan akal untuk berfikir untuk kemaslahatan kehidupan dunia dan
akhirat. Alhamdulillah dengan segala rahmat dan maghfirah-Nya, pemakalah dapat
menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “Model Pengajaran Al-Quran di Masyarakat
Modern” untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan dalam Mata Kuliah Studi Pengajaran
Al-Qur’an

Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Uswatun Hasanah teladan kita
yakni Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang telah memberi kita petunjuk menuju
jalan yang terang dan tidak lupa kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in, attaba’uttabiin, dan
sampailah kepada kita selaku umatnya yang tetap istiqamah menapaki jejak langkahnya.

Pemakalah telah berusaha sebaik dan semaksimal mungkin dalam menyelesaikan


Makalah ini dan menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penulisan Makalah ini dan
masih banyak yang harus diperbaiki dikarenakan keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan
wawasan yang dimiliki pemakalah. Tetapi dengan adanya dukungan dari berbagai pihak
pemakalah dapat menyelesaikan Makalah ini.

Sebagai insan yang menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, agar terciptanya risalah dan perbaikan-perbaikan, pemakalah
mengharapkan sekali saran-saran yang bersifat membangun guna memperbaiki kekurangan
dalam penulisan Makalah ini. Pemakalah mengucapkan Jazakumullahu Khairan Katsiran.
Garut, 01 Mei 2023

penulis

2
3

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................................
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................
BAB III PENUTUP........................................................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKSA..................................................................................................

3
4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Al-Qur’an sebagai kitab yang mulia merupakan pedoman hidup bagi setiap
muslim. Al-Qur’an membahas tentang berbagai hal yang melingkupi seluruh kehidupan
manusia sudah seharusnya menjadi kitab yang selalu dibaca, dipelajari dan dikaji,
khususnya oleh Masyarakat modern
Pengajaran islam berfungsi menghasilkan manusia yang unggul dan bertaqwa
baik didunia dan kehidupan yang indah di akhirat serta terhindar dari siksaan Allah yang
pedih. Namun, bagaimana kondisi pendidikan islam saat ini, apakah sudah melahirkan
manusia-manusia yang bermartabat, atau justru melahirkan orang-orang yang hanya akan
merusak dunia ini yang dampaknya sampai ke akhirat atau pendidikan islam hanya
menjadi formalitas belaka dari sebuah keyakinan.
Allah, Swt telah menyatakan dalam firmannya bahwa ’’agama yang di ridhai di
sisi-Nyaadalah agama islam’’ dan sabda nabi ‘’sebaik-baik orang adalah yang
mempelajari al-qur’an danmengajarkannya’’. Islam telah mengatur dengan baik petunjuk
untuk mencapai kemaslahatan bagi manusia, namun terkadang manusia itu sendiri yang
justru menjauh dari petunjuk untuk kemaslahatan itu.
Seiring dengan perkembangan zaman maka ada banyak model pengajaran alquran
khususnya dalam masyarakat modern. Maka dari itu makalah ini membahas bagaimana
masyarat tradisional dalam mempelajari al-quran baik dari segi definisi, model
pengajaran, dan lainnya yang akan dibahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan diatas maka penulis merumuskan beberapa rumasan masalah,


diantaranya sebagai berikut:

1. Apa Definisi Pengajaran Al-Qur’an ?

2. Bagaimana Model Pengajaran Al-Qur’an ?

3. Apa Definisi Masyarakat Modern ?

4. Bagaimana Contoh Kehidupan Modern ?

5. Bagaimana Perbedaannya Dengan Masyarakat Tradisional ?

6. Bagaimana Pengajaran Al-Qur’an di Masyarakat Modern?

4
5

7. Bagaimana Metode Pengajaran Al-Qur’an ?

8. Bagaimana Sigifikansi ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan diantaranya sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui definisi pengajaran Al’Qur’an.

2. Untuk mengetahui model pengajaran Al-Qur’an.

3. Untuk mengetahui definisi masyarakat modern ?

4. Untuk mengetahui contoh kehidupan modern ?

5. Untuk mengetahui perbedaannya dengan masyarakat tradisional ?

6. Untuk mengetahui pengajaran Al-Qur’an di masyarakat modern ?

7. Untuk mengetahui metode pengajaran Al-Qur’an ?

8. Untuk mengetahui sigifikansi ?

5
6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi pengajaran Al-Qur’an


Pengajaran al-Qur'an dapat didefinisikan secara bahasa sebagai proses
penyampaian, pemahaman, dan pengamalan ajaran-ajaran al-Qur'an. Secara istilah,
pengajaran al-Qur'an dapat didefinisikan sebagai proses mengajarkan dan mempelajari isi
al-Qur'an untuk memahami kebenaran, mempraktikkan nilai-nilai Islam, dan mengenal
Allah SWT.
Menurut para ahli, pengajaran al-Qur'an adalah proses penting dalam
pembelajaran agama Islam. Berikut ini beberapa definisi pengajaran al-Qur'an menurut
para ahli:
Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin, menjelaskan bahwa pengajaran
al-Qur'an adalah proses mempelajari ajaran-ajaran al-Qur'an dengan tujuan mengenal
Allah dan menjalankan perintah-Nya.1
Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah, mengatakan bahwa pengajaran al-Qur'an
adalah proses mempelajari ayat-ayat al-Qur'an, memahami maknanya, dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.2
Hamka dalam Tafsir Al-Azhar, menjelaskan bahwa pengajaran al-Qur'an adalah
proses mempelajari ajaran-ajaran al-Qur'an untuk mengenal Allah, mengetahui hukum-
hukum Islam, serta memperbaiki akhlak dan moral.3
B. Model pengajaran Al-Qur’an
Model pengajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi
segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala
fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses
belajar mengajar.4
Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan
dalam menyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik, dan memberi petunjuk
kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya.5

C. Definisi masyarakat Modern


Banyak deskripsi yang dituliskan oleh para pakar mengenai pengertian
masyarakat. Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata Latin
socius, berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab syaraka
1
al-Ghazali. Ihya Ulumuddin. Halaman 150. Tahun 1995.
2
Ibnu Khaldun. Muqaddimah. Halaman 107. Tahun 1987.
3
Hamka, tafsir al-azhar. Halaman 150. Tahun 1985

4
Istarani.2012.58 Model Pembelajaran Innovatif.Medan.Media Persada

5
Jihad dan Harris.2012.Evaluasi Pembelajaran.Yogyakarta.Multi Presindo

6
7

yang berarti “ikut serta, berpartisipasi”. Masyarakat adalah sekumpulan manusia saling
“bergaul”, atau dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi” (Koentjaraningrat, 2009: 116)
Masyarakat modern merupakan masyarakat yang sudah tidak terikat pada adat-
istiadat. Adat-istiadat yang menghambat kemajuan segera ditinggalkan untuk mengadopsi
nila-nilai baru yang secara rasional diyakini membawa kemajuan, sehingga mudah
menerima ide-ide baru (Dannerius Sinaga, 1988: 156).

Dari paparan diatas maka yang dimaksud dengan masyarakat modern adalah
kesatuan hidup yang memiliki pola pikir dalam memandang kebudayaan lokal atau yang
begitu tradisional tidak lagi relevan dan efektif untuk menjadi kebudayaan baru.
Sehingga pada masyarakat dalam ciri modernisasi ini senantiasa cenderung
mengadaptasi berbagai arti kebudayaan, mengambil sedikit dari berbagai keberagaman
budaya yang ada, yang dirasa cocok, tanpa harus mengalami kesulitan untuk bertahan
dalam kehidupan.

D. Contoh kehidupan Masyarakat Modern


Diantara kehidupan masyarakat modern adalah:
1. Bersikap Terbuka
Masyarakat modern lebih terbuka dengan penemuan-penemuan baru. Biasanya,
masyarakat modern akan menyambut penemuan-penemuan baru dengan sangat
terbuka, baik di bidang teknologi, budaya, maupun pendidikan. Selain itu, masyarakat
modern juga akan menerima nilai-nilai baru yang lebih rasional guna membawa
kemajuan.6
2. Heterogen
Masyarakat modern lebih terbuka dengan segala hal yang baru yang menyebabkan
segala sesuatu menjadi lebih heterogen atau beragam dan juga mata pencahariannya
lebih beragam dan tidak lagi bergantung pada alam
3. Penggunaan teknologi tinggi
Karena masyarakat modern tidak berpegang teguh pada adat istiadat dan cenderung
kereatif maka ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi berkembang. Sehingga
masyarakat modern mampu menyesuaikan diri dan memanfaatkan hal tersebut.
4. Mobilitas tinggi
Teknologi transportasi dan komunikasi yang semakin canggih memudahkan
seseorang berpindah dari suatu tempat ke tempat lain dengan waktu yang singkat
5. Rasional
Bagi masyarakat modern, setiap permasalahan memiliki jalan pemecahan yang
logis, ilmiah, dan rasional. Contoh dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat
tradisional masih akan mengandalkan ‘orang pintar’ untuk menyelesaikan berbagai
masalah mulai dari persoalan ekonomi, kesehatan, sampai asmara, sementara

6
Jevi Nurgara, cici-ciri masyarakat modern, 14 juli 2022

7
8

masyarakat modern akan mengatasnamakan rasionalitas dalam menjawab berbagai


persoalan.
Persoalan kesehatan hanya dapat dijawab oleh seorang ahli medis yang
tersertifikasi, persoalan ekonomi dituntaskan oleh ekonom dan jajaran ahli, serta
persoalan bidang lainnya yang akan diselesaikan oleh setiap orang dengan
keilmuannya masing-masing.7

E. Perbedaannya dengan Masyarakat Tadisional

Masyarakat tradisional merupakan kelompok masyarakat yang selalu menjunjung


tinggi para leluhurnya dan memegang teguh adat istiadatnya. Sehingga masyarakat
tradisional memiliki pandangan bahwa apa yang diwarisi oleh nenek moyangnya itu
menjadi suatu nilai hidup, cita- cita, norma dan harapan serta suatu kewajiban dan
kebutuhan. Sehingga masyarakat tradisional susah untuk menerima perubahan dalam
segala hal. Dan dikatakan juga karena sulit menerima perubahan masyarakat tradisional
adalah masyarakat yang statis. Sedangkan, masyarakat modern adalah masyarakat yang
sudah tidak terikat dengan adat istiadat. Yang telah mengalami perubahan baik itu di
bidang teknologi maupun pengetahuan. Jadi masyarakat modern adalah masyarakat yang
bisa menyesuaikan diri terhadap situasi dan kondisi jaman. Karena mampu menyesuaikan
diri dengan kondisi dan situasi jaman, masyarakat modern dikatakan masyarakat yang
dinamis.

F. Pengajaran Al-Qur’an di masyarakat Modern


Melihat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,
maka pendidikan Islam dituntut untuk bergerak dan mengadakan inovasi-inovasi dalam
pendidikan. Mulai dari paradigma, sistem pendidikan dan metode yang digunakan. Ini
dimaksudkan agar perkembangan pendidikan Islam tidak tersendat-sendat. Sebab kalau
pendidikan Islam masih berpegang kepada tradisi lama yang tidak dapat menyesuaikan
diri dengan perkembangan IPTEK, maka pendidikan Islam akan buntu.8
Diantar pembelajaran Al-Qur’an pada masyarakat modern yaitu: pertama,
pembelajaran melalui literasi baik literasi data, literasi digital dan literasi manusia. kedua
melalui transformasi pembelajaran Al-Qur’an melalui (1) learning for
consciousnessraising (peningkatan kesadaran dalam belajar), (2) learning for critical
reflection (Belajar secara kritis) (3) learning for development (belajar untuk berkembang
ilmu pengetahuan dan imannnya (4) learning for individuation (belajar secara mandiri).9
1. Model Literasi Pembelajaran Al-Qur’an
7
Dosen sosiologi, Sikap Masyarakat Modern, 5 desember 2022

8
Tabrani ZA, Ilmu Pendidikan Islam (Antara Tradisional dan Modern), hal. 7

9
Prof. Pujiati, Pendidikan Al- Quran pada Masyarakat Milenial Konsep dan Implementasi, Bintang Pustaka Madani,
hal 78

8
9

a. Model Literasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui literasi data


Model Literasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui literasi data merupakan
bagian penting yang bersumberkan asasnya dari literasi (membaca dan menulis).
Literasi data yang bersumberkan dari keseluruhan ayat Al-Qur’an akan membantu
pembelajaran Al-Qur’an bagi umat Islam menempati posisi penting untuk
perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan keimananan menuju takwa. Literasi
Al-Qur’an sebagai data sumber ilahiyah menjadi jembatan penghubung antara
ajaran Islam (wahyu Al-Qur’an) dengan peradaban-peradaban (terutama khazanah
intelektual). Al-Qur’an menjadi sumber inspirasi kecerdasan dan kemuliaan
manusia di muka bumi ini dengan mewajibkan budaya baca (iqra’) dan budaya
tulis (alqalam) yang tertuang dalam kalamullah10
b. Model Literasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui literasi teknologi.
Model Literasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui literasi teknologi. Dengan
adanya teknologi modern membantu Masyarakat modernuntuk mempelajari Al
Qur’an sesuai dengan zaman kekinian, adanya Al-Qur’an digital, aplikasi Al-
Qur’an di HP dan WA serta digitalisasi AlQur’an pada dunia internet membuat
Masyarakat modern tertarik untuk belajar dan mengkaji secara efektif dan terbuka
luas akses informasi yang mendalam. Hasil-hasil riset tentang digitalisasi Al-
Qur’an dapat digali dan diperbarui secara canggih dan menarik tampilannya bagi
kaum milenial. Kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi berguna untuk melakukan identifikasi, analisis, evaluasi, sintesis, dan
komunikasi atas informasi, dan kesemua bidang ketrampilan ilmu sosial dan
budaya, pengetahuan ilmu alam, ekonomi, agama dan sebagainya.11
c. Model Literasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui literasi manusia
Model Literasi Pembelajaran Al-Qur’an melalui literasi manusia.
Sedangkan literasi manusia terkait dengan kompetensi berjejaring, berkomunikasi,
dan bekerja sama dengan orang lain. Sebenarnya sumber terlaksananya literasi ini
pelakunya adalah manusia, tidak akan ada jalan literasi data dan literasi digital
jika kompetensi manusianya tidak menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi di
masa modern ini. Oleh karena itu kompetensi skill manusia memainkan peranan
penting dalam pembelajaran Al-Qur’an sebagai suatu strategi pembelajaran yang
actual, update, terpercaya dan menarik bagi kaum milenial.12
2. Model transformasi pembelajaran Al-Qur’an
Pembelajaran transformatif membawa ragam pandangan terkait dimensi
pembelajaran yang bertransformasi. Hal ini berkaitan erat dengan latar pendekatan

10
Prof. Pujiati, Pendidikan Al- Quran pada Masyarakat Milenial Konsep dan Implementasi, Bintang Pustaka Madani,
hal. 79

11
Ibid, hal 79-80

12
Ibid, hal 80

9
10

yang digunakan untuk mengkonsepsikan teori pembelajaran transformatif. Ditinjau


dari pendekatannya, menurut Dirkx (1998) dan Hoggan (2015), pembelajaran
transformatif dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: (1) learning for
consciousness-raising, (2) learning for critical reflection, (3) learning for
development, dan (4) learning for individuation.13
a. Pembelajaran transformatif sebagai peningkatan kesadaran (consciousness-
raising)
Pembelajaran transformatif sebagai peningkatan kesadaran
(consciousness-raising) merupakan aspek penting kesuksesan seseorang dalam
belajar apapun termasuk belajar Al-Qur’an bagi generasi milenial. Peningkatan
kesadaran tentunya saat orang sadar untuk apa ia belajar dan mengapa ia perlu
belajar.Sebagaimana Islam mengajarkan segala sesuatu harus dimulai dengan niat,
begitu jugalah memulai pembelajaran Al-Qur’an harus dimulai dengan niat karena
Allah.14
b. Pembelajaran transformatif memiliki kesadaran kritis (learning for critical
reflection)
Pembelajaran Al-Qur’an tersebut harus memiliki kesadaran kritis
(learning for critical reflection). Learning for critical reflection merujuk pada
proses dimana pembelajar meningkatkan kemampuan kritis dalam kepekaan
terhadap pembelajaran Al-Qur’an melalui peningkatan kesadaran kritis ini
diperlukan untuk memahami bacaan Al-Qur’an dengan mengikuti aturan tajwid,
fashahah, tahsin dan membaca AlQur’an dengan tartil.15
c. Pembelajaran transformatif (learning for development) atau (belajar untuk
berkembang ilmu pengetahuan dan imannnya
Pembelajaran Al-Qur’an melalui (learning for development)
mengembangkan pembelajaran yang dapat menganalisis ayat-ayat Al-Qur’an
secara filosofis, mengapa manusia memerlukan Al-Qur’an, apa fungsi Al-Qur’an
secara epistemologi, axiologi dan ontologi dalam menghadapi persoalan,
melakukan tindakan dalam konteks kehidupan baik sosial, politik, kultural, dan
ekonomi yang mempengaruhi dan membentuk kehidupannya memahami makna
Al-Qur’an untuk difahami dengan baik.16
d. Pembelajaran pendidikan transformatif learning for individuation. (belajar
secara mandiri)
13
Prof. Pujiati, Pendidikan Al- Quran pada Masyarakat Milenial Konsep dan Implementasi, Bintang Pustaka Madani,
hal 80

14
Ibid

15
Ibid

16
Prof. Pujiati, Pendidikan Al- Quran pada Masyarakat Milenial Konsep dan Implementasi, Bintang Pustaka Madani,
hal. 81

10
11

Pembelajaran pendidikan transformatif learning for individuation yaitu


pembelajaran Al-Qur’an secara mandiri, individual baik belajar secara formal dan
informal dan dikembangkan secara kesadaran individual. Pembelajaran tahfiz Al-
Qur’an diperlukan kemampuan melalui keikhlasan individual dan istiqamah untuk
murajaah secara berkelanjutan memakan waktu bertahun-tahun, perlu focus,
disiplin dan keseriusan menghafalnya sebagai ibadah yang utama bagi kaum
milenal secara bertahap dari hafalan 1 juz, lanjut 5 juz, 10 juz dan akhirnya 30 juz,
sebagai suatu kebahagian tersendiri bagi penghafal Al-Qur’an dan para orang tua
untuk mendapatkan syafaat bagi penghafal Al-Qur’an dan mahkota emas kelak
dari Allah SWT saat di surga. Tingkat yang terakhir bagi orang ilmuwan yang
soleh adalah tadabbur Al-Qur’an sebagai ketaatan hidupnya terhadap
kalamullah.17

G. Metode pengajaran Al-Qur’an


Dalam proses pengajaran terdiri dari beberapa komponen yang tidak bisa
dipisahkan diantaranya adalah metode pengajaran. Metode mengajar adalah suatu teknik
penyampaian bahan pelajaran kepada anak didik. Ia dimaksudkan agar anak didik dapat
menangkap pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna oleh anak dengan baik.18
Ada beberapa metode yang diterapakan diantaranya:
1. Metode ummi
Dalam proses pengajaran metode ini kepada peserta didik, mereka diajarkan dari awal
sampai akhir dan itupun peserta didik mengikuti apa yang diucapkan oleh pendidik
sampai mereka semua paham, dan pendidik pun tidak bisa melanjutkan pada
pembahasan selanjutnya sebelum peserta didik benar-benar menguasai apa yang telah
diajarkan oleh pendidik.
2. Metode tilawati
Metode tilawati adalah suatu metode mengajar membaca Al Qur'an sesuai dengan
kaidah dan aturannya.
3. Metode tartili
Metode Tartil adalah cara membaca Al-Qur'an dengan cara pelan dan perlahan
serta mengucapkan huruf-huruf dari makhrajnya dengan tepat. Membaca dengan
pelan dan tepat maka dapat terdengar dengan jelas masing- masing hurufnya, dan
tajwid nya.
Dengan metode ini siswa, baik anak-anak maupun orang dewasa mampu membaca
Al-Qur'an dengan harmonisasi nada-nada. Metode tartil merupakan merode
memperindah suara bacaan Al-Qur'an dan tentu saja sesuai dengan mahraj-mahrajnya
agar makna yang terkandung di dalamnya tidak rusak dan berpindah arti. Dalam Al-
qur'an ditegaskan Allah.
17
Ibid

18
Rusdiah, Konsep: Metode Pembelajaran Al- Quran, hal. 45

11
12

4. Metode iqro
Iqro‟ ialah sebuah media atau metode pembelajaran Alquran dari pengenalan
huruf-huruf hijaiyyah yang disesuaikan berdasar kanjilid 1 sampai jilid 6. Jika dilihat
dari segi arti kata iqra‟ berarti bacalah, yang dapat dimaknai segala sesuatu yang
berhubungan dengan ilmu pengetahuan harus berawal dari membaca. Begitu juga
dengan iqra‟ yang fungsinya sebagai tahap awal untuk bisa dan lancar membaca
Alquran.
5. Metode qiroati
Pendekatan terbaik dalam mempelajari Al-qur'an adalah Tallaqi dan Musyafahah
yaitu berhadapan langsung antara guru dan murid, seperti yang dilakukan oleh
Malaikat Jibril dengan Rosulullah SAW ketika pertama kali wahyu diturunkan.

Metode Qiroati adalah suatu cara cepat yang digunakan untuk baca Al-Qur'an yang
langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan dengan cara tartil sesuai dengan
qoidah ilmu tajwid.

H. Signifikansi
Masyarakat modern yang bersifat terbuka dan mampu menerima sesuatu yang
baru. Teknologi yang canggih pada saat ini yang mempermudah masyarakat pada saat ini
(masyarakat modern) sehingga memunculkan model pembelajaran yang baru yang
dianggap lebih maju dan mempermudah proses belajar mengajar.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

12
13

Pertama, masyarakat modern adalah masyarakat yang sudah tidak terikat dengan
adat istiadat. Yang telah mengalami perubahan baik itu di bidang teknologi maupun
pengetahuan. Jadi masyarakat modern adalah masyarakat yang bisa menyesuaikan diri
terhadap situasi dan kondisi jaman. Karena mampu menyesuaikan diri dengan kondisi
dan situasi jaman, masyarakat modern dikatakan masyarakat yang dinamis. Bebeda
dengan Masyarakat tradisional merupakan kelompok masyarakat yang selalu menjunjung
tinggi para leluhurnya dan memegang teguh adat istiadatnya. Sehingga masyarakat
tradisional memiliki pandangan bahwa apa yang diwarisi oleh nenek moyangnya itu
menjadi suatu nilai hidup, cita- cita, norma dan harapan serta suatu kewajiban dan
kebutuhan.
Kedua, model pembelajaran Al-Qur’an yaitu pertama, pembelajaran melalui
literasi baik literasi data, literasi digital dan literasi manusia. Model kedua melalui
transformasi pembelajaran Al-Qur’an melalui (1) learning for consciousnessraising
(peningkatan kesadaran dalam belajar), (2) learning for critical reflection (Belajar secara
kritis) (3) learning for development (belajar untuk berkembang ilmu pengetahuan dan
imannnya (4) learning for individuation (belajar secara mandiri)

13
14

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Pujiati, Pendidikan Al- Quran pada Masyarakat Milenial Konsep dan Implementasi,
Bintang Pustaka Madani

al-Ghazali. Ihya Ulumuddin. Halaman 150. Tahun 1995.

Ibnu Khaldun. Muqaddimah. Halaman 107. Tahun 1987.

Hamka, tafsir al-azhar. Halaman 150. Tahun 1985

Ahmed Ibrahim Abushouk. Islamic Education: Traditional and Modern Practices. Tahun
2018.

Qamar-ul Huda. Understanding Islamic Education: Pedagogical Frameworks. Tahun


2017

Geertz, Clifford. The Interpretation of Cultures. Halaman 47-49. Tahun 1973.

Redfield, Robert. The Little Community. Halaman 18-20. Tahun 1955.

Aditya Firdaus Wahyudi, Tipe - Tipe Masyarakat Tradisional dan Moderm, ( banten:
UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten) hal 4-5

Apriana dkk, perbandingan pendidikan masyarakat sederhana dan masyarakat moderen,


( padang: jurnal al-Taujih 2021) hal 61

Muhamad as’ad, PENGAJIAN DASAR AL-QUR'AN TRADISIONAL VERSUS BARU DI


SULAWESI SELATAN (STUDI TENTANG BUKU TUNTUNAN BELAJAR MENGAJAR AL-
QUR'AN).1993, hlm 56

Ahmad izzan, metode pembelajaran al-quran,

Rif’atul Khoiriah Malik, Pesantren Modern dan Tradisional Cermin Komunikasi


Pembangunan, (jogjakarta: alminzir, 2001) hlm 200-201

14
15

15

Anda mungkin juga menyukai