Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH JENIS – JENIS KURIKULUM

Makalah ini dibuat untuk memenuhi Mata Kuliah Kurikulum Pendidikan Kejuruan

Yang dibina oleh Bapak Setadi Cahyono Putro, M.Pd.,M.T.,DR.

Dibuat oleh :

Kelompok 5

1. Muchammad Bagoes Putra R (170534629076)

2. Syahrully Pangestu (170534629051)

3. Shakila Ocvabiola N M (170534629081)

4. M Nur Wahid I E I (170534629060)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

April 2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kurikulum adalah suatu hal yang penting dalam pendidikan dalam suatu negara.
Kurikulum digunakan untuk membantu dalam mencapai tujuan pendidikan
Nasional.Walaupun keberhasilan suatu sistem pendidikan memang tidak dipengaruhi
oleh kurikulum namun tidak bisa dipungkiri bahwa kurikulum merupakan salah satu
penentu suatu pendidikan di suatu negara.
Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan suatu
pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup di
masyarakat. Dengan demikian dalam sistem pendidikan kurikulum merupakan
komponen yang sangat penting, sebab di dalamnya bukan hanya menyangkut tujuan
dan arah pendidikan saja akan tetapi juga pengalaman belajar yang harus dimilki setiap
siswa serta bagaimana mengorganisasi pengalaman itu sendiri.
Dalam menyusun kurikulum,sangatlah tergantung pada asas organisatoris,
yakni bentuk penyajian bahan pelajaran atau organisasi kurikulum.ada tiga pola
organisasi kurikulum,yang dikenal juga dengn sebutan jenis-jenis kurikulum.
Melihat kompleknya kurikulum tidak mengherankan apabila muncul
kontroversi dari para ahli sehingga muncul berbagai model rancangan kurikulum yang
sering digunakan dan muncul dalam literatur profesi.

1.2.Rumusan Masalah
1. apa tujuan kurikulum?
2. Apa saja jenis – jenis Kurikulum?
3. Apa saja model-model rancangan kurikulum?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui tujuan kurikulum
2. Untuk mengetahui jenis – kurikulum
3. Untuk mengetahui model – model rancangan kurikulum
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Jenis – Jenis Kurikulum


Dalam kurikulum nasional, semua program sudah baku, dan siap untuk
digunakan oleh pendidik atau guru. Kurikulum yang demikian sering bersifat resmi
dan dikenal dengn nama ideal curriculum, yakni kurikulum yang masih berbentuk cita
– cita ini masih perlu dikembangkan menjadi kurikulum yang berbentuk pelaksanaan,
atau sering dikenal dengan actual curriculum, yakni kurikulum yang dilaksanakan
oleh pendidik dalam proses belajar mengajar.
Dalam menyusun kurikulum, sangatlah tergantung pada asas organisatoris,
yakni bentuk penyajian bahan pelajaran atau organisasi kurikulum. Ada tiga pola
organisasi kurikulum, yang dikenal juga dengan sebutan jenis – jenis kurikulum atau
tipe – tipe kurikulum. Jenis – jenis kurikulum tersebut adalah :

2.1.1. Separated Subject Curriculum


Kurikulum ini dipahami sebagai kurikulum matapelajaran yang terpisah
satu sama lainnya. Kurikulum matapelajaran terpisah (separated subject
curriculum) berarti kurikulumnya dalam bentuk matapelajaran yang terpisah –
pisah, yang kurang mempunyai keterkaitan dengan matapelajaran lainnya.
Konsekuensinya, anak didik harus semakin banyak mengambil matapelajaran.
Tyler dan Alexander menyebutkan bahwa jenis kurikulum ini digunakan
dengan school subject, dan sejak beberapa abad hingga saat ini pun masih
banyak didapatkan di berbagai lembaga pendidikan. Kurikulum ini terdiri dari
matapelajaran – matapelajaran , yang tujuan pelajarannya aladah anak didik
harus menguasai yang telah ditentukan secara logis, sistematis, dan mendalam
(Soetopo & Soemanto, 1993: 78)
Kurikulum matapelajaran dapat menetapkan syarat – syarat minimum
yang harus dikuasai anak, sehingga anak didik bisa naik kelas. Biasanya bahan
pelajaran dan textbook merupakan alat dan sumber utama pelajaran.
Kurikulum matapelajaran atau subject curriculum terdiri dari matapelajaran
(subject) yang terpisah – pisah, dan subject itu merupakan himpunan
pengalaman dan pengetahuan yang diorganisasikan secara logis dan sistematis
oleh para ahli kurikulum (experts). Kalau kita lihat gambar berikut diharapkan
akan semakin jelas kurikulum matapelajaran ini.

Nahwu Sharaf Khat Imla’

Muhadatshah Qiraat Balaghah

Gambar 2.1 Separated Subject Curriculum

Jika kita perhatikan gambar di atas, akan tampak di benak kita bahwa
kurikulum matapelajaran ini menghendaki anak didik untuk mengambil
matapelajaran yang lebiih banyak. Misalnya, dari gambar di atas, bahasa Arab
ada matapelajaran khat, imla’, qiraat, sharaf, nahwu, muhadatsah, dan
balaghah.

2.1.2. Correlated Curriculum


Kurikulum jenis ini mengandung makna abahwa sejumlah mata
pelajaran dihubungkan antara yang satu dengan yanag lain,sehingga ruang
lingkup bahan yang tercakup semakin luas. Sebagai contoh pada mata
pelajaran fiqih dapat dihubungkan dengan mata pelajaran Al-Qur’an dan
Hadist. Pada saat peserta didik mempelajari shalat,dapat dihubungkan dengan
mata pelajaran Al-Qur’an (Surat Al-Fatihah, dan surat lainnya) dan hadist
yang berhubungan dengan shalat, dan sebagainya.

Pelajaran Pelajaran Pelajaran


Al-Qur’an Masalah Fiqih

Soal Shalat dibicarakan dalam Pelajaran Fiqih atau Pelajaran Al-Qur’an


Sejarah Pelajaran Ilmu
Ekonomi Hewan

Soal pelajaran Ekonomi dibicarakan dalam Pelajaran Sejarah dan


Pelajaran Ilmu Hewan
Gambar Correlated Curriculum

Masih banyak cara lain menghubungkan pelajaran dalam kegiatan


kurikulum. Korelasi tersebut dengan memerhatikan tipe korelasinya,yakni:
a. Korelasi okkasional/insidental, maksudnya korelasi dilaksanakan secara
tiba-tiba atau insidental.Misalnya: pada mata pelajaran sejarah dapat
dibicarakan tentang geografi dan tumbuh-tumbuhan.
b. Korelasi etis, yang bertujuan mendidik budi pekerti sehingga konsentrasi
pelajarannya dipilih pendidikan Agama. Misalnya: pada Pendidikan
Agama itu dibicarakan cara-cara menghormati: tamau, orang tua,
tetangga, kawan, dan yang lainnya.
c. Korelasi sistematis,yang mana korelasi ini biasanya direncanakan oleh
guru. Mislanya: bercoco tanam padi dibahas dalam geografi dan ilmu
tumbuh-tumbuhan.

2.1.3. Broad Fields Curriculum


Kurikulum broad fieds kadang kadang disebut kurikulum fusi.taylor dan
alexsander menyebutkan dengar sebutan the broad field of subject
matter.broad fields menghapuskan batas- batas dan menyatukan matapelajaran
(subject matter) yang berhubungan erat.Hilda taba mengatakan bahwa the
broads fields curriculum is essentially an effort to automatization of
curriculum by combining several specific areas large fields(the broad fields
curriculum adalah usaha meningkatkan kurikulum dengan mengombinasikan
beberapa pelajaran).sebagai contoh :sejarah,geografi,ilmu,ekonomi,dan ilmu
politik disatukan menjadi ilmu pengatuhan sosial (IPS)
William B.Ragan mengungkapkan enam macam broad fields yang
umumnya ditemukan dalam kurikulum sekolah dasar.keenam broad fields itu
adalah:Bahasa (language),ilmu pengetahuan sosial(social student),matematika
(maths),sains (science),kesehatan dan pendidikan olahraga (health
&sport),dan kesenian (arts).
Phenik adalah orang pertama yang mencentuskan tipe organisasi broad
fields ini.keinginan phenik adalah agar pendidik mengerti jenis-jenis arti
perkembangan kebudayaan yang efektif;mengerti manfaat yang didapatkan
dari berbagai ragam disiplin ilmu;dan upaya mendidik anak agar menghasilkan
suatu masyarakat yang bciviled(beradab).
Phenik mengemukakan lima dasr logikanya yang kemudian
menghasilkan lima broad fields berikut;
a. Symblies: Bahas,Matematika,dan bentuk-bentuk Simbol
NonDiskursif
b. Experics:IPA.Sains,Psikologi,dan Ilmu-ilmu sosial.
c. Estbetics:Musik,Seni lukis,Seni gerak,Sastra,Agama,dan lain
sebagainya.
d. Syuneetics:Filsafat,Psikologi,Sastra,Agama,dan lain sebagainya
e. Etbics:berbagai aspek moral an tata adab.

Soetopo &soemanto (1993:78) mengemukakan bahwa keunggulan


kurikulumbroad fields adalah adnya kombinasi matapelajaran sehingga
manfaatnya akan semakin dirasakan ,dan memungkinkan adanya
matapelajaran yang kaya akan pengertian dan mementingkan prinsip dasar
serta generalisasi.

Sedangkan kelemahannya adalah hanya memberikan pengetahuan


secara sketsa,abstrak,dan kurang logis dari suatu mata pelajaran

Fuaddudin &Karya(1992:20) mengemukakan tentang kurikulum broad


fields dalam kaitannya dengan kurikulum diindonesia .Dia menjelaskan
tentang lima macam bidang studi yang menganut broad fields yaitu:

a. Ilmu pengetahuan alam (IPA),merupakan peleburan dari mata


pelajaran ilmu alam,ilmu hayat,ilmu kimia,dan ilmu kesehatan
b. Ilmu pengetahuan sosial (IPS),merupakan peleburan dari mata
pelajaran ilmu bumi,sejarah,civic,hukum,ekonomi,dan sejenisnya
c. Bahasa,merupakan peleburan dari matapelajaran
membaca,menulis,mengarang,menyimak,dan pengetahuan bahasa.
d. Matematika ,merupakan peleburan dari berhitung,aljabar,ilmu ukur
sudut,bidang,ruang,dan statistik
e. Kesenian,merupakan peleburan dari seni tari.seni suara,seni
klasik,seni pahat,dan drama

Pendidikan agama di sekolah umum seperti SD,SMP,SMU, dan lain-lain


termasuk broad fields,yang mana dapat dilihat dari pernyataan atas beberapa
matapelajaran agama lainnya,yaitu fiqih,tauhid,akhlak,tarikh,hadis,dan
membaca alquran.bahasa arab disekolah umum juga merupakan hasil
peleburan dariqirat,mubdatsab,imlak,khat mutbalaab,dan lain-lain,sehinga
dapat dikategorikan broad fields.Gambar berikut diharapkan dapat membantu
memahami broad fields curriculum tersebut.

2.1.4. Integrated Curriculum


Kurikulum terpadu (integrated currikulum) merupakan suatuproduk dari
usaha pengintegrasian bahan pelajaran dari berbagai macam pelajaran.
Integrasi diciptakan dengan memusatkan pelajaran pada masalah tertentu yang
memerlukan solusinya dengan materi atau bahan dari berbagai disiplin atau
matapelajaran.
Kurikulum jenis ini membuka kesempatan yang lebih banyak untuk
melakukan kerja kelompok, masyarakat dan lingkungan sebagai sumber
belajar, mementingkan perbedaan individual anak didik, dan dalam
perencanaan pelajaran siswa diikutsertakan. Kurikulum terpadu sangat
mengutamakan agar anak didik dapat memiliki sejumlah pengetahuaan secara
fungsional dan mengutamakan proses belajar nya. Yang dimaksudkan cara
memperoleh ilmu secara fungsional adalah karena ilmu tersebut dikelompokan
berhubungan dengan usaha memecahkan masalah yang ada. Sebagai contoh,
dengan belajar membuat radio, anak didik sekaligus mempelajari hal-hal lain
yang berkaitan dengan listrik, siaran,penerimaan, dan sebagainya (Nasution,
1993 : 111).
Integrated curriculum mempunyai ciri yang sangat flaksibel dan tidak
menghendaki hasil belajar yang sama dari semua anak didik. Guru, orangtua,
dan anak didik merupakan komponen-komponen yang bertanggung jawab
dalm proses pengembanganya. Di sisi lain, kurikulum ini juga mengalami
kesulitan-kesulitan bagi anak didik, terutaman apabila dipandang dari ujian
atau tes akhir atau tes akhir atau tes masuk yang uniform. Sebagai persiapan
studi perguruan tinggi yang merlukan pengetahuan yang logis dan sitematis,
kurikulum jenis ini akan mengalami kekuatan. Mesikipun demikian, selama
percobaan delapan tahun (1932-1940) dengan kurikulum terpadu ini, anak
didik dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan tidak kalah dengan prestasi
anak didik lain yang menggunakan kurikulum konvensional, dan justru mereka
memiliki nilai tambah dalam hal perkembangan dan kemantapan kepripadian
serta dalam aktivitas sosisal kemasyarakatan.
Integrated Currikulum (kirikulum terpadu) juga mementingkan aspek-
aspek psikologi yang berpengaruh terhadap integrasi pribadi individu dan
lingkungannya kurikulum terpadu, menurut Soetopo dan Soemanto (1993: 80-
81), dapat dibedakan menjadi tiga bentuk., yakni: The Child Centered
Curricilum, The Social Fungctions Curriculum, dan The Experience
Curriculum.
a. The Child Centered Curriculum
Maksudnya adalah dalam perencanaan kurikulum, faktor anak
menjadi perhatian utama. John Dewey, pada sekolahnya di Universitas
Chicago 1986, menciptakan program dengan mengorganisasikan
pengalaman belajar anak yang berkisar pada pada empat pengaruh
manusia (human impulse), yakni: the social impulse, the construktive
impulse, the impulse to investigate and to experiment dan expressive
atau artistic impulse. Hal itu sama halnya dengan dengan sekolah
Meriam yang memakai kegiatan anak sebagai dasar mengorganisasi
pngalaman belajar anak didik. Observasi, beriman, bercerita, dan
pekerjaan merupakan kegiatan anak yang normal
b. The Social Function Curriculum
Maksudnya adalah kurikulum ini mencoba mengeleminasi
matapelajaran sekolah dari keterpisahannya dengan fungsi-fungsi utama
kehidupan sosial yang menjadi dasar pengorganisasian pengalaman
belajar. Semua matapelajaran yang berhubungan dengan lingkungan
sekitar anak didik disusun sedemikian rupa yang membawa kosekuensi
adanya proteksi, produksi, konsumsi, komunikasi, transpotasi, reaksi,
ekspresi estetis, dan ekspresi dorongan keagamaan.
c. The Experience Curriculum
Maksudnya adalah dalam perencanaan kurikulum, kebutuhan anak
merupakan perhatiaan utama. Kurikulum pengalaman akan terjadi jika
hanya mempertimbangkan keberadaan anak didik dengan menggunakan
pendekatan social-function.
d. Development Activity Curriculum
Development activity curriculum (kurikulum pengembangan
kegiatan) sangat tergantung pada tingkat perkembangan anak yang harus
dilalui. Deretan perbedaan tiap individu anak didik mesti menjadi dasar
pertimbangan, tentangan kebutuhan, kebiasaan, dan masalah-masalah
yang dihadapi siswa yang berkaitan dengan kebudayaan dan lingkungan.
Intinya pengalaman mereka mesti mendapat perhatian.
Dalam mempertimbangkan materi kandungan kurikulumnya, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni: kuantitas penggunaan,
kualitas, halangan atau tantangan, alokasi waktu, tempat dan pemakaian,
kemunduran, kesukaran, dan kelemahan pendidikan.
Selanjutnya, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
kurikulum untuk anak didik adalah:
• Memberikan kegiatan tertentu dengan mempelajari pengalaman-
pengalaman pada diri mereka.
• Memberikan media perkembangan kealihan ilmiah.
• Kurikulum mesti berbentuk penyusunan faktor pengetahuan
dasar yang sistematis.
• Fungsi kurikulum harus mampu mendewasakan anak-anak
secara terintegras.
• Kurikulum mesti memberikan materi untuk mengungkapkan
secara kreatif pada bidang pelajaram tertentu.

Kurikulum jenis ini sangat mementingkan minta dan tujuan anak,


serta dalam perencanaannya, guru dan anak dilibatkan secara bersama,
dan juga menggunakan strategi untuk memecahkan masalah

Strategi pemecahan masalah secara sederhana dapat dikemukakan


sebagai: a) merumuskan masalah, b) mengajukan berbagai alternatif
jawaban, c) mengumpulkan keterangan dari berbagai simber, d)
mengadakan tes atas kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang
berbeda, e) kesimpulan diambil (setelah ditemukan jawaban yang tepat),
dan f) menarik suatu kesimpulan.
e. Core Curriculum
Istilah Core Curriculum merujuk pada suatu rencana yang
mengorganisasikan dan mengatur (scheduling) bagian terpenting dari
program pendidikan umum di sekolah (Sailor & Alexander, 1956).
Fauncen & Bossing mengistilahkan core curriculum dengan merujuk
pada pengalaman belajar berasal yang fundamental bagi peserta didik,
karena pengalaman belajar berasal dari: 1) kebutuhan atau dorongan
secara individual maupun secara umum, dan 2) kebutuhan secara sosial
dan sebagai warga negara masyarakat demokratis (Subandijah, 1993:
14).
Pada awalnya, core dimasukan sebagai bahan penting yang harus
diketahuinya oleh setiap muridnya pada semua tingkatan sekolah (core
berarti inti). Jadi, core memberikan pendidikan umum (general
education), yang mana materinya perlu diketahui atau dipelajari setiap
anak didik. Core merupakan cara untuk memberikan pendidikan umum.
Dalam praktiknya, pelaksanaan core curriculum mempunyai berbagi arti
dan dapat digunakan dengan berbagai cara. Anda ahli yang menyamakan
antara core curriculum dengan general education, karena keduanya
mempunyai kesamaan-kesamaan tetapi memiliki objek yang berbeda.
Sebagaiman dikemukakan oleh Sailor dan Alexander (1956):
“...to designate those learning experience which are fundamental
for all learners as general edication and to use core curriculum
to designate one plan for providing them”
Alberty menggunakan core curriculum dan general education,
yang digunakan secara simultan dalam pendidikan. Alberty mengajukan
enam jenis core program, yakni;
• Core yang terdiri dari sejumlah matapelajaran yang
diorganisasikan, diajarkan secara bebas untuk menunjukan
hubungan masing-masing pelajar tersebut;
• Core yang terdiri dari sejumlah pelajaran yang dihubungkan
antara yang satu dengan yang lainya;
• Core yang terdiri dari masalah yang luas, unit kerja atau tema yang
disatukan , yang dipilih untuk menghasilkan arti mengajar secara
tepat dan efektif mengenahi isi pelajaran tertentu, misalnya
Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS);
• Core yang menepatkan matapelajaran yang dileburkan dan
diintegrasikan;
• Core yang merupakan masalah luas yang dapat memenuhi
kebutuhan fisik dan sosial serta masalah minat anak (peserta
didik);dan
• Core merupakan unit kerja yang direncanakan oleh siswa (peserta
didik) dan guru untuk memenuhi kebutuhan kelompok.

Dalam aplikasinya, pendekatan core curriculum (core program)


memerlukan pertimbangkan penggunaan waktu yang fleksibel,
terwujudnya prosedur pengajaran yang flaksibel dan leluasa, serta
variasi pengalaman belajar yang luas, sehinggan core program
diharapkan dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah,
berpikir kritis, dan mengutamakan kemampuan akademik dan
intelektualdalam suatu konteks yang bermakna. Menurut Subandijah
(ibid,: 15), fleksibelitas pengutaraan isi dan waktu akan memberikan
kemudahan dalam penyesuaian pengalaman belajar bagi kebutuhan
individu anak didik.

Kurikulum ini banyak persamaannya dengan broad-field, karena


menggabungkan berbagai disiplin ilmu. Kurikulum bersumber dari suatu
masalah sosial atau personal, yang mana dalam memecahkan
permasalahan tersebut memerlukan bahan dari ber macam disiplin ilmu
yang berhubungan dengan masalah itu. Apabilah kita kaitkan dengan
pendekatan core curriculum di perguruan tinggi, pemahamannya adalah
pengetahuan inti diambil dari semu disiplin ilmu yang dianggap pantas
dimilik oleh mahasiswa, dan itu terlepas dari jurusan yang dipilih.

2.2 Model – Model Rancangan Kurikulum


Melihat kompleksnya komponen perencanaan dan pengembangan
kurikulum,tidaklah mengherankan apabila kontroversi muncul sebagai
konsekuensikeragaman pola pikir para ahli.di samping definisi dan konsep tentang
kurikulum itu sendiri dan pengembangannya,tidak kalah pula menariknya
permasalahn yang menyangkut rancangan atau desain kurikulum itu sendiri.untuk
sekedar memberikan gambaran sekilas,beberapa diantara rancangan yang sering
digunakan dan sering muncul dalam literatur profesi akan di uraikan berikut ini.
2.2.1. Subject Centered Curriculum
Rancangan yang sudah lama dipakai di tingkat pendidikan menengah
adalah apa yang selama ini dikenal dengan “tracking system” di mana anak
didik dipisahkan ke dalam dua jalur atau lebih, misalnya jalur akademik dan
jalur kejuruan. Penekanan pada jalur – jalur ini lebih mengingat pada susunan
vertikal bidang keilmuan, dan biasanya kurang memperhatikan hubungan
horisontal antar bidang. Kecenderungan sekarang adalah bahwa lulusan jalur
akademik diarahkan untuk melanjutkan ke pendidikan di tingkat lebih lanjut
sedangkan jalur kejuruan disiapkan untuk memasuki lapangan kerja setelah
lulus. Dipandang dari segi pengembangan sumberdaya manusia, rancangan
“subject centered curriculum” ini terlalu kaku, kurang luwes menghadapi
realitas beragamnya potensi anak didik dan terlalu membesarkan dikotomi
antara belajar dan bekerja yang dalam kenyataan kehidupan sebenarnya tidak
ada.
2.2.2. Kurikulum Inti
Rancangan ini membagi kurikulum di sekolah menjadi beberapa
komponen inti yang harus di ikuti semua komponen inti yang harus di ikuti
semua siswa, komponen wajib yang harus di ikuti oleh sebagian siswa dengan
bidang spesialisasi ynag relavan, dan komponen pilihan yang boleh diambil
oleh siswa sebagai mata pelajaran elektif. Dengan demikian dimaksudkan
bahwa program dapat mencakup hal-hal yang spesifik untuk bidang studi
tertentu atau untk mempersiapkan karir tertentu, di samping masih memberi
kebebasan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi ,minat dan
bakatnya melaluimatapelajaran yang dipilihnya sendiri.
2.2.3. Cluster Based Curriculum
Dalam pengorganisaian berdsarkan kelompok atau cluster ini,kurikulum
diorganisasikan sedemikian rupa sehinga anak didik tidak mengkuti satu
program spesifik untuk suatu tujuan tertentu, tetapi terkandung keluwesan
untuk menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja
khususnya.pengorganisasian ini didasarkan pada asumsi bahwa beberapa
kelompok pekerjaan mempunyai dasar komponen skill dan kemampuan yang
kurang lebih sama dan anak didik yang menguasai skill dan kemampuan dasar
ini akan mempunyai keluesan yang lebih tinggi untuk memilih pekerjaan atau
karir.
2.2.4. Kurikulum Berdasarkan Kompetensi
Pemikiran yang dikembangkan sejak dekade 1970-an ini sering disebit
anti intelektuallisme, tatapi banyak diterapkan pada pendidikan kejuruan
danjuga pada pendidikan guru. Kurikulum berdasarkan kompetensi
(competency-based currculum) pada dasarnya membuat inventarisasi
kompetensi yang yang diperkirakan esensiel untuk suatu pekerjaan, jabatan
atau karier tertentu. Kriteria atau ukuran pencapaiaan kompetensi itu kemudian
ditentukan secara eksplisit, dan proses pengajaran yang dilaksanakan
kemudian bertanggung jawab untuk membantu anak didik untuk mencapai
kriteria tersebut sebagai indikasi penguasaan kompetensi tertent. Implisit
dalam disain ini adalah konsep disain sistem, modularisasi kekiatan
intruksional untuk memungkinkan belajar secara individual, dan mekanisme
perumusan perangkat kompetensi serta kriteria pencapaiannya, yang kadang-
kadang tidak bisa dilakukan secara mudah. Juga banyak kritik dilintarkan
bahwa penguasaan kompetensi-kompetensi secara terpisah-pisah tidak
menjamin seseorang secra menyeluruh kompeten dalam budang atau
pekerjaan tertentu.
2.2.5. Kurikulum Terbuka
Kurikulum pendidikan terbuka (open-access curriculum) yang mulai
menjamur sekitar tahun 1970 didasarkan pada gagasan inovatif bahwa pada
dasarnya “apa saja bisa diajarkan pada siapa saja dimana saja dan pada umur
berapa sja”. Diilhami oleh pemikiran jerome Brunner dalam buku The Process
of Education,orang banyak mempertanyakan asumsi tentang scope dan urutan
yang sudah sekian lama mendasari penyusunan kurikulum disekolah. Dengan
demikian ciri pokok pengorganisasian kurikulum terbuka ini ialah (a) proses
pengajaran secara individual penuh, (b) penekanan pada belajar dan bukan
mengajar, (c) diferensial pengajar dan personel penunjang, (d) multipie entry
dan open exit dalam hal keluar masuknya siswa dalam suatu program, serta (e)
penggunaan multi-media dan paket intruksional.
BAB 3

PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Di dalam dunia pendidikan, perbedaan jenis dan model di dalam penerapan
kurikulum sangatlah diperlukan. Memandang latar belakang, intelejensi, dan
kemampuan nalar peserta didik di seriap daerah berbeda – beda. Selain itu juga sarana
prasarana setiap instansi memiliki perbedaan. Hal inilah yang memicu perlu adanya
perbedaan di dalam penerapan kurikulum sendiri.
3.2.Saran
Meskipun dalam dunia pendidikan, ada perbedaan jenis dan model di dalam
penerapan kurikulum,Sebaiknya kita harus memandang latar belakang, intelejensi, dan
kemampuan nalar peserta didik di seriap daerah berbeda – beda. Karena dengan
perbedaan inilah kita bisa menerapkan kurikulum yang sesuai dengan kemampuan
masing-masing peserta didik yang.
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, S., Pengembangan Kurikulum, Bndung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993.

Soetopo, H.S & Soemanto, W., Pembinaan dan P engembangan Kurikulum: Sebagai Subtansi
Problem Adminitrasi Pendidikan, Jakarta. Bumi Aksara, 1993.

Subandijah., Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Jakarta. PT. Raja Garafindo


Persada,1993.

Anda mungkin juga menyukai