Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN IDEALISME


Dosen Pengampu : Ulfah Agung Rayanti, S.Pd M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 1 Semester 1:


Ariska Julianti (206223183)
Salsabila Rahmadani (206223008)
Siti Komalasari (206223040)
Tina Agustin (206223054)

Kelas : PGSD 1 B

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


STKIP MUHAMMADIYAH KUNINGAN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat illahi robbi yang telah memberika
nikmatnya sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat beserta
salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan kita habibana wanabiyana
Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan tak lupa
kepada kita selaku umatnya yang menanti syafaatnya di yaumil akhir Amin ya
robbal alamin.
Makalah yang berjudul “ FILSAFAT PENDIDIKAN IDEALISME ” di susun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan, serta untuk menambah
wawasan dan pengetahuan kita.
Terima kasih Kami Sampaikan Kepada :
1. Ulfah Agung Rayanti,S.Pd.M.Pd. Selaku Dosen pengampu mata kuliah
Filsafat pendidikan.
2. Teman teman yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Kuningan, 14 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
D. Manfaat .................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsapat Idealisme ................................................................................ 3
B. Tokoh tokoh Penggegas Filsafat Idealisme............................................................. 4
C. Kelebihan dan Kelemahan Aliran Idealisme........................................................... 6
D. Implikasi Aliran Idealisme Terhadap Pendidikan ................................................... 6
E. Aliran dilihat dari Segi Guru, Siswa, dan Kurikulumnya ....................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 9
B. Saran ....................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 10
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Idealisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham
bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Idealisme
menganggap, bahwa yang konkret hanyalah bayang bayang, yang terdapat
dalam akal pikiran manusia. Kaum idealisme sering menyebutnya dengan
ide atau gagasan.
Dalam konteks pendidikan, paham ini mencita-citakan pemikiran atau
ide tertinggi. Di ranah pendidikan dasar, akan didominasi oleh konsep-
konsep dan pengertian-pengertian secara devinitif tentang segala sesuatu.
Tetapi, menurut psikologi perkembangan peserta didik terdapat tahap-
tahap perkembangan pemikiran siswa.
Metode yang digunakan oleh aliran idealisme adalah metode dialektik,
syarat dengan pemikiran, perenungan, dialog, dll. Dan akan menjadikan
suasana proses belajar mengajar menjadi aktif (active learning).
Kurikulum yang digunakan dalam aliran idealisme adalah pengembangan
kemampuan berpikir, dan penyiapan keterampilan bekerja melalui
pendidikan praktis.
Idealisme merupakan suatu aliran yang mengedepankan akal pikiran
manusia. Sehingga sesuatu itu bisa terwujud atas dasar pemikiran manusia.
Dalam pendidikan, idealisme merupakan suatu aliran yang berkontribusi
besar demi kemajuan pendidikan. Hal tersebut bisa dilihat pada metode
dan kurikulum yang digunakan.
Idealisme mengembangkan pemikiran peserta didik sehingga
menjadikan peserta didik mampu menggunakan akal pikiran atau idenya
dengan baik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam makalah
ini, penyusun akan mencoba menguraikan lagi tentang hal-hal yang
berkaitan dengan aliran filsafat idealisme.

B. Rumusan Masalah
Apa aliran filsafat pendidikan idealisme itu?
Apa prinsip-prinsip filosofis aliran idealisme?
Bagaimana implikasi aliran idealisme terhadap pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui apa itu aliran filsafat pendidikan idealisme.
Untuk mengetahui prinsip-prinsip filosofis aliran idealisme.
Untuk mengetahui implikasi aliran idealisme terhadap pendidikan.

D. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah dapat digunakan sebagai bahan
pengajaran di bidang pendidikan maupun di bidang penelitian-penelitian.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsapat Idealisme


Kata idealis dalam filsafat mempunyai arti yang sangat berbeda
dari artinya dalam bahasa sehari-hari. Secara umum kata idealis
berarti: (1) seorangyang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika
dan agama serta menghayatinya, (2) orang yang dapat melukiskan dan
menganjurkan suatu rencana atau program yang belum ada. Tiap
pembaharu sosial adalah seorang idealis dalam arti kedua ini, karena ia
menyokong sesuatu yang belum ada. Mereka yang berusaha mencapai
perdamaian yang abadi atau memusnahkan kemiskinan juga dapat
dinamakan idealis dalam arti ini. Kata idealis dapat dipakai sebagai
pujian atau olok-olok Seorang yang memperjuangkan tujuan-tujuan
yang dipandang orang lain tidak mungkin dicapai, atau seorang yang
menganggap sepi fakta-fakta dan kondisi-kondisi suatu situasi, sering
dinamakan idealis.
Arti falsafi dari kata idealisme ditentukan lebih banyak oleh arti
biasa dari kata ide daripada kata ideal. W.F. Hocking, seorang idealis
mengatakan bahwa kata-kata idea-isme adalah lebih tepat dari pada
idealisme. Dengan ringkas idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri
atas ide-ide, fikiran-fikiran, akal (mind) atau jiwa (selves) dan bukan
benda material dan kekuatan. Idealisme menekankan mind seagai hal
yang lebih dahulu daripada materi.
Jika materialisme mengatakan bahwa materi adalah riil dan akal
(mind) adalah fenomena yang menyertainya, maka idealisme
mengatakan bahwa akal itulah yang riil dan materi adalah produk
sampingan. Dengan begitu maka idealisme mengandung pengingkaran
bahwa dunia ini pada dasarnya adalah sebuah mesin besar dan harus
ditafsirkan sebagai materi, mekanisme atau kekuatan saja.
Idealisme adalah suatu pandangan dunia atau metafisik yang
mengatakan bahwa realitas dasar terdiri atas, atau sangat erat
hubungannya dengan ide, fikiran atau jiwa. Dunia mempunyai arti
yang berlainan dari apa yang tampak pada permukannya. Dunia
difahami dan ditafsirkan oleh penyelidikan tentang hukum-hukum
fikiran dan kesadaran, dan tidak hanya oleh metoda ilmu obyektif
semata-mata.
Oleh karena alam mempunyai arti dan maksud, yang di antara
aspekaspeknya adalah perkembangan manusia, maka seorang idealis
bependapat bahwa terdapat suatu harmoni yang dalam antara manusia
dan alam. Apa yang tertinggi dalam jiwa juga merupakan yang
terdalam dalam alam. Manusia merasa berada di rumahnya dalam
alam; ia bukan orang asing atau makhluk ciptaan nasib, oleh karena
alam ini adalah suatu sistem yang logis dan spiritual, dan hal itu
tercermin dalam usaha manusia untuk mencari kehidupan yang baik.
Jiwa (self) bukannya satuan yang terasing atau tidak riil, ia adalah
bagian yang sebenarnya dari proses alam. Proses ini dalam tingkat
yang tinggi menunjukkan dirinya sebagai aktivitas, akal, jiwa atau
perorangan. Manusia sebagai suatu bagian dari alam menunjukkan
struktur alam dalam kehidupannya sendiri.
Natur atau alam yang obyektif adalah riil dalam arti bahwa ada dan
menuntut perhatian dari dan penyesuaian diri dari manusia. Meskipun
begitu, alam tidak dapat berdiri sendiri, karena alam yang obyektif
bergantung, sampai batas tertentu, kepada mind (jiwa, akal). Kaum
idealis percaya bahwa manifestasi alam yang lebih kemudian dan lebih
tinggi adalah lebih penting dalam menunjukkan sifat-sifat prosesnya
daripada menifestasi yang lebih dahulu dan lebih rendah.
Kaum idealis dapat mengizinkan ahli-ahli sains dan fisika untuk
mengatakan apakah materi itu, dengan syarat mereka tidak berusaha
menciutkan segala yang ada dalam alam ini kepada kategori tersebut.
Mereka juga bersedia mendengarkan ahli-ahli biologi untuk
melukiskan kehidupan dan prosesprosesnya, dengan syarat bahwa
mereka tidak menciutkan tingkat-tingkat (level) lainnya kepada tingkat
biologi atau sosiologi.
Kaum idealis menekankan kesatuan organik dari proses dunia.
Keseluruhan dan bagian-bagiannya tidak dapat dipisahkan kecuali
dengan menggunakan abstraksi yang membahayakan, yakni yang
memusatkan perhatian terhadap aspek-aspek tertentu dari benda
dengan mengesampingkan aspek-aspek lain yang sama pentingnya.
Menurut sebagian dari kelompok idealis, terdapat kesatuan yang
dalam, suatu rangkaian tingkatan yang mengungkapkan, dari materi,
melalui bentuk tumbuh-tumbuhan kemudian melalui binatang-binatang
hingga sampai kepada manusia, akal dan jiwa. Dengan begitu maka
prinsip idealisme yang pokok adalah kesatuan organik. Kaum idealis
condong untuk menekankan teori koherensi atau konsistensi dari
percobaan kebenaran, yakni suatu putusan (judgment) dipandang
benar jika ia sesuai dengan putusan-putusan lain yang telah diterima
sebagai yang benar.

B. Tokoh tokoh Penggegas Filsapat Idealisme


1. Plato (477 -347 Sb.M)
Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat
rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli dengan bayangan
dunia yang ditangkap oleh panca indra. Dan pada dasarnya sesuatu itu
dapat dipikirkan oleh akal, dan yang berkaitan juga dengan ide atau
gagasan. Mengenai kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang dikenal
dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan
jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan.
Menurut Plato, kebaikan merupakan hakikat tertinggi dalam
mencari kebenaran. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam
menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah mengetahui
ide, manusia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat
menggunakannya sebagai alat untuk mengukur, mengklarifikasikan
dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.

2. Immanuel Kant (1724 -1804)


Ia menyebut filsafatnya idealis transendental atau idealis kritis
dimana paham ini menyatakan bahwa isi pengalaman langsung yang
kita peroleh tidak dianggap sebagai miliknya sendiri melainkan ruang
dan waktu adalah forum intuisi kita. Dengan demikian, ruang dan
waktu yang dimaksudkan adalah sesuatu yang dapat membantu kita
(manusia) untuk mengembangkan intuisi kita.
Menurut Kant, pengetahuan yang mutlak sebenarnya memang
tidak akan ada bila seluruh pengetahuan datang melalui indera. Akan
tetapi, bila pengetahuan itu datang dari luar melalui akal murni, yang
tidak bergantung pada pengalaman. Dapat disimpulkan bahwa filsafat
idealis transendental menitik beratkan pada pemahaman tentang
sesuatu itu datang dari akal murni dan yang tidak bergantung pada
sebuah pengalaman.

3. Pascal (1623-1662)[5]
Kesimpulan dari pemikiran filsafat Pascal antara lain :
a. Pengetahuan diperoleh melalaui dua jalan, pertama menggunakan
akal dan kedua menggunakan hati. Ketika akal dengan semua
perangkatnya tidak dapat lagi mencapai suatu aspek maka hati lah
yang akan berperan. Oleh karena itu, akal dan hati saling
berhubungan satu sama lain. Apabila salah satunya tidak berfungsi
dengan baik, maka dalam memperoleh suatu pengetahuan itu juga
akan mengalami kendala.
b. Manusia besar karena pikirannya, namun ada hal yang tidak
mampu dijangkau oleh pikiran manusia yaitu pikiran manusia itu
sendiri. Menurut Pascal manusia adalah makhluk yang rumit dan
kaya akan variasi serta mudah berubah. Untuk itu matematika,
pikiran dan logika tidak akan mampu dijadikan alat untuk
memahami manusia. Menurutnya alat-alat tersebut hanya mampu
digunakan untuk memahami hal-hal yang bersifat bebas
kontradiksi, yaitu yang bersifat konsisten. Karena ketidak
mampuan filsafat dan ilmu-ilmu lain untuk memahami manusia,
maka satu-satunya jalan memahami manusia adalah dengan agama.
Karena dengan agama, manusia akan lebih mampu menjangkau
pikirannya sendiri, yaitu dengan berusaha mencari kebenaran,
walaupun bersifat abstrak.
c. Filsafat bisa melakukan apa saja, namun hasilnya tidak akan
pernah sempurna. Kesempurnaan itu terletak pada iman. Sehebat
apapun manusia berfikir ia tidak akan mendapatkan kepuasan
karena manusia mempunyai logika yang kemampuannya melebihi
dari logika itu sendiri. Dalam mencari Tuhan Pascal tidak
menggunakan metafisika, karena selain bukan termasuk geometri
tapi juga metafisika tidak akan mampu. Maka solusinya ialah
mengembalikan persoalan keTuhanan pada jiwa. Filsafat bisa
menjangkau segala hal, tetapi tidak bisa secara sempurna. Karena
setiap ilmu itu pasti ada kekurangannya, tidak terkecuali filsafat.

4. J. G. Fichte (1762-1914 M.)[6]


Ia adalah seorang filsuf jerman. Ia belajar teologi di Jena (1780-
1788 M). Pada tahun 1810-1812 M, ia menjadi rektor Universitas
Berlin. Filsafatnya disebut “Wissenschaftslehre” (ajaran ilmu
pengetahuan). Secara sederhana pemikiran Fichte: manusia
memandang objek benda-benda dengan inderanya. Dalam mengindra
objek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka
berjalanlah proses intelektualnya untuk membentuk dan
mengabstraksikan objek itu menjadi pengertian seperti yang
dipikirkannya.
Hal tersebut bisa dicontohkan seperti, ketika kita melihat sebuah
meja dengan mata kita, maka secara tidak langsung akal (rasio) kita
bisa menangkap bahwa bentuk meja itu seperti yang kita lihat
(berbentuk bulat, persegi panjang, dll). Dengan adanya anggapan itulah
akhirnya manusia bisa mewujudkan dalam bentuk yang nyata.

5. F. W. S. Schelling (1775-1854 M.)


Schelling telah matang menjadi seorang filsuf disaat dia masih
amat muda. Pada tahun 1798 M, dalam usia 23 tahun, ia telah menjadi
guru besar di Universitas Jena. Dia adalah filsuf Idealis Jerman yang
telah meletakkan dasar-dasar pemikiran bagi perkembangan idealisme
Hegel.
Inti dari filsafat Schelling: yang mutlak atau rasio mutlak adalah
sebagai identitas murni atau indiferensi, dalam arti tidak mengenal
perbedaan antara yang subyektif dengan yang obyektif. Yang mutlak
menjelmakan diri dalam 2 potensi yaitu yang nyata (alam sebagai
objek) dan ideal (gambaran alam yang subyektif dari subyek). Yang
mutlak sebagai identitas mutlak menjadi sumber roh (subyek) dan
alam (obyek) yang subyektif dan obyektif, yang sadar dan tidak sadar.
Tetapi yang mutlak itu sendiri bukanlah roh dan bukan pula alam,
bukan yang obyektif dan bukan pula yang subyektif, sebab yang
mutlak adalah identitas mutlak atau indiferensi mutlak.
Maksud dari filsafat Schelling adalah, yang pasti dan bisa diterima
akal adalah sebagai identitas murni atau indiferensi, yaitu antara yang
subjektif dan objektif sama atau tidak ada perbedaan. Alam sebagai
objek dan jiwa (roh atau ide) sebagai subjek, keduanya saling
berkaitan. Dengan demikian yang mutlak itu tidak bisa dikatakan
hanya alam saja atau jiwa saja, melainkan antara keduanya.
C. Kelebihan dan Kelemahan Aliran Idealisme
Kelebihan : Meningkatkan daya pemikiran dari segi menghasilkan ide
yang benar dan boleh dipakai.
Kelemahan : Anggapan terhadap sesuatu nilai atau kebenaran yang
kekal sepanjang masa.
D. Implikasi Aliran Filsafat Pendidikan Idealisme
1. Hakikat pendidikan
Pada hakekatnya pendidikan bukan hanya mengembangkan dan
menumbuhkan, tetapi juga harus menuju pada tujuan yaitu dimana
nilai telah direalisasikan ke dalam bentuk yang kekal dan tak terbatas.
Pendidikan adalah proses melatih pikiran, ingatan, perasaan. Baik
untuk memahami realita, nilai-nilai, kebenaran, maupun sebagai
warisan sosial.

2. Tujuan pendidikan
Pendidikan bertujuan untuk membantu perkembangan pikiran dan
diri pribadi siswa. Mengingat bakat manusia berbeda-beda maka
pendidikan yang diberikan kepada setiap orang harus sesuai dengan
bakatnya masing-masing.
Tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagi atas tiga hal,
tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan gabungan antar
keduanya.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar
anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna,
memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia,
mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya
diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik.
Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah
perlunya persaudaraan sesame manusia. Karena, dalam spirit
persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang
lain.
Seseorang tidak sekedar menuntut hak pribadinya, namun
hubungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai
dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa
saling menyayangi. Sedangkan gabungan antara tujuan individual
dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan
yang berkaitan dengan Tuhan.

3. Pendidik dan peserta didik


Peranan pendidik menurut aliran ini adalah memenuhi akal
peserta didik dengan hakikat-hakikat dan pengetahuan yang tepat.
Dengan ata lain, pendidik harus menyiapkan situasi dan kondisi yang
kondusif untuk mendidik anak didik, serta lingkungan yang ideal bagi
perkembangan mereka, kemudian membimbing mereka dengan kasih
sayang dan dengan ide-ide yang dipelajarinya hingga sampai ketingkat
setinggi-tingginya.
Peserta didik berperan bebas mengembangkan kepribadian dan
bakat-bakatnya. (Edward J.Power,1982). Bagi aliran idealisme, anak
didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual.
Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan
bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari
keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai
makhluk spiritual.

4. Kurikulum
Kurikulum pendidikan idealism berisikan pendidikan liberal dan
pendidikan vokasional (praktis). Pendidikan liberal dimaksudkan
untuk pengembangan kemampuan-kemampuan rasional dan moral.
Pendidikan vokasional dimaksudkan untuk pengembangan
kemampuan suatu kehidupan atau pekerjaan. Kurikulum yang
digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealism lebih
memfokuskan pada isi yang objektif, dan disusun secara fleksibel
karena perlu mendasarkan atas pribadi anak.

5. Metode
Mengajar siswa tidak hanya tentang bagaimana berfikir, tapi apa
yang siswa pikirkan menjadi kenyataan dalam perbuatan. Metode
mangajar hendaknya mendorong siswa untuk memperluas cakrawala,
mendorong berfikir reflektif, mendorong pilihan-pilihan moral pribadi,
memberikan keterampilan-keterampilan berfikir logis, memberikan
kesempatan menggunakan pengetahuan untuk masalah-masalah moral
dan sosial, miningkatkan minat terhadap isi mata pelajaran, dan
mendorong siswa untuk menerima nilai-nilai peradaban manusia.
Diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang satu
dengan yang lain), tetapi jika ada metode lain yang efektif dan
mendukung dapat dimanfaatkan.

E. Aliran dilihat dari segi guru, siswa, dan kurikulumnya


Aliran idealisme terbukti cukup banyak berpengaruh dalam dunia
pendidikan. William T. Harris adalah salah satu tokoh aliran pendidikan
idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat. Idealisme terpusat
tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang melakukan
oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus
eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai
kebutuhan spiritual, dan tidak sekedar kebutuhan alam semata.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar
anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna,
memiliki kepribadian yang harmonis, dan pada akhirnya diharapkan
mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan
tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya
persaudaraan antar manusia. Sedangkan tujuan secara sintesis
dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial
sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan
dengan Tuhan.
Guru dalam sistem pengajaran menurut aliran idealisme berfungsi sebagai:
1) Guru adalah personifikasi dari kenyataan anak didik. Artinya, guru
merupakan wahana atau fasilitator yang akan mengantarkan anak didik
dalam mengenal dunianya lewat materi-materi dalam aktifitas
pembelajaran.
2) Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa.
Artinya, seorang guru itu harus mempunyai pengetahuan yang lebih dari
pada anak didik.
3) Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik. Artinya, seorang
guru harus mempunyai potensi pedagogik yaitu kemampuan untuk
mengembangkan suatu model pembelajaran, baik dari segi materi dan
yang lainnya.
4) Guru haruslah menjadi pribadi yang baik, sehingga disegani oleh murid.
Artinya, seorang guru harus mempunyai potensi kepribadian yaitu karakter
dan kewibawaan yang berbeda dengan guru yang lain.
5) Guru menjadi teman dari para muridnya. Artinya, seorang guru harus
mempunyai potensi sosial yaitu kemampuan dalam hal berinteraksi dengan
anak didik.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme
harus lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah
lebih banyak daripada pengajaran yang textbook. Agar pengetahuan dan
pengalamannya aktual.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian Idealisme
Kata idealis dalam filsafat mempunyai arti yang sangat berbeda
dari artinya dalam bahasa sehari-hari. Secara umum kata idealis
berarti: (1) seorangyang menerima ukuran moral yang tinggi,
estetika dan agama serta menghayatinya, (2) orang yang dapat
melukiskan dan menganjurkan suatu rencana atau program yang
belum ada. Tiap pembaharu sosial adalah seorang idealis dalam arti
kedua ini, karena ia menyokong sesuatu yang belum ada. Mereka
yang berusaha mencapai perdamaian yang abadi atau
memusnahkan kemiskinan juga dapat dinamakan idealis dalam arti
ini. Kata idealis dapat dipakai sebagai pujian atau olok-olok
Seorang yang memperjuangkan tujuan-tujuan yang dipandang
orang lain tidak mungkin dicapai, atau seorang yang menganggap
sepi fakta-fakta dan kondisi-kondisi suatu situasi, sering
dinamakan idealis.
Implikasi aliran filsafat pendidikan idealisme terhadap
pendidikan
Hakikat pendidikan
Pada hakekatnya pendidikan bukan hanya mengembangkan dan
menumbuhkan, tetapi juga harus menuju pada tujuan yaitu dimana
nilai telah direalisasikan ke dalam bentuk yang kekal dan tak
terbatas.
Tujuan pendidikan, Pendidikan bertujuan untuk membantu
perkembangan pikiran dan diri pribadi siswa. Mengingat bakat
manusia berbeda-beda maka pendidikan yang diberikan kepada
setiap orang harus sesuai dengan bakatnya masing-masing.
Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan
pendidikan melalui kerja sama dengan alam. Peserta didik bebas
untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan
dasarnya.
Kurikulum, Kurikulum pendidikan idealism berisikan
pendidikan liberal dan pendidikan vokasional (praktis).
Metode, Diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan
ilmu yang satu dengan yang lain), tetapi jika ada metode lain yang
efektif dan mendukung dapat dimanfaatkan.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penyusun tentunya
mengalami banyak kekeliruan dan kesalahan-kesalahan baik dala
ejaan, pilihan kata, sistematika penulisan maupun penggunaan
bahasa yang kurang di pahami. Untuk itu kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya, di karenakan kami masih dalam tahap
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Barnadib, Imam. Filsafat Pendidikan (sistem dan metode).
(Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Ilmu pendidikans, 1987)
Ramayulis dan Samsul Niza. Filsafat Pendidikan Islam Telaah
Sisitem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya. (Jakarta: Kalam
Mulia, 2009)
Sholi, Robbi. http://robisevilla.blogspot.co.id/2013/04/pengaruh-
idealisme-dalam-pendidikan_5431.html diakses pada tanggal 12
oktober 2015 pukul 08.35
Usiono. Aliran – Aliran Filsafat Pendidikan. (Medan: Perdana
Publishing, 2011)
https://laili-masruroh.blogspot.com/2012/12/filsafat-pendidikan-
aliran-idealisme.html
https://www.kompasiana.com/

Anda mungkin juga menyukai